HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV/AIDS DENGAN SIKAP DAN PERILAKU BERISIKO HIV/AIDS PADA PRIA KAWIN DAN PRIA BELUM KAWIN: ANALISIS LANJUT SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA 2012) Ade Handayani, Indang Trihandini Biostatistik, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Faktor utama pertumbuhan epidemi HIV/AIDS adalah melalui transmisi seksual. Kasus HIV paling banyak terjadi pada pria dan pada kelompok umur 20-39 tahun. Salah satu upaya untuk menekan pertumbuhan epidemi adalah dengan menurunkan insiden HIV. Hal ini dapat dilakukan dengan mengubah perilaku berisiko menjadi aman dan mengurangi stigma terhadap ODHA. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan HIV/AIDS dengan sikap dan perilaku berisiko HIV. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan HIV/AIDS terhadap sikap positif dan perilaku aman HIV/AIDS. Desain studi cross-sectional ini menggunakan data SDKI 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pria kawin dan pria belum kawin yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi berpeluang lebih besar untuk memiliki sikap positif HIV dan perilaku aman HIV/AIDS dibanding pria dengan tingkat pengetahuan rendah. Kata kunci: perilaku HIV/AIDS; pria; sikap HIV; tingkat pengetahuan HIV/AIDS
The Association between Level of Knowledge about HIV/AIDS towards Attitudes and Risk Behavior Related to HIV/AIDS among Married Men and Unmarried Men: Analysis of Indonesian Demographic and Health Survey 2012 Abstract The major factor of HIV spreading is sexual transmission. Most cases happened on men and people in 20-39 years old range. One of HIV-growth suppressing effort is to reduce HIV incidence. It can be done by switching the risk behaviour into safe behaviour and decreasing the stigma towards PLWHA. The earlier studies showed that there are association between knowledge of HIV/AIDS attitudes and risk behavior related to HIV/AIDS. The objective of study is to investigate the effects of HIV/AIDS knowledge toward attitudes and HIV/AIDS risk behavior on men. This cross-sectional study using DHS Indonesian Year 2012 and inform us that either married men and unmarried men who have highly knowledge have more chance to gain possitive attitude and HIV/AIDS safe behavior rather than low HIV/AIDS knowledge men. Keywords: men, level of knowledge about HIV/AIDS, attitudes and behavior related to HIV/AIDS
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
Pendahuluan AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
Human
Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang berfungsi menjaga sistem kekebalan tubuh (Russel, 2011). Pada tahun 2012, diestimasi 35,3 juta orang hidup dengan HIV/AIDS di seluruh dunia. Prevalensi tertinggi di sub-Saharan Afrika, dengan estimasi kasus 23,5 juta. Asia Selatan dan Tenggara berada di urutan ke dua dengan jumlah kasus 3,9 juta (UNAIDS, 2013). Estimasi kasus infeksi baru HIV adalah 2,3 juta di seluruh dunia pada tahun 2013, di Asia Selatan dan Tenggara 320 ribu kasus baru dan di Indonesia 76 ribu kasus baru HIV (UNAIDS, 2013). Dalam empat tahun terakhir, kasus baru HIV/AIDS dilaporkan cenderung meningkat, setiap 25 menit satu orang terinfeksi kasus baru HIV/AIDS di Indonesia (UNICEF, 2012). Statistik kasus HIV/AIDS yang dilaporkan, ada 610 ribu kasus HIV/AIDS di Indonesia (UNAIDS, 2013). Kasus HIV/AIDS dilaporkan lebih banyak pada pria dibanding wanita. Pada tahun 2011 diketahui bahwa kasus baru HIV pada pria (56%) lebih besar dibanding wanita (44%) (UNICEF, 2012). Data dari Ditjen PP dan PL Kemenkes RI 2013 mencatat rasio HIV antara pria dan wanita adalah tiga berbanding satu. Pria sangat berisiko dibanding wanita karena terlibat dalam heteroseksual dan homoseksual. Transmisi utama HIV/AIDS di dunia adalah melalui hubungan seksual, di Asia ditemukan kasus laki-laki seks dengan laki-laki sebanyak 10,5-27 juta kasus (8,5% di Indonesia) (UNAIDS, 2013). Kasus HIV/AIDS di kebanyakan negara berkembang awalnya terjadi di kalangan laki-laki seks dengan laki-laki, gay, pengguna narkoba, orang dengan mispersepsi HIV/AIDS dan individu yang terlibat dalam prostitusi (Harisson, 2012). Faktor risiko transmisi HIV/AIDS di Indonesia adalah heteroseksual (61%), pengguna jarum suntik (Penasun) (18%), homoseksual (2,5%) dan transmisi perinatal (2,8%) (Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, 2013). Ditjen PP dan PL Kemenkes RI 2013 mencatat bahwa di Indonesia infeksi HIV tertinggi adalah pada umur kelompok 30-39 tahun (39.5%) diikuti kelompok umur 20-29 tahun (22.3%). Diketahui juga bahwa satu dari lima orang baru yang terinfeksi HIV adalah di bawah 25 tahun. Pada kasus HIV baru diketahui pula bahwa 18 persen di dalamnya adalah kelompok usia 15-24 tahun (UNICEF, 2012). Kasus infeksi HIV baru di Afrika Selatan 38 persen adalah pemuda, 29 persen di Kenya dan 23 persen di Uganda (UNAIDS, 2008). Demikian hal di Indonesia, orang muda menempati 30 persen dari populasi berisiko. Pada
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
tahun 2011, tingkat prevalensi sebesar 36 persen pada Penasun, 22 persen pada wanita transgender (waria), 10 persen pada perempuan pekerja seks dan 8,5 persen pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (UNICEF, 2012). Penelitian yang dilakukan UNAIDS pada 2013 menyimpulkan bahwa laki-laki seks dengan laki-laki adalah faktor penyebar epidemi HIV tercepat di dunia. Studi global juga menemukan bahwa perempuan transgender 50 kali lebih mungkin terjangkit HIV dibanding pasangan usia reproduktif (APTN dan UNDP, 2012).Dengan demikian, laki-laki sangat berperan dalam kelangsungan penyebaran epidemi HIV di Indonesia dan remaja berpotensi besar untuk masuk ke dalam kelompok berisiko tertular HIV. Upaya preventif berperan penting dalam menekan angka kasus baru infeksi HIV/AIDS. Upaya pencegahan dapat melalui perubahan perilaku dan pengurangan stigma dan diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS. Dalam mewujudkannya, diperlukan peningkatan pengetahuan dan kesadaran tentang konsekuensi atau akibat perilaku berisiko. Pengetahuan penting tapi tidak selalu cukup untuk memprediksi perilaku kesehatan perorangan dan kelompok. Akan tetapi pengetahuan dapat menigkatkan pemahaman dan kesadaran seseorang sehingga mempengaruhi pada pengambilan keputusan (Suominen, 2011). Penelitian-penelitian sebelumnya kebanyakan mengangkat studi terkait HIV/AIDS pada populasi berisiko atau populasi kunci, seperti pekerja seks komersial, pria pelanggan WPS (Wanita Penjaja Seks), pria penjaja seks (PPS atau biasa disebut kucing), lelaki suka lelaki (LSL atau gay), waria, dan Penasun. Sedangkan untuk studi pada populasi laki-laki secara general masih belum banyak. Hal ini menimbulkan minat penulis untuk mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan HIV/AIDS terhadap sikap dan perilaku berisiko HIV/AIDS pada laki-laki di Indonesia. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan HIV/AIDS dengan sikap dan perilaku berisiko HIV/AIDS pada pria kawin dan pria belum kawin di Indonesia.
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
Tinjauan Teoritis Tingkat Pengetahuan HIV/AIDS Sikap HIV/AIDS
− − − − −
Perilaku Berisiko HIV/AIDS
Pendidikan Umur Pekerjaan Tempat tinggsl KeterpaparanMedia/ Informasi HIV/AIDS Gambar 1: Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan HIV dengan Sikap dan Perilaku HIV/AIDS
Kerangka konsep tersebut akan diberlakukan kepada dua populasi, yakni pria kawin dan pria belum kawin. Variabel-variabel yang akan diteliti dapat dilihat pada kerangka konsep (gambar 3.2). Variabel dependen adalah sikap dan perilaku berisiko HIV/AIDS. Variabel independen utama adalah pengetahuan HIV/AIDS. Kemuadian variabel independen lain umur, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal dan keterpaparan media/informasi HIV/AIDS. Kerangka pikir penelitian di atas merupakan modifikasi teori The Health Belief Models dari Becker (1974), lalu Reason Action Theory dari Fesbein dan Ajsen (1980), dan PrecedeProceed Theory dari Lawrence Green (1991) dan kajian literatur untuk menentukan variabelvariabel apa saja yang potensial berhubungan dengan sikap dan perilaku berisiko HIV/AIDS. Variabel-variabel yang dianggap potensial tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam karakteristik sosiodemografi dan tingkat pengetahuan HIV.
Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI 2012) dengan desain penelitian cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pria 15-54 tahun. Sampel pada penelitian ini adalah pria 15-54 tahun yang pernah mendengar mengenai HIV/AIDS sebelum survei. Berdasarkan data yang ada, besar sampel penelitian adalah sebagai berikut.
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
Pria kawin 15-54 tahun yang memenuhi syarat untuk diwawancara
Pria kawin 15-54 tahun yang berhasil diwawancara
10.086
9.306
Pria kawin 15-54 tahun yang berhasil diwawancara yang pernah mendengar tentang HIV/AIDS 7601
Gambar 2: Alur Pemilihan Sampel Penelitian Pria Kawin
Pria belum kawin 1524 tahun yang memenuhi syarat untuk diwawancara
Pria belum kawin 15-24 tahun yang berhasil diwawancara
Pria belum kawin 15-24 tahun yang berhasil diwawancara yang pernah mendengar tentang HIV/AIDS
12.381
10.980
9188
Gambar 3: Alur Pemilihan Sampel Penelitian Pria Belum Kawin
Pada proses pengukuran variabel pengetahuan HIV, sikap HIV dan keterpaparan informasi HIV dilakukan pembentukan variabel komposit yang terdiri dari beberapa item pernyataan. Pengukuran tingkat pengetahuan HIV diadaptasi dari penelitian Giles (2014) di Ethiopia. Giles (2014) dalam penelitiannya mengukur tingkat pengetahuan HIV/AIDS berdasarkan tiga komponen pengetahuan yaitu pengetahuan transmisi, pencegahan dan mispersepsi HIV. Setiap komponen diberi bobot/skor seperti pada tabel 1. Komponen pengetahuan transmisi HIV disusun dari 4 item pernyataan dan dianggap baik jika skor lebih dari sama dengan 3 (total skor: 4). Komponen pengetahuan pencegahan HIV disusun dari 2 item pernyataan dan dianggap baik jika skor sama dengan 2 (total skor: 2). Komponen pengetahuan mengenai tingkat mispersepsi HIV disusun dari 4 item pernyataan dan mispersepsi dianggap rendah jika skor lebih dari sama dengan 3 (total skor: 4). Selanjutnya berdasarkan tiga komponen tersebut, maka tingkat pengetahuan HIV diklasifikasikan menjadi 3, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Pria dengan 0 dan atau 1 komponen baik (skor = 0 dan atau 1) dikategorikan sebagai “rendah”, pria dengan 2 komponen baik (skor = 2) dikategorikan sebagai “sedang”, sedangkan pria dengan ketiga komponen baik (skor = 3) dikategorikan sebagai “tinggi”. Tabel 1: Skor/Bobot Komponen Pengetahuan HIV/AIDS Variabel Pengetahuan Transmisi HIV/AIDS: - Seseorang dapat tertular virus HIV/AIDS karena menggunakan jarum suntik
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
Skor 1
yang sama secara bergantian - Virus penyebab AIDS dapat ditularkan dari seorang ibu ke anaknya selama hamil - Virus penyebab AIDS dapat ditularkan dari seorang ibu ke anaknya selama melahirkan - Virus penyebab AIDS dapat ditularkan dari seorang ibu ke anaknya selama menyusui Total skor Pengetahuan transmisi baik: skor ≥ 3 Pengetahuan transmisi kurang: skor < 3 Pengetahuan Pencegahan HIV/AIDS: - Seseorang bisa mengurangi kemungkinan tertular HIV/AIDS dengan membatasi hubungan seks hanya dengan seorang yang tidak mempunyai pasangan lain - Seseorang bisa mengurangi kemungkinan tertular HIV/AIDS dengan cara memakai kondom setiap melakukan hubungan seks Total skor Pengetahuan pencegahan baik: skor = 2 Pengetahuan pencegahan kurang: skor < 2 Mispersepsi HIV/AIDS: - Seseorang tidak bisa tertular HIV/AIDS melalui gigitan nyamuk - Seseorang tidak bisa tertular HIV/AIDS dengan cara makan sepiring dengan orang yang sudah terinfeksi HIV/AIDS - Seseorang tidak bisa tertular HIV/AIDS karena diguna-guna atau didukuni atau disantet - Seseorang yang penampilannya tampak sehat ada kemungkinan ternyata ia telah tertular HIV/AIDS Total skor Mispersepsi rendah: skor ≥ 3 Mispersepsi tinggi: skor < 3 Tingkat Pengetahuan HIV/AIDS: - Pengetahuan transmisi HIV/AIDS baik - Pengetahuan pencegahan HIV/AIDS baik - Tingkat Mispersepsi HIV/AIDS rendah Total skor Rendah: skor < 2 Sedang: skor = 2 Tinggi: skor = 3 Sumber: Giles, 2014
1 1 1 4 1 0 1 1 2 1 0 1 1 1 1 4 1 0 1 1 1 3
Kemudian analisis kompleks sampel dilakukan menggunakan software Statistical Package for Social Science (SPSS) dengan tahapan analisis univariat dan bivariat.
Hasil Penelitian Gambaran Perilaku Berisko HIV/AIDS Tabel 2: Gambaran Perilaku Berisiko HIV/AIDS
Variabel
Tidak n
%
n
Frekuensi Ya 95% CI % (%)
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
Total N
%
Pria Kawin: - Pernah melakukan seks bayar - Menggunakan kondom saat terakhir kali melakukan seks bayar dalam 12 bulan terakhir - Selalu menggunakan kondom saat melakukan seks bayar dalam 12 bulan terakhir - Melakukan seks bayar dalam 12 bulan terakhir
7138 325
94,1 72,3
450 125
5,9 27,7
5,1-6,9 21,6-34,7
7587 450
100 100
73
58,4
52
41,6
28,4-56,2
125
100
7425
97,9
162
2,1
1,7-2,7
7587
100
8766
95,4
422
4,6
4,0-5,2
9188
100
380
93,7
26
6,3
4,1-9,6
406
100
8351 510
90,9 61,4
836 321
9,1 38,6
8,3-9,9 34,5-43,0
9187 831
100 100
127
37,5
213
62,5
56,2-68,5
340
100
105
30,7
237
69,3
63,5-74,7
342
100
Pria Belum Kawin: - Pernah mengonsumsi obat-obat terlarang - Pernah mengonsumsi obat-obat terlarang dengan cara menyuntik - Pernah melakukan hubungan seks - Melakukan hubungan seks dalam 12 bulan terakhir - Menggunakan kondom saat pertama kali melakukan hubungan seks - Menggunakan kondom saat terakhir melakukan hubungan seks
Dari seluruh pria kawin, 5,9 persen pernah melakukan seks bayar dan 2,1 persennya melakukan seks bayar dalam 12 bulan terakhir. Dari pria kawin yang pernah membeli seks, sebanyak 27,7 persen menggunakan kondom saat berhubungan seks terakhir dan 32,1 persen dari yang menggunakan kondom saat berhubungan seks terakhir, selalu menggunakan kondom saat melakukan seks bayar. Dari seluruh pria belum kawin, 4,6 persen pernah mengonsumsi obat-obat terlarang dan 6,3 persennya melakukan dengan cara menyuntik. Selanjutnya, dari seluruh pria belum kawin, 9,1 persen pernah melakukan hubungan seks dan 38,6 persennya melakukan seks dalam 12 bulan terakhir.
Dari mereka yang pernah
melakukan hubungan seks, sebanyak 2,3 persen menggunakan kondom saat pertama kali melakukan hubungan seks dan 2,6 persen saat terakhir melakukan hubungan seks Tabel 3: Gambaran Perilaku Berisiko HIV/AIDS Variabel Pria Belum Kawin: - Umur saat melakukan hubungan seks pertama: - < 20 - 20-24 Total
n
643 183 826
Frekuensi % 95% CI (%)
77,8 22,2 100
(60,5-78,8) (18,6-26,2)
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
Sebagian besar pria belum kawin melakukan hubungan seks pertama di bawah umur 20 tahun (77,8%). . Gambaran Sikap HIV/AIDS Tabel 4: Gambaran Sikap HIV/AIDS Variabel
Pria Kawin
Tidak merahasiakan jika ada ART terinfeksi HIV Bersedia merawat ART terinfeksi HIV Mengizinkan guru wanita yang terinfeksi HIV tetap mengajar Membeli sayuran pada pedagang yang terinfeksi HIV Sikap HIV/AIDS - Kurang positif - Positif Total ART: Anggota Rumah Tangga
n 4428
% 58,3
56,4-60,3
Pria Belum Kawin n % 2738 29,9
5679 3281
75,2 43,8
73,5-76,8 41,9-45,7
7049 4523
77,0 49,5
75,6-78,4 47,9-51,2
2272
30,0
28,3-31,7
3231
35,2
33,6-36,8
4843 2585 7428
65,2 34,8 100
63,4-67,0 33,0-36,6
6257 2828 9085
68,9 31,1 100
67,3-70,4 29,6-32,7
95% CI (%)
95% CI (%) 28,4-31,4
Berdasarkan item pernyataan sikap terhadap penderita HIV/AIDS, maka sikap HIV/AIDS dikelompokkan menjadi 2 yaitu sikap positif dan sikap kurang positif. Tabel 4 menunjukkan sebanyak 34,8 persen pria kawin bersikap positif terhadap HIV/AIDS dan 31,1 persen pria belum kawin bersikap positif terhadap HIV/AIDS. Gambaran Pengetahuan HIV/AIDS Tabel 5: Gambaran Pengetahuan HIV/AIDS Variabel Pengetahuan transmisi - Kurang - Baik Total Pengetahuan pencegahan - Kurang - Baik Total Tingkat mispersepsi - Tinggi - Rendah Total Pengetahuan HIV/AIDS − Rendah − Sedang − Tinggi
Pria Kawin n %
95% CI (%)
Pria Belum Kawin n %
1851 5653 7494
24,7 75,3 100
23,1-26,3 73,7-76,9
2733 6429 9162
29.8 70.2 100
28,3-31,4 68,6-71,7
2983 4531 7514
39,7 60,3 100
37,6-41,8 58,2-62,4
3851 5286 9137
42.1 57.9 100
40,3-44,0 56,0-59,7
3932 3515 7447
52,8 47,2 100
50,9-54,7 45,3-49,1
4637 4499 9136
50.8 49.2 100
49,0-52,5 47,5-51,0
2517 2672 2101
34,5 36,6 28,8
32,7-36,4 35,0-38,3 27,1-30,6
3260 3580 2226
36 39.5 24.5
34,3-37,7 37,9-41,1 23,0-26,2
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
95% CI (%)
Total
7290
100
9066
100
Secara keseluruhan, 75,3 persen pria kawin mempunyai pengetahuan baik mengenai transmisi HIV/AIDS, 60,3 persen mempunyai pengetahuan baik mengenai pencegahan HIV dan 47,2 persen mempunyai tingkat mispersepsi HIV yang rendah. Untuk pria belum kawin, 70,2 persen mempunyai pengetahuan baik mengenai transmisi HIV/AIDS, 57,9 persen mempunyai pengetahuan baik mengenai pencegahan HIV dan 49,2 persen mempunyai tingkat mispersepsi HIV yang rendah. Untuk pengetahuan HIV secara menyeluruh, pria kawin dengan tingkat pengetahuan rendah 34,5 persen, sedang 36,6 persen dan tinggi 28,8 persen. Pengetahuan HIV secara menyeluruh pada pria belum kawin, tingkat pengetahuan rendah 36 persen, sedang 39,5 persen dan tinggi 24,5 persen. Gambaran Karakteristik Sosiodemografi Tabel 6: Gambaran Karakteristik Sosiodemografi Karakteristik Demografi Tempat tinggal - Perdesaan - Perkotaan Total Pendidikan - <SD - SD-SLTP - SLTA+ Total Status Bekerja - Tidak - Ya Total Media/informasi HIV - Kurang - Baik Total
Pria Kawin N
%
95% CI (%)
Pria Belum Kawin n %
95% CI (%)
3299 4302 7601
43,4 56,6 100
42,0-44,9 55,1-58,0
3679 5509 9188
40,0 60,0 100
38,4-41,8 58,2-61,6
76 6417 1108 7601
1,0 84,4 14,6 100
0,7-1,4 82,8-85,9 13,1-16,2
20 3148 6020 9188
0,2 34,3 65,5 100
0,1-0,4 32,4-36,1 63,7-67,3
113 7488 7601
1,5 98,5 100
1,1-2,0 98,0-98,9
3473 5715 9188
37,8 62,2 100
35,9-39,7 60,3-64,1
4941 2637 7428
65,2 34,8 100
63,2-67,2 32,8-36,8
5833 3355 9188
63,5 36,5 100
61,4-65,5 34,5-38,6
Sebanyak 56,6 persen pria kawin dan 60 persen pria belum kawin tinggal di wilayah kota. Sebagian besar (84,4%) pria kawin adalah lulusan SD dan SMP, sedangkan pria belum kawin 65,5 persen adalah lulus SMA dan jenjang yang lebih tinggi. Sebanyak 98,5 persen pria kawin dan 65,5 persen pria belum kawin sudah bekerja. Sebanyak 65,2 persen pria kawin dan 63,5 persen pria belum kawin kurang terpapar informasi HIV/AIDS.
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
Tabel 7: Gambaran Karakteristik Sosiodemografi Umur Pria Kawin: - 15-19 - 20-24 - 25-34 - 35-44 - 45-54 Total Pria Belum Kawin: - 15-19 - 20-24 Total
Frekuensi n %
95% CI (%)
22 288 2450 2960 1881 7601
0,3 3,8 32,3 38,9 24,7 100
0,2-0,5 3,2-4,4 30,7-33,8 37,3-40,6 23,4-26,2
5596 3592 9188
60,9 39.1 100
59,4-62,4 37,6-40,6
Rentang umur pria kawin adalah 15-54 tahun yang kemudian dikelompokkan ke dalam lima kelompok umur. Kelompok umur 15-19 tahun 0,3 persen, kelompok 20-24 tahun 3,8 persen, kelompok 25-34 tahun 32,3 persen, kelompok 35-44 tahun 38,9 persen dan 45-54 tahun 24,7 persen. Pada pria belum kawin, responden adalah remaja pria dengan rentang umur 15-24 tahun, lalu dikelompokkan ke dalam dua kelompok umur. Sebanyak 60,9 persen pria belum kawin berada dalam kelompok 15-19 tahun dan 39,1 persen pada kelompok 20-24 tahun. Hubungan Pengetahuan HIV dengan Sikap HIV/AIDS Tabel 8: Hubungan Pengetahuan HIV dengan Sikap HIV
Variabel
Pria Kawin Positif n %
Pengetahuan transmisi HIV/AIDS - Kurang - Baik Total Pengetahuan pencegahan HIV/AIDS - Kurang - Baik Total Mispersepsi HIV/AIDS - Tinggi - Rendah Total
Nilai p
Sikap Positif HIV/AIDS Pria Belum Kawin Rasio Odds Positif (95% CI) n %
Nilaip
Rasio Odds (95% CI)
450 2054 2554
27,2 37,2 34,8
0,000
1,55 (1,30-1,86)
716 2103 2819
26,5 33,1 31,1
0,000
1,37 (1,17-1,61)
730 1825 2555
25,1 41,1 34,8
0,000
2,08 (1,78-2,42)
1006 1811 2817
26,5 34,6 31,2
0,000
1,47 (1,28-1,68)
882 1663 2545
22,9 48,3 34,9
0,000
3,14 (2,70-3,65)
974 1837 2811
21,3 41,1 31,1
0,000
2,58 (2,26-2,94)
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
Pengetahuan HIV/AIDS - Rendah - Sedang - Tinggi Total Tempat tinggal - Perdesaan - Perkotaan Total Pendidikan - <SD - SD-SLTP - SLTA+ Total Status Bekerja - Tidak - Ya Total Media/informasi HIV - Kurang - Baik Total
531 875 1088 2494
21.6 33.4 52.8 34,9
0,000 0,000
718 1060 1019 2797
22.3 29.9 46.1 31,2
0,000 0,000
922 1663 2585
28.5 39.6 34,8
0.000
1.65 (1,4-1,93)
1065 1763 2828
29.2 32.4 31,1
0.046
1.16 (1,00-1,35)
5 2059 521 2585
6.6 32.8 48.1 34,8
0,000 0,000
6,9 (3,11-15,56) 13,2 (5,79-29,9)
7 855 1967 2827
27.3 27.5 33.1 31,1
0,992 0,739
1.01 (0,20-5,07) 1.32 (0,26-6,60)
42 2543 2585
37.6 34.8 34,8
0.672
0.88 (0,50-1,57)
1014 1813 2827
29.6 32.1 31,1
0.079
1.12 (0,98-1,27)
1408 1170 2578
29.1 45.5 34,8
0.000
2.03 (1,74-2,37)
1617 1211 2828
28.0 36.6 31,1
0.000
1.48 (1,29-1,71)
1.82 (1,48-2,24) 4.06 (3,37-4,89)
1.50 (1,26-1,76) 2.97 (2,49-3,53)
Pada pria kawin, 21,6 persen pria dengan tingkat pengetahuan HIV rendah, 33,4 persen pria dengan tingkat pengetahuan sedang dan 52,8 persen pria dengan tingkat pengetahuan tinggi memiliki sikap positif terhadap HIV/AIDS. Pada pria belum kawin, 22,3 persen pria dengan tingkat pengetahuan HIV rendah, 29,9 persen pria dengan tingkat pengetahuan sedang dan 46,1 persen pria dengan tingkat pengetahuan tinggi memiliki sikap positif terhadap HIV/AIDS. Pada pria kawin dan belum kawin, diantara komponen pengetahuan HIV, tingkat mispersepsi HIV adalah yang memiliki nilai rasio odds paling tinggi. Pria kawin dengan tingkat mispersepsi HIV rendah berpeluang 3 kali lebih besar untuk memiliki sikap positif HIV dibanding pria dengan mispersepsi HIV tinggi. Selanjutnya, pria belum kawin dengan tingkat mispersepsi HIV rendah berpeluang 2,6 kali lebih besar untuk memiliki sikap positif HIV dibanding pria dengan mispersepsi HIV tinggi. Pada pria kawin dan pria belum kawin, variabel pengetahuan HIV/AIDS, tempat tinggal dan keterpaparan informasi HIV memiliki nilai p < 0,05 sehingga perbedaan proporsi pada variabel-variabel tersebut bermakna secara statistik (nilai-p < α). Terdapat hubungan positif antara tingkat pengetahuan HIV dengan sikap positif HIV/AIDS pada pria kawin dan pria belum kawin. Hubungan Pengetahuan HIV dengan Perilaku Berisiko HIV/AIDS Pria Kawin
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
Tabel 9: Hubungan Pengetahuan HIV dengan Perilaku Berisiko HIV/AIDS Pria Kawin
Perilaku Berisiko HIV/AIDS
Pengetahuan HIV/AIDS
Transmisi: - Kurang - Baik Total Pencegahan: - Kurang - Baik Total Mispersepsi: - Tinggi - Rendah Total Tingkat Pengetahuan: - Rendah - Sedang - Tinggi Total
Menggunaka n kondom saat hubungan seks terakhir dlm 12 bulan terakhir Ya n %
Nilai -p
OR (95% CI)
Selalu menggunakan kondom saat seks bayar dalam 12 bulan terakhir
Nilai -p
OR (95% CI)
Ya n
%
17 106 124
20,2 29,7 27,8
0,200
1,67 (0,76-3,67)
7 45 52
37,7 42,3 41,6
0,783
1,21 (0,31-4,66)
39 86 125
27,4 28,1 27,9
0,895
1,04 (0,59-1,82)
10 41 51
26,5 48,4 41,6
0,042
2,60 (1,02-6,63)
59 61 120
25,4 29,3 27,2
0,482
1,22 (0,71-2,10)
30 21 51
50,7 35,2 42,8
0,187
0,53 (0,20-1,37)
27 49 44 121
24,6 24,7 34,1 27,4
0,999 0,203
1,01 (0,46-10,0) 1,58 (0,78-3,21)
9 25 18 52
32.3 50.6 40,5 42,8
0,329 0,594
2,14 (0,46-10,0) 1,42 (0,38-5,29)
Pria kawin dengan tingkat pengetahuan HIV tinggi (29,7%) lebih banyak yang menggunakan kondom saat hubungan seks bayar terakhir dibanding pria dengan tingkat pengetahuan sedang (24,7%) dan rendah (24,6%). Sedangkan untuk pemakaian kondom secara konsisten, pria kawin dengan tingkat pengetahuan HIV sedang (50,6%) lebih banyak yang selalu menggunakan kondom saat hubungan seks bayar dibanding pria dengan tingkat pengetahuan tinggi (40,5%) dan rendah (32,3%). Diantara komponen pengetahuan HIV, pengetahuan transmisi HIV adalah yang memiliki nilai rasio odds paling tinggi pada perilaku menggunakan kondom saat terakhir melakukan seks bayar. Pria kawin dengan pengetahuan baik mengenai transmisi HIV berpeluang 1,7 kali lebih besar untuk menggunakan kondom dibanding pria dengan pengetahuan kurang mengenai transmisi HIV. Sedangkan pada penggunaan kondom secara konsisten, rasio odds paling tinggi adalah pada pengetahuan mengenai pencegahan HIV. Pria kawin dengan dengan pengetahuan baik mengenai pencegahan HIV berpeluang 2,6 kali lebih besar untuk selalu menggunakan kondom saat melakukan seks bayar dibanding pria dengan pengetahuan kurang mengenai pencegahan HIV.
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
Hubungan Pengetahuan HIV dengan Perilaku Berisiko HIV/AIDS Pria Belum Kawin
Tabel 10: Hubungan Pengetahuan HIV dengan Perilaku Berisiko HIV/AIDS Pria Belum Kawin
Perilaku Berisiko HIV/AIDS Pengetahuan
Melakukan hubungan seks 12
Mengonsumsi narkoba suntik
bulan terakhir
HIV/AIDS Tidak n
%
Nilai
OR (95%
p
CI)
Tidak n
%
121
58,6
387
62,1
Menggunakan kondom saat hubungan seks terakhir dalam 12 bulan terakhir
Nilai
OR (95%
p
CI)
Ya n
%
50
68,6
186
69,4
Nilai
OR (95%
p
CI)
0,892
1,04 (0,6-1,8)
0,955
1,02 (0,6-1,8)
0,152
1,44 (0,8-2,7)
Transmisi: -
Kurang
102
94,5
-
Baik
276
93,7
378
93,9
508
61,3
236
69,2
143
59,6
52
69,1
367
62,2
184
69,4
Total
0,782
0,86(0,3-2,4)
0,469
1,16(0,8-1,7)
Pencegahan: -
Kurang
132
97,2
-
Baik
246
91,9
378
93,7
510
61,4
236
69,3
229
56,8
96
65,1
279
65,9
140
73,0
Total
0,045
0,33 (0,1-1,0)
0,574
1,12(0,7-1,6)
Mispersepsi: -
Tinggi
169
92,4
-
Rendah
206
94,6
375
93,6
508
61,5
236
69,5
122
54,1
43
64,2
Total
0,452
1,45 (0,5-3,8)
0,026
1,47 (1,04-2)
Tingkat Pengetahuan: -
Rendah
103
94,9
-
Sedang
163
94,1
0,808
0,86 (0,2-2,2)
204
61,9
0,149
1,4 (0,9-2,1)
98
69,3
0,465
1,26 (0,7-2,3)
-
Tinggi
107
92,5
0,497
0,66 (0,2-2,5)
179
66,9
0,018
1,7 (0,8-1,8)
93
72,1
0,298
1,44 (0,6-2,1)
373
93,9
505
61,4
234
69,4
Total
Pria belum kawin dengan tingkat pengetahuan HIV tinggi (66,9%) lebih banyak yang tidak melakukan hubungan seks dalam 12 bulan terakhir dibanding pria dengan tingkat pengetahuan sedang (61,9%) dan rendah (54,1%). Sedangkan untuk penggunaan kondom, pria belum kawin dengan tingkat pengetahuan HIV tinggi (72,1%) lebih banyak yang menggunakan kondom saat hubungan seks terakhir dibanding pria dengan tingkat pengetahuan sedang (69,3%) dan rendah (64,2%). Diantara komponen pengetahuan HIV,
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
tingkat mispersepsi HIV adalah yang memiliki nilai rasio odds paling tinggi pada ketiga perilaku berisiko HIV.
Pembahasan Pada pria kawin, perilaku berisiko HIV/ AIDS dalam penelitian ini adalah seks bayar dan penggunaan kondom. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan kondom pada pria kawin yang melakukan seks bayar masih rendah. Hal yang sama juga dilaporkan dalam penelitian di Ethiopia, bahwa kondom hanya digunakan beberapa kali oleh sekitar sepertiga dari mereka yang menjalani hubungan seksual (Matimba, 2013). Penelitian lain mengungkapkan hal yang sama bahwa penggunaan kondom secara konsisten pada pelanggan seks bayar rendah (Depkes RI; UNAIDS, 2012; UNICEF, 2012). Pada pria belum kawin, perilaku berisiko HIV/AIDS adalah penggunaan narkoba suntik, hubungan seks (intercourse) dan pemakaian kondom. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak pria belum kawin yang sudah pernah melakukan seks intercourse tanpa menggunakan kondom, juga sebagian besar dari mereka melakukan seks intercourse pertama di bawah usia 20 tahun. Selain itu, penggunaan narkoba suntuik juga cukup tinggi di kalangan pria belum kawin. Dalam praktiknya, masih banyak pria aktif secara seksual masih malu-malu untuk membeli kondom karena norma-norma agama dan sosial budaya terkait dengan pemuda , terutama pemuda yang belum menikah (UNAIDS, UNICEF, WHO, 2002). Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan di Ethiopia, dimana usia rata-rata kontak seksual pertama untuk laki-laki adalah 17,3 tahun. Remaja yang mulai berhubungan seks dini lebih cenderung melakukan hubungan seks dengan mitra berisiko tinggi atau beberapa mitra dan kecil kemungkinannya untuk menggunakan kondom. Menunda usia di mana orang-orang muda pertama memiliki seks dapat secara signifikan melindungi mereka dari infeksi (UNAIDS, UNICEF, WHO, 2002). Sebagian besar pria kawin dan pria belum kawin mempunyai sikap kurang positif terhadap penderita HIV/AIDS, dan proporsi keduanya tidak berbeda jauh. Sikap dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman pribadi yang meninggalkan kesan yang kuat (Azwar, 2009). Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konfirmis atau searah dengan norma dan budaya (Singale, 2011). Kurangnya pengetahuan HIV ditambah dengan sikap normatif dan konfirmis di masyarakat menyebabkan tingginya mispersepsi HIV yang berimplikasi pada tingginya stigma dan diskriminasi terhadap penderita HIV. Hal ini karena
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
pemahaman masyarakat tentang epidemi HIV/AIDS masih sering didasarkan kepada persepsi budaya terkait penyebab dan penularan HIV, sehingga menyebabkan ketakutan berlebihan dan memperkuat stigma terhadap penderita HIV (Matimba, 2013). Secara keseluruhan, tingkat pengetahuan HIV/ AIDS tidak menunjukkan perbedaan berarti antara pria kawin dan pria belum kawin. Sebagian besar pada dua kelompok tersebut memiliki pengetahuan HIV yang masih kurang. Apabila dilihat berdasarkan komponen pengetahuan HIV, pengetahuan mengenai transmisi HIV sudah cukup baik, tetapi untuk tingkat pengetahuan tentang pencegahan HIV dan mispersepsi HIV/AIDS masih kurang. Terutama pada mispersepsi HIV, dimana anggapan bahwa HIV/ AIDS dapat tertular melalui gigitan nyamuk dan berbagi peralatan/makanan pada pria kawin dan pria tidak kawin masih tinggi. Temuan penelitian di Republik Demokrat Kongo, Ethiopia, Nigeria dan Uganda mengungkapkan bahwa pengetahuan tentang HIV/AIDS masih kurang. Walaupun banyak responden yang mengetahui cara penularan HIV, tetapi masih banyak juga yang percaya bahwa HIV dapat ditularkan melalui makan bersama (Shiferaw dkk, 2011; Nudelman, 2013). Studi Monene, Esther N (2012) juga menemukan kesalahan persepsi mengenai kemungkinan penularan HIV melalui kontak biasa seperti berjabat tangan dan 44,59 persen dari responden percaya bahwa HIV / AIDS dapat ditularkan melalui sihir. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan HIV/AIDS berkorelasi positif terhadap sikap HIV/AIDS. Apabila dilihat dari komponen pengetahuan HIV/AIDS (transmisi, pencegahan dan mispersepsi HIV/AIDS) dalam penelitian ini, mispersepsi HIV/AIDS adalah komponen yang memiliki nilai rasio odds paling besar pada pria kawin dan pria belum kawin. Hal ini menunjukkan bahwa kesalahpahaman mengenai HIV/AIDS di masyarakat sangat mempengaruhi sikap terhadap penderita HIV/AIDS.
Pengaplikasian
pengetahuan kedalam sikap dipengaruhi oleh pengalaman, kebudayaan, pendidikan, sumber informasi, agama dan emosi (Fattah, 2004). Hasil beberapa penelitian lain menunjukkan responden yang memiliki pengetahuan baik tentang HIV/AIDS memiliki sikap yang lebih positif terhadap individu yang terinfeksi HIV (Rahlenbeck, 2004; Lifson, Demissie, Tadesse, 2012). Pendidikan dan informasi merupakan kunci dalam pengurangan stigma. Informasi dan pendidikan harus fokus pada membongkar mitos, mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengurangi stigma (Abdi, 2013). Perilaku berisiko HIV/AIDS pada pria kawin adalah perilaku pemakaian kondom. Dari seluruh komponen pengetahuan HIV/AIDS, pengetahuan baik mengenai transmisi HIV/AIDS adalah yang paling mempengaruhi tingkat pemakaian kondom pada seks bayar terkahir. Sedangkan pada penggunaan kondom secara konsisten, pengetahuan baik mengenai
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
pencegahan HIV adalah yang paling berpengaruh. Untuk tingkat pengetahuan HIV/AIDS secara keseluruhan, terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan mengenai HIV/AIDS maka semakin besar peluang pria kawin untuk memakai kondom secara konsisten. Pada penelitian ini, perilaku berisiko HIV/AIDS pada pria belum kawin terdiri dari penggunaan narkoba suntik, perilaku seks intercourse dalam 12 bulan terakhir, dan penggunaan kondom saat hubungan seks terakhir. Tingkat mispersepsi HIV masih tinggi pada pria kawin dan pria belum kawin. Masalah ini menjadi penting karena hasil tabulasi silang penelitian ini mengungkapkan bahwa tingkat mispersepsi HIV/AIDS adalah yang paling berpengaruh terhadap perilaku beisiko HIV/AIDS pada pria belum kawin.
Kesimpulan − Penggunaan kondom masih rendah di kalangan pria kawin yang melakukan seks bayar. Sudah banyak pria belum kawin yang pernah melakukan seks intercourse, sedangkan penggunaan kondom saat seks masih rendah. Proporsi penggunaan narkoba suntik cukup tinggi di kalangan pria belum kawin. − Pada pria kawin dan pria belum kawin, sikap positif terhadap penderita HIV/AIDS masih rendah. − Secara keseluruhan, tingkat pengetahuan HIV/AIDS masih kurang pada pria kawin dan pria belum kawin. Proporsi pengetahuan yang benar mengenai transmisi HIV/AIDS pada pria kawin dan pria belum kawin cukup tinggi. Sedangkan proporsi pengetahuan yang benar mengenai pencegahan HIV/AIDS masih kurang dan tingkat mispersepsi HIV/AIDS masih tinggi. − Proporsi sikap positif HIV/AIDS paling besar terdapat pada pria kawin dan pria belum kawin dengan tingkat pengetahuan HIV tinggi. Dari ketiga komponen pengetahuan HIV/AIDS (transmisi, pencegahan dan mispersepsi HIV/AIDS), rasio odds paling tinggi adalah tingkat mispersepsi HIV/AIDS, sehingga menjadi komponen pengetahuan HIV yang paling berpengaruh terhadap sikap positif HIV/AIDS. − Perilaku penggunaan kondom saat terakhir seks bayar pada pria kawin paling tinggi pada pria dengan tingkat pengetahuan tinggi, sedangkan pada penggunaan kondom secara konsisten pada pria dengan tingkat pengetahuan sedang. Dari ketiga komponen pengetahuan HIV/AIDS, rasio odds paling tinggi pada penggunaan kondom saat terakhir
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
seks bayar adalah pengetahuan transmisi HIV/AIDS, sedangkan pada penggunaan kondom secara konsiten adalah pada pengetahuan pencegahan HIV. − Perilaku seks intercourse rendah pada pria belum kawin dengan tingkat pengetahuan tinggi dan pada penggunaan kondom juga tinggi pada pria dengan tingkat pengetahuan tinggi. Dari ketiga komponen pengetahuan HIV/AIDS, rasio odds paling tinggi pada seks intercourse rendah adalah tingkat mispersepsi HIV/AIDS, dan pada penggunaan kondom adalah mispersepsi HIV/AIDS juga
Saran Saran terhadap Program − Bahan/ materi edukasi HIV/AIDS perlu memperhatikan tingkat pengetahuan HIV terutama mispersepsi HIV/AIDS yang masih tinggi dan disesuaikan dengan berbagai level pendidikan, umur dan wilayah tempat tinggal. − Informasi dan pendidikan harus fokus pada membongkar mitos, mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengurangi stigma. − Kebijakan dan program harus peka budaya dan dirancang, dilaksanakan, dipantau dan dievaluasi oleh konselor/ pendidik terpercaya, tokoh masyarakat, dan orang-orang yang memiliki peran/ kepentingan di masyarakat. − Perlu penguatan manajemen data untuk pemantauan dan evaluasi program. Saran untuk Peneliti Selanjutnya − Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengukur sikap HIV/AIDS dengan skala ukur yang lebih lengkap. − Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengukur sampai perilaku multivariat untuk melihat interaksi dan konfounder. − Dalam studi masa depan mungkin akan lebih menarik untuk mempelajari sudah sejauh mana upaya treatment HIV/AIDS di Indonesia. − Perlu ada penelitian kualitatif yang baik membantah atau mendukung tingkat mispersepsi HIV/AIDS yang masih tinggi.
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
Daftar Referensi Abdi, I. A et all. (2012). Knowledge and Attitudes About AIDS/HIV in A Semi-Nomadic Population in Somaliland. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23014800 diakses 9 April 2014. Allport, Gordon W. (1954). The Nature of Prejudice. Oxford, England: Addison-Wesley. APTN dan UNDP. (2012). Lost in Transition: Transgender and HIV Vulnerability in the Asia-Pacific Region. http://www.undp.org/content/dam/undp/library/hivaids/UNDP_HIV_Transgender_rep ort_Lost_in_Transition_May_2012.pdf diakses 12 Mei 2014. Ariawan, Iwan. (1998). Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Depok: Jurusan Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. AVERT. (1992). Sejarah HIV 1987-1992. http://www.spiritia.or.id/art/pdf/a1031.pdf diakses 14 Februari 2014. Azwar, Azrul. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa Aksara. Badan Pusat Statistik. (2013). Laporan Pendahuluan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/Hasil%20Penelitian/Forms/DispForm.aspx?ID =145 diakses 27 Maret 2014. Badan Pusat Statistik. (2013). Laporan Pendahuluan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Kesehatan Reproduksi Remaja 2012. http://fkm.unej.ac.id/en/publikasi/lain-lain/category/8-laporan?download=46:laporanpendahuluan-remaja-sdki-2012 diakses 27 Maret 2014. Bandura. (1977). A Social Cognitive Context http://scholar.lib.vt.edu/theses/available/etd040999-201108/unrestricted/CHP1.PDF diakses 12 Februari 2014. Bejarano, S. I. (2013). Knowledge, Perceptions, Discrimination, Health Self-Efficacy, and Risky Behaviors for HIV/AIDS and Its Association With Migration Time Among Mixtec and Zapotec Men Who Migrate 2012. (The University of Texas At El Paso, Department of Public Health and Sciences). ProQuest Dissertations and Theses. http://search.proquest.com/docview/1498524396/fulltextPDF/4697229AFF3C4803P Q/1?accountid=17242. diakses 9 April 2014. Cohen M. (1992). Prevention in AIDS in the World: A Global Report 1992. Harvard College. http://data.unaids.org/publications/irc-pub04/jc159-behavchange_en.pdf diakses 10 Mei 2014. Dinkes NAD. (2008). Laporan Surveilans Perilaku Berisiko Tertular HIV di NAD. http://www.b00oaa.org/pdfonline/718677.pdf diakses 27 Maret 2014. Giles, P. P. (2014). Risk Perception, HIV/AIDS Related Knowledge, Attitude and Practice of the University Community: the Case of Ethiopian Civil Service College. Sci-Afric of Scientific Issues, Research and Essays Vol. 2 (1): 19-26. http://www.sci-afric.org diakses 12 Mei 2014. Green, L. & Gerstein, D. (1993). Preventing Drug Abuse. National Academy Press. Greenberg, J. (1996). In AIDS Education: Interventions in Multicultural settings. NY: Plenum Press. http://data.unaids.org/publications/irc-pub04/jc159behavchange_en.pdf diakses 10 Mei 2014. Harrison. (2012). Hidden love: Sexual Ideologies and Relationship Ideals among Rural South African Adolescents in the Context of HIV/AIDS.
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/13691050701775068#.U6qRcZR_tgo diakses 10 Februari 2014. Hochbaum, G. M. (1958). Health Belief Model (HBM). http://www.med.uottawa.ca/courses/epi6181/images/Health_Belief_Model_review.pd f diakses 12 Mei 2014. Ifegwu, O. (2013). HIV/AIDS Knowledge, Attitudes, and Behaviors of Southern African American Male College Students. (Walden University, Faculty of Public Health). ProQuest Dissertations and Theses. http://search.proquest.com/docview/1341304556/FCE89DC307944CE5PQ/1?account id=17242. diakses 25 April 2014. Janewa. (2010). Joint United Nasional Programme On HIV/AIDS. Jakarta: Rineka Cipta. Lastianti, S. (2009). Hubungan Pengetahuan dan Sikap HIV/AIDS dengan Tindakan Pencegahan HIV/AIDS pada Siswa SMKN 3 Tahuna. http://fkm.unsrat.ac.id/wpcontent/uploads/2013/08/lastianti-Evilin-Singale-080112037.pdf diakses 11 April 2014. Matimba, V. (2013). Socioecological Predictors of HIV/AIDS Serostatus Among Men Ages 15-49 in Zimbabwe. (Walden University, College of Health Sciences). ProQuest Dissertations and Theses. http://search.proquest.com/docview/1284866877/fulltextPDF/28DED41370564D4AP Q/1?accountid=17242 diakses 31 Mei 2014. Munene, E. N. (2012). Assessing Knowledge, Attitude, Behaviour, and Practices Related to HIV and AIDS in A United States-Based Refugee Population. (The University of Utah, Faculty of Public Health). ProQuest Dissertations and Theses. http://search.proquest.com/docview/916925067/fulltextPDF/5C9D9F20245F40A8PQ /1?accountid=17242 diakses 31 Mei 2014. Ningsih. Lisma. (2013). Tesis: Determinan Perilaku Berisiko Tertular HIV pada Pria Potensial Berisiko Tinggi: Aplikasi Structural Equation Modeling. FKM UI Depok, 2013. Notoatmodjo, S. (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. PP & PL Kemenkes RI. (2013). Laporan Case on HIV/AIDS in Indonesia. http://www.spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf diakses 24 Februari 2014. PPM & PL Depkes RI. (2013). HIV/AIDS is A Business Issue. http://www.aidsindonesia.or.id/elib/uploads/20130819143621.HIV_AIDS_is_A_Busi ness_Issue_Workplace.pdf diakses 24 Februari 2014. Rusel. (2011). Joint Bebas dari 6 Penyakit Paling Mematikan..Yogyakarta: Medpress. Septiani, E. K. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Pencegahan Penyakit HIV/AIDS pada Remaja di SMP N 11. http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/keperawatan/MAJALAH%20EDHITA.p df diakses 11 April 2014. Shabani, Z dkk. (2013). The Level of Knowledge about HIV/AIDS among Young People Journal International Environnemental Application and Science, Vol. 8 (2): 193-198. http://search.proquest.com/docview/1458307833/fulltextPDF/AE9F36237D2E4F9CP Q/1?accountid=17242 diakses 25 April 2014. Shiferaw, Y dkk. (2011). Assessment of Knowledge, Attitudes and Risk Behaviors Towards HIV/AIDS and Other Sexual Transmitted Infection among Preparatory Students of Gondar Town, North West Ethiopia.
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014
http://search.proquest.com/docview/913051496/fulltextPDF/AB1BAEBC988446F1P Q/1?accountid=17242 diakses 9 April 2014. Suominen, T. (2011). Knowledge, Attitudes and Risk Behaviour Related to HIV and AIDS: The Case of International Students in a Finnish University. http://search.proquest.com/docview/900780243/fulltextPDF/5664F90991B140F1PQ/ 1?accountid=17242 diakses 3 Maret 2014. Tagoe, R. A. (2009). Knowledge, Behaviour, Perceptions and Attitudes of University of Ghana Students Towards HIV /AIDS: What Does Behavioural Surveillance Survey Tell Us?. http://search.proquest.com/docview/199995350/fulltextPDF/FA7FDAEE5778491AP Q/1?accountid=17242 diakses 3 Maret 2014. Tehrani, F. R and Afzali, H. M. (2008). Knowledge, Attitudes and Practices Concerning HIV/AIDS among Iranian At Risk Sub-Populations. http://www.researchgate.net/profile/Fahimeh_Ramezani_Tehrani/publication/529820 5_Knowledge_attitudes_and_practices_concerning_HIVAIDS_among_Iranian_atrisk_sub-populations/file/60b7d5242d3ac93c0e.pdf diakses 30 April 2014. UNAIDS. (1999). Sexual Behavioural Change for HIV: Where have Theories Taken Us?. http://data.unaids.org/publications/irc-pub04/jc159-behavchange_en.pdf diakses 10 Mei 2014. UNAIDS. (2001). Young Men and HIV: Culture, Poverty and Sexual Risk. http://data.unaids.org/publications/IRC-pub04/youngmenandhiv_en.pdf diakses 1 Juni 2014. UNAIDS. (2013). Global Report: UNAIDS Report On The Global AIDS Epidemic 2013. http://www.unaids.org/en/media/unaids/contentassets/documents/epidemiology/2013/ gr2013/unaids_global_report_2013_en.pdf diakses 24 Februaari 2014. UNAIDS. (2013). HIV in Asia and the Pacific. http://www.unaids.org/en/media/unaids/contentassets/documents/unaidspublication/2 013/2013_HIV-Asia-Pacific_en.pdf diakses 12 Mei 2014. UNAIDS dan WHO. (2013). Core Epidemiology Slides. http://www.unaids.org/en/media/unaids/contentassets/documents/epidemiology/2013/ gr2013/201309_epi_core_en.pdf diakses 12 Mei 2014. UNFPA. (2008). Ethiopian Society of Population Studies: Factors Fuelling the Prevalence of HIV and Contributing for Regional Variations: Finding from EDHS 2005. http://ethiopia.unfpa.org/drive/HIV.pdf diakses 12 Mei 2014. UNICEF. (2002). Young People and HIV/AIDS: Opportunity in Crisis. http://www.unicef.org/publications/index_4447.html diakses 1 Juni 2014. UNICEF. (2012). Issue Briefs: Responding to HIV and AIDS. http://www.unicef.org/indonesia/A4-_E_Issue_Brief_HIV_REV.pdf diakses 24 Februari 2014. WHO. (2006). HIV/AIDS Programme. http://www.who.int/hiv/pub/guidelines/artadultguidelines.pdf diakses 12 Februari 2014. WHO. (2009). Issue Global Summary Of The AIDS Epidemic. http://www.who.in/hiv/data/2009_global_summary.png diakses 10 Februari 2014.
Hubungan Tingkat..., Ade Handayani, FKM UI, 2014