KEBIJAKAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MENDUKUNG PEMBANGUNAN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS JERUK (Strategy of Research and Development to Support the Establishing of Citrus Agribusiness) BADAN PENELITIAN
Achmad Suryana DAN PENGEMBANGAN
PERTANIAN
ABSTRAK Memasuki era globalisasi pasar dan liberalisasi investasi yang ditandai dengan kerasnya persaingan antar negara produsen maka dibutuhkan upaya peningkatan daya saing agribisnis hortikultura dalam negeri. Untuk itu pendekatan strategi penelitian dan pengembangan hortikultura diarahkan untuk : (l) Mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang efisien, modern dan berbasis sumber daya domestik; (2) Mampu menjawab, mengantisipasi dan menciptakan inovasi teknologi untuk memenuhi kebutuhan pengguna, baik untuk memenuhi yang ada (existing needs), mengantisipasi kebutuhan yang akan datang (future needs) dan mampu menciptakan kebutuhan baru (demand driving). Program penelitian jeruk diarahkan pada (1) dihasilkannya varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan kualitas sesuai dengan permintaan konsumen; (2) penyediaan teknologi dan produksi benih sumber bermutu;· (3) teknologi usahatani yang efisien dan pengelolaan tan am an kebun sehat; (4) penetapan metode deteksi dan pengendalian CVPD; dan (5) pengembangan model agribisnis spesifik wilayah. Pengembangan teknologi anjuran spesifik lokasi kini menjadi pilihan yang paling tepat dalam perakitan inovasi teknologi sebagai komponen utama pengembangan agribisnis, untuk itu pendekatannya diarahkan dengan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) atau Litkaji Jeruk. Program ini dilaksanakan di delapan propinsi dan dirancang terkait erat atau merupakan bagian dari program aksi Direktorat Jenderal Hortikultura yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten atau Kota di propinsi yang bersangkutan. Kata kunci:
agribisnis,
penelitian
dan pengembangan,
CVPD, PTT.
ABSTRACT Entering the market globalization era and the investment liberalism which marked in hardly competition within the producer countries needed effort of increasing the competitive power of domestic horticulture agribusiness. Therefore, the strategy approach of any research and development directed to: (l) support of developing system and agribusiness work efficiently, modernly and domestic resource-based; (2) able to respond, anticipate and invent the technology innovation to meet the user needs, either to supply the existing needs, to anticipate the future needs or to create Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
the demand driving. Research and development on citrus is directed on (1) the excellent variety resulted in high yield capacity and the quality fitted to the consumer demand; (2) providing the technology and production of quality breeder seed; (3) efficiently farming system technique and healthy farm management of plant; (4) determination of detection method and CVPD control; and (5) developing agribusiness model based on regional specific. Development of this location specific recommended is now being the most appropriate option in assembling the technology innovation as the major component of developing agribusiness, therefore, its approach directed in the Integrated Crop Management (ICM) or Citrus Research and Assessment. This program executed in eight provinces and designed to close linkage or having any division of acting program under the Directorate General of Horticulture which conducted by the regency or the municipal government within related province. Keywords
: agribusiness,
research
and development,
CVPD, ICM.
PENDAHULUAN Memasuki era globalisasi pasar dan liberalisasi investasi, peran sektor pertanian dalam pembangunan perekonomian nasional menjadi semakin penting. Sektor pertanian dituntut mampu menjadi andalan bagi pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Pada masa mendatang peran sektor pertanian akan semakin berat karena dituntut dapat berperan sebagai salah satu mesin penggerak perekonomian nasional dalam penyediaan bahan pangan pokok, peningkatan pendapatan petani, penyediaan lapangan kerja, serta produksi bahan dasar industri olahan. Pada masa krisis ekonomi dan moneter, ketangguhan sektor pertanian telah teruji dibuktikan dari pertumbuhan positif, sementara sektor lainnya mengalami pertumbuhan negatif. Hal ini disebabkan karena sektor pertanian banyak menggunakan sumberdaya domestik sebagai komponen utama dalam proses produksi. Seiring dengan meningkatnya persaingan antar negara, sektor pertanian dituntut pula dapat memacu pusat-pusat pertumbuhan baru yang pengembangannya memberi pengaruh signifikan terhadap pembangunan perekonomian nasional. Salah satu pusat pertumbuhan baru yang sangat potensial dikembangkan pada masa kini dan masa depan adalah subsektor hortikultura. Pengembangan subsektor hortikultura secara luas diharapkan dapat memenuhi dan memperbaiki kebutuhan gizi masyarakat, menghemat dan meningkatkan devisa, dan memperbaiki kesejahteraan petani. Indonesia yang terletak di daerah tropis memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif dalam pengembangan hortikultura, mengingat potensi
2
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
sumberdaya yang sangat luas. Sumberdaya terse but perlu dikembangkan menjadi modal dasar dalam pembangunan hortikultura yang berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan dan terdesentralisasi. Pembangunan hortikultura diarahkan pada upaya mengubah kelimpahan produksi berbasis sumberdaya alam menjadi produk bernilai tambah sesuai permintaan pasar nasional, regional dan internasional melalui penerapan inovasi teknologi. Dalam periode lima tahun terakhir pembangunan subsektor hortikultura memperlihatkan kemajuan yang cukup menggembirakan. Komoditas hortikultura, khususnya buah-buahan dan sayuran, banyak dibutuhkan masyarakat sebagai sumber vitamin dan mineral yang penting bagi kesehatan tubuh manusia. Sementara tanaman hias diperlukan untuk memperindah lingkungan sekitar yang menjadi tun tu tan utama bagi pemenuhan kebutuhan batin masyarakat modern. Subsektor hortikultura memberi kontribusi terhadap pembangunan perekonomian nasional yang cenderung meningkat setiap tahun terutama dalam periode lima tahun terakhir. Salah satu komoditas hortikultura yang permintaannya cukup besar adalah jeruk. Hingga kini jeruk merupakan salah satu komoditas buah yang sangat menguntungkan untuk diusahakan pada skala komersial. Permintaan pasar dalam negeri yang belum dapat dipenuhi seluruhnya, walaupun dalam jumlah yang terbatas jeruk Indonesia telah diekspor. Produksi buah jeruk di Indonesia pada tahun 2000 hanya sebesar 644.052 ton, dan impor mencapai 43.341 ton, ekspor yang terdiri atas Pamelo, lemon dan sedikit jeruk keprok mencapai 650 ton. Kondisi faktual di lapangan menunjukkan bahwa jeruk impor mengisi berbagai pasar domestik, bahkan dijajakan di pedagang kaki lima dengan harga bersaing. Kondisi terse but merupakan tan tang an bagi semua pihak untuk meningkatkan daya saing buah jeruk nasional melalui peningkatkan mutu, efisiensi produksi dan transportasi serta peningkatan nilai tambah. Permasalahan agribisnis jeruk nasional cenderung semakin kompleks. Permasalahan yang ban yak dijumpai diantaranya adalah harga produk yang berfluktuasi, belum terbebasnya sentra produksi dari penyakit utama jeruk CVPD, mutu buah yang tidak kompetitif, penggunaan bahan kimia yang berlebihan, industri benih yang lemah, rendahnya tingkat adopsi teknologi anjuran, lemahnya kelembagaan petani serta pengembangan jeruk di beberapa wilayah yang masih bersifat parsial belum sepenuhnya berorientasi agribisnis. Masalah lain yang menyebabkan rendahnya produktivitas jeruk di Indonesia adalah belum terbebasnya sentra produksi jeruk dari penyakit CVPD akibat belum diterapkannya teknologi anjuran oleh petani. Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
3
Kondisi jeruk di beberapa daerah sentra produksi jeruk di Indonesia pada umumnya belum mencerminkan skala agribisnis, karena kebun jeruk masih berupa kantong-kantong kecil dan terpencar di kawasan pengembangan sentra produksi dan membentuk suatu hamparan. Hal ini mengakibatkan teknologi anjuran sulit diterapkan secara benar dan utuh, karena konsolidasi pengelolaan kebun kelompok tani sulit dilakukan sesuai yang direkomendasikan. Untuk itu diperlukan terobosan inovasi teknologi yang memungkinkan komponen teknologi yang telah dihasilkan oleh Balai Penelitian dan Loka Penelitian yang telah dirakit dan dimodifikasi oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di propinsi sebagai teknologi anjuran spesifik lokasi dapat segera sampai dan diterapkan oleh petani dan pelaku agribisnis jeruk lainnya. Di dalam tulisan ini dikemukakan ten tang kebijakan penelitian dan pengembangan mendukung pembangunan sistem dan usaha agribisnis jeruk yang berdaya saing. Uraian mencakup berbagai aspek-aspek yang terkait dengan penetapan program penelitian berbasis kebutuhan stakeholder, proses diseminasi teknologi yang melibatkan instansi terkait untuk menghindari waktu delivery teknologi yang terlalu panjang, penerapan inovasi teknologi spesifik lokasi dan pengembangan sistem informasi.
PROGRAM
PENELITIAN
JERUK DJ INDONESIA
Usaha hortikultura didominasi oleh karakteristik usaha yang menggunakan kelimpahan sumberdaya sebagai faktor produksi. Karakteristik usaha tersebut perlu ditransformasikan menjadi usaha yang dihela oleh modal dan inovasi. Sebagian besar usaha hortikultura dilakukan di dataran tinggi dengan tidak memperhatikan kelestarian lingkungan, misalnya budidaya sayuran dataran tinggi yang makin merambah ke tempat-tempat yang terlalu terjal. Hal ini merangsang degradasi sumberdaya alam secara keseluruhan, karena menimbulkan erosi di daerah hulu serta polusi dan sedimentasi di daerah aliran sungai di bawahnya. Pengembangan agribisnis hortikultura secara umum, mernbutuhkan benih bermutu yang ketersediaannya di dalam negeri sangat terbatas, sehingga sebagian masih harus diimpor. Keterbatasan ketersediaan benih disebabkan karena belum berkembangnya industri pemuliaan dan perbenihan di dalam negeri secara memadai. Di bagian lainnya, praktek budidaya yang dilakukan petani kurang efisien dan produktif. Hal ini berkaitan dengan rendahnya jumlah dan mutu input
4
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
produksi yang diberikan atau cara dan waktu pemberian yang tidak tepat. Sementara itu produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan kurang memenuhi standar kualitas yang dikehendaki pasar. Mutu produk rendah disebabkan oleh potensi genetik yang ditanam, kualitas benih yang digunakan, praktek budidaya yang tidak tepat termasuk penggunaan bahan agrokimia yang berlebihan atau tidak tepat sasaran atau praktek pasca panen yang salah. Aspek lain dalam usaha hortikultura yang penting dan belum menunjukkan kinerja yang optimal adalah kelembagaan. Kelembagaan penyedia modal, kelembagaan usaha bersama, kelembagaan penyedia sarana produksi dan pengumpul produk hasil panen, serta kelembagaan sistem informasi masih belum bekerja optimal. Hal ini menjadi faktor utama penyebab rendahnya posisi tawar petani di sentra produksi. Memasuki era pasar global dan liberalisasi investasi yang ditandai oleh ketatnya persaingan antar negara produsen, maka dibutuhkan upaya peningkatari day a saing agribisnis hortikultura di dalam negeri dengan cara mengatasi permasalahan secara sistematik, cepat dan tepat. Untuk itu pendekatan strategi penelitian dan pengembangan hortikultura diarahkan untuk: (1) mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang efisien, modern dan berbasis sumberdaya domestik; (2) mampu menjawab, mengantisipasi dan menciptakan inovasi teknologi untuk memenuhi kebutuhan pengguna, baik untuk memenuhi kebutuhan yang ada (existing needs), mengantisipasi kebutuhan yang akan datang (future needs), maupun dan menciptakan kebutuhan baru (demand driving). Sesuai dengan permasalahan yang ada di lapangan, maka program penelitian jeruk diarahkan pada (1) dihasilkannya varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dengan cita rasa yang disukai konsumen, (2) penyediaan teknologi dan produksi benih sumber bermutu, (3) teknologi usahatani yang efisien dan pengelolaan tanaman kebun jeruk sehat, (4) penetapan metode deteksi dan pengendalian CVPD, dan (5) pengembangan model agribisnis spesifik wilayah. Teknologi anjuran yang spesifik lokasi kini menjadi pilihan yang paling tepat dalam perakitan inovasi teknologi sebagai komponen utama dalam pengembangan agribisnis. Berdasarkan pemikiran tersebut Badan Litbang Pertanian perlu menetapkan strategi penelitian di antaranya mengembangkan pendekatan pemecahan masalah dengan melaksanakan penelitian dan pengkajian Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Sesuai dengan kaidah keterpaduan, partisipatif dan spesifik lokasi, maka implementasi PTT memerlukan pentahapan proses
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional2004
5
karakterisasi masalah dan kebutuhan teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat, pengembangan sistem informasi dan penguatan kelembagaan usaha petani. Pendekatan keterpaduan dan partisipatif dalam kegiatan litkaji akan mendorong proses dialog interktif dan interaktif di antara pelaku bisnis yang terlibat dan terkait. Proses tersebut akan memantapkan perwujudan lembaga-lembaga yang terlibat sebagai learning organization dan masyarakat agribisnis sebagai learning society. Litkaji jeruk bertujuan untuk membangun keterkaitan dan sinkronisasi program penelitian Lolitjeruk dengan program BPTP propinsi guna mempercepat proses transfer teknologi spesifik lokasi ke pengguna dan mengembangkan sistem proses inovasi teknologi jeruk spesifik lokasi yang didukung oleh jaringan informasi yang efektif dan efisien serta penguatan kelembagaan petani di sentra produksi jeruk. Program litkaji jeruk yang dilaksanakan di delapan propinsi itu dirancang terkait dengan atau sebagai bagian dari program aksi Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura yang dilaksanakan oleh Pemerintah kabupaten/kota di propinsi yang bersangkutan. Institusi pengkajian (BPTP) lingkup Badan Litbang Pertanian memiliki mandat wilayah dalam merekayasa tekno logi untuk pengembangan agribisnis spesifik lokasi dalam rangka pembangunan pertanian. di wilayah. Rekayasa teknologi ini dimulai dengan menguji day a adaptasi pada skala terbatas dalam bentuk prototipe teknologi yang dihasilkan Puslitbang/Balai Besar terhadap berbagai kondisi biofisik setempat. Dari kegiatan uji adaptasi ini dihasilkan berbagai rekomendasi teknologi spesifik lokasi. Rekomendasi teknologi tersebut dikembangkan lebih lanjut pada skala agribisnis aktual dengan mengikutsertakan aspek kelembagaan, sosial-ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. Pada akhirnya diperoleh alternatif model pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang berbasis pada keunggulan setiap wilayah. Di dalam penetapan alternatif model agribisnis ini peran Pemerintah Daerah dan Direktorat Jenderal terkait lebih dominan dibandingkan dengan BPTP.
KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN
MODEL INOVASI AGRIBISNIS
JERUK
Teknologi spesifik lokasi dikaji dan dikembangkan agar mampu memanfaatkan sumberdaya penelitian pertanian secara optimal berwawasan agribisnis dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Program litbang
6
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
pertanian wilayah mencakup (1) karakterisasi dan analisis zona agroekologi, (2) penelitian adaptif dan komoditas spesifik lokasi, (3) rekayasa usaha agribisnis berbasis komoditas, (4) pengkajian sistem agribisnis berbasis komunitas, (5) sosial ekonomi budaya masyarakat pedesaan dan (6) diseminasi inovasi pertanian. Inovasi teknologi diperoleh melalui serangkaian yang sistematis dan memenuhi kaidah ilmiah dimulai sejak perencanaan, pelaksanaan dan diseminasi hasil penelitian/pengkajian kepada pengguna. Proses inovasi teknologi lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dimulai dengan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan IPTEK harapan yang selanjutnya melalui pengembangan menjadi teknologi generik/prototipe teknologi. Alur inovasi teknologi teknologi lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dapat dilihat dalam Gambar
1.
LlTBANGJI PUSLIT!D=r=~d:J!BPTP KEGIATAN IPTEK PUSLlT Penelitian
Pengembangan
I
Masyarakat
L..-===i=-lm_jah ____ __
UjiSUT
Ujl Sistem dan Usaha
Agribisnis
(SUA)
Teknologi geneticJPrototipe teknologi
harapan
PUSlIT
Uji Adaptif
Ujl Multi Lokasi
Lembaga __
Rekomendasi
Rekomendasr komp. Tek. Iokasl
I
Rekomendasi
SUT
SUA
Spesffik
Masyarakat
'-_p_._n._liti_an_....I~ __
f.......---
__
A_9_Mb_iSn_i _...l...-
DISEMINASI
Masyarakat
Agribisni
-'-
Masyarakat
Agribisni
---'
BPTP
Gambar I. Alur inovasi tcknologi Lingkup Badan Litbang Pertanian
Karakterisasi dan analisis zona agroekologi merupakan kegiatan pengkajian utama yang mencakup aspek (1) pengelompokan wilayah berdasarkan kesamaan komponen utama agroekologi dan (2) karakterisasi komponen sosial ekonomi untuk masing-masing zona agroekologi. Dari pengkajian tersebut dihasilkan (a) sistem pengkalan data dan berbagai jenis peta mengenai keadaan potensi biofisik dan sosial ekonomi di suatu daerah, (b) data dan informasi tentang kesesuaian beberapa jenis komoditas pertanian penting serta kesesuaian berbagai jenis teknologi di suatu daerah, (c) data dan informasi tentang beberapajenis komoditas pertanian yang bisa dikembangkan di suatu daerah serta kebutuhan teknologinya.
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
7
Penelitian komoditas adaptif adalah suatu rangkaian kegiatan yang terkait dengan perakitan varietas unggul mulai dari pembibitan, uji adaptasi dan multilokasi galur harapan, komponen pengendalian hama terpadu. Luaran penelitian komoditas spesifik lokasi adalah tersedianya komponen teknologi maupun paket teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas dan mutu hasil komoditas pertanian spesifik lokasi yang dirakit dalam SUT/SUP. Kegiatan rekayasa usaha agribisnis berbasis komoditas adalah termasuk pengkajian sistem usahatani yang diarahkan untuk memperoleh inovasi dalam memanfaatkan aset secara optimal dengan menerapkan komponen teknologi yang telah teruji unggul pada agroekosistem spesifik. Modifikasi sesuai dengan kondisi sosial ekonomi setempat perlu dilaksanakan untuk meningkatkan daya guna teknologi. Luaran pengkajian adalah tersedianya pilihan model usahatani yang sesuai dengan dinamika pasar, menguntungkan dan dapat diterima oleh petani dan ramah lingkungan. Pengkajian sistem usaha pertanian merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem usahatani dengan menfasilitasi pengembangan kelembagaan petani secara partisipatif oleh masyarakat pedesaan. Prioritas diberikan pada pengembangan kelembagaan yang mendorong peningkatan posisi tawar dari petani dengan membangun berbagai alternatif kelompok petani agribisnis produktif. Pengembangan kelembagaan harus disertai dengan pengembangan kemampuan sumberdaya manusia pedesaan, sehingga akan mendorong tumbuhnya pen gem bang an sistem agribisnis yang berkelanjutan. Pengkajian sosial ekonomi budaya masyarakat pedesaan dimaksudkan untuk memahami aspek sosial, ekonomi dan budaya masyarakat pedesaan sebagai dasar bagi pilihan alternatif usaha agribisnis. Data, informasi dan pengetahuan tentang aspek sosial budaya tersebut dibutuhkan tidak hanya untuk perencanaan, melainkan juga untuk merumuskan kebijakan pembangunan pertanian. Luaran pengkajian ini mencakup profil karakteristik rumah tangga masyarakat pedesaan, perangkat kelembagaan dan organisasi sistem agribisnis komoditas, sistem produksi komoditas, kebutuhan teknologi dan persepsi petani, alternatif kebijakan yang diperlukan untuk memecahkan masalah pembangunan pertanian, metode penyebarluasan hasi l-hasi l penelitian dan pengkajian.
8
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
Penerapan
Pengelolaan
Terpadu
Kebun Jeruk Sehat (PTKJS)
Strategi pengembangan jaringan litkaji jeruk difokuskan pada proses percepatan adaptasi dan adopsi komponen teknologi yang dihasilkan Balai Penelitian Tanaman Buah dan Lolitjeruk menjadi anjuran teknologi jeruk spesifik lokasi oleh masyarakat agribisnis jeruk dengan fasilitasi oleh BPTP propinsi berkerja sama dengan Dinas/lnstansi terkait. Strategi tersebut diimplementasikan dengan membangun jaringan sistem informasi yang dapat diakses oleh seluruh pelaku inovasi teknologi, yaitu peneliti, petani, penyuluh, dan pengusaha. Dalam waktu yang bersamaanjuga dilakukan penguatan kelembagaan petani yang telah ada guna mempermudah pelaksanaan konsolidasi pengelolaan kebun, meningkatkan posisi tawar petani dan mengoptimalkan penggunaan sumberdaya lokal yang tersedia. Pen gem bang an sistem inovasi tersebut akan diutamakan pada perbaikan subsistem produksi melalui penerapan pengelolaan kebun sehat sehat (PTKJS) dengan tetap memperhatikan dinamika simpul-simpul agribisnis lainnya secara profesional. Hal ini dilakukan melalui proses adaptasi teknologi produksi benih jeruk bebas penyakit dan budidaya jeruk menjadi teknologi spesifik lokasi. Proses adaptasi tersebut tercermin dari visitor plot, demplot dan demarea untuk mengakselerasikan percepatan adopsi teknologi anjuran di kawasan pengembangan. Strategi pengendalian penyakit CVPD yang merupakan penyakit penting pada tanaman jeruk adalah dengan menerapkan teknologi anjuran PTKJS secara benar dan utuh dengan kelompok tani sebagai unit terkecil pembinaan. Walaupun penerapan PTKJS difokuskan pada perbaikan penerapan teknologi pada subsistem produksi, dinamikan simpul-simpul agribisnis lainnya seperti penyediaan bibit jeruk bebas penyakit, penanganan pascapanen yang memadai serta distribusi dan pemasaran yang berpihak kepada petani tetap diperhatikan sebagai rangkian sistem yang tidak terpisahkan. Untuk itu dalam penelitian dan pengkajian ini digunakan pendekatan pengelolaan rantai pasokan atau supply chain management (SCM) dan metodologi sistem lunak atau soft system methodology (SSM). SCM dan SSM merupakan dua metode pendekatan yang menekankan keterpaduan sistem agribisnis yang kalau dikombinasikan diharapkan dapat menciptakan sistem agribisnis jeruk. SCM dimaksudkan agar keseluruhan input dan proses penyediaan dan distribusi produk dikelola dengan efektif sehingga produk yang berkualitas prima sampai ke tangan konsumen dengan harga yang layak dan produsen serta pedagang memperoleh keuntungan yang menggairahkan. Perbaikan kondisi dan pemecahan masalah dalam
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
9
SCM dianalisis dan dibahas dalam dialog interaktif di antara para pelaku agribisnis dan para pengambil kebijakan. SSM memberikan alat untuk memperbaiki analisis dan fasilitasi dialog serta memungkinkan pen eta pan struktur masalah, sistem yang terkait dan model perbaikan sistem. Berdasarkan hal tersebut dapat disusun rencana perbaikan sistem agribisnis yang mengikuti nalar sistemik dan dapat diterima semua pihak yang terlibat. Muatan SCM dan SSM menjadi bahan pelatihan bagi para pempinan, peneliti dan penyuluh Lolit Jeruk dan BPTP yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian dan pengkajian. Penelitian dan pengkajian PTT Jeruk pada tahun anggaran 2003 dilaksanakan oleh Puslitbang Hortikultura dalam hal ini Lolitjeruk bekerja sama dengan BPTP dan Dinaslinstansi terkait di tingkat propinsi dan kabupaten/kota dari Propinsi Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur dan Jawa Timur. Lolitjeruk selain akan menyediakan buku Panduan Umum dan beberapa buku petunjuk teknis juga menyelenggarakan Pelatihan Pelatih (TOT) tentang seluruh aspek yang berkaitan dengan penerapan teknologi anjuran PTKJS. Selanjutnya, Lolijeruk juga membantu peneliti di BPTP propinsi melaksanakan program pengembangan Sistem Usaha Tani (SUT) jeruk di lokasi pengkajian dengan pendekatan partisipasif yaitu melibatkan peneliti, penyuluh dan petani kunci serta instansi terkait. BPTP di tiap propinsi menyelenggarakan kajian pemahaman masalah di pedesaan secara cepat dan partisipatif (participatory rural appraisal atau PRA), demplot, pelatihan untuk penyuluh dan petani andalan, dan penguatan kelembagaan petani produsen. Dalam berbagai kegiatan BPTP itu, Lolit Jeruk tetap terlibat terutama dalam PRA, supervisi teknis demplot, dan pelatihan. Sedangkan dalam sosialisasi dan pengembangan kegiatan dalam skala yang lebih luas serta dalam penguatan kelembagaan petani, peran Dinas dan Instansi terkait di Propinsi dan kabupaten/kota yang bersangkutan diharapkan lebih menonjol. Keterkaitan program ini dengan Program Aksi Ditjen Bina Produksi Hortikultura perlu dikoordinasikan di tingkat Pusat oleh Ditjen dengan melibatkan Puslitbang Hortikultura dalam pembahasan berbagai aspek kegiatan Program Aksi tersebut (Gambar 2). Sebaliknya, Puslitbanghorti harus selalu mengkomunikasikan kemajuan dan masalah yang dihadapi dalam kegiatan litkaji ini ke Ditjen Bina Produksi Hortikultura, melalui Direktorat Buah. Di daerah, dinas penanggungjawab pelaksanaan Program Aksi selalu mengikutsertakan BPTP yang bersangkutan dalam pelaksanaan program. Demikian juga BPTP selalu melibatkan Dinas dan instansi terkait dalam pelaksanaan pengkajian.
10
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
Garnbar 2. Pola kerja pengelolaan Tanaman terpadu jeruk
Pengembangan
Jaringan
Informasi
Inovasi Teknologi
Jeruk (JIlT J)
Puslitbang Hortikultura melalui Lolitjeruk telah mengembangkan Jaringan Informasi Inovasi Teknologi Jeruk (JIITJ) bersama BPTP setempat ke daerah sentra produksi terutama yang terletak di propinsi peserta Litkaji jeruk dalam upaya mengakselerasi pengembangan agribisnis jeruk. Efektivitas sistem diseminasi hasil penelitian dan pengkajian jeruk di Lolitjeruk telah dilakukan dengan peluncuran website : www.citrusindo.org pada tanggal 29 Januari 2003 yang hingga kini terus menjalani penyempurnaan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa di sentra produksi jeruk di propinsi Sum ut, Kalbar, Jatim dan NTT tidak ada tenaga PPL khusus tentang jeruk yang melakukan pembinaan dan pengawalan penerapan teknologi anjuran. Bahkan, petani jeruk sering didatangi para sales dari beberapa perusahaan pestisida yang memberikan penyuluhan dan menawarkan produknya. Selain PPL jeruk yang tidak ada, petugas lapangpun sangat terbatas dalam penguasaan pengetahuan dan ketrampilan tentang teknologi jeruk sehingga kurang percaya diri dalam berinteraksi dengan petani yang kaya pengalaman lapangnya. Oleh karena itu, pelatihan petugas lapang di sentra produksi jeruk menjadi sangat penting untuk segera direalisasikan. Berdasarkan fakta keterbatasan kemampuan dan jumlah petugas penyuluh jeruk di lapang, tuntutan kebutuhan teknologi oleh petani jeruk di daerah sentra produksi yang tinggi, kemajuan teknologi informasi elektronik yang luar biasa, maka dibentuklah jaringan informasi inovasi teknologi jeruk. Agroklinik yang telah dibangun di masing-masing sentra produksi di propinsi peserta Litkaji Jeruk
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
11
menjadi sumber informasi inovasi teknologi untuk petani jeruk di wilayahnya. Dalam kegiatan hariannya, di agroklinik jeruk ini akan dilayani oleh petugas jaga yang pada tahap awal merupakan petugas detasering Lolitjeruk dan BPTP setempat. Layanan agroklinik jeruk bisa berlangsung 3-4 hari tergantung kebutuhan dan kesepakatan dengan petani. Pada tahap selanjutnya, agroklinik akan dikomdani oleh petugas dinas setempat yang menguasai teknis jeruk. Oleh karena itu, keterlibatan pihak Diperta setempat terutama dalam melengkapi sarana dan prasarana agroklinik perlu dilakukan sedini mungkin. Agroklinik jeruk mendapat pasokan informasi terutama dari Lolitjeruk dan BPTP propinsi atau bahkan dari sumber informasi lainnya. lika dalam pelayanan agroklinik dijumpai permasalahan yang tidak dapat dipecahkan oleh petugas jaganya, maka dapat langsung berhubungan atau merujuk ke Lolitjeruk maupun BPTP setempat melalui internet. Oleh karena itu, agroklinik yang ada harus dilengkapai dengan komputer dan perangkat internet agar dapat berkomunikasi langsung dengan Website yang ada di Lolitjeruk: www.citrusindo.org. Pada masa mendatang, diseminasi hasil penelitian jeruk akan dikomunikasikan sistem jaringan informasi inovasi teknologi jeruk yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi masa kini. Agroklinik jeruk yang pembangunannya diinisiasi oleh BPTP setempat dan Lolitjeruk, pengelolaan selanjutnya seyogyanya dilakukan oleh pihak Diperta setempat sekaligus tempat berkumpulnya petugas-petugas lapang seperti PPL, PPH dan praktisi jeruk lainnya sehingga peran agroklinik menjadi lebih luas, yaitu temp at koordinasi kegiatan lapang proyek-proyek yang berhubungan dengan pengernbangan agribisnis jeruk di wilayah tersebut. Sistem jaringan inovasi teknologi jeruk yang dikembangkan ini terus dilakukan pembenahan diri sesuai dengan perkembangan masalah yang dihadapi pet ani di lapangan, bahkan agribisnis jeruk di sentra produksi.
FAKTOR-FAKTOR
PENENTU
KEBERHASILAN
Berdasarkan pengalaman dan hasil beberapa penelitian dan pengkajian yang telah didokumentasikan, beberapa aspek yang bisa menjadi penentu keberhasilan program penelitian dan pengembangan, diantaranya adalah sebagai berikut:
• Pelaksana
litkaji
harus
memahami
permasalahan
yang
ada secara
utuh
dan
mendalam.
12
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
•
Program yang disusun telah disosialisasikan terkait dan masyarakat merasa memilikinya.
sedemikian
rupa sehingga
instansi
•
Rakitan teknologi anjuran harus bersifat spesifik lokasi sesuai kebutuhan penerapannya mengikuti pola pengembangan 5K yaitu: Keseragaman varietas, Kesatuan hamparan, dan Keterpaduan pengelolaan atau klonalisasi varietas, Kolonisasi lahan, dan Konsolidasi pengelolaan.
•
Secara simultan melakukan upaya pemberdayaan kelembagaan petani melalui asosiasi atau bentuk kelembagaan lain guna mempercepat laju adopsi teknologi anjuran serta meningkatkan posisi tawar petani.
•
Pengawalan penerapan teknologi anjuran sebaiknya dibahas dengan petani maupun instansi terkait dengan kelompok tani sebagai unit terkecil penyuluhan.
•
Penanganan pada salah satu sub-sistem agribisnis, harus memperhatikan secara proporsional perubahan yang mungkin terjadi pada sub-sistern agribisnis lainnya, misalnya perbaikan teknologi produksi akan menuntut perubahan atau perbaikan dalam penyediaan sarana produksi, pengelolaan pasca panen serta pemasaran dan distribusinya. Peran berbagai ins tan si sesuai dengan fungsi masing-masing perlu diintegrasikan untuk pengembangan hasil penelitian dan pengkajian dalam skala komersial. Harus ada keterkaitan kuat antara kegiatan litkaji dan program pembangunan agibisnis secara keseluruhan.
KESIMPULAN
DAN SARAN
•
Program penelitian jeruk perlu disosialisasikan sehingga instansi terkait maupun pelaku agribisnis jeruk merasa ikut memiliki atau peduli.
•
Strategi pengembangan jaringan litkaji jeruk hendaknya dititikberatkan pada proses percepatan adaptasi dan adopsi komponen teknologi yang telah dihasilkan yang selanjutnya dijadikan teknologi anjuran untuk komoditi jeruk spesifik lokasi dengan fasilitasi oleh BPTP propinsi bekerjasama dengan DinaslInstansi terkait di propinsilkabupaten/kota yang bersangkutan.
•
Keberhasilan Pengelolaan oleh kinerja
penerapan teknologi anjuran yang dalam hat ini adalah penerapan Terpadu Kebun Jeruk Sehat dalam proses produksi juga dipengaruhi dari subsistem atau simpuI agribisnis Iainnya seperti ketersediaan
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
13
agroinput, penganganan pas ea panen dan distribusi pemasaran. Kompleksitas masalah tersebut menuntut upaya pemecahan masalah yang lebih holistik dengan memahami dan kemudian meningkatkan efisiensi. •
14
Optimasi peran agroklinik perlu lebih ditingkatkan karena fungsinya yang dapat menggantikan fungsi PPL yang jarang dijumpai di lapang, bahkan sering digantikan fungsinya oleh penjaja/sales produk pestisida. Jaringan Informasi Inovasi Teknologi Jeruk (JIITJ) dengan website citrusindo sebagai motornya diharapkan dapat berperan mengakselerasi diseminasi dan proses alih teknologi hasil penelitian mendukung pengembangan agribisnis di tanah air khususnya di empat propinsi peserta Litkaji Jeruk.
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004