ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN (FOOD SECURITY) DENGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAME KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2014 Konsumsi pangan yang kurang akan berdampak terhadap kurangnya zat gizi dalam tubuh. Secara umum terdapat dua kriteria untuk menentukan kecukupan konsumsi pangan, yaitu konsumsi energi dan protein. Kebutuhan energi biasanya dipenuhi dan konsumsi pangan pokok, sedangkan kebutuhan protein dipenuhi dari sejumlah substansi hewan, seperti ikan, daging, telur dan susu. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan ketahanan pangan dengan tingkat kecukupan energi dan protein pada balita gizi kurang di Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya. metode yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah balita gizi kurang (1 – 5 tahun) dengan teknik simpel random sampling jumlah sampel sebanyak 86 responden. Analisis univariat diperoleh bahwa responden yang tahan sebanyak 30 orang (34.9%) dan yang tidak tahan sebanyak 56 orang (65.1%), balita di Wilayah kerja puskesmas Sukarame Tahun 2014 adalah kurang sebanyak 54 orang (62.8%) sedangkan yang baik sebanyak 32 orang (37.2%), balita kurang gizi umur 12-59 bulan yang menjadi sampel dalam penelitian ini, tingkat kecukupan proteinnya baik yaitu sebanyak 42 orang (48.8%) dan kurang sebanyak 44 orang (51.2%). Hasil bivariat diperoleh bahwa ada hubungan ketahanan pangan dengan tingkat konsumsi energy di wilayah kerja puskesmas Sukarame dengan nilai value sebesar 0.000 dan ada hubungan ketahanan pangan dengan tingkat konsumsi protein di wilayah kerja puskesmas Sukarame dengan value sebesar 0.023. disarankan meningkatkan wawasan dan pengetahuan gizi (seperti mengikuti penyuluhan, aktif memanfaatkan fasilitas kesehatan, dan kegiatan lainnya) yang berkaitan dengan faktor-faktor ketahanan pangan rumah tangga serta status gizi anak sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan diharapkan dapat terus memberikan informasi masalah gizi kepada masyarakat terutama bagi KIA sehingga tidak lagi ada yang kejadian kekurangan gizi terutama tingkat konsumsi energi dan protein. Kata kunci Pustaka
: Ketahanan Pangan, tingkat kecukupan energi dan protein : 30 (2001 – 2013)
1
ABSTRACT SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN FOOD SECURITY RELATIONS (FOOD SECURITY) THE ADEQUACY OF ENERGY AND PROTEIN IN CHILDREN NUTRITION LESS WORK AREA HEALTH DISTRICT Sukarame TASIKMALAYA 2014 Less food consumption will have an impact on the lack of nutrients in the body. Generally, there are two criteria for determining the adequacy of food consumption, the consumption of energy and protein. Energy needs are usually met and staple food consumption, while the protein needs met from a number of animal substances, such as fish, meat, eggs and milk. The purpose of this study was to determine the relationship of food security with adequate levels of energy and protein malnutrition in young children in Sub Sukarame Tasikmalaya regency. method used is observational with cross sectional approach. The population in this study is less underweight children (1-5 years) with a simple random sampling technique the total sample of 86 respondents. Univariate analysis showed that respondents who hold as many as 30 people (34.9%) and who do not hold as many as 56 people (65.1%), health centers toddlers in working area Sukarame 2014 is approximately 54 people (62.8%), while a good many as 32 people (37.2%), children under five are malnourished aged 12-59 months were sampled in this study, the adequacy of the protein both as many as 42 people (48.8%) and less than 44 people (51.2%). Bivariate results obtained that there is food security relationship with the level of energy consumption in the working area of the health center Sukarame with a value equal to the value is 0.000 and no food security relationship with the level of protein consumption in the working area health centers Sukarame with value value is 0.023. recommended increasing the insight and knowledge of nutrition (such as counseling followed, actively utilize health facilities, and other activities) related to the factors of household food security and nutritional status of children that can be applied in everyday life and is expected to continue to provide nutritional information problems to the community, especially for MCH that no longer exist that the incidence of malnutrition, especially protein levels and energy consumption. Keywords reference
: Food Security, the adequacy of energy and protein : 23 (2004 – 2008)
2
1.
Pendahuluan Masalah gizi adalah gangguan kesehatan seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dan makanan (Hidayat, 2007) Balita kurus merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia yang banyak ditemui pada masyarakat kelompok rentan. Balita merupakan salah satu kelompok rentan kurang gizi karena berada dalam, proses tumbuh kembang yang cepat sehingga kebutuhan akan zat-zat gizinya relative lebih tinggi dan kelompok lain, selain itu mereka rawan terpapar berbagai infeksi dan saluran cerna (Notoatmodja, 2003). Gizi kurang pada balita akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan, perkembangan intelektual, serta dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian balita (Sugeng. 2006). Ketidaktahanan pangan keluarga berhubungan secara signifikan dengan kekurangan gizi pada anak (Isanaka, et 8/, 2007; Stormer and Harrison, 2003) dan berhubungan dengan kualitas dan kuantitas konsumsi makanan keluarga (Bhattacharya J., Currie J., & Haider S. 2004). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa ketidaktahanan pangan berhubungan dengan rendahnya konsumsi energi total pada anak (Oh SY, Hong MJ, 2003). Ketidaktahanan pangan merupakan suatu kondisi karena keluarga mengalami keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam jumlah yang cukup dan aman (Jyoti, et a, 2005). Jadi ketahanan pangan ini dapat meningkatkan asupan gizi karena ketersediaan bahan makanan untuk digunakan sebagai asupan makan dan kecukupan energi. Di samping itu, observasi lapangan menunjukkan banyak tanaman singkong, kacang tanah dan ubi jalar di daerah Sukarame. Namun hasil pertanian ini juga sebagian dijual, diberikan ke tetangga, digunakan sebagai pakan ternak (seperti singkong dan ubi) atau bahkan kadang dibiarkan saja sampai membusuk. Hal ini disebabkan karena pada saat musim panen hasil pertanian melimpah, namun harga di pasaran justru turun dan seringkali hasil tersebut tidak bisa terjual semua. Survei awal yang dilakukan memberikan hasil bahwa belum banyak masyarakat yang memanfaatkan hasil pertaniannya untuk konsumsi keluarga karena dalam kebiasaan makan masyarakat singkong, kacang tanah, maupun ubi jalar hanya sesekali saja dikonsumsi sebagai kudapan. Pengolahan dan singkong dan ubi jalar biasanya juga hanya direbus atau digoreng saja, sehingga banyak masyarakat yang menyatakan bosan mengkonsumsi makanan tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap “Hubungan Ketahanan Pangan Dengan tingkat kecukupan Energi dan Protein Pada Balita Gizi Kurang di Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya”.
2. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan ketahanan pangan dengan tingkat kecukupan energi dan protein pada balita gizi kurang di Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya
3
3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian ini pengambilan data variabel bebas dan variabel terikat diamati secara bersamaan.. 4.
Hasil Penelitian a. Karakteristik Sampel Sampel pada penelitian ini adalah balita kekurangan gizi yang termasuk di wilayah Sukarame yang berusia 1-5 tahun. Sampel pada penelitian ini berjumlah 86 balita. 1) Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur Untuk melihat kriteria berdasarkan umur balita, maka penulis akan memaparkan perhitungan statistik yang meliputi mean, median. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 1 Tabel statistik Berdasarkan Umur Balita Statistik
Nilai
Mean Median Standar Deviasi Min Max
28.46 24 13.53 12 48
Berdasarkan tabel 1 bahwa umur minimum dari balita yaitu 12 bulan, dan umur maksimum balita yaitu 48 bulan , dengan rata-rata umur 24 bulan. Untuk mengetahui distribusi frekuensi balita dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Balita Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarame Tahun 2014 No.
Umur
n (orang)
1 2 2 3
Bayi (0 – 12) Badita (12 – 24) Batita (25 – 36) Balita (37 – 60) Jumlah
27 17 25 17 86
% (presentase) 31.4 19.8 29.1 19.8 100
Berdasarkan Tabel 2 sebagian besar sampel yaitu bayi (0-12 bulan) sebanyak 27 orang (31.4), badita (12 – 24) sebanyak 17 orang (19.8%) batita (25 – 36 bulan) sebanyak 25 orang (29.1%) dan balita (37 – 60) sebanyak 17 orang (19.8%).
4
2) Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu laki-laki dan perempuan, seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini : Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Balita Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarame Tahun 2014 No.
Jenis kelamin
1 2
Laki-laki Perempuan Jumlah
n (orang) 49 37 86
% (presentasi) 57 43 100
Berdasarkan tabel 3 sebagian besar sampel yaitu sebesar 57% atau sebanyak 49 balita berjenis kelamin laki-laki dan sebesar 43% atau sebanyak 37 balita berjenis kelamin perempuan. b. Analisis Univariat 1) Gambaran Ketahanan Pangan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4 Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Ketahanan Pangan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarame Tahun 2014 n No Kategori % (orang) Tahan 3 3.49 1 Tidak Tahan tanpa Kelaparan 11 12.79 2 Tidak Tahan tanpa Kelaparan 25 29.07 3 Sedang Tidak Tahan tanpa Kelaparan 47 54.65 Berat 4 Jumlah 86 100 Tabel 4 menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden memiliki ketahanan pangan yang termasuk dalam kategori tidak tahan tanpa kelaparan berat. Untuk lebih jelasnya tentang ketahanan pangan ini didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 5 Distribusi Ketahanan Pangan Balita Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarame Tahun 2014 No. 1. 2.
Kategori Tahan Tidak Tahan Jumlah
5
N
%
30 56 86
34.9 65.1 100
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa responden yang tahan sebanyak 30 orang (34.9%) dan yang tidak tahan sebanyak 56 orang (65.1%). 2) Gambaran Tingkat Kecukupan Energi Untuk melihat kriteria berdasarkan tingkat kecukupan gizi, maka penulis akan memaparkan perhitungan statistik yang meliputi mean, median. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 6 Tabel statistik Berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarame Tahun 2014 Statistik Mean Median Standar Deviasi Min Max
Nilai 141.08 129.115 72.33 70.07 632.31
Berdasarkan tabel 6 bahwa tingkat kecukupan energi minimum dari responden yaitu 70.07, dan maksimum yaitu 632.31, dengan rata-rata tingkat kecukupan energi (mean) 14.1.08. Untuk mengetahui lebih jauh tentang Tingkat Kecukupan energi di wilayah kerja puskesmas sukarame dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7 Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Balita Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarame Tahun 2014 No. 1. 2.
Kategori Baik Kurang Jumlah
N
%
32 54 86
37.2 62.8 100
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat kecukupan energi pada balita di Wilayah kerja puskesmas Sukarame Tahun 2014 adalah kurang sebanyak 54 orang (62.8%) sedangkan yang baik sebanyak 32 orang (37.2%). 3) Gambaran Tingkat Kecukupan Protein Untuk melihat kriteria berdasarkan tingkat kecukupan protein, maka penulis akan memaparkan perhitungan statistik yang meliputi mean, median. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
6
Tabel 8 Tabel statistik Berdasarkan Tingkat Kecukupan Protein di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarame Tahun 2014 Statistik Mean Median Standar Deviasi Min Max
Nilai 136.045 134.66 21.138 93.75 200
Berdasarkan tabel 8 bahwa tingkat kecukupan protein minimum dari responden yaitu 93.75, dan maksimum yaitu 200, dengan rata-rata umur (mean) 136.045. Untuk mengetahui lebih jauh tentang Tingkat konsumsi protein di wilayah kerja puskesmas sukarame dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9 Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Balita Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarame Tahun 2014 No.
Kategori
n
%
1 2
Baik Kurang
42 44 86
48.8 51.2 100
Jumlah
Tabel 9 menunjukkan bahwa dari seluruh anak balita kurang gizi umur 12-59 bulan yang menjadi sampel dalam penelitian ini, tingkat kecukupan proteinnya baik yaitu sebanyak 42 orang (48.8%) dan kurang sebanyak 44 orang (51.2%). c. Analisis Bivariat 1. Hubungan Ketahanan Pangan dengan tingkat konsumsi energi Tabel 10 Hubungan Ketahanan Pangan dengan Tingkat Kecukupan Energi di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarame Tahun 2014
Ketahanan Pangan Tahan Tidak tahan
Tingkat Kecukupan energi baik kurang f % f % 19 63.3 11 36.7 13 23.2 43 76.8 32 37.2 54 62.8
Total f 30 56 86
% 100 100 100
P value= 0,000 Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa responden dengan tingkat kecukupan energi baik sebanyak 63.3% yang memiliki kategori tahan pangan, sebaliknya pada keluarga dengan ketahanan pangan
7
yang masuk kategori tidak tahan sebagian besar memiliki tingkat kecukupan energi kurang yaitu 76.8%. Berdasarkan hasil uji statistic dengan chi-square di dapatkan nilai p valiue = 0,000 dengan α=0,05. Nilai probabilitas lebih dari α, maka dapat disimpulkan ada hubungan ketahanan pangan dengan tingkat konsumsi energy di wilayah kerja puskesmas Sukarame. 2. Hubungan Ketahanan Pangan dengan tingkat konsumsi protein Tabel 11 Hubungan Ketahanan Pangan dengan Tingkat Kecukupan Protein di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarame Tahun 2014 Kecukupan Protein Total Ketahanan Baik Kurang Pangan f % f % f % Tahan 20 66.7 10 33.3 30 100 Tidak tahan 22 39.3 34 60.7 56 100 32 37.2 54 62.8 86 100 P value= 0,023 Berdasarkan tabel di atas dapat diartikan bahwa responden yang tingkat kecukupan proteinnya baik didapatkan pada responden dengan tingkat ketahanan pangan tahan yaitu 66.7% dibandingkan yang tidak tahan. Berdasarkan hasil uji statistic dengan chi-square di dapatkan nilai p valiue = 0,023 dengan α=0,05. Nilai probabilitas lebih dari α , maka dapat disimpulkan ada hubungan ketahanan pangan dengan tingkat konsumsi protein di wilayah kerja puskesmas Sukarame. 5. Simpulan Hasil penelitian yang telah dianalisa dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Responden yang mempunyai ketahanan pangan tahan sebanyak 30 orang (34.9%) dan yang tidak tahan sebanyak 56 orang (65.1%). b. Balita yang mempunyai tingkat ketahanan energi di Wilayah kerja puskesmas Sukarame Tahun 2014 adalah kurang sebanyak 54 orang (62.8%) sedangkan yang baik sebanyak 32 orang (37.2%). c. Balita yang mempunyai tingkat kecukupan proteinnya sebagian besar adalah baik yaitu sebanyak 42 orang (48.8%) dan kurang sebanyak 44 orang (51.2%). d. Ada hubungan ketahanan pangan dengan tingkat konsumsi energy di wilayah kerja puskesmas Sukarame dengan p value = 0.000 e. Ada hubungan ketahanan pangan dengan tingkat konsumsi protein di wilayah kerja puskesmas Sukarame p value = 0.023 6. Saran Adapun beberapa saran peneliti guna memberikan kontribusi positif sesuai ruang lingkup penelitian ini, yaitu :
8
a. Bagi Dinas Kesehatan Meningkatkan kerjasama aktif secara berkesinambungan dalam melaksanakan intervensi gizi melalui Program Perbaikan Gizi Masyarakat terutama yang berkaitan dengan balita dan kesehatan rumah tangga seperti Penyuluhan (di sekolah maupun di desa) dan Pemantauan pertumbuhan. b. Bagi Program Meningkatkan kebijakan di bidang gizi agar dapat lebih menunjang perbaikan gizi masyarakat sehingga status gizi masyarakat dapat tercapai secara optimal. c. Bagi Masyarakat Meningkatkan wawasan dan pengetahuan gizi (seperti mengikuti penyuluhan, aktif memanfaatkan fasilitas kesehatan, dan kegiatan lainnya) yang berkaitan dengan faktor-faktor ketahanan pangan rumah tangga serta status gizi anak sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. d. Bagi Posyandu Diharapkan dapat terus memberikan informasi masalah gizi kepada masyarakat terutama bagi KIA sehingga tidak lagi ada yang kejadian kekurangan gizi terutama tingkat konsumsi energi dan protein.
9