PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ASSET DAN GROWTH TERHADAP KINERJA PASAR Suryana Asba (21204259) Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Gunadarma, 2009
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bukti empiris yaitu (i)Corporate governance mempengaruhi terhadap nilai Tobin’s Q (iii) Asset mempengaruhi terhadap nilai Tobin’s Q (iii) Growth mempengaruhi terhadap nilai Tobin’s Q. Corporate governance diukur dengan CGPI (Corporate Governance Perception Indeks) berdasarkan pada pemeringkatan yang telah disusun oleh IICG (Indonesian Institute of Corporate Governance) dan Kinerja Perusahaan diukur dengan nilai Tobin’s Q. Metode statistik yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Sampel penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan mengikuti survei yang dilakukan oleh IICG tahun 2005-2007 dan termasuk dalam pemeringkatan CGPI. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diambil kesimpulan bahwa corporate governance mempengaruhi nilai kinerja pasar perusahaan. Kata Kunci
: Corporate Governance,nilai Tobin’s Q
Latar Belakang Masalah Isu mengenai corporate governance mengalami perkembangan dari waktu kewaktu. Perkembangan ini muncul sebagai reaksi terhadap berbagai kegagalan korporasi (corporate failures) sebagai akibat dari buruknya tata kelola perusahaan. Krisis corporate governance, pertama kali terjadi pada tahun 1700an yang di kenal dengan the south sea bubble. Krisis ini ditanggapi dengan gerakan revolusi regulasi dan praktek bisnis di Inggris. Masalah corporate governances semakin mendapat perhatikan besar di Asia sejak terjadinya krisis financial pertengahan tahun 1997, dimana lemahnya peneraapan prinsip corporate governance diyakini sebagai sumber utama kerawanan ekonomi yang menyebabklan memburuknya perekonomian beberapa negara Asia. Indonesia mulai menerapkan prinsip GCG sejak menandatangani Letter of intent (LoI) dengan International Monetary Fund (IMF) yang salah satu bagian pentingnya adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan (corporate governance )
1
di Indonesia sejalan dengan langkah tersebut, pada tahun 1999, pemerintah melalui Kep10 /M.EKUIN/08/1999 membentuk suatu lembaga yaitu Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). Komite ini bertugas untuk merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional tentang corporate governanace (CG), anatara lain meliputi Code for Good Corporate Governance. Selanjutnya komite secara berkesinambungan bertugas memantau perbaikan dibidang CG Indonesia. Hal ini kemudian diikuti oleh Bapepam dengan menerbitkan surat edaran Bapepam No.SE03/PM/2000 tentang komite audit; menerbitkan peraturan pencatatan Bursa Efek Jakarta Nomor I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat ekuitas di Bursa pada tanggal 1 juli 2000 dan beberapa peraturan lainnya, serta memberikan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan publik (Khomsiyah,2005). Prinsip-prinsip dasar dari good corporate governance (GCG) pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Corporate governance lebih condong pada serangkaian pola perilaku perusahaan yang diukur melalui kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap para pemegang saham, dan stakeholders. Sehingga dapat dijadikan sebagai dasar analisis dalam mengkaji corporate governance di suatu negara dengan memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan yang sistematis yang dapat digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja perusahaan dan bagaimana korelasi antar kebijakan tentang buruh dan kinerja perusahaan. Meskipun kinerja ekonomi pemerintah yang lalu diwarnai oleh beberapa pelanggaran prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good corporate governance), baik di pasar modal, perbankan, maupun di sektor riil akibat krisis yang melanda Indonesia lalu sebaiknya prinsip-prinsip corporate governance tetap dapat dijalankan secara amanah, akuntabel, transparan dan fair untuk mencapai tujuan terciptanya nilai kinerja perusahaan jangka panjang seraya terlayaninya semua kepentingan pihak yang berkepentingan dengan jalannya perusahaan (stakeholders). Jika corporate governance merupakan faktor yang signifikan pada kondisi krisis, maka corporate governance tidak hanya mampu menjelaskan perbedaan kinerja antarnegara selama periode krisis, akan tetapi juga perbedaan kinerja antarperusahaan
2
dalam suatu negara tertentu. Penelitian tentang variasi penerapan corporate governance di tingkat perusahaan masih sangat sedikit dilakukan. Di Indonesia ada sebuah lembaga swdaya yang setiap tahun melakukan pemeringkatan praktek GCG untuk perusahaan publik, yaitu The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG).
Pemeringkatan yang dilakukan berdasarkan survey
terhadap prakti GCG yang menghasilkan skor Corporate Governance Perception Index (CGPI). Pada tahun 2003 perusahaan publik yang bersedia dinilai praktik GCG nya oleh IICG berjumlag 31 dari 332 perusahaan yang terdaptar di BEJ atau sekitar 9,3 % (Swa Sembada,2004). Sementara pada tahun 2004 perusahaan publik yang bersedia dilnilai praktik GCGnya hanya berjimlah 22 dari 334 perusahaan atau hanya sekitar 6,6 %. Ada penurunan sekitar 3,3 %. (Swa Sembada 2005). Tahun 2005 mengalami sedikit kenaikan menjadi 26 perusahaan . Hasil pemeringkatannya diumumkan pada tanggal 11 desember 2006.(Swa Sembada 2006). Perception Indekx 2007 yang dikeluarkan oleh IICG, terdapat kemajuan perusahaan yang tercatatr di Bura Efek Indonesia dalam menerapkan GCG. Beberapa penelitian yang secara khusus menguji hubungan antara struktur Corporate Governance dengan pengungkapan informasi telah dilakukan oleh Forker (1992), Ho dan Wong (2000), dan Sabeni (2002) dalam Khomsiyah (2003). Pentingnya penelitian mengenai Corporate Governance dan pengungkapan informasi dapat ditinjau dari dua perspektif. Penelitian dilakukan untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip Corporate Governance, mengingat pentingnya peran Corporate Governance dalam struktur pengelolaan bisnis dan ekonomi moderen yang ditopang oleh pasar modal dan pasar uang (Witherell,2000; Oman, 2001 dalam Khomsiyah, 2003), meningkatkan kepercayaan publik pada perusahaan (Brayshaw, 2002 dalam Khomsiyah, 2003). Penelitian Ho dan Wong (2000) dalam Khomsiyah (2003) menunjukkan bahwa Indonesia, Thailand dan Jepang yang mempunyai tingkat transparansi yang rendah, merupakan negara yang mengalami volatile shocks yang lebih besar dibandingkan dengan negara yang mempunyai transparansi yang lebih tinggi (Hongkong, Singapura dan Taiwan). Penelitian yang dilakukan Khomsiyah (2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penerapan Corporate Governance dengan pengungkapan informasi dalam laporan tahunan perusahaan. Semakin tinggi indeks implementasi Corporate Governance, semakin banyak informasi yang diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan.
3
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Coorporate Governance dan Kinerja Corporate governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk terus dikaji pelaku bisnis, akademisi, pembuat kebijakan, dan lain sebagainya. Pemahaman tentang praktik Corporate governance terus berevolusi dari waktu ke waktu. Kajian atas Corporate governance mulai disinggung pertama kalinya oleh Berle dan Means pada tahun 1932 ketika membuat sebuah buku yangmenganalisis terpisahnya kepemilikan saham (ownership) dan kontrol. Istilah Corporate governance itu sendiri untuk pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate governance merupakan: 1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan komisaris, direksi, pemegang saham dan para stakeholder lainnya. 2. Suatu
sistem
pengecekan
dan
perimbangan
kewenangan
atas
pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan. 3. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya (www.madani-ri.com). Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa corporate governance pada intinya adalah mengenai suatu, sistem, proses dan seperangkat
peraturan
yang
mengatur
hubungan
antar
berbagai
pihak
yang
berkepentingan (stakeholder) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. Corporate governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan yang signifikan dalam stategi korporasi dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.
4
Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance yaitu: 1. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. 2. Accountability
(akuntabilitas),
yaitu
kejelasan
fungsi,
struktur,
sistem,
dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 3. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. 4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsipprinsip korporasi yang sehat. 5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Pengaruh Corporate governance Terhadap Kinerja Perusahaan Penerapan coorporte governance bukan tanpa insentif. Wicaksono dalam Retta 2008 menyatakan bahwa CG muncul sebagai upaya untuk mengatasi perilaku manajemen yang mementingkan diri sendiri guna menciptakan system pembagian keuntungan yang seimbang bagi stakeholder dan menciptakan efisisensi bagi perusahaan. Dalam satu dasawarsa terakhir, hasil penelitian-penelitian empiris, codes of corporate governance di hamper seluruh dunia dan kesaksian
dari perusahaan yang telah menerapkan CG
menyimpulkan hal yang senada dari penerapan CG, yaitu CG dapat memberikan konstibusi positif bagi perusahaan maupun investor dan steke holder lainnya. Konstribusi positif yang dimaksud yaitu CG yang diterapkan dengan baik dapat bermanfaat untuk meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan dalam jangka panjang. Kinerja perusahaan ditentukan sejauh mana keseriusannya dalam menerapkan good corporate governance. Perusahaan yang terdaftar dalam skor pemeringkatan corporate governance yang dilakukan oleh IICG telah menerapkan good corporate
5
governance dengan baik dan secara langsung menaikkan nilai sahamnya. Semakin tinggi penerapan corporate governance yang diukur dengan corporate governance indeks perception semakin tinggi pula tingkat ketaatan perusahaan dan menghasilkan kinerja perusahaan yang baik. Secara teoritis praktik good corporate governance dapat meningkatkan kinerja perusahaan, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan yang menguntungkan sendiri dan umumnya good corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya yang berdampak terhadap kinerjanya.
Pengembangan Hipotesis Penerapan good corporate governance dipercaya dapat meningkatkan kinerja atau nilai perusahaan. Pernyataan ini dapat ditemukan dalam berbagai codes of corporate governance hampir di semua negara. Sebagai contoh, Dey Report (1994) dalam Kusumawati (2005) mengemukakan bahwa corporate governance yang efektif dalam jangka panjang dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menguntungkan pemegang saham. Peningkatan kinerja perusahaan tersebut tidak hanya untuk kepentingan pemegang saham namun juga untuk kepentingan publik secara umum. Sunarto (2003) juga menyatakan apabila good corporate governance tercapai maka kinerja saham perusahaan tersebut akan semakin meningkat. Penerapan good corporate governance membawa manfaat besar bagi perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hasil survei IICG berupa corporate governance perception index (CGPI) untuk mengukur corporate governance. Dari corporate governance pereception index, rating atau pemeringkatan disusun. Alasan penggunaan indeks ini disebabkan oleh keterbatasan data tentang penelitian penerapan corporate governance pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Indeks tersebut merupakan satu-satunya indeks yang dipublikasikan dari hasil penelitian pada perusahaan-perusahaan di Indonesia dengan menggunakan instrumen yang telah disesuaikan dengan ketentuan peraturan yang berlaku di Indonesia. Peneliti menggunakan nilaiTobin’s q sebagai ukuran penilaian pasar dan return on equity (ROE) sebagai ukuran kinerja operasional perusahaan.
6
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan pengaruh corporate governance terhadap kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. Adapun penelitianpenelitian terdahulu yang dapat menjadi bahan acuan dalam mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis antara lain: Peneliti yang telah melakukan studi di bidang ini adalah Khomsiyah (2005) yang menguji simultanitas penerapan corporate governance dan kinerja perusahaan. Artinya, peneliti mencoba untuk menguji secara simultan, karena peneliti menganggap bahwa terdapat kemungkinan bahwa penerapan good corporate governance berpengaruh pada kinerja perusahaan. Berdasarkan teori yang ada, seharusnya semakin tinggi penerapan good corporate governance, yang diukur dengan corporate governance perception indeks (CGPI) dan berada dalam lingkungan hukum yang buruk maka semakin baik kinerja pada perusahaan tersebut. Dalam penelitian Khomsiyah (2005) menyimpulkan bahwa corporate governance berpengaruh terhadap kinerja operasional perusahaan. Menurut Berghe dan Ridder (1999) dalam Erna Hidayah (2007), menghubungkan kinerja perusahaan dengan corporate governance tidak mudah dilakukan. Beberapa penelitian menunjukkan tidak ada hubungan corporate governance dengan kinerja perusahaan, misal penelitian yang dilakukan oleh Daily dkk (1998) dan hasil survey CBI, Deloitte dan Touche (1996) dalam Deni Darmawati (2004) dan dalam penelitiannya Erna Hidayah (2008) menyimpulkan bahwa penerapan corporate governance tidak mempengaruhi secara langsung kinerja. Dalam penelitian ini pengukuran corporate governance dengan menggunakan corporate governance perception indeks (CGPI) dan pengukuran kinerja dengan Tobin’s q sebagai ukuran penilaian pasar dan return on equity ROE sebagai ukuran kinerja operasional diyakini bisa memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan yang baik, karena esensi penerapan prinsip-prinsip good corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan. Perusahaan yang telah menerapkan corporate governance secara baik akan memiliki kinerja operasional yang baik dan akan diikuti oleh kinerja pasar yang tampak pada nilai saham perusahaan sehingga dapat diprediksi bahwa perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance yang lebih baik akan cenderung mempunyai kinerja perusahaan yang lebih baik pula. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
7
H01:
Corporate governance,asset,growth tidak berpengaruh positif terhadap Tobin’s Q.
METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEJ yang melaksanakan good corporate governance. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampel, yaitu penentuan sampel dengan target atas pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan yang digunakan pemilihan sampel adalah : perusahaan yang termasuk kedalam kelompok perusahaan terbaik dalam pelaksanaan good corporate governance pada tahun 2005-2007. Kelompok perusahaan terbaik dalam pelaksanaan good corporate governance tersebut merupakan hasil survey yang dilakukan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) bekerjasama dengan majalah SWA. Peneliti akan menguji Pengaruh Tata Ruang, Pertumbuhan Dan Ukuran
Perusahan Terhadap Kinerja Pasar. Penerapan pelaksanaan good corporate governance perusahaan dapat dilihat dari skor CGPI. Semakin tinggi skornya maka akan semakin baik perusahaan tersebut menerapkan pelaksanaan good corporate governance. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut : Variabel dependen Variabel denpenden dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan. Tobins’q sebagai ukuran penilaian pasar (Klapper dan Love, dalam Khomsiyah dkk,2003) Kinerja perusahaan yang digunakan adalah kinerja perusahaan yang di proksikan pada Retrun on Equity (ROE), dan Tobins’ Q. Tobin’s q dihitung dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Chung dan Pruitt, 1994, yaitu: Tobins’q
=
(MVE + PS + DEBT ) TA
8
Keterangan : MVE
: Harga penutupan saham di akhir tahun buku x banyaknya saham biasa yang beredar
PS
: Nilai Likuiditas dari saha preferen yang beredar
DEBT
: (Utang lancar – aktiva lancar ) + nilai buku sediaan + utang jangka panjang / nilai buku total aktiva
Peneliti menyesuaikan rumus tersebut dengan kondisi transaksi keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Dengan demikian, rumus yang digunakan untuk mengukur tobins’q menggunakan rumus sebagai berikut ( Klapper dan Love dalam Khomsiyah, 2005) Tobins’q
=
MVE + DEBT TA
Variabel Independen Variabel independen penelitian ini adalah corporate governance. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh IICG berupa Corporate Governance Perception Index (CGPI). CGPI berisi skor hasil survey mengenai penerapan corporate governance pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. CGPI adalah program riset dan pemeringkatan penerapan Good Corporate Governance di Indonesia pada perusahaan publik. Program ini dilaksanakan sejak tahun 2001 dilandasi dengan pemikiran pentingnya mengetahui sejauh mana perusahaanperusahaan tersebut telah menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Variabel Kontrol Di bawah ini merupakan berbagai variabel yang secara teori menentukan penerapan corporate governance maupun kinerja di perusahaan. a. Kesempatan pertumbuhan (growth opportunity): Kesempatan pertumbuhan (growth opportunity). Perusahaan yang memiliki kesempatan tumbuh yang tinggi pada umumnya membutuhkan dana eksternal untuk melakukan ekspansi, sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan perbaikan dalam penerapan corporate governance dalam rangka untuk menurunkan biaya modal (La Porta dkk., 1999; Klapper dan Love, 2002;
9
Himmelberg dkk., 1999; Himmelberg, Hubbard dan Love 2001). Jika nilai Tobin’s q lebih tinggi untuk perusahaan yang memiliki kesempatan tumbuh tinggi, hal ini bisa disebabkan adanya endogenitas pada variabel corporate governance dalam asosiasi antara corporate governance dengan kinerja. Dengan demikian, penelitian ini memasukkan variabel kesempatan pertumbuhan sebagai variabel kontrol. Kesempatan pertumbuhan diukur dengan menggunakan ratarata pertumbuhan penjualan selama tiga tahun terakhir (Klapper dan Love. 2002). b. Ukuran perusahaan (Size): Pengaruh ukuran perusahaan terhadap corporate governance masih belum jelas arahnya. Perusahaan besar dapat memiliki masalah keagenan yang lebih besar (karena lebih sulit untuk dimonitor) sehingga membutuhkan corporate governance yang lebih baik. Dengan demikian, penelitian ini memasukkan variabel ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Sebagai proksi dari ukuran perusahaan (size), umumnya studi-studi yang meneliti hubungan antara size dengan profitabilitas perusahaan menggunakan logaritma natural dari total asset (Log TA), ini digunakan untuk untuk mengurangi perbedaan signifikan antara ukuran perusahaan yang terlalu besar dengan ukuran perusahaan yang terlalu kecil, maka nilai total asset dibentuk menjadi logaritma natural, konversi kebentuk logaritma natural ini bertujuan untuk membuat data total asset terdistribusi normal. Namun ada juga yang menggunakan logaritma natural dari penjualan (Log sales). Penelitian ini akan menggunakan Log (TA ) karena merupakan proksi yang lebih umum digunakan. Studi-studi terdahulu cenderung menemukan hasil yang konsisten, yakni terdapat hubungan positif antara keduanya. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan log natural dari Total asset (Klapper dan Love, 2002 dalam darmawati, 2005).
Size = Log (TA) Uji Kualitas Data Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel penggannggu atau residual mempunyai distribusi normal. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui normlitas distribusi data adalah dengan menggunakan teknik grafik (plot) yaitu melihat nilai residual pada model regresi yang akan diuji. Jika
10
sampel berasal dari sebuah populasi yang normal, titik-titik dalam plot akan jatuh disekitar garis lurus. Jika sampel berasal dari sebuah populasi yang tidak normal, Plot akan terlihat seperti kurva (Dielman dalam Sayidah, 2007). Pengujian ini menggunakan normal probably plot of standardized residual yang hasilnya sebagai berikut : Gambar 4.1 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: TOBINSQ 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar masih disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Tidak ada data yang menyimpang secara ekstrim. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran data Tobins’Q mendekati normal atau memenuhi asumsi normalitas.
Metode Analisis Data 1. Uji Multikolineritas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linear antara variabel independen yaitu corporate governance dalam model regresi. Berikut ini adalah hasil uji dari multikolonieritas menggunakan nilai tolerancedan variance inflation factor (VIF) menggunakan software SPSS 14.0
11
Tabel 4.2 Uji Multikolonieritas a Coefficients
Model 1
(Constant) CGFI GROWTH SIZE
Unstandardized Coefficients Std. Error B -13.512 3.569 .183 .045 4.29E-007 .000 -.022 .093
Standardized Coefficients Beta .673 .135 -.038
t -3.786 4.033 .860 -.237
Sig. .001 .000 .397 .815
Collinearity Statistics Tolerance VIF .816 .921 .866
1.226 1.085 1.155
a. Dependent Variable: TOBINSQ
Sumber : Data skunder diolah Variabel indeks persepsi corporate governance memiliki nilai VIF sebesar 1.226, variabel growth 1.085 dan variabel size 1.155. Menurut Santoso ”jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persolan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya. Berdasarkan hasil analisis, tidak ada variabel lebih besar dari 5, sehingga bias diduga bahwa antarvariabel independent tidak terjadi persoalan multikolonieritas.
Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya menyimpangan asumsi klasik Autokorelasi. Uji autokolerasi dilakukan dengan menghitung nilai Durbin-Watson d statistik berdasarkan kriteria Durbin-Watson. Kriteria Autokolerasi Durbin –Watson Durbin –Watson
Kesimpulan
< 1,414
Ada autokorelasi positif
1,414 – 1,724
Tanpa Kesimpulan
1,724 – 2,276
Tidak ada autokolerasi
2,276 – 2,586
Tanpa Kesimpulan
> 2,586
Ada autokolerasi negative
12
Tabel 4.3 Model Summary b Model 1
R .640a
R Square .410
Adjusted R Square .342
Std. Error of the Estimate .68636
DurbinWatson 2.451
a. Predictors: (Constant), SIZE, GROWTH, CGFI b. Dependent Variable: TOBINSQ
Sumber : Data skunder diolah Hasil analisis Tabel 4.3 menunjukkan nilai d sebesar 2.451 untuk model regresi dengan variabel dependen Tobin’s Q. Dengan demikian, untuk model regresi Tobin’s Q berada pada daerah tanpa kesimpulan, yang berarti tidak dapat dinyatakan apakah model regresitersebut mengalami autokorelasi atau tidak.
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Di dalam sebuah plot residual, nilai residual seharusnya terlihat tersebar secara random, tanpa adanya pola yang sistematik. Jika varians tidak konstan, dalam plot residual, nilai residual akan terlihat membentuk pola yang sistematik. Kejadian ini menunjukkan heteroskedastisitas Gambar 4.2 Regression Standardized Residual Scatterplot
Dependent Variable: TOBINSQ
2
1
0
-1
-2
0
2
Regression Standardized Predicted Value
13
Dengan melihat gambar 4.2 dapat dilihat bahwa tidak adanya pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini.
Analisis Regresi Pengujian terhadap hipotesis penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi dipakai untuk mencari besarnya hubungan dan juga menentukan besarnya pengaruh variabel independent, yaitu krakteristik corporate governance terhadap variabel dependen Tobins’Q dan variabel kontrol growth dan size. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan software SPSS Versi 14.0 Pengujian terhadap hipotesis pertama penelitian ini menggunakan analisis linear sebagai berikut: Tobin’s Q =α + 1β CG + 2 β GROWTH + 4 β SIZE + ε Keterangan : Tobin’s Q =
Kinerja operasional perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q
CG
=
Skor pemeringkatan Corporate Governance
GROWTH = Kesempatan pertumbuhan SIZE =
Ukuran perusahaan
α
=
Konstanta regresi atau intersep
1β
=
Koefisien regresi skor Corporate Governance
2β
=
Koefisien regresi kesempatan pertumbuhan
3β
=
Koefisien regresi ukuran perusahaan
14
Tabel 4.4 Analisa Regresi Berganda Pengujian Hipotesis Coefficientsa
Model 1
(Constant) CGFI GROWTH SIZE
Unstandardized Coefficients B Std. Error -13.512 3.569 .183 .045 4.29E-007 .000 -.022 .093
Standardized Coefficients Beta .673 .135 -.038
t -3.786 4.033 .860 -.237
Sig. .001 .000 .397 .815
Collinearity Statistics Tolerance VIF .816 .921 .866
1.226 1.085 1.155
a. Dependent Variable: TOBINSQ
Sumber : Data skunder diolah
Dari hasil pengujian Tabel 4.4 maka dapat disusun suatu persamaan regresi berganda sebagai berikut : Tobin’s Q = -13.512 + 0.83 CG + 4.2 GROWTH – 0.22SIZE + ε a. Koefisien konstanta berdasarkan hasil regresi adalah -13.512 dengan nilai negatif, ini dapat diartikan bahwa jika corporate governance,growth,size masing-masing bernilai 0 b. Koefisien regresi 0.83 menyatakan bahwa setiap kenaikkan satu persen variabel corporate governance, maka akan menaikkan tobin’s q sebesar sebesar 0.83. c. Koefisien regresi 4.2 menyatakan bahwa setiap kenaikkan satu persen variabel growth, maka akan menaikkan pula tobin’s q sebesar d. Koefisien regresi 0.22 menyatakan bahwa setiap penurunaan satu persen variabel ukuran perusahaan (size), maka akan menurunkan kinerja pasar (tobin’s q) sebesar 0.22.
Pengujian Hipotesis Uji Parsial Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Tobins’ Q Hipotesis ini menyatan bahwa corporate governance berpengaruh positif terhadap tobins’Q. Kriteria pengujian yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis (Ha1) diatas adalah: nilai p-value<0.05 maka Ha1 diterima.
15
Tabel 4.5 Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) -13.512 3.569 CGFI .183 .045 GROWTH 4.29E-007 .000 SIZE -.022 .093
Standardized Coefficients Beta .673 .135 -.038
t -3.786 4.033 .860 -.237
Sig. .001 .000 .397 .815
Collinearity Statistics Tolerance VIF .816 .921 .866
1.226 1.085 1.155
a. Dependent Variable: TOBINSQ
Tabel 4.4 menunjukkan pengaruh independent variable terhadap dependent variable. a. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa Corporate Governance berpengaruh secara signifikan terhadap tobin’s q sebesar 4.033 dengan p-value sebesar 0.000, karena p-value lebih kecil dari α 5% (0.000<0.05), ini berarti Corporate Governance berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja nilai pasar (tobin’s Q). sehingga corporate governance
diterima dan H01 ditolak. b. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (size) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tobin’s Q dengan p-value sebesar 0.230, karena p-value lebih besar dari α 5% (0.230>0.05), ini berarti ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tobin’s q. c. Dalam tabel 4.4 dapat dilihat bahwa growth tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pasar (tobin’s q). Dapat dilihat nilai t-statistik sebesar 0.860 dan pvalue sebesar 0.397, karena p-value lebih besar dari α5% (0.387>0.05) maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan atau growth tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tobin’s q.
Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa masing-masing variabel kontrol yaitu growth dan size tidak mempunyai pengaruh yang signifikan karena tingkat signifikannya diatas batas yang dapat di terima yaitu 0.05. Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
corporate
governance
mempengaruhi tobins’q sebagai ukuran kinerja pasar perusahaan. Dengan demikian tobins’Q sebagai ukuran kinerja pasar perusahaan berpengaruh terhadap besar dan kecilnya corporate governance yang tercermin dalam skor pemeringkatan corporate governance perception index dengan arah positif yang berarti bahwa semakin besar
16
perusahaan semakin besar pula kemungkinan diterpkannya tobins’Q sebagai ukuran kinerja pasar perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan besar juga menerapkan Tobins’Q sebagai ukuran kinerja pasar perusahaan.
4.1.1
Uji Simultan Untuk mengetahui adakah pengaruh antara variabel X1 (Corporate governance), X2 (growth), dan variabel X3 (size), secara bersama-sama terhadap variabel Y (tobin’s q) pada perusahaan di Indonesia, dilakukan uji simultan. Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut: Ta bel 4.6 ANOVAb
Model 1
Sum of Squares 8.505
3
Mean Square 2.835
Residual
12.248
26
.471
Total
20.754
29
Regression
df
F 6.018
Sig. .000 a
a. Predictors: (Constant), SIZE, GROWTH, CGFI b. Dependent Variable: TOBINSQ
Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS diperoleh nilai signifikan sebesar 0.000. hal ini berarti hipotesis HA1 yang berbunyi corporate governance, size dan growth secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap tobin’s q perusahaan di Indonesia dapat diterima
Model Summaryb Model 1
R R Square .640a .410
Adjusted R Square .342
Std. Error of the Estimate .68636
DurbinWatson 2.451
a. Predictors: (Constant), SIZE, GROWTH, CGFI b. Dependent Variable: TOBINSQ
Untuk mengetahui besarnya pengaruh anatara variable size, growth dan size secara simultan dpat diketahui dari besarnya korelasi antara X1,X2, dan X3 yang dikuadratkan (R square). Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS yang dapat dilihat dari tabel diatas diketahui bahwa besarnya pengaruh (R square) sebesar 0.410 atau 44,10%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independent Corporate
17
Governance dan variabel kontrol size dan growth terhadap variabel dependen tobins’q sebesar 44,10 % Sedangkan sisanya sebesar 55.9% dipengaruhi faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.
Kesimpulan 1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa corporate governance mempengaruhi tobins’q. 2. Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa variabel kontrol yaitu growth tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tobin’s q perusahaan 3. Dan size juga tidak mempunyai pengaruh yang signifikan karena tingkat signifikannya diatas batas yang dapat di terima yaitu 0.05 Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa nilai tobin’s q perusahaan di Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel CG, growth dan size
5.1
Saran Atas dasar kesimpulan penelitian di atas maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Perusahan-perusahan yang menerpakan GCG secara baik dan konsisten dan bersedia untuk dinilai indeks CGPI akan mambantu perusahaan tersebut untuk meningkatkan nilai pasar perusahaan tersebut. Hal ini disarankan kepada seluruh perusahaanperusahaan go public untuk selalu konsisten dalam menerapkan GCG dan bersedia untuk dilakukan penilaian 2.
Bagi perusahaan yang belum melakukan penerapan GCG masih terbuka
kesempatan untuk melaksanakan penerapan GCG, karena penerapan GCG pada dasarnya memberikan dampak yang sangat positif bagi perusahaan terutama pada nilai saham perusahaan dan nilai pasar perusahaan. Di Indonesia perlu dibentuk badan pemeringkatan GCG atas penerapan corporate governance pada perusahaan publik yang memiliki otoritas untuk meminta semua perusahaan publik mengikuti pemeringkatan GCG. Hal ini penting mengingat system pemeringkatan corporate governance dapat memberikan diagnosa atas kekuatan dan kelemahan perusahaan secatra independent dan dapat meningkatkan kepercayaan pada pasar kebutuhan.
18