GAMBARAN HISTOPATOLOGIK LIMPA TIKUS BETINA GALUR Sprague Dawley YANG DIBERI EKSTRAK ETANOL AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack) DAN DIINDUKSI 7,12-DIMETILBENZ(a)ANTRASEN Rahmi Nurhaini, Farida Rahmawati, Sunyoto
ABSTRACT
Pasak bumi roots (Eurycoma longifolia Jack) is one of medicine herbs that using as medication to cancer. Cancer can branched out in human with unwell condition. Spleen is one of the organ that responsible to immunological body. The aim of this research to know the influence of giving extract ethanolic of pasak bumi’s roots to histological examination of female rats Sprague Dawley strain which induced by 7,12-dimetilbenz(a)antrasen. The research was using 18 female rats that devide into 6 group, with every group consist of 3 rats. Group I, II, III are called the treatment group, that given extract ethanolic of root E. longifolia Jack with dose 12,6 mg/ Kg BW; 25,2 mg/ Kg BW and 50,4 mg/ Kg BW every day during 7 weeks, group IV was administrated DMBA with dose 20 mg/ Kg BW for 10 times (twice a weeks during 5 weeks). Group V was called solvent control, given corn oil for 10 times, and group VI was called a healthty group that only given foot and water every day. In the end of research, all rats were killed and the spleen was removed and the spleen of rats taked to weighting then make to be histology preparates. The result of spleen weight was processed with SPSS program and the histology preparates was observed the illustration from every group. The result of the statistic analysis the weight of spleen showed no significant difference between one group with other. Histological examination of the spleen in each group shows that there is no specific pathology change in every rats whether in extract treatment group, sick control group, solvent control, and healthty group. The conclusion of this research is administration of extract ethanolic pasak bumi roots (E. longifolia Jack) and induction DMBA 20 mg/ Kg BW didn’t cause the spleen
Rahmi Nurhaini, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten
65
CERATA Journal Of Pharmacy Science 66 Rahmi Nurhaini, dkk., Gambaran Histopatologik…. damage yet, so couldn’t carry on the effect from by histological examination of rats spleen.
Keywords : Eurycoma longifolia Jack, spleen, 7,12-dimethilbez(a)antrazen
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) adalah polutan lingkungan yang dapat berasal dari pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar, asap rokok, makanan yang dibakar (Burchiel et al., 2005). Prototipe dari PAH yaitu 7,12dimetilbenz(a)antrasen (DMBA) yang dapat berefek karsinogen dan imunosupresan pada berbagai macam spesies (Shimada and Fujii-Kuriyama, 2004). Golongan PAH ini khas untuk menginduksi terjadinya kanker payudara. Kanker ini dapat bermetastasis ke organ lain dengan cepat seperti paru, hati, limpa, otak serta organ lain (Klein et al., 2009). Selain itu, DMBA juga dapat menyebabkan imunotoksisitas pada tikus dengan dosis pemberian 50 mg/ Kg BB dan 150 mg/ Kg BB dengan waktu pemberian selama 5 hari ditandai dengan terjadi penurunan berat organ limpa (Gao et al., 2005). Limpa merupakan organ limfoid terbesar. Limpa terlibat dalam perlindungan terhadap penyakit dan menghasilkan zat-zat antibodi (Pearce, 2002). Limfosit bersama monosit dan makrofag akan membentuk polipeptida sebagai reaksi terhadap infeksi kuman atau stimulasi terhadap peradangan lain yang disebut Tumor Necrosis Factor (TNF). Tumor necrosis factor berkhasiat mematikan langsung sel-sel tumor (Tjay dan Rahardja, 2002). Fungsi sistem imun terhadap kanker adalah fungsi protektif dengan mengenal dan menghancurkan sel-sel abnormal tersebut sebelum berkembang menjadi tumor atau membunuhnya jika tumor sudah tumbuh (Kresno, 2001). Salah satu tanaman yang terkenal berasal dari Kalimantan adalah pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack). Hasil penelitian tentang pasak bumi menyatakan bahwa tanaman ini dapat berkhasiat sebagai antimalaria ( Chan et al., 1992), antipiretik (Ang et al., 1995). Tanaman pasak bumi mengandung bermacam-macam zat yang berkhasiat seperti 14,15β-dihidroksiklaineanon (Jiwajinda et al., 2002), alkaloid
CERATA Journal Of Pharmacy Science 67 Rahmi Nurhaini, dkk., Gambaran Histopatologik…. (Chan et al, 2004) dan flavonoid (Kurniawati, 2009). Kuasinoid mempunyai aktivitas biologi tersendiri diantaranya sebagai antitumor (Jiwajinda et al., 2002). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tee (2005) tentang ekstrak etanol akar pasak bumi dilaporkan bahwa ekstrak etanol akar pasak bumi mempunyai aktivitas antiproliferatif terhadap sel kanker payudara MCF-7. Telah dilakukan penelitian tentang uji aktivitas kuasinoid dari pasak bumi secara in vitro oleh Jiwajinda (2002), dan diketahui bahwa zat aktif 14,15β-dihidroksiklaineanon dapat berkhasiat sebagai antitumor dengan IC50 sebesar 50µM. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang akar pasak bumi sebagai salah satu alternatif pengobatan yang berasal dari alam dengan melihat gambaran histopatologiknya dengan mengambil model organ limpa tikus yang diberi ekstrak etanol
akar
pasak
bumi
(E.
Longifolia
Jack)
yang
diinduksi
7,12-
dimetilbenz(a)antrasen (DMBA).
II. METODE PENELITIAN Jalannya Penelitian Akar pasak bumi yang digunakan berasal dari Beringharjo pada bulan Juni 2008 dan diidentifikasi di Laboratorium Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang berpedoman pada buku Flora of java (Backer and Van Den Brink, 1965). Akar yang sudah kering, dibuat serbuk sampai didapat serbuk yang halus. Pembuatan ekstrak eatanol akar pasak bumi dibuat melalui proses maserasi dengan menggunakan etanol 96%. Sari yang diperoleh diuapkan di atas steambath sampai diperoleh ekstrak kental. Satu kilogram serbuk pasak bumi diperoleh ekstrak kental seberat 4,67 gram, dengan rendemen 0,467%. Tikus yang digunakan adalah tikus betina galur SD (Sprague Dawley) yang berumur 1-2 bulan sebanyak 18 ekor dengan berat sekitar 100-200 gram, yang dibagi dalam 6 kelompok secara random, masing-masing 3 ekor tikus. Tikus diadaptasikan dalam kandang selama 1 minggu sebelum perlakuan. Kelompok I, II, III merupakan kelompok perlakuan diberi ekstrak etanol akar pasak bumi (E. longifolia Jack) dengan dosis 12,6 mg/ Kg BB; 25,2 mg/ Kg BB dan 50,4 mg/ Kg BB setiap hari selama 14 hari sebelum induksi DMBA dan selama induksi DMBA. Kelompok IV merupakan kelompok kontrol 7,12-dimetilbenz(a)antrasen yang disuspensikan dalam
CERATA Journal Of Pharmacy Science 68 Rahmi Nurhaini, dkk., Gambaran Histopatologik…. corn oil. Dilaporkan bahwa DMBA dengan dosis 20 mg/ Kg BB dalam minyak jagung sebanyak 10 kali, yaitu seminggu 2 kali selama 5 minggu yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara sebanyak 100 %
pada hewan uji
(Meiyanto et al, 2007). Selama 14 hari sebelumnya tikus hanya mendapat pakan kontrol dan pelarut ekstrak yaitu CMC Na 0,5%. Kelompok V merupakan kelompok kontrol corn oil yang merupakan pelarut DMBA. Corn oil diberikan sebanyak 10 kali, yaitu seminggu 2 kali selama 5 minggu. Selama 14 hari sebelumnya tikus hanya mendapat pakan kontrol dan pelarut ekstrak yaitu CMC Na 0,5%. Kelompok VI merupakan base line yang setiap hari hanya diberi pakan kontrol hingga akhir pengamatan (kurang lebih selama 23 minggu). Setelah pemberian DMBA yang terakhir semua tikus hanya diberi pakan kontrol hingga akhir pengamatan (minggu ke-16 setelah pemberian DMBA terakhir). Tikus ditimbang setiap minggunya untuk mengetahui perkembangan pertambahan berat badannya dan pada akhir pengamatan tikus dikorbankan, dibedah, kemudian diambil organ limpa untuk ditimbang beratnya dan dibuat preparat histopatologik. Organ yang akan diperiksa difiksasi dengan larutan formalin 10%. Analisis histopatologik dilakukan terhadap organ limpa untuk mengetahui keadaan sitologinya. Analisis mikroskopis dilakukan dengan mengamati sifat karsinogenisitas seluler pada jaringan yang diperiksa. Adapun pembuatan preparat jaringan dilakukan di Balai Besar Veteriner Wates sesuai dengan Manual Standar Metoda Diagnosa Laboratorium Kesehatan Hewan, 1999. Analisis Data Evaluasi hasil uji dilakukan secara makroskopik dengan menghitung jumlah nodul dan ukuran nodul pada glandula mamae yang dilakukan selama pengujian, baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Pengamatan secara mikroskopis dilakukan dengan mengamati histopatologik organ limpa dari preparat pengecatan Hematoxyline Eosine. Berat badan dan limpa tikus antar kelompok dianalisis secara statistik dengan mengunakan ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%.
CERATA Journal Of Pharmacy Science 69 Rahmi Nurhaini, dkk., Gambaran Histopatologik…. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan dan Pemeriksaan Organ Limpa a. Pemeriksaan berat organ limpa Pemeriksaan berat organ limpa ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi penambahan berat organ limpa tikus setelah diberi perlakuan, dan kemungkinan yang terjadi adalah terjadi pembesaran organ limpa. Penimbangan organ limpa dilakukan setelah tikus dibedah dan setelah diberi perlakuan. Organ limpa yang telah dipisahkan dengan organ lain, direndam dalam formalin 10%. Tabel I. Data rata-rata berat organ limpa tikus betina galur SD yang diinduksi DMBA setelah pemberian ekstrak etanol akar pasak bumi (E. longifolia Jack) Perlakuan Dosis 12,6 mg/ Kg BB Dosis 25,2 mg/ Kg BB Dosis 50,4 mg/ Kg BB Kontrol DMBA Kontrol corn oil (pelarut)
Base Line
Berat limpa (Mean ± SD) gram 0,6667 ± 0,0577 0,6000 ± 0,1000 0,6667 ± 0,1155 0,5333 ± 0,0577 0,5667 ± 0,0577 0,4000 ± 0,1000
Rasio Berat limpa(g)/ Berat tikus (g) 0,0033 0,0030 0,0032 0,0030 0,0026 0,0023
Selanjutnya dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Uji awal adalah uji normalitas menggunakan
uji
Kolmogorov-Smirnov.
Hasil
analisis
menggunakan
uji
Kolmogorov-smirnov dari data rasio berat organ per berat tikus diketahui bahwa data tersebut terdistribusi normal dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,916>0,05). Pengujian selanjutnya adalah uji homogenitas dengan menggunakan uji Levene. Hasil uji ini diperoleh harga signifikansi yang lebih besar dari 0,05 (0,283>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut variansinya homogen. Data yang diperoleh terdistribusi normal dan variansinya homogen maka uji statistika dapat dilanjutkan dengan ANOVA satu jalan dengan taraf signifikansi 95%. Digunakan ANOVA satu jalan karena hanya menggunakan satu variabel bebas yaitu rasio berat organ, dan satu variabel terikat yaitu antar kelompok perlakuan. Hasil pengujian ANOVA diperoleh harga signifikansi yang lebih besar dari 0,05 (0,113>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari masing-masing kelompok. Tabel II menunjukkan bahwa harga rasio
CERATA Journal Of Pharmacy Science 70 Rahmi Nurhaini, dkk., Gambaran Histopatologik…. berat organ antar kelompok memiliki angka yang hampir sama antar kelompok perlakuan. Dilihat dari harga rasio berat organ, rasio berat limpa terbesar dimiliki oleh kelompok dosis 12,6 mg/Kg BB, sedangkan rasio berat terkecil dimiliki oleh kelompok base line. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gao et al., (2005) limpa yang mengalami infeksi karena suatu xenobiotik akan mengalami penurunan berat organ dan terlihat lebih kecil. Penurunan berat organ limpa terlihat pada kelompok 7,12dimetilbenz(a)antrasen jika dibandingkan dengan kelompok kontrol pelarut. Penurunan berat organ limpa ini terjadi karena adanya sitokrom P450 dapat merubah 7,12-dimetilbenz(a)antrasen menjadi proximate carcinogen yaitu 3,4-epoxide sehingga 7,12-dimetilbenz(a)antrasen menjadi lebih reaktif dan dapat menyebabkan imunotoksisitas pada dosis 50 mg/ Kg BB dan 150 mg/ Kg BB (Gao et al., 2005). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan berat organ yang signifikan. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya, kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan dosis pemberian 7,12-dimetilbenz(a)antrasen, sehingga untuk mengetahui apakah kenaikan berat organ ini dikarenakan proliferasi sel pada limpa, perlu juga dilakukan pemeriksaan histopatologik terhadap organ limpa. b. Pemeriksaan organ limpa Pemeriksaan secara makroskopis dari organ limpa dilakukan setelah tikus dibedah. Organ limpa yang telah dipisahkan dengan organ lain, direndam dalam formalin 10%. Makroskopis organ limpa yang normal berwarna merah tua sampai biru kehitaman dengan tepi yang berbentuk lancip atau seperti bulan sabit. Organ limpa yang mengalami kerusakan akan mengalami pembengkakan, berwarna coklat tua atau hampir hitam, dengan tepi yang berbentuk cenderung tumpul atau membulat (Thomson, 1997). Berdasarkan hasil pengamatan secara makroskopis, organ limpa yang diperoleh berwarna ungu tua sampai merah tua, berbentuk segitiga, dengan tepi yang lancip pada masing-masing kelompok. Hasil pemeriksaan organ limpa ini dapat disimpulkan bahwa organ tersebut normal. Perbesaran limpa biasa terjadi hiperplasi (bertambahnya jumlah sel) atau hipertrofi (bertambahnya ukuran sel) yang akan mengakibatkan pertambahan berat sel (Underwood, 1999), selain itu limpa juga dapat mengalami pengecilan (atrofi)
CERATA Journal Of Pharmacy Science 71 Rahmi Nurhaini, dkk., Gambaran Histopatologik…. jika terpapar suatu senyawa yang secara langsung dapat merusak sel-sel yang ada didalam pulpa putih. Dilihat secara makroskopik organ limpa pada penelitian ini terlihat normal, sehingga untuk mengetahui apakah terjadi perubahan organ limpa maka perlu juga dilakukan pemeriksaan histopatologik limpa. c. Pemeriksaan Histopatologik Pemeriksaan histopatologik dilakukan untuk melihat adanya perbedaan antar kelompok perlakuan, yaitu kelompok perlakuan ekstrak dengan berbagai dosis, kontrol 7,12-dimetilbenz(a)antrasen, kontrol pelarut (corn oil) dan kelompok base line. Organ yang telah diperoleh dan telah diawetkan kemudian diproses dan dibuat dalam bentuk preparat organ. Untuk memudahkan dalam pengamatan preparat, maka dilakukan pewarnaan preparat karena potongan tipis dari organ yang terlihat transparan tanpa adanya pewarnaan. Pewarnaan preparat organ limpa dilakukan dengan menggunakan hematoxyline eosin. Hematoxyline akan memberikan warna biru pada pulpa putih dan eosin akan memberikan warna merah pada pulpa merah. Hasil pemeriksaan histopatologik limpa tikus dengan pewarnaan hematoxyline eosin dapat dilihat pada Gambar 1.
a
b
Gambar 1. Gambaran histopatologik limpa normal dengan pewarnaan H&E perbesaran 40x. Keterangan: (a) pulpa merah. (b). pulpa putih. Hasil pemeriksaan histopatologik memperlihatkan bahwa tidak terlihat adanya perubahan patologis yang spesifik pada gambaran histopatologiknya, yaitu tidak adanya proliferasi pada pulpa merah dan pulpa putih. Gambaran yang sama juga terlihat pada kelompok lainnya. Kanker dapat melakukan metastasis dengan cepat menuju organ yang ada sekitar (Klein et al., 2009). Terlepasnya sel-sel kanker dari tempat induknya dapat menyebabkan terjadinya metastasis karena sel-sel yang terlepas tersebut dapat
CERATA Journal Of Pharmacy Science 72 Rahmi Nurhaini, dkk., Gambaran Histopatologik…. menyebar melalui sel darah dan saluran getah bening menuju bagian tubuh lain. Adanya nutrisi yang cukup untuk tumbuh, maka sel akan tumbuh menjadi kanker baru yang memiliki sifat yang sama dengan kanker induknya (Hoepoedio, 1985). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Normakiyah (2009), pada gambaran histopatologik terlihat adanya inflamasi dan proliferasi disekitar mamae pada tikus kelompok
perlakuan
maupun
pada
tikus
kelompok
kontrol
7,12-
dimetilbenz(a)antrasen. Adanya proliferasi ini ditandai dengan adanya perbanyakan sel yang ada disekitar, dan adanya inflamasi ditandai dengan adanya sel yang berwarna merah, tetapi pada penelitian ini hasil pemeriksaan histopatologik limpa menunjukkan bahwa belum terjadi metástasis pada organ limpa yang berasal dari kanker payudara terlihat dengan tidak adanya sel kanker payudara dan tidak terjadi perubahan patologis yang spesifik pada gambaran histopatologik limpa. Pemberian ekstrak etanol akar pasak bumi diharapkan dapat menghambat tumbuhnya kanker payudara akibat induksi 7,12-dimetilbenz(a)antrasen. Senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol akar pasak bumi (E. longifolia Jack) antara lain flavonoid, kuasinoid dan alkaloid (Kurniawati, 2009; Jiwajinda et al., 2002; Chan et al., 2004). Mekanisme kuasinoid sebagai agen kemopreventif ditunjukkan dengan adanya cincin pada struktur kuasinoid yang dapat berikatan dengan nukleofilik (Guo et al, 2005). Sebagian besar senyawa karsinogen dari golongan polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) memerlukan aktivasi oleh enzim sitokrom P450 membentuk intermediet yang reaktif. Flavonoid dalam ekstrak ini diharapkan dapat berperan pada proses pencegah tumorigenesis. Pengeblokan aksi karsinogen dapat melalui inhibisi dari isoenzim sitokrom P450 sehingga senyawa karsinogen menjadi tidak aktif. Selain itu mekanisme lain dari flavonoid sebagai agen kemopreventif yaitu dengan meningkatkan ekspresi enzim gluthation S-transferase yang dapat mendetoksifikasi karsinogen reaktif menjadi tidak reaktif dan membuat senyawa tersebut menjadi lebih polar sehingga akan mudah dieliminasi dari tubuh (Ren et al, 2003). Organ limpa dapat berperan dalam proses imunitas, yaitu pulpa merah dan pulpa putih yang terdapat pada organ tersebut. Pulpa merah berisi limfosit, monosit, sel plasma, leukosit granular, dan eritrosit yang mendukung perannya dalam fagositosis. Pulpa putih berisi limfosit T (sel T) dan berisi limfosit B (Sel B) yang
CERATA Journal Of Pharmacy Science 73 Rahmi Nurhaini, dkk., Gambaran Histopatologik…. dapat menghasilkan antibodi (Junqueira, 1997). Jika diaktivasi oleh antigen, limfosit akan mengalami transformasi blas yaitu limfosit menjadi limfoblas, yang kemudian membelah, mengalami proliferasi dan menghasilkan penambahan jumlah sel yang memiliki sifat-sifat yang sama (Schook, 1994). Hasil pemeriksaan histopatologik organ limpa ini menunjukkan bahwa tidak adanya proliferasi dan tidak terjadi penambahan jumlah sel pada pulpa putih maupun pulpa merah. Pemberian 7,12-dimetilbenz(a)antrasen dosis 20 mg/ Kg BB pada penelitian ini dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara pada tikus tetapi belum dapat menyebabkan terjadinya metastasis pada organ limpa, yaitu tidak terlihatnya perubahan patologis yang spesifik pada gambaran histopatologiknya. Sehingga hasil penelitian ini belum dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol akar pasak bumi (E. longifolia Jack) dapat digunakan sebagai senyawa kemopreventif pada kanker limpa hasil metastasis dari kanker payudara tikus dengan melihat gambaran histopatologik organ limpa.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian ekstrak etanol akar pasak bumi (E. longifolia Jack) pada tikus betina galur Sprague Dawley yang diinduksi 7,12-dimetilbenz(a)antrasen dosis 20 mg/ Kg BB tidak menyebabkan perubahan patologis yang spesifik pada organ limpa. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian 7,12dimetilbenz(a)antrasen terhadap organ limpa dengan waktu pengamatan yang lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Ang, H.H., Chan, K.L., Mak, J.W., 1995, Effect of 7-day daily replacement of culture medium containing Eurycoma longifolia Jack constituents on the Malaysian Plasmodium falciparum isolates, Journal of Ethnopharmacology, 49, 171-175
CERATA Journal Of Pharmacy Science 74 Rahmi Nurhaini, dkk., Gambaran Histopatologik…. Anonim, 1999, Manual Standar Metoda Diagnosa Laboratorium Kesehatan Hewan, Direktorat Bina Kesehatan Hewan, Direktorat Jendral Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta Backer, C.A.D., and Bakhuizen Van Den Brink, K.R.C.Jr., 1965, Flora of Java (Spermatophytes only), Vol II, N.V.P. Noordhooff, Groningen, The Netherlands, Hal 554-558 Chan, K.L., Iitaka, Y., Noguchi, H., Sugiyama, H., Saito, I., Sankawa, U., 1992, 6αHydroxyeurycomolactone, a Quassinoid From Eurycoma longifolia, Journal of Ethnopharmacology, 31, p. 4295-4298 Chan, KL., Choo, CY., Noor Rain, A., Zakiah I., 2004, Antiplasmodial Studies of Eurycoma longifolia Jack Using the Lactate Dehydrogenase Assay of Plasmodium falciparum, Journal of Ethnopharmacology, 92, 223-227 Dalimartha, Setiawan, 2004, Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Anti Kanker cet.I, Jakarta : Penebar Swadaya Gao, J., Lauer, F.T., Dunaway, S., Burchiel, S.W., 2005, Cytochrome P450 1B1 is required for 7,12-Dimethilbenz(a)anthracene (DMBA) induced Spleen Cell Immunotoxicity, Toxicological science, 86(1), 68-74 Hoepoedio, R.S., H. Mangunegoro, dan T. Y. Aditama, 1985, Merokok dan Kanker Paru. PT. Indira, Jakarta, Hal 23 Jiwajinda, S., vilai, S., Akira, M., Masanori, K., Hiromu, K., Monique, G., Riad, E., Guy, B., Hajime, O., 2002, In vitro anti-tumor promoting and anti-parasitic activities of the quassinoids from Eurycoma longifolia, a medicinal plant in Southeast Asia, Journal of Ethnopharmacology, 82, Hal 55 Junqueira, L.C., Carneiro, Jose, Kelley, Robert, O., 1997, Histologi Dasar (Basic Histology) Edisi ke-8, diterjemahkan oleh Jan Tambayong, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta nd
King, R.J.B., 2000, Cancer Biology, 2 ed, Pearson Education Limited, London Klein, A., ChristianO,. Rita, S., Juergen, H., Peter, M. S., Nicolai, M., Norbert, A., Ralf, W., Juliane, R., Alfons, M., Siegfried, S and Susanne, S., 2009, Identification of brain and bone specific breast cancer metastase genes, Cancer Letter, 276, Issue 2, 212-220 Kresno, S. B., 2001, Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, Edisi keempat, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal 33-35, 208-209, 223 Kubatka, P., Ahlersova E., Ahlers I. Bojkova B., Kalicka K., Adamekova E., Markova M., Chamilova M., Cermakova M., 2002, Variability of Mammary
CERATA Journal Of Pharmacy Science 75 Rahmi Nurhaini, dkk., Gambaran Histopatologik…. Carcinogenesis Induction in Female Sprague-Dawley and Wistar: Hans Rats: the Effect of Seasons, Safarik University, Slovak Republic, p. 633-640 Kuo, P.C., Damu, A.G., Lee., K.H., Wu, T. S., 2004, Bioorganic & Medicinal Chemistry., 2004, Cytotoxic And Antimalarial Constituents From The Roots of Eurycoma longifolia, Bioorganic & Medicinal Chemistry, 12, 537-544 Kurniawati, L., 2009, Isolasi Flavonoid dan Fraksi Larut Etil Asetat Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi (Eurycoa longifolia Jack), Skripsi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta Meiyanto, E., Sri Susilowati, Sri Tasminatun.R.M. dan Sugiyanto, 2007, Efek Kemopreventif Ekstrak Etanolik Daun Gynura procumbens (Lour) Merr terhadap Kanker Payudara Tikus yang Diinduksi 7,12Dimetilbenz(α)antrasen (DMBA), Majalah Farmasi Indonesia, 18, No 3, Hal. 154 – 161 Noormakiyah, 2009, Efek Kemopreventif Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack) terhadap Ekspresi p53 pada Kanker Payudara Tikus Betina Galur parague Dawley yang Diinduksi 7,12dimetilbenz(a)antrasen (DMBA), Skripsi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta Pearce, E.C, 2002, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Pelkonen, O., and Nebert, D. W. 1982. Metabolism of polycyclic aromatic hydrocarbons: Etiologic role in carcinogenesis. Pharmacology Review 34, 189–222 Pitot, H.C., and Dragan, Y., P., 2001, Chemical Carcinogenesis, in Curtis D Klaasen, th
Casarett & Doull’s: Toxicology, The Basic Science of Poisons, 6 ed, Mc. Graw Hill. Medical Publishing Division, New York Ren, W., Qiao, Z., Wang, H., Zhu, L., Zhang, L., 2003, Flavonoids: Promising Anticancer Agents, Medicinal Research Review, 23(4): 519-534 Schook, B.L, Laskin, L.D., 1994, Xenobiotics and Inflamation, Academic Press, San Diego, California, USA Shimada, T., and Fujii-Kuriyama, Y. 2004. Metabolic activation of polycyclic aromatic hydrocarbons to carcinogens by cytochromes P450 1A1 and 1B1. Cancer Sciences, 95, 1–6 Tee, Thiam Tsui, Azimahtol and Hawariah Lope Pihie, 2005, Induction of Apoptosis by Eurycoma longifolia Jack Extract, School of Biosciences and Biotechnology, Faculty of Science and Technology, National University of
CERATA Journal Of Pharmacy Science 76 Rahmi Nurhaini, dkk., Gambaran Histopatologik…. Malaysia, 43600 UKM Bangi, Selangor, Malaysia, Source Anticancer Reasearch. 25 (3B):2205-13 Thomson, A.D., Cotton, R.E., Catatan Kuliah Patologi (Lectur Notes on Pathology), diterjemahkan oleh Maulany, Pernerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Tjay, T. H., Rahardja,K., 2002, Obat-obat penting, Khasiat, Penggunaan dan Efekefek Sampingya Edisi V, Gramedia, Jakarta Underwood, J.C.E., 1999, Patologi Umum dan Sistematik (General and Systemic Pathology), Volume I, Edisi 2, Diterjemahkan oleh Sarjadi, Penerbit Buku Kedokteran E.G.C., Jakarta