PENGARUH JUMLAH WISATAWAN OBJEK WISATA GUNUNG BROMO TERHADAP SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN DI KABUPATEN PROBOLINGGO Romadhon Satria Tripomo dan Yoyok Soesatyo Prodi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya e-mail:
[email protected] Abstract This research had aims to determine effect the tourist quantity of mount bromo tour object to the trade, hotels and restaurants in Probolinggo. These sectors is supporting infrastructure for tourist object to make it easier in terms of facilities and infrastructure. So, indirectly the number of tourists visiting the tourist object of Mount Bromo will affect the income of the GDP in Probolinggo. Type of this research is descriptive quantitative with data collection techniques are secondary. Independent variable in this research is quantity tourists (X) and trade, hotel and restaurant (Y) as the dependent variable. Data model analysis research is the classical assumption test, t test and simple linear regression test as a test of the hypothesis. The results of the processing of this data is inversely proportional with the previous research, where should quantity of tourists directly proportional with sectors trade, hotels and restaurants. This result of this research can used, if the quantity of tourists rise, actually can reduce the sector trade, hotel and restaurant. Keywords : Tourists , Trade, hotels and restaurants as well as the regression equation. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan objek wisata Gunung Bromo terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kabupaten Probolinggo. Sektor-sektor ini merupakan fasilitas penunjang bagi objek wisata agar memudahkan wisatawan dalam hal sarana dan prasarana. Sehingga secara tidak langsung jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Gunung Bromo akan mempengaruhi terhadap pendapatan PDRB di Kabupaten Probolinggo Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data yang bersifat sekunder. Varibel independen dalam penelitian ini adalah jumlah wisatawan (X) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (Y) sebagai variabel dependen. Model analisis data dalam penelitian ini yaitu uji asumsi klasik, uji t dan uji regresi linier sederhana sebagai uji hipotesis. Hasil dari pengolahan data ini sangat berbanding terbalik dengan penelitian terdahulu, dimana seharusnya jumlah wisatawan berbanding lurus dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Penelitian ini didapatkan jika jumlah wisatawan naik maka malah akan mengurangi sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kata Kunci : Wisatawan, Sektor perdagangan, hotel dan restoran serta persamaan regresi.
1
konferensi di Roma tahun 1963 bahwa
PENDAHULUAN
pariwisata adalah penting bukan saja sebagai Otonomi daerah adalah suatu langkah jitu jika industri pariwisata dipergunakan oleh daerah-daerah di Indonesia yang miskin akan sumber daya alam sebagai suatu sarana untuk meningkatkan
PAD.
Namun
sebagai
konsekuensinya, daerah-daerah tersebut harus melakukan pengembangan - pengembangan terhadap potensi-potensi pariwisata masingmasing
daerah
dengan
mencari
dan
menciptakan peluang-peluang baru terhadap produk-produk pariwisata yang diunggulkan.
sumber devisa, tapi juga sebagai faktor yang menentukan
lokasi
industri
dan
dalam
perkembangan daerah-daerah yang miskin dalam sumber-sumber alam. Dengan demikian masing-masing daerah dituntut untuk lebih mandiri dalam mengembangkan obyek dan potensi
wisatanya,
termasuk
pembiayaan
promosinya. Tabel 1.1 Jumlah Wisatawan Asing Tahun 2008 - 2012, Devisa Wisman 2008-2012
mengherankan apabila Indonesia menaruh
Jumlah Devisa Wisman Wisman (Juta US$) 2008 6 234 497 7 347,60 2009 6 323 730 6 297,99 2010 7 002 944 7 603,45 2011 7 649 731 8 554,39 2012 8 044 462 9 120,89 Sumber: BPS nasional tahun 2008-2012
perhatian khusus kepada industni pariwisata.
Selama kurun waktu 2008-2012, jumlah
Bagi Indonesia, industri pariwisata merupakan suatu komoditi prospektif yang di pandang mempunyai peranan penting dalam pembangunan
nasional,
sehingga
tidak
Tahun
Hal ini lebih diperkuat dengan adanya
wisatawan
kenyataan bahwa Indonesia memiliki potensi
mengalami peningkatan dan sedangkan devisa
alam dan kebudayaan yang cukup besar yang
dari wisatawan juga meningkat meski pada
dapat dijadikan modal bagi pengembangan
tahun 2009 mengalami penurunan. Pendapatan
industri pariwisatanya.
Salah satu tujuan
negara dari devisa wisatawan mancanegara
pengembangan kepariwisataan di Indonesia
dapat menambah PDRB dan PAD serta
adalah untuk meningkatkan pendapatan devisa
pendapatan
khususnya
sekitar tempat wisata.
dan
pendapatan
negara
dan
masyarakat pada umumnya.
dalam
Indonesia
bahkan
selalu
masyarakat
Nasional, pariwisata mendapat penugasan baru
khususnya bagi daerah-daerah yang miskin
untuk turut mempercepat pemulihan ekonomi
akan sumber daya alam. Sesuai dengan
nasional dan memulihkan citra Indonesia di
pernyataan. International Union of Official
dunia
Organization
skala
Tahun 2000 tentang Program Pembangunan
prioritas
Travel
masuk
nasional
di
Berdasarkan Undang-undang No. 25
Di Indonesia pengembangan industni pariwisata
asing
(IUOTO)
internasional.
Maka
pembangunan
dalam
2
ekonomi
daerah
memprioritaskan
Sejalan dengan paradigma tersebut, maka
pembangunan dan penguatan sektor-sektor di
Pemerintah
bidang ekonomi dengan mengembangkan,
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
meningkatkan
pembangunan nasional yang berkelanjutan.
dan
mendayagunakan
sumberdaya yang ada secara optimal.
Kabupaten
Kabupaten
Probolinggo
Probolinggo
adalah
sebuah
Menurut Sukirno (2010) mengungkapkan
kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa
bahwa Pembangunan ekonomi merupakan
Timur yang mengandalkan salah satu potensi
serangkaian usaha untuk mengembangkan
daerahnya
perekonomian
menimbulkan
Probolinggo memiliki beberapa tempat wisata
perekonomian.
salah satunya adalah Gunung Bromo. Objek
Sebagai implikasi dari perkembangan ini
Wisata Gunung Bromo merupakan destinasi
diharapkan kesempatan kerja akan bertambah,
tujuan wisata alam yang banyak di kunjungi
tingkat
dan
wisatawan domestik maupun mancanegara.
kemakmuran masyarakat menjadi semakin
Objek Wisata Gunung Bromo sangat tersohor
tinggi.
baik dari sisi sejarah, kultur, budaya dan juga
perubahan
sehingga
pada
struktur
pendapatan
meningkat,
yaitu
pariwisata.
Kabupaten
Arsyad (2005) menyatakan bahwa dalam
keindahan alamnya. Sehingga lokasi ini cocok
kerangka pencapaian tujuan pembangunan
digunakan sebagai tempat wisata. Hal tersebut
ekonomi
dapat dilihat dari banyaknya jumlah wisatawan
daerah,
dibutuhkan
kebijakan
pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous development), dengan menggunakan
potensi
sumberdaya
perhatian dan penangana khusus. Setiap daerah memiliki potensi yang berbeda dengan yang
lain.
Dalam
pelaksanaan
pembangunan ekonomi daerah diperlukan adanya perencanaan dan strategi yang tepat sasaran, karena di setiap daerah keadaanya tidak
sama.
permasalahan yang akan diteliti “Adakah pengaruh jumlah wisatawan Gunung Bromo terhadap sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada PDRB Kabupaten Probolinggo ?” Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas
karakteristik dan potensi daerah yang berbeda
maka tujuan penelitian ini adalah untuk
satu dengan dengan lainnya. Potensi daerah
mengetahui dan menjelaskan pengaruh jumlah
yang
wisatawan terhadap sektor Perdagangan, Hotel
ragam
daerah
Berdasarkan latar belakang diatas maka
memiliki
beraneka
Setiap
Rumusan Masalah
lokal.
Pembangunan ekonomi di daerah memerlukan
daerah
di objek wisata Gunung Bromo.
akan
membentuk
struktur perekonomian daerah.
3
dan
Resto
pada
PDRB
Kabupaten
Probolinggo.
Produk Domestik Regional Bruto Produk
Domestik
Regional
Bruto
(PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang
KAJIAN PUSTAKA
dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan Otonomi Daerah
perekonomian di seluruh daerah dalam tahun
Otonomi daerah bisa diartikan sebagai kewajiban yang dikuasakan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan
dan
kepentingan
masyarakat sesuai aspirasi masyarakat, untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan otonomi daerah selain berdasarkan pada aturan hukum, juga sebagai penerapan tuntutan globalisasi yang wajib diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, utamanya dalam menggali, mengatur, dan memanfaatkan potensi besar yang ada di masing-masing daerah.
jitu jika industri pariwisata dipergunakan oleh daerah-daerah di Indonesia yang miskin akan sumber daya alam sebagai suatu sarana untuk PAD.
Namun
sebagai
konsekuensinya, daerah-daerah tersebut harus melakukan
pengembangan-pengembangan
terhadap potensi-potensi pariwisata masingmasing
daerah
tahun. Menurut Robinson Tarigan (2009), Produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added ) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah itu. Yang dimaksud dengan nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output ) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost ). Dengan adanya arus pendapatan yang mengalir antar daerah (termasuk juga dari dan ke luar negeri) yang pada umumnya berupa upah, bunga, deviden dan keuntungan maka timbul perbedaan antara Produk Domestik dan Produk Regional. Bila Pendapatan Regional ini dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di region tersebut, maka dihasilkan
Otonomi daerah adalah suatu langkah
meningkatkan
tertentu atau periode tertentu dan biasanya satu
dengan
mencari
dan
menciptakan peluang-peluang baru terhadap
Pendapatan Per Kapita. Jika pariwisata,
PDRB maka
dihubungkan sektor
dengan
pariwisata
ini
memiliki pengaruh terhadap PDRB dimana dalam sector pariwisata terdapat fasilitas penunjang seperti perdagangan, hotel dan restoran. Fasilitas penunjang inilah yang termasuk juga dalam Sembilan (9) sector pendapatan
PDRB,
sehingga
pariwisata
memiliki pengaruh terhadap PDRB.
produk-produk pariwisata yang diunggulkan.
4
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
minuman bagi tamu yang datang serta
1. Perdagangan
mempunyai fasilitas jasa lannya. Yang mana
Perdagangan
merupakan
kegiatan
ekonomi yang berhubungan dengan kegiatan
semua fasilitasnya juga di peruntukkan bagi masyarakat umum.
menjual atau membeli barang. Kegiatan
Sekarang ini, hotel dapat di artikan
tersebut dilakukan dengan tujuan memperoleh
sebagai suatu bentuk akomodasi yang di kelola
laba. Perdagangan merupakan suatu hal yang
secara komersial,dimuliakan bagi setiap orang
sangat penting dalam kegiatan perekonomian
yang ingain mendapatkan pelayanan yang
suatu negara. Giatnya aktivitas perdagangan
istimewa,baik
suatu
tingkat
makan dan minum (S.KMentri Perhubungan
kemakmuran masyarakatnya serta menjadi
no:PM/PW.301/PHB.77). Dunia perhotelan
tolok ukur tingkat perekonomian negara itu
identik dengan dunia pariwisata,yang tak lain
sendiri. Sehingga bisa dibilang perdagangan
karena keterkaitan yang sangat erat di antara
merupakan urat nadi perekonomian suatu
keduanya.
negara.
eksistensi dan akan menentukan kelangsungan
negara
menjadi
indikasi
Kegiatan yang dicakup dalam sektor
itu
pelayanan
Keduanya
penginapan,
saling
menunjang
kegiatan perhotelan dan pariwisata.
perdagangan meliputi kegiatan membeli dan
Fungsi utama dari hotel adalah sebagai
menjual barang, baik barang baru maupun
sarana untuk memenuhi kebutuhan tamu
barang
untuk
(wisatawan atau pelancong) sebagai tempat
mendapatkan keuntungan melalui kegiatan
tinggal sementara selama jauh dari tempat
penyaluran/pendistribusian
asalnya. Pada umumnya kebutuhan utama para
bekas
dengan
tujuan
tanpa
merubah
sifat barang tersebut.
tamu dalam hotel adalah istirahat, tidur,
2. Hotel
mandi, makan, minum, hiburan dan lain-lain.
Hotel
merupakan
salah
satu
jenis
akomodasi yang mempergunakan sebagian
3. Restoran Pengertian pertama Restaurant sesuai
atau keseluruhan bagian untuk jasa pelayanan
dengan
penginapan, penyedia makanan dan minuman
http://dictionary.reference.com
serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang
establishment where meals are served to
dikelola secara komersil (Keputusan Menteri
customers (sebuah tempat bangunan yang
Parpostel no Km 94/HK103/MPPT 1987).
manyajikan
Perhotelan
bangunan,
Pengertian kedua Restoran berasal dari kata ”
perusahaan atau usaha yang menyediakan jasa
restore atau restorasi” yang berarti yang dalam
inap dan juga menyediakan makanan dan
bahasa Indonesia berarti ”memperbaiki atau
merupakan
sebuah
kamus
bahasa
makanan
Inggris
kepada
yaitu
online an
pelanggan).
5
memulihkan,
yakni
memulihkan
kondisi
Sesuai
dengan
World
Tourism
seseorang dari suatu kondisi yang kurang baik
Organization (WTO) dan internasional Union
ke kondisi yang lebih baik. Jadi restoran
Office Travel Organization, definisi wisatawan
adalah
mancanegara adalah orang yang mengunjungi
suatu
tempat
yang
menyediakan
makanan dan minuman untuk dikonsumsi
suatu
tamu
sebagai
kebutuhan
memperbaiki/memulihkan
negara
diluar suatu
tinggalnya,
dalam
rangka
didorong
kembali
kondisi
bermaksud memperoleh penghasilan di tempat
yang telah berkurang setelah melakukan suatu
oleh
tempat
keperluan
tanpa
yang dikunjungi.
kegiatan.
Dari definisi diatas mencakup dua
Dari pengetian diatas restoran dibagi
kategori wisatawan mancanegara, yaitu :
sesuai jenis makanan dan minuman yang
a.
dijual serta cara penyajian dan pelayanan yang
pengunjung seperti definisi tersebut paling
diberikan kepada pelanggan yang datang untuk
sedikit 24 jam, akan tetapi tidak boleh lebih
menikmati hidangan maupun sekedar untuk
dari 6 bulan ditempat yang dikunjungi.
bersantai.
b.
Restoran
mencakup
usaha
Wisatawan
(tourism)
adalah
setiap
Pelancong (excursionist) adalah setiap
penyediaan makanan dan minuman jadi yang
pengunjung yang tinggal kurang dari 24 jam
pada umumnya dikonsum di tempat penjualan
ditempat yang dikunjungi dengan kapal atau
seperti rumah makan, warung nasi, warung
kereta api, dimana mereka tidak menginap di
sate, warung kopi, catering dan kantin.
akomodasi yang tersedia di negara tersebut. Batasan tersebut bisa berlaku bagi wisatawan
Pariwisata
2011)
dalam
negeri
maupun
Menurut (Yoeti, 1996 dalam Wijaya,
mancanegara, akan tetapi tidak mangandung
pada hakekatnya pariwisata adalah
batasan waktu maupun ruang teritorial yang
melakukan perjalanan dengan tujuan mendapat
jelas.
kenikmatan, mencari kepuasan, memperbaiki kesehatan dan lain-lain. Secara luas definisi
Keterkaitan
pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat
Perdagangan, Hotel dan Restoran.
ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan
1. Pariwisata dengan perdagangan
individu maupun kelompok, guna mencari kebahagiaan
dan
keseimbangan
Pariwisata
dengan
Sektor
Pariwisata merupakan kegiatan untuk
dengan
menenangkan pikiran atau refresing kesebuah
lingkungan hidup dalam dimensi sosial,
objek wisata. Setiap obyek wisata terdapat
budaya, alam dan ilmu.
berbagai
fasilitas
temasuk
dalam
hal
perdagangan baik berupa souvenir, makanan
6
dan minuman sebagai pemenuh kebutuhan
konsumsi dari wisatawan. Maka dari itu
selama berwisata atau oleh-oleh khas daerah
restoran juga perlu diperhatikan sebagai mana
tersebut.
berkunjung
sektor perdagangan dan perhotelan karena
kesebuah obyek wisata pasti ingin membeli
memiliki fungsi yang sama sebagai faktor
oleh-oleh
untuk
pribadi,
sanak
saudara
pendukung dalam pariwisata.
maupun
sahabat
sebagai
buah
tangan.
Seharusnya
Wisatawan
yang
semakin
banyak
Sehingga semakin tinggi jumlah wisatawan
wisatawan yang berkunjung ke objek wisata
yang berkunjung ke objek wisata secara tidak
akan meningkatkan sektor perdagangan, hotel
langsung
dan restoran karena ketiga sektor tersebut
akan
berpengaruh
terhadap
pendapatan sektor perdagangan.
saling berkaitan satu dan lainya.
2. Pariwisata dengan Hotel Seperti
halnya
perdagangan,
METODE PENELITIAN
perhotelan juga merupakan fasilitas penunjang
Jenis penelitian yang digunakan dalam
dalam pariwisata sebagai tempat menginap
penelitian ini adalah penelitian deskriptif
atau tempat tinggal sementara bagi wisatawan.
kuantitatif.
Hotel sendiri terdiri dari hotel berbintang,
dilakukan
losmen
sehingga
dilakukan analisa secara statistik (Basuki,
wisatawan dapat menentukan fasilitas yang
2006). Sehingga pengertian dan penjelasan
diinginkan sesuai dengan keuangan yang
dalam penelitian kuantitatif dijelaskan bukan
dimiliki. Pada umumnya wisatawan yang
secara angka atau nominal, akan tetapi
menginap
negeri
kedalam penelitian deskriptif akan dijelaskan
maupun wisatawan lokal yang tinggal jauh
secara kalimat-kalimat yang mudah di fahami.
maupun
adalah
hotel
melati
wisatawan
luar
dari objek wisata tersebut. Jadi, semakin banyak wisatawan yang berkunjung objek
wisata
seharusnya
Data
Penelitian secara
yang
deskriptif
kuantitatif
dikumpulkan
agar
harus
dapat dapat
dapat
pada
dibuktikan kebenarannya, tepat waktu, sesuai
mempengaruhi
dan dapat memeberikan gambaran yang
terhadap pendapatan sektor perhotelan.
menyeluruh. Data sekunder ini meliputi data
3. Pariwisata dengan Restoran
statistik jumlah pengunjung objek wisata
Restoran juga merupakan fasilitas pendukung
dalam
perdagangan
dan
pariwisata hotel.
Restoran
seperti juga
Gunung Bromo dan data statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sector perdangangan,
hotel
dan
restoran
yang
terkadang menjadi salah satu bagian dari hotel
diterbitkan setiap tahun oleh Badan Pusat
dan merupakan tempat menjual makanan
Statistik (BPS).
kuliner guna memenuhi kebutuhan makan atau
7
Agar tidak terjadi perbedaan persepsi
keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan
antara peneliti dengan pembaca, maka peneliti
menurut Sugiyono (2009) populasi adalah
perlu menguraikan dan menjelaskan variabel-
keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari
variabel yang digunakan dalam model analisis
manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala,
kuantitatif ini dapat dibedakan menjadi dua
nilai tes, atau peristiwa sebagai sumber data
jenis, yaitu :
yang memiliki kualitas dan karakteristik
1. Variabel bebas (independent variable) (X). Sugiyono (2009) mengemukakan bahwa: “Variabel
independen
atau
variabel
tertentu di dalam suatu penelitian. Sehingga populasi
dalam
keseluruhan
penelitian
jumlah
ini
wisatawan
adalah serta
stimulus, predictor, antecedent, dalam bahasa
pendapatan sektor perdagangan, hotel dan
Indonesia sering disebut variabel bebas adalah
restoran di Kabupaten Probolinggo tahun
variabel
2001-2012.
yang
mempengaruhi
atau
yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).”
Menurut merupakan
Sugiyono bagian
dari
(2009),
Sampel
suatu
populasi
Dengan demikian, dalam penelitian ini
keseluruhan yang dipilih secara cermat agar
yang berkedudukan sebagai variabel bebas
mewakili populasi tersebut. Sejalan dengan
yaitu jumlah wisatawan obyek wisata gunung
pendapat
Bromo (X).
mengemukakan
diatas,
Arikunto
bahwa
sampel
(2002) adalah
2. Variabel terikat (dependent variable)
sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Y). Menurut Sugiyono (2009), menjelaskan
untuk mendapatkan sampel yang representatif
bahwa:
(mewakili populasi). Adapun sampel dalam
“Variabel dependen atau sering disebut
penelitian ini adalah
data seluruh jumlah
sebagai variabel output, kriteria, konsekuen,
wisatawan gunung Bromo tahun 2001-2012
dan dalam bahasa Indonesia disebut sebagai
serta data pendapatan sektor perdagangan,
variabel terikat merupakan variabel yang
hotel dan restoran tahun 2001-2012 di
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
Kabupaten Probolinggo.
adanya variabel bebas.”
Metode pengumpulan data yang digunakan
Dengan demikian variabel dependen dalam
penelitian
Perdagangan,
ini
Hotel
adalah
dan
sektor
Restoran
di
Kabupaten Probolinggo. Menurut mengemukakan
dan mengkaji data sekunder yang berupa data statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang diterbitkan setiap tahun oleh
Arikunto bahwa
adalah dengan cara mengumpulkan, mencatat,
populasi
(2002),
Badan Pusat Statistik (BPS). Adapun data
adalah
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
8
data
Perdagangan,
Hotel
dan
Resto
Y= α + bX + e
di
Kabupaten Probolinggo dan jumlah wisatawan gunung Bromo.
Keterangan: Y = Jumlah wisatawan Gunung Bromo (t)
Di samping itu, untuk menunjang hasil penelitian dan memperkuat teori yang ada,
X = Perdagangan, Hotel dan Restoran
(t-1)
e = Error (tingkat kesalahan pengganggu)
peneliti juga melakukan studi kepustakaan
Pada penelitian ini, secara spesifik teknik
atau studi literature sesuai dengan kebutuhan
analisis data yang digunakan menggunakan
penelitian.
analisis
Teknik pengolahan data yang digunakan
linear
ditujukan
sederhana.
untuk
Penelitian
meramalkan
ini
bagaimana
dengan uji statistik menggunakan analisis
keadaan (naik turunnya) variabel dependen,
regresi sederhana. Data yang terkumpul
bila
selanjutnya di analisisa untuk dapat menjawab
predictor
permasalahan
nilainya).
pengolahan memakai
dalam data
yang
program
memudahkan
penelitian. digunakan
SPSS,
agar
dalam menghitung
Teknik disini lebih
variabel
independen
dimanipulasi
sebagai
(dinaik
faktor
turunkan
Uji asumsi klasik juga digunakan karena dalam
penelitian
ini
menggunakan
data
maupun
sekunder. Terdapat beberapa model yang
mengolah data. Karena data yang saya
digunakan untuk melakukan uji asumsi klasik,
gunakan berupa data time series antara tahun
yaitu: uji normalitas, uji heteroskedastisitas,
2001-2012, maka saya menggunakan program
uji
SPSS sebagai alat bantu dalam mengolah data.
multikolinearitas.
autokolerasi,
uji
linearitas
dan
uji
Peneliti menggunakan teknik analisis
Pengujian normalitas memiliki tujuan
data deskriptif dengan pendekatan kuantitatif
untuk menguji apakah dalam model regresi,
yaitu memberikan gambaran mengenai jumlah
variabel penganggu atau residual memiliki
wisatawan gunung Bromo terhadap sektor
distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t
perdagangan, hotel dan restoran di kabupaten
mengasumsikan
Probolinggo tahun 2000-2012.
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini
Peneliti menggunakan analisis regresi sederhana untuk dapat mengetahui pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat
bahwa
nilai
residual
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel. Untuk
menguji
normalitas
data,
(Y). teknik analisis statistik dalam penelitian
penelitian ini menggunakan analisis grafik.
ini menggunakan bantuan program SPSS.
Pengujian normalitas melalui analisis grafik
Persamaan model analisis regresi sederhana
adalah dengan cara menganalisis grafik normal
dalam penelitian ini yaitu :
probability
plot
yang
membandingkan
9
distribusi kumulatif dari distribusi normal.
adalah Homoskedastisitas atau tidak terjadi
Distribusi normal akan membentuk satu garis
Heteroskedatisitas (Ghozali, 2005).
lurus diagonal, dan ploting data residual akan
Menurut
Ajija
(2011),
dibandingkan dengan garis diagonal. Data
Heteroskedastisitas merupakan keadaan di
dapat dikatakan normal jika data atau titik-titik
mana semua gangguan yang muncul dalam
terbesar
fungsi regresi populasi tidak memiliki varians
di
sekitar
garis
diagonal
dan
penyebarannya mengikuti garis diagonal. Pada
prinsipnya
normalitas
yang sama. Uji heteroskedastisitas dapat dapat
dilakukan dengan cara melihat pola residual
dideteksi dengan melihat penyebaran data
dari hasil estimasi regresi. Jika residual
(titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau
bergerak
dengan melihat histrogram dari residualnya.
heteroskedastisitas. Akan tetapi, jika residual
Dasar pengambilan keputusan uji normalitas
membentuk suatu pola tertentu, maka hal
dapat dilakukan dengan cara berikut:
tersebut
1. Dengan melihat grafik kurva normal
konstan,
maka
tidak
mengindikasikan
ada
adanya
heteroskedastisitas.
probability plot jika data menyebar disekitar
Ghozali (2006) menjelaskan uji ini dapat
garis diagonal dan mengikuti arah garis
dilakukan dengan melihat gambar plot antara
diagonal
histrogramnya
nilai prediksi variabel independen (ZPRED)
menunjukan pola distribusi normal, maka
dengan residualnya (SRESID). Apabila dalam
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
grafik tersebut tidak terdapat pola tertentu
atau
grafik
2. Ghozali (2006) menjelaskan “jika data
yang teratur dan data tersebar secara acak di
menyebar lebih jauh dari diagonal dan/atau
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,
tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik
maka
histrogram tidak menunjukkan pola distribusi
heteroskedastisitas.
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas”.
dalam
autokorelasi
tidak
bertujuan
terdapat
menguji
apakah dalam model regresi linier ada korelasi
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah
Uji
diidentifikasikan
model
regresi
antara kesalahan pengganggu pada periode t
terjadi
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-
satu
1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali,
variance dan residual satu pengamatan ke
2005).
ketidaksamaan variance dari residual
pengamatan yang lain tetap, maka disebut
Menurut
Gujarati
(2003),
Keadaan
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
dimana variabel gangguan pada periode
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan
10
pada periode lain, dengan kata lain dalah
RESET
variabel gangguan yang tidak random. Faktor-
probabilitas F hitung > α (5%) atau F tabel,
faktor yang menyebabkan autokorelasi antara
maka spesifikasi model sudah benar.
lain kesalahan dalam menentukan model penggunaan
lag
pada
model,
test),
dimana
kriterianya
bila
Dalam penelitian ini peneliti hanya
tidak
menggunakan variabel X dan Y saja maka
memasukkan variabel yang penting. Akibat
cukup diuji menggunakan uji t. Uji t
adanya autokorelasi adalah parameter yang
digunakan untuk mengukur seberapa jauh
diestimasi menjadi bias dan variannya tidak
pengaruh satu variabel independen secara
minimum, sehingga tidak efisien.
individual dalam menerangkan variasi variabel
Nilai d yang diperoleh dibandingkan
dependen. Uji ini dilakukan dengan syarat:
dengan dl dan du pada tabel jika nilai d < dl
1. Bila t hitung < t tabel, maka H0
atau d . 4-dl berarti terdapat autokorelasi. Jika
diterima dan Ha ditolak, artinya bahwa secara
nilai d terletak antara 4-du dan 4-dl maka tidak
bersama – sama variabel independen tidak
dapat
berpengaruh terhadap variabel dependen;
dipastikan
adanya
autokorelasi.
Penggunaan nilai d-tabel dapat dijelaskan sebagai berikut : Jika Ho : tidak ada autokorelasi positif, maka apabila d < dl : menolak Ho
2. Bila t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima artinya bahwa secara bersama
–
sama
variabel
independen
berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian ini juga dapat menggunakan
d > du : tidak menolak Ho
pengamatan nilai signifikan t pada tingkat α
dl ≤ d ≤ du : pengujian tidak meyakinkan
yang digunakan (penelitian ini menggunakan
Jika Ho : tidak ada autokorelasi negatif,
tingkat α sebesar 5% ). Analisis ini didasarkan
maka apabila
pada perbandingan anatara nilai signifikansi t
d > 4-dl : menolak Ho
dengan nilai signifikansi 0,05 dengan syarat –
d < 4-du : tidak menolak Ho
syarat sebagai berikut:
4-du ≤ d ≤ 4-dl : pengujian tidak meyakinkan. Uji terhadap linearitas berguna untuk mengetahui kebenaran bentuk model empiris
1) Jika signifikansi t < 0,05 maka H0 ditolak yang brartivariabel independent secara simultan
berpengaruh
terhadap
variabel
dependent;
yang digunakan dan menguji variabel yang
2) Jika signifikansi t > 0,05 maka H0
relevan untuk dimasukkan dalam model
diterima yang berarti variabel independen
empiris. Menurut Ghozali (2001) uji linearitas
secara simultan tidak berpengaruh terhadap
dapat dilakukan dengan uji Ramsey (Ramsey
variabel dependen.
11
Koefisien determinasi (R2) pada intinya
bisa juga diartikan, wisatawan (tourism)
mengukur seberapa jauh kemampuan model
menjadi wisatawan mancanegara (wisman)
dalam menerangkan variasi variabel dependen.
sedangkan pelancong (excursionist) menjadi
Secara umum koefisien determinasi untuk data
wisatawan local atau wisatawan nusantara
silang (cross section) relatif rendah karena
(wisnus)
adanya variasi yang besar antara masing –
Jika dilihat dari pendapat diatas maka
masing pengamatan, sedangkan untuk data
wisatawan gunung Bromo memiliki jumlah
runtun
wisatawan yang sangat banyak hal ini bisa
waktu
(time
series)
biasanya
mempunyai nilai koefisien determinasi yang tingg (Ghozali, 2005).
dilihat dari tabel berikut : Tabel 4.1 Jumlah wisatawan Gunung Bromo
Menurut gujarati (2003) dalam Ghozali (2005) jika dalam uji empiris didapat nilai 2
adjusted R negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2 = 1, maka adjusted R2 = R2 = 1 sedangkan jika nilai R2 = 0, maka adjusted R2 = (1-k)/ (n-k), jika k.1, maka adjusted R2 akan bernilai negatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Perkembangan
Jumlah
Wisatawan
Objek Wisata Gunung Bromo
per tahun tahun wisatawan perkembangan 2001 76962 2002 97800 27,08% 2003 77858 -20,39% 2004 61999 -20,37% 2005 63185 1,92% 2006 39629 -37,28% 2007 60526 52,73% 2008 55344 -8,56% 2009 66747 20,60% 2010 99932 49,72% 2011 74700 -25,25% 2012 28105 -62,38% Sumber: BPS Kabupaten Probolinggo (setelah diolah)
Menurut (Yoeti, 1996 dalam Wijaya, 2011)
pada hakekatnya pariwisata adalah
melakukan perjalanan dengan tujuan mendapat kenikmatan, mencari kepuasan, memperbaiki
Batasan tersebut bisa berlaku bagi dalam
tabel diatas menjelaskan
fluktuasi jumlah wisatawan gunung Bromo pada tahun 2001-2012. Tahun 2001-2002 jumlah wisatawan meningkat sebesar 27,08% ,
kesehatan dan lain-lain.
wisatawan
Berdasarkan
negeri
maupun
mancanegara, akan tetapi tidak mangandung batasan waktu maupun ruang teritorial yang jelas. Sehingga dari kategori wisatawan diatas
sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2006-2007 sebesar 52,73% dan pada tahun 2009-2010 sebesar 49,72%. Wisatawan gunung
Bromo
tidak
hanya
mengalami
kenaikan tetapi juga penurunan, adapun penurunan jumlah wisatawan terbesar terjadi
12
pada tahun 2005-2006 sebesar -37,28% dan juga pada tahun 2011-2012 sebesar -62,38%
2. Perkembangan Sektor Perdagangan, Hotel
dan
Restoran
Kabupaten
Probolinggo
merupakan faktor pendukung maupun fasilitas dalam pariwisata yang penting guna menarik minat wisatawan. PHR juga merupakan salah satu sector yang memberikan sumbangsih terhadap PDRB maupun PAD, sehingga dengan tingginya pendapatan PHR juga akan mempengaruhi PDRB maupun PAD. Sehingga wisatawan
diolah) Berdasarkan
Perdagangan, hotel dan restoran (PHR)
saat
2009 1583323,4 6,68% 2010 1601809,9 1,17% 2011 1762627,7 10,04% 2012 1944132,3 10,30% Sumber: BPS Kabupaten Probolinggo (setelah
meningkat,
maka
akan
membuat sector ekonomi meningkat karena
tabel diatas menjelaskan
fluktuasi pendapatan sector PHR pada tahun 2001-2012. Tahun 2001-2002 jumlah PHR meningkat
sebesar
7,96%,
sedangkan
peningkatan terbesar terjadi pada tahun 20042005 sebesar 28,07% dan pada tahun 20052006
sebesar
11,32%.
PHR
kabupaten
Probolinggo juga mengalami peningkatan yang tidak signifikan pada tahun 2009-2010 sebesar 1.17%. Uji
normalitas
digunakan
untuk
wisatawan menggunakan fasilitas pariwisata
melihat normalitas data variabel penelitian dan
dan masyarakat juga mengalami peningkatan
model regresi. Adapun hasil dari pengolahan
pendapatan dari banyaknya wisatawan yang berkunjung.
uji normalitas data adalah sebagai berikut: a. Kurva
Jika dilihat dari penjelasan diatas maka PHR Kabupaten Probolinggo, bisa
Histogram
jumlah
wisatawan
terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran.
dilihat dari tabel berikut : Tabel 4.2 Jumlah pendapatan sector perdagangan, hotel dan restoran Kabupaten Probolinggo per tahun Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
PHR 623828,7 741653,6 861057,4 987369,4 1115207,7 1241486,8 1372746,7 1484123,7
perkembangan 7,96% 8,03% 10,08% 28,07% 11,32% 10,57% 8,11%
Gambar 4.1 Grafik Kurva Histogram jumlah wisatawan terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran
13
Dari hasil kurva histogram pada
heteroskedasitas, akan tetapi jika residual
gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa bentuk
membentuk suatu pola tertentu, maka hal
kurva simetris dan tidak melenceng ke kiri
tersebut
maupun ke kanan, sehingga berdasarkan kurva
heteroskedasitas.
histogram di atas dapat dinyatakan bahwa data
mengindikasikan
adanya
b. Autokorelasi
variabel penelitian dan model regresi yang Nilai d yang diperoleh dibandingkan
digunakan berdistribusi normal. Pada kurva histogram,
model
memenuhi
dengan dl dan du pada tabel jika nilai d < dl
asumsi
atau d . 4-dl berarti terdapat autokorelasi. Jika
normalitas jika bentuk kurva simetris atau
nilai d terletak antara 4-du dan 4-dl maka tidak
tidak melenceng ke kiri maupun ke kanan.
dapat dipastikan adanya autokorelasi.
a. Heteroskedasitas
Nilai dl dan du dilihat dari tabel Durbin Watson, karena jumlah data (12) dan variabel bebasnya hanya satu (k1), maka diperoleh : Nilai dl : 0,9708 Nilai du : 1,3314
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot jumlah wisatawan terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran
Model Summaryb Mo R del
R Adj
are d R
gambar 4.3 di atas memperlihatkan tidak
heterokedasitas. model
regresi
Homoskedasitas
yang
di
Menurut yang atau
the
R
are
e
re nge 1
bersifat
Cha
(Ghozali,2005)
nge
olah
baik tidak
adalah terjadi
1
,771 a
,594 ,549
332868 ,68313
F d df Sig.
Squa Cha f 2 F
Squ Estimat
adanya pola tertentu sehingga disa dikatakan data
Change Statistics Durb
Squ uste Error of
Dari hasil kurva Scatterplot pada
bahwa
Std.
Cha
inWats on
nge
,594
13,1 51
1 9 ,006 ,976
Heteroskedasitas. Scatterplot antara *ZRESID dan *ZPRED tidak membentuk pola tertentu, sehingga bisa dianggap residual mempunyai
Tabel 4.1 Model Summary jumlah wisatawan terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran
variance konstan (homoscedasticity). Menurut
Agar lolos autokorelasi atau agar tidak
(Ajija,2011) pola residual dari hasil estimasi
terdapat autokorelasi maka minimal data yang
regresi bergerak konstan, maka tidak ada
diolah
berada
pada
daerah
ragu-ragu
14
(inconclusive). Karena data yang saya teliti
terhadap perdagangan, hotel dan restoran.
berada pada dl(0,9708) > 0,976 > du (1,3314),
Sehingga
dengan demikian data yang saya teliti tidak
wisatawan
ada autokorelasi atau model yang dihasilkan
sector perdagangan, hotel dan restoran.
telah lolos dari masalah autokorelasi.
dengan
adanya
peningkatan
akan mengurangi pendapatan
d. Uji Signifikansi Parametris (Uji t) Untuk menguji signifikan masing-masing
c. Linearitas
koefisien regresi digunakan uji statistik t. Kriterianya dapat ditentukan berdasarkan uji F atau uji nilai Signifikansi (Sig.). Cara yang paling mudah dengan uji Sig., dengan ketentuan, jika Nilai Sig. < 0,05, maka model regresi adalah linear, dan berlaku sebaliknya. Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai Sig. = 0,006 yang berarti
kurang dari (<) kriteria
Untuk menguji β1 : H0 : β1 = 0 terhadap H1 : β1 0. Di dapat nilai t = -3,626 dengan derajat kebebasan n – 2 = 12 – 2 = 10 dan P-value = 0.006, hal ini merupakan bukti kuat penolakan H0 : β1 = 0, karena P-value = 0,006 lebih kecil dari α = 0,05 berarti data yang digunakan dalam penelitian ini signifikan.
signifikan (0,05), dengan demikian model
e. Koefisien Determinasi
persamaan regresi berdasarkan data penelitian
Model Summary
adalah signifikan artinya, model regresi linier Mode
memenuhi kriteria linieritas.
R
R Square Adjusted R Std. Error of
l Tabel
Coefficients
Square
menginformasikan
model persamaan regresi yang diperoleh dengan koefisien konstanta dan koefisien variabel yang ada di kolom Unstandardized Coefficients B. Berdasarkan tabel ini diperoleh model persamaan garis regresi menggunakan
1
,771a
,594
,549
the Estimate 332868,683 13
a. Predictors: (Constant), wisatawan
Tabel 4.6 Model Summary jumlah wisatawan terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran
metode kuadrat terkecil ( least square method)
Dilihat
dari
hasil
nilai
R
yang
yang didapat adalah :
merupakan simbol dari nilai koefisien korelasi.
Y = 1850796,117 – 0,771 X + e
Pada data diatas nilai korelasi adalah 0,771.
Dimana y = jumlah wisatawan dan x = sektor
Nilai
Perdagangan, Hotel dan Restoran
hubungan kedua variabel penelitian ada di
ini
dapat
diinterpretasikan
bahwa
Sedangkan dari tabel di atas, koefisien
kategori lemah. Melalui tabel Model Summary
regresi jumlah wisatawan (b) bernilai negatif
juga diperoleh nilai R Square atau koefisien
sebesar – 0,771, hal ini menunjukkan bahwa
determinasi (KD) yang menunjukkan seberapa
wisatawan berpengaruh negatif dan signifikan
bagus model regresi yang dibentuk oleh
15
interaksi variabel bebas dan variabel terikat.
perdagangan, hotel dan restoran. Sehingga
Tabel Model Summary menunjukkan bahwa
dengan adanya peningkatan wisatawan akan
nilai KD yang diperoleh adalah 54,9% yang
mengurangi pendapatan sector perdagangan,
dapat ditafsirkan bahwa variabel bebas (X)
hotel dan restoran. Hasil dari pengolahan data
memiliki pengaruh kontribusi sebesar 54,9%
ini
terhadap variabel Y dan 45,1% lainnya
penelitian
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar
jumlah wisatawan berbanding lurus dengan
variabel X.
sector perdagangan, hotel dan restoran tetapi
Melalui tabel Model Summary diperoleh
sangat
penelitian
berbanding terdahulu,
ini
terbalik
dimana
malah
dengan
seharusnya
sebaliknya
yaitu
nilai R Square atau koefisien determinasi (KD)
berbanding terbalik, dimana dari penelitian ini
yang menunjukkan seberapa baiknya model
didapatkan jika jumlah wisatawan naik maka
regresi yang dibentuk oleh interaksi variabel
malah akan mengurangi sektor perdagangan,
bebas dan variabel terikat. Tabel Model
hotel dan restoran.
Summary menunjukkan bahwa nilai KD yang
Sesuai yang dikemukakan oleh Sidik
diperoleh adalah 0,549 atau berarti 54,9%
(2008) bahwa pajak hotel dan pajak restoran
yang dapat ditafsirkan bahwa variabel jumlah
merupakan sumber pendapatan daerah yang
wisatawan (X) memiliki pengaruh kontribusi
penting untuk membiayai penyelenggaraan
sebesar 54,9% terhadap variabel perdagangan,
pemerintahan
hotel dan restoran (Y) dan 45,1% lainnya
Sebagai komponen perdagangan, hotel dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar
restoran memiliki pengaruh serta kontribusi
variabel jumlah wisatawan (X). Berdasarkan
terhadap
pengolahan
juga
tersebut sesuai dengan UU Nomor 33 Tahun
diperoleh model persamaan garis regresi
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
menggunakan metode kuadrat terkecil (least
Pemerintah Pusat dan Daerah. PAD adalah
square method) yang hasilnya adalah :
penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak
Y = 1850796,117 – 0,771X+e
daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan
Dimana y = jumlah wisatawan dan x = sektor
milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan
PHR
daerah
data
sekunder
tersebut
dan
pembangunan
peningkatan
yang
PAD.
dipisahkan
daerah.
Pendapatan
dan
lain-lain
Sedangkan dari tabel Standardized
pendapatan asli daerah yang sah. Kewenangan
Coefficients, didapatkan koefisien regresi
dalam pengelolaan pendapatan daerah salah
jumlah wisatawan (b) bernilai negatif sebesar
satunya perdagangan, hotel dan restoran
–0,771, hal ini menunjukkan bahwa wisatawan
diharapkan dapat lebih mendorong pemerintah
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
daerah untuk mengoptimalkan PAD.
16
Perdagangan, hotel dan restoran adalah
didapatkan
bahwa
banyaknya
jumlah
komponen penerimaan daerah yang tentu saja
wisatawan berpengaruh signifikan terhadap
ikut
sector perdagangan, hotel dan restoran.
mempengaruhi
penerimaan
daerah
Kabupaten Probolinggo. Meskipun sama-sama
Saran
mempengaruhi penerimaan daerah Kabupaten Probolinggo, akan tetapi terdapat hal yang menarik di mana jumlah wisatawan gunung Bromo
tidak
mempengaruhi
sector
perdagangan, hotel dan restoran. Jumlah wisatawan yang fluktuatif berbanding terbalik dengan sector perdagangan, hotel dan restoran yang selalu naik. Keadaan seperti ini didukung dengan adanya kontribusi jumlah wisatawan terhadap perdagangan, hotel dan restoran, dimana tahun 2002 wisatawan memiliki kontribusi 40,47% dari sector perdagangan, hotel dan restoran sedangkan pada tahun-tahun berikutnya
rata-rata
wisatawan
memiliki
kontribusi 4,50% terhadap sector perdagangan hotel
dan restoran. Meskipun kontribusi
wisatawan tidak terlalu besar terhadap sector perdagangan, hotel dan restoran, namun wisatawan merupakan faktor pendukung dalam bertambahnya pendapatan sector perdagangan,
Berdasarkan
penelitian
dan
kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
saran
yang
dapat
diberikan
dari
penelitian ini adalah: 1. Perlunya penambahan fasilitas wisata yang dapat
menunjang
pariwisata
agar
kesejahteraan masyarakat sekitar tempat wisata dan pendapatan pemerintah dapat tercapai dengan baik. Selain itu, kondisi alam yang berubah-ubah dapat berdampak juga
pada
meningkatnya
jumlah
wisatawan. 2. Perlu adanya peningkatan dari faktorfaktor pendukung pariwisata agar jumlah wisatawan lebih meningkat dan dapat meningkatkan juga sector perdagangan, hotel dan restoran. Separti dijelaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Probolinggo. 3. Perlu
hotel dan restoran.
hasil
dilakukan
terhadap
kebijakan
perbaikan dan
kembali
manajemen
PENUTUP
pariwisata yang lebih profesional, agar
Kesimpulan
hasil dari
Menjawab dari rumusan masalah “Adakah pengaruh jumlah wisatawan Gunung Bromo terhadap
sector
perdagangan,
hotel
dan
restoran pada PDRB kabupaten Probolinggo”. Dari hasil pengolahan data pada bab IV
pendapatan sector pariwisata
untuk tahun berikutnya menjadi lebih baik lagi dan berdampak terhadap peningkatan sector perdagangan, hotel dan restoran yang implikasinya dapat memberikan jaminan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar maupun Kabupaten Probolinggo.
17
4. Banyaknya pedagang asongan disekitar
Mudrajad, Kuncoro. 2004. Metode Kuantitatif
lokasi wisata dan belum terkoordinasi
: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan
dengan baik membuat lokasi wisata
Ekonomi. Yogyakarta : UPP AMP
menjadi kumuh.
YKPN.
5. Belum adanya pujasera atau foodcourt yang
memadai
sehingga
Sjafrizal.
wisatawan
6. Tata
letak
maupun
Wilayah
dan
Persada. Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian.
perencanan
pembangunan hotel di daerah wisata
Ekonomi
Perkotaan. Jakarta: Raja Grafndo
kesulitan mencari makanan yang higienis dan tempat yang nyaman serta bersih.
2012.
Bandung: Alfabeta Arikunto,
Suharsimi.
2002.
Prosedur
kurang diperhatikan sehingga membuat
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
kurang menarik dan kurang tertata rapi.
Jakarta: Rineka Cipta.
7. Sama halnya dengan perhotelan, restoran
Sukirno, Sadono. 2010. Makroekonomi Teori
juga kurang tertata sehingga wisatawan
Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
kurang dalam menggunakan fasilitas ini.
Persada
Adanya faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan
oleh
peneliti
semoga
Swastha, B dan Sukotjo, I. 2002. Pengantar
dapat
dijadikan acuan dalam penelitian yang akan
Bisnis Modern. Liberty. Yogyakarta. Ghozali,
Imam.
2005.
Aplikasi
Analisis
datang maupun untuk melanjutkan penelitian
Multivariate dengan Program SPSS.
yang saya teliti.
Edisi
DAFTAR PUSTAKA
Penerbit Universitas Diponegoro.
Arsyad,
Lincolin, Perencanaan
2005, dan
Pengantar
Tim Penyusun. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi. Surabaya: Unesa
Badan Pusat Statistik. 2001-2012. Kabupaten Probolinggo Dalam Angka 2001-2012 Kabupaten Probolinggo : BPS Imam.
2005.
Badan
Pers: Jakarta
Yogyakarta.
Ghozali,
Semarang:
Teguh. M, 2010. Ekonomi Industri. Rajawali
Pembangunan
Ekonomi Daerah, Edisi Kedua, BPFE,
Ketiga.
Aplikasi
University Press Todaro,
Michael.
2003.
Pembangunan
Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara Analisis
UU Republik Indonesia, 2000. Undang-
Multivariate dengan Program SPSS.
Undang Nomor
Edisi
tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Ketiga.
Semarang:
Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Daerah.
34 Tahun
2000
(Online),
18
(http//www.hukumonline.com, diakses
es/PDRB%202009.pdf
15 Desember 2013)
February 2014)
diakses
8
UU Republik Indonesia, 1999. UU No. 22
Ningrum, Ayu, 2012. Pengertian Produk
Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun
Domestik Regional Bruto (online)
1999
(http://www.bisosial.com/2012/10/pro
tentang
Otonomi
Daerah.
(Online),
duk-domestik-regional-bruto-
(http//www.hukumonline.com, diakses
pdrb.html. di akses 8 February 2014)
15 Desember 2013)
Rachman, Arpan, 2012. Sumbangan Sektor
Wijaya, I Nengah. 2011. Pengaruh Jumlah Wisatawan
Mancanegara,
Pariwisata ke Devisa Selalu Naik.
Lama
(online)
Tinggal, dan Kurs Dolar Amerika Terhadap
diakses 7 maret 2014)
Produk
________, 2010. Potensi Pariwisata Indonesia.
Domestic Bruto Industry Pariwisata
(online) (http://www.Portal-Nasional-
Kabupaten Badung Tahun 1997-2010.
RI-Pariwisata.htm diakses 7 Maret
Tesis Program Pascasarjana Studi
2014)
Kajian
Penerimaan
Pariwisata
Universitas
Oratmangun, Djauhari, 2012, Menjadikan
Udayana Yuliadi,
(http://www.Okezone.com
Pariwisata Pilar Ekonomi. (online)
Imamudin.
2009.
Ekonometrika
(http://detikNews.com diakses 7 Maret
Terapan.Yogyakarta: UPFEUMY
2014)
Sari, Linda, 2009. Gunung Bromo dan Keunikan
Masyarakat
Santosa, Setyanto P., 2007, Pengembangan
Tengger
Pariwisata
Indonesia.
(online)
Sebagai Objek Wisata di Jawa Timur.
(http://artikel.php.htm diakses 7 Maret
Diploma III Pariwisata. Universitas
20014)
Sumatra Utara.
_________,
RPJM Kabupaten Probolinggo tahun 20082013
Pengolahan
Pariwisata
Daerah Kabupaten Lombok Timur
(online)
al/tourism diakses 7 Maret 2014) Kamus
di
Pariwisata
(http://www.indonesia.go.id/en/potenti
(http://kab.probolinggo.go.id ,diakses
_______,2009.
Potensi
Indonesia
(online)
tanggal 15 Desember 2013)
2011,
Bahasa
Inggris
(Online)
(http://dictionary.reference.com diakses 7 Maret 2014)
(online) (http://www.lomboktimurkab.go.id/fil
19