PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI KLASIFIKASI BENDA KELAS VII-A DI SMPN 1 MEGAMENDUNG Arti Permatasari1, Triasianingrum.2, Nandang Hidayat.3 ABSTRACT The Classroom action research conducted for the achievement of a low grade of minimum completeness criteria and effectiveness of learning. The purpose of this research is to improve student outcomes Ipa study is the realm of knowladge, attitudes, and sikll. This research was implemented in class VII-A SMP Negeri 1 Megamendung Kabupaten Bogor,in July-september, with material objects classification. The research process was conducted in two cycle, including design, implementation, observation, and reflection. At the end of every cycle performed test with instrument that has been test in validity test items, reliability test items, and level of difficulty of test items. The results showed of the model problem based learning based guided inquiry to improve learning IPA outcomes. Seen from the average value of student learning outcomes class VII-A that is grade is 69 or 39% of the 36 students. In 1 st cycle achieve or 61% of the 36 students. The average 2nd cycle increased to 82 or 83% of the 36 students. Value of the affective domain of learning outcomes 1st cycle achieve 73,5 the percentage achievement of both categories of 64% and 2nd cycle increased to 73,5 the percentage achievement of excellent catgories of 83%. Siklls assessmentd conducted on each action, the average result of learning skills 1st cycle achieve 71,9 the percentage achievement enough categories of 72% and 2 nd cycle increased to 77,6 the percentage achievement both categories of 83%. Based on the result achieved, it can be concluded that the application of model Problem Based Learning Based on Guided Inquity can improve students learning outcomes IPA Material Objects Classification in class VII SMP Negeri 1 Megamendung. Keywords : Problem Based Learning (PBL), Guided Inquiry, Knowladge of learning outcomes, Attitude of learning outcomes, Skills of learning outcomes ABSTRAK Penelitian Tindakan Kelas (Classroom action research) ini dilaksanakan karena pencapaian nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan efektivitas Pembelajaran yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa yang meliputi ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Penelitian dilaksanakan di kelas VII-A SMP Negeri 1 Megamendung Kabupaten Bogor, pada bulan Juli-September 2014, dengan materi klasifikasi benda. Proses penelitian dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus ada 4 tahap: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Setiap akhir siklus dilakukan evaluasi dengan instrumen yang telah diuji validitas item tes, uji reliabilitas item tes, dan tingkat kesukaran butir soal. Hasil penelitian menunjukkan model Problem Based Learning (PBL) Berbasis Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Terlihat dari rata-rata nilai hasil belajar pengetahuan kelas VII-A yaitu 69 atau 39% dari 36 siswa. Pada siklus 1 menjadi 73 atau 61% dari 36 siswa. Rata-rata pada siklus 2 meningkat menjadi 82 atau 83% dari 36 siswa. Nilai hasil belajar ranah afektif siklus 1 sebesar 73,5 dengan persentase pencapaian katagori baik sebesar 64% dan meningkat pada siklus 2 dengan nilai rata-rata 79,0 dengan persentase pencapaian katagori sangat baik 83%. Penilaian keterampilan dilaksanakan pada setiap tindakan, rata-rata hasil belajar keterampilan pada siklus 1 sebesar 71,9 dengan persentase pencapaian kategori cukup sebesar 72% 1
Mahasiswa Program Studi Biologi FKIP Universitas Pakuan Dosen Pembimbing 2 Program Studi Biologi FKIP Universitas Pakuan 3 Dosen Pembimbing 1 Program Studi Biologi FKIP Universitas Pakuan 2
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Ilmu pendidikan, Universitas Pakuan. November 2014.
1
dan meningkat pada siklus 2 sebesar 77,6 dengan persentase pencapaian kategori baik sebesar 83%. Berdasarkan hasil yang dicapai dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning (PBL) Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar IPA Materi Klasifikasi Benda kelas VII di SMP Negeri 1 Megamendung. Kata Kunci :
Problem Based Learning (PBL), Inkuiri Terbimbing, Hasil Belajar Pengetahuan, Hasil Belajar Sikap, Hasil Belajar Keterampilan.
PENDAHULUAN Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa dalam konteks hidupnya sebagai pribadi maupun dalam masyarakat. Pada dasarnya manusia tidak bisa lepas dari dunia pendidikan yang dapat merubah kehidupan manusia menjadi lebih berkembang. Penerapan kurikulum 2013 yang sudah ditetapkan oleh pemerintah untuk memperbaiki sistem dan kurikulum pendidikan di Indonesia mulai menunjukan titik terang. Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan proses, dan pengetahuan siswa. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan bukti-bukti atau fenomena yang lebih spesifik. Berdasarkan data yang diperoleh, SMP Negeri 1 Megamendung baru menerapkan Kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2014/2015. Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered) dimana siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya secara sendiri, menggunakan seluruh indranya sebagai alat penerima informasi dan guru hanya membimbing serta memotivasi setiap proses pembelajaran. Menurut data yang diperoleh pencapaian hasil belajar IPA dalam materi unsur, senyawa, campuran, larutan asam, larutan basa, garam dan indikator tidak memenuhi KKM yang ditentukan sekolah.
Berdasarkan data pada tahun ajaran 20112012 hanya mecapai 45% dengan KKM 73, sedangkan tahun ajaran 2012-2013 mencapai 50% dengan KKM 73 dan tahun ajaran 2013-2014 hanya mencapai 39% dengan KKM 75. Kesulitan siswa dalam mencapai KKM disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, pembelajaran yang didominasi dengan metode konvensional sehingga lebih banyak guru menjelaskan materi pelajaran. Kedua, siswa masih lemah memahami materi atau menemukan konsep-konsep IPA karena pembelajaran yang tidak berpusat pada siswa sehingga siswa lebih banyak diam memperhatikan dan mendengar penjelasan guru. Ketiga, pada saat mengerjakan tugas kelompok hanya 2-3 orang saja yang aktif mengerjakan. Hal ini terjadi karena pembagian kelompok yang tidak heterogen dan hanya sebagian siswa yang bertanggung jawab mengerjakan tugas kelompoknya. Selain itu, materi yang seharusnya melakukan percobaan dan pengamatan tetapi tidak dilakukannya percobaan yang mengakibatkan pembelajaran berpusat pada guru serta siswa tidak pernah diberi kesempatan menemukan konsep atau teori sendiri, sehingga siswa tidak ada rasa ingin tahu dalam pembelajaran. Kesulitan lain yang menjadikan hasil belajar IPA rendah ialah penggunaan media pembelajaran belum optimal yang seharusnya digunakan sebagai salah satu sumber yang dapat menyalurkan pesan sehingga dapat memotivasi siswa lebih aktif dan membangkitkan minat belajar. Beberapa faktor yang mengakibatkan hasil belajar IPA rendah maka perlu diberi perlakuan yang berbeda agar dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Dalam meningkatkan hasil belajar IPA adalah dengan mencari model pembelajaran sesuai dan tepat untuk dilakukan ialah model pembelajaran yang lebih aktif, kritis,
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Ilmu pendidikan, Universitas Pakuan. November 2014.
2
mengasah rasa keingintahuan, dan terampil memecahkan masalah. Salah satu strategi proses belajar mengajar yang perlu dilakukan adalah penerapan model Problem Based Learning (PBL) berbasis inkuiri terbimbing yang memang menjadi model pembelajaran pada kurikulum 2013. Model problem based learning (PBL) dapat dikombinasikan dengan inkuiri terbimbing sehingga pada kegiatan pembelajaran lebih mengutamakan proses pembelajaran Student Centered. Model yang digunakan ini siswa dimotivasi guru terlebih dahulu untuk merumuskan masalah dan memecahkan masalah, sehingga siswa merasa tertantang untuk menemukan masalah serta rasa ingin tahu dalam memecahkan masalah dengan cara merumuskan hipotesis dan melakukan penyelidikan. Pembelajaran ini membangkitkan minat dan rasa ingin tahu dalam diri siswa, serta mendorong siswa untuk mengembangkan alternatif penyelesaian masalah. Pada umumnya siswa yang belajar secara aktif akan memiliki pemahaman dan ide yang lebih baik, serta mampu mengembangkan pemahaman tersebut. Berdasarkan uraian tersebut maka diadakan PTK dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL) berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi klasifikasi benda. 1) Apakah penerapan model Problem Based Learnig (PBL) berbasis Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA? 2) Bagaimana penerapan model Problem Based Learnig (PBL) berbasis Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA? PTK ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan materi Klasifikasi Benda hingga memperoleh nilai rata-rata kelas di atas KKM yang telah ditentukan, yaitu 75 serta ketuntasan 75% siswa mencapai KKM. Belajar menurut Nanang dan Cucu (2009: 6) bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman, berkat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. teori konstruktivisme dalam
Ridwan (2013: 20), belajar adalah proses aktif dan konstruktif yang terjadi di lingkungan luar kelas; mengubah informasi menjadi proses mental; membangun pengetahuan dan pengertian dari pengalaman pribadi. Hasil belajar yang dikemukakan Menurut Dimyati (2006: 3-4) adalah berakhirnya suatu proses belajar, maka akan diperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dari puncak proses belajar. Hasil belajar menajdi tiga ranah, yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotorik (keterampilan motorik). Setiap ranah diklasifikasikan lagi dalam beberapa tingkat atau tahap kemampuan yang harus dicapai (level of competence). IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir, dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menurut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya sesuai dengan yang dikemukakan Trianto (2010: 137). IPA meliputi sikap yaitu rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar hal ini sependapat dalam IPA Buku Guru (2013: 1-2). Arends (2001: 24) dalam Trianto (2007: 9), menyeleksi enam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu : presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas. Arends (2008: 43) berpendapat bahwa Problem Based Learning (PBL) membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa, dan menjadi pembelajar mandiri. Hasil belajar dari pembelajaran berbasis masalah adalah siswa memiliki keterampilan penyelidikan. Siswa mempunyai ketrampilan mengatasi masalah. Siswa mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa. Siswa dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Ilmu pendidikan, Universitas Pakuan. November 2014.
3
independen (Suprijono, 2009: 72). Pembelajaran berbasis masalah didasarkan atas teori psikologi kognitif, terutama berlandaskan teori Piaget dan Vygotsky (kontruktivisme). Tahap pertama yang perlu dilakukan dalam pembelajaran adalah memotivasi siswa untuk terlibat dalam menyelesaikan masalah sehingga mereka akan bertindak aktif membangun pengetahuan dan keterampilan memecahkan masalah. Inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan yang dikemukakan Suherli (2010: 48). Inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang mengajak siswa untuk mengembangkan rasa ingin tahu atau objek-objek yang dipelajari dan memberikan peluang bagi siswa untuk menemukan sendiri jawaban dipertanyaan/ keingintauannya itu sependapat dengan Udin dalam Paidi (2010) . PTK melalui Model problem based learning (PBL) dapat dikombinasikan dengan inkuiri terbimbing sehingga pada kegiatan pembelajaran siswa dimotivasi guru terlebih dahulu dengan mengamati tayangan gambar agar adanya tantangan untuk merumuskan masalah, siswa berdiskusi dengan bertanya jawab sesama kelompok yang dibimbing guru mengenai masalah yang telah dirumuskan, siswa berpikir kritis mencoba dan mencari setiap informasi yang berkaitan dalam masalah untuk merumuskan hipotesis atau pemecahan masalah, siswa terampil melakukan penyelidikan untuk menguji hipotesis dan mendapatkan pemecahan masalah yang nyata (fakta) dengan bimbingan guru, guru membimbing siswa membuat laporan dari hasil kerja merumuskan masalah dan melakukan penyelidikan serta menyimpulkan hasil penyelidikan dalam menjawab hipotesis. METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMP Negeri 1 Megamendung, yang beralamat di Jalan Pasir angin No. 42 Desa Pasir angin Megamendung. Kelas yang digunakan pada penelitian ini adalah kelas
VII-A semester 1 Tahun Ajaran 2014/2015. Peneltian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Oktober 2014. Materi yang disampaikan pada penelitian tindakan kelas ini adalah “Klasifikasi benda” sesuai dengan materi kurikurulum IPA tahun ajaran 2014/2015. Faktor yang diteliti pada penelitian ini, yaitu tingkat aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, proses pembelajaran selama menerapkan model pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) berbasis inkuiri terbimbing dalam pembelajaran IPA, dan Peningkatan hasil belajar IPA yang mencakup hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, penelitian ini difokuskan pada penggunaan model. Tujuan yang diutamakan dari penelitian ini adalah perubahan, perbaikan, dan peningkatan pada proses pembelajaran di kelas yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Penelitian tindakan kelas ini dalam beberapa siklus. Setiap siklus akan dilakukan evaluasi yang berfungsi untuk mengukur sampi sejauh mana target hasil pembelajaran yang dicapai, setiap siklus dapat diamati dan dianalisis mengenai hasil yang telah dicapai oleh siswa. Apabila dalam suatu siklus belum mencapai target yang ditentukan maka akan dilaksanakan siklus berikutnya. Tetapi, apabila telah mencapai target yang ditentukan maka penelitian akan dihentikan pada siklus tersebut. Rencana penelitian tindakan kelas (PTK) pada masing-masing siklus dalam penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi 4 tahap, yaitu: 1) Tahap perencanaan, peneliti melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran tentang masalah yang akan menjadi fokus penelitian; 2) Tahap pelaksanaan, dalam proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan skenario RPP yang telah dibuat sebelumnya. Tujuan utama dalam melaksanakan tindakan ini yaitu untuk meningkatkan ke arah perbaikan dan kualitas pembelajaran yang ilmiah (scientific); 3) Tahap observasi dan pengamatan, dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada tahap pengamatan ini terdiri dari dua orang pengamat yaitu peneliti dan observer; 4) Tahap analisis dan refleksi, merupakan
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Ilmu pendidikan, Universitas Pakuan. November 2014.
4
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian siklus 1 dan siklus 2 ini terlihat dari setiap evluasi bahwa adanya peningkatan, akan tetapi siklus 1 nilai hasil rata-rata kelas belum mencapai KKM yang ditetapkan sehingga perlu dilakukan tindakan selamjutnya dan setelah dilakukan siklus 2 mengalami peningkatan telah mencapai KKM dan kriteria keberhasilan.
Nilai rata-rata kognitif
100 80
69
82
73
60 40 20 0 Prasiklus Siklus 1
Siklus 2
Gambar 1 Nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan prasiklus, siklus 1, dan siklus 2
Persenatase (%) pencapaian
100 80 60 40 20 0
83% 61% 39%
Prasiklus Siklus 1
Siklus 2
Gambar 2 persentase hasil belajar pengetahuan prasiklus, siklus 1, dan siklus 2 Berdasarkan gambar 1 dan 2, terdapat peningkatan hasil belajar IPA. Peningkatan ini bisa dilihat dari nilai rata-rata siswa sebelum dilakukannya Pra siklus hanya 69 dengan pencapaian KKM 39%, pada siklus I nilai rata-rata menjadi 73 dengan pencapaian KKM 58%, dan siklus 2 meningkat mencapai KKM yaitu sebesar 82 dengan persentase 83%. 100 80 60 40 20 0
Nilai rata-rata hasil belajar
kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan teknik non-tes. Teknik pengumpulan data dilakukan diawal hingga akhir pelaksanaan tindakan dari setiap siklus. Pengumpulan data ini dilakukan untuk menentukan apakah terjadi perubahan dalam proses pembelajaran baik yang diinginkan maupun tidak. Adapun cara untuk memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian ini menggunakan adalah hasil belajar pengetahuan berupa tes pilihan ganda, hasil belajar sikap berupa penilaian sikap setiap pertamuan dan angket, hasil belajar keterampilan berupa format observasi, aktivitas siswa per 10 menit berupa format Ontask dan Offtask, dan hasil pengamatan proses pembelajaran berupa format observasi. Dalam penelitian tindakan kelas ini, ada dua jenis data yang dikumpulkan oleh peneliti yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Hasil evaluasi siklus tiap siswa diperoleh dari nilai tes akhir siklus berupa soal pilihan ganda (multiple choice). Kemudian dari data yang diperoleh dapat dianalisis nilai ketuntasan siswa. Selanjutnya dari data yang diperoleh pada setiap siklus di analisis secara deskriptif kuantitatif yaitu mencari nilai rata-rata kelas dari hasil belajar siswa. Indikator keberhasilan siswa dikatakan tuntas belajar yaitu jika siswa memperoleh nilai sesuai dengan KKM yaitu 75 dan dihitung jumlah siswa yang mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 75% dari jumlah siswa seluruhnya di kelas VII SMP Negeri 1 Megamendung. Data hasil belajar keterampilan dan sikap dilakukan kategorisasi dengan interpretasi <65 yaitu kurang, 66-75 yaitu cukup, dan >76 yaitu baik, sedangkan interpretasi nilai angket sikap <60 yaitu sangat kurang, 61-65 yaitu kurang, 66-70 yaitu cukup, 71-75 yaitu baik, dan >76 yaitu sangat baik.
73.5
79
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 3 Nilai rata-rata hasil belajar sikap siklus 1 dan siklus
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Ilmu pendidikan, Universitas Pakuan. November 2014.
5
83 64
Siklus 2
Siklus 2
100 80 60 40 20 0
Persentase (%) pencapaian
Persentase (%) hasil belajar
100 80 60 40 20 0
Ontask Offtask
53.5
61.5
72.6
78.1
46.5
38.5
27.4
21.9
Tindakan Tindakan Tindakan Tindakan 1 2 3 4
Gambar 4 Persentase hasil belajar sikap siklus 1 dan siklus 2
Gambar 7 Persentase aktivitas siswa siklus 1 dan siklus 2
Berdasarkan gambar 3 dan 4 telah diperoleh nilai rata-rata hasil belajar sikap siklus mencapai 73,5 dengan persentase pencapaian 79% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 79 dengan persentase pencapaian 83%.
Berdasarkan grafik aktivitas siswa di atas, pada siklus 1 on task mencapai 8%, dan off task mengalami penurunan hingga mencapai mencapai 8%, sedangkan pada siklus 2 ontask meningkat lagi mencapai 5,5% dan offtask menurun lagi mencapai 5,5%. Aktivitas siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan baik setiap tindakannya mengalami peningkatan dan aktivitas siswa yang tidak mengikuti proses pembelajaran pada setiap tindakan mengalami penurunan, hal ini karena siswa aktif serta ikut terlibat dalam pembelajaran. Siklus 1 sudah memperoleh nilai dan pencapaian KKM yang cukup baik walaupun pada siklus 1 ini belum memperoleh nilai sebesar 75 dan kriteria keberhasilan 75%, maka penelitian ini perlu dilakukan tindakan selanjutnya agar mencapai nilai rata-rata dan kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan. Siklus 2 dilakukan setelah menganalisis hasil tindakan siklus 1. Hasil analisis kemudian dilakukan refleksi dengan cara perbaikan menampilkan gambar yang menarik untuk lebih merangsang siswa dalam pembelajaran, memberikan bimbingan kepada tiap kelompok agar bekerjasama dalam mengerjakan tugas dan semua anggota harus ikut terlibat mengerjakan tugasnya, memberikan bimbingan dan mengawasi proses penyelidikan agar pengamatan lebih efektif, memberikan reward berupa sticker bintang, serta memberikan motivasi dan semangat dalam mempresentasikan. Hasil tindakan penelitian pada siklus 2 menunjukkan ratarata hasil belajar dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran semakin meningkat.
Rata-rata nilai hasil belajar
100 80 60 40 20 0
71.9
77.6
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 5 Nilai rata-rata hasil belajar keterampilan siklus 1 dan siklus 2
Persentase (%) hasil belajar
100 80 60 40 20 0
72
Siklus 1
83
Siklus 2
Gambar 6 Persentase hasil belajar keterampilan siklus 1 dan siklus 2 Berdasarkan gambar 5 dan 6 terlihat bahwa siklus 1 mencapai nilai rata-rata 71,9 dengan persentase pencapaian 72% kemudian terjadi peningkatan pada siklus 2 mencapai nilai rata-rata 77,6 dengan persentase pencapaian 83%.
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Ilmu pendidikan, Universitas Pakuan. November 2014.
6
PEMBAHASAN Hasil belajar pengetahuan dapat dilihat dengan jelas persentase siswa yang sudah mencapai KKM dari refleksi hingga siklus 2 mengalami kenaikan, hal tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh penerapan model Problem Based Learning (PBL) berbasis inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar IPA. Dengan adanya perhatian siswa yang baik dalam proses pembelajaran dengan model PBL berbasis inkuiri terbimbing menimbulkan peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran langkahlangkah ilmiah dengan penyelidikan seperti merumuskan masalah/mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dengan melakukan penyelidikan beupa pengamatan dan percobaan, dan menyimpulkan hasil penyelidikan yang menjawab hipotesis sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar yang sesuai dengan kriteria keberhasilan. Hal tersebut senada dengan Wina (2005: 90) yang menyatakan bahwa belajar bukan hanya sebagai hasil, akan tetapi juga sebagai proses. Belajar mengambangkan dua sisi yang sama pentingnya yaitu sisi hasil dan sisi proses. Hasil belajar sikap adalah pengalaman proses belajar terhadap sikap ilmiah siswa yang dilaksanakan didalam lingkungan belajar, untuk mengetahui sejauh mana sikap siswa di lingkungan belajar seperti interaksi siswa dengan siswa, interaksi siswa dalam diskusi kelompok, interaksi siswa dengan guru dan interaksi siswa dalam menanggapi materi pelajaran. Penerapan model Problem Based Learning (PBL) berbasis inkuiri terbimbing mempengaruhi peningkatan sikap siswa pada setiap tindakanya, siswa mulai adanya rasa ingin tahu terhadap pelajaran, berani untuk bertanya dan menjawab, berani untuk mengemukakan pendapat dan ide-idenya, adanya kerjasama siswa, tanggungjawab siswa dalam tugas, rasa ingin tahu, dan jujur saat tes formatif dan evaluasi. Kenaikan hasil belajar pada setiap tindakan dari siklus 1 ke siklus 2, terjadi peningkatan pada saat siswa melakukan kegiatan diskusi, penyelidikan dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan. Ahmad & Rubba (Kurniati: 2001)
mengemukakan bahwa keterampilan proses sains merupakan keterampilan pengetahuan yang digunakan oleh saintis sebagai pendekatan sistematik dalam menyelesaikan masalah. Jadi jelaslah bahwa keterampilan proses sains merupakan modal utama bagi siswa dalam mempelajari sains yang menunjang terhadap penguasaan konsep IPA. Hasil belajar mencakup kemampuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Setelah melalui proses pembelajaran diharapkan siswa dapat memiliki kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang baik hal ini sejalan dengan Bloom dalam (Suprijono, 2009). Hasil belajar yang telah memenuhi kriteria karena dipengaruhi penerapan model Problem Based Learning (PBL) berbasis inkuiri terbimibing. Proses pembelajaran yang dilakukan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali pengetahuannya secara mandiri dengan bimbingan guru, siswa diberikan tanggung jawab dalam mengamati, merumuskan masalah, mempunyai jawaban sementara, menganalisi, dan menyimpulkan hasil data temuannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Lawson (2000) dalam Anggraeni, dkk,. (2013) mengungkapkan bahwa kegiatan inkuiri dapat melatih kecakapan berpikir siswa dan meningkatkan keterampilannya dalam memecahkan masalah. Menurut Trianto (2011: 110) keterampilan pemecahan masalah yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan yang efektif. Meningkatnya aktivitas siswa ini tidak terlepas dari diterapkannya model Problem Based Learning (PBL) berbasis inkuiri terbimbing. Selama proses pembelajaran dengan penerapan model tersebut siswa dituntut aktif, tanggung jawab terhadap tugas, dan kerjasama sehingga aktivitas siswa benar-benar dilibatkan dalam proses pembelajaran tersebut. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning (PBL) berbasis inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi klasifikasi benda.
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Ilmu pendidikan, Universitas Pakuan. November 2014.
7
Peningkatan ini terjadi karena diiringi oleh meningkatnya proses pembelajaran. KESIMPULAN Model Problem Based Learning (PBL) berbasis inkuiri terbimbing dalam meningkatkan hasil belajar IPA pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor dengan langkah-langkah sesuai model Problem Based Learning (PBL) berbasis inkuiri terbimbing. Kegiatan belajar dengan menggunakan model tersebut membuat siswa menajdi aktif, kreatif, terampil dalam melakukan penyelidikan, adanya rasa ingin tahu, kerja sama dalam kelompok belajar, tanggung jawab terhadap tugas, berfikir kritis dan bersemangat dalam proses pembelajaran. Keberhasilan dan prestasi yang diraih siswa dapat tercapai apabila proses pembelajaran yang berkualitas, sehingga model Problem Based Learning (PBL) berbasis inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi klasifikasi benda kelas VII-A di SMP Negeri 1 Megamendung. Penerapan Problem Based Learning (PBL) berbasis inkuiri terbimbing dapat dijadikan alternatif oleh guru dalam mata pelajaran IPA khususnya IPA materi klasifikasi benda sangat cocok dengan model yang digunakan selain itu, model ini juga cocok digunakan dengan materi pelajaran lainnya sehingga pembelajaran tidak monoton karena lebih mengutamakan proses dari belajar itu sendiri yang tidak hanya mengutamakan hasil dari belajar.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, ridwan. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: PT. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kurniati, Tuti. (2001). Pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis PPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan. N. W. Anggraeni, N. P. Ristiati, N. dan L. P. M Widiyanti. (2013). Implementasi Strategi Pembebalajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep IPA Siswa SMP. Vol. 3 tahum 2013. Paidi. 2010. Peningkatan Scientific Skill Siswa Melalui Implementasi Metode Guided Inquiry Pada Pembelajaran Biologi Di SMAN 1 Sleman. Tersedia di http://staff.uny.ac.id. Diakses tanggal 30/04/2012. Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Salam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group. Suprijno, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: PT. Pustaka Belajar. Richard I, Arends. 2008. Learning To Teach, terjemahan Helly Prayitno S. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, Dan Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara. BIODATA PENULIS
Hanafiah, N. & Suhana, C. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arti Permatasari, dilahirkan di Bogor, 11 Maret 1992. Lulusan Program S1 Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Pakuan.
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Ilmu pendidikan, Universitas Pakuan. November 2014.
8