PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPABIOLOGI KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 KEDIRI TAHUN AJARAN 2013/2014 Afni Juwita Sari1), Agus Ramdani2), Kusmiyati2) 1 Mahasiswa Program Studi Pendidkan Biologi FKIP Universitas Mataram 2 Staf Pengajar PS Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram ABSTRAK Penelitian ini dilakukan pada kelas VIII di SMPN 2 Kediri, karena sebelumnya tidak pernah diadakan pembelajaran yang mengarah pada kemampuan siswa untuk berpikr kritis. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat RPP guru yang sintaknya tidak mengarah pada kegiatan berpikir kritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa melalui strategi pembelajaran inkuiri terbimbing. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain penelitian Nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 2 Kediri dengan sampel penelitian siswa kelas VIII C sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian berupa tes kemampuan berpikir kritis berupa tes essay, lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Data hasil penelitian berupa hasil dari pre-test dan post-test dianalisis secara statistik menggunakan uji-t pada taraf kesalahan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata pretest dan post-test kelas eksperimen yang menggunakan inkuiri terbimbing masing-masing sebesar 11,35 dan 65,26, nilai rata-rata pre-test dan post-test kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah diskusi masing-masing sebesar 5,82 dan 50,76. Hasil uji t diperoleh t hitung 5,38 lebih besar dari t tabel 1,99, sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh dalam arti dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA Biologi kelas VIII di SMPN 2 Kediri tahun ajaran 2013/2014. Kata-kata kunci: strategi pembelajaran inkuiri terbimbing, berpikir kritis
ABSTRACT This research have been done at grade VIII in SMPN 2 Kediri, because the previous learning have not yet been concern on student’s critical thinking skills. It can be reported by teacher’s lesson plans which syntaxes have not yet been directed on student’s critical thinking skills. The purpose of this research was to know student’s critical thinking skill through guided inquiry strategy learning in Biology subject, particularly in “Growth and Development” concept at grade VIII of SMPN 2 Kediri in first semester of year 2013/2014. The type of this research was quasi experiment with design nonequivalent control group design. Population of this research was all students at grade VIII of SMPN 2 Kediri, the samples consist of students at grade VIII C as experimental class and students at grade VIII D as control class, and were determined by purposive sampling technique. The research instrument was essay test to measure student’s critical thinking skills, also there were observation sheets for student’s and teacher’s activities. Experimental and control classes were given pre-test to know students early knowledge in each class, and post-test were given after the treatment of guided inquiry learning strategy in experimental class and expository method in control class have been performed. Research data from pre-test and post-test were analyzed statistically by using t-test at error degree 5%. The result showed the average values of pre-test and pos-test in experimental class were 11,35 and 65,26 respectively, the average values of pre-test and pos-test in control class were 5,82 and 50,76 respectively. Based on calculation, it was obtained tcount = 5,38 bigger than ttable = 1,99, which means there was a significant increasing of student’s critical thinking skills happened between experimental class and control class, therefore it can be concluded that guided inquiry learning strategy affected the development of student’s critical thinking skills in Biology subject at grade VIII in SMPN 2 Kediri year 2013/2014. Keywords: guided inquiry learning strategy, critical thinking
PENDAHULUAN Biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari tiga komponen dasar yang tidak terpisahkan yaitu biologi sebagai produk, proses, dan sikap (Anonim, 2007). Pembelajaran biologi yang berorientasi pada aspek produk sains cenderung bersifat teoritis, hanya sekedar mentransfer pengetahuan kepada siswa. Selain itu, pembelajaran biologi yang berorientasi produk berpusat pada guru, guru menjadi sumber pengetahuan dan informasi utama bagi siswa yang menyebabkan tidak diperolehnya pengalaman sendiri untuk menemukan sendiri konsep secara utuh oleh siswa. Siswa jarang diberi kesempatan untuk berpikir kritis dalam menemukan konsep dan fakta melalui percobaan atau eksperimen di laboratorium. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru dan kepala sekolah di SMPN 2 Kediri pada bulan April tahun 2013, diperoleh informasi bahwa pada pembelajaran IPA khususnya Biologi sebelumnya tidak pernah diadakan pembelajaran yang mengarah pada kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat RPP guru yaitu pada kegiatan belajar yang sintaksnya tidak mengarah pada kegiatan berpikir kritis. Hasil pembelajaran IPA terutama Biologi secara umum masih tergolong rendah dimana banyak siswa yang belum memenuhi standar KKM (65) yang diberlakukan di sekolah, hanya beberapa siswa yang mmenuhi standar KKM sehingga nilai rata-rata kelas juga tidak mencapai KKM yang diinginkan. Hal ini dikarenakan guru cenderung lebih aktif dari pada siswa, dimana siswa di kelas hanya mendengar, mencatat dan menghafal. Hal ini dapat disebabkan karena guru cenderung hanya menggunakan metode ceramah, sehingga proses pembelajaran dalam kelas berlangsung secara monoton dan menyebabkan siswa menjadi kurang berminat dan tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran IPA khususnya biologi. Penjelasan tersebut tampak bahwa pembelajaran biologi masih belum berpusat pada siswa sehingga aktivitas siswa dalam penemuan masih kurang. Berdasarkan permasalahan tersebut, guna menumbuhkan minat siswa mengikuti pembelajaran dan melatih kemampuan berpikir
kritis siswa maka perlu adanya pendekatan pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan agar siswa berminat dan termotivasi mengikuti kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan diharapkan mampu mengembangkan penguasaan kemampuan berpikir kritis siswa. Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran IPA biologi tersebut adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing. Beberapa ahli mengemukakan pengertian strategi yang berbeda-beda diantaranya Hamdani (2011) menyatakan strategi sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh sesorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan tertentu. Selaras dengan pendapat Jufri (2013) bahwa strategi dapat dikatakan sebagai segala macam usaha yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang diinginkan Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik (Isjoni, 2009). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang harus dikuasai oleh guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran Menurut Hanafiah (2009), inkuiri terbimbing merupakan pelaksanaan inkuiri yang dilakukan atas petunjuk dari guru. Dimulai dari guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik menuju ke titik kesimpulan yang diharapkan. Selanjutnya, peserta didik melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakan. Adapun sintaks atau tahap inkuiri terbimbing meliputi: 1) merumuskan masalah; 2) menyusun hipotesis; 3) mengumpulkan data; 4) menguji hipotesis; 5) menarik kesimpulan, sintaks-sintaks tersebut mengarahkan siswa untuk menemukan konsep sendiri selama proses pembelajaran dengan inkuiri berlangsung.
Instruksi inkuiri mendukung pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran sains (Pribadi, 2009). Menurut pendekatan ini, pembelajaran dibangun berdasarkan pengetahuan peserta didik sebelumnya. Strategi pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu strategi yang berorientasi kepada siswa dan mengarah kepada kemampuan berpikir kritis siswa yang meliputi mengamati, merumuskan permasalahan, hipotesis, merencanakan percobaan melaksanakan percobaan, mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan. Sintaks atau tahap pembelajaran dalam inkuiri terbimbing yang dikembangkan dengan metode ilmiah dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa (Amien, 1987). Konstruktivisme merupakan salah satu aliran yang berasal dari teori belajar kognitif. Tujuan penggunaan pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran adalah untuk membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi atau materi pelajaran. Konstruktivisme memiliki keterkaitan yang erat dengan metode pembelajaran penemuan (discovery dan inquiry) dan konsep belajar bermakna. Kedua metode pembelajaran tersebut berada dalam konteks teori belajar kognitif (Pribadi, 2009). Beberapa ahli telah mendefinisikan tentang inkuiri terbimbing, salah satunya adalah (Trowbridge, 1973) yang mengemukakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing adalah suatu pembelajaran inkuiri dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan/petunjuk yang cukup luas untuk siswa. Pembelajaran inkuiri yang didukung oleh pendekatan konstruktivisme, peserta didik membangun pengetahuannya sendiri, namun guru pun berperan aktif dalam prosesnya. Strategi pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari cara menemukan fakta, konsep dan prinsip melalui pengalamannya secara langsung. Jadi siswa tidak hanya belajar dengan membaca kemudian menghafal materi pelajarannya, tetapi mendapatkan kesempatan untuk berlatih mengembangkan ketrampilan berpikir dan bersikap ilmiah sehingga memungkinkan terjadinya proses konstruksi pengetahuan dengan baik sehingga siswa akan dapat meningkatkan pemahamannya pada materi yang dipelajari (Ibrahim, 2007).
Syah seperti dikutip oleh Budiada (2011) menjabarkan pembelajaran melalui inkuiri terbimbing memiliki karakteristik bahwa siswa memperoleh petunjuk-petunjuk seperlunya, petunjuk-petunjuk tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarah dan membimbing siswa yang disusun secara sistematis, sehingga proses belajar mengajar berlangsung efektif dan efisien. Menurut Hamruni (2011) secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dimulai dari 1) Orientasi langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif; 2) merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki; 3) mengajukan hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji; 4) mengumpulkan data aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan; 5) menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data; 6) membuat kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Kemampuan berpikir kritis siswa ditunjukkan oleh hasil belajar siswa dimana setelah guru merencanakan dengan baik strategi pembelajaran, guru perlu melakukan penilaian/evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu pembelajaran. Hasil belajar yang terkait dengan kemampuan berpikir kritis, termasuk di dalamnya kemampuan memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi merupakan hasil belajar siswa ranah kognitif (Jufri, 2013). Berpikir kritis merupakan salah satu tujuan pembelajaran yang harus dilatih pada diri siswa agar kemampuan berpikir dan membuat keputusan secara rasional tentang apa yang diperbuat atau yang diyakini dapat terwujud. Berpikir kritis menurut Mustaji (2013) berarti beripikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Achmad (2007) menekankan berpikir yang ternyata berproses dimana berpikir kritis
harus melalui beberapa tahapan untuk sampai kepada sebuah kesimpulan atau penilaian. Penekanan kepada proses yang berarti proses intelektual yang aktif dan penuh dengan ketrampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sintesis, dan mengevaluasi. Angelo (1995) yang dikutip oleh Achmad (2007) menegaskan kembali pernyataan tersebut bahwa berpikir kritis harus memenuhi karakteristik yang meliputi: 1) analisis; 2) sintesis; 3) pengenalan masalah dan pemecahannya; 4) kesimpulan; 5) penilaian/evaluasi. Dalam penelitian ini berpikir kritis yang dimaksudkan peneliti berdasarkan pada kelima indikator yang dikemukakan oleh Angelo (1995) yang dikutif oleh Achmad (2007) dan dapat diukur menggunakan tes uraian dengan rubrik penilaian khusus. Terdapat enam tingkatan berpikir menurut taksonomi Bloom yaitu (a) mengetahui (knowing) adalah suatu proses berpikir yang didasarkan pada retensi (menyimpan) dan retrieval (mengeluarkan kembali) sejumlah pengetahuan yang pernah didengar atau dibacanya; (b) memahami (understanding) adalah suatu proses berpikir yang sifatnya lebih kompleks yang mempunyai kemampuan dalam penterjemahan, interpretasi, ektrapolasi, dan asosiasi; (c) menerapkan (application) adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan, fakta, teori, dan lain-lain untuk menyimpulkan, memperkirakan, atau menyelesaikan suatu masalah; (d) menganalisis (analysis) juga berpikir secara divergen yaitu kemampuan menguraikan suatu konsep atau prinsip dalam bagian-bagian atau komponen-komponennya; (e) mensintesis (synthesis) adalah kemampuan
untuk melakukan suatu generalisasi atau abstraksi dari sejumlah fakta, data, fenomena, dan lain-lain; dan (f) mengevaluasi (evaluation) disebut juga intelectual judment, yaitu pengetahuan yang luas dan dalam tentang sesuatu pengertian dari apa yang diketahui serta kemampuan analisa dan sintesis sehingga dapat memberikan penilaian atau evaluasi. Dengan kata lain akumulasi dari semua kemampuan berpikir dibawahnya merupakan kemampuan untuk menilai (evaluasi) (Jufri, 2013). Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Pengaruh strategi pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA Biologi kelas VIII di SMPN 2 Kediri tahun ajaran 2013/2014”.
METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan design penelitian Nonequivalent control group design (Tabel 2.1), telah dilaksanakan pada tanggal 22 Juli sampai dengan tanggal 20 Agustus 2013 di SMPN 2 Kediri Tahun Ajaran 2013/2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 2 Kediri yang berjumlah 4 kelas dan masing-masing kelas terdiri dari 22 siswa pada kelas VIIIa, 33 siswa pada kelas VIIIb, 31 siswa pada kelas VIIIc, dan 31 siswa pada kelas VIIId. Sampel dalam penelitian adalah kelas VIIIc sebagai kelas eksperimen dan Kelas VIIId sebagai kelas kontrol yang ditentukan melalui teknik purposive sampling.
Tabel 2.1 Nonequivalent control group design
Kelompok
Pre-test
Perlakuan
Post-test
Eksperimen
Dilakukan
Diberikan guided inquiry
Dilakukan
Kontrol
Dilakukan
Diberikan metode ceramah
Dilakukan
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran inkuiri terbimbing sedangkan variable terikatnya adalah
kemampuan berpikir kritis siswa. Instrument yang digunakan peneliti untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa berupa tes
dalam bentuk essay yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya (rumus 2.1 dan rumus 2.2), adapun aspek kemampuan berpikir kritis yang diukur ada lima yaitu (1) menganalisis; (2) mensintesis; (3) memecahkan masalah; (4) menyimpulkan; (5) mengevaluasi (Angelo, 1995) seperti yang dikutip oleh Achmad (2007). Tes akan dilaksanakan sebelum siswa diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakan berupa pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen dan metode ceramah diskusi pada kelas kontrol. Uji validitas untuk tes kemampuan berpikir kritis yang berupa tes essay digunakan rumus korelasi ”Product Moment Correlation / MetodePearson” berikut:
rxy
NXY X Y
NX
2
2
X
NY
2
2
Y
Dimana: N = Jumlah Subjek (testee) ∑X = Skor yang diperoleh subyek pada setiap soal ∑Y = Skor total rxy = Koefisien Korelasi Antara Variabel X dan Y (validitas soal) Dengan demikian, kriteria butir soal dikatakan valid apabila rxy > r tabel, dan butir soal dikatakan tidak valid apabila rxy< r tabel, pada taraf kesalahan 5%. Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan pada siawa kelas X sebanyak 19 orang, diperoleh 7 soal yang valid. Butir soal dikatakan valid apabila r hitung> r tabel. Nilai r tabel yang digunakan adalah nilai r pada taraf kesalahan 5% dengan N = 19 yaitu 0,433 Untuk menentukan reliabilitas soal digunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :
………. Rumus 2.2
yang
Soal dikatakan reliabel apabila α > rtabel dan soal tersebut dikatakan tidak reliabel jika α < rtabel, pada taraf kepercayaan 95%. Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data hasil penelitian terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan rumus Chi-Kuadrat (χ2) dengan rumusan sebagai berikut (Sugiyono, 2011). k
χ2=
f 0 f e 2 fe
pk
........... Rumus 2.1
(Arikunto, 2010) Dimana: α = Koefisien reliabilitas disesuaikan
K = Jumlah item pertanyaan yang ∑si2 = Jumlah varians skor item Sx2 = Varians skor-skor tes (seluruh item K)
sudah
........Rumus 2.3
Keterangan: f0 = Frekuensi yang diobservasi fe = Frekuensi yang diharapkan f0 - fe = Selisih data fo dan fe Data terdistrubusi normal jika nilai χ2hitung< χ2tabel pada taraf kesalahan 5 % dengan derajat kebebasan dk = k – 1, dimana k adalah jumlah kelas interval. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah varians bersifat homogen atau tidak. Rumus yang digunakan adalah :
F
var ian terbesar ........ Rumus 2.4 var ian terkecil
(Sugiyono, 2013).
x
2
Varian
x2
N 1
N .
...Rumus 2.5 (Sugiyono, 2013). dk pembilang = n-1, dk penyebut = n2-1, kemudian dikonsultasikan ke Ftabel pada taraf kepercayaan 95%. Kemungkinan yang terjadi: 1. Bila data F hitung > F tabel = varian tidak homogen 2. Bila data F hitung < F tabel = varian homogen Apabila diketahui varian baik homogen ataupun tidak dan n1= n2, maka analisis selanjutnya dapat menggunakan
rumus uji t separated varian ataupun uji t polled varian. Derajat kebebasan (dk) jika varian homogen dk = n1+ n2 – 2 sedangkan jika varian tidak homogen dk = n1-1 atau n2 – 1, bukan n1 + n2 – 2. Jika diketahui varian homogen dan n1≠n2, maka analisis menggunakann rumus uji t polled varian sebagai berikut (Sugoyono, 2012):
t
X 1X2 n1 n2 s12 n2 1s22
n1 n2 2 ............. Rumus 2.6
1 1 n n 1 2
Jika diketahui varian tidak homogen dan n1≠n2, maka analisis selanjutnya menggunakan rumus uji t separated varian sebagai berikut (Sugiyono, 2013):
t
x1 x2 2
2
s1 s 2 n1 n2
Keterangan: ̅ 1= rata-rata nilai post-test kelas eksperimen ̅ 2= rata-rata nilai post-test kelas kontrol s1= varians sampel 1 (kelas eksperimen) s2= varians sampel 2 (kelas kontrol) n1= jumlah sampel 1 (kelas eksperimen) n2= jumlah sampel 2 (kelas kontrol) Kriteria pengujian, jika thitung
dari selisih harga ttabel untuk dk1(n1-1) dan dk2 (n2-1) dibagi 2 dan kemudian ditambahkan dengan harga ttabel terkecil (Sugiyono, 2013).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pre-test pada kelas kontrol diperoleh nilai terendah 1.79 dan nilai tertinggi 17.9 dengan nilai rata-rata 5.82, sedangkan hasil pre-test pada kelas eksperimen diperoleh nilai terendah 0 dan nilai tertinggi 21.4 dengan nilai rata-rata 11.35. Setelah diberikan materi pertumbuhan dan perkembangan pada mahluk hidup dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen dan menggunakan metode ceramah pada kelas kontrol. Diperoleh nilai rata-rata post-test kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata pada kelas kontrol yakni 65.26 dan 50.75 dimana pada kelas eksperimen nilai terendahnya adalah 48.21 dan nilai tertingginya adalah 87.5 sedangkan pada kelas kontrol nilai terendahnya adalah 35.71 dan nilai tertingginya adalah 75 (gambar 3.1). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2013) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang menggunakan inkuiri terbimbing terbukti meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan menunjukkan kemampuan berinkuiri yang sangat baik meliputi aspek inkuiri diantaranya merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dan membuat kesimpulan. Sependapat dengan hasil penelitian Laurina (2007) yang menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa yang signifikan antara pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dan konvensional, yang berarti penerapan model inkuiri terbimbing lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
70 60 50 40 30
pre test
post test
20 10 0 kelas kontrol
kelas eksperimen
Gambar 3.1: Grafik Perbandingan Berpikir Kritis Siswa Pada Pre-Test dan Post-Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen. Perbedaan post-test antara kelas eksperimen dan kontrol karena menggunakan pembelajaran yang berbeda, menurut Tangkas (2012) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa perbedaan penggunaan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pembelajaran langsung atau ceramah yaitu pada pembelajaran dengan menggunakan inkuiri terbimbing siswa diberi kesempatan melakukan eksperimen, diskusi, mengemukakan gagasan lama atau baru untuk membangun pengetahuan-pengetahuan dalam pikirannya. Siswa belajar diawali melalui pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang diberikan guru dan untuk menjawab pertanyaan/permasalahan, siswa mengumpulkan data, merancang percobaan dan melakukan percobaan dari pengumpulan data dan percobaan terkait masalah yang diberikan siswa menemukan pengetahuan untuk menguji hipotesisnya, selain itu selama proses pembelajaran menggunakan inkuiri terbimbing guru memberi petunjuk tentang sumber-sumber belajar atau kajian pustaka kepada siswa untuk membantu memecahkan masalah yang diberikan guru serta menghubungkannya dengan hasil percobaannya tersebut, dan melalui membaca atau melalui kajian pustaka dengan penalarannya siswa diarahkan untuk berpikir secara kritis. Jadi intinya siswa sendiri yang memecahkan permasalahan yang diberikan melalui proses bimbingan oleh guru, permasalahan yang dipecahkan melalui pemikiran siswa yang kritis diberikan penguatan, agar siswa tidak hanya
mengingat tetapi juga memahami lebih mendalam mengenai permasalahan tersebut. Hasil belajar kognitif siswa yang berupa tes kemampuan berpikir kritis dapat dilihat dari hasil post-test kedua kelas baik eksperimen yang menggunakan inkuiri terbimbing atau kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah. Nilai rata-rata post-test pada kelas eksperimen 65.26 sedangkan pada kelas kontrol nilai rataratanya 50.76. berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan inkuiri terbimbing lebih baik dari hari belajar kognitif siswa pada kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah. Hasil uji normalitas nilai post test kelas kontrol diperoleh nilai χ2hitung< χ2tabel (5. 002<11.07), berarti data kelas kontrol terdistribusi normal dan kelas eksperimen diperoleh nilai (3.042<11,07) yang berarti nilai terdistribusi normal. Uji homogenitas post-test antara kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh nilai f-hitung < f-tabel ( 1.06 < 1,83), data ini menunjukkan bahwa data yang diuji homogen. Uji hipotesis ditekankan pada hasil belajar kognitif. Dari hasil post-test kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh, nilai rata-rata pada kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing.
untuk melakukan uji t digunakan rumus t test polled varians dengan ketentuan jika varians homogen dan jumlah n1≠n2. Berdasarkan analisis uji-t diperoleh nilai t hitung > t tabel (5.38 > 1.99 ), maka ini berarti Ha diterima, sehingga strategi pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA Biologi di SMPN 2 Kediri tahun 2013/2014. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA Biologi kelas VIII di SMPN 2 Kediri tahun ajaran 2013/2014. Saran Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut: (1) Guru dapat mempertimbangkan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, karena pembelajaran ini dapat menjadikan siswa lebih mandiri, dan (2) Peneliti selanjutnya dapat memvariasikan strategi pembelajaran yang ingin dibandingkan dan hendaknya mampu mengatur waktu pelaksanaan dengan baik mengingat pelaksanaan inkuiri terbimbing memerlukan waktu lebih banyak dan diharapkan tidak hanya pada kemampuan berpikir kritis saja.
DAFTAR PUSTAKA Amien,
M. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiri, bagian I. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Anonim. 2007. Hakekat Biologi Sebagai Ilmu (diakses pada 16 November 2013) di http://materi-pelajaran.
blogspot.com/2007/11/hakekatbiologi-sebagai-ilmu.html. Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.. Jakarta: Rineka Cipta Budiada, W. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Asesmen Portofolio Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X Ditinjau Dari Adversisty Quotient. Skripsi. Tidak diterbitkan. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia. Hamruni. 2011. Strategi Pembelajaran. Yogjakarta: Insan Madani. Hanafiah. Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama. Ibrahim.
2007. Pembelajaran Inkuiri (diakses pada April 2013) di http://www.w3.org
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif: Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Pekanbaru: Pustaka Pelajar. Jufri. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta. Laurina. 2007. Efektifitas Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMAN Pademawu Pamekasan. Skripsi (diakses November 2013) di http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/kimia/arti cle/view/3098
Mustaji. 2013. Pengembangan Kemamupan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran. Artikel (diakses pada 9 April 2013) di http://www.tp.ac.id Pribadi.
2009. Model Desain Pembelajaran. Jakarta: Rakyat.
Sistem Dian
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Susanti,D. 2013. Pengembangan Ketrampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep Siswa SMA Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Alkana. Skripsi. UPI: Repository.upi.edu Tangkas, M. 2012. Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Ketrampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMAN 3 Amlapura. Tesis. Program Pascaserjana Universistas Pendidikan Ganesha. Tidak diterbitkan Trowbridge, L.W. 1973. Teaching Science By Inquiry In The Secondary School, Second Edition. Ohio: Charles E. Merrill Publishing Company, A bell & Howwel Company