Jurnal Pendidikan Biologi Volume 7 Nomor 2 Halaman 28 -40
Mei 2015
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING DISERTAI MEDIA KEY RELATION CHART TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KERJASAMA SISWA DALAM KELOMPOK PADA KELAS VIII SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 THE INFLUENCE OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL WITH KEY RELATION CHART MEDIA TOWARD CRITICAL THINKING AND STUDENT’S GROUP COOPERATION IN CLASS VIII SMP NEGERI 14 SURAKARTA ACADEMIC YEAR 2012/2013 Ari Tyas Susantia, Baskoro Adi Prayitnob, Suciati Sudarisman c a)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] c) Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] b)
ABSTRACT- The purposes of this research are to know the influence of problem based learning model with key relation chart media toward the student’s critical thinking and group cooperation in VIII class of SMP Negeri 14 Surakarta Academic Year 2012/2013. This research was quasi experimental research with post-test non equivalent control croup design and cluster sampling technique. The population of this research was all students in VIII class of SMP Negeri 14 Surakarta Academic Year 2012/2013, the sample was two classes, they are experiment class used problem based learning model with key relation chart media and control class with convensional model, that is variative speech learning model with simple chart. Data collection technique was with essay test, cooperation observation sheet, questionnaire of cooperation, and student’s early value documentation. Based on hypothesis test result with t test, it has obtained t count value, that are 2,169 and sig. are 0,037 for student’s group cooperation value. Sig’s value from two t test for critical thinking variable and student’s group cooperation were bigger than 0,05, so Ho was denied. It has showed that critical thinking and student’s group cooperation in experiment and control class was really different. The result of data analysis above proof that there was an influence of problem based learning model with key relation chart media toward critical thinking and student’s group cooperation in VIII class of SMP Negeri 14 Surakarta Academic Year 2012/2013. Keywords: problem based learning model, key relation chart media,critical thinking, group cooperation.
A.
PENDAHULUAN Era globalisasi merupakan periode
berkembangnya zaman. Perubahan ini akan berpengaruh terhadap cara dan penyampaian
persaingan bebas antarbangsa yang menuntut
pembelajaran.
Tuntutan
tersebut
relevan
pola berpikir kritis dan adaptif terhadap
dengan tujuan pembelajaran biologi yang
perubahan yang terjadi. Pendidikan sebagai
menggambarkan proses dan hasil belajar
salah satu usaha untuk menjawab tuntutan ini
peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar
juga mengalami perubahan seiring dengan
(Permendiknas No 41 Tahun 2007), yaitu 28
Ari Tyas Susanti – Pengaruh Model Problem Based Learning Disertai Media Key Relation Chart Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kerjasama Siswa dalam Kelompok pada Kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 pembelajaran
yang
inkuiri ilmiah
dilaksanakan
secara
(scientific inquiry) untuk
kesabaran, kejujuran, ketelitian, kecermatan, dan rasa tanggung jawab.
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan
bersikap
ilmiah,
mengkomunikasikannya
serta
sebagai
aspek
Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil manakala ada interaksi positif antara siswa dengan guru
penting kecakapan hidup. Pembelajaran IPA
Sriyono
di SMP/MTs hendaknya menekankan pada
mengemukakan
pemberian
pengalaman
secara
menciptakan suasana kerjasama antarmurid,
langsung
melalui
dan
sehingga pembelajaran lebih efektif dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap
efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
ilmiah (Badan Standar Nasional Pendidikan,
yang diharapkan. Tujuan dari bekerjasama
2006). Hal tersebut sesuai pula dengan
ialah mengembangkan tingkat pemikiran yang
Standar Isi Pendidikan Nasional Indonesia
tinggi,
yang tercantum pada Peraturan Menteri
meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran
Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006,
bersosial, dan toleransi terhadap perbedaan
yaitu pendidikan IPA menekankan pada
individu.
pemberian
belajar
penggunaan
bahwa
guru
keterampilan
2008) hendaknya
komunikasi,
Menurut Hamalik (2003), sekolah
mengembangkan kompetensi agar peserta
saat ini hanya sebatas menjadi sekolah dengar
didik menjelajahi dan memahami alam sekitar
yang tidak menggunakan asas aktivitas dalam
secara ilmiah. Pembelajaran biologi termasuk
proses pembelajaran. Siswa menerima materi
pembelajaran sains yang idealnya berorientasi
apa saja yang diberikan oleh guru tanpa diberi
pada
kesempatan
produk,
langsung
Roestiyah,
untuk
aspek
pengalaman
(dalam
sebagai fasilitator.
proses,
dan
sikap
untuk
pengetahuan
hanya belajar fakta, konsep, prinsip, hukum,
diminatinya. Arnyana (2007) mengemukakan
tetapi
adanya
belajar
tentang
bagaimana
keluhan
dibutuhkan
sendiri
(Rustaman, 2005). Pembelajaran biologi tidak
juga
yang
membangun
tentang
dan
rendahnya
memperoleh informasi, menerapkan teknologi
kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh
dalam sains, bekerja secara ilmiah, dan
lulusan pendidikan dasar sampai perguruan
kemampuan
berpikir.
kegiatan
tinggi. Rendahnya berpikir kritis ini terlihat
keterampilan
proses,
dapat
dalam perilaku siswa, yaitu rasa ingin tahu
seperti:
dalam mencari informasi masih rendah,
mengembangkan
sikap
Melalui diharapkan ilmiah,
29
sehingga pemahamannya terhadap informasi
diharapkan dengan fakta saat ini. Jika
masih kurang.
kesenjangan tersebut tidak segera diatasi,
Proses penyampaian informasi pada
maka siswa tidak dapat memenuhi tuntutan
kegiatan pembelajaran seringkali berlangsung
pembelajaran sains abad ke-21 seperti yang
satu
diungkapkan
arah,
yaitu
dari
guru
ke
siswa.
National
Association
menyebabkan
berinteraksi
ditujukan untuk menyiapkan siswa dengan
dengan rekan belajarnya dalam diskusi. Cara
berbagai keterampilan dan kecakapan, seperti
belajar klasikal tersebut berdampak pada
berpikir kreatif, inovatif, kritis, pemecahan
rendahnya kemampuan kerjasama siswa yang
masalah,
ditunjukkan
kerjasama, ICT Literacy, dan kepemimpinan.
dengan
kurang
sedikitnya
interaksi
dalam kelompok belajar (Mustaji, 2011).
yaitu
Teachers
Pembelajaran bersifat teacher-centered yang siswa
(2006),
Science
komunikasi,
Pembelajaran
pembelajaran
kolaborasi
diharapkan
dapat
dan
memberi
Sebagian besar siswa menganggap
ruang kepada siswa untuk menemukan dan
pelajaran biologi sebagai pelajaran hafalan,
membangun konsep sendiri. Hal ini sejalan
sehingga siswa cenderung mencatat secara
dengan
naratif dan mendengarkan penjelasan dari
pemahaman diperoleh karena interaksi antara
guru. Aktivitas siswa tersebut kurang dapat
permasalahan dengan lingkungan belajar,
mengembangkan kemampuan berpikir siswa
siswa menemukan sendiri pemecahan masalah
terutama dalam memecahkan masalah yang
yang
ditunjukkan dengan ketidakmampuan siswa
terstimulasi untuk belajar (Rusman, 2011).
menjawab soal berbentuk
uraian, sehingga
pembelajaran
dihadapi,
Model
konstruktivisme,
sehingga
problem
akan
based
lebih
learning
hasil belajar rendah. Jika kemampuan tersebut
bertujuan menguatkan konsep dalam situasi
tidak
nyata, mengembangkan keterampilan berpikir
dikembangkan,
maka
akan
menyebabkan rendahnya daya saing di era
tingkat
globalisasi ini. Hasil belajar siswa yang tidak
membuat keputusan, meningkatkan keaktifan
maksimal
kegiatan
belajar, menggali informasi, meningkatkan
pembelajaran kurang dapat mengoptimalkan
percaya diri, tanggung jawab, kerjasama, dan
potensi berpikir siswa.
komunikasi (Arends, 2008). Menurut Hmelo-
menunjukkan
bahwa
Fakta tersebut menunjukkan adanya kesenjangan
antara
kondisi
ideal
yang
Silver
tinggi,
(2004),
menunjang
memecahkan
problem
pembangunan
based
masalah,
learning
keterampilan 30
Ari Tyas Susanti – Pengaruh Model Problem Based Learning Disertai Media Key Relation Chart Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kerjasama Siswa dalam Kelompok pada Kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 mengatur
diri
sendiri
directed),
menyelesaikan masalah. Penggunaan key
kolaboratif, keterampilan berpikir tingkat
relation chart dilengkapi dengan gambar agar
tinggi, termasuk berpikir kritis dan cakap
lebih menarik dan memancing keingintahuan
menggali informasi.
siswa (Nurhayati, 2009). Hal ini sesuai
Model
learning
dengan pendapat Buckingham (2008) yang
mempunyai sintaks, yaitu: 1) orientasi siswa
menyatakan media pembelajaran digunakan
pada masalah; 2) mengorganisasi siswa untuk
untuk mengembangkan pemahaman kritis dan
belajar;
pengalaman
partisipasi aktif siswa. Media diperlukan
individual/kelompok; 4) menganalisis dan
dalam pembelajaran agar kemampuan berpikir
evaluasi proses pemecahan masalah; 5)
kritis serta partisipasi dan kerjasama siswa
mempersiapkan
karya
semakin meningkat. Kegiatan pemecahan
(Rusman, 2011). Keunggulan problem based
masalah lebih efektif jika dilakukan dalam
learning adalah: 1) menghadapkan siswa pada
kelompok kecil karena akan mendukung
permasalahan praktis dan konseptual; 2)
adanya pengumpulan informasi lebih banyak
pembelajaran berpusat pada siswa (student-
dalam waktu singkat.
centered); 3) fase-fasenya mengakomodasi
menyatakan kerja kelompok akan memberi
siswa untuk berpikir kritis dan aktif.
pengalaman siswa untuk membuat rencana
3)
problem
(self
based
mendampingi
penyajian
hasil
Model problem based learning dapat efektif pemakaiannya jika
kerja,
membagi
Roestiyah
pekerjaan,
(2008)
memecahkan
didukung oleh
masalah, dan menyelesaikan tugas dengan
media yang membantu memecahkan masalah
kerjasama. Penggunaan model problem based
dan menciptakan pembelajaran inovatif serta
learning disertai media key relation chart
menyenangkan. Salah satu cara inovatif untuk
diharapkan dapat mengasah keterampilan
menghadirkan pembelajaran menyenangkan
berpikir kritis dan kerjasama siswa dalam
adalah penggunaan media key relation chart,
kelompok.
yaitu bagan kunci hubungan mengenai konsep atau
prinsip
yang
akan
mempermudah
B.
pengorganisasian informasi (Prasetyo, 2011).
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian
Media key relation chart dapat memudahkan,
eksperimen
mengingat,
dan
research) dengan rancangan penelitian post-
hubungan
yang
memunculkan
kembali
diperlukan
dalam
test
only
semu
(quasi
non-equivalent
experimental
control
group 31
design.Populasi penelitian adalah seluruh
Analisis data menggunakan analisis
peserta didik Kelas VIII Semester Genap di
statistik deskriptif dan inferensial. Statistik
SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran
deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan
2012/2013 dengan sampel penelitian adalah
atau
siswa Kelas VIII. Teknik pengambilan sampel
kemampuan berpikir kritis dan kerjasama
penelitian secara cluster sampling karena
siswa. Statistik inferensial digunakan untuk
satuan sampel tidak terdiri dari individu
menguji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan
melainkan cluster (kelas) dan pemilihannya
uji t dua sampel independen pada tingkat
secara
dua
signifikasi 0,05, dibantu SPSS 18. Sebelum
kelompok, yaitu kelas kontrol dan eksperimen
dilakukan uji t, perlu dilakukan uji prasyarat,
yang
Uji
yaitu uji normalitas dengan uji Kolmogorov-
kesetaraan dilakukan pada beberapa kelompok
Smirnov dan uji homogenitas dengan uji
sekaligus
Levene’s.
acak.
sudah
Sampel
diuji
terdiri
dari
kesetaraannya.
menggunakan
analisis
Anava
menggambarkan
data,
yaitu
profil
dibantu program SPSS 18. Metode pengumpulan data dalam
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini adalah metode tes untuk mengukur
kemampuan
kritis,
ada pengaruh model problem based learning
dokumentasi untuk mengumpulkan data nilai
disertai media key relation chart terhadap
awal
sebagai
kemampuan berpikir kritis dan kerjasama
kerjasama
siswa dalam kelompok pada kelas VIII SMP
siswa,
pendukung
angket
berpikir
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kerjasama
pengumpulan
data
siswa, dan observasi keterlaksanaan sintaks
Negeri
serta aspek kerjasama siswa.
2012/2013.
Pengujian
kelayakan
instrumen
14
Surakarta
Tahun
Pelajaran
1. Kemampuan Berpikir Kritis
penelitian dilakukan dengan uji validitas dan
Pengaruh model problem based
reliabilitas. Uji validitas terdiri dari validitas
learning disertai media key relation chart
isi dan konstruk melalui expert judgement dan
terhadap
rumus koefisien product momment Karl
mencakup beberapa aspek menurut Facione
Pearson.Uji reliabilitas dengan uji Alpha
(2013), yaitu interpretasi (interpretation),
dengan taraf signifikansi 5%.
analisis (analysis), penjelasan (explanation),
kemampuan
berpikir
kritis
32
Ari Tyas Susanti – Pengaruh Model Problem Based Learning Disertai Media Key Relation Chart Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kerjasama Siswa dalam Kelompok pada Kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 kesimpulan (inference), evaluasi (evaluation), dan pengaturan diri (self-regulation).
Berdasarkan
nilai
berpikir
kritis
siswa, dapat dilakukan uji t untuk menguji
Nilai rata-rata aspek berpikir kritis
hipotesis penelitian yang disajikan pada Tabel
pada kelas eksperimen dan kontrol disajikan
2 berikut.
pada Tabel 1 dan Gambar 1berikut.
Tabel 2. Hasil Uji Pengaruh Model Problem Based Learning Disertai Media Key Relation Chart Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Tabel 1. Nilai Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Aspek Berpikir Kritis Interpretasi Analisis Penjelasan Kesimpulan Evaluasi Pengaturan diri
Nilai rata-rata Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 75,31 62,83 78,35 54,57 69,78 72,83 76,68 69,73 78,03 81,63 57,78 55,21
Variabel
t
Df
Sig
Kemampuan Berpikir Kritis
2,169
81
0,033
Tabel
2
Keputusan Uji Sig < 0,050 Ho ditolak
menunjukkan
hasil
keputusan uji (sig) < 0,050, sehingga Ho ditolak. Artinya, perolehan nilai rata-rata kemampuan
berpikir
kritis
antara
kelas
kontrol dan kelas eksperimen berbeda nyata. Nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelompok eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelompok kontrol. Berpikir kritis timbul ketika siswa Gambar 1. Perbandingan Nilai Rata-rata Aspek Berpikir Kritis Siswa
menganalisis permasalahan dengan mencari
Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan
pendapatnya dan mengaitkan informasi yang
bahwa nilai rata-rata aspek kemampuan
telah diperoleh ketika seseorang belajar
berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen
dengan struktur pemahaman (kognitif) yang
lebih tinggi daripada kelas kontrol. Nilai rata-
telah dimiliki sebelumnya, sehingga proses
rata
dan
belajar tersebut menjadi lebih bermakna
evaluasi
sesuai dengan teori belajar Ausubel (Rusman,
tertinggi
eksperimen
pada
adalah
kelas nilai
kontrol
aspek
bukti
untuk
mendukung
Penyelidikan
gagasan
sedangkan nilai rata-rata terendah pada kelas
2011).
kontrol dan eksperimen terdapat pada aspek
menemukan
pengaturan diri.
didukung dengan pertukaran ide-ide secara
solusi
dalam
dan
permasalahan
rangka juga
bebas antaranggota kelompok. Tahap ini 33
mengembangkan kemampuan berpikir kritis
aksi ketika dihadapkan dengan masalah untuk
melalui aspek analisis (analysis). Aspek
dipecahkan
analisis siswa diperoleh dengan identifikasi
eksperimentasi sistematis.
permasalahan
hingga
dapat
memperoleh
melalui
Tahap
penggunaan
selanjutnya
adalah
konsep dan deskripsi serta pengajuan opini
mengorganisasi siswa untuk belajar dalam
melalui pengalaman belajar (Facione, 2013).
kelompok
heterogen
untuk
melakukan
Pembelajaran dengan model problem
penyelidikan, merancang ekperimen, dan
based learning disertai media key kelation
melaporkan tugas siswa. Pengorganisasian ini
chart diawali dengan orientasi siswa pada
dapat
masalah. Siswa mengenali masalah dari
kerjasama
pemberian gambar disertai wacana mengenai
mereka dalam menyelesaikan permasalahan.
sebuah realita fotosintesis, diikuti dengan
Vygotsky mengungkapkan pentingnya proses
beberapa pertanyaan untuk dijawab. Siswa
interaksi dengan guru maupun rekan belajar
dapat mengidentifikasi masalah dan mencari
dalam kegiatan belajar untuk membantu siswa
solusi dari permasalahan tersebut. Tahap ini
memecahkan masalah
dapat
diselesaikan sendiri (Rusman, 2011).
melatih
kemampuan
siswa
berpikir
mengembangkan
kritis,
yaitu
mengembangkan antarsiswa
dan
keterampilan memfasilitasi
yang tidak dapat
aspek
Tahap ketiga adalah pembimbingan
interpretasi (interpretation). Siswa mampu
yang dilakukan guru pada penyelidikan
mengelompokkan
kelompok
permasalahan,
sehingga
maupun
individual.
Kegiatan
mempunyai arti dan bermakna jelas. Hal ini
penyelidikan dalam tahap ini meliputi proses
sejalan dengan teori belajar konstruktivis
pengumpulan data, perumusan hipotesis, dan
Piaget yang menyatakan bahwa proses aktif
pengujian serta memberikan solusi.
dalam
belajar
akan
membuat
siswa
Siswa
merencanakan
dan
membangun sistem makna dan pemahaman
menyiapkan hasil karya setelah mereka
mengenai fakta melalui pengalaman belajar
melakukan penyelidikan terhadap masalah.
(Trianto, 2010). Siswa berusia di atas 11
Hasil karya disajikan oleh setiap kelompok,
tahun, artinya, siswa berada pada tahap
sehingga siswa dapat berbagi tugas dengan
operasional formal (Mynard, 2006). Siswa
anggota
mempunyai kemampuan berpikir sistematis
mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
dan abstrak, mampu mengkonstruksi rencana
meliputi
kelompok
penjelasan
lain.
Tahap
(explanation)
ini
dan 34
Ari Tyas Susanti – Pengaruh Model Problem Based Learning Disertai Media Key Relation Chart Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kerjasama Siswa dalam Kelompok pada Kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 pengaturan
Siswa
mengenali alasan serta pernyataan, membuat
maupun
suatu kesimpulan dalam pemecahan masalah,
pendapat yang telah diungkapkan untuk
dan menilai pernyataan atau pendapat yang
menjadi sebuah pendapat yang kuat dan dapat
diterima baik dari diri sendiri maupun orang
mengatur keberadaan dirinya dalam kelompok
lain (Prasetyo, 2011). Hal ini sesuai dengan
untuk
Pernyataan
pernyataan Facione (2013), yaitu siswa dapat
tersebut didukung oleh Arnyana (2007) yang
mengembangkan aspek berpikir kritis melalui
menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan
mengenali dan memperoleh unsur yang
masalah dapat memotivasi
diperlukan untuk menarik kesimpulan yang
mampu
diri
(self-regulation).
menjelaskan
pernyataan
memecahkan
melakukan
masalah.
investigasi
siswa untuk
dan
pemecahan
masuk
akal,
memecahkan
dugaan
dan
masalah pada situasi kehidupan nyata serta
hipotesis, mempertimbangkan informasi yang
merangsang
relevan dan mengurangi konsekuensi yang
siswa
untuk
menghasilkan
sebuah produk atau karya.
ditimbulkan dari data, pernyataan, prinsip,
Tahap terakhir adalah menganalisis
bukti, penilaian, keyakinan, opini, konsep,
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
deskripsi, pernyataan, atau bentuk-bentuk
dilanjutkan dengan pembuatan key relation
representasi lainnya.
chart.
Kegiatan
siswa
Secara teori, pembelajaran berbasis
proses
masalah disertai media dapat mendorong
berpikir mereka dari penyelidikan sampai
siswa menilai pernyataan yang terpercaya dari
dengan penemuan solusi dan mewujudkannya
suatu laporan percobaan. Siswa juga dapat
dalam hasil karya. Kemampuan berpikir siswa
menilai pendapat yang dibuat, baik secara
akan berkembang ketika siswa berusaha
induktif ataupun deduktif setelah melakukan
menyusun komponen, mencari relasi kunci,
percobaan yang dirancang secara mandiri
dan
(Facione, 2013), sehingga idealnya model
menganalisis
ini
dan
memberi
membantu
mengevaluasi
keterangan
komponen-
komponen pada key relation chart. Proses
pembelajaran
berbasis
mengevaluasi segala sesuatu yang diperbuat
mempengaruhi
kemampuan
merupakan proses berpikir kritis. Tahap ini
mengevaluasi solusi pemecahan masalah.
mengembangkan kemampuan berpikir kritis
Realita
meliputi
dan
pembelajaran di kelas eksperimen, siswa
evaluation. Siswa mampu menguji ide-ide dan
cenderung lebih fokus untuk melakukan dan
aspek
analysis,
inference,
yang
terjadi
masalah siswa
selama
dapat dalam
proses
35
mengamati hasil percobaan, sehingga kurang
terhadap
lingkungan,
bekerja
maksimal mengerjakan dan mengkritisi soal
kelompok, dan bekerja mandiri.
dalam
evaluasi pada LKS sedangkan pada kelas
Nilai rata-rata aspek kerjasama siswa
kontrol siswa mempunyai alokasi waktu yang
dalam kelompok pada kelas eksperimen dan
lebih banyak untuk melakukan evaluasi
kontrol disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 2
pemecahan masalah dalam kelompok belajar.
berikut.
Analisis
tersebut
menunjukkan
bahwa model problem based learning disertai
Tabel 3. Nilai Rata-rata Aspek Kerjasama Siswa dalam Kelompok
media
Aspek Kerjasama Siswa 1.Karakteristik pribadi 2.Keterampilan komunikasi 3.Adaptasi terhadap lingkungan 4.Bekerja dalam kelompok 5.Bekerja mandiri
key
relation
chart
berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan terdapat
oleh Pratiwi (2012), bahwa perbedaan
signifikan
antara
kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional
Nilai rata-rata Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 71,76 69,20 77,14
72,85
75,98
74,77
71,25
68,40
72,44
70,00
dibandingkan dengan model problem based learning disertai media key relation chart. Kemampuan berpikir kritis siswa dengan model problem based learning disertai media key relation chart lebih tinggi daripada kelas kontrol
dengan
model
pembelajaran
konvensional. Gambar 2. Perbandingan Nilai Rata-rata Aspek Kerjasama Siswa dalam Kelompok
2. Kerjasama Siswa dalam Kelompok Pengaruh
model
problem
based
Tabel 3 dan Gambar 2 menunjukkan
learning disertai media key relation chart
bahwa nilai rata-rata untuk masing-masing
terhadap kerjasama siswa dalam kelompok
aspek kerjasama siswa dalam kelompok pada
mencakup beberapa aspek, yaitu karakteristik
kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
pribadi, keterampilan komunikasi, adaptasi
kontrol. Nilai rata-rata tertinggi dari kelas kontrol dan eksperimen adalah nilai aspek 36
Ari Tyas Susanti – Pengaruh Model Problem Based Learning Disertai Media Key Relation Chart Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kerjasama Siswa dalam Kelompok pada Kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 adaptasi dengan lingkungan sosial, sedangkan
2011) yang akan ditemukan siswa dalam
nilai rata-rata terendah dari kelas kontrol dan
diskusi kelompok setelah pengamatan gambar
eksperimen terdapat pada aspek bekerja
disertai wacana mengenai sebuah realita
secara berkelompok.
fenomena alam di kehidupan nyata, diikuti
Berdasarkan nilai rata-rata aspek
dengan beberapa pertanyaan untuk dijawab
kerjasama siswa dalam kelompok, dapat
oleh siswa. Siswa dapat mengidentifikasi
dilakukan uji t untuk menguji hipotesis
masalah
penelitian yang disajikan pada Tabel 4
kemudian
berikut.
tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Tabel 4. Hasil Uji Pengaruh Model Problem Based Learning Disertai Media Key Relation Chart Terhadap Kerjasama Siswa Variabel Kerjasama siswa dalam kelompok
berdasarkan mencari
Mustaji
mendapatkan secara
solusi
(2011) solusi,
aktif
pemikiran
permasalahan
bahwa
mereka
mencari
bersama
untuk
diharapkan
informasi
yang
t
df
Sig
Keputusan Uji
dibutuhkan dari berbagai sumber, misalnya
2,120
81
0,037
Sig < 0,050 Ho ditolak
bahan bacaan, narasumber, dan internet. Siswa menginvestigasi permasalahan yang
Tabel
4
menunjukkan
hasil
penting
melalui
komunikasi
perolehan
kelompok,
keputusan uji (sig) < 0,050, sehingga Ho
sehingga
ditolak. Artinya, perolehan nilai rata-rata
pengetahuan bermakna bagi dirinya. Komunikasi
kerjasama siswa dalam kelompok antara
informasi
kelompok
dan
sebagai
kelompok
interaksi tatap muka dari anggota-anggota
eksperimen berbeda nyata. Nilai rata-rata
kelompok untuk memperoleh maksud atau
kerjasama siswa dalam kelompok pada kelas
tujuan yang dikehendaki seperti berbagi
eksperimen
informasi, pemeliharaan diri, atau pemecahan
kelompok
kontrol
lebih
dengan
tinggi
daripada
kelas
masalah yang dapat melatih siswa agar
kontrol. Pembelajaran dengan model problem
memiliki kemampuan kerjasama, khususnya
based learning disertai media key relation
pada
aspek
menumbuhkan
chart diawali dengan tahapan orientasi siswa
pribadi serta anggota lainnya dengan akurat
pada masalah. Permasalahan merupakan titik
(Sendjaja dalam Apriono, 2011). Karakteristik
awal dari kegiatan pembelajaran (Rusman,
pribadi
siswa
kepedulian
juga
siswa
dapat untuk
karakteristik
terlihat
dari
membagikan 37
informasi yang dimiliki dengan anggota
diperlukan
kelompok
beradaptasi dengan lingkungan kelompoknya.
lainnya,
sehingga
tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Pembentukan
suatu
kemampuan
untuk
Pembimbingan yang dilakukan oleh guru
kelompok
secara
dapat
mendorong
siswa
untuk
heterogen merupakan pengorganisasian siswa
mengembangkan potensi diri dalam kerja
dalam kelompok-kelompok belajar untuk
kelompok
melakukan
merancang
tanggungjawab yang dimiliki siswa sebagai
tugas-tugas
bagian dari kelompok belajar. Nilai rata-rata
ekperimen, siswa.
penyelidikan, dan
melaporkan
Pengorganisasian
dengan
tugas
atau
dalam
kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
mengembangkan
kontrol sebab pada kelas eksperimen siswa
antarsiswa
dan
mengalami proses pembelajaran berdasarkan
memfasilitasi mereka dalam menyelesaikan
masalah, sehingga terdapat usaha individu
permasalahan.
untuk
kelompok
dapat
keterampilan
kolaborasi
Hal
ini
siswa
sesuai
didukung
oleh
mengembangkan
pengetahuan,
pernyataan Apriono (2011) bahwa belajar
keterampilan, dan kemampuan-kemampuan
secara berkelompok dapat membangkitkan
melalui usaha pribadi setiap siswa (Maasawet,
semangat dalam memecahkan masalah dan
2011).
memacu terjadinya disusi kelompok serta
Tahap
keempat
adalah
mengembangkan belajar mandiri. Diskusi
mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
kelompok
keterampilan
Siswa merencanakan dan menyiapkan hasil
berkomunikasi antar anggota-anggotanya agar
karya setelah mereka melakukan penyelidikan
dapat mencari solusi pemecahan masalah
terhadap masalah secara berkelompok. Tahap
terbaik.
ini
memerlukan
Tahap ketiga adalah pembimbingan guru pada pengalaman kelompok maupun individual.
Penyelidikan
yang
dilakukan
mengembangkan
kerjasama
siswa,
khususnya aspek bekerja secara kelompok untuk mencapai tujuan. Tahap terakhir pembelajaran adalah
secara mandiri dalam kelompok-kelompok
menganalisis
kecil bertujuan untuk menemukan solusi
pemecahan
pemecahan masalah. Siswa yang biasanya
presentasi menggunakan key relation chart
belajar secara klasikal diajar untuk mampu
yang disusun berkelompok. Pembuatan key
belajar
relation chart memberi kesempatan siswa
secara
berkelompok,
sehingga
dan masalah
mengevaluasi
proses
dilanjutkan
dengan
38
Ari Tyas Susanti – Pengaruh Model Problem Based Learning Disertai Media Key Relation Chart Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kerjasama Siswa dalam Kelompok pada Kelas VIII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 berbagi
tugas
dalam
menggunting,
menghubungkan, menyusun komponen, dan memberi keterangan mengenai kunci relasi
kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran biologi. 2. Ada
pengaruh
signifikan
penggunaan
dari komponen yang disusun. Tahap ini
model problem based learning disertai
mengembangkan kerjasama siswa, baik pada
media
aspek
kemampuan
karakteristik
pribadi,
komunikasi, adaptasi
keterampilan
dengan lingkungan,
key
relation kerjasama
chart siswa
terhadap dalam
kelompok pada pembelajaran biologi.
bekerja dalam kelompok, maupun secara mandiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model problem based learning disertai media key relation chart berpengaruh terhadap kerjasama siswa dalam kelompok. Hal ini sejalan dengan penelitian Setianingsih (2012), yaitu bimbingan terhadap diskusi kelompok efektif untuk mengembangkan kerjasama siswa
dalam
menyelesaikan
tugas.
Pembimbingan terhadap diskusi merupakan salah satu kegiatan guru yang dilakukan pada model problem based learning disertai media key relation chart.
DAFTAR PUSTAKA Apriono, Djoko. (2011). Meningkatkan Keterampilan Kerjasama Siswa dalam Belajar Melalui Pembelajaran Kolaboratif. Jurnal Prospektus. IX (2): 159-171. Arends, R.I. (2008). Learning To Teach, Belajar untuk Mengajar Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Arnyana, I.B.P. (2007). Penerapan Model PBL pada Pelajaran Biologi untuk Meningkatkan Kompetensi dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Singaraja Tahun Pelajaran 2006/2007. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Nomor 2: 231-251.
SIMPULAN Berdasarkan
hasil
analisis
dan
pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Ada
pengaruh
signifikan
penggunaan
model problem based learning disertai media
key
relation
chart
terhadap
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta: BSNP. Buckingham, David. (2008). Media Education: Literacy, Learning and Contemporary Culture. United Kingdom: Polity Press. 39
Facione, P.A. (2013). Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. California: Measured Reason and The California Academic Press. Hamalik, Oemar. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Maasawet, E.T. (2011). Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Belajar Biologi Melalui Penerapan Strategi Inkuiri Terbimbing Pada Siswa Kelas VII Smp Negeri VI Kota Samarinda Tahun Pelajaran 2010/ 2011. BIOEDUKASI. I (2): 16-29. Mustaji. (2011). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran. Jurnal Pendidikan TP FIP Universitas Negeri Surabaya. Diperoleh 24 Juli 2012, dari http://blog.tp.ac.id/media-teknologidan-pembelajaran#ixzz21WNk0Jgh. Mynard, Steve. (2006, Oktober). Piaget and The Development of Intelligence. Educational Thinkers Who Have Influenced Our Approaches To Early Education. Diperoleh 3 Juni 2013, dari www.teachingexpertise.com /articles/piaget-and-the-devellopmentof-intelligence-1402. National Science Teachers Association. (2006). Induction Programs for the Support and Development of Beginning Teachers of Science. NSTA Board of Directors. Nurhayati, Sudarmin, Mahatmanti, dan Khodijah. (2009). Keefektifan Pembelajaran Berbasis Question Student Have dengan Bantuan ChemoEdutainment Media Key Relation Chart Terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan. 3 (1): 379-384.
Prasetyo, A.E. (2011). Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving disertai Key Relation Chart dan Modul Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Kreativitas Siswa. Tesis Tidak Dipublikasikan. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pratiwi, Y.P. (2012). Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa pada Pembelajaran Biologi. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006. (2006). Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemdiknas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007. (2007). Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemdiknas. Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Professionalisme Guru. Bandung: Rajawali Pers. Rustaman, Nuryani. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press. Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
40