Jurnal Pendidikan Biologi Volume 7,Nomor 3 Halaman 11-26
Oktober 2015
Studi Komparasi Tingkat Miskonsepsi Siswa pada Pembelajaran Biologi melalui Model Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick dan Konstruktivis-Kolaboratif Comparison Study Of Student’s Misconception Level in Biology Learning Through Conctructivism Tipe Novick and Construktivis-Collabotrativ Learning Method
Yunita Rahmawatia, Baskoro Adi Prayitnob, Meti Indrowatic a) b)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] c) Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected]
ABSTRACT-This research aims to know about the differences of missconception level on excretory system material of Student’s grade XIth Science’s graders Senior High School of 4 Surakarta in the school year of 2012/2013 using conctructivism type Novick and constructivis-collabotrativ learning method. This research belonged to a quasi-experiment with quantitative approach. The research was designed using pre-test post-test non-equivalent control group design by applying constructism Type Novick learning method for experiment class 1 and using constructism-collaboratif for experiment class 2. The population of research was all XIth Science’s students of Senior High School of 4 Surakarta in the school year of 2012/2013. The sample of research was the XIth Science’s 5 grade as experiment group 1 and XIth Science’s 6 grade as experiment group 2. The sampling technique used was purposive sampling. Technique of collecting data used was objective test with CRI (Certanty of Response Index) and observation test. The hypothesis testing was conducted using Anacova-test. The data analyzed by SPSS version 16 program help at 5% significance. The hypothesis of research there is the differences student’s misconception level of Student’s grade XIth Science’s graders Senior High School of 4 Surakarta in the school year of 2012/2013 using conctructivism type Novick and constructivis-collabotrativ learning method. The hypothesis result test of student’s misconception level using constructivisme type Novick and constructivis-collaboratif method results as p-value<0,05 (0.002< 0.05), so it can be concluded that there is differences of student’s misconception levels of Student’s grade XIth Science’s graders Senior High School of 4 Surakarta in the school year of 2012/2013. Keywords : Constructivism Type Novick, Constructivis Collaborative, Misconception Level
A.
memecahkan
PENDAHULUAN Pembelajaran
Biologi
masalah
dalam
kehidupan
bertujuan
sehari-hari. Menurut (Dahar, 2011), konsep
membuat siswa mampu memahami konsep-
merupakan hal yang sangat penting, karena
konsep Biologi, mampu mengaplikasikan
konsep merupakan landasan untuk berpikir.
konsep yang dipelajari, mampu mengkaitkan
Irawan (Sidauruk, 1999) menyata-
satu konsep dengan konsep lain, dan mampu
kan, salah satu kelemahan pendidikan di 11
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 11-26 Indonesia adalah tingkat pemahaman siswa
maka
terhadap konsep-konsep masih sangat buruk.
materi yang tidak mampu dipahami dengan
Buruknya pemahaman konsep siswa salah
tuntas
satunya disebabkan oleh miskonsepsi siswa
rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karena
terhadap
itu, miskonsepsi pada siswa harus diperbaiki.
konsep-konsep
Pernyataan
tersebut
yang dipelajari.
didukung
hasil
tes
berakibat
yang
semakin
akhirnya
bertambahnya
berdampak
Guru harus mengetahui
pada
konsepsi
identifikasi tingkat miskonsepsi siswa pada
awal siswa, mengenal konsep yang akan
materi sistem ekskresi pada sampel kelompok
diajarkan, dan menciptakan kegiatan dalam
eksperimen 1 sebesar 38,11%. Siswa yang
pembelajaran yang dapat mengubah konsepsi
tahu konsep sebesar 23%, sedangkan jumlah
awal siswa yang tidak ilmiah menuju konsep
siswa yang tidak tahu konsep yaitu sebesar
ilmiah dalam memperbaiki miskonsepsi. Oleh
38,89%.
karena itu, diperlukan model pembelajaran
Hasil tes identifikasi tingkat
miskonsepsi
siswa
pada
materi
sistem
ekskresi sampel kelompok eksperimen 2 sebesar 37.5%.
yang
berpotensi
mampu
memperbaiki
miskonsepsi siswa.
Siswa yang tahu konsep
Salah
satu
pembelajaran
yang
22,08%, sedangkan jumlah siswa yang tidak
berpotensi mampu memperbaiki miskonsepsi
tahu konsep sebesar 40,42%. Miskonsepsi
siswa adalah model pembelajaran berbasis
yang tidak tertangani dengan baik dapat
konstruktivisme.
mengganggu
dalam
konstruktivisme mampu mengatasi masalah
menerima pengetahuan berikutnya. Konsep
miskonsepsi pada siswa karena pembela-
dan pengetahuan awal yang dimiliki siswa
jarannya menuntut siswa aktif membangun
seringkali
sendiri pengetahuan, mencari arti dari yang
pemikiran
mengandung
siswa
miskonsepsi
(Suparno, 2005).
dipelajari,
Pembelajaran
membuat
berbasis
penalaran
dengan
Menurut (Berg, 1991), miskonsepsi
mencari makna, membandingkan dengan apa
merupakan ketidaksesuaian antara konsep
yang telah diketahui dengan pengalaman
awal dengan konsep ilmiah. Miskonsepsi
baru, serta siswa menyesuaikan konsep dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu,
ide-ide
siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode
pemahaman awal siswa.
mengajar. Apabila miskonsepsi yang terjadi pada siswa tidak diperhatikan oleh guru,
baru
yang
dipelajari
dengan
Beberapa model pembelajaran yang dilandasi
paham
konstruktivisme
yang 12
Yunita Rahmawati-Studi Komparasi Tingkat Miskonsepsi dengan Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick dan Konstruktvis-Kolaboratif berpotensi mampu memperbaiki miskonsepsi
ketiga yang bertujuan untuk membentuk
siswa,
skema baru yang cocok dengan rangsangan
diantaranya
konstruktivisme
model tipe
pembelajaran Novick
dan
pembelajaran konstruktivis-kolaboratif. Novick
dan
Nussbaum
yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga sesuai.
(1982)
Selain
model
menyatakan, pembelajaran konstruktivisme
Konstruktivisme
tipe Novick memiliki tiga tahap yaitu, tahap
pembelajaran yang diduga juga mampu
pertama adalah mengungkap konsepsi awal
memperbaiki
siswa
adalah
yang
bertujuan
membantu
guru
Tipe
pembelajaran
tingkat
model
Novick,
model
miskonsepsi
pembelajaran
siswa
berbasis
mengenali pemahaman dan gagasan siswa.
konstruktivis kolaboratif. Menurut (Prayitno
Ketika konsepsi awal siswa mengalami
dkk, 2012), model pembelajaran berbasis
miskonsepsi
kemudian
konstruktivis kolaboratif memiliki tujuh fase
dilakukan peninjauan dan diketahui tingkat
pembelajaran meliputi fase pengorganisasian
miskonsepsi.
adalah
belajar, fase aktivasi konsepsi awal, fase
menciptakan konflik kognitif yang memicu
menciptakan konflik kognitif, fase pemben-
siswa untuk lebih tertantang dalam belajar
tukkan konsep secara kolaboratif, presentasi
karena dengan konflik kognitif tersebut,
kelas, tes individu, dan fase rekognisi tim.
telah
terungkap
Tahap
kedua
apalagi jika peristiwa yang dihadirkan tidak
Fase pertama pada pembelajaran
sesuai dengan pemahaman awal yang dimiliki
konstruktivis-kolaboratif adalah pengorga-
siswa. Pada fase konflik, siswa mengalami
nisasian belajar dimana siswa dibentuk
pertentangan dalam struktur kognitif siswa
menjadi tim-tim dengan anggota kurang lebih
yang diketahui sebelumnya dan fakta apa
5 orang dengan kemampuan akademik yang
yang
praktikum,
heterogen. Kemampuan siswa yang heterogen
pengamatan video, pengamatan gambar yang
dalam kelompok ini dimaksudkan agar proses
dilakukan
scaffolding
siswa
lihat
sehingga
melalui
siswa
memiliki
melalui
tutorial
sebaya
pengalaman baru. Pengalaman yang baru itu
terfasilitasi dengan baik. Fase selanjutnya
bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan
yaitu aktivasi konsepsi awal siswa yang
skema yang telah ada. Dalam keadaan
bertujuan
demikian
mengadakan
pemahaman dan gagasan siswa. Ketika
akomodasi. Akomodasi merupakan tahap
konsepsi awal siswa telah terungkap secara
siswa
akan
membantu
guru
mengenali
13
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 11-26 eksplisit maka guru dapat menggunakan hal
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
ini sebagai dasar untuk intruksi lebih lanjut,
mengetahui apakah ada perbedaan tingkat
kemudian
miskonsepsi
dilakukan
peninjauan
dan
diketahui tingkat miskonsepsi siswa. Fase ketiga
siswa
pada
pembelajaran
Biologi
kelas XI IPA SMA N 4 Surakarta
adalah menciptakan
tahun Pelajaran 2012/2013 melalui model
konflik kognitif yang memicu siswa untuk
pembelajaran konstruktivisme tipe Novick
lebih tertantang dalam belajar, apalagi jika
dan pembelajaran konstruktivis-kolaboratif.
peristiwa
yang
dihadirkan
tidak
sesuai
dengan pemahaman awal yang dimiliki
B.
METODE PENELITIAN
siswa. Selanjutnya siswa melakukan pem-
Jenis
penelitian
adalah
kuasi
bentukan konsep secara kolaboratif. Tim-tim
eksperimen dengan pendekatan penelitian
kolaboratif mewakili semua variasi siswa
kuantitatif. Populasi penelitian adalah siswa
yang mungkin ada di dalam kelas seperti,
SMA Negeri 4 Surakarta kelas XI IPA tahun
jenis kelamin, suku, agama, kemampuan
pelajaran 2012/2013. Teknik pengambilan
akademik, dan lain-lain.
sampel menggunakan purposive sampling
Fase pembentukan konsep secara
yang didasarkan pada kriteria yaitu sampel
kolaboratif bertujuan mendorong terjadinya
terdiri
asimilasi dan akomodasi dalam struktur
miskonsepsi yang setara sehingga setelah
kognitif
terbentuk
dilakukan pre-test didapat dua kelompok
aktivitas
sampel yaitu kelas XI IPA 5 sebagai
pembentukkan konsep kolaboratif selanjutnya
kelompok eksperimen 1 sebanyak 30 siswa
siswa dituntut mempresentasikan hasil kerja
dan kelas XI IPA 6 sebagai kelompok
kelompoknya
Setelah
eksperimen 2 sebanyak 32 siswa. Penelitian
pembelajaran selesai berlangsung para siswa
ini menggunakan rancangan Pretest Postest
diminta mengerjakan kuis individual, Fase
Non-equivalent
selanjutnya merupakan fase rekognisi tim,
Variabel bebas penelitian adalah model
yaitu menghitung skor kemajuan individual,
pembelajaran konstruktivisme tipe Novick
skor tim, dan memberikan penghargaan
dan Konstruktivisme-kolaboratif, sedangkan
terhadap tim.
variabel terikat adalah tingkat miskonsepsi
siswa
keseimbangan
sampai
kognitif.
di
depan
Dari
kelas.
dari
2
kelas
Control
yang
mengalami
Group
Design.
siswa pada pembelajaran biologi. Analisis 14
Yunita Rahmawati-Studi Komparasi Tingkat Miskonsepsi dengan Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick dan Konstruktvis-Kolaboratif penelitian ini menggunakan dua jenis data
C.
HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu analisis statistik deskriptif dan statistik
Hasil
analisis
data
dengan
uji
inferensial. Data diambil dengan dua metode
Anakova menunjukkan bahwa p value yaitu
yaitu metode tes, dan metode observasi.
0.002 sehingga p value < α, (0,002<0,050).
Metode tes untuk mengambil data hasil
terdapat
tingkat pemahaman konsep menggunakan tes
miskonsepsi
pilihan ganda disertai indeks CRI (Certanty
Biologi materi sistem ekskresi antara kelas
of Response Index), dan metode observasi
XI IPA SMA Negeri 4 Surakarta tahun
untuk
pelajaran
mengontrol
keterlaksanaan
sintak
perbedaan
signifikan
siswa
pada
2012/2013
tingkat
pembelajaran
melalui
model
model pembelajaran konstruktivisme tipe
pembelajaran konstruktivisme tipe Novick
Novick dan konstruktivis-kolaboratif. Ins-
dan konstruktivis-kolaboratif.
trumen penelitian berupa tes kognitif materi
Data pemahaman konsep siswa saat yang
sistem ekskresi berbentuk pilihan ganda
diperoleh berdasarkan Tabel 1 menunjukkan
disertai indeks CRI (Certanty of Response
tingkat
Index),dan Lembar Observasi. Instrumen tes
penurunan pada kelas eksperimen 1 maupun
tingkat pemahaman konsep divalidasi dengan
pada
dua metode yaitu validasi konstruk dan
miskonsepsi siswa pada kelas eksperimen 1
validasi isi dengan telaah ahli. Analisis data
dari 38,11% menjadi 20.11%, sedangkan
menggunakan uji Anakova dengan bantuan
pada
SPSS 16 yang sebelumnya telah diuji
miskonsepsi siswa dari 37.5% menjadi
prasyarat
13.23%. Demikian halnya pada persentase
yaitu uji
homogenitas.
normalitas dan uji
Sebelum
pelaksanaan
miskonsepsi
kelas
siswa
eksperimen
kelompok
mengalami
2.
eksperimen
Tingkat
2
tingkat
siswa yang mengalami ketidaktahuan konsep
penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji
mengalami
penurunan,
keseimbangan dua kelompok sampel.
kelompok eksperimen 1 dari 38,89% menjadi 4,22% sedangkan
dimana
pada
siswa pada kelompok
15
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 11-26 Eksperimen Pembelajaran Novick.
eksperimen 2 dari 40, 42% menjadi 6,46% Pada kelompok eksperimen 1 dari
23%
menjadi 75.67%, sedangkan pada kelompok eksperimen 2 dari 22,08% menjadi 80,31%. Data yang diperoleh juga dianalisis
Indikator
setiap indikator dari Kompetensi Dasar mengacu pada standar isi Permendiknas no. 19 tahun 2005 Kompetensi Dasar 3.5 yaitu menjelaskan
keterkaitan
antara
1
struktur,
fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia dan hewan (misalnya pada ikan dan serangga)
yang
dipecah
menjadi
2
lima
indikator yaitu 1). Fungsi sistem eksresi. 2). Struktur sistem eksresi pada hewan. 3). Struktur sistem ekskresi pada manusia. 4). Proses pada sistem ekskresi
3
manusia. 5)
kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi. Data pemahaman
konsep
dari semua soal setiap indikator pada masing kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2
4
saat pre-test dan post-test disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
5
Tabel 2. Data Persentae Perbedaan Tingkat Pemahaman Konsep Siswa pada Saat Pre-Test dan Post-Test Kelas
Kategori Miskonsepsi Tahu Konsep Tidak tahu Konsep Miskonsepsi Tahu Konsep Tidak Tahu Konsep Miskonsepsi Tahu Konsep Tidak Tahu Konsep Miskonsepsi Tahu Konsep Tidak Tahu Konsep Miskonsepsi Tahu Konsep Tidak Tahu Konsep
1 dengan Model Konstruktivisme Tipe
Persentase (%) Pre- Posttest test
Selisih
6.56
1.78
4.78
3.44
10.78
7.34
3.33
0.78
2.55
6.33
3.00
3.33
3.11
15.89
12.78
10.56
1.11
9.45
9.89
3.56
6.33
5.78
21.89
16.11
11.00
1.22
9.78
9.00
5.89
3.11
6.44
17.00
10.56
7.89
0.44
7.45
5.89
5.89
0
4.33
10.11
5.78
6.44
0.67
5.77
Berdasarkan Tabel 2, perbandingan tingkat pemahaman konsep dari semua soal setiap indikator pada kompetensi dasar 3.5 16
Yunita Rahmawati-Studi Komparasi Tingkat Miskonsepsi dengan Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick dan Konstruktvis-Kolaboratif menjelaskan
keterkaitan
struktur,
test yaitu 9.78%, sedangkan peningkatan
fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit
persentase siswa yang tahu konsep pada saat
yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada
pre-test dan post-test yaitu 16.11%. Selisih
manusia dan hewan (misalnya pada ikan dan
penurunan
serangga) menunjukkan adanya penurunan
miskonsepsi pada indikator
persentase
yang
sistem ekskresi manusia yaitu 3.11%, selisih
mengalami miskonsepsi dan siswa yang tidak
penurunan persentase siswa tidak tahu konsep
tahu konsep, sedangkan kategori siswa yang
pada saat pre-test dan post-test yaitu 7.45%,
tahu
peningkatan.
sedangkan peningkatan peresentase siswa
Selisih tingkat miskonsepsi siswa pada kelas
yang tahu konsep pada saat pre-test dan post-
eksperimen 1 dengan model pembelajaran
test
konstruktivisme tipe Novick pada saat pre-
persentase siswa yang miskonsepsi pada
test dan post-test pada indikator
indikator
pada
konsep
antara
kategori
menunjukkan
siswa
fungsi
yaitu
persentase
10.56%.
siswa
Selisih
yang
proses pada
penurunan
kelainan/penyakit yang dapat
sistem eksresi yaitu 4.78%, selisih penurunan
terjadi pada sistem ekskresi yaitu 0%, selisih
persentase siswa tidak tahu konsep pada saat
penurunan siswa tidak tahu konsep pada saat
pre-test dan post-test yaitu 2.55%, sedangkan
pre-test dan post-test yaitu 5.77%, sedangkan
peningkatan peresentase siswa yang tahu
selisih peningkatan siswa yang tahu konsep
konsep pada saat pre-test dan post-test yaitu
pada saat pre-test dan post-test yaitu 5.78%.
7.34%. Selisih penurunan persentase siswa yang miskonsepsi pada indikator struktur sistem ekskresi pada hewan yaitu 3.33%, selisih penurunan persentase siswa tidak tahu konsep saat pre-test dan post-test yaitu
Tabel 3. Data Persentase Perbedaan Tingkat Pemahaman Konsep Siswa pada Saat Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen 2 dengan Model Pembelajaran Konstrutivis-Kolaboratif.
9.45%, peningkatan peresentase siswa yang tahu konsep pada saat pre-test dan post-test yaitu 12.78%. Selisih penurunan persentase
Indikator
Kategori
1
Miskonsepsi Tahu Konsep Tidak tahu
siswa yang miskonsepsi pada indikator struktur sistem ekskresi pada manusia yaitu 6.33%, selisih penurunan persentase siswa tidak tahu konsep pada saat pre-test dan post-
Persentase (%) Pre- Posttest test
Selisih
5.31
3.44
1.87
3.54
9.06
5.52
4.48
0.83
3.65
17
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 11-26 Konsep
miskonsepsi dan siswa yang tidak tahu
Lanjutan Tabel 3
konsep, sedangkan kategori siswa yang tahu
2
3
4
5
Miskonsepsi Tahu Konsep Tidak Tahu Konsep Miskonsepsi Tahu Konsep Tidak Tahu Konsep Miskonsepsi Tahu Konsep Tidak Tahu Konsep Miskonsepsi Tahu Konsep Tidak Tahu Konsep
5.21
1.77
3.44
konsep menunjukkan peningkatan. Selisih
4.17
17.19
13.02
tingkat
10.63
1.04
9.59
eksperimen 2 dengan model pembelajaran
miskonsepsi
siswa
pada
kelas
konstruktivis-kolaboratif pada saat pre-test 11.77
1.35
10.42
6.56
24.27
17.71
8.33
1.04
7.29
9.79
3.54
6.25
dan post-test indikator fungsi sistem eksresi yaitu 1.87%, selisih penurunan persentase siswa tidak tahu konsep pada saat pre-test dan
post-test
yaitu
3.65%,
sedangkan
peningkatan peresentase siswa yang tahu konsep pada saat pre-test dan post-test yaitu
4.90
12.44
7.54
8.65
1.35
7.3
5.52%. Selisih penurunan persentase siswa yang miskonsepsi pada indikator struktur sistem eksresi pada hewan yaitu 3.44%,
5.42
3.13
2.29
selisih penurunan persentase siswa tidak tahu
2.92
11.35
8.43
konsep pada saat pre-test dan post-test yaitu
8.33
2.19
6.14
9.59%, sedangkan peningkatan peresentase siswa yang tahu konsep pada saat pre-test dan post-test yaitu 13.02%. Selisih penurunan
Berdasarkan data pada Tabel 3,
persentase siswa yang miskonsepsi pada
perbandingan tingkat pemahaman konsep
indikator
dari semua soal setiap
indikator pada
manusia yaitu 10.42%, selisih penurunan per-
kompetensi dasar menjelaskan keterkaitan
sentase siswa tidak tahu konsep pada saat
antara struktur, fungsi, dan proses serta
pre-test dan post-test yaitu 7.29%, sedangkan
kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada
peningkatan peresentase siswa yang tahu
sistem ekskresi pada manusia dan hewan
konsep pada saat pre-test dan post-test yaitu
(misalnya
serangga)
17.71%. Selisih penurunan persentase siswa
menunjukkan adanya penurunan persentase
yang miskonsepsi pada indikator proses pada
pada
sistem ekskresi manusia yaitu 6.25%, selisih
pada
kategori
ikan
siswa
dan
yang
mengalami
struktur sistem ekskresi pada
18
Yunita Rahmawati-Studi Komparasi Tingkat Miskonsepsi dengan Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick dan Konstruktvis-Kolaboratif penurunan persentase siswa tidak tahu konsep
pengetahuannya secara kolaboratif. Siswa
pada saat pre-test dan post-test yaitu 7.3%,
lebih aktif dalam proses pembelajaran dan
sedangkan peningkatan peresentase siswa
akan lebih banyak
yang tahu konsep pada saat pre-test dan post-
pengembangan gagasan yang sudah ada
test
sebelumnya.
yaitu
7.54%.
Selisih
penurunan
persentase siswa yang miskonsepsi pada indikator
gagasan baru
atau
Tingkat miskonsepsi yang tinggi
kelainan/penyakit yang dapat
pada siswa bisa disebabkan karena dalam
terjadi pada sistem ekskresi yaitu 2.29%,
proses pembelajaran siswa kurang diberi
selisih penurunan persentase siswa tidak tahu
kesempatan
konsep pada saat pre-test dan post-test yaitu
kemampuan
6.14%,
peningkatan
Tingkat miskonsepsi siswa bisa diturunkan
peresentase siswa yang tahu konsep pada saat
dengan cara memberikan kesempatan kepada
pre-test dan post-test yaitu 8.43%.
siswa untuk memberi kebebasan kepada
sedangkan
selisih
untuk
mengembangkan
pemahaman konsep siswa.
Berdasarkan Tabel 1 penurunan
siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya
tingkat miskonsepsi siswa pada kelas yang
secara kolaboratif. Perlakuan tersebut akan
menggunakan
mendorong
model
pembelajaran
siswa
untuk
menghasilkan
konstruktivis kolaboratif cukup signifikan
banyak gagasan dan pemahamana siswa
dibandingkan
1
dapat meningkat mengenai suatu masalah dan
model konstruktivisme
lancar mengungkapkan gagasannya. Mem-
tipe Novick. Hal ini karena siswa pada
berikan keleluasaan siswa untuk memikirkan
pembelajaran konstruktivis kolaboratif siswa
berbagai macam cara yang berbeda untuk
diberi kebebasan mengembangkan konsep
menyelesaikan suatu masalah baik dengan
secara kolaboratif dan adanya pemberian
mengungkapkan
penghargaan tim yang membuat siswa lebih
dengan cara memperkaya gagasannya melalui
semangat
proses asimilasi dan akomodasi.
kelompok
dengan penerapan
dalam
eksperimen
pembelajaran.
Siswa
menjadi mampu menyelesaikan masalah maupun
mengajukan
pertanyaan
untuk
gagasan
baru
maupun
Model pembelajaran konstruktiviskolaboratif merupakan model pembelajaran
mengungkapkan permasalahan baru yang
berbasis
konstruktivisme
yang
terdapat
mungkin bisa ditimbulkan dari permasalahan
pembentukkan konsep secara kolaboratif
yang sudah ada dengan cara mengontruksi
siswa melalui pembentukkan tim kolaboratif 19
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 11-26 yang
dibentuk
oleh
guru
dan
adanya
penghargaan terhadap tim terbaik. Tim-tim
dapat berkurang signifikan daripada model pembelajaran konstruktivisme tipe Novick.
kolaboratif tersebut mewakili semua variasi
Menurut (Prayitno dkk, 2012), proses
siswa yang mungkin ada di dalam kelas
pembentukkan konsep secara kolaboratif,
seperti, jenis kelamin, suku, agama, kemam-
siswa
puan akademik, dan lain-lain. Nilai akhir
mengembangkan
siswa yang mengalami kenaikkan, maka akan
mempelajari suatu topik secara kolaboratif.
mendapatkan nilai atau poin perkembangan
Siswa
yang nantinya akan disumbangkan pada
observasi terhadap topik yang akan dipelajari.
kelompoknya. Tujuan fase ini yaitu, untuk
Guru membantu siswa mengungkapkan ide-
memberikan hasil akhir yang maksimal pada
idenya secara jelas melalui kegiatan diskusi,
setiap peserta didik untuk berlomba-lomba
menulis, membuat poster, dan lain-lain. Guru
mendapatkan poin sebanyak-banyaknya pada
memberi kesempatan kepada siswa untuk
kelompok mereka sehingga mendapatkan
mendiskusikan apa yang telah diobservasi
penghargaan
terakhir.
tersebut dalam wujud tulisan, gambar, atau
ditentukan
poster. Guru pada fase pembentukan konsep
rata-rata kelompok yang
secara kolaboratif dituntut mampu mem-
diperoleh. Perlunya dilakukan rekognisi ini
fasilitasi siswa dalam merestrukturisasi ide-
adalah untuk menghargai hasil kerja keras
idenya.
terbaik
Penghargaan
di
fase
kelompok
berdasarkan poin
diberi
diberi
kesempatan
untuk
motivasi
dalam
kesempatan
melakukan
siswa dan memotivasi mereka agar lebih giat
Proses pembelajaran menggunakan
lagi dalam belajar sehingga bisa mendapatkan
model pembelajaran konstruktivis-kolaboratif
poin
pada kelas XI IPA-6 sebagai kelompok
lebih
banyak
dan
penghargaan
kelompok yang terbaik. Pembentukkan
eksperimen tim
secara
ke
pengorganisasian
2
dimulai
belajar.
Pada
dengan fase
kolaboratif dan adanya penghargaan terhadap
pengorganisasian belajar ini, siswa dibentuk
tim terbaik
mendorong peserta didik
menjadi tim-tim dengan anggota kurang lebih
bersemangat dalam kegiatan pembelajaran
5 orang dengan kemampuan akademik yang
sehingga mampu mengubah konsepsi awal
heterogen. Kemampuan siswa yang heterogen
siswa menuju konsep ilmiah. Hal ini akan
dalam kelompok ini dimaksudkan agar proses
berpengaruh pada tingkat miskonsepsi siswa
scaffolding
melalui
tutorial
sebaya 20
Yunita Rahmawati-Studi Komparasi Tingkat Miskonsepsi dengan Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick dan Konstruktvis-Kolaboratif terfasilitasi dengan baik. Proses scaffolding
2009)
melalui
diharapkan
pengalaman ganjil merupakan salah satu cara
membantu siswa dari anggota tim yang
utama untuk membangkitkan ketidakpuasan
mengalami miskonsepsi dibantu oleh siswa
terhadap konsepsi lama yang memacu proses
anggota tim yang tidak mengalami mis-
akomodasi dan asimilasi dalam struktur
konsepsi
kognitif
tutorial
sebaya
sehingga
ini
miskonsepsi
dapat
menyatakan,
sesorang,
peristiwa
sehingga
atau
jika
siswa
diselesaikan dengan baik. Fase selanjutnya
dihadapkan pada situasi atau gagasan baru
mengungkap konsepsi awal siswa yang
yang terasa ganjil dalam struktur kognitif
ditujukan
terjadinya
terjadi konflik kognitif. Pada konflik kognitif,
perubahan konseptual sesuai dengan gagasan
siswa mengalami pertentangan dalam struktur
konstruktivis yang memungkinkan siswa
kognitifnya
membentuk konsepsi baru yang lebih ilmiah
sebelumnya dan fakta apa yang dilihat
dari konsepsi awalnya. Konsepsi awal siswa
melalui praktikum, pengamatan gambar dan
ini sering mengalami miskonsepsi sehingga
pengamatan video yang diakukan. Saat
dapat menghambat pemahaman konsep siswa
praktikum,
lebih jauh. Mengungkap konsepsi awal siswa
pengamatan video, siswa melakukan aktivitas
bertujuan membantu guru mengenali dan
ilmiah berupa observasi, eksperimen, maupun
memperjelas pemahaman dan gagasan siswa.
demontrasi yang terkait dengan pembelajaran
Ketika konsepsi awal siswa telah terungkap
sehingga siswa memiliki rangsangan atau
secara
dapat
pengalaman baru. Pengalaman yang baru itu
menggunakan hal ini sebagai dasar untuk
bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan
instruksi lebih lanjut, untuk memperjelas dan
skema
untuk mengenali konsepsi awal para siswa.
mengadakan
untuk
eksplisit
Langkah
memacu
maka
guru
selanjutnya
yaitu
atas
yang
pengamatan
yang
demikian.
apa
telah
gambar
ada.
akomodasi Akomodasi
diketahui
Siswa
dalam terjadi
dan
akan
keadaan untuk
menciptakan konflik kognitif yang memicu
membentuk skema baru yang cocok dengan
siswa untuk lebih tertantang dalam belajar
rangsangan yang baru atau memodifikasi
karena dengan konflik kognitif tersebut
skema yang telah ada sehingga sesuai.
apalagi jika peristiwa yang dihadirkan tidak
Adaptasi merupakan suatu kesetimbangan
sesuai
yang
antara asimilasi dan akomodasi, kesetim-
dimilikinya. Strike dan Posner (Solikhin,
bangan ini, akan berpengaruh terhadap
dengan
pemahaman
awal
21
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 11-26 tingkat pemahaman siswa yang lebih tinggi
heterogen dalam kelompok ini dimaksudkan
sehingga tingkat miskonsepsi siswa dapat
agar proses scaffolding
berkurang bahkan dihilangkan.
sebaya terfasilitasi dengan baik. Proses
melalui tutorial
Pada pembelajaran konsntruktivis-
shcaffolding melalui tutorial sebaya ini
kolaboratif pembentukkan akomodasi dalam
diharapkan membantu siswa dari anggota tim
struktur kognitif siswa dilakukan secara
yang mengalami miskonsepsi dibantu oleh
kolaboratif
memiliki
siswa anggota tim yang tidak mengalami
kemampuan secara heterogen selanjutnya
miskonsepsi sehingga miskonsepsi dapat
adanya fase rekognisi tim yang bertujuan
diselesaikan. Tim kolaboratif tersebut terjadi
untuk
terhadap
interaksi antar anggota kelompok seperti
anggota tim dan tim terbaik sedangkan pada
saling bertukar pendapat, saling berbagi
pembelajaran konstruktivisme tipe Novick
pengetahuan dan menyumbangkan gagasan
pembentukkan akomodasi dalam struktur
atau
kognitif siswa dilakukan secara individual
miskonsepsi siswa akan berkurang apabila
dan tidak terdapat fase rekognisi tim atau
diwujudkan dalam pembelajaran yang secara
pemberian penghargaan terhadap anggota tim
langsung memberikan peluang bagi siswa
dan tim terbaik. Model pembelajaran kons-
untuk berpikir secara kolaboratif dan tidak
truktivis-kolaboratif memberikan ruang bagi
ada
siswa untuk berkolaborasi dalam menyelidiki
Penyelidikan
bersama
permasalahan tentang fungsi sistem ekskresi
merupakan
kegiatan
pada makhluk hidup, struktur sistem ekskresi
membangun konsep pengetahuan sendiri
pada hewan, struktur sistem ekskresi pada
(konstruktivisme).
manusia, proses dalam sistem ekskresi,
dilakukan siswa bertujuan agar siswa sepe-
misalnya proses pembentukkan urin serta
nuhnya memahami dimensi-dimensi dari
kelaiannan/penyakit yang menyerang sistem
situasi permasalahan yang dihadapi. Proses
ekskresi pada manusia.
penyelidikan bersama (kolaboratif) akan
pada
memberi
tim
yang
penghargaan
Pengorganisasian
tim
ide
untuk
persaingan
menyelesaikan
individu
dalam
tim
masalah
kelas.
kolaboratif
siswa
Penyelidikan
dalam
yang
secara
banyak membantu anggota tim dari kelompok
kolaboratif ini dapat diwujudkan dalam
siswa yang heterogen membantu anggota
kelompok-kelompok belajar dan patner kerja
kelompok lain yang mengalami miskonsepsi.
secara heterogen. Kemampuan siswa yang
Keadaan tersebut akan mendorong siswa 22
Yunita Rahmawati-Studi Komparasi Tingkat Miskonsepsi dengan Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick dan Konstruktvis-Kolaboratif untuk mudah mengubah konsep salah pada
sedang dipelajari. Tujuan langkah ini adalah
pengetahuan awalnya menuju konsep yang
untuk membantu para siswa mengenali dan
ilmih karena terjadi proses scaffolding teman
mulai untuk memperjelas pemahaman dan
sebaya melalui interaksi sosial. Vigotsky
gagasannya sendiri. Ketika konsepsi awal
(Prayitno dkk, 2012) mengemukakan bahwa
siswa telah terungkap secara eksplisit maka
interaksi sosial dengan teman lain membantu
guru dapat menggunakan hal ini sebagai
terbentuknya ide baru dan memperkaya
dasar untuk intruksi lebih lanjut.
perkembangan
intelektual
seseorang.
Fase
kedua
pada
tipe
pembelajaran
Vigotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih
konstruktivisme
Novick
adalah
berkembang jika berinteraksi dengan orang
menciptakan konflik konseptual (konflik
lain.
kognitif) yang merupakan suatu fase penting Proses pembelajaran pada kelas XI
dalam pembelajaran, sebab dengan adanya
IPA 5 sebagai kelompok eksperimen 1
konflik kognitif tersebut siswa tertantang
menggunakan
untuk belajar apalagi jika peristiwa yang
model
pembelajaran
konstruktivisme tipe Novick, pembelajaran
dihadirkan
ini diawali dengan mengungkap konsepsi
pemahamannya.
awal siswa dengan cara guru memberikan pertanyaan-pertanyaan
sesuai
dengan
Para siswa akan menjadi tidak puas
berhubungan
dengan gagasannya sendiri karena terdapat
dengan materi sehingga konsep awal siswa
perbedaan dengan gagasan siswa lainnya
terungkap
terjadi
setelah menyampaikan gagasannya pada
perubahan konseptual sesuai dengan gagasan
orang lain dan telah dievaluasi melalui
konstruktivis yang memungkinkan siswa
diskusi kelas. Dengan mengenali kekurangan
membentuk konsepsi baru yang lebih ilmiah
pemahaman,
dari konsepsi awalnya. Pengetahuan awal
terbuka untuk mengubah konsepsinya. Guru
yang dimiliki siswa bisa benar atau salah,
menciptakan suatu keanehan atau situasi
untuk itu langkah paling penting yang harus
ganjil untuk dapat menciptakan konflik lebih
dilakukan terlebih dahulu dalam mengajar
besar. Situasi ganjil adalah suatu peristiwa
agar terjadi perubahan konseptual adalah
atau situasi yang tidak bisa diterangkan oleh
membuat para siswa sadar akan gagasannya
konsepsi
yang
yang
tidak
ditujukan
agar
para
siswa
siswa
sekarang
menjadi
tetapi
lebih
dapat
sendiri tentang topik atau peristiwa yang 23
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 11-26 diterangkan
oleh
konsep
yang
sedang
dipelajari.
telah ada. Dalam keadaan demikian orang
Menurut Piaget (Komala, 2008), belajar
sama sekali tidak cocok dengan skema yang
adalah
pengaturan
diri,
akan mengadakan akomodasi.
yang
Akomodasi
terjadi
untuk
dilakukan sesorang dalam mengatasi konflik
membentuk skema baru yang cocok dengan
kognitif. Konflik kognitif timbul pada saat
rangsangan yang baru atau memodifikasi
terjadi ketidakseimbangan (disquilibration)
skema yang telah ada sehingga cocok dengan
antara informasi
rangsangan itu. Menurut Pieget adaptasi
yang diterima dengan
struktur kognitif yang dimilikinya. Menurut
merupakan
pandangan konstruktivisme, konflik atau kon-
asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses
tradiksi merupakan hal yang penting dalam
asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan
memfasilitasi perubahan konsep yang terjadi
adaptasi
pada siswa. Champagne, et al. (Sholikhin,
terjadilah
2009) menyatakan, metode pembelajaran
ketidakseimbangan
yang diharapkan dapat memfasilitasi proses
akomodasi dan struktur kognitf yang akan
belajar pada diri siswa adalah dengan
mengalami
menciptakan konflik yang menghadapkan
struktur
siswa pada situasi ganjil dan ide yang
kesetimbangan maka individu akan berada
bertentangan dengan konsep yang ada pada
pada tingkat yang lebih tinggi daripada
struktur
sebelumnya.
kognitifnya,
sehingga
terjadinya perubahan konsep
memicu
suatu
kesetimbangan
terhadap
lingkungannya,
ketidakseimbangan.
yang
terjadilah
atau
baru.
maka Akibat
maka
perubahan
antara
munculnya
Bila
terjadi
pengetahuan
Proses pembelajaran biologi antara
awal siswa menuju pemahaman konsep yang
kelompok eksperimen 1 dan kelompok
lebih ilmiah.
eksperimen 2 menunjukkan perbedaan yang
Fase
Ketiga,
mengupayakan kognitif.
merupakan
terjadinya
Seseorang
tidak
fase
akomodasi
cukup signifikan. Kelompok eksperimen 2 mendapat
peluang
lebih
banyak
untuk
dapat
menekan tingkat miskonsepsi dibandingkan
mengasimilasikan pengalaman yang baru
dengan kelompok eksperimen 1. Hal ini
dengan skema yang telah dimiliki ketika
dikarenakan
menghadapi rangsangan atau pengalaman
konstruktivis-kolaboratif
baru. Pengalaman yang baru itu bisa jadi
kesempatan untuk mengembangkan motivasi
pada
pembelajaran siswa
diberi
24
Yunita Rahmawati-Studi Komparasi Tingkat Miskonsepsi dengan Pembelajaran Konstruktivisme Tipe Novick dan Konstruktvis-Kolaboratif dalam
mempelajari
kolaboratif
suatu
topik
(heterogen)
secara sehingga
tipe Novick
dapat menurunkan tingkat
miskonsepsi siswa sebanyak 18.00 %.
memungkinkan terjadinya proses scaffolding melalui tutorial teman sebaya dan adanya penghargaan
terhadap
terbaik
Berdasarkan penelitian yang telah
mendorong peserta didik bersemangat dalam
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
kegiatan pembelajaran sehingga
mampu
sebagai berikut: 1). Terdapat perbedaan
mengubah konsepsi awal menuju konsep
tingkat miskonsepsi siswa pada pembelajaran
ilmiah. Aktivitas pada kelompok eksperimen
melalui pembelajaran konstruktivisme tipe
1 dengan menerapkan model pembelajaran
Novick dan konstruktivis-kolaboratif pada
konstruktivisme tipe Novick
cenderung
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4 Surakarta.
individual karena kelompok yang terbentuk
2). Penerapan model pembelajaran kons-
secara acak sehingga tidak terjadi proses
truktivis-kolaboratif
scaffolding
melalui tutorial teman sebaya.
mengurangi tingkat miskonsepsi siswa pada
Menurut (Prayitno, 2011), scaffolding atau
pembelajaran Biologi kelas XI IPA SMA
pemagangan kognitif mengacu pada proses,
Negeri
dimana seseorang belajar secara tahap demi
2012/2013 dibanding pembelajaran dengan
tahap dalam memperoleh pemahaman dan
konstruktivisme tipe Novick. 3). Model
keahlian dalam suatu hal melalai interaksi
pembelajaran konstruktivis-kolaboratif lebih
dengan orang atau teman sebaya yang telah
berpotensi
menguasai suatu permasalahan.
miskonsepsi dikarenakan a) Pembentukkan
Berdasarkan menunjukkan
tim
SIMPULAN
hasil
bahwa
penelitian
penerapan
model
4
lebih
Surakarta
dalam
berpotensi
tahun
pelajaran
mengurangi
tingkat
akomodasi siswa dilakukan secara kolaboratif pada
tim
yang
memiliki
pembelajaran konstruktivisme tipe Novick
heterogen
dak
dalam
melalui tutorial sebaya terfasilitasi dengan
menurunkan
baik. b). Pembelajaran konstruktivis kolabo-
tingkat miskonsepsi siswa. Pembelajaran
ratif memberi kebebasan kepada siswa untuk
konstruktivis-kolaboratif dapat menurunkan
mengkonstruk
tingkat miskonsepsi siswa sebanyak 24.27%,
kolaboratif
sedangkan pembelajaran
menghasilkan
konstruktivis-kolaboratif
pembelajaran
biologi
dapat
konstruktivisme
sehingga
proses
kemampuan scaffolding
pengetahuannya
secara
yang mendorong siswa untuk banyak
gagasan
dan 25
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 7, No 3, hal 11-26 pemahaman siswa dapat meningkat. 3). Adanya fase regoknisi tim memberikan hasil akhir yang maksimal pada setiap peserta didik untuk berlomba-lomba mendapatkan poin
sebanyak-banyaknya
sehingga
mendapatkan penghargaan terbaik di fase
Berbasis Konstruktivis-Kolaboratif untuk Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis dan Memperkecil Kesenjangan Prestasi Belajar Antara Siswa Berkemampuan Akademik Atas Dan Bawah. Karya Ilmiah Pendidikan. Tim Pengembang Penelitian pendidikan Prodi Biologi Universitas Sebelas Maret.
terakhir. DAFTAR PUSTAKA Berg, V.D. (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Dahar, R. (2011). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga Komala. (2008). Kemampuan Pemecahan Masalah Metematika Siswa SMK Melalui Model Pembelajaran MindMap. Skripsi tidak dipublikasikan. FKIP Universitas Lampung. Novick & Nusbaum, J. (1982). Alternative Frameworks, Conceptual Conflict And Accommodation. Toward A Principled Teaching Strategy (journal instructional Science Volume 11, Number 3/Desember, 1982)
Sidauruk, S. (1999). Miskonsepsi siswa SMU Negeri Kotamadya Palangkaraya terhadap Konsep Materi, Hukum kekelan Massa, dan Sistem Periodik. Jurnal Kependidikan, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang. Solikhin, J.R. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Novick untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMP. Skripsi tidak dipublikasikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Suparno, P. (2005). Miskonsepsi Dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: Grassindo
Prayitno, B. A., Bowo, S.& Suciati. (2011). Proses Schafolding dan Pengonstruksian Ketrampilan Metakognitif dalam Aktivitas Model Pembelajaran INSTAD pada Mata Pelajaran Biologi. Karya Ilmiah Pendidikan. Tim Pengembang Penelitian pendidikan Prodi Biologi Universitas Sebelas Maret.
Prayitno, B. A., Bowo, S.& Suciati. (2012). Efektifitas Model Pembelajaran 26