JURNAL PENELITIAN VOL. 11
BUDIDAYA JAMUR MENGGUNAKAN KUMBUNG OTOMATIS UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA SEBAGAI KETAHANAN EKONOMI WILAYAH DALAM RANGKA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Oleh: Cyrilla Indri Parwati & Maulana Subhan
ABSTRACT Improving the welfare of society, especially among households is very important. One way of improving the welfare is by mushroom cultivation. Mushroom cultivation does not require a large space and is not costly. This research uses the “kumbung” that can work automatically in controlling the temperature and humidity needed by the fungus to keep blooming and growing. Based on the research, the mushroom’s growing environment is about 30.34ºC temperatures and 81.49% humidity. Mushroom yields obtained from the automatic kumbung with dimensions 120cm200cm50cm (highlongwide) with 3 shelves of growing media can reach about 10-12 kg of mushroom for each harvest period ( 10-12 days), and for 3 times of harvest period in a month, then 1 automatic kumbung with a size above is able to provide results from Rp 750.000 to Rp 900.000 per month if the price of the edible mushroom in Yogyakarta is around Rp 25.000/kg and the value of BEP (Break Even Point) is Rp. 10.343.574,13 or 11.5 months of pay-back period. Keywords: cultivation, mushroom, automatic kumbung, BEP.
A. Pendahuluan Peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya di kalangan rumah tangga sangat penting dilakukan. Salah satu cara peningkatan kesejahteraan tersebut dengan berbudidaya jamur salah satunya jamur merang. Budidaya jamur merang dapat memberikan lebih banyak kesempatan usaha dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakat, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat secara umum (Hagutami, 2001). Selain dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, budidaya jamur merang juga mempunyai nilai gizi yang tinggi, mineral yang terkandung dalam jamur merang lebih tinggi dibandingkan dengan yang terkandung dalam daging sapi dan domba. Kandungan protein jamur merang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein pada tumbuhan lain secara umum (Gengers, 1982). Selama ini sistem budidaya jamur dilakukan dengan memanfaatkan kumbung yang kapasitasnya besar, sehingga tidak efektif bila dilakukan di lingkungan perkotaan yang lahannya sempit. Konsep pemakaian kumbungpun kurang sesuai jika tanpa memperhatikan suhu dan kelembabannya karena adanya pengaruh lingkungan luar kumbung yang nilai adiabatisnya sangat kurang, sehingga akan mengakibatkan kegagalan dalam panen. Untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam budidaya jamur merang ini dilakukan penelitian untuk membuat suatu pengkondisian suhu dan kelembaban kumbung jamur secara otomatis, sehingga dapat meningkatkan produksi. Pada penelitian ini digunakan jamur merang, dengan sistem pembuatan kumbung jamur merang secara otomatis yang memperhatikan kondisi suhu (temperatur) dan kelembaban relatif (relative humidity) akan menunjang tumbuhnya jamur merang dengan baik sehingga akan memperoleh hasil yang optimal. Selain itu dengan adanya kumbung otomatis budidaya jamur merang tidak membutuhkan lahan yang luas serta tidak membutuhkan modal yang besar dan jika memahami prosedur pemeliharaan maka tingkat kegagalannya relatif kecil. Dengan usia panen rata–rata 2 minggu semenjak tanam dan pemeliharaan yang optimal akan cepat menghasilkan keuntungan.
B. Tujuan dan Manfaat Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang dan membuat teknologi kumbung otomatis dengan mempertimbangkan perubahan suhu dan kelembaban sehingga dapat digunakan dalam lingkungan yang tidak memerlukan lahan yang luas. Mengetahui unjuk kerja kumbung otomatis budidaya jamur merang dan kelayakan alat kumbung otomatis berdasarkan BEP (Break Even Point). Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan bagi masyarakat awam mengenal adanya rekayasa teknologi berupa kumbung jamur merang otomatis yang dapat memberikan solusi untuk kesejahteraan masyarakat dan 4
memberikan gambaran secara nyata tentang budidaya jamur merang menggunakan kumbung otomatis untuk lahan yang terbatas serta mengetahui nilai kelayakan kumbung otomatis berdasarkan nilai BEP (Break Even Point).
C. Tinjauan Pustaka 1. Budidaya Jamur Merang Kebutuhan dan kesadaran masyarakat terhadap bahan makanan bergizi semakin meningkat, yang disebabkan oleh membaiknya pemahaman masyarakat tentang makanan bergizi bagi kesehatan. Kondisi ini ditunjang pula dengan meningkatnya daya beli masyarakat terhadap suatu produk pertanian seperti jamur merang (Volvariella volvaceae), selain itu ditambahkan bahwa mineral yang terkandung dalam jamur merang lebih tinggi dibandingkan dengan yang terkandung dalam daging sapi dan domba. Kandungan protein jamur merang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein pada tumbuh–tumbuhan lain secara umum (Gengers,1982). Masa panen budidaya jamur merang relatif singkat, yaitu sekitar satu bulan sampai dengan tiga bulan sehingga perputaran modal yang ditanam pada usaha ini berlangsung cukup cepat. Selain itu, bahan baku untuk produksi jamur merang relatif mudah didapat, dan pengusahaannya tidak membutuhkan lahan yang luas. Oleh sebab itu, komoditas jamur merang ini dapat memberikan lebih banyak kesempatan kerja dalam upaya peningkatkan ekonomi masyarakat petani, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan petani secara umum (Hagutami, 2001). Kebutuhan jamur merang di pasaran luar negeri yang semakin meningkat menyebabkan budidaya jamur merang mempunyai prospek yang cukup cerah. Singapura misalnya, membutuhkan 100 ton jamur merang setiap bulan dan Malaysia membutuhkan jamur merang sekitar 15 ton tiap minggunya (Sinaga, 2001). Di Indonesia jamur merang mempunyai prospek sangat baik untuk dikembangkan, baik untuk ekspor maupun konsumsi dalam negeri. Kebutuhan jamur merang di pasaran dalam negeri mempunyai prospek yang sangat cerah. Kebutuhan di Bandung, dan sekitarnya rata-rata 15 ton setiap harinya (Sinaga, 2001). Kebutuhan jamur merang untuk kota Denpasar berkisar 500 kg tiap hari, sedangkan produksi jamur merang yang dihasilkan di Denpasar dan Bandung hanya 300 kg tiap hari (Hagutami, 2001). Setiap jenis jamur memerlukan syarat tumbuh yang berbeda-beda. Jamur merang merupakan jamur yang tumbuh di daerah tropika dan membutuhkan suhu dan kelembaban yang cukup tinggi berkisar antara 30ºC sampai dengan 38ºC dalam krudung atau kumbung (Agus, 2002). Kelembaban relatif yang diperlukan adalah berkisar antara 80% sampai dengan 85% serta kebutuhan akan pH media tumbuh berkisar antara pH 5,0 sampai dengan pH 8,0 (Sinaga, 2001). Kebanyakan jenis jamur lebih toleran pada keadaan pH masam daripada pH basa (Wirakusuma, 1989). Budidaya jamur merang terbagi menjadi dua tahapan, yaitu tahap sterilisasi media tanam dari segala macam bakteri dan parasit yang dikenal dengan tahap pasteurisasi dan tahap pemeliharaan atau pembudidayaan jamur pada media tanam. Proses pasteurisasi adalah proses pemanasan kompos atau media untuk tempat tumbuhnya jamur, media kompos dipanaskan dengan keadaan ruang kumbung jamur tertutup rapat. Proses pemeliharaan adalah proses dimana jamur mulai tumbuh dan berkembangbiak, artinya pada masa ini jamur harus benar–benar dirawat dan dijaga (Hagutami, 2001). Manfaat yang diperoleh dari budidaya jamur ditinjau dari sisi kesehatan terkait pada nilai kandungan gizinya. Walaupun tidak setinggi protein hewani seperti ikan atau telur, tetapi kandungannya hampir sebanding dengan protein susu, jagung atau kacang–kacangan dan lebih tinggi dari protein sayur daun, sayuran berumbi atau wortel dan buah–buahan. Selain mengandung protein, pada jamur seperti jamur merang juga mengandung beberapa vitamin penting untuk kesehatan. Walaupun tidak mengandung vitamin A, tetapi kandungan ribovlamin, tiamin dan asam nikotinnya cukup tinggi, juga kandungan kalsium dan fosfornya tinggi, sedangkan kalori dan kolesterolnya rendah sehingga seringkali jamur dikatakan sebagai makanan pelangsing (Agus, 2002).
2. Sistem Kumbung Otomatis Supaya kumbung bisa dikendalikan kondisi lingkungannya, dibutuhkan perangkat elektronis yang akan mengatur kerja dari sistem pengkondisi yang digunakan, misalnya pemanasan–pendinginan–pengembunan. Piranti elektronis pada kumbung tersusun menjadi beberapa bagian, yaitu sensor yang terdiri dari sensor suhu dan sensor kelembaban. Sensor suhu akan mengukur suhu ruang dalam kumbung dan data hasil pengukuran oleh sensor akan dikirim menuju unit pengendali utama untuk diolah lebih lanjut dalam menentukan aksi berikutnya. Sensor kelembaban akan mengukur tingkat kandungan air dalam udara baik nilai absolutnya maupun nilai relatifnya. Aktuator berfungsi sebagai media pengkondisi ruang kumbung. Unit ini terdiri dari perangkat pemanas yang berguna untuk menaikkan suhu media tanam kompos jika suhu pada media tanam kompos jatuh pada nilai kritis. Unit pendingin atau pengering berfungsi untuk mendinginkan atau mengeringkan udara pada ruang kumbung
JURNAL PENELITIAN VOL. 11 jika suhunya melebihi nilai kritis dan atau kelembabannya melebihi nilai kritis. Unit pengembunan berfungsi untuk menaikkan nilai kelembaban relatif (RH) dari ruang kumbung jika terjadi penurunan nilai kandungan air di udara akibat pengaruh suhu. Pengendali utama menggunakan Mikrokontroler ATMega 8535L sebagai (otak) pengendali utama, mikrokontroler AVR ini menggunakan teknologi RISC semua instruksi berukuran 16 bit sebagian besar dieksekusi dalam 1 siklus clock (Wardhana, 2006). Penampil berfungsi untuk menampilkan nilai dari hasil pengukuran sensor terkini, baik suhu maupun kelembaban. Adapun penampil yang digunakan adalah LCD Display. Karena LCD Display merupakan salah satu media yang digunakan sebagai penampil pada sistem berbasis mikrokontroler (Wasito, 2004).
3. Analisa Kelayakan Usaha Suatu usaha yang akan dijalankan diharapkan dapat memberikan penghasilan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pencapaian tujuan usaha harus memenuhi beberapa kriteria kelayakan usaha. Artinya, jika diihat dari segi bisnis, suatu usaha sebelum dijalankan harus dinilai pantas atau tidak untuk dijalankan. Pantas artinya layak atau akan memberikan keuntungan dan manfaat yang maksimal (Virjilius, 2007). Salah satu penilainya adalah dengan mencari nilai Break Even Point (BEP). BEP merupakan suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik yang menunjukkan biaya atau satuan lain yang dikeluarkan suatu perusahaan sama dengan pendapatan perusahaan (Subagyo, 2007). Analisis ini mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume. BEP akan muncul dalam suatu perusahaan jika perusahaan mempunyai biaya variabel dan biaya tetap. BEP menyatakan volume penjualan dimana total penghasilan tepat sama besarnya dengan total biaya, sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak menderita kerugian (Kasmir, 2009).
D. Metodologi Penelitian Rancangan sistem dalam penelitian ini merupakan disain low cost yang berorientasi pada disain sederhana namun memiliki tingkat keakurasian tinggi yang dapat mengukur dan mengendalikan suhu dan kelembaban secara otomatis.
DISPLAY PEMANTAU VISUAL
Pengkondisi Udara SENSOR SUHU & KELEMBABAN
Pengendali Utama (mikroprosesor)
Kipas Pengembun
DI DALAM KUMBUNG
Gambar 1. Blok Diagram Elektronik Pengendali Sistem Kumbung Langkah–langkah penelitian yang dilakukan melalui tahap–tahap sebagai berikut: 1.
2.
6
Survei Lokasi, dilakukan untuk mencari data awal yang dilakukan pada proses pembuatan kumbung otomatis budidaya jamur dengan mengambil data suhu dan kelembaban yang terjadi pada model kumbung jamur tradisional milik para petani yang sudah terbukti mampu menghasilkan panen jamur dengan hasil maksimal. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan perubahan suhu dan kelembaban tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam pengaturan alat, baik waktu, suhu, dan kelembaban untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Data pengamatan dilakukan pada 3 waktu yang berbeda yaitu pagi, sore dan malam. Riset Perangkat, dilakukan setelah ide dasar penelitian diperoleh, kemudian dengan menganalisis karakteristik kerja dan kesesuaian dari tiap–tiap komponen pendukung ide perancangan sehingga diperoleh rancangan awal yang mantap dan optimal baik dari segi mekanis, elektronis maupun ergonomisnya.
3.
4.
5.
6.
7.
Desain dan Simulasi Sistem, berdasarkan hasil dari riset perangkat yang telah dievaluasi, dilanjutkan dengan desain sistem yang mencakup desain mekanis, elektronis dan perangkat lunaknya. Desain mekanis dilakukan dengan target optimalisasi dimensi fisik (panjang, lebar, tinggi) dari alat yang dirancang menggunakan piranti perangkat lunak AUTOCAD®, disain elektronis dilakukan dengan target pemilihan komponen yang tepat ditinjau dari penggunaan daya yang rendah dan reliabilitas terhadap kondisi lingkungan yang baik serta penerapan komponen pada papan tercetak (PCB) menggunakan piranti perangkat lunak DIPTRACE®, dan disain perangkat lunak dengan target pemilihan algoritma pengendalian yang tepat menggunakan piranti perangkat lunak BASCOM®. Tahapan simulasi hanya bisa dilakukan pada hasil disain elektronis dan pada hasil disain perangkat lunak. Untuk simulasi elektronis menggunakan piranti perangkat lunak MULTISIM® yang menganalisa konsumsi daya dan karakteristik elektronisnya. Untuk menguji algoritma pengendalian oleh mikrokontroler digunakan piranti perangkat lunak BASCOM® SIMULATOR. Uji Parsial Sistem, pengujian secara parsial pada sistem yang telah direalisasikan secara utuh akan membantu untuk melokalisasi kesalahan saat terjadi kesalahan pada waktu realisasi karya, sehingga dari pengujian–pengujian parsial pada bagian–bagian sistemnya akan bisa diketahui secara detail letak kesalahan yang terjadi. Pengujian Terakhir, dipastikan secara uji parsial tidak terdapat kesalahan maka selanjutnya dilakukan pengujian menyeluruh terhadap sistem sebagai tahap terakhir untuk mengetahui kerja dari alat penelitian apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan. Kombinasi pola kerja dari alat bisa dicari dengan mengubah perangkat lunak mikrokontroler hingga diperoleh hasil yang terbaik. Tahap Budidaya Jamur, pada proses budidaya jamur terbagi menjadi dua tahapan, yaitu tahap sterilisasi media tanam dari segala macam bakteri dan parasit yang dikenal dengan tahap pasteurisasi dan tahap pemeliharaan atau pembudidayaan jamur pada media tanam. Proses pasteurisasi adalah proses pemanasan kompos atau media untuk tempat tumbuhnya jamur, media kompos dipanaskan dengan keadaan ruang kumbung jamur tertutup rapat. Proses pemeliharaan adalah proses dimana jamur mulai tumbuh dan berkembangbiak, artinya pada masa ini jamur harus benar–benar dirawat dan dijaga. Analisis Kelayakan Usaha, dilakukan dengan menghitung nilai BEP (Break Even Point) apakah usaha tersebut layak dilakukan atau tidak.
E. Hasil Penelitian Pengambilan data suhu dan kelembaban kumbung petani yang sudah terbukti mampu menghasilkan panen jamur dengan hasil maksimal pada 3 waktu yang berbeda, yaitu pagi, sore dan malam digunakan untuk menganalisa data suhu dan kelembaban yang akan digunakan pada pengendali elektronis, sehingga suhu dan kelembaban pada kumbung hasil perancangan bekerja secara otomatis atau adaptif. Hasil pengumpulan suhu pada kumbung petani pada pagi, siang, sore dan malam hari rata–rata suhunya antara 29ºC sampai 34ºC. Sedangkan kelembaban yang terjadi antara 67% sampai 79%. Sistem elektronis sebagai pengendali utama dari kumbung akan melakukan 2 tahapan dalam setiap kali siklus budidaya jamur, yaitu tahap pasteurisasi dan tahap pemeliharaan. Proses pasteurisasi adalah proses pemanasan kompos atau media untuk tempat tumbuhnya jamur dan proses pemeliharaan adalah proses dimana jamur mulai tumbuh dan berkembangbiak. Proses ini menggunakan pemanas air. Penggunaan pemanas air bertujuan untuk memperoleh uap panas hasil dari pemanasan air yang dilakukan oleh pemanas air. Proses ini berlangsung selama 5 jam. Media kompos dipanaskan dengan keadaan ruang kumbung jamur tertutup rapat. Suhu pada proses ini dikondisikan antara 50ºC sampai 60ºC, dengan kelembaban mencapai 100%. Apabila suhu naik mencapai 60ºC maka pemanas air akan dipadamkan, dan apabila suhu turun mencapai 50ºC maka pemanas air dihidupkan lagi. Tahap selanjutnya adalah proses pemeliharaan, artinya pada masa ini jamur harus benar–benar dirawat dan dijaga. Pada masa ini suhu dan kelembaban jamur harus dikondisikan, yaitu suhu dalam kumbung jamur dijaga antara 28ºC sampai 32ºC dan kelembabannya antara 80% sampai 90%. Proses ini akan berlangsung selama 12 hari atau 288 jam. Apabila proses telah mencapai waktu sekian, maka semua aktuator akan dipadamkan. Kumbung dalam penelitian ini terbuat dari bahan adiabatis dari kayu jati, harapannya dengan bahan adiabatis kondisi di luar kumbung tidak bisa mempengaruhi kondisi di dalam kumbung sehingga iklim yang dibutuhkan jamur untuk tumbuh secara optimal bisa dikendalikan sepenuhnya oleh sistem kumbung. Dimensi dari kumbung adalah (tinggipanjanglebar adalah 120cm200cm50cm). Dari kumbung otomatis ini diperoleh suhu rata–rata 28ºC sampai 32ºC sehingga kumbung ini layak untuk tumbuh kembang jamur merang. Sedangkan kelembaban yang diperoleh sebesar 80% sampai 82.7% sehingga dalam hal kelembabanpun layak untuk budidaya jamur merang.
JURNAL PENELITIAN VOL. 11 Hasil perhitungan kelayakan usaha budidaya jamur merang menggunakan kumbung otomatis dengan dimensi kumbung seperti di atas adalah: Investasi (biaya tetap)
: Rp. 4.200.000,00
Biaya operasional per bulan
: Rp. 534.555,56
Penjualan jamur per periode
: Rp. 900.000,00
Keuntungan
: Rp. 365.444,44
Pay Back Period (titik balik modal/titik impas)
: 11,5 bulan
𝐵𝐸𝑃 (𝑄) =
𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐶𝑜𝑠𝑡 4.200.000 = = 413,7 𝐾𝑔 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 − 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡 25.000 − 14.848,77
𝐵𝐸𝑃 (𝑅𝑝) =
8
𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐶𝑜𝑠𝑡 4.200.000 = = 𝑅𝑝 10.343.574,13 14.848,77 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝐶𝑜𝑠𝑡 1− 1− 25.000 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒
START
Int
Cek Jam
Heater Hidup
Tampilkan Suhu
tidak
Jika suhu >= 60oC ?
Cek Jam
ya Jika waktu >= 5 jam ?
Heater Mati
ya
Tampilkan Suhu
Jika suhu <= 50oC ? ya
tidak
tidak Cek Jam
Jika waktu >= 5 jam ? ya END
Gambar 2. Diagram Alir Pengendalian Proses Pasteurisasi
tidak
JURNAL PENELITIAN VOL. 11 START
Int
Cek Jam
Tampilkan Suhu (T) dan Kelembaban (RH)
Jika T > 32 oC RH >80% ? ya
tidak
Jika T > 32 oC RH < 80% ?
SP off EX on
ya SP on EX on
tidak
Jika T < 32 oC RH < 80% ? ya SP on EX off
tidak
Jika T = 32 oC RH < 80% ? ya SP on EX off
tidak
Jika T = 32 oC RH > 80% ? ya
tidak
Jika T > 32 oC RH = 80% ?
SP off EX on
tidak
SP off EX off
ya SP off EX on
Cek Jam
Jika waktu >= 288 jam ?
tidak
ya END
Gambar 3. Diagram Alir Pengendalian Proses Pemeliharaan
F. Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Kesimpulan Pada penelitian ini terdapat berbagai pengetahuan yang muncul selama proses. Pengetahuan tersebut bersifat baru atau memperbaiki yang sudah ada berdasarkan pelaksanaan perancangan selama proses penelitian.
10
Pengetahuan yang bersifat baru tertuang berupa kesimpulan, dan pengetahuan yang bersifat memperbaiki tertuang dalam bentuk rekomendasi. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: a. b. c.
Terciptanya teknologi tepat guna berupa kumbung otomatis untuk budidaya jamur merang dengan pengukur suhu dan kelembaban udara menggunakan sistem elektronik berbasis mikrokontroler. Suhu rata–rata dari alat ini di waktu pagi, siang, sore, dan malam adalah 30.34ºC dan kelembaban rata–ratanya adalah 81.49% sehingga alat ini sesuai dengan jangkauan kelayakan dikarenakan sudah sesuai dengan suhu dan kelembaban yang terjadi pada model kumbung jamur tradisional milik para petani jamur. Jamur merang hasil panenan dari kumbung otomatis hasil penelitian dengan dimensi (tinggipanjanglebar adalah 120cm200cm50cm) dengan 3 buah rak media tanam mencapai sekitar 10-12 kg jamur merang untuk setiap periode panen ( setiap 10 hari), dan dalam satu bulan bisa terjadi 3 kali periode panen, maka untuk 1 kumbung otomatis mampu memberikan hasil senilai Rp 750.000 hingga Rp 900.000 setiap bulan jika harga jamur merang dari petani di Yogyakarta sekitar Rp 25.000/kg dan nilai BEP (Break Even Point) nya Rp. 10.343.574,13 atau 11.5 bulan.
2. Rekomendasi Konsep penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang adanya suatu teknologi rekayasa dalam berbudidaya jamur, yaitu adanya suatu alat berupa kumbung otomatis untuk budidaya jamur pada industri rumah tangga dengan pengukur suhu dan kelembaban udara menggunakan sistem elektronik berbasis mikrokontroler. Adapun rekomendasi kebijakan yang bisa dibuat adalah sebagai berikut: a.
b.
c.
d.
Bagi Dinas Perindagkoptan penelitian ini bisa sebagai masukkan kepada masyarakat khususnya di wilayah Yogyakarta, kelompok PKK, rumah tangga bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan juga peningkatan kesejahteraan masyarakat, yaitu dengan berbudidaya jamur merang menggunakan kumbung otomatis, sehingga nantinya akan tercipta suatu usaha rumah tangga di bidang agribisnis. Bagi stakeholder budidaya jamur merang ini tidak memerlukan lahan yang luas akan tetapi dapat dilaksanakan di lingkungan rumah karena kumbung ini telah diatur suhu dan temperaturnya sesuai dengan suhu dan temperatur pada kumbung petani jamur tradisional yang masih menggunakan lahan pertanian dan telah terbukti mampu menghasilkan panen jamur dengan hasil maksimal. Berdasarkan hasil analisa kelayakan usaha pada perhitungan nilai BEP (Break Even Point) sangat baik untuk dilakukan budidaya jamur dalam skala rumah tangga selain itu juga dapat meningkatkan gizi bagi masyarakat itu sendiri, karena dengan kumbung dimensi (tinggipanjanglebar adalah 120cm200cm50cm) dengan 3 buah rak media tanam mencapai sekitar 10-12 kg jamur merang untuk setiap periode panen ( setiap 10 hari), dan dalam satu bulan bisa terjadi 3 kali periode panen, maka untuk 1 kumbung otomatis mampu memberikan hasil senilai Rp 750.000 hingga Rp 900.000 setiap bulan jika harga jamur merang dari petani di Yogyakarta sekitar Rp 25.000/kg. Budidaya jamur merang ini sangat tepat bila dibudidayakan di wilayah Yogyakarta mengingat suhu yang dibutuhkan jamur merang untuk tumbuh berkisar antara 30.34oC dan kelembaban rata-ratanya adalah 81.49%.
Daftar Pustaka Agus, G.T.K., A. Dianawati, E.S. Irawan, & K. Miharja. (2002). Budidaya Jamur Konsumsi. Jakarta: Agromedia Pustaka. Gengers, R. (1982). Pedoman Berwiraswasta Bercocok Tanam Jamur. Bandung: Pionir Jaya. Hagutami. (2001). Budidaya Jamur Merang. Cianjur: Yapentra Hagutani. Kasmir. (2009). Studi Kelayakan Bisnis, Ed ke-2. Jakarta. Kencana Renada Media Group. Sinaga. (2001). Jamur Merang dan Budidayanya. Jakarta: Penebar Suadaya. S, Wasito. (2004). Vademekum Elektronika. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Subagyo. Ahmad. (2007). Studi Kelayakan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Wardhana. (2006). Belajar Sendiri Mikrokontroler Atmel AVR Seri ATMega8535 Simulasi, Hardware dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
JURNAL PENELITIAN VOL. 11 Wirakusuma, I P.G.A. (1989). Pengaruh Jenis Media dan Studi Benih Terhadap Pertumbuhan Miselia dan Produksi Jamur Merang. Denpasar: Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Virjilius. (2007). Studi Kelayakan Pabrik Bubuk Coklat di Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat. Kementerian Perindustrian Sekolah Tinggi Manajemen Industri. Jakarta.
12