PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
7.1 LATAR BELAKANG PENYUSUNAN Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang pada Kawasan pusat kota dan pusat pemerintahan adalah merupakan penjabaran lebih lanjut dari materi Rencana Umum Tata Ruang
Kawasan
Kota
Sei
Rampah
pada
kawasan
tertentu
yang
diprioritaskan
pengembangannya berdasarkan beberapa pertimbangan. Rencana Detail Tata Ruang pada Kawasan pusat kota dan pusat pemerintahan adalah rencana pemanfaatan ruang Bagian Wilayah Kota secara terperinci yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan di Kota Sei Rampah. Timbulnya suatu ide untuk membuat Rencana Detail Tata Ruang pada kawasan pusat kota dan pusat pemerintahan di Kota Sei Rampah didasari oleh fungsi dan peranan yang harus diemban oleh Kota Sei Rampah. Fungsi tersebut tidak terlepas dari penetapan Kota Sei Rampah sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai. Peningkatan status dan fungsi tersebut akan memberikan tekanan tambahan bagi kota ini, karena munculnya beberapa fasilitas baru yang mempunyai skala pelayanan lebih luas seperti kawasan pusat pemerintahan dan kawasan perdagangan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Munculnya kegiatan-kegiatan baru pada kawasan pusat Kota Sei Rampah akan membutuhkan ruang/lahan untuk pengembangannya. Meningkatnya kebutuhan akan ruang tersebut menimbulkan perubahan pada pola pemanfaatan ruang, seperti lahan pertanian berubah fungsi menjadi kawasan permukiman, kawasan permukiman berubah fungsi menjadi kawasan perdagangan. Jika hal tersebut tidak segera diarahkan maka dapat menyebabkan beberapa permasalahan perkotaan secara umum seperti : kurang tersedianya fasilitas pelayanan kota, meningkatnya masalah sosial dan kejahatan akibat kesenjangan ekonomi, kemacetan lalulintas, tata bangunan yang tidak teratur, konflik kepentingan, meluasnya kawasan kumuh dan menurunnya kualitas lingkungan hidup yang ditandai dengan meningkatnya polusi (air, tanah, udara). Oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang pada kawasan pusat kota (pusat perdagangan dan pemerintahan) yang disebut dengan istilah Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Pusat Kota.
Laporan Akhir
VII - 1
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
7.2 PENETAPAN WILAYAH PERENCANAAN Penetapan batas wilayah perencanaan untuk Rencana Detail pada Kawasan Pusat kota, ditetapkan atas beberapa pertimbangan, yaitu : •
Kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai;
•
Kawasan pusat kota yang ditandai dengan berkembangnya kegiatan jasa dan perdagangan seperti pasar, pertokoan, perbankkan dan sebagainya;
•
Kawasan permukiman yang berada disekitar kedua kawasan tersebut;
•
Kawasan yang mempunyai keterdesakan untuk dibuatkan rencana detailnya seperti kawasan permukiman padat, bercampurnya kawasan permukiman dengan kawasan industri, dominasi oleh kawasan terbangun dan sebagainya;
•
Kawasan yang mempunyai kelengkapan fasilitas seperti pendidikan, kesehatan, peribadatan, listrik, air bersih dan telepon;
•
Kawasan cadangan untuk pengembangan kota itu sendiri (kawasan pertanian dan perkebunan yang dapat dialih fungsikan menjadi kawasan perkotaan); Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, maka wilayah perencanaan Rencana Detail Tata
Ruang pada kawasan pusat kota dan pusat pemerintahan Kota Sei Rampah yang dianggap paling memenuhi kriteria adalah Desa Firdaus sebagai kawasan pemerintahan dan Desa Sei Rampah sebagai pusat kota dengan kegiatan utama sebagai jasa dan perdagangan. Kedua desa tersebut merupakan BWK Pusat Kota dengan luas wilayah sekitar : 1.174 Ha. Mengenai wilayah perencanaan Rencana Detail Tata Ruang pada kawasan pusat kota dan pusat pemerintahan Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 7.1 dan Gambar 7.2.
7.3 GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN RDTR Pada sub bab ini akan manyajikan data dan informasi mengenai berbagai fenomena kekotaan pada wilayah perencanaan (RDTR Pusat Kota) yang ada kaitannya dengan penelitian dan perencanaan kota dimaksud. Data dan informasi yang akan disajikan antara lain menyangkut kondisi fisik dasar, jaringan jalan, pemanfaatan bangunan dan peruntukkan penggunaan lahan dan lain sebagainya. Data dan informasi yang akan disajikan, menggunakan data primer (survey lapangan) yang sengaja dibuat dalam rangka penyusunan RDTR kawasan pusat kota dan pusat pemerintahan Kota Sei Rampah. Data primer dimaksudkan antara lain data tentang topografi, situasi dan penggunaan tanah yang dihasilkan melalui pemetaan wilayah perencanaan dan data tentang penyebaran lokasi kegiatan/bangunan disepanjang jalan melalui survey lapangan.
Laporan Akhir
VII - 2
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 3
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 4
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
7.3.1 Kondisi Fisik Dasar Tinjauan mengenai kondisi fisik wilayah yang akan dikemukakan adalah meliputi aspek topografi/kemiringan lereng, hidrologi, geologi/jenis tanah dan pola penggunaan tanah. Aspek tersebut akan mementukan daya dukung lahan serta daya tampung ruang fisik terhadap arah pengembangan suatu kota. Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut : a. Topografi dan Kemiringan Lereng Kondisi topografi suatu wilayah akan berpengaruh terhadap pola penggunaan lahan, dimana
topografi/kemiringan
lereng
merupakan
salah
satu
faktor
yang
akan
mempengaruhi terjadinya kerusakan sumber daya alam seperti terjadinya erosi, tanah terkikis, tanah longsor, terganggunya tata air, banjir dan lain sebagainya. Kawasan Perkotaan Sei Rampah terletak pada ketinggian 100 – 500 merter dari permukaan laut dan memiliki kemiringan lereng 0 - 2%. Dengan demikian maka kawasan ini tergolong relatih datar sehingga dapat dikembangkan sebagai kawasan perkotaan. b. Hidrologi Di Wilayah Perkotaan Sei Rampah khususnya di kawasan perencanaan RDTR terdapat sungai yang membelah Kota Sei Rampah menjadi dua bagian. Sungai tersebut adalah sungai Rampah. Menurut cerita sejarah orang-orang tua dahulu, sungai tersebut merupakan salah satu sarana perhubungan air bagi para nelayan dari Bedagai ke sungai Rampah. Dari cerita itu jugalah yang menyebutkan asal usulnya terjadi Kota Sei Rampah yang artinya Kota Sungai Rampah. c. Geologi dan Jenis Tanah Dilihat dari struktur batuannya pada umumnya di wilayah perencanaan RDTR kawasan pusat kota dan pusat pemerintahan didominasi oleh jenis batuan Andosit. Sedangkan jenis tanah yang mendominasi adalah jenis tanah Podsolik Merah Kuning, Latosol dan Litosol yang pada umumnya tedapat di Desa Firdaus. Sedangkan di Desa Sei Rampah umumnya didominasi oleh jenis tanah Latosol Coklat. d. Penggunaan Lahan (Land Use) Pola penggunaan lahan yang ada di kawasan perencanaan RDTR kawasan pusat kota dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu : penggunaan lahan
untuk kawasan
terbangun dan penggunaan lahan untuk kawasan non terbangun. Penggunaan lahan untuk kawasan terbangun terdiri dari permukiman, fasilitas umum (pendidikan, kesehatan, peribadatan, pemerintahan), kawasan perdagangan, industri maupun
Laporan Akhir
VII - 5
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
perternakan yang secara keseluruhan terdapat sekitar 350 Ha. Kawasan permukiman terdapat disepanjang jalan lintas nasional. Sedangkan kawasan perdagangan dan jasa umumnya terpusat disekitar desa Sei Rampah Pekan, terutama dipersimpangan jalan stasiun dan jalan bedagai. Untuk fasilitas sosial seperti pendidikan, kesehatan
dan
peribadatan sudah hampir merata terdapat diseluruh kota. Sedangkan penggunaan untuk kawasan industri dan perternakan walaupun sudah terdapat di kedua desa namun umumnya masih didominasi di Desa Firdaus. Sedangkan penggunaan lahan untuk kawasan non terbangun terdiri dari penggunaan untuk persawahan yang terdapat seluas 434 Ha, perkebunan 180 Ha dan penggunaan untuk ladang dan tegalan terdapat sekitar 210 Ha. Penggunaan lahan untuk persawahan umumnya tedapat di Desa Sei Rampah, sedangkan penggunaan lahan untuk perkebunan dan tegalan umumnya terdapat di Desa Firdaus. Kawasan ini umumnya terdapat didaerah pinggiran kota atau dibelakang kawasan permukiman. Untuk lebih jelasnya mengenai luas dan pola penggunaan lahan di Kawasan Perkotaan Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 7.3. 7.3.2 Keadaan Sosial dan Kependudukan Keadaan sosial dan kependudukan di wilayah perencanaan disajikan berdasarkan data primer (survei lapangan) dan data sekunder (data instansi) yang dipaduserasikan menjadi satu. Secara ringkas dapat diuraikan seperti sub bab berikut : a. Jumlah dan Perkembangan Penduduk Berdasarkan data yang
diperoleh 5 tahun
terakhir
dapat disimpulkan
bahwa
perkembangan jumlah penduduk di wilayah perencanaan RDTR tidak stabil tiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah dan perkembangan penduduk yang naik turun setiap tahunnya, terutama pada Desa Sei Rampah yang cenderung mengalami penurunan sebesar 1,02% setiap tahunnya. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2002 – 2003, yaitu pada tahun 2002 jumlah penduduk di Desa Rampah terdapat sebanyak 11.570 jiwa dan menurun menjadi 10.816 jiwa pada tahun 2003 atau mengalami penurunan sebesar 6,52% pertahun. Sedangkan untuk desa Firdaus penurunan jumlah penduduk terbesar terjadi pada tahun 2000 – 2001, yaitu pada tahun 2000 jumlah penduduk di Desa Firdaus terdapat sebanyak 9.257 jiwa dan menurun menjadi 9.148 jiwa pada tahun 2001 atau mengalami penurunan sebesar 1,18% pertahun. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah dan perkembangan penduduk di wilayah perencanaan RDTR Pusat Kota dapat dilihat pada Tabel VII.1.
Laporan Akhir
VII - 6
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 7
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
TABEL VII.1 JUMLAH DAN PERKEMBANGAN PENDUDUK DI WILAYAH PERENCANAAN RDTR TAHUN 2000 – 2005
No
Tahun
1 2 3
2000 2001 2002
Firdaus
Sei Rampah
Jumlah 9,257 9,148 9,185
% (1.18) 0.40
Jumlah 11,583 11,446 11,570
% (1.18) 1.08
4 2003 9,303 5 2004 9,372 6 2005 9,441 Pertumbuhan Rata-rata
1.28 0.74 0.74 0.40
10,816 10,900 10,983 -
(6.52) 0.78 0.76 (1.02)
Sumber : - Kecamatan Sei Rampah Dalam Angka Tahun 2000-2005
B. Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk yang terdapat di wilayah perencanaan RTDR adalah sebesar 20.424 Jiwa yang terdiri dari 9.441 jiwa di Desa Firdaus dan 10.983 jiwa di Desa Sei Rampah. Jika dikaitkan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah maka kepadatan penduduk di wilayah perencanaan sudah mencapai sekitar 17 Jiwa/Km2. Lihat Gambar 7.4. 7.3.3 Keadaan Fasilitas Umum Kota Fasilitas umum yang termasuk dalam wilayah perencanaan terdiri dari : fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas perkantoran dan pemerintahan maupun fasiltas rekreasi dan olah raga. A. Fasilitas Pendidikan Peyebaran fasilitas pendidikan di Wilayah Perencanaan umumnya terdapat di sekitar pusat kota seperti jalan lintas Medan – Tebing Tinggi. Fasilitas pendidikan tingkat SD terdapat pada Desa Firdaus 4 unit dan Desa Sei Rampah 9 unit. Fasilitas pendidikan setingkat SLTP hanya terdapat pada Desa Sei Rampah yaitu 4 unit. Fasilitas pendidikan setingkat SMU terdapat pada Desa Firdaus 2 unit dan Desa Sei Rampah 5 unit. Fasilitas pendidikan untuk MTs dan MA pada Desa Firdaus dan Desa Sei Rampah masing-masing terdapat 2 unit. Sedangkan fasilitas pendidikan setingkat SMK hanya terdapat pada Desa Sei Rampah yaitu 3 unit. Untuk lebih jelasnya mengenai penyebaran fasilitas pendidikan di wilayah perencanaan RDTR Pusat Kota dapat dilihat pada Gambar 7.5.
Laporan Akhir
VII - 8
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 9
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 10
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
B. Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan yang terdapat di wilayah perencanaan berjumlah 4 unit yaitu satu unit rumah sakit yang terdapat di Desa Sei Rampah, dua unit Puskesmas yang terdapat pada masing-masing desa dan satu unit poliklinik yang terdapat di Desa Sei Rampah. Mengenai penyebaran fasilitas kesehatan dapat dilihat pada Gambar 7.6. C. Fasilitas Peribadatan Penyebaran fasilitas peribadatan di wilayah perencanaan RDTR cukup merata. Hal ini dapat dilihat dari jumlah fasilitas peribadatan yang ada, baik di Desa Firdaus maupun di Desa Sei Rampah hampir sama terutama untuk Mesjid masing-masing terdapat 5 unit. Sedangkan untuk langgar terdapat 9 unit di Desa Firdaus dan 8 unit di Desa Sei Rampah. Untuk fasilitas peribadatan lainnya seperti Gereja terdapat 3 unit di Desa Sei Rampah dan 1 unit di Desa Firdaus, sedangkan untuk Vihara hanya terdapat di Desa Sei Rampah yaitu 3 unit. Lebih jelasnya lihat Gambar 7.7. D. Fasilitas Perdagangan dan Jasa Fasilitas perdagangan dan jasa yang terdapat di wilayah perencanaan RDTR terdiri dari 1 unit pasar tradisional tepatnya di Desa Sei Rampah berupa pasar setiap hari dan disekelilingnya
terdapat
pertokoan
sekitar
200
unit
yang
dimanfaatkan
untuk
perdagangan dan jasa seperti toko makanan, toko pakaian, perbankkan, salon, penjualan handphone dan voucher isi ulang dan sebagainya. Kegiatan perdagangan dan jasa di wilayah ini sudah berkembang secara pesat. Akan tetapi masih ada beberapa kegiatan jasa yang belum ada di wilayah ini seperti jasa penginapan dan perhotelan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.8. E. Fasilitas Perkantoran dan Pemerintahan Fasilitas perkantoran dan pemerintahan yang terdapat di wilayah perencanaan adalah perkantoran untuk Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai yang terdiri dari Kator Bupati dan kantor dinas-dinas yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai yang berada pada satu komplek. Akan tetapi tidak semua kantor dinas yang ada pada komplek tersebut, ada beberapa kantor dinas yang berada diluar kompleks seperti : Kantor BPN, Statistik, Dinas Pendidikan dan Kator Dinas PMA berada diluar kompleks. Selain kantor pemerintahan terdapat juga kantor-kantor swasta yang ada pada umumnya adalah berupa kantor/posko partai pemilu, kantor cabang PDAM dan kantor-kantor swasta lainnya. Untuk lebih jelasnya mengenai penyebaran fasilitas perkantoran di wilayah perencanaan RDTR dapat dilihat pada Gambar 7.9.
Laporan Akhir
VII - 11
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 12
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 13
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 14
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 15
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
7.3.4 Keadaan Utilitas Kota Utilitas kota merupakan salah satu prasarana umum yang distribusi pelayanannya membentuk suatu jaringan. Yang termasuk dalam jaringan utilitas adalah jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan air bersih, saluran air buangan dan drainase serta sistem persampahan yang terdapat di wilayah perencanaan. A. Jaringan Listrik Tuntutan akan kebutuhan listrik di wilayah perencanaan Kawasan Perkotaan Sei Rampah sudah terpenuhi. Hal ini tampak pada tiang-tiang jaringan listrik yang sudah terpasang pada tiap-tiap jalur transportasi menuju ke tempat permukiman penduduk. Begitu juga dengan trafo listrik yang tersebar di wilayah perencanaan. Berdasarkan data yang di peroleh dari kantor kecamatan jumlah pelanggan listrik yang terdapat di wilayah perencanaan pada tahun 2005 berjumlah sekitar 3.013 pelanggan, yang terdiri dari 1.124 pelanggan di Desa Firdaus dan 1.889 pelanggan di Desa Sei Rampah. Sampai saat ini jumlah pasokan listrik di wilayah perencanaan masih cukup untuk beberapa tahun ke depan. Untuk lebih jelasnya mengenai jaringan listrik di Wilayah Perencanaan dapat dilihat pada Gambar 7.10. B. Jaringan telepon Jaringan telepon di wilayah perencanaan belum semua terpenuhi, hal ini tampak pada tiang-tiang jaringan telepon yang ada hanya terpasang pada jalan-jalan utama kota, seperti jalan lintas, jalan Perumnas, jalan Sidorejo, ,jalan Protokol, jaan SMA Negeri/Rambung Sialang, jalan Veteran, jalan stasiun, jalan Bedagai dan jalan Panglima Sudirman. Sedangkan jaringan telepon menuju ke tempat permukiman penduduk belum semuanya terpenuhi, akan tetapi jaringan telepon seluler telah ada jaringannya hingga keseluruh Wilayah Perencanaan. Mengenai jaringan telepon yang ada di wilayah perencanaan dapat dilihat pada Gambar 7.11. C. Jaringan Air Bersih Kebutuhan akan air bersih di wilayah perencanaan sudah dapat dilayani oleh PDAM Tirta Deli Cabang Lubuk Pakam, namun pelayanannya masih terbatas. Sampai saat ini wilayah pelayannnya hanya terbatas pada pusat kota saja. Sedangkan bagi penduduk yang belum mendapat pelayanan air bersih dari PADM menggunakan sumur sebagai pemenuhan air bersih sehari-hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.12.
Laporan Akhir
VII - 16
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 17
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 18
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 19
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
D. Saluran Air Buangan dan Drainase Saluran air buangan dan drainase sudah terdapat di wilayah perencanaan meskipun kondisinya masih belum memenuhi standart. Saluran air buangan dan drainase yang terdapat di wilayah perencanaan pada umumnya hanya terdapat pada jalan-jalan utama kota saja (Pekan Sei Rampah). Sedangkan pada jalan-jalan desa dan perkebunan tidak memiliki saluran drainase karena masih didominasi oleh penggunaan lahan non terbangun (perkebunan). Berdasarkan pengamatan di lapangan arah buangan air drainase tersebut dialirkan mengikuti kemiringan lereng yang ada yaitu ke arah Selatan (Sungai Rampah). Sebagian besar saluran air buangan dan drainase yang terdapat pada kawasan permukiman dikelola oleh masyarakat setempat atau pemilik bangunan. Adapun yang di kelola oleh pemerintah adalah sebagian saluran sepanjang jalan negara yang terdapat di pusat kota (simpang empat jalan stasiun). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.13. E. Persampahan Masyarakat di wilayah perencanaan khususnya di Perkotaan Sei Rampah, dalam pengelolaan
persampahan
masih
secara
tradisional
yaitu
dengan
melakukan
penimbunan atau pembakaran, untuk wilayah yang masih luas areal lahannya, hal tersebut masih dapat dilakukan, karena tidak mengganggu atau mengakibatkan polusi terhadap lingkungan sekitar. Adapun fasilitas persampahan yang disediakan oleh pemerintah seperti bak sampah dan tong sampah jumlahnya kurang memadai. Selain itu peletakan bak-bak sampah tersebut berada pada kawasan-kawasan tertentu saja seperti tong sampah yang terdapat di sekitar pekan Sei Rampah. 7.3.5 Kegiatan Perekonomian Kota Kegiatan perekonomian di Kawasan Perkotaan Sei Rampah belum begitu kompleks sifatnya. Akan tetapi secara kasat mata sudah terlihat tumbuhnya berbagai fasilitas dalam rangka pelayanan “tata niaga”. Fungsi perdagangan eceran kecil maupun eceran besar (pertokoan) sudah terlihat sehari-hari terutama dalam rangka penyelenggaraan proses distribusi barang-barang kepentingan penduduk ke desa-desa yang ada di sekitar Kawasan Perkotaan Sei Rampah atau desa-desa yang lebih jauh dari Kecamatan Sei Rampah. Kegiatan proses distribusi dan koleksi hasil-hasil pertanian dai dan ke kawasan belakang tampaknya sudah mulai berkembang.
Laporan Akhir
VII - 20
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 21
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
A. Kegiatan Perdagangan Grosir dan Eceran Kegiatan perdagangan grosir dan eceran berkembang pesat di pusat kota (Pekan Sei Rampah). Hal ini terbukti dari banyaknya bangunan dengan fungsi perdagangan, seperti toko, pertokoan, pasar, warung dan kedai. Perdagangan grosir dan eceran tumbuh dan berkembang baik dalam rangka pelayanan kebutuhan masyarakat atau penduduk kota, juga melayani kebutuhan masyarakat di kawasan yang lebih luas disekitar kota maupun diluar wilayah kota. B. Kegiatan Jasa - Jasa Kegiatan jasa-jasa di Kawasan Perkotaan Sei Rampah sudah mulai tumbuh dan berkembang, namun intensitasnya masih relatip kecil. Kegiatan jasa-jasa yang sudah ada diantaranya adalah seperti perbankkan, wartel, salon, penjualan voucher telepon selular maupun pelayanan bengkel (show room) kenderaan bermotor roda 4 dan 2. C. Kegiatan Pertanian Kegiatan sektor pertanian masih merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian Kawasan Perkotaan Sei Rampah. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar lahan yang ada di Kawasan Perkotaan Sei Rampah adalah merupakan lahan pertanian (sawah) yang mempunyai produksi cukup tinggi. D. Kegiatan Perkebunan Sama halnya dengan kegiatan pertanian, kegiatan perkebunan juga masih mendominasi wilayah Kota Sei Rampah. Hal ini disebabkan karena diwilayah belakang/hinterland Kota Sei Rampah merupakan kawasan perkebunan yang cukup luas. E. Kegiatan Industri Karena wilayah di sekitar Kota Sei Rampah mempunyai potensi yang cukup besar dalam sektor pertanian dan perkebunan, maka kegiatan industri di Kota Sei Rampah saat ini sudah mulai berkembang, terutama industri kilang padi. F. Kegiatan Perternakan Kegiatan perternakan di Kota Sei Rampah juga berkembang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya usaha masyarakat dalam sektor perternakan, baik perternakan besar maupun perternakan kecil, terutama perternakan unggas, seperti ternak ayam pedaging, ayam petelur, ayam buras dan itik. Penyebaran perternakan ini umumnya terdapat di Desa Firdaus. Untuk lebih jelasnya mengenai penyebaran kegiatan industri dan perternakan di Wilayah Perencanaan RDTR Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 7.14.
Laporan Akhir
VII - 22
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 23
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
7.3.6 Struktur Kota Wilayah Perencanaan Pembentuk struktur tata ruang di wilayah perencanaan terdiri dari dua komponen elemen utama, yaitu elemen kegiatan perdagangan dan jasa yang terdapat di Desa Sei Rampah dan elemen kegiatan pemerintahan yang terdapat di Desa Firdaus. Selain kedua elemen utama tesebut, elemen-lemen utama lainnya yang turut memberikan struktur ruang kota antara lain : •
Kawasan pendidikan dan kesehatan;
•
Jaringan jalan;
•
Permukiman dan
•
Kegiatan industri. Sedangkan elemen pelayanan lainnya yang berskala lokal belum menunjukkan
adanya pengaruh yang cukup luas terhadap bentuk struktur ruang kota, kecuali dipengaruhi oleh jaringan jalan dan adanya elemen pendidikan tingkat menengah dan kondisi topoggrafi. 1.
Keadaan Penggunaan Ruang Keadaan penggunaan ruang di Wilayah Perencanaan Kawasan Perkotaan Sei Rampah dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bagian penggunaan ruang yaitu : penggunaan ruang untuk kawasan sudah terbangun dan penggunan ruang untuk kawasan yang belum terbangun. Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut : a. Penggunaan Ruang Kawasan Terbangun Kawasan terbangun di Kawasan Perkotaan Sei Rampah berupa bangunanbangunan atau peruntukan bangunan yang banyak ditemui disepanjang jalan-jalan utama. Penduduk dalam mengambil lokasi baik bagi tempat tinggal maupun tempat berusaha selalu berorientasi kepada jaringan jalan yang sudah ada. Kawasan terbangun di Kota Sei Rampah saat ini sebenarnya adalah hasil dari perkembangan lanjut permukiman linier yang tumbuh di sepanjang jalan kota. Penggunaan lahan untuk kawasan terbangun di wilayah perencanaan terdapat sekitar 350 ha (30 %) dari luas keseluruhan wilayah perencanaan. Penggunaan tersebut umumnya berupa penggunaan untuk kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran/pemerintahan, pemukiman, fasilitas sosial (pendidikan, kesehatan, peribadatan), industri dan perternaan. Secara fisik alam dasar sebenarnya secara umum tidak terdapat elemen fisik yang dapat menjadi kendala dalam upaya perluasan kawasan terbangun di Kawasan Perkotaan Sei Rampah.
Laporan Akhir
VII - 24
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
b. Penggunaan Ruang Kawasan Tidak Terbangun Penggunaan ruang untuk kawasan non terbangun adalah penggunaan lahan yang diatasnya belum ada bangunan fisik. Penggunaan ruang untuk kawasan non terbangun tersebut umumnya adalah merupakan lahan pertanian dan perkebunan. Penggunaan lahan bagi kawasan tidak terbangun di wilayah perencanaan terdiri dari persawahan, perkebunan dan kebun campuran (ladang/tegalan) yang keseluruhannya memiliki luas 824 ha atau sekitar 70% dari luas keseluruhan wilayah perencanaan. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur tata ruang eksisting Kawasan Perkotaan Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 7.15. 2. Konstruksi dan Kondisi Bangunan Pada umumnya sebagian besar bangunan rumah tinggal yang terdapat diwilayah perencanaan terdiri dari bangunan dengan konstruksi batu. Dari hasil survey diperoleh data bahwa disepanjang jalan kota terdapat bangunan-bangunan yang terdiri dari bangunan terbuat dari batu terutama yang terdapat pada pusat kota. Kawasan pusat kota merupakan kawasan utama perkembangan Kawasan Perkotaan Sei Rampah ternyata sebagian besar bangunan yang terletak di kiri dan kanan sepanjang jalan lintas masih ada bangunan - bangunan peninggalan jaman Belanda dengan konstruksi beton/batu. Bangunan - bangunan yang berfungsi sebagai rumah dan toko pada pusat kota pada umumnya terdiri dari bangunan dengan konsepsi bangunan ganda maupun rendeng. Sedangkan rumah tunggal pada umumnya terdapat pada kawasan-kawasan diluar pusat kota (Desa Firdaus). Berdasarkan konstruksinya jumlah bangunan permanen masih relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah bangunan semi permanen. Dari 3.433 unit bangunan yang terdapat di wilayah perencanaan, maka bangunan permanen terdapat sebanyak 859 unit (25%), semi permanen 2.394 unit (70%) dan bangunan darurat 180 unit (5%).
Laporan Akhir
VII - 25
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 26
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
3. Kepadatan Bangunan Kawasan Perkotaan Sei Rampah khususnya di pusat kota bangunan-bangunan yang ada
terdiri
dari
bangunan
perdagangan,
perkantoran,
perumahan
pendidikan,
peribadatan dan kesehatan. Bangunan-bangunan tersebut hampir terkonsenterasi di pusat kota, sehingga kepadatan bangunan tertinggi terdapat pada pusat kota. Pada wilayah perencanaan yang mempunyai luas sekitar 1.174 ha, luas wilayah yang telah terbangun terdapat seluas 350 ha (30 %) dari luas keseluruhan wilayah perencanaan dan untuk wilayah yang belum terbangun luasnya adalah 824 ha (70 %) dari luas wilayah perencanaan. Jika dilihat perbandingan antara penggunaan lahan terbangun dan penggunaan lahan belum terbangun terlihat bahwa daerah yang belum terbangun lebih besar dari daerah sudah terbangun. Dilihat dari perkembangan daerahnya bahwa pada
wilayah
perencanaan
masih
sangat
memungkinkan
bagi
perkembangan
selanjutnya dimasa yang akan datang baik diperuntukkan untuk pemukiman atau bangunan lainnya. 4. Ketinggian Bangunan Ketinggian bangunan sering juga disebut dengan istilah Koefisien Lantai Bangunan (KLB) yaitu ketinggian bangunan yang dihitung berdasarkan jumlah lantainya. Keadaan ketinggian bangunan pada umumnya sangat berkaitan dengan keadaan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yaitu perbandingan antara luas persil (lahan) dengan luas bangunan. KDB 40% artinya 40% dari luas persil (lahan) telah dimanfaatkan untuk bangunan, sedangkan sisanya 60% dari luas lahan masih kosong, biasanya dimanfaatkan untuk halaman pekarangan yang juga dapat berfungsi sebagai ruang terbuka. Berdasarkan keadaan tersebut serta dibandingkan dengan keadaan bangunan yang ada di Wilayah Perencanaan maka dapat disimpulkan bahwa bangunan yang berada di Pusat Kota umumnya merupakan bangunan permanen yang memiliki ketinggian 2 (dua) sampai 3 (tiga) lantai serta memiliki KDB sekitar 80%. Hal ini menggambarkan bahwa pada daerah ini umumnya hampir tidak memiliki halaman (ruang terbuka) karena telah habis dipakai untuk dasar bangunan. Beda halnya dengan daerah diluar pusat kota yang memiliki ketinggian bangunan hanya satu lantai. Kondisi bangunannya juga umumnya merupakan bangunan semi permanen. Pada daerah ini masih memiliki KDB sekitar 40% sampai dengan 60%. Berarti pada daerah ini masih terdapat sekitar 40% sampai dengan 60% dari luas persil (lahannya) yang dimanfaatkan untuk ruang terbuka/halaman. Atau dengan kata lain bangunan yang pada daerah ini masih merupakan bangunan tunggal dan memiliki halaman yang luas.
Laporan Akhir
VII - 27
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
7.3.6 Sistem Transportasi Sistem transportasi di wilayah perencanaan cukup baik hal ini terbukti dari banyaknya transportasi yang beroperasi di wilayah perencanaan diantaranya jenis bus, mini bus, truk, sepeda motor, sepeda dan jenis angkutan lainnya, serta didukung oleh jaringan jalan yang memadai. A. Kondisi Jaringan Jalan Kondisi jaringan jalan di wilayah perencanaan sebagian besar baik seperti jalan negara (Medan – Tebing Tinggi) dan jalan antar Kecamatan (jalan Pelidaan dan jalan Bedagai) dengan kondisi jalan aspal hotmixs. Untuk jalan desa atau jalan lingkungan hanya sebagian kecil saja yang sudah diaspal, sebagian lagi masih berupa jalan diperkeras/batu dan jalan tanah, karena pada umumnya jalan jalan ini adalah merupakan jalan-jalan perkebuanan. Mengenai jaringan jalan di Wilayah Perencanaan RDTR dapat dilihat pada Gambar 7.16. B. Arah dan Pola Lalulintas Arah dan pola lalu lintas yang terdapat di wilayah perencanaan seluruhnya dua arah, baik jalan negara maupun jalan kabupaten. Jalur-jalur yang dilintasi oleh angkutan umum (bus) hanya sebatas jalan negara saja, di luar itu moda yang di gunakan adalah RBT dan becak sebagai aksesibilitas tarsportasi penumpang untuk memasuki kawasan permukiman. Namun jalur tersebut tidak menentu atau belum ada rute yang khusus. Untuk lebih jelas mengenai arah dan pola lalu lintas di Kawasan Perkotaan Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 7.17. 7.4 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAN PERWUJUDAN RUANG KAWASAN Berdasarkan uraian gambaran umum diatas, serta dari hasil pengamatan awal lapangan maka dapat diuraikan beberapa permasalahan pengembangan Kota Sei Rampah. Permasalahan-permasalahan yang akan ditinjau tersebut lebih ditekankan kepada permasalahan-permasalahan yang akan mempengaruhi struktur tata ruang dan pola penggunaan lahan Kota Sei Rampah. Elemen-elemen utama yang membentuk struktur tata ruang dan pola penggunaan lahan Kota Sei Rampah adalah kawasan perdagangan dan kawasan pemerintahan serta jaringan jalan yang ada. Dengan demikian maka permasalahan utama Kota Sei Rampah dapat diuraikan sebagai berikut :
Laporan Akhir
VII - 28
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 29
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 30
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
7.4.1 Permasalahan Fisik Tata Ruang Untuk menciptakan suatu kota yang baik dan serasi, salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah kondisi fisik wilayahnya. Kendala-kendala fisik wilayah perlu mendapat perhatian sehingga terjadi keserasian antara lingkungan binaan dan alam. Permasalahan perkembangan fisik yang dihadapi oleh Kota Sei Rampah tentunya dipengaruhi oleh kondisi fisik internal dan eksternal kawasan tersebut. Adapun hasil identifikasi permasalahan fisik di Kota Sei Rampah dapat diurakan sebagai berikut : A. Topografi dan Kemiringan Lereng Berdasarkan pengamatan di lapangan, keadaan topografi dan kemiringan lereng di wilayah perencanaan pada umumnya relatif datar dengan kemiringan antara 0 -2% dan berada pada ketinggian antara 50 – 100 meter diatas permukaan laut. Keadaan ini sangat cocok untuk pengembangan kawasan permukiman dan pengembangan perkotaan. Akan tetapi kawasan dengan kemiringan lereng yang datar juga mempunyai permasalahan dalam pengembangannya, yaitu :
Kawasan yang relatif datar umumnya dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan yang cukup produktif sehingga sulit untuk dialih fungsikan menjadi lahan perkotaan karena akan membutuhkan biaya yang cukup tinggi;
Kawasan yang relatif datar rawan akan banjir sehingga perlu penanganan khusus dalam saluran air buangan dan sistem drainasenya;
B. Kondisi Hidrologi Dengan adanya sungai Rampah yang membelah Kawasan Perkotaan Sei Rampah maka secara tak langsung keberadaannya juga dapat menjadi potensi dan sekaligus juga menjadi permasalahan bagi pengembangan Kawasan Perkotaan Sei Rampah. Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan keadaan kondisi hidrologi di Kota Sei Rampah dapat diuraikan sebagai berikut :
Kawasan perdagangan dan jasa (pusat kota) di Sei Rampah Pekan berada dekat dengan Sungai Rampah, jika tidak diantipasi maka sepanjang sempadan sungai dikhawatir akan berubah menjadi kawasan terbangun;
Kawasan persawahan disekitar Kota Sei Rampah umumnya merupakan sawah yang mempunyai saluran irigasi, sehingga sulit untuk dialih fungsikan menjadi kawasan perkotaan.
Laporan Akhir
VII - 31
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
C. Pola Penggunaan Lahan Keadaan penggunaan lahan di Wilayah Perencanaan belum tertata dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari terkonsentrasinya semua kegiatan pada pusat kota dan sepanjang jalan lintas nasional. Sedangkan pada daerah pinggiran kota umumnya masih merupakan lahan kosong/kawasan non terbangun yang dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan. Hal ini akan menyebabkan tingkat kepadatan baik penduduk maupun bangunan di pusat kota cukup tinggi. Jika tidak segera ditata maka dapat menyebabkan kekumuhan dan kesemrautan. Permasalahan utama penggunaan lahan yang dihadapi antara lain :
Terkonsentrasinya
kegiatan
kota
pada
pusat
kota
(Pekan
Sei
Rampah)
menyebabkan kepadatan bangunan pada kawasan ini cukup tinggi;
Kegiatan permukiman berada disepanjang jalan nasional yang merupakan jalan dengan
kecepatan
tinggi
(60
Km/jam)
sehingga
tidak
disarankan
untuk
dikembangkan sebagai kawasan permukiman, perdagangan maupun kegiatan pemerintahan;
Masih bercampurnya semua jenis kegiatan. Untuk lebih jelasnya mengenai permasalahan fisik Kota Sei Rampah dapat dilihat
pada Gambar 7.18. 7.4.2 Kondisi Sarana dan Prasarana Perkotaan Permasalahan pengembangan sarana dan prasarana kota di Kota Sei Rampah meliputi : -
Belum tersedianya sistem pengolahan sampah. Pengolahan sampah sebagian besar masih memanfaatkan lahan-lahan kosong dan terbatasnya Tempat Penampungan Sementara (TPS);
-
Pelayanan air bersih dari PDAM masih sangat terbatas;
-
Jaringan jalan terutama jalan desa dan lingkungan masih banyak yang rusak;
-
Fasilitas telekomunikasi/telepon hanya terpusat pada pusat kota saja;
-
Pelayanan Listrik oleh PT. PLN kepada masyarakat masih rendah.
-
Saluran drainase yang ada masih memanfaatkan saluran alami; Untuk lebih jelasnya mengenai permasalahan sarana dan prasarana di Kota Sei
Rampah dapat dilihat pada Gambar 7.19.
Laporan Akhir
VII - 32
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 33
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 34
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
7.4.3 Permasalahan Transportasi Permasalahan transportasi di Kota Sei Rampah adalah belum baiknya hirarki jalan yang ada. Kawasan ini tidak memiliki jalan lokal, yang berfungsi sebagai jalur alternatif untuk menampung pergerakan pada jalan lintas nasional. Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
Jalan lintas nasional yang berfungsi sebagai jalan arteri primer masih melintasi pusat kota dan pusat kegiatan kota sehingga menimbulkan problem transportasi yang cukup besar, seperti kemacetan lalu lintas;
Belum ada jalan elak untuk mengalihkan jalan lintas nasional;
Belum ada route lalu lintas angkutan umum pada seluruh kawasan permukiman;
Rambu-rambu lalulintas juga masih sangat minim;
Belum tersedianya terminal dan sub terminal sehingga pemberhentian angkutan masih disembarang tempat; Untuk lebih jelasnya mengenai permasalahan transportasi di Kota Sei Rampah dapat
dilihat pada Gambar 7.20. 7.4.4 Perkembangan dan Distribusi Penduduk Berkaitan dengan hal di atas, permasalahan kependudukan yang dihadapi oleh Kota Sei Rampah meliputi : -
Belum adanya sikap dan prilaku masyarakat yang adaptif terhadap budaya perkotaan, karena basis ekonomi masih bertumpu pada sektor pertanian dan perkebunan;
-
Laju pertumbuhan penduduk relatif tidak stabil dan cenderung menurun tiap tahunnya;
-
Persebaran penduduk tidak merata (distribusi penduduk terbesar umumnya masih berada pada pusat-pusat kegiatan).
Laporan Akhir
VII - 35
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 36
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
7.5 RENCANA DETAIL TATA RUANG PUSAT KOTA DAN PUSAT PEMERINTAHAN 7.5.1 Rencana Pembagian Blok Peruntukan Pembagian Blok Peruntukan ini dilakukan dengan membagai kawasan perencanaan menjadi beberapa unit lingkungan yang lebih kecil dimana setiap unit lingkungan tersebut dilayani oleh satu Pusat Lingkungan atau Pusat Blok. Pada prinsipnya pembagian Blok Peruntukan tersebut dimaksudkan untuk menjapai pola pengembangan dan pelayanan struktur kota secara hirarkis, sehingga diperoleh pemanfaatan ruang yang optimal dalam wilayah perancanaan. Selain itu hirarki blok peruntukan ini akan mempermudah usaha penyebaran jenis dan jumlah sarana dan prasarana kegiatan yang akan menunjang kegiatan penduduk pada wilayah perencanaan. Blok Peruntukan disini merupakan unit satuan pemukiman yang menampung jumlah penduduk dengan batasan “memiliki kemampuan” dalam memenuhi fasilitas untuk kebutuhan penduduknya. Komponen kegiatan blok peruntukan tersebut adalah kegiatan permukiman dengan beberapa komponen pendukungnya. Dengan dikondisikannya pembagian ruang kota kedalam beberapa blok peruntukan, diharapkan akan terjadi suatu pola interraksi keruangan yang seimbang dan merata, terutama dalam sistem pelayanan berbagai komponen kegiatan yang ada. Mengingat kedalaman materi pekerjaan ini adalah Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), maka pembagian blok peruntukan disini akan disajikan hingga rencana pembagian unit lingkungan. Secara garis besar tujuannya adalah untuk mengefesienkan pelayanan hingga terjangkau oleh semua penduduknya serta sebagai alat untuk menciptakan mekanisme kehidupan perkotaan yang baik. Sejalan dengan tujuan diatas, untuk mengantisipasi perkembangan kota dimasa mendatang dapat ditentukan pembagian blok peruntukan, dengan menggunakan beberapa dasar pertimbangan antara lain :
Batas administrasi desa;
Batas fisik alam dan buatan;
Skala pelayanan fasilitas;
Persebaran dan kepadatan penduduk;
Keberadaan fasilitas dan pusat lingkungan yang ada. Dengan tujuan untuk mengefesienkan pelayanan serta mewujudkan mekanisme
kegiatan yang seimbang, maka wilayah pusat kota dan pusat pemerintahan dibagi menjadi 14 blok peruntukan. Untuk lebih jelasnya mengenai pembagian blok peruntukan dapat dilihat pada Gambar 7.21.
Laporan Akhir
VII - 37
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 38
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
7.5.2 Rencana Struktur Tata Ruang Struktur ruang adalah susunan dan tatanan komponen-komponen lingkungan alam, lingkungan binaan dan lingkungan sosial yang secara hirarkis dan fungsional berhubungan satu sama lain membentuk tata ruang. Perencanaan struktur ruang sebagai kegiatan penyusunan rencana tata ruang, menitikberatkan pada pengaturan hirarki terhadap pusatpusat permukiman dan pusat-pusat pelayanan barang dan jasa melalui keterkaitan sistem prasarana, serta mendeliniasi wilayah pelayanan masing-masing pusat pelayanan. 7.5.2.1 Rencana Distribusi Penduduk Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, bahwa perkiraan penduduk pada wilayah perencanaan RDTR hingga tahun 2016 diperkirakan sebesar 21.562 jiwa. Jika dibandingkan dengan luas wilayah perencanaan sebesar 1.174 Ha maka sampai dengan tahun 2016 kepadatan penduduk di wilayah perencanaan mencapai 18 jiwa/ha. Dengan demikian maka kepadatan penduduk di wilayah perencanaan masih tergolong rendah. Rencana pendistribusian penduduk di wilayah perencanaan RDTR hingga akhir tahun perencanaan (tahun 2016) sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dituju, yaitu penyebaran dan pemerataan penduduk keseluruh wilayah perencanaan sehingga penduduk di kawasan pusat kota (jasa dan perdagangan) tidak terlalu padat. Rencana distribusi penduduk ini disesuaikan dengan orientasi dan kecenderungan perkembangan fisik perkotaan, rencana alokasi kawasan permukiman serta fasilitas pendukungnya serta daya dampung dari masing-masing blok peruntukan. Dengan demikian maka rencana distribusi penduduk pada wilayah perencanaan dapat dilihat pada Tabel VII.2. TABEL VII.2 RENCANA DISTRIBUSI PENDUDUK DI WILAYAH PERENCANAAN TAHUN 2016 No I 1 2 3 4 5 6 7 II 1 2 3 4 5 6 7
Nomor Blok Firdaus F-1 F-2 F-3 F-4 F-5 F-6 F-7 Sei Rampah SR - 1 SR - 2 SR - 3 SR - 4 SR - 5 SR - 6 SR - 7 Jumlah
Luas (Ha) 534.00 58.14 58.11 76.91 60.37 78.68 108.38 93.41 640 48.75 103.93 103.31 71.34 87.04 134.61 91.02 1174.00
Distribusi Penduduk (Jiwa) 9,967 1,085 1,085 1,436 1,127 1,469 2,023 1,743 11,595 883 1,883 1,872 1,292 1,577 2,439 1,649 21,562
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha) 19 19 19 19 19 19 19 19 18 18 18 18 18 18 18 18 18
Keterangan Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Sumber : Hasil Analisis
Laporan Akhir
VII - 39
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
7.5.2.2 Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan Perencanaan struktur pelayanan kegiatan kawasan perkotaan pada dasarnya disusun berdasarkan tiga pertimbangan, yaitu aktivitas, tahapan pengembangan, serta kondisi lingkungan. Aktivitas di sini berarti kegiatan penduduk di wilayah perencanaan dalam melakukan proses kehidupan sehari-hari, termasuk di dalamnya kondisi kependudukannya itu sendiri. Tahapan pengembangan di sini menyangkut seberapa kebutuhan dari penduduk setempat dan para pelaku pembangunan lainnya dalam mengembangkan wilayah perencanaan. Dalam hal ini pengembangan tersebut haruslah mempertimbangkan aspek yang ketiga yaitu lingkungan. Berdasarkan aspek lingkungan inilah dapat diketahui kendalakendala alami dan buatan (termasuk preservasi dan konservasi) yang harus diperhitungkan, sehingga rencana pengembangan yang dilakukan tetap memperhatikan keserasian dan keselarasan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pengembangan struktur pelayanan kegiatan pada wilayah perencanaan RDTR diarahkan untuk menjaga keseimbagan pertumbuhan antar kawasan serta didukung oleh pusat-pusat pertumbuhan yang lebih kecil (pusat blok). Pengembangan struktur pelayanan kegiatan pada wilayah perencanaan dikembangkan melalui 1 (satu) pusat pertumbuhan utama (pusat Kota), satu pusat pertumbuhan yang berfungsi sebagai Pusat Lingkungan dan 14 (empat belas) pusat pertumbuhan yang berfungsi sebagai Pusat Blok. Pusat Kota dikembangkan sebagai kota jenjang pertama dan Pusat Lingkungan merupakan kota jenjang kedua, serta pusat-pusat blok merupakan kota jenjang ketiga. Tata jenjang dan fungsi dari setiap pusat-pusat pelayanan dapat diuraikan sebagai berikut : A Pusat Kota, merupakan jenjang I, dengan fungsi dan skala pelayanan sebagai berikut : Pusat Kota terletak di jalan arteri sekunder mempunyai fasilitas yang paling lengkap dibandingkan dengan Pusat Lingkungan dan Pusat Blok. Pusat Kota diarahkan pada Desa Sei Rampah Pekan. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan pada pusat ini antara lain :
Perdagangan sampai dengan perdagangan regional seperti pasar induk, pertokoan, swalayan dan sebagainya;
Kegiatan jasa-jasa seperti perbankkan, asuransi, perhotelan dan sebagainya;
Pendidikan sampai dengan perguruan tinggi (akademi dan diploma);
Kesehatan sampai dengan rumah sakit umum swasta:
Perumahan dan permukiman;
Laporan Akhir
VII - 40
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
B. Pusat Lingkungan, merupakan kota jenjang II, dengan fungsi dan skala pelayanan sebagai berikut : Pusat Lingkungan berorientasi ke Pusat Kota yang mempunyai fasilitas pelayanan hampir sama dengan Pusat Kota, namun mempunyai kegiatan yang berbeda. Pusat Kota lebih diarahkan sebagai pusat perdagangan dan jasa regional, sedangkan Pusat Lingkungan lebih diarahkan sebagai Pusat Pemerintahan Kabupaten dan Pusat Pelayanan Sosial. Kedua pusat ini mempunyai skala pelayanan yang sama, yaitu skala pelayanan regional. Pusat Lingkungan terletak di jalan arteri sekunder. Pusat Lingkungan ini dikembangkan pada Desa Firdaus. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan pada pusat ini antara lain :
Perkantoran pemerintahan kabupaten, kecamatan dan desa serta bangunan umum lainnya;
Pendidikan sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas;
Kesehatan sampai dengan rumah sakit umum type c;
Perdagangan skala kota dan lingkungan;
Pelayanan rekreasi dan olah raga skala kota dan lingkungan;
C. Pusat Blok dengan ciri dan fungsi sebagai berikut : Pusat Blok berorientasi ke Pusat Kota dan Pusat Lingkungan, yang terletak di jalan Kolektor dan Lokal yang berfungsi menghubungkan pusat blok dengan pusat kota dan pusat lingkungan atau pusat blok dengan pusat blok lainnya. Pusat Blok juga berfungsi sebagai pelayanan langsung jasa distribusi barang-barang kebutuhan untuk kebutuhan sehari-hari. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan pada pusat ini antara lain :
Kegiatan jasa dan perdagangan skala lingkungan;
Pendidikan sampai dengan sekolah dasar;
Kesehatan skala lingkungan (posyandu, kadang-kadang sampai dengan puskesmas pembantu);
Pelayanan rekreasi dan olah raga skala lingkungan (taman dan lapangan olah raga);
Pelayanan rekreasi dan olah raga skala lingkungan (taman dan lapangan olah raga);
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana struktur pelayanan kegiatan di wilayah perencanaan RDTR Pusat Kota dapat dilihat pada Gambar 7.22.
Laporan Akhir
VII - 41
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 42
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
7.5.2.3 Rencana Sistem Jaringan Pergerakan Sistem jaringan pergerakan di wilayah perencanaan RDTR Pusat Kota terdiri dari angkutan jalan raya dan angkutan kereta api. Angkutan jalan raya yang terdapat di wilayah perencanaan terdiri dari pergerakan regional, lokal dan lingkungan. Rencana pengembangan sistem pergerakan di wilayah perencanaan yang akan ditinjau meliputi jaringan pergerakan dan sarana pendukungnya, seperti jaringan jalan, sub terminal dan perparkiran. Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut : A. Rencana Jaringan Jalan Rencana jaringan jalan yang akan dikembangkan adalah : rencana jalan lingkar dalam dan rencana jalan lokal. Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Rencana jalan lingkar dalam yang akan dikembangkan adalah ruas jalan mulai dari : Simpang Jalan Perumnas – menuju desa Firdaus Estate - menuju jalan SMA Negeri/Rambung Sialang –– menuju jalan Pelidaan – menuju jalan Mesjid – menuju kantor Telkom – menuju jalan Panglima Sudirman – menuju jalan Bedagai – menuju jalan Stasiun – menuju desa Sei Rejo – menuju jalan Sentosa Kebun Sayur – dan kembali ke persimpangan jalan Perumnas. 2. Rencana
jalan
lokal
yang
akan
dikembangkan
adalah
jalan-jalan
yang
menghubungkan pusat blok dengan pusat blok lainya atau pusat blok dengan kawasan permukiman; 3. Rencana jalan yang dibuat sedapat mungkin menghindari adanya pembonggkaran terhadap bangunan yang ada dan menggunakan trase jalan yang sudah ada seperti jalan-jalan perkebunan yang ada saat ini ditingkatkan menjadi jalan lokal, sedangkan jalan yang sudah ada tetap dipertahankan dan ditingkatkan fungsinya. B. Rencana Fungsi Jalan Rencana fungsi jalan yang akan dikembangkan terdiri dari tiga fungsi yakni jalan utama (primer), jalan pengumpan (sekunder) dan jalan lokal. Bagian-bagian jalan yang digolongkan dalam ke tiga fungsi ini diuraikan sebagai berikut : 1. Jalan Arteri Sekunder meliputi jalan negara. Lebar badan jalan yang direncanakan adalah : 9,7 Meter, yang terdiri dari : lajur 2 X @ 3,35 meter ditambah lebar bahu 2 X @ 1,5 meter; Lebar Damaja 9,7 meter, Damija 13,7 meter dan Dawasja 29,7 meter.
Laporan Akhir
VII - 43
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
2. Jalan Kolektor Sekunder meliputi jalan ; jalan Sidorejo, jalan Sentosa Kebun sayur, jalan Stasiun, jalan Mesjid, jalan Pelidaan, jalan SMA Negeri, jalan Perumnas dan jalan lingkar dalam. Lebar badan jalan yang direncanakan adalah : 9 Meter, yang terdiri dari : lajur 2 X @ 3,0 meter ditambah lebar bahu 2 X @ 1,5 meter; Lebar Damaja 9 meter, Damija 12 meter dan Dawasja 28 meter. 3. Jalan Lokal adalah semua jaringan jalan lain di luar tersebut di atas. Jalan-jalan lokal adalah jalan-jalan menuju komplek perumahan, perkantoran dan sekolah yang diperuntukkan untuk kenderaan bermotor roda tiga dan empat. Lebar badan jalan yang direncanakan adalah : 7 Meter, yang terdiri dari : satu lajur @ 3,0 meter ditambah lebar bahu 2 X @ 2,0 meter; Lebar Damaja 7 meter, Damija 9 meter dan Dawasja 15 meter. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana fungsi dan penampang jalan di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Tabel VII.3 dan Gambar 7.23 dan 7.24. TABEL VII.3 RENCANA PENAMPANG JALAN PADA WILAYAH PERENCANAAN RDTR Lebar Damaja (M)
Lebar Damija (M)
Lebar Dawasja (M)
Arteri Sekunder Kolektor Sekunder
9,70 9,0
13,70 12,00
29,70 28,00
Lokal
7,0
9,00
15,00
No
Ruas Jalan
Fungsi
1 2
Jalan Negara Jalan Sidorejo, jalan Sentosa Kebun sayur, jalan Stasiun, jalan Mesjid, jalan Pelidaan, jalan SMA Negeri, jalan Perumnas dan jalan lingkar dalam Jalan Lainnya
3
Sumber : Rencana
B. Terminal Salah satu penunjang sistem transportasi jalan adalah tersedianya fasilitas terminal, baik yang melayani lingkup regional ataupun lokal (kota kecamatan). Berdasarkan fungsinya sebagai kota pusat pemerintahan kabupaten, sudah sepantasnya di Kota Sei Rampah direncanakan satu unit terminal. Akan tetapi mengingat jaraknya dengan terminal terdekat (Lubuk Pakam dan Tebing Tinggi) maka terminal yang dikembangkan di Kota Sei Rampah adalah sub terminal type c yang dialokasikan di desa Sei Rampah Pekan.
Laporan Akhir
VII - 44
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 45
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 46
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
C. Angkutan Kereta Api Pada wilayah perencanaan Kota Sei Rampah terdapat jaringan kereta api yang melintasi wilayah perencanaan. Jaringan kereta api tersebut telah dilengkapi dengan stasiun kereta api dengan fasilitas yang minim. Dengan kondisi perkembangan yang ada maka pengembangan jaringan kereta api hingga saat ini masih memadai dan tetap dipertahankan seperti semula. Pengembangannya hanya diarahkan pada peningkatan fungsi stasiun, pemeliharaan dan perbaikannya saja. D. Rencana Perparkiran Secara umum pengendalian dan pengelolaan perparkiran diperlukan untuk mencegah atau menghilangkan hambatan lalu lintas, mengurangi kecelakaan, menciptakan sistem parkir yang efektif dan efisien, serta memelihara estetika lingkungan. Sehubungan dengan rencana penyediaan fasilitas parkir, sesuai dengan rencana pengembangan transportasi Kota Sei Rampah, akan dikembangkan 2 (dua) sistem parkir yaitu, sistem parkir di tepi jalan (on street parking) dan parkir khusus di luar jalan (off street parking). a. Sistem Parkir di Tepi Jalan (On Street Parking) Beberapa pertimbangan dilakukannya sistem parkir di tepi jalan pada suatu kawasan adalah :
Pada kawasan tersebut tidak tersedia lahan yang dapat dikembangkan sebagai areal parkir khusus di luar jalan;
Adanya kegiatan khusus yang menuntut fasilitas parkir yang relatif besar, sehingga disamping parkir khusus diluar jalan dikembangkan pula parkir di tepi jalan;
Jalan yang bersangkutan memungkinkan diterapkannya sistem parkir di tepi jalan dengan pengaturan sudut parkir (sejajar 30°, 45°, 60°, 90°).
Tidak bertentangan dengan jafan yang dirancang sebagai jalan bebas parkir, karena adanya pertimbangan direncanakannya jalan tersebut sebagai jalan dengan kecepatan rencana yang tinggi, keamanan lalulintas serta estetika lingkungan.
Rencana sistem parkir di tepi jalan di Wilayah Perencanaan RDTR dapat dikembangkan pada semua ruas jalan, kecuali pada ruas jalan Negara.
Laporan Akhir
VII - 47
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
b. Sistem Parkir Khusus di Luar Jalan (Off Street Parking) Areal parkir khusus di luar jalan diarahkan untuk digunakan pada pusat kegiatan komersial dan jasa perkantoran yang cukup tinggi, sehingga dapat dikelola dengan menejemen secara khusus dan akan dapat menghasilkan pendapatan dari pengelolaan parkir ini. Beberapa kegiatan yang diharuskan untuk menggunakan sistem parkir khusus ini adalah, kegiatan bangunan supermarket, perkantoran, pendidikan, kesehatan, pemerintahan, zona industri, hotel dan restoran, kegiatan perdagangan skala besar, show room, perbengkelan dan bank. Beberapa pertimbangan yang mendasari dilakukannya sistem parkir di luar jalan pada suatu kawasan adalah :
Pada kawasan tersebut masih memungkinkan dikembangkannya sistem parkir khusus diluar jalan, disebabkan masih tersedia lahan untuk pengembangan parkir khusus ataun parkir diluar jalan;
Kegiatan yang bersangkutan merupakan jenis kegiatan yang direkomondasikan dan diarahkan untuk membangun fasilitas parkir khusus di luar jalan (parkir khusus);
Jalan yang ada pada kawasan bersangkutan tidak memungkinkan diterapkannya sistem parkir di tepi jafan dengan menggunakan pengaturan sudut parkir di pinggir jalan (sejajar 30°, 45°, 60°, 90');
Ditetapkannya jalan tersebut sebagai jalan bebas parkir, karena adanya pertimbangan jalan tersebut direncanakan sebagai jalan dengan kecepatan rencana yang tinggi, keamanan lalulintas serta estetika lingkungan;
F. Rencana Trotoar Pengembangan trotoar di Kota Sei Rampah lebih diarahkan pada jalan Negara. Fasilitas lainnya yang perlu disediakan untuk pejalan kaki adalah penyediaan zebra cross (jalur penyeberangan jalan) untuk pejalan kaki yang akan menyeberang jalan. Pengadaan zebra cross diarahkan pada jalur jalan dan persimpangan jalan yang padat arus lalu lintas dan dilengkapi dengan rambu lalu lintas, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kecelakaan dan kemacetan lalu lintas. Titik-titik yang perlu di buat zebra crossnya antara lain pada kawasan pusat pemerintahan di desa Firdaus dan pada kawasan perdagangan di Desa Sei Rampah Pekan.
Laporan Akhir
VII - 48
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
7.5.3 Rencana Blok Pemanfaatan Ruang (Block Plan) Rencana Pemanfaatan Ruang Kota merupakan rencana fisik kota yang berorientasi kepada pengembangan dan perencanaan lingkungan seperti kawasan lindung dalam kota dan kawasan budidaya perkotaan. 7.5.3.1 Kawasan Lindung Dalam Kota Kawasan lindung yang terdapat di wilayah RDTR meliputi kawasan perlindungan setempat, seperti : sempadan sungai dan kawasan hijau kota. Sempadan sungai yang dimaksud adalah jalur hijau disepanjang kiri dan kanan sungai, sedangkan kawasan hijau kota adalah jalur hijau sepanjang rel kereta api dan ruang terbuka hijau kota. Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Jalur Hijau Sempadan Sungai Jalur hijau sempadan sungai yang ditetapkan di Kawasan Pusat Kota adalah sebesar 10 – 15 meter di kiri dan kanan untuk Sungai Rampah yang terdapat di Blok Perencanaan SR – 3 dan Blok Perencanaan SR - 6. 2. Jalur Hijau Sempadan Rel Kereta Api Jalur Hijau Sempadan Rel Kereta Api adalah jalur hijau sepanjang kiri dan kanan yang terdapat pada rel kereta api. Lebar jalur hijau Sempadan Rel Kereta Api ditetapkan sebesar 18 meter dikiri dan kanan rel kereta api. 3. Kawasan Hijau Kota Kawasan Hijau Kota yang akan dikembangkan antara lain adalah ruang terbuka hijau (RTH) kota yang meliputi taman, ruang terbuka dan lapangan olah raga. Taman kota akan dikembangkan pada setiap pusat blok dan pusat lingkungan yang dilengkapi dengan tempat bermain. Luasannya tergantung dari skala pelayanannya. Ruang terbuka terdiri dari ruang terbuka pemakaman dan ruang terbuka untuk alun-alun kota (lapangan terbuka). Ruang terbuka pemakaman terdapat di blok perencanaan SR-1, SR-2 dan Blok F-4. Untuk ruang terbuka alun-alun kota diarahkan di Lapangan Firdaus yang terdapat pada Blok Perencanaan F-3. 7.5.3.2 Kawasan Budidaya Perkotaan Kawasan budidaya yang dikembangkan pada wilayah perencanaan antara lain adalah : A. Kawasan Permukiman Kawasan permukiman terdiri dari tiga tipe jenis perumahan yaitu rumah besar, sedang dan kecil. Untuk perumahan besar diarahkan di jalan utama arteri sekunder yaitu pada
Laporan Akhir
VII - 49
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Blok Perencanaan dan pusat BWK, sedangkan perumahan sedang dan kecil diarahkan berada di sub pusat kota dan pusat lingkungan maupun antara pusat kota dengan subpusat kota. Pengembangan kawasan perumahan terutama diarahkan di Desa Firdaus terutama pada Blok F – 6 dan F – 4, B. Kawasan Fasilitas Pelayanan Umum Kawasan fasilitas pelayanan umum terdiri dari pendidikan, kesehatan dan peribadatan. Untuk fasilitas pelayanan umum skala kabupaten seperti kawasan pendidikan (SLTP hingga SLTA) diarahkan di Blok F – 6, Blok SR-1 dan Blok SR – 3. Kesehatan (Rumah Sakit) diarahkan di Blok F – 6 dan Blok SR – 1. Fasilitas pelayanan umum skala lingkungan seperti Taman, TK dan Posyandu diarahkan pada setiap pusat-pusat blok. C. Kawasan Fasilitas Perdagangan dan Jasa Kawasan fasilitas perdagangan dan Jasa regional yang terdiri dari pertokoan, pasar dan super market diarahkan pada Blok SR – 1 dan Blok SR-2. Untuk fasilitas perdagangan dan jasa skala lingkungan (warung dan kios) diarahkan pada pusat Blok dan lingkungan D. Kawasan Pemerintahan/Perkantoran Kawasan fasilitas pemerintahan/perkantoran yang terdiri dari kantor Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai dan sebagian kantor dinas/instansi yang ada dilingkungan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai saat ini ada di Blok F-7. Sedangkan kantor DPR dan Polres direncanakan berada di Blok F-5, dan sebagian lagi ada kantor pemerintahan yang berada di luar wilayah Kota Sei Rampah. Untuk itu maka dimasa mendatang diharapkan kawasan Kompleks Kantor Pemerintahan direncanakan berada di satu kawasan. Alokasi rencananya dapat diarahkan di Blok F-5 dan Blok F-3 di Desa Firdaus, tepatnya diperbatasan antara Kecamatan Sei Rampai dengan Kecamatan Teluk Mengkudu. E. Kawasan Campuran Kawasan Campuran adalah kawasan yang kegiatannya bercampur seperti ; rumah tinggal yang sekaligus sebagai tempat berjualan, rumah tinggal yang berfungsi sekaligus sebagai toko (ruko), rumah kantor (rukan) dan sebagainya. Kawasan campuran bersifat fleksibel yaitu dapat beralih fungsi dengan penggunaan yang di ijinkan/diperkenankan. Kawasan campuran berkembang mengikuti perkembangan fisik kota dan tidak dapat dicegah, akan tetapi dapat diatur melalui fleksibilitas pemanfaatan ruang dan pengaturan kepadatan, ketinggian maupun garis sempadan bangunannya. Kawasan campuran diperkirakan akan berkembang sepanjang jalan utama kota (jalan negara).
Laporan Akhir
VII - 50
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
E. Bangunan Umum Bangunan umum hampir sama dengan kawasan Campuran. Fungsinya dapat bercampur seperti : rumah tinggal, perkantoran, jasa dan perdagangan. Akan tetapi tidak dibenarkan bangunan yang berdempet/rendeng. Bangunan umum lebih ditekankan kepada peruntukan bangunan tunggal yang membutuhkan ruang terbuka lebih besar seperti perhotelan, rumah makan dan sebaginya. Sedangkan kawasan campuran lebih ditekankan pada peruntukan bangunan rendeng/berdempet seperti ruko. Mengenai Rencana Pemanfaatan Ruang untuk wilayah RDTR Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Tabel VII.4 dan Gambar 7.25. TABEL VII.4 RENCANA PEMANFAATAN RUANG PADA SETIAP BLOK PERENCANAAN DI WILAYAH PERENCANAAN RDTR TAHUN 2016 No I
Nomor Blok
Rencana Pemanfaatan Ruang
Desa Firdaus
Luas (Ha) 534,00
1
F–1
Permukiman, fasilitas umum skala lingkungan dan jalur hijau.
58,14
2
F-2
Permukiman, fasilitas umum skala lingkungan dan jalur hijau.
58,11
3
F-3
Permukiman, kawasan pemerintahan, fasilitas umum skala BWK, kawasan campuran, jalur hijau dan ruang terbuka hijau
76,91
4
F-4
Permukiman, kawasan campuran, fasilitas umum skala lingungan, jalur hijau dan ruang terbuka hijau
60,37
5
F-5
Permukiman, kawasan pemerintahan, fasilitas umum skala BWK, kawasan campuran, jalur hijau dan ruang terbuka hijau
78,68
6
F-6
Perumahan dan permukiman, kawasan campuran, bangunan umum, fasiltas umum skala BWK
108,38
7
F-7
Perumahan dan permukiman, Pemerintahan, bangunan umum, kawasan campuran, Kesehatan skala kabupaten, perdagangan skala lingkungan, pendidikan menegah, peribadatan
93,41
II
Sei Rampah
1
SR-1
Permukiman, perdagangan dan jasa skala regional, kawasan campuran, pendidikan dasar sampai menengah, stasiun, jalur hijau, ruang terbuka hijau
48,75
2
SR-2
Permukiman, perdagangan dan jasa skala regional, bangunan umum, pendidikan dasar sampai menengah, sub terminal, jalur hijau, ruang terbuka
103,93
3
SR-3
Permukiman, kawasan campuran, bangunan umum, perdagangan dan jasa skala kecamatan, pendidikan dasar sampai menengah, ruang terbuka hijau
103,31
4
SR-4
Permukiman, kawasan campuran, bangunan umum, perdagangan dan jasa skala kecamatan, pendidikan dasar sampai menengah, ruang terbuka hijau dan jalur hijau.
71,34
5
SR-5
Permukiman dan fasilitas umum skala lingkungan
87,04
6
SR-6
Permukiman dan fasilitas umum skala lingkungan, jalur hijau
134,61
7
SR-7
Permukiman dan fasilitas umum skala lingkungan
91,02
640,00
Sumber : Rencana
Laporan Akhir
VII - 51
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 52
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
7.5.4 Pedoman Pelaksanaan Pembangunan 7.5.4.1 Rencana Kepadatan Bangunan Rencana kepadatan bangunan adalah perbandingan luas lahan yang tertutup bangunan dan bangunan-bangunan dalam tiap petak peruntukan dibandingkan dengan luas petak peruntukan. Kepadatan bangunan yang akan dirinci adalah sampai dengan kepadatan bangunan untuk setiap blok-blok peruntukan, yang meliputi ;
Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan sangat tinggi (lebih besar dari 75 %); Berada pada kawasan pusat kota dengan fungsi sebagai pusat perdagangan regional yang terdapat pada blok peruntukan SR – 1 dan SR - 2
Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan menengah (20 % - 50 %); yang merupakan kawasan permukiman, pemerintahan dan fasilitas pelayanan sosial. Blok peruntukan ini terdapat pada Blok F- 1 sampai blok F-7 dan Blok SR-3 dan SR-4.
Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan rendah
(5 % - 20 %); merupakan
kawasan dengan peruntukan untuk taman, terminal, dan ruang terbuka;
Blok peruntukan dengan koefisen dasar bangunan sangat rendah ( > 5 %); merupakan peruntukan untuk jalur hijau dan kawasan cadangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.26.
7.5.4.2 Rencana Ketinggian Bangunan Rencana ketinggian bangunan yang akan direncanakan meliputi rencana ketinggian maksimum atau maksimum dan minimum bangunan untuk setiap blok peruntukan (koefisien lantai bangunan. Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
Blok peruntukan ketinggian bangunan rendah adalah blok dengan tidak bertingkat dan bertingkat maksimum dua lantai (KLB maksimum = 2 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 12 m dari lantai dasar yang terdapat di jalan lokal;
Blok peruntukan ketinggian bangunan sedang adalah blok dengan bangunan bertingkat maksimum 3 lantai ( KLB maksimum = 3 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 15 m dan minimum 12 m dari lantai dasar yang diarahkan pada jalan arteri sekunder dan Kolektor sekunder.
Blok peruntukan ketinggian bangunan tinggi adalah blok dengan bangunan bertingkat maksimum 5 lantai ( KLB maksimum = 5 x KDB) dengan
tinggi puncak bangunan
maksimum 20 m dan minimum 15 m dari lantai dasar yang diarahkan pada jalan arteri sekunder dan Kolektor sekunder. Lebih jelasnya lihat Gambar 7.27.
Laporan Akhir
VII - 53
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 54
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
Laporan Akhir
VII - 55
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
7.5.4.3 Rencana Garis Sempadan Bangunan Rencana pengembangan garis sempadan bangunan pada Wilayah Perencanaan dapat diuraikan sebagai berikut ; A. Sempadan Pagar. Rencana pengaturan sempadan pagar penentuannya dihitung mulai dari sumbu jalan ke arah setiap lahan peruntukan yang menghadap ke jalan tersebut. Adapun besar kecilnya lebar/jarak sempadan pagar dari sumbu jalan, ditentukan dengan perhitungan setengah dari daerah milik jalan pada jalan yang bersangkutan, dengan demikian dapat diartikan bahwa sempadan pagar setiap lahan peruntukan adalah berimpit atau sama dengan batas daerah milik jalan. Lihat Tabel VII.5. TABEL VI.5 RENCANA SEMPADAN PAGAR DI WILAYAH PERENCANAAN RDTR
No
Ruas Jalan
Fungsi Jalan
1
Jalan Negara
2
Jalan Sidorejo, jalan Sentosa Kebun sayur, jalan Stasiun, jalan Mesjid, jalan Pelidaan, jalan SMA Negeri, jalan Perumnas dan jalan lingkar dalam Jalan Lainnya
3
Arteri Sekunder Kolektor Sekunder
Lokal
Damaja (M)
Damija (M)
Sempadan Pagar* (meter)
13,7
7
12
6
9
4,5
9,7 9
7
Sumber : Hasil Analisis Keterangan : *) Diukur dari sumbu jalan
B. Sempadan muka bangunan dan sempadan samping bangunan yang menghadap kejalan (GSB). Rencana pengaturan sempadan muka bangunan dan sempadan samping bangunan yang menghadap kejalan, penentuannya didasarkan jarak yang dihitung mulai dari batas tepi Daerah Milik Jalan (Damija) kearah petak peruntukan yang menghadap kejalan tersebut, yaitu sampai ujung terluar bangunan yang bersangkutan. Besar kecilnya jarak sempadan
bangunan
minimal
ini
ditentukan
berdasarkan
penetapan
Daerah
Pengawasan Jalan (Dawasja) dan masing-masing fungsi jalan. Garis Sempadan Bangunan ini ditetapkan sebesar 1/2 ROW + 1 dibulatkan kebilangan genap. Oleh sebab itu rencana sempadan muka bangunan dan samping bangunan yang menghadap kejalan, sama atau berimpit dengan batas terluar kiri-kanan daerah pengawasan jalan masing-masing fungsi jalan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel VII.6
Laporan Akhir
VII - 56
PENYUSUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN (RUTRK) KOTA SEI RAMPAH 2006 - 2016
TABEL VII.6 RENCANA SEMPADAN MUKA BANGUNAN DAN SAMPING BANGUNAN DI WILAYAH PERENCANAAN RDTR
No
Ruas Jalan
1
Jalan Negara
2
Jalan Sidorejo, jalan Sentosa Kebun sayur, jalan Stasiun, jalan Mesjid, jalan Pelidaan, jalan SMA Negeri, jalan Perumnas dan jalan lingkar dalam Jalan Lainnya
3
Fungsi Jalan
Damaja (M)
Arteri Sekunder Kolektor Sekunder
Lokal
9,7
Damija (M)
Sempadan muka dan samping* (meter)
13,7
8
12
8
9
6
9
7
Sumber : Hasil Analisis Keterangan : *) GSMB diukur dari batas tepi Daerah Milik Jalan (Damija).
C. Sempadan belakang bangunan dan sempadan samping bangunan yang tidak menghadap kejalan. Rencana sempadan belakang bangunan dan sempadan samping bangunan yang tidak menghadap kejalan, penentuannya didasarkan pada jarak yang dihitung mulai dari batas petak sampai keujung terluar bangunan. Penentuan jarak sempadan belakang bangunan dan sempadan samping bangunan yang tidak menghadap kejalan, besaran jarak minimalnya ditentukan langsung dengan pertimbangan keamanan perjalanan dan penanganan kebakaran, kenyamanan dan keindahan lingkungan, serta keteraturan tata letak bangunan. Berdasarkan pertimbangan ini, maka rencana sempadan belakang bangunan dan sempadan samping bangunan yang tidak menghadap kejalan ditetapkan minimal 1 meter, yang berarti jarak antar bangunannya minimal 2 meter.
Laporan Akhir
VII - 57