44
6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6.1
Harga Hasil Tangkapan
6.1.1 Harga pembelian hasil tangkapan Hasil tangkapan yang dijual pada proses pelelangan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon memiliki perbedaan harga di setiap PPI. Perbedaan harga pembelian terjadi karena jumlah dan jenis ikan yang didaratkan berbeda di setiap tempat pelelangan. Selain perbedaan jumlah dan jenis hasil tangkapan permintaan para bakul untuk memenuhi permintaan pelanggan mereka, dapat mempengaruhi harga ikan yang akan dilelang. Harga pembelian ikan di tiga PPI dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 14
Daftar harga pembelian menurut jenis ikan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon
Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol
PPI Tegal Agung (Rp)/(kg) 12.500 11.000 4.500 7.500 13.000
PPI Karangsong (Rp)/(kg) 12.000 11.500 5.000 7.000 12.500
PPI Eretan Kulon (Rp)/(kg) 12.500 10.000 4.000 6.500 11.500
Sumber: Hasil wawancara, 2010
Berdasarkan Tabel 14 di atas, pemilihan lima komuditas ikan tersebut berdasarkan jenis ikan yang dominan yang dihasilkan PPI tersebut. Kelima jenis hasil tangkapan itu memiliki harga penjualan berbeda di masing-masing PPI. Harga ikan kembung lebih murah di PPI Karangsong sedangkan harga ikan manyung paling tinggi di PPI tersebut dibandingkan dengan harga ikan manyung di PPI lainnya. Berdasarkan wawancara, ikan tongkol adalah komoditas yang paling sering di perjual-belikan oleh para bakul Kabupaten Indramayu. 6.1.2 Harga penjualan hasil tangkapan Harga jual merupakan indikator keuntungan yang diperoleh para bakul dalam mendistribusikan hasil tangkapa kepada pelanggan mereka. Daereh tujuan dari penjual hasil tangkapan seperti DKI Jakarta, Bandung dan Cirebon. Ketiga wilayah pemasaran tersebut memiliki perbedaan harga jual. Hal itu terjadi karena
45
perbedaan banyaknya permintaan baik menurut jenis atau jumlah hasil tangkapan. Harga jual ikan di tiga wilayah dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 15
Daftar harga penjualan menurut jenis ikan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon
Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol
DKI Jakarta (Rp) 14.500 12.500 6.000 8.500 14.000
Bandung (Rp) 14.000 12.500 6.000 9.000 14.000
Cirebon (Rp) 13.500 12.000 5.500 8.000 13.500
Sumber: Hasil wawancara, 2010
Berdasarkan Tabel 15 di atas, harga jual hasil tangkapan menurut jenis ikan terdapat perbedaan pada masing-masing wilayah. Di wilayah Kabupaten Bandung dan DKI Jakarta harga penjualan ikan tongkol hampir sama. Wilayah pemasaran yang memiliki harga jual tertinggi didominasi oleh kota Bandung. Hal itu terjadi karena kota Bandung tidak dekat dengan laut sehingga stok hasil perikanan laut didatangkan dari luar daerahnya. 6.2
Efisiensi Pendistribusian Pendistribusian hasil tangkapan dari PPI Tegal Agung, Karangsong dan
Eretan Kulon melibatkan berbagai pihak seperti: nelayan, bakul atau juragan, pabrik pengolahan dan konsumen sebagai akhir dari distribusi. Pihak tersebut dapat dikatakan sebagai produsen, distributor dan costumer. Nelayan merupakan pelaku utama dalam proses pendistribusian dengan kata lain disebut sebagai produsen, sedangkan distributor sebagai pelaku kedua sepenuhnya dimiliki oleh para bakul dan costumer merupakan ujung dari semua rangkaian pendisribusian. Menurut Lubis (2000), salah satu cara untuk mengembangkan pelabuhan perikanan melalui peningkatan usaha perikanan di pelabuhan yaitu dengan distribusi hasil perikanan, termasuk segala sarana dan prasarananya menunjang timbulnya industri perikanan. Di Indramayu aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dapat dikatakan baik, karena sarana dan prasarana yang menunjang serta jalan-jalan yang dilalui alat transportasi mendukung aktivitas tersebut. Jenis pendistribusian hasil tangkapan di Indramayu menurut Moeljanto (1992), termasuk kedalam distribusi lewat jalan darat. Dapat dipastikan di hampir seluruh PPI yang ada dikawasan Kabupaten Indramayu sarana transportasi
46
distribusinya berupa truck terbuka atau truck box dan mobil Pick up (L300) yang dilengkapai unit pendingin mekanis. Pada pendistribusian ikan harus didinginkan mendekati suhu 0°C hal ini bertujuan agar ikan dapat bertahan lebih lama. Syarat untuk mempertahankan ini adalah ikan harus dikelilingi oleh hancuran es yang cukup halus dan kerendahan ruang tetap terjaga. Pada dasarnya efisiensi distribusi terjadi apabila terdapat peningkatan nilai jual dari hasil tangkapan perikanan yang didistribusikan dan dapat menutupi biaya operasional usaha pendistribusian dengan kata lain nilai jual melebihi biaya distribusi. Para pelaku distribusi seperti bakul dapat memahami nilai keuntungan distribusinya. Artinya, apabila harga pembelian hasil tangkapan dengan harga hasil penjualan sama, maka mereka tidak akan melakukan proses pendistribusian. Setiap komuditas ikan yang memiliki nilai jual lebih besar dari nilai beli maka para bakul atau juragan akan melekukan proses distribusi, dan mereka juga tidak lupa memperhatikan biaya distribusinya. Para bakul mengemukakan bahwa apabila harga jual hasil tangkapan sama dengan atau kurang dari harga pembelianya dapat dikatakan tidak efisien, dan dapat dikatakan efisien bila harga jualnya lebih besar dari pada harga pembelian hasil tangkapan. 6.2.1 Kendaraan pendistribusian hasil tangkapan Kendaraan transportasi yang digunakan untuk mendistribusikan hasil tangkapan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan kulon terdiri dari dua kendaraan yaitu. 1)
Truk (Truck) Truk merupakan alat transportasi untuk mengangkut hasil tangkapan
menuju daerah pemasaran. Kapasitas muatan transportasi tersebut sebesar 30 fiber atau setara dengan 3,75 ton komoditas ikan tongkol. Berdasarkan survei di lapangan rata-rata penyewaan mobil truk dengan supirnya untuk 1 kali pengiriman hasil tangkapan sebesar Rp1.500.000,00 untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Mobil ini sering dijumpai di PPI Karangsong dan Eretan Kulon. 2)
Pick up (L300) Mobil Pick up yang sebagian masyarakat Kabupaten Indramayu
menyebutnya mobil caklik, merupakan armada transportasi yang sering digunakan untuk mengangkut ikan menuju pelanggan dari para bakul. Kapasitas kendaraan
47
tersebut sebesar 30 blong ikan atau setara dengan 2,10 ton komoditas ikan tongkol. Menurut survei, biaya penyewaan mobil ini dengan supirnya rata-rata sebesar Rp750.000,00 untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. 6.2.2 Nilai ekonomis hasil tangkapan Nilai ekonomis hasil tangkapan pada dasarnya terjadi bila ada perubahan harga suatu komuditas ikan dari harga pertama ikan itu dijual menuju pembeli dalam satu wilayah atau diluar wilayahnya. Menurut Fujianti (2003) dalam Krisdiyanto (2007) mengemukakan bahwa suatu produksi akan bermanfaat dan ekonomis bila tersedia cukup modal transportasi, dimana ada kaitan antara transportasi dengan produksi dalam arti “pelemparan” produk tersebut ke pasar (market). Berikut ini adalah daftar nilai ekonomis pada masing-masing PPI : 1)
PPI Tegal Agung
Tabel 16
Nilai ekonomis hasil tangkapan menggunakan kendaraan Truk
Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol
Jakarta (Rp) 1.480 980 980 480 480
berdasarkan
Bandung (Rp) 980 980 980 980 480
daerah
tujuan
Cirebon (Rp) 680 680 680 180 180
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Berdasarkan Tabel 16, nilai ekonomis hasil tangkapan yang didistribusikan menggunakan kendaraan Truk dari PPI Tegal Agung dengan tiga daerah pendistribusian memiliki nilai ekonomis yang variatif. Ikan kembung memiliki nilai ekonomis terbesar dengan tujuan Jakarta yaitu Rp1.480 per kilogram. Nilai ekonomis terendah jika didistribusikan ke wilayah Cirebon yaitu hanya sebesar Rp180 per kilogram untuk komoditas ikan tembang dan tongkol. Tabel 17
Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan menggunakan kendaraan Pick up (L300)
Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol
Jakarta (Rp) 1.429 929 929 429 429
Bandung (Rp) 929 929 929 929 429
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
daerah
tujuan
Cirebon (Rp) 548 548 548 48 48
48
Tabel
17
menunjukkan
bahwa
pendistribusian
hasil
tangkapan
menggunakan kendaraan Pick up (L300) memiliki nilai ekonomis lebih kecil dibandingkan pada Tabel 16. Nilai ekonomis terbesar yaitu Rp1.429 dengan komoditas yang sama yaitu ikan kembung. Ikan tembang dan tongkol memiliki nilai ekonomis terendah sebesar Rp48 per kilogram. 2)
PPI Karangsong
Tabel 18
Nilai ekonomis hasil tangkapan menggunakan kendaraan Truk
Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol
Jakarta (Rp) 1.980 480 480 980 980
berdasarkan
Bandung (Rp) 1.480 480 480 1.480 980
daerah
tujuan
Cirebon (Rp) 1.180 180 180 680 680
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Berdasarkan Tabel 18, nilai ekonomis hasil tangkapan yang didistribusikan menggunakan kendaraan Truk dari PPI Karangsong dengan tiga daerah pendistribusian Jakarta, Bandung dan Cirebon memiliki nilai ekonomis yang berbeda. Ikan kembung memiliki nilai ekonomis terbesar dengan tujuan DKI Jakarta sebesar Rp1.980 per kilogram dan Cirebon sebesar Rp1.180 per kilogram. Nilai ekonomis terendah jika didistribusikan ke wilayah Cirebon yaitu hanya sebesar Rp180 per kilogram untuk komoditas ikan manyung dan pepetek. Tabel 19
Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan menggunakan kendaraan Pick up (L300)
Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol
Jakarta (Rp) 1.929 429 429 929 929
Bandung (Rp) 1.429 429 429 1.429 929
daerah
tujuan
Cirebon (Rp) 1.048 48 48 548 548
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Tabel 19 di atas menunjukkan bahwa pendistribusian hasil tangkapan menggunakan kendaraan Pick up (L300) dari PPI Karangsong memiliki nilai ekonomis lebih kecil dibandingkan pada Tabel 18. Nilai ekonomis terbesar yaitu Rp1.929 per kilogram dengan komoditas ikan kembung dengan daerah tujuan Jakarta dan Rp1.048 per kilogram untuk wilayah Cirebon dengan komoditas yang sama yaitu ikan kembung. Ikan kembung dan tembang dengan daerah distribusi
49
Bandung nilai ekonomisnya sebesar Rp1.429 per kilogram sedangkan ikan manyung dan pepetek memiliki nilai ekonomis terendah sebesar Rp48 per kilogram untuk daerah tujuan Cirebon. 3)
PPI Eretan Kulon
Tabel 20
Nilai ekonomis hasil tangkapan menggunakan kendaraan Truk
Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol
Jakarta (Rp) 1.480 1.980 1.480 1.480 1.980
berdasarkan
Bandung (Rp) 980 1.980 1.480 1.980 1.980
daerah
tujuan
Cirebon (Rp) 680 1.680 1.180 1.180 1.680
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Berdasarkan Tabel 20, nilai ekonomis hasil tangkapan yang didistribusikan menggunakan kendaraan Truk dari PPI Eretan Kulon dengan tiga daerah pendistribusian Jakarta, Bandung dan Cirebon memiliki nilai ekonomis yang berbeda. Ikan manyung dan tongkol memiliki nilai ekonomis paling besar dengan tujuan Jakarta dan Bandung yaitu sebesar Rp1.980 per kilogram. Nilai ekonomis terendah jika didistribusikan ke wilayah Cirebon yaitu hanya sebesar Rp680 per kilogram untuk komoditas ikan kembung. Tabel 21
Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan menggunakan kendaraan Pick up (L300)
Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol
Jakarta (Rp) 1.429 1.929 1.429 1.429 1.929
Bandung (Rp) 929 1.929 1.429 1.929 1.929
daerah
tujuan
Cirebon (Rp) 548 1.548 1.048 1.048 1.548
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa pendistribusian hasil tangkapan menggunakan kendaraan Pick up (L300) dari PPI Eretan Kulon memiliki nilai ekonomis lebih kecil dibandingkan pada Tabel 20. Nilai ekonomis paling besar yaitu Rp1.929 per kilogram dengan komoditas ikan manyung dan tongkol dengan daerah tujuan Jakarta dan Bandung. Ikan kembung untuk daerah distribusi Cirebon nilai ekonomisnya sebesar Rp548 per kilogram sehingga komoditas tersebut menjadi yang paling kecil nilai ekonomisnya.
50
Berdasarkan nilai ekonomis dari PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon, walaupun terdapat suatu komoditas dengan harga pembelian sama dan harga penjualan hasil tangkapan sama pada daerah tujuan tertentu namun jika alat transportasinya berbeda maka terdapat perbedaan nilai ekonomis. Pada alat transportasi distribusi menggunakan truck memiliki nilai ekonomis lebih besar dibandingkan dengan menggunakan Pick up (L300). Sehingga dapat dikatakan alat transportasi berupa truck menghasilkan nilai ekonomis hasil tangkapan lebih baik dibandingkan menggunakan
Pick up (L300). Perbedaan itu disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain: 1)
Kapasitas muatan Pada alat transportasi truck yang memiliki kapasitas 30 fiber (1 fiber setara dengan 125 kg ikan yang diberi es curah) atau sama saja dengan 3,75 ton ikan tongkol dalam 1 kali pengiriman sedangkan pada alat tarnsportasi Pick up (L300) memiliki kapasitas 30 blong (1 blong setara dengan 70 kg ikan yang diberi es curah) atau setara dengan 2,10 ton ikan dalam 1 kali pengiriman. Berdasarkan perbedan tersebut, kapasitas truck memiliki jumlah muatan yang lebih besar dibandingkan Pick up (L300) sehingga jumlah hasil tangkapan lebih banyak yang dijual dan pada akhirnya keuntungan jauh lebih besar menggunakan truck. Oleh karena itulah nilai ekonomis ikan lebih besar menggunakan alat transportasi dengan truck dari pada nilai ekonomis ikan yang menggunakan alat transportasi Pick up (L300).
2)
Biaya sewa kendaraan Pada kendaraan truck biaya sewanya sebesar Rp1.500.000,00 (Lampiran 4) sedangkan biaya sewa pada kendaraan pick up (L300) sebesar Rp750.000,00 (Lampiran 5). Dari perbedaan nilai tersebut maka dapat mempengaruhi nilai biaya pendistribusian ikan per kilogramnya karena biaya sewa merupakan salah satu komponen dari biaya total distribusi. Oleh karena itu nilai ekonomis ikan tongkol yang menggunakan alat transportasi truck berbeda dengan Pick up (L300).
3)
Harga pembelian hasil tangkapan
51
Hasil pelelangan ikan di PPI Karangsong, Tegal Agung dan Eretan Kulon menghasilkan perbedaan harga pembelian. Pada dasarnya para bakul berharap harga jual di TPI serendah mungkin, agar keuntungan mereka lebih besar. Perbedaan harga pembelian hasil tangkapan tersebut yang dapat mempengaruhi nilai ekonomis suatu komoditas ikan. Semakin besar selisih harga pembelian dengan penjualan maka semakin besar nilai ekonomisnya. 4)
Harga jual Harga jual komuditas ikan berbeda di wilayah tertentu, contohnya harga jual di Jakarta tidak sama dengan harga jual hasil tangkapan di Cirebon. Maka bila terjadi perubahan pada harga jual sedangkan harga pembelian sama akan mempengaruhi nilai ekonomisnya. Semakin besar perubahan harga penjualan maka semakin besar nilai ekonomis suatu komuditas ikan tersebut atau sebaliknya.
6.1.3 Nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan Pendisistribusian hasil tangkapan dapat dikatakan efisien apabila nilai jual hasil tangkapan dapat menutupi biaya disribusi dan memiliki peningkatan pada harga jualnya. Seperti yang dikemukakan pada metodelogi penelitian, jika nilai efisiensi distribusi ≥ 100% berarti dapat dikatakan tidak efisien namun jika nilai efisiensi distribusi < 100% berarti efisien, jadi semakin kecil nilai persentasenya maka semakin efisien. Efisien atau tidaknya suatu komoditas hasil tangkapan tergantung dari nilai jual hasil tangkapan itu sendiri. Nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon dengan wilayah tujuan DKI Jakarta, menggunakan kendaraan berupa truk ataupun pick up. Pada dasarnya pemilihan jenis kendaraan yang digunakan untuk mendistribusikan hasil tangkapan adalah disesuaikan berdasarkan jumlah hasil tangkapan yang ada dan jumlah ikan yang akan didistribusikan. Persentase hasil tangkapan di PPI Tegal Agung tidak sama dengan PPI Karangsong maupun Eretan Kulon, hal itu terjadi karena PPI Karangsong luas wilayahnya lebih besar dibandingkan dengan PPI Eretan Kulon. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
52
Tabel 22 Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol Jumlah
Persentase pendistribusian komoditas hasil tangkapan PPI Tegal Agung dengan kendaraan truk Persentase Jumlah (Kg) 8% 300 10% 375 30% 1.125 18% 675 34% 1.275 100% 3.750
Harga (Rp/kg) 12.500 11.000 4.500 7.500 13.000 48.500
Jumlah (Rp) 3.750.000 4.125.000 5.062.500 5.062.500 16.575.000 34.575.000
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Proporsi pendistribusian hasil tangkapan PPI Karangsong didominasi oleh komoditas ikan tongkol yaitu sebanyak 34% sedangkan untuk komoditas terendah adalah ikan kembung hanya sebesar 8% Tabel 23 Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol Jumlah
Persentase pendistribusian komoditas hasil tangkapan PPI Tegal Agung dengan kendaraan Pick up Persentase Jumlah (Kg) 8% 168 10% 210 30% 630 18% 378 34% 714 100% 2,100
Harga (Rp/kg) 12.500 11.000 4.500 7.500 13.000 48.500
Jumlah (Rp) 2.100.000 2.310.000 2.835.000 2.835.000 9.282.000 19.362.000
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Persentase pendistribusian menggunakan alat angkut Pick up sama dengan alat angkut truk yang membedakan hanyalah jumlah komuditas dalam tripnya yaitu sebanyak 2,1 ton/trip. Tabel 24 Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol Jumlah
Persentase pendistribusian komoditas Karangsong dengan kendaraan truk Persentase Jumlah (Kg) 5% 187,5 5% 187,5 40% 1.500 10% 375 40% 1.500 100% 3.750
hasil
Harga (Rp/kg) 12.000 11.500 5,000 7.000 12.500 48.000
tangkapan
PPI
Jumlah (Rp) 2.250.000 2.156.250 7.500.000 2.625.000 18.750.000 33.281.250
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Persentase
distribusi
hasil
tangkapan
di
PPI
Karangsong
didominasi komoditas ikan pepetek dan tongkol yaitu sebanuak 40% tiap komoditas.
53
Tabel 25 Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol Jumlah
Persentase pendistribusian komoditas Karangsong dengan kendaraan Pick up Persentase Jumlah (Kg) 5% 105 5% 105 40% 840 10% 210 40% 840 100% 2.100
hasil
Harga (Rp/kg) 12.000 11.500 5.000 7.000 12.500 48.000
tangkapan
PPI
Jumlah (Rp) 1.260.000 1.207.500 4.200.000 1.470.000 10.500.000 18.637.500
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Pada Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa persentase komuditas hasil tangkapan yang didistribusikan dari PPI Karangsong sama dengan proporsi komoditas yang menggunakan kendaraan truk, namun jumlah muatannya berbeda. Tabel 26 Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol Jumlah
Persentase pendistribusian komoditas hasil tangkapan PPI Eretan Kulon dengan kendaraan truk Persentase Jumlah (Kg) 6% 225 5% 187,5 48% 1.800 11% 412,5 30% 1.125 100% 3.750
Harga (Rp/kg) 12.500 10.000 4.000 6.500 11.500 44.500
Jumlah (Rp) 2.812.500 1.875.000 7.200.000 2.681.250 12.937.500 27.506.250
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa persentase ikan pepetek paling dominan didistribusikan dari PPI Eretan Kulon yaitu sebesar 40% dengan total 1,8 ton. Tabel 27 Jenis Ikan Kembung Manyung Pepetek Tembang Tongkol Jumlah
Persentase pendistribusian komoditas hasil tangkapan PPI Eretan Kulon dengan kendaraan Pick up Persentase Jumlah (Kg) 6% 126 5% 105 48% 1.008 11% 231 30% 630 100% 2.100
Harga (Rp/kg) 12.500 10.000 4.000 6.500 11.500 44.500
Jumlah (Rp) 1.575.000 1.050.000 4.032.000 1.501.500 7.245.000 15.403.500
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa kendaraan pick up sama halnya dengan persentase kendaraan truk namun terdapat perbedaan pada jumlah
54
muatannya. Jenis ikan pepetek masih tetap mendominasi dibandingkan komoditas ikan lainnya. Dari uraian tabel-tabel di atas maka dapat ditentukan nilai efisiensi hasil tangkapan, nilai-nilai tersebut pada dasarnya diperoleh dari harga total pendistribusian hasil tangkapan dibagi dengan harga total penjualan hasil tangkapan. Jika nilai tersebut ≥ 100% maka dapat dikatakan tidak efisien, tetapi sebaliknya jika nilai efisiensinya ≤ 100% dapat dikatakan efisien, nilai efisiensi pada tiga PPI tersebut dapat dilihat pada Tabel 28, contoh perhitungannya dapat dilihat pada (Lampiran 5 & 6) Tabel 28 PPI Tegal Agung Karangsong Eretan Kulon
Nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan distribusi. Kendaraan Truck Pick up Truck Pick up Truck Pick up
Jakarta (%) 93,11 89,53 92,33 92,83 82,85 83,40
Bandung (%) 92,32 92,80 91,88 92,38 82,38 82,92
Cirebon (%) 97,79 98,30 97,10 97,63 87,47 88,04
Sumber: Data diolah dari hasil wawancara, 2010
Pada Tabel 28 di atas menunjukkan bahwa jenis kendaraan yang digunakan untuk pendistribusian hasil tangkapan dari PPI Tegal Agung, Karangsong, dan Eretan Kulon adalah truk dan pick up. Pada PPI Tegal Agung jika pendistribusian dilakukan dengan menggunakan truk maka wilayah tujuan Bandung memiliki nilai efisiensi terbaik dibandingkan dengan 2 wilayah lainnya. Sedangkan jika menggunakan kendaraan pick up wilayah Jakarta lebih efisien jika dibandingkan dengan Bandung dan Cirebon. Pada PPI Karangsong jika pendistribusian hasil tangkapan menggunakan truk maka nilai efisiensi terbesar adalah wilayah Bandug dengan nilai efisiensi sebesar 91,88%. Sedangkan jika menggunakan pick up nilai efisiensi terbaik adalah dengan tujuan yang sama yaitu kota Bandung. PPI Eretan Kulon nilai efisiensi terbaik adalah wilayah tujuan Bandung baik menggunakan truk maupun pick up. Pada Tabel 22-28 di atas menunjukkan bahwa pendistribusian hasil tangkapan dari PPI Karangsong, Eretan Kulon dan Tegal Agung pada umumnya dapat dikatakan efisien, persentase tingkat efisiensi pendistribusian tersebut antara 82,38% - 98,30%.