DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING BANDAR LAMPUNG
APRILIA SYAH PUTRI
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Distribusi Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing Bandar Lampung benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2014 Aprilia Syah Putri NIM C44100021
ABSTRAK APRILIA SYAH PUTRI. Distribusi Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing Bandar Lampung. Dibimbing oleh IIN SOLIHIN dan RETNO MUNINGGAR. Provinsi Lampung memiliki produksi kelautan dan perikanan yang besar, mulai dari sumberdaya perikanan yang tinggi, khususnya untuk kegiatan penangkapan ikan. Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Ilmu Kelautan Provinsi Lampung produksi perikanan tangkap di Provinsi Lampung pada tahun 2010 sebesar 143 811.9 ton. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas pendistribusian hasil tangkapan serta mendeskripsikan karakteristik distribusi hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing Bandar Lampung. Metode penelitian menggunakan metode survei dan teknik pengumpulan data dengan cara purposive sampling. Analisis data dengan metode deskriptif dibantu dengan tampilan gambar. Aktivitas distribusi hasil tangkapan di PPP Lempasing dilakukan mulai dari pendaratan, penanganan sampai dengan pemasaran. Pendaratan hasil tangkapan pada pukul 03.00-05.00 WIB dan 17.00-19.00 WIB Penanganan yang dilakukan kurang memperhatikan kualitas ikan. Pemasaran dilakukan melalui Tempat Pelelangan Ikan maupun langsung ke nelayan. Karakteristik distribusi hasil tangkapan ini meliputi volume, harga dan kualitas. Volume hasil tangkapan pada tahun 2013 sebesar 1 438.462 ton dengan nilai Rp17 304 740 500 dan kualitas hasil tangkapan di PPP Lempasing masih kurang segar. Kata kunci:
aktivitas distribusi, karakteristik hasil tangkapan, Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing.
ABSTRACT APRILIA SYAH PUTRI. Catches distribution in the Coastal Fishing Port of Lempasing Bandar Lampung. Supervised by IIN SOLIHIN and RETNO MUNINGGAR. Lampung Province have large potential of marine and fisheries, ranging from a high of fishery resources, especially for catching activities. Based on data from the Department of Fisheries and Marine Sciences capture fisheries potential in Lampung Province in 2010 amounted to 143 811.9 tons. The purpose of this research was to know the distribution activity of catches and describe the distribution characteristics of catches in the Coastal Fishing Port of Lempasing Bandar Lampung. The research method was conducted using surveys and data collection techniques are done by purposive sampling. Data analysis using descriptive method with image view. Distribution activity of catches in PPP Lempasing start from landing, handling up to marketing. Landing catches at 3:00 to 05:00 pm and 17:00 to 19:00 pm. Handling activity was not much pay attention to the fish quality. Marketing is done through TPI or directly to the fishermen. The distribution characteristics of catches include volume, price and quality. The
volume of the catches in 2013 amounted to 1 438.462 tons with a value of Rp 17 304 740 500 and quality of thecatches not fresh. Keywords:
characteristics of the catches, coastal fishing port of Lempasing Bandar Lampung, distribution activity.
DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING BANDAR LAMPUNG
APRILIA SYAH PUTRI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Distribusi Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing Bandar Lampung Nama : Aprilia Syah Putri NIM : C44100021 Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui oleh
Dr Iin Solihin, SPi, MSi Pembimbing I
Retno Muninggar, SPi, ME Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Budy Wiryawan, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini berjudul Distribusi Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing Bandar Lampung. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari hingga April tahun 2014. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Iin Solihin, SPi, MSi dan Retno Muninggar, SPi, ME selaku dosen pembimbing, Prof Dr Domu Simbolon, MSi selaku dosen penguji serta Dr Yopi Novita, SPi, MSi selaku Komisi Pendidikan yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan saran. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada semua pihak Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Pantai (UPT PPP) Lempasing, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Lempasing serta nelayan dan pedagang di PPP Lempasing yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya serta kepada teman-teman FKM-C, Pondok ACC Putri lorong tikus, PSP 47 dan seluruh civitas PSP yang telah memberikan bantuan dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Aprilia Syah Putri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Batasan METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Metode Penelitian Jenis data yang dikumpulkan Metode pengumpulan data Analisis Data Aktivitas distribusi Karakteristik distribbusi HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Distribusi Pendaratan hasil tangkapan Penanganan hasil tangkapan Pemasaran hasil tangkapan Karakteristik Distribusi Volume hasil tangkapan Harga hasil tangkapan Kualitas hasil tangkapan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
x x xi 1 1 2 2 2 3 3 3 4 5 5 5 5 6 6 6 7 10 14 14 20 22 23 23 24 24 26 41
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jenis data penelitian yang dikumpulkan 4 Tabel 2 Volume dan nilai beberapa jenis ikan berdasarkan volume terbesar tahun 17 2013 Tabel 3 Volume tujuan pasar tradisional Bandar Lampung 17 Tabel 4 Rata-rata volume HT di Provinsi Lampung 18 Tabel 5 Jumlah persentase tujuan pasar 20 Tabel 6 Harga ikan segar per kilogram tahun 2014 21 Tabel 7 Nilai produksi hasil tangkapan tahun 2013 21
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4
Peta lokasi penelitian di PPP Lempasing Asal hasil tangkapan Jalur pemasaran ikan segar di PPP Lempasing Peta lokasi hasil tangkapan yang masuk ke PPP Lempasing tahun 2014 Gambar 5 Grafik volume hasil tangkapan tahun 2013 Gambar 6 Peta tujuan pasar di Bandar Lampung beserta volume hasil tangkapannya Gambar 7 Peta tujuan pasar di Provinsi Lampung beserta volume hasil tangkapannya
3 11 12 15 16 18 19
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3
Produksi perikanan tangkap di Laut menurut Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2005-2010 Aktivitas distribusi hasil tangkapan Data statistik perikanan tangkap PPP Lempasing Bulan Januari sampai Desember tahun 2013
26 27 29
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung dan merupakan sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera, Indonesia. Lampung banyak menyimpan potensi kelautan dan perikanan yang besar mulai dari sumberdaya perikanan yang tinggi, khususnya untuk kegiatan penangkapan ikan. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan, produksi perikanan tangkap Provinsi Lampung pada tahun 2010 sebesar 143 811.9 ton (Lampiran 1). Ikan merupakan sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi yang tinggi. Terlihat banyak sekali masyarakat Lampung yang mengkonsumsi ikan segar dan ikan olahan. Permintaan akan hasil tangkapan menuntut agar penyedia hasil tangkapan untuk meningkatkan produktivitas hasil tangkapannya. Mulai dari aktivitas yang meliputi pendaratan hasil tangkapan, penanganannya sampai dengan pemasaran. Mengingat sifat ikan yang cepat membusuk diperlukan penanganan yang baik dalam proses aktivitasnya sehingga dapat sesuai dengan keinginan konsumen (untuk memenuhi keinginan pasar). Kota Bandar Lampung memiliki pelabuhan, salah satunya adalah Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing. PPP Lempasing merupakan pelabuhan yang cukup besar di Lampung dan memiliki potensi dalam mendistribusikan hasil tangkapannya. Jenis hasil tangkapan ini beragam mulai dari ikan pelagis dan ikan demersal. Semuanya didapatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen sehingga dilakukanlah pelelangan ikan dalam suatu pemasarannya. Pemasaran hasil perikanan sebagai subsistem ekonomi perikanan memegang peranan penting dalam pengembangan usaha perikanan dan peningkatan nilai jual produk perikanan. Distribusi merupakan pergerakan barang-barang dan jasa dari produsen ke tangan atau pihak konsumen (Hanafiah dan Saefuddin 1986). Distribusi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan setiap daerah agar merata dan sesuai dengan permintaan. Proses pendistribusian akan berjalan dengan baik apabila tersedia fasilitas yang mendukung dalam pendistribusian tersebut. Fasilitas tersebut merupakan fasilitas fisik meliputi pengangkutan dan penyimpanan. Pengangkutan (transport) berarti bergeraknya atau pemindahan barang-barang dari tempat produksi dan tempat penjualan ke tempat barang-barang tersebut yang akan dipakai. Penyimpanan berarti menahan barang-barang selama jangka waktu antara dihasilkan atau diterima sampai dengan dijual (Hanafiah dan Saefuddin 1986). Kegiatan yang terkait dalam distribusi hasil tangkapan ini adalah aktivitas distribusi hasil tangkapan meliputi pendaratan, penanganan sampai dengan pemasaran hasil tangkapan, kemudian bahasan mengenai karekteristik distribusi hasil tangkapan berupa volume, harga dan kualitas hasil tangkapan. Distribusi ini merupakan suatu kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan. Faktor-faktor yang
2
mempengaruhi efektivitas distribusi meliputi pengelolaan, persediaan, pergudangan dan transportasi. Pengelolaan merupakan kegiatan yang sangat penting untuk memastikan bahwa konsumen mendapatkan layanan yang sesuai dengan kepuasan. Ketepatan waktu adalah tujuan utama dari proses pengolaan. Persediaan hasil tangkapan dalam sistem distribusi tujuannya adalah untuk memenuhi volume permintaan konsumen. Penyimpanan hasil tangkapan merupakan strategi yang digunakan untuk menyimpan hasil tangkapan sebelum dijual. Transportasi mempengaruhi penetapan harga hasil tangkapan, kinerja pengiriman dan kondisi barang saat barang itu tiba yang akan mempengaruhi kepuasan konsumen (Hanafiah dan Saefuddin 1986). PPP Lempasing merupakan pelabuhan tipe C yang memiliki keterbatasan dalam fasilitasnya sehingga berpengaruh terhadap proses penyimpanan, pengiriman dan aksesibilitas. Kegiatan untuk meningkatkan perekonomian dalam pelabuhan ini adalah dilakukannya kegiatan distribusi hasil tangkapan, sehingga memerlukan fasilitas yang mendukung dari pelabuhan tersebut seperti cold storage, dermaga, lahan parkir, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), jenis transportasi dan lain-lain sehingga penanganan kualitas ikan tetap terjaga dan harga tetap tinggi dipasaran. Oleh karena itu, suatu studi mengenai distribusi hasil perikanan laut dari daerah ini sangat penting untuk dilakukan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menguraikan aktivitas pendistribusian hasil tangkapan di PPP Lempasing 2. Mendeskripsikan karakteristik distribusi hasil tangkapan di PPP Lempasing Bandar Lampung.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini adalah dapat memberikan sumber informasi mengenai distribusi hasil tangkapan di PPP Lempasing Bandar Lampung kepada pihak yang membutuhkan.
Batasan Penelitian
Penelitian ini hanya membahas aktivitas pendistribusian dan karakteristik distribusi hasil tangkapan di PPP Lempasing Bandar Lampung. Beberapa data yang tidak memungkinkan untuk didapatkan dari beberapa pihak mengenai
3
volume asal daerah hasil tangkapan dari luar Provinsi Lampung ke PPP Lempasing yang membatasi penelitian ini.
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari hingga April tahun 2014 di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lempasing Bandar Lampung. Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing Bandar Lampung ini terletak di titik koordinat 050 0 29’ 15’’ Lintang Selatan dan 05 15’12,5’’ Bujur Timur (Gambar 1).
Gambar 1 Peta lokasi penelitian di PPP Lempasing
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei. Menurut Jogiyanto (2008) metode survei adalah metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden secara individu. Metode penelitian ini berkaitan dengan aktivitas pendistribusian hasil tangkapan berupa pendaratan, penanganan hingga pemasaran. Selain itu, berkaitan pula dengan karakteristik distribusi hasil tangkapan yang meliputi volume, harga dan kualitas hasil tangkapan. Data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara terhadap responden dengan
4
menggunakan kuisioner, kemudian untuk data sekunder diperoleh dari literatur yaitu dari UPT PPP Lempasing, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung dan tulisan-tulisan pustaka yang mendukung penelitian.
Jenis data yang dikumpulkan Jenis data yang dikumpulkan berdasarkan tujuan penelitian ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan No 1
Tujuan penelitian Aktivitas distribusi hasil tangkapan
Data yang diperlukan
Jenis data
Cara pengambilan data
Responden
- Sekunder, primer - Sekunder, primer - Primer
- Literatur, wawancara - Literatur, wawancara - Wawancara
- UPT, Nelayan
- Sekunder, primer - Primer - Primer - Sekunder
- Literatur, wawancara - Wawancara - Wawancara - Literatur
- UPT, Nelayan
- Nelayan, Pedagang - Nelayan, pedagang - UPT, nelayan
1.1 Pendaratan -
Ukuran kapal bersandar Jenis hasil tangkapan (HT) Alat pengangkut HT Daerah penangkapan ikan Daerah asal HT Daerah tujuan HT Volume produksi HT
- UPT, Nelayan, Pedagang - Nelayan
- Nelayan - Nelayan - UPT
1.2 Penanganan -
Kualitas HT
- Primer
- Wawancara
-
Jumlah es
- Primer
- Wawancara
-
Fasilitas unit penangkapan
- Sekunder, Primer
- Literatur, wawancara
1.3 Pemasaran
2
Karakteristik distribusi Hasil Tangkapan
-
Tujuan Pasar
- Primer
- Wawancara
-
Volume HT tujuan pasar
- Primer
- Wawancara
- Nelayan, Pedagang - Pedagang
- Sekunder - Sekunder
- Literatur - Literatur
- Internet - Internet
- Sekunder
- Literatur
- Internet
2.2 Harga HT
- Sekunder, Primer
- Literatur, wawncara
2.2 Kualitas HT
- Primer
- Wawancara
- UPT, nelayan, pedagang - Nelayan, pedagang
2.1 Volume HT -
Peta Indonesia Peta Provinsi Lampung Peta Bandar Lampung
5
Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah bertujuan untuk memperoleh data primer. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu pemilihan responden tertentu secara sengaja dengan catatan responden dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat mewakili pemilik informasi secara keseluruhan data yang ingin diperoleh dalam pengisian kuisioner. Responden yang dituju adalah nelayan, para pedagang dan Kepala PPI. Nelayan yang diwawancarai sebanyak 12 orang yaitu untuk mengetahui informasi mengenai transportasi hasil tangkapan baik pendaratan kapal, penanganan hasil tangkapan di atas kapal, volume hasil tangkapan yang didapatkan serta asal daerah pendaratan hasil tangkapan. Para pedagang diwawancarai sebanyak 13 orang yaitu untuk mengetahui informasi mengenai harga pada setiap hasil tangkapan per kilogramnya ketika membeli dari nelayan, pedagang hingga sampai ke konsumen. Selain itu juga untuk mengetahui tujuan pasarnya.
Analisis Data
Aktivitas distribusi Analisis data ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Menurut Travers (1978) dalam Sevilla et al (1993) metode deskriptif merupakan pengumpulan informasi tentang keadaan-keadaan nyata untuk menggambarkan sifat suatu keadaan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan yang dilakukan tersebut meliputi pendaratan, penanganan hingga pemasaran hasil tangkapan.
Karakteristik distribusi Karakteristik distribusi hasil tangkapan ini dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif terhadap data-data daerah yang menjadi asal hasil tangkapan, daerah tujuan hasil tangkapan, volume hasil tangkapan, kualitas hasil tangkapan dan harga hasil tangkapan. Analisis deskriptif ini dibantu dengan tampilan gambar berupa daerah asal dan daerah tujuan hasil tangkapan maupun data volume hasil tangkapan.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aktivitas Distribusi
Aktivitas distribusi hasil tangkapan dilakukan dengan berbagai cara yaitu mulai dari pendaratan, penanganan hingga pemasaran. Aktivitas ini harus diperhatikan untuk menjaga kualitas ikan, sehingga dapat menarik konsumen untuk membeli hasil tangkapan sesuai dengan keinginan dan harga ikan dipasaran pun akan tetap tinggi.
Pendaratan hasil tangkapan Hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Lempasing meliputi proses pembongkaran ikan, penyortiran ikan dan pengangkutan ikan ke TPI. Hasil tangkapan yang didaratkan terbagi menjadi dua waktu pendaratan yaitu pagi hari pada pukul 03.00-05.00 WIB berupa kapal dengan alat tangkap dogol dan purse seine kemudian untuk jenis ikan yang didaratkan adalah pada alat tangkap dogol berupa ikan demersal dan pada alat tangkap purse seine seperti ikan pelagis. Kemudian pendaratan kedua pada pukul 17.00-19.00 WIB meliputi kapal dengan alat tangkap rampus, pancing dan payang kemudian untuk jenis ikan yang didaratkan yaitu ikan-ikan pelagis. Kapal yang berukuran 5-10 GT terdapat pada alat tangkap rampus dan pancing. Ukuran <5-10 GT untuk alat tangkap payang, kemudian ukuran <5-30 GT untuk alat tangkap purse seine dan ukuran 10-30 GT pada alat tangkap dogol. Kapal yang akan melakukan pembongkaran hasil tangkapan disesuaikan dengan kedatangan kapal. Lamanya aktivitas pembongkaran hasil tangkapan tergantung dari banyaknya hasil tangkapan. Pada saat musim puncak, pembongkaran membutuhkan waktu yang lebih lama dan sebaliknya ketika terjadi musim paceklik pembongkaran akan lebih cepat. Menurut Lubis (2012) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memperlambat pembongkaran adalah tertundanya waktu bongkar karena terjadinya antrean bongkar di pelabuhan. Pembongkaran dilakukan oleh ABK (Anak Buah Kapal) yang dibantu buruh angkut untuk mengeluarkan hasil tangkapan. Menurut Lubis (2012) pembongkaran merupakan proses mengeluarkan hasil tangkapan dengan menggunakan alat bantu atau tidak dari dalam palka kapal ke atas dek kapal. Pembongkaran dilakukan dengan memindahkan keranjang yang berada di dalam palka kemudian disusun di atas dek kapal untuk diturunkan ke dermaga. Penurunan ini dilakukan secara manual tanpa menggunakan alat oleh nelayan dan buruh dengan sistem estafet (Lampiran 2a). Proses berikutnya yaitu penyortiran, penyortiran ada yang dilakukan di atas kapal maupun di pelabuhan. Penyortiran adalah memisahkan hasil tangkapan berdasarkan ukuran, jenis dan kondisi fisik dari ikan itu sendiri. Tidak semua nelayan di PPP Lempasing melakukan penyortiran di atas kapal. Hasil tangkapan yang ditangkap dari perairan diletakkan di atas dek kapal yang kemudian
7
dimasukkan ke dalam palka. Wadah yang digunakan untuk meletakkan hasil tangkapan ini sederhana mudah dan murah yaitu berupa keranjang atau basket, box fibre dan drum (Lampiran 2b). Menurut Irawan (1995) wadah yang digunakan untuk tempat ikan-ikan ataupun hasil perikanan sebaiknya terbuat dari alumunium atau bahan-bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mudah pecah. Penyortiran berikutnya dilakukan oleh nelayan di pelabuhan, hasil tangkapan ditimbang untuk proses pelelangan. Penyortiran ini berfungsi untuk mempermudah saat proses pelelangan. Pedagang pengecer yang membeli hasil tangkapan langsung dari nelayan menyortir hasil tangkapannya sendiri (Lampiran 2c). Pengangkutan hasil tangkapan dilakukan oleh buruh angkut untuk memindahkan barang-barang dari tempat produksi atau tempat penjualan ke tempat-tempat tujuan pemasaran. Pengangkutan hasil tangkapan yang dilakukan oleh buruh angkut dari dermaga ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dengan menggunakan lori untuk mengangkut keranjang atau box fibre yang berisi hasil tangkapan. Sekali angkut biasanya satu sampai dua box fibre, dimana satu box fibre berisi 100 kg ikan. Pengangkutan menggunakan lori dilakukan karena letak tempat pelelangan ikan yang tidak terlalu jauh dari dermaga sehingga tidak memerlukan alat pengangkutan yang lain (Lampiran 2d). Pengangkutan ini dilakukan oleh buruh angkut dengan tambahan biaya sebesar Rp5 000 untuk sekali angkut.
Penanganan hasil tangkapan Penanganan hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing ada tiga tahap yaitu penanganan hasil tangkapan di atas kapal, penanganan di pelabuhan perikanan dan penanganan selama pendistribusian. Penanganan di atas kapal dilakukan setelah ikan tertangkap dan diangkat dari perairan yang kemudian diletakkan di atas dek kapal untuk dimasukkan dalam box fibre. Peletakan ikan di atas dek kapal menyebabkan ikan banyak mengalami pemberontakan sebelum mati. Menurut Irawan (1995) ikan yang banyak mengalami pemberontakan sebelum mati akan mengalami kondisi rigor mortis (keadaan kaku) lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang tidak banyak berontak sebelum mati. Semakin banyak ikan berontak semakin cepat pula mengalami kekakuan dan juga makin rendah daya simpannya. Mutu kesegaran ikan pun dipengaruhi oleh kondisi tubuhnya. Pada saat ikan mengalami luka atau memar pada tubuhnya maka daya simpannya pun akan rendah dan ikan cepat membusuk karena bakteri-bakteri pembusuk yang berada disekujur tubuh ikan ataupun yang berada di dek kapal cepat menular masuk ke dalam tubuh ikan. Peletakan ikan ke dalam box fibre dilakukan pula dengan pemberian es. Es digunakan oleh para nelayan di PPP Lempasing sebagai bahan pengawet, namun nelayan kurang terlalu memperhatikan banyaknya es yang digunakan terutama untuk kapal yang beroprasi dalam waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan karena nelayan mengalami kesulitan dan memiliki keterbatasan kemampuan akan daya beli es dalam jumlah yang banyak. Ukuran balok es sekitar 100 x 50 cm untuk setiap balok es, dengan pembiayaan sebesar Rp30 000 per balok es. Pengoprasian kapal dengan alat tangkap pancing, rampus, payang dan purse seine
8
membutuhkan waktu hanya sehari semalam yang membutuhkan balok es yang lebih sedikit dari pada pengoprasian kapal dengan alat tangkap dogol yang membutuhkan waktu selama 6 hari. Menurut Irawan (1995) penanganan hasil tangkapan yang baik yaitu mengusahakan agar ikan tetap berada pada suhu yang rendah mendekati 0 0C dan suhu selalu dijaga agar tetap stabil. Menurut Indriati dan Anggawati (2007) dalam Heruwati et al (2007) untuk perbandingan es dan ikan kira-kira 1:1. Penanganan hasil tangkapan yang akan didaratkan sebelum melakukan pembongkaran apabila terjadi antrean kapal, nelayan di PPP Lempasing menunggu antrean kapal dengan tanpa memperhatikan kondisi dari hasil tangkapan itu sendiri sehingga ikan membutuhkan es yang lebih banyak untuk mempertahankan kualitasnya. Menurut Lubis (2012) keterlambatan waktu bongkar mengakibatkan turunnya mutu ikan atau produsen harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli es sebagai pengawet. Selain itu, menurut Indriati dan Anggawati dalam Heruwati et al (2007) menyatakan bahwa pembongkaran muatan harus dilakukan secara cepat dengan menghindarkan terjadinya kenaikan suhu ikan. Penurunan hasil tangkapan dari kapal ke dermaga dilakukan oleh nelayan dengan bantuan buruh angkut. Hasil tangkapan yang telah diturunkan dari kapal didiamkan begitu saja di bawah sinar matahari oleh nelayan tanpa pemberian es yang lebih banyak untuk menunggu penurunan hasil tangkapan berikutnya (Lampiran 2e). Penurunan hasil tangkapan ini tanpa menggunkan bantuan alat dalam proses pembongkarannya. Menurut Poernomo dalam Heruwati et al (2007) menyatakan bahwa ikan dapat diturunkan dari kapal ke dermaga secara manual, namun sebaiknya menggunakan papan peluncur dan di atas diberi tenda pelindung dari sinar matahari untuk penurunan yang lebih cepat. Pengangkutan ke TPI harus dilakukan secepat mungkin, ikan tidak boleh menunggu lebih dari 8 menit dan dalam waktu 10 menit sudah harus mencapai TPI. Pengangkutan ikan dari deramaga ke TPI menggunakan lori sebagai alat bantu dalam transportasi hasil tangkapannya. Pengangkutan hasil tangkapan ini menggunakan wadah berupa box fibre dan keranjang. Wadah dengan menggunakan keranjang dan box fibre ini diangkut oleh para buruh, namun untuk wadah berupa keranjang tidak menggunakan atap sebagai penutupnya (Lampiran 2f), sehingga ikan akan cepat mengalami pembusukan karena terkena suhu yang lebih tinggi dari luar sekaligus berpengaruh terhadap kualitas ikan itu sendiri. Penanganan hasil tangkapan ini menggunakan pengawet berupa es namun beberapa dari nelayan tidak menggunakan bahan pengawet. Hal ini dikarenakan menghemat biaya pembelian bahan pengawet yang dianggap mahal dan juga karena mereka beranggapan bahwa lokasi TPI yang tidak terlalu jauh dari dermaga pembongkaran hasil tangkapan. Menurut Poernomo dalam Heruwati et al (2007) Peletakan ikan di kereta dorong (lori) hendaklah dengan permukaan yang telah dibasahi oleh air dan pelindung ikan (plastik/kain/karung tebal) juga harus selalu dalam keadaan basah agar kualitas ikan akan tetap terjaga kesegarannya. Selain itu, menurut Indriati dan Anggawati dalam Heruwati et al (2007) menjelaskan bahwa selama pengangkutan dan distribusi suhu ikan harus senantiasa rendah, alas wadah harus dilapisi es halus kemudian lapisan ikan yang ditaburi es disusun diatasnya dan dibagian atas dan bawah peti ikan harus diberi lapisan es yang lebih tebal.
9
Pada saat hasil tangkapan sampai di pelabuhan, ikan ditimbang terlebih dahulu untuk mempermudah proses pelelangan. Proses pelelangan ikan berlangsung setelah ikan disortir dan ditimbang. Terdapat berbagai jenis ikan yang dilelang seperti ikan layur, kembung, tongkol, cumi dan lain-lain yang tersusun rapi di atas lantai TPI tetapi peletakan hasil tangkapan ini tidak menggunakan alas dan lantai TPI masih terlihat adanya genangan air dan kotoran (Lampiran 2g), sehingga bakteri-bakteri yang ada pada lantai TPI akan masuk ke tubuh ikan sehingga dapat menurunkan kualitasnya. Proses pelelangan di PPP Lempasing ini biasanya didatangi oleh masyarakat di sekitar Lempasing, namun ada juga dari berbagai Kota/Kabupaten Provinsi Lampung. Kegiatan proses pelelangan ikan merupakan suatu kegiatan untuk menyebarluaskan hasil tangkapan hingga sampai ke tangan konsumen melalui para pedagang yang memasarkan hasil tangkapan ke pasar-pasar tradisional maupun ke pusat pasar ikan yang ada di Lempasing itu sendiri. Penanganan hasil tangkapan selama pendistribusian di pusat pasar ikan Lempasing menggunakan pengawetan ikan berupa es dengan menggunakan wadah berupa box fibre dan ember. Peletakan hasil tangkapan ini diletakkan di atas meja semen, namun terlihat di atas meja banyak sekali lalat yang hinggap di ikan tersebut dan terlihat pula masih ada darah pada tubuh ikan tersebut. Air yang digunakan untuk membersihkan ikan maupun meja yaitu dengan menggunakan air yang disuplai setiap harinya dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang berada di Kota Bandar Lampung dan air laut di kolam pelabuhan, namun air laut di kolam pelabuhan sudah tercemar atau kotor sehingga apabila tubuh ikan terkena oleh cemaran air tersebut menyebabkan turunnya kualitas ikan. Air yang tercemar ini disebabkan oleh tumpahan minyak pada kapal dan kotoran sampah maupun jeroan ikan yang dibuang ke laut dalam waktu yang lama. Para pedagang hasil tangkapan ini biasanya didatangi oleh pedagang pengecer yang akan menjual hasil tangkapannya kembali. Pada saat hasil tangkapan tidak terjual habis atau masih tersisa pedagang melakukan penyimpanan di dalam box fiber yang telah diberi bongkahan es. Konsumen atau pedagang besar yang akan membeli hasil tangkapan datang ke pusat pasar ikan apabila pelelangan sedang tidak berlangsung. Menurut Irawan (1995) menjelaskan bahwa hasil tangkapan yang sampai ke pedagang harus tetap terjaga kebersihannya, dan harus memperhatikan baik kondisi kesegaran dan kebersihan terhadap ikan itu sendiri maupun sarana yang digunakan baik berupa air maupun tempat (wadah) yang digunakan. Penanganan hasil tangkapan pun dilakukan oleh pedagang yang memasarkan hasil tangkapannya ke berbagai Kota/Kabupaten Provinsi Lampung. Penanganan ini menggunakan transportasi darat berupa sepeda motor maupun mobil. Pengangkutan hasil tangkapan di sekitar PPP Lempasing biasanya menggunakan transportasi berupa sepeda motor maupun angkutan umum, sedangkan untuk transportasi di luar Bandar Lampung menggunakan trasportasi berupa mobil pick up. Pedagang melakukan penanganan hasil tangkapan dengan menggunakan bahan es menuju tujuan pemasarannya, namun berbeda untuk pedagang pengecer atau pedagang kecil yang tidak menggunakan es dalam menjaga kualitas hasil tangkapannya. Hal ini karena pedagang pengecer maupun pedagang kecil membeli hasil tangkapan dalam jumlah yang relatif sedikit sehingga mereka beranggapan bahwa hasil tangkapan akan cepat habis tanpa membutuhkan waktu yang lama, selain itu juga pedagang menghemat biaya yang
10
dikeluarkan. Pada saat penanganan ini harus tetap diperhatikan, sebagaimana menurut Heruwati et al (2007) yang menjelaskan bahwa selama penjualan dan pengeceran, ikan harus dipertahankan suhunya agar tetap rendah dan ditempatkan khusus terpisah dari produk pangan lainnya. Ikan terlindung dari pengaruh panas sinar matahari, debu, serangga, binatang dan kotoran lainnya dan ikan jangan terlalu sering tersentuh oleh tangan. Penanganan yang dilakukan di PPP Lempasing tidak hanya untuk ikan segar saja namun juga terdapat ikan olahan. Mengingat sifat ikan yang cepat membusuk, Penanganan hasil tangkapan ini sangat penting untuk dilakukan. Oleh karena itu, sangat diperlukan tindakan yang tepat dan cermat dalam pencegahan pembusukan tersebut yaitu mulai dari saat penangkapan sampai tiba ditangan konsumen. Tindakan yang dimaksud adalah berupa pengawetan dan pengolahan seperti pengasinan/pengeringan, dan ikan fillet. Pengawetan/pengasinan pada ikan olahan di PPP Lempasing ini disortir berdasarkan jenis-jenis ikan kemudian dibuang isi perutnya untuk ikan yang berukuran agak besar, berbeda untuk ikan teri. Setelah dibuang isi perutnya kemudian ikan dicuci bersih dan ikan dimasukkan kedalam tong yang telah berisi rendaman garam lalu ditutup. Perendaman dilakukan selama 24 jam kemudian ikan dijemur di teriknya sinar matahari sampai kering. Penjemuran ini dilakukan dengan menggunakan kayu atau bambu yang masih menggunakan cara tradisional (Lampiran 2h). Berbeda untuk ikan fillet pertama dibersihkan dan dipisahkan antara tulang, kulit dan kepala dan dicuci bersih dan daging ditumbuk atau digiling halus kemudian dikemas per kilogram kemudian ditumpuk dengan bongkahan es agar kualitas tetap terjaga.
Pemasaran hasil tangkapan Pemasaran hasil tangkapan di PPP Lempasing berupa produk ikan segar dan ikan olahan (ikan asin, fillet). Kegiatan pemasaran hasil tangkapan yang dilakukan oleh nelayan di PPP Lempasing pada umumnya melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI), waktu lelang dilaksanakan pada pukul 05.00-07.00 WIB untuk pendaratan pertama dan mulai jam 19.00-21.00 WIB untuk pendaratan kedua, namun tidak semua nelayan menjual hasil tangkapannya melalui TPI. Menurut Rahardi et al (1998) tempat pelelangan ikan adalah pusat penampungan dan pemasaran beberapa jenis ikan dimana terjadinya transaksi penjualan dalam jumlah besar. Menurut Nasution et al (2004) sistem lelang adalah mempertemukan secara langsung antara kelompok penangkap ikan dengan pembeli di PPP/TPI untuk melakukan tawar menawar terhadap hasil penangkapan ikan yang telah didaratkan di TPI. Kegiatan lelang tersebut pembeli diberi kesempatan untuk mengajukan penawaran harga yang maksimal. Tidak semua nelayan menjual hasil tangkapannya ke TPI sebagaimana menurut Anggara (2012) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu dapat dilihat dari kriteria sistem pelelangan, proses pelelangan, waktu pelelangan dan retribusi pelelangan, selain itu pula dapat dilihat dari fasilitas pelelangan (kelengkapan fasilitas TPI), kelayakan dari fasilitas yang ada dan sanitasi lingkungan. Kriteria berikutnya berupa harga ikan dan ketergantungan nelayan terhadap tengkulak. Pada waktu pelelangan dilihat dari efisiensi waktu pelelangan, waktu pelelangan di TPI dengan waktu pendaratan hasil tangkapan tidak bersamaan sehingga nelayan
11
menjual hasil tangkapannya ke luar TPI karena dikhawatirkan mengalami kerugian karena mutu hasil tangkapan yang menurun. Daerah tujuan distribusi hasil tangkapan di PPP Lempasing ini meliputi Kota Bandar Lampung (lokal) dan distribusi di luar Kota Bandar Lampung. Untuk memenuhi kebutuhan ikan di PPP Lempasing, sebagian besar ikan berasal dari nelayan setempat yang didatangkan melalui laut namun ada juga dari daerah lain melalui jalur darat diantaranya dari Rembang, Tegal, Jakarta, Bengkulu, Palembang dan Medan (Gambar 2). PPP Lempasing
Rembang
Tegal
Jakarta
Bengkulu
Palembang
Medan
Gambar 2 Asal hasil tangkapan Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing menerima hasil tangkapan dari luar karena untuk memenuhi permintaan pasar. Hasil tangkapan ini datang ketika pasokan hasil tangkapan di PPP Lempasing rendah. Asal daerah hasil tangkapan ini mendistribusikan hasil tangkapannya ke PPP Lempasing karena untuk mendapatkan harga yang lebih baik dari daerah asalnya selain itu juga untuk memenuhi jenis ikan yang tidak terdapat di PPP Lempasing. Pengangkutan hasil tangkapan ini melalui jalur darat yaitu dengan menggunakan truck berpendingin. Penggunaan transportasi darat sering kali digunakan oleh para pedagang. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) menjelaskan bahwa penggunaan transportasi darat seperti penggunaan truk dan bus memiliki banyak keuntungan yaitu kecepatannya lebih tinggi, fleksibel (dapat diselenggarakan kapan saja dan dimana saja dan arahnya dapat diubah-ubah), tarif dan biaya lebih rendah, dan sanggup mengangkut barang tanpa banyak pengerjaan dan pemindahan sehingga resiko kerusakan kecil. Daerah penangkapan ikan oleh nelayan Lempasing ini meliputi daerah Laut Jawa dan di sekitar Teluk Lampung. Hasil tangkapan berupa ikan segar yaitu ikan alu-alu (Sphyraena spp), peperek (Leiognatus spp), selar (Selaroides leptolepis), tembang (Sardinela fimbriata), layur (Trichiurus lepturus) dan lain-lain. Ikan-ikan yang mendominasi di daerah tersebut adalah ikan kurisi (Nemipterus spp), kuniran (Upeneus sulphureus), tongkol (Auxis spp), cumi-cumi (Loligo spp) dan sotong (Sephia spp). Pemasaran ikan segar di PPP Lempasing terdiri dari 3 macam cara distribusi yaitu distribusi secara langsung, semi langsung dan tidak langsung. Distribusi langsung tidak mempergunakan pedagang perantara. Distribusi semi langsung produsen memasarkan hasil produksinya ke tangan pedagang eceran lalu ke konsumen. Distribusi tidak langsung dipengaruhi oleh jarak produsen ke konsumen, semakin jauh jarak konsumen maka semakin panjang dan rumit rantai pemasarannya (Rahardi et al 1998). Saluran pemasaran di PPP Lempasing dapat dilihat pada Gambar 3.
12
Nelayan
Pengumpul/pedagang besar
Pengecer
TPI
Pengumpul/pengolah
Pedagang lokal/pengecer
Pengolah
Konsumen
Gambar 3 Jalur pemasaran ikan segar di PPP Lempasing Gambar 3 merupakan saluran pemasaran yaitu kegiatan pedagang yang menyalurkan barang-barangnya dari produsen ke konsumen. Jalur pemasaran ini menunjukkan adanya kelompok yang berperan seperti nelayan/produsen, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang eceran, pengolah dan konsumen. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) nelayan adalah mereka yang tugas utamanya menghasilkan barang-barang. Pedagang pengumpul adalah mereka yang aktif membeli dan mengumpulkan barang dari produsen di daerah produksi dan menjualnya kepada pedagang perantara berikutnya dan jarang menjual kepada konsumen terakhir. Pedagang besar adalah mereka yang memperdagangkan hasil tangkapan dalam jumlah yang besar. Pedagang eceran adalah mereka yang menjual barang kepada konsumen terakhir di pasar eceran atau mendatangi rumah konsumen terakhir. Pengolah adalah mereka yang mengolah hasil tangkapan. Konsumen adalah setiap orang yang memakai barang yang telah tersedia untuk memenuhi kebutuhannya. Saluran pemasaran ikan segar di PPP Lempasing sebagian besar nelayan memasarkan hasil tangkapannya melalui TPI dengan cara di lelang namun ada juga nelayan yang memasarkan hasil tangkapannya langsung ke pedagang pengumpul/besar/pengolah. Distribusi langsung dilakukan oleh nelayan yang mendistribusikan langsung kepada konsumen. Distribusi semi langsung nelayan mendistribusikan hasil tangkapan melalui pedagang yang kemudian menjualnya kembali kepada konsumen. Distribusi tidak langsung dipengaruhi oleh jarak produsen ke konsumen, nelayan ke TPI kemudian memasarkan hasil tangkapannya ke pedagang pengumpul/besar/pengolah hingga sampai kepada konsumen akhir. Apabila dilihat dari pihak pedagang, sebagian pedagang banyak yang tidak membeli hasil tangkapan melalui pelelangan ikan dikarenakan mereka tidak sanggup jika harus membayar melalui transaksi saat pelelangan. Biaya yang dikeluarkan saat lelang lebih mahal dari pada langsung membeli ketika
13
pembongkaran hasil tangkapan oleh nelayan tersebut. Sebagaimana menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aziza (2000) menyatakan bahwa ada sebab lain nelayan menjual hasil tangkapan tidak melalui pelelangan yaitu karena pedagang memberikan modal bagi nelayan untuk biaya oprasi penangkapan dengan perjanjian hasil tangkapan nelayan dijual ke pedagang tersebut. Hasil tangkapan ikan segar yang dijual melalui pelelangan ikan didistribusikan ke daerah tujuan pemasaran seperti pusat pasar ikan Lempasing dan masyarakat yang tinggal di sekitar PPP Lempasing. Pedagang memasarkan hasil tangkapan tidak hanya di lokal Bandar Lampung saja tetapi juga mencapai Kota/Kabupaten Provinsi Lampung. Tujuan pasar di Bandar Lampung meliputi tujuan pasar tradisional. Pasar-pasar tradisional yang terdapat di Bandar Lampung meliputi pasar gudang lelang, pasar kangkung/ mambo, pasar pasir gintung, pasar cimeng, pasar way kandis, pasar panjang, pasar tamin, pasar tugu, pasar way halim, pasar bawah, pasar kemiling dan pasar smep, namun pedagang hanya memasarkan hasil tangkapannya di Kecamatan Kemiling, Tanjung Senang, Tanjung Karang Pusat, Kedaton, Teluk Betung Selatan dan Panjang. Selain itu, tujuan pasar di Kota/Kabupaten Provinsi Lampung meliputi Liwa, Tanggamus, Metro, Kalianda, dan Tulang Bawang. Transportasi yang digunakan yaitu jalur darat berupa transportasi motor, mobil pick up dan mobil angkutan umum. Saluran pemasaran ikan di PPP Lempasing tidak hanya untuk ikan segar saja namun juga ada untuk ikan olahan. Nelayan yang menjual hasil tangkapan ke pedagang pengolah akan diolah menjadi ikan asin dan fillet. Tempat pengolahan ini tidak jauh dari dermaga. Pembeli ikan olahan ini biasanya langganan dari pedagang pengolah dimana konsumen membeli langsung ke tempat pengolahan ikan di PPP Lempasing setiap hari. Ikan yang digunakan sebagai ikan asin yaitu ikan teri (Setipinna tenuifilis) dan ikan layur (Trichiurus lepturus). Ikan fillet yang akan diolah kembali menjadi produk bakso, tekwan, mpek-mpek, otak-otak biasanya menggunakan ikan layur (Trichiurus lepturus), ikan buntal (Tetranodon), ikan sebelah (Psettodidae), ikan lidah (Cynoglossus lingua), ikan raja ganteng dan ikan mata goyang. Hasil tangkapan yang telah diolah dikemas dengan menggunakan plastik untuk ikan fillet dan kardus/karung untuk ikan asin yang sebelumnya telah melalui proses penimbangan. Memasarkan hasil tangkapan dengan sifat yang cepat dan mudah rusak, memerlukan kecepatan dan perawatan serta handling tambahan selama perjalanan. Kecepatan pengangkutan sangat penting dalam distribusi hasil perikanan, sebab kalau terlambat ada dua resiko yang mungkin diderita oleh pedagang bersangkutan, yaitu pertama resiko yang disebabkan oleh turunnya harga barang dipasar yang dituju, dan kedua menyebabkan merosotnya kualitas barang. Pengangkutan ini melalui jalur darat karena jika menggunakan jalur air akan memakan waktu yang lebih lama (Irawan 1995). Ikan laut harus dilakukan handling dan packing dengan menggunakan es secukupnya guna mencegah pembusukan selama pemasaran (Hanafiah dan Saefuddin 1983). Menurut Dahuri (2000) ada 3 faktor utama yang membuat pemasaran produk perikanan masih lemah yaitu: 1. lemahnya penguasaan informasi tentang pesaing, segmen pasar, dan selera para konsumen tentang jenis dan mutu komoditas perikanan. 2. masih lemahnya kemampuan teknologi pasca panen (penanganan dan pengolahan) produk perikanan sesuai dengan selera konsumen dan standarisasi mutu produk dan 3. prasarana dan sarana sistem transportasi dan
14
komunikasi yang belum memadai untuk mendukung distribusi atau penyampaian produk perikanan dari produsen ke konsumen secara tepat waktu. Keadaan di PPP Lempasing sendiri yaitu masih lemahnya kemampuan teknologi pasca panen (penanganan dan pengolahan) produk perikanan sesuai dengan selera konsumen dan standarisasi mutu produk, prasarana, sarana sistem transportasi dan komunikasi yang belum memadai untuk mendukung distribusi atau penyampaian produk perikanan dari produsen ke konsumen secara tepat waktu. Pelabuhan perikanan pantai Lempasing ini memegang peranan penting sebagai tempat berlabuh kapal/perahu perikanan dan tempat melakukan kegiatan bongkar muat sarana produksi. Keberadaan pelabuhan perikanan di PPP Lempasing dalam arti fisik, seperti kapasitas pelabuhan harus mampu mendorong kegiatan ekonomi lainnya sehingga pelabuhan perikanan menjadi kawasan pengembangan industri perikanan. Pelabuhan sebagai tempat pemasaran, pengolahan dan distribusi hasil perikanan. Penjualan ikan dengan sistem pelelangan dapat menstabilkan harga ditingkat produsen. Kegiatan TPI yang ada di wilayah pelabuhan ini dapat dipakai sebagai indikator fungsi pelabuhan perikanan sebagai tempat pemasaran dan pengolahan ikan. Menurut Rashid dan Chaudhry (1973) dalam Soekartawi (2002) memberikan beberapa faktor yang dapat dipakai sebagai ukuran efisiensi pemasaran yaitu 1. Keuntungan pemasaran. 2. Harga yang diterima konsumen. 3. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan 4. Kompetisi pasar. Terlaksananya suatu kegiatan pemasaran dalam pelelangan ikan di PPP Lempasing ini memberikan keuntungan dalam hal ekonomi di pelabuhan tersebut, dengan mengikuti pelaksanaan pelelangan ikan konsumen akan mendapatkan harga yang lebih baik karena saluran pemasaran yang pendek sehingga memperkecil margin. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran sangat berperan penting dalam lancarnya pelaksanaan suatu pelelangan ikan.
Karakteristik Distribusi
Volume hasil tangkapan Menurut Darmawan (2006) volume persediaan adalah jumlah barang atau komoditi perikanan yang siap untuk dipasarkan di pasar tertentu. Volume penjualan adalah jumlah barang atau komoditi perikanan tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Volume hasil tangkapan di PPP Lempasing memiliki jumlah yang berbeda untuk setiap bulannya. Jenis ikan yang didaratkan yaitu ikan pelagis dan ikan demersal berupa ikan alu-alu (Sphyraena spp), peperek (Leiognatus spp), selar (Selaroides leptolepis), tembang (Sardinela fimbriata), cumi-cumi (Loligo spp) dan sotong (Sephia spp), layur (Trichiurus lepturus) dan lain-lain. Hasil tangkapan ini langsung didaratkan oleh nelayan PPP Lempasing yang mengoprasikan alat tangkapnya berupa dogol, purse seine, rampus, pancing dan payang di sekitar Pulau Jawa dan Teluk Lampung. Berdasarkan informasi dari petugas UPT PPP Lempasing ada pula hasil tangkapan yang masuk dari luar
15
Provinsi Lampung yaitu dari Medan, Jakarta, Palembang, Bengkulu, Rembang dan Tegal. PPP Lempasing mempunyai posisi yang cukup potensial sebagai daerah pemasaran hasil perikanan. Hal ini karena PPP Lempasing terletak di Teluk Betung yang merupakan lokasi ibukota Provinsi Lampung yang terdapat aktivitas perokonomian yang menjadi daya tarik masyarakat melakukan aktivitas ekonomi untuk memenuhi kebutuhan produk perikanan baik untuk kebutuhan pangan maupun industri. Asal daerah hasil tangkapan yang masuk ke PPP Lempasing dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Peta lokasi hasil tangkapan yang masuk ke PPP Lempasing tahun 2014 Gambar 4 menunjukkan hasil tangkapan yang masuk ke PPP Lempasing berasal dari luar Kota/Kabupaten Provinsi Lampung meliputi Rembang, Tegal, Jakarta, Bengkulu, Palembang dan Medan. Hasil tangkapan dari berbagai kota ini datang mendistribusikan hasil tangkapannya ketika musim paceklik, nelayan tidak berani melaut karena cuaca yang tidak memungkinkan untuk melaut. Pihak luar datang membawa hasil tangkapannya karena adanya informasi/relasi/hubungan baik diantara sesama nelayan/pedagang. Alasan hasil tangkapan mendistribusikan ke PPP Lempasing adalah agar dapat meningkatkan perekonomian dan untuk memperoleh harga yang lebih baik dari harga di daerah asalnya. Transportasi yang digunakan yaitu dengan menggunakan jalur darat berupa truk berpendingin. Produksi perikanan Lempasing berbeda-beda untuk setiap bulannya sesuai dengan musimnya (Gambar 5).
16
180.000 160.000 Volume HT (Ton)
140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 -
Bulan
Gambar 5 Grafik volume hasil tangkapan tahun 2013 Gambar 5 menunjukkan adanya fluktuasi hasil tangkapan yang masuk ke PPP Lempasing. Menurut Amri (2008) dalam Septiana (2013) musim barat (Desember hingga Februari), musim peralihan 1 (Maret hingga Mei), musim timur (Juni hingga Agustus), dan musim peralihan 2 (September hingga November). Musim timur adalah keadaan ketika perairan tenang dan nelayan dapat melakukan penangkapan ikan. Sedangkan untuk musim barat adalah keadaan ketika cuaca tidak mendukung untuk melakukan penangkapan ikan seperti terjadi akibat bulan purnama dan terjadinya gelombang atau ombak yang cukup besar yang mengakibatkan nelayan tidak melaut. Hasil tangkapan terendah yaitu pada Bulan Agustus sebesar 54.518 ton dan jumlah hasil tangkapan tertinggi pada Bulan Juli sebesar 202.263 ton. Bulan Juli dan Agustus merupakan musim timur, namun pada Bulan Agustus ini terjadi penurunan hasil tangkapan karena disebabkan oleh beberapa faktor. Hal ini sesuai dengan penelitian Mulyadi (2007) yang menyatakan bahwa faktor utama yang menghambat nelayan mendapat ikan lebih banyak selain faktor dari cuaca adalah kerusakan mesin, jaring/alat tangkap yang rusak, mahalnya harga perbekalan, dan transportasi/perahu yang digunakan terbatas. Selain itu juga menurut Murdiyanto (2004) faktor yang mempengaruhi produksi adalah faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi volume produksi ikan (cuaca, mesin, kondisi perairan laut) dan faktor internal meliputi jumlah nelayan, jumlah armada, jumlah alat tangkap, jenis dan ukuran alat tangkap, jenis dan ukuran armada. Hasil tangkapan di PPP Lempasing memiliki jenis yang beragam, mulai dari ikan pelagis dan ikan demersal. Ikan-ikan pelagis seperti ikan alu-alu, bandeng, japuh, lemuru, kembung, tembang dan lain-lain namun ada beberapa jenis ikan demersal seperti bawal, kakap, kuniran, kurisi, cumi-cumi, sotong, dan lain-lain (Lampiran 2). Berikut volume dan nilai jenis hasil tangkapan yang mendominasi, apabila dilihat dari volume hasil tangkapan terbesar tahun 2013 (Tabel 2).
17
Tabel 2 Volume dan nilai beberapa jenis ikan berdasarkan volume terbesar Hasil Tangkapan Kurisi Kuniran Tongkol Cumi-cumi Sotong
Volume (ton) 306.060 189.739 127.297 67.209 62.750
Nilai (Rp milyar) 3.63 1.58 1.89 1.68 1.12
Sumber : UPT PPP Lempasing, 2014 (diolah kembali)
Tabel 2 menunjukkan ikan yang memiliki volume hasil tangkapan terbanyak yaitu pada ikan kurisi dan jenis ikan pelagis lainnya. Hal ini karena alat tangkap yang digunakan di PPP Lempasing sebagian besar untuk menangkap ikan pelagis seperti purse seine, pancing, rampus dan payang. Nelayan biasanya melakukan penangkapan ikan hanya di sekitar Teluk Lampung saja karena kapal yang dipakai adalah kapal motor tempel yang memiliki keterbatasan melakukan penangkapan di perairan yang lebih luas. Hasil tangkapan yang didapatkan oleh nelayan ini kemudian didistribusikan menuju tujuan pasar. Pedagang membeli hasil tangkapan dari nelayan yang kemudian mendistribusikannya ke konsumen akhir. Tujuan pasar ini tidak hanya di Bandar Lampung (lokal) saja tetapi juga mencapai luar Bandar Lampung. Tujuan pasar Bandar Lampung meliputi kecamatan Kedaton, Tanjung Senang, Teluk Betung, Panjang, Kemiling dan Tanjung Karang (Tabel 3). Tabel 3 Volume tujuan pasar tradisional Bandar Lampung Tujuan Pasar Kedaton Tanjung Senang Teluk Betung Panjang Kemiling Tanjung Karang
Rata-rata volume HT (ton) 55.479 55.479 176.712 91.644 115.092 127.397
Sumber : wawancara dan UPT PPP Lempasing, 2014 (diolah kembali)
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata volume hasil tangkapan untuk setiap tujuan pasar tradisional Bandar Lampung berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan. Berikut peta pemasaran hasil tangkapan dari PPP Lempasing menuju pasar tradisional Kota Bandar Lampung berdasarkan volumenya (Gambar 6)
18
Gambar 6
Peta tujuan pasar di Bandar Lampung beserta volume hasil tangkapannya
Gambar 6 menunjukkan pedagang memasarkan hasil tangkapan di Bandar lampung menuju pasar-pasar tradisional seperti pasar tradisional Kemiling, Tanjung Karang Pusat, Tanjung Senang, Kedaton, Teluk Betung Selatan dan pasar tradisional Panjang. Rata-rata volume hasil tangkapan tujuan Kedaton dan Tanjung Senang masing-masing mencapai 55.479 ton, Teluk Betung sebesar 176.712 ton, Panjang sebesar 91.644 ton, Kemiling sebesar 115.092 ton dan Tanjung Karang sebesar 127.397 ton. Para pedagang ini memasarkan hasil tangkapan ke pasar-pasar tradisional dengan menggunakan sepeda motor, mobil angkutan umum maupun mobil pick up. Terlihat bahwa rata-rata volume hasil tangkapan terbesar pada tujuan Teluk Betung yaitu sebesar 176.712 ton. Pedagang lebih banyak memasarkan hasil tangkapannya ke Teluk Betung, hal ini karena letak dari pusat produksi yaitu PPP Lempasing sendiri adalah di Teluk Betung Bandar Lampung sehingga dapat memudahkan pedagang untuk menjual hasil tangkapannya lebih banyak. Hasil tangkapan ini didistribusikan pula oleh pedagang ke luar Bandar Lampung meliputi Kabupaten Lampung Barat, Lampung Selatan, Kota Metro, Tanggamus dan Tulang Bawang. Tujuan pasar beserta volume hasil tangkapan ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Rata-rata Volume HT di Provinsi Lampung Tujuan pasar Lampung Barat Lampung Selatan
Rata-rata volume HT (ton) 93.370 189.041
19
Tabel 4 Rata-rata Volume HT di Provinsi Lampung (lanjutan) Tujuan pasar Metro Tanggamus Tulang Bawang
Rata-rata volume HT (ton) 189.041 189.041 156.164
Sumber : wawancara dan UPT PPP Lempasing, 2014 (diolah kembali)
Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata volume hasil tangkapan untuk setiap tujuan Kabupaten Lampung Barat, Lampung Selatan, Kota Metro, Tanggamus dan Tulang Bawang sesuai dengan kebutuhan para pedagang yang akan mendistribusikan hasil tangkapan tersebut. Berikut peta pemasaran hasil tangkapan dari PPP Lempasing menuju tujuan pasar Kabupaten Lampung Barat, Lampung Selatan, Kota Metro, Tanggamus dan Tulang Bawang (Gambar 7).
Gambar 7
Peta tujuan pasar di Provinsi Lampung beserta volume hasil tangkapannya
Gambar 7 pedagang mendistribusikan hasil tangkapan dari Lempasing ke Kabupaten Lampung Barat, Lampung Selatan, Kota Metro, Tanggamus dan Tulang Bawang dengan menggunakan jalur darat yaitu melalui transportasi sepeda motor maupun dengan mobil pick up. Penggunaan transportasi darat ini sering sekali dilakukan oleh para pedagang. Rata-rata volume hasil tangkapan yang dipasarkan oleh pedagang dalam setahun ke Kabupaten Lampung Selatan, Kota Metro dan Tanggamus masing-masing mencapai 189.041 ton. Tidak jauh berbeda untuk daerah Kabupaten Tulang Bawang yaitu sebesar 156.164 ton. Kemudian untuk daerah Kabupaten Lampung Barat hanya sebesar 93.370 ton. Rata-rata volume hasil tangkapan terbesar yaitu pada tujuan pasar Lampung Selatan, Metro
20
dan Tanggamus. Hal ini karena faktor lokasi yang berdekatan dengan tempat produksi, selain itu dimungkinkan jumlah permintaan yang tinggi terhadap konsumen untuk mengkonsumsi ikan dan dimungkinkan pula adanya jenis hasil tangkapan yang tidak dimiliki dalam tujuan pasar tersebut. Hasil tangkapan terendah yaitu rata-rata volume hasil tangkapan pada tujuan pasar Lampung Barat sebesar 93.370 ton. Hal ini karena lokasi tujuan pasar yang jauh dari tempat produksi yang dapat mempengaruhi kualitas dari banyaknya hasil tangkapan yang didistribusikan. Rata-rata volume hasil tangkapan yang didapatkan berdasarkan masingmasing tujuan pasar lokal maupun antar Kota/Kabupaten Provinsi Lampung dihasilkan jumlah persentase untuk masing-masing tujuan pasar. Adapun persentase untuk setiap tujuan pasar tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah persentase tujuan pasar
Lokal
Tujuan pasar Bandar Lampung
Antar Kabupaten/ Kota Provinsi Lampung
Lampung Barat Lampung Selatan Metro Tanggamus Tulang Bawang
Jumlah HT (ton) Persentase (%) 621.804 43.23 93.370 6.49 189.041 13.14 189.041 13.14 189.041 13.14 156.164 10.86
Sumber : UPT PPP Lempasing, 2014 (diolah kembali)
Tabel 5 menunjukkan persentase jumlah hasil tangkapan lokal dan antar Kabupaten/Kota Provinsi Lampung. Jumlah persentase terbesar yaitu 43.23% pada tujuan pasar Bandar Lampung dan persentase tujuan pasar Provinsi Lampung untuk Lampung Selatan, Metro dan Tanggamus masing-masing sebesar 13.14%. Tulang Bawang sebesar 10.86 %. dan persentase Lampung Barat 6.49%. Persentase tujuan pasar terbesar yaitu pada tujuan pasar lokal (Bandar Lampung) karena merupakan dekat dengan pusat produksi hasil tangkapan yaitu Teluk Betung yang bertepatan di Bandar Lampung dan pedagang tidak mau mengambil resiko untuk memasarkan ke luar Lampung yang membutuhkan biaya lebih besar. Jarak yang ditempuh pun jauh sehingga memerlukan penanganan yang membutuhkan biaya yang besar untuk transportasi dan penanganannya berupa penggunaan bahan pengawet dan lain-lain.
Harga hasil tangkapan Harga merupakan hal yang penting dalam pemasaran. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) harga adalah nilai pasar (nilai tukar) dari barang tersebut yang dinyatakan dalam jumlah uang. Melalui harga, para konsumen menunjukkan jenis dan mutu barang dan jumlah yang dikehendaki. Pemasaran yang dilakukan oleh pedagang melalui pelelangan memiliki nilai atau harga dalam suatu hasil tangkapan tersebut.
21
Harga hasil tangkapan di PPP Lempasing untuk setiap jenis ikan berbedabeda baik ikan pelagis maupun ikan demersal. Hasil tangkapan yang dominan berdasarkan volume hasil tangkapannya di PPP Lempasing ini ada lima komoditas utama yaitu ikan kurisi, ikan kuniran, ikan tongkol, cumi-cumi dan sotong. Berbagai jenis hasil tangkapan yang dominan ini memiliki harga yang berbeda untuk pembelian langsung dari nelayan maupun ketika sudah berada ditangan konsumen (Tabel 6). Tabel 6 Harga ikan segar per kilogram tahun 2014 Nama Ikan Kurisi Kuniran Tongkol Cumi-cumi Sotong
Nelayan (Rp) 11 000 9 000 15 000 30 000 40 000
Pedagang (Rp) 12 000 16 000 18 000 45 000 55 000
Konsumen (Rp) 16 000 20 000 25 000 50 000 60 000
Margin (Rp) 5 000 11 000 10 000 20 000 20 000
Sumber : UPT PPP Lempasing dan hasil wawancara pedagang, 2014
Tabel 6 menunjukkan harga ikan untuk setiap pembelian akan berbeda jika pembelian langsung dari nelayan maupun ketika sampai ditangan konsumen. Pembelian melalui pedagang akan mendapatkan harga yang lebih tinggi dibandingkan langsung membeli ke nelayan. Sebagaimana menurut Aziza (2000) jarak saluran pemasaran dengan sumber produksi ikan berpengaruh pada harga. Semakin jauh saluran pemasaran terhadap sumber produksi, harga akan semakin tinggi karena ditambah dengan biaya transportasi dan biaya penanganan. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) margin adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. Saluran pemasaran yang panjang biasanya memperbesar margin pemasarannya yang menjadi beban bagi konsumen. Apabila dilihat dari data statistik produksi perikanan tangkap di PPP Lempasing tahun 2013 harga untuk setiap jenis ikan dari setiap bulannya cenderung stabil. Harga tersebut dapat dilihat dari pembagian antara nilai hasil tangkapan dan volumenya (Lampiran 3). Berikut nilai hasil tangkapan yang terdapat di PPP Lempasing pada tahun 2013 (Tabel 7) Tabel 7 Nilai Produksi hasil tangkapan tahun 2013 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
Nilai hasil tangkapan (Rp milyar) 1.56 1.35 1.77 1.61 1.64 1.38 1.82 0.73
Volume HT (ton) 131.435 115.531 153.515 135.181 140.344 117.598 139.056 54.518
22
Tabel 7 Nilai Produksi hasil tangkapan tahun 2013 (lanjutan) Bulan September Oktober November Desember
Nilai hasil tangkapan (Rp milyar) 1.91 1.25 1.14 1.16
Volume HT (ton) 156.196 107.540 98.314 89.234
Sumber : UPT PPP Lempasing (diolah kembali)
Tabel 7 menunjukkan nilai produksi hasil tangkapan di PPP Lempasing. Nilai produksi tertinggi pada Bulan September yaitu sebesar Rp1.91 milyar dan untuk nilai terendah yaitu pada Bulan Agustus sebesar Rp0.73 milyar Hal ini berbanding lurus dengan data volume hasil tangkapan. Sebagaimana pernyataan Hanafiah dan Saefuddin (1983) yang menyatakan bahwa ukuran produk baik dalam besar maupun berat berpengaruh pada harga. Harga tertinggi akan diterima untuk produk yang ukuran individunya lebih besar atau lebih berat. Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing dalam pemasaran hasil tangkapan membutuhkan biaya dalam penanganan hasil tangkapan yaitu seperti biaya es, transportasi dan air bersih. Pembiayaan untuk satu balok es sebesar Rp30 000. Terutama untuk musim ikan dengan kelimpahan sumberdaya ikan yang membutuhkan es yang banyak mengingat bahwa sifat ikan yang cepat membusuk, nelayan memasarkan hasil tangkapan dengan harga yang rendah untuk menarik konsumen agar membeli hasil tangkapan dalam jumlah yang banyak sehingga terhindar percepatan pembusukan ikan dan kerugian. Begitu pula sebaliknya ketika musim paceklik dengan hasil tangkapan yang sedikit, nelayan melakukan penanganan dengan menggunakan es sehingga harga jual ikan akan tinggi dipasaran karena ditambah biaya penanganannya. Sesuai pernyataan Hanafiah dan Saefuddin (1983) jika harga lebih tinggi maka jumlah barang yang dibeli lebih kecil dan jika harga lebih rendah jumlah yang dibeli lebih besar. Banyaknya hasil tangkapan tergantung oleh musim. Tingkat variasi dalam harga musiman dari tiap produk menunjukkan perbedaan dari satu musim kemusim lainnya. Harga ikan yang selalu berfluktuasi setiap musim penangkapan karena ketersediaan sumberdaya ikan di perairan. Fluktuasi harga musiman dapat terjadi secara tidak teratur karena disebabkan oleh faktor-faktor diluar kendali manusia seperti keadaan cuaca. Ciri-ciri lain dari produk perikanan yang dapat berpengaruh pada harganya adalah mutu, ukuran dan warna dari produk tersebut (Hanafiah dan Saefuddin 1983).
Kualitas hasil tangkapan Kualitas hasil tangkapan pada dasarnya adalah segar apabila langsung ditangkap dari perairan. Namun kesegaran ini akan menurun jika penanganan yang dilakukan tidak benar. Penanganan hasil tangkapan di PPP Lempasing masih sangat kurang memperhatikan kualitas dari ikan tersebut. Nelayan dan pedagang jarang menggunakan es ataupun garam dalam pemasaran hasil tangkapan. Selain itu, fasilitas yang digunakan seperti keranjang yang kotor dan kurangnya
23
penggunaan es dan juga nelayan yang merokok saat pembongkaran sehingga dikhawatirkan serbuk rokok akan menempel pada tubuh ikan. Apabila dilihat saat pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga ke TPI juga masih kurang karena hasil tangkapan yang terbuka tanpa pemberian terpal penutup maupun lapisan es menyebabkan kualitas ikan menurun. Kemudian untuk hasil tangkapan ketika pelelangan dengan peletakan ikan di atas lantai yang kotor tanpa alas dan masih terdapat genangan air dapat menyebabkan bakteri masuk ke tubuh ikan. Berdasarkan pengamatan di lapang bahwa hasil tangkapan terlihat warna daging merah, otot daging agak elastik, jaringan daging tidak pecah, mata bersih, terang dan menonjol, kulit normal, bersih, dan sedikit berlendir, tidak ada kerusakan fisik. Namun beberapa terlihat warna daging kurang merah, kulit normal dan berlendir, otot kulit kurang elastik, kondisi ikan tidak utuh, umumnya pada bagian punggung. Menurut Indriati dan Anggawati (2007) dalam Heruwati et al (2007) ciri-ciri ikan segar meliputi: 1. rupa dan warna ikan secara keseluruhan masih cerah, mengkilap spesifik sesuai dengan jenis ikan. 2. lender yang tipis, bening, encer menyelubungi tubuh ikan baunya normal dan khas jenis ikan. 3. sisik melekat kuat mengkilat dengan warna atau tanda khusus sesuai jenis ikan. 4. mata cemerlang, cembung, bening, pupil hitam dan tidak nampak. 5. insang berwarna merah cerah khas menurut jenis ikan, tertutup lender yang tipis, bening dan berbau segar. 6. bagian perut masih kuat, tidak pecah dan lubang dubur tertutup. Pengangkutan ketika menuju tujuan pasar, pedagang masih jarang yang memperhatikan penggunaan fasilitas di dalam transportasi. Sebagaimana menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) hasil perikanan harus didistribusikan dengan segera sejauh mana daerah konsumen berada. Hal ini membutuhkan kecepatan dan fasilitas pengangkutan, wadah (container), fasilitas penyimpanan dan pendinginan (refrigeration), pembiayaan dan mengharuskan tersedianya jasa-jasa penting lainnya untuk mengumpulkan hasil perikanan dari banyak usaha perikanan atau pelabuhan perikanan serta menyalurkannya kepada konsumen yang tersebar di seluruh daerah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Aktivitas distribusi hasil tangkapan di PPP Lempasing meliputi pendaratan, penanganan sampai dengan pemasaran. Pendaratan hasil tangkapan mulai pada pukul 03.00-05.00 WIB dan 17.00-19.00 WIB. Penanganan hasil tangkapan kurang terlalu diperhatikan oleh nelayan dan pedagang untuk menjaga kualitas ikan yang baik dan benar. Pemasaran yang dilakukan tidak
24
hanya di sekitar produksi (Bandar Lampung) seperti Kedaton, Kemiling, Panjang, Teluk Betung, Tanjung Karang, dan Tanjung Senang saja namun mencapai Provinsi Lampung meliputi Lampung Selatan, Lampung Barat, Metro, Tulang Bawang dan Tanggamus. 2. Karakteristik distribusi di PPP Lempasing meliputi volume, harga dan kualitas hasil tangkapan. Persentase volume hasil tangkapan lokal (Bandar Lampung) yaitu 43.23% dan persentase antar daerah Lampung Selatan, Metro dan Tanggamus masing-masing sebesar 13.14%. Tulang Bawang sebesar 10.86%. dan persentase Lampung Barat 6.49%. Harga untuk setiap jenis ikan berbeda antara hasil tangkapan yang dibeli langsung ke nelayan maupun ketika sudah berada ditangan pedagang. Harga ketika sampai ke pedagang akan lebih besar dari harga nelayan. Kualitas hasil tangkapan di PPP Lempasing kurang segar.
Saran
Saran yang diusulkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Nelayan harus memiliki kesadaran untuk melakukan penanganan hasil tangkapan yang baik agar hasil tangkapan tetap terjaga kesegarannya sehingga pendistribusian hasil tangkapan dapat menyebar secara meluas. 2. Perlu dilakukannya pendataan lengkap oleh UPT PPP Lempasing baik asal daerah hasil tangkapan maupun tujuan pasarnya. 3. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai alasan mengapa hasil tangkapan didistribusikan ke PPP Lempasing.
DAFTAR PUSTAKA
Anggara C. 2013. Analisis Pendapatan Nelayan PPP Lempasing Studi Kasus Nelayan Purse Seine dan Payang. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Aziza L. 2000. Studi Perbandingan Fasilitas Pangkalan Pendaratan Ikan Labuhan Maringgai dan Lempasing Berkaitan dengan Kualitas Produksi Ikan yang didaratkan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dahuri R. 2000. Membangun kembali perekonomian melalui reformasi perikanan. Di dalam: Budiman, Ikawati Y, Widyanto U, editor. Pendayagunaan Sumberdaya Kelautan untuk Kesejahteraan Rakyat (kumpulan pemikiran Rokhhmin Dahuri); 2014 Jul 10; Bogor, Indonesia. Jakarta (ID): LISPI. hlm 91.
25
Darmawan TRA. 2006. Distribusi Hasil Tangkapan DI Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zahman Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [DPK] Dinas Perikanan dan Kelautan. Produksi Perikanan Tangkap di Laut menurut Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2005-2010. Lampung. Hanafiah AM, Saefuddin AM. 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan. UI Press Heruwati ES, Ariyani F, Murniyati. 2007. Kumpulan Hasil-hasil Penelitian Pascapanen Perikanan Edisi Revisi. Jakarta (ID): Balai Besar Rist Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Irawan A. 1995. Pengawetan Ikan dan Hasil Perikanan. Solo: CV Aneka. Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta (ID): CV ANDI. Lubis E. 2012. Pelabuhan Perikanan. Bogor (ID): IPB Pr. Mulyadi MD. 2007. Analisis Pendaratan dan Penanganan Hasil Tangkapan dan Fasilitas terkait di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Murdiyanto B. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pantai. Jakarta (ID): COFISH Prosect. Nasution Z, Koehendrajana S, Purnomo AH. 2004. Jalur tataniaga hasil tangkapan ikan studi kasus kelompok penangkap ikan di Selat Atlas Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Di dalam: Hikmayani Y, Ramadhan A, editor. Prosiding Seminar Indikator Kinerja dan Hasil Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. 2014 Jul 10; Bogor, Indonesia. Jakarta (ID): Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. hlm 82. Rahardi F, Kristiawati R, Nazaruddin. 1998. Agribisnis Perikanan. Jakarta: Penebar Swadaya Septiana E. 2013. Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan Pelagis Kecil berdasarkan Kandungan Klorofil-A dan Komposisi Hasil Tangkapan di Perairan Teluk Lampung [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sevilla CG, Ochave JA, Punsalan TG, Regala BP, Uriarte GG. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta (ID) : UI Press Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo. [UPT PPPLBL] Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing Bandar Lampung. 2014. Laporan Tahunan Data Statistik Produksi Perikanan Tangkap PPP Lempasing Bulan Januari sampai Desember Tahun 2013. Lampung: UPT PPPLBL.
26
1 2 3 4 5 6 7 8 9
No.
Kabupaten/Kota Bandar Lampung Lampung Tengah Lampung Selatan Lampung Barat Tulangbawang Tanggamus Lampung Timur Pesawaran Mesuji Jumlah 133,546.00
137,727.90
135,214.20
2007 22,344.60 8,710.80 28,596.20 8,636.30 6,531.90 18,416.30 41,978.10 144,856.27
2008 25,315.34 9,242.25 24,185.69 9,359.30 6,873.10 18,953.90 41,641.89 9,284.80
Sumber: Dinas Perikanan dan Ilmu Kelautan Provinsi Lampung, 2014
2006 23,532.84 9,728.20 28,382.50 7,595.10 9,462.40 17,590.06 37,254.90 -
2005 25,800.10 9,561.00 27,236.30 7,228.70 12,874.20 15,999.10 39,028.50 164,551.10
2009 26,363.70 14,526.80 31,297.70 10,340.40 13,907.40 20,659.80 39,942.00 7,513.30
2010 28,264.90 2,806.10 28,966.9 10,719.20 5,765.30 18,298.90 38,496.40 9,326.80 1,167.40 143,811.900
Lampiran 1 Produksi Perikanan Tangkap di Laut menurut Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2005-2010 (satuan: Ton)
LAMPIRAN
26
27
Lampiran 2 Aktivitas Distribusi Hasil Tangkapan
2a. Penurunan HT sistem estafet
2b. Wadah HT
2c. Penyortiran oleh pedagang pengecer
2d.Pengangkutan dengan lori
2e. Penurunan HT tanpa es
2f.Pengangkutan keranjang tanpa penutup
28
2g. Pelelangan ikan
2h.Penjemuran ikan olahan
4,553 34 6,919 5,730
Bawal Hitam
Bawal Putih
Bentong
Beloso
Biji Nangka
Cendro
Cucut Lanyam
Cumi-Cumi
Gerot –Gerot
Golok-Golok
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
852
460
1,967
1,964
385
260
-
Bandeng
2
2,180
Volume (Kg)
7,606,000
46,100,000
190,638,000
305,000
45,104,000
4,500,000
12,135,000
17,792,000
19,250,000
4,099,000
-
20,952,000
Nilai (Rp.)
Januari
Alu-Alu
ITEM
1
No.
663
3,975
9,777
26
4,743
-
3,597
2,295
70
526
-
1,861
Volume (Kg)
6,434,000
29,175,000
224,998,000
235,000
47,545,000
-
26,877,000
20,733,000
3,500,000
12,276,000
-
18,133,000
Nilai (Rp.)
Pebruari
320
3,440
6,012
54
4,717
-
6,527
2,077
-
1,580
-
4,855
Volume (Kg)
3,267,000
22,900,000
134,519,000
390,000
47,330,000
-
54,952,000
24,647,000
-
28,432,000
-
40,256,000
Nilai (Rp.)
Maret
706
1,480
11,171
28
2,963
280
2,562
1,710
-
1,651
-
4,110
Volume (Kg)
6,745,000
13,350,000
236,722,000
245,000
26,787,000
1,400,000
21,125,000
15,957,000
-
23,096,000
-
38,456,000
Nilai (Rp.)
April
Lampiran 3Data Statistik Produksi Perikanan Tangkap PPP Lempasing Bulan Januari sampai April tahun 2013
29
29
30
Japuh
JulungJulung
Kakap Merah
Kapas – Kapas
Kembung
Kuniran
Kurisi
Kuro
Kuwe
Layang Benggol
Layaran
Layur
Lemadang
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
ITEM
13
No.
71
1,511
-
2,483
1,705
50
22,686
9,771
4,644
-
-
-
187
Volume (Kg)
820,000
9,924,000
-
35,580,000
25,607,000
800,000
280,183,000
68,655,000
69,154,000
-
-
-
1,116,000
Nilai (Rp.)
Januari
-
322
-
952
1,729
-
24,740
10,425
1,546
300
-
-
-
Volume (Kg)
-
1,984,000
-
11,928,000
22,753,000
-
283,039,000
92,185,000
27,503,000
1,200,000
-
-
-
Nilai (Rp.)
Pebruari
112
404
81
200
2,842
-
31,973
15,135
4,972
1,700
64
-
24
Volume (Kg)
1,323,000
2,692,000
1,055,000
3,500,000
50,287,000
-
367,043,000
125,600,000
65,999,000
5,350,000
1,060,000
-
145,000
Nilai (Rp.)
Maret
-
710
-
146
788
-
27,270
19,807
7,066
-
34
-
178
Volume (Kg)
-
4,330,000
-
1,495,000
9,444,000
-
308,022,000
161,967,000
100,303,000
-
497,000
-
1,111,000
Nilai (Rp.)
April
Lampiran 3Data Statistik Produksi Perikanan Tangkap PPP Lempasing Bulan Januari sampai April tahun 2013 (lanjutan)
30
Peperek
Pinjalo
Rejung
Sebelah
Selar Hijau
Selar Kuning
Sotong
Sunglir
Swanggi
TalangTalang
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
29
28
Manyung
27
Pari Kelelawar Pari Kembang
Lemuru
ITEM
26
No.
374
100
-
13,120
2,165
706
-
600
3,800
10,766
1,585
125
1,306
69
Volume (Kg)
3,063,000
300,000
-
242,300,000
28,375,000
10,501,000
-
2,300,000
24,600,000
40,917,000
8,828,000
1,158,000
10,454,000
410,000
Nilai (Rp.)
Januari
247
100
35
7,655
3,785
918
-
300
1,380
6,089
71
36
643
-
Volume (Kg)
2,374,000
600,000
518,000
139,200,000
35,750,000
13,874,000
-
1,900,000
8,300,000
23,052,000
598,500
275,000
5,792,000
-
Nilai (Rp.)
Pebruari
484
-
61
12,620
2,950
1,109
-
200
2,360
5,536
28
403
1,344
-
Volume (Kg)
3,985,000
-
750,000
216,350,000
28,650,000
16,533,000
-
1,000,000
13,350,000
24,975,000
843,000
2,905,000
11,335,000
-
Nilai (Rp.)
Maret
116
-
-
9,415
4,950
719
47
-
1,340
2,971
260
462
550
-
Volume (Kg)
709,000
-
-
157,000,000
55,750,000
10,691,000
330,000
-
8,250,000
15,880,000
1,230,000
3,767,000
5,669,000
-
Nilai (Rp.)
April
Lampiran 3Data Statistik Produksi Perikanan Tangkap PPP Lempasing Bulan Januari sampai April tahun 2013 (lanjutan)
31
31
32
Tembang
Tenggiri
Teri
Tetengkek
Tongkol Krai
Ikan Lainnya
40
41
42
43
44
45
JUMLAH
ITEM
No.
131,435
23,729
1,971
424
-
156
2,027
Volume (Kg)
1,558,417,000
275,844,000
29,611,000
3,657,000
-
3,090,000
12,689,000
Nilai (Rp.)
Januari
1,351,592,500
231,466,000
36,940,000
10,405,000
170,000
2,551,000
7,329,000
Nilai (Rp.)
Sumber : UPT PPP Lempasing
115,531
21,701
2,483
1,241
14
102
1,184
Volume (Kg)
Pebruari
153,515
27,225
11,007
307
104
40
648
Volume (Kg)
1,771,825,000
298,248,000
163,643,000
3,082,000
851,000
1,318,000
3,260,000
Nilai (Rp.)
Maret
135,181
21,888
8,280
527
57
128
811
Volume (Kg)
1,607,211,000
242,808,000
120,176,000
5,383,000
675,000
2,867,000
4,974,000
Nilai (Rp.)
April
Lampiran 3Data Statistik Produksi Perikanan Tangkap PPP Lempasing Bulan Januari sampai April tahun 2013 (lanjutan)
32
Alu-Alu
Bandeng
Bawal Hitam
Bawal Putih
Bentong
Beloso
Biji Nangka
Cendro
Cucut Lanyam
Cumi-Cumi
Gerot -Gerot
Golok-Golok
Japuh
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
ITEM
1
No.
666
425
435
8,073
24
2,831
4,032
1,896
434
5,112
Volume (Kg)
-
-
-
4,988,000
3,919,000
3,900,000
227,562,000
170,000
29,195,000
-
27,682,000
17,346,000
-
9,883,000
-
45,334,000
Nilai (Rp.)
Mei
154
895
990
6,275
2,618
2,878
953
373
2,568
Volume (Kg)
-
-
-
-
807,000
8,192,000
9,900,000
189,857,000
-
25,938,000
-
20,764,000
12,519,000
-
7,316,000
-
22,918,000
Nilai (Rp.)
Juni
-
1,212
400
5,034
-
6,459
-
1,300
1,501
40
383
-
2,923
Volume (Kg) Nilai (Rp.)
-
10,952,000
4,400,000
122,670,000
-
64,271,000
-
9,825,000
14,193,000
1,000,000
7,470,000
-
36,750,000
Juli
-
738
-
1,623
-
2,037
-
485
1,015
-
49
-
1,240
Volume (Kg)
-
6,946,000
-
36,868,000
-
20,203,000
-
4,230,000
9,249,000
-
1,135,000
-
15,184,000
Nilai (Rp.)
Agustus
Lampiran 3Data Statistik Produksi Perikanan Tangkap PPP Lempasing Bulan Mei sampai Agustus tahun 2013 (lanjutan)
33
33
34
ITEM
Julung-Julung
Kakap Merah
Kapas -Kapas
Kembung
Kuniran
Kurisi
Kuro
Kuwe
Layang Benggol
Layaran
Layur
Lemadang
Lemuru
Manyung
No.
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
620
52
50
1,336
200
377
3,040
35,174
29,085
4,620
600
36
Volume (Kg)
-
-
6,110,000
465,000
580,000
8,579,000
3,500,000
5,288,000
34,706,000
-
386,820,000
236,190,000
74,090,000
2,400,000
912,000
-
Nilai (Rp.)
Mei
320
27
192
951
251
1,858
31,616
18,895
4,583
Volume (Kg)
-
-
-
-
-
2,823,000
160,000
2,280,000
6,750,000
-
3,443,000
36,023,000
-
352,894,000
146,730,000
68,722,000
-
-
-
Nilai (Rp.)
Juni
617
142
-
1,284
31
1,095
2,593
-
30,403
20,901
6,487
100
380
-
Volume (Kg)
300,000
5,938,000
-
Nilai (Rp.)
6,290,000
1,463,000
-
8,084,000
372,000
14,771,000
41,818,000
-
402,952,000
203,657,000
96,434,000
Juli
175
-
-
525
38
157
1,417
-
9,532
4,254
2,902
-
128
-
Volume (Kg)
2,100,000
-
-
3,146,000
955,000
1,258,000
20,899,000
-
141,358,000
45,602,000
46,659,000
-
3,070,000
-
Nilai (Rp.)
Agustus
Lampiran 3Data Statistik Produksi Perikanan Tangkap PPP Lempasing Bulan Mei sampai Agustus tahun 2013 (lanjutan)
34
ITEM
Pari Kelelawar
Pari Kembang
Peperek
Pinjalo
Rejung
Sebelah
Selar Hijau
Selar Kuning
Sotong
Sunglir
Swanggi
Talang-Talang
Tembang
Tenggiri
No.
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
173
365
74
105
45
3,580
740
476
106
400
700
1,500
158
Volume (Kg)
-
4,086,000
2,192,000
981,000
2,000,000
670,000
60,500,000
7,875,000
7,157,000
964,000
2,100,000
4,400,000
8,437,000
-
968,000
Nilai (Rp.)
Mei
32
275
297
1,140
4,650
485
428
266
140
1,100
2,334
135
337
Volume (Kg)
-
688,000
1,377,000
2,102,000
4,325,000
-
75,800,000
4,925,000
7,158,000
2,345,000
1,450,000
7,200,000
14,992,000
722,000
2,664,000
Nilai (Rp.)
Juni
241
635
246
700
-
4,080
820
1,034
-
-
1,790
1,197
174
27
Volume (Kg)
8,289,000
836,500
240,000
Nilai (Rp.)
5,133,000
4,798,000
1,653,000
2,700,000
-
78,650,000
9,850,000
15,291,000
-
-
13,300,000
Juli
218
197
-
-
32
610
70
361
169
-
-
943
-
229
Volume (Kg)
4,887,000
1,180,000
-
-
480,000
12,900,000
1,200,000
5,417,000
1,714,000
-
-
5,370,000
-
1,377,000
Nilai (Rp.)
Agustus
Lampiran 3Data Statistik Produksi Perikanan Tangkap PPP Lempasing Bulan Mei sampai Agustus tahun 2013 (lanjutan)
35
35
36
Tetengkek
Tongkol Krai
Ikan Lainnya
43
44
45
JUMLAH
Teri
ITEM
42
No.
140,344
22328
10,286
155
35
Volume (Kg)
1,638,513,000
251,982,000
152,904,000
1,263,000
415,000
Nilai (Rp.)
Mei
1,376,728,000
274,205,000
46,338,000
6,729,000
5,672,000
Nilai (Rp.)
139,056
18,046
25,327
1,155
299
Volume (Kg)
Sumber : UPT PPP Lempasing
117,598
25172
3,076
706
628
Volume (Kg)
Juni
3,595,000
Nilai (Rp.)
1,817,858,500
228,061,000
379,885,000
11,967,000
Juli
54,518
14,083
10,562
585
144
Volume (Kg)
732,661,000
174,965,000
157,867,000
4,742,000
1,700,000
Nilai (Rp.)
Agustus
Lampiran 3Data Statistik Produksi Perikanan Tangkap PPP Lempasing Bulan Mei sampai Agustus tahun 2013 (lanjutan)
36
Alu-Alu
Bandeng
Bawal Hitam
Bawal Putih
Bentong
Beloso
Biji Nangka
Cendro
Cucut Lanyam
Cumi-Cumi
Gerot –Gerot
Golok-Golok
Japuh
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
ITEM
1
No.
263
517
200
4,852
4,285
5,457
966
320
3,920
-
-
-
1,315,000
4,624,000
3,200,000
133,351,000
42,574,000
-
37,716,000
11,650,000
-
5,560,000
-
40,087,000
September Volume Nilai (Rp.) (Kg)
50
341
780
1,748
4,238
3,929
725
1,419
Volume (Kg)
-
-
-
-
-
303,000
3,106,000
6,850,000
44,680,000
-
42,128,000
-
26,485,000
7,140,000
-
-
-
16,961,000
Nilai (Rp.)
Oktober
167
663
380
2,592
3,518
200
3,250
2,463
122
1,942
-
-
-
1,315,000
6,574,000
2,450,000
53,433,000
-
35,187,000
2,500,000
27,552,000
22,794,000
-
3,021,000
-
20,017,000
November Volume Nilai (Rp.) (Kg)
24
787
290
3,133
5,450
600
398
1,391
60
28
1,520
Volume (Kg)
-
-
120,000
7,213,000
4,150,000
82,533,000
54,421,000
7,000,000
4,333,000
19,286,000
1,100,000
510,000
14,035,000
Nilai (Rp.)
Desember
Lampiran 3Data Statistik Produksi Perikanan Tangkap PPP Lempasing Bulan Mei sampai Agustus tahun 2013 (lanjutan)
37
37
38
ITEM
Julung-Julung
Kakap Merah
Kapas -Kapas
Kembung
Kuniran
Kurisi
Kuro
Kuwe
Layang Benggol
Layaran
Layur
Lemadang
Lemuru
No.
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
1,222
76
488
5,544
38,735
24,013
3,806
-
-
-
-
-
-
-
-
9,108,000
1,730,000
6,037,000
107,150,000
-
430,937,000
207,609,000
58,140,000
-
-
-
September Volume Nilai (Rp.) (Kg)
36
2,542
20
204
3,098
20,129
12,835
2,825
Volume (Kg)
-
-
-
-
-
-
430,000
18,809,000
235,000
2,935,000
48,404,000
-
216,933,000
89,309,000
40,206,000
-
-
-
Nilai (Rp.)
Oktober
4,397
23
238
5,438
17,522
16,388
2,315
160
32
-
-
-
-
-
-
34,266,000
595,000
2,393,000
84,791,000
-
215,461,000
124,183,000
43,571,000
800,000
912,000
-
November Volume Nilai (Rp.) (Kg)
74
284
918
80
520
2,669
16,280
8,230
2,459
80
Volume (Kg)
-
-
-
372,000
3,285,000
7,193,000
1,305,000
6,493,000
64,513,000
242,651,000
80,672,000
37,685,000
1,769,000
Nilai (Rp.)
Desember
Lampiran 3Data Statistik Produksi Perikanan Tangkap PPP Lempasing Bulan Mei sampai Agustus tahun 2013 (lanjutan)
38
Manyung
Pari Kelelawar
Pari Kembang
Peperek
Pinjalo
Rejung
Sebelah
Selar Hijau
Selar Kuning
Sotong
Sunglir
Swanggi
Talang-Talang
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
ITEM
27
No.
21
2,060
360
788
347
1,686
650
562
-
-
-
-
-
175,000
-
-
40,300,000
4,150,000
12,623,000
3,030,000
-
-
13,156,000
-
4,579,000
4,123,000
September Volume Nilai (Rp.) (Kg)
162
88
1,160
140
565
1,260
265
85
Volume (Kg)
-
-
-
-
-
1,185,000
-
1,050,000
23,260,000
1,000,000
8,458,000
-
-
-
7,725,000
927,500
704,000
-
Nilai (Rp.)
Oktober
35
450
1,050
300
1,408
26
140
700
856
528
153
742
-
314,000
2,700,000
-
18,700,000
3,250,000
21,105,000
279,000
1,000,000
6,300,000
5,014,000
1,848,000
951,000
8,865,000
November Volume Nilai (Rp.) (Kg)
271
2,750
1,010
1,523
1,910
6,612
603
112
2,128
Volume (Kg)
-
-
-
-
2,334,000
51,250,000
12,350,000
23,705,000
15,200,000
23,928,000
4,550,000
900,000
19,608,000
Nilai (Rp.)
Desember
Lampiran 3Data Statistik Produksi Perikanan Tangkap PPP Lempasing Bulan Mei sampai Agustus tahun 2013 (lanjutan)
39
39
40
Tenggiri
Teri
Tetengkek
Tongkol Krai
Ikan Lainnya
41
42
43
44
45
JUMLAH
Tembang
ITEM
40
No.
156,196
27,563
26,809
133
197
66
290
1,906,860,000
314,984,000
402,098,000
1,336,000
1,785,000
2,207,000
1,526,000
September Volume Nilai (Rp.) (Kg)
1,251,699,500
397,639,000
239,389,000
3,324,000
351,000
780,000
993,000
Nilai (Rp.)
Oktober
Sumber : UPT PPP Lempasing
107,540
32,102
16,248
326
25
29
166
Volume (Kg)
98,314
20,880
8,157
588
243
65
183
1,135,501,000
254,941,000
118,194,000
4,490,000
2,905,000
1,601,000
1,229,000
November Volume Nilai (Rp.) (Kg)
-
46,410,000
21,998,000
672,000
2,437,000
Nilai (Rp.)
Desember
89,234
1,155,874,000
21409 289,893,000
3,091
1,981
76
483
Volume (Kg)
Lampiran 3Data Statistik Produksi Perikanan Tangkap PPP Lempasing Bulan Mei sampai Agustus tahun 2013 (lanjutan)
40
41
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Teluk Betung Bandar Lampung pada tanggal 02 April tahun 1992 dari pasangan Bapak A. Syihabuddin HS dan Ibu Yulida Awaliyah. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2005 di SD Negeri 1 Waydadi Sukarame Bandar Lampung.Lalu pada tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertamanya di MTsN 2 Bandar Lampung. Tahun 2010penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya di MAN 1 (MODEL) Bandar Lampung. Selanjutnya pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur USMI di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan penulis mengambil Minor Komunikasi. Selama masa perkuliahan penulis aktif berorganisasi di Agria Swara IPB pada tahun 2010, selain itu penulis juga aktif di FKM-C sebagai sekretaris divisi CM pada tahun 2012 dan penulis pun aktif di FOSMA IPB divisi staff eksternal pada tahun 2013 sampai sekarang.