515
Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini)
KERAGAAN PERTUMBUHAN BENIH Cherax quadricarinatus DARI BERBAGAI LOKASI UNTUK MENCAPAI UKURAN 5–6 INCI Irin Iriana Kusmini dan Gleni Hasan Huwoyon Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Raya Sempur No. 1, Bogor E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Perkembangan pembenihan lobster air tawar tidak dibarengi dengan peningkatan teknologi budidaya yang menyebabkan terhambatnya produksi lobster untuk kebutuhan konsumen. Ukuran lobster yang dikehendaki konsumen adalah ukuran 5–6 inci, namun kemampuan produksi para pembudidaya hanya sampai 4 inci. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan pertumbuhan lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) hingga mencapai ukuran 5–6 inci. Benih-benih Cherax quadricarinatus ukuran 3 inci dari 3 lokasi yang berbeda sebanyak 25 ekor betina dan 25 ekor jantan dipelihara di kolam ukuran 5 m2, dengan kepadatan sama dan dalam waktu yang sama menggunakan 3 ulangan. Pakan pelet udang kandungan protein 40% diberikan sebanyak 3%–10% dari bobot biomassa/hari dan diamati populasi mana yang paling cepat mencapai ukuran 5–6 inci. Sampling dilakukan dua minggu sekali untuk mendapatkan data bobot badan, panjang standar, dan panjang total tiap individu. Adapun parameter yang diukur meliputi: rata-rata pertumbuhan (bobot, panjang standar, dan panjang total) individu, ragam, simpangan baku, serta sintasan lobster air tawar dari masing-masing lokasi yang berbeda, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Setelah 3 bulan pemeliharaan benih lobster air tawar yang didatangkan dari Tangerang, Bogor, dan Tulung Agung menunjukkan adanya pertambahan panjang sebesar 6,6–7,0 cm dan adanya pertambahan bobot sebesar 58,6–71,9 g. Pertambahan panjang terbaik adalah benih lobster air tawar asal Tangerang (7,0 ± 0,47) demikian juga untuk pertambahan bobot badan (71,9 ± 9,74). Sintasan terbaik adalah benih lobster air tawar asal Bogor (55,6 ± 10,72).
KATA KUNCI:
Cherax quadricarinatus, benih, pertumbuhan, lokasi
PENDAHULUAN Lobster air tawar Cherax sp. adalah jenis endemik dan merupakan komoditas perikanan spesifik lokal asal Papua dan Australia yang termasuk dalam famili Parastacidae dan genus Cherax (Sukmajaya & Suharjo, 2003). Cherax quadricarinatus atau yang lebih dikenal dengan sebutan Red claw, lebih mudah dalam beradaptasi pada lingkungan budidaya di luar habitatnya bila dibandingkan dengan jenis lobster air tawar lainnya dan tidak ada masalah dalam kegiatan reproduksinya. Sehingga Cherax quadricarinatus merupakan jenis lobster air tawar yang cocok untuk dibudidayakan di luar habitatnya, dan mempunyai prospek budidaya yang baik untuk dikonsumsi masyarakat guna memenuhi kebutuhan gizi. Ketersediaan benih yang bermutu unggul, baik dari segi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas, seringkali merupakan masalah yang dihadapi dalam budidaya ikan, termasuk budidaya lobster air tawar. Umumnya pada tahap awal kegiatan budidaya yang sedang berkembang seperti halnya lobster air tawar, produksi terlihat cukup bagus, namun lambat laun akan menurun pada generasi berikutnya sebagai akibat penggunaan mutu benih dan induk yang semakin menurun kualitasnya (Rustadi et al., 2007). Teknologi budidaya lobster air tawar untuk mencapai ukuran tertentu dapat berhasil bila ditunjang oleh faktor genetik dari induk serta sistem budidaya yang tepat, baik dari segi pemilihan induk, pakan, lokasi, dan kualitas air yang memenuhi syarat untuk pertumbuhan. Induk yang memiliki keragaman genetik yang tinggi akan mempunyai keturunan yang lebih baik seperti benih yang tumbuh lebih cepat. Tingkat keragaman genetik yang tinggi dapat disebabkan dari hasil mutasi gen dan bisa diakibatkan karena adanya migrasi (Falconer, 1989), sehingga benih yang didapat dari lokasi yang berbeda dapat mengekspresikan keragaman genetik yang berbeda pula. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai ekspresi keragaman tersebut dari beberapa lokasi untuk melihat trait pertumbuhannya. Benih dari lokasi mana yang dapat mencapai ukuran konsumsi yang diinginkan oleh pasar (5–6 inci).
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
516
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaan pertumbuhan lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) hingga mencapai ukuran 5–6 inci. METODOLOGI Penelitian dilakukan di Instalasi Lingkungan dan Toksikologi Cibalagung, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor, Jawa Barat.
Gambar 1. Kolam pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus Benih Cherax quadricarinatus ukuran 3 inci dari 3 lokasi yang berbeda masing-masing sebanyak 25 ekor betina dan 25 ekor jantan. Benih-benih tersebut dipelihara di kolam ukuran 5 m2 secara terpisah berdasarkan asal lobster air tawar, dengan masing-masing lokasi populasi 3 ulangan (Gambar 1). Kolam diberi shelter dan benih dipelihara dengan kepadatan sama dan dalam waktu yang sama, diamati populasi mana yang paling cepat mencapai ukuran 5–6 inci. Lobster diberi pakan udang kandungan protein 40% sebanyak 3%–10% dari bobot biomassa/hari. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan (lokasi asal lobster air tawar) dan 3 ulangan. Sampling dilakukan setiap dua minggu sekali untuk mendapatkan data bobot badan, panjang standar, dan panjang total tiap individu. Adapun parameter yang diukur meliputi: rata-rata pertumbuhan (bobot, panjang standar, dan panjang total) individu, ragam, simpangan baku, serta sintasan lobster air tawar dari masing-masing lokasi yang berbeda Analisis dilakukan terhadap pertumbuhan bobot individu lobster air tawar selama pemeliharaan, dinyatakan dalam pertambahan bobot rata-rata (g). Rataan Pertumbuhan
X=
∑ X 1 + ∑ X 2 + ∑ X 3 + ..... + ∑ X n n
Keterangan: X : Rataan pertambahan bobot individu X : Nilai setiap individu n : Jumlah individu pada satu kolam pemeliharaan
Ragam Keragaman benih dalam sampel dihitung dengan rumus (Noor, 1996) :
517
Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini)
S2 = Keterangan: S2 : X : : X n :
∑ (X - X)2 n -1
Keragaman Nilai setiap individu Rataan sampel Jumlah individu
Simpangan baku Simpangan baku (standar deviasi) dihitung dengan rumus (Noor, 1996):
∂ = S2 Keterangan:
∂
S2
: :
Simpangan baku Keragaman
Sintasan
SR =
Keterangan: SR : Nt : No :
Nt x 100% No
Sintasan (%) Jumlah individu pada akhir penelitian (ekor) Jumlah individu pada awal penelitian (ekor)
HASIL DAN BAHASAN Pertambahan panjang dan bobot badan Cherax quadricarinatus yang berasal dari beberapa lokasi, terlihat adanya kenaikan secara linier. Pertambahan panjang total, standar, dan kepala Cherax quadricarinatus yang dipelihara dalam waktu 3 bulan asal Tangerang mempunyai kenaikan sebesar (7,0 ± 0,47); Tulung Agung (6,6 ± 0,22); dan Bogor (6,6 ± 0,21). Pertambahan panjang standar Cherax quadricarinatus asal Tangerang (5,4 ± 0,47); Tulung Agung (5,1 ± 0,14); dan Bogor (5,1 ± 0,08). Pertambahan panjang kepala Cherax quadricarinatus asal Tangerang (3,1 ± 0,32); Tulung Agung (2,8 ± 0,12); dan Bogor (2,8 ± 0,10). (Gambar 1–4).
Bobot badan (g)
100.0
T ulung Agung T angerang Bo go r
80.0 60.0 40.0 20.0 0.0 1
2
3
4
5
6
Sa mpling keGambar 1. Pertambahan bobot badan Cherax quadricarinatus dari berbagai lokasi
518
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
Panjang total (cm)
14.0 12.0 10.0 8.0 6.0
T ulung Agung T angerang Bo go r
4.0 2.0 0.0 1
2
3
4
5
6
Sa mpling keGambar 2. Pertambahan panjang total Cherax quadricarinatus dari berbagai lokasi
Panjang standar (cm)
12.0 10.0 8.0 6.0 T ulung Agung T angerang Bo go r
4.0 2.0 0.0 1
2
3
4
5
6
Sa mpling keGambar 3. Pertambahan panjang standar Cherax quadricarinatus dari berbagai lokasi
Panjang kepala (cm)
6.0 5.0 4.0 3.0 T ulung Agung T angerang Bo go r
2.0 1.0 0.0 1
2
3
4
5
6
Sa mpling keGambar 4. Pertambahan panjang kepala Cherax quadricarinatus dari berbagai lokasi
Pertambahan panjang Cherax quadricarinatus dari berbagai lokasi selama pemeliharaan menunjukkan kenaikan secara linier baik itu pada lobster air tawar yang berasal dari Tangerang, Tulung Agung, maupun Bogor.
519
Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini)
Berdasarkan analisis secara statistik, hasil pertambahan panjang lobster air tawar tidak berbeda nyata (P>0,05). Adanya perbedaan pertambahan panjang pada masing-masing lokasi yang diperoleh memberikan indikasi adanya perbedaan pertumbuhan secara morfometri dari masing-masing lokasi yang yang berbeda. Tabel 1. Pertambahan panjang dan koefisien keragaman (CV) lobster air tawar dari berbagai lokasi selama pemeliharaan Parameter Panjang awal (cm) Panjang akhir (cm) Koefisien keragaman awal (%) Koefisien keragaman akhir (%) Pertambahan panjang (cm)
Lokasi Lobster Air Tawar Tulung Agung
Tangerang
Bogor
6,1±0,01 12,7±0,23 6,2±0,76 8,7±1,29 6,6±0,22a
6,1±0,04 13,1±0,43 4,7±0,64 6,3±0,84 7,0±0,47a
6,1±0,02 12,6±0,23 3,9±0,57 7,8±0,50 6,6±0,21a
Pertambahan panjang total lobster air tawar dari berkisar antara 6,6–7,0 cm, lebih baik daripada pertumbuhan yang ada di masyarakat, hal ini disebabkan karena pengaruh padat tebar awal yang dilakukan memiliki ukuran yang seragam sehingga dapat diperoleh pertambahan panjang yang optimal. Selain itu, waktu pemberian pakan juga akan mempengaruhi kualitas pertambahan panjang lobster air tawar yang dipelihara akan berbeda hasilnya bila dibandingkan dengan yang dipelihara masyarakat yang hanya mengandalkan pakan seadanya dan tidak ada pengaturan waktu pemberian pakan. Kusmini (2009) menyatakan bahwa rata-rata pertambahan panjang huna capitmerah yang dipelihara oleh masyarakat dari ukuran 2 inci (5 cm) selama 6 bulan hanya mencapai ukuran 4 inci (10 cm). Tabel 2. Pertambahan bobot badan dan koefisien keragaman (CV) lobster air tawar dari berbagai lokasi selama pemeliharaan
Parameter Bobot awal (g) Bobot akhir (g) Koefisien keragaman awal (%) Koefisien keragaman akhir (%) Pertambahan bobot (g)
Lokasi lobster air tawar Tulung Agung 5,6±0,10 66,4±5,16 22,0±2,24 37,9±2,56 60,8±5,07a
Tangerang
Bogor
5,8±0,03 5,7±0,09 77,7±9,76 64,3±5,81 14,2±2,04 11,4±1,71 26,4±2,76 37,5±2,43 71,9±9,74a 58,6±5,74a
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara nyata pada setiap perlakuan (P>0,05) (Tabel 2). Kusmini (2009) menyatakan bahwa huna capitmerah yang dipelihara sampai umur 7 bulan mengalami kenaikan bobot badan rata-rata sebesar 36,77 g, sedangkan dari hasil penelitian Ahmad & Sofiarsih (2006) menunjukkan bahwa pemeliharaan Cherax yang dibesarkan selama 6 bulan di kolam dapat menghasilkan bobot badan dengan kisaran 20–30 g/ekor dengan kenaikan bobot per bulan sekitar 10%–20%. Hasil penelitian Jones et al. (2000) di Australia menyatakan bahwa Cherax quadricarinatus dengan bobot awal 7,0 g, setelah dipelihara di kolam selama 180 hari (6 bulan) menunjukkan peningkatan sebesar 40,5 g, hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti adanya perbedaan bobot awal pada benih yang ditebar, perbedaan padat tebar, lingkungan, pakan, dan faktor genetik.
520
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa lobster air tawar dari daerah Tangerang, Tulung Agung maupun Bogor layak untuk dikembangkan oleh masyarakat, karena dari segi pertambahan bobot menunjukkan pertambahan yang cukup tinggi yaitu sebesar 58,6–71,9 g dalam jangka waktu 3 bulan, hal ini dikarenakan kualitas lobster air tawar dari beberapa lokasi tersebut masih terjaga khususnya faktor genetiknya. Faktor penentu lainnya seperti keseragaman ukuran bobot badan awal penebaran serta tingkat padat tebar benih yang ditebar akan mengurangi tingkat dominansi antara lobster besar dengan yang kecil. Pertambahan bobot badan lobster air tawar yang tinggi di kolam pemeliharaan dapat disebabkan oleh karena faktor lingkungan tempat pembesaran sesuai dengan kondisi habitatnya, selain itu, tersedianya pakan alami di dalam kolam yang melimpah sehingga dapat memacu pertumbuhan lobster air tawar menjadi optimal, serta pemberian pakan berupa pelet udang yang diberikan setiap harinya menjadi faktor penentu untuk dapat meningkatkan laju pertumbuhan bobot badan dari lobster air tawar yang dipelihara pada kolam. Dari Tabel 1 dan 2 terlihat bahwa nilai koefisien keragaman antara lobster air tawar yang berasal dari Tulung Agung, Tangerang dan Bogor memiliki keragaman genetik yang tinggi, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kusmini & Mulyasari (2008), bahwa karakter genetik dari Cherax quadricarinatus memiliki pola yang polimorf. Falconer (1989) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan peningkatan keragaman genetik antara lain adalah mutasi genetik dan migrasi. Huet (1971) menyatakan bahwa pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya faktor internal yang meliputi umur, genetis, kemampuan memanfaatkan pakan dan kemampuan daya tahan badan terhadap penyakit, sedangkan faktor eksternal meliputi kualitas air, pakan, dan ruang gerak. Menurut Kusmini & Nugroho (2007), secara morfologi ada persamaan bentuk antara tiap lokasi, namun perbedaan lingkungan hidupnya akan mempengaruhi faktor pertumbuhan dan sintasan, selain itu, faktor genetik sangat berperan dalam mempengaruhi kualitas lobster air tawar yang dipelihara. Pada penelitian ini sintasan benih lobster air tawar dari berbagai lokasi menunjukkan tidak berbeda nyata P>0,05 (Tabel 3). Sintasan benih lobster air tawar dari Bogor (55,6 ± 10,72) lebih baik daripada benih dari Tulung Agung (54,0 ± 2,40), maupun Tangerang (52,2 ± 19,53). Sintasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti halnya terdapat perbedaan keragaman ukuran lobster air tawar yang telah dipelihara pada kolam pemeliharaan, serta tingkat kanibalisme yang dapat disebabkan karena pemberian pakan yang tidak merata dan dapat mengakibatkan pertumbuhan yang tidak seragam. Shelter yang terdapat di dalam kolam pemeliharaan lobster air tawar juga mempengaruhi tinggi rendahnya sintasan, hal ini disebabkan karena lobster yang mengalami fase pergantian kulit (moulting) dapat bersembunyi pada shelter yang ada, sehingga tidak diserang oleh lobster yang lain. Menurut Jones et al. (2000), bahwa sintasan Cherax quadricarinatus yang dipelihara di kolam dipengaruhi oleh perbedaan bobot awal yang ditebar, padat tebar, lingkungan, dan jumlah pakan yang diberikan. Tabel 3. Rata-rata sintasan benih lobster air tawar dari berbagai lokasi selama pemeliharaan Lokasi lobster air tawar Tulung Agung Tangerang Bogor
Sintasan (%) 54,0±2,40a 52,2±19,53a 55,6±10,72a
Dalam usaha budidaya, kualitas air merupakan variabel yang mempengaruhi sintasan, perkembangkbiakan, pertumbuhan, pengelolaan, dan produksi ikan, yang meliputi: suhu, oksigen terlarut, pH, serta senyawa-senyawa lainnya (Boyd, 1982).
521
Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini)
Kondisi kualitas air media pemeliharaan lobster air tawar berada pada kisaran yang layak dan mendukung untuk proses kegiatan reproduksi dan pembesaran lobster air tawar di kolam (Tabel 4). Tabel 4. Kualitas air (sifat fisika dan kimia) selama pemeliharaan Kisaran Suhu (°C) 25–26 pH 7,28–7,45 Alkalinitas (mg/L CaCO3) 80–136 Kesadahan (mg/L CaCO3) 60,35–71,70 Oksigen terlarut (mg/L) 4–5 CO2 (mg/L) 1,58–2,53 Amonia (mg/L) 0,02–0,04 Nitrit (mg/L) 0,017–0,021 Nitrat (mg/L) 0,9–1,2 Fosfat (mg/L) 0,33–0,73
KESIMPULAN Setelah 3 bulan pemeliharaan benih lobster air tawar yang didatangkan dari Tangerang, Bogor, dan Tulung Agung menunjukkan adanya pertambahan panjang sebesar 6,6–7,0 cm dan pertambahan bobot sebesar 58,6–71,9 g. Pertambahan panjang dan bobot terbaik terjadi pada benih lobster air tawar asal Tangerang (7,0 ± 0,47 cm) (71,9 ± 9,74 g). Sintasan terbaik adalah benih lobster air tawar asal Bogor (55,6 ± 10,72%). SARAN Dari hasil ini dapat disarankan bahwa lobster air tawar yang berasal dari daerah Tangerang, Tulung Agung maupun Bogor dapat dijadikan kandidat pengembangan lobster air tawar di masyarakat, dengan memperhatikan faktor-faktor yang menentukan seperti metode pemberian pakan yang tepat, padat penebaran yang sesuai, agar lobster dapat tumbuh secara optimal. DAFTAR ACUAN Ahmad, T. & Sofiarsih, L. 2006. Budidaya Terpadu Cherax quadricarinatus dan Cherax albertisii dengan Padi dalam Kolam Tanah. Laporan Penelitian Tahun Anggaran 2005. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, 10 hlm. Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management in Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Company. Amsterdam-Oxford-New York, 301 pp. Falconer, D.S. 1989. Introduction to Quantitative Genetics. Longman Scientific and Technical. Harlon. England, 438 pp. Huet, M. 1971. Textbook of Fish Culture, Breeding and Cultivation of Fish. Fishing News (Book) Ltd. London. Jones. C.M. & Ruscoe, I.M. 2000. Assessment of Stocking Size and Density in the Production of Redclaw Crayfish, Cherax quadricarinatus (Von Martens) (Decapoda: Parastacidae), Cultured Under Earthen Pond Condition. Aquaculture, 189: 63–71. Kusmini, I.I. 2009. Keragaan Pertumbuhan Huna Biru (Cherax albertisii) dan Huna Capitmerah (Cherax quadricarinatus) Sampai Umur 7 Bulan. Diseminarkan pada Seminar Nasional Kelautan V. Universitas Hang Tuah. Surabaya. Kusmini, I.I. & Nugroho, E. 2007. Koleksi, Domestikasi dan Evaluasi Bioreproduksi Lobster Air Tawar (Cherax spp.) Asli Papua. Buku Pengembangan Teknologi Budidaya Perikanan. ISBN : 978-979-786021-9. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut. Badan Riset Kelautan dan Perikanan, hlm. 512– 517.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
522
Kusmini, I.I. & Mulyasari. 2008. Karakter Genetik Cherax albertisii dan Cherax quadricarinatus Berdasarkan mt DNA. Diseminarkan pada Seminar Nasional Perikanan Indonesia 2008. Sekolah Tinggi Perikanan. Jakarta. Noor, R.R. 1996. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta, 200 hlm. Rustadi, Tanjung, R., & Wendhi, Y. 2007. Pertumbuhan Lobster Air Tawar dan Kemungkinan Pembesarannya Secara Komersial di Kolam. Prosiding Seminar Nasional Tahunan V. Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. UGM Yogyakarta. Sukmajaya, Y. & Suharjo, I. 2003. Lobster Air Tawar Komoditas Perikanan Prospektif. Agromedia Pustaka. Tangerang, 56 hlm.