PRODUKSI BENIH DARI INDUK LOBSTER AIR TAWAR Cherax quadricarinatus DENGAN BOBOT YANG BERBEDA
RIFAL RINALDO TAMPUBOLON
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
ABSTRAK RIFAL RINALDO TAMPUBOLON. Produksi benih dari induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus dengan bobot yang berbeda. Dibimbing oleh MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR dan IRZAL EFFENDI. Pengembangan budidaya lobster air tawar memerlukan benih yang berkualitas tinggi. Kriteria induk yang mampu menghasilkan benih sangat diperlukan dalam pemilihan induk. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produksi benih dari induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus dengan bobot yang berbeda. Enam kelas bobot induk betina berumur rata-rata kurang dari dua tahun, yaitu bobot 100-110, 70-80, 60-70, 50-60, 40-50, 30-40 g, dikawinkan di dalam bak beton dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 5. Setelah memijah induk dipindahkan ke dalam akuarium inkubasi telur sampai menghasilkan juvenil dan jumlah juvenilnya berturut-turut adalah 838, 682, 616, 511, 386 dan 335 ekor. Semakin besar bobot induk, semakin banyak juvenil yang dihasilkan. Selanjutnya juvenil dari setiap kelas induk dipelihara selama satu bulan. Selama pemeliharaan juvenil diberi pakan pelet komersial, cacing sutera dan bubur wortel sekenyangnya (at satiation ). Pertumbuhan benih dikelompokkan ke dalam tiga grade dan dihitung presentasenya. Induk dengan bobot 110-100 g menghasilkan pertumbuhan benih tercepat dengan grade A 24,1%, grade B 35,1% dan grade C 40,8%. Sementara itu, induk dengan bobot 30-40 g menghasilkan pertumbuhan benih terendah dengan grade A 15,4%, grade B 37,8% dan grade C 46,8%. Hal ini menunjukkan bahwa induk dengan bobot 100-110 g memiliki kemampuan produksi benih terbaik. Kata kunci
: Lobster air tawar, Cherax quadricarinatus, bobot induk, kualitas benih
ABSTRACT RIFAL RINALDO TAMPUBOLON. Seed product from female cryfish broodstock Cherax quadricarinatus with different body weight. Supervised by MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR and IRZAL EFFENDI. Development of crayfish culture needs high quality of seeds. A criterion for female broodstock which has ability to produce fast growing seeds is needed for broodstock selection. The purpose of this experiment was to study the seed product from female cryfish broodstock Cherax quadricarinatus with different body weight. Six classes of averagely two years old females of 100-110, 70-80, 60-70, 50-60, 40-50 and 30-40 g body weight were mated in concrete pond with male to female ratio of 1 : 5. Thereafter, female broodstock was kept in incubation aquarium until producing juvenile. Produced juvenile for each class were 838, 682, 616, 511, 386 and 335 individuals, respectively. More juvenile were produced by higher female body weight. Juvenile were fed with pellet, silkworm and carrot puree at satiation for one month. Seed growth could be divided into three grades, those were A, B and C. Female of 110-100 g body weight produced the fastest growing seed, consisted of 24,1% grade A, 35,1% grade B and 40,8% grade C. In the opposite, female of 30-40 g body weight produced the slowest growing seed, consisted of 15,4% grade A, 37,8% grade B and 46,8% grade C. It might be concluded that female of 100-110 g body weight gave the best seed quality in term of growth. Keywords
: freshwater crayfish, weight, seed quality
Cherax
quadricarinatus,
broodstock
PROD DUKSI BE ENIH DA ARI INDU UK LOBS STER AIR R TAWA AR Cheraxx quadriccarinatus DENGAN D N BOBOT T YANG BERBED DA
RIFAL RIINALDO TAMPUBO OLON
SKRIP PSI uk memperroleh gelarr Sarjana Perikanan pada Sebagai salah satu syarat untu Prrogram Stu udi Teknoloogi dan Ma anajemen Perikanan Budidaya Departeemen Budid daya Perairan Fakultas Peerikanan da an Ilmu Keelautan Institut Pertan nian Bogor
ARTEME EN BUDID DAYA PE ERAIRAN N DEPA FA AKULTA AS PERIK KANAN DAN D ILM MU KELA AUTAN IN NSTITUT T PERTA ANIAN BO OGOR 2011 1
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PRODUKSI BENIH DARI INDUK LOBSTER AIR TAWAR Cherax quadricarinatus DENGAN BOBOT YANG BERBEDA adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2011
RIFAL RINALDO TAMPUBOLON C14060467
Judul Skripsi
: Produksi benih dari induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus dengan bobot yang berbeda
Nama Mahasiswa
: Rifal Rinaldo Tampubolon
Nomor Pokok
: C14060467
Disetujui Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. M. Zairin Jr., M.Sc NIP. 19590218 198601 1 001
Ir. Irzal Effendi M.Si NIP. 19640330 198903 1 003
Diketahui Ketua Departemen Budidaya Perairan
Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc NIP.19591222 198601 1001
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaanNya sehingga Karya Ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Mei hingga Agustus 2010 ini adalah mengenai pengembangbiakan ikan dengan judul ” Produksi benih dari induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus dengan bobot yang berbeda”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Muhammad Zairin Jr., M.Sc, dan Ir. Irzal Effendi M.Si selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Mr. Johannes, pemilik Johannes Tropical Fish Farm, tempat penelitian ini dilakukan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Orangtua, Saudara dan Rekan-rekan penulis atas segala doa dan bantuan yang telah diberikan. Akhir kata, penulis berharap agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Bogor, Juni 2011
Rifal Rinaldo Tampubolon
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Pasir Mandoge, Asahan Sumatera Utara pada 25 Januari 1989 dari pasangan Ayah Nelson Tampubolon dan Ibu Polide Sihombing. Penulis merupakan anak ke lima dari lima bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pematangsiantar dan lulus pada 2006. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama perkuliahan, penulis pernah melakukan Praktek Lapangan pendederan ikan kerapu di Sea Farming kepulauan seribu, pembenihan lobster air tawar di Johannes Tropical Fish Farm dan pembenihan udang vaname di PT. Triwindu Graha Manunggal. Penulis juga pernah menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Dasar-dasar Genetika Ikan Semester Genap 2009/2010. Selain itu penulis aktif menjadi Pengurus HIMAKUA (Himpunan Mahasiswa Akuakultur) Bidang Kewirausahaan 2008/2009, Wakil Ketua Persekutuan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan 2008/2009, Ketua Bidang PKK GMKI Cabang Bogor 2010/2011. Selain itu juga penulis pernah mendapat bimbingan dan bantuan dana program ”Go Enterpreneur 2010” kerjasama Institut Pertanian Bogor dengan PERUM Pegadaian. Tugas akhir di perguruan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul ”Produksi benih dari induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus dengan bobot yang berbeda”.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................................ ii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iv I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 II. BAHAN DAN METODE................................................................................ 3 2.1 Metode Penelitian ...................................................................................... 2.1.1 Pengambilan sampel induk lobster air tawar .................................... 2.1.2 Perkawinan, pemijahan induk dan inkubasi telur ............................. 2.1.3 Persiapan wadah pemeliharaan ......................................................... 2.1.4 Pengelolaan budidaya ....................................................................... 2.2 Pengamatan ................................................................................................ 2.2.1 Bobot dan lingkar badan induk ......................................................... 2.2.2 Produksi benih .................................................................................. 2.2.2.1 Produksi juvenil .................................................................... 2.2.2.2 Grade benih .......................................................................... 2.2.3 Kelangsungan hidup.......................................................................... 2.2.4 Kualitas air ........................................................................................ 2.3 Analisis Data ..............................................................................................
3 3 3 3 4 4 4 5 5 5 6 6 7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 8 3.1 Hasil .......................................................................................................... 3.1.2 Hubungan bobot dan lingkar badan induk dengan produksi juvenil 3.1.2 Grade benih....................................................................................... 3.1.3 Derajat kelangsungan hidup benih .................................................... 3.1.4 Penggunaan pakan............................................................................. 3.1.3 Kualitas air pemeliharaan.................................................................. 3.2 Pembahasan ................................................................................................
8 8 9 10 10 11 14
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 18 4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 18 4.2 Saran........................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19 LAMPIRAN.......................................................................................................... 21
i
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Kandungan nutrisi pakan (pelet komersial, cacing sutera, dan wortel) yang diberikan untuk pemeliharaan juvenil Cherax quadricarinatus yang dipelihara dalam bak beton ............................................................................. 4
2.
Metode pengukuran fisika kimia media pemeliharaan juvenil lobster air tawar Cherax quadricarinatus yang dipelihara dalam bak beton ................... 6
3.
Pakan yang dikonsumsi benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus selama pemeliharaan satu bulan dalam bak beton .......................................... 10
ii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Pengukuran lingkar badan induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus .. 5
2.
Pengukuran panjang baku benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus yang dipelihara dalam bak beton .................................................................... 6
3.
Hubungan antara bobot induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus dengan produksi juvenil ................................................................................. 8
4.
Pengaruh bobot terhadap lingkar badan induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus ................................................................................. 9
5.
Grade benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus dari setiap induk setelah pemeliharaan selama satu bulan dalam bak beton .............................. 9
6.
Derajat kelangsungan hidup benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk setelah pemeliharaan selama satu bulan dalam bak beton .......... 10
7.
Suhu air media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton ............................................ 11
8.
Kadar oksigen terlarut media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton ..................... 11
9.
Kadar pH air media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton ................................... 12
10. Kadar alkalinitas air media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton ..................... 12 11. Kadar kesadahan air media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton ..................... 13 12. Kadar amonia air media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton ............................ 13
iii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Data panjang dan lingkar badan induk dan produksi juvenil lobster air tawar Cherax quadricarinatus ....................................................................... 22
2.
Analisis polinominal hubungan antara bobot induk dengan produksi juvenil Cherax quadricarinatus ...................................................................... 23
3.
Analisis pengaruh bobot terhadap lingkar badan induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus .................................................................................. 24
4.
Analisis performa pertumbuhan (grade) benih induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus (%) dari tiap kelas bobot induk yang dipelihara selama satu bulan dalam bak beton ................................................................. 25
5.
Jumlah pakan dan biomassa benih Cherax quadricarinatus selama pemeliharaan satu bulan dalam bak beton ..................................................... 27
6.
Analisis derajat kelangsungan hidup benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus selama pemeliharaan satu bulan dalam bak beton .. 28
7.
Nilai fisika kimia air pemeliharaan benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus selama pemeliharaan satu bulan dalam bak beton .............. 29
iv
1
I. PENDAHULUAN Lobster air tawar Cherax quadricarinatus merupakan salah satu jenis udang yang banyak digemari karena rasanya yang enak dan tergolong mewah. Pada 2005 permintaan lobster dunia telah mencapai lebih dari 180.000 ton, sementara produksinya masih di bawah 180.000 ton (Sackton, 2009). Permintaan lobster ini berasal dari daerah Amerika, Eropa dan sebagian Asia. Produksi lobster air tawar dunia kebanyakan masih bergantung pada tangkapan alam (Anonim, 2010). Lobster air tawar merupakan salah satu jenis lobster yang telah dibudidayakan. Sejak pertama diperkenalkan permintaan akan lobster ini cukup besar. Untuk daerah Jakarta saja membutuhkan pasokan tidak kurang dari 3 ton per bulannya dan belum terpenuhi (Trobos, 2006), hal ini karena rasa lobster air tawar tidak jauh berbeda dengan loster air laut yang lebih umum dikenal. Selain rasanya yang lezat, lobster air tawar juga memiliki kandungan lemak sangat rendah, yaitu kurang dari 2%, mengandung selenium yang merupakan antioksidan untuk menghindari penyakit jantung koroner, sumber yodium, seng, asam lemak omega 3, magnesium, kalsium dan fosfor (Lukito dan Prayoga, 2007). Harga lobster air tawar sangat menjanjikan, dikalangan petani mencapai Rp. 80.000/Kg dengan ukuran 10-15 ekor per kilogramnya. Lobster air tawar sangat berpeluang dikembangkan secara besar-besaran. Selain karena permintaan yang besar, juga menjadi salah satu upaya diversifikasi komoditas budidaya di masyarakat. Dalam pengembangan budidaya lobster, benih merupakan hal yang sangat penting karena merupakan input produksi. Kualitas dan kuantitas benih sangat erat kaitannya dengan kualitas induk yang digunakan (Sukmajaya, 2003). Pemilihan kualitas induk yang baik akan menghasilkan benih yang berkualitas baik pula. Di lapangan, usaha pembenihan lobster dihadapkan pada pertumbuhan benih yang beragam, mulai dari pertumbuhan yang lambat, sedang dan cepat. Keberagaman pertumbuhan ini menjadi kendala dalam pemenuhan target produksi, karena benih yang lambat pertumbuhannya akan membutuhkan waktu pemeliharaan yang lebih lama. Untuk mengatasi hal tersebut, informasi kemampuan induk memproduksi benih baik dari segi kualitas maupun
1
2
kuantitasnya sangat penting untuk diketahui. Sehingga dapat melakukan penyesuaian dengan target produksi. Salah satu pembenih lobster air tawar di daerah Parung Bogor memproduksi benih berukuran 1 - 2 inci untuk memenuhi kebutuhan pembesaran. Sebagai upaya pemenuhan target pruduksinya, usaha ini menggunakan induk dengan berbagai bobot yang kemudian menghasilkan benih yang beragam. Keberagaman ini sering sekali menyebabkan siklus produksi terganggu. Lobster dengan pertumbuhan lambat membutuhkan waktu dan tempat pemeliharaan yang lebih banyak, sehingga panen tidak dapat dilakukan secara serentak. Informasi produksi benih dari induk yang digunakan sangat dibutuhkan oleh usaha ini untuk melakukan manajemen produksi dan sebagai evaluasi terhadap kualitas induk yang digunakan. Pemilihan induk dalam usaha pembenihan lobster, sebaiknya dilakukan dengan melihat benih yang dihasilkan induk baik dari segi kualitas yang mencakup pertumbuhan maupun dari segi kuantitasnya. Namun untuk tujuan kepraktisan, selama ini dikalangan petani pemilihan induk sering sekali dilakukan berdasarkan panjang maupun bobot induk. Rouse dan Masser (1997) mengemukakan terdapat hubungan antara produktivitas induk dengan bobot tubuhnya, semakin besar bobot induk maka semakin besar pula produksi telurnya. Semakin besarnya bobot induk diduga akan semakin besar pula luasan abdomen sebagai tempat menempelnya telur, hal ini akan berpengaruh terhadap produksi telur. Selain itu juga, induk yang lebih besar memungkinkan menghasilkan benih dengan pertumbuhan yang lebih baik karena proses penurunan sifat dan penjagaan induk yang lebih baik (bersifat perental care). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji produksi benih dari induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus dengan bobot yang berbeda.
2
3
II. BAHAN DAN METODE 2.1
Metode Penelitian
2.1.1 Pengambilan sampel induk lobster air tawar Induk yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari enam kelompok bobot, yaitu bobot 30-40, 40-50, 50-60, 60-70, 70-80 dan 100-110 g. Hal ini mengacu pada induk yang digunakan di lapangan (salah satu pembenih lobster). Dari setiap kelas bobot diambil tiga sampel induk, selanjutnya dilihat kemampuan induk dalam menghasilkan benih baik dari segi jumlah maupun pertumbuhannya.
2.1.2 Perkawinan, pemijahan induk dan inkubasi telur Perkawinan induk dilakukan dalam bak beton berukuran 2x2x1 m yang dilengkapi dengan potongan paralon sebagai naungan induk dan aerasi. Setiap wadah diisi 30 ekor induk lobster. Perkawinan induk dilakukan secara massal dengan perbandingan jantan betina 1 : 5. Lobster jantan yang digunakan berukuran rata-rata 150 g yang berasal dari Australia. Setelah induk memijah, induk betina yang telah matang telur dipindahkan ke dalam akuarium inkubasi berukuran 30x60x35 cm yang dilengkapi potongan paralon sebagai naungan. Setiap akuarium inkubasi diisi satu ekor induk lobster. Selama inkubasi telur, kualitas air dijaga dengan melakukan penyifonan setiap hari. Inkubasi telur hingga menjadi juvenil dilakukan selama 30 hari.
2.1.3 Persiapan wadah pemeliharaan Wadah pemeliharaan yang digunakan ialah bak beton yang berada dalam ruangan beratap dengan ukuran 2x1x0,5 m, setiap wadah memiliki sistem aerasi, saluran inlet dan outlet. Sebelum digunakan bak beton disikat terlebih dahulu hingga bersih, kemudian dilengkapi dengan naungan berupa pipa paralon dan paranet yang berfungsi sebagai tempat persembunyian lobster. Luasan paranet yang digunakan adalah 60% dari luas kolam beton. Air yang digunakan untuk pemeliharaan bersumber dari sumur tanah dengan kualitas, suhu 28,20C, DO 4,9, pH 7,5, alkalinitas 48 mg/l, kesadahaan 177,297 mg/l, NH3 0,0011 dan NH4 0,0443. Sebelum digunakan air diaerasi terlebih dahulu selama satu hari.
3
4
2.1.4 Pengelolaan budidaya Juvenil lobster air tawar yang dihasilkan dari setiap induk dimasukkan ke dalam delapan belas bak pemeliharaan dengan diaklimatisasi terlebih dahulu. Selama pemeliharaan, dilakukan penyifonan dan penggantian air sebanyak 3% per hari dari volume air pemeliharaan. Pemberian pakan juvenil dilakukan tiga kali sehari yaitu pukul 07.00 dan 16.00 WIB diberi pakan pelet komersial, dan pukul 10.00 WIB diberi pakan campuran bubur wortel dan cacing sutera. Pakan diberikan secara at satiation (sekenyangnya). Komposisi pakan yang digunakan selama pemeliharaan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan nutrisi pakan (pelet komersial, cacing sutera, wortel) yang diberikan untuk pemeliharaan juvenil Cherax quadricarinatus dalam bak beton Kandungan (%) Jenis Nutrien Peleta Cacing Suterab Wortel (100 g)c Protein 40 65 1,03 Lemak 5 15 Serat 3 2-3 Kadar air 8 Karbohidrat 16 14 10,14 Abu 6,7 Mineral sodium 50-55 mg Vitamin A 2813 ug Keterangan : aLabel data pakan Feng-li, bAjiningsih (1992), cUSDA nutrient database (2009) 2.2
Pengamatan
2.2.1 Bobot dan lingkar badan induk Bobot induk lobster air tawar ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Dari enam kelas induk yang telah ditentukan diambil masing-masing tiga sampel induk, kemudian ditimbang dan dicatat massanya. Setiap induk diukur lingkar badanya dan ditentukan hubungannya dengan bobot induk. Lingkar badan berkaitan dengan luasan penampang bagian bawah abdomen sebagai tempat menempelnya telur dan juvenil lobster, diduga semakin besar lingkar badan maka akan semakin tinggi pula kemampuan induk dalam memproduksi juvenil. Pengukuran lingkar badan induk dilakukan dengan menggunakan rol meter. Lingkar badan induk diukur tepat di pertengahan abdomen (pada ruas badan ketiga). Pengambilan data bobot dan lingkar badan induk dilakukan untuk melihat
4
5
pengaruh bobot induk dengan produksi juvenil. Dari data tersebut akan dibuat grafik hubungan antara bobot induk dengan lingkar badan dan produksi juvenil.
Lingkar badan
Gambar 1.
Pengukuran lingkar badan induk lobster air quadricarinatus.
tawar Cherax
2.2.2 Produksi benih Produksi benih oleh induk dilihat dari sisi kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas benih yang dihasilkan induk dilihat dari jumlah juvenil yang dihasilkan dari setiap bobot induk setelah inkubasi telur. Untuk kualitas benih yang dihasilkan dilihat dari pertumbuhan benih yang dihasilkan setiap induk setelah pemeliharaan selama satu bulan yang dicerminkan dengan grade benih. 2.2.2.1 Produksi juvenil Juvenil yang dihasilkan oleh setiap kelas bobot induk dihitung jumlahnya dan dicatat. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan sendok (centong). Juvenil yang dihasilkan dari setiap induk dihitung satu-persatu. Produksi juvenil dilihat berdasarkan jumlah juvenil yang dihasilkan dari masing-masing induk. 2.1.2.2 Grade benih Pemanenan dan grading benih dilakukan setelah juvenil dipelihara selama satu bulan. Grade benih ditentukan berdasarkan panjang baku benih yang dihasilkan setelah pemeliharaan satu bulan. Grade A ditetapkan dengan standar ukuran > 2,6 cm, grade B 2,1-2,6 cm, dan grade C ≤ 2,0 cm. Standar ukuran ini berdasarkan pengalaman budidaya di lapangan. Pengukuran panjang baku benih
5
6
benih dilaakukan denngan mengggunakan mistar, m benihh diukur mulai dari ujung rostrum hiingga pangkkal abdomenn (Gambar 2).
Panjang bak ku
Gambar 2.
Pengukuuran panjaang baku benih loobster air tawar Ch herax quadricaarinatus yaang dipelihaara dalam baak beton.
2.2.3 Kelaangsungan hidup Kelaangsungan hidup beniih lobster air tawar diamati d settelah satu bulan b pemeliharraan. Penghiitungan kelangsungan hidup dilakkukan dengaan menggun nakan formula beerikut.
keterangann : Nt No
T kelangsungan hidup (%) SR = Tingkat = Jumlah benih lobsteer pada akhhir pemelihaaraan (ekor)) = Jumlah benih lobsteer pada awaal pemeliharraan (ekor)
2.2.4 Kuaalitas air Penggukuran kuualitas air dilakukan d secara s berkaala, terdiri dari sifat fisika kimia air media selam ma pemelihharaan yaitu u suhu, pH, DO, amonniak, kesad dahan, dan alkalinnitas (Tabell 2). Pengukkuran kualittas air dilakkukan di kollom air. Tabel 2. Metode penngukuran fiisika kimia media pem meliharaan juuvenil lobstter air tawar Cherrax quadricaarinatu dalaam bak betoon No. Frekuensi Metode P Peubah S Satuan Alat o 1. Suhhu C Termom meter Harian Pembacaaan skala 2. Ph – pH metter Per 10 hari Titrimetrri 3. DO O m mg/l DO meeter Per 10 hari Pembacaaan skala 4. Am moniak m mg/l Biuret Per 10 hari Spektroffotometri 5. Kesadahan mg/l m CaCO3 Biuret Per 10 hari Titrimetrri 6. Alkkalinitas mg/l Per 10 hari Titrimetrri m CaCO3 Biuret
6
7
2.3
Analisis Data Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta dianalisis
secara statistik menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SAS, untuk melihat pengaruh beberapa bobot induk yang berbeda terhadap produksi dan grade benih yang dihasilkan, serta tingkat kelangsungan hidup benih dan untuk uji lanjut dari setiap parameter tersebut digunakan Uji Tukey. Untuk parameter kualitas air dianalisis secara deskriptif. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan enam perlakuan dan tiga ulangan.
7
8
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1
Hasil
3.1.1 Hubungan bobot induk dan lingkar badan dengan produksi juvenil Berdasarkan hasil perhitungan, tiap kelas bobot induk lobster air tawar menghasilkan jumlah juvenil yang berbeda. Induk pada kelas bobot 100-110 g menghasilkan juvenil tertinggi dengan rata-rata 883 ekor dan terendah pada kelas bobot 30-40 g dengan rata-rata produksi juvenil 335 ekor (Lampiran 1). Gambar 3 menunjukkan bahwa bobot induk (x) yang semakin besar akan semakin besar pula jumlah juvenil yang diproduksi induk (y). Namun, hasil penelitian ini belum mencapai puncak produksi juvenil yang dapat dihasilkan dengan peningkatan bobot induk. Persamaan yang terbentuk dari hubungan antara bobot induk dengan produksi juvenil berupa kurva linear : y = 7,253x + 102,7 (P<0,05). Berdasarkan persamaan linear tersebut peningkatan bobot induk tiap 10 g, akan meningkatkan
Jumlah juvenil (ekor)
produksi juvenil sebanyak 72 ekor. 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
y = 7,253x + 102,7
0
50
100 Bobot induk (g)
Gambar 3. Hubungan antara bobot induk lobster quadricarinatus dengan produksi juvenil.
150
air
tawar
Cherax
Demikian juga dengan lingkar badan induk, semakin besar bobot induk lobster air tawar semakin besar pula lingkar badan induk. Berdasarkan uji statistik bobot induk mempengaruhi lingkar badan induk (P<0,05), lingkar badan induk terkecil terdapat pada kelas bobot induk 30-40 g yaitu 5,03 cm dan yang terbesar pada kelas 100-110 g yaitu 11,17 cm (Gambar 4).
8
9
14 11,5
Lingkar badan (cm)
12
9,6
10
8,5
7,4
8
6,6 5 5,3
6 4
e
d
cd d
bc
b
a
2 0 100-110
70--80
60-70 0
50-60
40-50
300-40
Bobott induk (g)
Gambar 4.
Pengaruuh bobot teerhadap lin ngkar badaan induk loobster air tawar t Cherax quadricarinnatus.
3.1.2 Grade benih Seteelah pemelliharaan juuvenil selam ma satu bulan, b setiaap kelas induk i menghasillkan presenntasi keragam man benih yang y berbedda. Berdasaarkan uji staatistik perbedaann yang nyata hanya terlihat pada p grade A yang dihasilkan dari masing-m masing boboot induk (P P<0,05); sed dangkan unntuk grade B dan C tidak berbeda nyata (P>00,05) (Lam mpiran 4). Induk deengan bobbot lebih besar menghasillkan persenttase rata-ratta benih gra ade A lebihh banyak, daan semakin kecil
Persentase grade (%)
bobot induuk maka sem makin kecill pula benih h grade A yaang dihasilkkan (Gambaar 5).
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
40.8 35.09
24.11
45..4
44.3 33
44.1 1
36.08
34.04
33.52
37.8
37.85
21.86
22.15
17.92
100-110
46 6.79
44.66
70-80
60-70
16.53
50-60
40-50
15.36
30-40
Bobot in nduk (g) graade A
Gambar 5.
grad de B
gradee C
Grade benih b lobstter air tawaar Cherax quadricarin q natus dari setiap s induk seetelah pemeeliharaan sellama satu buulan dalam bak beton. 9
10
3.1.3 Derajat kelangsungan hidup benih Setelah pemeliharaan selama satu bulan diperoleh derajat kelangsungan hidup benih dari tiap kelas bobot induk berkisar antara 79,95%-81,89% (Gambar 6). Tidak terdapat perbedaan yang nyata kelangsungan hidup benih antar
Derajat kelangsungan hidup (%)
kelas bobot induk (P>0,05). 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
80,42
81,23
79,95
80,07
81,89
81,20
a
a
a
a
a
a
100‐110
70‐80
60‐70
50‐60
40‐50
30‐40
Bobot induk (g)
Gambar 6.
Derajat kelangsungan hidup benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk setelah pemeliharaan selama satu bulan dalam bak beton.
3.1.4 Penggunaan Pakan Selama pemeliharaan satu bulan, jumlah pakan yang dihabiskan benih dari tiap kelas induk berbeda-beda. Benih dengan Grade A menghabiskan pakan lebih banyak. Semakin banyak jumlah benih dari tiap induk maka semakin banyak pula pakan yang dibutuhkan. Benih dari kelas bobot induk 100-110 g menghabiskan pakan tertinggi dan terendah pada benih yang dihasilkan dari kelas bobot induk 30-40 g, seperti disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Pakan yang dikonsumsi benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus dari berbagai kelas bobot induk selama pemeliharaan satu bulan dalam bak beton Jumlah pakan (g) Bobot induk (g) pelet cacing wortel Total 100-110 363,87 200,47 193,37 757,70 70-80 300,20 170,43 168,50 639,13 60-70 284,00 154,07 137,00 575,07 50-60 233,90 132,23 150,53 516,67 40-50 167,07 97,17 97,13 361,37 338,20 30-40 151,87 90,27 96,07
10
11
3.1.5 Kualitas air pemeliharaan Pengukuran kualitas air dilakukan setiap sepuluh hari sekali. Kualitas air selama pemeliharaan juvenil yang dihasilkan dari setiap kelas induk berfluktuasi, namun masih berada pada batasan yang dapat ditoleransi benih. Suhu air selama pemeliharaan benih lobster air tawar berada pada kisaran 25,8-28,30C. Pengukuran suhu dilakukan pada pagi hari. Gambar 7 menunjukkan grafik suhu pemeliharaan benih dari masing-masing kelompok induk, dari grafik terlihat suhu cenderung menurun. Penurunan ini dipengaruhi oleh cuaca yang sering hujan pada
Suhu air (0C)
saat pemeliharaan. 29 28 27 26 25 24 23 22
100-110 70-80 60-70 50-60 0
10
20
30
40-50 30-40
Hari ke-
Gambar 7.
Suhu air media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton.
Kadar oksigen (DO) pemeliharaan benih dari setiap induk berada pada kisaran 4,6-6,7 ppm. Selama pemeliharaan kadar oksigen berfluktuasi. Gambar 8 menunjukkan kadar oksigen dari setiap pemeliharaan benih yang cenderung
Kadar oksigen (mg/l)
meningkat pada awal pemeliharaan dan menurun diakhir pemeliharaan. 8 7 6 5 4 3 2 1 0
100-110 70-80 60-70 50-60 40-50 0
10
20
30
30-40
Hari ke-
Gambar 8.
Kadar oksigen terlarut media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton. 11
12
Selama pemeliharaan pH media pemeliharaan berkisar antara 6,7-7,6. Gambar 9 menunjukkan pH air pemeliharaan benih dari setiap induk. Fluktuasi pH air terjadi selama pemeliharaan dan cendrung terjadi penurunan diakhir pemeliharaan. 8
pH
7.5
100‐110
7
70‐80
6.5
60‐70
6
50‐60 40‐50
5.5 0
10
20
30
30‐40
Hari ke-
Gambar 9.
Kadar pH media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton.
Kadar alkalinitas media selama pemeliharaan benih lobster air tawar dari setiap kelas induk berada pada kisaran 32-52 mg/l CaCO3. Terjadi fluktuasi kadar alkalinitas air selama pemeliharaan seperti yang terlihat pada Gambar 10. Pada awal pemeliharaan alkalinitas media pemeliharaan cendrung meningkat kemudian
Alkalinitas (mg/l CaC03)
menurun dan meningkat kembali pada akhir pemeliharaan. 60 50 40
100-110
30
70-80
20
60-70
10
50-60
0
40-50 0
10
20
30
30-40
Hari ke-
Gambar 10. Kadar alkalinitas media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton. Kadar kesadahan media pemeliharaan benih lobster air tawar dari setiap kelas induk berada pada kisaran 118,198-177,297 mg/l CaCO3. Gambar 11
12
13
menunjukkan fluktuasi kadar kesadahan dari tiap media pemeliharaan benih. Pada awal pemeliharaan benih kecendrungan kadar kesadahan air menurun kemudian
Kesadahan (mg/l CaCo3)
meningkat pada hari ke-20 dan menurun di akhir pemeliharaan. 200 150
100-110
100
70-80 60-70
50
50-60
0
40-50 0
10
20
30
30-40
Hari ke‐
Gambar 11. Kadar kesadahan media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton. Kadar amonia media pemeliharaan benih lobster air tawar selama satu bulan berkisar antara 0.0016-0.0097 mg/l. Gambar 12 menunjukkan kadar amonia pemeliharaan benih dari setiap kelas induk. Kecendrungan kadar amonia selama pemeliharaan mulai dari awal hingga akhir pemeliharaan semakin meningkat. Peningkatan ini dipengaruhi oleh semakin bertambahnya biomassa benih lobster semakin tinggi pula buangan metabolit benih lobster. 0.012 Amonia (mg/l)
0.01 0.008
100-110
0.006
70-80 60-70
0.004
50-60
0.002
40-50
0 0
10
20
30
30-40
Hari ke-
Gambar 12. Kadar amonia media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton.
13
14
3.2
Pembahasan Setiap kelompok induk lobster air tawar yang digunakan dalam penelitian
ini menghasilkan jumlah juvenil yang berbeda mulai dari 335 sampai dengan 833 ekor (Lampiran 1). Terdapat hubungan antara bobot induk dengan produksi juvenil yang membentuk persamaan linear y = 7,253x + 102,7 (P<0,05), semakin besar besar bobot induk maka semakin banyak pula juvenil yang dihasilkan (Lampiran 2). Rouse dan Masser (1997) mengemukakan bahwa, terdapat hubungan antara bobot induk dengan produksi telur C. quadricarinatus. Rata-rata per gram bobot induk dapat menghasilkan 10 butir telur. Hal tersebut mendekati dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini. Induk lobster berturut-turut, dengan bobot 30-40 g menghasilkan juvenil 335 ekor; bobot
40-50 g
menghasilkan juvenil 386 ekor; bobot 50-60 g menghasilkan juvenil 511 ekor; bobot 60-70 g menghasilkan juvenil 616 ekor; bobot 70-80 g menghasilkan juvenil 682 ekor; dan bobot 100-110 g menghasilkan juvenil 838 ekor. Berdasarkan persamaan linear yang terbentuk kenaikan bobot induk tiap 10 g akan diikuti oleh peningkatan produksi juvenil sebesar 72 ekor. Hubungan antara bobot induk dengan produksi juvenil, diduga berkaitan erat dengan luasan penampang abdomen. Dengan semakin besarnya bobot induk maka luasan penampang abdomen semakin besar pula, hal ini dapat dilihat dengan semakin besarnya lingkar badan induk. Berdasarkan uji statistik terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) lingkar badan induk lobster dari setiap kelas bobot, dengan kecenderungan semakin besar bobot induk maka semakin besar pula lingkar badan (Lampiran 3). Luasan abdomen berpengaruh terhadap daya tampung telur dan juvenil, karena mulai dari stadia telur hingga juvenil lobster masih menempel pada peleopod di abdomen induk (Widha, 2003). Untuk itu sebaiknya pada proses pemilihan induk sangat penting memperhatikan bobot induk. Pemeliharaan juvenil dari masing-masing kelompok induk menghasilkan pertumbuhan benih dengan tiga ukuran grade A, B, dan C. Hasil penelitian menunjukkan induk dengan bobot lebih besar menghasilkan persentase benih grade A lebih tinggi dibandingkan dengan bobot induk yang lebih kecil (Tabel 3). Berdasarkan hasil uji statistika terdapat perbedaan yang nyata terhadap grade A
14
15
benih
yang
dihasilkan
dari
masing-masing
kelompok
induk
(P<0,05)
(Lampiran 4), sedangkan untuk untuk grade B dan C yang dihasilkan setiap induk tidak terdapat perbedaan yang nyata. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa induk dengan bobot yang lebih besar memproduksi benih dengan pertumbuhan yang cepat lebih banyak. Menurut Effendie (1997), pertumbuhan dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi sifat genetik dan kondisi fisiologis dan faktor eksternal yang berkaitan dengan lingkungan pemeliharaan. Fetzner et al. (1997) menyatakan genetik benih Cherax sangat dipengaruhi oleh tetuanya. Perbedaan yang nyata terhadap benih grade A yang dihasilkan diduga terkait penurunan sifat pertumbuhan induk pada keturunannya. Induk dengan bobot yang lebih besar mewariskan gen pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan induk dengan bobot yang lebih kecil. Hainan et al. (1995) mengemukakan bahwa pertumbuhan C. quadricarinatus selain dipengaruhi lingkungan juga dipengaruhi faktor genetik yang diwariskan induk. Pertumbuhan lobster terjadi dengan adanya molting (Iskandar, 2003). Quackenbush (1986) dalam Aziz (2008) menyatakan bahwa proses molting dipengaruhi oleh faktor internal yang terkait dengan produksi hormon ekdisteroid dan Molt Inhibiting Hormon (MIH). Faktor genetik tersebut berimplikasi pada peroses molting (Jerry et al., 2005). Diduga pada benih yang dihasilkan induk dengan bobot lebih besar frekuensi rata-rata molting lebih tinggi dibandingkan dengan benih yang dihasilkan dari indukan dengan bobot lebih kecil, frekuensi molting yang lebih tinggi mengindikasikan pertumbuhan lobster lebih cepat (Kaligis, 2005). Pakan yang diberikan pada benih lobster terdiri atas tiga jenis, pelet, cacing sutera dan wortel. Pencampuran pakan ini didasarkan atas sifat lobster di alam, yaitu termasuk dalam hewan opertunis yang memakan sisa tumbuhan dan mikroba di dasar perairan (Jones, 1998). Selama pemeliharaan, pakan yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan energi maupun pertumbuhan benih lobster, terlihat dari pertambahan biomassa benih pada akhir pemeliharaan (Lampiran 5). Pemberian pakan dilakukan secara at satiation, sehingga pakan yang diberikan tidak dibatasi oleh jumlah pakan tetapi oleh kemampuan benih dalam mengkonsumsi pakan.
15
16
Dengan cara pemberian pakan tersebut diharapkan jumlah pakan tidak menjadi pembatas
pertumbuhan
benih,
sehingga
pertumbuhan
optimal
selama
pemeliharaan benih dapat didekati. Tingkat kelangsungan hidup lobster air tawar selama pemeliharaan berada pada kisaran 79,95%-81,89%, pakan yang diberikan dan kondisi lingkungan dapat menjaga kelangsungan hidup lobster selama pemeliharaan. Bobot induk tidak mempengaruhi kelangsungan hidup benih, berdasarkan uji statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata antar kelangsungan hidup benih yang dihasilkan (P>0,05) (Lampiran 6). Kematian benih terjadi pada awal dan pertengahan pemeliharaan. Kematian ini sebagian besar terjadi akibat kanibalisme pada saat proses molting. Kualitas air selama pemeliharaan berada dalam kisaran yang masih bisa ditoleransi oleh lobster untuk tumbuh dan hidup (Lampiran 7). Kisaran suhu berada antara
25,5-28,30C. Rouse (1977) menyatakan, Cherax jenis redclaw
mengalami pertumbuhan terbaik pada suhu 24-290C. Kisaran suhu selama penelitian berada pada kisaran optimum, walaupun kecendrungan suhu menurun pada akhir pemeliharaan. Fluktuasi suhu selama penelitian dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang sering hujan. Kadar oksigen terlarut (DO) dalam media pemeliharaan merupakan faktor penting yang harus dijaga selama penelitaian berlangsung. Boyd (2003) mengemukakan, kisaran nilai optimum oksigen terlarut bagi pertumbuhan crustacea adalah 5 mg/l. Selama pemeliharaan benih lobster air tawar kadar oksigen media pemeliharaan berada pada kisaran 4,6-6,7 ppm, meskipun selama pemeliharaan terdapat kondisi oksigen terlarut di bawah optimum namun masih normal dan dapat mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih lobster air tawar. Pergantian air dan pemberian aerasi selama pemeliharaan dapat menjaga kadar oksigen di dalam air. Kadar alkalinitas selama pemeliharaan benih lobster air tawar berada pada kisaran 32-52 mg/l CaCO3. Kadar alkalinitas tersebut berfungsi sebagai penyangga pH media pemeliharaan, yang berada pada kisaran antara 6,7-7,6. Selama pemeliharaan pH air cendrung menurun yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca yaitu sering terjadi hujan. Air hujan mempengaruhi pH air sumur sebagai sumber air pemeliharaan benih lobster air tawar, namun kisaran pH air selama pemeliharaan masi dapat mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan
16
17
benih. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Iskandar (2003), lobster air tawar dapat hidup dengan baik pada kisaran pH 6,5-9. Kesadahan merupakan kandungan mineral-mineral dalam air terutama kalsium. Kadar kesadahan dalam media pemeliharaan berkaitan dengan proses molting. Pada saat proses molting, benih lobster air tawar sangat membutuhkan kalsium untuk mempercepat pembentukan dan pengerasan kulit. Holdich dan Lowery (1981) mengemukakan, pada saat proses molting lobster menyerap kalsium dari air untuk mengganti kulitnya. Adegboye (1981) menyarakan, bahwa kadar kalsium yang rendah pada media pemeliharaan akan menyulitkan lobster untuk membentuk cangkang. Menurut Rouse dan Masser (1997), untuk mencapai pertumbuhan yang optimum lobster air tawar membutuhkan kadar kesadahan air > 100 mg/l CaCO3. Selama pemeliharaan benih lobster air tawar kadar kesadahan air berada pada kisaran 118,198-177,297 mg/l CaCO3, kondisi ini sangat mendukung pertumbuhan lobster. Amonia
merupakan
parameter
kualitas air yang
penting
untuk
diperhatikan terkait dengan pertumbuhan lobster. Boyd (1990) menyatakan bahwa keberadaan amonia mempengaruhi pertumbuhan karena mereduksi masuknya O2 yang disebabkan rusaknya insang sehingga menambah energi untuk keperluan detoksifikasi, mengganggu proses osmoregulasi dan mengakibatkan kerusakan fisik pada jaringan. Selama pemeliharaan kadar amonia berada pada kisaran 0,0016-0,0097 mg/l. Kadar amonia cendrung meningkat hingga akhir pemeliharaan (Gambar 11). Peningkatan kadar amonia dipengaruhi buangan metabolit yang semakin meningkat dengan semakin meningkatnya biomassa benih lobster, namun kadar amonia tersebut masi berada dalam batas toleransi benih. Rouse dan Masser (1997) menyatakan bahwa lobster air tawar dapat mentoleransi amonia pada kisaran 0,5 mg/l.
17
18
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan Bobot induk lobster air tawar berbanding lurus dengan kemampuan memproduksi juvenil dan pertumbuhan benih. Induk lobster dengan bobot 100-110 g menghasilkan jumlah juvenil tertinggi 833 ekor dan pertumbuhan benih terbaik. Semakin besar bobot induk lobster air tawar, semakin tinggi kemampuan memproduksi juvenil dan semakin besar pula persentase pertumbuhan benih yang lebih cepat yang dihasilkan.
4.2 Saran Dalam usaha pembenihan lobster air tawar sebaiknya menggunakan induk dengan bobot yang besar dari 100-110 g.
18
19
DAFTAR PUSTAKA Adegboye, JD. 1981. Calcium Homeostatis in The Crayfish. In : Goldmann RC (editor). Paper from the 5th International Symposium on Freshwater Crayfish. Davis, California, U.S.A., hlm 115-123. Ajiningsih, D.W., 1992. Peranan tinggi substrat terhadap kualitas Tubifex pada ketinggian air 2 cm. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anonim, 2010. A review of astaciculture: freshwater crayfish farming. http://alrjournal.org/index. [15 Februari 2011]. Aziz, 2008. Perangsangan molting pascalarva lobster air tawar jenis capit merah (Cherax quadricarinatus, Von Martens) dengan perlakuan suhu. [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Boyd, C.E., 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Auburn University. Alabama. Boyd, C.E., 2003. Bottom Soil and Water Quality Management in Shrimp Ponds. The Haworth Press, Inc. pp. 11-33 Effendie, M.I., 1997. Biologi Yogyakarta.
Perikanan. Yayasan
Pustaka
Nusatama,
Fetzner, W.J., Sheehan, J.R., Seeb, W.L., 1997. Genetic implications of broodstock selection for crayfish aquaculture in the Midwestern United States. Aquaculture 154, 39-55. Hainan, Gu., Peter, B.M., Michael, F.C., 1995. Juvenile growth performance among stocks and families of red claw crayfish, Cherax quadricarinatus (von Martens). Aquaculture 134, 29-36. Holdich, D.M and R.S. Lowery. 1981. Freshwater Crayfish : Biology, Management and Exploitation. Croom Helms, London and Sidney. Timber Press, Portland Oregon. Iskandar, 2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya, Jakarta. Jerry, D.R., Ian, W.P., Laurie, R.P., Chris, A.D., 2005. Selection for faster growth in the freshwater crayfish Cherax destructor. Aquaculture 247, 169-176. Jones M.C., 1998. Breeding Redclaw Management and Selection of Broodstock. Departement of Primary Industrries, Queensland.
19
20
Kaligis, E.Y., 2005. Pertumbuhan dan sintasan postlarva lobster air tawar (Cherax quadricarinatus, Van Morten) pada media alkalinitas berbeda. [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lukito, A., dan Prayoga, S., 2007. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya, Jakarta. Rouse, D.B., 1977. Production of Australian Redclaw Crayfish. Auburn University, Alabama. USA. 11p. Rouse, D.B., dan Masser, M.P., 1997. Australian red claw crayfish. Southern Regional Aquaculture Center, 224. Sackton, 2009. Global supply and deamand market for lobster. www.myseafood.com/Global%20supply%20of%20Lobster [04 Desember 2010]. Steffens, W., 1989. Principles of Fish Nutrition. Ellis Horwood Limited. England. Sukmajaya, Y., 2003. Lobster Air Tawar Komoditas Perikanan Prosfektif. Agromedia Pustaka, Tangerang. Trobos, 2006. Bisnis lobster air tawar: Konsumsi atau hias tetap untung. http://www.trobos.com [04 Desember 2010]. Widha, W., 2003. Beberapa aspek biologi reproduksi lobster air tawar jenis red claw ( Cherax quadricarinatus, V Martens; Crustacea; Parastacidae). [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. USDA nutrient database, 2009. Carrot. http://www.dietobio.com/aliments/carrot. [15 Februari 2011].
20
21
LAMPIRAN
21
22
Lampiran 1. Data bobot dan lingkar badan induk dan produksi juvenil lobster air tawar Cherax quadricarinatus Bobot Lingkar Bobot induk Produksi Juvenil induk Ulangan Badan (gram) (ekor) (g) (cm) 1 100,5 10,6 840 100-110 2 105,6 12,5 749 3 110,4 11,8 925 1 76,7 9,8 740 70-80 2 70,6 8,5 587 3 76,7 9,4 720 1 65,7 9,1 618 60-70 2 60,6 7,6 580 65,5 6,8 650 3 1 55,3 6,6 530 50-60 2 50,7 6,9 491 3 51,6 7,4 512 1 41,8 6,3 340 40-50 5,3 398 2 47,7 3 48,4 6,7 421 1 35,4 4,3 331 30-40 2 32,5 6,1 330 3 37,7 5,4 345
22
23
Lampiran 2. Analisis polinominal hubungan bobot induk dengan produksi juvenil Cherax quadricarinatus SK Perlakuan Sisa Total Linear Kuadratik Kubik kuartet
DB 5 12 17 1 1 1 1
JK KT 535224,500 107044,900 36170,000 3014,1667 571394,522 73926,000 73926,000 3990,222 3990,222 3564,300 3564,300 926,100 926,100
F-hit 35,51 24,53 1,32 1,18 0,31
Sig. 0,0001 0,0003 0,2723 0,2982 0,5889
23
24
Lampiran 3. Analisis pengaruh bobot terhadap lingkar badan induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus. a. Analisis ragam lingkar badan dari masing-masing kelas bobot induk lobster air tawar (Anova) Sumber Keragaman JK DB KT F-hit Sig. Perlakuan 5 55.627 0,000 67.524 13.505 Sisa Total Keterangan:
2.913
12
.243
17 70.438 P<0,05 berarti bobot induk berpengaruh nyata terhadap benih lingkar badan yang dihasilkan
b. Hasil uji lanjut Tukey Bobot N induk (g) 1 3 5.0333 30-40 40-50 3 50-60 3 60-70 3 70-80 3 3 100-110
Selang kepercayaan = 0,05 2 3 6.7000 7.7333 7.7333 8.6667 -
4 8.6667 9.2333 -
5 11.1667
24
25
Lampiran 4. Analisis performa pertumbuhan (grade) benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus (%) dari tiap kelas bobot induk yang dipeliharaa selam satu bulan dalam bak beton 1. Benih grade A c. Benih grade A dari masing-masing kelas bobot induk lobster air tawar (%) Benih Grade A (%) Ulangan Rataan (%) 1 2 3 22,96 26,40 22,97 24,11 ± 1,98b 100-110 21,45 23,97 21,03 22,15 ± 1,59b 70-80 22,81 24,51 18,25 21,86 ± 3,24b 60-70 19,05 18,66 16,05 17,92 ± 1,63a 50-60 17,99 16,41 15,20 16,53 ± 1,39a 40-50 14,81 16,98 14,29 15,36 ± 1,43a 30-40 Keterangan: Angka yang diikuti huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05); rata-rata ± standar deviasi Bobot induk (g)
a. Analisis ragam benih grade A dari masing-masing kelas bobot induk lobster air tawar (Anova) Sumber Keragaman JK DB KT F-hit Sig. 186,417 5 37,283 9,487 0,001 Perlakuan 47,60 12 3,930 Sisa 233,577 17 Total Keterangan: P<0,05 berarti bobot induk berpengaruh nyata terhadap benih grade A yang dihasilkan d. Hasil uji lanjut Tukey Bobot N induk (g) 3 30-40 3 40-50 3 50-60 3 60-70 3 70-80 3 100-110 Sig.
1 15,36 16,53 17,92 0,625
Selang kepercayaan = 0,05 2 3 16,53 17,92 17,92 21,86 21,86 22,15 0,056 0,167
4 21,86 22,15 24,11 0,730
25
26
2. Benih grade B a. Benih grade B dari masing-masing kelas bobot induk lobster air tawar (%) Benih Grade B (%) Bobot induk Rataan (%) Ulangan (g) 1 2 3 37,78 32,34 35,14 35,09 ± 2,72a 100-110 32,09 35,12 33,33 33,52 ± 1,52a 70-80 31,57 31,02 39,54 34,04 ± 4,77a 60-70 35,71 36,07 38,27 36,69 ± 1,39a 50-60 34,89 34,65 43,86 37,80 ± 5,25a 40-50 37,04 37,74 38,78 37,85 ± 0,87a 30-40 Keterangan: Angka yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05); rata-rata ± standar deviasi b. Analisis ragam benih grade B dari masing-masing kelas bobot induk lobster air tawar (Anova) Sumber Keragaman JK DB KT F-hit Sig. 53,360 5 10,672 1,021 0,447 Perlakuan 125,39 12 10,450 Sisa 178,758 17 Total Keterangan: P>0,05 berarti bobot induk tidak berpengaruh nyata terhadap benih grade B yang dihasilkan 3. Benih grade C a. Benih grade C dari masing-masing kelas bobot induk lobster air (%) Benih Grade C (%) Bobot Ulangan induk Rataan (%) (g) 1 2 3 39,26 41,25 41,89 40,80 ±1,37a 100-110 46,45 40,91 45,64 44,33 ±2,99a 70-80 45,62 44,47 42,20 44,10 ±1,74a 60-70 45,24 45,27 45,68 45,40 ±0,25a 50-60 47,12 48,94 40,94 45,66 ±4,19a 40-50 48,15 45,28 46,94 46,79 ±1,44a 30-40 Keterangan: Angka yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05); rata-rata ± standar deviasi b. Analisis ragam benih grade C dari masing-masing kelas bobot induk lobster air tawar (Anova) Sumber Keragaman JK DB KT F-hit Sig. 63,809 5 12,762 2,279 0,113 Perlakuan 67,188 12 5,999 Sisa 13,996 17 Total
26
27
Keterangan:
P>0,05 berarti bobot induk tidak berpengaruh nyata terhadap benih grade C yang dihasilkan Lampiran 5. Jumlah pakan dan biomassa benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus selama pemeliharaan satu bulan dalam bak beton Biomassa Pakan (g) Bobot biomass Jumla (g) Ulanga a mati h induk n akhi cacin worte (g) (gram) pelet Pakan awal r g l 150, 701, 360, 1 2 3 40,8 6 220,4 210,4 791,4 100-110 140, 640, 380, 2 8 9 34,6 4 190,2 189,5 760,1 170, 658, 350, 3 5 8 80,7 6 190,8 180,2 721,6 130, 618, 300, 1 2 2 45,2 0 190,5 184,5 695,0 70-80 100, 468, 270, 2 6 8 40,9 4 140,2 140,4 551,0 130, 560, 310, 3 6 4 35,5 2 180,6 180,6 671,4 110, 501, 280, 1 2 6 40,8 8 150,9 135,2 566,9 60-70 104, 450, 260, 2 4 9 39,3 6 150,5 145,2 556,3 110, 520, 310, 3 0 2 45,5 6 160,8 130,6 602,0 460, 240, 1 90,4 9 25,8 5 150,9 160,8 552,2 50-60 370, 220, 2 85,4 8 37,8 8 120,6 140,4 481,8 420, 240, 3 95,2 5 35,9 4 125,2 150,4 516,0 315, 180, 1 60,2 5 8,9 4 110,4 100,2 391,0 40-50 301, 180, 2 70,6 7 30,6 4 100,7 100,4 381,5 250, 140, 3 80,8 9 45,2 4 80,4 90,8 311,6 240, 145, 1 65,6 3 29,3 2 80,2 80,4 305,8 30-40 280, 170, 2 50,4 9 15,8 2 110,4 105,4 386,0 240, 140, 3 60,1 2 32,3 2 80,2 102,4 322,8
27
28
Lampiran 6. Analisis drajat kelangsungan hidup benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus selama pemeliharaan satu bulan dalam bak beton a. Drajat kelangsungan hidup (%) Drajat kelangsungan hidup (%) Bobot Ulangan Rataan (%) induk (g) 1 2 3 80,36 80,91 80,00 80,42 ± 0,46a 100-110 80,00 82,45 81,25 81,23 ± 1,23a 70-80 79,45 79,48 80,92 79,95 ± 0,84a 60-70 79,25 81,87 79,10 80,07 ± 1,56a 50-60 81,76 82,66 81,24 81,89 ± 0,72a 40-50 81,57 80,30 81,74 81,20 ± 1,10a 30-40 keterangan: Angka yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05); rata-rata ± standar deviasi b. Analisis ragam drajat kelangsungan hidup benih Sumber Keragaman JK DB KT F-hit Sig. 8,777 5 1,755 1,757 0,196 Perlakuan 11,991 12 0,999 Sisa 20,768 17 Total Kesimpulan: P>0,05 berarti bobot induk tidak berpengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup benih yang dihasilkan
28
29
Lampiran 7. Nilai fisika kimia air pemeliharaan benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus selama satu bulan pemeliharaan dalam bak beton a. Kualitas air sumur (kualitas air awal) Air sumur Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Suhu (0C) 28,5 28,2 28,2
DO (mg/l) 4,9 4,9 5,0
Parameter Alkalinitas Kesadahan Amonia pH (mg/l) (ml/l) (mg/l) 7,5 48 177,2971 0,0011 7,5 44 162,5223 0,0009 7,4 48 162,5223 0,0007
b. Kualitas air setelah 10 hari pemeliharaan Parameter Kelas Alkalinitas Kesadahan Amoni bobot (g) Suhu (0C) DO (mg/l) pH (mg/l) (ml/l) (mg/l) 28,3 5,6 7,5 48 177,2971 0,0047 100-110 28,1 6,6 7,3 32 162,5224 0,0049 70-80 27,9 6,0 7,4 48 147,7476 0,0044 60-70 27,2 4,6 7,1 52 132,9728 0,0044 50-60 28,1 5,7 7,0 48 140,7480 0,0028 40-50 27,9 5,8 7.2 52 162,5224 0,0031 30-40 c. Kualitas air setelah 20 hari pemeliharaan Parameter Kelas Alkalinitas Kesadahan Amonia bobot (g) Suhu (0C) DO (mg/l) pH (mg/l) (ml/l) (mg/l) 27,0 6,9 7,6 44 162,5224 0,0087 100-110 26,5 5,4 7,1 48 177,2971 0,0062 70-80 27,8 5,7 7,1 52 162,5223 0,0066 60-70 26,4 5,5 7,0 36 147,7476 0,0047 50-60 27,3 5,8 7,1 48 162,5224 0,0044 40-50 28,2 6,8 7,1 52 162,5224 0,0043 30-40 d. Kualitas air setelah 30 hari pemeliharaan Parameter Kelas Alkalinitas Kesadahan bobot (g) Suhu (0C) DO (mg/l) pH (mg/l) (ml/l) 26,8 4,8 7,1 52 162,5224 100-110 25,8 5,6 6,7 48 177,2971 70-80 28,4 6,7 6,9 52 132,9728 60-70 25,5 5,3 7,3 48 162,5224 50-60 26,8 5,1 7,1 52 118,1981 40-50 27,8 6,3 6,8 36 147,7476 30-40
Amoni (mg/l) 0,0092 0,0097 0,0054 0,0066 0,0060 0,0085
29