IV.
PETA SOSIAL MASYARAKAT TUADA
4.1. Mata Pencarian Masyarakat Pasca Konflik. Desa Tuada merupakan salah satu desa dari 27 desa yang berada di wilayah kecamatan Jailolo dan secara geografis berada di wilayah pesisir. Secara ekonomi dengan kondisi geografis di wilayah pesisir des a Tuada menyimpan potensi perikanan yang melimpah. Ini juga dilihat dari sebahagian besar penduduk desa yang bermata pencharian sebagai nelayan. Selain sumber daya perikanan terdapat
potensi sumber daya
lokal yang mampu memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dimana
yang
perkebunan
kelapa
adalah
menjadi
komuditas
dalam
dan
unggulan di kakao
bidang
disamping
itu
dikembangkannya tanaman cengkih, pala. Komuditas pertanian yang dikembangkan masyarakat Tuada antara lain tanaman holtikultura sayur dan buah-buahan. Sumber
mata
pencaharian
masyarakat
yang
mengandalkan
sumber daya laut (perikanan) merupakan mata pencaharian terbesar masyarakat desa Tuada. Ini dapat terlihat dari jumlah dan jenis alat tangkap yang di miliki masyarakat Desa Tuada pada Tabel1. Tabel 1 : Data Jenis Alat Tangkap Perikanan Desa Tuada, Tahun 2004 No
Jenis Alat Tangkap
Jumlah (unit)
1
Pajeko (Purciene)
1
2
Giop (Purciene Mini)
6
3
Katinting
20
4
Rumpun
5
5
Jaring Dampar
4
6
Jaring Lingkar
20
7
Tambak Ikan
32
Sumber Data: Kepala Desa Tuada. Mel 2004 Dalam menunjang kehidupan ekonomi masyarakat desa Tuada, ada satu buah toko yang menjual berbagai kebutuhan baik pangan maupun sandang yang dimiliki oleh warga keturunan cina dan Koperasi Serba Usaha (KSU) Tunas Banau. Namun setelah terjadinya konflik sosial
33
warga keturunan cina tersebut meninggalkan des a tuada dan sampai saat ini tidak kembali lagi sedangkan KSU Tunas Banau belum dapan melanjutkan kegiatan koperasi. Perikanan
Koperasi
Sihida
Ngone
di
bentuk
dengan
mempertimbangkan sebagian besar jumalah anggota koperasi yang bermata pencharian sebagai nelayan, walaupun ada anggota koperasi yang bermata pencharian ganda dimana pada waktu tertentu sebagai nelayan dan waktu tertentu sebagai petani. 4.2. Punahnya Nilai-Nilai Budaya Yang Mendukung Kelembagaan Ekonomi Masyarakat Desa Tuada. Nilai-nilai budaya masyarakat yang meliputi nilai-nilai budaya tolong menolong telah melembaga dan berkembang dalam masyarakat. Budaya tolong menolong bagi masyarakat desa Tuada di sebut "babari". Pada masyarakat terdapat kelompok-kelompok gotong royong yang didalamnya berkumpul orang-orang yang baru berumah tangga (rumah tangga muda) dan kegiatan-kegiatan mereka adalah membuat arisan untuk bahan baku rumah. Kerusuhan yang bernuansa SARA yang terjadi di Propinsi Maluku Utara hampir kurang lebih dua tahun, telah merusak berbagai tatanan ekonomi, sosial termasuk nilai-nilai masyarakat yang sudah sekian abad tertanam dalam kehidupan masyarakat di zajirah Moloku Kie Raha. Korban nyawa dan harta benda yang dialami oleh masyarakat sangat besar, dan ini berpengaruh pad a tatanan dan kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat pasca konflik sosial. Masyarakat masih mengalami trauma dengan kejadian konflik karena
mereka secara langsung menyaksikan berbagai pembunuhan
terhadap keluarga yang dicintai, harta benda dirampas dan dibakar serta hilangnya rasa toleransi yang selama ini terbangun. Mereka trauma menyaksikan
hilangnya
kesempatan
kerja,
meningkatnya
angka
kemiskinan, tingginya angka putus sekolah pada anak-anak usia sekolah, dan rendahnya
kesehatan dan gizi
juga dirasakan masyarakat.
Kerusakan fasilitas pendukung lembaga ekonomi terlihat dari rusaknya
34
berbagai fasilitas perdagangan/pasar, koperasi dan usaha ekonomi rumah tangga. 4.3. Upaya Pemerintah Dalam Perbaikan Sosial Ekonomi. Dengan adanya program pemerintah dengan yang dinamakan program 3 R (Rekonsiliasi, Reevakuasi dan Rehabilitasi), berbagai program yang diarahkan untuk melakukan perbaikan di bidang sosial dan ekonomi. Untuk itu program yang pertama dilakukan adalah program reevakuasi dimana dengan telah dipulangkanya para pengungsi kedaerah asal mereka maka proses rekonsiliasi dan rehabilitasi kehidupan mereka akan berjalan dengan baik. Program reevakuasi yang juga disebut program pemulangan pengungsi menjadi perhatian serius pemerintah daerah.
Karena
dengan
program
pemulangan
pengungsi
maka
pelaksanaan pemberdayaan dan pengembangan masyarakat pasca konflik untuk memperbaiki kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Pelaksanaan pengembangan masyarakat desa sangat tergantung pada
usaha-usaha
mendinamiskan
masyarakat
desa.
Sedangkan
kemampuan pemerintah dalam menyediakan dana maupun tenaga ahli untuk melancarkan usaha terse but sangat terbatas. Dengan demikian pelaksanaan pengembangan masyarakat harus dilaksanakan memberdayakan
seluruh
komponen
dalam
masyarakat.
dengan Dalam
pelakasanaan usaha-usaha tersebut diperlukan pemikiran lebih jauh, yaitu tentang cara-cara untuk membawa masyarakat berpartisipasi dalam pelaksanaannya. Dukungan dari masyarakat tidaklah begitu mudah diperoleh. Munculnya kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan yang berbeda di desa akan membawa pengaruh yang penting. Pada
aras
desa,
untuk
memperbaiki
kehidupan
ekonomi
masyarakat, pemerintah daerah melakukan berbagai pemberdayaan ekonomi masyarakat pasca konflik. Bantuan dari pemerintah daerah diberikan dalam bentuk barang dan uang kepada masyarakat yang telah mempunyai kelompok-kelompok.
Hal ini dilakukan untuk mempermudah
kontrol terhadap jalannya program pemberdayaan ekonomi masyarakat pasca konflik.
35
Masyarakat Oesa Tuada yang merupakan salah satu desa di Kabupaten Halmahera Barat yang juga lang sung menjadi korban konflik sosial merasa perlu untuk memperbaiki kehidupan ekonomi meraka. Masyarakat
sendiri
melakukan
pengembangan
ekonomi
dengan
membentuk kelompok usaha ekonomi des a yaitu melalui jalur koperasi perikanan Sihida Ngone. Koperasi merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi yang dipilih oleh sebagian anggota masyarakat dalam rangka meningkatkan kemajuan ekonomi (rumah tangga) serta kesejahteraan hidupnya. Secara logika sederhana, orang akan memilih koperasi jika organ!sasi ekonomi tersebut dirasakan atau diyakini bisa mendatangkan manfaat lebih besar baginya dari pada bentuk organisasi ekonomi lain. Oisamping itu koperasi yakini sebagai lembaga ekonomi yang memiliki semangat kekeluargaan dan gotong royong. Kondisi ini sesuai dengan jiwa dan semangat Masyarakat Tuada dimana koperasi perikanan sihida ngone berada. Jiwa gotong royong
dan kekeluargaan yang dimiliki masyarakat desa tuada
mampu membawa semangat dalam membina hubungan kemasyarakatan termasuk kegiatan berekonomi. Semangat gotong royong dan kekeluargaan yang hidup dalam masyarakat desa Tuada masih begitu kuat. Semangat kekeluargaan oleh pengurus dimanfaatkan untuk menjadi pendorong dalam menggerakkan koperasi. Oalam masyarakat desa Tuada gotong royong ini disebut "baban".
Babari
merupakan
suatu
semangat
yang
hidup
dalam
masyarakat untuk saling to long menolong antar sesama warga, dimana kalau ada salah satu warga desa melakukan kegiatan membangun rumah atau kegiatan membuka lahan pertanian baru warga masyarakat akan bersama-sama untuk melakukan babari. Begitu juga dalam sisitem ekonomi, masyarakat desa Tuada juga mengenal apa yang dinamakan bagi hasil dalam istilah lokal di sebut "ngaseh". Sistem ngaseh ini berlaku dalam hal pengelolaan hasil perkebunan, dan pertanian, dimana antara orang yang memiliki hasil perkebunan dan pertanian yang akan dipanen tidak dikerjakan sendiri, tetapi diberikan pada orang lain yang akan mengerjakan kegiatan panen tersebut. Setelah hasil dari panen itu dijual
36
maka hasil tersebut dibagi dua antara pemilik dengan orang yang melakukan panen. Pol a dan semangat hidup yang ada dalam masyarakat Tuada inilah yang oleh pengurus dijadikan sebagai semangat dalam menggerakkan anggota koperasi. Koperasi Perikanan Sihida Ngone yang dibentuk pasca konflik di Kabupaten Halmahera Barat dalam perkembangan empat tahun terakhir ternyata belum mampu memberi pelayanan yang baik. Kenyataan tersebut dilihat dari berbagai unit-unit usaha yang dimiliki koperasi dapat belum sepenuhnya melakukan aktivitas serta memberi pelayanan yang dibutuhkan anggota koperasi serta masyarakat desa. Pada awal pendirian koperasi perikanan Sihida Ngone oleh beberapa orang tokoh masyarakat dan tokoh pemuda. Mereka mengalami berbagai kendala dalam menghadapi masyarakat
desa yang memiliki
sikap negatif pada koperasi. Sikap negatif sebagian masyarakat terhadap koperasi terbentuk karena oleh pengalaman buruk pada dua koperasi yang didirikan sebelum konflik. Kedua koperasi tersebut tidak berjalan sebagaimana
yang
diharapkan
masyarakat.
Ketidakpercayaan
masyarakat terhadap koperasi tersebut justru menjadi pendorong
bagi
para pendiri koperasi Perikanan Sihida Ngone untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa koperasi yang baru dibentuk pasca konflik merupakan koperasi yang dapat menjalankan berbagai program/kegiatan koperasi yang telah disepakati bersama oleh anggota koperasi. Dalam melakukan aktivitas unit-unit usaha koperasi perikanan sihida ngone menggunakan sumber daya yang dimiliki koperasi, ini dimulai dengan modal yang didapat dari anggota koperasi walaupun jumlah modal yang terkumpul dari anggota masih sang at kecil, kemudian anggota juga dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan unit usaha yang ada. Berbagai keputusan dan kebijakan
dalam rapat evaluasi yang diambil
oleh pengurus koperasi selalu melibatkan anggota koperasi. Mekanisme dilakukan untuk menjaga keutuhan dan kebersamaan dalam koperasi. Hal ini
juga tidak terlepas dari peran dan kemampuan pengurus dalam
memotivasi anggota koperasi untuk berperan serta dalam melakukan transaksi terutama dalam kegiatan usaha koperasi.
37
Berbagai upaya yang dilakukan oleh pengurus ternyata belum maksimal dimana masih ada anggota koperasi yang tidak dapat hadir dalam pertemuan yang dilakukan oleh pengurus. Disamping itu unit-unit usaha yang dimiliki koperasi belum seluruhnya menyediakan peluang bagi anggota koperasi untuk terlibat dalam pengelolaan unit-unit usaha terse but. Keterbatasan unit-unit usaha ini di sebabkan karena kekurangan modal untuk membiayai berbagai kegiatan unit usaha. Modal koperasi yang di dapat dari anggota koperasi melalui sumbangan wajib dan sumbangan sukarela di manfaatkan untuk unit usaha waserda, unit usaha BBM dan unit usaha jasa angkutan laut. Berdasarkan hasil Rapat Anggota Tahun (RAT) Tahun Buku 2004 di sepakati beberapa hal sebagai berikut : r
Memberikan
tanggungjawab
kepada
pengurus
koperasi
untuk
melakukan kerjasama dengan pihak Pemerintah Daerah, swasta dan perbanki:m untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha koperasi. ;;- Menjalin kerjasama dengan Dinas Koperasi dan UKM serta Dinas Perikanan Kabupaten Halmahera Barat untuk memperoleh bantuan alat tangkap perikanan. 4.4. Kependudukan Jumlah Penduduk desa Tuada yaitu 771 jiwa yang terdiri dari 377 jiwa laki-Iaki dan 394 jiwa perempuan dengan 192 KK, dengan prosentase 49,9 % laki-Iaki dan 51,9 % perempuan. Data penduduk yang disajikan ini merupakan data tahun 2004 (data terbaru), untuk mendapatkan data penduduk tahun sebelumnya penulis mengalami kesulitan dikarenakan data-data tersebut tidak tersedia.
Begitupun dengan data fertilitas,
mortalitas dan migrasi penduduk juga tidak tersedia. Hal ini disebabkan karena sisitem administrasi desa yang kurang baik sehingga berbagai data yang terkait dengan kependudukan sulit didapatkan. Untuk itu untuk membuat perkembangan penduduk, tingkat fertilitas, mortalitas dan gerak penduduk desa Tuada Kecamatan Jailolo, penulis mengalami kesulitan.
38
Berdasarkan komposisi penduduk (Gambar 2) tampak bahwa kelompok umur produktif (15 - 59 tahun) merupakan kelompok terbesar dengan jumlah 451 jiwa
(59 %) dari total penduduk desa Tuada. Ini
menunjukkan bahwa secara ekonomi kelompok usia produktif ini menjadi tulang punggung masyarakat dalam pemenuhan berbagai kebutuhan hidup sehari-hari. Gambaran 2 : Piramida penduduk Desa Tuada Tahun 2004
Piramida Penduduk Desa Tuada Tahun 2004
6:~6(n
60fa4 I 55-$9
to-54 Kelompok Umur
I
I
45-49 40-44
I
I
35-39 30-34
I I
25-29
I
I
20-24
I
15-19
I
I
10-14
l
5-9
I
I
0-4
o
10 20 30 40 50 60
Jiwa
o Laki-Laki
I
0 Perempuan
Sumber Data: Kantor desa Tuada, Mei 2004
39
4.5. Organisasi, Kelembagan dan Struktur Sosial. Organisasi dan lembaga sosial kemasyarakatan yang berada di Desa Tuada baik formal maupun non formal mencakup :
a. Bidang Pemerintahan dan Kemasyarakatan Organisasi pemerintah Desa dan perengkat desa yang masih belum lengkap Badan Perwakilan Desa (BPD) Tim Penggerak PKK Kelembagaan Adat yang terdiri dari Kapita (panglima perang), Fanyira Koma
(Ketua Adat)
Organisasi Pemuda Tingkat Desa Hubungan antar lembaga pemerintahan dan kemasyarakatan yang ada ternyata belum maksimal, ini terlihat dari komunikasi antara kepala desa selaku pimpinan pemerintahan di tingkat desa dengan organisasi atau lembaga lainnya belum berjalan secara baik. Konflik sosial yang terjadi kurang lebih dua tahun berjalan ternyata telah melemahkan lembaga adat yang selama ini dijadikan mitra oleh pemerintah desa dalam memotivasi masyarakat desa dalam pelaksanaan programprogram pembangunan di desa. Kehidupan sosial budaya masyarakat meliputi nilai-nilai budaya tolong menolong yang telah melembaga dan berkembang dalam masyarakat. Budaya tolong menolong bagi masyarakat desa Tuada di sebut "babari". Selain itu dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok gotong royong yang didalamnya berkumpul orang-orang yang baru berumah tangga (rumah tangga muda) dan kegiatan-kegiatan mereka adalah membuat arisan untuk bahan baku rumah. b. Bidang Ekonomi : Koperasi Perikanan Sihida Ngone (54 Anggota) Koperasi Serba Usaha (KSU) Tunas Banau (27 Anggota) Kelompok Nelayan Giop (15 Anggota) Sebagai penunjang kegiatan ekonomi di desa diharapkan hubungan antar lembaga - lembaga ekonomi dapat merangsang pertumbuhan ekonomi masyarakat namun ternyata hubungan antara lembaga
40
ekonomi yang ada kurang harmonis, hal ini dipengaruhi kinerja antar lembaga ekonomi yang tidak seimbang sehingga berdampak pada persaingan usaha yang tidak sehat.
c. Bidang Pendidikan. Sekolah Dasar Negeri 1 Tuada dengan jumlah 116 murid SLTP kelas jauh (dalam persiapan dan tahun ajaran 2004/2005) Dewan Pendidikan SON 1 Tuada Sebagai desa dengan posisi yang strategis dimana berada pada posisi tengah dari beberapa desa di wilayah kecamatan Jailolo dan ditunjang dengan jumlah murid serta fasilitas gedung sekolah yang memadai maka lewat kesepakatan antar masyarakat dengan sekolah-sekolah yang berada di lima desa ( Tuada, Matui, Guaeria, Todowongi dan Bukumatiti) maka dengan izin kepala kantor cabang dinas Pendidikan Nasional Kecamatan Jailolo, untuk tahun ajaran 2004/2005 akan dibuka SLTP kelas jauh dari SMP Negeri 2 Jailolo. d. Bidang Keagamaan. Satu Buah Masjid dilengkapi dengan pengurus masjid Dua buah Mushollah Empat buah tempat pengajian Lembaga yang bertanggungjawab atas kehidupan beragama di tingkat desa, peran dari lembaga yang ada sang at begitu penting, ini dapat dilihat dari peran lembaga keagaman baik dalam hal perkawinan, kematian dan kegiatan keagaman yang lain. Dalam masyarakat Desa Tuada gambaran tentang struktur atau pelapisan sosial masyarakat dapat dilihat dari kepemilikan terhadap lahan pertanian, perkebunan dan jenis alat tangkap peri kanan, dimana ada beberapa keluarga yang memiliki lahan pertanian, perkebunan dan jenis alat tangkap
perikanan
skala
menengah yang setiap saat dapat
mendatangkan hasil secara ekonomi dipandang oleh masyarakat Desa Tuada sebagal lapisan teratas dalam struktur masyarakat desa. Pengaruh struktur adat juga sangat besar dimana masyarakat desa menganggap mereka yang masih punya ikatan-ikatan adat dan para pemimpin agama dalam masyarakat menempati lapisan atas. Disamping itu jenis pekerjaan
41
dan tingkat pendidikan masyarakat juga memberikan gambaran tentang struktur atau pelapisan sosial masyarakat. Desa Tuada juga merupakan salah satu desa yang masih memegang teguh adat istiadat Moloku Kie Raha. Sebelum terjadinya konflik sosial struktur adat pada tingkat desa juga mempunyai peranan yang sangat strategis dimana kepemimpinan adat lebih didengar oleh masyarakat bila dibandingkan dengan kepemimpinan formal (Kepala Desa dan perangkatnya). Namun dirasakan oleh masyarakat dalam dua tahun terakhir peran informal yang begitu kuat semakin tidak terlihat. Hal ini disebabkan karena masyarakat masih trauma dengan konflik sosial yang sempat menjadikan adat sebagai salah satu sebab timbulnya konflik sosial di Maluku Utara. Dengan kondisi struktur adat yang mulai rapuh, maka peran pemerintah desa semakin besar dalam mengatur berbagai kebijakan pada tingkat desa. Upaya untuk memperkuat posisi pemerintah desa di tengah masyarakat mengalami berbagai kendala, hal ini karenakan pemerintah desa yang dipimpin oleh kepala desa yang baru terpilih kurang lebih seta hun yang lalu. Untuk itu yang baru dilakukan adalah melakukan konsolidasi dan membentuk pemerintahan desa yang kuat sehingga dengan pemerintahan desa yang baik berbagai program desa dapat dilaksankan dengan dukungan penuh masyarakat desa.
"