5. BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kegiatan usaha baik kecil, sedang, menengah dilakukan tidak terlepas dari
kegiatan pengelolaan keuangan.Setiap kegiatan usaha yang dilakukan mengacu pada peningkatan kesejahteraan para pelaku usaha.Tujuan utama dari perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan yang berujung pada kesejahteraan para pemegang saham (shareholders’ wealth). Salah satu indikator dari kesejahteraan adalah pengembalian tingkat investasi berupa return saham yang diperoleh dari pembagian dividen (dividend ratio). Palepu et al., (2004) menyatakan Dividen sebagai cara perusahaan untuk memberikan imbal balik kepada pemegang saham dari kelebihan kas atas kegiatan operasional dan investasi. Dalam konteks teoritis maupun praktisnya kegiatan pengelolaan keuangan berkaitan dengan proses pengambilan keputusan. Mengutip teori dalam buku keuangan keperilakuan menurut Asri (2013) kemampuan manajemen dalam meningkatkan nilai perusahaan tergantung pada keberhasilannya membuat keputusan
keuangan,
baik
untuk
jangka
panjang
maupun
jangka
pendek.Keputusan – keputusan keuangan yang dilakukan berkaitan dengan keputusan untuk pengelolaan baik aset maupun kewajiban. Keputusan – keputusan berupa keputusan penggunaan dana (investment decisions), keputusan pemilikan sumber dana untuk pembiayaan (financing decisions) dan keputusan pembagian laba kepada para pemegang saham (dividend policy).
1
Pembuatan keputusan terkait dengan pembagian sebagian laba yang dihasilkan
perusahaan
selama
periode
tertentu
menjadi
krusial
mempertimbangkan pengaruhnya dalam pencapaian tujuan dan kebutuhan baik jangka pendek maupun jangka panjang.Dari sekian laba yang diperoleh, keputusan sebagai langkah yang bijak bagi keberlangsungan perusahaan terkait dengan kepentingan besaran laba yang ditahan untuk kepentingan reinvestasi guna pencapaian tujuan jangka panjang atau dibagikan dalam bentuk dividen. Dikondisikan, jika perusahaan memutuskan untuk melakukan penahanan sebagian dari laba untuk kepentingan investasi maka perlu kejelasan bagi para pemegang saham yang berhak untuk memperoleh pembagian dividen, namun jika sebagian laba ditahan tidak mencukupi kebutuhan untuk reinvestasi maka akan meningkatkan ketergantungan terhadap dana pihak ketiga (eksternal) terkait pembiayaannya. Keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang disebut sebagai Kebijakan Dividen (Sartono, 2001). Lebih lanjut menurut Keown et al., (1999) ada tiga alternatif pembayaran dividen; (1).Constant dividend payout ratio yang menyatakan bahwa perusahaan menetapkan rasio yang tetap terhadap keuntungan; (2).Stable dollar dividend per share yang menyatakan bahwa perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang tetap untuk beberapa periode; (3). Reguler dividend plus a year-end extra yang menyatakan bahwa untuk mengantisipasi penurunan keuntungan, pembayaran dividen kepada pemegang saham dilakukan dalam jumlah kecil jika ada keuntungan maka pada akhir
2
periode perusahaan akan menambahkan dividen ekstra. Berdasarkan data yang diolah dari Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2008 – 2012 diketahui profil pembagian dividen diantara para emiten yang terdaftar (gambar 1.1).
Gambar 1. 1 Data historikal kondisi pembagian dividen tahun 2008 - 2012 Sumber: www.idx.co.id diolah penulis
Berdasarkan gambar 1.1, dapat diketahui dari perkembangan jumlah emiten terdaftar setiap tahunnya mengalami peningkatan, dan secara rata- rata jumlah emiten yang melakukan kebijakan pembagian dividen adalah kurang dari 50% dari jumlah seluruh emiten yang terdaftar di BEI. Teori sinyaling (signaling theory) merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan terkait dengan dampak pembayaran dividen terhadap nilai perusahaan sebagai tujuan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham (shareholder’s wealth), disamping teori dividen tidak relevan (dividend
irrelevance theory) dan teori bird in the hands (Asri, 2013). Dalam teori sinyaling dijelaskan tentang hubungan antara pengeluaran investasi dan juga nilai perusahaan, dimana pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan harga sebagai indikator nilai perusahaan (Hasnawati, 2005). Diperkuat dengan penelitian Li dan Zhao (2008) yang beragumentasi bahwa kebijakan dividen memainkan peran utama karena dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada para pemegang saham mengenai nilai perusahaan.Sebaliknya kondisi sinyal dalam dividen dapat menjadi sinyal yang memberi pengertian lain, dimana kebijakan perusahaan dengan tidak membayarkan dividen, dianggap alokasi dana digunakan sebagai modal untuk mengembangkan perusahaan,
sehingga
perusahaan yang tidak membayarkan dividen pada para pemegang sahamnya dinilai lebih menarik bagi para investor dibandingkan perusahaan lain yang melakukan pembayaran dividen. Fakta data historikal BEI tersebut menimbulkan persepsi signaling theory, dimana kondisi positifnya, kenaikan dividen yang diatas kenaikan normal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa yang akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen yang dibawah penurunan normal diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan mengalami masa sulit di masa mendatang (Modigliani dan Miller, 1961). Namun persepsi negatif tidak demikian, dimana pembagian dividen belum tentu menandakan kinerja positif perusahaan, atas asumsi tersebut kontradiksi bahwa dividen dijadikan asumsi
4
positif pada perusahaan yang justru kinerjanya memburuk. Asumsi lain bahwa suatu perusahaan yang tidak melakukan pembayaran dividen akan lebih menarik bagi para Investor dibanding perusahaan yang melakukan pembayaran dividen (Black, 1976). Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang menyatakan kuatnya kontradiksi model sinyaling dalam perubahan dividen tidak selalu menandakan peningkatan profitabilitas perusahaan (Benartzi et al., 1997).Sejalan dengan kontradiksi informasi berdasarkan penelitian Myers dan Najluf (1984) dalam Al-Gharaibeh et al., (2013) yang menyatakan bahwa, dalam kehadiran asymmetric
information, perusahaan mengikuti perilaku
hirarki dengan
mempertimbangkan setiap sumber daya pendanaan, mengimplikasi bahwa kebijakan dividen adalah sticky, dengan underlying statement yang mendasari argumen
tersebut
adalah
bahwa
kebijakan
dividen
digunakan
untuk
mengakomodasi fluktuasi yang tidak terduga dalam profitabilitas dan kesempatan investasi. Inisiasi dividen adalah indikasi utama publik terhadap kemauan para manajer untuk mengembalikan kelebihan atau kas bebas kepada pemegang saham dibandingkan berinvestasi dalam proyek yang sedang berjalan maupun proyek baru (Sharma, 2001). Pembayaran dividen tidak hanya memfasilitasi usaha dalam mengurangi teori keagenan antara para pemegang saham dengan manajer, namun juga dapat bertindak sebagai signal dalam memberikan informasi kepada para pemegang saham tentang valuasi perusahaan. Kebijakan dividen diartikan sebagai keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan
5
ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang (Sartono, 2001). Ahli lainnya menyebutkan bahwa kebijakan dividen adalah penentuan pembagian pendapatan
(earnings)
antara
penggunaan
pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan didalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan didalam perusahaan (Riyanto, 2001).Dengan kata lain, dalam hal pembagian dividen, selain hak para shareholder perusahaan juga harus memikirkan kondisi reinvestasi perusahaan. Di semua negara Asia Timur, kontrol dikembangkan melalui struktur piramida.Hak suara secara konsekuen melebihi hak arus kas formal diantara para perusahaan, terutama di Indonesia, Jepang, dan Singapura.Diketahui bahwa duapertiga dari perusahaan dikontrol oleh kepemilikan tunggal. Terkait kondisi peran kepemilikan keluarga, prosentase paling tinggi berada di negara Indonesia dan Thailand, sebaliknya Jepang dapat secara luas dimiliki oleh umum. Demikian halnya kontrol dari pemerintahan yang signifikan di Indonesia, Korea, Malaysia, Singapore,
dan
Thailand.Pengaruh
kepemilikan
terkait
kontrol,
dengan
kemungkinan menjadi controlling owner, dimana controlling owner memiliki paling tidak 10-20% dari hak suara.Konsentrasi dari hak kontrol dimiliki oleh pemegang kepemilikan terbesar adalah sama dengan konsentrasi kepemilikan arus kas (Claessens et al., 2000). Hubungan potensial antara tingkat kepemilikan institusional dan kebijakan dividen didorong oleh pertimbangan agensi dan atau sinyaling tergambar dalam teori yang mendasari kegunaan dividen bagi perusahaan adalah untuk menarik
6
investor- investor institusional. Investor institusional cenderung untuk memiliki kepemilikan dari perusahaan yang menghasilkan pembayaran dividen secara reguler (Allen et al., 2001).Pembayaran dividen dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan perusahaan (Ullah et al.,2012). Konsentrasi kepemilikan adalah jelas lebih tinggi daripada di negara maju dan oleh karena itu insentif bagi pemegang saham mayoritas untuk memperoleh private rent dengan mengorbankan pemegang saham minoritas (Maquieira et al., 2011). Pendapat penelitian lain menyatakan bahwa dengan berdasarkan pada informasi superior yang secara umum dimiliki oleh pemegang saham institusional membentuk kepedulian terhadap prospek masa depan dari perusahaan, sehingga memungkinkan bahwa pasar menginterpretasikan kehadiran suatu kepemilikan institusional sebagai sebuah signal berita baik akan prospek masa depan suatu perusahaan (Short et al., 2002). Kebijakan dividen adalah kendaraan pengaruh kendali untuk mengurangi konflik ketertarikan atau kepentingan para pemegang saham dan para manajer, karena pemegang saham lebih tertarik untuk memperoleh dividen, namun para manager lebih mementingkan menjaga laba untuk mengendalikan sumber daya yang dikelola perusahaan (Ullah et al., 2012). Penelitian serupa dengan obyek penelitian negara lainnya menyatakan bahwa dividen dapat digunakan untuk memitigasi risiko keagenan dalam perusahaan, kondisi substitusi kepemilikan mayoritas sebagai alat momonitor.Pemilik saham mayoritas tersebut dapat menggunakan kekuasaan mereka dalam mengambil alih sumber daya perusahaan untuk konsumsi pribadinya (Ramli, 2010).Institusi- institusi merupakan pembuat keputusan professional yang mengetahui bagaimana menilai kinerja dari sebuah
7
perusahaan dan melakukan monitor terhadap manajemennya, sehingga tingkat kepemilikan institusional dapat memiliki pengaruh dalam agency cost dan secara konekuen terhadap kebijakan dividen (Han et al., 1999).Teori terdahulu berdasarkan penelitian Shleifer dan Vishny (1986) dalam Al-Gharaibeh et al., (2013) menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan menciptakan insentif untuk melakukan pengawasan manajemen,
yang mengatasi masalah free-rider
diasosiasikan dengan kepemilikan yang tersebar, dimana pemegang saham kecil belum cukup insentif untuk mengeluarkan biaya pengawasan untuk kepentingan pemegang saham lainnya. Penelitian tersebut menunjukkan adanya konflik antara pemegang saham mayoritas dan minoritas dalam keputusan kebijakan pembayaran dividen berdasarkan ketertarikan dan persepsi mereka terhadap kinerja perusahaan dan pertumbuhan di masa yang akan datang.Kepemilikan institusional dapat melawan kecenderungan para manajer untuk memilih retensi kelebihan arus kas dan berdasarkan hak suara mereka, mendorong manajer untuk membayar dividen (Short et al., 2002). Menitikberatkan kepada keputusan investasi dan kondisi kinerja keuangan dengan perspektif signaling theory terkait pemenuhan kepentingan para pemegang saham, dan tujuan kesejahteraan mereka dengan pertumbuhan dan peningkatan nilai perusahaan (firm’s value), dimana peran keputusan investasi sebagai konsiderasi penahanan laba untuk kepentingan reinvestasi, sedangkan kinerja keuangan sebagai peranan kondisi bahwa signaling teori positif digunakan untuk mengundang persepsi para calon investor akan kinerja perusahaan yang baik,
8
meski secara indikator kinerja keuangan tidak atau belum menunjukkan kondisi serupa, kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan proksiReturn on Assets(ROA). Menurut Lefort dan Urzua (2008), penggunaan proksi ROA pada ukuran kinerja keuangan juga dapat mengkonfirmasi hasil seperti halnya Tobin’s Q dan Market-to Book Ratios (MBR).Pandangan lain dalam sudut pandang investor, seharusnya tidak berpengaruh pada proses menilai ekuitas karena investor sudah memiliki perusahaan dan dengan demikian investor harus peduli baik untuk memperoleh dividen atau reinvestasi kembali di perusahaan (AlGharaibeh et al., 2013). Berdasarkan
implikasi
dari
beberapa
penelitian
tersebut,
peran
kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen dalam perspektif signaling theory terkait keputusan pembagian dividen dengan konflik minat antara pemegang saham mayoritas dan minoritas yang didasari persepsi pertumbuhan perusahaan, berdasarkan keputusan investasinya menyatakan bahwa kesempatan investasi perusahaan (investment opportunity set (IOS)) terdiri dari proyekproyek yang memungkinkan perusahaan untuk tumbuh (Kallapur dan Trombley, 1999) dimana porsi dana investasi diperoleh dari excess value atas laba yang ditahan yang terkait dengan kebijakan dividen. Kinerja keuangan perusahaan merupakan bagian dari kinerja manajemen yaitu ukuran efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaandana yang diinvestasikan agar memberikan laba yang maksimal bagi perusahaan pengelola daninvestor (Van der Stede, 2006), dan persepsi bahwa kebijakan dividen perusahaan
dapat digunakan
untuk
mengambil alih
kesejahteraan dari pemegang saham minoritas (Ramli, 2010).
9
Dalam penelitian ini Keputusan Investasi dan Kinerja Keuangan akan diuji perannya sebagai variabel moderating. Menurut Jogiyanto (2001) didefinisikan sebagai suatu variabel independen lainnya yang dimasukkan ke dalam model karena mempunyai efek kontingensi dari hubungan dependen dan variabel independen sebelumnya, yang diidentifikasikan dari penelitian- penelitian sebelumnya yang mempunyai kesimpulan hubungan kausal yang menghasilkan konflik, secara umum sejalan dengan beberapa penelitian – penelitian sebelumnya Al-Gharaibeh et al., (2013); Ullah et al., (2012); Maquieira et al., (2011); Ramli (2010); Djabid (2009); Lefort dan Urzua (2008); Cornett et al., (2005); Gugler (2003); Short et al., (2002); Allen et al., (2000); Han et al., (1999); serta Kallapur dan Trombley (1999).yang didukung oleh penelitian Dewi (2008); Erlangga dan Suryandari (2007); Wahyudi dan Prawestri (2006).
1.2
Rumusan Masalah Konflik kepentingan antara pemegang saham mayoritas dan minoritas
dalam hal pembagian dividen serta inkonsistensi penelitian- penelitian sebelumnya (Al-Gharaibeh et al., 2013; Ullah et al., 2012; Ramli, 2010; Sharma, 2001; Lefort dan Urzua, 2008; Chen et al., 2008; Claessens et al., 2000; Maquieira et al., 2011; Wahyudi dan Prawestri, 2006). Kondisi profil kepemilikan institusional mayoritas dalam suatu struktur kepemilikan saham perusahaan dan kondisi keuangan yang baik atau buruknya dapat diperkirakan terkait hubungannya dengan kinerja keuangan perusahaan, berpengaruh atau tidak terhadap kebijakan dividen, dimana laba yang diperoleh
10
perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen untuk kesejahteraan para pemegang saham, dan berapa besar laba yang akan ditahan guna pembiayaan kedepan. Terkait dengan preferensi pemegang saham dalam perspektif signaling theory, perbedaan kepentingan antar pemegang saham halnya kebutuhan investasi untuk pertumbuhan perusahaan, sehingga keputusan investasi dan kinerja keuangan menjadi indikator yang akan dianalisis terkait pengaruh kontinjensi kontrol kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen. Sehingga penelitian ini akanmenganalisa pengaruh antara kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen dengan keputusan investasi dan kinerja keuangan sebagai variabel moderating yang mempengaruhi.
1.3
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian tersebut, masalah- masalah yang dapat dirumuskan
sebagai pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: 1.
Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
2.
Apakah keputusan investasi mempengaruhi hubungan antara kepemilikan institusional dengan kebijakan dividen.
3.
Apakah kinerja keuangan mempengaruhi hubungan antara kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen.
4.
Apakah keputusan investasi dan kinerja keuangan mempengaruhi hubungan antara kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen.
11
1.4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
menganalisis
pengaruh
kepemilikan
institusional
terhadap
pengaruh
kepemilikan
institusional
terhadap
kebijakan dividen. 2.
Untuk
menganalisis
kebijakan dividen yang dimoderasi oleh keputusan investasi. 3.
Untuk
menganalisis
pengaruh
kepemilikan
institusional
terhadap
kebijakan dividen yang dimoderasi oleh kinerja keuangan. 4.
Untuk
menganalisis
pengaruh
kepemilikan
institusional
terhadap
kebijakan dividen yang dimoderasi oleh keputusan investasi dan kinerja keuangan
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1 Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa saran yang berguna untuk perkembangan ilmu akuntansi serta menjadi referensi untuk mengembangkan atau memperbaharui literatur-literatur yang telah dikemukakan sebelumnya mengenai pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen dengan indikator variabel kontijensi keputusan investasi dan kinerja keuangan.
12
1.5.2 Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan bisa menjadi saran masukan yang berguna terutama dalam hal pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen bagi para peneliti lain, perusahaan emiten d BEI, serta membantu membuktikan peranan kepemilikan di Indonesia terhadap pertimbangan pendanaan sesuai preferensinya. Selain itu, bagi pembuat kebijakan khususnya di Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk membuat kesimpulan sehingga mampu menciptakan kebijakan yang lebih baik di masa yang akan datang.
1.6
Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi hanya meneliti pengaruh struktur kepemilikan
institusional terhadap keputusan investasi dan kinerja keuangan sebagai variabel pemoderasi
(moderating
variables)
terhadap
hubungan
antara
struktur
kepemilikan institusional dan kebijakan dividen perusahaan emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008 – 2012. Untuk mengukur kebijakan dividen pada sampel yang diteliti, penelitian ini menggunakandividend payout ratio (DPR) sebagai ukuran. Sedangkan kepemilikan institusional berdasarkan ukuran controlling owner, dimana pada penelitian ini sampel akan didasarkan pada cut off persentase kepemilikan institusional minimal 20% yang secara konservatif dengan perhitungan rasio porsi kepemilikan institusional. Keputusan Investasi sebagai variabel moderating yang mengacu pada beberapa hasil penelitian sebelumnya Kallapur dan Trombley (1999) dengan proksi rasio belanja modal terhadap nilai pasar aset (Ratio of
13
capital addition to market value of asset (CAPMVA)).Kinerja keuangan sebagai variabel moderating diproksikan dengan Return on Assets (ROA). Proksi kinerja keuangan, kebijakan dividen serta kondisi investasi mengacu pada penelitian sebelumnya oleh Ramli (2010) yang menggunakan ROA sebagai salah satu variabel kendali dalam analisa hubungan kepemilikan dengan rasio pembayaran dividen di Malaysia, dan penelitian Han et al., (1999) yang menggunakan pendekatan standar deviasi ROA dan penambahan modal (capital expenditure) terhadap aset untuk ukuran investasi.
1.7
Sistematika Penulisan Secara garis besar penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab, yang terdiri dari:
BAB I: PENDAHULUAN Bab Pendahuluan berisi tentang latar belakang yang menjelaskan profil kondisi keputusan kebijakan dividen berdasarkan data para perusahaan emiten yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama kurun waktu 5 (lima) tahun kebelakang, kontradiksi dengan beberapa penelitian yang membahas mengenai kebijakan dividen dan preferensi para pemegang saham yang memiliki hak suara mayoritas dalam pengambilan keputusan, terkait dengan struktur kepemilikan perusahaan publik di Indonesia, kondisi kecenderungan dari keputusan untuk tidak membagikan lama demi kepentingan reinvestasi serta kemungkinan pengaruh dari kinerja keuangan yang seiring dengan signaling theory sebagai pesan yang hendak disampaikan oleh perusahaan terhadap para pemegang saham serta publik. Pada bagian bab ini menjelaskan pula mengenai rumusan masalah,
14
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup atau batasan penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II: KAJIAN PUSTAKA Bab Kajian Pustaka berisi tentang teori-teori yang mendukung penelitian, seperti teori kebijakan dividen, faktor-faktor yang mempengaruhi dividen, kepemilikan institusional, profil kepemilikan institusional, kinerja keuangan, indikator rasio keputusan investasi dan kinerja keuangan, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran penelitian yang menjadi dasar dalampengembangan hipotesis. BAB III:METODE PENELITIAN Bab Metode Penelitian berisi tentang penjelasan mengenai variabelvariabel penelitian, rancangan atau desain penelitian, definisi variabel penelitian dan definisi operasional, sampel, instrumen penelitian, pengumpulan data, dan metode analisis data yang akan digunakan untuk melakukan analisis data penelitian. BAB IV:HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab Hasil dan Pembahasan menjelaskan tentang deskripsi data obyek penelitian dan pembahasan setiap variabel independen yang terdapat dalam penelitian, dengan penjelasan statistik deskriptif, pengujian variabel dengan asumsi klasik, uji beda antar dua variabel, dan analisis data berupa pengujian regresi linier multivariat, pengujian regresi moderasian sesuai konteks hipotesis, dan pembahasan atau interpretasi.
15
BAB V:SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI Bab
penutup
berisi
tentang
simpulan
penelitian,
penjelasan
mengenaiketerbatasan dari penelitian dan implikasi penelitian serta saran bagi pengembangan penelitian selanjutnya.
16