37 KERANGKA PEMIKIRAN
Pekerja WUS merupakan salah satu kelompok produktif dalam masyarakat yang rentan terkena anemia gizi besi (AGB). Kekurangan zat besi dan anemia dapat mengurangi kapasitas kerja atau kapasitas aerobik maksimum (VO2maks) serta mengakibatkan menurunnya produktivitas pekerja melalui menurunnya ketersediaan oksigen bagi jaringan.
Suplai oksigen ditentukan oleh seberapa
sering jantung berdenyut, volume darah yang ditransportasikan oleh tiap denyutan dan jumlah oksigen di dalam darah. Nilai VO2maks adalah volume oksigen yang dikonsumsi tubuh per menit (ml/kg/menit) selama bekerja pada kecepatan jantung maksimum dan mengkan seberapa bugar (fit) seseorang. Menurut WHO (2008) prevalensi AGB di Indonesia pada WUS yang tidak hamil tahun 2006 mencapai 33% atau kategori sedang. Adapun pada wanita yang hamil dan anak-anak ditemukan lebih tinggi lagi yakni 44.5% dan 44.3% atau kategori berat. Prevalensi anemia di Indonesia pada tahun berikutnya memang sudah menurun namun masih tetap berada pada kategori sedang, yakni menurut data Riskedas tahun 2007 (BPPK Depkes RI 2008) pada wanita, wanita hamil dan anak balita berturut-turut mencapai 19.7%, 24.5% dan 27.7%. Upaya untuk menurunkan prevalensi kekurangan zat besi pada bayi dan wanita hamil dianjurkan dimulai jauh sebelum seorang wanita hamil dengan mengkonsumsi tablet besi. Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa pemberian zat besi dapat meningkatkan kadar hemoglobin dan produktivitas pekerja wanita yang anemik (Edgerton et al. 1981; Soehardjo 1986). Selain itu, pemberian zat besi 60 mg juga dapat meningkatkan hemoglobin dan serum ferritin serta menurunkan denyut jantung dan pengeluaran energi saat bekerja serta meningkatkan produktivitas kerja dan pengeluaran energi saat istirahat (Li 1993) Berbagai penelitian lainnya membuktikan pemberian zat besi pada remaja putri atau WUS yang dikombinasikan dengan zat gizi mikro antara lain vitamin A, vitamin C, vitamin B12, asam folat, seng dan tembaga dapat memperbaiki status gizi besi (kadar hemoglobin, hematokrit dan serum ferritin darah) dan menurunkan prevalensi anemia (Mulyawati 2003; Ekayanti 2005; Briawan 2008).
38 Adapun pemberian zat besi dikombinasi dengan folat atau multi vitamin dan mineral kepada remaja putri yang anemik membuktikan bahwa selain mampu meningkatkan hemoglobin dan serum ferritin juga secara nyata dapat menurunkan prevalensi kekurangan beberapa vitamin (Ahmed et al. 2005) Menurut WHO (2007), anemia selain disebabkan karena kekurangan zat besi juga diakibatkan oleh kekurangan zat gizi mikro lain terutama asam folat, vitamin B12 dan vitamin A, serta rendahnya asupan zat gizi lain yang berperan dalam metabolisme besi dan eritropoisis (vitamin B2, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, tembaga, seng dan mineral mikro lainnya). Selain itu, pendarahan dan menstruasi yang berlebihan pada WUS juga dapat menyebabkan anemia. Karena itu INACG (2003) menganjurkan suplemen zat gizi mikro yang dipilih untuk diberikan kepada WUS adalah zat besi ditambah asam folat (BF); adapun UNICEF/WHO/UNU (1999) menganjurkan multi vitamin dan mineral (MVM) yang berisi 15 macam vitamin dan mineral. Dari hasil studi pendahuluan di perusahaan nanas di Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung ditemukan bahwa dari 338 sampel pekerja WUS yang sudah menikah namun tidak sedang hamil memiliki kadar Hb rata-rata sebesar 129 g/l. Meskipun rata-rata tersebut tergolong normal namun secara individu ditemukan 16.9 persen mengalami anemia dengan kadar Hb<120 g/l dan 16.0 persen di ambang batas anemia karena memiliki kadar Hb antara 120-125 g/l (Indriani, Riyadi dan Zuraida 2011). Kadar Hb yang rendah pada pekerja WUS tersebut sudah terdeteksi pada selama pemeriksaan yang dilakukan dua bulan sebelum bulan puasa tahun 2010. Pada pemeriksaan berikutnya yang dilakukan sebulan setelah bulan puasa, sebagian besar kadar Hb mereka terdeteksi semakin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa secara alami dan melalui diet sehariharinya, tubuh mereka belum mampu meningkatkan kadar Hbnya. Meskipun program suplementasi tablet tambah darah yang berisi zat besi dan asam folat bagi remaja putri dan WUS terutama pekerja telah dicanangkan dengan panduan yang lengkap, namun ternyata belum pernah dilakukan di perusahaan tersebut. Oleh karena itu diperlukan ada suatu tindakan yaitu pemberian suplemen BF sebagaimana disarankan oleh INACG (2003) atau MVM yang disarankan UNICEF/WHO/UNU (1999) untuk memperbaiki status besi, status gizi dan
39 kebugaran fisik mereka. Hal ini penting dilakukan karena para pekerja WUS tersebut perlu mempersiapkan kesehatan dan kebugaran dirinya seawal mungkin sebelum hamil lagi serta sebagai usaha preventif karena pekerjaan mereka termasuk cukup berat dan dilakukan secara terus-menerus.. Frekuensi pemberian suplemen yang disarankan untuk WUS tidak hamil adalah satu kali per minggu dan setiap hari pada selama menstruasi. Dengan asumsi masa menstruasi seorang pekerja WUS selama 4-8 hari, maka dalam satu bulan dia harus mengonsumsi 8-12 kapsul/pil suplemen. Dalam penelitian ini frekuensi pemberiannya adalah tiga kali per minggu atau 12 kapsul per bulan. Jumlah ini berarti sama dengan jumlah maksimal anjuran di atas namun tidak ada yang diberikan dengan frekuensi setiap hari selama menstruasi. Pertimbangannya adalah memberi kesempatan pada mukosal usus untuk berganti dan beradaptasi, selain itu jika diberikan setiap hari akan menimbulkan banyak keluhan sehingga tingkat kepatuhannya akan rendah (Angeles-Agdeppa et al. 1997). Adapun jika frekuensinya hanya dua kali per minggu (8 kapsul/pil per bulan) pada penelitian terdahulu (Ahmed et al. 2005) belum memberikan perbedaan yang nyata pada peningkatan kadar hemoglobin. Pemberian zat gizi mikro sebagai perlakuan diberikan untuk memperbaiki status besi kepada pekerja WUS dengan kadar Hb marginal, terutama untuk meningkatkan kadar Hb sehingga tidak lagi marginal. Selain itu, diharapkan perlakuan tersebut dapat meningkatkan kebugaran fisik dan status gizi pekerja WUS. Untuk mengetahui efek bersih atas perlakuan yang diberikan yaitu BF dan MVM maka diperlukan satu perlakuan lain yaitu plasebo (P) sebagai kontrol. Dengan demikian terdapat tiga perlakuan yaitu BF, MVM dan P.
Proses
metabolisme ketiga jenis perlakuan dalam tubuh pada penelitian ini tidak diukur dan dianalisis. Namun demikian dampak proses tersebut diukur dan dianalisis melalui indikator status besi dalam simpanan dan transpor tubuh (serum feritin dan serum transferin reseptor) serta hemoglobin dan hematokrit. Selain itu juga diukur dan dianalisis dampaknya terhadap kebugaran fisik melalui indikator VO2maks. Pada Gambar 4 dapat dilihat kerangka pemikiran penelitian ini sebagaimana penjelasannya ada di sub-bab sebelumnya.
40
Konsumsi makanan
Pemberian Zat Gizi Mikro BF MVM Plasebo
Total Asupan Energi dan Zat Gizi Protein Vitamin A Vitamin C Kalsium Fosfor Zat Besi
Status dan Status Gizi dan Komposisi Komposisi tubuh IMT, tubuh RPP, LILA IMT, RPP,badan LILA % lemak %%lemak badan air badan % air badan
Metabolisme Metabolisme Penyerapan Transportasi, Pemanfaatan Penyimpanan Ekskresi
Kebugaran Fisik Kebugaran Fisik Denyut jantung VO2maks
Status Besi Status Besi Hemoglobin, Hematokrit, Serum Feritin, Serum Transferin Reseptor
Gambar 4 Skema kerangka pemikiran pengaruh pemberian gizi mikro terhadap status besi dan kebugaran fisik pekerja Keterangan:
dianalisis deskriptif dan statistik dianalisis deskritif BF = Kapsul berisi zat besi + asam folat MVM = Kapsul berisi multivitamin dan mineral IMT = Indeks massa tubuh RPP = Rasio pinggang pinggul LILA = Lingkar lengan atas
41
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini adalah penelitian ekperimental yang merupakan penelitian lanjutan dari penelitian studi pendahuluan yang berjudul Study on the Nutritional Status and Physical Fitness of the Non Pregnant Women Workers to Support the Household Socio-Economy (Studi Status Gizi dan Kebugaran Fisik Pekerja Wanita Usia Subur Tidak Hamil dalam Mendukung Sosial Ekonomi Keluarga) (Indriani et al. 2011). Studi pendahuluan tersebut menggunakan metode survai. Sebagian data dalam penelitian tersebut digunakan pula dalam penelitian eksperimental ini, terutama data pribadi dan sosial ekonomi keluarga, kebiasaan makan, asupan zat gizi, serta status anemia dan status besi pekerja wanita. Protokol (Nomor Protokol 021005068) kedua tahap penelitian ini telah mendapatkan persetujuan Etik (Ethical Approval) dari Komisi Etik Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Nomor LB.03.04/ KE/5581/ 2010. Penelitian
eksperimental
ini
menggunakan
rancangan
percobaan
(experimental design) sebagai rancangan dasar yaitu rancangan acak lengkapRAL (completely randomized design-CRD). Perlakuan yang diberikan adalah suplementasi atau pemberian zat gizi mikro dalam kemasan kapsul secara buta ganda (double blind) kepada pekerja WUS yang memiliki kadar Hb marginal (kadar Hb 80-125 g/l). Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ada tiga yang merupakan jenis kapsul suplemen yaitu BF (zat besi dan asam folat), MVM (multi vitamin dan mineral yang terdiri dari 15 macam vitamin dan mineral), dan plasebo yang berfungsi sebagai kontrol dalam percobaan. Ketiga macam kapsul disajikan dalam bentuk, ukuran dan warna yang sama. Baik peneliti, petugas distribusi dan laboran, serta masing-masing subyek penelitian tidak mengetahui jenis perlakuan yang diterimanya. Selama periode suplementasi, kode sampel hanya dipegang oleh apoteker dan dokter pendamping peneliti. Penelitian ini dilakukan di PT Great Giant Pineapple (GGP), sebuah perusahaan pengolahan buah nanas yang terletak di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.
Perusahaan tersebut memiliki perkebunannya sendiri,
sehingga terjamin bahan bakunya dan dapat berproduksi secara kontinyu.
42 Pengambilan data awal penelitian dilakukan pada bulan Juni dan Juli 2010 bersama-sama dengan studi pendahuluan.
Idealnya suplementasi langsung
dilakukan pada bulan Agustus 2010, namun dikarenakan sudah memasuki bulan Ramadhan maka pelaksanaan suplementasi ditunda hingga selesai libur puasa dan Idul Fitri 1431 H. Beberapa data awal diambil kembali khususnya yang berkaitan dengan biomarker yang kemungkinan berubah setelah bulan puasa dan liburan Idul Fitri 1431 H.
Pengumpulan data awal (sebelum perlakuan) tersebut
dilakukan pada akhir bulan September 2010. Selanjutnya suplementasi zat gizi mikro dilakukan pada bulan Oktober hingga Desember
2010.
Pengambilan
sampel darah sesudah suplementasi dilakukan pada awal bulan Januari 2011. Cara Penentuan Sampel dan Subyek Penelitian Sampel pada studi pendahuluan berjumlah 338 orang pekerja wanita usia subur (WUS) berusia antara 18-45 tahun yang sudah menikah dan tidak sedang hamil. Sampel tersebut dipilih melalui sampling acak stratififikasi ganda (double stratified random sampling) dengan alokasi proporsional berdasarkan formula Cochran (1982) dari populasi berjumlah 2 861 orang. Dalam hal ini posisi kerja dan usia pekerja wanita masing-masing menjadi dasar dalam melakukan stratifikasi yang pertama dan ke dua. Adapun ukuran sampel diperoleh melalui sampling acak sederhana tanpa pengembalian. Alasan dipilihnya kelompok umur 18-45 tahun adalah karena secara biologis kisaran umur ini merupakan masa produktif, sehingga intervensi gizi pada kisaran umur ini memberikan manfaat ganda yakni selain memperbaiki status gizi wanita juga dapat meningkatkan status gizi bayi yang dikandung jika dia hamil (Indriani et al. 2011). Pada Tabel 4 dapat dilihat distribusi jumlah pekerja wanita di dalam pabrik pengolahan buah nanas yang menjadi dasar pengambilan sampel dalam studi pendahuluan. Tabel 4 Distribusi pekerja wanita di bagian pengalengan berdasarkan usia Usia (tahun)
< 20
20-24
25-29
30-34
35-39
40+
Total (N)
Jumlah
247
591
945
683
303
92
2861
%
8.63
20.66
33.03
23.87
10.59
3.22
100
Sumber: HRD PT GGP (2009, tidak dipublikasikan)
43 Unit percobaan yang menjadi subyek dalam penelitian eksperimental ini adalah pekerja wanita usia subur (WUS) yang pada selama studi pendahuluan dan pengambilan data awal dinyatakan memiliki kadar Hb marginal (80-125 g/l), untuk selanjutnya dalam pembahasan disebut sebagai pekerja WUS. Salah satu asumsi subyek pada penelitian eksperimental ini adalah homogen, karena itu tidak ada lagi pengelompokan subyek menurut usia dan posisi kerja sebagaimana yang dilakukan dalam studi pendahuluan. Pekerja WUS yang memenuhi syarat (kriteria inklusi) untuk dilibatkan dalam penelitian eksperimental selain memiliki kadar Hb marginal dan sudah menikah adalah tidak sedang sakit, tidak sedang hamil dan jika merencanakan untuk hamil lagi tidak dalam waktu tiga bulan ke depan terhitung sejak dimulai suplementasi, tidak minum alhohol serta tidak merokok serta bersedia menjadi peserta (participant) penelitian ini dengan cara mengisi dan menandatangani surat pernyataan (informed consent). Kriteria kadar Hb marginal yang digunakan adalah yang termasuk mengalami anemia sedang (kadar Hb 80-99 g/l), anemia ringan (kadar Hb 100-119 g/l) dan yang tidak anemia namun memiliki kadar Hb di ambang batas bawah yakni 120-125 g/l dimana kelompok ini masih termasuk kelompok yang perlu mendapatkan tindakan gizi melalui pendidikan dan pencegahan (USDHHS 2002 dalam Carley 2003). Banyaknya subyek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pada hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif
(H1) pada pekerja WUS yang
diformulasikan sebagai berikut. H0: μ1 = μ0 H1: μ1 = μ0 + δ Keterangan: H0 = nilai rataan kadar hemoglobin atau feritin pekerja WUS setelah diberi suplemen MVM sama dengan nilai rataan kadar hemoglobin atau feritin pekerja WUS yang tidak diberi suplemen (plasebo) H1 = nilai rataan kadar hemoglobin atau feritin pekerja WUS setelah diberi suplemen MVM lebih tinggi sebesar δ (δ>0) dari nilai rataan kadar hemoglobin atau feritin pekerja WUS yang tidak diberi suplemen (plasebo). μ1 = nilai rataan kadar hemoglobin atau feritin pekerja WUS yang diberi suplemen
44 μ0 = nilai rataan kadar hemoglobin atau feritin pekerja WUS yang tidak diberi suplemen MVM δ = kenaikan nilai rataan kadar hemoglobin atau feritin sebagai akibat pemberian suplemen MVM Jumlah subyek minimal dalam penelitian ini ditentukan dengan salah jenis pertama sebesar α dan kuasa uji (power of test) sebesar 1-β, simpangan baku peubah respon sebesar σ, dan perbedaan nilai rataan peubah respon sebesar δ. Formulasi jumlah subyek (n) adalah sebagai berikut (Cochran 1982).
n
( Z Z ) 2 x 2 2
2
Di mana: Zα = suatu nilai sehingga P (Z> Zα)=1-α, Z adalah peubah acak normal baku Zβ = suatu nilai sehingga P (Z>Zβ)=1-β, Z adalah peubah acak normal baku Dengan pertimbangan α = 0.05 dan power of test=80% serta berdasarkan penelitian Li et al. (1994) tentang suplementasi zat besi pada wanita usia reproduktif yang anemik. a. Hemoglobin: dengan σ= 12 g/l dan δ= 13 g/l maka didapatkan subyek minimal penelitian ini adalah: n
( Z Z ) 2 x 2 2
2
(1.64 0.84) 2 x 2(12) 2 (13)
2
6.1504 x 2 x144 10.48 10 169
b. Serum feritin (SF): dengan σ=18.9 g/l dan δ=20.3 g/l didapatkan subyek minimal penelitian ini adalah: n
( Z Z ) 2 x 2 2
2
(1.64 0.84) 2 x 2(18.9) 2 (20.3)
2
6.1504 x 2 x357.21 10.66 11 412.09
Memperhitungkan kemungkinan adanya subyek yang gugur, maka perhitungan ditambah dua orang (±20%) sehingga jumlah subyek per perlakuan dalam penelitian ini untuk hemoglobin= 12 orang ; untuk serum feritin (SF) = 13 orang.
Dengan demikian jumlah subyek minimal per perlakuan yang dipilih
untuk penelitian ini adalah yang terbesar (n=13) sehingga jumlah total subyek penelitian untuk ketiga jenis perlakuan = n x jumlah perlakuan =13 x 3 = 39 orang.
45 Pengacakan subyek dilakukan dua kali, pertama untuk menempatkan setiap pekerja wanita pada grupnya, dan kedua untuk mengacak grup perlakuannya. Dengan demikian penempatan subyek dan perlakuan terjadi secara bebas. Pengacakan subyek dan perlakuan hanya diketahui oleh petugas khusus yang tidak terlibat secara langsung dengan subyek dalam pemberian kapsul, yaitu apoteker dan dokter yang mendampingi peneliti. Adapun peneliti sendiri baru mengetahui hasil pengacakan ini setelah suplementasi, pengambilan data akhir dan analisis darah selesai dilakukan. Pembagian unit percobaan dan tahapan operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5. Pelaksanaan Penelitian Perekrutan Subyek Penelitian Proses perekrutan pekerja WUS yang menjadi subyek penelitian ini secara lengkap adalah sebagai berikut. 1 Mengumpulkan daftar nama pekerja wanita di perusahaan pengalengan buah yang berusia 18-45 tahun, sudah menikah namun tidak sedang hamil dan terdeteksi memiliki Hb marginal pada studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Juni-Juli 2010. 2 Mengirimkan surat undangan untuk bersedia menjadi peserta berdasarkan daftar nama pada poin 1. 3 Melakukan skrining ulang untuk menguji kadar Hb sebelum memulai penelitian eksperimental pada bulan September 2010. 4 Mengadakan pertemuan dengan calon subyek yaitu pekerja WUS yang terdeteksi memiliki kadar Hb marginal pada poin 3 untuk menjelaskan proses penelitian. 5 Mengumpulkan surat persetujuan yang telah ditandatangani pekerja WUS . 6 Melakukan pengacakan terhadap peserta ke dalam tiga grup perlakuan. Pengacakan dilakukan secara buta ganda (double blind), dimana baik peneliti, asisten peneliti maupun peserta tidak mengetahui seseorang peserta termasuk ke dalam grup yang mana.
46 POPULASI PEKERJA WUS 18-45 TH N=2861 Sampling acak stratifikasi ganda Sampel Studi Pendahuluan Pekerja WUS 18-45 tahun (n=338) Sampel WUS 18-45 tahun, kadar Hb marginal Hb<120 g/l dan Hb 120-125 g/l Inklusi Eksklusi Pekerja WUS 18—45 tahun dengan kadar Hb marginal (n=39)
Pemeriksaan awal: - Pemerisaan darah lengkap dan laju endap darah - Status besi (Hb, Ht, SF, STfR) - Status gizi antropometri (IMT, RPP, LILA,) - Kebugaran fisik (%LB & %AB, laju denyut jantung,VO2maks)
BF (n=13)
MVM (n=13)
Plasebo (n=13)
Pemeriksaan akhir: - Pemerisaan darah lengkap dan laju endap darah - Status besi (Hb, Ht, SF, STfR) - Status gizi antropometri (IMT, RPP, LILA,) - Kebugaran fisik (%LB & %AB, laju denyut jantung,VO2maks)
ANALISIS
Gambar 5 Skema tahapan operasional penelitian Keterangan: BF= besi + asam folat; MVM= multi vitamin dan mineral (terdiri dari 15 macam vitamin dan mineral)
47 Pemberian Zat Gizi Mikro Pemberian zat gizi mikro sebagai perlakuan yang dicobakan dalam penelitian ini ada tiga jenis yaitu BF (zat besi 60 mg dan asam folat 400µg), MVM (multi vitamin dan mineral yang terdiri dari 15 macam vitamin dan mineral) serta plasebo yang berfungsi sebagai kontrol. Ketiga jenis perlakuan tersebut masing-masing dikemas dalam kapsul dengan ukuran dan warna yang sama, selanjutnya disebut sebagai kapsul suplemen. Suplemen besi folat (BF) yang mengandung 60 mg zat besi elemental dan 400 µg folat merupakan dosis yang disarankan oleh INACG (2003) untuk para WUS sebagai usaha preventif untuk mencegah mengalami kesulitan melahirkan andaikan dia nanti hamil. Ditambahkannya asam folat dikarenakan vitamin ini merupakan salah satu penyebab anemia sesudah kekurangan besi. Adapun multi vitamin dan mineral (MVM) yang mengandung 15 macam vitamin dan mineral merupakan saran UNICEF/WHO/UNU (1999), untuk memperbaiki status gizi WUS dengan pertimbangan bahwa mereka tidak cukup hanya dengan suplementasi zat besi saja, namun diperlukan suplementasi berbagai mineral mikro yaitu 15 macam vitamin dan mineral. Penggunaan 15 macam vitamin dan mineral termasuk zat besi yang ada dalam kapsul MVM diharapkan dapat memenuhi kekurangan zat gizi mikro lain yang juga dapat menyebabkan anemia, serta memelihara homeostasis zat besi dalam darah.
Dosis dan bahan pembuatan kapsul suplemen yang digunakan
dalam penelitian ini sengaja dipilih dari yang sudah teruji dalam penelitian sebelumnya dan tersedia secara komersial di pasaran. Hal ini untuk memudahkan pemahaman dan penerapan hasil penelitian ini nantinya oleh pengguna. Sebelum dimulai suplementasi, lebih dahulu dilakukan pemberian obat cacing (250 pyrantel pamoate) untuk menghilangkan pengaruh infestasi cacing. Dalam penelitian ini suplemen diberikan tiga kali per minggu karena menurut Ahmed et al. (2005) frekuensi pemberian BF atau MVM dua kali per minggu belum begitu efektif dalam meningkatkan dan menjaga kadar hemoglobin darah meskipun lebih baik dibandingkan dengan pemberian seminggu sekali. Jika dihitung maka setiap bulan subyek penelitian ini diberi 12 kapsul, jumlah ini hampir sama dengan yang dianjurkan yaitu sekali per minggu dan setiap hari selama menstruasi. Pemberian kapsul tiga kali per minggu tersebut diberikan
48 selama 2.5 bulan (10 minggu). Hal ini sesuai dengan saran WHO (2005), yakni untuk dapat melihat efek suatu intervensi yang menggunakan suplemen sekurangkurangnya dilakukan selama dua bulan (8 minggu), karena metabolisme zat gizi dalam darah baru mulai menunjukkan adaptasi normal setelah pemberian suplemen selama dua bulan. Pada Tabel 5 dapat dilihat ketiga grup perlakuan, dosis dan komposisi kapsul suplemen yang diberikan kepada pekerja WUS. Pembuatan kapsul BF dan MVM dari kaplet suplemen dilakukan oleh seorang apoteker di bawah pengawasan seorang dokter yang memegang kode sampel pada setiap awal minggu. Kapsul kemudian dimasukkan ke dalam tabung obat yang telah diberi label nama masing-masing sampel. Setiap pekerja WUS dibuatkan tiga kapsul yang dimasukkan ke dalam tiga tabung obat untuk tiga kali minum setiap hari Selasa, Rabu dan Jum’at di balai pengobatan yang terletak di dekat pabrik, di bawah pengawasan peneliti secara langsung dan atau asisten peneliti yang telah dilatih sebelumnya. Tabel 5 Komposisi zat gizi kapsul menurut kelompok perlakuan Perlakuan
Jenis Kapsul
Dosis dan komposisi zat gizi mikro
BF
Besi Folat INACG
ferrous sulfat 200 mg yang setara dengan
(2003)
zat besi elemental 60 mg dan asam folat 400 μg
MVM
Multivitamin dan
vitamin A 800 μg, vitamin D 200 IU,
mineral (UNICEF/
vitamin E 10 mg, vitamin C 70 mg,
WHO/UNU 1999)
thiamin 1.4 mg, riboflavin 1.4 mg, niasin 18 mg, vitamin B-6 1.9 mg, vitamin B-12 1.9 μg, asam folat 400 μg, besi 30 mg, seng 15 mg, tembaga 2 mg, selenium 65 μg, iodium 150 μg
Kontrol
Plasebo
Amilum
49 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Peubah Respon Percobaan Peubah respon adalah penanda (marker) peubah status besi dan kebugaran fisik pada WUS yang dihipotesiskan
dipengaruhi oleh pemberian kapsul
suplemen yang dilakukan selama 10 minggu. Terdapat empat peubah respon untuk status besi dan dua peubah respon untuk kebugaran fisik dalam penelitian ini sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 6. Selama percobaan setiap peubah respon diukur sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudah pemberian kapsul suplemen. Tabel 6 Peubah respon dan metode pengukurannya dalam penelitian Peubah 1. Status besi
Peubah respon - Hemoglobin (Hb) - Hematokrit (Ht) - serum ferritin (SF)
2. Kebugaran fisik
- serum transferin reseptor (STfR) - VO2max (ml/kg/menit)
Metode dan frekuensi pengukuran Ditetapkan secara otomatis menggunakan alat hematology analyzer (Sysmex), dua kali ELISA (Enzym-linked immunoassays) mengunakan alat Labsystem, dua kali Uji naik turun bangku menggunakan protocol AstrandRyhming Step Test dan Pengukuran laju denyut jantung (denyut/15 detik), dua kali
Peubah Pengganggu (Covariate Variables) Dalam penelitian ini semua peubah yang diperkirakan mempengaruhi respon perlu diidentifikasi. Peubah yang diidentifikasi sebagai covariate yaitu status gizi (IMT) sebelum
perlakuan, komposisi tubuh (persentase berat air dan lemak
tubuh) sesudah perlakuan, serta asupan energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi, kalsium, dan fosfor dan aktivitas fisik selama perlakuan. Asupan vitamin dan mineral lainnya tidak diukur karena alasan ketiadaan informasinya dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Pada Tabel 7 dapat dilihat indikator serta metode pengukuran untuk setiap peubah pengganggu dalam penelitian ini. Untuk mengetahui gambaran status gizi dan kesehatan WUS sebelum menerima perlakuan, selain dilakukan pengukuran peubah-peubah pengganggu di atas, maka ditanyakan pula kebiasaan makan dan riwayat kesehatan WUS
50 menggunakan kuesioner dan diverifikasi oleh seorang dokter. Kebiasaan makan ditanyakan dengan menggunakan kuesioner food recall dan frekuensi makan (Food Frequency Questionnaires -FFQ). Kuesioner food recall meliputi jenis dan jumlah makanan yang dimakan selama 24 jam yang lalu (dalam ukuran rumah tangga-URT yang kemudian dikonversikan ke berat dalam gram), tempat membeli dan harga makanan. Kuesioner frekuensi makan terdiri dari frekuensi makan (kali per hari/minggu/bulan) dan asal pangan (Lampiran 4). Tabel 7 Peubah pengganggu dan metode pengukurannya dalam penelitian Jenis Peubah
Peubah pengganggu
Metode pengukuran
1. Status Gizi
IMT sebelum perlakuan
Penimbangan badan (kg) dan Pengukuran tinggi (cm) Pengukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul (cm)
2. Asupan Zat Gizi dari selain suplemen
Asupan energi, protein, vitamin A, vitamin C, Fe, Ca dan P selama perlakuan
Food Recall 24 jam yang lalu
3. Komposisi tubuh
Persentase berat lemak badan (%LB) dan berat air badan (%AB) sesudah perlakuan
Pengukuran persentase lemak dan air badan menggunakan Body fat/hydration monitor (%)
4. Aktivitas fisik
Pengeluaran energi per hari (kkal) selama perlakuan
Pengisian mandiri menggunakan log book aktivitas fisik dan wawancara
Pengukuran Status Gizi , Status Besi dan Jumlah Besi dalam Tubuh Status gizi antropometri WUS ditentukan dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT) dan rasio lingkar pinggang-pinggul – RPP (waist-hip ratio – WHR), lingkar lengan atas – LILA (mid upper arm circumference – MUAC). Berat badan pekerja WUS ditimbang menggunakan alat timbang dengan ketelitian 0.1 kg dan tinggi badan diukur menggunakan mikrotoise dengan ketelitian 0.1 cm. Adapun lingkar pinggang dan lingkar pinggul diukur menggunakan meteran kain, sedangkan lingkar lengan atas diukur menggunakan alat ukur LILA masingmasing dengan ketelitian 0.1 cm.
51 Status besi di dalam tubuh diukur dengan menggunakan indikator tingkat hemoglobin, hematokrit, serum ferritin, dan transferin reseptor dalam darah. Untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi yang dapat mempengaruhi kadar serum feritin pada pekerja WUS dilakukan pula pengukuran laju endap darah. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan darah lengkap yang berguna untuk memberikan informasi tentang sel-sel darah dan mendeteksi penyebab anemia pada pekerja WUS. Pengambilan contoh darah sebanyak 3 ml dari vena cubiti dilakukan oleh petugas medis. Darah yang diperoleh dibagi menjadi dua tabung. Sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung pertama yang telah diberi EDTA untuk pemeriksaan darah lengkap, hemoglobin dan hematokrit dan laju endap darah (dijaga jangan sampai beku, ditaruh dalam cool box). Tabung lainnya tanpa EDTA diisi 2.0 ml darah untuk pemeriksaan kadar serum ferritin dan transferin reseptor, darah di dalam tabung dijaga agar tetap beku, dimasukkan ke dalam freeze box. Kadar hemoglobin, hematokrit, pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah dan pemisahan serum dalam penelitian ini dianalisis di dalam Laboratorium Duta Medika yang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung di Bandar Lampung. Adapun analisis serum feritin dan transferrin reseptor dilakukan di Laboratorium South East Asean Ministers of Education (SEAMEO) Tropical Medicine and Public Health (TROPMED) Regional Center for Community Nutrition (RCCN). Sebelum dibawa ke Jakarta serum disimpan di dalam alat pendingin bersuhu -200C. Jumlah zat besi dalam tubuh juga dihitung berdasarkan rasio STfR dan SF yang diperkirakan dengan menggunakan formula Cook et al. (2003) yaitu: Fe = -[log(STfR:SF)-2.8229] / 0.1207 di mana: Fe
= jumlah zat besi di dalam tubuh dalam mg/kg berat badan
Log = logaritma 10 STfR = serum transferin reseptor dalam mg/lx103 SF
= serum feritin dalam ug/l
Apabila jumlah zat besi dalam tubuh (mg/kg) nilainya negatif menunjukkan kekurangan (defisit) zat besi di dalam jaringan dan sebaliknya jika nilainya positif berarti terjadi surplus dalam simpanan di jaringan.
52 Komposisi Tubuh, Aktivitas Fisik dan Kebugaran Fisik WUS Komposisi tubuh ditentukan dengan mengukur persentase berat lemak dan air tubuh dengan menggunakan alat Body fat/hydration monitor. Aktivitas fisik diukur guna menghitung total pengeluaran energi (total energy expenditure-TEE) per hari menggunakan logbook aktivitas fisik yang dilakukan dalam 24 jam yang diisi secara mandiri oleh sampel kemudian dikonfirmasi melalui wawancara. Cara perhitungan total pengeluaran energi dilakukan menurut FAO/WHO/UNU (2001). Kebugaran fisik pekerja WUS diukur
dengan cara menghitung VO2maks.
Kebugaran fisik merupakan fungsi kerja jantung, pembuluh darah, paru-paru, dan otot pada efisiensi optimum.
Kebugaran fisik didefinisikan sebagai
kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang menggunakan otot secara memuaskan pada kondisi khusus (Marley 1982). Satuan ukuran VO2maks adalah mililiter oksigen dalam satu menit untuk setiap kilogram berat badan (ml/kg/min). Pengukuran secara umum dijadikan indikator kebugaran kardiovaskular dan daya tahan aerobik seseorang yang terbaik. VO2maks pekerja WUS dihitung dengan cara melakukan uji bangku A-R (Astrand-Ryhming Step Test ) dengan mengadopsi protokol Astrand-Ryhming Step Test Norms For College Students (Marley & Linnerud 1976). Uji bangku AR merupakan modifikasi dari Uji bangku Harvard.
Uji ini dirancang untuk
mengukur daya tahan kardiovaskular. Daya tahan kardiovaskular atau daya tahan aerobik adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas pada kategori sedang secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Ini merefleksikan bagaimana kerjasama antara jantung dan paru-paru untuk mensuplai oksigen ke tubuh selama melakukan pekerjaan berat dan latihan. Penilaian VO2maks untuk wanita sesudah uji bangku A-R dihitung dengan menggunakan Tabel Astrand-Ryhming Step Test Norms (Tabel 8). Adapun ukuran normatif VO2maks dapat dilihat pada Tabel 9.
53 Tabel 8 Astrand-Ryhming Step Test Norms (A-R test norms) untuk menaksir nilai VO2maks dengan menghitung denyut jantung setelah uji naik-turun bangku A-R Pulse Count (bps15) 18.0 19.0 19.5 20.0 20.5 21.0 21.5 22.0 22.5 23.0 23.5 24.0 24.5 25.0 25.5 26.0 26.5 27.0 27.5 28.0 28.5 29.0 29.5 30.0 30.5 31.0 31.5 32.0 32.5 33.0 33.5 34.0 34.5 35.0 35.5 36.0 36.5 37.0 37.5 38.0 38.5 39.0 39.5 40.0 40.5 41.0 41.5 42.0 42.5 43.0 43.5 44.0 44.5 45.0 45.5 46.0 46.5 47.0 48.5
.n
3 3 1 4 4 1 3 6 1 3 1 6 5 6 4 6 6 6 7 11 9 24 10 28 29 33 15 35 26 63 33 60 35 93 42 86 43 93 43 79 36 82 31 85 33 39 19 36 13 17 6 16 5 4 4 6 1 1 1
Max V02 * ml 02/kg/min (Estimated)
T-Score
Sigma Scale
Standard Score
Percentile
Z Percentile
87 85 84 83 82 81 80 79 78 77 76 75 74 73 72 71 70 69 67 66 65 64 63 62 61 60 59 58 57 56 55 54 53 52 51 50 48 47 46 45 44 43 42 41 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 28 27 26 2
112 109 107 105 104 102 100 98 97 95 93 91 90 88 86 84 83 81 79 77 76 74 72 70 69 67 65 63 62 60 58 56 55 53 51 49 47 46 44 42 40 39 37 35 33 32 30 28 26 25 23 21 19 18 16 14 12 11 5
3.75 3.54 3.43 3.33 3.22 3.12 3.01 2.91 2.80 2.70 2.59 2.49 2.38 2.27 2.17 2.06 1.96 1.85 1.75 1.64 1.54 1.43 1.33 1.22 1.11 1.01 0.90 0.80 0.69 0.59 0.48 0.38 0.27 0.17 0.06 -0.04 -0.15 -0.26 -0.36 -0.47 -0.57 -0.68 -0.78 -0.89 -0.99 -1.10 -1.20 -1.31 -1.41 -1.52 -1.63 -1.73 -1.84 -1.94 -2.05 -2.15 -2.26 -2.36 -2.68
99.71 99.57 99.50 99.21 98.93 98.86 98.64 98.22 98.14 97.93 97.86 97.43 97.07 96.65 96.36 95.93 95.50 95.07 94.58 93.79 93.15 91.43 90.72 88.72 86.65 84.30 83.23 80.73 78.87 74.38 72.02 67.74 65.24 58.60 55.60 49.46 46.40 39.76 36.69 31.05 28.48 22.63 20.41 14.35 11.99 9.21 7.85 5.28 4.35 3.14 2.71 1.57 1.21 .93 .64 .21 .14 .07 .00
99.99 99.98 99.97 99.96 99.94 99.91 99.87 99.82 99.75 99.65 99.52 99.35 99.13 98.85 98.50 98.05 97.49 96.80 95.97 94.97 93.78 92.38 90.75 88.88 86.75 84.36 81.70 78.77 75.59 72.17 68.52 64.69 60.70 56.60 52.42 48.22 44.04 39.92 35.91 32.05 28.38 24.92 21.70 18.73 16.03 13.59 11.43 9.52 7.85 6.42 5.20 4.17 3.31 2.61 2.03 1.57 1.20 .90 .37
72.5 70.5 68.6 66.8 65.0 63.4 61.9 60.4 59.0 57.6 56.3 55.1 53.9 52.8 51.7 50.7 49.7 48.7 47.8 46.9 46.1 45.3 44.5 43.7 42.9 42.2 41.5 40.9 40.2 39.6 39.0 38.4 37.8 37.3 36.7 36.2 35.7 35.2 34.7 34.2 33.8 33.3 32.9 32.4 32.1 31.7 31.3
Sumber: Marley & Linnerud (1976)
54 Tabel 9 Ukuran normatif VO2maks untuk wanita dalam ml/kg/menit Umur
Sangat buruk
Buruk
Sedang
Baik
Sangat baik
Superior
13-19
<25.0
25.0 – 30.9
31.0 – 34.9
35.0 – 38.9
39.0 – 41.9
>41.9
20-29
<23.6
23.6 – 28.9
29.0 – 32.9
33.0 – 36.9
37.0 – 41.0
>41.0
30-39
<22.8
22.8 – 26.9
27.0 – 31.4
31.5 – 35.6
35.7 – 40.0
>40.0
40-49
<21.0
21.0 – 24.4
24.5 – 28.9
29.0 – 32.8
32.9 – 36.9
>36.9
50-59
<20.2
20.2 – 22.7
22.8 – 26.9
27.0 – 31.4
31.5 – 35.7
>35.7
60+
<17.5
17.5 – 20.1
20.2 – 24.4
24.5 – 30.2
30.3 – 31.4
>31.4
Sumber: RHSFNS (2008) Pengendalian, Pengolahan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan semuanya merupakan data primer yang diambil menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner), observasi dan pengukuran serta analisis biokimiawi darah secara langsung, meliputi peubah-peubah: status gizi, status besi, kebugaran fisik, komposisi tubuh serta aktivitas fisik, konsumsi makan dan tingkat kecukupan gizi (%AKG) pekerja WUS.
Untuk mengendalikan
kualitas data, wawancara dilakukan langsung oleh peneliti dibantu asisten peneliti bergelar sarjana gizi yang sudah berpengalaman dalam beberapa penelitian sebelumnya serta diberi pelatihan sebelum melakukan wawancara dalam penelitian ini. Pengumpulan contoh darah dan laju denyut jantung dilakukan oleh paramedis di bawah supervisi seorang dokter. Pengolahan data mencakup pengeditan kuesioner, pengkodean, penyusunan file, pemasukan data, pengeditan file, penyusunan variabel, pengombinasian dan pemisahan file. Pengolahan data dan analisis menggunakan program komputer Microsoft Excel serta SPSS version 17 for Windows. Data jumlah pangan yang dikonsumsi dikonversikan ke dalam energi dan zat gizi meliputi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi, kalsium, dan fosfor dengan menggunakan template microsoft Excel yang berbasiskan database DKBM (Depkes RI 1970, 1995, 2001, 2005).
Penghitungan tingkat kecukupan gizi
(%AKG) dilakukan dengan membandingkan kandungan zat gizi semua makanan yang dimakan oleh pekerja WUS selama 24 jam dengan AKG 2004 (LIPI, 2004) dalam persen. Selain energi, zat gizi lain yang dihitung tingkat kecukupannya adalah protein, vitamin A, vitamin C, fosfor, kalsium, dan zat besi. Kategori
55 tingkat kecukupan gizi (%AKG) untuk energi dan protein adalah <70% defisit berat, 70-80% defisit ringan, 80-90% cukup, 90-110% normal, >110% kelebihan. Untuk vitamin dan mineral menggunakan batas 2/3 (70% AKG). IMT merupakan rasio antara berat badan (kg) dengan tinggi badan yang dikuadratkan (m2). Kategori untuk IMT adalah kurus (<18.5 kg/m2), normal (18.5-22.9 kg/m2), beresiko ( 23-24.9 kg/m2), gemuk I (25-29.9 kg/m2) dan gemuk II (≥30 kg/m2). Rasio lingkar pinggang-pinggul menggambarkan simpanan lemak di bagian pinggang dan pinggul. Adapun rasio lingkar pinggang-pinggul yang ideal untuk wanita adalah ≤0.8.
LILA menggambarkan simpanan lemak di
lengan. Cut off point untuk LILA <23.5 cm digunakan untuk mengidentifikasi adanya kekurangan energi kronik (KEK). Kategori untuk persentase berat lemak dan air tubuh adalah kurus sekali (≤ 20% dan ≥ 55%), kurus (20.1-25% dan 54.951.6%). normal (25.1-30.0% dan 48.0-44.7%). tinggi (30.1-35% dan 48.0-44.7%). serta tinggi (35.1-45.0% dan 44.6-37.8%). Ukuran tingkat bawah (cut-off) hemoglobin dan hematokrit untuk mendeteksi anemia pada wanita usia subur yang tidak sedang hamil adalah 120 g/l dan 36% (WHO 2001).
Kategori anemia yang digunakan adalah anemia berat
(kadar Hb<80 g/l), anemia sedang (kadar Hb 80-99 g/l), dan anemia ringan (kadar Hb100-119 g/l). Berdasarkan konsentrasi SF, ukuran relatif simpanan zat besi dalam tubuh termasuk kurang jika < 15 ug/l dan kelebihan (berisiko berat) jika > 150 ug/l (WHO 2007). Adapun standar konsentrasi STfR belum ada yang baku karena tergantung kepada prosedur yang digunakan. Prosedur pengukuran STfR dalam penelitian ini mengacu kepada Erhardt (2004) yang mengemukakan bahwa nilai cut-off STfR yang dapat digunakan berdasarkan penelitiannya adalah 8.3 mg/l. Penghitungan nilai duga rataan, simpangan baku, nilai minimum dan maksimum
dilakukan untuk semua variabel kuantitatif.
Nilai duga proporsi
dilakukan untuk semua variabel kualitatif dan kuantitatif. Uji t berpasangan digunakan untuk menganalisis perbedaan rataan antara sebelum dan sesudah perlakuan dalam grup perlakuan yang sama. Selisih (delta) antara sesudah dengan sebelum perlakuan yang merupakan manfaat perlakuan terhadap peubah respon status besi (peningkatan kadar Hb dan SF serta penurunan STfR) dan kebugaran
56 fisik (peningkatan VO2maks) diuji statistik secara bertahap. Uji ANOVA dengan uji lanjut Duncan dilakukan untuk menguji perbedaan rataan antar perlakuan baik sebelum dan sesudah perlakuan maupun selisih antara sesudah dan sebelum perlakuan. Analisis covarian (ANCOVA) dengan uji lanjut LSD (least signficant difference) menggunakan general linear model (GLM) univariate dilakukan setelah pada uji ANOVA terhadap rataan selisih antara sesudah dengan sebelum perlakuan antar perlakuan tidak terbukti nyata.
Hal ini diduga karena
kemungkinan adanya peubah-peubah pengganggu pada perlakuan tersebut. Uji ANCOVA dilakukan untuk mengoreksi (adjusted) peubah yang diduga potensial menjadi pengganggu (confounder), yaitu konsentrasi biomarker (hemoglobin, serum ferritin dan transferin reseptor), VO2maks dan IMT sebelum perlakuan; berat air badan (%AB) dan berat lemak badan (%LB) sesudah perlakuan; serta pengeluaran energi dan asupan zat gizi selama perlakuan. Semua pengujian di atas dilakukan pada taraf nyata ( ) = 0.05. Pada kondisi khusus pengujian dapat dilakukan hingga taraf =0.15 untuk melihat kecenderungannya. Transformasi data dinilai perlu dilakukan hanya jika dalam analisis ANOVA dan ANCOVA tidak nyata, yang mungkin dikarenakan ada salah satu atau lebih peubah yang tidak memenuhi asumsi-asumsi model. Model Matematika Model matematika untuk peubah-peubah respon status besi dan kebugaran fisik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Model matematika untuk menghitung peubah respon status besi dan kebugaran fisik sebelum dan sesudah perlakuan serta selisihnya dengan analysis of varian (ANOVA) adalah sebagai berikut: Yij = + j + ij Keterangan : Yij = Nilai peubah respon (Hb/Ht/SF/STfR)pada pada pekerja WUS ke i yang mendapat perlakuan ke j = Parameter rataan umum Yij j = Pengaruh dari perlakuan ke-j ij = Pengaruh galat pada pekerja WUS ke-i yang mendapat perlakuan ke-j i= 1 menunjukkan pekerja WUS ke-1 dan seterusnya sampai dengan ke 13
57 2. Model matematika untuk menghitung selisih peubah respon status besi sesudah perlakuan dengan analysis of covarian (ANCOVA) adalah sebagai berikut: Yij = +
13
X l
l
+ j + ij
l 1
Keterangan: Yij X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
= = = = = = = = = =
X9
=
X10 X11 X12 X13 i “j
= = = = = =
j ij “i
= = =
Selisih peubah respon status besi (Hb/SF/STfR) parameter rataan umum Yij Nilai Hb sebelum perlakuan (g/l) Nilai SF sebelum perlakuan (ug/l) Nilai STfR sebelum perlakuan (mg/l) Lama bekerja (tahun) Indeks Massa Tubuh sebelum perlakuan (kg/m2) Asupan Energi selama perlakuan (kkal)) Asupan Protein selama perlakuan (g) Asupan vitamin A yang berasal dari makanan selama perlakuan (RE) Asupan vitamin C yang berasal dari makanan selama perlakuan (mg) Asupan zat besi yang berasal dari makanan selama perlakuan (mg) Asupan kalsium yang berasal dari makanan selama perlakuan (mg) Asupan fosfor yang berasal dari makanan selama perlakuan (mg) Pengeluaran energi per hari selama perlakuan (kkal) parameter koefisien dari peubah covariate Xi, i=1,2,..13 1diberi zat besi dan asam folat (BF); 2 diberi multi vitamin dan mineral (MVM); 3 diberi plasebo; Pegaruh perlakuan ke-j Pengaruh galat pekerja WUS ke-i yang mendapat perlakuan ke-j 1 menunjukkan pekerja WUS ke-1 dan seterusnya sampai dengan ke 13
3. Model matematika untuk menghitung selisih peubah respon kebugaran fisik sesudah perlakuan dengan analysis of covarian (ANCOVA) adalah sebagai berikut: Yij = +
16
X l
l
+ j + ij
l 1
Keterangan: Yjk X1 X2 X3
= = = = =
Selisih peubah respon VO2maks (ml/kg/menit) sesudah perlakuan Parameter rataan umum Yij VO2maks (ml/kg/menit) sebelum perlakuan Lama kerja (tahun) Nilai Hb sebelum perlakuan (g/l)
58 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12
= = = = = = = = =
X13 = X14 X15 X16 i “j
= = = = =
j ij “i
= = =
Nilai SF sebelum perlakuan (ug/l) Nilai STfR sebelum perlakuan (mg/l) Indeks Massa Tubuh sebelum perlakuan (kg/m2) Berat air badan sesudah perlakuan (%) Berat lemak badan sesudah perlakuan (%) Pengeluaran energi selama perlakuan (kkal) Asupan Energi selama perlakuan (kkal) Asupan Protein selama perlakuan (g) Asupan vitamin A yang berasal dari makanan selama perlakuan (RE) Asupan vitamin C yang berasal dari makanan selama perlakuan (mg) Asupan zat besi yang berasal dari makanan selama perlakuan (mg) Asupan kalsium yang berasal dari makanan selama perlakuan (mg) Asupan fosfor yang berasal dari makanan selama perlakuan (mg) Parameter koefisien dari peubah covariate Xi, i=1,2,..16 1 diberi zat besi dan asam folat (BF); 2 diberi multi vitamin dan mineral (MVM); 3 diberi plasebo Pengaruh perlakuan ke-j Pengaruh galat pekerja WUS ke-i yang mendapat perlakuan ke-j 1 menunjukkan pekerja WUS ke-1 dan seterusnya sampai dengan ke 13
Keterbatasan Data Data asupan gizi dan aktivitas fisik diperoleh dengan cara melakukan wawancara untuk mengingat kembali (recall) apa yang telah dimakan dan kegiatan fisik selama 24 jam yang lalu selama dua hari. Salah satu keterbatasan metoda ini adalah kemampuan sampel dalam mengingat.
Oleh karena itu, food
recall 1X24 jam dan kebiasaan makanan juga diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan frekuensi makanan (Food Frequensi Quesionaire - FFQ). Ini dikelola dalam rangka untuk mengecek silang berbagai makanan yang dikonsumsi WUS. Dengan begitu, dua metoda pengumpulan data konsumsi ini diharapkan dapat saling melengkapi satu sama lain untuk mengkan konsumsi makan peserta. Recall makanan diambil dua kali, sebelum dan selama perlakuan, sedangkan aktivitas fisik diambil hanya pada selama perlakuan masih berlangsung. Definisi Operasional Zat Gizi mikro: Zat gizi yang dibutuhkan dan terdapat dalam jumlah yang sangat kecil di dalam tubuh namun memiliki peranan yang penting untuk kehidupan. Di antara keenam macam zat gizi, beberapa mineral dan semua jenis vitamin digolongkan ke dalam zat gizi mikro. Termasuk ke dalam
59 golongan mineral mikro tubuh yang telah ditetapkan angka kecukupannya di Indonesia adalah besi (Fe), seng (Zn), selenium (Se), yodium (I), Fluor (F) dan mangan (Mn) Status Gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, pencernaan, dan pemanfaatan makanan, dalam penelitian ini dinilai melalui pengukuran indikator status gizi yaitu indeks massa tubuh (IMT), rasio pinggang pinggul (RPP), dan lingkar lengan atas (LILA) Status anemia: suatu keadaan kadar hemoglobin di darah lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan nilai normal untuk jenis kelamin dan usianya. Untuk WUS, dinyatakan anemia jika Hb < 120 g/l dan normal jika Hb ≥ 120 g/l. Kadar hemoglobin termasuk marginal jika rentang Hb antara 80-125 g/l. Status besi adalah keadaan atau an kecukupan zat besi di dalam tubuh yang dapat dinilai dari biomarker meliputi kadar hemoglobin (Hb), serum ferritin (SF) dan serum transferin reseptor (TSfR). Defisiensi zat besi adalah keadaan tubuh yang mengalami defisit (kekurangan) besi tahap pertama (depleted iron) maupun tahap ke dua (iron deficiency erythropoiesis), yang dapat terjadi karena anemia maupun tidak anemia. Anemia gizi besi (AGB) atau iron deficiency anemia (IDA) adalah keadaan tubuh kekurangan zat besi pada tahap ke tiga, dimana zat besi tubuh tidak cukup baik dalam simpanan maupun untuk sintesa hemoglobin.
Indikator
keadaan ini adalah kadar hemoglobin di bawah normal (<120 g/l) dan serum feritin rendah (<15ug/l). Suplementasi adalah pemberian zat gizi dalam bentuk kapsul/tablet/injeksi (jika efek yang dikehendaki lebih cepat) yang dilakukan secara teratur kepada kelompok yang membutuhkan atau orang-orang yang berisiko kekurangan zat gizi Besi folat (BF) adalah kapsul suplemen yang berisi campuran antara ferrous sulfat 200 mg yang setara dengan zat besi elemental 60 mg dan asam folat 400 μg Multivitamin dan mineral (MVM) dalam penelitian ini adalah kapsul suplemen yang berisi campuran 15 macam vitamin dan mineral yaitu vitamin A 800 μg, vitamin D 200 IU, vitamin E 10 mg, vitamin C 70 mg, tiamin 1.4 mg, riboflavin 1.4 mg, niasin 18 mg, vitamin B6 1.9 mg, vitamin B12 1.9 μg,
60 asam folat 400 μg, zat besi elemental 30 mg, seng 15 mg, copper 2 mg, selenium 65 μg, iodium 150 μg Komposisi tubuh (body composition) adalah proporsi
lemak dalam tubuh
dibandingkan dengan tulang dan otot, ini tidak ada hubungannya dengan berat badan atau penampilan seseorang. Komposisi tubuh juga dikan sebagai berat badan tanpa lemak dan berat lemak. Kebugaran fisik:
kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas
pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggang dinilai dengan mengukur VO2maks melalui uji naik turun bangku AstrandRhyming. VO2maks:
merupakan satu ukuran seberapa bugar (fit) seseorang, dengan
menyatakan volume oksigen yang dikonsumsi tubuh per menit sehingga sering ditulis satuannya adalah ml/kg/menit (Marley 1982; Sharkey 1991; Quinn 2008). Uji bangku Astrand-Rhyming : naik-turun bangku (untuk wanita setinggi 33 cm) selama 5 menit dengan sebanyak 22.5 kali per menit (dijaga stabil dengan mengikuti irama dari metronome yang diset pada 90 step/menit). Naik turun bangku dimulai dengan naik menggunakan satu kaki, diikuti dengan kaki yang lain dan kemudian turun dengan satu kaki dan diikuti kaki yang lain. Pada akhir menit ke lima, berhenti dengan tetap berdiri dan denyut jantungnya segera dicek selama 15 detik sejak 15 detik pemulihan. Pengukuran denyut jantung dilakukan secara palpasi pada leher (carotid artery) kemudian dikonversikan ke VO2maks mengunakan tabel AstrandRhyming. Indeks massa tubuh (IMT) merupakan perbandingan antara berat badan (kg) dengan tinggi badan dikuadratkan (m2) Rasio pinggang pinggul (RPP) adalah perbandingan antara lingkar pinggang (cm) dengan lingkar pinggul (cm) Lingkar lengan atas (LILA) adalah besarnya lingkar lengan atas yang diukur pada pertengahan jarak antara bahu dengan siku lengan sebelah kiri (cm).