BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model penelitian korelasional. Pendekatan kuantitatif menekankan analisa pada data angka yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2012). Tujuan dari pendekatan kuantitatif adalah untuk melakukan pengujian hipotesis dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan hipotesis nihil. Dalam penelitian ini, melalui metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti. Sedangkan metode korelasional bertujuan untuk menyelidiki variasi antar variabel berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2012). Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu empati dan alexithymia pada schizophrenia spectrum disorder.
3.2
Definisi dan Operasionalisasi Variabel
3.2.1. Empati (Variabel Dependen-Y) Empati merupakan kemampuan mengolah isyarat emosional baik verbal maupun nonverbal yang ditampilkan oleh orang lain untuk kemudian diproses secara kognitif dan afektif sebagai respon atas pengalaman yang dialami dalam menciptakan hubungan sosial yang positif.
35 http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
3.2.2
Alexithymia (Variabel Independen-X) Alexithymia merupakan gangguan pada proses kognitif dan afektif seseorang yang ditandai dengan kesulitan dalam mengidentifikasi dan mendeskripsikan emosi diri sendiri dan orang lain sehingga cenderung menurunkan hubungan sosial serta memiliki pemikiran yang berorientasi eksternal.
3.3
Responden Penelitian
3.3.1
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Responden dalam penelitian ini adalah orang dalam kategori usia dewasa dengan diagnosa schizophrenia spectrum disorder berdasarkan kriteria DSM-V (American Psychiatric Association, 2013). Pemilihan responden merujuk pada data statistik yang menunjukkan bahwa dalam kriteria DSM-V, schizophrenia spectrum disorder terjadi pada rentang usia dewasa.
3.3.2 Sampel Penelitian ini menggunakan teknik sampel non probability sampling dengan teknik insidental. Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan. Siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang tersebut cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2011). Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini bergantung pada seberapa banyak orang yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37 dianggap cocok sebagai subjek dalam penelitian ini. Adapun penelitian ini memiliki keterbatasan dalam mencari subjek. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 77 orang dengan diagnosa schizophrenia spectrum disorder pada tiga lokasi yaitu sebagai berikut, Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan yang berlokasi di Jakarta Barat, Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) yang berlokasi di Jakarta Timur, Unit Informasi dan Layanan Sosial Rumah Kita yang berlokasi di Jakarta Selatan. Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sampel (Notoatmodjo, 2010) Adapun kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kriteria Inklusi a. Usia dengan ketentuan minimal 18 tahun menurut Hurlock (2001) b. Diagnosa Schizophrenia Spectrum Disorder sesuai kriteria DSM-V c. Pasien rawat jalan dan/atau rehabilitasi di RSJ dr. Soeharto Heerdjan; Anggota Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia; Warga Binaan Sosial di Unit Informasi dan Layanan Sosial Rumah Kita d. Memiliki rekam medik dengan gejala ringan e. Dalam kondisi tenang dan kooperatif serta berada pada rentang respon health maintenance f. Mampu berkomunikasi dengan baik dan kooperatif g. Mampu membaca dan menulis walaupun tingkat pendidikan minimal h. Bersedia menjadi responden
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38 2. Kriteria Ekslusi Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu responden yang berada dalam keadaan emergency.
3.4
Skala Pengukuran Variabel Peneliti menggunakan skala dari luar sehingga membutuhkan proses
penerjemahan.
Proses
penerjemahan
pada
penelitian
ini
menggunakan two way translation, yang di terjemahkan oleh orang yang ahli dalam berbahasa Inggris dan satu orang expert judgement. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala empati dan skala alexithymia.
3.4.1
Alat Ukur Empati
Alat
ukur
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
Questionnaire of Cognitive and Affective Empathy (QCAE) yang dibuat oleh Reniers dkk. (2011). QCAE terdiri dari 31 item terdiri dari 5 subskala yang dimaksudkan untuk menilai kedua komponen empati, kognitif dan afektif. Kuesioner ini menggunakan 2 dimensi dengan 5 subskala. Empati kognitif terdiri dari dua aspek yaitu perspective taking dan online simulation, sedangkan empati afektif terdiri dari tiga aspek yaitu emotion contagion, proximal responsivity, dan peripheral responsivity. Hasil uji reliabilitas Cronbach’s α (Cronbach, 1951) subskala perspective-taking 0.85, subskala online simulation 0.72, subskala emotion contagion 0.83, subskala proximal responsivity 0.65, dan subskala peripheral responsivity 0.70 (Reniers dkk., 2011).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39 Alat ukur ini menggunakan skala bertingkat berupa skala Likert. Skala Likert berwujud kumpulan pertanyaan sikap yang ditulis, disusun dan dianalisis sedemikian rupa sehingga respons seseorang terhadap pertanyaan tersebut dapat diberikan angka atau skor, kemudian diinterpretasikan. Skala Likert tidak terdiri dari hanya satu stimulus atau satu pernyataan saja melainkan berisi banyak item (Azwar, 2012). Alat ukur QCAE menggunakan Skala Likert 4-point untuk menunjukkan berapa banyak responden setuju dengan pernyataan setiap item. Skala ini menggunakan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju, Sedikit Setuju, Sedikit Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Item-item yang disusun terdiri dari jenis favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang mendukung objek yang diukur, sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang tidak mendukung objek yang diukur (Azwar, 2012). Pemberian skor untuk pernyataan favorable bergerak dari 4 ke 1 (Sangat Setuju = 4, Sedikit Setuju = 3, Sedikit Tidak Setuju = 2 dan Sangat Tidak Setuju = 1). Pemberian skor untuk pernyataan unfavorable bergerak dari 1 ke 4 (Sangat Setuju = 1, Sedikit Setuju = 2, Sedikit Tidak Setuju = 3 dan Sangat Tidak Setuju = 4).
Tabel 3.1 Blue Print Kuesioner Empati Nomor Item Dimensi
Indikator Perilaku
Jumlah Favo
Unfavo
Melibatkan intuisi
15, 16,
-
dengan menempatkan
19, 20,
diri pada posisi orang
21, 22,
lain untuk melihat hal-
24, 25,
hal dari perspektif
26, 27
Cognitive Emphaty a. Perspective taking
orang tersebut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
40 b. Online
Menempatkan diri pada
simulation
3, 4, 5, 6,
posisi orang lain
18, 28,
dengan membayangkan
30, 31
1
9
-
4
-
4
2, 17,
4
apa yang dirasakan oleh orang tersebut Affective Emphaty a. Emotion
Merefleksi diri secara
contagion
8, 9, 13,
otomatis terhadap
14
perasaan orang lain b. Proximal responsivity
Memberikan respon
7, 10, 12,
afektif ketika melihat
23
suasana hati orang lain dalam konteks sosial yang dekat (teman) c. Peripheral responsivity
Memberikan respon
11
afektif ketika melihat
29
suasana hati orang lain dalam konteks sosial terpisah (karakter film) Total
3.4.2
27
4
31
Alat Ukur Alexithymia
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Toronto Alexithymia Scale (TAS-20) oleh Taylor, Bagby, & Parker (2003). Tahun 2002 skala ini telah diadaptasi oleh Wijayakusuma (Widhiarso, 2012). Hasil uji psikometris menunjukkan bahwa koefisien alfa untuk faktor feeling adalah 0.88, untuk faktor perhatian eksternal adalah 0.62, dan nilai 0.87 untuk skor total. Koefisien korelasi item berkisar antara 0.6622– 0.9572 dan reliabilitas skala sebesar 0.987.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41 Internal konsistensi TAS-20 yaitu di atas 0.80 dan cocok untuk model tiga faktor 0.98 Taylor, Bagby, & Parker (2003). Ukuran menunjukkan validitas konvergen baik dengan langkah-langkah lain yang mempengaruhi kesadaran dan keabsahan diskriminan yang memadai dengan ukuran keterbukaan untuk perasaan (Bagby, Taylor, & Parker, 1994; Bressi & Taylor, 1996). Lebih lanjut, alat ukur ini digunakan pada studi skizofrenia dan telah menemukan TAS-20 dalam hubungannya dengan halusinasi dan khayalan (Serper & Berenbaum, 2008) serta gejala negatif (Cedro, Kokoszka, Popiel, & Narkiewicz-Jodko, 2001). Alat ukur ini terdiri dari 20 item pernyataan untuk mengukur skor alexithymia seseorang (Cleland dkk., 2005), namun dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan 16 item pernyataan berdasarkan pada penelitian mengenai validitas alat ukur TAS-20 oleh Kooiman, Spinhoven, & Trijsburg (2002) yang menyatakan terdapat 4 item yang tidak cukup baik untuk digunakan pada sampel skizofrenia, yaitu item nomor 16, 17, 18, dan 20 dengan nilai alpha cronbach >.40. Sehingga pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan 2 faktor subskala yaitu DIF (Difficulties in Identifying Feelings) dan DDF (Diffuclties in Describing Feelings) sebagai satu faktor DIDF, dan dimensi EOT (Externally Oriented Thinking). Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin besar pula tingkat alexithymia yang dimiliki. Alat ukur ini menggunakan skala bertingkat berupa skala Likert. Skala ini menggunakan lima pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Item-item yang disusun terdiri dari jenis favorable dan unfavorable. Pemberian skor untuk pernyataan favorable bergerak dari 5 ke 1 (Sangat Setuju = 5, Setuju = 4, Tidak Keduanya = 3, Tidak Setuju = 2 dan Sangat Tidak Setuju = 1). Pemberian skor untuk pernyataan unfavorable bergerak dari 1 ke 5 (Sangat Setuju = 1, Setuju = 2, Tidak Keduanya = 3, Tidak Setuju = 4 dan Sangat Tidak Setuju = 5).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42 Tabel 3.2 Blue Print Skala Alexithymia Nomor Item Aspek
Indikator Perilaku
Difficulties in
a. DIF - Sulit untuk
Jumlah Favo
Unfavo
1, 3, 6,
-
7
4
4
5, 10,
5
Identiying and
mengidentifikasi
7, 9,
Describing Feeling
emosi dan sensasi
13, 14
(DIDF)
fisik yang dialami b. DDF - Sulit
2, 11,
membedakan antara
12
respon fisik yang berasal dari emosi atau sensasi tubuh Externally
Mengabaikan makna
Oriented Thinking
atas suatu peristiwa
8, 15
16*
(EOT) Total
12
4
16
*dalam Taylor, Parker, & Bagby (2003) merupakan item nomor 19
3.5
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan penyebaran kuesioner. Siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang tersebut cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2011). Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini bergantung pada seberapa banyak orang yang dianggap cocok sebagai subjek dalam penelitian ini. Penelitian tentang hubungan antara empati dengan alexithymia pada kelompok dewasa muda dengan schizophrenia spectrum disorder ini menggunakan dua alat ukur yaitu, QCAE (Questionnaire of Cognitive and Affective Empathy) oleh Reniers dkk. (2011) untuk alat ukur empati. Kuesioner ini memiliki 31 item terdiri dari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43 5 subskala yang dimaksudkan untuk menilai kedua komponen empati, kognitif dan afektif. Dan Toronto Alexithymia Scale (TAS-20) oleh Taylor, Parker, & Bagby (2003) untuk alat ukur alexithymia. Skala pada penelitian ini terdiri dari 16 item pernyataan untuk mengukur skor alexithymia seseorang (Kooiman, Spinhoven, & Trijsburg, 2002) dengan hanya menggunakan 2 faktor subskala yaitu DIF (Dimension ‘Identifying Feelings’) dan DDF (Describing Feelings) sebagai satu faktor DIDF, dan dimensi EOT (Externally Oriented Thinking). Penyebaran instrumen penelitian dilakukan dengan dua cara, pemberian secara langsung dalam bentuk hard copy dan link online untuk responden dari KPSI guna menjangkau responden yang tidak berada di tempat penelitian. Penelitian tentang hubungan antara empati dengan alexithymia pada kelompok dewasa dengan diagnosa schizophrenia spectrum disorder.
Observasi perialku Calon Responden
Peneliti melakukan Wawancara Awal untuk mengetahui Diagnosa Responden
Lembar Persetujuan Responden Penelitian
( Responden Berpartisipasi dalam Penelitian
Responden diberikan Instrumen Penelitian
Ya Kriteria Inklusi
Tidak Peneliti melakukan konfirmasi Diagnosa Responden dengan Petugas Berwenang
Gambar 3.1 Alur Penyebaran Instrumen Penelitian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tidak dapat berpartisipasi dalam penelitian
44 Sebelum menyebarkan instrumen penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan kegiatan observasi awal secara singkat terhadap calon responden untuk mendapatkan informasi mengenai gejala skizofrenia yang dialami responden berdasarkan perilaku yang ditampilkan; langkah berikutnya peneliti meminta kesediaan pasien sebagai responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan penelitian; kemudian responden diberikan pertanyaan mengenai gejala dan rekam medik yang dialami melalui informasi yang diketahui responden melalui kartu pasien dari Rumah Sakit Jiwa maupun Puskesmas berdasarkan diagnosa terakhir psikiater saat melakukan konsultasi; responden yang memenuhi kriteria melanjutkan proses pengisian dua skala penelitian; terakhir, peneliti melakukan konfirmasi dengan perawat di Rumah Sakit Jiwa yang bertanggung jawab mengenai proses administratif pasien yang berkunjung berdasarkan buku rekam medik pasien, di UILS proses konfirmasi dilakukan dengan petugas pekerja sosial, sedangkan di KPSI proses konfirmasi dilakukan dengan Ketua maupun Pengurus KPSI. 3.6
Metode Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah korelasi product moment. Menurut Sugiyono (2011) korelasi product moment digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel independen dengan satu
variabel
dependen.
Untuk
seluruh
perhitungan
penelitian
menggunakan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) 23.0 version for windows. Adapun pengujian yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara lain analisa statistik deskriptif, uji kualitas data, uji hipotesis, dan uji beda sebagai analisa tambahan. Di bawah ini adalah penjabaran dari pengujian yang akan dilakukan dalam penelitian ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
3.6.1
Uji Validitas Validitas diartikan sejauh mana alat ukur mampu mengungkap apa yang hendak diungkap. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah (Azwar, 2012). Validitas adalah syarat utama dan wajib semua alat ukur (Jelpa, 2016). Hal itu menunjukkan sejauh mana isi alat ukur merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur (Azwar, 2012). Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Untuk membandingkan masing-masing indikator adalah dengan membandingkan nilai Correlated Item – Total Correlation dengan hasil perhitungan r tabel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif maka butir atau pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid.
3.6.2 Uji Reliabilitas Menurut Jelpa (2016), reliabilitas diartikan sebagai konsistensi atau keakuratan hasil ukur. Seberapa konsistensi skor yang dihailkan tersebut sama apabila diukur pada kurun waktu yang berbeda. Reliabilitas memiliki skor yang bergerak dari 0 sampai dengan 1. Skor 0 menunjukkan 0% konsistensi hasil ukur, sementara skor 1 menunjukkan 100% konsistensi hasil ukur. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (𝛼). Reliabilitas yang baik adalah mendekati angka 1. Secara umum reliabilitas yang dianggap memuaskan sebesar 0.8. Dalam penelitian, suatu konstruk atau variabel dikatakan memiliki nilai yang memuaskan (reliabel) jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.70.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
3.6.3
Statistika Deskriptif Statistika deskriptif adalah statistika yang menampilkan data secara sederhana. Menurut Ghozali (2013), statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi mengenai karakteristik dari suatu data dilihat dari nilai rata- rata, deviasi standar, nilai maksimum dan nilai minimum. Analisis ini menggambarkan sampel yang telah ada tanpa bermaksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku secara umum.
3.6.4
Uji Kualitas Data
Uji kualitas data dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas data untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal (Jubilee, 2015). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji One-sample KolmogorovSmirnov Test yaitu pengujian yang dilakukan dengan melihat besaran nilai asymp signification. Dasar pengambilan keputusannya sebagai berikut: jika nilai asymp signification yang muncul dalam output uji kolmogorov smirnov menunjukkan asymp. sig. (2-tailed) lebih besar atau sama dengan a (0,05) maka data berdistribusi normal, dan jika nilai asymp signification yang muncul dalam output uji kolmogorov smirnov menunjukkan asymp. sig. (2-tailed) lebih kecil dari a (0,05) maka data tidak berdistribusi normal.
3.6.5
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini untuk melihat korelasi. Korelasi diartikan sebagai hubungan antarvariabel yang memiliki skor yang bergerak dari 0 sampai dengan 1 (koefisien korelasi). Simbol dari korelasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47 adalah r (r kecil), dapat berbentuk positif (+) maupun negatif (-). Korelasi akan
menunjukkan
bagaimana
hubungan
antarvariabel
tersebut,
berhubungan atau tidak berhubungan, dan bagaimana arah hubungan tersebut, arah positif atau negatif. Lebih lanjut lagi, korelasi menunjukkan kekuatan hubungan. Korelasi dalam penelitian ini mengunakan Pearson Product Moment dengan bentuk data interval atau rasio serta terdistribusi secara normal dengan uji normalitas.
Tabel 3.3 Kekuatan Korelasi Nilai
Interpretasi
Nilai
Interpretasi
0.00 – 0.20
Sangat Lemah
0.61 – 0.80
Kuat
0.21 – 0.40
Lemah
0.81 – 0.99
Sangat Kuat
0.41 – 0.60
Sedang
1
Sempurna
Sumber : Buku Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi (Jelpa, 2016)
3.6.6
Uji Beda Uji beda dilakukan untuk melihat perbedaan di antara kelompok yang diperbandingkan. Dalam penelitian ini akan digunakan uji beda bedasarkan hasil analisa statistika deskriptif demografis yang didapatkan sebagai analisa tambahan. T test independent sample untuk melihat perbedaan dua kelompok. Sedangkan F test (one way ANOVA) untuk melihat perbedaan lebih dari dua kelompok (Jelpa, 2016).
http://digilib.mercubuana.ac.id/