Bab3 Analisis Data
3.1 Analisis Sumi-e yang Bergambar Jenis Bunga Iris yaitu Bunga Ayame dan Hanashoubu Dihubungkan dengan Konsep Musim Semi di Jepang Pada analisis 3.1 ini penulis akan menganalisis Sumi-e yang berjudul Iris karya Fumiko Kurokawa. Pertama-tama penulis akan menganalisis kanji-kanji dari nama bunga-bunga yang ada di dalam lukisan sumi-e tersebut dan akan menggunakan analisis medan makna musim semi dan medan makna bunga Iris, dan analisis semiotik untuk menganalisis hubungan antara keduanya. Gambar 3.1. Sumi-e Iris Karya Fumiko Kurokawa
Sumber: http://www.touchingstone.com/Kurokawa_Iris_Web.jpg Seperti yang terlihat dari gambar 3.1 di atas, bunga-bunga Iris tersebut mempunyai enam atau tujuh kelopak bunga. Berdasarkan jumlah kelopak bunganya kita dapat mengetahui bahwa bunga Iris tersebut merupakan jenis bunga iris Jepang karena jenis
29
bunga-bunga Iris yang lain hanya memiliki tiga sampai empat kelopak bunga sedangkan hanya jenis bunga Iris Jepanglah yang mempunyai kelopak bunga enam sampai tujuh kelopak atau lebih (Austin, 2005:15). Di dalam sumi-e iris, ada dua spesies Iris yang terlukis di dalamnya, yaitu ayame dan hanashoubu. Berdasarkan Shinmura (1998:2617) , kata hanashoubu sendiri terdiri dari tiga kanji yaitu ” 菖蒲”,dan ayame yang tertulis dalam kanji [菖蒲], yang dua kanjinya sama seperti kanji hanashoubu [ 菖蒲]. Menurut McEwen (1990:2) sampai pada abad lalu bunga Iris dikenal dengan nama hana ayame atau ayame saja. Akan tetapi sekarang di Jepang, bunga Iris Jepang disebut dengan hanashoubu. Bunga hanashoubu hanya menunjuk kepada I.ensanta yang merupakan salah satu dari jenis Iris Jepang. Sedangkan ayame menunjuk kepada Iris sanguinea yang juga merupakan salah satu dari Iris Jepang. Di Jepang ada pepatah “izure ayame ka kakitsubata" yang berarti orang tidak bisa membedakan antara bunga yang satu dengan bunga yang lainya. Pepatah tersebut digunakan untuk mendeskripsikan dua gadis yang sama-sama cantik. Gambar 3.2 Ayame
Gambar3.3 Hanashoubu
Sumber:http://www.wenwen.soso.com/z
Sumber:http://www.geocities.jp/mikiwt
/q142375494.htm
nb/hanashoubu.htm
30
Bunga ayame dan hanashoubu sulit untuk dibedakan dan kita bisa melihat perbedaanya dari gambar berikut ini: Gambar 3.4 Ayame dan Hanashoubu
Sumber: Oumi (1996:32) Pada gambar 3.4, bunga yang ada di sebelah kiri adalah bunga ayame sedangkan yang di sebelah kanan adalah bunga hanashoubu. Pada bunga hanashoubu terdapat daun yang tumbuh pada tangkai bunga, sedangkan pada bunga ayame tidak. Bunga ayame memiliki daun yang kurus dan panjang, sedangkan pada daun hanashoubu garis nadi daunnya dapat terlihat dengan jelas. Selain itu bunga ayame tumbuh di tempat yang lahannya kering, sedangkan hanashoubu tumbuh di tempat yang berair. Dengan meneliti bushu kanji beserta kanjinya kita dapat mengetahui arti kanji tersebut yang menunjukkan ciri-ciri bunga ayame dan bunga hanashoubu. Karena kanji ayame sama dengan dua kanji yang ada pada hanashoubu, penulis akan menggabungkanya dalam satu analisis. Berdasarkan kanjinya, kita dapat melihat dapat melihat persamaan antara bunga ayame dan bunga hanashoubu.
3.1.1 Analisis Bushu Kanji Ayame dan Hanashobu Dihubungkan dengan Musim 31
Semi Dari kanji ayame [菖蒲] dan hanashoubu [花菖蒲], semua kanjinya memiliki bushu
[艸]atau[
] yang menurut Nelson (2005:769) dibaca “kusa yang berarti rumput. Kusa
kanmuri bisa juga dibaca menjadi soukou yang memiliki arti mahkota rumput”. Arti dari ke tiga bushu kanji tersebut mencerminkan ciri-ciri bunga Iris sebagai bunga yang memiliki daun yang panjang seperti rumput. Menurut Shito (2005:19) ketika awal musim semi rumput, pucuk tumbuhan mulai muncul, bunga bermekaran dan para binatang bangun dari tidurnya selama musim dingin. Bushu kanji ayame dan hanashoubu ini menunjukkan unsur-unsur musim semi yang ada di dalam bunga ayame dan bunga hanashoubu. 3.1.2 Analisis Kanji Hana dalam Hanashobu Dihubungkan dengan Musim Semi Kanji pertama adalah [ ] yang menurut Nelson (2005:771) kanji tersebut dibaca “ke, ka yang memiliki arti bunga, atau dibaca hana yang memiliki arti bunga, kembang, wanita cantik, karangan bunga, kartu permainan bergambar bunga. Selain itu kanji [ ] bisa juga dibaca menjadi hana (yakana) yang berarti bewarna-warni, mencolok dan cemerlang”. Berdasarkan koujien (1998: 84, 2617), bunga ayame dan hanashoubu samaか sama merupakan” あやめ
たねんそう ;科の
;多年草”,yang berarti kedua bunga
tersebut termasuk ke dalam keluarga Iris dan merupakan jenis tumbuhan yang layu pada musim dingin dengan akarnya masih ada di dalam tanah, sehingga ketika musim dingin telah lewat, setiap tahunnya, pada musim semi bunga tersebut akan tumbuh kembali. Setiap kelopak bunga pasti memiliki warna, begitu juga dengan bunga Iris. Menurut Shimizu (2002:1), di Jepang terdapat 5.000 spesies genus iris dan tujuh spesies yang
32
tumbuh secara liar. Setiap spesies memiliki warna yang bermacam-macam. Bunga Iris ada yang bewarna ungu, putih, hitam, biru, dan lain-lain. Berdasarkan kanji hana di dalam hanashoubu kita dapat mengetahui bahwa hanashoubu merupakan jenis tanaman yang berbunga pada musim semi dan memiliki banyak variasi bunga yang bewarnawarni. 3.1.3 Analisis Kanji Shou dalam Hanashobu dan Ayame Dihubungkan dengan Musim Semi Kanji kedua merupakan [菖], yang menurut Nelson (2005:780) dibaca “shou, yang memiliki arti sebagai Iris, dan bunga berdaun panjang. Kanji [ ] yang merupakan bagian dari kanji [菖] memiliki arti cerah dan terang”. Jadi, berdasarkan kanji [菖] kita dapat mengetahui bahwa bunga ayame dan hanashoubu termasuk di dalam keluarga Iris dan juga kita dapat mengetahui ciri-cirinya sebagai bunga yang memiliki daun yang panjang dan memiliki kelopak bunga yang bewarna cerah. Menurut Sheperd dan Rowena (2002:259), dalam bahasa Yunani kata iris mempunyai arti pelangi. Dan seperti warna pelangi, kelopak bunga Iris mempunyai bermacam-macam variasi warna. Selain itu, menurut Priest (1996:60-61) pelangi biasanya muncul setelah hujan reda atau hujan panas turun. Pelangi kelihatan kerena cahaya matahari dipantulkan oleh jutaan bintikbintik air hujan di udara yang sangat kecil. 3.1.4 Analisis Kanji Bu dalam Hanashobu dan Ayame Dihubungkan dengan Musim Semi Kanji ketiga adalah [蒲] yang menurut Nelson (2005:785) dibaca “fu, bo, ho, bu, gama dan kaba yang memiliki arti sejenis rumput atau mendong”. Menurut KBBI (1999:645), “mendong merupakan rumput, suku Cyperaceae, membentuk rumpun 33
tinggi, batangnya yang dikeringkan digunakan untuk bahan anyaman seperti tikar, topi, keranjang; Fimbristylis globulosa”. Gambar 3.5 Mendong
Sumber:http://www.scribd.com/doc/22604171/Flora-Fauna Kanji [蒲]merupakan gabungan dari [
], dan [
]. Kanji [ ] menurut Nelson
(2005:550) dibaca “ho atau ura dan memiliki arti sungai atau teluk (kecil); pantai, tepi laut”. Kanji ini mendeskripsikan tanaman mendong yang habitatnya adalah di tempat yang berair. Ayame dan hanashoubu sama-sama mekar pada bulan Mei-Juni. Di dalam artikel berjudul Tsuyu dalam TIC (2001) , sebelum musim panas, dalam jangka waktu sekitar satu bulan, Jepang diselimuti oleh awan tebal yang membawa hujan. Hujan ini merupakan anugerah yang membuat hanashoubu menjadi mekar. Lumpur, keadaan lembab, cuaca yang hangat dan hujan adalah unsur-unsur yang penting agar bunga Iris bisa tumbuh dan bermekaran. Bagi masyarakat Jepang, bunga Iris menandakan musim hujan dan menjadi pedoman bagi para petani untuk bercocok tanam. Menurut Keally (2006:1-4) budaya pada jaman Yayoi didefinisikan sebagai pertanian beras yang pertama di Jepang disertai dengan penggunaan logam. Pertanian padi tersebar di seluruh Jepang bagian barat sekitar 400-500 SM. Asal mula padi yang paling
34
pertama adalah berasal dari bagian timur pusat dataran rendah Cina. Menurut Solheim dalam Japanese Archaeology (2006:4), pada jaman Yayoi, kapal orang-orang Cina ada di sepanjang pantai-pantai Jepang dan Korea untuk mencari pasar perdagangan yang lebih luas. Di sana mereka mendirikan permukiman musiman. Pemukiman ini kemudian menjadi permanen dan para pemukim bertani beras untuk kebutuhan mereka sendiri. Praktek ini segera menyebar ke penduduk asli yaitu orang-orang Jepang. Menurut Kamo (1990:1) pada jaman purba Jepang tidak memiliki kalender dan para petani bergantung kepada perubahan musim sebagai pedoman untuk menanam padi. Kemunculan bunga sakura menandakan waktu untuk berhenti berburu di hutan dan gunung, dan mulai mengolah ladang. Mekarnya bunga iris menandakan kedatangan musim hujan, dimana waktunya untuk memindahkan padi dari persemaianya ke sawah. Menurut Murphy dalam Japanese History Online (2010), tanaman padi pertama tumbuh di lahan kering atau daerah rawa, yang menunjukkan bahwa masyarakat pada jaman Yayoi awalnya tidak tahu bagaimana bercocok tanam melalui metode sawah. Menurut McEwen (1990:38) pada jaman dahulu Iris esanta Jepang tumbuh di daerah berawa, dan kemudian ketika dikumpulkan, dipelihara dengan ditanam di persawahan padi di Tokyo. Kanji [蒲]merupakan pendeskripsian untuk bunga ayame dan hanashoubu yang mempunyai kemiripan dengan tanaman mendong, yaitu sama-sama merupakan jenis tanaman yang memiliki daun yang panjang dan ditanam di tempat yang berair. Tanaman mendong ditanam di rawa-rawa sedangkan pada bunga iris, selain ditanam di lahan yang kering ada juga yang ditanam di lahan yang berair.
35
3.1.5 Analisis Ikon-Ikon Musim Semi Pada Sumi-e Iris Dalam menganalisis sumi-e Iris dan konsep musim semi, penulis akan menggunakan analisis
medan
makna
dan
analisis
semiotik
untuk
menganalisis
hubungan antara keduanya. Skema 3.1 Analisis Medan Makna Ayame dan Hanashoubu
Bunga Rumput
Ayame dan hanashoubu
Hijau Lembab Musim hujan Menanam padi Iris festival Kodomo no hi Pelangi Sumber : Austin (2005), TIC (2001), dan Rowena (2002)
36
Skema 3.2 Analisis Musim Semi dan Bunga Ayame dan Hanashoubu
Musim Semi
Ayame dan hanashoubu
Hijau
Hijau
Tunas, daun tumbuh
rumput
Bunga mekar
Rumput Bunga
Cuaca hangat Lembab
Para petani mulai
Musim hujan
menanam benih
Menanam padi
Hujan
Kodomo no hi Hanami Iris festival Hewan-hewan
bangun
dari hibernasi
Pelangi
Berdasarkan skema dan penjelasan tersebut, dapat kita lihat bahwa bunga ayame dan hanashoubu merupakan bunga yang menandakan musim semi.
37
3.2 Analisis Sumi-e yang Bergambar Bunga Botan Dihubungkan Dengan Musim Semi di Jepang Pada analisis 3.2 ini penulis akan menganalisis Sumi-e yang berjudul botan karya Fumiko Kurokawa. Pertama-tama penulis akan menganalisis kanji-kanji dari nama bunga-bunga yang ada di dalam lukisan sumi-e tersebut, dan akan menggunakan analisis medan makna musim semi dan medan makna bunga botan, disertai analisis semiotik untuk menganalisis hubungan antara keduanya. Gambar 3.6 Sumi-e Botan Karya Fumiko Kurokawa
Sumber:http://www.touchingstone.com/Kurokawa_Botan1_Web.jpg
Pada lukisan sumi-e di atas, dilukisakan bunga botan yang dalam bahasa Inggrisnya dikenal dengan nama bunga Peony. Peony (Paeonia Suffruticosa) berasal dari Cina, yang diperkenalkan ke Jepang pada abad ke-8. Dalam bahasa Cina dan Jepang
38
bunga botan tertulis dengan kanji
. Dengan meneliti bushu kanji beserta
kanjinya, kita dapat mengetahui arti kanji tersebut yang menunjukkan ciri-ciri bunga botan. 3.2.1 Analisis Kanji Bo dalam Botan Dihubungkan dengan Musim Semi Kanji
yang berarti jantan memiliki “bushu kanji ushi hen”
yang menurut
Nelson (2005: 596), bushu tersebut memiliki “arti sapi”. Berdasarkan shinkanwajiten “arti sapi di sini adalah sebagai hewan ternak yang melambangkan pekerjaan pria di ladang dan peternakan. Berdasarkan artikel Botan dalam gogenyuraijiten, pada masa Dinasti Wu di Cina, kanji kanji
dibaca sebagai mu atau mo, tetapi ketika Dinasti Han,
dibaca sebagai bou yang lebih umum atau populer bagi masyarakatnya
dengan dibaca sebagai bo. Oleh karena itulah pada zaman dulu bunga ini disebut sebagai botan”. Kanji
sendiri menurut Nelson (2005:596) dibaca “bo dan osu dan
memiliki arti pria, laki-laki atau jantan”. Berdasarkan gogenyuraijiten maksud dari pria atau jantan dalam kanji bunga botan ini adalah “sebagai pendeskripsian untuk menggantikan sebutan benang sari dan putik pada bunga, tempat dimana bibit atau benih bunga dibuat”. Menurut Laabs (1996:10-13) putik terletak tepat di pusat bunga, dan ujungnya rekat. Sebuah bunga hanya mempunyai satu putik yang merupakan kelamin betina bunga itu, tetapi di sekeliling putik itu ada beberapa benang sari yang merupakan alat kelamin jantan. Kedua bagian ini mempunyai fungsi menghasilkan biji. Benang sari mengandung serbuk yang bertindak sebagai penyerbuk. Serbuk sari dipindahkan ke putik oleh angin atau serangga sehingga menghasilkan biji yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Tumbuhan yang dibuahi oleh angin biasanya tidak memiliki bunga yang warnanya
39
mencolok. Sebaliknya tetumbuhan yang dibuahi oleh serangga biasanya memiliki bunga yang sangat cerah warnanya dan berbau harum yang berfungsi untuk memikat serangga. Berdasarkan kanji bo dalam botan kita dapat mengetahui bahwa bunga botan merupakan bunga yang penyerbukkanya dibantu oleh serangga. Menurut Priest (1996:62-65) ketika awal musim semi rumput, pucuk tumbuhan mulai muncul, bunga bermekaran dan para binatang bangun dari tidurnya selama musim dingin. Pada musim semi, serangga keluar dari tempat persembunyianya untuk mengambil nektar yang ada di bunga-bunga. 3.2.2 Analisis Kanji Tan dalam Botan Dihubungkan dengan Musim Semi Kanji
bushu kanjinya adalah “no kanmuri
julukan kana no” Menurut Nelson (2005: 82) kanji
yang mempunyai nama dapat dibaca sebagai “tan yang
memiliki arti merah (timah) atau dibaca sebagai ni yang memiliki arti merah (tanah)”. Di dalam gogenyuraijiten dinyatakan bahwa kanji
pada
memiliki arti “warna
merah; pil, dalam arti bahwa walaupun bunga botan memiliki berbagai macam warna, seperti misalnya warna kuning, ungu, putih dan lain-lain, tapi semua bunga tersebut bisa ada karena pembiakan dengan bunga botan yang bewarna merah sebagai dasarnya”. Gambar 3.7 Bunga Botan
Sumber: http://tupian.hudong.com/
40
Selain bewarna merah kanji ini juga memiliki arti pil, berdasarkan KBBI ( 1999: 768) pil adalah “obat berbentuk butiran kecil padat”. Pil merupakan salah satu jenis obatobatan dan sejak dahulu di Cina dan Jepang akar bunga botan sudah dijadikan sebagai bahan untuk obat-obatan. Berdasarkan Absolute Astronomy Exploring the Universe of Knowledge, di Jepang bunga botan dikenal sebagai ebisuguri (obat asing). Kanpo
merupakan pengobatan Jepang yang merupakan adaptasi dari pengobatan
tradisional Cina. Dasar pengobatan tradisional Cina masuk ke Jepang antara abad ke 7 dan ke 9. Sejak saat itu Jepang telah menciptakan sistem pengobatan herbal dan diagnosis yang didasarkan pada sistem pengobatan Cina berupa studi tentang tanaman obat, akupuntur dan terapi dengan tanaman obat. Di dalam kanpo
, akar bunga
botan digunakan sebagai pengobatan untuk kejang-kejang. Selain itu botan juga dibudidayakan sebagai tanaman di kebun. Menurut Kilpatrick (2007:22) bunga botan yang mekar pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni ini, awalnya ditanam untuk bahan pengobatan, tapi dengan segera orang Cina menghargai kecantikkan mereka dan menyebutnya “shao yao” yang bearti menarik dan cantik. Pada abad ke-12, 39 varietas bunga botan yang berbeda dibudidayakan dan mereka menjadi tanaman hias yang populer. Menurut Banigan (2001:1) dari berbagai generasi, bagi tukang kebun atau masyarakat yang suka berkebun, ketika tunas merah bunga Peony muncul, itu merupakan tanda bahwa musim semi telah tiba. Selama berabad-abad, bunga peony telah menjadi bunga favorite. Di Cina bunga peony dikenal dengan sebagai rajanya bunga dan juga, Cina menjadikan bunga Peony sebagai dasar dari taman kerajaan, yang menurut mereka “shao yao”. Pada abad ke-8 bunga Peony menarik perhatian orang Jepang yang mengembangkan lebih dari 300 jenis. Menurut Rowena dan Shepherd 41
(2002:264) di Cina bunga botan disebut sebagai king of flower. Bunga ini menyimbolkan keberuntungan, kekayaan, kecantikkan wanita dan juga musim semi. Sekarang ini tukang kebun di seluruh Eropa, Asia dan Amerika menganggap bunga botan sebagai salah satu bunga yang paling gampang ditanam. Menurut Lerner dan Michael (2001:1), bunga botan merupakan bunga yang sangat sempurna untuk ditanam di kebun, karena tahan dingin pada musim dingin, mudah tumbuh, bebas dari penyakit dan bunganya besar dan indah. Bunga botan membutuhkan sinar matahari yang banyak, bunga botan tetap bisa tumbuh walaupun kurang mendapat sinar matahari, tetapi bunga tersebut tidak akan mekar dengan sempurna. Menurut Winston (1996:62-65) di daerah beriklim sedang, antara garis lintang 30 dan 40 derajat, terdapat empat musim. Bumi beredar mengelilingi matahari seraya berputar pada porosnya, yaitu garis antara Kutub Utara dan Selatan. Karena poros itu miring pada sudut 23,5°, maka jumlah panas yang diterima daerah beriklim sedang berubah-ubah yakni sangat banyak pada musim panas, sangat sedikit pada musim dingin serta sedangsedang saja pada musim semi maupun musim gugur. Pada musim semi, cuaca tidak sepanas musim panas, tapi panas matahari yang diterima lebih banyak daripada musim dingin dan musim gugur, oleh karena itulah bunga botan mekar pada bulan Mei dan bulan Juni, yaitu pada akhir musim semi dan awal musim panas. Berdasarkan kanji tan dalam bunga botan kita dapat melihat bahwa tunas bunga botan dapat dijadikan obat dan merupakan pertanda datangnya musim semi bagi orangorang yang suka berkebun.
42
3.2.3 Analisis Ikon-Ikon Musim Semi Pada Sumi-e Botan Dalam menganalisis sumi-e botan dan konsep musim semi, penulis akan menggunakan analisis medan makna dan analisis semiotik untuk menganalisis hubungan antara keduanya. Skema 3.3 Analisis Medan Makna Botan Daun hijau Bunga merah
Botan
Taman Matahari Obat
Cina Serangga
Sumber : Kilpatrick (2007), Banigan (2001), Lerner dan Michael (2001)
43
Skema 3.4 Analisis Musim Semi dan Bunga Botan Musim Semi
Botan
Hijau Daun hijau Tunas, daun rumput tumbuh
Bunga
Bunga mekar Cuaca hangat
merah
Para petani mulai Taman menanam benih Matahari Hujan Obat Hanami Cina Hewan-hewan bangun dari hibernasi
Serangga
Berdasarkan skema dan penjelasan di atas, dapat kita lihat bahwa bunga botan merupakan bunga yang menandakan musim semi.
44
3.3 Analisis Sumi-e yang Bergambar Bunga Mokuren Dihubungkan Dengan Musim Semi di Jepang Pada analisis 3.3 ini penulis akan menganalisis Sumi-e yang berjudul mokuren karya Fumiko Kurokawa. Pertama-tama penulis akan menganalisis kanji-kanji dari nama bunga-bunga yang ada di dalam lukisan sumi-e tersebut dan akan menggunakan analisis medan makna musim semi dan medan makna bunga mokuren, dan analisis semiotik untuk menganalisis hubungan antara keduanya. Gambar 3.8 Sumi-e Mokuren Karya Fumiko Kurokawa
Sumber: http://www.touchingstone.com/Kurokawa_Mokuren2_L_Fr.JPG Pada lukisan sumi-e bunga mokuren di atas, kelopak-kelopak bunga mokuren tersebut terlukis dengan tingkat kekontrasan warna yang tinggi, hal ini disebabkan karena warna asli dari kelopak bunga mokuren tersebut adalah, warna ungu pada bagian luar kelopak bunganya, dan bagian dalamnya biasanya bewarna putih, atau bagian luar kelopaknya
45
bewarna ungu dan bagian dalamnya bewarna ungu keputih-putihan. Karena itulah pada sumi-e mokuren di atas Fumiko Kurokawa melukisakan kelopak bunga mokuren dengan arsiran yang sangat tebal dan arsiran yang sangat tipis, agar orang-orang dapat menangkap apa yang maksud dari lukisan tersebut. Bunga mokuren atau dikenal juga sebagai Magnolia liliflora ,dalam bahasa Jepang tertulis dalam kanji
. Dengan
meneliti bushu kanji beserta kanji-kanjinya kita dapat mengetahui arti kanji tersebut yang menunjukkan ciri-ciri dari bunga mokuren. 3.3.1 Analisis Kanji Moku dalam Mokuren Dihubungkan dengan Musim Semi Menurut Nelson (2005: 490), kanji 「木」bisa dibaca sebagai ”boku yang bearti pohon, moku yang bearti pohon, kamis ,dan ki atau ko yang memiliki arti pohon; kayu; kayu bangunan; anak genta atau lonceng dari kayu”. Berdasarkan koujien, mokuren merupakan “落葉低木 (rakuyouteiboku)”yang bearti pohon berukuran kecil yang menggugurkan daunnya pada saat musim gugur. Di negara-negara barat, teiboku disebut sebagai shurb atau lebih banyak yang menyebutnya dengan small tree (pohon kecil), sedangkan di Indonesia kita mendefinisikanya sebagai pohon juga. Menurut Thomas (2001:1) pohon berbeda dengan shurb (teiboku). Bagi horticulturalist, pohon didefinisikan memiliki batang pohon yang tingginya lebih dari enam meter, dengan ranting-ranting yang memiliki jarak dengan tanah. Sedangkan shurb (teiboku) memiliki banyak akar dan tingginya tidak kurang dari enam meter. Mokuren termasuk kedalam teiboku karena memiliki tinggi kurang lebih empat meter.
46
Gambar 3.9 Mokuren
Sumber: http://farm5.static.flickr.com/4014/4458482796_b4cf9d94f0_o.jpg Menurut Ariefdi di dalam panyingkul (2009) di Jepang bunga mokuren mekar pada akhir musim dingin, yaitu pada bulan Maret atau lebih tepatnya pada pertengahan bulan Maret. Pada sepuluh hari terakhir atau gejyun「
di bulan Maret, suhu udara di
Tokyo dan sekitarnya turun lagi menyamai suhu musim dingin di bawah 10 derajat celcius, sama dengan suhu di akhir Februari. Padahal, 10 hari pertengahan Maret yang lalu yaitu pada saat chuu-jyun「中旬」, udara musim semi sudah begitu terasa, jaketjaket tebal pun sudah terasa membuat gerah bila dikenakan. Meski udara musim dingin kembali memaksa orang-orang mengenakan kembali pakaian berlapis-lapis untuk menghangatkan badan, bunga-bunga khas pergantian musim semi sudah mulai bermekaran karena udara yang sempat hangat di chuu-jyun「中旬」 bulan Maret telah menyapa bunga-bunga, agar dapat mekar untuk menyambut musim semi. Bunga mokuren mekar di awal musim semi pada bulan Maret ketika cuaca sudah mulai menghangat, sementara pohon-pohon jenis lainnya masih berupa dahan dan ranting yang gersang, yang menunjukkan sisa-sisa dari musim dingin. Menurut Callaway (1999:135-172) magnolia liliflora (mokuren) merupakan tipe tumbuhan yang 47
bunganya tumbuh lebih dahulu daripada daunnya. Pada saat pohon-pohon lain baru menumbuhkan daunya, bunga mokuren sudah tumbuh dan mekar terlebih dahulu. Pohon mokuren yang ditanam di pekarangan rumah atau di sepanjang jalan sangat mencolok dengan bunganya yang bewarna keunguan berbanding dengan pohon-pohon lainya yang masih gersang atau pepohonan yang bunga-bunganya belum mekar, masih berupa kuncup bunga. Menurut Priest (1996:43-45) pada
awal musim semi, angin panas dari selatan
menjadi lebih kuat. Angin ini mengusir angin musim dingin yang menyebabkan berakhirnya musim dingin. Di Jepang, pada musim dingin angin barat laut berhembus dari daratan Asia. Sedangkan pada musim panas bertiuplah angin barat daya dari Samudra Pasifik. Badai pertama di musim semi yang berhembus dari selatan merupakan tanda datangnya cuaca yang lebih hangat. Pada saat akhir bulan Maret, udara pada musim semi yang sudah menghangat menjadi dingin lagi karena hembusan angin dingin yang terjadi karena pada waktu udara terkena panas matahari, udara akan memuai, udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara akan turun karena udaranya berkurang. Udara dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Aliran udara ini disebut sebagai angin. Udara menyusut bila menjadi dingin. Udara yang menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Di tanah, udara menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunya udara dingin ini disebut sebagai konveksi. Angin kencang yang menerpa pohon mokuren ini menyebabkan kelopak bunga mokuren bertebaran di langit dan harumnya bunga mokuren menyebar melalui udara. Harumnya bunga mokuren ini menarik perhatian para serangga seperti lebah dan
48
kumbang. Menurut Laabs (1996:10) beberapa bunga memiliki cairan yang berbau harum untuk memikat serangga, yang disebut dengan nektar. Berdasarkan kanji moku dalam mokuren kita dapat mengetahui bahwa mokuren merupakan sejenis pohon yang mekar pada saat musim semi. 3.3.2 Analisis Kanji Ren dalam Mokuren Dihubungkan dengan Musim Semi Kanji
memiliki bushu [ ]atau[
] yang menurut Nelson (2005:769) dibaca “kusa
yang bearti rumput”. Bushu kusa kanmuri ini biasanya ada pada kanji-kanji yang menyatakan tanaman atau tumbuh-tumbuhan, seperti rumput ( ), bunga ( , pohon (
) dan lain-lain. Menurut Nelson (2005:890), kanji
, ),
bisa dibaca menjadi
“ren, hasu, dan hachisu yang memiliki arti lotus, teratai”. Berdasarkan gogenyuraijiten, “bunga mokuren berasal dari Cina. Di Cina bunga mokuren dikenal dengan nama mokuran 「木蘭」karena orang Cina menganggap bahwa bunga mokuran mirip dengan bunga anggrek”. Dalam bahasa Cina dan juga bahasa Jepang, “bunga anggrek adalah ran 「蘭」”(Nelson, 2005:792). Gambar 3.10 Bunga Anggrek
Sumber:http://www.kasyo-nobu.jp/flower/IMG_5679tri3(512a75CF
49
Berdasarkan gogenyuraijiten,”pada jaman dulu, setelah bunga mokuran masuk ke Jepang, oleh orang Jepang bunga mokuren disebut sebagai mokurani dan ditulis dalam kanji「木蘭」, tetapi ketika pada jaman Edo kanji bunga mokuren berubah menjadi 「木蓮」karena menurut orang Jepang bunga mokuren lebih mirip dengan bunga lotus dibandingkan bunga anggrek”.
Gambar 3.11 Bunga Lotus
Sumber:http://1.bp.blogspot.com/_6lU7KdB1At4/Sk6uvSBjIRI/AAAAAAAAAWM/d mGyY0YLmTk/s400/The+Jewel+in+the+Lotus+Flower.jpg Seperti yang terlihat pada gambar bunga anggrek dan bunga lotus diatas, kedua bunga tersebut memiliki warna yang sama seperti bunga mokuren, yaitu warna putih pada bagian dalam kelopaknya sedangkan bagian luarnya bewarna ungu. Walaupun secara warna kelopak bunganya mirip, tapi bentuk kelopak bunga mokuren lebih mirip dengan kelopak bunga lotus dibandingkan dengan kelopak bunga anggrek. Karena itulah ketika
jaman
Edo,
namanya
diubah,
dari
mokurani「木蘭」menjadi
mokuren「木蓮」.
50
Berdasarkan bushu kanji dan kanjinya, Kanji ren ini menunjukkan bahwa bunga mokuren yang mekar pada saat musim semi memiliki kemiripan dengan bunga lotus. 3.3.3 Analisis Ikon-Ikon Musim Semi Pada Sumi-e Mokuren Dalam menganalisis sumi-e mokuren dan konsep musim semi, penulis akan menggunakan analisis medan makna dan analisis semiotik untuk menganalisis hubungan antara keduanya. Skema 3.5 Analisis Medan Makna Mokuren Bunga Pohon Daun hijau Harum
Mokuren
Lebah Kumbang Hangat Daunya gugur
Sumber : Callaway (1999), Laabs (1996), dan Ariefdi (2009).
51
Skema3.6 Analisis Musim Semi dan Bunga Mokuren
Musim Semi
Mokuren
Hijau Tunas, daun tumbuh
Bunga rumput Pohon
Bunga mekar Daun hijau
Cuaca hangat Para petani mulai
Harum
menanam benih Lebah Hujan Kumbang Hanami Hangat Hewan-hewan
bangun
dari hibernasi
Daunya gugur
Berdasarkan skema dan penjelasan di atas, dapat kita lihat bahwa bunga mokuren merupakan bunga yang menandakan musim semi.
52
3.4 Analisis Sumi-e yang Bergambar Bunga Taisanboku Dihubungkan Dengan Musim Semi di Jepang Pada analisis 3.4 ini penulis akan menganalisis Sumi-e yang berjudul taisanboku karya Fumiko Kurokawa. Pertama-tama penulis akan menganalisis kanji-kanji dari nama bunga-bunga yang ada di dalam lukisan sumi-e tersebut dan akan menggunakan analisis medan makna musim semi dan medan makna bunga taisanboku, dan analisis semiotik untuk menganalisis hubungan antara keduanya. Gambar 3.12 Sumi-e Taisanboku
Sumber: http://www.touchingstone.com/Kurokawa_Taisanboku_Web.jpg Pada lukisan sumi-e diatas, terlukiskan bunga taisanboku (Magnolia grandiflora). Dalam bahasa Jepang, taisanboku ditulis dengan kanji
atau
. Dengan
meneliti bushu kanji beserta kanjinya kita dapat mengetahui arti kanji tersebut yang menunjukkan ciri bunga taisanboku.
53
3.4.1 Analisis Kanji Tai dalam Taisanboku Dihubungkan dengan Musim Semi Menurut shitamizu
Yamada.et.al
(2004:587)
yang bearti air. Kanji
dua tangan
. Kanji
“kanji
memiliki
bushu
kanji
,air
, dan
terdiri dari kanji besar
digambarkan sebagai air yang sedang mengalir dari
kedua tangan yang penuh dengan air”. Dari ilustrasi tersebut, menurut Nelson (2005:540) kanji
dibaca sebagai ”tai yang artinya adalah tenang, damai, besar luas,
dan lebar”. Menurut Short (2000: 166) taisanboku atau southern magnolia berasal dari Amerika dan memiliki bunga yang besar. Bunga taisanboku merupakan bunga yang paling besar dibandingkan dengan bunga yang tumbuh dari pohon-pohon yang berasal dari Jepang sendiri. Menurut Nelson (2004:148),
bunga taisanboku yang besar
menyebabkan lebah-lebah memburu hidangan nektar atau serbuk sari. Di Jepang, pohon ini tidak tumbuh secara liar. Pohon ini diimpor dan banyak ditanam di taman-taman dan kebun. Selain bunganya yang besar, daunnya yang berbentuk seperti telur ini juga besar, kira-kira berukuran 13-20cm sehingga cukup untuk menutupi wajah anak-anak. Sesuai dengan arti kanjinya, taisanboku termasuk pohon yang memiliki bunga dan daun yang berukuran besar. Bahkan bunga taisanboku merupakan bunga yang terbesar di antara bunga-bunga yang bisa dihasilkan oleh pohon-pohon asli Jepang. Menurut Shito (2005:19) ketika awal musim semi rumput-rumput, pucuk-pucuk tumbuhan mulai muncul, bunga-bunga bermekaran dan binatang-binatang bangun dari tidurnya selama musim dingin. Menurut koujien pada musim semi, yaitu pada bulan Mei bunga-bunga taisanboku yang besar bermekaran.
Gambar 3.13 Bunga Taisanboku 54
Gambar 3.14 Pohon Taisanboku
Sumber: http://8463.jp/images/taisanboku1.jpg
Sumber: http://sawgrasslandscapemanagement.co m/images/southern_magnolia.jpg
3.4.2 Analisis Kanji San dalam Taisanboku Dihubungkan dengan Musim Semi Menurut Nelson (2005:346) kanji
dibaca sebagai san yang bearti gunung,
pegunungan, atau bisa juga dibaca sebagai yama yang bearti bukit, ketinggian; tumpukan, timbunan; puncak (topi); lapisan (obi atau sabuk wanita Jepang); spekulasi; petualangan; klimaks, puncak, krisis; hutan; tambang. Selain di Jepang, terutama di negara bagian selatan, taisanboku biasanya tumbuh secara liar di hutan-hutan. Menurut Short (2000: 166) pohon magnolia yang mempunyai daun yang besar hanya dapat ditemukan secara sporadis (kadang-kadang) di dataran tinggi. Jumlah pohon jenis magnolia berdaun besar yang dapat kita temukan ini akan meningkat sejalan dengan makin naiknya kita ke bukit-bukit dan gunung-gunung. Dengan kata lain, pohon magnolia yang berdaun besar hanya dapat tumbuh besar di daratan yang tinggi saja.
55
Makin tinggi tempat pohon tersebut tumbuh, makin besar daun yang dimiliki oleh pohon jenis magnolia ini. Sesuai dengan arti kanjinya, habitat asli taisanboku adalah di dataran tinggi atau di bukit-bukit dan pegunungan. Walaupun sekarang ini banyak taisanboku yang ditanam di taman-taman dan kebun, tapi taisanboku tersebut tidak bisa tumbuh besar seperti yang ada di daerah pegunungan. Menurut Nelson (2004:148), hal ini disebabkan karena taisanboku memerlukan habitat yang tanahnya subur, terkena cahaya dan dekat dengan sungai. Selain di taman-taman kita juga bisa melihat bunga taisanboku yang bermekaran di habitat aslinya pada bulan Mei sampai bulan Juni. 3.4.3 Analisis Kanji Boku dalam Taisanboku Dihubungkan dengan Musim Semi Menurut Nelson (2005: 490) kanji 「木」bisa dibaca sebagai boku yang bearti pohon, moku yang bearti pohon, kamis,dan ki atau ko yang memiliki arti pohon; kayu; kayu bangunan; anak genta atau lonceng dari kayu. Menurut Nelson (2004:148), taisanboku bisa tumbuh sampai 10-20 m, sedangkan di habitat aslinya tingginya bisa mencapai 24-30 m. Batang taisanboku biasanya dipakai untuk membangun rumah atau dijadikan furniture, kursi, meja, pintu, dan lain-lain. Menurut Berg (2008:496) sekitar 200 species pohon dan pohon kecil yang ada di daerah tropis di Asia dan Amerika diklasifikasikan ke dalam Magnolia family (Magnoliaceae). Berdasarkan struktur bunganya, para ahli biologi menganggap bahwa Magnolia family adalah family yang paling primitif dari family-family tumbuh-tumbuhan yang ada pada sekarang ini. Southern magnolia (taisanboku) dan tulip tree adalah dua jenis magnolia yang mewakili magnolia family. Berdasarkan Meaning and Legends of Flowers (1998) magnolia adalah pohon berbunga tertua di dunia yang sudah ada sejak
56
masa dinosaurus. Fosil magnolia ditemukan di seluruh Eropa, Amerika Utara dan Asia di atas batu yang berumur 100 juta tahun lebih. Menurut Shinmura (1998:1601) taisanboku termasuk ke dalam magnolia family dan merupakan常緑高木(jyouryokukouboku) (pohon yang selalu hijau).Menurut Nelson (2004:148), pohon yang bunganya selalu mekar pada bulan Mei dan Juni ini termasuk kedalam jenis evergreen tree. Menurut Short (2000:147-148,155), pohon yang berjenis evergreen tree merupakan pohon yang daunnya selalu hijau, bahkan pada saat musim gugur maupun pada musim dingin sekalipun, daunnya akan tetap hijau. Berbeda dengan mokuren yang merontokkan daunnya pada musim gugur, walaupun berasal dari family yang sama dengan mokuren, tapi taisanboku tidak merontokkan daunnya,
hal ini
disebabkan karena pada masa lalu, ketika bumi masih lebih hangat, hutan-hutan membentang di seluruh benua yang semua pohon-pohonya adalah jenis evergreen tree. Kemudian karena bumi menjadi semakin mendingin, pohon-pohon berevolusi menjadi jenis yang berbeda, tapi masih dalam family dan genera yang sama. Menurut Laabs (1996:30-33) daun berwarna hijau karena mengandung sejumlah besar klorofil. Dalam iklim dingin pada musim gugur klorofil mengurai, sehingga daun tampak bewarna kuning atau oranye. Pada musim dingin, periode waktu adanya sinar matahari tidak sepanjang pada musim semi dan musim panas karena matahari hanya bersinar sebentar dan suhu pun lebih rendah. Cuacanya yang lebih dingin ini menyebabkan akar dan daun pohon jenis tertentu mengurangi energi dengan menggugurkan daunnya. Meskipun daunnya telah gugur, pohon tidak berhenti berkerja sama sekali. Pohon sibuk menghasilkan tunas yang akan membentuk daun dan bunga pada musim semi. Pada pohon yang berjenis evergreen, pohonnya lebih tahan cuaca
57
dingin dan klorofil pada daunnya tidak menghilang sehingga daunnya akan tetap hijau pada musim dingin. Sesuai dengan arti kanjinya, taisanboku merupakan salah satu jenis pohon dan biasanya pohon ini dijadikan kayu untuk membangun rumah. 3.4.4 Analisis Ikon-Ikon Musim Semi Pada Sumi-e Taisanboku Dalam menganalisis sumi-e taisanboku dan konsep musim semi, penulis akan menggunakan analisis medan makna dan analisis semiotik untuk menganalisis hubungan antar keduanya. Skema 3.7 Analisis Medan Makna Taisanboku Pohon
Bunga
Daun
Taisanboku
Hijau
Serangga
Besar
Primitif
Sumber: Short (2000), Nelson (2004),dan Berg (2008).
58
Skema 3.8 Analisis Musim Semi dan Bunga Taisanboku Musim Semi
Hijau Tunas, daun rumput tumbuh
Taisanboku
Pohon
Bunga
Bunga mekar Cuaca hangat
Daun
Para petani mulai menanam benih
Hijau
Hujan
Serangga
Hanami
Besar
Hewan-hewan bangun Primitif dari hibernasi
Berdasarkan skema dan penjelasan di atas, dapat kita lihat bahwa bunga taisanboku merupakan bunga yang menandakan musim semi.
59
3.5 Analisis Sumi-e yang Bergambar Bunga Tulip Dihubungkan Dengan Musim Semi di Jepang Pada analisis 3.5 ini penulis akan menganalisis Sumi-e yang berjudul Tulip karya Fumiko Kurokawa. Pertama-tama penulis akan menganalisis kanji-kanji dari nama bunga-bunga yang ada di dalam lukisan sumi-e tersebut dan akan menggunakan analisis medan makna musim semi dan medan makna bunga Tulip, dan analisis semiotik untuk menganalisis hubungan antara keduanya. Gambar 3.15 Sumi-e Bunga Tulips
Sumber: http://www.touchingstone.com/Kurokawa_Tulips_Web.jpg
Pada sumi-e di atas, jika kita lihat dari variasi tebal tipisnya tinta hitam pada kelopak bunga Tulip, maka dapat kita simpulkan bahwa yang terlukis pada sumi-e di atas adalah bunga-bunga Tulip yang daunnya bewarna hijau dengan kelopak bunga yang warnanya berbeda-beda. Bunga Tulip memang mempunyai beraneka ragam warna, ada bunga Tulip yang berwarna ungu, kuning, merah dan lain-lain.
60
Gambar 3.16 Bunga Tulips
Sumber: http://www.japantoday.com/category/picture-of-the-day/view/tulips-2 Berdasarkan koujien(1998:1735) , “di Jepang bunga Tulip (tulipa gesneriana L.) umumnya disebut sebagai churippu
チューリップ」.Walaupun masyarakat Jepang
sekarang ini menyebut bunga Tulip sebagai
チューリップ」,tapi pada jaman dulu
bunga Tulip, disebut sebagai ukkonkou yang ditulis dengan kanji
鬱金香」”.
Dengan meneliti bushu kanji beserta kanji-kanjinya kita dapat mengetahui arti kanjikanji tersebut yang menunjukkan ciri-ciri bunga Tulip.
3.5.1 Analisis Kanji U dalam Ukkonkou Dihubungkan dengan Musim Semi Menurut Nelson (2005:981), “kanji
鬱 memiliki bushu kanji kaorigusa
yang
artinya adalah jamu, ramuan, tumbuhan atau daun-daunan yang harum”. Menurut Nelson (2005:515), “ Kanji
鬱
sama seperti kanji
yang dapat dibaca sebagai
utsu yang memiliki arti kemuraman, depresi. Kanji ini bisa juga dibaca sebagai us(suru) atau fusa(gu) yang bearti murung dan sedih”. Berdasarkan KBBI (1999:225) “depresi adalah keadaan perniagaan yang sukar dan lesu. Arti lainya adalah gangguan jiwa pada
61
seseorang yang ditandai dengan perasaan yang merosot (seperti muram, sedih, perasaan tertekan)”. Menurut Karlsen (2008:5) aslinya, bunga Tulip berasal dari Persia, yang ditemukan tumbuh secara liar pada tahun 1554. Kemudian pada abad 17, pada tahun 1590an bunga Tulip masuk ke Belanda. Di dalam Meaning and Legends of Flowers (1998), tercatat bahwa pada tahun 1600an di Perancis dan Belanda harga bunga Tulip sangatlah tinggi dan nilainya sama seperti saham. Bunga Tulip biasa dihargai tinggi karena kelangkaanya dan harganya menjadi semakin tinggi lagi karena munculnya virus mozaik. Infeksi virus mosaik yang dibawa serangga sejenis kutu, menyebabkan terjadinya jenis tulip langka dengan motif indah, seperti coretan kuas yang diburu orang Belanda sewaktu demam bunga Tulip mania. Virus mosaik menyebabkan tanaman Tulip menderita dan mati perlahan-lahan, walaupun bunga yang dihasilkan menjadi sangat indah. Sekarang ini, virus mosaik sudah musnah dari ladang-ladang bunga Tulip.
Di kerajaan Ottoman dan Belanda, tingginya permintaan atas Tulip yang tidak diimbangi pasokan yang cukup menimbulkan fenomena yang disebut Tulip mania. Mereka melakukan spekulasi-spekulasi dengan bunga Tulip. Permainan harga Tulip oleh para spekulan juga menjadi salah satu sebab kemunduran ekonomi kesultanan Ottoman (Persia). Pada tahun 1637 spekulasi dinyatakan illegal, menyebabkan banyak orangorang di Belanda yang hidupnya menjadi hancur sejalan dengan turunnya harga Tulip. Hal ini menimbulkan drepresi di kalangan masyarakat karena pada tahun 1634 banyak orang-orang yang meninggalkan pekerjaan dan bisnis mereka untuk menjadi penanam Tulip, dan kekacauan ini menyebar dari Perancis sampai ke Eropa.
62
Sesuai dengan bushu kanji dan arti kanjinya, bunga tulip adalah sejenis tanaman yang menurut Meaning and Legends of Flowers (1998) pada tahun 1600 menjadi lambang Negara Belanda, dan di Jepang bunga ini biasanya ditanam di taman-taman dan mekar pada bulan April sampai dengan awal Mei.
3.5.2 Analisis Kanji Kon dalam Ukkonkou Dihubungkan dengan Musim Semi Menurut Nelson (2005:904) “kanji 金」dapat dibaca sebagai kane yang memiliki arti logam, uang, emas; kon atau kin yang memiliki arti emas, uang,hari jumat; kane yang memiliki arti uang, logam; atau bisa juga dibaca sebagai kana yang artinya adalah logam”. Dalam Meaning and Legends of Flowers (1998), dikatakan bahwa pada jaman dahulu di Belanda, Tulip adalah simbol untuk orang-orang kaya, karena hanya orang-orang kayalah yang mampu membelinya. Mereka menyebutnya “Pot of Gold” karena harganya yang sangat mahal. Menurut Karlsen (2008:10), pada tahun 1636-1637 di Belanda, Tulip dapat di pakai sebagai mata uang untuk barter. Satu kebun Tulip dapat membeli rumah kecil, untuk Tulip langka harganya lebih tinggi lagi. Satu umbi (bibit) tulip langka dapat ditukar dengan rumah yang besar, furniture dan perhiasan-perhiasan. Bunga Tulip yang menurut Meaning and Legends of Flowers (1998) pada tahun 1600 menjadi lambang Negara Belanda ini, di Jepang bunga ini biasanya ditanam di tamantaman dan mekar pada bulan April sampai dengan awal Mei. Menurut Laabs (1996:1415) biasanya bunga yang mekar pada awal musim semi adalah bunga yang tahan dingin dan ditanam pada musim gugur. Bunga yang mekar pada musim panas dan musim gugur tidak begitu tahan dingin dan ditanam pada musim semi. Apabila umbi yang tidak begitu tahan dingin ditanam pada musim gugur, maka umbi itu tidak akan mengeluarkan akar
63
maupun tunas, dan jika umbi yang tahan dingin ditanam pada musim semi, bunganya baru akan mekar kemudian, pada saat cuaca hangat dan menjadi gampang rusak bila cuaca terlalu panas (sepanas musim panas). Pada saat musim dingin, umbi harus berada di dalam tanah agar bisa menghasilkan bunga yang indah pada musim semi. Umbi tulip dan bakung tahan cuaca yang amat dingin, umbi itu berakar dan berkuncup ketika musim dingin. Kemudian ketika cuaca menjadi hangat, bunga-bunga pun bermekaran. Jika ditanam pada musim semi, Tulip dan Bakung tetap akan berkuncup dan tumbuh, tapi bunganya tidak akan bermekaran atau kalaupun bunganya muncul, mekarnya baru kemudian pada saat cuaca menghangat. Tanaman ini paling baik tumbuh di daerah yang mempunyai empat musim. Di dalam Meaning and Legends of Flowers (1998), tercatat bahwa pada tahun 1610 di Perancis, umbi Tulip menjadi mata uang,dan nilai mereka sama seperti harga saham. Pada periode inilah asal mula munculnya bursa saham. Kanji 金」pada bunga Tulip menunjukkan bahwa Tulip merupakan mata uang dan juga sebagai lambang kekayaan.
3.5.3 Analisis Kanji Kou dalam Ukkonkou Dihubungkan dengan Musim Semi Menurut Nelson (2005:969) kanji
bisa dibaca sebagai ”kou yang memiliki arti
wangi harum; kao(ru) yang bearti berbau harum; koubo(shi) atau kamba(shii) yang artinya harum, segar, menyenangkan; kao(ri) yang artinya adalah bau harum, wangiwangian, aroma”. Menurut Berry (1996:78-79) mahkota bunga Tulip dapat merasakan suhu udara. Inilah yang menyebabkan bunga itu mekar pada siang hari dan kuncup pada malah hari. Ketika suhu menurun pada malam hari dan pada waktu turun hujan, Tulip menguncup. Di pagi hari, sewaktu matahari bersinar, Tulip merasakan kehangatan udara dan
64
membuka mahkota bunganya. Tulip mekar dan kuncup akibat perubahan suhu. Pada saat suhu turun (menjadi dingin), sel-sel di sisi luar terangsang sehingga mahkota bunga di sisi luar melengkung ke dalam, bungapun menguncup. Sedangkan ketika suhu naik (menghangat) sel-sel di sisi dalam merangsang mahkota bunga melengkung ke luar, sehingga bungapun mekar. Menurut Laabs (1996:10) tumbuhan yang dibuahi oleh serangga biasanya memiliki bunga yang sangat cerah warnanya dan berbau harum yang berfungsi untuk memikat serangga. Cairan berbau harum untuk memikat serangga, ini disebut dengan nektar. Kanji kou dalam ukkonkou mendeskripsikan bahwa bunga Tulip adalah bunga yang berbau yang harum. 3.5.4 Analisis Ikon-Ikon Musim Semi Pada Sumi-e Tulip Dalam menganalisis sumi-e tulip dan konsep musim semi, penulis akan menggunakan analisis medan makna dan analisis semiotik untuk menganalisis hubungan antar keduanya. Skema3.9 Analisis Medan Makna Bunga Tulip Bunga Matahari
Tulip
Hangat Daun Serangga Taman Belanda Sumber : D’cruz (1998), Berry (1996), dan Laabs (1996). 65
Skema3.10 Analisis Musim Semi dan Bunga Tulip Musim Semi
Hijau
Tulip
Bunga
Tunas, daun rumput tumbuh Bunga mekar
Matahari
Cuaca hangat Para petani mulai menanam benih
Hangat
Daun
Hujan Serangga Hanami Taman Hewan-hewan bangun dari hibernasi
Belanda
Berdasarkan skema dan penjelasan di atas, dapat kita lihat bahwa bunga Tulip merupakan bunga yang menandakan musim semi.
66
3.6 Analisis Sumi-e yang Bergambar Bunga Zazensou Dihubungkan Dengan Musim Semi di Jepang Pada analisis 3.6 ini penulis akan menganalisis Sumi-e yang berjudul zazensou karya Fumiko Kurokawa. Pertama-tama penulis akan menganalisis kanji dari nama bunga yang ada di dalam lukisan sumi-e tersebut, dan akan menggunakan analisis medan makna musim semi dan medan makna bunga zazensou, dan analisis semiotik untuk menganalisis hubungan antara keduanya. Gambar 3.17 Sumi-e Zazenso
Sumber: http://www.touchingstone.com/Kurokawa_Zazenso_Web.jpg Pada sumi-e di atas, kita dapat melihat lukisan bunga zazenso (Symplocarpus foetidus). Dalam bahasa Jepang, zazenso, ditulis dengan kanji
.Dengan
meneliti bushu kanji beserta kanji-kanjinya kita dapat mengetahui arti kanji-kanji tersebut yang menunjukkan ciri bunga zazenso.
67
3.6.1 Analisis Kanji Za dalam Zazensou Dihubungkan dengan Musim Semi Menurut Nelson (2005: 365) kanji
dapat dibaca sebagai “za yang artinya tempat
duduk, bantalan, takhta, singasana, pertemuan, kait, sangkutan, tumpuan, landasan, rombongan; suwa(ru) yang artinya bersila, duduk; za(suru) yang artinya terlibat dalam, bersila, duduk; i(masu) yang artinya ada; suwa(ri) yang artinya adalah stabilitas, kemantapan. Kanji ini memiliki bushu kanji gogenyuraijiten ”
terdiri dari kanji orang
yang bearti rumah”. Menurut ,atap
dan tanah
”.Kanji ini
menggambarkan orang-orang yang sedang duduk di dalam rumah. Menurut Levy (1995:255) tanaman ini diberi nama zazensou karena bentuk bunganya mirip seperti sosok
pendeta
zen
yang
Gambar 3.18 Zazensou
sedang
duduk
bermeditasi.
Gambar 3.19 Pendeta Zen Sedang Bermeditasi
Sumber:http://digicamworks.net/Digica mworks/05May614/014InoueZazenso.jp g
Sumber:http://www.enmanin.com/zazen /IMG_15951.jpg
Menurut Brown (1989:238-239) zazensou mekar pada awal musim semi dan bisa tumbuh 8 cm sampai dengan 15 cm. Bunganya bewarna merah atau ungu, ketika berbunga, tanaman ini mengeluarkan bau yang busuk. Akar tanaman ini bisa dijadikan 68
obat untuk menyembuhkan tumor, asma, pilek dan masuk angin. Sedangkan daunnya bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit kulit. Menurut Science Now (2005) di Jepang bunga zazensou mekar pada akhir bulan Maret sampai dengan April, bunganya akan layu pada saat musim panas. Tanaman ini mengeluarkan bau yang tidak sedap sama seperti bau yang dikeluarkan oleh hewan sigung. Tanaman ini bisa menghangatkan diri sendiri sama seperti kita manusia dan hewan-hewan. Menurut Takanori dan Kikukatsu (2005:1-2) Zazensou merupakan tanaman langka yang baru ditemukan pada tahun 1981 lalu oleh seorang siswa SMA di Imazu dan setelah itu di Jepang, tanaman ini langsung dijadikan sebagai harta negara . Pada tahun 2005 para ilmuan-ilmuan mulai meneliti tentang misteri dari zazenso yang bisa menghasilkan suhu sekitar 20 derajat Celcius, bahkan pada saat temperatur di sekitarnya berada di bawah nol derajat Celcius sekalipun. Menurut Science Now (2005) pada saat bulan April ketika masih ada sisa-sisa salju, tanaman ini bisa mencairkan salju-salju yang menumpuk di sekitarnya. Karena sistem penghangatan melawan rasa dingin yang dikeluarkanya, tanaman ini menjadi berbau busuk. Menurut Nature Tech (2010), bau busuk ini menarik lalat-lalat mengerumuni bunganya dan penyerbukkan bunga ini dibantu oleh lalat-lalat tersebut.
3.6.2 Analisis Kanji Zen dalam Zazensou Dihubungkan dengan Musim Semi Menurut Nelson (2005: 661) “kanji
dapat dibaca sebagai zen yang artinya
adalah meditasi dengan diam dan tenang; sekte agama Budha abad ke 12”. Menurut Shoshitsu (1998:96) secara harafiah Zen bearti meditasi. Zen adalah sebuah nama yang berasal dari bahasa sansekerta yaitu dhyana. Dhyana bearti meditasi. Zen menuntut untuk dapat mencapai tingkat memahami diri sendiri serta mempertahankan Zen itu 69
sendiri dengan meditasi. Meditasi merupakan salah satu dari enam jalan menuju pencerahan sang Buddha. Menurut Levy (1995:255) tanaman ini diberi nama zazensou karena bentuk bunganya yang mekar pada akhir bulan Maret sampai dengan april, mirip seperti sosok pendeta zen yang sedang duduk bermeditasi.
3.6.3 Analisis Kanji Sou dalam Zazensou Dihubungkan dengan Musim Semi Menurut Nelson (2005:775) kanji
dapat dibaca sebagai “sou, atau kusa yang
artinya adalah rumput, tanaman, padang rumput; sou(suru) yang artinya menulis, mendaftar; kusa(ikire) yang artinya rasa panas atau lembab”. Kanji [ ]atau[
memiliki bushu
] yang menurut Nelson (2005:769) dibaca “kusa yang bearti rumput. Kusa
kanmuri bisa juga dibaca menjadi soukou yang memiliki arti mahkota rumput”. Menurut Levy (1995:255) zazensou adalah tanaman obat yang tidak memiliki batang , bunga terletak di tanah dan daunnya besar dan tipis. Bunganya muncul lebih dahulu daripada daunnya, yaitu pada bulan Maret.
3.6.4 Analisis Ikon-Ikon Musim Semi Pada Sumi-e Zazensou Dalam menganalisis sumi-e zazensou dan konsep musim semi, penulis akan menggunakan analisis medan makna dan analisis semiotik untuk menganalisis hubungan antar keduanya.
70
Skema 3.11 Analisis Medan Makna Bunga Zazensou
Bunga Daun
Zazensou
Merah Matahari Hangat Lalat Berbau busuk Obat
Sumber : Levy (1995), Nature Tech (2010), Brown (1989) dan Science Now (2005).
71
Skema 3.12 Analisis Musim Semi dan Bunga Zazensou
Musim Semi
Zazensou
Hijau
Bunga
Tunas, daun rumput tumbuh
Daun
Bunga mekar Cuaca hangat
Merah
Para petani mulai Berbau busuk menanam benih Hujan Hanami
Hangat
Lalat
Hewan-hewan bangun Obat dari hibernasi Matahari
Berdasarkan skema dan penjelasan di atas, dapat kita lihat bahwa bunga zazensou merupakan bunga yang menandakan musim semi.
72