3. METODOLOGI PENELITAN 3.1
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pantai Sanur Desa Sanur, Kecamatan Denpasar
Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali (Lampiran 1). Cakupan objek penelitian adalah kawasan wisata Pantai Sanur. Waktu penelitian dimulai bulan November 2010 sampai Maret 2011. Penelitian ini diawali dengan observasi lapangan dan pengumpulan data sekunder, kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data primer pada ekosistem lamun. 3.2
Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer meliputi kualitas perairan (suhu, kekeruhan, pH, salinitas, kandungan oksigen terlarut, nitrat, fosfat, BOD, TSS, TOM), profil pantai, dan struktur vegetasi lamun. Sedangkan untuk data sekunder meliputi data sosial ekonomi, iklim, arus, pasang surut dan data pendukung lainnya pada daerah penelitian. Sumber data diperoleh dari Universitas Udayana, Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Intitut Pertanian Bogor, serta Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Denpasar Provinsi Bali. 3.3
Metode Pengambilan Sampel
3.3.1
Struktur Komunitas Lamun Pengambilan data dalam perhitungan kerapatan lamun adalah transek
kuadrat berukuran 50 x 50 cm2 dan transek garis sepanjang 50 – 100 meter (Gambar 2). Setelah itu di awali dengan menentukan letak dari transek garis yang telah ditentukan dan dicatat letaknya. Stasiun dimulai dari daerah yang paling dekat dengan pantai dan mencatat titik pertama dimulai dengan bantuan GPS (Global Positioning System), sedangkan stasiun kedua, ketiga dan seterusnya mempunyai jarak yang sama dan letaknya paralel mengikuti arah transek garis tegak lurus ke laut. Jarak antar stasiun di sesuaikan dengan tipe komunitas lamun, apabila mempunyai jenis yang beragam hendaknya jaraknya dipersempit ± 5 m, sedangkan apabila jenisnya homogen jarak yang sering digunakan 15 – 20 meter. Titik transek kuadrat sedikitnya harus dilakukan 3 kali pada tiap-tiap stasiun yang
26
letaknya tegak lurus dengan garis pantai. Pengambilan contoh titik ini akan semakin banyak pada setiap stasiunnya apabila sebaran lamun ini memanjang sampai ke laut. Metode pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kondisi padang lamun adalah metode Transek dan Petak Contoh (Transec Plot). Metode transek dan petak contoh adalah metode pencuplikan contoh populasi suatu komunitas dengan pendekatan petak contoh yang berada pada garis yang ditarik melewati wilayah ekosistem tersebut. Mekanisme pengukuran dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut : a.
Lokasi yang ditentukan untuk pengamatan vegetasi padang lamun yang mewakili wilayah penelitian, dan dapat mengindikasikan atau mewakili setiap zona padang lamun yang terdapat di wilayah penelitian.
b.
Pada setiap lokasi ditentukan stasiun – stasiun pengamatan secara konseptual berdasarkan keterwakilan lokasi penelitian.
c.
Pada setiap stasiun pengamatan, tetapkan transek-transek garis dari arah darat ke arah laut (tegak lurus garis pantai sepanjang zonasi padang lamun yang terjadi) di daerah intertidal.
d.
Pada setiap transek garis, diletakkan petak-petak contoh (plot) berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 50 cm x 50 cm dengan interval 10 m ke arah laut.
e.
Pada setiap petak contoh (plot) yang telah ditentukan, determinasi setiap jenis tumbuhan lamun yang ada dan hitung jumlah individu setiap jenis.
3.3.2 Kualitas Air Pengambilan contoh air dilakukan pada setiap stasiun sebanyak dua kali. Beberapa contoh air dianalisis dilapangan seperti parameter pH, salinitas, dan suhu. Sedangkan untuk parameter lainnya contoh air dianalisis di laboratorium Produktivitas Lingkungan Departemen MSP, FPIK IPB.
27
Gambar 2. Kuadran Pengambilan contoh 3.3.3 Profil Pantai Pengukuran profil pantai dilakukan dengan cara mendirikan setiap tonggak tegak (Gambar 3). Selama pengukuran dipastikan bahwa kedua bandul yang dipasang selalu lurus supaya mendapatkan hasil pengukuran yang benar. Perbedaan ketinggian akan menyebabkan tali membentuk sudut sehingga dapat dilihat nilainya pada busur yang terpaut tonggak bagian bawah. Nilai sudut yang ditunjukkan tersebut, dicatat sebagai data untuk setiap panjang lereng sebesar 50 cm (Gambar 3).
Gambar 3. Model Alat Pengukur Kemiringan Lereng (Profiler)
28
Kemiringan lereng gisik merupakan bagian dari aspek morfologi. Menurut Sunarto (1991), morfometri lereng dapat diperhitungkan berdasarkan sudut lereng dan panjang lereng. Sudut lereng terbagi atas lereng datar (0 – 2,9 %), lereng landai (3 – 7,9 %), lereng miring (8 – 13,9 %), lereng sangat miring (14 – 20,9 %), lereng curam (21 – 55,9 %), lereng sangat curam (56 – 140 %), dan lereng terjal (>140 %). Untuk panjang lereng diklasifikasikan menjadi sangat pendek (<15m), pendek (15 – 50m), agak panjang (51 – 250m), panjang (251 – 500m), dan sangat panjang (>500m). Evaluasi terhadap tipologi padang lamun dilakukan melalui penggambaran terhadap distribusi, kerapatan dan penutupan jenis lamun yang diperoleh dengan menggunakan metode transek linear kuadrat berdasarkan petunjuk English et al. (1994). Lokasi penelitian dibagi dalam 3
stasiun pengamatan dimana setiap
stasiun terdiri atas 3 (tiga) substasiun yang dipasang sejajar garis pantai. 3.3.4
Pengambilan substrat dan makrozoobentos Pengambilan substrat dan makrozoobentos ini menggunakan Corer, alat
corer ditancapkan secara vertikal pada permukaan sedimen dan ditekan sampai kedalaman 10 cm dari permukaan. Lalu diangkat dengan baik sehingga sedimen tidak tumpah dan dimasukkan ke saringan lalu diayak pelan-pelan di atas air. Organisme yang tersaring diidentifikasi atau masukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label (titik sampling). 3.3.5
Data Sosial Ekonomi dan Karakteristik Wisatawan Pengambilan data sosial ekonomi dilakukan pada beberapa instansi yang
terkait seperti Badan Pusat Statistik dan Universitas Udayana. Kondisi sosial ekonomi dirasakan turut mempengaruhi kualitas lingkungan perairan pantai Sanur. Sedangkan untuk karakteristik wisatawan, responden dipilih secara acak untuk mewakili wisatawan yang berkunjung disana. Yang dinilai dari karakteristik responden adalah pemahaman akan fungsi lamun, tanggapan tentang ekosistem lamun, dan upaya dalam melestarikan ekosistem ini. Selain itu juga responden diminta untuk memberikan data pribadi berupa umur, daerah asal, pendidikan, serta biaya akomodasi selama berwisata didaerah ini.
29
3.4 Analisis Data 3.4.1
Struktur komunitas lamun
Kerapatan jenis dan kerapatan relative jenis lamun Kerapatan jenis lamun adalah jumlah total individu atau tegakan lamun dalam suatu unit area yang dihitung berdasarkan petunjuk English et al. (1994) sebagai berikut :
DI = ni / A Dimana : Di = kerapatan jenis ke-i (ind/m2) ni = jumlah total individu jenis ke-i (ind.) per transek A = luas area total pengambilan contoh (m2) seluruh transek Kerapatan relatif jenis lamun adalah perbandingan kerapatan mutlak jenis ke-i dan jumlah kerapatan seluruh jenis, dihitung berdasarkan petunjuk English et al.(1994) sebagai berikut : RD = Di/∑Di x 100 Dimana : RDi = kerapatan relative jenis ke-i Di
= kerapatan jenis ke-I (ind/m2) per transek
∑D = jumlah kerapatan seluruh jenis (ind/m2) seluruh transek Frekuensi jenis dan frekuensi relatif jenis lamun Frekuensi jenis lamun adalah peluang ditemukannya jenis ke-i dalam suatu petak contoh terhadap seluruh petak contoh yang diamati, dihitung berdasarkan petunjuk English et al. (1994) sebagai berikut : Fi = Pi/∑Pi Dimana : Fi = frekuensi jenis ke-i Pi = jumlah petak contoh ditemukannya jenis ke-I per transek ∑Pi = jumlah total petak contoh yang diamati seluruh transek
30
Frekuensi relative jenis lamun adalah perbandingan frekuensi jenis ke-i dengan jumlah total frekuensi jenis, dihitung berdasarkan petunjuk English et al. (1994) sebagai berikut : RFi = Fi/∑Fi x 100 Dimana : RFi = frekuensi relative jenis ke-i Fi = frekuensi jenis ke-I per transek ∑F = jumlah total frekuensi jenis seluruh transek Penutupan jenis dan penutupan relative jenis lamun Perhitungan penutupan jenis lamun dilakukan berdasarkan petunjuk English et al. (1994) sebagai berikut : Ci = ci/A Dimana : Ci = penutupan jenis ke-i Mi = persentase nilai tengah kelas ke-i fi = frekuensi (jumlah tutupan kotak – kotak kecil dari jenis ke-i, yang dominan) ∑f = jumlah total frekuensi jenis ke-i Penutupan relative jenis lamun adalah perbandingan antara penutupan jenis ke-i dengan jumlah total penutupan seluruh jenis. RCi = Ci/∑Ci x 100% Dimana : RCi = penutupan relative jenis ke-i Ci
= penutupan jenis ke-i
∑Ci = jumlah total penutupan Indeks nilai penting jenis lamun Indeks nilai penting digunakan untuk menghitung dan menduga peranan jenis ke-I dalam suatu komunitas. Semakin tinggi Indeks Nilai Penting jenis ke-I maka semakin tinggi jenis ke-I di dalam komunitas dan sebaliknya (English et al. 1990):
Dimana : IVi = indeks nilai penting jenis ke-i RDi = kerapatan relative jenis ke-i
31
RFi = frekuensi relative jenis ke-i RCi = penutupan relative jenis ke-i 3.4.2
Jumlah Responden Jumlah responden ditentukan dengan memakai rumus dari Yulianda et al
(2010) : n ≥ 33 p = 135 : 1500 =0,1 q = 1- 0 = 0,9 Z=2 b = 0.1 n = jumlah contoh p = proporsi kelompok yang akan diambil contohnya q = proporsi sisa dalam populasi contoh Z = nilai tabel Z dari ½ α dimana α = 0.05 maka Z = 1.96 dibulatkan 2 b = Nilai kritis (10%) 3.4.3
Analisa Sebaran Karakteristik Fisik Kimia. Variabel fisika – kimia perairan yang terdistribusi pada ekosistem padang
lamun, memiliki tingkat variasi yang berbeda – beda antar antar stasiun pengamatan. Untuk melihat variasi ini pendekatan analisis yang digunakan adalah analisis statistik peubah ganda yang didasarkan pada Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) (Bengen 2000). Adapun tahapan yang dilakukan dalam analisis dengan menggunakan PCA adalah : 1. Membangun matrik data yang terdiri dari baris dan kolom, dimana stasiun pengamatan sebagai individu atau baris dan variable kualitas lingkungan sebagai kolom. 2. Menormalisasi data hasil pengukuran di lapangan dengan cara pemusatan dan pereduksian. 3. Korelasi linier antara dua parameter yang dihitung dari indek sintetik merupakan peragam (kovarian) dua parameter yang telah dinormalisasikan melalui pemusatan dan pereduksian. 4. Menggunakan pengukuran jarak euclidean yaitu jumlah kuadrat perbedaan antara individu untuk variable yang berkorespondesi atau berhubungan. Dari
32
hasil perhitungan tersebut dapat diketahui kemiripan sifat antar stasiun pengamatan dan semakin kecil jaraknya maka kemiripannya semakin besar. 3.5
Pengelolaan Ekosistem Lamun Pantai Sanur Strategi pengelolaan ekosistem lamun dibuat berdasarkan analisa terhadap
isu dan permasalahan disana serta kondisi existing yang ada. Analisa terhadap kondisi ekologi ekosistem lamun baik dari kualitas air ataupun kondisi lamun yang ada dapat dijadikan acuan dalam pembuatan strategi pengelolaan ekosistem lamun. Kondisi sosial ekonomi yang diwakili profil
Desa Sanur serta
pemahaman, partisipasi, pendapatan dan tingkat pendidikan wisatawan akan membantu dalam menganalisa upaya padang lamun yang ada dipantai Sanur.
pelestarian ekosistem
dan konservasi