BAB II URAIAN TEORITIS 2.1
Komunikasi 2.1.1 Definisi dan proses komunikasi Komunikasi adalah kebutuhan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia (Efendy, 2003:8). Ada banyak pengertian yang dapat menggambarkan mengenai komunikasi, berikut ini adalah beberapa diantaranya. Awalnya, istilah komunikasi mengandung makna “bersama-sama” (common,commones) yang berasal dari bahasa Inggris. Asal istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin yaitu communication, yang berarti pemberitahuan, pemberi bagian (dalam sesuatu), pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengaranya; untuk ikut ambil bagian (Liliweri, 1991: 1). Adapun menurut Cherry, Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari bahasa latin Communico yang artinya membagi (Cangara,2006:18). Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan; yang dilakukan seseorang kepada orang lain secara tatap muka maupun tidak langsung, melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, ataupun perilaku ( Effendy, 2003:60).
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Banyak ahli mendefinisikan komunikasi dalam berbagai sudut pandang yang macam- macam, dan menyebutkan bahwa ilmu komunikasi sebagai ilmu yang eklisitis yaitu ilmu yang merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu. Pada dasarnya komunikasi adalah sebagai proses pernyataan antara manusia, yang dapat berupa pikiran atau perasaan seorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (bahasa) baik verbal maupun non verbal sebagai alat penyalurnya. Pengertian komunikasi dikemukakan para ahli, diantaranya sebagai berikut: 1. Menurut Harold Laswell, komunikasi adalah Siapa yang mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa (who says what in which channel to whom with what effect) (Purba, 2007 :30) 2. Menurut Carl I.Hovland, komunikasi adalah proses dimana seseorang individu mengoperkan perangsang untuk mengubah tingkah laku indivdu- individu yang lain. (http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_definisi_komunikasi) 3.
Menurut Rogers bersama D Lawrence Kincaid, komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada giliranya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 2006:19).
4. Menurut Barnlund Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk
mengurangi
rasa
ketidak
pastian,
bertindak
secara
efektif,
mempertahankan atau memperkuat ego. (http://www.anneahira.com/definisiilmu-komunikasi.htm)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa definisi yang telah diberikan oleh para ahli tersebut pada dasarnya komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian pikiran dan perasaan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang, kata - kata dan simbol - simbol untuk tujuan merubah sikap atau tingkah laku orang lain. Menurut Effendy (2003 : 11) komunikasi di bagi menjadi dua tahap yaitu : 1.
Proses komunikasi dalam perspektif psikologi, yaitu proses komunikasi prespektif yang terjadi didalam diri komunikator dan komunikan. Proses membungkus pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator, yang dinamakan dengan encoding , akan ia transmisikan kepada komunikan. Selanjutnya terjadi proses komunikasi interpersonal dalam diri komunikan, yang disebut decoding, untuk memaknai pesan yang disampaikan kepadanya.
2.
Proses komunikasi dalam prespektif mekanistik. Untuk jelasnya proses komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat diklasfikasikan lagi menjadi beberapa, yaitu : a.
Proses komunikasi secara primer, yaitu proses penyampaian pikiran dan perasaan sese orang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang umum yang dipergunakan sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah lambang verbal (bahasa). Namun dalam kondisi komunikasi tertentu, lambang lambang yang dipergunakan dapat berupa gesture, yakni gerak anggota tubuh, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya, yang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. b.
Proses komunikasi secara sekunder, yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Proses komunikasi secara sekunder menggunakan media yang menyebarkan pesannya yang bersifat informatif yang digolongkan sebagai media massa (mass media) dan media nirmassa (media non-massa).
c.
Proses komunikasi secara linier, merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikatior kepada komunikan sebagai titik terminal. Komunikasi linier ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap
muka
(interpersonal
(face to face communication) communication)
communication),
dan
secara pribadi
kelompok
(group
maupun dalam situasi bermedia (mediated
communication). d.
Proses komunikasi secara sirkular, merupakan lawan dari proses komunikasi secara linier. Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan proses komunikasi secara linier. Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan proses secara sirkuler adalah terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus respons atau tanggapan dari pihak komunikan terdapat pesan yang diberikan oleh komunikator.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Menurut Wahyudin dkk, teori dan model komunikasi pada tahun awal sekitar
dekade
1940-an
dan
1950-an,
menjadi
dasar
menentukan
komponen/bagian/ unsur yang mendasari kegiatan komunikasi
Model yang
terkenal pada saat itu adalah model HaroldLasswell, seorang American Political Scientist. Model Komunikasi dari Harold Lasswell ini dianggap oleh para pakar komunikasi sebagai salah satu teori komunikasi yang paling awal dalam perkembangan teori komunikasi (1948). Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect (Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Jawaban bagi pertanyaan
Lasswell itu merupakan unsur-unsur atau
komponen proses komunikasi, yaitu: Sender/communicator (Komunikator), Message (Pesan), Media, Receiver (Komunikan/Penerima), Effect (Efek). Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah sebagai berikut: a. The surveillance of the environment; pengamatan lingkungan b. The correlation of the parts of society in
responding to the
environment; korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menanggapi lingkungan c. The transmission of the social heritage from one generation to the next; transmisi warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Yang dimaksud dengan surveillance oleh Lasswell adalah kegiatan mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai peristiwa-peristiwa dalam suatu lingkungan, contohnya seperti menggarap sebuah berita. Kegiatan yang disebut correlation adalah interpretasi terhadap informasi mengenai peristiwa yang terjadi di lingkungan. Kegiatan transmission of culture difokuskan kepada kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai, dan norma sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain atau dari anggota suatu kelompok kepada pendatang baru. Ini sama dengan kegiatan pendidikan (www.file.upi.edu). 2.1.2 Ruang Lingkup Komunikasi Pembicaraan tentang komunikasi akan sangat luas dan hampir tidak ada batasannya karena peristiwa komunikasi begitu unik dan pasti dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupannyaa setiap hari. Meskipun demikian batas-batas yang diberikan sebagai rambu dapat membantu setiap orang untuk melihat kekhususan isi komunikasi sebagai suatu disiplin yang patut dipelajari (Liliweri, 1991:6). Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah dan meneliti kegiatan-kegiatan komuikasi manusia yang luas ruang lingkupnya dan banyak dimensinya berikut ini adalah penjelasan komunikasi berdasarkan konteksnya: 1. Bidang Komunikasi a. Kommunikasi sosial b. Komunikasi organisasional c. Komunikasi bisnis d. Komunikasi politik e. Komunikasi internasional f. Komunikasi antarbudaya g. Komunikasi pembangunan h. Komunikasi tradisional Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Selain bidang komunikasi diatas, dalaam berbagai literatur tidak jarang dijumpai bidang lainnya, seperti komunikasi keluarga, komunikasi kesehatan dan sebagainya. 2. Sifat Komunikasi a. Komunikasi verbal 1) Komunikasi lisan 2) Komunikasi tulisan b. Komunikasi non-verbal 1) Komunikasi kial (gestural) 2) Komunikasi gambar, dan lain-lain c. Komunikasi tatap muka d. Komunikasi bermedia 3. Tatanan Komunikasi Yang dimaksud disini adalah proses komunikasi ditinjau dari jumlah komunikan. Berdasarkan situasi komunikan seperti itu maka di klasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut a. Komunikasi Pribadi 1) Komunikasi intrapribadi 2) Komunikasi antarpribadi b. Komunikasi Kelompok 1) Komunikasi kelompok kecil 2) Komunikasi kelompok besar c. Komunikasi Massa 1) Komunikasi media massa cetak 2) Komunikasi media massa elektronik d. Komunikasi Medio (komunikasi bermedia) 1) Surat 2) Internet, e-mail 3) dan lain-lain media yang tidak termasuk media massa. 4. Tujuan Komunikasi a. Mengubah sikap b. Mengubah opini, pendapat c. Menguubah perilaku d. Mengubah masyarakat 5. Fungsi Komunikasi a. Menginformasikan b. Mendidik c. Menghibur d. Mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
6. Tekhnik Komunikasi Berdasarkan keterampilan berkomunikasi yang dilakukan komunikator, tekhnik komunikasi diklasifikasikan menjadi: a. Komunikasi informatif b. Komunikasi persuasif c. Komunikasi pervasif d. Komunikasi koersif e. Komunikasi instruktif f. Hubungan manusiawi (human relations) 7. Metode Komunikasi Metode komunikasi meliputi kegiatan yang terorganisasi sebagai berikut: a. Jurnalisme b. Hubungan masayarakat (Public Relations) c. Periklanan d. Propaganda e. Perpustakaan f. Perang urat syaraf (psychological warfare) (Effendy,2003:56) 2.2 Komunikasi Antarpribadi 2.2.1 Definisi Komunikasi Antarpribadi Terdapat beberapa definisi komunikasi antarpribadi menurut beberapa ahli, diantaranya adalah: a. Menurut Joseph A.Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (Devito, 1989:4), komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan- pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (the process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback). b. Menurut Rogers dalam Depari, komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. c. Tan mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka antara dua orang atau lebih. (Liliweri, 1991: 12) Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menimbulkan efek tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh komunikator. Efek yang ditimbulkan oleh komunikasi dapat diklasifikasikan pada:
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
1. Efek kognitif, yaitu bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dipersepsi oleh komunikan atau yang berkaitan dengan pikiran dan nalar/rasio. Dengan kata lain, pesan yang disampaikan ditujukan kepada pikiran komunikan. 2. Efek afektif, yaitu bila ada perubahan pada apa yang dirasakan atau yang berhubungan dengan perasaan. Dengan kata lain, tujuan komunikator bukan saja agar komunikan tahu tapi juga tergerak hatinya. 3. Efek konatif, yaitu perilaku yang nyata yang meliputi pola- pola tindakan, kegiatan, kebiasaan, atau dapat juga dikatakan menimbulkan itikad baik untuk berperilaku tertentu dalam arti kita melakukan suatu tindakan atau kegiatan yang bersifat fisik (jasmaniah). Dalam buku Komunikasi Antarpribadi, Alo Liliweri mengutip pendapat Joseph A.Devito mengenai ciri komunikasi antarpribadi yang efektif, yaitu: a. Keterbukaan (openness) Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada komunikannya. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tetapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebalikanya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut dan wajar.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Aspek kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya
merupakan komunikan yang
menjemukan. Bila ingin komunikan bereaksi terhadap apa yang komunikator ucapkan, komunikator dapat memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran dimana komunikator mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang diungkapkannya adalah miliknya dan ia bertanggung jawab atasnya. b. Empati (empathy) Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Berbeda dengan simpati yang artinya adalah merasakan bagi orang lain. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik secara verbal maupun non-verbal. c. Dukungan (supportiveness) Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung. Individu memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
d. Rasa Positif (positiveness) Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap
dirinya,
mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif . e.
Kesetaraan (equality) Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, ada pengakuan secara diam- diam bahwa kedua belah pihak menghargi,
berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada individu lain. (Liliweri, 1991: 13). Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses saling mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antarmanusia yang dimiliki suatu pribadi.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Dalam komunikasi antar pribadi, Joseph Luft menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain.Hal ini digambarkan dalam Johari Window (Jendela Johari) yakni: Gambar 2.1: Jendela Johari I OPEN AREA Known by ourselves and known by Others
II BLIND AREA Known by others but not known by ourselves
III HIDDEN AREA Known by ourselves but not known by others
IV UNKNOWN AREA Not known by ourselves and not known by others
Sumber: Budyatna&Leila Mona, Teori Komunikasi Antarpribadi, 2011, Hal:40
Berdasarkan konsep tersebut, tingkah laku manusia dapat digambarkan secara skematis seperti terlihat pada skema di atas. Bidang I, yakni Bidang Terbuka (Open Area) menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya oleh yang bersangkutan, juga oleh orang lain, yang berarti terdapat keterbukaan, dengan lain perkataan tidak ada yang disembunyikan kepada orang lain. Bidang II, yakni Bidang Buta (Blind Area) menggambarkan bahwa kegiatan seseorang diketahui oleh orang lain, tetapi dirinya sendiri tidak menyadari apa yang ia lakukan.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Bidang III, yakni Bidang Tersembunyi (Hidden Area) yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seseorang disadari sepenuhnya olehnya, tetapi tidak dapat diketahui oleh orang lain. Ini berarti bahwa orang seperti itu bersikap tertutup. Bidang IV, adalah Bidang Tak Dikenal (Unknown Area). Bidang ini menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang tidak disadari oleh dirinya sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain. (Liliweri, 1991) Berdasarkan definisi Devito, maka komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi secara dialogis, dimana saat seorang komunikator berbicara maka akan terjadi umpan balik dari komunikan
sehingga terdapat
interaksi. Dalam komunikasi dialogis, baik komunikator maupun komunikan, keduanya aktif dalam proses pertukaran informasi yang berlangsung dalam interaksi. 2.2.2 Peranan, Ciri dan Sifat Komunikasi Antarpribadi Johnson
(Supratikya,2003)
menunjukkan
beberapa
peranan
yang
disumbangkan oleh komunikasi antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia, yakni: 1. Komunikasi antarpribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Perkembangan kita sejak masa bayi sampai masa dewasa mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain. Diawali dengan ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi, lingkaran ketergantungan atau komunikasi itu menjadi semakin luas dengan bertambahnya usia kita. Bersamaan proses itu, perkembangan intelektual dan sosial kita sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi kita dengan orang lain.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2. Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Kita menjadi tahu bagaimana pandangan orang lain itu tentang diri kita. Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain kita dapat menemukan diri, yaitu mengetahui siapa diri kita sebenarnya. 3. Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan- kesan dan pengertian orang lain dan realitas yang sama. Tentu saja pembandingan sosial semacam itu hanya dapat kita lakukan lewat komunikasi dengan orang lain. 4. Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, terlebih orang - orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup kita. Bila hubungan kita dengan orang lain diliputi berbagai masalah, maka tentu kita akan menderita, merasa sedih, cemas, frustrasi. Bila kemudian kita menarik diri dan menghindar dari orang lain, maka rasa sepi dan terasing yang mungkin kita alami pun tentu akan menimbulkan penderitaan, bukan hanya penderitaan emosional atau batin, bahkan mungkin juga penderitaan fisik. (Supratiknya, 2003: 9-10) Dari beberapa definisi komunikasi harus ditinjau manakah ciri- ciri yang menunjukkan perbedaan yang khas antara komunikasi antarpribadi dengan bentuk komunikasi yang lain. Reardon mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi mempunyai paling sedikit enam ciri, yaitu: 1. Komunikasi antarpribadi dilaksanakan karena adanya berbagai faktor pendorong 2. Komunikasi antarpribadi berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja 3. Komunikasi antarpribadi kerapkali berbalas- balasan 4. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya hubungan minimal 2 orang. 5. Komunikasi antarpribadi suasana hubungan harus bebas, bervariasi, dan adanya keterpengaruhan 6. Komunikasi antarpribadi menggunakan berbagai lambang yang bermakna.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Dari berbagai sumber di atas, maka Alo Liliweri menyimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi mempunyai ciri- ciri sebagai berikut: 1. Komunikasi antarpribadi biasanya terjadi secara spontan dan terjadi sambil lalu saja. 2. Komunikasi antarpribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu. Kebanyakan komunikasi antarpribadi tidak mempunyai satu tujuan yang diprogramkan terlebih dahulu, seperti pertemuan di ruang perpustakaan kemudian merencanakan belajar bersama, saling mengajak makan bersama setelah bertemu di rumah makan. Namun bisa saja komunikasi antarpribadi telah dijanjikan dan mempunyai tujuan terlebih dahulu, namun konteksnyaberbeda dengan komunikasi kelompok. 3. Komunikasi antarpribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas. 4. Komunikasi antarpribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja. 5. Komunikasi antarpribadi seringkali berlangsung berbalas – balasan. 6. Komunikasi antarpribadi menghendaki paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan 7. Komunikasi antarpribadi tidak dikatakan sukses jika tidak membuahkan hasil 8. Komunikasi antarpribadi menggunakan lambang - lambang bermakna (Liliweri, 1991: 13 -19) Komunikasi antarpribadi dari mereka yang saling mengenal lebih bermutu karena setiap pihak mengetahui secara baik tentang lika - liku hidup pihak lain, pikiran dan pengetahuannya, perasaannya, maupun menanggapi tingkah laku seseorang. Mereka yang sudah saling mengenal secara mendalam memiliki interaksi komunikasi yang lebih baik daripada yang belum mengenal. Kesimpulannya bahwa jika hendak menciptakan suatu komunikasi antarpribadi yang lebih bermutu maka harus didahului dengan suatu keakraban. Bagaimanapun juga suatu batasan pengertian yang benar-benar baik tentang komunikasi antarpribadi tidak ada yang memuaskan semua orang. Semua batasan arti sangat tergantung bagaimana kita melihat dan mengetahui
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
perilakunya. Dengan kata lain tidak semua bentuk interaksi yang dilakukan antara dua orang dapat digolongkan komunikasi antarpribadi. Ada tahap- tahap tertentu dalam interaksi antara dua orang haruslah terlewati untuk menentukan komunikasi antarpribadi benar- benar dimulai. Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi antarpribadi. Sifat-sifat komunikasi antarpribadi itu adalah: 1. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan nonverbal 2. Komunikasi antarpribadi melibatkan pernyataan atau ungkapan yang spontan 3. Komunikasi antarpribadi tidaklah statis melainkan dinamis 4. Komunikasi antarpribadi melibatkan umpan balik pribadi. 5. Komunikasi antarpribadi dipandu oleh tata aturan y ang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. 6. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan. 7. Komunikasi antarpribadi melibatkan di dalamnya bidang persuasif. (Liliweri, 1991:30-31) 2.2.3 Fungsi Komunikasi Antarpribadi Dibandingkan dengan bentuk - bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face ). Oleh karena itu individu (komunikator) dengan individu (komunikan) saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact); pribadi komunikator menyentuh pribadi komunikan. Ketika komunikator menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung
seketika (immediate feedback); komunikator mengetahui pada saat
itu tanggapan komunikan terhadap pesan, ekspresi wajah, dan gaya bicara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
komunikator. Apabila umpan baliknya positif, artinya tanggapan komunikan menyenangkan komunikator, sehingga komunikator mempertahankan gaya komunikasinya, sebaliknya jika tanggapan komunikan negatif, komunikator harus mengubah gaya komunikasinya sampai berhasil. Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan itulah maka bentuk komun ikasi antarpribadi acapkali dipergunakan
untuk
melancarkan
komunikasi
persuasif
(persuasive
communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. (Effendy, 2003:61). Adapun fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan hubungan insan (human relations), menghindari dan mengatasi konflik–konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi, individu dapat berusaha membina hubungan yang baik dengan individu lainnya, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik- konflik di antara individuindividu tersebut. (Cangara, 2005:56) 2.2.4 Konsepsi Diri dalam Komunikasi Antarpribadi Konsep diri adalah pandangan dan perasaan individu tentang dirinya. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain; menerima pujian tanpa rasa malu; menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat; mampu memperbaiki Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek- aspek kepriba dian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu: a.
b.
c.
d.
Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh- sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalamanpengalaman dan gagasan baru. Percaya diri (self confidence). Keinginan untuk menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Kecemasan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension . Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Tentu tidak semua aprehensi komunikasi disebabkan kurangnya percaya diri, tetapi di antara berbagai faktor, percaya diri adalah yang paling menentukan. Untuk meningkatkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu seperti yang dikatakan Maxwell Maltz, seorang tokoh Psikosibernetik, ”Believe in yourself and you’ll succeed”. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif) . (Rakhmat, 2005: 104 -109)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Persepsi Interpersonal Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkanpesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli). Persepsi interpersonal adalah persepsi individu pada individu lainnya. (Rakhmat,2005:8) Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi interpersonal, antara lain: 1. Faktor Situasional, antara lain: a. Deskripsi Verbal Deskripsi individu secara verbal mengenai sifat individu lainnya ditentukan dari rangkaian katanya. Sifat individu yang pertama kali diucapkan komunikator akan mengarahkan penilaian komunikan selanjutnya. b. Petunjuk ProksemikProksemik adalah studi tentang penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan. Jarak yang dibuat individu dalam hubungannya dengan orang lain menunjukkan tingkat keakraban di antara mereka. Individu cenderung mempersepsi orang lain dengan melihat jarak mereka saat berkomunikasi dengan dirinya. c. Petunjuk Kinesik Persepsi yang dipengaruhi oleh gerakan orang lain. Terdapat beberapa ungkapan yang mencerminkan persepsi kita tentang orang lain dari gerakan tubuhnya, antara lain: membusungkan dada (sombong), menundukkan kepala (merendah), berdiri tegak (berani), bertopang dagu (sedih), menadahkan tangan (bersedih). d. Petunjuk Wajah Petunjuk wajah menimbulkan persepsi yang dapat diandalkan. Di antara berbagai petunjuk nonverbal, petunjuk wajah adalah yang paling pentig dalam mengenali perasaan persona stimuli. e. Petunjuk Paralinguistik Paralinguistik adalah cara bagaimana individu mengucapkan lambanglambang verbal. Jika petunjuk verbal menunjukkan apa yang diucapkan, petunjuk paralinguistik mencerminkan bagaimana mengucapkannya seperti tinggi- rendahnya suara, tempo bicara, gaya verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan komunikasi).
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
f. Petunjuk Artifaktual Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan (appearance) sejak potongan tubuh, kosmetik yang dipakai, baju, pangkat, badge, dan atribut-atribut lainnya. Bila kita mengetahui bahwa seseorang memiliki satu sifat (misalnya, cantik atau jelek), kita beranggapan bahwa ia memiliki sifat–sifat tertentu (misalnya,periang atau penyedih); ini disebut halo effect. Bila kita sudah menyenangi seseorang, maka kita cenderung melihat sifat - sifat baik pada orang itu dan sebaliknya. 2. Faktor Personal yakni faktor yang berasal dari individu-individu pelaku komunikasi, antara lain: a. Pengalaman. Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi. Inilah yang menyebabkan seorang ibu segera melihat hal yang tidak beres pada wajah anaknya atau pada petunjuk kinesik lainnya. Ibu lebih berpengalaman mempersepsi anaknya daripada bapak. Ini juga sebabnya mengapa kita lebih sukar berdusta di depan orang yang paling dekat dengan kita. b. Motivasi Proses konstruktif yang banyak mewarnai persepsi interpersonal juga sangat banyak melibatkan unsur- unsur motivasi. c. Kepribadian Dalam psikoanalisis dikenal proyeksi, sebagai salah satu cara pertahanan ego. Proyeksi adalah mengeksternalisasikan pengalaman subjektif secara tidak sadar. Orang melempar perasaan bersalahnya pada orang lain. Maling teriak maling adalah contoh tipikal dari proyeksi. Pada persepsi interpersonal, orang mengenakan pada orang lain sifat - sifat yang ada pada dirinya, yang tidak disenanginya. Sudah jelas, orang yang banyak melakukan proyeksi akan tidak cermat menanggapi persona stimuli, bahkan mengaburkan gambaran sebenarnya. Sebaliknya, orang yang menerima dirinya apa adanya, orang yang tidak dibebani perasaan bersalah, cenderung menafsirkan orang lain lebih cermat. Begitu pula orang yang tenang, mudah bergaul dan ramah cenderung memberikan penilaian positif pada orang lain.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2.3 Communication Apprehension 2.3.1 Ciri Communication Apprehension Istilah
communication
apprehension
(rasa
malu,
keengganan
berkomunikasi, kecemasan, kekhawatiran, ketakutan berbicara di depan umum, dan sikap pendiam) merujuk pada perasaan takut atau kecemasan dalam interaksi komunikasi. Individu tersebut akan mengembangkan perasaan- perasaan negatif dan memprediksikan hal–hal negatif saat terlibat dalam interaksi komunikasi. Individu merasa takut melakukan kesalahan dan akan dipermalukan. Individu tersebut akan merasa keuntungan apapun yang bertambah dari keterlibatan berkomunikasi akan sebanding dengan rasa takut. Individu yang mem iliki ketakutan komunikasi yang tinggi, interaksi komunikasi tidak akan sebanding dengan rasa takut yang timbul. (DeVito, 2001:80) Terdapat tiga kategori sifat komunikator yang paling menarik dan paling sering dibahas dalam literatur komunikasi yaitu : sifat mementingkan diri sendiri, sifat berdebat, dan sifat cemas. (Morissan, 2010:7 -9) a. Sifat mementingkan diri sendiri Dalam literatur psikologi terdapat istilah conversational narcissism untuk menggambarkan sifat komunikator yang cenderung mementingkan diri sendiri.Narcisism berarti mencintai diri sendiri (self-love). Istilah ini dikemukakan oleh Anita Vengelisti dan rekan yang mengartikannya sebagai the tendency tobe self- absorbed in conversation (kecenderungan untuk menjadikan diri melebur dalam percakapan). Dengan demikian, komunikator dengan sifat ini cenderung untuk mengajak lawan bicaranya untuk membahas mengenai dirinya sendiri. Sifat mementingkan diri sendiri merupakan sifat yang dimiliki seseorang yang menginginkan orang lain membicarakan dirinya. Komunikator dengan sifat ini cenderung untuk menonjolkan dirinya sebagai pihak yang paling penting. Ia cenderung untuk mengontrol arah percakapan serta menginginkan orang lain membahas mengenai dirinya. Mereka juga cenderung tidak sensitif atau tidak responsif terhadap epentingan pihak lain.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
b. Sifat berdebat Komunikator memiliki sifat suka berdebat (argumentativeness) jika ia memiliki kecenderungan untuk suka melibatkan diri dalam percakapan yang membahas topik kontroversial. Komunikator dengan sifat in i cenderung bersifat tegas dalam mengemukakan pandangannya terhadap suatu hal. Ia akan menyatakan dukungannya terhadap pandangan yang dianggapnya benar dan sebaliknya ia akan mengkritik pandangan yang tidak sesuai. Dominick Infante melakukan penelitian men genai sifat komunikator yang argumentatif ini. Menurutnya sifat komunikator yang argumentatif memberikan kontribusi positif karena sifat ini dapat mendorong komunikator dan lawan bicaranya untuk saling belajar, membantu melihat pandangan pihak lain, meningkatkan kredibilitas, serta memperbaiki kemampuan berkomunikasi. Komunikator yang argumentatif cenderung memiliki sikap percaya diri dan tegas. Namun demikian, tidak semua orang percaya diri memiliki sifat argumentatif. Dengan kata lain, orang perlu memiliki percaya diri untuk dapat mengemukakan pandangannya. Namun demikian, sangatlah mungkin orang tetap memiliki percaya diri tanpa harus mengemukakan pandangannya sendiri. Menurut Infante, sifat komunikator yang argumentatif juga memiliki aspek negatif jika komunikator mengucapkan kata-kata yang agresif dan sikap permusuhan. c. Sifat Cemas Setiap orang pernah merasa gugup atau cemas ketika berkomunikasi. Banyak penelitian telah dilakukan terkait dengan masalah kecemasan dalam berkomunikasi. Penelitian yang paling populer adalah yang dilakukan oleh James McCroskey, yang menyatakan bahwa pada dasarnya setiap orang pernah mengalami kecemasan berkomunikasi. Namun ada kalanya kecemasan itu bersifat berlebihan sehingga menjadi tidak normal.
Kecemasan berkomunikasi yang tinggi merupakan kecenderungan untuk mengalami kecemasan dalam waktu yang relatif lama dan dalam berbagai situasi yang berbeda. Dalam hal ini seseorang menderita karena merasa sangat cemas ketika ia harus berkomunikasi sehingga ia ingin bahkan akan menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini menyebabkan orang bersangkutan tidak dapat bersosialisasi dalam masyarakat. Kecemasan berkomunikasi merupakan bagian dari konsep yang lebih besar dalam konsep - konsep psikologi seperti: penghindaran sosial (social Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
avoidance), kecemasan sosial (social anxiety), kecemasan interaksi (interaction anxiety), dan sifat malu (shyness) yang secara umum disebut dengan kecemasan sosial dan komunikasi. Joseph A. DeVito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (2001:80) menuliskan kecemasan berkomunikasi dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Kecemasan berkomunikasi yang muncul dalam diri seseorang (trait apprehension). Keadaan cemas ini muncul tanpa memperhatikan situasi khusus. Ketakutan muncul dalam situasi komunikasi diadik, kelompok kecil, berbicara didepan umum, maupun komunikasi massa. 2. Kecemasan yang timbul karena situasi sosial yang menyebabkan seseorang tidak mampu menyampaikan pesannya secara jelas (state apprehension). Keadaan takut akan terlihat jelas, khusus untuk situasi komunikasi tertentu. Devito mencontohkan individu yang mungkin takut saat berbicara di depan umum tetapi tidak saat komunikasi diadik, atau individu yang merasakan kecemasan berkomunikasi saat proses wawancara namun tidak ada kecemasan saat berbicara di depan umum. Kecemasan yang timbul karena situasi sosial ini sangatlah umum, keadaan ini dialami banyak orang saat berada dalam situasi tertentu.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Perilaku Cemas Kecemasan dapat menyebabkan penurunan frekuensi, kekuatan, dan ketertarikan dalam interaksi komunikasi pada individu sehingga individu memiliki keengganan dalam berkomunikasi. Kecemasan yang tinggi menghindari situasi komunikasi, namun saat individu didorong untuk berpartisipasi, individu tersbut akan berkomunikasi sesedikit mungkin. Individu-individu yang mengalami kecemasan yang tinggi akan merasa kurang puas dengan pekerjaan mereka, mungkin karena mereka kurang berhasil dalam membangun hubungan–hubungan interpersonal. Semua perilaku ini tidak mengartikan bahwa kecemasan terjadi pada orang yang tidak bahagia. Kebanyakan individu yang cemas telah belajaratau dapat
belajar
untuk
menangani
kecemasan
berkomunikasi
mereka.
(DeVito,2001:80) Sullivan menyatakan bahwa kecemasan dan kesendirian merupakan pengalaman yang unik dalam arti mereka benar-benar tidak dikehendaki, oleh karena itu maka orang cenderung mengundarinya, secara turun temurun memilih situasi euforia. Sullivan merangkum konsep ini dengan menyatakan “keberadaan kecemasan jauh lebih buruk dari ketikberadaannya” (Jess&Gregory, 2010:261) Sullivan membedakan kecemasan dengan rasa takut dalam beberapa pendekatan yang penting. Pertama, kecemasan biasanya berakar dari situasi interpersonal yang kompleks dan hanya tampak samar dalam kesadaran; rasa takut lebih jelas dikenali dan asalnya lebih mudah diketahui. Kedua, Kecemasan tidak memiliki nilai positif. Hanya ketika kecemasan berubah bentuk menjadi ketegangan (seperti rasa marah dan takut) maka ia dapat mendorong ke arah
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
tindakan yang menguntungkan. Ketiga, kecemasan menghambat terpuaskannya kebutuhan, sedangkan rasa takut kadang membantu manusia memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Pertentangan terhadap pemuasan kebutuhan ini diungkapkan dalam kata-kata yang dapat dianggap sebagai definisi Sullivan akan kecemasan:
“Kecemasan
adalah
ketegangan
yang
bertentangan
dengan
ketegangan akan kebutuhan dan bertentangan dengan tindakan yang membuat mereka nyaman” (Jess&Gregory, 2010:261). Pemikiran tentang kecemasan berorientasi pada masa depan dan sering kali memperkirakan malapetaa. Pemikiran tentang kecemasan sering dimulai dengan, “Bagaimana kalau...” dan berakhir dengan hal yang kacau. Pemikiran tentang kecemasan juga sering meliputi citra tentang bahaya. Misalnya seseorang yang takut bicara di depan umum bisa saja sebelumnya ia berfikir “Bagaimana kalau aku terlihat aneh? Bagaimana kalau mereka mengkritik? Bagaimana kalau orang lain menganggapku bodoh dan tidak mengerti apa yang kukatakan?. Ia bisa memiliki citra tentang dirinya sendiri mematung didepan orang banyak. Pemikiran ini adalah tentang masa depan dean semuanya memprediksikan hal yang buruk., sebagaian orang merasa cemas dalam hubungan dekat. Mungkin mereka takut akan komitmen, takut dikritik, ditolak, dipermalukan, atau bayangan kemesraan yang hancur. Semua ini menunjukkan adanya tema “sesuatu ynag buruk akan terjadi” yang merupakaan tanda kecemasan (Dennis&Christine, 2004:215). Semua perubahan pemikiran, perilaku, dan fisik yang dialami ketika kita merasa cemas merupakan bagian dari respon kecemasan yang disebut dengan “lawan, lari, atau diam” ( Dennis&Christie, 2004:210). Tiga jenis respon ini bisa adaptif ketika seseorang menganggap ia sedang menghadapi bahaya. Untuk Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
melihat bagaimana hal ini terjadi, bayangkan anda sendiri duduk di kursi di sebuah taman temaram , melihat seorang lelaki besar dari jarak 20 meter berjalan kearah anda. Anda yakin kalau ia melihat anda dan anda berfikir “Bagaimana kalau ia merampokku?, Bagaimana kalau ia mabuk alkohol?”. Pilihan anda adalah: (1) Lawan, untuk melakukannya jantung dan nafas anda semakin cepat otot anda akan tegang dan berkeringat yang membantu anda mendinginkan tubuh anda. (2) Lari, mungkin anda berfikir melawan orang itu bukan ide baik, maka telapak tangan anda pun berkeringat nafas dan jantuk anda pun semakin cepat dan wajah anda merona. (3) Diam, mungkin saja anda berpurapura tidak melihat orang itu, dalam hal ini akan membuat otot-otot anda menjadi tegang dan kaku, jantung anda berdegup lebih kuat, dengan dada tegang anda akan bernafas dengan sangat pelan. Gambar 3.1: Ciri-ciri kecemasan Reaksi Fisik
Pemikiran
-Telapak tangan, kepala, badan
-Memikirkan bahaya secara berlebihan
berkeringat -Otot tegang -Jantung berdegup kencang - Pipi merona -Pusing
-Menganggap diri anda tidak mampu mengatasi masalah -Tidak menganggap penting bantuan yang ada -Khawatir dan berpikir tentang hal yang buruk
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Perilaku
Suasana Hati
-Menghindari situasi saat kecemasan
- Gugup
terjadi
- Jengkel
-Meninggalkan situasi ketika
- Cemas
kecemasan terjadi
- Panik
-Mencoba melakukan hal-hal kecil (bermain macis, bersenandung, jalan mondar-mandir) -Mencoba melakukan banyak hal secara sempurna atau mencoba mencegah bahaya Sumber: Dennis & Christine, Manajemen Pikiran, 2004:210
Dennis dan Christine dalam bukunya Manajemen Pikiran, mengatakan bahwa kecemasan merupakan salah satu emosi yang paling menimbulkan stress yang dirasan oleh banyak orang. Kadang kecemasan disebut juga dengan perasaan gugup dan khawatir. Kata “Kecemasan” menggambarkan sejumlah masalah termasuk phobia (takut akan hal atau situasi tertentu), perasaan panik, gangguan pascatrauma.
Mereka
juga
menggunakan
kata
“kecemasan”
untuk
menggambarkan periode singkat perasaan gugup, khawatir, atau takut yang kita alami ketika dihadapkan pada pengalaman yang sulit di dalam hidup kita (2004:209).
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Kecemasan juga memiliki efek merusak pada orang dewasa. Jess dan Gregory mengatakan “Kecemasan adalah kekuatan pengganggu utama yang menghambat
perkembangan
hubungan
interpersonal
yang
sehat”
(Teori
Kepribadian, 2010:260), mereka juga memakai pendapat Sullivan (1953) yang menyamakan kecemasan parah dengan pukulan keras pada kepala. Kecemasan membuat manusia tidak mampu belajar, merusak ingatan, menyempitkan sudut pandang dan dapat menyebabkan amnesia. Hal yang unik dari kecemasan adalah bahwa ia mempertahankan keadaan sebagaimana saat itu, walaupun seseorang benar-benar merasa terganggu. Ketika kecemasan menghasilkan tindakan yang secara khusus diarahkan untuk mencapai perasaan lega, maka kecemasan menghasilkan perilaku: 1. Mencegah manusia untuk belajar dari kesalahan mereka sendiri. 2. Membuat orang tetap mengejar keinginan kekanak-kanakan demi rasa aman. 3. Secara garis besar memastikan bahwa seseorang tersebut belum belajar dari pengalaman mereka. Burgoon (Infante et.al, 1990:146) dalam penelitiannya menemukan beberapa aspek yang memberi kontribusi terhadap munculnya ketidakinginan individu untuk berkomunikasi dengan orang lain, yaitu: 1. Alienasi sosial, persoalan ini terjadi ketika seseorang tidak mampu mengadopsi nilai-nilai dan norma-norma kemasyarakatan. Individu tersebut dalam kesehariannya masih mengembangkan perasaan gelisah (insecurity), isolasi, dan perasaan tidak mempunyai kekuasaan (powerlessness). 2. Introversi. Apa yang dimaksud sebagai introversi merupakan aspek lain yang memberi kontribusi terhadap ketidakinginan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena orang yang mempunyai sifat tertutup (introvert) Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
tidak menempatkan komunikasi sebagai medium interaksi yang penting, dan karenanya komunikasi tidak cukup dibutuhkan oleh individu yang berkepribadian tertutup. 3. Harga diri (self-esteem). Harga diri merupakan satu bagian dari sindrom ketidakinginan untuk berkomunikasi, karena individu yang mempunyai harga diri yang rendah akan merasa khawatir orang lain memberi reaksi negatif kepadanya. Akibatnya, ia kurang termotivasi untuk berkomunikasi karena ia merasa tidak bisa untuk melakukannya. (http://www. eprints.ac.id.7625/1/kecemasanJIS.pdf)
Menurut Patterson dan Ritts (Morissan,2010:9) kecemasan sosial dan komunikasi memiliki parameter seperti: 1. Aspek fisik seperti denyut jantung atau wajah yang memerah karena malu 2. Aspek tingkah laku, seperti penghindaran dan perlindungan diri 3. Aspek kognitif, seperti terlalu fokus pada diri sendiri (self -focus) serta timbulnya pemikiran negatif. Dari ketiga parameter tersebut maka aspek kognitif dinilai sebagai yang paling dominan. Hal ini berarti kecemasan sosial dan komunikasi sebagian besar berkenaan dengan bagaimana cara kita berpikir mengenai diri kita terkait dengan situasi komunikasi yang tengah dihadapi. (Morissan, 2010:9) 2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Berkomunikasi Penelitian telah mengidentifikasi beberapa faktor yang meningkatkan kecemasan dalam berkomunikasi. Faktor-faktor ini dapat membantu untuk meningkatkan pemahaman dalam mengendalikan kecemasan berkomunikasi kita, antara lain:
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
a. Degree of evaluation. Semakin tinggi individu merasa dirinya sedang dievaluasi, maka kecemasan akan semakin meningkat. b. Subordinate status. Saat individu merasa bahwa orang lain memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik atau pengetahuan yang jauh lebih luas darinya, maka kecemasan berkomunikasi akan semakin meningkat. c. Degree of consciousness. Semakin menonjol seorang individu, maka kecemasan berkomunikasi akan semakin tinggi. Inilah alasan mengapa orang yang berpidato di antara khalayak ramai, akan lebih cemas dibandingkan mereka yang berbicara dalam sebuah kelompok kecil. d. Degree of unpredictability. Semakin banyak situasi tak terduga, maka semakin besar tingkat kecemasan. e. Degree of dissimilarity. Saat individu merasakan sedikit persamaan dengan teman bicaranya, maka individu tersebut akan merasakan kecemasan berkomunikasi. f. Prior success and failures. Keberhasilan atau kegagalan individu di satu situasi akanberpengaruh terhadap respon individu pada situasi berikutnya. g. Lack of communication skills and experience. Kurangnya kemampuan dan pengalaman akan menyebabkan kecemasan berkomunikasi, terutama jika tidak berusaha untuk meningkatkan kemampuannya. (DeVito, 2001:81- 82)
2.4 Teori Pengurangan Ketidakpastian (Uncertainty Reduction Theory) 2.4.1 Ketidakpastian Komunikasi Ketika kita bertemu dan terlibat dalam percakapan dengan orang yang belum kita kenal maka biasanya banyak pertanyaan yang muncul di kepala kita mengenai orang tersebut, dan kita tidak memiliki jawaban pasti atas berbagai pertanyaan tersebut. Kita mengalami ketidakpastian, dan karenanya kita mencoba untuk mengurangi ketidakpastian tersebut melalui interaksi komunikasi. Menurut Berger, orang mengalami periode yang sulit ketika menerima ketidakpastian sehingga orang cenderung membuat perkiraan terhadap perilaku
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
orang lain, dan karenanya ia akan termotivasi untuk mencari informasi mengenai orang lain itu. Upaya untuk mengurangi ketidakpastian merupakan salah satu dimensi penting dalam upaya membangun hubungan (relationship) dengan orang lain. (Morissan 2010:84) Ketika kita berkomunikasi, menurut Berger, kita membuat rencana untuk mencapai tujuan kita. Kita merumuskan rencana bagi komunikasi yang akan kita lakukan dengan orang lain berdasarkan tujuan dan informasi yang telah kita miliki. Semakin besar ketidakpastian maka kita akan semakin berhati- hati, kita akan semakin mengandalkan data yang kita miliki. Jika ketidakpastian itu semakin besar maka kita akan semakin cermat dalam merencanakan apa yang akan kita lakukan. Pada saat kita merasa sangat tidak pasti mengenai orang lain maka kita mulai mengalami krisis kepercayaan terhadap rencana kita sendiri dan kita mulai membuat berbagai rencana cadangan atau rencana alternatif lainnya dalam hal kita memberikan respon pada orang lain. (Morrisan, 2010: 87-89) Daya tarik dan keinginan berafiliasi yang ada pada diri individu memiliki hubungan positif dengan upaya mengurangi ketidakpastian. Misalnya, ungkapan nonverbal
seseorang dapat
mengurangi ketidakpastian orang lain,
dan
pengurangan ketidakpastian dapat meningkatkan ungkapan nonverbal. Tingkat ketidakpastian yang tinggi akan menciptakan jarak, sebaliknya ketidakpastian yang rendah akan cenderung bersifat menyatukan. Ketika komunikator menemukan kesamaan dengan lawan bicaranya, maka ketertarikan di antara mereka akan meningkat dan kebutuhan mereka untuk mendapatkan lebih banyak informasi justru berkurang.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Seringkali, perilaku orang lain dapat mengurangi ketidakpastian yang kita rasakan, dan kita tidak merasakan kebutuhan untuk mendapatkan informasi tambahan. Hal ini khususnya benar dalam hal keterlibatan kita terbatas hanya pada situasi tertentu dan kia sudah memiliki seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memahami perilaku orang lain pada situasi itu. Namun pada situ asi yang berbeda, kita merasakan kebutuhan yang semakin besar untuk mendapatkan lebih banyak informasi mengenai orang bersangkutan, misalnya, situasi yang menunjukkan orang lain itu memiliki perilaku yang tidak normal, adanya harapan kita akan bertemu lagi dengan orang lain itu pada waktu yang akan datang, atau adanya harapan pertemuan itu akan menimbulkan keuntungan atau kerugian. Tiga kondisi inilah yang akan mendorong orang untuk berupaya mendapatkan lebih banyak informasi mengenai orang lain. Morrisan (2010: 86) mengutip tulisan Stephen Little John dan Karen Foss yang memberikan contoh sebagai berikut. Misalkan, Anda mempekerjakan seorang tukang batu untuk memperbaiki rumah Anda yang rusak, Anda mungkin tidak memiliki kebutuhan besar untuk mengetahui mengenai orang yang anda pekerjakan itu karena hubungan Anda dan dia bersifat sementara dan akan segera berakhir setelah pekerjaannya selesai. Anda tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. Sebaliknya, jika si tukang batu melihat Anda memasang papan reklame bertuliskan ”Rumah dikontrakkan” di depan rumah Anda dan ia mengatakan mengenal seseorang yang sedang mencari rumah untuk disewa maka anda secara tiba-tiba termotivasi untuk mengentahui lebih banyak mengenai diri si tukang batu dan juga orang yang akan menyewa rumah Anda itu. Secara khusus Anda akan tertarik untuk mengurangi dua ketidakpastian (Morissan,2010:87) yaitu:
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
a.
Ketidakpastian perkiraan (predictive uncertainty) yaitu agar Anda memiliki ide lebih baik mengenai apa yang Anda harapkan dari perilaku seseorang, dalam hal ini si tukang batu dan orang yang akan menyewa rumah Anda itu.
b. Ketidakpastian penjelasan (explanatory uncertainty) agar Anda dapat memahami lebih baik kemungkinan perilaku seseorang. Dalam hal ini misalnya, Anda dapat memahami perilaku orang yang akan menjadi penyewa rumah Anda. Berger dan Calabrese percaya bahwa orang yang terlibat dalam percakapan untuk pertama kalinya akan membuat perkiraan terhadap lawan bicara dalam upaya untuk memahami pengalaman komunikasi mereka. Dalam percakapan antara orang yang belum saling kenal para pihak yang berinteraksi termotivasi untuk memperkirakan dan mencari penjelasan apa yang terjadi pada pertemuan awal mereka. Dalam hal ini, Richard West dan Lynn H.Turner dalam buku Introducing Communication Theory mendefinisikan perkiraan (prediction) sebagai kemampuan untuk memperkirakan pilihan perilaku yang akan dipilih dari sejumlah pilihan yang ada pada diri seseorang atau rekan bicara. (the ability to forecast the behavioral options likely to be chosen from a range of possible option available to onseself or to a relational partner). Penjelasan (explanation) adalah serangkaian upaya untuk melakukan interpretasi makna tindakan yang telah lalu dalam suatu hubungan (to interpret the meaning of past actions in a relationship ). Kedua konsep ini, yakni prediksi dan penjelasan, menjadi dua komponen utama dalam proses pengurangan ketidakpastian. (Morrisan, 2010: 87)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Berger dan Calabrese menyatakan bahwa komunikasi adalah instrumen untuk mengurangi ketidakpastian terhadap lawan bicara yang baru dikenal. Pada gilirannya, ketidakpastian yang berkurang akan menciptakan kondisi yang kondusif bagi berkembangnya hubungan interpersonal. Dalam hal ini, percakapan pertama dengan orang yang tidak dikenal akan menghasilkan dua kategori ketidakpastian: 1. Ketidakpastian kognitif (cognitive uncertainty) mengacu pada derajat ketidakpastian mengenai kepercayaan atau sikap seseorang. Komentar yang diberikan lawan bicara yang tidak dikenal mengenai diri kita atau mengenai apa yang kita kenakan akan menimbulkan interpretasi, apa maksud ucapan orang itu yang sebenarnya? Apakah saya harus peduli dengan ucapannya? Pertanyaan ini merupakan bentuk ketidakpastian kognitif. 2. Ketidakpastian perilaku (behavioral uncertainty) berkenaan dengan seberapa jauh perilaku dapat diperkirakan pada situasi tertentu. Pada umumnya orang mengetahui bagaimana berbicara dan berperilaku dengan orang yang belum dikenal seperti bersikap basa- basi, namun jika lawan bicara mengungkapkan hal- hal yang sifatnya personal mengenai dirinya (self disclosure) pada pertemuan pertama atau sebaliknya menunjukkan sifat tidak peduli dengan lawan bicara maka terjadilah ketidakpastian perilaku. Orang akan mengalami ketidakpastian kognitif atau ketidakpastian perilaku atau keduanya baik sebelum, selama, dan setelah berinteraksi. (Morrisan, 2010: 88) 2.4.2 Asumsi Teori Pengurangan Ketidakpastian Teori pada umumnya dibangun di atas asumsi yang menggambarkan pandangan para pendirinya, tidak terkecuali teori pengurangan ketidakpastian yang memiliki sejumlah asumsi, yakni: 1. Individu mengalami ketidakpastian dalam komunikasi interpersonal dengan orang yang belum dikenalnya. Asumsi ini menyatakan bahwa individu seringkali menghadapi ketidakpastian dalam hubungannya dengan orang lain karena harapan yang muncul selalu berbeda dalam setiap komunikasi interpersonal.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2. Ketidakpastian merupakan situasi yang tidak disukai yang dapat menimbulkan stres secara kognitif. Asumsi ini menyatakan bahwa ketidakpastian merupakan keadaan yang tidak disukai, dengan kata lain butuh energi yang cukup besar yang melibatkan emosi dan psikis untuk tetap berada dalam kondisi yang tidak pasti. 3. Ketika dua orang yang tidak saling kenal terlibat percakapan, maka mereka berupaya untuk mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan prediktabilitasyaitu kemampuan untuk membuat perkiraan terhadap pihak lainnya. Asumsi ini menyatakan ketika orang bertemu dengan orang lain yang tidak dikenalnya maka muncul perhatian terhadap dua hal: mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan prediktabilitas. Untuk meningkatkan prediktabilitas orang perlu mencari informasi dengan menyampaikan pertanyaan kepada orang yang baru dikenalnya itu. Ketidakpastian berkurang dengan semakin banyaknya waktu yang tersedia untuk melakukan interaksi. Orang mulai membuka dirinya ketika berbagai pertanyaan yang diajukan telah berhasil mengurangi ketidakpastian secara signifikan. 4. Komunikasi interpersonal merupakan proses perkembangan yang terjadi melalui sejumlah tahapan perkembangan, yakni: a. Tahap masukan. Menurut Berger dan Calabrese, secara umum, kebanyakan orang memulai interaksi pada tahap masukan yang didefinisikan sebagai tahap permulaan interaksi dengan orang asing. b. Tahap Personal. Setelah tahap masukan, individu akan pindah ke tahap personal yakni tahap dimana para peserta yang melakukan interaksi berkomunikasi secara lebih spontan dan mulai mengungkapkan informasi yang bersifat lebih individual. Tahap personal dapat saja terjadi pada awal perkenalan, tetapi kemungkinan lebih besar terjadi setelah beberapa kali interaksi. c. Tahap Keluaran, yaitu tahap dimana individu mengambil keputusan apakah mereka akan melanjutkan interaksi pada masa yang akan datang atau tidak. 5. Komunikasi antarpribadi merupakan alat utama dalam pengurangan ketidakpastian. Kita menyadari bahwa komunikasi antarpribadi merupakan fokus dari Uncertainty Reduction Theory (URT) dan karenanya asumsi ini sebagai sesuatu yang sudah jelas. Komunikasi antarpribadi dapat terjadi jika terpenuhinya sejumlah prakondisi yaitu keterampilan mendengarkan, tanggapan nonverbal yang mendukung, dan bahasa yang sama. 6. Jumlah dan sifat informasi yang dimiliki seseorang berubah sepanjang waktu. Asumsi ini menekankan pada waktu, sekaligus fokus pada fakta bahwa komunikasi antarpribadi berkembang secara bertahap. Interaksi awal merupakan elemen penting dalam proses perkembangan hubungan interpersonal. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
7. Perilaku orang dapat diperkirakan sebagaimana ketentuan hukum alam. Perilaku manusia diatur oleh prinsip- prinsip yang bersifat umum atau universal sebagaimana aturan hukum alam. Walaupun terdapat beberapa pengecualian, namun pada umumnya orang berperilaku sesuai dengan prinsip-prinsip yang bersifat umum itu. (Morrisan, 2010: 89-91) 2.4.3 Aksioma Teori Pengurangan Ketidakpastian Dalam membangun teorinya, Berger dan Calabrese menggunakan sejumlah aksioma sehingga teori pengurangan ketidakpastian ini sering disebut teori yang dibangun berdasarkan aksioma yang disimpulkan dari hasil riset atau penelitian yang pernah dilakukan sebelumnmya atau berdasarkan logika akal sehat. (Morissan,2010:91). Berger dan Calabrese melalui teorinya mengajukan sejumlah aksioma atau sering juga disebut dengan istilah preposisi. Suatu aksioma tidak memerlukan pembuktian karena pernyataan itu sendiri merupakan bukti. Pernyataan atau aksioma yang dikemukakan Berger dan Calabrese masing- masing menunjukkan adanya hubungan antara ketidakpastian yang merupakan konsep sentral teori dengan sejumlah konsep lainnya. Hubungan itu dapat bersikap positif atau negatif. Dalam hal ini terdapat tujuh aksioma sebagai berikut: 1.
Ketidakpastian yang tinggi pada tahap masukan mendorong peningkatan komunikasi verbal di antara orang yang tidak saling mengenal. Peningkatan komunikasi verbal pada akhirnya akan mengurangi tingkat ketidakpastian, dan manakala ketidakpastian terus menurun jumlah komunikasi verbal meningkat. Dua orang yang tidak saling mengenal perlu berbicara lebih banyak agar mereka menjadi lebih pasti satu sama lainnya. Ketika mereka sudah saling mengetahui mereka akan lebih banyak berbicara satu sama lainn ya. Dalam hal ini, terdapat hubungan negatif antara ketidakpastian dan komunikasi verbal. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2.
Pada tahap awal interaksi, ketika ungkapan nonverbal meningkat maka tingkat ketidakpastian menurun. Penurunan ketidakpastian akan mendorong peningkatan ungkapan nonverbal. Jika dua orang yang tidak saling mengenal menunjukkan komunikasi nonverbal yang baik maka mereka akan semakin pasti satu sama lainnya. Kepastian yang lebih besar akan mendorong peningkatan komunikasi nonverbal satu sama lainnya. Dalam hal ini terdapat hubungan antara ketidakpastian dan komunikasi nonverbal.
3.
Ketidakpastian yang tinggi akan meningkatkan upaya untuk mencari informasi mengenai perilaku orang lain. Ketika tingkat ketidakpastian menurun maka pencarian informasi perilaku menurun. Pernyataan ini menunjukkan adanya hubungan positif antara ketidakpastian dan pencarian informasi.
4.
Tingkat ketidakpastian tinggi dalam suatu hubungan menyebabkan turunnya tingkat keakraban isi komunikasi. Tingkat ketidakpastian yang rendah menghasilkan tingkat keakraban yang tinggi. Tingkat keakraban tinggi ditandai dengan keterbukaan para pihak untuk mengungkapkan informasi. Pernyataan ini menunjukkan hubungan negatif antara ketidakpastian dan tingkat keakraban.
5. Tingkat ketidakpastian tinggi menghasilkan tingkat resiprositas tingggi. Tingkat ketidakpastian rendah menghasilkan tingkat resiprositas rendah. Kedua pernyataan menunjukkan hubungan positif. Dua orang yang baru pertama kali terlibat dalam percakapan akan cenderung meniru satu sama lainnya. Adapun yang dimakasud dengan resiprositas adalah jika salah satu pihak hanya menyediakan sedikit informasi mengenai dirinya maka pihak lainnya akan melakukan hal serupa. Semakin banyak orang berbicara satu sama lainnya semakin besar kepercayaan mereka untuk membuk a informasi dirinya kepada orang lain. 6.
Kesamaan akan mengurangi ketidakpastian sedangkan perbedaan akan meningkatkan ketidakpastian. Pernyataan ini menunjukkan hubungan negatif. Dua orang yang belum saling kenal tetapi sama - sama menjadi anggota suatu organisasi menunjukkan adanya kesamaan, namun keduanya mungkin memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut memberikan kontribusi terhadap tingkat ketidakpastian.
7. Ketidakpastian yang meningkat akan mengurangi perasaan tertarik dalam berinteraksi sebaliknya penu runan ketidakpastian menghasilkan peningkatan ketertarikan. Pernyataan menunjukkan hubungan negatif antara ketidakpastian dengan rasa suka atau tidak suka. (Morrisan, 2010: 92)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1: Aksioma Teori Pengurangan Ketidakpastian Konsep Utama
Konsep Terkait
Hubungan
Ketidakpastian meningkat
Komunikasi verbal menurun
Negatif
Ketidakpastian meningkat
Pernyataan nonverbal menurun
Negatif
Ketidakpastian meningkat
Pencarian informasi menurun
Positif
Ketidakpastian meningkat Ketidakpastian meningkat
Keintiman komunikasi Negatif menurun Resiprositas menurun Positif
Ketidakpastian meningkat
Kesamaan menurun
Negatif
Ketidakpastian meningkat
Kesukaan menurun
Negatif
Sumber: Morrisan.M.A, Psikologi Komunikasi, 2010:93
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara