Patologi Nifas
Yasmini F Blok Reproduksi FK UII TA 2015/2016
Kompetensi dasar: ◦ Mampu membuat diagnosis klinis, terapi pendahuluan, dan merujuk pada kasus-kasus terkait patologi puerperium Indikator pencapaian: ◦ Dapat menentukan diagnosis banding dan mengusulkan terapi pendahuluan infeksi pada vulva, vagina, serviks, endometrium, dan rongga pelvis ◦ Dapat menjelaskan diagnosis klinik pada inkontinensia urine dan feses ◦ Dapat menjelaskan diagnosis klinik pada fistula (vesikovaginal, urethrovaginal, rektovaginal)
NIFAS Masa nifas adalah : Adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan kepada keadaan normal 6 minggu/ 42 hari Alat genitalia interna dan eksterna berangsur pulih seperti keadaan sebelum hamil
Evaluasi 6 minggu pasca persalinan Keadaan umum Keadaan payudara dan puting Dinding perut TFU, adanya hernia Keadaan perineum Kandung kemih sistokel, uretrokel Rektum rektokel, tonus m sphincter ani Fluor albus Keadaan servik, uterus, adneksa
PATOLOGI NIFAS Infeksi nifas Kelainan lain dan penyakit lain dalam nifas
◦ Kelainan pada mammae ◦ Kelainan pada uterus ◦ Kelainan lain dalam nifas inkontinensia urin dan feses, trombosis, embolisme dan trombophlebitis, nekrosis pars anterior hipofisis postpartum
Proses involusi uterus Involusi
Tinggi fundus Berat uterus
Plasenta lahir
sepusat
1000 gr
7 hari
Pertengahan pusat- simfisis Tak teraba
500 gr
14 hari 42 hari 56 hari
350 gr
Sebesar hamil 2 50 gr mg normal 30 gr
Pengeluaran lokia Lokia rubra 1-3 hari berisi sel decidua, vernik kaseosa, lanugo, sisa mekoneum, sisa darah Lokia sanguinolenta 3-7 hari , warna putih campur darah Lokia serosa 7-14 hari, warna kekuningan Lokia alba 14 hari, warna putih
INFEKSI NIFAS Adalah infeksi/ radang pada alat genitalia pada masa nifas Peningkatan suhu badan > 38 C berturutturut selama 2 hari dalam 10 hari postpartum Lokia menjadi media kultur yang baik bagi kuman
Menjadi penyebab tersering kematian maternal menurun dengan meningkatnya pengetahuan tentang sebab dan pencegahan, penemuan obat-obat baru Organisme menyerang bekas implantasi plasenta atau pada laserasi/ luka-luka di jalan lahir oleh penghuni normal dari serviks dan jalan lahir atau dari luar.
Bakteri lazim penyebab infeksi genitalia wanita
Aerob : ◦ Streptokokus Grup A, B, dan D ◦ Enterokokus ◦ Bakteri Gram negatif – spesies Escherichia coli, Klebsiella, dan Proteus ◦ Stafilokokus aureus
Anaerob ◦ Spesies Peptocococcus
◦ Spesies Peptostreptococcus ◦ Bacteroides bivius, B. fragilis, B. Disiens ◦ Spesies Clostridium ◦ Spesies Fusobakterium
Lainnya : ◦ Mycoplasma hominis ◦ C. trachomatis
Faktor risiko infeksi nifas Persalinan lama Tindakan operasi persalinan Tertinggalnya plasenta/selaput, bekuan darah Ketuban pecah dini Perdarahan/ anemia Malnutrisi/ kelelahan Infeksi saat hamil Manipulasi penolong Infeksi nosokomial Hubungan seks menjelang persalinan bila mengakibatkan ketuban pecah Infeksi intrapartum
Gejala klinis infeksi A. Lokal terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, endometrium ◦ ◦ ◦ ◦ ◦ ◦ ◦
Pembengkakan luka episiotomi Pernanahan Perubahan warna Lokia campur nanah Mobilisasi terbatas nyeri Nyeri tekan pada uterus Temperatur naik
Hematom vulva
Hematom vulva
Jenis infeksi yang paling sering : endometritis kuman masuk melalui bekas insersio plasenta menyebar ke seluruh endometrium. ◦
Pada postpartum endometritis infeksi bisa mengenai endometrium, miometrium hingga parametrium. ◦ Faktor risiko endometritis: chorioamnionitis, ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam (tidak steril), alat monitor intrauterin (kateter pressure intrauterine.
Diagnosis postpartum endometritis, bial ditemukan 2 atau lebih kondisi berikut: ◦ Demam >100,3F, sekurang-kurangnya 2x pengukuran (jarak 6 jam) ◦ Nyeri tekan fundus ◦ Takikardia (>100x/menit) ◦ Lokia berbau
◦ Pada endometritis infeksi secara asenden terjadi oleh mikrobia penghuni vagina dan servik. Diantara kuman penyebab Streptocoocus Grup B, Escherichia coli, Enterococcus faecalis. ◦ Endometritis yang tidak diterapi secara adekuat dapat menyebar langsung atau secara limfogen, menyebabkan terjadinya pelvic peritonitis, parametritis, salpingitis, ooforitis, septik pelvic tromboplebitis, pelvik abses disertai bakteriemia, dan sepsis. ◦ Sepsis puerpuralis merupakan salah satu penyebab kematian maternal yang penting.
B. Umum penyebaran dari infeksi lokal melalui vena, pembuluh limfe, permukaan endometrium SEPTIKEMIA, PIEMIA ◦ Tampak sakit dan lemah ◦ Temperatur > 39C, nadi naik, RR naik, TD dapat turun ◦ Keadaan gelisah sampai koma ◦ Gangguan involusi uterus ◦ Lokia berbau dan bernanah
Pada septikemia ◦ kuman-kuman dari sarangnya di uterus langsung masuk ke peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum dibuktikan dg pembiakan kuman dari darah
Piemia ◦ trombophlebitis vena-vena di uterus dan sinus-sinus tempat insersi plasenta menjalar ke vena uterina, vena hipogastrika, vena ovarii, melepaskan emboli shg terjadi abses
Pengobatan infeksi nifas
Perbaikan keadaan umum ◦ Tranfusi, infus cairan, vitamin, penurun panas
Terapi infeksi Antibiotika broadspektrum.
Uteronika untuk mengeluarkan isi cavum uteri
Pencegahan infeksi nifas Perbaiki anemia, gizi baik Mencegah partus lama, Meminimalkan trauma, Mencegah terjadinya perdarahan banyak, Peralatan steril, Pemeriksaan dalam dilakukan bila ada indikasi
KEADAAN ABNORMAL LAIN Kelainan pada mammae bendungan asi/ mrangkai, galaktokel, mastitis/ abses payudara, kelainan puting Kelainan pada uterus subinvolusi, perdarahan nifas sekunder Kelainan lain dalam nifas inkontinensia urin dan feses, trombosis, embolisme dan nekrosis pars anterior hipofisis postpartum
Kelainan pada mammae: ◦ bendungan asi/ mrangkai mammae keras pada perabaan dan nyeri. Produksi asi berlimpah sementara bayi belum pandai minum. ◦ Galaktokel sumbatan saluran oleh asi yang membeku. Air susu terkumpul pada suatu bagian pada mamae menyebabkan tumor kistik.
◦ Mastitis/ abses payudara infeksi terjadi melalui luka pada puting susu. Mammae membesar, nyeri, tanda peradangan (+). Jika tidak segera ditangani dapat menjadi abses. Bila terjadi abses, incisi dilakukan sejajar dg duktus lactiferus untuk mencegah kerusakan duktus laktiferus ◦ Kelainan puting datar atau cekung
Kelenjar mammae
Penghentian laktasi ◦ Dilakukan pada stillbirth, IUFD, ibu tidak menyusui. ◦ Dapat dengan pembebatan, kompres es, atau pemberian estrogen.
Kelainan pada uterus: ◦ Subinvolusi proses mengecilnya uterus terganggu. Penyebab : retensi sisa plasenta, endometritis, mioma uteri. Lokia bertambah banyak, kdg perdarahan.
◦ perdarahan nifas sekunder Terjadi ≥24 jam pasca persalinan
Abnormalitas lain masa nifas: ◦ inkontinensia urin dan feses, ◦ trombosis, embolisme perubahan susunan darah saat terlepas plasenta kadar fibrinogen dan faktor pembekuan meningkat perubahan laju peredaran darah peredaran darah dalam kaki menjadi lebih lambat perlukaan lapisan intima pembuluh darah
Fistula
◦ Nekrosis pars anterior hipofisis postpartum (sindrom Sheehan), terjadi tidak lama sesudah persalinan akibat syok karena perdarahan. Hipofisis berinvolusi sesudah persalinan dan diduga pengaruh syok pada hipofisis yang berinvolusi dapat menimbulkan nekrosis pada pars anterior. Terdapat agalaktia, amenorea, gejala insufisiensi pada alat-alat lain yang fungsinya dipengaruhi hormon pars anterior hipofisis (glandula thiroid, glandula suprarenalis).
Infeksi luka SC
Pustaka 1.
Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF. Obstetri Williams. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1995.
2.
DeCherney AH, Pernoll ML. Current Obstetric & Gynecology Diagnosis & Treatment. A Lange medical book. 8th edition. Jakarta. 1994.
3.
Luesley DM, Baker PN. Obstetrics and Gyneacology, An evidence-based text for MRCOG. Arnold. 2004.
4.
Pearlman MD, Tintinalli JE, Dyne PL. Obstetric & Gynecologic Emergencies, Diagnosis and Management. American Collage of Emergency Physicians. McGraw-Hill Companies. 2004.
5.
Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. 1994.
6.
Berghella V. Obstetric Evidence Based Guidelines. Informa Healthcare. USA. 2009
7.
James, Steer, Weiner, Gonik, Crowther, Robson. High Risk Pregnancy Management Options. Elsevier Saunders. 2011