LAPORAN PERJALANAN DINAS NOMOR : ST. 602 /BPSPL/T.400.420/IX/2016 Kepada Perihal laporan perjalanan dinas Tanggal perjalanan dinas Lampiran MAK
: Kepala BPSPL Padang : Dalam Rangka Pembinaan Pendataan Penyu di Pantai Barat Kabupaten Tapanuli Tengah : 20 – 22 September 2016 : 1 (satu) berkas : 2362.013.002.052
ISI LAPORAN SINGKAT: Pembinaan Pendataan Penyu di Tapanuli Tengah dilaksanakan dengan pertemuan di ruang aula SMPN III Sorkam Barat dan dilanjutkan dengan praktek di salah satu bagian pantai Binasi, Sorkam. Sebagaimana agenda pertemuan diadakan pada hari Rabu, tanggal 21 September 2016, dimulai pukul 09.00 WIB, dengan pembukaan dan pemberian kata sambutan oleh kepala Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Tapanuli Tengah, dalam hal ini diwakili oleh bapak Edward Bangun, S.Pi. Dilanjutkan dengan penyampaian kata sambutan dari Lurah Desa Binasi, Bapak Sulaiman Pasaribu. Pertemuan dilanjutkan dengan penyampaian materi dengan tema Kebijakan Terkait Perlindungan dan Pelestarian Penyu oleh Kepala Bidang Konservasi Sumberdaya Alam Wilayah III, Padang Sidempuan, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara, Bapak Gunawan Alza. Pertemuan dilakukan secara panel, dilanjutkan dengan penyampaian materi dengan tema Pengelolaan Kawasan Pelestarian Penyu yang Berwawasan Ekowisata oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Tapanuli Tengah, Bapak Rapson Okardo Purba. Dilanjutkan dengan sesi diskusi. Sesi selanjutkan pemaparan materi dengan tema Teknis Penanganan dan Monitoring Penyu (disertai praktek) oleh bapak Akhmad Faisal Batubara dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang Satker Medan. Dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab sekaligus praktek di ruangan. Dari hasil diskusi disepakati dan disimpulkan bahwa : 1) Pemanfaatan penyu bukan untuk konsumsi melainkan pariwisata, 2) Target biota dilindungi kabupaten Tapanuli Tengah diantaranya penyu, kima, lola dan teripang, 3) Tahapan tehnik penanganan penyu yang naik ke pantai, antara lain, tehnik melakukan pengukuran penyu (panjang keseluruhan penyu, panjang karapas, dan lebar karapas penyu itu sendiri), tehnik pemantauan penyu yang naik untuk bertelur, tehnik pengambilan telur (jika penetasan semi alami), tehnik pemberian tanda pada sarang telur, tehnik pencatatan data telur, tehnik pembuatan sarang telur, dan tehnik pemberian informasi kepada masyarakat (wisatawan/jika bersifat edukasi atau ekowisata). Notulensi dan dokumentasi kegiatan sebagaimana terlampir. Kegiatan dilanjutkan dengan praktek langsung mekanisme penanganan dan monitoring penyu di pantai Binasi, Sorkam. Demikian Laporan Perjalanan Dinas ini kami sampaikan dengan penuh tanggung jawab.
Padang, 23 - September - 2016 Mengetahui, Kepala Balai,
Muhammad Yusuf, S.Hut., M.Si NIP. 19680921 200112 1 001
Yang Melaporkan,
1.
(Dina Arya Purnama, S.Si) NIP. 19840419 201012 2 003
2.
(Akhmad Faisal Batubara, S.St.Pi)
Lampiran I. Notulensi Kegiatan Pembinaan Pendataan Penyu di Pantai Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Bertempat : Aula SMP N III - Sorkam Barat Hari/Tanggal : Rabu, 21 September 2016
NO
PEMATERI/PENANYA
Pembukaan 1. Pembukaan dan penyampaian kata sambutan disampaikan oleh Bapak Edward Bangun, S.Pi mewakili Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Tapanuli Tengah yang berhalangan hadir.
Materi Pemaparan 1. Pak Gunawan Alza (narasumber dari BKSDA Sumatera Utara Wilayah III Padangsidimpuan)
MATERI/PERTANYAAN/JAWABAN - Pemda kabupaten Tapanuli Tengah mendukung upaya konservasi di pantai Binasi Desa Sorkam Barat. - Telah adanya SK Pencadangan KKLD Tapanuli Tengah, yang diantaranya termasuk Pulau Mursala. - Kelompok konservasi pantai pasar Sorkam – Binasi terbentuk tahun 2012 dan mulai aktif membantu penetasan telur penyu dan pelepasan tukik sejak awal tahun 2014. Pendanaan kelompok masih secara swadaya anggota. Kelompok sudah memiliki SK Kepala Desa (tembusan ke Camat) tahun 2013. - Pemda Tapanuli Tengah juga merencanakan akan adanya kelompok konservasi lainnya, seperti dari Desa Labuan Angin, dan daerah lainnya. Kelompok tersebut akan dibuatkan SK dari DKP Tapteng dan didaftarkan ke Kemenkumham. - Regulasi tentang perlindungan jenis penyu, diantaranya : a. UU 5/1990 tentang konservasi sumberdaya alam dan ekosistemnya, b. UU 32/2004 tentang pemerintah daerah, c. UU 27/2007 Jo UU 1/2014 tentang pengelolaan wilayah pesisir, d. UU 45/2009 tentang perikanan, e. PP 60/2007 tentang konservasi sumberdaya ikan f. PP 7/99 dimana dilampiran dinyatakan penyu dilindungi, g. PP 8/99 dimana terdapat pernyataan sanksi hukum pelanggaran. - Pemanfaatan penyu bukan untuk konsumsi melainkan pariwisata. - Perlindungan penyu dengan regulasi internasional, diantaranya : CITES. Peraturan perdagangan. Penyu termasuk dalam kategori Appendiks I (sangat langka). Penyu juga masuk dalam daftar merah IUCN. - Penyu merupakan sumberdaya alam (SDA) hewani. Penyu dapat hidup baik di darat maupun air. Penyu merupakan satwa liar yang hidup di habitat alami. - Sanksi ada di PP 77/1999 dimana dikatakan bila adanya penyimpanan, perburuan dan penangkapan satwa dilindungi. - Status konservasi penyu terdapat pada PP 7/99 yang menyatakan dengan tegas bahwa penyu dilindungi. - Terdapat 7 jenis penyu di dunia dan semua jenis dilindungi. Dimana, 6 diantaranya ada di Indonesia. Ke-7 jenis penyu, diantaranya : penyu Hijau, penyu Lekang, penyu Belimbing, penyu Pipih, penyu Tempayan, penyu Sisik dan penyu Lekang Kempii (tidak ada di Indonesia). - Ada beberapa teknik monitoring penyu, yang akan disampaikan lebih lanjut oleh narasumber BPSPL Padang. - Ancaman penyu didapat sejak telur hingga dewasa sehingga
NO
PEMATERI/PENANYA
MATERI/PERTANYAAN/JAWABAN diperlukan adanya roadmap perlindungan penyu.
2.
Pak Rapson Okardo Purba (narasumber dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Tapanuli Tengah)
- Regulasi/kebijakan perlindungan penyu, rehabilitasi penyu. Penyu termasuk dalam biota yang wajib dilindungi. Lembaga dunia, diantaranya Ocean Development Bank (ODP) fokus dalam perlindungan jenis penyu. - KKLD kabupaten Tapanuli Tengah, mencakup zona inti di Hili Badalu, perumahan Nduru, di pulau Mursala. - Berdasarkan karakteristik KKLD (pulau Mursala). Penyu berasosiasi dengan lokasi padang lamun (nama lokal : Jariamun). Penyu dapat dijumpai di sekitar pulau mursala dan pulau kecil disekitarnya, yaitu pulau Putri, Hili Badalu. Lokasi tersebut telah dibangun pondok informasi KKLD yang dibangun berdasarkan APBD Tapanuli Tengah. - Pemerintah daerah Tapteng akan merancang perda-perda tentang pengelolaan penyu. Diharapkan diikuti hingga dikeluarkannya Perdes agar lebih kuat. - Sampai saat ini telah ada perda Tapteng 2007 mengenai pengelolaan terumbu karang. Perda pertama yang muncul mengenai pengelolaan terumbu karang awalnya hanya dilakukan oleh pemda Tapteng dan Natuna. Perda tersebut menggambarkan tata cara perlindungan terumbu karang. - Target biota dilindungi kabupaten Tapanuli Tengah diantaranya penyu, kima, lola dan teripang. - Saran untuk pengembangan pantai Binasi – Sorkam adalah dengan diadakannya kegiatan berbasis ekowisata, daya tarik wisata, kehidupan penyu di pantai Binasi. Dapat dilakukan bersamaan bila ada budaya desa, atau jenis pertunjukan khas desa Sorkam. Konservasi juga dapat diawali dari bentuk kearifan lokal. - Konservasi juga dapat dilakukan melalui pengawasan berbasis wisata, pembangunan penangkaran penyu, studi pembelajaran konservasi penyu, dilanjutkan dengan pembuatan perda, peningkatan sumberdaya manusia (SDM) dari Dinas KP Tapteng. - Konservasi perlu berdasarkan keinginan konservasi secara mandiri dari dalam kelompok masyarakat, sebagai pioneer, tanpa menyalahkan pihak manapun maupun menunggu bantuan pihak lain. - Konservasi juga dapat dilakukan dengan melibatkan peran serta atau kerjasama dengan lembaga asing, seperti WWF dan CI. Seperti halnya pengembangan kelompok konservasi penyu di Bali, dengan adanya volunteer dari luar dan dalam negeri untuk perlindungan penyu. Volunteer akan diberikan Sertifikat sebagai bentuk apresiasi. Dengan ini menumbuhkan rasa peduli dan konservasi penyu.
3.
Akhmad Faisal Batubara (narasumber dari BPSPL Padang)
- Penyu adalah reptil yang hidup di laut dan memiliki kemampuan berpindah dalam jarak yang jauh di sepanjang kawasan Samudera Hindia, Samudra Pasifik dan Asia Tenggara. - Dari 7 (tujuh) jenis penyu di dunia, tercatat 6 (enam) jenis penyu yang hidup di perairan Indonesia yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu abu-abu (Lepidochelys olivacea), penyu pipih (Natator depressus), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), serta penyu tempayan
NO
PEMATERI/PENANYA
MATERI/PERTANYAAN/JAWABAN (Caretta caretta). - Penyu memiliki sifat pengembara, dan hidup bebas, oleh sebab itu selain melindunginya dari predator, kita juga tidak disarankan untuk melakukan pembesaran anakannya (Tukik) karena dapat merubah sifat aslinya sendiri. - Penyu dewasa memiliki sifat makan herbivora, sedangkan pada saat kecil (tukik) bersifat karnivora. - Dalam proses hidup, penyu menghabiskan waktunya di laut, termasuk proses reproduksi. Usia penyu pertama kali melakukan perkawinan umumnya di usia 18 tahun ke atas. - Pada fase peneluran, umumnya penyu melakukan peneluran sebanyak 4 – 5 kali. - Jarak / interval peneluran penyu itu sendiri 7 sampai 14 hari. - Pada proses peneluran, penyu pertama kali melihat / menuju daratan peneluran dengan melihat kondisi aman di daratan / pantai yang akan penyu singgahi. Jika pantai tersebut aman dari makhluk hidup (predator), cahaya yang bergerak, maka penyu akan meneruskan berenang ke arah pantai. Namun jika aspek keamanan itu tidak terjamin maka penyu akan mencari pantai peneluran di tempat yang lain (tidak jauh dari pantai peneluran yang pertama). - Proses penyu naik ke daratan untuk melakukan peneluran, membuat sarang tubuh, membuat sarang telur, menjatuhkan telur, hingga menutup sarang dan kembali ke laut membutuhkan waktu normal 2 sampai 3 jam. - Tumbuhan pantai / vegetasi pantai sangat erat kaitannya terhadap keamanan penyu naik untuk melakukan peneluran, karena jika vegetasinya masih rapat maka dapat menahan cahaya atau sinar yang bergerak yang mungkin saja berasal dari pemukiman warga/masyarakat dengan segala aktifitas yang dilakukannya. - Pembersihan pantai merupakan kebiasaan yang sangat disarankan untuk menjaga kelestarian pantai peneluran, sehingga jika penyu naik untuk melakukan peneluran tidak menemukan hambatan berupa sampah maupun kayu yang mungkin saja terbawa ombak dari lautan. - Dalam melakukan tehnik pendataan, masyarakat/stakeholder harus terlebih dahulu mengetahui tata cara atau pedoman yang dijadikan pedoman dalam melakukan kegiatan yang dimaksud, sehingga mampu menangani penyu mulai dari naik ke pantai hingga kembali lagi ke laut. - Ada beberapa tahapan tehnik penanganan penyu yang naik ke pantai, antara lain, tehnik melakukan pengukuran penyu (panjang keseluruhan penyu, panjang karapas, dan lebar karapas penyu itu sendiri), tehnik pemantauan penyu yang naik untuk bertelur, tehnik pengambilan telur (jika penetasan semi alami), tehnik pemberian tanda pada sarang telur, tehnik pencatatan data telur, tehnik pembuatan sarang telur, dan tehnik pemberian informasi kepada masyarakat (wisatawan/jika bersifat edukasi atau ekowisata). - Pemindahan telur disarankan sebelum mencapai 2 jam setelah penyu melakukan peneluran. - Jika pantai peneluran dianggap aman dari berbagai predator, disarankan untuk tidak memindahkan telur dari sarang alami
NO
PEMATERI/PENANYA
MATERI/PERTANYAAN/JAWABAN (yang dibuat penyu). - Dalam proses penetasan, diketahui ada 3 jenis penetasan, seperti : penetasan alami (tidak ada campur tangan manusia), penetasan semi alami (adanya campur tangan manusia) seperti pemindahan telur dari sarang alami ke tempat yang dianggap aman dan membuat sarang telur kembali. Kemudian yang terakhir, ada juga penetasan telur secara buatan, artinya semua proses setelah telur dikeluarkan dari tubuh penyu, suhu, dan kondisi yang biasa nya dialami telur penyu tersebut dibuat oleh manusia. - Kedalaman, suhu, dan air sangat menentukan tingkat penetasan telur penyu. - Dalam menilai keberhasilan penetasan, kita harus dapat melakukan penelusuran penanganan yang baik, sehingga kita tidak bisa menitik beratkan dari satu aspek dalam melihat persentasi penetasan yang diharapkan. - Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan memelihara spesies penyu sangat diharapkan sehingga kehidupan penyu tetap lestari dan bukan hanya kenangan di masa yang akan datang. - Penyu merupakan indikator dari suatu perairan yang harus tetap dijaga, sehingga siklus hidup ekosistem di laut tetap stabil dan sehat.
Diskusi 1. Sulaiman Pasaribu (Lurah Desa Binasi)
2.
Pak Sanbudi
- Usul ke DKP Tapteng agar dapat segera mematok batas sempadan pantai. Berdasarkan PP 51/2016 tentang sempadan pantai. Hal ini terkait masalah kepemilikan tanah, dimana biasanya pemilik tanah mengklaim tanah hingga ke laut, tidak ada sempadan pantai. - Konservasi butuh pembinaan dan dana dukungan dari berbagai pihak. - Konservasi membutuhkan pelatihan peningkatan SDM nelayan untuk peningkatan ekonomi nelayan, seperti halnya pelatihan budidaya teripang, budidaya kerang mutiara. - Sebagai wadah informasi di Desa Binasi dapat dibentuk KIM, Kelompok Informasi Masyarakat. - Desa mendukung keberadaan kelompok konservasi pantai pasar Sorkam – Binasi yang terbentuk tahun 2012 dan sejak awal tahun 2014mulai aktif membantu penetasan telur penyu dan pelepasan tukik. Desa sudah mengeluarkan SK Perdes Tahun 2013. Diharapkan adanya dukungan pemda untuk pembangunan pos penjagaan. - Kelompok Konservasi Sorkam melakukan pembelajaran penetasan telur penyu hingga pelepasan tukik dilakukan secara otodidak. Awalnya pak Budi ingin membentuk kelompok konservasi dan disampaikan ke pak Edo (Edward Bangun) dari DKP Tapanuli Tengah. Pak Edo mendukung sebagaimana awal pembentukan dilakukan oleh DKP Tapteng pada tahun 2012. - Kelompok Konservasi selama ini menampung bila ada oknum masyarakatt yang menjual telur, dan menetaskan hingga melepaskan tukik. Penanganan yang belum sesuai prosedur, sehingga tukik yang menetas jauh dari harapan. Banyak telur yang rusak. - Kegiatan Kelompok Konservasi dilakukan rutin, terutama di saat
NO
PEMATERI/PENANYA
MATERI/PERTANYAAN/JAWABAN
-
3.
Pak Rapson
-
-
4.
Dina Arya
-
-
-
-
-
penyu banyak dijumpai naik ke daratan untuk bertelur, diantara bulan 11 sampai dengan bulan 4 tahun berikutnya. Saat terlihat penyu naik ke daratan barulah anggota kelompok melakukan pemantauan. Kendala saat ini, adanya ditemukan oknum nelayan yang menggunakan Potassium untuk menangkap ikan, ada pula dijumpai pemanah ikan. Bila ada laporan dari masyarakat, anggota kelompok akan terjun ke lokasi untuk melakukan pemantauan. Kegiatan pemantauan dan pengawasan pelanggarran perikanan sebaiknya dapat dilakukan pula dengan berkoordinasi dengan pos Lanal yang ada di Binasi dan kecamatan Barus. Baik berupa pengawasan rutin dan patroli. Intansi yang fokus ke pengawasan diantaranya PSDKP dan Lanal sehingga respon pelaporan warga dapat lebih cepat dan tepat sasaran. Mengenai pola hidup masyarakat yang terbiasa mengkonsumsi telur dan daging penyu, harus terus dilakukan sosialisasi dan pendekatan. Untuk mengubah perilaku masyarakat sangat susah, perlu rutin dilakukan kampanye wisata, duta wisata, artis wisata untuk mengenalkan konservasi penyu di Sorkam agar pendapatan masyarakat terkait telur dan daging penyu dapat teralihkan dengan potensi wisata yang sejalan dengan tujuan konservasi. Bisa diawali dengan menyebarkan selebaran tentang keberadaan konservasi penyu di Sorkam, dan seterusnya. Perlu ditutup lapo tuak di barus. Sebagai masukan, di Bali sudah berkembang wisata konservasi penyu. Berawal dari dukungan WWF pada bapak I Made Kanta dan timnya yang berkeinginan melestarikan pantai dan penyu di lahan yang gersang dan ditinggalkan, hingga terbentuknya TCEC (Turtle Conservation and Education Center) di Serangan, Bali. TCEC berawal dari tanpa keuntungan dan gaji pegawai. Staf disana awalnya hanya kerja sukarela dan ikhlas (relawan). Dukungan WWWF untuk konsumsi anggota selama 2 tahun, pemda Bali juga memberikan dana terbatas hingga TCEC mengembangkan diri dan mempromosikan kegiatannya melalui web dan internet, terutama karena dengan keberadaan di Bali yang sering dikunjungi wisatawan internasional, sehingga perlahan TCEC mulai dikenal dunia. Bahkan mayoritas turis yang berkunjung adalah turis asing. Saat ini TCEC telah memperoleh dana dari donasi pengunjung yang mayoritas berasal dari luar negeri. Sekarang, TCEC sudah memiliki beberapa kandang peneluran dan fasilitas yang bagus. TCEC juga memberikan kesempatan bagi siapapun yang ingin menjadi relawan (volunteer) yang berasal dari masyarakat setempat dan beberapa relawan asing yang nantinya akan diberikan semacam sertifikat yang berlaku internasional. TCEC juga telah memiliki nomor call center bila ada kejadian penyu bertelur dan masyarakat setempat tidak mampu memberi keamanan perlindungan sarang alami telur penyu sehingga penyu harus dibawa TCEC ke kandang peneluran. Untuk niat konservasi harus diawali dengan niat tulus, niat bukan untuk mencari keuntungan. Bila sudah jalan, keuntungan akan
NO
5.
PEMATERI/PENANYA
Pak Gunawan
MATERI/PERTANYAAN/JAWABAN
-
-
6. 7.
Pak Ihsan Pak Akhmad Faisal
-
datang dengan sendirinya. Kelompok Konservasi Sorkam bisa memanfaatkan jaringan media sosial, facebook, twitter, dan lainlain agar respon wisatawan setidaknya turis nasional lebih cepat. Tapanuli Tengah juga didukung dengank eberadaan CI (Conservation Internasional) yang berlokasi di Tapanuli Selatan. BKSDA menangani peredaran dan perdagangan penyu. Saat bertemu dengan masyarakat/ oknum nelayan/ pelaku yang masih mengkonsumsi telur dan daging penyu, sebaiknya terus lakukan sosialisasi, berikan peringatan akan sanksi dan hukuman, dan studi kasus daerah lain yang penegakan hukumnya sudah berjalan. Jangan langsung dihukum atau disidangkan. Untuk studi kasus yang pernah ditangani BBKSDA di Aceh Selatan, penyu belimbing pernah ditetaskan di sekitar taman nasional gunung leuser. Bagaimana teknik pengamatan penyu dengan urutan yang benar. Praktek langsung menggunakan bahan dan perangkat yang ada.
Lampiran II. Dokumentasi Alat dan Bahan
Gambar. Alat dan Bahan yang digunakan Praktek Monitoring Penyu
Gambar. Penyu Buatan (dari gabus disatukan dengan kawat dan dicat)
Gambar. Kawat/Jaring untuk Pagar Pelindung Kandang Telur
Dokumentasi Kegiatan
Gambar. Narasumber. Dari DKP Tapteng, BPSPL Padang dan BBKSDA (Dari Kiri – Kanan : Rapson, Faisal, Edward, Gunawan, Sulaiman)
Gambar. Peserta yang hadir sejumlah 20 Orang terdiri dari Pelaku Konservasi Penyu dari Beberapa Desa di Kabupaten Tapanuli Tengah
Gambar. Diskusi dan Praktek Pengukuran Penyu di Ruangan
Gambar. Persiapan Praktek Penanganan dan Monitoring Penyu
Gambar. Praktek Penanganan dan Monitoring Telur dan Sarang Penyu
Gambar. Praktek Penanganan dan Monitoring Penyu
Gambar. Praktek Penanganan dan Monitoring Penyu
Gambar. Serah Terima Bantuan
Gambar. Serah Terima Bantuan