Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
UPAYA MENINGKATKAN MINAT MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENJASKESREK DENGAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS VIII-1 SMPN I SAPE TAHUN PELAJARAN 2015/2016 1)
1)
Irfan
STKIP Taman Siswa Bima, Nusa Tenggara Barat Jl. Lintas Palibelo Bima, Nusa Tenggara Barat Email :
[email protected] 1)
serta harapan orang tua. Akibatnya proses pembelajaran ditekankan pada penguasaan bahan sebanyakbanyaknya, sehingga metode ceramah, demontrasi dan drill lebih banyak dilakukan dan dipandang lebih efektif untuk mencapai tujuan tersebut, sedangkan pengunaan metode atau model pendekatan bermain yang dipandang sebagai inovasi dalam pembelajaran penjaskes terutama di sekolah.
Abstract The purpose of the study is to identify whether or not game method can improve penjaskesrek learning interest of the 7th grade students of SMPN 1 Sape Bima Regency. The evaluation results in cycle 1 did not achieve the learning goals. However, there is a significant improvement of the learning goals at about 88,45%. The data obtained show that there is a significant improvement of students’ learning activities and achievement between the cycle 1 and 2, indicating that the cycle can be stopped and the research objectives are reached. The difference can be seen from the score of cycle 1 and 2 which are 65,38% and 88,45% respectively. Therefore, the game method is very efficient to use in learning penjaskesrek.
Pembelajaran penjaskesrek di SMPN I Sape juga tidak luput dari kecenderungan proses pembelajaran teacher centered, sehingga kondisi ini bisa membuat proses pembelajaran hanya di kuasai guru. Apalagi pembelajaran penjaskesrek merupakan materi pendidikan yang menyangkut ilmu kesehatan dan olah fisik di sekolah. Pelajaran ini bertujuan untuk membangun kesehatan mental dan fisik siswa.
Keywords: Learning interest towards Penjaskesrek, Game method.
Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan minat mengikuti pembelajaran penjaskesrek dengan metode Bermain pada Siswa Kelas VIII-1 SMPN I Sape Tahun Pelajaran 2015/2016
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi apakah metode permainan dapat meningkatkan minat belajar penjaskesrek siswa kelas 7 SMPN 1 Sape Kabupaten Bima atau tidak. Hasil evaluasi pada siklus 1 tidak mencapai tujuan pembelajaran. Namun, ada peningkatan yang signifikan dari tujuan pembelajaran di sekitar 88,45%. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan dari kegiatan belajar siswa dan prestasi antara siklus 1 dan 2, yang menunjukkan bahwa siklus dapat dihentikan dan tujuan penelitian tercapai. Perbedaannya bisa dilihat dari skor siklus 1 dan 2 yang masing-masing 65,38% dan 88,45%. Oleh karena itu, metode permainan yang sangat efisien untuk digunakan dalam penjaskesrek belajar.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah apakah melalui pendekatan bermain dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran penjaskes pada siswa kelas VIII-1 SMPN I Sape tahun pelajaran 2015-2016. Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui minat mengikuti pembelajaran penjaskes dengan metode bermain pada siswa Kelas VIII-1 SMPN I Sape Tahun Pelajaran 2015/2016. 1.1 Pendidikan Jasmani Peran pendidikan secara umum merupakan satu kesatuan yang menyeluruh, hal kemudian tidak terlepas kemajuan pendidikan olahraga yang ada disekolah. Adapun beberapa pengertian pendidikan jasmani sebagai berikut: 1) Pendidikan jasmani proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan (Husdarta. 2011), 2) Pendidikan jasmani adalah pendidikan jasmani (physical education) berasal dari amerika serikat dan di indonesia meminjam istilah itu unuk menyebutkan suatu kegiatan yang bersifat mendidik dengan memanfaatkan kesegaran
Kata-kata Kunci: Minat Mengikuti Pembelajaran Penjaskesrek, Metode Bermain.
1. Pendahuluan Proses pembelajaran penjaskes di sekolah, merupakan anak dalam masa perkembangan dalam belajar. Kondisi itu tidak hanya tampak dalam prilaku siswa, akan tetapi terutama pada guru dan kebijakan pimpinan sekolah,
71
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
jasmani [1], dan 3) Pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik (jasmani) dan olahraga untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional [2].
pertama dapat bermakna sebagai sebuah aktivitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari “menang-kalah” (play). Sedangkan yangkedua disebut sebagai aktivitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasaan, namun ditandai dengan adanya pencarian “menang-kalah” (games). Dengan demikian, pada dasarnya setiap aktivitas bermain selalu didasarkan pada perolehan kesenangan dan kepuasaan. Sebab, fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan kembali (refreshing) kondisi fisik dan mental yang beraada di ambang ketegangan.
Dengan demikian pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang amat penting untuk kemajuan pendidikan secara umum, dikarenakan pendidikan jasmani mengimplementasikan kegiatan yang berupa membanun kongniti, afektif, dan psikomotor peserta didik.
Melalui permainan yang menarik seorang siswa akan mengikuti pembelajaran Teori dengan perasaan yang senang. Untuk itu guru penjas dituntut lebih kreatif dalam menciptakan permainan-permainan dalam pembelajarannya dan juga mengetahui teori bermain dalam penjas Berikut contoh permainan-permainan yang dapat dikembangkan dalam penjas dalam bentuk permainan adalah diantaranya “Menjala ikan”. Dua kelompok yang masing-masing terdiri dari lima orang anak, bertugas sebagai jala, dan sisanya sebagai ikan. Ikan dianggap terjala bila dapat dilingkari oleh jala dengan saling berpegang tangan. Ikan yang terjala dibawa ke kolam penyimpanan bila telah berjumlah lima orang, sebuah jala dapat diganti. Ke dua jala dapat segera menjadi satu bila kiranya dipandang perlu untuk menjala ikan yang lebih banyak.
Dari banyak pendapat tentang pengertian pendidikan jasmani, penulis dapat simpulkan pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik diarahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional. 1.2 Karakteristik Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah, yang mempelajari dan mengkaji gerak manusia secara interdisipliner. Gerak manusia adalah aktivitas jasmani yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan motorik, mengembangkan sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif. Aktivitas jasmani yang dilakukan berupa aktivitas bermain, permainan, dan olahraga.
1.5 Penelitian yang Relevan Untuk mendukung penelitian ini, penulis telah me-reviw sejumlah penelitian relavan terdahulu, antara lain: 1) Nugroho [4] berpendapat dalam peningkatan minat siswa mengikuti pembelajaran penjaskes dengan metode barmain di Smp Negeri 7 Dompu merupakan penelitian yang relevan dan sangat dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang telah ditemukan sehingga dapat digunakan sebagai landasan untuk pengajuan hipotesis, dan 2) Dedi Irawan [5] yang berjudul: Peningkatan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dengan Metode Bermain di Kelas VIII SMP 2 Dompu.
1.3 Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani Pandangan pendidikan modern menganggap bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh (Holistik) yang mengandung arti bahwa jiwa dan raga merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sejalan dengan konsep tersebut maka pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani.. penyelenggaraan pendidikan jasmani harus selalu sejalan dengan konsep tersebut. Hubungan antara tujuan umum pendidikan, tujuan pendidikan jasmani, dan penyelenggaraannya harus terjalin harmonis. Dengan demikian akan nampak bahwa pendidikan jasmani menempati posisi yang strategis bagi pengembangan manusia secara utuh dan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan. Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan jasmani sesuai dengan konsep dan tuntutannya, maka para pengajar pendidikan jasmani selain harus memahami secara medalam tentang konsep dasarnya, aktivitas jasmani itu sendiri, dan juga landasan ilmiahnya.
1.6 Hipotesis Menurut Sugiyono [6] Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Bardasarkan pendapat diatas penulis dapat simpulkan, hipotesis merupakan dugaan sementara sehingga perlu dibuktikan kebenaranya.“Diduga dengan metode barmain dapat membentuk minat siswa dalam mengikuti pembelajaran penjaskes”. 2. Metodologi Penelitian PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif dan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan guru/pelatih dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakantindakan yang dilakukannya, serta memperbaiki kondisi
1.4 Metode Bemain Menurut Ismail [3] bermain memiliki dua pengertian yang harus dibedakan. Bermain menurut pengertian
72
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
diman praktek-praktek pembelajaran pendidikan jasmani/kepelatihan olahraga tersebut dilakukan, dimulai dari adanya perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi untuk setiap siklus [7].
1.
Strategi Mengajar
Strategi mengajar merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa, agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi mengajar dalam penelitian ini adalah menggunakan metode bermain.
Melalui tindakan yang sengaja dilakukan yang bertujuan untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran penjaskes dalam bentuk rangkaian 2 siklus kegiatan.
2.
Dengan demikian perkembangan dalam setiap kegiatan dapat terpantau : 1) Perencanaan tindakan, 2) Tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi: a) Masalah yang akan dipecahkan, b) Adanya kolaborasi antara peneliti dengan kolaborator, c) Motivasi, d) Selama proses penelitian, obyektivitas, validitas dan reliabilitas proses, data.
Motivasi Belajar
Motifasi belajar merupakan perubahan prilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktifitas setelah diberikan tindakan berupa strategi mengajar dengan metode bermain. 3. Hasil dan Pembahasan
2.1 Sampel Penelitian
3.1 Hasil Penelitian Tindakan Siklus I
Sampel adalah sebagian dari populasi, karena ia merupakan bagian dari populasi tentulah ia memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinnya [8].
Penelitian tindakan kelas ini melibatkan siswa kelas VIII-1 SMPN I Sape yang berjumlah 26 orang sebagai subjek penelitian. Dalam tindakan awal dilakukan observasi dengan tujuan mengidentifikasi kembali permasalahan yang dihadapi siswa kelas VIII dalam mata pelajaran penjaskes khususnya pada materi pokok ‘latihan kelentukan, kekuatan dan kelincahan melalui permainan anak’.Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukan suasana belajar yang kurang kondusif.Hal ini ditandai dengan aktivitas belajar siswa yang masih rendah, kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran serta situasi pembelajaran yang membosankan. Beberapa hasil diskusi yang difokuskan pada siklus pertama antara lain: 1) Pembelajaran di kelas rendah khususnya kelas VII merupakan kegiatan pembelajaran yang memerlukan perhatian penuh, kesabaran, kreativitas serta situasi yang menyenangkan, dan 2) Anak SMP kelas VII rata-rata berusia 12-13 tahun. Karakter anak-anak adalah bermain, spontan, mudah mengekpresikan emosi, selalu ingin bergerak, mudah terganggu konsentrasi, bertanya terus menerus sesuatu yang belum dipahami atau tidak disetujui.
Pada penelitian tindakan kelas ini yang menjadi sampel penilitian adalah siswa kelas VIII-1 SMPN I Sape yang yang terdiri dari 26 jumlah siswa dengan komposisi perempuan 12 orang dan laki-laki 14 orang. 2.2 Teknik Pengumpulan Data Tehnik Pengumpulan Data yang digunakankan dalam penelitian ini yakni : 1) Pedoman Observasi dilakukan langsung oleh observer (teman sejawat) terhadap proses pembelajaran siswa kelas VIII SMPN 1 Sape Observasi dilakukan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul pada saat proses pembelajaran, seperti faktor penghambat dan pendukung dalam proses pembelajaran, dan 2) Wawancara sebagai pelengkap data sikap menolong anak, yang diperoleh dari guru dan kepala sekolah. 2.3 Teknik Analisis Data Berikut rumus untuk menghitung presentase ketuntasan belajara sebagai berikut : 1) Untuk mencari rata-rata kelas menggunakan rumus jumlah siswa keseluruhan, dan 2) Untuk mengetahui ketuntasan belajar menggunakan rumus :
Berdasarkan kondisi tersebut, maka diberikan tindakan berupa penggunaan model pembelajaran permainan anak yaitu menarik ular.Impelementasi dari kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran penjaskes.Pada siklus I dari penerapan model pembelajaran ini, terlihat adanya peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas VIII dalam mata pelajaran penjaskes.Sesuai dengan rancangan penelitian tindakan kelas yang telah dikemukakan, maka hasil penelitian ini dapat disajikan seperti berikut ini.
2.4 Definisi Operasional Variabel Metode bermain merupakan salah satu cara pendekatan aktifitas bermain dalam pendidikan jasmani, yang menggembirakan dan disampaikan dalam bentuk bermain untuk merangsang siswa lebih aktif lagi dalam bergerak yang pada akhirnya menghasilkan kebugaran jasmani.
3.1.1 Perencanaan Pada tahap ini, disiapkan perangkat-perangkat pembelajaran berupa silabus, alat-alat permainan, lapangan permainan, lembar observasi, instrument tes, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Pada siklus ini, kompetensi dasar yang diajarkan adalah: ‘Mempraktikkan aktivitas untuk
73
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
kekuatan otot-otot anggota badan bagian atas, serta nilai kerja keras, disiplin, kerjasama, dan kejujuran.’ Rinciannya indikatornya adalah sebagai berikut: 1) Siswa mampu melakukan gerakan ketangkasan melalui permainan anak menjala ikan, dan 2) Siswa mampu memenangkan permainan dalam permainan anak menjala ikan.
belum berperan sebagai cheerleader atau dengan kata lain hanya meramaikan kelompok saja. Permasalahan tersebut pada siklus II harus dapat ditangani dengan baik.Untuk itu, langkah-langkah perbaikan yang harus dilakukan adalah berikut ini: 1) Membangkitkan semangat siswa untuk bekerja keras dan cerdas dalam memenangkan permainan, 2) Memberikan penekanan kepada siswa tentang arti pentingnya kerja sama dan kekompakan dalam tim guna memenangkan permainan, 3) Menjelaskan kembali teknik permainan menjala ikan pada siswa yang belum memahami ataupun yang hanya meramaikan saja, dan 4) Mengelola waktu dengan lebih efisien lagi untuk mengantisipasi keterbatasan waktu dalam pembelajaran.
3.1.2 Pelaksanaan Tindakan Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, peneliti bekerja sama dengan salah seorang kerabat guru penjaskes yang lain sebagai mitra peneliti. Guru mitra mengajar dengan menerapkan pembelajaran permainan anak menjala ikan, sementara peneliti membantu mengisi lembar observasi tentang aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun langkah yang dilaksanakan dalam penelitian pada siklus I ini adalah berikut ini: 1) Guru membuka pelajaran dengan mengabsensi kehadiran siswa, memberikan apersepsi terhadap materi yang disampaikan, 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, 3) Guru menyampaikan materi sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, 4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pertanyaan terkait dengan materi yang telah disampaikan, 5) Guru melakukan pemanasan dengan berlari-lari kecil memegang bahu sambil bernyanyi, 6) Guru mengorientasi siswa pada materi pembelajaran permainan anak berupa menjala ikan, 7) Guru membagi siswa ke dalam dua tim. Terdiri dari tim putra 14 siswa dan tim putri 12 siswa, 8) Guru menjelaskan aturan permainan menjala ikan, 9) Guru mengamati proses permainan menjala ikan, dan 10) Guru menutup pelajaran dengan mendiskusikan hal-hal yang perlu diperbaiki dan diperhatikan dalam permainan anak menjala ikan. Pada akhir siklus I, peneliti memberikan tes untuk mengukur prestasi belajar siswa. Pada saat ini, aktivitas dan prestasi belajar siswa dapat diketahui.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut diharapkan dalam siklus II aktivitas dan prestasi belajar siswa dapat lebih ditingkatkan. 3.2 Hasil Penelitian Tindakan Siklus II 3.2.1 Perencanaan Siklus II Pada umumnya, perencanaan siklus II hampir sama dengan perencanaan siklus I, yaitu menyiapkan perangkat-perangkat pengajaran seperti silabus, lapangan permainan, dan Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menyiapkan instrumen berupa tes untuk mengetahui prestasi belajar belajar siswa pada siklus II. Pada siklus II kompetensi dasar yang dikaji masih melanjutkan kompetensi sebelumnya, yaitu: Mempraktikkan aktivitas untuk kekuatan otot-otot anggota badan bagian atas, serta nilai kerja keras, disiplin, kerjasama, dan kejujuran. Rinciannya indikatornya adalah sebagai berikut: 1) Siswa mampu melakukan gerakan ketangkasan melalui permainan anak menjala ikan, dan 2) Siswa mampu memenangkan permainan dalam permainan anak menjala ikan. 3.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II
3.1.3 Observasi dan Evaluasi Siklus I
Secara umum, pelaksanaan tindakan siklus II hampir sama dengan siklus I dengan modifikasi dari hasil refleksi pada siklus I. Selain itu, diberikan penguatan terhadap prestasi belajar siswa pada siklus I. Hal ini dilakukan untuk merangsang siswa agar mencapai hasil yang lebih baik dalam siklus II. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini diawali dengan pemanasan lalu melanjutkan permainan menjala ikan.
Prestasi belajar siswa pada siklus I menunjukkan ketuntasan belajar siswa 65,38%. Sementara siswa yang tidak tuntas sebanyak 34,62%. Siswa yang mendapatkan nilai di atas 70 sebanyak 17 siswa dan yang mendapatkan nilai di bawah 78 sebanyak 9 orang siswa. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada siklus I belum memenuhi ketuntasan belajar.Ketuntasan belajar tercapai apabilai 85% dari jumlah siswa mendapatkan nilai di atas 70.
Pada siklus ini terlihat hampir semua siswa terlibat aktif dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan melalui penerapan permainan menjala ikan.Permainan ini membuat semua anak mau terlibat dan memberikan perhatian.Reaksi anak-anak secara keseluruhan pada saat mengikuti permainan aktif, sangat senang, antusias dan bersemangat. Pada tahap ini siswa terlihat antusias dalam permainan. Anak-anak cepat memahami maksud permainan.Anak yang memiliki sikap sosial yang kurang baik dapat berkomunikasi dengan yang lainnya dan dapat mengikuti permainan. Permainan bermanfaat
3.1.4 Refleksi Tindakan Siklus I Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I, perlu dilakukan beberapa perbaikan, sehingga diharapkan dalam pelaksanaan siklus II terdapat peningkatan prestasi belajar siswa. Kendala-kendala yang dihadapi dalam siklus I antara lain; kurangnya partisipasi siswa dalam tim, kurangnya kerjasama siswa untuk menciptakan tim yang solid, dan beberapa siswa masih
74
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
untuk siswa khususnya dalam mengembangkan sikap, minat, bakat dan keterampilan.
siswa, khususnya dalam psikomotorik, yaitu kelincahan, kelenturan, dan kekuatan.
Pada siklus ini, guru tampak puas melihat perkembangan siswa terutama semangat dan kekompakan untuk mempertahankan keutuhan kelompok supaya tidak tumbang. Yel-yel tampak berkumandang dan membuat permainan semakin berkobar. Siswa larut dalam permainan dan tanpa terasa waktu dua jam bergulir dan pembelajaran penjaskes berakhir dengan napas tersengal-sengal diserta wajah ceria siswa. Guru pun menutup pelajaran.
Permainan anak memiliki peranan signifikan dalam hal kreativitas anak, terapi anak, kecerdasan emosional anak, dan kecerdasan spiritual anak.Daya tarik ini timbul karena permainan ini cukup populer di tengah masyarakat Bima.Permainan ini menarik untuk dimainkan karena melibatkan banyak anak.Ide untuk memasukkan permainan ini dalam pembelajaran adalah langkah yang tepat.Dengan demikian hipotesis yang berbunyi dugaan bahwa model permainan anak dapat meningkatkan prestasi belajar penjaskes siswa kelas VIII SMPN I Sape tahun pelajaran 2015/2016 telah teruji kebenarannya.
3.2.3 Evaluasi Tindakan Siklus II Setelah pelaksanaan tindakan siklus II berakhir, maka dilakukan tahap evaluasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan yaitu ketuntasan belajar siswa mencapai 88,45%, yaitu 23 siswa mendapatkan nilai di atas 70 dan 3 siswa mendapatkan nilai di bawah 70. Sementara jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 11,54%.
4. Kesimpulan Penerapan strategi mengajar melalui model bermain dapat meningkatkan prestasi beajar siswa kelas VIII-1 SMPN I Sape tahun pelajaran 2015/2016, seperti model permainan tradisional berupa menjala ikan. Hal ini terbukti dari peningkatan skor prestasi belajar dari siklus ke siklus. Pada siklus I diperoleh rata-rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 73,00 dengan ketuntasan 65,38% kemudian mengalami peningkatan signifikan pada siklus II dengan nilai rata-rata sebesar 84,15 dengan ketuntasan 88,46% Begitu pula pada ketuntasan belajar siswa mengalami kemajuan. Pada siklus I ketuntasan tercapai dengan perolehan skor sebesar 65,38% kemudian mengalami peningkatan sebesar 88,45% pada siklus II. Prestasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 15,45% dibandingkan dengan prestasi belajar siswa pada siklus I.
3.2.4 Refleksi Tindakan Siklus II Berdasarkan data yang telah terkumpul pada saat akhir tindakan, terlihat peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa antara siklus I dan siklus II.Pada siklus II ketuntasan belajar sudah terpenuhi. Dengan adanya peningkatan tersebut, maka siklus selanjutnya tidak perlu dilaksanakan lagi.Namun demikian, bagi siswa yang masih belum mencapai hasil yang memuaskan perlu mendapatkan perhatian lebih dan dilakukan pendekatan secara individu oleh guru. Melihat adanya peningkatan yang signifikan antara siklus I dan siklus II, maka tidak perlu lagi melanjutkan tindakan pada siklus selanjutnya. Hal ini mengindikasikan bahwa tindakan dapat dihentikan, karena target penilitian sudah tercapai.
Daftar Pustaka [1] D. Rosdiani, "Dinamika olahraga dan pengembangan nilai," Bandung: Alfabeta, 2012. [2] A. Paturusi, Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Rineka Cipta, 2012. [3] A. Ismail, Education Game. Yogyakarta: Pilar Media, 2006. [4] Nugroho, "Peningkatan Minat Siswa Mengikuti Pembelajaran Penjaskes dengan Metode Barmain di SMP Negeri 7 Dompu ", 2004. [5] D. Irawan, "Peningkatan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dengan Metode Bermain di Kelas VIII SMP 2 Dompu," 2013. [6] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2013. [7] A. Kristiyanto, "Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dalam Pendidikan Jasmani dan Kepelatihan Olahraga," Surakarta: UNS Press Surakarta, 2010. [8] Dewi L. B., Metode Penelitian Ilmi Ilmu Kesehatan. Bandung: Multazam, 2012.
3.3 Pembahasan Penerapan permainan anak berupa menjala ikan. Dalam pembelajaran penjaskes dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Di samping itu aktivitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran ikut meningkat. Hal ini terlihat dari peningkatan skor prestasi belajar siswa dari siklus ke siklus. Pelaksanaan siklus I diperoleh rata-ratarata prestasi belajar siswa sebesar 73 kemudian mengalami peningkatan signifikan pada siklus II dengan nilai rata-rata sebesar 84,15. Begitu pula pada ketuntasan belajar siswa mengalami kemajuan. Pada siklus I ketuntasan belum tercapai dengan perolehan skor sebesar 65,38% kemudian mengalami peningkatan sebesar 88,45% pada siklus II. Prestasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 15,45% dibandingkan dengan prestasi belajar siswa pada siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa permainan anak berupa menjala ikan memberikan kontribusi dalam kemajuan belajar
75
Seminar Nasional Pendidikan Olahraga (SEMNASPOR) 2015 Universitas Bina Darma, 19 Desember 2015
Irfan, S.Pd., M.Or, memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd), FPOK, IKIP Mataram, lulus tahun 2011. Memperoleh gelar Magister Ilmu Olahraga (M.Or) Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret, lulus tahun 2014. Saat ini menjadi Dosen tetap di STKIP Taman Siswa Bima.
76