2016/08/23 14:18 WIB - Kategori : Pemberdayaan
PENYULUH PERIKANAN SINGKAWANG BINA POKLAHSAR MAJU DAN MANDIRI
SINGKAWANG (23/8/2016) www.pusluh.kkp.go.id Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung. Dimana kita tinggal disitulah kita mencari nafkah dan harus pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Kira-kira seperti pepatah itulah falsafah hidup seorang bapak bernama Nasrul kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur 34 tahun silam. Berbekal pengetahuan membuat kerupuk dari usaha turun- temurun keluarganya di Banyuwangi, Nasrul muda memberanikan diri merantau dan mengadu nasib merintis usaha pembuatan kerupuk udang di beberapa kota di tanah air. Bermula dari Kota Cirebon pada tahun 1997. Di kota yang terkenal sebagai kota udang ini Nasrul memulai usahanya, di usia belia yang masih 20 tahun , hidup mandiri dan mengelola usaha sendiri lepas dari keluarga untuk yang pertama kali bukanlah suatu perjuangan yang mudah. Semua kendala dan tantangan dipikul sendiri, mulai dari kerasnya kehidupan di kota besar, persaingan usaha yang tajam sampai memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari harus ia atasi sendiri. Dua tahun bertahan di Kota Cirebon, pemuda yang berpendidikan hanya sampai SMP ini merasakan bahwa iklim persaingan usaha di kota udang tersebut sudah terlalu sesak dan sulit untuk berkembang khususnya bagi pengusaha baru. Maka pada tahun 1999 Nasrul membulatkan tekad untuk menyeberang ke pulau Kalimantan, tepatnya ke Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Di Kota ini
Nasrul memulai kembali usahanya dari nol, hanya bermodalkan pengetahuannya membuat kerupuk udang dan sedikit modal, kurang lebih 10 jutaan hasil usahanya di Cirebon. Berusaha di Kota Khatulistiwa ini membawa kenangan tersendiri bagi Nasrul muda, karena pada tahun 2000 di kota ini pula Nasrul menemukan tambatan hatinya yang kemudian dinikahinya yaitu seorang gadis bernama Siti Khadijah, yang tak disangka merupakan gadis kelahiran sekampung halamannya di Jawa. Hari berganti hari, tahun berganti tahun, usaha pembuatan kerupuk udang ini ia geluti dengan tekun, ditemani oleh sang istri tercinta, hambatan dan rintangan dalam menjalankan usahanya ini datang silih berganti, itulah yang dirasakan oleh pengantin baru ini. Seiring dengan makin banyaknya permintaan kerupuknya, semakin sulit juga ia mendapatkan bahan bakunya, yaitu berupa udang segar, yang konon berasal dari daerah Kabupaten Ketapang yaitu daerah di sebelah selatan Propinsi Kalimantan Barat. Insting bisnisnyapun mulai terusik, tak lama ia berusaha di Pontianak, pada tahun 2002 dengan memboyong sang istri yang mulai hamil anak pertamanya ia putuskan untuk hijrah ke Kota Ketapang, kurang lebih sekitar 200 km sebelah selatan Kota Pontianak dengan menggunakan jalur transportasi sungai. Benar adanya, Kota Ketapang merupakan surganya hasil perikanan, dengan wilayah yang dikelilingi pulau –pulau kecil, perairan Ketapang kaya akan sumberdaya perikanan, mulai dari udang, kerang, kepiting, rajungan, sampai ikan pelagis besar maupun kecil sangat melimpah. Tak heran maka kota ini disebut juga kota Ale-Ale. Bukan Ale-Ale yang kita kenal di iklan TV yaitu minuman penyegar, tapi Ale-Ale disini yaitu sejenis kerang kecil yang memang banyak hidup di perairan Kabupaten Ketapang, dan menjadi produk makanan seafood unggulan Kota Ketapang. Dengan sumber bahan baku udang yang melimpah ini, usaha pembuatan kerupuk udang Nasrul kembali berkembang. Akan tetapi dibalik berkembangnya usaha bapak muda ini, terselip pemikiran atau boleh dibilang kekhawatiran bahwa suatu saat usahanya ini sulit untuk berkembang lebih besar lagi apabila ia menetap di Kota Ketapang, karena
daerah lain agak sulit karena kendala jarak yang cukup jauh dari Ibukota Propinsi yaitu Kota Pontianak dan juga sarana transportasi yang minim dan biaya transportasi yang tinggi pula. Kembali, pada tahun 2006 Nasrul ditemani sang istri, Siti Khadijah dan anak pertamanya yang bernama Armita Silvi, melanjutkan pengembaraannya. Kali ini kota yang dipilih adalah Kota Singkawang. Dengan harapan dapat lebih mengembangkan usahanya, Nasrul membulatkan tekad untuk menetap di kota ini. Selain sebagai kota jasa, pariwisata dan perdagangan, Singkawang juga memiliki sumberdaya alam yang melimpah, mulai dari pertanian, peternakan dan perikanan. Hal inilah yang membuat Nasrul betah di kota ini , walaupun hasil perikanannya tidak sebesar Ketapang, tetapi dengan prospek pasar yang luas dirasakan lebih menjanjikan untuk berusaha di Kota Singkawang. Di kota ini juga bapak satu anak ini di karuniai satu orang putri lagi yang diberi nama Devi Nasrillahi. Seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya, memulai suatu usaha bukanlah hal yang mudah, banyak kendala-kendala yang harus ia hadapi di Kota yang mayoritas penduduknya dari etnis tionghoa ini. Mulai dari ketersediaan bahan baku udang segar yang tidak menentu, cuaca yang kurang bersahabat sehingga sulit untuk menjemur kerupuknya, sampai sulitnya mencari orang untuk bekerja membuat kerupuk. Akan tetapi hal ini tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap berusaha. Hampir enam tahun berlalu sejak ia memutuskan pindah ke Singkawang, kini melalui pembinaan dan bimbingan oleh penyuluh perikanan kota Singkawang, usaha pembuatan kerupuk Nasrul berbentuk kelompok Pengolahan Hasil Perikanan bernama “Baru Muncul” dan memiliki kurang lebih 10 orang anggota dari masyarakat sekitar yang terdiri dari bagian pengolah, pengemas dan pemasaran.
Wilayah pemasaran kerupuknya pun semakin luas merambah ke kabupaten/kota lain di luar Kota Singkawang. Yaitu sampai Sambas, Mempawah bahkan kabupaten Bengkayang yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Dengan harga jual yang relatif murah yaitu Rp. 1.000,- /bungkus untuk kerupuk yang siap makan, kerupuk buatan Nasrul ini laris manis di warung-warung kopi atau warung nasi sebagai camilan pelengkap makan. Mengenai persaingan usaha di Singkawang, Nasrul tidak terlalu memusingkannya, bahkan ia berpikir bahwa makin banyak saingan orang yang membuat kerupuk, menjadi semakin bagus karena masyarakat menjadi lebih terbiasa makan kerupuk dan pada akhirnya merasa ada yang kurang kalau makan nasi tidak ada kerupuk. Dengan omset sebesar 2 juta rupiah per hari, ia masih optimis bahwa kedepannya prospek usaha pembuatan kerupuk ini masih menjanjikan. Dari segi perhatian pemerintah , bapak 2 orang anak ini pun sangat berterima kasih atas pembinaan, bimbingan teknis dan bantuannya, tercatat pada tahun 2012 ini usaha pembuatan kerupuk Nasrul yang tergabung dalam kelompok Pengolahan Perikanan “Baru Muncul” mendapat bantuan paket Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) dari Kementeriaan Kelautan dan Perikanan, dan beberapa alat pengolahan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Singkawang maupun dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Kalimantan Barat. Dengan adanya bantuan-bantuan ini, kendala-kendala yang selama ini dihadapi Nasrul dapat teratasi. Tak lupa iapun menambahkan bahwa peran penyuluh perikanan Kota Singkawang dalam memberikan bimbingan dan pembinaan rutin terhadap kemajuan usaha kelompoknya tidak bisa dianggap kecil , karena dengan adanya bimbingan dan penyuluhan dari penyuluh perikanan , kualitas dan kuantitas produk kerupuknya makin meningkat.
Kontributor : Ary Ariefin, S.Pi.,M.Pi. Penyuluh Perikanan PNS Pemerinth Kota Singkawang, Kalimantan Barat