NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA BUYA HAMKA 2015/2016
SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh : LIA DWI PURWANTI NIM: 111-12-131
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
ii
Imam Mas Arum, M.Pd. Dosen IAIN Salatiga PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal
: Pengajuan Naskah Skripsi
KepadaYth. Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama
: LIA DWI PURWANTI
NIM
: 111-12-1131
Judul
: NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL DALAM NOVEL TENGGELMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA BUYA HAMKA Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga untuk ditujukan dalam siding munaqasyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya. Wassalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh
Salatiga,2 September 2016 Pembimbing,
Imam Mas Arum, M.Pd. NIP. 19790507 201101 1008
iii
KEMENTRIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jalan Lingkar Salatiga km.2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Emil;
[email protected]
SKRIPSI
NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL DALAM NOVEL TENGGELMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA BUYA HAMKA
Disusun oleh LIA DWI PURWANTI NIM: 111-12-131 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 22 September 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan. Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
:Mufiq, S.Ag, M.Phil
Sekretaris Penguji
: Imam Mas Arum, M.Pd
Penguji I
: Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd
Penguji II
:Dr. Hj Lilik Sriyanti, M.Si Salatiga, 22 September 2016 Dekan
Suwardi, M.Pd. NIP. 19670121 199903 10002
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama
: Lia Dwi Purwanti
NIM
: 111-12-131
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikuti atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, September 2016 Penulis
Lia Dwi Purwanti 111-12-131
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN “ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”. (Al Maa-idah: 2)
PERSEMBAHAN Untuk orang tuaku ( Bapak Sumaryanto dan Ibu Supriyati) Kakak dan adikku ( Eko Purnomo dan M. Khoirurrofik) Orang setia menungguku (Saeful Anwar) Teman-temanku semuanya yang tidak bisa saya sebut satu persatu
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA BUYA HAMKA” Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga
2.
Bapak Suwardi, M.Pd., selaku dekan FakultasTarbiyah dan Ilmu Keguruan
3.
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
vii
4.
Bapak Imam Mas Arum, M. Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5.
Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A., selaku pembimbing akademik.
6.
Ayahku (Sumaryanto) dan ibuku (Supriyati) yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta tulus ikhlas dalam mendoakan agar perkuliahan dan skripsi ini segera selesai.
7.
Kakakku (Eko Purnomo) dan adikku (M. Khoirurrofik) yang selalu memberi motifasi dan semangat kepada penulis.
8.
Orang setia menungguku, menemaniku, dan memberi semangat (Saeful Anwar).
9.
Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat dan seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala bantuan dan doa‟nya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini. Salatiga,31 Agustus 2016 Penulis
Lia Dwi Purwanti NIM. 111-12-131
viii
ABSTRAK Purwanti, Lia Dwi. 2016 “Nilai-Nilai Pendidikan Sosial dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka” Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M. Pd. Kata kunci: Nilai dan Pendidikan Sosial Pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini lebih menekankan aspek intelektual saja. Kepandaian otak ternyata belum cukup untuk membantu anak didik menjadi manusia yang lebih utuh, bahkan bagi beberapa siswa kepandaian otak malah membantu siswa berperilaku yang merugikan orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah nilai-nilai pendidikan sosial yang terdapat dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah : (1). Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka. (2). Bagaimanakah karakter tokoh utama yang patut diteladani dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka. (3). Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka pada PAI. Penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan (library research), sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan karya sastra, yaitu pendekatan pragmatik. Dalam pengumpulan datanya menggunakan metode studi pustaka dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi (content analysis). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai Pendidikan sosial yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck diantaranya: Nilai pendidikan kasih sayang, tanggung jawab, dan keserasian hidup. (2) karakter tokoh utama yang patut diteladani diantaranya: Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa, alam sekitar. (3) implikasi pendidikan sosial dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka pada PAI memberikan kontribusi yang positif terhadap Pendidikan Agama Islam. Karena bentuk pendidikan sosial dalam novel itu meliputi, kerjasaama, kepedulian, toleransi, kekeluargaan, musyawarah, rasa empati, dan tolong menolong menjadi bagian dari ajaran islam. Novel ini memiliki nilai edukasi sehingga pembaca diajak untuk meresapi dan mengambil nilai yang terkandung termasuk sosial. Sehingga mampu membuka pikiran pembaca dan mengimplementasikan dalam Pendidikan Agama Islam. Dengan begitu akan menjadikan kita pribadi yang berkarakter dan akhlak yang baik.
ix
DAFTAR ISI JUDUL ............................................................................................................ i LEMBAR BERLOGO ................................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. vi KATA PENGANTAR .................................................................................... vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6 E. Metode Penelitian .......................................................................... 7 F. Penegasan Istilah ........................................................................... 11 G. Sistematika Penulisan.................................................................... 14 x
BAB II BIOGRAFI NOVEL A. Biografi Hamka .............................................................................. 16 B. Latar Belakang Penulisan Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ............................................................................... 19 C. Karakteristik Novel Hamka ........................................................... 21 D. Karya-karya Hamka ....................................................................... 23 E. Unsur-unsur Intrinsik Novel .......................................................... 27 F. Sinopsis Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ................... 42 BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN A. Nilai Sosial .................................................................................... 46 B. Karakter Tokoh Utama yang Patut Diteladani .............................. 58 BAB IV PEMBAHASAN A. Nilai-Nilai Pendidikan Sosial ........................................................ 71 1. Pendidikan Kasih Sayang ........................................................ 71 2. Pendidikan Tanggung Jawab................................................... 81 3. Pendidikan Keserasian Hidup ................................................. 84 B. Karakter Tokoh Utama yang Patut Diteladani .............................. 91 1. Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Tuhan ......... 91 2. Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri ..................................................................................... 95 3. Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Keluarga .... 108 4. Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Masyarakat dan Bangsa .............................................................................. 110
xi
5. Sikap dan Perilaku dalam Hubungannya dengan Alam Sekitar ..................................................................................... 112 C. Implikasi
Nilai-nilai
Pendidikan
Sosial
dalam
Novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck pada PAI ..................... 116 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 118 B. Saran .............................................................................................. 119 DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Lembar Konsultasi
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini lebih menekankan aspek intelektual saja. Kepandaian otak ternyata belum cukup untuk membantu anak didik menjadi manusia yang lebih utuh, bahkan bagi beberapa siswa kepandaian otak malah membantu siswa berperilaku yang merugikan orang lain (Soewandi, 2005: 107). Pendidikan
remaja,
bukanlah
hanya
soal
pendidikan
dan
pengembangan pengetahuan, apalagi hanya otak. Hal itu tidak cukup, karena hanya akan membawa orang mengerti, tetapi belum pasti bahwa mereka dapat hidup berselaras dengan Tuhan, orang tua, dan orang lain (Soewandi, 2005: 111) Melihat realita sekarang ini rasa peduli antara satu dengan yang lain sudah tidak ada. Manusia seperti tidak membutuhkan bantuan dari orang lain. Padahal manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kelangsungan hidup mereka sendiri. Tidak ada manusia di dunia ini yang bisa hidup sendiri. Manusia satu dengan yang lain adalah bersaudara. Jadi sangat diharuskan untuk saling membantu. Seperti dalam firman Allah SWT:
1
"Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (Q.S Al Hujuraat: 10). Islam memandang bahwa bermasyarakat adalah suatu keharusan. Mustahil manusia dapat hidup terpencil seorang diri. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga sikap tolong menolong menjadi sebuah keniscayaan. Bahkan setiap muslim diwajibkan untuk memikirkan keadaan masyarakat disekitarnya. Meski disisi lain Islam mengakui hak individu (HAM), bukan berarti seorang muslim boleh lepas tanggung jawab di dalam kehidupan bersama. Islam sangat menekankan pentingnya menghormati dan mencintai sesama. Pendidikan sosial merupakan usaha yang dilakukan secara sengaja oleh orang yang bertanggung jawab serta tindakan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi atau sumber daya instan menuju terbentuknya manusia seutuhnya, baik jasmani maupun rohani dalam hubungannya dengan sesama manusia dengan adab sosial yang baik dan dasar-dasar psikis yang mulai dan bersumber kepada Akidah Islamiyah yang abadi dan perasaan keimanan yang mendalam sehingga dapat tampil dalam pergaulan di masyarakat dengan adab yang baik
2
dan keseimbangan akal dan tindakan yang bijaksana berdasarkan ajaran agama Islam. Pendidikan sosial bukan hanya pengetahuan berupa hafalan saja, akan tetapi pengetahuan yang dapat membawa tumbuhnya kesadaran pada peserta didik mengenai pentingnya akhlak dan etika, adab serta norma-norma dalam masyarakat yang baik dan mendorong untuk berkehendak melakukan perbuatan yang penuh tanggung jawab. Di era kemajuan teknologi yang sudah maju seperti zaman sekarang ini pendidikan tidak hanya diperoleh dari pendidikan sekolah atau lembaga formal lainnya. Namun pendidikan dapat diperoleh darimana saja, salah satunya dari sebuah karya sastra yang bermutu dan berkualitas. Sejalan dengan hal di atas seorang sastrawan Indonesia yang terkenal dengan nama Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) menyampaikan pesan atau nilai pendidikan sosial melalui karya sastranya yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Sastra ini mengisahkan persoalan adat yang berlaku di Minangkabau dan juga perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi hubungan kisah cinta sepasang kekasih yang berakhir hingga kematian. Tokoh utama dalam novel ini adalah Zainuddin. Ayahnya adalah Orang buangan. Beliau bernama Pendeta Sultan, dibuang karena membunuh mamaknya soal harta pusaka. Pendekar Sultan dibuang ke Cilacap, lalu
3
dikirim ke Makasar. Disini ia menikah dengan orang Makasar. Dari pernikahan inilah lahir Zainuddin. Setelah Zainuddin dewasa ia pergi ke Minangkabau. Ia ingin belajar di Minangkabau, lalu berjumpalah ia dengan keluarga ayahnya. Pada mulanya ia disambut dengan hangat, tetapi kemudian berangsul-angsur dingin, karena ia dianggap sebagai orang asing (karena ibunya bukan orang Minangkabau). Meskipun demikian Zainuddin tetap baik kepada keluarga dan masyarakat sekitar. Karena Zainuddin adalah sosok pemuda yang baik hati, dan lebih mementingkan orang lain atas dirinya sendiri. Seperti dalam kutipan novel berikut ini: “Zainuddin seseorang yang lemah lembut, didikan ahli seni, ahli sya‟ir, yang lebih suka mengalah untuk kepentingan orang lain” (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 27). Pendidikan yang akan disampaikan kepada pembaca adalah tentang kepedulian kepada orang lain melebihi kepedulian kita kepada diri kita sendiri. Kutipan tersebutmengambarkan karakter tokoh utama, yaitu Zainuddin. Kepedulian Zainuddin terhadap orang lain yang begitu besar. Meskipun sebenarnya dia hidup dalam kesusahan dan memerlukan bantuan dari orang lain. Berdasarkan uraian di atas tentang novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijckyang penuh dengan makna, maka dari itu, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai NILAI-NILAI PENDIDIKAN SOSIAL DALAM
NOVEL
TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK 4
KARYA BUYA HAMKA sebagai sebuah karya sastra yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan khususnya pendidikan Sosial. B.
Rumusan Masalah Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah ( Maslikhah,2013: 302) Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka?
2.
Bagaimanakah karakter tokoh utama yang patut diteladani dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka?
3.
Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka dalam PAI?
C. Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mendeskripsikan bagaimana nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka.
5
2.
Untuk mendeskripsikan bagaimana karakter tokoh utama yang patut diteladani dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka.
3.
Untuk mendeskripsikan bagaimana implikasi nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka dalam PAI.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat teoritik Secara teoritik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan terutama bagi pengembangan nilai-nilai pendidikan baik umum maupun pendidikan sosial melalui seni sastra. Serta untuk menambah wawasan tentang keberadaan seni sastra( novel) yang memuat tentang pendidikan.
2.
Manfaat praktis Secara praktis, efektivitas penyampaian pesan melalui karya sastra ada tiga, yaitu: a.
Bagi dunia sastra, diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan dalam membuat sebuah karya, yaitu bukan hanya memprioritaskan nilai jual dari sisi keindahannya namun juga hendak memperhatikan isi dan pesan yang dapat diambil dari karya seni tersebut.
6
b.
Bagi dunia pendidikan, setidaknya dapat dikaji lagi pada aspek-aspek lainnya secara mendalam sehingga lebih menginspirasi yang belum diketahui oleh orang banyak.
c.
Bagi civitas akademica, penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan sebagai salah satu acuan bagi pelaksanaan penelitianpenelitian yang relevan dimasa yang akan datang.
E. Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan ( library research), data mengenai penelitian ini diperoleh dari artikel dan buku-buku yang terkait dengan penelitian ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Metode kualitatif( qualitative method) adalah suatu metode yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok (Sukmadinata, 2008: 60).
2.
Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti
untuk
2005:100). Metode pengumpulan
mengumpulkan data
yang
penelitian kepustakaan ini adalah sebagai berikut: a.
Studi Pustaka 7
data
(Arikunto,
digunakan
dalam
Peneliti mengkaji novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
yang merupakan sumber data primer penelitian
dan menganalisis teks dalam novel tersebut yang mengandung nilai-nilai pendidikan
sosial serta
buku-buku
lain
yang
relevan dengan pembahasan skripsi. b.
Metode Dokumentasi Yaitu menggunakan bukti-bukti dan keterangan yang diperoleh dari buku. Yang datanya berupa data primer dan data sekunder. Data primernya adalah dokumentasi dari novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Hamka, dan data sekundernya adalah data pustaka atau berbagai tulisan yang memiliki berkaitan dengan masalah penelitian untuk dipilah dan dipilih
berdasarkan
data
untuk
mempermudah
dalam
menganalisisnya. 3.
Sumber data Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh(Arikunto,2006: 129). Dalam penulisan skripsi ini sumber data yang digunakan adalah sumber yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun sumber data terdiri atas dua macam, yaitu: a.
Sumber Data Primer, merupakan sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu novel Tenggelamnya Kapal
8
Van Der Wijck karya Buya Hamka yang diterbitkan oleh Bulan Bintang b.
Sumber
Data
Sekunder,
yaitu
berbagai
literature
yang
berhubungan dan relevan dengan objek penelitian, baik itu berupa buku, dan website. 4.
Metode analisis data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi. Isi dalam metode analisis isi terdiri dari dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007:48). Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisis isi adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif memberikan perhatian pada situasi alamiah, maka dasar penafsiran dalam metode analisis isi memberikan perhatian pada isi pesan. Oleh karena itulah, metode analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat isi. Peneliti menekankan bagaimana memaknakan isi komunikasi, memaknakan isi interaksi simbolik yang
terjadi
dalam
peristiwa
komunikasi (Ratna, 2007:49). Analisis ini digunakan untuk mengungkapkan nilai-nilai
tertentu
yang terkandung dalam sebuah karya sastra dengan memperhatikan konteks. Analisis isi berfungsi mengungkap makna simbolik dalam 9
sebuah karya sastra. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis isi novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijckkarya Buya Hamka Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan data adalah: a.
Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan sosial.
b.
Langkah interprestatif, yaitu menjelaskan teks-teks dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan sosial.
c.
Langkah analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan sosial.
d.
Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan dari novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan sosial.
F. Penegasan Istilah Agar pembaca mudah untuk memperoleh pemahaman dan gambaran yang pasti terhadap istilah tersebut, maka penulis akan menjabarkan terlebih dahulu yaitu:
10
a. Nilai Nilai dapat diartikan sifat-sifat( hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Poerwadarminto, 1999: 667). Dalam garis besarnya nilai hanya ada tiga macam, yaitu nilai benar-salah, nilai baik-buruk, dan nilai indah-tidak indah. Nilai benarsalah menggunakan kriteria benar atau salah dalam menetapkan nilai. Nilai ini digunakan dalam ilmu ( sains), semua filsafat kecuali etika mahzab tertentu. Nilai baik-buruk menggunakan kriteria baik atau buruk dalam menetapkan nilai. Nilai ini digunakan hanya dalam etika. Adapun menetapkan nilai seni, baik seni gerak, seni suara, seni lukis, maupun seni pahat (Ahmadi, 2010: 50). Dari beberapa pengertian dan pemikiran tokoh tentang nilai di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sifat-sifat atau halhal yang melekat pada sesuatu yang sangat berguna bagi kehidupan manusia yang dapat dijadikan sebagai petunjuk mengenai hal-hal yang dianggap baik dan buruk, benar dan salah, indah dan tidak indah dalam kehidupan sehari-hari. b. Pendidikan Sosial Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan pikiran ( Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan,2007: 20). Pendidik adalah usaha sadar dan terencana
untuk
mewujudkan 11
suasana
belajar
dan
proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuantan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, Bangsa dan Negara (Ensiklopedi pendidik,2009: 130) Sosial adalah berasal dari kata latin sociates, yang mempunyai arti masyarakat. Kata sociates dari kata socius yang artinya teman, dan selanjutnya kata sosial berarti hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain (Agus, 1983:248) Sedangkan
yang
dimaksud
pendidikan
sosial
adalah
pendidikan yang sejak kecil agar terbiasa mengerjakan dan menjalankan adab sosial yang baik dan dasar-dasar psikis yang mulia dan bersumber pada akidah Islamiyah yang abadi dan perasaan keimanan yang mendalam, agar di dalam masyarakat nanti ia bias tampil dengan pergaulan dan adab yang baik, berkesinambungan yang matang dan tindakan yang bijaksana (Ulwan, 1981: 391). Jadi nilai-nilai pendidikan sosial yang dimaksud adalah sesuatu yang berguna pada kehidupan bermasyarakat untuk membina kehidupan dengan lingkungannya. Nilai-nilai pendidikan sosial ada dua yaitu interaksi sosial dan hubungan sosial. Interaksi sosial didefinisikan sebagai interaksi lembaga sosial, individu, dan tata hubungan yang dikendalikan oleh 12
hubungan tertentu. Sedangkan Soerjono Soekanto mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompoik, dan kelompok dengan antar kelompok. Hubungan sosial adalah hubungan timbal antar individu yang satu dengan individu yang lain, saling mempengaruhi dan didasarkan pada kesadaran untuk saling menolong. Hubungan sosial juga sering disebut dengan interaksi sosial ( Soerjono: 1987: 50). c. Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang di tulis dan naratif yang biasanya adalah bentuk cerita (Maslikhah,2013: 126). Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra prosa fiksi, mengandung beberapa unsur pokok, yaitu: pengarang atau narator, isi penciptaan, media penyampaian isi atau bahasa dan elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang mengandung karya sastra. Pada sisi lain dalam memaparkan isi, pengarang akan memaparkan melalui beberapa cara, yaitu: dengan penjelasan atau komentar, dengan dialog atau monolog, dan melalui action maupun perbuatan (Aminuddin, 1995: 66). Dalam penelitian kali ini penulis akan meneliti isi dari novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka yang diterbitkan oleh Bulan Bintang sebagai bahan penelitian yang mengandung nilai-
13
nilai pendidikan sosial dengan meneliti isi dan juga memperhatikan unsur-unsur intrinsik pembangun novelnya.
G. Sistematika Penulisan Skripsi Penulisan skripsi yang disusun terbagi atas tiga bagian, yaitu bagian awal bagian isi dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman moto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran. Bagian inti atau isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima bab yang rinciannya sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas mengenai: latar belakang masalah, penelitian,
rumusan metode
masalah,
tujuan
penelitian,
penelitian,
penegasan
manfaat
istilah,
dan
sistematika penulisan penelitian. BAB II
BIOGRAFI NOVEL Dalam bab ini akan diuraikan mengenai: Biografi Hamka, Latar Belakang penulisan novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, karakteristik
14
novel
Hamka,
karya-karya
Hamka,
unsur-unsur intrinsik novel, sinopsis novel Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN Dalam bab ini akan diuraikan deskripsi pemikiran penulis mengenai: Tentang nilai dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan karakter tokoh yang patut diteladani dalam novel Tenggelamya Kapal Van Der Wijck karya Hamka.
BAB IV
PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai: Nilainilai pendidikan Sosial dalam novel Tenggelamya Kapal Van Der Wijck, karakter tokoh utama dalam novel Tenggelamya Kapal Van Der Wijck, dan implikasi nilai-nilai pendidikan Sosial dalam novel Tenggelamya Kapal Van Der Wijck pada PAI.
BAB V
PENUTUP Bab penutup berisi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
15
BAB II BIOGRAFI NOVEL
A. Biografi Hamka Haji Abdul Malik Karim Amarullah (HAMKA), lahir di Sungai Batang, Maninjau Sumatera Barat pada hari Ahad, tanggal 17 Februari 1908 M./13 Muharam 1326 H dari kalangan keluarga yang taat agama. Beliau adalah seorang ulama, aktivis politik dan penulis Indonesia yang amat terkenal di alam Nusantara. Ayahnya adalah Haji Abdul Karim Amarullah atau sering disebut Haji Rasul bin Syekh Muhammad Amarullah bin Tuanku Abdullah Saleh. Haji Rasul merupakan salah seorang ulama yang pernah mendalami agama di Mekkah, pelopor kebangkitan kaum mudo dan tokoh Muhammadiyah di Minangkabau. Ia juga menjadi penasehat Persatuan Guru-Guru Agama Islam pada tahun 1920an, ia memberikan bantuannya pada usaha mendirikan sekolah Normal Islam di Padang pada tahun 1931, ia menentang komunisme dengan sangat gigih pada tahun 1920-an dan menyerang ordonansi guru pada tahun 1920 serta ordonansi sekolah liar tahun 1932 (Noer, 1985:46). Sementara ibunya bernama Siti Shafiyah Tanjung binti Haji Zakaria (w. 1934) keturunan seniman di Minangkabau. Adapun kakek Hamka dari
16
ayahnya, yakni Muhammad Amrullah. Dikenal sebagai ulama pengikut tarekat naqsyabandiyah (Samsul, 2008: 15) Hamka adalah seorang otodidiak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl
Marx dan Pierre Loti(
http://id.wikipedia.org/wiki/Haji_Abdul_Malik_Karim_Amrullah, diakses tgl 12 mei 2016) Hamka
juga
aktif
dalam
gerakan
Islam
melalui
organisasi
Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928, beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929, Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan
Muhammadiyah
di
Sumatera
Barat
oleh
Konferensi
Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946.
17
Beliau menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke31 di Yogyakarta pada tahun 1950. Hamka mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau sehingga kelas dua. Ketika usia HAMKA mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo (Dawam, 1993: 202). Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padang Panjang pada tahun 1929 (http://amir14.wordpress.com/tasawuf_hamka, diakses tgl 12 mei 2016 ). Hamka kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu ketika Sukarno menyuruhnya memilih antara menjadi pegawai negeri atau bergiat dalam politik Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).
18
Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat nasional dan antara bangsa seperti anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa, Universitas al-Azhar, 1958; Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974;
dan
gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari
pemerintah Indonesia ( Hamka,1987: 19). Pada tanggal 24 Juli 1981, Hamka telah puang ke rahmatullah. Jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam (http://vakho.multiply.com/journal/item/2/Biografi_HAMKA, diaksestgl 12 mei 2016 )Hamka bukan saja sebagai pujangga, wartawan, ulama, dan budayawan, tapi juga seorang pemikir pendidikan yang pemikirannya masih relevan dan baik untuk diberlakukan dengan zaman sekarang. B. Latar Belakang Penulisan Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Hamka sangat gemar membaca, ia bahkan hampir setiap hari menyewa buku di tempat penyewaan milik gurunya. Kemudian saat sudah tidak mempunyai uang untuk membayar sewa buku maka ia bekerja di tempat penyewaan milik gurunya itu dengan upah supaya dapat meminjam buku secara gratis. Buku yang Hamka baca kemudian disalin menurut versi ia sendiri. Kadang Hamka remaja mengirim surat cinta yang disadurnya dari buku-buku kepada teman perempuan sebayanya. Dari sinilah ia mulai menulis. Selain itu Hamka juga mengukuhkan tekatnya untuk meneruskan cita-cita ayahnya dan dirinya sebagai sastrawan.
19
Setelah menunaikan ibadah haji dan tinggal di mekah selama tujuh bulan ia pulang ke Tanah Air, atas perintah sang guru. Namun bukannya ia kembali ke Padang Panjang melainkan ia tinggal di Medan. Di Medan Hamka mulai mengirimkan tulisan-tulisannya untuk surat kabar pembela islam di bandung dan berkorespondensi dengan tokoh pembaharu islam. Selain itu Hamka juga bekerja di Harian Pelita Andalas dan menulis laporan-laporan perjalanan, terutama perjalanannya ke Mekah. Tulisannya diminati banyak orang, dan pada tahun 1928 keluarlah buku romannya yang pertama dalam bahasa Minangkabau “Si Sabariyah”. Kemudian muncul buku-buku lainnya. Salah satunya adalah novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Pada awalnya novel ini ditulis di majalah pedoman masyarakat secara bersambung. Karena banyak mendapat surat dari pembaca dan masukan dari berbagai pihak maka cerita bersambung itu diterbitkan dalam bentuk novel. Hamka menulis novel itu berdasarkan kisah nyata tentang kapal van der wijck yang tenggelam di Laut Jawa, bagian Timur Semarang pada 21 Oktober 1936. Walaupun peristiwa tenggelamnya kapal Van Der Wijck itu benar-benar terjadi, kisah yang ditulis Hamka dalam novel itu tentu saja fiksi belaka. Hamka pun mengolah tragedi yang memilukan itu dalam kisah fiksi yang diberi badan peristiwa konkret dengan plot yang apik sehingga imajinasi pembacanya memiliki pijakan di dunia faktual.
20
Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck bukan hanya berisi tentang kisah cinta Zainuddin dan Hayati yang tidak dapat bersatu sampai ajal. Namun Hamka juga mengkritik mengenai persoalan adat yang berlaku di Minangkabau, seperti perlakuan terhadap orang berketurunan blasteran dan peran perempuan dalam masyarakat.Hamka juga beranggapan bahwa beberapa tradisi adat tersebut tidak sesuai dengan dasar-dasar Islam ataupun akal budi yang sehat. Kemudian juga untuk mengenang peristiwa bersejarah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang memakan korban. Melalui novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Hamka ingin memberitahukan tentang adat istiadat yang menyimpang dan penduduk materialistis yang berada di Minangkabau, juga adat yang sangat menyimpang dari ajaran Islam. Dan kenapa menggambil nama Van Der Wijck? adalah untuk memberitahukan kepada pembaca mengenai peristiwa bersejarah itu. Karena hanya sedikit orang yang tahu tentang sejarah dibalik monument Van Der Wijck yang diambil dari kisah nyata. C. Karakteristik novel Hamka Ciri khas penulis bernama Haji Abdul Malik Bin Abdul Karim Amrullah adalah setiap karya yang ia hasilkan merupakan tulisan dari kehidupan yang ada di tanah kelahirannya. Tulisan yang dihasilkan merupakan suatu tulisan yang benar-benar terjadi di lingkungannya, yakni tanah Minangkabau.
21
Novel yang dihasilkan oleh Hamka berupa novel fiksi, meskipun bersifat fiksi namun Hamka menambahkan suatu momen atau kejadian yang benar-benar terjadi. Sebagaimana umumnya karya sastra yang baik dibangun atas serpihan kejadian nyata. Novel Hamka dipaparkan secara terperinci dan sangat detail, membuat pembaca merasa benar-benar mengetahui kejadian itu. Karya-karya Hamka berisi tentang kritikan mengenai tradisi yang berlaku di Minangkabau yang tidak sesuai dengan dasar-dasar Islam ataupun akal budi yang sehat. Tradisi yang sering ia kritik melalui novelnya antara lain mengenai diskriminasi sosial yang ditentukan masalah asal-usul dan keturunan, selain itu juga mengenai nikah paksa. Dari sini Hamka ingin memberikan pemahaman bahwa nilai seseorang itu bukan dari keturunan, melainkan dari amal dan perbuatannya. Begitulah karakteristik novel karya Hamka. Sederhana, sehingga mudah dipahami oleh pembaca dan pesan yang ingin disampaikan dalam novel tersampaikan dengan baik. Dan juga menginspirasi, sehingga memberikan manfaat kepada para pembaca setelah membaca karya-karyanya. Salah satu karyanya adalah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang menjadi bahan penelitian ini. Novel dari seorang sastrawan dan juga seorang ulama besar yang sangat terkenal. Novel fiksi yang disisipi dengan suatu kisah nyata, yang diceritakan secara sederhana dengan kalimat yang menarik, menyenangkan, mengharukan dan menginspirasi, penuh dengan keyakinan dan serat akan nilai pendidikan khususnya pendidikan sosial. 22
D. Karya-karya Hamka Sebagai seorang yang berpikiran maju, Hamka tidak hanya merefleksikan kemerdekaan berpikirnya melalui berbagai mimbar dalam cerama agama, tetapi ia juga menuangkannya dalam berbagai macam karyanya berbentuk tulisan. Orientasi pemikirannya meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti teologi, tasawuf, filsafat, pendidikan Islam, sejarah Islam, fiqh, sastra dan tafsir. Sebagai penulisyang sangat produktif, Hamka menulis puluhan buku yang tidak kurang dari 103 buku. Beberapa diantara karyakaryanya adalah sebagai berikut: 1.
Tasawuf modern(1983), pada awalnya, karyanya ini merupakan kumpulan artikel yang dimuat dalam majalah Pedoman Masyarakatantara tahun 1937-1937. Karena tuntutan masyarakat, kumpulan artikel tersebut kemudian dibukukan. Dalam karya monumentalnya ini, ia memaparkan pembahasannya ke dalam XII bab. Buku ini diawali dengan penjelasan mengenai tasawuf. Kemudian secara berurutan dipaparkannya pula pendapat para ilmuwan tentang makna kebahagiaan, bahagia dan agama, bahagia dan utama, kesehatan jiwa dan badan, harta benda dan bahagia, sifat qonaah, kebahagiaan yang dirasakan rosulullah, hubungan ridho dengan keindahan alam, tangga bahagia, celaka, dan munajat kepada Allah. Karyanya yang lain yang membicarakan tentang tasawuf adalah
23
“Tasawuf; Perkembangan Dan Pemurniaannya”.Buku
ini adalah
gabungan dari dua karya yang pernah ia tulis, yaitu “Perkembangan Tasawuf Dari Abad Ke Abad” dan “Mengembalikan Tasawuf Pada Pangkalnya”. 2.
Lembaga Budi(1983). Buku ini ditulis pada tahun 1939 yang terdiri dari XI bab. Pembicaraannya meliputi; budi yang mulia, sebab budi menjadi rusak, penyakit budi, budi orang yang memegangpemerintahan, budi mulia yang seyogyanya dimiliki oleh seorang raja (penguasa), budi pengusaha, budisaudagar, budi pekerja, budi ilmuwan, tinjauan budi, dan percikan pengalaman. secara tersirat, buku ini juga berisi tentang pemikiran Hamka terhadap pendidikan Islam, termasuk pendidik.
3.
Falsafah Hidup(1950). Buku ini terdiri atas IX bab. Ia memulai buku ini dengan pemaparan tentang makna kehidupan. Kemudian pada bab berikutnya, dijelaskan pula tentang ilmu dan akal dalam berbagai aspek dan dimensinya. Selanjutnya ia mengetengahkan tentang undang-undang alam atau sunnatullah. Kemudian tentang adab kesopanan, baik secara vertikal maupun horizontal. Selanjutnya makna kesederhanaan dan bagaimana cara hidup sederhana menurut Islam. Ia juga mengomentari makna berani dan fungsinya bagi kehidupan manusia, selanjutnya tentang keadilan dan berbagai dimensinya, makna persahabatan, serta bagaimana mencari dan membina persahabatan. Buku ini diakhiri dengan membicarakan Islam sebagai pembentuk hidup. 24
4.
Lembaga Hidup(1962). Dalam bukunya ini, ia mengembangkan pemikirannya dalam XII bab. Buku ini berisi tentang berbagai kewajiban manusia kepada Allah, kewajiban manusia secara sosial, hak atas harta benda, kewajiban dalam pandangan seorang muslim, kewajiban dalam keluarga, menuntut ilmu, bertanah air, Islam dan politik, Al-Qur‟an untuk zaman modern, dan tulisan ini ditutup dengan memaparkan sosok nabi Muhammad. Selain Lembaga Budi dan Falsafah Hidup, buku ini juga berisi tentang pendidikan secara tersirat.
5.
Pelajaran Agama Islam(1952). Buku ini terbagi dalam IX bab. Pembahasannya meliputi; manusia dan agama, dari sudut mana mencari Tuhan, dan rukun iman.
6.
Tafsir Al-AzharJuz 1-30. Tafsir Al-Azhar merupakan karyanya yang paling monumental. Buku ini mulai ditulis pada tahun 1962. Sebagian besar isi tafsir ini diselesaikan di dalam penjara, yaitu ketika ia menjadi tahanan antara tahun 1964-1967. Ia memulai penulisan Tafsir Al-Azhar dengan terlebih dahulu menjelaskan tentang i‟jaz Al-Qur‟an. Kemudian secara berturut-turut dijelaskan tentang i‟jaz Al-Qur‟an, isi mukjizat AlQur‟an, haluan tafsir, alasan penamaan tafsir Al-Azhar, dan nikmat Illahi. Setelah memperkenalkan dasar-dasar untuk memahami tafsir, ia barumengupas tafsirnya secara panjang lebar.
7.
Ayahku; Riwayat Hidup Dr. Haji Amarullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera(1958). Buku ini berisi tentang kepribadian dan sepak 25
terjang ayahnya, Haji Abdul Karim Amrullah atau sering disebut Haji Rosul. Hamka melukiskan perjuangan umat pada umumnya dan khususnya perjuangan ayahnya, yang oleh Belanda diasingkan ke Sukabumi dan akhirnya meninggal dunia di Jakarta tanggal 2 Juni 1945 (Baihaqi, 2007:62). 8.
Kenang-kenangan Hidup Jilid I-IV (1979). Buku ini merupakan autobiografi Hamka.
9.
Islam dan Adat Minangkabau(1984). Buku ini merupakan kritikannya terhadap adat dan mentalitas masyarakatnya yang dianggapnya tak sesuai dengan perkembangan zaman.
10. Sejarah umat Islam Jilid I-IV (1975). Buku ini merupakan upaya untuk memaparkan secara rinci sejarah umat Islam, yaitu mulai dari Islam era awal, kemajuan, dan kemunduran Islam pada abad pertengahan. Ia pun juga menjelaskan tentang sejarah masuk dan perkembangan Islam di Indonesia. 11. Studi Islam(1976), membicarakan tentang aspek politik dan kenegaraan Islam.
Pembicaraannya
meliputi;
syari‟at
Islam,
studi
Islam,
danperbandingan antara hak-hak azasi manusia deklarasi PBB dan Islam. 12. Kedudukan Perempuan dalam Islam(1973). Buku membahas tentang perempuan sebagai makhluk Allah yang dimuliakan keberadaannya (Samsul, 2008:17).
26
13. Si Sabariyah (1926), buku roman pertamanya yang ia tulis dalam bahasa Minangkabau. Roman ;Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck(1979),Di Bawah
Lindungan
Ka‟bah
Deli(1977),Terusir,Keadilan Kehidupan,Salahnya
(1936),Merantau
Illahi,Di
Sendiri,Tuan
Ke
Dalam
Lembah
Direktur,Angkatan
baru,Cahaya
Baru,Cermin Kehidupan. 14. Revolusi pikiran, Revolusi Agama, Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi, Negara Islam, Sesudah Naskah Renville, Muhammadiyah Melalui Tiga Zaman, Dari Lembah Cita-Cita, Merdeka, Islam Dan Demokrasi, Dilamun Ombak Masyarakat, Menunggu Beduk Berbunyi. 15. Di Tepi Sungai Nyl, Di Tepi Sungai Daljah, Mandi Cahaya Di Tanah Suci, Empat Bulan Di Amerika, Pandangan Hidup Muslim (Hamka, 1987: 17). 16. Artikel Lepas; Persatuan Islam, Bukti Yang Tepat, Majalah Tentara, Majalah Al-Mahdi, Semangat Islam, Menara, Ortodox Dan Modernisme, Muhammadiyah Di Minangkabau, Lembaga Fatwa, Tajdid Dan Mujadid, dan lain-lain. E. Unsur-unsur intrinsik novel Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra
dari
dalam.
Adapun
unsur-unsur
intrinsik
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck adalah sebagai berikut:
27
dalam
novel
1. Tema Tema dalam novel ini tentang kasih tak sampai, Sangat kental dengan budaya Minang yang sangat patuh akan peraturan adat. Mengisahkan tentang sepasang pemuda yang bernama Zainuddin merupakan pemuda tampan yang dulu ayahnya seorang bangsawan tetapi telah dibuang oleh keluarganya. Hayati sendiri anak seorang bangsawan yang patuh akan aturan-aturan. Keduanya harus menghadapi rintangan dan batas yang tak bias dilewati, yang pada akhirnya harus merasakan kekecewaan. Kisah cinta antara keduanya tidak bisa bersatu karena perbedaan dari segi ekonomi dan latar belakang sosial, karena Hayati terlahir dari keluarga yang berada dan memiliki kasta yang tinggi sedangkan Zainuddin walaupun ayahnya adalah seorang yang terkenal dulunya tapi sudah tidak bisa diandalkan karena sudah tiada, sehingga Zainuddin hidup sebatang kara dan tidak dihargai oleh keluarga Hayati. Kutipan novel : “Apa yang dikerjakannya, padahal cinta adalah sebagai kemudi dari bahtera kehidupan. Sekarang kemudi itu dicabut, kemana dia hendak berlayar lagi, di mana ia hendak berlabuh, teroleng terhempas kian kemari, daratan tak nampak, pulau tak kelihatan. Demikianlah nasib anak muda yang maksudnya tiada sampai”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :123) 2. Penokohan Berikut ini adalah
tokoh-tokoh utama dalam
Kapal Van Der Wijck :
28
Novel
Tenggelamnya
a. Zainuddin Seorang pemuda yang baik hati, alim, sederhana, memiliki ambisi dan cita-cita yang tinggi, pemuda yang setia, sering putus asa, hidupnya penuh kesengsaraan oleh cinta, tetapi memiliki kepercayaan diri yang tinggi, mudah rapuh. Kutipan novel : “Zainuddin seorang yang terdidik lemah lembut, didikan ahli seni, ahli sya‟ir, yang lebih suka mengalah untuk kepentingan orang lain”. (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 : 27) b. Hayati Hayati adalah perempuan yang sangat dicintai, penyemangat, mutiara oleh Zainuddin. Perempuan yang baik, lembut, ramah dan penurut adat. Perempuan yang pendiam, sederhana, dan memiliki kesetiaan perempuan yang menghormati ninik mamaknya, penyayang, memiliki belas kasihan, orang yang tulus, sabar dan terkesan mudah di pengaruhi. Kutipan novel : “Bagaimana yang akan baik kata ninik-mamak saja saya menurut!”(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :116). c. Aziz Aziz adalah suami Hayati. Dia Seorang laki-laki yang pemboros, suka berfoya-foya, tidak setia,suka mengganggu rumah tangga orang, orang kaya dan berpendidikan, orang yang tidak
29
beriman, tidak bertanggung jawab dan dalam hidup hanya bersenang-senang, senang menganiyaya istrinya dan berputus asa. Kutipan novel : “Bilamana hari telah malam, dia pergi ke tempat pergurauan, melepaskan nafsu mudannya. Yang lebih disukainya ialah menghabiskan wang dengan orang yang tidak berketentuan. Atau mempermainkan anak bini orang”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :91) d. Khadijah Khadijah adalah sahabat Hayati sekaligus adik dari suaminya, yakni Aziz. Perempuan yang berpendidikan, berwatak keras, senang mempengaruhi orang lain, orang kaya, penyayang teman, merupakan orang kota, memiliki keinginan yang kuat. Kutipan novel : “Engkau puji-puji kebaikan Zainuddin, saya memuji pula kebaikannya. Tetapi orang yang demikian, di zaman sebagai sekarang ini tidak dapat dipakai. Kehidupan sekarang berkehendak pada wang dan harta cukup. Jika berniaga, perniagaannya maju jika makan gaji, gajinya cukup. Cinta walaupun bagaimana sucinya semua bergantung pada wang!” (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 : 94) e. Daeng Habibah Daeng Habibah adalah ibu dari Zainuddin. Daeng Habibah adalah orang yang sabar, lemah lembut serta keibuan, dan juga sangat mencintai pendekar sultan ( ayah Zainuddin ) Kutipan novel :
30
“Ah Zainuddin!, ibumu, kalau engkau melihat wajah ibumu, engkau akan melihat seorang perempuan yang lemah lembut, yang dari sudut matannya terletak pengharapan ayahmu”. (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :18) f. Datuk Mentari Labih Datuk Mentari Labih adalah mamak dari pendekar sultan. Datuk Mentari labih adalah orang yang serakah dan sama sekali tidak memiliki rasa tanggung jawab. Selain itu dia memilikin sifat yang boros. Kutipan novel : “Mamaknya itu, usahakan menukuk dan menambah, hanya pandai menghabiskan saja. Harta benda, beberapa tumpuk sawah, dan sebuah gong pusaka telah tergadai ketangan orang lain. Kalau Pendekar Sutan mencoba menjual atau menggadai pula, selalu mendapat bantahan. Selalu tidak mufakat dengan mamaknya itu”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :11) g. Mak Base Mak Base adalah ibu angkat Zainuddin, yang merawat sejak dia ditinggal oleh ibunya. Mak base memiliki sifat yang baik hati, penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Selain itu dia juga penuh dengan takhayul. Kutipan novel : “Tapi bukannya tidak sembarangan buka rupanya. Dia seorang perempuan tua yang penuh takhayul, sebelum dibuka dibakarnya dahulu kemenyan bercampur dengan setanggi Makasar”(Tenggelamnya Kapal Van Der wijck, 1990 :21).
31
h. Muluk Muluk adalah sahabat Zainuddin yang sekaligus telah dianggap seperti keluarga, selain itu dia adalah asisten Zainuddin. Muluk mempunyai sifat yang baik hati dan suka menolong. Kutipan novel : “Tetapi hatinya baik, barangkali dia bisa menolong memberimu bicara, kalau pikiranmu tertumbuk”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :124). i. Mak Tengah Limah Mak Tengah Limah adalah mamak dari Hayati. Orang yang satu-satunya menghargai perasaan Hayati. Dia memiliki sifat yang baik hati, perhatian dan pengertian. Kutipan novel : “Mak-Tengah Limah menjawab bahwasanya cinta Hayati masih lekat pada Zainuddin orang Makasar itu”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :112) j. Ahmad Ahmad adalah adik Hayati yang berbakti terhadap kakaknya. Dia selalu menemani Hayati untuk bertemu Zainuddin. Dia pulalah yang berperan sebagai kurir pos surat-surat Hayati untuk Zainduddin. Kutipan novel : “Maka berlari-larilah Ahmad mengejar Zainuddin, didapatinya Zainuddin tengah duduk tersimpuh di tepi bandar air yang akan dialirkan orang ke sawah. Dibimbingnya pulang 32
ke dangau itu kembali”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :55). 3. Alur Menggunakan Alur maju-mundur, karena di dalam Novel tersebut banyak mengulang kisah masa lalu dari kehidupan Zainuddin. Seperti contoh dari awal cerita novel tersebut, terdapat bagian cerita tentang perjalanan hidup ayah Zainuddin yang diceritakan oleh Mak Base. Cerita dari Muluk tentang karya Zainuddin yang terakhir kalinya sebelum dia meninggal. Selebihnya menceritakan tentang masa depan kehidupan Zainuddin dan Hayati. Ada lima tingkatan alur yaitu : a. Penyituasian ( situation ) Tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, memberikan informasi awal dan lain-lain. Kutipan novel : “Di tepi pantai, di antara kampung Baru dan kampung Mariso berdiri sebuah rumah bentuk makasar, yang salah satu jendelanya menghadap ke laut. Di sanalah seorang anak muda yang berusia kira-kira 19 tahun duduk termenung seorang diri menghadapkan mukanya ke laut. Meskipun matanya terpentang lebar, meskipun begitu asyik dia memperhatikan keindahan alam di lautan Makasar, rupanya pikiranya telah melayang jauh sekali, ke balik yang tak tampak di mata, dari lautan dunia pindah ke lautan khayal”(Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk, 1990 :10). b. Konflik Tahap pemunculan konflik, masalah-masalah dan peristiwa-
33
peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahab berikutnya. Kutipan novel : “Sesungguhnya persahabatan yang rapat dan jujur diantara kedua orang muda itu, kian lama kian tersiarkan dalam dusun kecil itu. Di dusun, belumlah orang dapat memandang kejadian ini dengan penyelidikan yang seksama dan adil. Orang belum kenal percintaan suci. Yang terdengar sekarang, yang pindah dari mulut ke mulut, ialah bahwa Hayati, kemenakan Dt……..telah ber “intaian” bermain mata, berkirim-kirim surat dengan anak orang Makasar itu. Gunjing, bisik dan desus perkataan yang tak berujung pangkal, pun ratalah dan pindah dari satu mulut ke mulut yang lain, jadi pembicaran dalam kalangan anak muda-muda yang duduk di pelatar lepau petang hari. Sehingga akhirnya telah menjadi rahasia umum. Orang-orang perempuan berbisik-bisik di pancuran tempat mandi, kelak bila kelihatan Hayati mandi di sana, mereka pun berbisik dan mendaham, sambil melihat kepadanya dengan sudut mata. Anak-anak muda yang masih belum kawin dalam kampung sangat naik darah. Bagi mereka adalah perbuatan demikian merendahkan derajat mereka seakan-akan kampung tak berpenjaga. Yang terutama sekali dihinakan orang adalah persukuan Hayati, terutama mamaknya sendiri Dt…yang dikatakan buta saja matanya melihat kemenakannya membuat malu, melangkahi kepala ninik–mamak”. (Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk, 1986:57) c. Tahap Peningkatan Konflik Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Tahap peningkatan konflik terjadi ketika Zainuddin dan Aziz sama-sama mengirimkan surat kepada orang tua Hayati. Dari lamaran kedua 34
pemuda itu, ternyata lamaran Aziz yang diterima karena orang tua Hayati mengetahui latar belakang pemuda yang kaya raya itu, sedangkan lamaran Zainuddin ditolak karena orang tua Hayati tidak ingin anaknya bersuamikan orang miskin. Kutipan novel : “Kalam dia tertolak lantaran dia tidak ber-uang maka ada tersedia uang Rp.3000,- yang dapat dipergunakan untuk menghadapi gelombang kehidupan sebagai seorang makhluk yang tawakkal”. (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :118) d. Klimaks Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh (tokoh utama) yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama. tahap klimaks terjadi ketika Aziz meminta supaya Zainuddin menikahi Hayati. Meskipun dalam hati Zainuddin masih mencintai Hayati. Zainuddin
menolak
permintaan
Aziz.
Bahkan
Zainuddin
memulangkan Hayati ke kampung halamannya dengan menggunakan Kapal Van Der Wijck. Kutipan novel : “Bila teringat akan itu, terus dia berkata: “Tidak Hayati! kau mesti pulang kembali ke Padang! Biarkanlah saya dalam keadaan begini. Pulanglah ke Minangkabau! Janganlah hendak ditumpang hidup saya, orang tak tentu asal ….Negeri Minangkabau beradat!.....Besok hari senin, ada kapal berangkat dari Surabaya ke Tanjung Periuk, akan terus ke Padang! Kau boleh menumpang dengan kapal itu, ke kampungmu”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk, 1990 :198).
35
e. Penyelesaian Tahap penyelasaian ketika Zainuddin mendapat kabar bahwa Kapal yang ditumpangi Hayati tenggelam, sedangkan dia dirawat di Rumah Sakit Tuban. Dengan ditemani Muluk sahabatnya, Zainuddin menengok wanita yang sangat dicintainya itu. Rupanya pertemuan mereka
itu
adalah
pertemuan
yang
terakhir
karena
Hayati
menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam pelukan Zainuddin. Kejadian itu membuat Zainuddin merasakan penyesalan yang berkepanjangan. Hingga Zainuddin jatuh sakit dan meninggal dunia. Zainuddin dimakamkan di sebelah makam Hayati. Kutipan novel : “Dia telah kuburkan di dekat pusara orang yang menjadi angan-angannya selama hidupnya, kubur itu senantiasa dibelai dan diperbaikinya, ke sana selalu dia ziarah di waktu hari baik bulan purnama, dan disana dia kerap kali bermenung. Di sana dia kuburkan, karena di sana baru hatiku puas. Supaya kuburan dua sesaing itu dapat menjadi lukisan tamsil dan ibarat bagi orang yang datang kemudian”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1986:222)
4. Sudut Pandang Pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan sudut pandang orang ketiga tunggal karena menyebutkan dan menceritakan secara langsung karakter pelakunya secara gamblang. Kutipan novel :
36
“Mula-mula datang, sangatlah gembira hati Zainuddin telah sampai ke negeri yang selama ini jadi kenang-kenagannya.”( 1990 :26) 5. Gaya Bahasa Gaya bahasa dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan kalimat yang sangat kompleks karena menggunakan bahasa melayu yang baku. Kutipan novel : “Lepaskan Mak, jangan bermenung juga,” bagaimana Mamak tidak akan bermenung, bagaimana hati mamak tidak akan berat. Dari kecil engkau kubesarkan, hidup dalam pangkuanku” (1990 :22) 6. Latar atau Setting Latar adalah keterangan mengenai ruang, waktu serta suasana terjadinya peristiwa-peristiwa di dalam suatu karya sastra. Jenis atau macam-macam latar diantaranya sebagai berikut: a. Latar waktu Yaitu saat dimana tokoh atau pun si pelaku melakukan sesuatu pada saat kejadian peristiwa dalam cerita yang sedang telah terjadi. a) Waktu senja Kutipan novel : “Di waktu senja demikian kota makasar kelihatan hidup“.(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :9) b) Waktu Sore Kutipan novel :
37
“Matahari telah hampir masuk ke dalam peraduannya. Dengan amat perlahan, menurutkan perintah dari alam gaib, berangsur turun ke dasar lautan yang tidak kelihatan ranah tanah tepinya”. (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :9) c) Senin, 19 Oktober 1936 Kutipan novel : “Pagi-pagi hari senin, 19 hari bulan oktober 1936 kapal van der wijck yang menjalani ijin K.M.P dari Mengkasar telah berlabuh di tanjung perak”.( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :200) d) Selasa, 20 Oktober Kutipan novel : “Besoknya hari selasa 20 Oktober, barulah Zainuddin kembali dari Malang, dia masuk kedalam umah dengan wajah muram., terus ke kamar tulisnya”. (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :204) b. Latar Tempat Yaitu di mana tempat tokoh atau si pelaku mengalami kejadian atau peristiwa didalam cerita. a) Makasar Makasar adalah tempat di mana Zainuddin dilahirkan. Dan juga tempat Zainuddin di besarkan oleh pengasuhnya mak Base. Kutipan novel : “Sempit rasanya alam saya, mak Base, jika saya masih tetap jiga di Mengkasar ini. Ilmu apakah yang akan saya dapat di sini”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :22). 38
b) Dusun Batipuh Batipuh adalah tempat dimana Hayati tinggal dan juga tempat pertama kali Zainuddin dan Hayati bertemu. Kutipan novel : “Sudah hamper 6 bulan dia tinggal di dusun Batipuh, bilamana dia pergi duduk-duduk ke lepau tempat anak-anak muda bersenda gurau, orang bawa pula ia bersenda gurau” (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :27). c) Padang Panjang Padang Panjang adalah tempat setelah Zainuddin berpindah dari Batipuh, tempat Zainuddin menuntut ilmu, tempat tinggal Khadijah dan juga tempat diadakannya pacuan kuda. Kutipan novel : “Dipilihnya tempat tinggal di kampung silaing, penurunan akan menuju kota padang, yang dari sana dapat dilihat kaki singgalang dengan bukit-bukitnya yang penuh ditumbuhi tebu.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :69). d) Jakarta/ Batavia Tempat Zainduddin dan temannya Muluk pertama kali pindah ke Jawa. Kutipan novel : “Ditinggalkannya pulau Sumatera, masuk ke tanah Jawa, perjuangan penghidupan yang luas. Sesampai di Jakarta, disewanya sebuah rumah kecil di suatu kampung yang sepi,
39
bersama sahabatnya Muluk”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :155) e) Surabaya Tempat Zainuddin tinggal dan menjadi penulis, tempat pindahan kerja Aziz dan Hayati. Kutipan novel : “Oh, tuan Aziz ! dan Rangkayo Hayati ! sudah lama tinggal di Surabaya ini ?” tanyanya sambil membungkukkan kepalanya member hormat.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :169) c. Latar suasana Yaitu situasi apa saja yang terjadi ketika saat si tokoh atau si pelaku malakukan sesuatu a) Mengharukan Saat
Hayati
menerima
cinta
Zainuddin
ketika
Zainuddin menyatakan lewat surat dan bertemu di bentang sawah milik Datuk. Kutipan novel : “Saya cinta akan dikau, biarlah hati kita sama-sama dirahmati Tuhan. Dan saya bersedia menempuh segala bahaya yang akan menimpa dan sengsara yang mengancam”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :55). b) Menyenangkan Saat pertama Zainuddin bercakap-cakap dengan Hayati.
40
Kutipan novel : “Alangkah beruntungnya mukanya amat jernih, matanya penuh dengan rahasia kesucian dan tabiatnya gembira”. (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :31) c) Menyedihkan dan Kecewa Ketika Zainuddin hidup dengan sengsara, permintaan Zainuddin di tolak oleh keluarganya Hayati melalui surat ,dan juga ketika Hayati meninggal dunia. Kutipan novel : “Surat orang muda telah kami terima dan mafhum kami apa isinya. Tetapi karena negeri minangkabau beradat, bulat kata dengan mufakat, maka kami panggilan kaum keluarga hayati hendak memusyawarahkan hal permintaan orang muda itu. Rupanya bulat belum segolong, picak belum setapik di antara kami semuanya, artinya belum sepakat. Oleh sebab kayu yang bercabang tidak boleh dihentakkan, maka kami tolaklah permintaan orang muda, dengan mengatakan terus terang bahwa permintaan ini tidak dapat kami kabulkan”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :117) 7. Amanat Dalam novel ini mengandung nilai moral yang tinggi. Ini terlihat dari para tokoh yang ada seperti Zainuddin. Kutipan novel : “Demikian penghabisan kehidupan orang besar itu. Seorang di antara Pembina yang menegakkan batu pertama dari kemuliaan bangsanya; yang hidup didesak dan dilamun oleh cinta. Dan sampai matipun dalam penuh cinta. Tetapi sungguhpun dia meninggal namun riwayat tanah air tidaklah akan dapat melupakan namanya dan tidaklah akan sanggup menghilangkan jasanya. Karena demikian 41
nasib tiap-tiap orang yang bercita-cita tinggi kesenangannya buat orang lain. Buat dirinya sendiri tidak”. (tenggelamnya kapal van der wijck, 1990 :223)
F. Sinopsis novel Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck Zainuddin adalah anak orang buangan. Ayahnya yang bernama pendekar sultan, dibuang karena membunuh mamaknya soal harta pusaka. Pendekar sultan dibuang ke Cilacap, lalu dikirim ke Makasar. Di sini dia menikah dengan orang Makasar. Dari pernikahan inilah lahir Zainuddin. Setelah Zainuddin dewasa, ia pergi ke Minangkabau. Ia ingin belajar di Minangkabau, lalu berjumpalah ia dengan keluarga ayahnya. Pada mulanya ia disambut dengan hangat, tetapi kemudian beragsur-angsur dingin, karena ia dianggap sebagai orang asing (karena ibunya dianggap bukan orang Minangkabau) Di sini ia berkenalan dengan Hayati, kembang desa dari Batipuh, Pandang Panjang. Pada mulanya mereka saling simpati dan berkembang menjadi saling jatuh cinta. Mereka saling mengutarakan perasaan hati lewat surat-surat, tetapi kemudian hubungan itu jadi tersiar dan menjadi bahan gunjingan orang-orang. Bukan oleh hal-hal yang melewati batas-batas susila, tetapi karena Hayati kemenakan (bangsawan Minangkabau )berpacaran dengan seorang anak orang Makasar. Bangsawan Minangkabau itu akhirnya menemui Zainuddin, menegur dan mengingatkan hubunganya dengan Hayati. Dikatakan bahwa perbuatan
42
Zainuddin itu telah membuat malu ia dan keluarganya serta kaumnya. Zainuddin diminta untuk meninggalkan Batipuh oleh sang Datuk. Zainuddin betul-betul terpukul jiwanya, yang halus dan penghiba. Sesudah ia menggusir Zainuddin, Datuk itu juga mendatangi Hayati. Ia juga mengingatkan bahwa hubungannya dengan Zainuddin bukan saja mustahil untuk dilaksanakan bahkan untuk disebut saja tidak pantas. Hayati mencoba membela hubungan mereka. Namun, mamaknya itu tetap tidak tergoyahkan. Keesokan harinya Zainuddin meninggalkan negeri Batipuh dengan hati yang remuk rendam. Di tepi jalan menuju Padang Panjang Hayati sudah menunggu. Hayati menyampaikan perasaan hatinya dan bersumpah akan tetap setia pada Zainuddin. Zainuddin meminta tanda mata yang akan dijadikan azimat dalam kehidupannya kelak. Hayati memberi selendang dan beberapa helai rambutnya. Zainuddin menetap di Padang Panjang. Walaupun jarak Padang Panjang dan Batipuh tidak jauh, tetapi ia tidak pernah lagi ke sana. Ia masih berhubungan dengan Hayati melalui surat-menyurat. Pada mulanya Padang Panjang adalah kota perniagaan, tetapi berubah menjadi kota pendidikan, pusat pendidikan agama di Minangkabau. Di sinilah tempatnya sekolah Diniyah, Sumatera Thowalid, Sekolah Normal, di samping beberapa pesantren lainnya. Di sinilah Zainuddin menuntut ilmu. Pada suatu kesempatan pacuan kuda di Padang Panjang Hayati datang dengan romongan teman-temannya. Zainuddin sudah menantikan untuk 43
bertemu dengan Hayati ditempat pacuan kuda seperti yang mereka janjikan. Namun Zainuddin diejek oleh teman-teman Hayati. Sebaliknya dimata Zainuddin dalam diri hayati telah ada perubahan. Di saat-saat yang demikianlah masuk orang lain dalam kehidupan Hayati. Orang lain itu adalah Aziz, kakak sahabatnya Khadijah. Keluarga Aziz datang untuk meminang Hayati. Meskipun ada beberapa keberatan, tetapi berkat tekanan Datuk lamaran itu diterima. Hal ini disampaikan kepada Hayati. Ternyata, meskipun dengan berat hati, Hayati menerimanya. Sebelumnya Zainuddin juga telah mengirimkan surat resmi kepada Datuk yang berisi pinangan untuk meminta Hayati akan menjadi istrinya. Surat itu telah dibalas resmi pula oleh keluarga Hayati yang berisi penolakan terhadap pinangan itu. Sejak itu dan setelah diberitahu bahwa Hayati telah menikah dengan orang lain, Zainuddin jatuh sakit. Dalam sakitnya itu ia didampingi oleh Muluk. Zainuddin minta kepada Muluk untuk menyelidiki siapa Aziz, suami Hayati. Setelah diketahui siapa Aziz, Zainuddin mengirim surat beberapa kali kepada Hayati. Balasan Hayati adalah sebuah surat pendek, agar Zainuddin dapat mencari wanita lain untuk menjadi istrinya serta melupakannya. Sakit Zainuddin semakin parah. Untunglah ada Muluk mendampinginnya dan memberi semangat serta fatwa-fatwa. Dengan bantuan Muluk, Zainuddin pulih kembali dan punya semangat baru. Ia mulai memasuki dunia karangmengarang. Ia pindah ke Jakarta bersama Muluk. Zainuddin mulai terkenal 44
sebagai seorang pengarang, kemudian ia pindah ke Surabaya. Zainuddin telah menjadi seorang pengarang yang terkenal, pencahariannya pun telah maju. Ia betul-betul telah berubah. Sementara itu rumah tangga Hayati dan Aziz mulai goyah. Aziz ternyata tidak berubah sifat jeleknya yang lama, yaitu suka berjudi dan mabukmabukan. Aziz jatuh bangkrut. Zainuddin ikut membantu keluarga itu. Akhirnya Aziz meninggal, bunuh diri. Sebelum meninggal, ia mengirim surat masing-masing kepada Hayati dan Zainuddin. Isinya adalah agar mereka berdua bisa menikah. Meskipun Hayati tinggal di rumah Zainuddin, tetapi mereka tetap berjauhan. Zainuddin tidak bersedia menikahi Hayati, meskipun dia dan Hayati masih saling mencintai. Zainuddin tidak dapat melupakan hinaan yang dilemparkan ninik-mamak Hayati. Selain itu ada anggapan masyarakat adalah pantang seorang pemuda makan sisa. Akhirnya, dengan hati yang pedih Hayati meninggalkan Surabaya menuju Ranah Minang dengan menumpang Kapal Van Der Wijck. “ Untunglah” kapal itu tenggelam dan kesedihan Hayati berakhir, karena ia meninggal bersama tenggelamnya Kapal itu. Tidak beberapa lama sebelum Hayati meninggal Zainuddin menyusul dengan perasaan sedih dan menyesal. Ia meninggal pula karena sedih dan sesal
45
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. Nilai Sosial Kehidupan manusia tak lepas dari nilai, dan nilai itu selanjutnya perlu diintitusikan. Intituasional nilai yang terbaik adalah melalui nilai pendidikan (Muhaimin dan Mujib, 1993 : 124) Nilai sosial merupakan sesuatu yang baik, diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting atau berarti oleh masyarakat. Nilai sosial memberikan gambaran tentang tindakan yang perlu dan penting untuk dilakukan oleh anggota masyarakat dan tindakan apa yang tidak perlu dan tidak penting untuk dilakukan. Misalnya, orang-orang yang menganggap penting kesegaran jasmani akan berolahraga secara teratur dan menjaga menu makan dan minuman secara ketat, sebaliknya ia akan menghindari makanan yang berlemak dan minuman yang beralkohol. Dengan demikian nilai mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang. Jadi nilai sosial dapat diartikan sebagai nilai yang dianut oleh suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat ( Harton, 1987: 71). Maka dari itu, nilai sosial sering kali menjadi pegangan hidup oleh masyarakat luas dalam menentukan sikap di kehidupan sehari-hari, juga menjadi nilai hidup manusia dalam berinteraksi dengan manusia yang lainnya.
46
Nilai-nilai sosial tidak diperoleh begitu saja saat ia lahir, namun dengan sistem nilai yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya dengan penyesuaian sana-sini. Setiap individu saat ia dewasa membutuhkan sistem yang mengatur atau semacam arahan untuk bertindak guna menumbuh kembangkan kepribadian yang baik dalam bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat (Elizabeth, 1994: 45). Nilai sosial terdiri atas beberapa sub nilai, diantaranya ialah a.
Kasih Sayang ( Loves ), yang terdiri atas: 1. Pengabdian 2. Tolong Menolong 3. Kekeluargaan 4. Kesetiaan 5. Kepedulian
b.
Tanggung Jawab ( Responsibility), 1. Nilai Rasa Memiliki 2. Empati
c.
Keserasian Hidup ( Life Harmony). 1. Toleransi 2. Kerjasama 3. Musyawarah (Zubaedi, 2006: 18).
47
Dari penjelasan di atas, maka penulis akan menjabarkan nilai-nilai pendidikan sosial dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Buya Hamka sebagai berikut : a.
Kasih sayang 1.
Pengabdian (1) “,,Hayati!” kata muluk. ,,Sebenarnya tak sampai hatiku hendak melepas engkau berlayar seorang diri. Saya pun telah hendak ingin pula pulang ke kampung. Tetapi apakah akan dayaku keadaan belum mengizinkan. Sebab itu berilah saya maaf dan janganlah kau berkecil hati” Lama sekali Hayati baru dapat menjawab perkataan Muluk , lantaran air matanya terus cucuran bagai hujan lebat dengan tangis isak baru dia berkata:,,sampai hati betul Zainuddin menyuruhku pulang, bang Muluk…” ,,kuatkan hatimu, hai perempuan muda! Jangan Tuhan kau lupakan, dia akan senantiasa sayang akan hambaNya!” ,,Insya Allah, bang Muluk!” ,,Sekarang saya turun, dan …selamat berlayar!” ,,Se…lamat…tinggal!” (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :202). (2) “Setelah terjadi pertemuan itu, pulang juga sedikit kesenangan hati Hayati. Karena rupanya masih ada di dunia ini orang yang pernah mencintainya dahulu. Dahulu! Cuma yang diselidikinya meskipun hanya sekedar mau tahu-menurut sifat yang ada pada tiap-tiap perempuan: Apakah Zainuddin masih ingat kepadanya? Perkenalan mereka itu membesarkan hatinya, dia hendak tahu pikiran Zainuddin hanya sekedar tahu, lain tidak. Karena mungkin kepada pertalian yang telah dibuhulkan oleh kalimat suci, dia tak mau. Dia telah ditakdirkan Tuhan buat bersengsara. Dia akan melalui takdir itu sampai Tuhan sendiri pula yang membukakannya, yaitu dengan kafan dan perkuburan” (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 174).
48
2.
Tolong menolong (1)
“Untuk menghilangkan muka kurang jernih, maka bilamana orang pergi ke sawah, ditolongnya ke sawah, bila orang ke ladang, dia pun ikut ke ladang.” (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :27) .
(2)
“Tuan Zainuddin! Bersamaan dengan Anak ini saya kirimkan payung yang telah saya pinjam kemaren. Alangkah besar terima kasih saya atas pertolongan itu, tak dapat disini saya nyatakan: Pertama, di waktu hari hujan saya tak bersedia payung, tuan telah sedia berbasah-basahan hanya untuk memelihara diri seorang anak perempuan yang belum tuan kenal. Kedua, kesyukuran saya lebih lagi dapat berkenalan dan bersahutan mulut dengan tuan, orang yang selama ini terkenal baik budi, sehingga bukan saja rupanya hujan mendatangkan basah, tetapi juga mendatangkan rahmat. Moga-moga pada suatu waktu kelak, dapatlah saya membalas budi tuan” (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :33).
(3)
“Sambil menggeleng-gelengkan kepala dokter berkata :,, yang lebih baik, kita minta atas nama kemanusiaan supaya perempuan itu datang kemari, walaupun sekali saja! Agaknya dengan pertemuan itu dapatlah sakitnya berkurang!”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :143).
(4)
“Kalau sekiranya ada orang dagang anak Sumatera atau anak Makasar yang terlantar di kota Surabaya dan datang meminta tolong kepadanya, tidaklah mereka tidak akan meninggalkan rumah itu dengan tangan kosong.”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :157)
(5)
“Beberapa kali hutangnya kepada orang yang suka menernakan uang, telah dapat dioleh Zainuddin, sahabatnya yang kasihan kepadanya itu”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :179).
49
3.
(6)
“Dia selalu suka membantu orang yang melarat, karena sebenarnya dia seorang yang melarat. Karena sebenarnya dia orang melarat. Kerap kali datang kepadanya anak-anak muda yang kekurangan ongkos buat kawin, meminta bantu kepadanya, dia keluarkan uang secukupnya untuk upacara itu. Karena katanya:,,saya merasai sendiri bagaiman pengaruhnya atas diri saya lantaran maksud tak sampai, biarlah anak muda itu tidak menanggung apa yang pernah saya tanggung”.(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :189).
(7)
“Setelah menyiapkan tempatnya ditolong oleh beberapa bacok Makasar yang baik hati itu .” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :203)
Kekeluargaan (1)
“Sehabis makan lohor, Mak Base mengeluarkan peti kecil simpanan uang itu dari dalam almari, seraya berkata kepada Zainuddin:,,Terimalah uang ini semuanya, inilah hakmu, usaha dari ayahmu.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :23).
(2)
“Ada seorang sahabatnya sama bersekolah, bernama Khadijah, tinggal di Padang Panjang. Pada suatu hari dikirimnya sepucuk surat kepada Khadijah yang pada ketika membaca surat itu dapat diketahui bagaimana perasaanya hatinya” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :38).
(3)
“Persahabatan manusia yang didapat sesudah menempuh sengsara adalah persahabatan yang lebih kekal dari pada yang didapat di waktu gembira. Demikian pulalah di antara Zainuddin dengan Muluk.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :147).
(4)
“Saya sudah pikirkan bahwa yang lebih maslahat bagi diri saya dan bagi perjuangan yang akan ditempuh di zaman depan, saya terpaksa pindah dari kota Padang
50
Panjang. Saya hendak ke tanah Jawa. Di tanah Jawa nasehat bang Muluk itu lebih mudah dijalankan dari sini. Lagi pula kalau Padang Panjang kelihatan juga, pikiran yang lama-lama timbul-timbul juga!” ,,Sudah tetapkan keputusan demikian?” ,,Tetap!” ,,Saya mesti ikut!” kata Muluk,,saya tertarik dengan guru. Sebab itu bawalah saya menjadi jongos, menjadi pelayan, menjadi orang suruhan di waktu siang di dalam pergaulan hidup, dan menjadi sahabat yang setia yang akan mempertahankan jika guru ditimpa susah!” Dengan muka sangat girang Zainuddin menentang mata Muluk:,,Benarkah abang mau pergi dengan daku?” ,,Benar, sebab dari pada guru banyak kebaikan yang akan saya contoh, saya hendak menuntut penghidupan yang baru menanggalkan baju ,,perewa”saya. Saya hendak tunduk dan kembali ke jalan benar, karena sejauhjauh tersesat, kepada kebenaran pula kita akan kembali. ,,Sayapun perlu berdampingan dengan abang, kita tidak terpisah lagi, banyak pula kebaikan dan faham yang dalam-dalam yang perlu saya ambil dari pada abang Muluk.” ,,Sampai mati menjadi sahabat,” kata Muluk. ,,Sampai mati menjadi sahabat.” Kata Zainuddin pula, sambil bersalam-salaman yang lama sekali,,” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,1990 :154). (5)
“Persahabatan itu telah karib. Cuma yang selalu dielakkan benar oleh Zainuddin ialah bersua dengan Hayati berdua-dua. Kalau dia bertemu dengan Hayati senantiasa di dekat suaminya.” (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :177).
“Muluk bercerita :,,Tidak kusangka-sangka bahwa guruku, sahabatku dan orang yang paling kucintai itu akan selekas itu meninggalkan saya.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :221). Kesetiaan (6)
4.
(1)
“Pernah ia berkata: separoh dari hatinya dibawa ibumu ke kuburan, dia tinggal di dunia ini dengan
51
hatiyang separo lagi. Betapa ia takkan begitu, ia cinta kepada ibumu”. (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :18). (2)
“,,Hayati,”ujar Zainuddin, amat besar perkataanmu itu bagiku. Saya putus asa, atau saya timbul pengharapan dalam hidupku yang belum tentu tujuannya ini, semua bergantung bukan pada diriku, bukan pula kepada orang lain, melainkan kepada engkau Hayati. Engkaulah yang sanggup menjadikan saya seorang yang gagah berani, tetapi engkau juga yang sanggup menjadikan saya sengsara selamanya. Engkau boleh memutuskan harapanku, engkaupun sanggup membunuhku. ,,Kalau demikian, hari inilah saya terangkan dihadapanmu, di hadapan cahaya matahari yang baru naik, di hadapan roh ibu bapa yang sudah sama-sama berkalang tanah, saya katakana: Bahwa jiwaku telah di isi sepenuh-penuhnya oleh cinta kepadamu. Cinta ku kepadamu telah memenuhi isi hatiku, telah terjadi sebagai badan dan nyawa adanya. Dan selalu akan berkata, biar Tuhan yang mendengarkan, bahwa engkaulah yang akan menjadi suamiku kelak, jika tidak sampai di dunia biarlah di akhirat. Dan saya tiadakan khianat terhadap janjiku, tidak akan berdusta dihadapan Tuhanku, dan dihadapan arwah nenek moyangku,”ujar Hayati. ,,Berat sekali sumpahmu Hayati!” ,, Tidaklah berat, demikianlah yang sebenarnya, dan jika engkau kekasihku, berjalan jauh atau dekat sekalipun, entah tidak kembali dalam masa setahun, masa dua tahun, masa sepuluh tahun, entah hitam negeri Batipuh ini baru engkau kembali ke mari. Namun saya tetap menunggumu.Carilah bahagia dan keberuntungan kita kemana juapun namun saya tetap untukmu. Jika kita bertemu pula, saya akan tetap bersih dan suci, untukmu, kekasihku, untukmu. Allah yang tahu bagaimana beratnya perasaan hatiku hendak melepasmu berangkat pada hari ini, tapi apa yang hendak kuperbuat selain sabar. Tuhan telah memberi saya kesabaran, moga-moga kesabaran itu terus menyelimuti hatiku, menunggu dimana masanya kita
52
menghadapi dunia ini dengan penuh kesyukuran kelak.”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 67). (3)
5.
“ Dalam hatinya terbit dua perjuangan, pertama cinta yang kekal kepada Hayati, kedua perasaan dendam yang sukar mengikis lantaran mungkir Hayati kepada janjinya” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 177).
Kepedulian (1)
,,Tuan Zainuddin”, ujar Hayati dengan tiba-tiba. Perkataan itu walaupun halus laksana buluh perindu, tetapi bagi Zainuddin sama rasanya denga ponis yang ditunggu oleh seorang pesakitan yang menunggu hukumannya di muka hakim, hukum bebas atau hukum bunuh. Tetapi akan dibebaskan sangat tipis harapannya. “ ,Hayati !” ,,Mengapa sudah 4 hari tuan tidak kelihatan, dari bila bertemu di tengah jalan, tuan serupa melenggakkan diri?”.( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :46).
(2)
“Dia pun kembali pulang ke Padang Panjang, karena tidak betul pula rupanya persangkaanya karena keindahan alam dapat mengobati hati. Dia pulang dengan muka yang lebih lesu, diletakkannya kopor kecil dan dia masuk kedalam kamarnya dengan haluan yang tak tentu. “,Sudah kembali Zainuddin,” kata perempuan tua tempat ia menumpang itu . ,,Sudah mak!” ,,Mengapa mukamu lebih lesu ?” ,,Demam saya dalam perjalanan, mak!.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :121).
(3)
“Perempuan itu masuk dan bertanya :...Mengapa engkau termenung saja anakku? Apa kabar di dalam perjalanan sudah lebih 10 hari meninggalkan rumah, indahkah negeri yang engkau lihat? Adakah puas mata memandang?” ,,Semuanya indah „mak, memang negeri-negeri di Minangkabau ini cantik dan menghidupkan semangat semua”
53
,,Mengapa wajahmu agak berlain‟mak lihat? Kurang sehat kan? ,,Tidak‟mak,, ,”ujar Zainuddin sambil berusaha sedapat-dapat menyembunyikan kesedihan hatinya ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :123). b.
Tanggung jawab 1.
Nilai rasa memiliki (1)
“Jangan marah Hayati, kau hanya buat saya seorang, bukan buat orang lain. Biarlah orang lain mengatakan kau perempuan dusun, tak kenal kemajuan pakaian zaman kini, kau Hayati,,,kau hanya untukku seorang,” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 88)
(2)
“Zainuddin, bangunlah kembangkanlah matamu.”kata dokter,, ini Hayati telah datang menziarahimu!” Dia masih diam saja! Dengan separo berbisik dokter berkata kepada Hayati; ,,lebih baik engkau sendiri memanggilnya, semoga dia terbangun.” Mula-mula Hayati menoleh kebelakang, kepada suaminya, muka Aziz kelihatan kerut saja. Jika diwaktu sehat tuan-tuan benci kepadanya, kasihanilah diwaktu dia sakit,”kata dokter dengan muka agak marah. ,,Zainuddin !”kata Hayati Mendengar suara yang merdu itu, yang dalam telinganya laksana suara Nafitri dari dewa-dewa, Zainuddin pun mengembangkan matanya yang cekung. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan mencari dari mana suara itu. Lalu bertanya siapakah yang memanggil namaku? ,,Bangunlah Zainuddin, ini saya datang,” kata Hayati Hayatikah itu? Suaranya ! saya kenal benar suaranya” katanya; lalu dicobanya hendak bangun, tetapi badannya masih lemah. Lalu ditolong mendudukkan oleh Muluk dan ibunya. Punggungnya dikalang dengan bantal. Terbit suatu cahaya yang hidup dan terang dari kedua belah matanya yang telah kuyu itu.,,Mana Hayati? Dicarinya Hayati dengan tangannya. ,,Oh, ya, Hayati! Kau datang tepat pada waktunya telah saya sediakan rumah buat tempat tinggal kita. Sudah 54
saya cukupkan alat-alat yang perlu dalam rumah itu. Nantilah saya ambil pakaian hitam saya, pakaianpenganten, ini tuan Kadi ( sambil mengisyaratkan matanya kepada dokter), sudah lama menunggu kedatanganmu untuk melaksanakan ijab Kabul. Sehabis nikah kita berangkat ke Makasar, kita akan melihat Butta Jum Pandang, akan ziarah ke kuburan ayah bundaku! Kita letakkan disana bunga karangan ! Cantiknya kau hari ini ! baju berkurung begini memang sangat saya setujui. Bukankah dulu seketika kita bertemu kau juga memakai baju berkurung juga ! ini selendang, selendang sutra putih, memang ini pakaian penganten model sekarang. Muka Hayati selama Zainuddin berbicara itu sangat pucat, apalagi muka Aziz. Dokter melihat si sakit dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. Ibu Muluk menitikkan air mata” (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :144). 2.
Empati (1)
“Saya kasihan melihat nasib anak muda itu, hanya semata-mata kasihan, sahabat, lain tidak; jangan engkau salah terima kepadaku. Karena memang sudah terbiasa kita anak-anak gadis ini merasa kasihan kepada orang yang malang.”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :38).
(2)
“Dahulu, dia sangat belas kasihan melihat nasib Zainuddin, dari belas kasihan mendakilah dia kepada cinta. Maka pada ketika itu belas kasihan itu timbulah pula kembali, sambil menarik nafas yang panjang dan dalam, dia berkata : Kasihan nasibmu Zainuddin .”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :87) .
(3)
“Terbangunlah perasaan kasihan dari hati sanubari Hayati melihat nasib anak muda itu lalu di cobanya hendak membarut kepala Zainuddin dengan tangannya yang halus. Tiba-tiba sebelum terbarut, tangannya telah direngkut oleh suaminya, dan dibimbingnya keluar” (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :146).
55
(4)
“Saya sudi menjadi temannya, karena saya tahu betul akan dia. Bukankah lebih setahun lamanya dia menumpang dirumah ibuku di Padang Panjang? Dia seorang muda yang melarat. Melarat dari sejak asal dan keturunan, pusaka yang diterimanya sejak dari ayah bundanya. Ayahnya terbuang jauh dari kampung halaman, sampai mati dirantau setelah kembali dari buangan, lantaran malu pulang ke kampung halaman. Lagi pula meskipun pulang, bukankah ada pepatah: ,,Tak ada ranggas di Tanjung Cumanak ampain kain. Tak ada emas dikandung. Dunsanak jadi „rang lain”. Ibunya seorang Makasar, mati seketika dia masih perlu kepada bujukan ibu. Hidupnya besar dalam pangkuan orang lain. Ditempuhnya tanah Minangkabau dengan cita-cita besar, cita-cita hendak menempuh tanah bapa, tanah tempat dia dibangsakan menurut adat istiadat dunia. Kiranya kedatangan ke sana, dipandang orang laksana minyak dengan air saja. Dia tetap dipandang orang Makasar, sebagaimana di Makasar dia tetap dipandang orang Padang.”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 187).
3.
Keserasian hidup 1.
2.
Toleransi (1)
“Saya tahu juga sedikit-sedikit adat negerimu yang kokoh. Agaknya buruk saya berkirim surat ini dalam pemandangan umum.”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 41).
(2)
“Karena kemuliaan budi dan kebaikan hatinya, yang tiada suka mengganggu orang lain, lagi suka menghormati pikiran orang lain, dalam sedikit masa pula, namanya telah harum dalam perkumpulan ,,Anak Sumatera”. (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 158).
Kerjasama
56
3.
(1)
“Tadi banyak anak muda yang menolong, tetapi lantaran pekerjaan ini sudah hampir selesai, mereka telah minta izin pulang. Pekerjaan ini sudah 2 hari dikerjakan, sekarang baru akan siap”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :35).
(2)
“Setelah harinya datang, ributlah orang dalam rumah mengerjakan dan menyiapkan. Hayati riang tersenyumsenyum saja”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :141).
(3)
“Tiap-tiap rembukan yang mengenai kepentingan bangsa, menolong orang yang sengsara, pekerjaan amal, senantiasalah Zainuddin atau Shabir jadi ikutan orang banyak. Dan Muluk adalah sahabatnya yang setia” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,1990 :169).
Musyawarah (1)
“Di dalam rumah tangga Khadijah tidak lama orang timbang menimbang, segera saja sepakat hendak meminang Hayati untuk Aziz. Apalagi sudah berat pikiran mereka kalau permintaan mereka akan terkabul. Sebab semua syarat-syarat rasanya cukup, tidak ada yang kurang. Uang ada pangkatpun ada, terpandang pula dalam negeri, duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Bagai bulan dengan matahari. Pada waktu yang telah disepakati, setelah genap mufakat Aziz dengan keluarganya, disuruhlah orang suruhan yang bijak menyampaikan permintaan kepada kaum kerabat Hayati, membawa,,sirih nan secabik, pinang nan segetap”. Sampai di Batipun diterima dengan bahasa yang halus oleh kaum Hayati”.( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :103).
(2)
“Setelah hadir semuanya, mulailah Dt...membuka kata: Demikianlah maka tuan-tuan saya hadirkan dalam rumah nan gedang ini, yaitu elok kata dengan mufakat buruk kata di luar mufakat, tahi mata tak dapat di buangkan, dengan empu kaki.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :110).
57
B. Karakter Tokoh Utama yang Patut Diteladani A. Pengertian karakter Secara etimologis, kata karakter ( inggris: character) berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave”. Kata “ to engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis memahatkan, atau menggoreskan (Echols dan Shadily, 1987: 214). Secara terminologis, makna karakter dikemukakan oleh Thomas Lickona. Menurutnya karakter adalah “A relisble inner disposition to respond to situations in a morally good way.” Selanjutnya Lickona menambahkan, “character so conceived has three interrelated parts: moral knowling, moral feeling, and moral behavior. Menurut Lickona, karakter mulia (good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Dengan kata lain karakter mengacu pada serangkaian pemikiran (cognitive), perasaan (affectives) dan perilaku (behaviors) yang sudah menjadi kebiasaan (habits) ( Lickona, 1991: 51). Dalam Kamus Besar Bahas Indonesia kata “karakter “ diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak. Karakter juga bisa
58
berarti huruf, angka, ruang, simbul khusus yang dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik ( Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 682). Orang
berkarakter
berarti
orang
yang
berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat atau berwatak. Dengan makna seperti ini berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil atau bawaan sejak lahir ( Koesoema, 2007: 80). Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya yang terwujud dalam pikiran, perasaan, dan perkataan serta perilaku sehari-hari berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. B. Pembagian karakter Dari penjelasan di atas tentang karakter, maka dapat di simpulkan bahwa karakter itu dibagi atas lima point, yaitu: 1. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan. 2. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri. 3. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga. 59
4. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa. 5. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar. Dari penjabaran di atas, maka penulis akan menjabarkan karakter tokoh utama yang patut diteladani dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka sebagai berikut : 1. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan 1) Tawakal ( berserah diri kepada Allah ) (1)
“Hatinya telah mulai jenuh, maka terbayanglah kembali di ruang matanya kota Makasar, kota yang indah dan penuh dengan peradaban, terbayang kembali lautan dan ombaknya yang tenang, perahu mandar, kapal yang sedang berlabuh sehingga mau dia rasanya segera pulang, bertemu dengan Mak Basenya yang tercinta. Tetapi ..kehendak yang maha kuasa atas dirinya berbeda dengan kehendak manusia itu sendiri. Zainuddin telah jemu di Minangkabau, dan dia tidak akan jemu lagi, karena tarikh penghidupan manusia bukan manusia membuatnya, dia hanya menjalani yang tertulis (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :28).
(2) “Adapun kesakitan yang mengenai hati, moga-moga dapat disembuhkan Tuhan dengan berangsur-angsur” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 154). (3) “Biarlah saya ditolak – kata Zainuddin – karena tidak semua maksud itu di hasilkan Tuhan, asal Hayati tetap cinta kepadaku”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 120). 2) Husnudzan ( berprasangka baik terhadap Allah)
60
(1)
(2)
“Kalau ada kepercayaanmu demikian, maka Tuhan tidaklah akan menyia-nyiakan engkau. Sembahlah dia dengan khusu‟, ingat dia diwaktu kita senang, supaya dia ingat pula kepada kita di waktu kita sengsara. Dialah yang akan membimbing tanganmu. Dialah yang akan menunjukkan haluan hidup kepadamu. Dialah yang akan menerangi jalan yang gelap. Jangan takut menghadapi cinta. Ketahuilah bahwa Allah yang menjadikan matahari dan memberinya cahaya. Allah akan menjadikan bunga dan memberinya wangi. Allah yang menjadikan tubuh dan memberinya nyawa. Allah yang menjadikan mata dan memberikan penglihatan. Maka Allah pulalah yang menjadikan hati dan memberinya cinta. Jika hati kau diberi-Nya nikamt pula dengan cinta sebagaimana hatiku, marilah kita pelihara nikamat itu sebaik-baiknya, kita jaga dan kita pupuk kita pelihara supaya jangan dicabut Tuhan kembali. Cinta adalah ibarat Tuhan, dikirimnya ke dunia supaya tumbuh, kalau dia terletak di tanah yang lekang dan tandus, tumbuhnya akan menyiksa orang lain. Kalau dia datang kepada hati yang keruh dan kepada budi yang rendah. Dia akan membawa kerusakan. Tetapi kalau dia hinggap kepada hati yang suci, dia akan mewariskan kemuliaan, keikhlasan dan tha‟at kepada Illahi” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 53).
“Beberapa jam pula setelah itu, orang dalam kapal telah hening, itu hanya dipecahkan oleh suara mesin-mesin kapal yang bekerja terus-terusan. Orang telah tidur, dengan tak mempunyai syak wasangka apa-apa atas kejadian yang telah ditentukan Allah di dalam azal” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :203).
2. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri 1) Jujur (1)
“Sahabatku Hayati Gemetar, Encik! Gemetar saya tanganku ketika mulamula menulis surat ini hatiku memaksaku menulis, banyak yang terasa, tetapi setelah kucecahkan penaku ke dawat,
61
hilang akalku tak tentu darimana harus kumulai. Sudah hampir satu tahun saya tingal di negeri nenek moyangku ini. Oh, saya telah dibuaikan oleh mimpi dahulunya, oleh kuatnya bekas dendang dan nanyian ayahku seketika saya masih dalam pangkuannya. Tanahmu yang indah, bahkan tanahku juga, Minangkabau senantiasa berdiri dalam semangatku sehingga sejak saya tau menyebut nama negeri Padang, tanah ini telah terbayang dalam khayalku. Angan-angan dan khayal yang demikianlah yang menyampaikan langkahku kemari. Sebab di negeri Makasar sendiri saya dianggap orang Padang, bukan orang asli Bugis atau Makasar. Sebab itu di sana saya rasa senantiasa dalam kesepian. Sekarang saya datang ke mari, Hayati. Tak obahnya dengan seorang musafir ditengah gurun yang luas keputusan air, tiap-tiap langkah dilangkahkannya tampak juga olehnya danau yang luas di mukannya. Demi, setelah sampai kepada yang kelihatan itu, danau itupun hilanglah, diganti dengan pasir yang semata-mata, hening dan panas! Hayati berulang saya menanggung perasaan begini, seorang pun tak ada tempat saya mengadu. Saya tidur di surau bersama-sama teman. Mereka ketawa bersenda gurau, tetapi bilamana kuhening dan kupikirkan, emas tidak juga dapat dicampurkan dengan Loyang, sutra tersisih dari benang, saya telah mengerti segera bahasa Mingangkabau meskipun dekat dengan mereka saya seakan-akan tidak faham. Dari isyarat dan susun kata, dapat juga kuketahui bahwa derajatku kurang adanya. Bakoku sendiri tidak mengaku saya anak pisangnya, sebab rupanya ayahku tidak mempunyai saudara yang karib, mereka bawa saya menumpang selama ini karena dipertalikan bukan oleh budi bahasa, tetapi oleh wang;sekali lagi Hayati, oleh wang! Mengapa hal ini saya adukan kepadamu hayati? Itupun saya sendiri tidak tahu, cuma hati saya mengatakan engkaulah tempat saya mengadu..”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 41). (2)
“Adikku Hayati ! Setelah sekian lamanya kita bercerai-cerai, masih saja teringat olehku seketika kau melepasku pergi, di 62
penajunan, di batas antara negeri Batipuh dengan Ekor Lubuk, diantara sawah yang berjenjang, ketika matahari mulai naik. Masih terbayang muramnya muka kau, bagaimana teguhnya sikap kau melepasnya. Masih teringat, dan amat jelas, laksana detik suara jam yang didengarkan oleh seorang yang matanya tak mau tidur tengah malam, bagaimana kau menyuruhku sabar, menyuruh saya teguh menempuh bahaya hidup. Jika saya ingat semuanya itu, saya bacai pula surat-surat kita. Maka tidaklah sepi rasanya diri saya bercerai-cerai dan berjauhan tempat tinggal dengan kau....Pergaulan kota telah mulai menjalar ke kampungkampung,kedamaian dan kerukunan hidup dalam kampung telah mulai diusik oleh nafsi-nafsi orang kota. Banyak orang tua-tua yang mengeluh dan merasa takut, kalaukalau ketentraman perempuan dalam adatnya dan kedamaian pemuda dalam sopannya akan terganggu oleh gelora zaman baru. Tapi berlain saya dengan mereka itu selama ini terhadap dirimu. Saya percaya bahwa engkau tak akan terpengaruh oleh segala keadaan yang baru, tetapi akan tentram dalam lingkungan adinda tinggal, kenal dalam kalangan keluarga siapa adinda dilahirkan, kenal pula didikan agama yang adinda terima, kenal pula bagaimana kerasnya engku Dt....menjaga anak kemenakannya. (Tenggelamnya Kapal Van Der wijck, 1990: 87). (3)
“Maafkan saya hayati, jika saya berbicara terus terang, supaya jangan hatiku menaruh dosa walaupun sebesar zarrah terhadap kepadamu. Cinta yang sejati, adikku, tidaklah bersifat munafik, pepat di luar pancung di dalam. Akan saya katakan perasaan hati terus terang, walaupun lantaran itu saya akan kau bunuh misalnya, bahagialah saya lantaran tanganmu” “Hayati !...... Apa yang saya lihat kemaren ? Mengapa telah berobah pakaianmu, telah berobah gayamu ? Mana baju kurungmu? Bukankah adinda orang dusun ! Saya bukan mencela bentuk pakaian orang kini, yang saya cela ialah cara yang telah berlebih-lebihan, dibungkus perbuatan,,terlalu ”dengan nama,,mode”. Kemarin, adinda pakai baju yang sejarang-jarangnya hampir separoh dada adinda
63
kelihatan, sempit pula gunting lengannya dan pakaian itu yang dibawa ke tengah-tengah ramai”.(Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 88).
(4)
“Bang Muluk! Terus terang kukatakan, bahwa hatiku berperang sangat hebatnya, sejak akan melepas Hayati pergi, sampai sekarang ini.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :204).
(5)
“ Iya bang Muluk! Saya sudah salah, hati dendam saya dahulukan dari ketentraman cinta. Terus terang saya katakana kalau tidak ada Hayati di sini saya kan sengsara, terus!”. (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :205).
2) Bersemangat (1)
“,,Jelas nian suara itu terdengar olehnya ! Direnggutkannya tali itu ke bawah, dan baru sekarang tersenyum kecil tersungging di bibirnya” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 107).
(2)
“Benar segala perkataanmu bang Muluk, tidak ada yang salah. Segala yang tersebut itu telah saya usahakan, telah saya ketahui. Tapi itulah saya akui semangat saya yang lemah yang tidak mencapai kemenangan di dalam perjuangan mencari makna yang lebih benar. Tetapi saya ingat pula bahwa segala kejadian itu meski kejadian, kesusahan meski datang menimpa, dilukai mesti berdarah, dipukul mesti sakit. Cuma sesudah luka mesti ada luka sembuhnya, sesudah bengkak ada masa surutnya. Mulai waktu ini saya akan berusaha memperbaiki jalan pikiran saya kembali. Saya tidak akan menginggat dia lagi, saya akan melupakan dia!”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 153).
(3)
“Dari sanalah dicobanya menyudahkan karangankarangan yang terbengkalai, terutama di dalam bagian hikayat. Dikirimnya kepada surat-surat kabar harian dan mingguan” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 155).
64
(4)
“Jika dahulu dia sendiri yang pergi ke kantor surat kabar mengantarkannya, diterima dengan dibolak-balik lebih dahulu, sekarang redaksi surat kabar itulah yang datang meminta karangan kepadanya. Beberapa mingguan dan harian memberikan honorarium yang pantas. Bahkan dalam masa yang tidak lama kemudian, direktur dari satu surat kabar harian telah datang kerumahnya menawarkan pekerjaan menjadi redaksi dalam surat kabar itu, special mengatur ruangan hikayat, roman dan syair. Tetapi dia tidak mau, karena ia mempunyai cita-cita lain. Setelah dia tahu bahwa buah penanya telah menjadi perhatian umum, mengertilah dia bahwa inilah tujuan yang tetap dari hidupnya. Daripada bekerja dibawah tangan orang lain, lebih suka dia mengeluarkan dan membuka perusahaan sendiri. Oleh karena kota Surabaya lebih dekat ke Makasar dan di sana penerbitan buku-buku masih sepi, maka bermaksudlah ia hendak pindah ke Surabaya, akan mengeluarkan buku-buku hikayat bikinan sendiri dengan modal sendiri, dikirim ke seluruh Indonesia. Dengan kemauan yang tetap dia bersama Muluk meninggalkan kota Jakarta, yang dikota itu ia telah mendapatkan modal paling besar, yaitu letter ,,Z” yang kelak akan dipergunakan mencoba nasib di kota Surabaya itu”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 156).
(5)
“Sebulan dua di belakang itu, Zainuddin masih tetap berulang-ulang hampir tiap-tiap hari ke kubur Hayati. Oleh karena dapat pemandangan dari Muluk, supaya hidupnya tentram dan pikirannya jangan sampai terganggu, hendaklah dia memulai melupakan kejadian yang sedih itu, maka ada redalah pikiran itu sedikit dan telah dimulainya mengarang dan menyusun hikayat, yang isinya lebih mendalam dan meresap dari yang dahulu. Tapi belum dikirimnya buat disiarkan.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :219).
3) Rendah hati
65
(1)
“ Sudikah engkau jadi sahabatku Hayati? Saya akui, saya orang dagang melarat dan anak orang terbuang yang datang dari negeri jauh, yatim dan piatu.Saya akui kerendahan saya, itu agak nyayang akan menanguhkan hatimu bersahabat dengan daku. Tapi Hayati, meskipun bagaimana, percayalah bahwa hatiku baik. Sukar engkau akan bertemu dengan hati yang begini, yang bersih lantaran senantiasa dibasuh dengan air kemalangan sejak lahirnya ke dunia! ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :42).
(2)
“Tak mau juga Zainuddin menerangkan dalam surat itu bahwa dia telah kaya, telah sanggup menghadapi kehidupan dengan uang bertaruh karena di Zaman sekarang uang adalah sebagai garansi” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 109).
4) Sabar (1)
“Dihadapinya orang-orang yang menungguinya itu dengan muka yang tenang dan penuh senyuman. Lenggang badannya, raut mukanya, kernih keningnya, semuanya telah berubah, bukan Zainuddin yang penyedih hati yang dahulu lagi, tetapi Zainuddin yang sabar, yang tenang, cocok dengan namanya yang baru…Shabir!” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 168).
(2)
“Zainuddin, “ujarnya, “telah banyak nian pembicaraan orang yang kurang enak ku dengar terhadap dirimu dan diri kemenakanku. Kata orang tua-tua, telah banyak melakukan perbuatan yang buruk rupa, salah canda, yang pantang benar didalam negeri yang beradat ini. Diri saya percaya bahwa engkau tiada melakukan perbuatan yang tidak senonoh dengan kemenakanku, yang dapat merusakkan nama Hayati selama hidupnya. Tetapi sekarang saya temui engkau untuk memberi engkau nasehat, lebih baik sebelum perbuatan berkelanjutan, sebelum merusakkan nama kami dalam negeri, suku sako turun temurun, yang belum lekang di panas dan belum lapuk dihujan, supaya engkau surut.”
66
Tercengang Zainuddin menerima pembicaraan yang ganjil itu, bagai ditembak petus tunggal rasa kepalanya. Lalu dia berkata: “mengapa engkau berbicara demikian rupa kepada diriku ? sampai membawa nama adat dan turunan?” “Harus hal itu saya tanyai, karena didalam adat kami di Minangkabau ini kemenakan di bawah lindungan mamak. Hayati orang bersuku berhindu berkaum kerabat, dia bukan sembarang orang.” “Saya akui hal demikian, Engku. Tetapi itulah kemalangan nasib saya mengapa dahulu saya berkenalan dengan dia, mengapa maka hati saya terjatuh kepadanya dan dia sambut kemalangan untung ku dengan segenap belas kasihan. Cuma sehingga itu perjalanan perkenalan kami selama kami hidup, lain tidak!”.( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 58). (3)
“Ditariknya tangan Hayati ke dalam, disendengnya Aziz dengan sudut matanya, sambil tersenyum. Aziz pun tersenyum, kawan-kawannya yang lain tesenyum pula. Mereka terus ke dalam tribune. Zainuddin tinggal berdiri seorang dirinya. Jelas terdengar dan nampak nyata olehnya anak-anak muda itu setelah jauh dari dia, tertawa terbahak-bahak, hanya Hayati seorang yang berjalan menekurkan muka sehingga lantaran kebingungan hampir terlepas tas yang dipegangnya dari tangannya. Rasa-rasanya pusing kepala Zainuddin melihat kejadian itu, mengalir keringat dingin dikeningnya. Dia tegak termangu, suara hiruk pikuk sekelilingnya seakanakan tak didengarnya. Kuda yang baru dilepas telah disorak-soraki orang berkali-kali. Sebentar kedengaran “Agam...Agam”. sebentar kedengaran“Padang...Padang” dan seterusnya, namun Zainuddin belum juga insaf dimana dia sekarang. Khadijah dan Aziz, dan kawan-kawannya yang lain tersenyum-senyum saja melihat Hayati. Sambil mengeluarkan senyuman yang agak pahit artinya, Khadijah berkata, sambil melihat kepada Zainuddin yang berdiri di tepi pagar itu: “itulah rupanya orang yang engkau puji-puji itu, Hayati ?” Seorang temannya bekata pula: “Rupanya alim betul kenalanmu itu!” 67
“Orang banyak berpikir memang begitu,” kata yang seorang pula. ”Tapi model pula saya lihat baju buka ditutupkan ketelapaknya dan tidak memakai dasi, “kata yang lain. “Sarungnya sarung Bugis, “kata yang seorang. “Memang dia orang Makasar, “kata Khadijah pula. “O, jadi bukan orang sini?” kata yang seorang. Tiba-tiba datanglah seorang opas mengusir orang yang tegak di tepi pagar, karena tak boleh terlalu dekat. Zainuddin turut terusir dengan orang banyak..( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 84). 5) Teguh dalam pendirian “Setelah itu, dia diusir dari sana. Di usir dari tanah asal keturunannya. Tetapi meskipun dia diusir, hatinya tetap dan teguh, sebab ada seorang perempuan menurut keterangannya sendiri yang telah memberi bujukan kepadanya, yang telah berjanji akan menunggunya, bilapun masanya dia pulang. Dia hidup di Padang Panjang. Dituntutnya ilmu baik keduniaan ataupun ilmu akhira, dengan pengharapan bahwa dengan itulah bekalnya menempuh hayat, bersama perempuan yang berjanji itu.”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 187). 6) Cinta yang tulus (1)
“Encik… sebetulnya engku Zainuddin masih tetap cinta kepada Encik. Tetapi sebagai seorang yang budiman di hormati Encik sebagai istri yang telah mengaku sahabatnya, meskipun orang itu telah mengecewaakan hidupnya. Bukan makan main terharunya hatinya ketika dia mengetahui kesengsaraan Encik bergaul dengan suami Encik.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 189).
(2)
“Seketika akan pulang, dihadapinya mejan pusaran itu seraya berkata:,,Amat besar harapanku, supaya akupun dapat berkubur di dekatmu kelak”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :218).
68
(3)
“Ah Hayati, kalau kau tahu! Agaknya belum pernah orang lain jatuh cinta sebagaimana kejatuhanku ini. Dan bila kau alami kelak agaknya tidak juga akan kau dapati cinta sebagaimana cintaku. Cintaku kepadamu lebih dari cinta saudara kepada saudaranya, cinta ayah kepadaanaknya. Kadang-kadang derajat cintaku sudah amat naik, sehingga hanya dua yang menandingi kecintaan itu, pertama Tuhan dan kedua mati” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 130).
7) Bertanggung jawab “Ongkos pulangmu biar saya yang mencarikan, demikian pun dengan belanja sedangnya. Dan kalau saya masih hidup, sebelum engkau beroleh suami pula; InsyaAllah kehidupan selama di kampung akan saya bantu.”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,1990 :197).
3. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga Birrul Walidain “,,Ah dengan apakah jasa mamak kubalas,” ujar Zainuddin. ,,balasanya hanya satu, bacakan surat Yasin tiap-tiap malam jum‟at kalau mamak meninggal dunia pula” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 21). 4. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan bangsa 1) Itsar (melebihkan orang lain atas diri sendiri) (1)
“Zainuddin seseorang yang lemah lembut, didikan ahli seni, ahli sya‟ir, yang lebih suka mengalah untuk kepentingan orang lain” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 27).
(2)
“,,Sukakah encik saya tolong?‟ ,,Apakah gerangan pertolongan tuan itu ?‟ ,,Berangkatlah encik lebih dahulu pulang ke Batipuh, marah mamak dan ibu encik kelak jika terlambat benar
69
akan pulang, pakailah payung ini, berangkatlah sekarang juga. ,,Terima kasih ! Jawab Hayati ,,Janganlah ditolak pertolongan itu,” kata orang lepau dengan tiba-tiba,, orang hendak berbuat baik tidak boleh di tolak. ,,Dan tuan sendiri bagaiman? Jawab Hayati pula, sedang temanya yang seorang lagi menekur-nekur saja kemalu-maluan. ,,Itu tak, usah encik susahkan, orang laki-laki semuanya gampang baginya, pukul 7 atau pukul 8 malam pun saya sanggup pulang, kalau hujan tak teduh juga. Berangkatlah dahulu!” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :31). 2) Silaturrahmi (1)
“Dari beberapa anggota perkumpulan kita,,Club Anak Sumatera. Kami beroleh kabar, bahwa telah 3 bulan tuan pindah bekerja di kota Surabaya ini. Setelah sampai kabar itu kepada kami inginlah kami berkenalan. Kami percaya sungguh bahwa dalam gerakan sosial yang seperti ini, tuan beserta istri tidak akan ketinggalan, terutama pula club kita- sebagaimana tersebut dalam Anggaran Dasar yang kami kirimkan beserta ini- adalah medan pertemuan silaturrahim di antara kita anak-anak Sumatera yang hidup di rantau ini.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :166).
(2) “Dua hari setelah pertunjukan itu, Aziz membawa istrinya ziarah ke rumah Zainuddin. Dan beberapa hari di belakang Zainuddin bertandang pula ke rumah Aziz”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :170).
5. Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar Menghormati Adat “ Tapi, saya tidak akan mengganggu adatmu, tidak akan mengganggu dirimu sendiri, tidak akan menyentuh kebesaran dan sesunan rusam basi orang Minangkabau”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :42).
70
BAB IV PEMBAHASAN A. Nilai-Nilai Pendidikan Sosial 1. Kasih Sayang 1) Pengabdian Memilih diantara dua alternative yaitu merefleksikan sifat-sifat Tuhan yang mengarah menjadi pengabdi-pihak-lain (Ar-rahman dan Ar-rahim) atau pengabdi diri sendiri. Pengabdian yang disini adalah suatu pengabdian yang hanya tertuju kepada Allah semata. Perwujudan pengabdian penyembahan kepada Allah yang lebih dikenal dengan istilah “ Ibadah “. Salah satu contoh pengabdian ini seperti ibadah salat. Seseorang dapat dikatakan telah melaksanakan ibadah salat jika pelaksanaannya dilakukan sendiri dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Pengabdian kepada Allah juga telah perintahkan melalui firman-Nya yang berbunyi:
“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S Adz-Dzariyat: 56). Dari ayat di atas dapat kita ketahui bahwasannya Allah menciptakan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya. Tiada hal lain selain untuk ibadah. Hendaklah kita sebagai manusia jangan hanya
71
mementingkan dunia saja. Namun juga harus ingat tujuan kita diciptakan. Karena sesungguhnya Allah maha pemurah. Sehinga seperti bekerja dan belajar bisa dinilai suatu ibadah, kalau dengan niat untuk ibadah kepada-Nya. Selain itu firman Allah yang lainnya:
"Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” ( Q.S Al-An‟am: 162). Karena itu, penting dipahami bahwa seluruh aktifitas yang dilakukan mesti bertujuan meraih keridhaan Allah tidak ada yang bisa dilakukan didunia ini tanpa mendapat izin dari Allah. Melakukan kebaikan pun pada dasarnya atas izin Allah. “Sedang Zainuddin duduk menghafalkan pelajaran yang baru diterima sehabis sembahyang Magrib, dia dikejutkan oleh suara tukang antar surat, menyerukan, , pos!” ( Tenggelmnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 104). Ibadah salat adalah suatu ibadah yang sangat besar pahalanya dan menjadi kunci dari ibadah yang lain. Salat merupakan tiangnya agama,jika seseorang itu rusak dalam salatnya maka rusak semua amalan yang lainnya. Salat adalah penghubung antara hamba dengan Robb-Nya. Kita umat yang beriman sudah seharusnya selalu taat beribadah kepada Allah, dengan cara beribadah inilah media kita untuk berkomunikasi langsung kepada Allah.
72
2) Tolong Menolong Tolong menolong adalah termasuk persoalan-persoalan yang penting dilaksanakan oleh seluruh umat manusia secara bergantian, sebab tidak mungkin seorang manusia itu akan dapat hidup sendirisendiri tanpa menggunakan pertukaran kepentingan dan kemanfaatan. Antara seseorang dengan yang lain tentu saling hajat menghajatkan, butuh-membutuhkan dan tolong-menolong.(Al Ghalayini, 1976: 223) Seperti firman allah swt dalam Q.S Al Maa-idah ayat 2 sebagai berikut:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya” Ayat ini sebagai dalil yang jelas akan wajibnya tolong menolong dalam kebaikan dan takwa serta dilarang tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran. Dalam ayat ini Allah Ta'ala memerintahkan seluruh manusia agar tolong menolong dalam mengerjakan kebaikan dan takwa yakni sebagian kita menolong sebagian yang lainnya dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, dan saling memberi semangat terhadap apa yang Allah perintahkan serta
73
beramal dengannya. Sebaliknya, Allah melarang kita tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran. “Kalau sekiranya ada orang dagang anak Sumatera atau anak Makasar yang terlantar di kota Surabaya dan datang meminta tolong kepadanya, tidaklah mereka tidak akan meninggalkan rumah itu dengan tangan kosong.”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :157) Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa tolong-menolong merupakan suatu perilaku sosial yang wajib dilakukan oleh semua orang. Karena apapun yang kita kerjakan membutuhkan pertolongan dari orang lain. Tidak ada manusia seorang pun di muka bumi ini yang tidak membutuhkan pertolongan dari yang lain. Karena kita diciptakan sebagai makluk sosial yang membutuhkan orang lain. 3) Kekeluargaan Kekeluargaan adalah interaksi antar manusia yang membentuk rasa saling memiliki dan terhubung satu sama lain, walaupun kekeluargaan memiliki banyak arti lain, dan hingga saat ini arti sebenarnya dari kekeluargaan masih terus diperdebatkan oleh para antropolog. Kekeluargaan juga dapat digunakan untuk menghubungkan luasnya pergaulan manusia ke dalam satu sistem yang koheren yang dapat membangun relasi dengan orang lain (Schneider, 1918: 61). Seperti firman allah swt dalam Q.S Al Hujuraat ayat 10 sebagai berikut:
74
“orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” Ayat di atas menjelaskan pentingnya persaudaraan terhadap sesama muslim. Karena muslim satu dengan yang lain adalah bersaudara. Hal ini dapat sesuai dengan kutipan novel sebagai berikut: “Sehabis makan lohor, mak base mengeluarkan peti kecil simpanan wang itu dari dalam almari, seraya berkata kepada Zainuddin:,,Terimalah wang ini semuanya, inilah hakmu, usaha dari ayahmu.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :23). Kutipan novel diatas menujukkan kekeluargaan yang sangat kental. Kekeluargaan itu tidak hanya dengan seorang ayah, ibu atau dengan ikatan pernikahan dan juga ikatan darah. Namun kekeluargaan itu bisa dengan seseorang yang sudah bersama kita atau seseorang yang sangat dekat dengan kita. Begitu juga Hamka menggambarkan dari novel ini bahwa Zainuddin sudah menganggap Mak Base sebagai keluarga sendiri. Bahkan Zainuddin menganggap bahwa Mak Base sudah seperti ibu kandungnya sendiri. Karena Mak Base yang merawat Zainuddin setelah bunda dan ayahnya meninggal dunia.
75
4) Kesetiaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesetiaan berasal dari kata setia, yang arinya berpegang teguh pada janji, pendirian dan sebagainya. Kemudian kesetiaan sendiri diartikan sebagai keteguhan hati, ketaatan baik dalam persahabatan, penghambaan, percintaan dan sebagainya. “ Dalam hatinya terbit dua perjuangan, pertama cinta yang kekal kepada Hayati, kedua perasaan dendam yang sukar mengikis lantaran mungkir Hayati kepada janjinya” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 177). Kutipan novel di atas menggambarkan kesetiaan Zainuddin kepada Hayati. Meskipun Hayati sudah menikah dengan Aziz tetapi Zainuddin tetap masih mencintai dia. Hanya Hayati seorang yang ada di hati Zainuddin. Bahkan Zainuddin sampai tidak menikah dengan wanita lain meskipun Hayati sudah meninggal dunia. Cinta Zainuddin tetap abadi hanya untuk Hayati seorang. Namun menurut pandangan saya, cinta yang tulus tidak seperti itu. Kalau orang yang kita cintai sudah menikah dengan orang lain, kita sebagai manusia harus menerima dan merelakan. Tidak menunggu dan selanjutnya tidak menikahi orang lain. Karena islam tidak mengajarkan seperti itu. karena apa yang terjadi pasti ada hikmah dibalik kejadian itu dan Allah pasti akan menganti dengan yang lebih
76
baik. Jadi bentuk kesetiaan yang digambarkan hamka lewat tokoh Zainuddin itu tidaklah baik menurut ajaran Islam. Selain itu juga ada contoh kesetiaan kepada seorang sahabat. ,,Saya mesti ikut!” kata Muluk.,, saya tertarik dengan guru, sebab itu bawalah saya menjadi jongos, menjadi pelayan, menjadi orang suruhan di waktu siang di dalam pergaulan hidup, dan menjadi sahabat yang setia yang akan mempertahankan jika guru ditimpa susah !”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 154). Dari kutipan novel di atas menggambarkan kesetiaan Muluk kepada Zainuddin. Muluk selain sebagai sahabat juga sebagai asisten Zainuddin. Zainuddin sudah dianggap sebagai keluarga sendiri juga sebagai sang guru oleh Muluk. Muluk selalu setia menemani Zainuddin kemanapun dia pergi. Menemani Zainuddin sampai dia menjadi seorang penulis sastra yang sangat terkenal. Bahkan Muluklah yang merawat Zainuddin saat dia jatuh sakit karena dihianati oleh Hayati. Setelah Zainuddin meninggal Muluklah yang merawat rumah dan meneruskan hasil karya Zainuddin yang belum tercetak. Dari kutiapn novel di atas, Hamka ingin menyampaikan kepada pembaca bahwasanya Kesetiaan merupakan poin utama untuk membina sebuah hubungan yang sehat, baik dalam persahabatan ataupun dalam keluarga. Setiap orang tentu pernah membuat kesalahan
77
pada suatu waktu, mengalami pasang surut kehidupan, bahkan menampilkan perilaku yang tidak dapat dibangakan. Ketika kita menemukan teman atau orang-orang terdekat yang dapat memaafkan dan mendampingi kita dalam keadaan apa pun, kita patut bersyukur. Jangan pernah menyia-nyiakan loyalitas yang ditunjukkan oleh para sahabat dan hargailah selalu hal itu. 5) Kepedulian Kepedulian sosial yaitu sebuah sikap keterhubungan dengan kemanusiaan pada umumnya. Sebuah empati bagi setiap anggota komunitas manusia. Kepedulian sosial adalah kondisi alamiah spesies manusia dan perangkat yang mengikat masyarakat secara bersamasama (Adler, 1927). Oleh karena itu, kepedulian sosial adalah minat atau ketertarikan kita untuk membantu orang lain. Allah telah memerintahkan kita semuanya untuk peduli kepada keluarga dan orang-orang yang kurang mampu. Anjuran tentang kepedulian sosial telah dijelaskan dalam firmanNya:
“Maka dirikanlah shalat karena berkorbanlah”.( Q.S Al-Kausar:2)
78
Tuhanmu;
dan
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?. Itulah orang yang menghardik anak yatim,dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, dari berbuat riya.dan enggan (menolong dengan) barang berguna”. (Q.S Al maa‟uun:1-7). Surat Al-Kausar ayat 2 dan Al maa‟uun adalah dua surat yang memerintahkan kaum muslimin untuk peduli terhadap sesama. Kedua surat ini menegaskan tentang ajaran islam yang sangat peduli dengan lingkungan sosial. Dalam Al-Kausar mengajarkan tentang berkurban adalah ibadah bernilai sosial tinggi. Dengan berkurban kaum muslimin yang mampu dapat berbagi nikmat yang diperoleh dengan saudarasaudaranya kaum muslim yang kurang mampu. Dalam surat Al-maa‟uun, Allah menyebutkan bahwa para pendusta agama adalah orang yang salat dengan penuh kelalaian dan hanya ingin mendapat pujian dari orang lain. Orang yang menolak dan menghardik anak yatim dengan keras, mereka tidak menganjurkan kepada orang lain untuk memberi makan kepada anak yatim dan kaum fakir miskin, mereka tidak pernah mau menolong orang lain yang
79
sangat membutuhkan. Setiap muslim hendaknya memiliki sifat terhadap sesama dalam kehidupan bermasyarakat. “Perempuan itu masuk dan bertanya :...mengapa engkau termenung saja anakku? Apa kabar di dalam perjalanan sudah lebih 10 hari meninggalkan rumah, indahkah negeri yang engkau lihat? Adakah puas mata memandang?” ,,Semuanya indah „mak, memang negeri-negeri di Minangkabau ini cantik dan menghidupkan semangat semua” ,,Mengapa wajahmu agak berlain‟mak lihat? Kurang sehat kan? ,,Tidak‟mak,, ,”ujar Zainuddin sambil berusaha sedapat-dapat menyembunyikan kesedihan hatinya ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :123). Kutipan novel di atas menunjukkan kepada kita bahwa rasa peduli kepada orang lain itu sangatlah penting bagi kehidupan bersosial bermasyarakat. Peduli kepada sesama itu sangat penting karena sebenarnya manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai mahluk sosial. Peduli kepada sesama itu akan menambahkan kerukunan dan kebersamaan, dan akan terwujud persatuan dan kesatuan antar masyarakat. Dalam novel Hamka, mengambarkan kepedulian seperti yang dilakukan oleh ibunya Muluk terhadap Zainuddin. Meskipun Zainuddin itu bukan anak kandungnya. Ini menunjukkan bahwa kepedulian terhadap sesama itu tidak mengenal keluarga, kerabat, atau
80
yang lainnya. Namun kepedulian itu bisa diberikan kepada semua orang yang membutuhkan atau yang tidak membutuhkan. 2. Tanggung Jawab 1) Nilai Rasa Memiliki Nilai rasa memiliki adalah suatu nilai rasa yang ada pada diri manusia. Manusia itu merasa memiliki sehingga manusia itu sendiri juga memiliki pertanggung jawaban untuk menjaga. “Jangan marah Hayati, kau hanya buat saya seorang, bukan buat orang lain. Biarlah orang lain mengatakan kau perempuan dusun, tak kenal kemajuan pakaian zaman kini, kau Hayati , , ,kau hanya untukku seorang,” ( tenggelamnya kapal van der wijck, 1990: 88) Kutipan novel diatas menunjukkan rasa memiliki yang disertai dengan pertanggung jawaban yang penuh. Dimana Zainuddin merasa bahwa Hayati miliknya, meskipun belum sepenuhnya karena belum adanya suatu ikatan pernikahan. Pada saat Hayati berubah ke dalam sesuatu yang negatif, segera Zainuddin mengingatkan dan kembali membimbing ke jalan yang lurus. Karena jalan yang ditempuh Hayati adalah jalan yang sangat dibenci dan dimurkai oleh Allah, yaitu menggumbar aurot. Sebagai seorang muslim menutup aurat itu sngat penting. Karena membuka aurot itu sangat dibenci oleh allah dan sangat dekat dengan kemaksiatan.
81
2) Empati Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, empati adalah keadaan
mental
yang
membuat
seseorang
merasa
atau
mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Empati sangat penting bagi kehidupan sosial. Karena dengan empati kita bisa merasakan apa yang sedang dialami oleh orang lain. Selain penting bagi kehidupan sosial, empati juga sangat dianjurkan dalam agama islam. Allah berfirman yang berbunyi:
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang baik.dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar”. (Q.S An-Nisa:8-9). Al-Qur‟an memberikan gambaran dalam ayat ini untuk menumbuhkan empati masyarakat akan kondisi anak yatim. Al-Qur‟an
82
mengajak umat islam membayangkan bagaimana bila anak mereka sendiri hidup dibawah pengawasan orang-orang yang kejam dan sewenang-wenang dalam membelanjakan harta mereka. Allah mengingatkan mereka bila menghawatirkan masa depan anak-anaknya sepeninggal mereka, maka hal pertama yang dilakukan adalah takut kepada Allah, tidak menzalimi, berperilaku terpujimengasihi dan memenuhi kebutuhan material dan spiritual mereka. “Saya sudi menjadi temannya, karena saya tahu betul akan dia. Bukankah lebih setahun lamanya dia menumpang dirumah ibuku di Padang Panjang? Dia seorang muda yang melarat. Melarat dari sejak asal dan keturunan, pusaka yang diterimanya sejak dari ayah bundanya. Ayahnya terbuang jauh dari kampung halaman, sampai mati dirantau setelah kembali dari buangan, lantaran malu pulang ke kampung halaman. Lagi pula meskipun pulang, bukankah ada pepatah: ,,Tak ada ranggas di Tanjung Cumanak ampain kain. Tak ada emas dikandung. Dunsanak jadi „rang lain”. Ibunya seorang Makasar, mati seketika dia masih perlu kepada bujukan ibu. Hidupnya besar dalam pangkuan orang lain. Ditempuhnya tanah Minangkabau dengan cita-cita besar, cita-cita hendak menempuh tanah bapa, tanah tempat dia dibangsakan menurut adat istiadat dunia. Kiranya kedatangan ke sana, dipandang orang laksana minyak dengan air saja. Dia tetap dipandang orang Makasar, sebagaimana di Makasar dia tetap dipandang orang Padang.”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 187).
83
Kutipan novel diatas menunjukkan sikap empati Muluk kepada sahabat sekaligus sang guru. Dari kata-kata Muluk menunjukkan rasa empati yang sangat mendalam mengenai keadaan Zainuddin. Mengenai kemalangan-kemalangan yang dia alami sejak lahir, diusir dari tanah kelahiran sang ayahnya, dihianati oleh Hayati orang yang dicintainya, bahkan saat Zainuddin sudah kaya pun masih di timpa kemalangan yang tiada henti. Dari novel Hamka ingin menjelaskan bahwa berempati kepada orang lain itu sangat penting, karena seperti yang kita ketahui bahwa empati itu membuat kita menjadi lebih mengerti orang lain, meningkatkan rasa cinta kasih dalam diri kita, rasa empati juga dapat membuat kita merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, selain itu rasa empati juga membuat kita menjadi lebih mudah berhubungan dengan orang lain. 3. Keserasian Hidup 1) Toleransi Toleransi adalah sikap atau sifat menenggang berupa menghargai
atau
membolehkan
suatu
pendirian,
pendapat,
kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri (Porwadarminta, 1986: 1084).
84
Toleransi adalah suatu sikap seseorang atau kelompok mayoritas dan minoritas untuk saling menjaga perasaan atau saling menghormati. Sikap toleransi yang tumbuh dari masing-masing individu memberikan nilai tersendiri apabila ia terjun ke masyarakat. Tanpa adanya toleransi maka di masyarakat bisa sering terjadi pertengkaran, perkelahian ataupun bisa saling mematikan kelompok satu dengan kelompok lain. Toleransi memberikan perlindungan pada kelompok mimoritas dari kelompok-kelompok mayoritas. Dan lingkup toleransi tidak hanya pada satu bidang saja namun ada cukup banyak bidang atau lingkup yang membutuhkan toleransi. Konsep toleransi dibentuk oleh ajaran islam baik Al-Qur‟an maupun Al-Hadits. Sedangkan toleransi barat dibentuk berdasarkan sejarah maupun reaksi terhadap kondisi sosial maupun politik. Allah SWT berfirman:
85
"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim". (Q.S Al-Mumtahanah: 8-9) Ayat tersebut mengajarkan prinsip toleransi, yaitu hendaklah seorang muslim itu berbuat baik kepada siapapun bahkan kepada non muslim. Selama perbuatan baiknya itu tidak ada sangkut pautnya dengan hal agama dan akidah. Berbuat baik kepada seseorang yang tidak memerangi kita seperti berbuat baik kepada wanita atau orang yang lemah diantara kita. Karena sesungguhnya allah sangat menyukai orang-orang yang berbuat baik. “Karena kemuliaan budi dan kebaikan hatinya, yang tiada suka mengganggu orang lain, lagi suka menghormati pikiran orang lain, dalam sedikit masa pula, namanya telah harum dalam perkumpulan ,,Anak Sumatera”. (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 158). Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa kita harus mempunyai rasa toleransi terhadap orang lain. Kita sebagai pribadi yang mempunyai jiwa sosial harus menghargai pendapat dan menghormati orang lain. Jangan meremehkan orang lain karena status
86
sosial atau pendidikan. Karena semua manusia itu sama derajatnya di mata Allah. 2) Kerja Sama Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerjasama adalah suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (masyarakat, lembaga, pemerintahan dsb) untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kerjasama
adalah
sifat
ketergantungan
manusia
memungkinkan dan mengharuskan setiap insan atau kelompok sosial untuk selalu berinteraksi dengan orang lain atau kelompok lain. Hubungan dengan pihak lain yang dilaksanakan dalam suatu hubungan yang bermakna adalah hubungan kerjasama. Hubungan kerjasama bermakna bagi diri atau kelompok sosial sendiri, maupun bagi orang atau kelompok yang diajak kerjasama. Makna timbal balik ini harus diusahakan dan dicapai sehingga harapan-harapan, motivasi sikap dan lainnya yang ada pada diri atau kelompok akan diketahui oleh orang atau kelompok lain. Jadi kerjasama adalah saling mendekati untuk mengurus kepentingan bersama dan tujuan bersama. (Yudha dan Rudyanto,2005: 39) “Tiap-tiap rembukan yang mengenai kepentingan bangsa, menolong orang yang sengsara, pekerjaan amal, senantiasalah Zainuddin atau Shabir jadi ikutan orang
87
banyak. Dan Muluk adalah sahabatnya yang setia” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,1990 :169). Dari kutipan novel di diatas menunjukkan suatu bentuk kerjasama yang sangat mulia yaitu untuk menolong orang-orang yang sengsara, kepentingan bangsa dan suatu pekerjaan amal yang dilakukan seseorang dengan orang banyak dan menjadi satu kelompok dengan tujuan yang sama. Kerjasama sangat penting dilakukan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Karena
dengan
kerjasama
akan
menciptakan dan melahirkan karya-karya luar bisa yang akan dibutuhkan dalam menjalani kehidupan. Seperti yang telah kita ketahui bersama, setiap individu membutuhkan kehadiran orang lain guna menumbuhkan nilai-nilai persatuan serta kerukunan di tengah-tengah masyarakat. Itulah alasan kita hidup berkelompok dan bermasyarakat. Bekerja sama dalam kebaikan adalah suatu pekerjaan yang dianjurkan oleh Allah. Contohnya bekerja sama dalam pekerjaan amal. Pekerjaan amal adalah pekerjaan yang sangat mulia. Karena dengan begitu akan membantu orang yang membutuhkan. Pekerjaan amal kebaikan yang bahkan sangat dianjurkan oleh Allah. Firman Allah dalam kebaikan ini berbunyi:
88
"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (Q.S AL Maa-idah:9). 3) Musyawarah Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, musyawarah diartikan sebagai pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah bersama. Selain itu kata musyawarah juga berarti musyawarah atau berembuk (Departemen Pendidikan Dan Budaya, 1989: 603). Musyawarah juga diperintahkan oleh Allah:
“…Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.” (Q.S Al-imron: 159). Musyawarah sangat dianjurkan dalam memutuskan suatu hal agar tidak
menimbulkan
masalah
baru.
Musyawarah
harus
dilakukan dengan cara yang baik, tidak ada aksi yang di luar batas. Ketika berdebat, maka berdebatlah dengan cara yang baik. Karena sesuatu yang baik harus diputuskan dengan cara yang baik pula. Apabila sudah mencapai suatu kesepakatan maka semua pihak harus menerima dengan bertawakal kepada Allah. Selain Al Imron ada juga ayat yang menjelaskan tentang mempergunakan jalur musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap perkara, yaitu Q.S Asy-syu‟araa‟ ayat 38:
89
“Lalu dikumpulkan Ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang ma'lum”. Ayat ini selaras dengan kutipan novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck sebagai berikut: “Setelah hadir semuanya, mulailah Dt...membuka kata: demikianlah maka tuan-tuan saya hadirkan dalam rumah nan gedang ini, yaitu elok kata dengan mufakat buruk kata di luar mufakat, tahi mata tak dapat di buangkan, dengan empu kaki.” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :110). Dari kutipan novel di atas menunjukkan suatu contoh pentingnya musyawarah bersama untuk mencari sebuah keputusan bersama yang terbaik. Disini dapat diketahui secara jelas bahwa fungsi dari musyawarah itu adalah untuk memecahkan suatu masalah. Namun masalah tersebut akan dipecahkan jika masing-masng peserta ingin mengeluarkan pendapat, saran atau masukan. Karena tanpa adanya hal tersebut musyawarah tidak akan tercapai. Atau dengan kata lain masalah itu tidak dapat dipecahkan. Kemudian musyawarah sendiri bertujuan untuk mememecahkan suatu masalah yang disertai melalui kerendahan hati dan melalui keputusan bersama.
90
B. Karakter Tokoh Utama Yang Patut Diteladani 1. Sikap dan perilaku dalam hubunganya dengan tuhan 1) Tawakal Tawakal (bahasa Arab:)تو كُمatau tawakkul dari kata wakala dikatakan, artinya, „menyerah kepada-Nya‟ (Abbdullah, 2006: 1). Dalam agama islam tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan. Tawakal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar meyakini bahwa hanya allah yang menciptakan segala-galanya, pengetahuanNya maha luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta ini. Keyakinan inilah yang mendorong untuk menyerahkan segala persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang dan tentram serta tidak ada rasa curiga, karena Allah Maha mengetahui dan Maha bijaksana. Semua perintah dalam bertawakal, bisanya didahului oleh perintah melakukan sesuatu. Firman Allah SWT:
91
“ (Tidak demikian) bahkan Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”.( Q.S Al-Baqarah: 112). Ayat di atas selaras dengan salah satu kutipan dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dibawah ini. “Hatinya telah mulai jenuh, maka terbayanglah kembali di ruang matanya kota Makasar, kota yang indah dan penuh dengan peradaban, terbayang kembali lautan dan ombaknya yang tenang, perahu mandar, kapal yang sedang berlabuh sehingga mau dia rasanya segera pulang, bertemu dengan Mak Basenya yang tercinta. Tetapi ..kehendak yang maha kuasa atas dirinya berbeda dengan kehendak manusia itu sendiri. Zainuddin telah jemu di Minangkabau, dan dia tidak akan jemu lagi, karena tarikh penghidupan manusia bukan manusia membuatnya, dia hanya menjalani yang tertulis (Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :28). Dari kutipan novel di atas menjelaskan bahwa Sebagai seorang hamba, yang wajib kita lakukan adalah berusaha dan berdoa. Setelah itu, kita pasrahkan segala urusan kepada Allah SWT semata. Karena segala keputusan adalah hak milik Allah. Kita harus berserah diri kepada Allah tanpa bergantung kepada selain Dia. 2) Husnudzan Husnudzan berarti berprasangka baik atau berpikir positif. Berprasangka baik kepada Allah SWT, kepada orang lain, dan berprasangka baik terhadap segala sesuatu yang terjadi. Dengan berprasangka baik, hidup kita akan tenang karena tidak berpikir hal-
92
hal yang belum pasti. Orang yang husnudzan ialah orang yang selalu berfikir positif dan tidak pernah berburuk sangka terhadap apa yang dilakukan orang lain. Husnudzan terhadap Allah artinya menerima semua yang menjadi takdir dan keputusan-Nya. Sesuai dengan firman Allah:
" Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia Itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri”. (Q.S Yunus: 44). Sebenarnya Allah tidak menzalimi seorang hambanya, akan tetapi manusia itu sendirilah yang berbuat zalim. Allah itu tidak memberikan cobaan di luar kemampuan manusia itu sendiri. Karena Allah mengetahui batas yang kemampuan setiap manusia. Semua yang terjadi sebaiknya kita ambil hikmahnya. Husnudzan kepada Allah dapat dilakukan dengan selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah dan bersabar atas cobaan dan juga ujian dari Allah. “Kalau ada kepercayaanmu demikian, maka Tuhan tidaklah akan menyia-nyiakan engkau. Sembahlah dia dengan khusu‟, ingat dia di waktu kita senang, supaya dia ingat pula kepada kita di waktu kita sengsara. Dialah yang akan membimbing tanganmu. Dialah yang akan menunjukkan haluan hidup kepadamu. Dialah yang akan menerangi jalan yang gelap. Jangan takut menghadapi cinta. Ketahuilah bahwa Allah yang menjadikan matahari
93
dan memberinya cahaya. Allah akan menjadikan bunga dan memberinya wangi. Allah yang menjadikan tubuh dan memberinya nyawa. Allah yang menjadikan mata dan memberikan penglihatan. Maka Allah pulalah yang menjadikan hati dan memberinya cinta. Jika hati kau diberi-Nya nikamat pula dengan cinta sebagaimana hatiku, marilah kita pelihara nikamat itu sebaik-baiknya, kita jaga dan kita pupuk kita pelihara supaya jangan dicabut Tuhan kembali. Cinta adalah ibarat Tuhan, dikirimnya ke dunia supaya tumbuh, kalau dia terletak di tanah yang lekang dan tandus, tumbuhnya akan menyiksa orang lain. Kalau dia datang kepada hati yang keruh dan kepada budi yang rendah. Dia akan membawa kerusakan. Tetapi kalau dia hinggap kepada hati yang suci, dia akan mewariskan kemuliaan, keikhlasan dan tha‟at kepada illahi” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 53). Kutipan novel di atas mengajarkan kepada kita bahwa kita harus selalu berprasangka baik kepada Allah SWT. Dalam situasi dan kondisi apapun kita tetap harus berprasangka baik kepada Allah SWT. Percayalah setiap yang terjadi pasti atas kehendakNya dan dari setiap peristiwa ada pelajaran yang bisa dipetik. Berprasangka
baik
kepada
Allah
adalah
keniscayaan.
Karena Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Ketika kita merasa dekat dengan Allah, Allah lebih dekat dengan kita. Begitu juga ketika kita berdo‟a pada Allah kita harus yakin bahwa do‟a kita akan dikabulkan dengan tetap melakukan sebab terkabulnya do‟a dan menjauhi berbagai pantangan yang menghalangi terkabulnya do‟a. Selain itu kita juga harus selalu menginggat Allah saat kita senang, supaya saat kita dilanda kesusahan atau kesukaran Allah juga akan
94
selalu menginggat dan mengiba kepada kita. Jangan hanya saat susah saja kita menginggat akan Allah. 2. Sikap dan perilaku dalam hubunganya dengan diri sendiri 1) Jujur Dalam bahasa Arab, jujur merupakan terjemahan dari kata shidiq yang artinya benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain jujur adalah perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur merupakan induk dari sifat-sifat terpuji. Jujur juga disebut dengan benar atau sesuai dengan kenyataan. Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya, jujur lawannya dusta. Berdusta adalah mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya ( Rachmad, 2000: 77). Orang
yang
jujur
adalah
orang
yang
berkata,
berpenampilan, dan bertindak apa adanya, tanpa dibuat-buat. Orang yang jujur, hidupnya akan menjadi tentram, dan sebaliknya orang yang berdusta hidupnya akan diliputi dengan kegelisahan. Allah selalu memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk senantiaa berbuat jujur. Sesuai dengan firman Allah:
95
"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar".( Q.S At-Taubah: 119) Ayat di atas menerangkan bahwa Allah memerintahkan agar kita berkumpul
dengan
orang-orang
jujur.
Maksudnya adalah
lingkungan merupakan salah satu sarana yang dapat mempengaruhi seseorang. Jadi ketika kita berkumpul dengan orang-orang baik dan jujur, maka kita pun akan menjadi orang seperti itu dan sebaliknya. Oleh karena itu kita diperintahkan untuk mencari lingkungan yang baik dalam pergaulan. Supaya kita bisa menjadi baik dan akan tetap baik. Kejujuran sangat banyak manfaatnya. Selain hidup akan tenang, kejujuran juga akan diberi imbalan oleh Allah dengan diberi ampunan atas dosa-dosa kita. hal ini sesuai dengan firman Allah:
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (Q.S Al-ahzab:70-17). Ayat di atas adalah bukti bahwasanya dengan selalu berkata jujur maka dosa-dosa kita akan diampuni oleh Allah dan juga akan
96
diperbaiki amalan-amalan kita yang telah lalu. Dengan kita menaati perintah Allah dan Rasulullah maka kita akan mendapat suatu pahala yang sangat besar terutama di akhirat kelak. Gemetar, Encik! Gemetar saya tanganku ketika mulamula menulis surat ini hatiku memaksaku menulis, banyak yang terasa, tetapi setelah kucecahkan penaku ke dawat, hilang akalku tak tentu darimana harus kumulai. Sudah hampir satu tahun saya tingal di negeri nenek moyangku ini. Oh, saya telah dibuaikan oleh mimpi dahulunya, oleh kuatnya bekas dendang dan nanyian ayahku seketika saya masih dalam pangkuannya. Tanahmu yang indah, bahkan tanahku juga, Minangkabau senantiasa berdiri dalam semangatku sehingga sejak saya tau menyebut nama negeri Padang, tanah ini telah terbayang dalam khayalku. Angan-angan dan khayal yang demikianlah yang menyampaikan langkahku kemari. Sebab di negeri Makasar sendiri saya dianggap orang Padang, bukan orang asli Bugis atau Makasar. Sebab itu di sana saya rasa senantiasa dalam kesepian. Sekarang saya datang ke mari, Hayati. Tak obahnya dengan seorang musafir ditengah gurun yang luas keputusan air, tiap-tiap langkah dilangkahkannya tampak juga olehnya danau yang luas di mukannya. Demi, setelah sampai kepada yang kelihatan itu, danau itupun hilanglah, diganti dengan pasir yang semata-mata, hening dan panas! Hayati berulang saya menanggung perasaan begini, seorang pun tak ada tempat saya mengadu. Saya tidur di surau bersama-sama teman. Mereka ketawa bersenda gurau, tetapi bilamana kuhening dan kupikirkan, emas tidak juga dapat dicampurkan dengan Loyang, sutra tersisih dari benang, saya telah mengerti segera bahasa Mingangkabau meskipun dekat dengan mereka saya seakan-akan tidak faham. Dari isyarat dan susun kata, dapat juga kuketahui bahwa derajatku kurang adanya. Bakoku sendiri tidak mengaku saya anak pisangnya, sebab rupanya ayahku tidak mempunyai saudara yang karib, mereka bawa saya menumpang selama ini karena
97
dipertalikan bukan oleh budi bahasa, tetapi oleh uang;sekali lagi Hayati, oleh uang! Mengapa hal ini saya adukan kepadamu Hayati? Itupun saya sendiri tidak tahu, cuma hati saya mengatakan engkaulah tempat saya mengadu..”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 41). Kejujuran adalah hal yang paling utama. Karena kejujuran selalu
melahirkan
kebajikan.
Dengan
kejujuran
berarti kita
menghargai diri sendiri dan menghargai orang lain. Sebagai contoh kejujuran yang dilakukan oleh Zainuddin. Dia jujur mengungkapkan apa yang ada di dalam hati saat pertemananya disambut oleh Hayati. Selain itu dia juga mengungkapkan siapa dia, dari mana asalnya, termasuk latar belakang keluarganya. Dengan begitu tidak ada yang ditutup-tutupi dari Hayati. Kita juga harus mencontoh apa yang dilakukan Zainuddin kepada Hayati. Jangan kita berbicara yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, agar kita disenangi oleh orang lain itu. Karena sebenarnya sahabat sejati adalah yang menerima kita apa adanya. 2) Bersemangat Bersemangat dalam pengertian umum, digunakan untuk mengungkapkan minat yang menggebu dan pengorbanan untuk meraih tujuan, dan kegigihan dalam mewujudkannya. “Jika dahulu dia sendiri yang pergi ke kantor surat kabar mengantarkannya, diterima dengan dibolak-balik lebih dahulu; sekarang redaksi surat kabar itulah yang 98
datang meminta karangan kepadanya. Beberapa mingguan dan harian memberikan honorarium yang pantas. Bahkan dalam masa yang tidak lama kemudian, direktur dari satu surat kabar harian telah datang kerumahnya menawarkan pekerjaan menjadi redaksi dalam surat kabar itu, special mengatur ruangan hikayat, roman dan syair. Tetapi dia tidak mau, karena ia mempunyai cita-cita lain. Setelah dia tahu bahwa buah penanya telah menjadi perhatian umum, mengertilah dia bahwa inilah tujuan yang tetap dari hidupnya. Daripada bekerja dibawah tangan orang lain, lebih suka dia mengeluarkan dan membuka perusahaan sendiri. Oleh karena kota Surabaya lebih dekat ke Makasar dan di sana penerbitan buku-buku masih sepi, maka bermaksudlah ia hendak pindah ke Surabaya, akan mengeluarkan buku-buku hikayat bikinan sendiri dengan modal sendiri, dikirim ke seluruh Indonesia. Dengan kemauan yang tetap dia bersama muluk meninggalkan kota Jakarta, yang dikota itu ia telah mendapatkan modal paling besar, yaitu letter ,,Z” yang kelak akan dipergunakan mencoba nasib di kota Surabaya itu”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 156). Kutipan novel di atas adalah contoh semanggat yang membara pada darah muda seperti Zainuddin. Semangat yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan yaitu menjadi seorang sasrtawan yang terkenal. melalui berbagai rintangan untuk mencapai cita-cita besar. Karena keberhasilan tidak akan tercapai tanpa adanya suatu kerja keras. Karena tidak ada suatu keberhasilan yang bersifat instan. Tentulah ini sangat pantas dicontoh oleh setiap orang untuk mencapai tujuan masing-masing.
99
3) Rendah hati / tawadhu‟ Kata tawadhu‟ berasal dari kata wa-dha-„a yang berarti merendahkan. Merendahkan di sini berarti menempatkan dirinya pada posisi yang lebih rendah dari yang seharusnya dimiliki (Ahmadi, 2004:108). Lebih tepatnya tawadhu‟ diartikan sebagai sikap rendah hati. “ Sudikah engkau jadi sahabatku Hayati? Saya akui, saya orang dagang melarat dan anak orang terbuang yang datang darinegeri jauh, yatim dan piatu. Saya akui kerendahan saya, itu agak nyayang akan menanguhkan hatimu bersahabat dengan daku. Tapi Hayati, meskipun bagaimana, percayalah bahwa hatiku baik. Sukar engkau akan bertemu dengan hati yang begini, yang bersih lantaran senantiasa dibasuh dengan air kemalangan sejak lahirnya ke dunia! ( Tenggelamnya kapal van der wijck, 1990 :42). Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa seseorang yang dikatakan sebagai orang yang rendah hati adalah orang yang tidak merasa lebih baik dari orang lain. Karena orang yang rendah hati menyadari bahwa ada zat yang lebih dari segala-galanya yang ada di dunia ini, yaitu Allah SWT. Tawadhu‟ kepada sesama Muslim adalah sifat mulia dan terhormat, dan sangat dicintai Allah SWT. Sebaliknya, sikap takabur/sombong sangat dibenci oleh-Nya. Sebagaimana firmanNya dalam surat Luqman ayat 18:
100
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang sombong lagi membanggakan diri”.(Q.S Luqman: 18). Kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT tidak sepantasnya berlaku sombong di muka bumi ini. Karena segala yang kita miliki merupakan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT semata. 4) Sabar Kata shabr maknanya habs, yakni menahan. Makna kata sabar dimaknai ”usaha menahan diri dari hal-hal yang tidak disukai dengan sepenuh kerelaan dan kepasrahan” (Ahmadi, 2004:85). Apabila seseorang telah belajar bersabar dalam menanggung derita kehidupan dan bencana, bersabar dalam menahan cobaan dan permusuhan, bersabar dalam menyembah dan menaati Allah dan dalam melawan berbagai hawa nafsu dan dorongannya, bersabar dalam bekerja dan berproduksi, maka ia menjadi seorang manusia yang mempunyai kepribadian yang matang, seimbang, utuh, produktif,
101
dan aktif. Dia menjadi terhindar dari kegelisahan dan terlindung dari berbagai gangguan kejiwaan (Usman, 1985: 325). Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah “Shobaro” yang membentuk infinitif menjadi “shabran” dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur‟an.
“ Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”.(Q.S Al-Kahfi:28). Ayat di atas selaras dengan kutipan novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, yaitu: “Zainuddin, “ujarnya, “telah banyak nian pembicaraan orang yang kurang enak ku dengar terhadap dirimu dan diri kemenakanku. Kata orang tua-tua, telah banyak
102
melakukan perbuatan yang buruk rupa, salah canda, yang pantang benar didalam negeri yang beradat ini. Diri saya percaya bahwa engkau tiada melakukan perbuatan yang tidak senonoh dengan kemanakanku, yang dapat merusakkan nama Hayati selama hidupnya. Tetapi sekarang saya temui engkau untuk memberi engkau nasehat, lebih baik sebelum perbuatan berkelanjutan, sebelum merusakkan nama kami dalam negeri, suku sako turun temurun, yang belum lekang di panas dan belum lapuk dihujan, supaya engkau surut.” Tercengang Zainuddin menerima pembicaraan yang ganjil itu, bagai ditembak petus tunggal rasa kepalanya. Lalu dia berkata: “mengapa engkau berbicara demikian rupa kepada diriku ? sampai membawa nama adat dan turunan?” “Harus hal itu saya tanyai, karena didalam adat kami di Minangkabau ini kemanakan di bawah lindungan mamak. Hayati orang bersuku berhindu berkaum kerabat, dia bukan sembarang orang.” “Saya akui hal demikian, Engku. Tetapi itulah kemalangan nasib saya mengapa dahulu saya berkenalan dengan dia, mengapa maka hati saya terjatuh kepadanya dan dia sambut kemalangan untung ku dengan segenap belas kasihan. Cuma sehingga itu perjalanan perkenalan kami selama kami hidup, lain tidak!”.( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 58). Kutipan novel di atas menunjukkan sifat sabar yang ada di dalam diri Zainuddin dalam menghadapi suatu pembicaraan / gunjingan mengenai dirinya. Sebenarnya setiap manusia itu memilki keinginana, dan keinginan itu tentu tidak akan selalu mulus sesuai yang kita inginkan. Pastinya cobaan akan kemungkinan ketidak tercapainya keinginan akan ada. Disinilah pentingnya ada sifat sabar yang harus dimiliki manusia dalam menjalani hidup. Bisa dikatakan
103
jika sabar merupakan satu titik suksesnya manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Sabar bukan hanya karena manusia itu gagal. Namun jika berhasil maka sabarlah yang akan menyelamatkan manusia agar terhindar dari rasa sombong pada dirinya. Orang sabar adalah orang yang paling beruntung. Itulah kiranya yang akan menjadikan manusia mencapai tingkat kepuasan dalam hidupnya. 5) Teguh dalam pendirian / istikomah Teguh artinya tidak berubah. Teguh pendirian artinya keyakinan atau hati yang tetap tidak berubah. Orang yang teguh pendirian adalah orang yang memiliki keyakinan atau pendirian yang tidak berubah walaupun mendapat godaan, ancaman, ataupun rintangan. “Setelah itu, dia diusir dari sana. Di usir dari tanah asal keturunannya. Tetapi meskipun dia diusir, hatinya tetap dan teguh, sebab ada seorang perempuan-menurut keterangannya sendiri- yang telah memberi bujukan kepadanya, yang telah berjanji akan menunggunya, bilapun masanya dia pulang. Dia hidup di Padang Panjang. Dituntutnya ilmu baik keduniaan ataupun ilmu akhira, dengan pengharapan bahwa dengan itulah bekalnya menempuh hayat, bersama perempuan yang berjanji itu.”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 187). Dalam kehidupan sehari-hari sikap teguh pendirian sangat diperlukan. Tanpa sikap teguh pendirian orang akan terombang
104
ambing mengikuti berbagai godaan dan bujuk rayu yang datang silih berganti. Sebagai contoh yang dialami oleh Zainuddin, dia tetap yakin akan janji yang diucapkan oleh Hayati sebelum dia pergi meninggalkan Batipuh karena diusir. Zainuddin tetap yakin bahwa Hayati akan tetap kepulangannya. Bahkan dia rela menunggu sampai sepuluh tahun pun. 6) Cinta yang tulus Cinta yang tulus itu mencintai dengan menerima apa adanya, mencintai dengan menerima masa lalu. Cinta yang tulus itu tanpa pamrih, cinta yang tidak meminta untuk dibalas. Cinta yang tulus tidak bisa dibeli dengan uang , tetapi dengan pengorbanan. Cinta yang tulus tidak akan pernah menyakiti orang yang kita cintai dengan alasan apapun. “Ah Hayati, kalau kau tahu! Agaknya belum pernah orang lain jatuh cinta sebagaimana kejatuhanku ini. Dan bila kau alami kelak agaknya tidak juga akan kau dapati cinta sebagaimana cintaku. Cintaku kepadamu lebih dari cinta saudara kepada saudaranya, cinta ayah kepada anaknya. Kadang-kadang derajat cintaku sudah amat naik, sehingga hanya dua yang menandingi kecintaan itu, pertama tuhan dan kedua mati” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 130). Kutipan novel diatas menunjukkan ketulusan yang dimiliki oleh Zainuddin dalam mencintai. Ketulusan yang sangat jarang dimiliki oleh orang lain yang menerima dengan sepenuh hati dan tidak
105
mengharapkan suatu balasan. Berbeda dengan laki-laki pada umumnya. Mereka mengharapkan balasan dan tidak bisa menerima pasangan apa adanya. Bahkan sekarang banyak yang menjerumuskan pasangan kedalam hal-hal yang negatif, bukan menjaga dan membawa kedalam jalan yang benar. 7) Bertanggung jawab Tanggung
jawab
berarti
kesadaran
manusia
untuk
menanggung atas perilaku atau perbuatannya, baik yang disengaja maupun tidak sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sesuai dengan perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Dengan begitu tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Setiap orang memeiliki tanggung jawabnya masing-masing. Rasulullah bersabda:
ِكُهُّكُمْ رَاعٍ وَكُهُّكمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّ ِته “Kamu semua adalah pemimpin, dan kamu semua bertanggung jawab atas kepemimpinannya.”(HR. Bukhari dan Muslim)
106
Dijelaskan
bahwa
kelak
kita
pertanggungjawaban atas apa yang pernah kita
akan perbuat.
dimintai Setiap
pribadi bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Sehingga kita harus berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Jangan sampai kita melakukan hal-hal yang tidak baik dan tidak bermanfaat. “Ongkos pulangmu biar saya yang mencarikan, demikian pun dengan belanja sedangnya. Dan kalau saya masih hidup, sebelum engkau beroleh suami pula; InsyaAllah kehidupan selama di kampung akan saya bantu.”( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck,1990 :197).
Kutipan novel di atas menunjukkan bahwasanya kita tidak boleh meninggalkan suatu amanah yang diberikan oleh orang lain kepada kita. Karena kita sudah sanggup untuk menerimanya maka kita juga harus menjaganya. Bahkan resiko yang kita terima akan buruk, namun kita harus berani bertanggung jawab. Bahkan banyak orang yang mengelak tanggung jawab, karena memang lebih mudah menggeser tanggung jawabnya. Daripada berdiri dengan tegap dan mengatakan “ini adalah tanggung jawab saya” banyak orang yang sanggat senang dengan melempar tanggung jawabnya ke pundak orang lain.
107
3. Sikap dan perilaku dalam hubunganya dengan keluarga Birrul walidain Al Birr yaitu kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah SAW. : “Al
Birr adalah
baiknya
akhlaq“.
ِ انْوَانِ َد ْينmerupakan kebaikan-kebaikan seorang anak kepada
yang
Birrul
Walidain
dipersembahkan
ِّبِر oleh
kedua orang tuanya, kebaikan tersebut
mencakup dzahiran wa batinan dan hal tersebut didorong oleh nilainilai fitrah manusia meskipun mereka tidak beriman. Mana kata wajibatul
walid(kewajiban
orang
tua)
adalah
untuk
mempersiapkan anak-anaknya agar dapat berbakti kepadanya. Menurut Ibnu „Athiyah. Kita juga wajib menaati kedua orang tua dalam hal-hal yang mubah (yang diperolehkan syari‟at) dan harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya dan menjauhi apa-apa yang dilarang (selama tidak melanggar batasan-batasan Allah swt) (sanusi, 2013 :16). Allah SWT menciptakan kita di dunia ini melalui orangtua kita (ayah dan ibu). Dengan segala pengorbanannya, kita harus selalu berbuat baik kepada mereka. Terutama kepada ibu yang telah susah payah mengandung, melahirkan, dan menyapih kita. Allah berfirman:
108
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri".(Q.S Al-Ahqaaf:15). Dari ayat di atas, dapat dijelaskan bahwa perintah berbakti kepada orang tua setelah perintah beribadah kepada Allah SWT tanpa mempersekutukannya. Hal ini mengambarkan pentingnya berbakti kepada orang tua. Allah menjelaskan bahwa berbakti kepada orang tua merupakan bukti rasa syukur kepada Allah SWT, karena Allah menciptakan semua manusia dari rahim orang tua. “,,Ah dengan apakah jasa mamak kubalas,” ujar Zainuddin.
109
,,balasanya hanya satu, bacakan surat Yasin tiap-tiap malam jum‟at kalau mamak meninggal dunia pula” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 21). Kutipan novel di atas menunjukkan salah satu bentuk birrul walidain kita dengan selalu mendoakan orang tua kita setiap saat, baik saat mereka masih bersama kita atau bahkan sudah tidak bersama kita. meskipun orang tau itu bukan orang tua kandung dan hanya orang tua angkat, tetapi kita juga harus tetap menghormati dan selalu mendoakan mereka. Kita sebagai anak tidak boleh erkata kasar dan membentak orangtua. Kita harus merendahkan suara ketika berbicara, jangan sampai kita menyakiti hati mereka. Walaupun setelah dewasa, kita bisa membahagiakan orangtua kita, kita tidak akan pernah bisa membalas
semua
yang
telah
dilakukan
dan
diberikan
oleh
orangtua kepada kita. 4. Sikap dan perilaku dalam hubunganya dengan masyarakat dan bangsa 1) Itsar Itsar
secara bahasa bermakna melebihkan orang lain atas
dirinya sendiri. Sifat ini termasuk akhlak mulia yang sudah mulai hilang di masa kita sekarang ini, Padahal akhlak mulia ini adalah puncak tertinggi dari ukhuwah islamiyah dan merupakan hal yang sangat dicintai oleh Allah Ta‟ala dan juga dicintai oleh setiap makhluk. Memang jika dilihat dari timbangan logika, hal ini
110
merupakan hal yang sangat berat, mengorbankan dirinya sendiri demi kepentingan orang lain tanpa mendapatkan imbalan apapun. Akan tetapi di dalam agama islam, hal ini bukanlah suatu hal yang mustahil. Karena itsar merupakan perintah Allah. Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”.(Q.S Al-Hasyr: 9) Dengan mendahulukan kepentingan orang lain kita diajari untuk tidak egois, dan menjadi orang yang pemurah. Seperti halnya, Rasulullah saw mendidik istri-istrinya untuk mendahulukan orang lain, memberikan makanan kepada orang lain meskipun terkadang makanan tersebut tidak ada selainnya.
111
“Zainuddin seseorang yang lemah lembut, didikan ahli seni, ahli sya‟ir, yang lebih suka mengalah untuk kepentingan orang lain” ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990: 27). Kutipan
novel
diatas
menunjukkan
suatu
contoh
sifat
mementingkan orang lain daripada diri sendiri. Meskipun sejujurnya ini sangat sulit untuk kita lakukan sebagai manusia biasa. Namun seperti yang telah diuraikan di atas kalau mementingkan kepentingan orang lain itu sangat besar pahalanya. Selain itu juga sangat baik bagi kehidupan di masyarakat karena akan dicintai oleh manusia. Selain itu juga akan mendapatkan kemudahan dalam segala urusan. Dan seperti ini sangat baik untuk kita contoh. Bahkan sangat dianjurkan. 2) Silaturrahim Silaturrahim atau hubungannya persaudaraan sudah menjadi tradisi dalam masyarakat kita umumnya bangsa Indonesia. Selain dengan kunjungan dalam hidup bertetangga dan bersaudara sering kali dilakukan secara masal. Yang paling populer ialah yang kita kenal dengan acara „Halal Bihalal” yang dilaksanakan setelah salat Idul Fitri (Rais, 2002: 54). Karena silaturrahim adalah tali persaudaraan, maka kita sebagai seorang muslim dan juga makhluk sosial menyambung tali silaturrahim sangat penting dan harus kita jaga. Karena silaturrahim merupakan perintah Allah. Allah berfirman:
112
“..Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.( Q.S An-nisaa :1). Allah menyuruh menyambung hubungan silaturrahim setelah memerintahkan bertaqwa kepada-Nya. Maka Allah mengingatkan kepada manusia agar menyambung tali silaturrahim, karena mereka sebenarnya berasal dari satu jiwa, dan untuk menunjukkan silaturrahim karena mengharapkan ridha Allah merupakan salah satu pengaruh taqwa kepada-Nya. Manusia yang paling menyambung silaturrahim merupakan manusia yang paling sempurna iman dan paling bertaqwa kepada Rabb-Nya. “ Dua hari setelah pertunjukan itu, Aziz membawa istrinya ziarah ke rumah Zainuddin. Dan beberapa hari di belakang Zainuddin bertandang pula ke rumah Aziz”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :170). Kutipan novel di atas menunjukkan kepada kita betapa pentingnya menyambung tali silaturrahim. Sesungguhnya silaturrahim itu tidak hanya dilakukan dalam saat Idul Fitri yakni dengan acara halal bihalal. Namun silaturrahim bisa dilakukan kapan saya. Bahkan silaturrahim merupakan amal shalih yang penuh berkah, dan memberikan kepada pelakunya kebaikan di dunia dan akhirat,
113
menjadikannya diberkahi di manapun ia berada, Allah SWT memberikan berkah kepadanya di setiap kondisi dan perbuatannya, baik yang segera maupun yang tertunda. Banyak sekali yang akan kita dapat jika kita menyambung tali silaturrahim, begitu juga dengan sebaliknya. Terdapat azab yang sangat pedih bagi orang yang memutuskan tali silaturrahim. salah satu ganjaran yang akan kita dapat saat kita menyambung tali silaturrahim adalah mendapatkan rahmat dari Allah. Karena silaturrahim itu adalah kebaikan yang pahalanya lebih cepat. dan memutuskan tali silaturrahim adalah suatu dosa yang azabnya lebih cepat dan tentunya bisa dipastikan masuk neraka. 5. Sikap dan perilaku dalam hubunganya dengan alam sekitar Menghormati adat istiadat Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Adat istiadat adalah tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi ke generasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat. Adat istiadat merupakan aturan tingkah laku yang dianut secara turun temurun dan berlaku sejak lama. Adat istiadat termasuk aturan yang sifatnya ketat dan mengikat. Adat istiadatyang diakui dan ditaati
114
oleh masyarakat sejak beradab-abad yang lalu dapat menjadi hukum yang tidak tertulis yang disebut sebagai hukum adat. Hukum adat di Indonesia adalah hukum yang tidak tertulis yang berlaku bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Jadi menghormati adat istiadat adalah suatu sikap yang ada pada diri manusia untuk menjaga dan melaksanakan suatu adat yang berlaku di suatu tempat. Dan jika melanggar maka akan dikenakan sanksi adat. “ Tapi, saya tidak akan mengganggu adatmu, tidak akan mengganggu dirimu sendiri, tidak akan menyentuh kebesaran dan sesunan rusam basi orang Minangkabau”. ( Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, 1990 :42). Kutiapan novel diatas menunjukkan rasa menghormati suatu adat yang berlaku. Yaitu adat berkiriman surat antara seorang laki-laki dan perempuan, adat dilarangnya berpacaran. Bahkan tidak diperbolehkan menjalin suatu hubungan yang bukan keturunan atau asal tempat tersebut juga termasuk derajatnya lebih rendah dari pada kita. Kita sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan hidup di Indonesia yang memiliki beragam adat atau kebudayaan, namun tetap harus saling menghargai. Menghargai adat sangat penting supaya tidak ada perpecahan di antara suku. Sehingga tetap tercipta persatuan dan kesatuan.
115
C. Implikasi Nilai Pendidikan Sosial dalam PAI. Pendidikan sosial dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck terdiri atas nilai pengabdian diri kepada Allah, kekeluargaan, kerjasama dalam kebaikan, tolong menolong, kepedulian terhadap sesama, kesetiaan, nilai rasa memiliki, empati, toleransi, musyawarah dalam kebaikan. Bila dihubungkan dengan Pendidikan Agama Islam khusus pendidikan formal (SD, SMP, dan SMA) nilai-nilai tersebut juga masuk dalam hubungan yang terstruktur terhadap nilai-nilai sosial. Contohnya dalam Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas 7 untuk SMP. Adapun isi dari silabus mulai dari Pengertian empati, pentingnya empati, dalil naqli tentang empati dan artinya, hikmah empati dalam kehidupan sehari-hari. Adapun contoh atau aktualisasi dari empati sendiri antara lain hormat kepada kedua orang tua dan kepada guru. Empati merupakan bagian dari kepedulian sosial dan menjadi dasar dari sikap tolong menolong. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dibenarkan jika mementingkan dirinya sendiri, mereka harus tanggap dengan lingkungan sekitarnya, merespon setiap permasalahan, dan membantu kesulitan orang lain. Islam sebagai agama Rahmatan Lil „Alamin menuntun umatnya agar mengasihi sesamanya tanpa memandang kelas, strata ataupun harta. Selain empati dalam silabus Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA kelas XI mengenai materi toleransi. Dalam silabus indikator 116
yang akan dicapai yaitu mampu memahami makna toleransi dan mampu menampilkan contoh perilaku toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan yang akan dicapai dari indikator itu agar siswa mampu mengetahui makna dan menampilkan perilaku toleransi di dalam kehidupannya. Sosial menjadi kunci dalam keberlangsungan hidup, membantu kita dalam berinteraksi, dan berbaur dengan manusia lain. Orang yang kehidupan sosialnya tinggi akan lebih mudah diterima di masyarakat. Kepekaan sosial dalam diri perlu ditumbuhkan, agar menghasilkan manusia yang produktif dan mampu berkontribusi terhadap lingkungan kemasyarakatannya. Latar belakang Hamka sebagai ulama‟ menyajikan nilai religiusitas dalam karya sastra. Selain mendiskripsikan kultur masyarakat Minang baik dalam segi kebudayaan atau corak berpikirnya, Hamka menyajikan nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diambil dalam karya sastra. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa-siswi mampu mengambil pelajaran atau nilai kehidupan dalam karya sastra. Novel tidak hanya dimaknai sebagai bacaan ringan semata, tetapi mengajak pembaca untuk memaknai nilai kemanusiaan salah satunya pendidikan sosial. Dengan demikian Nilai-Nilai Pendidikan Sosial di dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka memiliki kontribusi positif terhadap Pendidikan Agama Islam.
117
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan penelitian terhadap Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka dengan
kajian
berupa
nilai-nilai
pendidikan Sosial, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Interaksi sosial lebih ditekankan antar sesama manusia, baik dalam hal tolong menolong, kepedulian, musyawarah dimana hal tersebut membutuhkan interaksi secara langsung. Berdasarkan hal tersebut Hamka
ingin
menekankan
pentingnya
Hablum
Minannas
(hubungan sesama manusia) sebagai bagian dari pendidikan sosial. Karena Tuhan menciptakan manusia tidak hanya satu, sehingga kita dituntut untuk berbaur mengingat kita tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain. 2.
Karakter tokoh utama (Zainuddin) yang patut diteladani, dia berkepribadian baik. Ini dibuktikan dengan sifatnya yang sabar, bijaksana dan pantang menyerah. Hanya saja ia dipandang sebelah mata oleh masyarakat karena kondisi dirinya yang lemah dari segi materi dan strata. Hal tersebut tidak membuatnya dendam ataupun
118
benci. Dia melawan itu semua dengan menunjukkan karya dan semangat dalam diri untuk mengangkat kedudukannya. 3.
Implikasi nilai pendidikan sosial dalam novel pada PAI Implikasi
nilai-nilai
pendidikan
sosial
dalam
novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka memberikan kontribusi yang positif terhadap Pendidikan Agama Islam. Karena seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, bentuk pendidikan sosial dalam novel itu meliputi, kerjasaama, kepedulian, toleransi, kekeluargaan, musyawarah, rasa empati, dan tolong menolong menjadi bagian dari ajaran Islam. Novel ini memiliki nilai edukasi sehingga pembaca diajak untuk meresapi dan mengambil nilai yang terkandung termasuk sosial. Sehingga mampu membuka pikiran pembaca dan mengimplementasikan dalam Pendidikan Agama Islam. Dengan begitu akan menjadikan kita pribadi yang berkarakter dan akhlak yang baik. B. Saran Setelah mengadakan kajian nilai-nilai pendidikan sosial dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka ada beberapa saran yang peneliti sampaikan: 1. Bagi Masyarakat Kepada masyarakat disarankan untuk meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Agar tercipta kerukunan dan kebersamaan. Karena 119
Pendidikan Sosial merupakan hal yang paling utama dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu juga kita sebagai manusia sebagai makhluk sosial. 2. Bagi dunia sastra Dalam membuat sebuah karya, sebaiknya tidak hanya memuat tentang keindahan dan hiburan semata sebagai daya jual namun juga memperhatikan isi dan memasukkan pesan-pesan yang dapat diambil dari karya sastra tersebut. Sehingga karya sastra tersebut menjadi lebih bermakna. 3. Bagi dunia penelitian Banyak hal yang masih perlu dikaji tidak hanya nilai Pendidikan Sosial akan tetapi kita juga dapat mengkaji karya sastra ini dari sisi atau aspek-aspek lain, sehingga semakin menginspirasi yang justru belum banyak diketahui oleh banyak orang.
120
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Wahid, 2004. Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo Eraintermedia Al Ghalayini, Syeikh Mustofa, 1976. Bimbingan Menuju Keakhlak yang Luhur. Semarang: CV Toha Putra Aminuddin, 1995. Stilistika: Pemahaman Memahami Bahasa dan Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press Arikunto, Suharsimi, 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta _______________, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta Baihaqi, Mif, 2007. Ensikopedia Tokoh Pendidikan: Dari Abendanon Hingga Imam Zarkasyi. Bandung: Nuansa Bin Umar, Abdullah, 2006. At-Tawakkal Allah Ta‟ala. Jakarta : PT Darul Falah Darmawan, Deni. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Dawam, M. Rahardja, 1993. Intelektual Intelegensi dan Perilaku Politik Bangsa. Bandung: Mizan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1898. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Elizabeth, K Nottingham, 1994. Agama dan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Hamka, 1987. Tasawuf Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas ______, 1990, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Jakarta: Bulan Bintang Harton, paul B dan Chaster L Hunt, 1987. Sosiologi: Erlangga
121
Koesoema, A Doni, 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo Lickona, Thomas, 1991. Educating For Character: How Our School Can Trach Respect And Responsibility. New York: Batam Books Maslikhah, 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa. Yogyakarta: Truns Media Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Oprasionalisasinya. Bandung: Trigenda Karya Najati, Usman. 1985. Al-Quran Wa „Ilm Al-Nafs Trj. Ahmad Rifa‟i Usman: AlQur‟an dan Ilmu Jiwa. Bandung: Pustaka Nashih Ulwan, Abdullah, 1981. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam. Semarang: Asy Syifah Nizar, Samsul, 2008. Memperbincangkan Dinamika Intelektuak dan Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Noer, Deliar, 1985. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES Anggota IKAPI Purwadarminta W.J.S, 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka _________________, 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Ratna Nyoman, Kutha. 2007. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar Rois, Ahmad, 2002. Silaturrahmi dalam Kehidupan. Jakarta: Al Mawardi LabeielSultoni Ryan, K Dan Bohlin, K.E, 1999. Building Character In School Practical Ways To Bring Moral Introduction To Life. San Fransisco: CA Jossey-Bass Samani, Muchlas dan Hariyanto, 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sanusi, Muh, 2013. Temankan Orang Tuamu di Atas Kepala Niscaya Mulia Hidupmu. Yogyakarta: Diva Press
122
Sastrapratedja, M, 1993. “Pendidikan Nilai” dalam EM.K. Kaswardi, (Ed), Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta: PT Grasindo Schneider, David Murray. 1998. A Critigue Of The Study Of Kinship. Michigan: Universitas Michigan Press Soekanto, soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pres Soewandi, dkk, 2005. Pelangi Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma Suyanto, Agus, 1983. Psikologi Umum. Jakarta: Aksara Baru Syafe‟I, Rachmat, 2000. Al-Hadis Akidah Akhlak dan Hukum. Bandung: Pustaka Setia Vembriarto, ST, 1975. Pendidikan Sosial. Yogyakarta: Yogyakarta Pendidikan Paramita Zubaedi, 2006. Pendidikan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Zuchdi, Darmayanti, dkk, 2013. Pendidikan Karakter: Konsep Dasar dan Implementasi Di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press Sugiyarbani, 2012. Teori psikologi individu alder online (http://sugithewae.wordpress.com/ 2012/05/05/ teori-psikologi-individiu-alder diakses pada tanggal 30 juni 2016 http:// muslim.or.id/ 10250-itsar-mendahulukan-saudaranya-dari-diri-sendiri diakses pada tanggal 4agustus 2016 http://amir14.wordpress.com/ tasawuf-hamka/ diakses pada tanggal 12 mei 2016 http://id.wikipedia.org/wiki/haji-abdul -malik-karim-amrullah/ diakses pada tanggal 12 mei 2016 http vakho.multiply.com/jurnal/item/2/biografi-hamka/ diakses pada tanggal 12 mei 2016
123
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: LIA DWI PURWANTI
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Tempat Tanggal Lahir
: Magelang, 16 April 1994
Alamat
: Dsn. Jetis RT. 11 RW.05 Desa Japan, kec. Tegalrejo, kab. Magelang
No Hp / Email
: 085726641884 /
[email protected]
Pendidikan
:
Moto Hidup
1.
SD N JAPAN
2.
SMP N 1 PAKIS
3.
MAN 1 MAGELANG
: Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan disertai dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan
berubah
berusaha.
124
dengan
sendirinya
tanpa
125
126
127
128
129