BERBAGAI KESALAHPAHAMAN KINERJA KONSELOR SEKOLAH MENURUT PERSEPSI GURU BIDANG STUDI DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI Disusun dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh Dwi Yogianti Kurnia Widyastuti 1301411056
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“JANGAN PUTUS ASA” Seringkali ini adalah kunci yang membuka keberhasilan. Karena Allah selalu bersama kita dan menjadi seperti apa yang kita prasangkakan. ( Dwi Yogianti Kurnia )
Persembahan
Skripsi ini Saya persembahkan untuk Almamater
v
PRAKATA Alhamdulillahi robbil „alamin, puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Berbagai Kesalahpahaman Kinerja Konselor Sekolah Menurut Persepsi Guru Bidang Studi di SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2015/2016” dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kendala dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak berikut: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Fakhruddin M.Pd.,Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd.,Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan ijin penelitian dan dukungan untuk segera menyelesaikan skripsi. 4. Prof. Dr. Sugiyo, M.Si, Dosen penguji I yang telah memberikan bimbingan dan kesempurnaan skripsi ini. 5. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd. Kons, Dosen penguji II yang telah memberikan bimbingan dan kesempurnaan skripsi ini.
vi
6. Dr. Awalya, M.Pd., Kons., Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dengan sabar membimbing dan memberikan motivasi hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu dosen Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 8. Kepala sekolah SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga yang telah memberikan ijin penelitian. 9. Guru bidang studi SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga yang telah berpartisipasi dalam penelitian skripsi ini. 10. Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penelitian skripsi ini. 11. Orang tuaku Bapak Sarko dan Ibu Kalimah, kakakku Andri Tri Pratomo, adikku Shevtin Rizky Purnamasari serta keluarga besarku di Purbalingga yang selalu memberikan doa dan motivasinya. 12. Sahabat-sahabat mahasiswa BK yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat. 13. Sahabatku Regina, Itsna, Ika, Jeki, Novi, Hari, Cumi, Khoirureza, Ire dan Upin Ipin 3 yang selalu memberikan dukungan dan semangat. 14. Sahabat-sahabat PPL, KKN dan PLBK yang selalu memberi semangat dan motivasi. 15. Sahabat-sahabatku Kos Shinta yang selalu memberi semangat dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
vii
16. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, serta dapat memberikan inspirasi positif terkait dengan perkembangan ilmu bimbingan dan konseling.
Semarang, Penulis
viii
2016
ABSTRAK Widyastuti, Dwi Yogianti K. 2016. Berbagai Kesalahpahaman Kinerja Konselor Sekolah Menurut Persepsi Guru Bidang Studi di SMA Negeri seKabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi, Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Dr. Awalya, M.Pd., Kons. Kata Kunci: Persepsi , kesalahpahaman kinerja konselor. Banyak persepsi tentang konselor di sekolah, baik negatif maupun positif. Banyak yang sudah memahami peranan konselor beserta tugas-tugasnya di sekolah, namun masih ada pula yang kurang tepat dalam berpersepsi. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui gambaran berbagai kesalahpahaman kinerja konselor menurut persepsi guru bidang studi di SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru bidang studi di SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologis. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis deskriptif persentase. Hasil penelitian adalah dapat diketahui bahwa dari kesuluruhan poin kesalahpahaman yang dipakai, Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja, sebesar 79,96 %. Kemudian diikuti dengan Konselor sekolah didalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling hanya bekerja sendiri sebesar 79,87%. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien sebesar 79,83%. Tugas konselor didalam Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan pada persentase 79,13 %. Menganggap hasil pekerjaan konselor harus segera dilihat 74,10%. Kemudian diikuti dengan Pekerjaan konselor sekolah dapat dilakukan oleh siapa saja pada persentase 73,30%. Konselor sekolah dianggap sebagai polisi sekolah yaitu 71,53%. Bimbingan dan konseling yang dilakukan konselor dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat pada persentase 59,96%. Simpulan dalam penelitian kesalahpahaman-kesalahpahaman kinerja konselor menurut persepsi guru bidang studi masih banyak terjadi. Dari delapan indikator yang dipakai, terdapat 7 poin kesalahpahaman pada kategori tinggi dan satu poin pada kategori sedang..
ix
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN....................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................................
iii
PENGESAHAN..............................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................
v
PRAKATA ...........................................................................................
vi
ABSTRAK.....................................................................................................
ix
DAFTAR ISI.............................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL.........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
xv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.......................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................
8
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................
8
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................
9
1.5 Sistematika Skripsi................................................................................
10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu..............................................................................
11
2.2 Konsep Dasar Persepsi.........................................................................
21
2.2.1 Pengertian Persepsi ..............................................................................
21
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi ..................................................
23
2.2.3 Proses Terjadinya Persepsi ...........................................................
26
2.2.4 Indikator Persepsi..........................................................................
28
2.3 Guru Bidang Studi ........................................................................
30
2.3.1 Pengertian Guru Bidang Studi .....................................................
30
x
2.3.2 Macam-macam Guru Bidang Studi....................................................
30
2.3.3 Peran Guru Bidang Studi dalam BK....................................................
30
2.4 Kinerja Konselor...........................................................................
33
2.4.1 Pengertian Kinerja ..............................................................................
33
2.4.2 Unsur Kinerja ............................................................................
35
2.4.3 Wujud atau Bentuk Kinerja Konselor.................................................
36
2.4.4 Pentingnya Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kinerja Konselor...
36
2.5 Kesalahpahaman ............................................................................
39
2.5.1 Pengertian Kesalahpahaman ........................................................
39
2.5.2 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kinerja yang Salah ...............
40
2.6 Kerangka Pemikiran ........................................................................
48
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian.................................................................................
51
3.2 Variabel Penelitian...........................................................................
52
3.3 Definisi Operasional ......................................................................
53
3.4 Populasi dan Sampel .............................................................................
54
3.5 Metode Pengumpulan Data ..................................................................
56
3.6 Validitas dan Reliabelitas ......................................................................
59
3.7 Teknik Analisis Data .........................................................................
62
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................
64
4.2 Pembahasan ..........................................................................................
70
4.2.1 Persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa tugas
82
konselor didalam Bimbingan dan Konseling disamakan dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan...................................
71
4.2.2 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa Konselor Sekolah Adalah Polisi Sekolah ....................................... 4.2.3 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa Bimbingan dan Konseling yang Dilakukan Konselor Dianggap
xi
72
Semata-mata Sebagai Proses Pemberian Nasihat ...........................
74
4.2.4 Persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja .....................................................................................
76
4.2.5 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa Konselor Sekolah didalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan Konseling Hanya Bekerja Sendiri ............................................
76
4.2.6 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa Pekerjaan sebagai Konselor Bisa Dilaksanakan oleh Siapa Saja..................................................................................................
78
4.2.7 Persepsi Guru Bidang Studi Terhadap Kesalahpahaman bahwa Hasil Pekerjaan Konselor Harus Segera Dilihat .............................
80
4.2.8 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa konselor menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien ................................................................................................
81
4.3 Keterbatasan Penelitian.........................................................................
82
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan................................................................................................
84
5.2 Saran......................................................................................................
85
Daftar Pustaka...............................................................................................
87
Lampiran........................................................................................................
90
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Tabel 3.1
Hal Daftar Populasi Guru Bidang Studi SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga..................................................................................
54
Tabel 3.2
Daftar Sampel tiap Sekolah ....................................................
55
Tabel 3.3
Kategori Jawaban dan Skoring Skala Persepsi............................
58
Tabel 3.4
Kriteria Penilaian Persepsi ........................................................
63
Tabel 4.1
Interval Persepsi Guru Bidang Studi..........................................
65
Tabel 4.2
Analisis Tiap Indikator...............................................................
66
Tabel 4.3
Hasil Analisis Persepsi...........................................................
69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Hal
Gambar 2.1
Sistematika Kerangka Pemikiran ..................................................
50
Gambar 3.1
Langkah-langkah Penyusunan Instrumen .....................................
59
Gambar 4.1
Gambar Diagram Analisis Tiap Indikator......................................
67
Gambar 4.2
Diagram Hasil Analisis Persepsi Guru Bidang Studi per Sekolah...........................................................................................
xiv
69
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Hal
Lampiran 1. Data SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga ..........................
91
Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen sebelum Tryout .........................................
92
Lampiran 3. Skala Persepsi (Sebelum Tryout)...............................................
96
Lampiran 4. Data Validitas dan Reliabelitas Skala Persepsi..........................
105
Lampiran 5. Kisi-kisi Instrumen Setelah Try Out..........................................
112
Lampiran 6. Skala Persepsi (Setelah Tryout)................................................
116
Lampiran 7. Perhitungan sampel ...............................................................
122
Lampiran 8. Hasil Skala Persepsi per Sekolah ............................................
124
Lampiran 9. Hasil Analisis Skala Persepsi .................................................
167
Lampiran 10. Pedoman Wawancara Data Awal dengan Konselor ................
171
Lampiran 11. Hasil Wawancara Awal dengan Konselor ...............................
173
Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian .........................................................
179
Lampiran 13. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian.....................
183
xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Adanya bimbingan dan konseling disekolah adalah agar peserta didik tidak tersesat dalam proses menuju generasi yang sesuai amanat UndangUndang. Salah satu cara atau wadah untuk mempermudah mewujudkan hal tersebut adalah layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik di sekolah. Tujuan tersebut seperti dijelaskan Prayitno (2004: 144), “bahwa bimbingan
dan
konseling
bertujuan
untuk
membantu
individu
mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya, berbagai latar belakang yang ada, serta dengan tuntutan
positif
lingkungannya”.
Untuk
1
mencapai
tujuan
tersebut,
2
kegiatan bimbingan dan konseling haruslah dilaksanakan oleh seseorang yang ahli dan profesional, dalam hal ini yaitu seorang konselor. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan kepada individu peserta didik dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya atau dalam proses belajarnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah, agar setiap peserta didik dapat lebih berkembang ke arah yang seoptimal mungkin. Dengan demikian bimbingan dan konseling menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut. Banyak persepsi tentang konselor di sekolah, baik negatif maupun positif. Banyak yang sudah memahami peranan konselor beserta tugas-tugasnya di sekolah, namun masih ada pula yang kurang tepat dalam berpersepsi. Fowler (dalam Suparno, 2005: 5) memandang kesalahpahaman atau yang sering disebut dengan miskonsepsi merupakan sebagai suatu pengertian yang tidak akurat terhadap konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan konsep-konsep yang tidak benar. Bentuk miskonsepsi dapat berupa kesalahan konsep, hubungan yang tidak benar antar konsep, dan gagasan intuitif atau pandangan yang naif (Suparno, 2005). Kesalahpahaman-kesalahpahaman kinerja konselor ini dapat muncul dari berbagai pihak, baik dari siswa, orang tua murid, maupun dari guru bidang studi. Dalam hal ini yang akan disoroti adalah kesalahpahaman dari guru bidang studi selaku partner konselor sekolah.
3
Masing-masing guru bidang studi memiliki persepsi yang berbedabeda, perpsepsi tersebut dapat berupa persepsi positif maupun negatif. Menurut Desmita (2009: 116), persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting, yang memungkinkannya untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Tanpa persepsi yang benar, manusia mustahil dapat menangkap dan memaknai berbagai fenomena, informasi atau data yang senantiasa mengitarinya. Demikian juga halnya dengan guru bidang studi disekolah, layanan bimbingan dan konseling tidak akan berjalan efektif, tanpa adanya persepsi yang benar. Dari hasil wawancara dengan beberapa guru BK di dua SMA Negeri yang berbeda di kabupaten Purbalingga didapati bahwa sebagian guru bidang studi masih berpersepsi kurang tepat terhadap konselor sekolah. Hal ini tentu berdampak kurang optimalnya pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. Menurut konselor sekolah, beberapa guru terkesan melimpahkan permasalahan siswa kepada konselor sekolah saja, tanpa berperan aktif dalam penyelesaian masalah siswa. Padahal untuk mengetahui bagaimana keadaan siswa, konselor membutuhkan informasi dan data dari guru mata pelajaran. Ahmadi (1990: 98) menambahkan “guru mata pelajaran mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan peserta didik, berarti guru bidang studi juga mempunyai peranan dalam melihat dan memperhatikan bagaimana perkembangan siswanya”. Selain itu, masih banyak lagi persepsi yang kurang tepat dari guru bidang studi terhadap konselor sekolah. Seperti konselor dianggap sebagai polisi sekolah, konselor dianggap sebagai pencatat poin
4
pelanggaran saja, konselor sekolah dianggap sebagai eksekutor dari suatu peraturan sekolah, konselor sekolah hanya mengatasi siswa yang bermasalah saja, serta konselor sekolah dianggap memakan gaji buta dan tidak memiliki kegiatan yang jelas. Menurut salah satu konselor yang diwawancarai, mayoritas guru bidang studi yang berpersepsi seperti itu adalah guru-guru senior. Dari fenomena tersebut, tentu sangat jauh dari yang semestinya. Peranan konselor yang semestinya seperti yang dikemukakan oleh Yusuf (2005: 25) yaitu: “konselor dalam arti khusus sebagai konsultan, sebagai anggota tim kerja, sebagai pengelola, serta sebagai sumber informasi dan layanan bagi masyarakat”. Konselor sekolah adalah staf spesialis sekolah yang memiliki kualifikasi untuk membantu siswa mengatasi masalah dan membantu siswa merencanakan dan menjalani program-program pendidikan yang tepat, dan siswa menemukan pemecahan yang lebih memuaskan dalam masalahmasalah pribadi-sosial. Fenomena ini juga didukung penelitian sebelumnya oleh Paramita mengenai “Persepsi Guru Mata Pelajaran terhadap Bimbingan dan Konseling” yang dilaksanakan di Maos, yang masih satu karesidenan dengan Purbalingga. Dari penelitian tersebut didapati bahwa persepsi guru mapel masih kurang sesuai dengan BK di sekolah. Salah satunya yakni anggapan bahwa guru BK adalah sebagai polisi sekolah. Selain itu, penelitian-penelitian sebelumnya juga membuktikan bahwa masih terdapat kesalahpahaman dari guru bidang studi terhadap konselor. Menurut jurnal ilmiah mengenai “Kompetensi Profesional Dalam Perspektif Konselor Sekolah dan Peranannya Terhadap Pelayanan Bimbingan Dan
5
Konseling” mengatakan bahwa masih banyak anggapan miring guru mata pelajaran terhadap konselor sekolah dikarenakan kompetensi profesional konselor yang masih dirasa kurang. Hal ini dapat dinilai dengan melihat dari aspek kompetensi profesional konselor dalam penguasaan konsep dan praksis asesmen, teori dan praktik, pembuatan dan pengimplementasian program, penilaian proses dan hasil kegiatan program, kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional, serta penguasaan konsep dan praksis dalam penelitian BK. Dari indikator-indikator penilaian tersebut, rata-rata berada pada kategori sedang. Dan hal tersebut memunculkan beberapa anggapan dalam menilai kinerja konselor yang kurang sesuai dengan karakteristik pribadi konselor yang efektif. Sedangkan didalam jurnal ilmiah berjudul “Kerjasama Guru Bimbingan
dan
Konseling
dengan
Guru
Mata
Pelajaran
dalam
Mengembangkan Cara Belajar Siswa” diperoleh data bahwa sebagian besar guru mata pelajaran sudah mengetahui perannya sebagai pembimbing di sekolah. Ini berarti masih ada sebagian guru yang belum mengetahui perannya sebagai pembimbing disekolah. Hal ini dibuktikan dengan adanya persentase wawasan pengetahuan guru bidang studi terhadap peranserta dalam bimbingan dan konseling, hanyalah 72,89%. Ini berarti masih ada 27,11% yang belum mengetahui dan kurang terlibat dalam BK di sekolah. Data ini didapat dengan melihat aspek partisipasi guru mata pelajaran dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa disekolah yang masih berada pada kategori cukup. Padahal menurut Prayitno, guru mata pelajaran diharapkan memiliki
6
komitmen yang tinggi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa demi teratasinya permasalahan dengan baik dan tuntas. Selain itu, hasil penelitian berjudul “Interaksi Guru Bidang Studi dengan konselor dalam bimbingan belajar : studi deskriptif-analitik di SMASMA Negeri Kabupaten 50 Kota Sumatra Barat” menunjukkan bahwa (1) Antara guru bidang studi dengan konselor telah terjadi komunikasi berkaitan dengan pengajaran perbaikan, (2) Dalam melaksanakan tugas mengenai pengajaran perbaikan , mereka juga telah melakukan berbagai jenis kegiatan. (3) Masih kurang komunikasi dalam pelaksanaan tugas tersebut, antara lain dipengaruhi oleh faktor individu itu sendiri, seperti persepsi, sikap, motivasi, pengetahuan dan keterampilan, dan karena tidak adanya program yang digunakan, serta kurangnya dukungan dan partisipasi kepala sekolah. Penelitian tersebut memberikan gambaran awal tetang komunikasi guru bidang studi dengan konselor yang masih kurang. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satuya yaitu persepsi. Penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2009) yang berjudul “Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII D Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs N Ngemplak Sleman Yogyakarta” menunjukkan bahwa faktor penghambat kerjasama antara guru BK dengan guru SKI adalah terjadi kesalahpahaman antara guru bimbingan dan konseling dengan guru SKI, dan komunikasi kurang lancar antara guru keduanya.
7
Dapat disimpulkan bahwa masih terdapat kesalahpahaman dari guru bidang studi, serta kurangnya pemahaman guru bidang studi mengenai peran dan tugas dari seorang konselor sekolah. Berdasarkan deskripsi di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “Berbagai Kesalahpahaman Kinerja Konselor Sekolah Menurut Persepsi Guru Bidang Studi di SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 20015/2016”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran berbagai kesalahpahaman kinerja konselor menurut persepsi guru bidang studi di SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga?”.
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan fenomena yang ada dalam rumusan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran berbagai kesalahpahaman kinerja konselor menurut persepsi guru bidang studi di SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
bidang pendidikan pada umumnya dan dalam bidang bimbingan dan
8
konseling pada khususnya tentang persepsi guru bidang studi terhadap keslahpahaman kinerja konselor. 1.4.2
Manfaat Praktis Selain dilihat dari kegunaan teoritis, penelitian ini juga diharapkan
berguna bagi : 1.4.2.1 Bagi Konselor Konselor dapat mengetahui persepsi dari guru bidang studi sehingga dapat dijadikan perbaikan untuk memaksimalkan perannya. Serta melakukan upaya-upaya untuk meminimalisir kesalahpahaman persepsi. 1.4.2.2 Bagi Guru Bidang Studi Guru bidang studi dapat mengetahui persepsi guru bidang studi yang kurang tepat, sehingga dapat dijadikan bahan introspeksi bagi guru bidang studi itu sendiri. 1.4.2.3 Bagi Kepala Sekolah Kepala Sekolah dapat mengetahui kesalahpahaman persepsi guru bidang studi terhadap kinerja konselor sekolah, sehingga dapat dijadikan evaluasi dan bahan masukan bagi kepala sekolah dalam menciptakan iklim kerja yang positif antara karyawannya, dalam hal ini konselor sekolah dengan guru bidang studi.
9
1.5 Sistematika Skripsi Untuk mempermudah dalam menelaah skripsi ini, maka dalam penyusunannya dibuat sistematika sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan, pada bab ini mengemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika skripsi. Bab 2 Tinjauan Pustaka, berisi kajian mengenai landasan teori yang mendasari penelitian yaitu penelitian terdahulu, kajian teoritis mengenai konsep dasar persepsi yang meliputi pengertian, faktor yang mempengaruhi, proses terjadinya persepsi, dan indikator persepsi. Kemudian sub teori yang berikutnya yaitu tentang guru bidang studi, diantaranya dijelaskan tentang pengertian, macam-macam guru bidang studi, serta peran guru bidang studi dalam BK. Dan sub terakhir yaitu tentang kesalahpahaman, yang meliputi pengertian, dan persepsi guru bidang studi terhadap kinerja konselor yang salah. Pada bab ini juga disajikan kerangka pemikiran dari penelitian ini. Bab 3 Metode Penelitian, pada bab ini berisi uraian metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Pada bab ini mengemukakan jenis penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, validitas dan reliabelitas, serta teknik analisis data. Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini berisi tentang hasil penelitian yang meliputi hasil penelitian, pembahasan dan keterbatasan penelitian.
10
Bab 5 Penutup, bab ini berisi tentang penyajian simpulan hasil penelitian dan penyajian saran sebagai implikasi dari hasil penelitian yang diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini membahas tentang persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor. Oleh karena itu, dalam tinjauan pustaka ini akan membahas teori-teori yang relevan. Tinjauan pustaka dalam bab ini meliputi: penelitian terdahulu, kajian teoritis mengenai pengertian persepsi, indikator, proses, serta faktor yang mempengaruhi persepsi guru bidang studi. Selain itu juga berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesalahpahaman kinerja konselor, seperti pengertian, wujud kinerja, serta kesalahpahaman kinerja konselor. 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu adalah penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain. Tujuannya adalah sebagai bahan masukan bagi pemula dan untuk membandingkan antara penelitian yang satu dengan yang lain. Penelitian terdahulu yang digunakan oleh peneliti memiliki hubungan dengan judul penelitian ini. Penelitian-penelitian terdahulu yang peneliti gunakan memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti, sehingga penelitian tersebut dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi peneliti agar posisi penelitian ini jelas arahnya. Penelitian terdahulu yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:
11
12
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Melisa dkk (2013) yang berjudul “Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Mata Pelajaran dalam Mengembangkan Cara belajar Siswa” menunjukkan bahwa kerjasama guru mata pelajaran dan guru bimbingan dan konseling didalam mengembangkan cara belajar siswa masih terlihat kurang bersinergi. Hal ini didapat dari pertanyaan peneliti yang meliputi empat aspek diantaranya (1) Wawasan guru mata pelajaran mengenai peran sebagai pembimbing di sekolah. Dalam hal ini didapati bahwa masih ada beberapa guru mata pelajaran yang kurang memahami perannya sebagai pembimbing di sekolah. Hal ini terlihat pada aspek partisipasi guru mata pelajaran dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa di sekolah. (2) Mengembangkan Cara Belajar Siswa dalam hal Persiapan Belajar Siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terungkap bahwa belum semua guru mata pelajaran yang terlibat dalam melakukan kerjasama dengan guru BK di sekolah dalam hal persiapan belajar siswa. (3) Mengembangkan Cara Belajar Siswa dalam hal mengikuti pelajaran didapati bahwa belum semua guru mata pelajaran yang terlibat melakukan kerjasama dengan guru BK dalam hal mengikuti pelajaran. (4) Mengembangkan cara belajar siswa dalam hal sebelum mengikuti ujian dan menindaklanjuti hasil ujian didapati bahwa belum semua guru mata pelajaran yang terlibat dalam mengembangkan cara belajar siswa dalam hal sebelum mengikuti ujian dan menindaklanjuti hasil ujian. Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan guru bidang studi dan peranannya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling masih dikategorikan kurang. Jika dikaitkan dengan penelitian yang akan diteliti, kurangnya kerjasama dan
13
komunikasi antara guru bidang studi dengan konselor sekolah, dapat dipengaruhi oleh persepsi yang salah dari guru bidang studi. Terdapat keterkaitan antara penelitian yang dilakukan oleh Melisa (2013) dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang berjudul “Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Mata Pelajaran dalam Mengembangkan Cara Belajar Siswa” memberikan gambaran awal tentang hubungan dan kerjasama antara guru bidang studi dan konselor dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. Dari kerjasama tersebut,
kita dapat
mengetahui
apakah ada
kesalahpahaman guru bidang studi terhadap kinerja konselor. Karena secara teoritik kerjasama dan komunikasi antara guru bidang studi dengan konselor dapat dipengaruhi oleh persepsi yang salah dari guru bidang studi. Seperti yang dijelaskan Sugiyo (2005: 48) bahwa komunikasi seseorang terhadap orang lain sangat tergantung pada bagaimana persepsi antar pribadi tersebut terhadap orang lain. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada penelitian terdahulu mengugkapkan kerjasama diantara guru bidang studi dengan konselor yang didapati hasil bahwa kerjasama diantara mereka masih kurang, karena terdapat kesalahpahaman dari guru bidang studi terhadap konselor. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan ini merrupakan penelitian lanjutan yang bertujuan untuk mengungkap seperti apa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman itu sendiri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari (1998) tentang “Studi Pengembangan Model Kerjasama Konselor dan Guru Mata Pelajaran dalam Mengetasi Kesulitan Belajar Siswa di Sekolah Menengah Umum Kotamadya
14
Pontianak” menunjukkan bahwa (1) Kinerja konselor dalam membina hubungan antar pribadi sudah menunjukkan keberartian, walaupun belum sepenuhnya dimanfaatkan konselor guna menjalin hubungan kerjasama dengan guru mata pelajaran khususnya dalam menangani kesulitan belajar siswa, (2) Konselor cenderung menangani rawan perilaku daripada rawan akademik. Masalah kesulitan belajar masih belum dilanjutkan dengan memberikan pengajaran perbaikan sebagaimana mestinya, (3) Jalinan kerjasama konselor dan guru mata pelajaran guna mengatasi kesulitan belajar cenderung belum dilaksanakan sebagaimana mestinya, sehingga belum menunjukkan keberartian bagi siswa. Kesulitan belajar jarang diinformasikan kepada konselor. Guru mata pelajaran juga cenderung jarang melibatkan konselor guna memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Disamping itu, guru cenderung memberikan data yang sudah jadi daripada membahas bersama konselor prestasi belajar siswa guna kepentingan menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar dan mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Oleh sebab itu kesulitan belajar belum tertangani secara tuntas. Dari hasil penelitian tersebut sejalan dengan hal yang akan diteliti yaitu tentang persepsi guru bidang studi terhadap konselor sekolah. Terdapat keterkaitan antara penelitian yang dilakukan oleh Lestari (1998) dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang berjudul “Pengembangan Model Kerjasama Konselor dan Guru Mata Pelajaran dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa di Sekolah Menengah Umum Kotamadya Pontianak” memberikan gambaran awal tentang kerjasama antara konselor dan guru bidang studi, mengingat guru mata pelajaran adalah pihak yang mengetahui
15
banyak kondisi siswa. Pada penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa persepsi dari guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor. Berbeda dengan penelitian yang akan dilaksnakan, jika pada penelitian
terdahulu
lebih
memfokuskan
pada
pengembangan
model
kerjasamanya, sedangkan pada penelitian ini akan difokuskan pada seperti apa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor yang ada. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2007) tentang “Hubungan Persepsi Guru Mata Pelajaran Tentang Tugas-Tugas Guru Pembimbing dengan Tingkat Partisipasinya dalam Pelaksanaan Program BK di SMP dan MTs seKecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal Tahun 2007” diperoleh data bahwa partisipasi guru mata pelajaran dalam melaksanakan program BK secara umum masuk kategori tinggi. Namun masih terdapat persentase sebesar 22,50 % dan 5 % yang masing-masing masuk dalam kategori partisipasi rendah dan sangat rendah. Dari jumlah persentase keduanya berarti dapat disimpulkan bahwa hampir seperempat guru mata pelajaran di SMP dan MTs se-Kecamatan Kaliwungu Selatan tahun 2007 partisipasinya terhadap pelaksanaan program BK rendah hal ini tentu akan berpengaruh pada keefektifan pelaksanaan layanan BK. Terlebih lagi dalam penelitian ini pada komponen peran guru sebagai informator masuk dalam kategori rendah, yaitu sebesar 60,25 %. Dari data tersebut, tentu dapat kita simpulkan bahwa koordinasi antara guru bidang studi dengan konselor sekolah masih kurang. Hal ini tentu tidak serta merta terjadi, partisipasi merupakan suatu bentuk dari tingkah laku seseorang, sedangkan tingkah laku sendiri dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu persepsi. Ini tentu berkaitan
16
erat dengan masalah yang akan diteliti yaitu persepsi guru bidang studi. Terdapat keterkaitan antara penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2007) dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang berjudul “Hubungan Persepsi Guru Mata Pelajaran tentang Tugas-tugas Guru Pembimbing dengan tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan Program BK di SMP dan MTs seKecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal Tahun 2007” memberikan gambaran awal tentang adanya kesalahpahaman guru bidang studi yang masih menganggap bahwa konselor harus aktif melaksaakan tugasnya sendiri, sedangkan guru mata pelajaran pasif. Padahal secara teoritik salah satu tugas guru mata pelajaran adalah sebagai informator bagi konselor sekolah. Kesalahpahaman tidak akan terjadi jika guru mata pelajaran mengetahui perannya sendiri didalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilaksanakan yaitu terletak pada masalah yang akan diteliti. Didalam penelitian terdahulu meneliti tentang persepsi dan tingkat partisipasi guru bidang studi, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan ini adalah pada persepsi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Daharnis (1995) yang berjudul
“Interaksi Guru Bidang Studi dengan konselor dalam bimbingan belajar : studi deskriptif-analitik di SMA-SMA Negeri Kabupaten 50 Kota Sumatra Barat” menunjukkan bahwa (1) Antara guru bidang studi dengan konselor telah terjadi komunikasi berkaitan dengan pengajaran perbaikan, (2) Dalam melaksanakan tugas mengenai pengajaran perbaikan , mereka juga telah melakukan berbagai jenis kegiatan. (3) Masih kurang komunikasi dalam pelaksanaan tugas tersebut,
17
antara lain dipengaruhi oleh faktor individu itu sendiri, seperti persepsi, sikap, motivasi, pengetahuan dan keterampilan, dan karena tidak adanya program yang digunakan, serta kurangnya dukungan dan partisipasi kepala sekolah. Hasil penelitian ini tentu berkaitan dengan objek yang akan diteliti, yaitu persepsi guru bidang studi. Terdapat keterkaitan antara penelitian yang dilakukan oleh Daharnis (1998) dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian tersebut memberikan gambaran awal tetang komunikasi guru bidang studi dengan konselor yang masih kurang. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satuya yaitu persepsi. Dengan adanya penelitian yang akan dilakukan ini yaitu mengenai persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor sekolah, maka kita akan mengetahui seberapa tingkat kesalahpahaman yang ada, dan aspek apa yang masih keliru untuk dipahami. Karena ketika tidak ada kesalahpahaman, maka komunikasi antara guru bidang studipun akan lebih baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2009) yang berjudul “Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII D Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs N Ngemplak Sleman Yogyakarta” menunjukkan bahwa bentuk –bentuk kerjasama guru bimbingan dan konseling dengan guru SKI dalam meningkatkan prestasi belajar siswa meliputi, bagaimana menemukan format belajar yang efektif, saling memberikan informasi, saran dan masukan ataupun saling bertukar pikiran tentang permasalahan siswa, memanggil orang tua siswa ke madrasah, dan mengunjungi rumah-rumah siswa. Adapun upaya kerjasama guru bimbingan dan konseling dengan guru SKI dalam
18
meningkatkan prestasi belajar siswa meliputi memberikan bimbingan kepada siswa, memberikan motivasi kepada siswa, alih tangan kasus, bekerjasama dengan orang tua siswa dalam meningkatkan prestasi belajar , membentuk kelompok belajar, memberikan bimbingan belajar yang efektif. Sedangkan faktor penghambatnya adalah terjadi kesalahpahaman antara guru bimbingan dan konseling dengan guru SKI, dan komunikasi kurang lancar antara guru keduanya. Hasil penelitian tersebut berkaitan erat dengan objek akan diteliti dalam penelitian kali ini yaitu mengenai persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor. Terdapat keterkaitan antara penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2009) dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang berjudul “Kerjasama guru bimbingan dan konseling dengan guru sejarah kebudayaan islam (SKI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII D pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam (SKI) di MTs N Ngemplak Sleman Yogyakarta” sedikit terhambat dikarenakan adanya kesalahpahaman antara guru bimbingan dan konseling dengan guru SKI dan komunikasi kurang lancar antara keduanya.
Penelitian
ini
memberikan
gambaran
awal
akan
adanya
kesalahpahaman guru bidang studi terhadap konselor sekolah. Hal ini menguatkan fenomena yang peneliti ambil dimana memang masih banyak terjadi kesalahpahaman
guru
bidang
studi
terhadap
konselor
sekolah
yang
mengakibatkan kurang bersinerginya kerjasama diantara kedua belah pihak. Perbedaan penelitian terdahulu ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Irawati lebih memfokuskan pada seperti apa kerjasama antara konselor dan guru mata pelajaran SKI. Sedangkan pada
19
penelitian yang akan dilakukan lebih memfokuskan pada persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerjanya. Dan persamaan diantara kedua penelitian tersebut yaitu keduanya membahas mengenai hubungan diantara konselor dan guru bidang studi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Faizah (2011) yang berjudul “Bentuk Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Mata Pelajaran dalam Membantu Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa (Studi Kasus Pada Kelas VII SMP Negeri 22 Semarang)” menunjukkan bahwa kerjasama antara guru BK dengan guru mata pelajaran dalam mengatasi kesulitan belajar pada umumnya terjalin namun belum secara menyeluruh karena tidak semua guru mata pelajaran maupun guru BK aktif mengadakan komunikasi mengenai kondisi siswa. Sedangkan guru BK sendiri lebih aktif menjalin komunikasi dengan wali kelas terutama terkait data nilai siswa. Dari hal tersebut dapat disimplkan bahwa komunikasi antara guru bidang studi dengan konselor sekolah kurang maksimal. Ini tentu akan berpengaruh terhadap keefektifan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Terdapat keterkaitan antara penelitian yang dilakukan oleh Siti Faizah (2011) dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang berjudul “Bentuk Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Mata Pelajaran dalam Membantu Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa” memberikan gambaran awal tentang bentuk kerjasama antara guru bidang studi dengan konselor sekolah, dimana kerjasama yang telah dilakukan belum terjalin secara menyeluruh karena belum semua guru mata pelajaran dan konselor ikut aktif dalam mengadakan komunikasi mengenai kondisi siswa. Hal itu tidak akan
20
terjadi jika guru mata pelajaran mengetahui tugas dan perannya dalam BK di sekolah serta memiliki persepsi positif terhadap konselor sekolah. Perbedaan dari kedua penelitian tersebut yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Siti Faizah ini lebih memfokuskan pada bentuk-bentuk kerjasama guru bidang studi terhadap konselor, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan ini lebih memfokuskan seperti apa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor. Dari penelitian-penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi konselor dengan guru bidang studi telah menunjukkan keberartian, namun belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh kedua belah pihak dalam menangani permasalahan siswa. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antar pribadi konselor dengan guru bidang studi belum terjalin secara optimal. Hal ini terbukti dari masih ada sebagian guru bidang studi yang belum mengetahui perannya serta kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling. Selain itu juga masih terdapat kesalahpahaman akan peran konselor di sekolah. Kesalahpahaman persepsi guru bidang studi terhadap konselor tersebut tentu tidak serta merta muncul, melainkan melalui proses penginterpretasian yang panjang. Yaitu setelah adanya peristiwa menerima (melalui panca indra) berupa peristiwa, pengalaman, informasi, dan akhirnya memberikan makna. Hasil penelitian-penelitian tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian untuk mengetahui persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor sekolah. Hal ini dikarenakan pentingnya peran guru bidang studi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling yang efektif di sekolah. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan ini. Nantinya
21
penelitian ini akan mengambil sebagian aspek dari penelitian terdahulu untuk dikembangkan.
2.2 Konsep Dasar Persepsi 2.2.1 Pengertian Persepsi Menurut Leavitt (dalam Sobur : 445), perception dalam pengertian sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas, perception adalah “pandangan”, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagai sebuah konstruksi psikologis yang kompleks, persepsi sulit dirumuskan secara utuh. Oleh karena itu, para ahli berbeda-beda dalam memberikan definisi tentang persepsi ini. Menurut Desmita (2009: 116), persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting, yang memungkinkannya untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Tanpa persepsi yang benar, manusia mustahil dapat menangkap dan memaknai berbagai fenomena, informasi atau data yang senantiasa mengitarinya. Demikian juga halnya dengan guru bidang studi disekolah, layanan bimbingan dan konseling tidak akan berjalan efektif, tanpa adanya persepsi yang benar. Hal ini karena persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya informasi ke dalam otak manusia. Dalam proses ini, manusia tidak seperti sebuah mesin, yang dapat memberikan respons terhadap setiap stimulus secara otomatis. Sebaliknya, bagi manusia setiap informasi atau stimulus harus terlebih dahulu melewati serangkaian proses kognitif yang kompleks, yang melibatkan hampir seluruh dimensi kepribadiannya. Oleh sebab
22
itu, apa yang terjadi diluar dapat sangat berbeda dengan apa yang sampai ke otak manusia, karena adanya faktor-faktor kognitif lain yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Menurut Rahman (2005: 88) persepsi adalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indra kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. Menurut Mar‟at (2006: 9) persepsi bergantung pada pengalaman dan apa saja yang sudah diajarkan serta dipengaruhi oleh pengalaman yang ada pada pelaku persepsi. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh sistem alat indra manusia. Pada dasarnya persepsi menyangkut hubungan manusia dengan lingkunganya, yaitu bagaimana individu tersebut mengerti dan menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Setelah individu tersebut mengindrakan maka timbullah makna tentang objek itu. Teori mengenai persepsi ini, relevan dengan penelitian yang akan dilakukan terkait dengan persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor sekolah.
23
2.2.2
Faktor yang mempengaruhi persepsi Persepsi tidaklah muncul begitu saja, melainkan ada banyak faktor yang
mempengaruhi terbentuknya suatu persepsi. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor situasional dan faktor personal. Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyo (2005: 38-41) bahwa secara garis besar terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecermatan persepsi yaitu faktor situasional dan faktor personal. Faktor situasional antara lain yaitu deskripsi verbal, petunjuk proksemik, petunjuk kinestik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik , dan petunjuk arifactual. Sedangkan faktor personal diantaranya pengalaman, motivasi, kepribadian, intelegensi, dan kemampuan untuk menarik kesimpulan. Selain itu mereka yang memperoleh angka rendah dalam tes otoritarianisme cenderung menilai orang lain lebih baik dan hal ini menyebabkan persepsinya akan tidak objektif. Dan mereka yang mempunyai tingkat objektivitas tinggi mengenai diri mereka sendiri, cenderung memiliki wawasan yang baik atas perilaku orang lain. Persepsi individu terhadap objek tertentu akan mempengaruhi pikirannya. Artinya, persepsi seseorang akan memungkinkannya untuk memberi penilaian terhadap suatu kondisi stimulus. Penilaian (appraisal) seseorang terhadap suatu stimulus biasanya dilakukan melalui proses kognitif, yaitu proses mental yang memungkinkan seseorang mengevaluasi, memaknai, dan menggunakan informasi yang diperoleh melalui indranya. Ini berarti, meskipun persepsi bergantung pada indra manusia, proses kognitif yang ada pada diri manusia akan memungkinkan terjadinya proses penyaringan, perubahan atau modifikas dari stimulus yang ada.
24
Dalam psikologi kontemporer, persepsi secara umum diperlakukan sebagai variabel campur tangan (intervening variabel), yang dipengaruhi oleh faktorfaktor stimulus dan faktor-faktor yang ada pada subjek yang menghadapi stimulus tersebut. Oleh sebab itu, persepsi seseorang terhadap suatu benda atau realitas belum tentu sesuai dengan benda atau realitas yang sesungguhnya. Demikian juga, pribadi-pribadi yang berbeda akan mempersepsikan sesuatu secara berbeda pula. Dapat disimpulkan pengertian di atas bahwa persepsi adalah proses pengorganisasian terhadap bimbingan dan konseling, penginterprestasian terhadap stimulus yang diterima organisme berupa peristiwa dalam bimbingan dan konseling, pengalaman terhadap bimbingan dan konseling, informasi tentang bimbingan dan konseling, memperhatikan bagaimana bimbingan dan konseling di sekolah, dan menafsirkan kesan yang berakhir dengan kesimpulan tentang bimbingan dan konseling di sekolah dan memaknainya. Persepsi dapat pula diartikan sebagai proses penginterpretasian seseorang atau kelompok terhadap bimbingan dan konseling di sekolah, peristiwa atau stimulus dengan melibatkan pengalam-pengalaman yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling tersebut atau hubungan yang diperoleh melalui proses kognisi dan afeksi untuk menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan untuk membentuk konsep tentang bimbingan dan konseling di sekolah tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor ada dua yaitu faktor situasional dan faktor personal. Dimana faktor situasional terdiri dari deskripsi verbal, petunjuk proksemik, petunjuk kinestik,
25
petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik, dan petunjuk arifactua. Sedangkan faktor personal meliputi faktor pengalaman, motivasi, kepribadian, intelegensi dan kemampuan yang dimiliki. Yang dimaksud dengan faktor pengalaman yaitu pengalaman yang dimiliki oleh guru bidang studi dalam melihat kinerja konselor sekolah. Semakin banyak pengalaman guru bidang studi, maka akan semakin cermat dalam mempersepsi konselor sekolah. Kedua yaitu motivasi, ketika guru bidang studi memiliki motivasi terhadap konselor sekolah, maka persepsinya akan cenderung
bias
dan
tidak
objektif.
Dan
faktor
yang
lain
yaitu
kepribadian,intelegensi, serta kemampuan guru bidang studi didalam menarik kesimpulan. Kelima hal tersebut nantinya akan dijadikan dasar acuan didalam penelitian
untuk
mengetahui
bagaimana
persepsi
mereka
terhadap
kesalahpahaman kinerja konselor. Persepsi yang diberikan guru mata pelajaran sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu persepsi guru mata pelajaran terhadap kesalahpahaman kinerja konselor ini memiliki peran penting di sekolah, karena dengan mengetahui seperti apa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor, akan dapat menjadi evaluasi bagi konselor dalam menampilkan citra sebagai konselor yang menunjukkan kinerja yang baik. Teori-teori tersebut diatas berkaitan erat dengan penelitian yang akan dilakukan, karena teori tersebut relevan dengan obyek yang akan diteliti yaitu, persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor sekolah.
26
2.2.3 Proses terjadinya Persepsi Menurut De Vito dalam Sugiyo (2005 : 34) mengemukakan bahwa peroses persepsi melalui tiga tahap yaitu “ Pertama, stimulasi sensoris terjadi, proses ini merupakan proses sensori; Kedua, stimulasi organisasi terorganisasi, tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pertama dan pada tahap ini akan memperoleh pemahaman tertentu dengan prinsip–prinsip kedekatan dan kesamaan / kemiripan; Ketiga, stimulasi sensori diinterpretasikan, maksudnya bahwa apa yang telah diterima melalui sensori akan diberi makna atau ditafsirkan”. Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah ransangan ditetapkan kepada manusia. Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk mengubah tingkah laku seseorang harus dimulai dengan mengubah persepsinya. Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber melalui panca indera. Setelah diterima, rangsangan atau data diseleksi untuk diproses lebih lanjut. Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, penerima menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Proses penafsiran inilah yang dinamakan persepsi. Persepsi pada intinya adalah memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima. Setelah melakukan penafsiran atau persepsi maka akan diwujudkan dalam reaksi atau tindakan terhadap objek persepsi. Dalam Walgito (2005: 102) mengemukakan proses terjadinya persepsi menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut :
27
1) Proses kealaman atau proses fisik, dimana objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indra atau reseptor. 2) Proses fisiologis. Merupakan proses dimana stimulus yang diterima oleh alat indra dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. 3) Proses psikologis, proses yang terjadi di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran. Dengan demikian, taraf terakhir persepsi adalah individu menyadari apa yang diterima. Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi itu. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun, tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan respon tergantuang pada perhatian individu yang bersangkutan. Penafsiran terhadap stimulus bersifat subyektif sehingga pemaknaan stimulus yang sama belum tentu menghasilkan interpretasi yang sama pula. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman, kebutuhan, nilai dan harapan yang ada pada diri individu. Berdasarkan keterangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa proses persepsi berlangsung dalam beberapa tahap. Proses tersebut dimulai dengan adanya stimulus yang mengeai alat indera. Stimulus ini berasal dari objek atau kejadian yang menjadi pengalaman individu. Stimulus yang diterima akan diteruskan oleh syaraf sensoris ke pusat susunan syaraf (otak). Setelah informasi sampai ke otak terjadi proses
28
kesadaran, yaitu individu mampu menyadari apa yang dilihat, dirasa, dan sebagainya. Setelah menyimpulkan dan menafsirkan informasi yang diterimanya, individu memunculkan respon sebagai reaksi terhadap stimulus yang diterimanya. Dalam penelitian ini, objek yang akan dipersepsi oleh guru mata pelajaran adalah kesalahpahaman kinerja konselor sekolah. Objek tersebut akan menjadi stimulus yang akan diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak kemudian ditafsirkan. Proses penafsiran ini dapat berbeda antara guru satu dengan lainnya, hal ini tergantung pengalaman masing – masing guru khususnya yang berkaitan dengan persepsi guru mata pelajaran tentang bimbingan dan konseling di sekolah.
2.2.4 Indikator Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra. Namun proses ini tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan ke proses selanjutnya yang merupakan proses persepsi. Stimulus yang diindra individu kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindra itu. (Bimo Walgito, 2002 : 67) Dari pengertian persepsi di atas terdapat beberapa indikator persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor di sekolah yaitu sebagai berikut: 1. Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu.
29
Rangsang atau objek tersebut diserap atau diterima oleh panca indera, baik penglihatan, pendengaran, peraba, pencium, dan pencecap secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Dari hasil penyerapan atau penerimaan oleh alat-alat indera tersebut akan mendapatkan gambaran, tanggapan, atau kesan di dalam otak. Gambaran tersebut dapat tunggal maupun jamak, tergantung objek persepsi yang diamati. Di dalam otak terkumpul gambaran-gambaran atau kesan-kesan, baik yang lama maupun yang baru saja terbentuk. Jelas tidaknya gambaran tersebut tergantung dari jelas tidaknya rangsang, normalitas alat indera dan waktu, baru saja atau sudah lama. 2. Pengertian atau pemahaman Setelah terjadi gambaran-gambaran atau kesan-kesan di dalam otak, maka gambaran tersebut diorganisir, digolong –golongkan (diklasifikasi), dibandingkan, diinterpretasi, sehingga terbentuk pengertian atau pemahaman. Proses terjadinya pengertian atau pemahaman tersebut sangat unik dan cepat. Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada gambaran -gambaran lama yang telah dimiliki individu sebelumnya (disebut apersepsi). 3. Penilaian atau evaluasi Setelah terbentuk pengertian atau pemahaman , terjadilah penilaian dari individu. Individu membandingkan pengertian atau pemahaman yang baru diperoleh tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara subjektif. Penilaian individu berbeda -beda meskipun objeknya sama. Oleh karena itu persepsi bersifat individual.
30
2.3 Guru Bidang Studi 2.3.1 Pengertian Guru Bidang Studi Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi, pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Peran guru sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran peran guru sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik (E. Mulyasa, 2007: 53).
2.3.2 Macam-macam Guru Bidang Studi Macam-macam guru bidang studi ditingkat SMA diantaranya Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Biologi, Kimia, Fisika, Ekonomi, Sejarah, Sosiologi, Geografi, Akuntansi, Bahasa Jawa, Bahasa Asing, Kesenian, Olahraga, TIK, PKN Agama.
2.3.3 Peran Guru Bidang Studi dalam BK Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah bukan hanya menjadi tanggung jawab guru bimbingan dan konseling (guru BK) melainkan menjadi tanggung jawab bersama semua guru, baik guru kelas maupun guru mata pelajaran di bawah koordinasi guru bimbingan dan konseling. Sekalipun tugas dan tanggung jawab utama guru kelas maupun guru mata pelajaran adalah menyelenggarakan kegiatan belajar dan pembelajaran, bukan berarti dia sama
31
sekali lepas dari kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru kelas dan guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisiensi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, bahkan dalam batas-batas tertentu guru kelas maupun guru mata pelajaran dapat bertindak sebagai pembimbing bagi siswanya. Salah satu peran yang harus dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing yang baik guru harus memiliki pemahaman tentang siswa yang dibimbingnya. Lebih jauh, Makmun (2003: 40) menyatakan bahwa guru sebagai pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching). Berkenaan dengan upaya membantu mengatasi kesulitan atau masalah siswa, peran guru tentu berbeda dengan peran yang dijalankan oleh konselor profesional. Berkenaan peran guru kelas dan guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Willis (2005: 81) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat. Prayitno dkk (2004: 70) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru kelas dan guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling sebagai berikut: 1. 2.
Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
32
3. 4.
5.
6.
7. 8.
Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan). Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya. Peran guru kelas maupun guru mata pelajaran dalam pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan konseling sangatlah penting. Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah akan sulit dicapai tanpa peran serta guru kelas ataupun guru mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal tersebut Yusuf (2008: 35) menjelaskan deskripsi kerja (kinerja) dari guru bidang studi termasuk didalamnya peran serta dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling adalah sebagai berikut: a. Memahami konsep dasar bimbingan dan karakteristik siswa (tugas-tugas perkembangan siswa), sebagai landasan untuk memberikan layanan bimbingan. b. Memahami keragaman karakteristik siswa dalam aspek-aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, temperamen (periang, pendiam, pemurung, atau mudah tersinggung), dan karakternya (seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab). c. Menandai siswa yang diduga mempunyai masalah atau siswa yang gagal dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya d. Menciptakan iklim kelas yang secara sosiopsikologis kondusif bagi kelancaran belajar siswa, seperti: bersikap ramah, bersikap respek terhadap siswa, bersikap adil (tidak menganaktirikan/ menganakemaskan anak), menghargai pendapat atau hasil karya siswa, memberikan kesempatan
33
e. f. g. h. i.
j.
k.
kepada siswa untuk bertanya atau mengemukakan pendapat, bergairah dalam mengajar, dan berdisiplin. Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar Mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing Bekerjasama dengan guru pembimbing dalam rangka membantu siswa Memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati siswa Memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja) Menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual. Hal ini penting, karena guru merupakan “figur central” bagi siswa Memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif Peran-peran guru sebagaimana telah dikemukakan terkait erat dengan
penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Kesulitankesulitan atau permasalahan yang timbul dalam implementasi deskripsi kerja tersebut pada dasarnya juga merupakan permasalahan yang berada dalam wilayah penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini, guru kelas maupun guru mata pelajaran membutuhkan kehadiran guru bimbingan dan konseling, sebaliknya guru bimbingan dan konseling juga membutuhkan informasi, bantuan, dan kerja sama dengan guru kelas dan guru mata pelajaran untuk melaksanakan tugas-tugas kepembibingannya.
2.4 Kinerja Konselor 2.4.1 Pengertian Kinerja Secara etimologi, kata kinerja berarti suatu yang hendak dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja. Kinerja menurut Mangkunegara (2000: 67)
34
merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Hasibuan (2001: 34) kinerja prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Menurut Tika (2006: 121) kinerja merupakan hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu Menurut Gibson, dkk (2003: 355), job performance adalah hasil dari pekerjaan yang terkait dengan tujuan organisasi, efisiensi dan kinerja keefektifan kinerja lainnya. Sementara menurut Ilyas (1999: 99), kinerja adalah penampilan hasil kerja personil maupun dalam suatu organisasi. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personil di dalam organisasi. Pengertian kinerja lainnya dikemukakan oleh Simanjuntak (2005: 1) yang mengemukakan kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Sedangkan menurut Irawan (2002: 11), bahwa kinerja (performance) adalah hasil kerja yang bersifat konkret, dapat diamati, dan dapat diukur. Jika kita mengenal tiga macam tujuan, yaitu tujuan organisasi, tujuan unit, dan tujuan pegawai, maka kita juga mengenal tiga macam kinerja, yaitu kinerja organisasi, kinerja unit, dan kinerja pegawai. Dessler (2000: 87) berpendapat : Kinerja (prestasi kerja) karyawan adalah prestasi aktual karyawan dibandingkan dengan
35
prestasi yang diharapkan dari karyawan. Prestasi kerja yang diharapkan adalah prestasi standar yang disusun sebagai acuan sehingga dapat melihat kinerja karyawan sesuai dengan posisinya dibandingkan dengan standar yang dibuat. Selain itu dapat juga dilihat kinerja dari karyawan tersebut terhadap karyawan lainnya. Selain itu menurut John Whitmore (1997: 104) kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang, kinerja adalah suatu perbuatan , suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan. Sedangkan menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson terjemahan Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira (2001: 78) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Berdasarkan beberapa pendapat tentang kinerja dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja adalah suatu perbuatan yang dilakukan/ pameran/ penampilan hasil kerja personil maupun suatu organisasi didalam melaksanakan tugasnya dalam upaya pencapaian suatu tujuan.
2.4.2 Unsur Kinerja
Berdasarkan pengertian di atas kinerja mengandung 3 (tiga) unsur, yaitu : 1) Unsur waktu, dalam hasil-hasil yang dicapai oleh usaha-usaha tertentu, dinilai dalam satu putaran waktu atau sering disebut periode. Ukuran periode dapat menggunakan satuan jam, hari, bulan, maupun tahun. 2) Unsur hasil, dalam arti hasil-hasil tersebut merupakan hasil rata-rata pada akhir periode tersebut. Hal ini tidak berarti mutlak setengah periode harus memberikan hasil setengah dari keseluruhan.
36
3) Unsur metode, dalam arti seorang pegawai harus meguasai betul dan bersedia mengikuti pedoman yang telah ditentukan, yaitu metode kerja yang efektif dan efisien, ditambah pula dalam bekerjanya pegawai tersebut harus bekerja dengan penuh gairah dan tekun serta bukan berarti harus bekerja berlebihan.
2.4.3 Wujud atau Bentuk Kinerja Konselor Wujud atau bentuk kinerja guru BK tentu berbeda dengan profesi yang lain. Pada dasarnya dapat ditegaskan bahwa perbedaan pekerjaan dapat menyebabkan wujud kinerja berbeda. Namun demikian perbedaan wujud kinerja berdasarkan perbedaan pekerjaan tetap mengacu pada satu konsep yang disebut ukuran kinerja. Artinya setiap profesi atau pekerjaan tertentu memiliki indikator atau ukuran kinerja masing-masing. Ukuran kinerja disebut sebagai kriteria. Yang dimaksudkan sebagai alat untuk menggambarkan keberhasilan, ukuran prediktif untuk menilai efektifitas individu dan organisasi. Wujud kinerja dalam konteks karakteristik individu mencakup tugas-tugas konselor yang harus dilaksanakan. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan penerapan konsep,asas, kaidah, hukum dan prosedur ilmiah bimbingan dan konseling.
Apa yang
dilakukan oleh guru pembimbing dalam menjalankan tugasnya disekolah tidak asal-asalan akan tetapi ada landasan ilmunya. Prayitno (2005: 3) menyebutkan bahwa tugas pokok konselor adalah mewujudkan proses konseling disertai dengan kegiatan yang menunjang tugas pokoknya.
37
Dalam buku dasar standarisasi profesi konseling yang dikeluarkan Depdikbud (2004: 16), disebutkan bahwa tugas dan kegiatan tenaga profesi konseling meliputi yaitu tugas pokok, tugas kegiatan pengelolaan, tugas kolaborasi profesional, dan tugas keorganisasian. a. Tugas pokok profesional, yaitu tugas dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling yang mendukung terlaksnanya fungsi-fungsi bimbingan dan konseling. b. Tugas yang berkaitan dengan manajerial/ pengelolaan, yaitu tugas-tugas konselor dalam mengelola bimbingan dan konseling di sekolah. Tugas ini dimulai dari penyusunan/ perencanaan program, pelaksanaan programprogram yang direncanakan, evaluasi hasil dan proses layanan, kegiatan tindak lanjut serta pelaporan c. Tugas yang berkaitan dengan administrasi, yang idimaksudkan disini adalah tugas konselor untuk menyusun administrasi bimbingan dan konseling. d. Tugas yang berkaitan dengan organisasi profesi, yaitu tugas konselor untuk ikut serta mengembangkan bimbingan dan konseling di sekolah dan dimasyarakat melalui partisipasi aktif dalam organisasi profesinya.
2.4.4 Pentingnya Persepsi Guru Bidang Studi Terhadap Kinerja Konselor Persepsi guru bidang studi terhadap pelayanan bimbingan dan konseling sangatlah penting bagi seorang konselor, karena seorang guru bidang studi dapat memberikan pemahaman dan penilaian tentang pelayanan bimbingan dan
38
konseling yang dilaksanankan di sekolah. Sehingga dapat terjalin kerja sama antara guru bidang studi dengan konselor sekolah atau guru pembimbing dalam menghadapi permasalahan–permasalahan yang terjadi atau yang dialami oleh siswa. Dengan demikian persepsi guru bidang studi dalam menunjang pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sangatlah diperlukan. Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa persepsi setiap guru bidang studi terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah berbeda – beda, ada persepsi positif maupun negatif. Persepsi positif guru bidang studi terhadap pelayanan bimbingan dan konseling merupakan suatu penilaian yang di berikan oleh seorang guru bidang studi terhadap pelayanan bimbingan dan konseling dengan menilai sisi baik dari konselor sekolah tersebut, yaitu misalnya seorang guru bidang studi menilai bahwa konselor di sekolah sangat membantu guru bidang studi dalam mengetahui tugas perkembangan peserta didiknya, kemudian selain itu pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah juga membantu guru bidang studi mengentaskan permasalahan siswa yang sedang atau sering dihadapi siswa, misalnya siswa bermasalah dengan belajar. Selain persepsi positif dari guru bidang studi terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, juga sebaliknya sering muncul persepsi yang negatif dari guru terhadap konselor di sekolah, sebab dari persepsi negatif yang muncul biasanya seorang guru bidang studi kurang memahami apa tugas dan peran dari seorang guru pembimbing atau konselor sekolah itu sendiri yang terkadang menyalah gunakan tugas dan peranan konselor sekolah, sehingga menimbulkan kesalahpahaman antara guru bidang studi dengan guru pembimbing.
39
2.5 Kesalahpahaman 2.5.1 Pengertian Kesalahpahaman Menurut KBBI Kesalahpahaman artinya salah atau keliru dalam memahami sikap orang lain yang biasanya menimbulkan reaksi bagi yang bersangkutan. Pemahaman menurut Sadiman (1996: 109) adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Menurut Winkel dan Mukhtar (dalam Sudaryono, 2012: 44), pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain. Sementara Benjamin S. Bloom (dalam Anas Sudijono, 2009: 50) mengatakan bahwa pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Jadi, dapat disimpulkn bahwa kesalahpahaman adalah salah mengerti tentang sesuatu dan tidak dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang guru bidang studi dikatakan memahami konselor apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang konselor itu sendiri yang meliputi tugas-tugas dan fungsinya di sekolah. Kesalahpahaman sering disebut juga dengan miskonsepsi. Fowler (dalam Suparno, 2005: 5) memandang miskonsepsi sebagai suatu pengertian yang tidak akurat terhadap
40
konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan konsep-konsep yang tidak benar. Bentuk miskonsepsi dapat berupa kesalahan konsep, hubungan yang tidak benar antar konsep, dan gagasan intuitif atau pandangan yang naif (Suparno, 2005).
2.5.2 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap kinerja yang Salah Menurut Prayitno (2004: 120) Kesalahpahaman guru terhadap pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri antara lain sebagai berikut : 1. Bimbingan dan Konseling Disamakan Saja dengan atau Dipisahkan Sama Sekali dari Pendidikan Bimbingan dan konseling di sekolah secara umum termasuk ke dalam ruang lingkup upaya pendidikan di sekolah, namun tidak berarti bahwa dengan penyelenggaraan pengajaran (yang baik) saja seluruh misi sekolah akan dapat tercapai dengan penuh. Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak hal yang menyangkut kepentingan siswa yang harus ditanggulangi oleh sekolah yang tidak dapat teratasi dengan pengajaran semata-mata. 2. Konselor di Sekolah Dianggap sebagai Polisi Sekolah Masih banyak anggapan bahwa peranan konselor di sekolah adalah sebagai polisi sekolah yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin, dan keamanan sekolah. Petugas bimbingan dan konseling bukanlah pengawas ataupun polisi yang selalu mencurigai dan
41
akan menangkap siapa saja yang bersalah. Petugas bimbingan dan konseling adalah kawan pengiring penunjuk jalan, pembangun kekuatan, dan pembina tingkah laku positif yang dikehendaki. Petugas bimbingan dan konseling hendaknya bisa menjadi sitawar-sidingin bagi siapa pun yang datang kepadanya. Dengan pandangan, sikap, keterampilan, dan penampilan konselor siswa atau siapa pun yang berhubungan dengan konselor akan memperoleh suasana sejuk dan memberi harapan. 3. Bimbingan dan Konseling Dianggap Semata-Mata sebagai Proses Pemberian Nasihat Bimbingan dan konseling bukan hanya bantuan yang berupa pemberian nasihat. Pemberian nasihat hanya merupakan sebagian kecil dari upaya-upaya bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut seluruh kepentingan klien dalam rangka pengembangan pribadi klien secara optimal. Konselor juga harus melakukan upaya-upaya tindak lanjut serta mensinkronisasikan upaya yang satu dengan upaya yang lainnya sehingga keseluiruhan upaya itu menjadi satu rangkaian yang terpadu dan bersinambungan. 4. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Dibatasi pada Hanya Menangani Masalah yang Bersifat Insidental Pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari masalah yang dirasakan klien sekarang, yang sifatnya diadakan. Namun pada hakikatnya pelayanan itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu yang lalu, sekarang, dan yang akan datang. Disamping itu
42
konselor tidaklahhanya menunggu saja klien yang datang dan mengemukakan masalahnya. 5. Bimbingan dan Konseling Dibatasi Hanya untuk Klien-Klien Tertentu Saja Pelayanan bimbingan dan konseling bukan tersedia dan tertuju hanya untuk klien-klien tertentu saja, tetapi terbuka untuk segenap individu ataupun kelompok yang memerlukannya. Di sekolah misalnya, pelayanan bimbingan dan konseling tersedia dan tertuju untuk semua siswa. Semua siswa mendapat hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pelayanan bimbingan dan konseling. Petugas bimbingan dan konseling membuka pintu yang selebar-lebarnya bagi siapa saja siswa yang ingin mendapatkan atau memerlukan pelayanan bambingan dan konseling. 6. Bimbingan dan Konseling Melayani “Orang Sakit” dan/atau “Kurang Normal” Sebagaimana telah dikemukakan, bimbingan dan konseling tidak melayani “orang sakit” dan “kurang normal”. Bimbingan dan konseling hanya melayani orang-orang normal yang mengalami masalah tertentu. Konselor yang memiliki kemampuan yang tinggi akan mampu mendeteksi dan mempertimbangkan lebih jauh tentang mantap atau kurang mantapnya fungsi-fungsi yang ada pada klien sehingga kliennya itu perlu dikirim kepada dokter atau psikiater. 7. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Bekerja Sendiri
43
Pelayanan bimbingan dan konseling bukanlah proses yang terisolasi,melainkan proses yang bekerja sendiri sarat dengan unsur-unsur budaya, sosial dan lingkungan. Oleh karenanya pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin menyendiri. Konselor harus pandai menjalin hubungan kerja sama yang saling mengerti dan saling menunjang demi terbantunya klien yang mengalami masalah itu serta harus bisa memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan dapat diadakan untuk kepentingan pemecahan masalah. 8. Konselor Harus Aktif, Sedangkan Pihak Lain Pasif Sesuai dengan asas kegiatan, di samping konselor yang bertindak sebagai pusat penggerak bimbingan dan konseling, pihak lain pun, terutama klien, harus secara langsung aktif terlibat dalam proses tersebut. Pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling adalah usaha bersama yang beban kegiatannya tidak semata-mata ditimpakan hanya kepada konselor saja. Jika dilakukan oleh satu pihak saja, dalam hal ini konselor, maka hasilnya akan kurang mantap, tersendat-sendat, atau bahkan tidak berjalan sama sekali. 9. Menganggap Pekerjaan Bimbingan dan Konseling Dapat Dilakukan oleh Siapa Saja Benarkah pekerjaan bimbingan konseling dapat dilakukan oleh siapa saja? Jawabannya bisa “benar” atau “tidak”.“Benar”, jika bimbingan dan konseling dianggap sebagai pekerjaan yang mudah dan dapat dilakuakn secara amatiran belaka. “Tidak”, jika bimbingan dan konseling
44
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan, dengan kata lain dilaksanakan secara professional oleh orang-orang yang ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keahliannya itu diperoleh melalui pendidikan dan latihan yang cukup lama di perguruan tinggi. 10. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berpusat pada Keluhan Pertama Saja Usaha pemberian bantuan memang diawali dengan melihat gejala-gejala dan keluhan awal yang disampaikan oleh klien. Namun jika pembahasan masalah itu dilanjutkan, didalami, dan dikembangkan, sering kali ternyata masalah yang sebenarnya lebih pelik dibandingkan dengan yang tampak atau disampaikan. Konselor tidak boleh terpukau oleh keluhan atau masalah yang pertama disampaikan oleh klien, tetapi harus mampu menyelami sedalam-dalamnya masalah klien yang sebenarnya. 11. Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter atau psikiater. Memang dalam hal-hal tertentu terdapat kesamaan antara pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater, yaitu sama-sama menginginkan klien atau pasien terbebas dari penderitaan yang dialaminya, melalui berbagai teknik yang teruji sesuai dengan masing-masing bidang pelayanan, baik dalam mengungkap masalah klien atau pasien, mendiagnosis, melakukan prognosis atau pun penyembuhannya. Dengan demikian pekerjaan bimbingan dan konseling
45
tidak lah persis sama dengan pekerjaan dokter atau psikiater. Dokter atau psikiater berkerja dengan orang sakit, sedangkan konselor berkerja dengan orang yang normal (sehat namun sedang mengalami masalah). Cara penyembuhan yang dilakukan dokter atau psikiater bersifat reseptual dan pemberian obat, serta teknis medis lainnya, sementara bimbingan dan konseling memberikan cara-cara pemecahan masalah secara konseptual melalui pengubahan orientasi pribadi, penguatan mental / psikis, modifikasi perilaku, teknik-teknik khas bimbingan dan konseling. 12. Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat. Disadari bahwa semua orang menghendaki agar masalah yang dihadapi klien dapat diatasi sesegera mungkin dan hasilnya pun dapat segera dilihat. Namun harapan itu sering kali tidak terkabul, lebih-lebih kalau yang dimaksud dengan cepat itu adalah dalam hitungan detik atau jam. Hasil bimbingan dan konseling tidaklah seperti makan sambal, begitu masuk kemulut akan terasa pedasnya. Hasil bimbingan dan konseling mungkin saja baru dirasakan beberapa hari kemudian, atau bahkan beberapa tahun kemudian. Misalnya siswa yang mengkonsultasi tentang cita-citanya untuk menjadi seorang dokter, mungkin manfaatdari hasil konsultasi akan dirasakannya justru pada saat setelah dia menjadi seorang dokter. 13. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.
46
Cara apa pun yang akan dipakai untuk mengatasi masalah haruslah disesuaikan dengan pribadi klien dan berbagai hal yang terkait dengannya. Tidak ada suatu cara pun yang ampuh untuk semua klien dan semua masalah. Bahkan sering kali terjadi, untuk masalah yang sama pun cara yang dipakai pun berbeda. Masalah yang tampaknya sama setelah dikaji secara mendalam mungkin ternyata hakikatnya berbeda, sehingga diperlukan cara yang berbeda untuk mengatasi. Pada dasarnya, pemakaiaan sesuatu cara tergantung pada pribadi klien, jenis dan sifat masalah, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan petugas bimbingan dan konseling dan sarana yang tersedia. 14. Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumentasi bimbingan dan konseling (misalnya tes, inventori, angket, dan alat pengungkap lainnya). Perlu diketahui bahwa perlengkapan dan sarana utama yang pasti ada dan dapat dikembangkan pada diri konselor ialah keterampilan pribadi. Dengan kata lain, ada dan digunakan instrument (tes, inventori, angket, dan sebagainya itu) hanyalah sekadar pembantu. Ketiadaan alatalat itu tidak boleh mengganggu, menghambat, ataupun melumpuhkan sama sekali usaha pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh sebab itu, konselor tidak menjadikan ketiadaan instrument seperti itu sebagai alasan atau dalih untuk mengurangi, apalagi tidak melaksanakan layanan bimbingan dan konseling sama sekali. Petugas bimbingan dan konseling yang baik akan selalu menggunakan apa yang dimiliki secara optimal
47
sambil terus berusaha mengembangkan sarana-sarana penunjang yang diperlukan. 15. Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalahmasalah yang ringan saja. Ukuran berat-ringanya suatu masalah memang menjadi relative, seringkali masalah seseorang dianggap sepele, namun setelah diselami lebih dalam ternyata masalah itu sangat kompleks dan berat. Begitu pula sebaliknya, suatu masalah dianggap berat namun setelah dipelajari lebih jauh ternyata hanya masalah ringan saja. Terlepas berat ringan yang paling penting bagi konselor adalah berusaha untuk mengatasinya secara cermat dan tuntas. Jika segenap kemampuan konselor sudah dikerahkan namun belum juga menunjukan perbaikan maka konselor seyogyanya mengalihtangankan masalah kepada pihak yang lebih kompeten Kesalahpahaman-kesalahpahaman tersebut merupakan hal yang bertolak belakang dengan kinerja konselor yang semestinya. Dari kesalahpahaman tersebut, jika dikaitkan dengan penelitian ini persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor di sekolah sangatlah penting dan diperlukan, karena dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan guru bidang studi mengenai kinerja konselor yang semestinya, dan dapat pula diketahui seperti apa pandangan guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor yang sering terjadi. Ini diharapkan dapat membantu konselor dalam melaksanakan tugas dan peranannya di sekolah. Selain itu, konselor sekolah juga dapat
48
mengetahui kekurangan yang dimilikinya, sehingga dalam melaksanakan tugas dan peranannya dapat di tingkatkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu konselor sekolah diharapkan dapat memiliki kinerja yang baik, yaitu dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang tenaga profesional yang memiliki kemampuan, usaha, dan kesempatan dalam melaksanakan pelayanan Bimbingan dan Konseling kepada peserta didik, sehingga dapat dinilai hasil kerjanya yaitu membantu peserta didik secara optimal menjadi pribadi mandiri.
2.6 Kerangka Pemikiran Pada bagian ini akan dikaji mengenai kerangka peneliti dalam memecahkan masalah yang muncul didalam penelitian ini. Kerangka penelitian ini menjadi dasar bagi peneliti untuk dapat mencapai tujuan yakni mengetahui bagaimana persepsi guru bidang studi terhadap konselor yang difokuskan pada kesalahpahaman kinerja di SMA Negeri seKabupaten Purbalingga. Untuk mengetahui seperti apa persepsi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor, peneliti menggunakan delapan poin kesalahpahaman menurut Prayitno. Delapan poin tersebut antara lain, Tugas konselor didalam Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan, Konselor sekolah dianggap sebagai polisi sekolah, bimbingan dan konseling yang dilakukan konselor dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat, bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja, konselor sekolah
49
didalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling hanya bekerja sendiri, pekerjaan konselor sekolah dapat dilakukan oleh siapa saja, menganggap
hasil
pekerjaan
konselor
harus
segera
dilihat,
menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien. Dari kedelapan poin tersebut dapat diketahui tingkat kesalahpahaman kinerja konselor yang dipersepsikan oleh guru bidang studi. Persepsi guru bidang studi ini dapat digali melalui penyerapan terhadap objek, pemahaman terhadap konselor, dan kemudian penilaian atau evaluasi dari guru bidang studi. Kerangka pemikiran tersebut disajikan dalam gambar 2.1 berikut :
50
Poin kesalahpahaman : 1. Tugas konselor didalam Bimbingan
2. 3.
Persepsi kesalahpahaman terhadap kinerja konselor
4. 5.
6. 7. 8.
dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan Konselor sekolah dianggap sebagai polisi sekolah Bimbingan dan konseling yang dilakukan konselor dianggap sematamata sebagai proses pemberian nasihat Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja Konselor sekolah didalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling hanya bekerja sendiri Pekerjaan konselor sekolah dapat dilakukan oleh siapa saja Menganggap hasil pekerjaan konselor harus segera dilihat Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
Penyerapan terhadap objek Pemahaman terhadap konselor
Persepsi
Penilaian / evaluasi
Gambar 2.1 Sistematika Kerangka Pemikiran
Tinggi
Rendah
BAB 3 METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan usaha yang harus ditempuh dalam penemuan ilmiah guna menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Hal ini perlu diperhatikan dalam penelitian bagi seorang peneliti sehingga, metode yang digunakan sesuai dengan objek penelitian dan tujuan yang akan dicapai. Berdasarkan hal tersebut akan dibahas dalam metode penelitian antara lain jenis penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, serta teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian Penelitian dapat di klarifikasi dari berbagai cara dan sudut pandang dilihat dari pendekatan analisisnya. Menurut Azwar (2003:5-6) bahwa penelitian dibagi atas dua macam yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. bila dilihat kedalaman analisisnya, jenis penelitian terbagi atas penelitian deskriptif dan inferensial. Jika dipandang dari sifat permasalahanya, terdapat delapan jenis penelitian yaitu penelitian historis, penelitian deskriptif, penelitian perkembangan, penelitian kasus atau lapangan, penelitian korelasional, penelitian kausal komparatif, penelitian eksperimen dan penelitian tindakan.
51
52
Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu Berbagai Kesalahpahaman Kinerja Konselor sekolah menurut persepsi guru bidang studi di SMA Negeri seKabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2015/2016, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kuantitatif, karena bertujuan untuk mengetahui jawaban mengenai gambaran berbagai kesalahpahaman kinerja konselor menurut guru bidang studi. Dalam menganalisis data menggunakan angka yang diolah dengan metode statistik,
setelah
diperoleh
hasilnya
kemudian
di
deskripsikan
dengan
menggunakan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik tersebut. Menurut Nazir (2003: 56) penelitian deskriptif yaitu “penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual”. Sedangkan menurut Azwar (2004: 7) “penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu”. Hasil penelitian ini disajikan secara deskriptif untuk memberikan gambaran tentang hasil penelitian yang diperoleh.
3.2 Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2008: 38) menyatakan bahwa “variable penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Variabel dalam penelitian ini yaitu berbagai keslahpahaman kinerja konselor sekolah menurut persepsi guru bidang studi.
53
Variabel tersebut adalah variabel tunggal, sehingga tidak ada hubungan antar variabel, baik variabel yang mempengaruhi (independent) dan variabel yang dipengaruhi (dependen).
3.3 Definisi Operasional Suryabrata (2006: 29) menjelaskan definisi operasional variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat variabel yang didefinisikan dan dapat diamati, maka batasan operasional variabel penelitian ini adalah berbagai kesalahpahaman kinerja konselor sekolah menurut persepsi guru bidang studi. Persepsi guru bidang studi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari seorang guru bidang studi untuk mengetahui profesi seorang konselor sekolah melalui proses yang didahului oleh penginderaan yang difokuskan pada persepsi yang salah/ kesalahpahaman. Untuk mengetahuinya digunakan skala psikologi.
3.4 Populasi dan sampel 3.4.1 Populasi “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian” (Arikunto, 2006: 108). Menurut Sugiyono (2009: 215), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dari pendapat tersebut, maka populasi adalah keseluruhan objek yang mempunyai karakteristik tertentu. Sesuai dengan judul dari penelitian maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru bidang studi di SMA Negeri se-Kabupaten
54
Purbalingga. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru bidang studi se-Kabupaten Purbalingga yang berjumlah 418 orang. Berikut tabel data guru bidang studi SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga : Tabel 3.1 Daftar Populasi Guru Bidang Studi SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga
No
Nama Sekolah
Jumlah Guru
1.
SMA N 1 Purbalingga
65 guru
2.
SMA N 2 Purbalingga
56 guru
3.
SMA N 1 Bukateja
51 guru
4.
SMA N 1 Bobotsari
54 guru
5.
SMA N 1 Karangreja
37 guru
6.
SMA N 1 Kemangkon
28 guru
7.
SMA N 1 Kutasari
25 guru
8.
SMA N 1 Padamara
32 guru
9.
SMA N 1 Rembang
42 guru
10.
SMA N 1 Kejobong
28 guru
Jumlah
418 guru
Sumber : Dinas Pendidikan Purbalingga
3.4.2 Sampel Sugiyono (2005: 56) Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut Arikunto (2006: 131) sampel adalah
55
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel biasanya terdiri atas sejumlah kecil unit sampling yang proporsional dan biasanya merupakan elemen-elemen target yang dipilih dari kerangka samplingnya (Bulaeng, 2004: 138). Karena jumlah guru bidang studi yang sangat banyak maka diambil sampel yang dapat mewakili populasi tersebut. Apabila subjeknya kurang dari 100 dapat diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi bila subjeknya besar, dapat diambil 10-15% atau 20-25% (Arikunto, 2006:134). Peneliti mengambil sampel 25% dari jumlah populasi yaitu 104 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik proportional sampling. Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel dari setiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub populasi tersebut. Dengan demikian peneliti terlebih dahulu menghitung jumlah penyebaran responden di tiap sekolah dengan menyesuaikan jumlah guru di sekolah tersebut. Selanjutnya, pemilihan guru mapel yang akan diberi skala psikologis bersifat acak. Peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Jadi dalam pengambilan sampel semua guru bidang studi mempunyai hak yang sama untuk dijadikan sampel. Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian Tiap Sekolah
No
Nama Sekolah
Jumlah Guru
1.
SMA N 1 Purbalingga
16 guru
2.
SMA N 2 Purbalingga
14 guru
56
3.
SMA N 1 Bukateja
13 guru
4.
SMA N 1 Bobotsari
13 guru
5.
SMA N 1 Karangreja
9 guru
6.
SMA N 1 Kemangkon
7 guru
7.
SMA N 1 Kutasari
6 guru
8.
SMA N 1 Padamara
8 guru
9.
SMA N 1 Rembang
11 guru
10.
SMA N 1 Kejobong
7 guru
Jumlah
104 guru
3.5 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh informasi atau bahan yang akurat, relevan, dan reliabel. Menurut Arikunto (2010: 265) metode pengumpulan data diartikan sebagai cara pengumpulan data untuk penelitian yang menuntut memiliki keahlian dalam melakukannya. Dalam pengumpulan data perlu menggunakan teknik-teknik dan prosedur pengumpulan data, serta alat-alat yang digunakan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala psikologis. Penggunaan skala psikologis untuk pengumpulan data dalam penelitian ini karena data yang akan diungkap bersifat construct atau konsep psikologi yang menggambarkan aspek peribadi individu seperti: tendensi agresivitas, sikap terhadap sesuatu, self esteem, kecemasan, persepsi, dan motivasi
57
(Sutoyo, 2012: 193). Arikunto menyatakan bahwa “didalam kegiatan penelitian, cara memperoleh data dikenal sebagai metode pengumpul data” (Arikunto, 2006: 149). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi. Skala psikologi ini berisi tentang berbagai kesalahpahaman kinerja konselor menurut persepsi guru bidang studi. Azwar (2005: 3) menjelaskan bahwa skala psikologis sebagai alat ukur yang memiliki karakteristik khusus, yaitu: 1. Cenderung digunakan untuk mengukur aspek afektif bukan kognitif 2. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang bersangkutan 3. Jawabannya lebih bersifat proyektif 4. Selalu berisi banyak item berkenaan dengan atribut yang diukur 5. Respon subyek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar atau salah”, semua jawaban berbeda diinterpretasikan berbeda pula
Berdasarkan karakteristik tersebut, peneliti menggunakan skala psikologis, karena sesuai dengan aspek yang akan diukur, yaitu persepsi. Dalam
penelitian
ini,
menggunakan
skala
model
likert
dalam
penskorannya. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi tentang fenomena sosial yang telah diterapkan secara spesifik oleh peneliti (Sugiyono, 2012: 134). Skala persepsi ini menggunakan lima alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Instrumen penelitian ini diisi oleh responden dengan memilih salah satu jawaban yang sudah disediakan. Agar dalam pengisian instrumen penelitian responden mengisi sesuai keadaan maka dibuat bervariasi yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Adapun kategori jawaban dan skorsing untuk skala persepsi sebagai berikut:
58
Tabel 3.3 Kategori Jawaban dan Skoring Skala Persepsi Pernyataan positif
Pernyataan negative
No Jawaban
Nilai
Jawaban
Nilai
1.
SS
5
SS
1
2.
S
4
S
2
3.
RR
3
RR
3
4.
TS
2
TS
4
5.
STS
1
STS
5
Penyusunan skala psikologi diawali dengan pencarian teori-teori yang relevan dengan penelitian ini. Dari teori tersebut kemudian disusun kisi-kisi. Kisikisi ini memuat tentang indikator dari variabel penelitian yang dapat memberikan gambaran mengenai isi dan dimensi kawasan ukur yang akan dijadikan acuan dalam penulisan aitem. Dari kisi-kisi tersebut kemudian dibuatlah instrumen dengan mengkonsultasikan dengan ahli terlebih dahulu. Langkah berikutnya yaitu uji coba instrumen, dari uji coba tersebut dapat diketahui instrumen yang valid dan tidak valid. Untuk instrumen yang tidak valid, kemudian tidak diikutkan. Setelah tahapan tersebut dilaksanakan, maka instrumen dapat digunakan. Berikut langkah-langkah penyusunan skala psikologis tersebut :
59
Kisi- kisi instrumen
Teori
Instrumen jadi
Revisi
Instrumen
Uji coba
Gambar 3.1 Langkah-langkah Penyusunan Instrumen
3.6 Validitas dan Reliabelitas 3.6.1
Validitas Instrumen Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto,2006: 168). Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang diinginkan dan mengungkap data atau variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Menurut Arikunto (2006: 168) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas konstruk (Construct Validity) berkaitan dengan konstruksi atau konsep bidang ilmu yang akan diuji validitas alat ukurnya. Validitas konstruk merujuk pada kesesuaian antara hasil alat ukur dengan kemampuan yang ingin
60
diukur. Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak, karena validitas konstrak adalah proses yang terkait erat dengan perkembangan teori. Hanya teori yang bisa memberitahukan apa yang seharusnya dan tidak seharusnya menjadi pusat perhatian. Validitas kontruk dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dan memasangkan butir-butir soal dengan tujuan-tujuan tertentu yang dimaksudkan untuk mengungkap tingkatan aspek kognitif tertentu pula. Seperti halnya dalam validitas isi, untuk menentukan tingkatan validitas konstruk, penyusunan butir soal dapat dilakukan dengan mendasarkan diri pada kisi-kisi alat ukur. Uji validitas dalam penelitian ini adalah yang digunakan oleh Person yaitu rumus korelasi product moment (Arikunto, 2010: 213)
∑ √* ∑
(∑
∑ )
(∑ ) +{ ∑
Keterangan : : Koefisien pada kondisi X dan Y : Jumlah subyek ∑
: Jumlah skor item x
∑
: Jumlah skor item y
∑
: Jumlah perkalian skor item x dan item y
∑
: Jumlah kuadrat skor X
∑
: Jumlah kuadrat skor Y
(∑ ) }
61
Koefisien kolerasi rxy tersebut kemudian dibandingkan dengan rtabel. apabila rxy > rtabel maka disimpulkan bahwa butir yang dianalisis valid. 3.6.2 Reliabelitas Reliabelitas adalah suatu ketetapan suatu tes apabila diberikan kepada subjek yang sama untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran hasil (Arikunto, 2010: 221). Instrumen yang reliabel apabila digunakan beberapa kali akan tetap memberikan data yang sama. Reliabelitas instrument merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Untuk menguji validitas dan realiabilitas data peneliti menggunakan Rumus Alpha Cronbach (Arikunto, 2010: 239), karena perolehan skor skala tentang perilaku prososial merupakan rentangan yang berbentuk skala dari 1 sampai 5, jadi skor diperoleh bukan 1 dan 0.
(
(
)
)(
∑
)
Keterangan : r11
: reliabilitas instrumen
k
: banyaknya butir pertanyaan
∑
: jumlah varians butir : varians total
Dari hasil perhitungan reliabilitas kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan nilai rtabel dan apabila r11 ≥ rtabel pada taraf signifikan 5% maka butir item dikatakan reliabel.
62
3.7 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif persentase (DP). Teknik analisis ini bersifat eksploratif yang bertujuan untuk menggambarkan status fenomena. Angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran dapat diproses dengan cara menjumlahkan, membandingkan dengan jumlah yang diharapkan oleh persentase. “pencarian persentase dimaksudkan untuk mengatahui status sesuatu yang diperresentasikan lalu ditafsirkan dengan kalimat” (Arikunto, 1998: 245) dengan rumus: p=
x 100 %
Keterangan : p
= presentase yang dicari
n
= jumlah skor yang diperoleh
N
= jumlah skor yang diharapkan Skala persepsi menggunakan persentase skor 1 sampai 5, sehingga panjang kelas interval kriteria persepsi dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut: Persentase skor maksimum
: 5/5 x 100% = 100%
Persentase skor minimum
: 1/5 x 100% = 20 %
Rentangan persentase skor
: 100% - 20 % = 80%
Banyaknya kriteria
:5
Panjang kelas interval
: rentang : banyak kriteria = 80% : 5 = 16 %
Berdasarkan perhitungan di atas maka kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut :
63
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Persepsi Interval
Kriteria
87 % - 100 %
Sangat tinggi
70 % - 86 %
Tinggi
53 % - 69 %
Sedang
36 % - 52 %
Rendah
20 % - 35 %
Sangat rendah
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dibagi kedalam dua bagian, yaitu hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian merupakan hasil-hasil yang didapat berupa data kuantitatif berdasarkan skala psikologi. Kedua yakni pembahasan, yang membahas mengenai hasil penelitian tersebut. 4.1 Hasil Penelitian Sesuai tujuan penelitian yang pertama yaitu mengetahui gambaran berbagai kesalahpahaman kinerja konselor menurut persepsi guru bidang studi di SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga, maka akan disajikan hasil penyebaran skala psikologi berdasarkan 8 poin kesalahpahaman kinerja konselor. Untuk menjawab hal tersebut, akan disajikan hasil penelitian secara deskriptif prosentase dari hasil skala persepsi yang telah disebarkan di 10 SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga. Skala persepsi dalam penelitian ini menggunakan skor 1 sampai dengan 5 dengan jumlah item sebanyak 65 butir. Panjang kelas interval kriteria dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut : Prosentase skor maksimum = ( 5 : 5 ) x 100% = 100%
64
65
Prosentase skor minimum = ( 1: 5 ) x 100% = 20% Rentang prosentase skor = 100% - 20% = 80 % Banyaknya kriteria = (Sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi). Panjang kelas interval = Rentang : banyaknya kriteria= (80% : 5 = 16%). Berdasarkan perhitungan diatas maka kriteria penilaian berbagai kesalahpahaman kinerja konselor sekolah adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Interval Persepsi Kesalahpahaman Kinerja Konselor Menurut Persepsi Guru Bidang Studi di SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga Interval
Kriteria
87 % - 100 %
Sangat tinggi
70 % - 86 %
Tinggi
53 % - 69 %
Sedang
36 % - 52 %
Rendah
20 % - 35 %
Sangat rendah
Tabel 4.1 merupakan tabel interval yang nantinya menjadi penilaian untuk mengkategorikan kesalahpahaman yang terjadi, berdasarkan hasil analisis skala persepsi yang telah disebarkan. Dari interval tersebut dibagi menjadi lima kriteria yaitu, sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
66
Tabel 4.2 Analisis Tiap Indikator dari Seluruh Komponen Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman Kinerja Konselor di SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga
NO 1.
Indikator
Persentase
Kategori
79,13 %
Tinggi
71,53 %
Tinggi
59,96 %
Sedang
79,96 %
Tinggi
79,87 %
Tinggi
73,30 %
Tinggi
74,10 %
Tinggi
79,83 %
Tinggi
Tugas konselor didalam Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan
2.
Konselor sekolah dianggap sebagai polisi sekolah
3.
Bimbingan
dan
konseling
yang
dilakukan konselor dianggap sematamata sebagai proses pemberian nasihat 4.
Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja
5.
Konselor
sekolah
didalam
melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling hanya bekerja sendiri 6.
Pekerjaan
konselor
sekolah
dapat
dilakukan oleh siapa saja 7.
Menganggap hasil pekerjaan konselor harus segera dilihat
8.
Menyamaratakan
cara
masalah bagi semua klien
pemecahan
Dari tabel 4.2 tersebut dapat diperoleh gambaran kesalahpahaman kinerja konselor dari delapan poin kesalahpahaman yang digunakan. Terdapat tujuh poin pada kategori tinggi, serta satu poin pada kategori sedang.
67
Gambar 4.1 Diagram Analisis Tiap Indikator dari Seluruh Komponen Kesalahpahaman Kinerja Konselor Sekolah Menurut Persepsi Guru Bidang Studi di SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
K8
Keterangan : K1
K2 K3
K4 K5
K6 K7
: Persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa tugas konselor didalam Bimbingan dan Konseling disamakan dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan. : Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa Konselor Sekolah Adalah Polisi Sekolah : Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa Bimbingan dan Konseling yang Dilakukan Konselor Dianggap Sematamata Sebagai Proses Pemberian Nasihat : Persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja : Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa Konselor Sekolah didalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan Konseling Hanya Bekerja Sendiri : Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa Pekerjaan sebagai Konselor Bisa Dilaksanakan oleh Siapa Saja : Persepsi Guru Bidang Studi Terhadap Kesalahpahaman bahwa Hasil Pekerjaan Konselor Harus Segera Dilihat
68
K8
: Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa konselor menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
Berdasarkan gambar 4.1, dapat diketahui bahwa dari kesuluruhan poin kesalahpahaman yang dipakai, Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja, sebesar 79,96 %. Kemudian diikuti dengan Konselor sekolah didalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling hanya bekerja sendiri sebesar 79,87%. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien sebesar 79,83%. Tugas konselor didalam Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan pada persentase 79,13 %. Menganggap hasil pekerjaan konselor harus segera dilihat 74,10%. Kemudian diikuti dengan Pekerjaan konselor sekolah dapat dilakukan oleh siapa saja pada persentase 73,30%. Konselor sekolah dianggap sebagai polisi sekolah yaitu 71,53%. Bimbingan dan konseling yang dilakukan konselor dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat pada persentase 59,96%.
4.2 Pembahasan Bimbingan dan konseling adalah layanan bantuan untuk peserta didik untuk mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya. Peran bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan menjadi sangat urgent, ketika permasalahan pendidikan bukan hanya tentang kurikulum atau pembelajaran, namun juga permasalahan yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yang berhubungan erat dengan psikologi. Namun hingga saat ini bimbingan dan konseling seringkali dipersepsi dan dipahami keliru oleh sebagian orang. Kekeliruan pemahaman ini tidak hanya terjadi di kalangan orang-orang yang berada di luar Bimbingan dan Konseling, tetapi juga banyak ditemukan di kalangan orang-orang yang terlibat langsung dengan bimbingan dan konseling
69
termasuk oleh guru bidang studi. Padahal guru bidang studi memiliki peranan penting dalam layanan bimbingan dan konseling. Untuk mengetahui berbagai kesalahpahaman kinerja konselor di sekolah menurut persepsi guru bidang studi, peneliti menggunakan skala persepsi yang didalamnya terdapat 8 indikator kesalahpahaman dari 15 kesalahpahaman BK menurut Prayitno. Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian , maka peneliti akan menjelaskan mengenai berbagai kesalahpahaman kinerja konselor di sekolah menurut persepsi guru bidang studi berdasarkan analisis deskriptif dari skala persepsi. 4.2.1 Persepsi Guru Bidang Studi Terhadap Kesalahpahaman Bahwa Tugas Konselor Didalam Bimbingan Dan Konseling Disamakan Dengan Atau Dipisahkan Sama Sekali Dari Pendidikan. Usaha bimbingan dan konseling dapat memainkan peranan yang amat berarti dalam melayani kepentingan siswa, khususnya yang belum terpenuhi secara baik. Dalam hal ini peranan bimbingan dan konseling ialah penunjang seluruh usaha sekolah demi keberhasilan anak didik. Seperti yang dijelaskan oleh Syamsu Yusuf (2008: 2) bahwa Pendidikan yang bermutu merupakan pendidikan yang seimbang, tidak hanya mampu mengantarkan peserta didik pada pencapaian standar kemampuan akademis, tetapi juga mampu membuat perkemabangan diri yang sehat dan produktif. Lebih lanjut Awalya, dkk dalam bukunya Bimbingan dan Konseling, latar
belakang perlunya bimbingan dan konseling di sekolah diantaranya:
70
1. Latar Belakang Psikologi Yaitu karena siswa sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksinya dengan lingkungannya. 2. Latar Belakang Sosial Budaya Kondisi makin derasnya perubahan sosial dan makin kompleksnya keadan masyarakat berpengaruh pada berkembangnya masalah-masalah pribadi yang terekspresikan dalam suasana psikologis yang kurang nyaman seperti perasaan cemas, stress, perasaan terasing serta sering terjadi penyimpangan moral dalam sistem nilai. Atas dasar keadaan tersebut, sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal harus bertanggung jawab untuk mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan diri di masyarakat 3. Latar Belakang Paedagogis Dalam hal ini bimbingan da konseling mempunyai peranan yang amat penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar berkembang secara optimal. Berdasarkan hasil penyebaran angket yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa tugas konselor didalam Bimbingan dan Konseling disamakan dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan berada pada kategori tinggi, yaitu 79,13 %. Berdasarkan jawaban responden mengenai poin kesalahpahaman ini, memiliki nilai tertinggi pada item nomor 3 yaitu anggapan bahwa seluruh misi sekolah akan dapat tercapai dengan penuh, cukup dengan penyelenggaraan pengajaran yang baik.
4.2.2 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa Konselor Sekolah Adalah Polisi Sekolah Dari hasil penyebaran angket yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman mengenai anggapan konselor sekolah adalah polisi sekolah masih tetap ada yaitu sebesar 71,53%. Kesalahpahaman-kesalahpahaman tersebut diantaranya anggapan bahwa konselor
71
sekolah bertugas memotong rambut, memberi poin pelanggaran kepada siswa yang menyalahi tata tertib, guru BK bertugas memberi sanksi siswa yang bermasalah, guru bimbingan dan konseling bertugas mengawasi siswa yang terlambat dengan berjaga didepan gerbang, guru BK bertugas menertibkan kelas yang gaduh saat jam pelajaran, serta anggapan bahwa guru BK bertugas untuk mengisi jam mata pelajaran kosong. Ini tentu bertentangan dengan tugas konselor yang seharusnya. Dapat dikatakan bahwa persepsi guru bidang studi tidak sesuai dengan deskripsi pekerjaan (kinerja) konselor seperti yang dijelaskan oleh Syamsu Yusuf, sebagai berikut : Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utama secara sinergi, yaitu bidang administrasif dan kepemimpinan, bidang intruksional dan kurikuler, dan bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling). 1. Bidang administratif dan kepemimpinan Bidang ini menyangkut kegiatan pengelolaan program secara efisien. Pada bidang ini terletak tanggungjawab kepemimpinan (kepala sekolah dan staf administrasi lainnya), yang terkait dengan kegiatan perencanaan, organisasi, deskripsi jabatan atau pembagian tugas, pembiayaan, penyediaan fasilitas atau sarana prasarana (material), supervisi,dan evaluasi program. 2. Bidang intruksional dan kurikuler Bidang ini terkait dengan kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan sikap. Pihak yang bertanggung jawab secara langsung terhadap bidang ini adalah para guru 3. Bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling) Bidang ini terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik (siswa) dalam upaya mencapai perkembangannya yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Personel yang paling bertanggungjawab terhadap pelaksanaan bidang ini adalah guru pembimbing atau koselor Seperti yang dijelaskan oleh Syamsu Yusuf (2008: 25), bahwa salah satu kekeliruan dalam menafsirkan arti bimbingan yaitu anggapan bahwa bimbingan menghendaki kepatuhan dalam tingkah laku, padahal yang dikehendaki sebagai
72
hasil bimbingan bukanlah kepatuhan, melainkan penyesuaian diri. Sangatlah keliru apabila seseorang mempersamakan kepatuhan dan penyesuaian diri.
4.2.3 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa Bimbingan dan Konseling yang Dilakukan Konselor Dianggap Semata-mata Sebagai Proses Pemberian Nasihat Konselor didalam melakukan bimbingan dan konseling bertugas untuk mendorong siswa agar mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya. Jelas disini bahwa pekerjaan konselor bukan menentukan keputusan yang harus diambil oleh siswa atau memilih alternatif dari tindakannya. Keputusan-keputusan ada pada diri siswa sendiri, dan ia harus tahu mengapa dan bagaimana ia melakukannya. Oleh sebab itu siswa harus belajar mengestimasi konsekuensikonsekuensi yang mungkin terjadi dalam pengorbanan pribadi, waktu, tenaga, uang, resiko, dan sebagainya. Individu belajar memperhatikan nilai-nilai dan ikut mempertimbangkan yang dianutnya secara sadar dalam pengambilan keputusan. Seperti yang dijelaskan oleh Syamsu (2008: 6) bahwa Bimbingan merupakan “helping”, yang identik dengan “aiding,assisting, atau availing,” yang berarti bantuan atau pertolongan. Makna bantuan dalam bimbingan menunjukkan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik sendiri. Dalam proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi berperan sebagai fasilitator. Istilah bantuan dalam bimbingan dapat juga dimaknai sebagai upaya untuk (a) menciptakan lingkungan (fisik, psikis, sosial, dan spiritual) yang
73
kondusif bagi perkembangan siswa, (b) memberikan dorongan dan semangat, (c) mengembangkan keberanian bertindak dan bertanggung jawab, dan (d) mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah perilakunya sendiri. Syamsu (2008: 9) juga menjelaskan bahwa Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapai krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Tugas konselor adalah menciptakan kondisi-kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan klien. Dari hasil penyebaran skala psikologis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa masih terdapat persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman mengenai bimbingan dan konseling yang dilakukan konselor dianggap sematamata sebagai proses pemberian nasihat. Sebesar 59,96 % guru bidang studi masih berpersepsi kurang tepat terhadap deskripsi kerja (kinerja) konselor. Nilai tertinggi jawaban responden pada indikator ini yaitu nomor 9 dan 33. Dalam hal ini masih banyak guru bidang studi yang beranggapan bahwa pengambilan keputusan adalah berada ditangan konselor, dan guru BK harus langsung memberikan solusi atas permasalahan yang dialami siswa.
4.2.4 Persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja
74
Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu (guidance is for all individuals). Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dala hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif). Syamsu Yusuf (2008: 17). Dari hasil penyebaran skala psikologis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 79,96 %. Hanya sebagian kecil guru bidang studi yang sudah menyadari bahwa layanan bimbingan dan konseling harus diberikan kepada semua siswa secara menyeluruh. Sebagian besar masih memiliki kesalahpahaman. Nomor item yang memiliki nilai tertinggi yaitu nomor 4, yaitu anggapan bahwa guru BK hanya menangani siswa yang bermasalah saja. 4.2.5 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa Konselor Sekolah didalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan Konseling Hanya Bekerja Sendiri Syamsu Yusuf dalam bukunya Landasan Bimbingan dan Konseling mengatakan bahwa pencapaian standar akademis dan tugas-tugas perkembangan peserta didik memerlukan kerjasama yang harmonis antara para pengelola atau manajemen pendidikan, pengajaran, dan bimbingan , sebab ketiganya merupakan bidang-bidang utama dalam pencapaian tujuan pendidikan.
75
Dari
hasil
penyebaran
skala
psikologis
yang
telah
dilakukan,
menunjukkan bahwa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa konselor sekolah didalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling hanya bekerja sendiri berada pada kategori tinggi yaitu 79,87 %. Hanya sebagian kecil guru bidang studi yang sudah mengetahui bahwa peran serta dari mereka sangat dibutuhkan dalam penanganan permasalahan siswa. Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan tugas atau tanggung jawab konselor saja, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai teamwork terlibat dalam proses bimbingan. Syamsu yusuf (2008: 17). Berdasarkan hasil analisis skala persepsi, sebagian besar guru bidang studi sudah menyadari bahwa didalam mengatasi permasalahan siswa perlu adanya kerjasama dan kolaborasi dengan banyak pihak, salah satunya guru BK. Dan mereka umumnya telah memahami deskripsi kerja (kinerja) mereka dalam pengembangan staf pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, seperti yang dijelaskan oleh Yusuf (2008: 34) sebagai berikut: 1) Memahami konsep dasar bimbingan dan karakteristik siswa (tugastugas perkembangan siswa), sebagai landasan untuk memberikan layanan bimbingan 2) Memahami keragama karakteristik siswa dalam aspek-aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, temperamen (periang, pendiam, pemurung,atau mudah tersinggung), dan karakternya (seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggungjawab). 3) Menandai siswa yang diduga mempunyai masalah atau siswa yang gagal dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya 4) Menciptakan iklim kelas yang secara sosiopsikologis kondusif bagi kelancaran belajar siswa, seperti bersikap ramah, bersikap respek terhadap siswa, bersikap adil (tidak menganaktirikan/menganakemaskan anak), menghargai pendapat atau hasil karya siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk
76
5) 6) 7) 8) 9)
10)
11)
bertanya atau mengemukakan pendapat, bergairah dalam mengajar, dan berdisiplin. Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar Mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing Bekerjasama dengan guru pembimbing dalam rangka membantu siswa Memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati siswa Memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan,sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja) Menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual. Hal ini penting, karena guru merupakan “figur central” bagi siswa Memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikan secara efektif
Jawaban responden pada poin ini yang memiliki nilai tertinggi yaitu item nomor 25 dan 45. Yaitu anggapan bahwa tanpa adanya peran aktif dari guru bidang studi, keefektifan pelayanan bimbingan dan konseling tetaplah sama. Selain itu juga sebagian guru bidang studi beranggapan bahwa mereka tidak perlu terlibat dalam kegiatan bimbingan dan konseling, karena mereka sudah memiliki tugas masing-masing.
4.2.6 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa Pekerjaan sebagai Konselor Bisa Dilaksanakan oleh Siapa Saja Salah satu asas bimbingan dan konseling adalah Ahli, yaitu bimbingan konseling menghendaki agar setiap layanan diselenggarakan atas dasar kaidahkaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Menurut
77
Pietrofesa (dalam Syamsu) sejumlah ciri-ciri konseling profesional sebagai berikut: a. Konseling merupakan suatu hubugan profesional yang diadakan oleh seorang konselor yang sudah dilatih untuk pekerjaannya itu b. Dalam hubungan yang bersifat profesional itu, klien mempelajari keterampilan pengambilan keputusan, pemecahan masalah, serta tingkah laku atau sikap-sikap baru c. Hubungan profesional itu dibentuk berdasarkan kesukarelaan antara klien dan konselor. Dari hasil penyebaran skala psikologis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa pekerjaan sebagai konselor bisa dilaksanakan oleh siapa saja berada pada kategori tinggi yaitu 73,30%. Jawaban responden mengenai indikator ini yang memiliki nilai tertinggi adalah item nomor 52, 8, dan 38. Yaitu sebagian guru bidang studi beranggapan bahwa didalam mengatasi siswa yang bermasalah, yang terpenting adalah menasihati siswa, tugas guru BK adalah tugas yang tidak membutuhkan banyak teori, dan karena hal tersebut maka tugas guru BK dapat digantikan oleh guru mata pelajaran sewaktu-waktu. Ini terkait dengan persepsi kesalahpahaman poin ke 3 yaitu persepsi guru bidang studi bahwa Bimbingan dan Konseling yang dilakukan oleh konselor adalah semata-mata sebagai proses pemberian nasihat. Sebagian dari guru bidang studi beranggapan bahwa proses layanan konseling individu hanyalah menasihati siswanya sehingga bisa dilakukan oleh siapa saja. Hal ini tentu bertentangan dengan Peraturan menteri pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor, yang menyatakan bahwa kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal adalah: (i)
78
sarjana
pendidikan
(S-1)
dalam
bidang
bimbingan
dan
konseling;
(ii)berpendidikan profesi konselor. kompetensi konselor meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, yang berjumlah 17 kompetensi dan 76 sub kompetensi. Dimana bimbingan dan konseling haruslah dilakukan oleh orang yang memang ahli dibidangnya, dalam hal ini lulusan S-1 Bimbingan dan Konseling. Seperti yang dikatakan oleh Prayitno (2004) bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu , baik anak-anak , remaja, maupun dewasa agar orang-orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
4.2.7 Persepsi Guru Bidang Studi Terhadap Kesalahpahaman bahwa Hasil Pekerjaan Konselor Harus Segera Dilihat Upaya pengentasan masalah siswa oleh konselor, membutuhkan waktu dan harus melalui proses yang mungkin berlangsung beberapa hari, minggu, atau bulan sebelum perubahan yang nyata tampak. Seperti yang dikatakan Syamsu Yusuf
(2008:
6)
bahwa
Bimbingan
merupakan
suatu
proses,
yang
berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan.
79
Dari
hasil
penyebaran
skala
psikologis
yang
telah
dilakukan,
menunjukkan bahwa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa hasil pekerjaan konselor harus segera dilihat berada pada kategori tinggi, yaitu sebesar 74, 10%. Sebagian guru bidang studi telah memahami bahwa konselor sekolah tidak hanya melakukan layanan yang jangka pendek saja, tetapi juga jangka penjang yang hasil dari layanan tersebut mungkin akan terlihat beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun kemudian. Namun sebagian dari mereka masih berpersepsi salah tentang konselor. Nomor item yang memiliki nilai tertinggi dalam indikator ini adalah nomor 39 dan 40. Yaitu anggapan anggapan bahwa guru bidang studi harus menyelesaikan kasus sampai benar-benar tuntas, walaupun bukan ranahnya. Selain itu adanya anggapan bahwa keberhasilan layanan dapat terlihat langsung setelah pemberian layanan pertama.
4.2.8 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa konselor menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien Menurut Prayitno (2004: 128) bahwa cara apapun yang akan dipakai untuk mengatasi masalah siswa haruslah disesuaikan dengan pribadi siswa dan berbagai hal yang terkait dengannya. Tidak ada suatu cara pun yang ampuh untuk semua klien dan semua masalah. Bahkan sering kali terjadi, untuk masalah yang sama pun cara yang dipakai perlu dibedakan. Selain itu, menurut Syamsu (2008: 6) bahwa Individu yang dibantu adalah individu yang sedang berkembangdengan segala keunikannya. Bantuan dalam bimbingan diberikan dengan pertimbangan keragaman dan keunikan individu. Tidak ada teknik pemberian bantuan yang
80
berlaku umum bagi setiap individu. Teknik bantuan seyogyanya disesuaikan dengan pengalaman, kebutuhan, dan masalah individu. Untuk membimbing individu diperlukan pemahaman yang komprehensif tentang karakteristik, kebutuhan, atau masalah individu. Dari hasil penyebaran skala psikologis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa konselor menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien berada dalam kategori tinggi dengan persentase 79,83 %. Jawaban responden mengenai indikator ini yang memiliki nilai tertinggi adalah item nomor 19 yaitu guru bidang studi berpersepsi bahwa jika masalah siswa yang ditangani sama, maka cara pemecahan masalah dari guru BK pun sama.
4.3 Keterbatasan penelitian Peneliti sudah berusaha melakukan penelitian sebaik mungkin, akan tetapi penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan diantaranya seperti: 1. Waktu dalam pengurusan perijinan untuk sekolah memakan waktu yang relatif lama, dikarenakan prosedur perijinan yang harus dipenuhi mulai dari ijin universitas, ijin dari dinas pendidikan, dan disposisi surat dari sekolah. 2. Waktu penelitian yang bertepatan dengan ujian membuat peneliti harus berusaha membujuk pihak sekolah untuk tetap memberikan ijin 3. Jarak sekolah satu dengan yang lain yang berjauhan
81
4. Kesibukan guru mapel mempersiapkan ujian nasional, membuat pengumpulan skala psikologis memakan waktu yang lama 5. Penelitian ini hanya menggunakan delapan poin kesalahpahaman sebagai indikator, membuat hasil dari penelitian ini kurang lengkap. Namun peneliti hanya menggunakan delapan poin dikarenakan item dalam angket yang terlalu banyak jika menggunakan 15 poin yang ada.
BAB 5 PENUTUP Pada bagian ini akan dibahas mengenai simpulan dan saran yang telah disusun peneliti berdasarakan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian berbagai kesalahpahaman kinerja konselor sekolah menurut guru bidang studi di SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga tahun ajaran 2015/2016, dapat disimpulkan bahwa kesalahpahaman-kesalahpahaman kinerja konselor menurut persepsi guru bidang studi masih banyak terjadi. Dari delapan indikator yang dipakai, terdapat 7 poin kesalahpahaman pada kategori tinggi yaitu: a) Tugas konselor didalam bimbingan dan konseling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan. b) Konselor sekolah dianggap sebagai polisi sekolah c) Persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja
82
83
d) Persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa konselor sekolah didalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling hanya bekerja sendiri e) Persepsi bahwa pekerjaan konselor sekolah dapat dilakukan oleh siapa saja f) Persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa hasil pekerjaan konselor harus segera dilihat g) Persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa konselor menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien Serta satu poin pada kategori sedang, yaitu persepsi bahwa bimbingan dan konseling yang dilakukan konselor sekolah semata-mata hanyalah pemberian nasihat saja.
5.2 Saran Saran merupakan upaya tindak lanjut dan masukan yang dilakukan kepada lembaga atau pihak yang dipandang berkepentingan dengan hasil penelitian. Adapun saran yang dapat diberikan difokuskan pada substansi berdasarkan hasil penelitian dan ditujukan pada pihak-pihak terkait. Berdasarkan hasil skala persepsi, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat banyak persepsi yang kurang tepat dari guru bidang studi. Maka dari itu saran yang diajukan untuk menanggulangi masalah tersebut adalah :
83
84
a. Bagi konselor perlu lebih memasyarakatkan Bimbingan dan Konseling, agar warga sekolah yang lain, terutama guru bidang studi lebih mengetahui apa saja tugas-tugas dari konselor dan seperti apa pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling mengingat pentingnya peran guru bidang studi dalam layanan BK. b. Bagi guru bidang studi di sekolah, perlu menambah wawasan dan mencari informasi-informasi dari berbagai sumber tentang BK, agar dapat lebih mengetahui tentang bimbingan dan konseling di sekolah, serta perananya dalam bimbingan dan konseling. c. Bagi
kepala
sekolah
diharapkan
dapat
membantu
memasyarakatkan bimbingan dan konseling, serta mengawasi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terutama pada kerjasama dengan guru bidang studi. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak ada lagi persepsi yang salah dari guru bidang studi terhadap kinerja konselor, sehingga tercipta suasana kerja yang harmonis, dan keefektifan dari layanan bimbingan dan konseling juga dapat lebih maksimal.
84
85
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, H.A dan N. Uhbiyati. 1990. Ilmu Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta Andriani dkk. 2013. Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Mata Pelajaran dalam Mengembangkan Cara Belajar Siswa. Padang: UNP. Vol.2 No 1, Jan 2013 Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta. Awalya. 2013. Bimbingan dan Konseling. Semarang : UNNES Press Azwar, Saifuddin. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Remaja Rosdakarya Dessler, Gary. 2008. Sistem Informasi Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama Dharma,Surya.2010. Manajemen Kerja. Yogyakarta:Pustaka Pelajar E. Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya Gibson, JL. 2003. Struktur Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Erlangga Hasibuan, Malayu S.P.2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Haji Mas Agung Ilyas, Y. 1999. Kinerja : Teori Penilaian dan Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
86
Irawan, Prasetya. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : STIA LAN Press John, Whitmore. 1997. Coaching for Performance. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Makmun, Abin Syamsuddin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosda Karya Remaja Mangkunegara, Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mar‟at, Samsunuwiyati dan Lieke Indieningsih. 2006. Perilaku Manusia. Bandung: PT Refika Aditama Mathis, Robert L dan Jackson (Terjemahan Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira). 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba NN.1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka Payaman, Simanjuntak. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta :Lembaga FE UI Permendiknas Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor.
(Online)(http://unnes.ac.id/wpcontent/uploads/permendiknas-no-27-tahun2008.pdf, diakses pada tanggal 20 April 2015. Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Depdiknas. Prayitno, Dan Amti,Erman. 2004. Dasar – Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta. RINEKA CIPTA Rahman, Abdul. 2004. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta : Kencana
87
Sadiman, Arif sukadi . 1996. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia Sudaryono. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Graha Ilmu Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Sugiyo. 2005. Komunikasi Antar Pribadi. Semarang. UNNES PRESS. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta. Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan BK di Sekolah. Jakarta: PT.Bina Aksara Suparno, Paul. 2006. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta : Grasindo Sutoyo, Anwar. 2009. Pemahaman Individu. Semarang: Widya Karya Tika, Pabundu.2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: Bumi Aksara Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta. ANDI Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual: Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta Winkel, W. S dan M.M Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi Yusuf, syamsu. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Remaja Rosdakarya
LAMPIRAN
89
Lampiran 1
DATA SMA NEGERI KABUPATEN PURBALINGGA
No 1.
2.
3.
4.
Sekolah SMA N 1 PURBALINGGA SMA N 2 PURBALINGGA SMA N 1 BUKATEJA SMA N 1 KEMANGKON
5.
SMA N 1 KEJOBONG
6.
SMA N 1 BOBOTSARI
Jumlah Guru
Alamat
65 guru
Jl. MT Haryono, Purbalingga
56 guru
51 guru
28 guru
28 guru
54 guru
Jl. Pucung Rumbak, Purbalingga Jl. Raya Purwandaru Bukateja, Purbalingga Jl. Raya Penican, Kemangkon Purbalingga Jl. Raya Gumiwang Kejobong, Purbalingga Jl. Majapura Bobotsari, Purbalingga Jl. Monumen Jenderal
7.
SMA N 1 REMBANG
42 guru
Soedirman Rembang, Purbalingga
8.
SMA N 1 KARANGREJA
37 guru
9.
SMA N 1 PADAMARA
32 guru
10.
SMA N 1 KUTASARI
25 guru
Jl. Raya Karangreja, Purbalingga Jl. Raya Padamara, Purbalingga Jl. Raya Tobong Kutasari, Purbalingga
90
Lampiran 2
Kisi-kisi Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman Kinerja Konselor (Sebelum Tryout) Variabel
Deskriptor
Indikator
Kesalahpahaman
Tugas
kinerja konselor
Bimbingan
konselor dan
No Item
+ didalam 1. Bimbingan dan konseling 1,29,30 konseling
merupakan
bagian
11,15,3
dari
disamakan saja dengan atau
lingkup upaya pendidikan di
dipisahkan sama sekali dari
sekolah
pendidikan Konselor sekolah dianggap 1. Konselor sekolah bertugas 46,19,47 sebagai polisi sekolah
sebagai eksekutor
2,31,32
tata
tertib sekolah 2. Konselor
adalah
polisi
sekolah yang menjaga dan 20,74 mempertahankan
disiplin
sekolah 3. Konselor
sekolah
64,65,83,75
91
merupakan polisi sekolah 4,48,49 yang
menjaga
33,34,66
dan
mempertahankan keamanan sekolah Bimbingan yang
dan
dilakukan
dianggap sebagai
konseling 1. Konselor sekolah adalah 5,16,21 konselor
semata-mata proses
pemberian
nasihat
50,12,51
pihak yang paling tahu seperti
apa
keputusan
terbaik bagi siswa 2. Konselor
sekolah
perlu
melakukan upaya tindak 67,35,36
52,84,92
lanjut bagi siswa Bimbingan
dan
konseling
1. Layanan diberikan secara
dibatasi hanya untuk klien-
menyeluruh kepada semua
klien tertentu saja
siswa 2. Konselor
tidak
hanya
melayani siswa-siswa yang bermasalah saja, karena BK juga bertujuan untuk mengoptimalkan
potensi
22,68,37
6,53,85
7,38,39
93,96,86
92
siswa Konselor
sekolah
didalam 1. Konselor
sekolah 13,54,76
melaksanakan
pelayanan
membutuhkan
bimbingan
konseling
pihak lain
dan
hanya bekerja sendiri
2. Konselor
bantuan
sekolah
dapat
8,40,69
tidak 55,77,78
87,70,99
menyelesaikan
tugasnya hanya dengan tim BK disekolah saja 3. Informasi yang digunakan 97,102,56
41,94,71
konselor tidak hanya dari nilai akademik/raport saja Pekerjaan konselor sekolah 1. Tugas dapat dilakukan oleh siapa
dilaksanakan
saja
profesional 2. Pemberian diberikan prinsip-prinsip
konselor 9,23,42,43
14,17,57,58
secara
layanan 72,73,100 berdasarkan keilmuan
bimbingan dan konseling
18,59,79
93
Menganggap hasil pekerjaan 1. Konselor konselor harus segera dilihat
masalah
mengatasi klien
prosedur
10,44,80
24,25,60
konseling 26,81,104
61,88,89
dengan
pelaksanaan
layanan 2. Keberhasilan
tidak dapat dilihat secara langsung Menyamaratakan
cara 1. Cara pemecahan masalah 27,45,62
pemecahan
bagi
semua klien
masalah
yang
diberikan
disesuaikan
90,98,95
konselor dengan
kepribadian siswa 2. Cara pemecahan masalah yang
diberikan
disesuaikan
konselor 63,103,82 dengan
permasalahan yang ada
101,28,91
94
Lampiran 3 “SKALA PERSEPSI GURU BIDANG STUDI TERHADAP KESALAHPAHAMAN KINERJA KONSELOR” 1. Pengantar Skala ini disusun dan disebarluaskan dalam rangka penelitian yang bertujuan untuk mengetahui Persepsi Guru Bidang Studi Terhadap Kesalahpahaman Kinerja Konselor. Pernyataan-pernyataan dalam skala ini dibuat untuk menggambarkan kondisi-kondisi serta pendapat tentang persepsi/
tanggapan Bapak/ Ibu terhadap kesalahpahaman kinerja
konselor di sekolah. Peneliti mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi semua pernyataan yang tersedia. Kesungguhan dan kejujuran Bapak/ Ibu dalam mengisi angket ini merupakan informasi penting dan berharga bagi kebenaran hasil penelitian ini. Segala sesuatu yang ada kaitannya dengan informasi yang Bapak/ Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk bahan penelitian saja. 2. Petunjuk pengisian Isilah identitas diri Bapak/ Ibu. Bacalah daftar pernyataan ini dengan teliti kemudian isilah kolom yang berada disebelah kanan dengan memberi tanda (√) pada pernyataan yang Bapak/ Ibu pilih sesuai dengan kondisi yang dialami ataupun menurut pendapat yang sebenarnya. Ada 5 alternatif jawaban untuk mewakili kondisi /pendapat Bapak/ Ibu yaitu : SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
RR
: Ragu-ragu
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
Contoh No
: Pernyataan
Alternatif Jawaban
95
SS 2.
S
RR
TS
STS
Tugas guru bimbingan dan √ konseling
merupakan
tugas
yang mudah
-Selamat MengerjakanNama Sekolah
No 1. 2.
3.
4. 5. 6. 7. 8.
9.
10.
: :
Pernyataan SS Profesi guru Bimbingan dan konseling dibutuhkan di sekolah Guru BK bertugas memotong rambut, memberi point pelanggaran kepada siswa yang menyalahi tata tertib sekolah Seluruh misi sekolah akan dapat tercapai dengan penuh, cukup dengan penyelenggaraan pengajaran (yang baik) Guru BK perlu mengamati perkembangan siswa Guru BK memberikan arahan didalam pengambilan keputusan siswa Guru bimbingan dan konseling menangani siswa yang bermasalah saja Siswa datang ke ruang BK untuk berkonsultasi Guru bimbingan dan konseling tidak membutuhkan informasi dari wali kelas maupun guru bidang studi, karena guru BK merupakan pihak yang paling tahu tentang siswa Tugas guru BK harus dilaksanakan oleh guru yang lulusan S1 Bimbingan dan Konseling Guru BK menyegerakan siswa yang bermasalah berat agar tidak mengganggu KES (Kehidupan Efektif Sehari-hari)
Alternatif Jawaban S RR TS STS
96
11. 12.
13. 14. NO
Guru BK cocok dirumah sakit karena menyangkut masalah psikologis Pengambilan keputusan pada pemecahan masalah siswa sepenuhnya berada ditangan guru BK, karena walau bagaimanapun siswa masih belum dewasa dan kurang pengalaman hidup Guru bimbingan dan konseling tidak dapat bekerja sendiri Tugas guru BK dapat digantikan oleh guru mata pelajaran Pernyataan SS
15. 16.
17.
18.
19.
20. 21.
22.
23.
24.
Profesi guru BK kurang tepat jika diaplikasikan dalam lingkup pendidikan Pengambilan keputusan pada pemecahan masalah siswa sepenuhnya berada ditangan siswa sendiri Guru BK haruslah menampilkan pribadi yang sedikit galak agar siswa segan dan tidak melakukan pelanggaran Tugas guru BK adalah tugas yang tidak membutuhkan banyak teori ,yang paling penting action Tata tertib sekolah disosialisasikan pada siswa mulai dari masa orientasi sekolah yang disosialisasikan oleh OSIS, guru mapel, wali kelas, serta guru BK Menjaga kedisiplinan merupakan tugas dari seluruh pihak sekolah Guru BK memberikan pandangan pada siswa mengenai konsekuensi dari setiap keputusan yang diambil Guru bimbingan dan konseling melayanai semua siswa, baik yang bermasalah maupun tidak bermasalah Guru BK haruslah menampilkan sikap yang hangat terhadap siswa agar siswa dapat menyampaikan permasalahannya Siswa yang datang ke guru BK harus
Alternatif Jawaban S RR TS STS
97
25.
26.
27.
28.
No
segara dapat menyelesaikan permasalahannya dalam sekali konsultasi Pendalaman masalah siswa cukup dilakukan di awal , karena prinsip yang terpenting adalah kesegeraan pengambilan keputusan siswa Hasil bimbingan dan konseling terlihat beberapa hari atau bahkan bahkan beberapa tahun kemudian. Cara pemecahan masalah siswa oleh guru BK berbeda-beda, disesuaikan dengan kepribadian masing-masing siswa Jika permasalahan yang dialami siswa satu dengan yang lain sama, maka cara guru BK dalam mengatasinya pun sama Pernyataan SS
29.
30.
31.
32.
33.
34. 35. 36. 37.
Profesi guru BK sangat dibutuhkan disekolah, karena menyangkut masalah perkembangan psikologis siswa Ada banyak hal yang menyangkut kepentingan siswa yang harus ditanggulangi oleh sekolah yang tidak dapat teratasi dengan pengajaran semata Sosialisasi tata tertib sekolah, sepenuhnya menjadi tanggungjawab guru bimbingan dan konseling Guru bimbingan dan konseling bertugas menerima tamu, dan mengabsen siswa tiap kelas Guru BK merupakan pihak yang selalu mencurigai dan menangkap siswa yang bermasalah Guru BK bertugas menghukum siswa yang nakal Proses layanan bimbingan dan konseling adalah penanganan yang berkelanjutan Guru BK melaporkan hasil monitoring siswa kepada wali kelas dan orang tua Layanan bimbingan dan konseling
Alternatif Jawaban S RR TS
STS
98
38.
39.
40.
41.
42.
43.
No
diberikan ke semua siswa Siswa kelas XII yang berprestasi sering dipanggil ke ruang BK untuk mendapatkan rekomendasi sekolah lanjutan Layanan bimbingan dan konseling diberikan kesemua siswa baik bermasalah maupun tidak bermasalah Tanpa adanya peran aktif dari guru bidang studi, keefektifan pelayanan bimbingan dan konseling tetaplah sama Guru bimbingan dan konseling cukup melihat nilai akademik untuk mengetahui siswa mana yang bermasalah Guru BK mengadministrasikan dan melaporkan hasil pelayanan BK yang telah dilakukan di dalam forum sebagai evaluasi Setiap tahun guru BK membuat program BK baru, yang disesuaikan dari analisis kebutuhan siswa Pernyataan SS
44. 45.
46. 47. 48.
49.
50. 51.
Proses pemberian layanan konseling memerlukan tahapan-tahapan pelaksanaan Cara pemecahan masalah siswa oleh guru BK tergantung pada jenis dan sifat masalah yang dihadapi siswa Yang bertugas memberi sanksi siswa yang bermasalah adalah pihak kesiswaan Setiap guru memiliki tugas berjaga di lobby sekolah sesuai dengan jadwal piket Guru BK bekerjasama dengan pihak lain (staf atau guru) untuk menangani dan membantu siswa yang dianggap bermasalah Pengawasan terhadap siswa merupakan tanggungjawab bersama seluruh pihak sekolah dan wali murid Menurut saya guru BK sering menganggap remeh keputusan siswa Nasehat tidak boleh diberikan pada siswa,
Alternatif Jawaban S RR TS
STS
99
52.
53.
54.
55. 56.
57.
58. NO
karena siswa akan merasa digurui Guru BK langsung memberikan solusi atas permasalahan yang dialami siswa tanpa mendalaminya Guru bimbingan dan konseling hanya memberikan layanan pada siswa yang datang pada guru BK saja Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling, semua pihak harus berperan aktif Guru BK meminta informasi pada guru bidang studi tentang perkembangan siswa Di awal tahun ajaran, guru BK menyebar angket pada siswa untuk kepentingan analisis kebutuhan siswa Apa yang dilakukan guru BK tidak jelas, karena tidak ada pengadministrasian dan evaluasi Dari tahun ke tahun, program BK tetap sama Pernyataan SS
59. 60.
61.
62. 63.
64. 65. 66.
67.
Tugas guru BK adalah tugas yang mudah Guru BK harus menyelesaikan kasus sampai benar-benar tuntas, walau bukan ranahnya Keberhasilan layanan dapat terlihat langsung setelah pemberian layanan pertama Setiap siswa memiliki pribadi yang unik Cara pemecahan masalah siswa disesuaikan dengan berat ringannya permasalahan yang dihadapi siswa Guru BK bertugas mengawasi siswa yang terlambat dengan berjaga didepan gerbang Guru BK bertugas menggeledah tas siswa Jika terjadi tawuran antar siswa, guru bimbingan dan konseling adalah pihak yang patut disalahkan Keberhasilan konseling ditentukan atas
Alternatif Jawaban S RR TS
STS
100
68.
69.
70.
71.
72.
73. 74. NO
kerjasama antara konselor dan siswa Guru bimbingan dan konseling menerapkan sistem jemput bola, dimana konselor yang berperan aktif mendatangi siswa Guru bidang studi tidak terlibat dalam layanan bimbingan dan konseling karena sudah memiliki tugasnya masing-masing Guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi masalah siswa cukup bekerjasama dengan teman satu profesi saja tanpa melibatkan guru bidang studi maupun wali kelas Guru BK tidak memerlukan angket/ skala psikologis karena hanya menghabiskan dana Guru bimbingan dan konseling didalam melaksanakan layanan menggunakan teoriteori khusus Bimbingan dan konseling membutuhkan keterampilan dan keahlian khusus Guru BK bertugas mensosialisasikan kewajiban siswa sebagai warga sekolah Pernyataan SS
75.
76.
77.
78. 79.
80.
Guru bimbingan dan konseling bertugas menertibkan kelas yang gaduh saat jam pelajaran kosong Guru BK dan guru bidang studi bekerjasama dalam penyelesaian permasalahan siswa Selain tim BK, seluruh staf dan guru di sekolah juga mendukung pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling Guru BK sekolah saling bekerjasama dalam pelaksanaan BK Dalam mengatasi siswa yang bermasalah, yang terpenting adalah menasihati agar siswa tahu hal yang benar Guru BK dapat mengalihtangankan kasus
Alternatif Jawaban S RR TS
STS
101
81.
82. 83.
84. 85. 86. 87. 88. 89. 90.
91.
NO
pada pihak yang lebih ahli Pemberian layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang berkesinambungan Terkadang Masalah yang dihadapi siswa tidak semudah yang terlihat Konselor sekolah mengisi jam mata pelajaran kosong dengan mata pelajaran BK Guru BK tidak perlu memantau permasalahan siswa Layanan yang diberikan guru BK hanya untuk siswa yang akan lulus saja Layanan bimbingan dan konseling lebih diperuntukkan bagi siswa yang bermasalah Guru BK tidak menjalin komunikasi dengan guru bidang studi Pemberian layanan tidak membutuhkan tindak lanjut Layanan BK cukup hanya dengan pemberian layanan dalam format klasikal Cara pemecahan masalah yang diberikan konselor pada setiap siswa sama tanpa melihat kepribadian siswa Masalah yang dimiliki oleh siswa kebanyakan sama, dan ini memudahkan guru BK dalam membantu penyelesaian siswa Pernyataan SS
92.
93. 94.
95.
Guru BK tidak perlu melakukan upaya tindak lanjut dari proses konseling, karena telah dilakukan pemberian nasihat Yang datang ke ruang BK adalah siswasiswa yang bermasalah Guru BK memberikan penilaian terhadap siswa bermasalah berdasarkan nilai akademik yang buruk saja Kemampuan setiap orang dalam menyelesaikan masalah,rata-rata sama
Alternatif Jawaban S RR TS
STS
102
96. 97.
98.
99. 100.
101.
102.
103. 104.
Siswa yang dipanggil ke ruang BK adalah siswa yang bermasalah Guru bimbingan dan konseling mencari informasi siswa yang bermasalah dari guru bidang studi dan wali kelas Cara pemecahan masalah yang diberikan konselor pada setiap siswa sama tanpa melihat jenis dan sifat dari masalah yang dihadapi Antar guru BK kurang bekerjasama dengan baik Dalam pelaksanaan layanan BK, guru bimbingan dan konseling menggunakan pendekatan-pendekatan psikologis sesuai dengan tugas perkembangan siswa Cara pemecahan masalah yang diberikan guru BK pada setiap siswa sama tanpa melihat permasalahan siswa Guru BK mengumpulkan informasi permasalahan siswa melalui berbagai sumber Dalam melakukan layanan BK, guru BK menggunakan pendekatan yang berbeda Guru BK melaksanakan layanan klasikal, Bimbingan kelompok, Konseling kelompok, konseling individu sebagai rangkaian layanan BK -Terima Kasih-
103
Lampiran 4 HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS SKALA PERSEPSI NO ITEM/PERNYATAAN RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 1 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 2 2 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 1 2 4 4 2 4 2 5 4 3 2 4 3 4 4 4 5 1 4 4 5 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4 5 5 4 2 1 5 4 3 4 5 4 4 5 3 5 5 4 6 6 5 2 2 5 5 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 7 7 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 3 5 8 8 5 4 1 5 4 3 4 5 4 4 3 3 5 4 4 9 9 5 2 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 10 10 5 1 1 5 5 1 5 1 5 5 4 4 4 5 4 11 11 5 2 2 5 5 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 12 12 4 1 2 4 4 2 4 2 5 4 4 2 4 4 4 13 13 5 2 2 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 3 4 14 14 5 3 4 5 4 5 3 5 4 4 5 4 5 4 4 15 15 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 3 5 4 5 5 16 16 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 3 5 17 17 4 2 4 5 5 4 5 5 4 4 3 4 4 4 4 18 18 4 1 2 4 4 2 5 5 4 4 4 1 4 2 4 19 19 4 2 2 4 5 2 4 4 4 4 3 1 2 3 4 20 20 5 1 2 4 4 2 5 4 4 5 4 4 2 2 4 ∑X 94 51 59 91 87 70 84 82 88 85 78 66 80 75 83 R XY 0,472018 0,484252 0,610279 0,202284 -0,11714 0,544827 -0,53747 0,043324 0,502914 -0,04143 0,112766 0,503874 0,513284 0,51503 0,228243 R TABEL 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 ∑X2 446 175 215 419 383 276 358 362 392 365 314 242 338 297 347 ∑XY KETERANGAN V V V TV TV V TV TV V TV TV V V V TV σ2 0,21 2,2475 2,0475 0,2475 0,2275 1,55 0,26 1,29 0,24 0,1875 0,49 1,21 0,9 0,7875 0,1275 ∑σ2 64,265 ∑σ2t 856,39 r11 0,933938
NO
104
16 17 18 5 5 4 5 4 2 2 2 2 2 5 4 2 3 2 5 5 2 4 3 4 2 4 2 5 5 2 2 2 1 5 5 2 2 2 2 2 5 2 2 5 4 4 5 4 4 3 4 2 4 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 61 75 51 0,559517 0,463435 0,565022 0,444 0,444 0,444 221 309 149 V
V 1,7475
V 1,3875
19 20 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 89 98 -0,51138 0,496626 0,444 0,444 401 482 TV
0,9475
V 0,2475
no item / pernyataan 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 4 5 5 4 4 5 5 2 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 1 2 4 5 5 5 5 5 5 2 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 2 4 5 1 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 3 4 4 4 4 4 3 2 3 5 3 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 1 1 2 5 2 5 5 4 5 5 4 4 4 5 2 4 5 4 4 5 4 1 2 4 5 5 5 4 4 4 2 2 3 4 4 4 4 4 5 5 4 4 2 4 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 2 5 4 3 5 4 5 4 4 5 2 3 4 4 4 4 2 2 3 4 5 4 4 5 4 4 2 3 2 4 2 5 4 4 4 4 2 2 3 4 1 4 4 5 5 4 2 3 2 3 1 4 5 83 92 90 66 59 65 89 62 88 87 -0,24108 0,578247 0,628756 0,602028 0,519718 0,485148 0,452439 0,478411 0,240861 0,083464 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 349 428 410 246 201 229 403 234 394 383 TV
0,09
V 0,2275
V 0,24
V 0,25
V 1,41
V 1,3475
V 0,8875
V 0,3475
TV 2,09
TV 0,34
0,2275
105
31 32 33 34 35 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 3 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 2 4 3 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 2 4 3 4 4 2 4 4 5 4 2 4 4 5 4 4 4 4 5 3 4 5 4 5 4 4 3 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 2 4 3 4 4 2 3 2 4 4 2 4 3 3 78 70 83 76 90 -0,04233 0,605849 0,699543 0,877674 0,470747 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 308 272 353 298 412 TV
V 0,19
V 1,35
V 0,4275
V 0,46
36 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 83 -0,26257 0,444 349 TV
0,35
NO ITEM/ PERNYATAAN 37 38 39 40 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 3 5 4 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 3 5 4 2 4 5 4 5 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 2 4 4 4 4 3 4 4 1 4 5 4 5 3 89 82 79 76 -0,04774 -0,00114 0,456012 0,449418 0,444 0,444 0,444 0,444 401 338 337 298 TV
0,2275
TV 0,2475
V 0,09
V 1,2475
41 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 87 -0,12072 0,444 383 TV
0,46
42 2 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 88 -0,40177 0,444 398 TV
0,2275
43 44 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 90 88 -0,32121 0,007673 0,444 0,444 410 392 TV
0,54
TV 0,25
45 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 2 5 4 4 2 4 2 3 78 0,59621 0,444 322 V
0,24
0,89
106 NO ITEM/ PERNYATAAN 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 5 4 5 5 5 3 5 4 5 5 5 4 4 5 5 2 5 5 5 5 3 4 5 5 5 4 5 5 5 5 2 4 5 5 5 5 5 4 5 5 3 4 4 4 3 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 3 4 1 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 3 3 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 2 5 5 5 4 4 4 4 5 5 2 5 4 5 4 4 4 4 4 5 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 2 4 4 4 5 2 4 2 4 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 3 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 2 4 4 4 3 2 4 2 4 3 4 4 4 3 2 4 4 5 4 3 2 3 4 4 2 2 4 2 4 1 2 5 4 3 1 3 4 2 3 67 74 88 93 83 71 80 81 86 87 0,452632 0,5896484 0,492857 0,829984 0,735615 0,470852 0,753482 0,176023 0,638 0,651752 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 247 290 394 437 355 279 340 341 398 385 V
V 1,1275
V 0,81
V 0,34
V 0,2275
V 0,5275
V 1,3475
TV 1
V 0,6475
V 1,41
56 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 86 0,02759 0,444 374 TV
0,3275
57 58 59 60 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 2 5 4 4 2 4 4 4 2 5 4 4 2 5 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 1 5 4 4 1 4 4 4 2 4 3 3 2 4 4 4 2 5 4 4 2 5 4 4 2 4 3 3 2 4 4 4 2 4 3 3 2 4 4 4 2 88 77 77 44 0,61103 0,489502 0,489502 0,464899 0,444 0,444 0,444 0,444 392 299 299 116 V
0,21
V 0,24
V 0,1275
V 0,1275
0,96
107 NO ITEM/ PERNYATAAN 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 5 4 5 5 5 4 2 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 2 4 4 5 4 5 5 2 2 4 4 3 4 5 5 4 4 4 3 4 5 4 2 5 4 2 5 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2 2 4 5 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 5 2 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 4 4 4 5 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 5 5 1 1 4 5 5 4 4 3 5 5 5 1 1 4 5 5 4 4 4 5 5 5 2 2 4 4 3 4 5 5 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 2 2 4 4 3 4 5 5 4 4 4 4 2 4 5 2 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 2 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 2 2 3 4 4 4 3 2 3 4 3 2 2 3 5 2 3 3 2 5 88 83 53 55 77 84 62 77 81 74 83 0,52384 0,482768 0,447396 0,286474 0,805638 0,070052 -0,39964 0,581383 0,556024 0,567152 0,160122 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 392 351 167 179 305 360 214 301 333 294 349
61 5 4 3 3 4 3 5 4 4 1 1 3 3 4 4 3 3 4 2 1 64 0,497545 0,444 232 V
V 1,36
V 0,24
V 0,3275
TV 1,3275
V 1,3875
TV 0,4275
TV 0,36
V 1,09
V 0,2275
V 0,2475
TV 1,01
73 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 3 4 4 4 3 4 4 5 83 0,1036 0,444 351 TV
0,2275
74 75 4 5 4 5 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 5 1 5 1 4 2 4 2 4 2 4 4 4 4 4 2 4 3 4 2 4 2 82 59 -0,00114 0,552569 0,444 0,444 338 203 TV
0,3275
V 0,09
1,4475
108
76 77 78 79 80 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 2 4 4 5 4 2 5 4 5 4 2 5 4 4 4 2 4 5 5 5 2 4 5 5 5 1 2 4 4 4 1 2 5 5 4 4 4 4 4 4 2 2 5 5 4 4 4 4 5 4 2 5 4 5 4 2 5 4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 4 4 4 2 2 3 4 4 2 2 87 92 85 50 74 0,690564 0,790991 0,530708 0,551909 0,645482 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 385 428 365 146 302 V
V 0,3275
V 0,24
V 0,1875
V 1,05
81 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 88 0,52384 0,444 392 V
1,41
NO ITEM / PERNYATAAN 82 83 84 85 86 87 88 89 90 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 3 5 5 2 5 5 2 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 5 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 5 1 4 4 4 4 4 4 4 5 1 4 4 5 5 4 4 4 4 3 5 5 2 5 5 2 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 5 5 2 5 5 2 5 4 5 4 4 2 4 4 4 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 2 4 4 3 3 3 2 4 4 4 4 84 66 83 83 60 85 85 73 84 0,37845 0,48759 0,464605 0,464605 0,155971 0,321582 0,487305 0,043469 0,327192 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 356 256 349 349 204 365 365 281 356 TV
0,24
V 0,16
V 1,91
V 0,2275
TV 0,2275
TV 1,2
V 0,1875
TV 0,1875
TV 0,7275
0,16
109 NO ITEM/ PERNYATAAN 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 2 4 4 4 5 4 4 4 5 4 2 4 4 4 5 4 4 4 5 4 2 5 4 5 4 5 4 5 5 5 2 4 4 4 5 4 4 4 4 5 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 5 4 4 5 4 4 5 4 2 4 5 4 5 5 4 4 5 5 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 3 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 2 4 5 4 4 5 4 4 5 5 2 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 2 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 5 5 3 4 4 3 59 83 79 83 85 88 81 82 89 88 -0,0081 0,209103 0,620901 0,209103 0,451485 0,136715 0,46673 0,152086 0,621964 0,519228 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 205 347 321 347 371 392 333 340 401 394 TV
TV 1,5475
V 0,1275
TV 0,4475
V 0,1275
TV 0,4875
V 0,24
TV 0,2475
V 0,19
V 0,2475
101 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 90 0,73127 0,444 410 V
0,34
102 103 104 5 4 5 5 4 5 4 3 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 5 5 3 4 5 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 80 79 85 0,34309 0,069216 0,479413 0,444 0,444 0,444 328 321 365 TV
0,25
TV 0,4
V 0,4475
?Y
(?Y)2
456 207936 451 203401 412 169744 442 195364 388 150544 410 168100 429 184041 388 150544 427 182329 404 163216 414 171396 419 175561 391 152881 440 193600 429 184041 417 173889 390 152100 375 140625 344 118336 356 126736 8182 3364384
65 0,1875
110
Lampiran 5 Kisi-kisi Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman Kinerja Konselor Variabel
Indikator
Deskriptor
No Item +
Kesalahpahaman
Tugas konselor didalam
1. Bimbingan dan konseling
kinerja konselor
Bimbingan dan konseling
merupakan bagian dari
disamakan saja dengan atau
lingkup upaya pendidikan
dipisahkan sama sekali dari
di sekolah
-
1,
3
27,28
2,20
12
43,55,48
29,30
21,22,44
pendidikan Konselor sekolah dianggap sebagai polisi sekolah
1. Konselor sekolah bertugas sebagai eksekutor tata tertib sekolah 2. Konselor adalah polisi sekolah yang menjaga dan mempertahankan disiplin sekolah 3. Konselor sekolah merupakan polisi sekolah yang menjaga dan
111
mempertahankan keamanan sekolah Bimbingan dan konseling
1. Konselor sekolah adalah
yang dilakukan konselor
pihak yang paling tahu
dianggap semata-mata
seperti apa keputusan
sebagai proses pemberian
terbaik bagi siswa
nasihat
9
31,6,32
23
33,56
2. Konselor sekolah perlu melakukan upaya tindak lanjut bagi siswa
Bimbingan dan konseling
1. Layanan diberikan secara
dibatasi hanya untuk klien-
menyeluruh kepada semua
klien tertentu saja
siswa 2. Konselor tidak hanya
13
4,57
24
59
melayani siswa-siswa yang bermasalah saja, karena BK juga bertujuan untuk mengoptimalkan potensi siswa Konselor sekolah didalam
1. Konselor sekolah
7,34,49
25,45
112
melaksanakan pelayanan
membutuhkan bantuan
bimbingan dan konseling
pihak lain
hanya bekerja sendiri
2. Konselor sekolah tidak
35,50,51
46,62
61
47
5,14
8,10,36,37
63
11,38,52
dapat menyelesaikan tugasnya hanya dengan tim BK disekolah saja 3. Informasi yang digunakan konselor tidak hanya dari nilai akademik/raport saja Pekerjaan konselor sekolah
1. Tugas konselor
dapat dilakukan oleh siapa
dilaksanakan secara
saja
profesional 2. Pemberian layanan diberikan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan bimbingan dan konseling
Menganggap hasil pekerjaan konselor harus segera dilihat
1. Konselor mengatasi masalah klien dengan
53
15,16,39
113
prosedur pelaksanaan layanan 2. Keberhasilan konseling
17,54,65
40,58
18,26,41
60
42
64,19
tidak dapat dilihat secara langsung Menyamaratakan cara
1. Cara pemecahan masalah
pemecahan masalah bagi
yang diberikan konselor
semua klien
disesuaikan dengan kepribadian siswa 2. Cara pemecahan masalah yang diberikan konselor disesuaikan dengan permasalahan yang ada
114
Lampiran 6 SKALA PERSEPSI GURU BIDANG STUDI 1. Pengantar Skala ini disusun dan disebarluaskan dalam rangka penelitian yang bertujuan untuk mengetahui Persepsi Guru Bidang Studi. Pernyataanpernyataan dalam skala ini dibuat untuk menggambarkan kondisi-kondisi serta pendapat tentang persepsi/ tanggapan Bapak/ Ibu. Peneliti mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi semua pernyataan yang tersedia. Kesungguhan dan kejujuran Bapak/ Ibu dalam mengisi angket ini merupakan informasi penting dan berharga bagi kebenaran hasil penelitian ini. Segala sesuatu yang ada kaitannya dengan informasi yang Bapak/ Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk bahan penelitian saja. 2. Petunjuk pengisian Isilah identitas diri Bapak/ Ibu. Bacalah daftar pernyataan ini dengan teliti kemudian isilah kolom yang berada disebelah kanan dengan memberi tanda (√) pada pernyataan yang Bapak/ Ibu pilih sesuai dengan kondisi yang dialami ataupun menurut pendapat yang sebenarnya. Ada 5 alternatif jawaban untuk mewakili kondisi /pendapat Bapak/ Ibu yaitu : SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
RR
: Ragu-ragu
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
Contoh No
: Pernyataan
Alternatif Jawaban SS
1.
Bimbingan dan Konseling sangat penting, karena
S √
RR
TS
STS
115
menyangkut perkembangan psikologis siswa. -Selamat Mengerjakan-
Nama
:
Sekolah
: Alternatif Jawaban
No
Pernyataan
1.
Profesi guru Bimbingan dan konseling dibutuhkan di sekolah Guru BK bertugas memotong rambut, memberi point pelanggaran kepada siswa yang menyalahi tata tertib sekolah Seluruh misi sekolah akan dapat tercapai dengan penuh, cukup dengan penyelenggaraan pengajaran (yang baik) Guru bimbingan dan konseling menangani siswa yang bermasalah saja Tugas guru BK harus dilaksanakan oleh guru yang lulusan S1 Bimbingan dan Konseling Pengambilan keputusan pada pemecahan masalah siswa sepenuhnya berada ditangan guru BK, karena walau bagaimanapun siswa masih belum dewasa dan kurang pengalaman hidup Guru bimbingan dan konseling tidak dapat bekerja sendiri Tugas guru BK dapat digantikan oleh guru mata pelajaran sewaktu-waktu Pengambilan keputusan pada pemecahan masalah siswa sepenuhnya berada ditangan siswa sendiri Guru BK haruslah menampilkan pribadi yang sedikit galak agar siswa segan dan tidak melakukan pelanggaran
2.
3.
4. 5.
6.
7. 8. 9.
10.
SS
S
RR
TS
STS
116
11.
12. 13.
No 14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22. 23. 24.
Tugas guru BK adalah tugas yang tidak membutuhkan banyak teori ,yang paling penting action Menjaga kedisiplinan merupakan tugas dari seluruh pihak sekolah Guru bimbingan dan konseling melayanai semua siswa, baik yang bermasalah maupun tidak bermasalah Pernyataan Guru BK haruslah menampilkan sikap yang hangat terhadap siswa agar siswa dapat menyampaikan permasalahannya Siswa yang datang ke guru BK harus segara dapat menyelesaikan permasalahannya dalam sekali konsultasi Pendalaman masalah siswa cukup dilakukan di awal , karena prinsip yang terpenting adalah kesegeraan pengambilan keputusan siswa Hasil bimbingan dan konseling terlihat beberapa hari atau bahkan beberapa tahun kemudian. Cara pemecahan masalah siswa oleh guru BK berbeda-beda, disesuaikan dengan kepribadian masing-masing siswa Jika permasalahan yang dialami sama, maka cara guru BK dalam mengatasinya pun sama Guru bimbingan dan konseling bertugas menerima tamu, dan mengabsen siswa tiap kelas Guru BK merupakan pihak yang selalu mencurigai dan menangkap siswa yang bermasalah Guru BK bertugas menghukum siswa yang nakal Proses layanan bimbingan dan konseling adalah penanganan yang berkelanjutan Layanan bimbingan dan konseling
SS
S
RR
TS
STS
117
25.
26.
27. 28. No 29.
diberikan kesemua siswa baik bermasalah maupun tidak bermasalah Tanpa adanya peran aktif dari guru bidang studi, keefektifan pelayanan bimbingan dan konseling tetaplah sama Cara pemecahan masalah siswa oleh guru BK tergantung pada jenis dan sifat masalah yang dihadapi siswa Yang bertugas memberi sanksi siswa yang bermasalah adalah pihak kesiswaan Setiap guru memiliki tugas berjaga di lobby sekolah sesuai dengan jadwal piket Pernyataan
38.
Guru BK bekerjasama dengan pihak lain (staf atau guru) untuk menangani dan membantu siswa yang dianggap bermasalah Pengawasan terhadap siswa merupakan tanggungjawab bersama seluruh pihak sekolah dan wali murid Menurut saya guru BK sering menganggap remeh keputusan siswa Nasehat tidak boleh diberikan pada siswa, karena siswa akan merasa digurui Guru BK harus langsung memberikan solusi atas permasalahan yang dialami siswa Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling, semua pihak harus berperan aktif Guru BK meminta informasi pada guru bidang studi tentang perkembangan siswa Apa yang dilakukan guru BK tidak jelas, karena tidak ada pengadministrasian dan evaluasi Dari tahun ke tahun, program BK tetap sama Tugas guru BK adalah tugas yang mudah
39.
Guru BK harus menyelesaikan kasus
30.
31. 32. 33.
34.
35. 36.
37.
SS
S
RR
TS
STS
118
40.
41. 42.
43. 44.
No 45.
46.
47.
48.
49.
50.
51. 52.
sampai benar-benar tuntas, walau bukan ranahnya Keberhasilan layanan dapat terlihat langsung setelah pemberian layanan pertama Setiap siswa memiliki pribadi yang unik Cara pemecahan masalah siswa disesuaikan dengan berat ringannya permasalahan yang dihadapi siswa Guru BK bertugas mengawasi siswa yang terlambat dengan berjaga didepan gerbang Jika terjadi tawuran antar siswa, guru bimbingan dan konseling adalah pihak yang patut disalahkan Pernyataan Guru bidang studi tidak terlibat dalam layanan bimbingan dan konseling karena sudah memiliki tugasnya masing-masing Guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi masalah siswa cukup bekerjasama dengan teman satu profesi saja Guru BK tidak perlu menyebar angket/ skala psikologis ke siswa karena hanya menghabiskan dana Guru bimbingan dan konseling bertugas menertibkan kelas yang gaduh saat jam pelajaran kosong Guru BK dan guru bidang studi bekerjasama dalam penyelesaian permasalahan siswa Selain tim BK, seluruh staf dan guru di sekolah juga mendukung pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling Guru BK sekolah saling bekerjasama dalam pelaksanaan BK Dalam mengatasi siswa yang bermasalah, yang terpenting adalah menasihati agar
SS
S
RR
TS
STS
119
53. 54.
55.
56. 57. 58. 59. 60. No 61.
62. 63.
64.
65.
siswa tahu hal yang benar Guru BK dapat mengalihtangankan kasus pada pihak yang lebih ahli Pemberian layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang berkesinambungan Konselor sekolah dapat mengisi jam mata pelajaran kosong dengan mata pelajaran BK Guru BK tidak perlu memantau permasalahan siswa Layanan yang diberikan guru BK hanya untuk siswa yang akan lulus saja Pemberian layanan tidak membutuhkan tindak lanjut Yang datang ke ruang BK adalah siswasiswa yang bermasalah Kemampuan setiap orang dalam menyelesaikan masalah,rata-rata sama Pernyataan Guru bimbingan dan konseling mencari informasi siswa yang bermasalah dari guru bidang studi dan wali kelas Antar guru BK kurang bekerjasama dengan baik Dalam pelaksanaan layanan BK, guru bimbingan dan konseling menggunakan pendekatan-pendekatan psikologis sesuai dengan tugas perkembangan siswa Cara pemecahan masalah yang diberikan guru BK pada setiap siswa sama tanpa melihat permasalahan siswa Guru BK melaksanakan layanan klasikal, Bimbingan kelompok, Konseling kelompok, konseling individu sebagai rangkaian layanan BK -Terima Kasih-
SS
S
RR
TS
STS
120
Lampiran 7 Perhitungan sampel Daftar Populasi Guru Bidang Studi SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga
No
Nama Sekolah
Jumlah Guru
1.
SMA N 1 Purbalingga
65 guru
2.
SMA N 2 Purbalingga
56 guru
3.
SMA N 1 Bukateja
51 guru
4.
SMA N 1 Bobotsari
54 guru
5.
SMA N 1 Karangreja
37 guru
6.
SMA N 1 Kemangkon
28 guru
7.
SMA N 1 Kutasari
25 guru
8.
SMA N 1 Padamara
32 guru
9.
SMA N 1 Rembang
42 guru
10.
SMA N 1 Kejobong
28 guru
Jumlah
418 guru
Jumlah sampel : 25 % x 418 = 104,5 dibulatkan menjadi 104. 104 adalah jumlah sampel yang akan diteliti, selanjutnya berikut perhitungan proporsional samplingnya : 1. SMA N 1 PURBALINGGA dibulatkan menjadi 16
2. SMA N 2 PURBALINGGA
121
dibulatkakan menjadi 14 3. SMA N 1 BUKATEJA dibulatkan menjadi 13
4. SMA N 1 BOBOTSARI dibulatkan menjadi 13
5. SMA N 1 KARANGREJA dibulatkan menjadi 9
6. SMA N 1 KEMANGKON dibulatkan menjadi 7 7. SMA N 1 KUTASARI dibulatkan menjadi 6
8. SMA N 1 PADAMARA dibulatkan menjadi 8
9. SMA N 1 REMBANG dibulatkan menjadi 11
10. SMA N 1 KEJOBONG dibulatkan menjadi 7
122
Lampiran 8 Hasil Analisis Skala Persepsi per Sekolah
SMA N 1 PADAMARA NO
RESPONDEN 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 JUMLAH
1 5 5 5 5 5 5 5 4 39
2 2 4 3 2 3 4 3 2 23
3 1 5 4 4 5 2 5 3 29
4 4 4 2 4 4 3 4 4 29
NO ITEM 5 5 2 2 5 5 5 1 4 29
6 2 5 4 4 4 4 4 3 30
7 4 4 4 5 4 5 5 4 35
8 4 4 2 2 2 4 4 2 24
9 2 4 1 4 2 2 2 3 20
10 5 5 4 4 4 4 5 5 36
123
11 4 1 4 4 4 4 4 4 29
22 4 3 4 3 4 4 3 4 29
12 5 4 4 3 5 4 4 4 33
23 5 5 4 5 4 4 5 4 36
13 3 5 4 5 4 5 4 3 33
24 4 5 4 4 4 4 3 4 32
14 5 5 4 4 4 5 5 4 36
25 5 5 2 4 4 5 4 3 32
15 3 5 4 4 4 4 4 4 32
NO ITEM 16 2 5 3 4 4 4 4 4 30
17 2 5 4 4 2 4 4 3 28
18 4 5 4 5 4 5 4 4 35
19 2 5 4 3 4 4 2 4 28
20 2 4 4 4 4 4 4 3 29
21 3 4 4 2 4 4 4 3 28
26 5 4 3 4 4 5 4 4 33
NO ITEM 27 4 4 2 4 2 5 3 3 27
28 4 2 4 4 4 2 5 2 27
29 3 2 4 4 3 4 3 4 27
30 5 4 4 5 4 5 2 4 33
31 4 2 4 4 4 2 2 4 26
32 5 4 4 4 5 4 5 4 35
124
33 2 5 2 2 2 5 1 2 21
44 4 4 4 4 4 4 4 5 33
34 5 5 4 5 4 5 5 4 37
45 4 4 4 4 4 4 4 4 32
35 4 5 4 5 4 5 5 4 36
46 4 5 4 4 4 4 4 4 33
36 3 4 4 4 5 4 5 5 34
47 4 5 4 4 4 4 4 4 33
37 5 2 4 3 4 2 5 3 28
NO ITEM 38 5 4 4 4 4 4 5 4 34
39 2 4 2 3 3 4 2 2 22
40 2 5 4 4 4 5 4 3 31
41 4 5 4 5 4 5 4 5 36
42 4 4 4 5 4 4 4 4 33
43 1 5 4 4 2 5 1 4 26
48 5 2 2 2 3 2 2 3 21
NO ITEM 49 4 4 4 5 4 4 4 4 33
50 5 4 4 5 4 5 4 4 35
51 5 4 4 5 4 5 4 5 36
52 2 1 4 2 4 1 2 2 18
53 2 5 2 4 2 5 5 3 28
54 5 5 4 5 3 5 5 4 36
125
55 2 1 2 1 2 1 1 1 11
56 5 5 4 4 5 5 5 4 37
57 4 5 4 4 5 4 4 5 35
58 5 5 4 4 4 5 5 4 36
59 4 5 4 4 4 4 4 4 33
NO ITEM 60 4 5 4 4 4 5 4 3 33
61 4 5 4 4 4 5 4 5 35
62 4 5 4 4 5 4 4 4 34
63 5 5 4 4 5 5 5 4 37
64 4 5 4 4 5 4 5 4 35
65 5 5 4 4 4 5 5 4 36
126
SMA N 1 KEMANGKON NO
RESPONDEN 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 JUMLAH
11 4 4 2 2 3 4 2 21
1 5 5 5 4 5 4 5 33
12 5 5 5 5 5 5 5 35
2 2 2 3 4 5 2 2 20
13 4 3 4 4 4 4 4 27
3 4 4 4 4 5 2 1 24
14 5 4 4 4 4 4 4 29
4 4 3 3 3 3 2 4 22
15 4 4 2 4 3 4 4 25
NO ITEM 16 4 4 4 4 3 4 4 27
NO ITEM 5 5 4 2 4 2 4 4 25
17 2 4 2 4 3 2 1 18
6 4 4 4 4 4 2 4 26
7 5 4 5 4 4 5 4 31
18 5 4 5 4 5 4 4 31
8 4 3 4 5 3 2 2 23
19 1 4 2 2 4 3 4 20
9 2 2 2 2 2 5 5 20
20 4 4 4 3 4 2 4 25
10 4 4 2 3 4 5 1 23
21 4 4 4 4 5 5 5 31
127
22 4 2 4 4 5 4 5 28
33 1 2 2 2 4 2 1 14
23 5 5 5 5 4 4 5 33
34 5 4 4 4 4 4 5 30
24 4 5 4 4 5 4 4 30
35 5 4 4 4 3 5 5 30
25 4 2 4 2 4 4 5 25
36 4 4 4 5 4 5 4 30
26 5 4 4 5 4 4 5 31
NO ITEM 27 4 4 4 4 3 4 4 27
28 5 4 4 4 3 4 4 28
29 5 5 4 4 4 5 5 32
30 5 5 4 5 4 5 5 33
31 4 4 4 4 4 4 4 28
32 4 4 4 3 4 5 5 29
37 3 3 2 4 3 4 4 23
NO ITEM 38 3 4 3 4 3 4 5 26
39 4 4 4 2 4 4 3 25
40 4 4 3 2 4 4 4 25
41 5 4 4 4 4 4 5 30
42 5 4 4 4 5 4 4 30
43 4 2 4 2 5 1 1 19
128
44 4 4 4 4 4 4 4 28
55 1 2 2 2 3 4 4 18
45 4 4 2 4 3 4 5 26
56 4 4 4 4 5 4 4 29
46 4 4 4 4 4 4 5 29
57 4 4 4 4 4 4 3 27
47 4 4 4 4 3 4 5 28
58 4 4 4 5 4 4 4 29
48 4 4 3 2 3 2 2 20
NO ITEM 49 5 4 4 4 4 4 5 30
50 5 4 4 4 4 4 4 29
51 5 4 4 4 4 4 3 28
52 2 2 2 2 3 2 2 15
53 4 4 4 2 3 4 4 25
54 5 4 4 4 4 4 4 29
59 3 4 3 4 3 4 4 25
NO ITEM 60 4 4 4 4 4 4 4 28
61 5 4 4 4 4 4 5 30
62 5 4 4 4 3 4 4 28
63 5 4 4 4 3 4 4 28
64 4 4 4 5 3 4 4 28
65 5 4 4 4 3 4 5 29
129
SMA N 1 BUKATEJA NO
RESPONDEN 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 13 13 JUMLAH
1 5 5 5 4 5 5 5 5 4 3 4 4 3 57
2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 3 28
3 4 2 4 1 4 4 4 4 4 4 2 3 3 43
4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 49
NO ITEM 5 2 5 2 5 4 4 4 4 4 4 2 4 3 47
6 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 54
7 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 54
8 2 1 2 3 2 4 4 3 2 4 2 3 4 36
9 2 2 2 3 2 3 4 2 2 4 2 4 3 35
10 4 4 4 4 3 3 4 5 4 2 4 4 5 50
130
11 4 4 4 1 2 3 5 4 4 4 3 5 3 46
12 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 60
13 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 56
14 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 59
15 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 4 4 3 52
NO ITEM 16 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 2 3 4 49
17 4 4 4 3 2 4 5 5 4 2 4 4 4 49
18 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 53
19 4 4 4 3 3 3 1 4 4 4 3 3 4 44
20 4 4 4 4 4 3 2 3 2 4 4 3 4 45
21 5 4 5 4 4 3 2 5 4 2 4 3 4 49
131
22 4 4 4 2 4 3 2 4 2 3 4 3 4 43
23 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 59
24 4 3 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 54
25 4 4 4 3 4 1 5 4 4 3 4 5 4 49
26 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 55
NO ITEM 27 2 4 2 3 4 4 1 3 4 4 4 4 4 43
28 2 5 2 4 5 3 5 4 4 4 4 4 4 50
29 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 58
30 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 60
31 4 4 4 3 4 3 2 3 4 4 4 3 4 46
32 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 54
132
33 4 1 4 2 3 1 1 5 2 4 4 4 3 38
34 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 57
35 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 55
36 4 5 4 4 4 4 1 3 4 4 4 3 4 48
37 4 4 4 3 4 3 1 3 4 4 4 3 4 45
NO ITEM 38 4 5 4 4 4 4 1 5 4 4 4 4 4 51
39 4 1 4 4 4 2 1 2 2 3 4 2 3 36
40 4 2 4 3 3 3 1 5 4 4 4 4 5 46
41 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 57
42 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 55
43 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 4 4 4 32
133
44 4 5 4 4 4 4 1 5 4 4 4 4 4 51
45 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
46 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 52
47 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 52
48 4 2 4 1 2 3 5 3 2 2 4 3 3 38
NO ITEM 49 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 55
50 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 56
51 4 4 4 5 3 4 4 4 5 4 4 4 4 53
52 4 2 4 4 2 3 1 4 2 4 4 3 3 40
53 4 1 4 4 2 3 5 4 4 4 2 3 4 44
54 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 58
134
55 2 4 2 2 2 1 1 4 2 3 2 2 3 30
56 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 56
57 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 52
58 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 58
59 4 5 4 4 2 4 5 4 4 4 4 5 4 53
NO ITEM 60 4 5 4 3 2 2 5 4 4 4 4 4 4 49
61 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 56
62 4 4 4 5 4 4 1 4 4 4 4 4 4 50
63 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 56
64 4 5 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 53
65 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 57
135
SMA N 1 PURBALINGGA NO
RESPONDEN 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15 16 16 JUMLAH
1 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 73
2 1 3 4 4 2 4 2 4 4 3 2 2 4 1 4 3 47
3 4 1 3 4 3 4 3 4 3 4 2 2 4 2 4 3 50
4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 2 4 1 3 4 3 57
NO ITEM 5 5 5 4 4 2 4 4 4 4 5 2 5 5 5 4 4 66
6 4 3 4 2 3 4 4 3 3 3 4 2 4 4 4 4 55
7 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 71
8 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 2 4 2 2 4 3 53
9 2 3 2 4 5 4 2 3 3 4 2 2 2 4 2 2 46
10 1 4 4 5 4 4 4 4 5 4 2 4 2 5 4 4 60
136
11 4 3 4 5 3 2 3 3 4 3 2 3 4 2 4 3 52
12 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 75
13 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 68
14 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 70
15 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 2 4 3 57
NO ITEM 16 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 2 4 4 2 4 4 56
17 2 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2 4 3 5 4 3 54
18 5 4 4 4 4 5 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 64
19 1 4 3 2 3 4 3 3 4 3 2 1 4 4 3 3 47
20 4 3 5 5 4 4 4 4 5 4 2 4 4 2 4 3 61
21 4 4 4 5 4 4 2 4 3 4 4 4 4 5 4 5 64
137
22 1 4 4 5 3 4 2 4 4 3 2 4 4 5 4 4 57
23 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 70
24 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 67
25 4 2 3 4 2 2 2 3 3 2 2 4 4 2 4 4 47
26 5 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 66
NO ITEM 27 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 2 4 5 4 4 4 57
28 5 4 5 4 4 3 4 4 5 5 4 4 5 3 4 4 67
29 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 72
30 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 73
31 4 4 4 4 4 4 5 3 4 5 4 4 3 4 4 4 64
32 4 4 2 5 3 2 5 3 3 4 4 4 4 4 4 5 60
138
33 2 4 4 2 3 2 2 3 3 2 2 2 4 2 4 3 44
34 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 2 4 4 4 65
35 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 66
36 3 3 4 4 4 4 5 3 4 3 4 4 4 2 4 3 58
37 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 2 3 2 4 3 53
NO ITEM 38 3 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 66
39 3 3 4 4 3 4 2 3 4 3 2 4 3 2 4 3 51
40 3 2 2 4 3 3 4 3 3 3 2 2 2 1 4 3 44
41 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 69
42 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 66
43 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 2 1 3 2 2 2 43
139
44 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 64
45 4 3 4 4 4 2 3 4 4 3 4 4 4 2 4 3 56
46 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 4 4 58
47 3 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 2 4 2 4 3 55
48 2 3 3 4 4 4 3 2 4 3 2 2 2 5 4 3 50
NO ITEM 49 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 65
50 5 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 67
51 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 67
52 1 2 4 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 35
53 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 60
54 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 67
140
55 1 4 2 2 3 1 2 2 3 2 2 1 2 1 2 3 33
56 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 69
57 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 66
58 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 68
59 4 4 5 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 3 4 3 63
NO ITEM 60 3 4 5 4 3 4 4 3 4 3 4 2 4 5 4 4 60
61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 65
62 3 4 3 4 4 4 5 3 3 4 4 4 4 2 4 3 58
63 4 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 69
64 4 4 4 5 4 4 4 3 5 4 4 5 4 4 4 4 66
65 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 66
141
SMA N 2 PURBALINGGA NO
RESPONDEN 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 13 13 14 14 JUMLAH
1 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 63
2 4 2 4 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 2 43
3 2 4 5 4 2 2 5 4 5 4 2 4 2 2 47
4 4 4 5 1 4 5 1 4 4 4 4 4 4 4 52
NO ITEM 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 54
6 4 5 4 3 4 4 3 5 4 4 2 2 4 4 52
7 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 5 5 4 4 59
8 3 4 2 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 49
9 1 4 1 2 2 2 4 2 1 1 4 4 2 4 34
10 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 55
142
11 3 4 4 1 4 1 4 3 4 4 3 2 4 4 45
12 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 64
13 4 5 4 5 4 3 5 4 4 4 4 4 5 4 59
14 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 65
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 55
NO ITEM 16 5 4 4 2 4 3 4 4 5 4 5 4 4 2 54
17 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 53
18 4 4 1 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 56
19 2 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 49
20 3 4 5 4 4 3 5 5 4 4 4 4 4 4 57
21 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 56
143
22 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 60
23 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 61
24 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 59
25 4 2 4 3 4 3 4 4 2 3 2 4 2 4 45
26 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 59
NO ITEM 27 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 53
28 3 4 4 4 2 3 3 4 4 4 3 4 4 4 50
29 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 60
30 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 62
31 2 4 5 3 4 3 2 5 4 3 3 4 4 4 50
32 3 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 58
144
33 2 2 1 3 2 1 3 2 2 3 3 2 3 4 33
34 3 4 5 4 4 5 4 4 4 3 2 5 4 4 55
35 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 57
36 3 5 4 4 4 4 4 4 5 3 4 5 4 4 57
37 2 4 5 3 3 2 3 4 3 5 3 4 4 4 49
NO ITEM 38 3 5 4 4 3 5 4 3 3 4 4 4 4 4 54
39 4 4 2 2 4 2 2 3 4 4 4 2 4 4 45
40 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 52
41 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 60
42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
43 3 5 4 3 4 4 3 3 4 4 2 2 4 4 49
145
44 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 60
45 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 52
46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56
47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 55
48 2 4 4 4 4 4 3 2 4 4 3 2 4 4 48
NO ITEM 49 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 59
50 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 59
51 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 60
52 3 2 2 4 2 4 3 2 2 2 2 2 4 4 38
53 4 2 4 2 4 3 2 2 4 4 3 4 2 2 42
54 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 61
146
55 2 2 1 1 2 3 2 2 1 2 4 2 2 2 28
56 5 4 5 4 4 5 5 4 4 3 4 4 4 4 59
57 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 57
58 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 3 5 5 4 59
59 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 54
NO ITEM 60 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 2 4 4 55
61 3 4 5 4 3 5 5 4 3 4 4 4 4 4 56
62 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4 3 5 5 4 58
63 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 60
64 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 55
65 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 3 5 4 4 58
147
SMA N 1 KEJOBONG NO
RESPONDEN 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 JUMLAH
11 5 2 3 4 2 5 2 23
1 5 4 4 4 5 5 5 32
12 3 2 5 3 4 4 3 24
2 2 3 2 1 2 3 4 17
13 4 4 5 4 4 3 4 28
3 4 1 2 3 4 1 1 16
14 5 4 4 5 4 5 5 32
4 5 4 4 4 4 5 5 31
15 4 3 3 4 3 4 2 23
NO ITEM 16 5 4 3 4 3 4 4 27
NO ITEM 5 2 4 4 4 4 4 4 26
17 1 4 4 4 4 3 2 22
6 4 5 4 3 3 4 4 27
7 5 4 4 4 4 4 4 29
18 4 4 4 4 4 4 4 28
8 2 2 4 4 3 2 4 21
19 4 4 2 4 2 4 4 24
9 2 4 2 2 3 2 2 17
20 4 4 3 1 2 4 3 21
10 5 4 4 4 4 5 4 30
21 5 4 4 4 3 4 4 28
148
22 4 4 2 4 3 4 3 24
33 2 3 2 1 1 2 2 13
23 4 4 4 5 4 4 4 29
34 4 4 4 4 5 5 2 28
24 4 4 4 4 3 4 5 28
35 4 4 4 4 4 4 4 28
25 2 4 3 4 3 2 4 22
36 5 3 4 2 5 4 2 25
26 5 4 4 4 5 4 4 30
NO ITEM 27 2 3 3 4 4 2 2 20
28 4 3 4 2 4 4 3 24
29 4 4 3 4 3 4 3 25
30 4 4 4 4 4 4 4 28
31 2 3 4 4 3 4 5 25
32 4 3 3 4 5 5 4 28
37 5 3 4 4 2 5 5 28
NO ITEM 38 5 3 3 4 3 4 4 26
39 4 3 4 2 2 5 4 24
40 2 4 2 2 2 4 2 18
41 4 4 4 4 4 4 4 28
42 4 4 4 4 5 4 4 29
43 5 3 3 2 2 4 4 23
149
44 5 3 4 4 4 4 4 28
55 2 2 3 4 2 2 2 17
45 5 3 4 4 3 5 4 28
56 5 4 4 4 5 5 4 31
46 5 4 4 4 3 4 4 28
57 4 4 4 4 3 4 4 27
47 5 3 2 4 4 5 4 27
58 5 4 4 4 5 5 4 31
48 5 3 2 2 2 2 5 21
NO ITEM 49 5 4 4 4 4 4 4 29
50 5 4 4 4 4 4 4 29
51 4 4 4 4 4 4 4 28
52 2 2 2 2 3 2 4 17
53 4 4 4 4 4 2 4 26
54 4 4 4 4 5 4 4 29
59 4 4 4 4 5 4 4 29
NO ITEM 60 4 4 4 4 5 5 4 30
61 5 4 4 4 5 4 2 28
62 5 3 3 4 5 4 5 29
63 4 4 4 4 4 5 4 29
64 5 4 4 4 3 5 4 29
65 5 4 4 4 3 4 4 28
150
SMA N 1 REMBANG
NO
RESPONDEN 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 JUMLAH
1 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 51
2 1 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 38
3 4 4 4 4 4 5 5 4 2 2 3 41
4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 37
NO ITEM 5 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 40
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 45
7 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 47
8 4 4 4 4 3 4 4 2 2 5 3 39
9 4 5 4 4 4 1 1 2 4 1 2 32
10 2 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 44
151
11 2 3 4 4 2 4 4 4 2 4 4 37
12 5 4 3 5 3 4 4 5 4 4 4 45
13 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 47
14 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 50
15 4 2 4 4 3 4 4 3 2 4 3 37
NO ITEM 16 4 2 4 4 4 4 4 2 2 4 3 37
17 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 3 39
18 4 2 4 4 5 4 4 4 4 4 4 43
19 4 2 4 4 2 4 4 3 4 2 3 36
20 4 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 35
21 4 3 4 4 4 2 4 3 4 4 4 40
22 2 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 40
23 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 47
24 4 4 4 4 5 4 4 4 5 2 4 44
25 2 4 2 2 4 2 2 2 2 5 3 30
26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
NO ITEM 27 2 4 2 2 3 2 2 4 2 4 3 30
28 2 4 3 2 4 4 4 3 4 4 3 37
29 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 48
30 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 50
31 2 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 38
32 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 41
152
33 2 2 4 2 2 4 4 2 4 3 3 32
34 4 4 4 4 5 5 5 4 5 3 4 47
35 4 4 4 2 5 4 4 4 4 4 4 43
36 4 4 3 3 2 2 2 4 4 2 3 33
37 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 42
NO ITEM 38 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 42
39 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 40
40 4 4 3 4 2 4 4 3 2 2 3 35
41 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 47
42 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 44
43 2 1 4 4 2 2 2 2 4 1 3 27
44 4 3 4 3 4 3 4 4 4 2 2 37
45 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 41
46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
47 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 43
48 2 2 3 1 3 2 2 2 4 3 3 27
NO ITEM 49 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 45
50 5 5 3 4 4 5 4 4 4 4 4 46
51 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 47
52 2 3 3 3 3 3 4 1 2 3 3 30
53 2 4 3 3 5 2 2 4 4 3 3 35
54 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 45
153
55 4 1 2 2 1 2 2 2 2 4 3 25
56 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 45
57 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
58 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44
59 2 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 39
NO ITEM 60 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 45
61 5 4 3 4 4 4 4 3 4 5 3 43
62 2 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 38
63 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 44
64 4 4 4 4 5 4 4 4 4 1 4 42
65 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 48
154
SMA N 1 BOBOTSARI
NO
RESPONDEN 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11 12 12 13 13 JUMLAH
1 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 58
2 2 1 2 2 4 3 5 4 2 2 3 3 3 36
3 4 2 4 4 4 3 5 4 1 4 3 3 4 45
4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 51
NO ITEM 5 2 5 5 3 5 5 5 4 5 4 4 3 3 53
6 4 2 4 5 4 4 5 4 2 4 3 3 4 48
7 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 54
8 2 2 4 2 4 4 5 4 4 2 2 2 3 40
9 2 2 2 2 1 1 1 2 3 2 3 2 2 25
10 4 2 4 4 2 2 5 4 4 4 5 5 3 48
155
11 4 2 2 3 3 3 5 4 4 4 4 4 3 45
12 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 63
13 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 55
14 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 60
15 4 4 4 3 3 4 5 2 3 4 4 5 3 48
NO ITEM 16 4 4 4 3 3 4 5 4 2 4 4 4 4 49
17 2 4 4 3 4 4 5 4 3 3 3 3 3 45
18 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 54
19 4 2 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 47
20 4 2 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 44
21 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 3 3 3 49
156
22 4 2 4 2 2 2 5 4 4 4 4 4 3 44
23 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 53
24 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 52
25 2 2 3 4 4 3 5 2 2 4 3 4 3 41
26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
NO ITEM 27 2 4 4 3 4 4 5 4 4 2 3 3 3 45
28 2 4 3 4 4 4 5 4 4 4 2 2 3 45
29 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 59
30 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 64
31 4 4 4 4 4 3 5 4 3 4 4 3 4 50
32 4 4 4 5 4 3 5 4 4 4 4 4 3 52
157
33 4 2 4 3 2 2 1 2 2 3 2 2 2 31
34 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 55
35 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 53
36 4 4 4 4 4 3 5 4 2 4 5 5 4 52
37 4 4 4 3 4 3 5 4 3 4 3 3 3 47
NO ITEM 38 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 52
39 4 2 3 3 3 3 5 3 4 4 2 2 2 40
40 4 2 4 2 4 3 1 3 3 4 3 3 3 39
41 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 58
42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
43 4 1 4 2 2 2 5 4 3 4 4 5 4 44
158
44 4 4 4 5 3 2 5 4 4 4 5 5 5 54
45 4 4 3 3 4 4 5 3 4 4 4 4 4 50
46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
47 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4 4 4 3 50
48 4 2 3 2 3 3 5 4 4 4 3 3 3 43
NO ITEM 49 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 53
50 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 54
51 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 54
52 4 2 2 2 4 4 1 2 2 2 2 3 3 33
53 2 3 4 4 3 3 5 4 4 4 3 3 3 45
54 5 2 5 4 4 3 5 4 4 4 4 4 3 51
159
55 4 2 4 3 4 4 1 2 2 2 1 2 2 33
56 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 53
57 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52
58 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 53
59 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 52
NO ITEM 60 4 2 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 3 48
61 2 4 3 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 51
62 4 2 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 51
63 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 56
64 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 54
65 3 4 4 3 4 4 5 5 5 4 4 5 4 54
160
SMA N 1 KUTASARI
NO
RESPONDEN 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 JUMLAH
11 3 2 4 4 2 4 19
1 4 4 4 5 4 5 26
12 4 4 4 5 4 5 26
2 4 4 5 4 4 5 26
13 5 4 4 5 4 5 27
3 2 4 2 4 4 4 20
14 5 5 4 5 4 4 27
4 4 2 4 4 3 4 21
15 3 4 3 4 4 4 22
NO ITEM 16 4 2 3 4 4 4 21
NO ITEM 5 4 4 2 5 4 2 21
17 2 4 3 4 4 4 21
6 4 4 5 4 4 5 26
7 4 4 4 4 4 4 24
18 4 4 2 5 4 4 23
8 4 4 2 4 4 2 20
19 3 4 4 2 4 3 20
9 2 2 1 2 2 4 13
20 4 4 4 4 4 4 24
10 4 4 4 4 4 2 22
21 4 4 5 4 4 4 25
161
22 4 4 5 4 4 4 25
23 4 4 4 5 4 4 25
24 4 4 4 5 4 4 25
25 3 2 4 1 4 4 18
26 4 4 5 4 4 4 25
NO ITEM 27 2 2 1 4 4 4 17
28 4 4 1 5 2 5 21
29 4 4 5 5 4 4 26
30 4 4 4 5 4 4 25
31 4 4 4 4 4 4 24
32 4 4 5 4 4 4 25
33 2 2 4 2 2 4 16
34 4 4 5 5 4 4 26
35 4 4 4 5 4 4 25
36 4 4 5 5 4 4 26
37 4 4 4 4 4 4 24
NO ITEM 38 4 4 4 4 4 4 24
39 4 3 4 3 4 4 22
40 3 2 4 3 4 4 20
41 4 4 4 5 4 4 25
42 4 4 4 5 4 4 25
43 4 4 3 4 4 4 23
48 3 2 4 3 4 4 20
NO ITEM 49 4 4 2 5 4 3 22
50 4 4 4 5 4 4 25
51 4 4 4 5 4 4 25
52 2 2 4 1 4 4 17
53 2 4 4 2 4 2 18
54 4 4 4 5 4 4 25
44 4 4 4 4 4 4 24
45 3 4 3 4 4 4 22
46 4 4 4 4 4 4 24
47 4 4 4 4 4 4 24
162
55 3 2 4 1 4 2 16
56 4 4 4 5 4 4 25
57 4 4 4 5 4 4 25
58 4 4 4 5 4 4 25
59 4 4 4 4 4 4 24
NO ITEM 60 3 4 4 3 2 4 20
61 4 4 4 4 4 4 24
62 4 4 4 5 4 4 25
63 4 4 4 5 4 4 25
64 4 4 4 5 4 4 25
65 4 4 4 5 4 4 25
SMA N 1 KARANGREJA NO
RESPONDEN 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 JUMLAH
1 5 4 4 5 5 5 5 4 5 42
2 4 3 3 4 3 4 2 3 4 30
3 5 4 4 1 5 3 4 3 5 34
4 5 2 4 3 4 4 4 3 4 33
NO ITEM 5 4 4 3 2 5 2 5 3 1 29
6 2 2 4 4 4 4 2 2 1 25
7 5 4 4 4 5 4 4 4 4 38
8 3 2 3 5 2 2 2 3 2 24
9 4 2 2 2 2 3 2 4 4 25
10 1 4 4 1 4 4 4 4 4 30
163
11 5 4 4 3 4 4 2 4 4 34
12 5 5 4 4 5 4 4 4 5 40
13 5 4 4 4 4 4 5 4 4 38
14 5 4 4 3 5 4 5 4 5 39
15 5 4 4 4 4 4 1 4 4 34
NO ITEM 16 5 4 4 4 2 4 4 4 4 35
17 5 2 4 5 4 3 4 2 4 33
18 5 4 4 4 4 4 4 4 4 37
19 4 4 3 4 3 4 2 4 3 31
20 4 4 2 2 3 4 2 4 3 28
21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36
22 4 4 4 4 4 4 4 4 5 37
23 5 4 4 5 5 4 5 4 5 41
24 4 4 4 4 4 3 4 4 5 36
25 5 4 4 2 1 4 1 4 4 29
26 5 4 4 4 4 4 5 4 5 39
NO ITEM 27 4 3 4 2 4 3 3 2 4 29
28 4 2 2 3 4 2 3 4 3 27
29 5 5 4 4 4 4 5 4 4 39
30 5 4 5 4 4 4 5 4 4 39
31 5 4 3 3 4 4 4 3 4 34
32 4 5 4 4 4 4 4 4 5 38
164
33 1 2 3 4 4 4 2 3 2 25
34 5 4 4 5 4 4 5 4 5 40
35 5 4 4 4 4 4 4 4 5 38
36 1 5 3 4 4 4 2 2 4 29
37 4 4 2 3 4 3 4 4 1 29
NO ITEM 38 5 4 4 3 4 4 4 4 4 36
39 1 2 3 3 2 3 2 2 4 22
40 1 4 4 3 2 3 2 4 3 26
41 5 2 4 4 5 4 5 4 5 38
42 5 4 4 5 4 4 5 4 4 39
43 5 2 4 3 2 4 2 2 5 29
44 4 3 3 3 4 2 3 2 3 27
45 5 4 2 4 4 3 2 4 5 33
46 5 4 4 4 4 3 4 4 4 36
47 5 4 4 4 2 4 4 4 5 36
48 4 4 2 4 3 4 2 2 1 26
NO ITEM 49 5 4 4 4 4 4 4 4 4 37
50 5 4 4 5 4 4 5 2 4 37
51 5 4 4 4 4 4 5 4 4 38
52 2 4 2 3 1 3 2 2 3 22
53 5 2 4 3 4 4 4 4 4 34
54 5 4 4 4 4 4 5 4 4 38
165
55 2 2 2 2 2 3 2 2 2 19
56 5 4 4 3 4 4 4 4 4 36
57 5 4 4 4 4 4 4 4 4 37
58 5 4 4 4 4 4 4 4 4 37
59 5 4 4 4 5 4 4 4 4 38
NO ITEM 60 5 4 4 4 4 4 4 4 4 37
61 2 4 4 4 4 4 4 4 5 35
62 1 4 4 3 4 3 4 4 4 31
63 5 4 4 4 4 4 4 4 4 37
64 5 4 3 3 4 4 4 4 5 36
65 5 2 4 5 4 3 4 4 5 36
166
Lampiran 9 HASIL ANALISIS PERSEPSI GURU BIDANG STUDI DI SMA NEGERI SEKABUPATEN PURBALINGGA
SEKOLAH
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 29 21 46 52 45 23 37 45 19 34
SMA N 1 PADAMARA SMA N 1 KEMANGKON SMA N 1 BUKATEJA SMA N 1 PURBALINGGA SMA N 2 PURBALINGGA SMA N 1 KEJOBONG SMA N 1 REMBANG SMA N 1 BOBOTSARI SMA N 1 KUTASARI SMA N 1 KARANGREJA
12 33 35 60 75 64 24 45 63 26 40
13 33 27 56 68 59 28 47 55 27 38
CODE
1 39 33 57 73 63 32 51 58 26 42
A B C D E F G H I J
14 36 29 59 70 65 32 50 60 27 39
15 32 25 52 57 55 23 37 48 22 34
16 30 27 49 56 54 27 37 49 21 35
2 23 20 28 47 43 17 38 36 26 30
17 28 18 49 54 53 22 39 45 21 33
3 29 24 43 50 47 16 41 45 20 34 NO ITEM 18 35 31 53 64 56 28 43 54 23 37
4 29 22 49 57 52 31 37 51 21 33
19 28 20 44 47 49 24 36 44 20 31
NO ITEM 5 29 25 47 66 54 26 40 53 21 29
20 29 25 45 61 57 21 35 44 24 28
6 30 26 54 55 52 27 45 48 26 25
21 28 31 49 64 56 28 40 49 25 36
7 35 31 54 71 59 29 47 54 24 38
22 29 28 43 57 60 24 40 44 25 37
8 24 23 36 53 49 21 39 40 20 24
9 20 20 35 46 34 17 32 25 13 25
10 36 23 50 60 55 30 44 48 22 30
23 36 33 59 70 61 29 47 53 25 41
24 32 30 54 67 59 28 44 52 25 36
25 32 25 49 47 45 22 30 41 18 29
167
26 33 31 55 66 59 30 44 52 25 39
27 27 27 43 56 53 20 30 45 17 29
28 27 28 50 67 50 24 37 45 21 27
29 27 32 58 72 60 25 48 59 26 39
30 33 33 60 73 62 28 50 64 25 39
31 26 28 46 64 50 25 38 50 24 34
32 35 29 54 60 58 28 41 52 25 38
NO ITEM 33 21 14 38 44 33 13 32 31 16 25
41 36 30 57 69 60 28 47 58 25 38
42 33 30 55 66 56 29 44 52 25 39
43 26 19 32 43 49 23 27 44 23 29
44 33 28 51 64 60 28 37 54 24 27
45 32 26 52 56 52 27 41 50 22 33
46 33 29 52 58 56 29 44 52 24 36
47 33 28 52 55 55 27 43 50 24 36
NO ITEM 48 21 20 38 50 48 21 27 43 20 26
34 37 30 57 65 55 28 47 55 26 40
35 36 30 55 66 57 28 43 53 25 38
36 34 30 48 58 57 25 33 52 26 29
37 28 23 45 53 49 28 42 47 24 29
38 34 26 51 66 54 26 42 52 24 36
39 22 25 36 51 45 24 40 40 22 22
40 31 25 46 44 52 18 35 39 20 26
49 33 30 55 65 59 29 45 53 22 37
50 35 29 56 67 59 29 46 54 25 37
51 36 28 53 67 60 28 47 54 25 38
52 18 15 40 35 38 17 30 33 17 22
53 28 25 44 60 42 26 35 45 18 34
54 36 29 58 67 61 29 45 51 25 38
55 11 18 30 33 28 17 25 33 16 19
168
56 37 29 56 69 59 31 45 53 25 36
57 35 27 52 66 57 27 44 52 25 37
58 36 29 58 68 59 31 44 53 25 37
59 33 25 53 63 54 29 39 52 24 38
NO ITEM 60 33 28 49 60 55 30 45 48 20 37
61 35 30 56 65 56 28 43 51 24 35
62 34 28 50 58 58 29 38 51 25 31
63 37 28 56 69 60 29 44 56 25 37
64 35 28 53 66 55 29 42 54 25 36
65 36 29 57 66 58 28 48 54 25 36
169
HASIL ANALISIS SKALA PSIKOLOGIS PER INDIKATOR
Indikator 1 2 3 4 5 6 7 8
No Item 1, 3 2, 12, 20, 21,22,27,28,29,30,43,44.48,55 6, 9,23, 31,32,33,56 4, 13, 24, 57,59 7, 25,34,35,45,46,47,49,50,51,61,62 5,8,10,11,14,36,37,38,52,63 15,16,17,39,40,53,54,58,65 18,19,26,41,42,60,64
Jumlah 823 4836 2183 2079 4984 3812 3468 2906
Jml item 2 13 7 5 12 10 9 7
Skor Ideal 520 520 520 520 520 520 520 520
1040 6760 3640 2600 6240 5200 4680 3640
(%) 79,13462 71,53846 59,97253 79,96154 79,87179 73,30769 74,10256 79,83516
170
Lampiran 10 Pedoman Wawancara Data Awal dengan Konselor
Kisi-kisi intrumen Pendoman wawancara awal dengan konselor No Prosedur Variable 1 Tujuan Mengetahui pelaksanaan dan hambatan yang dialami konselor dalam pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling kaitannya dengan kerjasama dengan guru bidang studi 2 Focus Hambatan yang dialami konselor kaitannya dengan hubungan dengan guru bidang studi 3 Penjelasan 1. Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan dari studi Konseling di sekolah pustaka 2. Kolaborasi antara konselor sekolah dengan guru bidang studi a) Peran guru bidang studi dalam BK b) Kesalahpahaman terhadap Bimbingan dan Konseling
No Item
PANDUAN WAWANCARA 1. Tujuan Wawancara: Mengetahui pelaksanaan dan hambatan yang dialami konselor dalam pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling 2. Pelaksanaan : a) Hari/tanggal : b) Jam : 3. Aspek-aspek wawancara : 1. Pelaksanaan layanan klasikal a. Bagaimana pelaksanaan layanan klasikal disekolah? b. Materi-materi apa saja yang diberikan saat klasikal? c. Adakah hambatan-hambatan yang dialami, mengingat waktu yang diberikan hanya satu jam pelajaran? 2. Pelaksanaan layanan konseling individu a. Apakah siswa sudah mempunyai kesadaran sendiri untuk datang ke BK? b. Siswa kelas berapa yang paling sering datang ke BK? c. Permasalahan apa saja yang siswa alami dan kemukakan saat konseling individu?
171
3. Pelaksanaan layanan BKP dan KKP a. Bagaimana pelaksanaan layanan BKP dan KKP? b. Kendala atau hambatan yang dihadapi? 4. Bagaimana prosedur penanganan masalah siswa? 5. Bagaimana peran serta guru bidang studi dalam bimbingan dan konseling? 6. Masih adakah kesalahpahaman guru bidang studi yang terjadi? Jika iya, kesalahpahaman apa saja yang masih banyak terjadi? 7. Upaya apa yang dilakukan untuk meminimalisir kesalahpahaman guru bidang studi? 8. Hambatan-hambatan yang dialami dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling?
172
Lampiran 11 Hasil Wawancara Awal dengan Konselor
Catatan lapangan Wawancara Pengambilan Data Awal Tanggal wawancara : 20 April 2015 Tujuan : Mengetahui pelaksanaan dan hambatan yang dialami konselor dalam pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling Jenis wawancara
: wawancara terstruktur (pedoman wawancara)
Wawancara dilakuakan pada saat peneliti ingin mencari data awal dilapangan sebagai penguat. Adapun wawancara yang digunakan terstruktur, dengan pedoman yang ada peneliti mencoba mengembangkan wawancara untuk memperoleh gambaran lebih luas mengenai pelaksanaan dan hambatan yang dialami konselor dalam kaitannya dengan peran serta guru bidang studi. No
Interviewer
Interviewiee
1
Bagaimana pelaksanaan
Untuk layanan klasikal masuk kelas satu kali seminggu
layanan klasikal disekolah? 2
3
4
Materi-materi apa saja yang Materi-materi disesuaikan dari hasil diberikan saat klasikal needassesmen. Kebanyakan masalah belajar, dan hubungan dengan teman sebaya. Adakah hambatan-hambatan Iya,,, dengan waktu hanya satu jam itu yang dialami, mengingat sangat dirasa kurang sekali, bahkan dulu waktu yang diberikan hanya sempat mbak, untuk Bk tidak diberi jam satu jam pelajaran? masuk. Hal itu dikarenakan jam kerja sekarang itu kan hanya sampai jum‟at. Tapi pada akhirnya, kami guru BK, matur ke pihak sekolah untuk meminta jam klasikal. Karena kan kalau ngga ada klasikal ya gimana ya mbak, untuk satu jam saja itu tidak cukup, apalagi kalau mesti ditiadakan. Dan akhirnya pihak sekolah memberi satu jam pelajaran untuk klasikal. Sebagian sudah, tapi ya masih banyak yang Apakah siswa sudah suka malu-malu. Paling ya nanti saya mempunyai kesadaran sendiri pancing-pancing dulu, kalau ada siswa yang keliatannya mau crita, nanti saya ajak untuk datang ke BK? ngobrol, guyonan dulu gitu mbak.
173
5
6
7
8
9
10
11
Siswa kelas berapa yang Biasanya yang sudah berani datang sendiri paling sering datang ke BK? itu kelas tiga. Mereka biasanya banyak meminta masukan, kemudian pengarahan karier dan informasi-informasi pendidikan lanjutan. Permasalahan apa saja yang Kebanyakan mengenai sekolah lanjutan. siswa alami dan kemukakan Banyak yang masih bingung, mau saat konseling individu? melanjutkan kemana, nanti kalau kuliah, ambil jurusan apa, seperti itu. Untuk layanan Bkp dan Kkp dilaksanakan Bagaimana pelaksanaan sepulang sekolah. Karena kan untuk masuk layanan BKP dan KKP? kelasnya hanya satu jam. Jadi ya, diupayakan tetap ada, tapi waktunya fleksibel. Biasanya sepulang sekolah. Kendala atau hambatan yang kadang susah juga mbak. Karena siswa juga dihadapi? sudah capek. Inginnya ya cepet-cepet pulang. Bagaimana prosedur Biasanya kalau ada siswa yang penanganan masalah siswa bermasalah,siswanya kami panggil. Selain itu,kami juga mencari tahu informasiinformasi, baik dari teman-temannya maupun dari lingkungan keluarga. Biasanya kami melakukan home visit juga. Bahkan jika perlu kami melakukan mediasi dan konferensi kasus. Tergantung dari jenis dan berat ringannya masalah. Terkadang kami home visit bersama guru Bagaimana peran serta guru yang menjadi wali kelas siswa yang bidang studi dalam bermasalah itu mbak. Ya... saling bertukar informasi juga. bimbingan dan konseling? Masih adakah kesalahpahaman guru bidang studi yang terjadi? Jika iya, kesalahpahaman apa saja yang masih banyak terjadi?
Nah itu mbak. Masih ada saja kesalahpahaman itu. Lalu masih ada juga yang belum bekerjasama dengan baik. Apa ya.... jadi itu melimpahkan semua masalah itu ke BK. Ya, mungkin karena mereka belum tahu tugas dan peran serta mereka dalam Bk kali ya mbak. Selain itu juga masalah poin. Nah itu kan semestinya bagiannya kesiswaan untuk mengelola poin itu. Nah dulu sempat ada guru yang mengusulkan kalo BK yang ngurusin itu. Ya kami menolak mbak, karena kan sudah ada tugasnya masing-masing. Terus itu, banyak yang mengira kalau kita
174
12
Upaya apa yang dilakukan untuk meminimalisir kesalahpahaman guru bidang studi?
13
Hambatan-hambatan yang dialami dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling?
disini ndak ada kerjaan, karena mungkin yang mereka lihat itu oh BK cuma masuk kelas satu jam. Padahal kan tugas kita berbeda dengan mereka, yang banyak jam mengajar dikelas. Padahal kan kita tugasnya sebetulnya banyak juga. Padahal kami terkadang pulang terakhir mbak, untuk BKP atau KKP. Tapi dikiranya, cuma ngajar satu jam saja, ngga jelas kerjanya, padahal kan BK kegiatannya nggak cuma klasikal saja, tapi ada BKP,KKP, Konseling Individu, keluar-keluar untuk home visit dan lain-lain. Biasanya kami mengkomunikasikan. Kalau seperti kepsek, wakil mereka si sudah tahu. Oh BK tugasnya ini ini ini, siswa-siswa yang ditangani si A si B. Tapi kalau guru mapel, sebagian ada yang masih beranggapan kurang tepat seperti tadi itu. Yang menjadi hambatan itu ya mbak, dari intensitas bertemu siswa yang cuma satu jam seminggu. Lalu anggapan negatif ya,,, kesalahpahaman guru. Terutama itu guru senior itu mbak, yang masih sering beranggapan seperti itu. Kalau yang mudamuda si kebanyakan mudah untuk diajak kolaborasi. Lalu mungkin sarana prasarananya ya. Seperti ruang konseling individu yang khusus itu belum.
175
Catatan lapangan Wawancara Pengambilan Data Awal Tanggal wawancara : 21 April 2015 Tujuan : Mengetahui pelaksanaan dan hambatan yang dialami konselor dalam pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling Jenis wawancara
: wawancara terstruktur (pedoman wawancara)
Wawancara dilakuakan pada saat peneliti ingin mencari data awal dilapangan sebagai penguat. Adapun wawancara yang digunakan terstruktur, dengan pedoman yang ada peneliti mencoba mengembangkan wawancara untuk memperoleh gambaran lebih luas mengenai pelaksanaan dan hambatan yang dialami konselor dalam kaitannya dengan peran serta guru bidang studi. No
Interviewer
Interviewiee
1
Bagaimana pelaksanaan
Untuk BK mendapat jatah masuk kelas satu jam.
layanan klasikal disekolah? 2
3
4
5
6
7
Materi-materi apa saja yang Untuk materi yang diberikan saat klasikal diberikan saat klasikal itu kebanyakan yang menyangkut perkembangan Adakah hambatan-hambatan Tentunya waktunya terlalu singkat ya, jadi yang dialami, mengingat harus pandai-pandai mengatur waktu. waktu yang diberikan hanya satu jam pelajaran? Siswa beberapa sudah sukarela namun Apakah siswa sudah mayoritas belum, jadi harus dipanggil mempunyai kesadaran sendiri biasanya untuk datang ke BK? Siswa kelas berapa yang Yang sering datang itu kebanyakan kelas paling sering datang ke BK? 12, karena mereka kan sudah mengenal BK. Jadi sudah tidak malu dan canggungcanggung lagi. Permasalahan apa saja yang Kebanyakan yang curhat itu adalah siswi siswa alami dan kemukakan perempuan dan masalahnya adalah masalahsaat konseling individu? masalah yang berkaitan dengan orang tua. Untuk Bkp belum dilaksanakan Bagaimana pelaksanaan sebagaimana semestinya karena kendala layanan BKP dan KKP? waktu masuk kelas yang hanya satu jam, sedangkan kkp dilaksanakan dengan memanggil siswa yang bermasalah,
176
8
9
10
11
12
biasanya pada saat jam-jam pelajaran tertentu dengan izin pada guru mata pelajaran. Kendala atau hambatan yang Belum dilaksanakan sebagaimana mestinya dihadapi? karena kendala waktu masuk kelas yang hanya satu jam pelajaran. Dan jika dilakukan sepulang sekolah tidak memungkinkan karena pasti siswa sudah lelah, dan kegiatan BKP KKP akhirnya tidak kondusif. Bagaimana prosedur Tergantung berat ringannya masalah mbak. penanganan masalah siswa Biasanya siswa yang bermasalah dipanggil. Kami gali informasi, seperti apa permasalahan yang dialami. Jika perlu kami melakukan kunjungan rumah. Dalam hal ini tentunya kami bekerjasama dengan wali kelas. Dan jika masalahnya berat, misalnya mencuri atau berkelahi, pihak sekolah mengundang orang tua siswa. Lalu tim BK, wali kelas, kesiswaan, dan orang tua bersama-sama membicarakan permasalahan ini. Disini sebisa mungkin kita bekerjasma ya, Bagaimana peran serta guru baik dengan guru, kesiswaan, staf-staf lain, bidang studi dalam serta koordinasi dengan kepala sekolah tentunya. Kalau dengan guru bidang studi, bimbingan dan konseling? biasanya kami berkolaborasi mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Ya... yang namanya pemahaman, persepsi Masih adakah setiap orang pasti berbeda-beda. kesalahpahaman guru bidang Kesalahpahaman pasti tetap ada. Saya rasa disekolah-sekolah lain juga masih ada, studi yang terjadi? Jika iya, namun kalau disini kami berusaha untuk kesalahpahaman apa saja berkomunikasi, dan bekerjasama agar mereka juga tahu tugas dari guru BK itu yang masih banyak terjadi? seperti apa. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman seperti BK itu hanya tempatnya siswa yang bermasalah, bagian menghukum siswa yang tidak patuh tata tertib, seperti itu. kalau disini kami berusaha untuk Upaya apa yang dilakukan berkomunikasi, dan bekerjasama agar untuk meminimalisir mereka juga tahu tugas dari guru BK itu kesalahpahaman guru bidang seperti apa. Ya kalau untuk seperti memotong rambut, menindak siswi yang studi? rok terlalu pendek, itu kolaborasi dari BK
177
13
Hambatan-hambatan yang dialami dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling?
dan kesiswaan. Jadi kami bekerjasma. Hambatan yang dialami yaitu untuk klasikal harus benar-benar mempersiapkan media yang inovativ dan tidak membosankan. Untuk BKP dan KKP terkendala dari jam pelajaran yang hanya satu jam, selain itu juga kurangnya tenaga BK, karena satu orang konselor mengampu sampai 190 siswa.
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190