JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.13 No.1, April 2016
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS VII-5 SMPN 2 BABALAN TAHUN AJARAN 2015/2016 Tiwi Ridanti M.S, S.Pd SMPN 2 Babalan
[email protected] Abstract This research was a classroom action research conducted in classes VII-5 SMPN 2 Babalan located in the Babalan district, Langkat. This study aimed to improve the achievement of the 2015/2016 academic year of second semester students of grade VII-5 SMPN 2 Babalan through Jigsaw learning model in social science (IPS) subject. At the end of the first cycle showed the students’ learning achievement into the very good category 7.32%, good category 75.61% and fair category 17.07%. This means that students with poor learning outcomes decline. At the end of the second cycle showed the students’ learning outcomes into very good category 29.27%, good category 68.29% and fair category 2.44%. The result portrayed the students’ learning outcomes improvement increased by 21.95% to very good category, decreased 7.32% to good category and decreased 14.63% to fair category. The conclusion reflected that jigsaw learning model could improve the students’ achievement in IPS subject. Keywords: learning achievement, jigsaw learning model, Social Science Abstrak Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas , yang dilaksanakan di kelas VII-5 SMPN 2 Babalan yang terletak di kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VII-5 SMPN 2 Babalan, melalui pembelajaran dengan Model pembelajaran Jigsaw.pada semester genap Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 41 siswa. Pada akhir siklus I Hasil belajar siswa menjadi kategori sangat baik 7,32%, kategori baik sebesar 75,61%. sedangkan untuk kategori cukup 17,07%. Hal ini berarti bahwa siswa dengan hasil belajar cukup dan kurang jumlahnya menurun. Pada akhir siklus II setelah dilakukan pengukuran hasil belajar keadaannya adalah kategori sangat baik 29,27%, kategori baik sebesar 68,29%. sedangkan untuk kategori cukup sebesar 2,44% dan kategori kurang tetap 0%. Peningkatan hasil belajar pada akhir siklus II dimana kelompok sangat baik meningkat sebesar 21,95%, kategori baik turun sebesar 7,32%, dan kategori cukup turun sebesar 14,63% . Berdasarkan itu ditarik kesimpulan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil pelajaran IPS siswa kelas VII-5 SMPN 2 Babalan Kata Kunci: hasil belajar, model pembelajaran jigsaw, IPS A. Pendahuluan Sekolah adalah lembaga formal dalam dunia pendidikan sebagai wahana untukmencerdaskan kehidupan bangsa dan menghasilkan sumber daya manusia yangberkualitas.Oleh karena itu, pemerintah dengan berbagai upaya berusaha Pengaruh Model… (Tiwi R.M.S, 15-22)
15
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.13 No.1, April 2016
untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan memperbaharui kurikulum sesuai dengan perkembangan zaman, menambah sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan kualitas guru dan sebagainya. SMPN 2 Babalan merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama negeri yang berada di jalan Pendidikan, Pangkalan Berandan Kecamatan Babalan. Sekolah ini mempunyai masukan atau input prestasi belajar yang beraneka ragam. Walaupun sebenarnya pada siswa baru diseleksi berdasarkan NEM, menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti sebagai pengajar di kelas VII-6 di SMPN 2 Babalan tahun pelajaran 2015/2016 menunjukkan bahwa pencapaian hasil belajar kompetensi mata pelajaran IPS Terpadu siswa kurang optimal. Upaya untuk membangkitkan motivasi siswa kelas VII-6SMPN 2 Babalan dalam pembelajaran IPS sudah dilakukan guru kelas dengan berbagai macam cara, seperti memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan gagasan, serta mendesain pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok. Namun demikian, hasil pembelajaran IPS pada Ulangan Harian Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014 belum begitu memuaskan. Keadaan ini juga terjadi ketika guru meminta mereka membentuk kelompok dalam rangka diskusi kelompok di kelas VII-6. Meskipun guru sudah menentukan kelompok, proses pembentukan kelompok memakan waktu sekitar 15 menit, itupun siswa tidak segera diam dan memperhatikan guru. Mereka masih asyik dengan perlengkapan, tas dan bukunya. Keadaan baru tenang setelah guru meminta mereka diam dan memperhatikan penjelasan guru. Dalam keterlibatannya terhadap proses belajar mengajar, dari 41 siswa ketika diajukan pertanyaan oleh guru, hanya 3 siswa yang mengangkat tangan menyatakan ingin menjawab. Pada kesempatan lain juga terjadi demikian, dan siswa yang menjawab hanya itu-itu saja, selebihnya mereka cenderung diam dan bekerja sendiri-sendiri. Dalam proses diskusi, jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan sangat sedikit. Dari enam kelompok yang ada pada presentasi diskusi kelas hanya dua siswa yang mengajukan pertanyaan, dan ketika diberi kesempatan ulang oleh moderator tidak ada siswa lain yang mengangkat tangan. Sehubungan dengan belum optimalnya hasil belajar IPS siswa kelas VII-6 SMPN 2 Babalan makaalternatif yang dipilih untuk menyelesaikannya melalui upaya meningkatkan motivasi belajar menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Penulis percaya model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama ,berpikir kritis,tanggung jawab,meningkatkan percaya diri siswa,dan dapat membantu teman yang lain dalam memehamia materi pelajaran secarabersama-sama.Dengan harapan nilai IPS siswa kelas VII-6 dapat meningkat seperti yang di harapkan Pengertian belajar adalah Sebagai mental yang terjadi dalam diri seseorang yang melibatkan kegiatan berpikir, sehingga terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang di berbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkunganya. Jika didalam peoses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan,dapat di katakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar. Aktifitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa ) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Pengaruh Model… (Tiwi R.M.S, 15-22)
16
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.13 No.1, April 2016
Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan mimiliki keaktifan apabila di temukan ciri-ciri prilaku seperti : Sering betanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru ,maupun menjawab pertanyaan ,senang diberi tugas belajar,dan lain sebagainya. Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada siswa. Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, di samping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada siswa, yang merupakan proses belajar-mengajar dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara atau metode-metode tertentu (Suryosubroto, 1997). Mata pelajaran IPS di SMP konsep dasar pembelajarannya berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Puskur Balitbang Depdiknas, 2003:2). Terkait dengan tujuan mata pelajaran IPS yang sedemikian fundamental maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang holistik dalam upaya mewujudkan pencapaian tujuan tersebut. Pemerian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar siswa, guru dituntut untuk memadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara proporsional.yakni: (a) ketrampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima hasil belajar yaitu: (a) informasi verbal, (b) keterampilan verbal, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) ketrampilan motoris. Dalam dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instraksional, menggunakan klasikfikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah pisikmotoris (Nana Sudjana, 2002:22). Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis sintensis, dan evaluasi. Ranah efektif berkenan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikmotoris, a) gerakan refleks, b) keterampilan gerakan dasar, c) kemampuan perseptual, d) keharmonisan atau ketepatan, e) gerakan keterampilan, dan Pengaruh Model… (Tiwi R.M.S, 15-22)
17
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.13 No.1, April 2016
f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Berdasarkan konsep di atas maka dapat diperoleh suatu pengertian bahwa hasil belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS Jigsaw learning merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik ’pertukaran dari kelompok ke kelompok’ (group-to group exchange) dengan suatu penting setiap peserta didik mengajarkan sesuatu” (Silberman, 2001:160). Model Pembelajaran jigsaw ini adalah alternatif menarik, ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau di potong dan di saat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain-lain. Setiap peserta didik mempelajari sesuatu yang telah dipotong oleh pendidik untuk dilakukan pembelajaran secara intensif bersama kelompok ahlinya, kemudian pada saat yang lain pengetahuan ini dikombinasi dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, dari kelompoknya sendiri. Silberman (2001:160), membagi prosedur/tahap jigsaw sebagai berikut: 1. Memilih materi belajar yang dapat dipisah menjadi bagian-bagian. Sebuah bagian dapat disingkat seperti sebuah kalimat atau beberapa halaman. 2. Menghitung jumlah bagian belajar dan jumlah peserta didik dengan satu cara yang pantas, membagi tugas yang berbeda pada kelompok yang berbeda, kemudian diminta untuk membaca, mendiskusi, dan mempelajari materi yang ditugaskan kepada mereka. 3. Setelah selesai kemudian dibentuk kelompok jigsaw. Setiap kelompok ada seorang wakil dari masing-masing kelopmpok dalam kelas, sehingga akan mengelompok siswa dengan permasalahan yang sama. 4. Anggota kelompok ahli kemudian mengajarkan materi yang telah dipelajari dalam kelompok Jigsaw, kepada teman lain di kelompoknya. 5. Siswa dikumpulkan kembali menjadi kelas besar untuk membuat ulasan dan disisakan pertanyaan guna memastikan pemahaman yang tepat bagi siswa. Menurut Aronson, Blany, Stephen, Sikes & Snapp (dalam Nur, 2000:29) siswa dikelompokkan dalam tim yang beranggotakan 6 orang yang mempelajari materi akademik yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab. Sebagai misal riwayat hidup seorang tokoh dapat dibagi menjadi kehidupan awal, prestasiprestasi permulaan, kemunduran-kemunduran yang dialami, kehidupan belakangan dan dampak terhadap sejarah. Setiap anggota Tim membaca bab-bab yang ditugaskan. Kemudian anggota dari Tim yang berbeda yang telah mempelajari sub-bab yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan sub-bab mereka. Karena satu-satunya cara siswa dapat belajar subbab lain selain dari sub bab yang mereka pelajari adalah dengan mendengarkan dengan sungguh-sungguh teman satu tim mereka, mereka termotivasi untuk mendukung dan menunjukkan minat terhadap apa yang dipelajari teman satu timnya. Menurut Slavin (dalam Nur, 2000:29) Modifikasi atau pembaharuan Jigsaw II, siswa bekerja dalam tim beranggotakan empat atau lima orang seperti pada STAD. Sebagai gantinya setiap siswa ditugasi mempelajari satu sub bab tertentu, seluruh siswa membaca teks yang sama, misalnya satu dari sebuah buku, cerita singkat, atau sebuah riwayat hidup. Sementara itu setiap siswa ditugasi mempelajari suatu topik agar menjadi pakar dalam topik ini. Siswa dengan topik Pengaruh Model… (Tiwi R.M.S, 15-22)
18
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.13 No.1, April 2016
yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikan topik itu. Setelah itu mereka kembali ke tim mereka masing-masing untuk secara bergantian mengajarkan apa yang mereka pelajari kepada teman satu tim mereka. Dalam penelitian ini, model Pembelajaran Jigsaw ditempuh prosedur sebagai berikut : 1. Siswa dikelompokkan ke dalam 6 anggota tim 2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda 3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan 4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka 5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguhsungguh 6. Tiap Kelompok mempresentasikan hasil diskusi, sesuai dengan materi yang disepakati secara berurutan. 7. Guru memberi penguatan, kesimpulan dan evaluasi 8. Penutup B. Metodologi Penelitian Penelitian ini berusaha meningkatkan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Jigsaw. Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dikenal dengan PTK. Rancangan penelitian yang dibuat sesuai dengan masalah yang diangkat dalam situasi nyata di lapangan, bahwa kurangnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Karena itu diupayakan untuk meningkatkan motivasi siswa melalui pembelajaran Jigsaw. Selanjutnya sebagai model rancangan penelitian mengacu pada Kemmis & Mc. Taggart (dalam Jalil, 2007:33). Alur kegiatan penelitian pada Gambar 1. Rencana Tindakan Refleksi
Tindakan dan Observasi
Revisi Perencanaan Refleksi
Tindakan dan Observasi
Gambar 1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sesuai dengan gambar 1 menurut Kemmis dan Mc. Taggart menjelaskan penelitian tindakan adalah sebagai tindakan berkelanjutan dari langkah-langkah Pengaruh Model… (Tiwi R.M.S, 15-22)
19
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.13 No.1, April 2016
berbentuk spiral, setiap langkah berisi perencanaan, pelaksanaan tindakan dan evaluasi, observasi serta refleksi tindakan. Pelaksanaan penelitian tindakan berupa proses pengkajian berdaur (action reseach spiral) yang teridiri dari 4 tahap, yaitu tahap perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan tahap melakukan refleksi (reflection). Subyek dalam PTK ini adalah siswa kelas VII-6 SMP Negeri 2 Babalan tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa sebanyak 41 orang. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Babalan. Belangsung selama dua bulan yaitu bulan Agustus dan September tahun 2015. Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus. Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai acuan dalam menentukan perbaikan tindakan pada siklus II. Sedangkan hasil refleksi siklus II nantinya digunakan sebagai acuan untuk rencana tindak lanjut pada pembelajaran selanjutnya. Masing-masing siklus terdiri atas dua kali pertemuan, dengan rincian sebagai berikut: Pertemuan pertama berisi kegiatan tahap pembelajaran jigsaw berupa: 1) pembentukan kelompok, 2) diskusi kelompok ahli, dan 3) pengajaran teman sebaya. Pada pertemuan kedua menjalankan langkah 4) presentasi hasil diskusi kelompok dan 5) pengambilan kesimpulan dan refleksi. C. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian Pada pengukuran skor hasil belajar siswa pada awal siklus I menunjukkan bahwa kategori yang paling menonjol adalah cukup dengan persentase sebesar 65,85%. sedangkan untuk kategori sangat baik 2,44%, baik 26,83% dan kurang 4,88%. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan proses pembelajaran dengan teknik jigsaw, persebaran hasilsiswa beragam Dari perolehan skor hasil belajar siswa pada akhir siklus I menunjukkan bahwa kategori yang paling menonjol adalah baik dengan persentase sebesar 75,61%. sedangkan untuk kategori sangat baik 7,32%, cukup 17,07% dan kurang 0%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan proses pembelajaran dengan teknik jigsaw, hasil belajar siswa meningkat. Siswa dengan hasilsangat baik dan baik meningkat, sedangkan jumlah siswa dengan kategori hasil cukup dan kurang jumlahnya menurun. Perolehan skor hasil belajar siswa pada akhir siklus II menunjukkan bahwa kategori yang paling menonjol adalah baik dengan persentase sebesar 68,29%. sedangkan untuk kategori sangat baik meningkat dari 7,32% menjadi 29,27% pada siklus II, kategori cukup menurun dari 17,07% menjadi 2,44% dan kategori kurang tetap 0% . Guna memperoleh gambaran mengenai peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II, disajikan Tabel 1berikut: Tabel 1 Peningkatan Persentase Hasil belajar Siswa INTERVAL 50 – 60 39 – 49 27 – 38 15 – 26
KRITERIA Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Awal Siklus I 2,44% 26,83% 65,85% 4,88%
Akhir Siklus I 7,32% 75,61% 17,07% 0%
Akhir Siklus II 29,27% 68,29% 2,44% 0%
Hal ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan proses pembelajaran dengan teknik jigsaw, hasil belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II. Pengaruh Model… (Tiwi R.M.S, 15-22)
20
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.13 No.1, April 2016
Siswa dengan hasilsangat baik dan baik meningkat, sedangkan jumlah siswa dengan kategori hasilcukup dan kurang jumlahnya menurun. Dari hasil observasi selama proses pembelajaran pada siklus I, observer melakukan pengamatan untuk mengukur tingkat hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Aspek yang diukur adalah keaktifan, kerjasama, antusias dan hasil kerja kelompok. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai hasil pengamatan aktivitas diskusi pada siklus I oleh observer pertama 56,90, observer kedua 54,68, dan observer ketiga 59,78. Hasil rata-rata dari ketiga observer ini adalah 57,12. Dari data tersebut menujukkan bahwa keaktifan siswa menujukkan angka rata-rata 57,12. Ini berarti bahwa siswa cukup aktif dalam mengikuti kegiatan diskusi. 2. Pembahasan Dari hasil pencatatan dan observasi pada siklus I, diperoleh angka partisipasi diskusi kelas bahwa hasil bertanya ditunjukkan oleh jumlah aktivitas individu sejumlah 9 orang, setelah diminta partisipasi siswa menjawab pertanyaan tercatat 15 orang berusaha menjawab pertanyaan, dan respon ini seluruhnya dapat diakomodir oleh guru. Dari hasil pencatatan tersebut menunjukkan bahwa keaktifan siswa secara individu yang diberi kesempatan bertanya 9 orang dari jumlah respon kelas yang mengajukan untuk bertanya 15 orang. Ketika diajukan kesempatan menjawab, diperoleh data 15 orang berusaha menjawab pertanyaan yang diajukan dalam diskusi. Selama proses pembelajaran pada siklus II, observer melakukan pengamatan untuk mengukur tingkat hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Aspek yang diukur adalah keaktifan, kerjasama, antusias dan hasil kerja kelompok. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai hasil pengamatan aktivitas diskusi oleh observer pertama 76.05, observer kedua 83.37, dan observer ketiga 78.59. Hasil rata-rata dari ketiga observer ini adalah 79.33. Dari hasil data menujukkan bahwa keaktifan siswa menunjukkan angka rata-rata 79,33 ini berarti bahwa siswa mengalami peningkatan keaktifan dalam mengikuti kegiatan diskusi. Dari hasil pencatatan dan observasi siklus II, diperoleh angka partisipasi diskusi kelas bahwa hasilbertanya yang ditunjukkan dengan aktivitas bertanya siswa secara individu yang diberi kesempatan bertanya 31 orang dari jumlah respon kelas yang mengajukan untuk bertanya 54 orang. Ketika diajukan kesempatan menjawab, diperoleh data 38 orang berusaha menjawab pertanyaan yang diajukan dalam diskusi. Berdasarkan paparan di atas ada peningkatan nilai partisipasi siswa dalam mengikuti diskusi dari siklus I ke siklus II, sebesar 22,22. Sedangkan partisipasi dalam diskusi kelas, jumlah individu yang bertanya mengalami peningkatan 21 siswa, partisipasi dalam menjawab pertanyaan meningkat sebesar 23 siswa, dan jumlah respos untuk bertanya meningkat 39 siswa. Berdasarkan diskripsi data dan analisa data penelitian ditemukan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran teknik jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS, khususnya materi kehidupan manusia pada masa pra aksara.
Pengaruh Model… (Tiwi R.M.S, 15-22)
21
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.13 No.1, April 2016
2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran teknik jigsaw meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas D. Penutup Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, maka dapat disimpulkan: 1. Penerapan model pembelajaran teknik jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar IPS pada siswa kelas VII-6 SMP Negeri 2 Babalan. 2. Penerapan model pembelajaran teknik jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII-6 SMP Negeri 2 Babalan.
DAFTAR PUSTAKA Hamzah, H., 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya: analisa di bidang pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Kuserin. 2006. Penerapan Metode Jigsaw untuk Mempercepat Pemahaman Unsur Abstrak pada Pembelajaran IPS Geografi Siswa Kelas IX-C SMP Negeri 1 Kembangbahu Lamongan. Forum Penelitian Kependidikan, X(12): 54-63. Sardiman, A.M., 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Silberman, M. L. 1996. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Terjemahan oleh Sarjuli, A. A., Sutrisno, A. Z. A. & Muqowin, 2002. Yogyakarta: Yappendis. Sudjana, N.2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Pengaruh Model… (Tiwi R.M.S, 15-22)
22