UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENCEGAH PERILAKU BULLYING SISWA SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Risal Adi Pratama Fadjeri2 Hera Heru Sri Suryanti3 Program Studi Bimbingan dan Konseling 1
Abstraksi Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya guru bimbingan dan konseling dalam mencegah perilaku bullying siswa SMA Negeri Colomadu Tahun Pelajaran 2015/2016. Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di SMA Negeri Colomadu dengan waktu penelitian yaitu bulan Januari 2016. Bentuk penelitian mengikuti paradigma penelitian kualitatif. Sumber data menggunakan data primer dan data sekunder. Subyek penelitian guru bimbingan dan konseling. Obyek penelitian upaya mencegah p;erilaku bullying. Teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan triangulasi data dan trianggulasi metode . Teknik analisis data menggunakan model interaktif Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya preventif guru bimbingan dan konseling dalam mencegah perilaku bullying dengan pemberian orientasi tentang layanan bimbingan dan konseling secara personal maupun kelompok. Upaya kuratif dengan cara pelaksanaan peraturan sekolah yaitu menginformasikan kepada siswa tentang aturan sekolah yang melarang perilaku bullying Upaya kuratif guru bimbingan dan konseling dalam mencegah perilaku bullying adalah dengan menangani permasalahan bullying sampai tuntas, baik penanganan terhadap pelaku dan korban yang terlibat bullying.Upaya preservatif guru bimbingan dan konseling dalam mencegah perilaku bullying dengan memberikan hukuman kepada pelaku serta mengusahakan agar korban bullying diproses rehabilitasi melalui penyaluran minat dan bakat dengan tepat ke dalam berbagai kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di sekolah maupun di luar sekolah. Kata Kunci : upaya guru, bimbingan dan konseling, perilaku bullying PENDAHULUAN Dewasa ini, makin dikenal istilah bullying dalam dunia pendidikan. Bullying kini banyak dilakukan oleh remaja-remaja. Maraknya aksi bullying atau tindakan yang membuat seseorang merasa teraniaya, namun hingga kini masyarakat seolah-olah menutup mata terhadap tindakan yang dapat membahayakan keadaan psikis seseorang itu. Bullying adalah fenomena yang telah lama terjadi di kalangan remaja. Kasus bullying biasanya menimpa anak sekolah. Pelaku bullying akan mengintimidasi/mengejek kawannya sehingga kawannya tersebut jengkel. Atau lebih parah lagi, korban bullying akan mengalami depresi dan hingga timbul rasa untuk bunuh diri. Bullying harus dihindari karena bullying mengakibatkan
1
korbannya berpikir untuk tidak berangkat ke sekolah karena di sekolahnya ia akan di bully oleh si pelaku. Selain itu, bullying juga dapat menjadikan seorang anak turun prestasinya karena merasa tertekan sering di bully oleh pelaku. Sehingga bullying antar siswa di sekolah perlu mendapatkan sorotan yang lebih. Pelaku bullying tidak hanya berarti kuat dalam ukuran fisik, tapi bisa juga kuat secara mental. Korban bullying tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik atau mental selain itu sangat penting diperhatikan adalah bukan sekedar tindakan yang dilakukan, tetapi dampak tindakan tersebut bagi korban. Seorang siswa mendorong bahu temanya dengan kasar, bila yang didorong merasa terintimidasi, apalagi bila tindakan tersebut dilakukan berulang-ulang, maka perilaku bullying telah terjadi. Siswa yang didorong tidak merasa takut atau terintimidasi, maka tindakan tersebut belum tentu dikatakan bullying. Hal ini sering menimbulkan konflik antara tuntutan sosial dan keinginan anak. Akibat lain dari perilaku bullying ini adalah timbulnya berbagai permasalahan dan psikologis yaitu perasaan tidak aman, takut dan cemas bagi orang yang berada disekitar orang yang memiliki perilaku bullying terutama perilaku bullying yang dimiliki seorang sejak masa kanak-kanak dan terus menetap dalam diri hingga orang tersebut beranjak dewasa. Perilaku bullying disekolah ditunjukkan oleh penentangan anak terhadap peraturan sekolah, terhadap guru, tindak kekerasan terhadap teman sekolah, tindakan perusakan dan perilaku bullying lainnya. Perilaku bullying yang tidak ditangani sejak dini maka besar kemungkinan ditahun-tahun yang akan datang perilaku tersebut dapat memunculkan korban lebih banyak dari sekarang. Organisasi SEJIWA bersama Plan Indonesia dan Univesitas Indonesia melakukan sebuah penelitian mengenai perilaku bullying ini, dari hasil penelitian tersebut dikemukakan bahwa bentuk kekerasan yang meliputi bullying verbal, psikologis serta fisik dilaporkan oleh siswa 66.1% siswa SMP dan 67.9% siswa SMA. Selanjutnya kekerasan antar siswa di tingkat SMP secara berurutan terjadi di Yogyakarta (77.5%), Jakarta (61.1%) dan Surabaya (59.8%). Kekerasan di tingkat SMA terbanyak terjadi di Jakarta (72.7%), kemudian diikuti Surabaya (67.2%) dan terakhir Yogyakarta (63.8%). Sementara siswa SMP dan SMA mempersepsikan guru paling sering melakukan bullying psikologis (41.8%) dan 47.8%). Namun di SMP guru masih sering memberikan hukuman fisik (26.3%) daripada di SMA (24.0%) (Ruki Yunika, dkk, 2013: 22). Bentuk bullying yang terjadi didominasi oleh bullying secara fisik. Penelitian yang dilakukan pada dua SMA negeri dan swasta Yogyakarta menunjukkan siswa mengalami bullying fisik seperti ditendang dan didorong sebesar 75,22%. Selain itu siswa juga mengalami bentuk lain bullying seperti dihukum push up atau berlari (71,68%), dipukul (46,02%), dijegal atau diinjak kaki (34,51%), dijambak atau ditampar (23,9%), dilempari dengan barang (23,01%), diludahi (22,12%), ditolak (15,93%), dipalak atau dikompas (30,97%). Bullying secara psikologis juga dialami oleh siswa seperti difitnah atau digosipkan (92,99%), dipermalukan di depan umum (79,65%), dihina atau dicaci (44,25%), dituduh (38,05%), disoraki (38,05%) bahkan diancam (33,62%)
2
“Bullying memberikan dampak negatif terhadap pelaku dan korban. Dampak terbesar dialami oleh korban bullying. Korban bullying mengalami gangguan psikosomatik dan psikososial. Gangguan prestasi belajar dan tindakan bolos sekolah yang kronik juga dikaitkan dengan kemungkinan menjadi korban bullying” (Soedjatmiko, dkk, 2013: 175). Perilaku dapat menurunkan semangatnya untuk belajar di sekolah, mogok sekolah, stress, rendah diri, trauma, ketakutan di sekolah, bunuh diri bahkan bisa membuat anak justru mencontoh perilaku bullying tersebut. Melihat banyaknya dampak buruk yang diakibatkan oleh adanya perilaku bullying, maka diperlukan usaha-usaha kerjasama yang melibatkan peran orang tua maupun guru agar perilaku ini dapat dicegah atau dibatasi sedini mungkin. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik, orang tua, dan masyarakat. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat bagi anak menimba ilmu serta membantu membentuk karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat tumbuhnya praktek-praktek bullying, sehingga memberikan ketakutan bagi anak untuk memasukinya. Karena kadang korban bullying tidak hanya menderita ketakutan ke sekolah saja bahkan banyak kasus bullying yang mengakibatkan korbannya meninggal. Kegiatan bulllying di sekolah merupakan satu masalah besar yang harus diatasi karena seharusnya sekolah melindungi murid dan siswanya dari tindakan kekerasan dalam bentuk apapun, dan menjadi wadah untuk pembentukan akal, moral dan karakter adiluhung, yang diperlukan untuk membangun masyarakat Indonesia yang sehat, berbudaya dan berteknologi tinggi sehingga perlu mendapatkan perhatian dari guru Bimbingan dan Konseling untuk mengatasi ataupun mencegah perilaku bullying di sekolah.Peran guru Bimbingan dan Konseling diharapkan mampu membimbing serta mampu mengarahkan anak didik dengan baik dan menanamkan pendidikan berkarakter. Guru Bimbingan dan Konseling harus berpartisipasi dalam menangani siswa-siswa yang bermasalah di sekolah, serta memberikan pembinaan yang baik kepada siswa-siswa agar siswa tidak melakukan perilaku bullying pada siswa lainnya. Melihat fenomena yang terjadi pada siswa yang terkena bullying yang dapat membuat siswa memiliki rasa kurang percaya diri sehingga kurang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolahnya dan hal tersebut menghambat proses belajar di sekolah/pencapaian prestasi pada bidang tertentu dan aktualisasi dirinya sehingga peran guru bimbingan dan konseling diperlukan dalam mencegah terjadinya perilaku bullying di sekolah.Hasil observsi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti diketahui telah terjadi perilaku bullying dengan korban siswa yang bernama AS, dimana beberapa teman memprovokasinya dengan menjelek-jelekkan dirinya sehingga korban merasa dirinya terganggu dan membuat konsentasi belajarnya menjadi berkurang. Bimbingan dan Konseling Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang dalam usaha memecahkan kesukaran-kesukaran yang dialaminya (Ngalim Purwanto,2004 : 170). Menurut Chosiyah (2005: 3). Pengertian konseling menurut Prayitno dan
3
Emran Amti (2004:105) adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Menurut Sukardi DK (2007: 46), fungsi bimbingan konseling ditinjau dari segi filsafatnya, layanan bimbingan konseling dapat berfungsi: 1. Fungsi Pencegahan (preventif) Layanan bimbingan dapat berfungsi sebagai pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi bagi siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya, kegiatan yang berfungsi sebagai pencegahan dapat berupa program bimbingan karier, inventarisasi dan sebagainya. 2. Fungsi Pemahaman Fungsi pemahaman adalah fungsi bimbingan konseling yang akan mengahasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan siswa. 3. Fungsi perbaikan Meskipun fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilakukan, namun mungkin saja siswa masih menghadapi masalah-masalah tertentu. Disini fungsi perbaikan itu berperan, yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau berbagai permasalahan yang dialami siswa. 4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan Fungsi ini berarti layanan bimbingan Konseling yang diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif dijaga agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian siswa dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Fungsi tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan bimbingan dan pendukung bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung didalam masing-masing fungsi bimbingan konseling. Guru bimbingan dan konseling di sekolah adalah petugas profesional yang artinya secara formal mereka telah disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Mereka dididik secara khusus untuk menguasai seperangkat kompetensi yang diperlukan bagi pekerjaan bimbingan dan konseling. Jadi dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa konselor sekolah memang sengaja dibentuk menjadi tenaga-tenaga yang profesional dalam pengetahuan, pengalaman dan kualitas pribadinya dalam bimbingan dan konseling. Oleh karena itu tugas-tugas yang diembannya pun mempunyai kriteria khusus dan tidak semua orang atau semua profesi dapat melakukanya. Dalam hubungannya dengan suasana kondusif yang diharapkan ini, tidak perlu diingkari bahwa selama ini atau paling tidak pada masa-masa yang lampau sering muncul masalah dimana persoalan siswa yang serupa : nakal, sering bolos, tidak disiplin, dan lain-lain, selalu guru Bimbingan dan Konseling saja yang dianggap bertanggung jawab. Justru sikap atau pendapat itu datang dari pihak
4
guru. Kesan yang timbul seolah-olah guru adalah “orang luar” dari program Bimbingan dan Konseling, sehingga justru guru-lah yang sering menunjuk bahwa konselor atau guru Bimbingan dan Konseling yang bersalah. Namun dalam perkembangannya termasuk sekarang ini, sudah agak lain suasananya. Guru-guru sudah banyak yang memahami bahwa dirinya bukan “orang dalam” dari program Bimbingan dan Konseling di sekolahnya. Sehingga pemahaman yang demikian tercermin dalam sikap pandangannya serta tanggung jawabnya terhadap persoalan siswa tersebut, tentu saja ini merupakan salah satu bagian dari suasana kondusif yang seharusnya diciptakan oleh guru. Perilaku Bullying Bullying ialah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang (Astuti, 2008: 3). Bullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh sekelompok individu yang memiliki kekuasaan, terhadap individu lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut (Riauskina, dkk, 2005: 1). Menurut Wiyani, N.A (2012: 27) disebutkan bahwa terdapat empat bentuk bullying, yaitu: 1. Lisan. Bullying lisan atau verbal merupakan jenis bullying yang juga dapat terdeteksi karena dapat tertangkap indera pendengaran. Contoh-contoh bullying verbal antara lain: memaki, menghina, menjuluki, meneriaki, mempermalukan di depan umum, menuduh, menyoraki, menebar gossip, memfitnah dan menolak. Bullying non fisik atau verbal juga meliputi memanggil dengan nama panggilan yang jelek, menghina dan mengancam. 2. Fisik. Bullying ini adalah jenis bullying yang kasat mata. Siapa pun dapat melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dan korbannya. Contoh-contoh bullying fisik antara lain: menampar, menimpuk, menginjak kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar dengan barang, menghukum dengan berlari keliling lapangan, menghukum dengan cara pushup dan menolak. 3. Sosial, misalnya mengabaikan, tidak mengajak berteman, memberi isyarat yang tidak sopan. 4. Psikologis. Bullying ini merupakan jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangkap mata atau telinga jika tidak cukup awas mendeteksinya. Praktek bullying ini terjadi diam-diam dan di luar radar pemantauan. Adapun contoh-contoh bullying mental/ psikologis antara lain: memandang sinis, memandang penuh ancaman, mendiamkan, mengucilkan, meneror lewat pesan pendek telepon genggam atau e-mail, memandang yang merendahkan, memelototi, dan mencibir. Menurut Coloroso (2004: 55-56) siswa yang mempunyai kecenderungan sebagai pelaku bullying umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) suka mendominasi anak lain, (b) suka memanfaatkan anak lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan, (c) sulit melihat situasi dari titik pandang anak lain. Sedangkan siswa yang akan dijadikan atau menjadi korban bullying menurut Coloroso (2004: 95-97) biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) anak baru di lingkungan itu,
5
(b) anak termuda atau paling kecil di sekolah, (c) anak yang pernah mengalami trauma sehingga sering menghindar karena rasa takut. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2015/2016 yang dilaksanakan pada bulan Januari 2016. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yakni penulis dalam mengumpulkan data secara langsung dari lapangan kemudian menafsirkan dan menyimpulkan dari data-data yang ada. Subyek penelitian ini adalah guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 1 Colomadu Karanganyardengan objek untuk mengatasi mencegah perilaku bullying pada siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumentasi.Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data adalah triangulasi data dan trianggulasi metode yaitu dengan pengumpulan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain dan teknik atau metode yang berbeda sehingga data yang didapat dapat terkontrol dan diketahui keabsahannya secara umum dari beberapa sumber data dan metode yang berbeda. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif HASIL DAN PEMBAHASAN Adanya kasus perilaku bullying yang terjadi di SMA Negeri Colomadu Karanganyar tersebut disikapi serius oleh guru Bimbingan dan Konseling, untuk menghindari terjadinya perilaku bullying yang lain maka guru Bimbingan dan Konseling melakukan berbagai upaya untuk mengatasi perilaku bullying pada siswa. Beberapa upaya tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Upaya Preventif (Pencegahan) Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mencegah Perilaku Bullying Dalam langkah ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya masalah bullying di SMA Negeri Colomadu Karanganyar dan dalam diri siswa sehingga dapat menghambat perkembangan psikologis dari siswa. Upaya yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri Colomadu Karanganyar adalah dengan pemberian orientasi tentang layanan bimbingan dan konseling kepada setiap siswa. Hal ini terbukti dari hasil wawancara dengan guru BK yaitu sebagai berikut: ”Salah satu upaya pencegahan yang kami lakukan adalah dengan memberikan layanan konseling kelompok dengan topik cara-cara bergaul dengan teman yang sehat” Hal tersebut dilakukan agar siswa SMA Negeri Colomadu Karanganyar mendapatkan pemahaman tentang menjaga hubungan baik dengan teman baik di sekolah maupun pada saat di rumah sehingga hal tersebut dapat menghindari terjadinya perilaku bullying. Hal tersebut karena di dalam konseling kelompok maka perasaan dan hubungan antar anggota sangat ditekankan di dalam kelompok tersebut, sehingga anggota akan belajar tentang dirinya dalam interaksinya dengan anggota yang lain ataupun dengan orang lain. Selain itu, di dalam kelompok, anggota dapat pula belajar untuk memecahkan masalah berdasarkan masukan dari orang lain.
6
Pelaksanaan bimbingan kelompok dengan membahas tentang etika pergulan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, walaupun pad aawalnya kegiatan bimbingan kelompok hampir semua anggota masih agak pasif, lebih banyak diam, tidak terbuka, tidak berani berbicara/mengemukakan pendapatnya, dan masih kelihatan kurang percaya diri. Namun setelah guru menciptakan suasana santai, siswa bimbingan mulai menunjukkan responnya terhadap kegiatan bimbingan kelompok. Hal ini terlihat dari interaksi antar anggota kelompok yang sudah dapat menyesuaikan diri dan berani mengemukakan pendapat. Dalam proses kegiatan bimbingan kelompok, anggota tampak antusias. Setelah mengikuti bimbingan kelompok, seluruh anggota kelompok mengerti dan lebih memahami makna tentang etika pergaulan yang baik sehingga dapat mencegah terjadinya perilaku bullying. Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri Colomadu Karanganyar dapat membuat program-program yang efektif dalam memberantas bullying melalui upaya kuratif adalah dengan pemberian layanan konseling kelompok, hal ini dilakukan untuk menanamkan pendidikan tanpa kekerasan di sekolah, guru BK melalui konseling kelompok dapat menjalin komunikasi yang efektif dengan siswa, mengenali potensi-potensi siswa, menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran, guru memberikan kebebasan pada siswa untuk berkreasi dan guru menghargai siswa sesuai dengan talenta yang dimiliki siswa. Selain dengan pemberian konseling kelompok, maka upaya pencegahan lain yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling dalam mencegah perilaku bullying adalah dengan pelaksanaan peraturan sekolah. Hal ini meujuk pada hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling sebagai berikut: ”Selain pemberian layanan, maka upaya lain yang kami lakukan adalah dengan menegakkan peaturan sekolah yang melarang bullying yang disertai hukuman bagi siswa yang nekad melakukannya, hal ini kami lakukan agar siswa takut untuk melakukan perilaku bullying tersebut” Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri Colomadu Karanganyar juga menginformasikan kepada tiap siswa tentang aturan sekolah yang melarang perilaku bullying, hal ini disampaikan pada saat saat awal masuk sekolah ataupun pada saat tertentu, yaitu pada saat guru BK menjelaskan peraturan sekolah yag melarang keras bullying di sekolah dan hukumannya, agar siswa berfikir dua kali sebelum melakukan bullying. Dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok maka guru bimbingan dan konseling sebagai treatment dilakukan sesuai dengan tujuan kegiatan yang telah direncanakan. Sebelum pelaksanaan treatment sesuai maka guru Bimbingan dan Konseling menciptakan kondisi yang mendukung terhadap keberhasilan pelaksanaan bimbingan terutama yang berkaitan dengan subjek, tempat, waktu dan materi. 2. Upaya Kuratif Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mencegah Perilaku Bullying Guru Bimbingan dan Konseling yang mengetahui ada siswa yang terlibat dalam permasalahan bullying, maka guru Bimbingan dan Konseling harus segera menangani permasalahan ini hingga tuntas. Baik itu penanganan
7
terhadap pelaku dan korban yang terlibat bullying. Termasuk juga pengentasan dalam masalah konsekuensi yang akan diterimanya dari sekolah, karena melanggar peraturan dan disiplin sekolah. Juga guru bimbingan harus mengetahui akar permasalahan mengapa pelaku melakukan bullying pada korbannya dan membantu menyelesaikan akar permasalahan tadi. Tugas utama yang harus dilaksanakan oleh guru BK dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai pemecah masalah (kuratif). Berkaitan dengan penelitian ini, yang dimaksud dengan fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif yaitu sifat bimbingan dan konseling yang menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami peserta didik atau bagaimana pelayanan bimbingan dan konseling yang ada mampu mengatasi dan melakukan upaya-upaya untuk memulihkan psikologis baik pelaku juga korban dari bullying. Hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling mengenai upaya kuratif yang dilakukan dalam mencegah perilaku Bullying yaitu bahwa : “Setiap ada masalah saya selalu memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa agar kejadian tersebut tidak terulang kembali|” Berdasarkan wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling diketahui bahwa, pemberian bimbingan dan konseling dilakukan setiap kali diperlukan, maksudnya adalah setiap timbul masalah yang penyelesaiannya memerlukan bantuan BK, maka guru BK selalu siap membantu. Selain itu, pemberian bimbingan dan konseling juga disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Selain pemberian bimbingan dan konseling pada saat-saat tertentu, maka upaya lain yang dilakukan adalah dengan membuat tata tertib tentang larangan berperilaku bullying, hal ini terbukti dari hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling yang menyatakan bahwa : “Saya juga membuat peraturan agar siswa tidak melakukan bullying di sekolah, agar siswa dapat lebih fokus dalam belajar selain itu juga untuk memberikan efek jera bagi siswa yang melakukan bullying, hukumannya bervariasi mulai dari pengurangan point hingga dikeluarkan di sekolah atau dilaporkan ke kepolisian” Hal tersebut menunjukkan bahwa di SMA Negeri Colomadu terdapat aturan atau tata tertib tentang larangan berperilaku bullying, aturan tersebut dibuat sudah 2 tahun. Namun pada dasarnya larangan seperti mencela, memukul siswa lain, memalak dan sebagainya yang termasuk bullying sudah ada sejak dulu, tetapi adanya peraturan tersebut diharapkan dapat mencegah perilaku siswa untuk melakukan bullying dengan hukuman yang bervariasi. Proses pelaksanaan dalam pembuatan peraturan atau tata tertib untuk mencegah perilaku bullying adalah guru bekerjasama dengan organisasi siswa di sekolah untuk mengakomodasi beberapa keluhan dari siswa tentang perilaku yang dianggap bullying, kemudian dari berbagai kasus tersebut disimpulkan oleh guru kemudian akan dibuat sebagai sebuah peraturan tentang larangan melakukan berbagai kegiatan tersbut misalnya adalah memfitnah, menjelekjelekkan siswa secara berlebihan, dimana guru juga bekerja sama dengan kepala sekolah untuk menentukan besar kecilnya hukuman kepada siswa yang melakukan bullying.
8
3. Upaya Preservatif Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mencegah Perilaku Bullying Kejadian bullying di sekolah yang sudah terjadi perlu ditindaklanjuti oleh guru Bimbingan dan Konseling agar setelah masalah bullying selesai, maka perlu dilakukan pemeliharaan terhadap segala sesuatu yang positif dari diri siswa guna mencegah perilaku bullying terjadi lagi, hal ini karena terkadang perilaku bullying tetap terjadi di sekolah tanpa diketahui oleh guru Bimbingan dan Konseling, hal ini karena guru memang tidak dapat mengawasi secara langsung perilaku setiap siswa di SMA Negeri Colomadu Karanganyar. Hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling mengenai upaya preservatif dalam mencegah terjadinya perilaku bullying adalah sebagai berikut: ”Apabila sudah terjadi perilaku bullying di sekolah maka yang saya lakukan adalah dengan memanggil anak yang melakukan dan anak yang sebagai korban, untuk anak yang melakukan perilaku bullying maka selain dihukum sesuai dengan peraturan yang berlaku maka saya juga memberikan pembinaan terhadap siswa tersebut sedangkan anak sebagai korban bullying di sekolah maka perlu dilakukan konseling pribadi sebagai bentuk rehabilitasi dan menganjurkan siswa untuk mengikuti kegiatan di sekolah agar segera cepat dapat terhindar dari trauma bullying”. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa perilaku bullying yang sudah terjadi di SMA Negeri Colomadu Karanganyar perlu diselesaikan agar tidak terjadi permasalahan lagi di masa mendatang yaitu dengan memberikan hukuman kepada pelaku serta mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah lebih baik dan berkembang. Bagi anak-anak yang mengalami perilaku bullying maka sebagai proses rehabilitasi perlu dilakukan penyaluran minat dan bakat dengan tepat ke dalam berbagai kegiatan-kegiatan ekskul di sekolah, maupun di luar sekolah. Penyesuaian diri siswa dengan lingkungan sosial serta pengembangan diri dalam mengembangkan potensi positifnya agar ia tidak tidak trauma dari perilaku bullying yang diterimanya, sedangkan bagi siswa di sekolah sebagai pelaku bullying maka guru juga memberinya kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya. Proses pelaksanaan upaya preservatif Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mencegah Perilaku Bullyingadalah dengan memanggil siswa yang melakukan bullying kepada siswa yang lain dan menasehati secara pribadi siswa tersebut untuk tidak melakukan tindaknnya lagi, dan mencatat siswa yang melakukan perilaku bullying tersebut sebagai bentuk pengawasan apakah siswa tersebut masih melakukan tindakannya lagi atau tidak, dan bila siswa masih melakukan tindakan perilaku bullying maka guru akan memanggil kembali untuk memberikan hukuman kepada siswa tersebut.
9
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Upaya preventif (pencegahan) guru bimbingan dan konseling dalam mencegah perilaku bullying dengan pemberian orientasi tentang layanan bimbingan dan konseling kepada setiap siswa baik bimbingan secara personal maupun bimbingan secara kelompok. Upaya Preventif yang lain adalah dengan pelaksanaan peraturan sekolah yaitu menginformasikan kepada siswa tentang aturan sekolah yang melarang perilaku bullying 2. Upaya kuratif guru bimbingan dan konseling dalam mencegah perilaku bullying adalah dengan menangani permasalahan bullying sampai tuntas, baik penanganan terhadap pelaku dan korban yang terlibat bullying. Tugas utama yang harus dilaksanakan oleh guru BK dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai pemecah masalah (kuratif). 3. Upaya preservatif guru bimbingan dan konseling dalam mencegah perilaku bullying yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling yaitu dengan memberikan hukuman kepada pelaku serta mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah lebih baik dan berkembang dan bagi korban bullying maka guru proses rehabilitasi melalui penyaluran minat dan bakat dengan tepat ke dalam berbagai kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, maupun di luar sekolah. Saran Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut : 1. Guru bimbingan dan konseling hendaknya lebih menjalin kedekatan kepada para siswa, untukmemudahkan interaksi dalam membantu mengatasi persoalan yang ada,sehingga pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat berfungsimaksimal. 2. Orang tua lebih memperhatikan anak mereka di rumah karena perhatian, komunikasi yang baik sangat membantu anak terhindar dari perilaku bullying DAFTAR PUSTAKA AchmadJuntika Nurihsan.2005. Strategi Layanan Bimbingan Dan Konseling. Bandung: PT.Refika Aditama. Astuti, R.P. 2008. Meredam Perilaku Bullying. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Chosiyah. 2005. LayananBimbingan dan Konseling. Surakarta: UNS Pres Dewa Ketut Sukardi. 2007. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.
10
Dina Afriana, dkk, 2014, Upaya Mengurangi Perilaku Bullying Di Sekolah Dengan Menggunakan Layanan Konseling Kelompok. Naskah Publikasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Intan Indira Riauskina, dkk. 2005. ”Gencet-Gencetan” di Mata Siswa/Siswi Kelas I SMA : Naskah Kognitif Tentang Arti Skenario, dan Dampak ”GencetGencetan”. Jurnal Psikologi Sosial. Vol. 12. No 01, September. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Ngalim Purwanto. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remadja Rosdakarya. Prayitno dan Emran Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Jakarta : Rinke Cipta. Riauskina, dkk, 2005. “Gencet-gencetan” di Mata Siswa/Siswi Kelas 1 SMA: Naskah Kognitif Tentang Arti, Skenario, dan Dampak “Gencet-gencetan”. Jurnal Psikologi Sosial/JPS, 12(1), 2-13. Ruki Yunika, dkk. 2013. Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mencegah Perilaku Bullying di SMA Negeri Se Kota Padang. Konselor. Jurnal Ilmiah Konseling. Vol 2 No. 3 : 21-25. Saring Marsudi. 2007.Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah. Surakarta: Muhammadiyah University Press Soedjatmiko, dkk. 2013. Gambaran Bullying dan Hubungannya dengan Masalah Emosi dan Perilaku pada Anak Sekolah Dasar. Sari Pediatri, Vol. 15, No. 3 : Oktober 2013 : 174-180. Suci Budiarti. 2013.Peran Guru Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Mencegah Terjadinya Bullying Pada Siswa (Studi kasus di SMK Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun 2013). Naskah Publikasi. Fakultas Keguruaan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Sukardi, D. K. 2007. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Wahyu Januarko dan Denok Setiawati. 2013. Studi Tentang Penanganan Korban Bullying Pada Siswa SMP Se-Kecamatan Trawas, Jurnal BK UNESA. Volume 04 Nomor 02. Wardati dan Mohammad Jauhar. 2011. ImplementasiBimbingandan Konseling di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
11