MANAJEMEN KANTIN KEJUJURAN DALAM UPAYA MENANAMKAN SIFAT SHIDIQ PADA SISWA SMA N 3 SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh: KUMMILAILA KAMILAH NIM: 111-12-069
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
ِ ِ الر ُج ُل ُ َو َما يَ َز،ْجن َِّة ِّ فَِإ َّن،الص ْد ِق ِّ َِعلَْي ُك ْم ب َّ ال َ َو إِ َّن الْبِ َّر يَ ْهدي إِلَى ال،الص ْد َق يَ ْهدي إِلَى الْبِ ِّر ِ ِ ِ ِ ِ َالص ْد َق حتَّى ي ْكت ب يَ ْه ِدي ْ َي َ فَِإ َّن الْ َكذ،ب َ َوإِيَّا ُك ْم َوالْ َكذ،ب ع ْن َد اهلل صدِّيْ ًقا َ ُ َ ِّ ص ُد ُق َو يَتَ َح َّرى ِ ِ ب َحتَّى ُ َوَما يَ َز،ور يَ ْه ِدي إِلَى النَّا ِر َّ ال َ ب َويَتَ َح َّرى الْ َكذ ُ الر ُج ُل يَ ْكذ َ َوإِ َّن الْ ُف ُج،إِلَى الْ ُف ُجوِر ِ ي ْكتَب ِع ْن َد اهلل َك َّذابًا َ ُ “Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang masih saja berlaku jujur dan mencari kejujuran sampai akhirnya ia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Sebaliknya, hindarilah perbuatan dusta, karena dusta itu membawa ke neraka. Seseorang terus saja berbuat dusta dan mencari kedustaan sampai akhirnya ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta” (HR. Muslim No.2607)
vi
PERSEMBAHAN Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Ummi Ludiyatun dan Abi Amsori yang senantiasa memberikan nasehat dan telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama. 2. Adik-adiku tersayang Khoirunnisa, Gholib Assalam, Rizal Assalam, dan Azzam Assalam yang selalu memberikan semangat untuk terus menjadi pribadi yang tangguh. 3. Mbak Widi, Mbak Fatim, Mbak Cikom, Ika, Ayuk, Tata, Rahma, Mbak Umi, Mbak Sita, Titir, dan seluruh sahabatku yang selalu membersamai dalam setiap langkah. 4. Keluarga PAI B, Keluarga PPL SMK N 1 Tengaran dan Kelompok KKN posko 37 yang telah memberikanku pengalaman hidup yang luar biasa.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “MANAJEMEN KANTIN KEJUJURAN DALAM UPAYA MENANAMKAN SIFAT SHIDIQ PADA SISWA SMA N 3 SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016” Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.
Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2.
Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3.
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
viii
4.
Bapak Fatchurrohman, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5.
Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku pembimbing akademik.
6.
Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7.
Kepala sekolah, guru, dan siswa SMA N 3 Salatiga yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut.
8.
Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 1 Juni 2016 Penulis
Kummilaila Kamilah NIM. 111-12-069
ix
ABSTRAK Kamilah, Kummilaila. 2016. “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016” Pembimbing: Fatchurrohman, M.Pd. Kata kunci: Manajemen, Kantin Kejujuran, Sifat Shidiq Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan manajemen kantin kejujuran dalam upaya penanaman sifat shidiq di SMA N 3 Salatiga. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana manajemen kantin kejujuran dalam upaya menanamkan sifat shidiq pada siswa SMA N 3 Salatiga. 2) Problematika yang dihadapi dalam manajemen kantin kejujuran. 3) Dampak kantin kejujuran terhadap penanaman sifat shidiq siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah siswa, guru PAI, guru BP, guru PKn, Waka Kesiswaan, dan pengelola kantin kejujuran. Temuan penelitian menunjukkan bahwa 1) manajemen kantin kejujuran belum sempurna dalam menjalankan pedoman pemerintah. Manajemen ini meliputi proses pencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengevaluasian. Perencanaan terdiri dari proses penetapan tujuan, mengikuti workshop yang diadakan oleh dinas pendidikan provinsi Jawa Tengah, proses pendirian kantin, modal awal, letak kantin, dan sistem sosialisasi. Proses pengorganisasian terdiri dari elemen siswa dan guru. Selanjutnya, proses pelaksanaan meliputi pembelanjaan barang, penataan, waktu operasi kantin, sistem self service, dan peran guru PAI serta guru Kewarganegaraan. Terakhir, proses pengevaluasian yang diadakan secara berkala yaitu evaluasi mingguan, bulanan, kuarta, dan semester. Namun, karena kesibukan dari pengelola maka evaluasi setiap hari tidak dapat dilaksanakan. 2) Problematika terkait kantin kejujuran terdiri dari problematika terkait siswa yaitu masih ada beberapa siswa yang belum menerapkan kejujuran pada saat berbelanja dan problematika terkait pengelola yaitu waktu KBM yang padat 5 hari kerja membuat pengelola agak terhambat mengikuti perkembangan jenis makanan terkini, sehingga kemampuan memperbanyak variasi makanan sulit dan pengecekan per item untuk digunakan laporan harian susah dilakukan. 3) Dampak kantin kejujuran adalah mendukung terbentuknya sikap jujur siswa, yaitu jujur dalam berbicara, bermuamalah dan berjanji.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... v MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian......................................................................... 6 E. Penegasan Istilah ........................................................................... 7 F. Metode Penelitian .......................................................................... 8 G. Sistematika Penulisan.................................................................... 14 BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 16 A. Manajemen Kantin Kejujuran ........................................................ 16 B. Sifat Shidiq ..................................................................................... 30
xi
C. Problematika dalam Manajemen Kantin Kejujuran ....................... 37 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ......................... 38 A. Paparan Data SMA N 3 Salatiga ................................................... 38 B. Temuan Penelitian ......................................................................... 52 1. Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga ................... 52 2. Problematika dalam Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga .................................................................................... 65 3. Dampak Kantin Kejujuran Terhadap Penanaman Sifat Shidiq Siswa SMA N 3 Salatiga ......................................................... 70 BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 73 A. Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga ......................... 73 B. Problematika dalam Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga ....................................................................................................... 84 C. Dampak Kantin Kejujuran Terhadap Penanaman Sifat Shidiq Siswa SMA N 3 Salatiga ......................................................................... 87 BAB V PENUTUP ........................................................................................... 91 A. Kesimpulan.................................................................................... 91 B. Saran .............................................................................................. 92 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 94 RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................ 96 LAMPIRAN-LAMPIRAN...............................................................................
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Sarana Prasarana .............................................................................. 42 Tabel 3.2 Daftar Pendidik ................................................................................ 43 Tabel 3.3 Daftar Tenaga Kependidikan ........................................................... 47 Tabel 3.4 Daftar Siswa ..................................................................................... 48 Tabel 3.5 Jadwal Ekstrakurikuler ..................................................................... 49 Tabel 3.6 Daftar Prestasi Siswa ....................................................................... 50 Tabel 4.1 Struktur Organisasi Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga ............... 77
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 5. Lembar Konsultasi 6. Instrumen Pengumpulan Data 7. Kode Penelitian 8. Hasil Wawancara 9. Dokumentasi
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu kebutuhan dasar bagi manusia adalah pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien (Azra, 1999:3). Di dalamnya terdapat proses pembentukan kesadaran dan kepribadian peserta didik dengan cara pewarisan nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, pemikiran, dan keahlian. Melalui proses pendidikan diharap akan lahir generasi-generasi berkarakter insan kamil yang bertaqwa, berilmu, dan berakhlak mulia. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Suwarno, 2006:31). Jadi tidak cukup hanya berilmu saja, akan tetapi proses pendidikan juga harus mampu menanamkan akhlak mulia kepada peserta didiknya sehingga terbentuk generasi yang bermartabat. Kita diajarkan untuk menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam segala hal, salah satunya dalam berakhlak. Seperti yang tercantum pada Al Quran surat Al Ahzab ayat 21 yang berbunyi :
15
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah (Departemen Agama RI, 2005:420). Akhlak merupakan bentuk jama‟ dari khuluq yang berarti perangai atau tabiat. Dalam Ihya‟ Ulumudin, Ibnu Masykawih berpendapat bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam di dalam jiwa, darinya timbul perbuatanperbuatan dengan mudah dan tidak memerlukan pertimbangan-pertimbangan pikiran terlebih dahulu (Ammar, 2013:400). Sedangkan menurut Ahmad Amin (dalam Abdud, 2000:9) akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Lebih mendalam lagi akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku (Darajat, 1993:58). Beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa akhlak merupakan perbuatan-perbuatan yang telah mempribadi dan membiasakan pada diri seseorang, dilakukan secara berulangulang dengan kesadaran jiwanya. Akhlak ini merupakan perbuatan yang dapat diukur dengan ukuran baik (akhlak mahmudah) dan buruk (akhlak mazmumah). Akhlak mahmudah adalah akhlak terpuji, semua perilaku baik dan diridhai oleh Allah SWT (Darajat, 1993:70). Akhlak yang dalam istilah psikologi memiliki kedekatan makna dengan sikap ini dapat dibentuk atau ditanamkan sejak dini kepada setiap individu. Salah satu akhlak mahmudah adalah shidiq atau yang kita kenal dengan jujur. Semakin majunya zaman, fungsi pendidikan supaya membentuk generasi yang sesuai akhlak Rasulullah belum juga terwujud. Lestari dan Ngatini (2010:20) berpendapat bahwa abad 21 ditandai semakin kukuhnya
16
filsafat hidup positivisme-materialisme dan gaya hidup ekonomi-kapitalistik. Artinya, tingkah laku manusia memiliki kecenderungan memperoleh kekayaan material semaksimal mungkin yang ditempuh melalui jalur manapun sehingga setiap individu menghalalkan segala cara demi mewujudkan keinginannya. Hal ini mengakibatkan marak terjadi krisis moral dan krisis kejujuran di negeri ini. Krisis kejujuran contohnya adalah muncul banyak saksi di pengadilan yang berbohong serta merambah ke dunia anak sekolah yaitu kasus siswa menyalahgunakan uang SPP. Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Umur remaja ini berkisar antara 13-25 tahun. Jadi siswa SMA masuk kedalam usia remaja. Menurut Jalaluddin tipe moral remaja terbagi menjadi Self directive, Adaptive, Submissive, Unadjusted, dan Deviant (Jalaludin, 1996:74). Salah satu point penting adalah Adaptive yaitu mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik. Sehingga remaja cenderung meniru keadaan yang ada di sekitarnya. Kita dapat mendesain sebuah lingkungan yang berdedikasi pada kejujuran (Fahreza, 2011:133). Pendapat ini sesuai dengan pendapat para tokoh behavioristik yang menyatakan bahwa lingkungan merupakan faktor penting dalam menentukan tingkah laku. Sehingga moral yang terbentuk pada remaja saat ini merupakan hasil dari bentukan lingkungannya. Menanggapi krisis moral khusunya kejujuran di lingkungan remaja, mulai 2007 Komisi Pemberantasan Korupsi meluncurkan program kantin kejujuran. Kantin kejujuran merupakan sebuah sistem kantin tanpa penjaga. Setiap konsumen yang ingin membeli suatu produk, mereka bisa mengambil
17
barang yang ada secara langsung di etalase dan bisa membayar di tempat yang telah disediakan. Apabila membutuhkan kembalian, konsumen dipersilakan mencari sendiri di kotak uang yang ada. Transaksi yang hanya bersandar pada rasa saling percaya ini diyakini ampuh untuk menanamkan perilaku jujur sejak dini, karena konsumen dilatih untuk berbuat jujur. Jujur dalam menghitung jumlah pembelanjaan mereka dan juga jujur dalam membayar serta mengambil kembalian. Sekolah pun beramai-ramai mendirikan kantin kejujuran. Namun, tidak seluruh kantin mampu bertahan lama. Banyak diantara mereka tumbang karena mengalami kerugian seperti SMP N 2 Salatiga. Uniknya dari sekian banyak yang tumbang, tetap ada kantin yang bertahan dan semakin maju, salah satunya adalah kantin kejujuran di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Salatiga yang selanjutnya disebut dengan SMA N 3 Salatiga. Sekolah yang berada di Jalan Kartini nomor 34 Kota Salatiga ini sudah memiliki kantin kejujuran sejak Oktober 2010. Awal berdirinya kantin kejujuran belum memiliki ruangan khusus, baru berupa beberapa meja panjang beserta rak-rak tempat jajanan di atasnya yang diletakkan di depan ruang guru. Seiring berjalannya waktu pihak sekolah menempatkan kantin kejujuran ini di ruangan khusus. Perjalanan kantin ini tidak sepenuhnya mulus, akan tetapi kantin ini juga pernah mengalami kerugian dikarenakan jumlah uang yang masuk dengan sisa barang yang ada tidak cocok. Namun sebagai pioneer sekolah yang mengaplikasikan kantin kejujuran, kantin tersebut tetap bertahan dan semakin berkembang.
18
Kantin kejujuran dapat merefleksikan tabiat para siswa yang ada di sekolah itu. Jika kantin tak bertahan lama karena bangkrut, maka hampir dipastikan para siswa di sekolah itu tak lagi berlaku jujur. Tapi sebaliknya, kantin akan semakin maju saat semua siswa memegang tinggi asas kejujuran dalam kesehariannya. Dengan melihat eksistensi kantin kejujuran di SMA N 3 Salatiga maka dapat diartikan bahwa program ini sukses. Suksesnya suatu program, tentu tidak lepas dari sistem manajemen kantin yang baik sehingga misi penanaman kejujuran pada siswanya berhasil. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berkeinginan untuk meneliti permasalahan dengan judul “MANAJEMEN KANTIN KEJUJURAN DALAM UPAYA MENANAMKAN SIFAT SHIDIQ PADA SISWA SMA N 3 SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana manajemen kantin kejujuran dalam upaya menanamkan sifat shidiq pada siswa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Apa problematika yang dihadapi dalam manajemen kantin kejujuran SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016? 3. Bagaimana dampak kantin kejujuran terhadap penanaman sifat shidiq siswa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
19
1. Untuk mengetahui manajemen kantin kejujuran dalam upaya menanamkan sifat shidiq pada siswa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi dalam manajemen kantin kejujuran SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016. 3. Untuk mengetahui dampak kantin kejujuran terhadap penanaman sifat shidiq siswa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016. D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis maupun teoritis, antara lain: 1.
Manfaat teoritis Memberikan sumbangan pemikiran terhadap wacana pendidikan agama Islam khususnya di bidang pendidikan akhlak. Bahwa dalam pendidikan akhlak dapat menggunakan berbagai metode pengajaran.
2.
Manfaat praktis a.
Bagi peserta didik: Agar membiasakan diri dan terbentuk akhlak mahmudah dalam diri setiap peserta didik.
b.
Bagi sekolah: Penelitian ini dapat menjadi rujukan bahwasanya pendidikan agama Islam khususnya di bidang akhlak tidak hanya dapat diajarkan di kelas, namun dapat juga dengan metode lain seperti yang terdapat pada kantin kejujuran ini.
20
c.
Bagi pemerintah: Agar dapat mencetak generasi muda yang berakhlak mahmudah sesuai fungsi pendidikan nasional.
d.
Bagi peneliti: Menambah wawasan serta sebagai bekal untuk menjadi seorang pendidik.
E. Penegasan Istilah 1. Manajemen Manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran (Tim penyusun kamus pusat bahasa, 2007:708). Sedangkan menurut Jane Imperand Betsy dan Ann Toffler (2002:651) manajemen adalah menggunakan sarana yang ada dengan bijaksana untuk dapat mencapai suatu tujuan. 2. Kantin Kejujuran Kantin adalah ruang tempat menjual minuman dan makanan (di sekolah, di kantor, di asrama, dsb) (Tim penyusun kamus pusat bahasa, 2007:502) Kantin kejujuran merupakan wahana pengembangan sikap dan perilaku
peserta
didik
dalam
rangka
memantapkan
dan
menginternalisasikan nilai keterbukaan, ketaat asasan, tanggung jawab, kemandirian, dan keadilan melalui aktivitas ekonomi yang dilakukan secara terbuka dan mandiri dalam rangka membiasakan kehidupan yang jujur, terbuka, dan bertanggungjawab (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:6).
21
3. Sifat Shidiq Jujur adalah lurus hati; tidak berbohong (misal dengan berkata apa adanya) (Tim penyusun kamus pusat bahasa, 2007:479). F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) karena peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah (Moleong, 2008:26). Peneliti terjun ke lapangan penelitian yaitu SMA N 3 Salatiga untuk mengamati fenomena yang berhubungan dengan siswa, guru, dan pengelola kantin kejujuran. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2008:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam penelitian ini akan dikaji lebih mendalam mengenai manajemen kantin kejujuran, problematika yang dihadapi, dan dampak adanya kantin kejujuran terhadap pembentukan sifat shidiq siswa SMA N 3 Salatiga. Pada pelaksanaannya dilakukan pencarian gambaran dan data
22
deskriptif di lingkungan SMA N 3 Salatiga yang dijadikan subjek penelitian. 2. Kehadiran Peneliti Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti berlaku sebagai instrumen utama tanpa mewakilkan kehadirannya pada orang lain. Kehadiran peneliti bertujuan untuk melakukan pengamatan dan wawancara mendalam guna mendapatkan data akurat dari informan yang diperlukan peneliti untuk melengkapi data penelitian. 3. Lokasi Lokasi penelitian berada di SMA N 3 Salatiga Jalan Kartini nomor 34 Kota Salatiga. Khususnya di area kantin kejujuran. Adapun pemilihan SMA N 3 Salatiga sebagai tempat penelitian karena realitas bahwa kantin kejujuran di SMA N 3 merupakan salah satu pioneer dan masih tetap eksis hingga sekarang. 4. Sumber Data Ada dua sumber yang digunakan peneliti yaitu : a.
Data Primer Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010:22). Sumber data langsung yang peneliti dapatkan berasal dari
23
siswa, guru PAI, guru BP, guru PKn, waka kesiswaan dan pengelola kantin kejujuran SMA N 3 Salatiga. b.
Data Sekunder Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2010:22). Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara. Adapun sumber data sekunder yang digunakan adalah pedoman kantin kejujuran dan laporan keuangan kantin kejujuran.
5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah : a.
Observasi Observasi
adalah
pengamatan
dan
pencatatan
secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Asmani, 2011:23). Peneliti mengamati dan mencatat gejala yang tampak pada objek penelitian. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai kondisi SMA N 3 Salatiga, kondisi kantin kejujuran, dan perilaku kejujuran siswa di kantin. b.
Wawancara Wawancara adalah suatu cara menggali data. Hal ini harus dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data yang detail
24
dan valid (Asmani, 2011:122). Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan wawancara terbuka dan terstruktur karena informan atau narasumber mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan tahu pula tujuan dari wawancara. Selain itu pada saat wawancara, peneliti sudah menetapkan dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang tersusun secara sistematis. Wawancara akan dilakukan kepada narasumber diantaranya adalah siswa, guru PAI, guru PKn, guru BP, waka kesiswaan, dan pengelola
kantin
kejujuran
SMA
N
3
Salatiga.
Peneliti
menggunakan teknik ini untuk mencari data terkait manajemen kantin kejujuran, problematika kantin kejujuran, dan dampak kantin kejujuran terhadap sifat jujur siswa. c.
Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274). Peneliti mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian berupa foto terkait proses pembelanjaan di kantin kejujuran, buku pedoman kantin kejujuran, visi misi SMA N 3 Salatiga, dan laporan keuangan kantin kejujuran.
6. Analisis Data Menurut
Moleong (2008:280)
analisis
data
adalah
proses
mengorganisasaikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan
25
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Pada tahapan ini, peneliti menganalisis data yang terkumpul yang terdiri dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pekerjaan analisis
data
dalam
hal
ini
adalah
mengatur,
mengurutkan,
mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorisasikannya. 7. Pengecekan Keabsahan Data Menurut Moleong (2008:324) ada empat kriteria yang digunakan yaitu:
kepercayaan
(credibility),
keteralihan
(transferability),
ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan (credibility). Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan observasi secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup. Kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2008:330). Pada teknik ini peneliti melakukan: a.
Triangulasi teknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b.
Triangulasi sumber yaitu dengan cara membandingkan data hasil wawancara antar narasumber terkait dan membandingkan data hasil dokumentasi antar dokumen.
26
8. Tahap-Tahap Penelitian Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut: a.
Tahap sebelum ke lapangan Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian.
b.
Tahap Pekerjaan Lapangan Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan peran kantin kejujuran dalam menanamkan sifat shidiq siswa SMA N 3 Salatiga. Data ini diperoleh dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
c.
Tahap Analisis Data Menurut Miles dan huberman yang dikutip Sugiyono (2011:337) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 1)
Mereduksi atau merangkum data, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu.
2)
Penyajian data dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya secara naratif.
27
3)
Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum pernah ada.
d.
Tahap Penulisan Laporan Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saransaran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.
G. Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini, penulis menyusun kedalam 5 (lima) bab yang rinciannya adalah sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II: KAJIAN PUSTAKA. Membahas secara tuntas judul yang ada sesuai dengan teori yang mendukungnya. Yaitu pengertian manajemen kantin kejujuran dan sifat shidiq siswa. BAB III:
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. Berisi
Gambaran Umum SMA N 3 Kota Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016 yang meliputi sejarah perkembangan sekolah, identitas sekolah, visi dan misi, prinsip filosofis, program unggulan, struktur kepengurusan, tenaga pendidik,
28
daftar siswa, jenis kegiatan di sekolah, prestasi sekolah, program kantin kejujuran, dan temuan hasil penelitian berupa manajemen kantin kejujuran, problematika yang dihadapi, serta dampak adanya kantin kejujuran terhadap penanaman sifat shidiq siswa SMA N 3 Salatiga. BAB IV: PEMBAHASAN.
Meliputi
manajemen
kantin
kejujuran,
problematika yang dihadapi, serta dampak adanya kantin kejujuran terhadap penanaman sifat shidiq siswa SMA N 3 Salatiga. BAB V: PENUTUP. Meliputi kesimpulan dan saran.
29
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Manajemen Kantin Kejujuran 1. Manajemen a. Pengertian Manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata tersebut digabung menjadi kata kerja managere yang berarti menangani. Managere diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman, 2010:5). Manajemen
dalam
arti
luas
adalah
perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. (Usman, 2010:5) Menurut George R. Terry (dalam Herujito, 2006:3) manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya. 30
Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses sosial, yang direncanakan untuk menjamin kerjasama, partisipasi, intervensi, dan keterlibatan orang lain dalam mencapai sasaran tertentu atau yang telah ditetapkan dengan efektif (Sukiswa, 1986:13) Manajemen didefinisikan Robbins dan Coulter sebagai proses pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbins dan Coulter, 2007:8). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input yang terkecil. Dari sudut pandang ini, efisien diacukan sebagai melakukan pekerjaan dengan benar sehingga tidak memboroskan sumber daya. Sedangkan efektivitas adalah menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai. Manajemen difokuskan tidak hanya dengan mencapai kegiatan dan memenuhi sasaran organisasi (efektivitas), tetapi juga melakukannya dengan seefisien mungkin. b. Fungsi Manajemen Peneliti mengambil pandangan dari George R. Terry (dalam Soekarno, 1980:66) yang merumuskan fungsi-fungsi manajemen terdiri dari planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian),
31
actuating
(penggerakan/pelaksanaan),
dan
controlling
(pengendalian/pengawasan) yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Perencanaan Perencanaan
menurut
Soekarno
adalah
persiapan-
persiapan tentang apa yang akan dicapai, yang kemudian memberikan pedoman, garis-garis besar tentang apa yang akan dituju. Perencanaan berisi tentang what (apa maksud tujuan yang hendak dicapai), how (bagaimana cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut), why (mengapa seperti itu), where (di mana tempat kegiatan usaha akan dilaksanakan), when (kapan rencana itu dilaksanakan), dan who (siapa yang akan melaksanakan (Soekarno, 1980:70). Herujito
berpendapat
bahwa
perencanaan
berisi
perumusan dari tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditetapkan (Herujito, 2006:84). Selanjutnya, menurut Stoner James, A.F. (dalam Herujito, 2006:89) langkah dasar perencanaan adalah (1) menetapkan tujuan berupa apa yang dibutuhkan atau diinginkan, (2) mendefinisikan situasi saat ini tentang sumber daya yang dimiliki dan data keuangan, (3) menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal organisasi, (4) mengembangkan rencana dengan cara memilih alternatif yang sesuai dan menguntungkan. Dalam membuat perencanaan
32
terlebih dahulu harus menganalisis mengenai apa yang harus dikerjakan, mengapa dikerjakan, siapa yang harus mengerjakan, kapan harus dikerjakan, di mana harus dikerjakan, dan bagaimana harus mengerjakan (Herujito, 2006:86). Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Tujuan perencanaan menurut Usman (2010:65) adalah: a) Standar pengawasan, yaitu mencocokkan pelaksanaan dengan perencanaannya. b) Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan. c) Mengetahui
siapa
saja
yang
terlibat
(struktur
organisasinya), baik kualifikasinya maupun kuantitasnya. d) Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan. e) Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga, dan waktu. f)
Memberikan gambaran
yang menyeluruh mengenai
kegiatan pekerjaan. g) Menyerasikan dan memadukan beberapa subkegiatan. h) Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui. 33
i)
Mengarahkan pada pencapaian tujuan.
2) Pengorganisasian Menurut Chester I. Barnard (dalam Soekarno, 1980:75) organisasi adalah suatu sistem mengenai usaha-usaha kerjasama yang dilakukan 2 orang atau lebih. Usman
mendefinisikan
pengorganisasian
merupakan
penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya (Usman, 2010: 146). Sedangkan Herujito berpendapat pengorganisasian adalah proses
penyesuaian
struktur
organisasi
dengan
tujuan,
sumberdaya dan lingkungannya. Struktur organisasi merinci pembagian aktivitas kerja dan menunjukkan tingkat spesialisasi dari suatu pekerjaan. Struktur ini menunjukkan hierarki dan struktur wewenang organisasi serta memperlihatkan hubungan pelaporannya (Herujito, 2006:110). Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang menempatkan seseorang sesuai dengan keahliannya untuk mencapai tujuan tertentu. Proses pengorganisasian meliputi (1) merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi, (2) membagi tugas sesuai dengan kualifikasi
34
(keahlian), (3) mengelompokkan aktivitas yang sama menjadi departemen dan menyusun skema kerja sama antardepartemen, (4)
menetapkan
mengkoordinasikan
mekanisme pekerjaan
(aturan anggota
main) organisasi
untuk dalam
kesatuan yang harmonis, (5) membantu efektivitas organisasi dan
mengambil
langkah-langkah
penyesuaian
untuk
mempertahankan atau meningkatkan efektivitas dengan cara memastikan apakah struktur organisasi masih relevan atau konsisten dengan pelaksanaan operasi yang efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan sekarang (Herujito, 2006:126-127). 3) Penggerakan Actuating menurut George R. Terry (dalam Herujito, 2006:179) adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang menyebabkan orang-orang lain bertindak. Soekarno berpendapat actuating sebagai penggerakan adalah suatu fungsi pembimbingan dan pemberian pimpinan serta penggerakan orang-orang, supaya orang tersebut suka dan mampu bekerja (Soekarno, 1980:86) Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penggerakan adalah suatu upaya menggerakkan anggota suatu organisasi supaya dapat bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
35
4) Pengawasan/ Pengendalian Pengendalian atau pengawasan adalah tugas untuk mencocokkan sampai di mana program atau rencana yang telah dilaksanakan
(Soekarno,
1980:104).
Dengan
demikian
diketahui kelemahan, kekurangan, serta dapat mencari jalan keluar untuk mengatasinya. Menurut Usman pengendalian adalah kegiatan memantau, menilai, dan melaporkan kemajuan proyek disertai tindak lanjutnya. Tujuan pengendalian adalah untuk menjamin kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan (Usman, 2010:504). Herujito mengemukakan bahwa pengawasan adalah mengamati dan mengalokasikan dengan tepat penyimpanganpenyimpangan yang terjadi (Herujito, 2006:242). Pelaksanaan pengawasan bisa melalui pengawasan langsung di tempat, laporan lisan, tulisan, dan penjagaan khusus. Dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan pengawasan/pengendalian sebagai proses mengevaluasi sejauh mana kesesuaian kegiatan yang berlangsung dengan tujuan yang telah ditetapkan. Langkah-langkah dasar pengendalian menurut Mochler (dalam Herujito, 2006:248) adalah menentukan standar dan metode yang digunakan untuk mengukur prestasi, mengukur
36
prestasi kerja, menganalisis apakah prestasi kerja memenuhi syarat, dan mengambil tindakan korektif. 2. Kantin Kejujuran a. Pengertian Kantin kejujuran merupakan wahana pengembangan sikap dan perilaku peserta didik dalam rangka memantapkan dan menginternalisasikan nilai keterbukaan, ketaatasasan, tanggung jawab, kemandirian, dan keadilan melalui aktivitas ekonomi yang dilakukan secara terbuka dan mandiri dalam rangka membiasakan kehidupan yang jujur, terbuka, dan bertanggungjawab (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:6) b. Dasar Hukum Dasar hukum pedoman pengembangan kantin kejujuran ini adalah sebagai berikut (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:3) 1) Ketetapan MPR-RI Nomor IV Tahun 1973 tentang Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional. 2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pada pasal 27 dan pasal 30. 3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. 4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
37
5) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 6) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1982 tentang Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda. 7) Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi Dinas Daerah Provinsi Jawa Tengah. 8) Pedoman Umum Pembinaan Nasionalisme melalui Jalur Pendidikan di Jawa Tengah. c. Tujuan Tujuan penyelenggaraan kantin kejujuran adalah untuk mendukung kualitas sumber daya
manusia
melalui
upaya
menanamkan, menumbuhkan, memelihara, dan mengembangkan nilai-nilai keterbukaan, ketaat asas, tanggung jawab, kemandirian, dan keadilan peserta didik melalui praktik pendidikan di lingkungan sekolah secara mandiri dan terbuka (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:7) d. Manfaat Manfaat Kantin Kejujuran sebagaimana disampaikan oleh Drs. H. Didik Pradigdo dalam Workshop Pembinaan Nilai-Nilai Kejujuran siswa SMA/SMK Jawa Tengah pada Rabu,11 Agustus 2010 adalah sebagai berikut: 1) Bagi Siswa: dapat melatih kejujuran dan sikap tanggung jawab yang diberikan, serta sikap kemandirian.
38
2) Bagi Guru: sebagai sarana mengaplikasikan nilai-nilai kejujuran yang telah diajarkan di dalam kelas. 3) Bagi Sekolah: terbentuknya perilaku dan lingkungan yang jujur di sekolah. e. Prinsip Dasar Pengembangan Kantin Kejujuran Prinsip Dasar Pengembangan Kantin Kejujuran (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:8) 1) Keterarahan tujuan Penyelenggaraan kantin kejujuran ini lebih diarahkan pada tujuan pembentukan, revitalisasi, dan pengaktualisasian nilainilai kejujuran, akhlak mulia, budi pekerti, serta penanaman jiwa kewirausahaan. 2) Keluwesan program Fleksibilitas
penyelenggaraan
kantin
kejujuran
dapat
disesuaikan dengan budaya sekolah, kemampuan sekolah, waktu, tempat, dan model penyelenggaraan. 3) Pengembangan kemandirian Penyelenggaraan kantin kejujuran harus mampu menjadi modal dalam pengembangan karakter (character building) peserta didik dengan pembekalan nilai-nilai kejujuran dan jiwa kewirausahaan dalam menumbuhkembangkan budaya anti korupsi.
39
4) Daya guna dan hasil guna Penyelenggaraan
kantin
kejujuran
harus
mampu
memberdayakan semua elemen sekolah yang dimiliki dan apa yang
dilakukan
harus
mampu
memberikan
kontribusi
penanaman nilai-nilai kejujuran sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. 5) Penumbuhkembangan jiwa kewirausahaan Penyelenggaraan kantin kejujuran bisa menjadi wahana berlatih
wirausaha
peserta
menumbuhkembangkan
jiwa
didik
kewirausahaan
dan
upaya
(enterpreneur
building) peserta didik dengan didasari nilai-nilai kejujuran. 6) Keberlanjutan program Penyelenggaraan kantin kejujuran harus dilakukan secara sistemik,
sistematis
dan
terus
menerus
dalam
upaya
pembentukan karakter peserta didik dalam menumbuhkan budaya anti korupsi. f. Mekanisme Penyelenggaraan Kantin Kejujuran Mekanisme penyelenggaraan kantin kejujuran
(Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:12-13) adalah sebagai berikut: 1) Kepengurusan kantin kejujuran Kepengurusan kantin kejujuran di sekolah terdiri dari penanggungjawab, kepala sekolah, ketua komite sekolah,
40
pembina kantin, wakil kepala sekolah, kepala tata usaha, konsultan. 2) Pengadaan barang yang disajikan Barang yang disajikan merupakan barang konsumsi/ jajanan peserta didik berupa makanan, minuman, alat tulis sekolah dan perlengkapan sekolah yang mempunyai satuan ukuran yang jelas, baik satuan barang maupun satuan harga. Barang disajikan di atas meja atau di tempat yang mudah dijangkau peserta didik dengan telah diberikan label harga (banderol) yang jelas. Di atas meja disedikan kotak uang untuk tempat uang pembayaran maupun uang pengembalian. Jumlah tiap jenis barang dihitung secara
jelas
untuk
mempermudah
pertanggungjawaban
keuangan dan barang. 3) Tata cara pembayaran dan pengembalian Pembayaran dan pengembalian dalam penyelenggaraan kantin kejujuran dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut: a) Peserta didik memilih dan mengambil barang sendiri (self service), dan membayar sendiri sesuai dengan harga barang yang dibeli (self payment). b) Apabila perlu uang kembalian, peserta didik mengambil sendiri sesuai dengan selisih jumlah uang yang dibayarkan dengan jumlah harga barang yang diterima/diambil.
41
c) Apabila uang kembaliannya tidak diambil, maka uang tersebut akan dimasukkan ke dalam pembukuan tambahan modal. d) Jika peserta didik belum membayar/ lupa, esok hari akan diumumkan adanya selisih barang dan uang. 4) Pertanggungjawaban keuangan dan barang Pertanggung jawaban aliran barang dan uang (cashflow) akan dipertanggungjawabkan setiap hari setelah akhir kegiatan, dengan mekanisme sebagai berikut: a) Pelaksana harian akan menghitung barang dan uang kembalian ketika kantin tutup, lalu membukukannya ke dalam Kartu Persediaan Barang. b) Pelaksana harian melaporkannya kepada pembina kantin setiap hari. c) Pembina kantin melaporkannya kepada penanggungjawa setiap hari Sabtu dalam bentuk laporan pembukuan mingguan. d) Bagian pembukuan membukukannya dalam bentuk laporan rugi-laba, laporan perubahan modal, dan neraca dalam bentuk laporan pembukuan bulanan. e) Laporan pembukuan bulanan diumumkan sebagai bentuk transparansi
dan
akuntabilitas
kejujuran.
42
penyelenggaraan
kantin
g. Indikator Keberhasilan Program Indikator keberhasilan program (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:15-16) 1) Kelembagaan a)
Setiap jenjang pendidikan (dasar dan menengah) memiliki kantin kejujuran.
b)
Terbentuknya pengurus kantin kejujuran di semua jenjang pendidikan.
2) Sarana dan prasarana a) Tersedianya
tempat
untuk
penyelenggaraan
kantin
kejujuran yang memadai. b) Tersedianya sarana prasarana penyelenggaraan kantin kejujuran yang memadai dan bersih. c) Tersedianya barang-barang komsumsi yang dibutuhkan warga sekolah. d) Tersedianya perlengkapan administrasi kantin kejujuran. 3) Pembinaan siswa a) Tertanamnya sikap jujur b) Tumbuhnya rasa tanggung jawab c) Tumbuhnya budaya taat asas d) Terciptanya rasa keadilan e) Tumbuhnya sikap terbuka f) Tumbuhnya akhlak bulia
43
g) Tumbuhnya budaya anti korupsi 4) Pendidik dan tenaga kependidikan a) Tertanamnya sikap jujur b) Tumbuhnya rasa tanggung jawab c) Tumbuhnya budaya taat asas d) Terciptanya rasa keadilan e) Tumbuhnya sikap terbuka 3. Manajemen Kantin Kejujuran Manajemen kantin kejujuran yang akan diteliti terdiri dari proses planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (penggerakan/pelaksanaan), pengendalian).
dan
Penyelenggaraan
controlling kantin
(pengawasan/
kejujuran
harus
memperhatikan sosialisasi, pengelolaan, modal kantin kejujuran, tempat penyelenggaraan, peralatan yang dibutuhkan, jenis-jenis barang yang dijual, tata cara pembayaran, dan penyusunan laporan keuangan (Pradigdo, 2010:16-22) B. Sifat Shidiq 1. Pengertian Dalam pendidikan akhlak, Rasulullah telah memberi contoh mengenai sifat yang melekat pada dirinya yaitu shidiq, amanah, tabligh, fatonah. Shidiq yang berarti benar, mencerminkan bahwa Rasulullah berkomitmen pada kebenaran, selalu berkata dan berbuat benar, dan berjuang untuk menegakkan kebenaran (Kesuma, dkk,
44
2012:11). Shidiq dalam penelitian ini selanjutnya disebut dengan jujur merupakan sebuah karakter yang dapat membawa bangsa ini menjadi bangsa yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dalam pandangan umum, kata jujur sering dimaknai “adanya kesamaan antara realitas (kenyataan) dengan ucapan” dengan kata lain apa adanya. Jujur merupakan keputusan seseorang untuk mengungkapkan dalam bentuk perasaan, kata-kata dan perbuatan bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya. Dalam konteks pembangunan karakter di sekolah, kejujuran menjadi amat penting untuk menjadi karakter anakanak Indonesia saat ini. Karakter ini dapat dilihat secara langsung dalam kehidupan di kelas, semisal ketika anak melaksanakan ujian (Kesuma, dkk, 2012:16). Secara harfiah, jujur berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak curang. Jujur merupakan nilai penting yang harus dimiliki setiap orang. Jujur tidak hanya diucapkan, tetapi juga harus tercermin dalam perilaku sehari-hari (Naim, 2012:132). Menurut Al Ghazali jujur atau benar, ialah memberitahukan menuturkan sesuatu dengan sebenarnya. Manusia dituntut berpegang kepada kejujuran dengan memperhatikan prinsip kebenaran pada setiap problem yang dihadapinya dan dilaksanakan di atas hukum yang benar. Hal ini merupakan “tiang yang kokoh” menurut akhlaq Islam. (Al Ghazali, 1986:74).
45
Fahreza mengemukakan bahwa jujur adalah pondasi dari keseluruhan bangunan kehidupan (Fahreza, 2011:17). Menurut Kemendiknas sebagaimana tertuang dalam buku Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (dalam Suyadi, 2013:8) jujur adalah sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan, dan perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan yang benar, dan melakukan yang benar), sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya. Sejalan dengan Kemendiknas, Tresnawati mengemukakan bahwa jujur berarti berkata benar yang bersesuaian antara lisan dan apa yang ada dalam hati. Secara bahasa jujur dapat berarti perkataan yang sesuai dengan kenyataan dan hakikat sebenarnya (Tresnawati, 2012:27). Fadlillah dan Lilif mendefinisikan jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan (Fadlillah dan Lilif, 2014:40). Dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa jujur adalah sikap seseorang yang menunjukkan kesesuaian antara perkataan, penampilan, dan perbuatan dengan kenyataan.
46
2. Ciri Orang yang Jujur Ciri-ciri orang jujur menurut Kesuma, dkk (2012:17) adalah sebagai berikut: b. Jika bertekad (inisiasi keputusan) untuk melakukan sesuatu, tekadnya adalah kebenaran dan kemaslahatan. c. Jika berkata tidak berbohong (benar apa adanya). d. Jika adanya kesamaan antara yang dikarakan hatinya dengan apa yang dilakukannya. Sedangkan menurut Efendi (2012:9) Indikator kejujuran siswa: a. Bertindak sesuai dengan apa yang dikatakan b. Menepati janji dengan baik c. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang diperbuat d. Tidak mengambil hak orang lain e. Tidak melakukan perbuatan “curang” dalam hal apapun. 3. Manfaat Sifat Jujur Manfaat sifat jujur menurut Fahreza (2011:41) adalah sebagai berikut: a. Kelegaan hati dan ketenangan jiwa. b. Berkah dalam usaha dan bertambahnya kebaikan. c. Mendapatkan keberuntungan berupa kedudukan para syuhada‟. d. Selamat dari sesuatu yang tidak disukai. e. Mengundang kepercayaan dari orang lain 4. Bentuk-Bentuk Sifat Jujur
47
Bentuk-bentuk kejujuran menurut Al-Jazairi (2014:302) adalah sebagai berikut: a. Kejujuran dalam berbicara. b. Jujur dalam bermuamalah. c. Jujur dalam tekad (azzam). d. Jujur dalam berjanji. e. Jujur dalam berpenampilan. 5. Upaya Menanamkan Sifat Jujur a. Menguatkan basis kepribadian Dalam proses penanaman jujur, satu yang paling dominan dalam menentukan kemampuan untuk berbuat jujur adalah kekuatan pribadi. Ibarat sebuah pohon, sehebat dan sekencang apapun angin yang menerjang, pohon itu tidak akan roboh karena akarnya kuat. Maka langkah pertama untuk menanamkan kejujuran adalah berupaya menguatkan kepribadian. b. Mendalami aqidah Islam Aqidah berisi keyakinan menyeluruh terhadap kehidupan manusia, Allah SWT, dunia, akhirat, dan alam semesta (Fahreza, 2011:133). Keyakinan ini menggariskan hubungan yang positif antara manusia sebagai hamba dengan Allah SWT sebagai Tuhan, antara manusia dengan sesama manusia, dan antara manusia dengan makhluk lain di sekitarnya. Keyakinan tersebut akan membuat manusia sadar akan posisinya di alam semesta, sadar
48
akan pilihan untuk berbuat baik salah satunya dengan bersikap jujur. c. Menumbuhkan keikhlasan Yaitu menunjukkan hidup untuk mengabdi kepada Allah SWT. d. Sportif Menempatkan orang lain pada posisi diri kita, menempatkan perasaan orang lain sebagaimana perasaan kita. e. Membiasakan diri Kejujuran bukan merupakan sikap yang muncul secara tiba-tiba, melaikan merupakan hasil dari olah pembiasaan (Fahreza, 2011:121). Proses pembiasaan ini terdiri dari 2 proses sebagai berikut: 1) Proses pembiasaan secara tidak sadar: a) Memilihkan materi tontonan yang baik dan mendorong untuk bersikap jujur. b) Memberi contoh bersikap jujur. c) Menceritakan kisah-kisah manusia jujur. 2) Proses pembiasaan secara sadar: a) Menjelaskan mengapa agama Islam mengajarkan umatnya untuk bersikap jujur. b) Menjelaskan efek positif dari sikap jujur dan efek negatif dari sikap dusta.
49
c) Menggambarkan dengan jelas kemungkinan yang dihadapi apabila bersikap jujur. f. Mendesain lingkungan kejujuran Sebagai makhluk sosial, kondisi seseorang manusia akan selalu dipengaruhi oleh manusia lainnya, baik dalam lingkungan pergaulan, keluarga, sekolah, maupun masyarakat (Fahreza, 2011:129). Maka di dalam proses belajar jujur, sekolah dapat mendesain sebuah lingkungan yang akrab dengan nilai-nilai kejujuran. Menurut para pakar motivasi, cara paling efektif untuk mendorong seseorang untuk berubah adalah dengan memberi reward dan punishment. Proses
pembelajaran
setiap
manusia
dimulai
ketika
seseorang mulai berniat untuk bersikap jujur. Proses pembelajaran adalah proses merubah diri dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak baik menjadi baik, dan dari yang telah baik menjadi lebih baik (Fahreza, 2011:104). Hal ini terjadi karena fase kehidupan dapat berubah sewaktu-waktu dimana orang yang sekarang bersikap jujur dapat terjatuh dalam dusta. Pun sebaliknya, orang yang masih berdusta, kelak di kemudian hari bisa berubah menjadi manusia jujur.
50
C. Problematika dalam Manajemen Kantin Kejujuran Kantin kejujuran merupakan sebuah program yang tidak luput dari sebuah problematika. Bagi sekolah yang memiliki manajemen baik, permasalahan tersebut sangat mudah disikapi dengan mencari jalan keluar bersama sehingga kantin tetap berjalan dan semakin sukses. Namun, tidak jarang beberapa kantin kejujuran terpaksa gulung tikar karena bangkrut (tidak adanya kesesuaian antara pemasukan dan jumlah barang). Menurut Tresnawati salah satu problematika di kantin kejujuran adalah ketika siswa jajan di kantin, makan kue tiga, namun dia hanya membayar satu (Tresnawati, 2012:35). Hal tersebut tentu mengganggu sistem manajemen kantin kejujuran khususnya saat tahapan controlling.
51
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data SMA N 3 Salatiga 1.
2.
Identitas Sekolah a. Nama Sekolah
: SMA Negeri 3 Salatiga
b. NIS
: 301036204003
c. NPSN
: 20328449
d. Terakreditasi
: A (No. Ma.010201 Tgl.27/10/2011)
e. Alamat
: Jalan Kartini No.34
f. No. Telpon
: (0298) 323300
g. Kode Pos
: 50711
h. Kelurahan
: Salatiga
i. Kecamatan
: Sidorejo
j. Kota
: Salatiga
k. Propinsi
: Jawa Tengah
l. Tahun Berdiri
: 15 Juli 1991 ( Alih fungsi SPGN)
m. Kepmendikbud
: 0519/O/1991 Tgl. 5 September 1991
Sejarah Singkat SMA N 3 Salatiga a. Riwayat sekolah Sejak penjajahan jepang sekolah ini digunakan untuk Sihang Gakko. Sedangkan pada zaman penjajahan Belanda, sekolah ini digunakan sebagai Gauverment Jongens Normal School. Tahun 1945 hingga 1947 digunakan untuk Sekolah Guru Laki-laki (SGL). Pada 52
pendudukan Belanda tahun 1948 hingga tahun 1950 digunakan oleh tentara Belanda. Kemudian pada tahun 1950-1951 digunakan oleh Tentara Nasional. Selanjutnya tahun 1951 digunakan lagi untuk Sekolah Pendidikan Guru (SGB) hingga tahun 1960 dengan nama SGB Negeri 1. Tahun 1959 sampai 1960 dipakai bersama-sama oleh SGB Negeri 1 dan SGTK Negeri. Lalu, pada tahun 1960-1964 SGA dan SGTK diintegrasikan menjadi SPG hingga tahun 1991 dan akhirnya pada 15 Juli 1991 SPG Negeri Salatiga dialihfungsikan menjadi SMA N 3 Salatiga. SMA N 3 (Eks. SPG) Salatiga menempati seluruh Gedung serta lokasi SPG Negeri Salatiga sejak SPG Negeri Salatiga dialih fungsikan. b. Pimpinan Sekolah SMA Negeri 3 Salatiga didirikan pada tanggal 15 Juli 1991 (Alih fungsi dari SPG Negeri Salatiga). Pimpinan sekolah yang bertugas di SMA Negeri 3 Salatiga dari tahun ke tahun adalah : 1) Drs. Gunadi
1991 – 1992
2) Wuryanto, BA
1992 – 1993
3) Sumardi Hardo, BA.Dipl Tesl
1993 – 1997
4) Drs. Murdiono
1997 – 2005
5) Drs. Sujit Mudjirno, SIP,M.Pd
2005 – 2012
6) Drs. Suyitno, M.Pd.
2012 – 2015
53
7) Dra. Yuliati Eko Atmojo, M.Pd. 3.
2016-Sekarang
Visi dan Misi a.
Visi Visi SMA N 3 Salatiga “UNGGUL PRESTASI SERASI DALAM BUDI PEKERTI BERDAYA SAING GLOBAL”. Dengan Indikator sebagai berikut : 1) Peningkatan perolehan Nilai Ujian Nasional 2) Peningkatan penerimaan seleksi Perguruan Tinggi melalui jalur PMDK dan SPMB 3) Peningkatan kegiatan ekstrakurikuler 4) Peningkatan lomba kesenian, KIR, dan Olahraga 5) Peningkatan kedisiplinan siswa 6) Peningkatan pengelolaan sekolah sebagai upaya mewujudkan wawasan wiyata mandala 7) Pemberian pembekalan kecakapan hidup bagi siswa yang tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sesuai dengan minat dan potensinya.
b. Misi Misi yang diharapkan dalam mewujudkan visi SMA Negeri 3 Salatiga sebagai berikut: 1) Menyediakan pelayanan belajar yang efektif dengan sumber belajar yang memadai 2) Melaksanakan remedial/pengayaan yang berkelanjutan
54
3) Penambahan jam pada pelajaran yang diujikan secara nasional kepada siswa kelas X, Xi, XII 4) Melaksanakan UHT (Ulangan harian terprogram) kepada siswa kelas X, XI, XII pada semester I dan II 5) Kerjasama dengan lembaga bimbingan belajar untuk persiapan ke SPMB 6) Melakukan perlatihan dan mendorong siswa mengenal potensi diri untuk bersaing dalam setiap even/kegiatan 7) Menyediakan wahana pembinaan siswa bidang non akademis, melalui kegiatan ekstrakurikuler 8) Memasukkan pelajaran bimbingan karier dan budi pekerti ke dalam kegiatan intrakurikuler bagi siswa kelas X dan XI 9) Menkoordinasi
pembinaan
mental
spiritual
yang
berkesinambungan 10) Mengajak orang tua/wali murid memberikan bimbingan dalam hal budi pekerti yang baik 11) Menyediakan wahana komunikasi, koordinasi antara sekolah, orang tua, masyarakat dan instansi yang terkait untuk menunjang terlaksanya program sekolah 12) Memberikan pelatihan ketrampilan komputer bagi siswa yang tidak akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga siswa mampu mengidentifikasi, menggunakan dan mereparasi macam-macam peralatan elektronika.
55
4.
Sarana Prasarana Tanah sekolah sepenuhnya milik negara. Luas areal seluruhnya 53.426 m2. Luas bangunan 7.323 m2, luas halaman 6.210 m2, luas lapangan olahraga 1.360 m2 dan luas kebun 38.533 m2. Tabel 3.1 Sarana Prasarana
No
Ruang/Alat
Jumlah
Kondisi
Luas (m2)
Baik
30
3.788
v
a. Fisika
1
96
v
b. Biologi
1
96
v
c. Kimia
1
96
v
d. Komputer
1
144
v
e. Bahasa
1
96
v
3.
Perpustakaan
1
100
v
4.
Olahraga
1
104
v
1
408
v
1.
Teori/Kelas
2.
Laboratorium
5.
Bangsal Pertemuan
6.
PSB/Serbaguna
1
106
v
7.
Masjid
1
200
v
8.
OHP
3
56
v
Rusak
Komputer
9.
Laptop
15
v
10.
Tape Recorder
18
v
11.
Sound System
3
V
12.
LCD
35
V
1
V
System
13.
5.
/
KBK/Server
14.
Komputer Siswa
84
V
15.
VCD
6
V
16.
Organ/Kayboard
1
V
Data Ketenagaan dan Siswa a. Data pendidik dan tenaga kependidikan Jumlah seluruh personil sekolah ada sebanyak 95 orang, terdiri atas guru 66 orang, karyawan tata usaha 10 orang, pesuruh 13 orang dan satpam 4 orang. 1) Data Pendidik Tabel 3.2 Daftar Pendidik
No. Nama/NIP/NUPTK
1
Dra. Yuliati Eko Atmojo, M.Pd.
57
Bidang Tugas
Ekonomi
Bhs. Inggris 2
Drs. Supriyanto,M.Pd
3
Drs. Saptono Nurgahadi, M.Pd., M. Si.
4
Dra. Susilowati
5
Dra. Tyas Mardhi Astutie
6
Drs. Suwarjo
7
Drs. Yahya
Kimia Kimia
Basasin
Sejarah
Fisika
Pend Islam
Agm
8
Drs. Hadiyanto
9
Dra. Sukmawati
10
Dra. Sri Mekar Widiyastuti, M.Pd.
11
Drs. Purwanto
Drs. Tri Ajar Suprapto Al, M.Pd.
Bhs. Inggris
12
Dra. Sri Lestariningsih, S.Pd.
Sejarah
13
Dra. Ch. Tuti Indrarini, S.Pd.
Sosiologi
14
Eko./Akunt
Eko./Akunt
Fisika
58
Matematika 15
Indriyawanti, S.Pd.
Eny Sri Handaruningsih, S.Pd.
Eko./Akunt
16
Dra. Anita Liswati Sri Lestari
Matematika
17
18
Drs. Takarina
19
Dwi Hartati, S.Pd.
20
Sri Mulyatiningsih, S.Pd.
Geografi
Biologi
Geografi
Matematika 21
Budi Utami S.Pd
Dra. Siti Mualimah Khotijah
Kimia
22
Inti Artini Palupi, S.Pd., M.Si.
Fisika
23
24
Aris Kusmanto, S.Pd.
25
Dra. Kristin Yulianti
26
Drs. Agus Supriyo
27
Sri Asih, S.Pd.
Fisika
Matematika
Penjaskes
Bhs. Inggris
59
Firmaya Yulias Anggraini, S.Pd.
Biologi
Amelia Handayani Widiasih, S.Pd. M.Si
BK
Novembri Agus Hariyanto, S.Pd.
BK
30
31
Budi Susila, S.Pd.
32
Retno Gianti, S.Pd.
33
Agus Supriyadi
34
Agus Widiyanto, S.Pd.
28
29
Fisika
Matematika
Seni Musik
Basasin Sastra Indo Basasin 35
Muhlasin, S.Pd.
36
Supriyatin Widodo, S.Pd, M.Pd
37
Hanang Tugiyanto, S.Pd.
Syamsi Ariyah, S.Pd., M.Pd.
Basasin
38
Bangun Nugroho Echnatius, S.Pd.
TI
39 40
M. Bashori, S.Pd.
Biologi
Penjaskes
Seni Budaya
60
Penjaskes 41
Arief Prihastono, S.Pd.
42
Siti Mardiyah, S.Pd.
43
Listyarini Nur Banun, S.Sos
44
Indriastuti Soewarto, S.Pd.
45
Agus Nugroho, S.Pd.
46
Riya Suryana, S.Pd.
Bahasa Inggris
Sosiologi
Bahasa Jawa
TI
Kewarganegarn
47
Muh Sukron, S.Pd.I
48
Wahyu Wiyandani, S.Pd.
49
Dra. Rr. Sri Winarsih
50
R. Andi Nurcahyo Hadisaputro, S.Pd.
51
Drs. Antonius Mukijo
52
Ngastoroso, S.Th.
Pend. Islam
Agm.
Bhs Inggris
Kimia
Bahasa Indonesia
Pen.Ag.Katolik
Pen.Ag.Kristen
61
Kewarganegarn 53
Anik Idhayati, S.Pd.
54
Ndaru Dian Pratiwi, S.Pd.
Bhs. Inggris Conversation
55
Danis Eko Suryanto, S. Ag.
56
Dra. Siti Nur Handayani
57
Pend. Agama Budha
Kewarganegarn
Saiful Barmawi, S.Pd.
Bahasa Jepang
Respati endah Pertiwi, S.P
Sejarah
Sugeng Riyanto, M.Pdi.
Pendidikan Agama Islam
Suryo Handoko, S.Pd
Matematika
58
59
60
Bahasa Jawa
61
Ratna Imani, S.Pd
62
Solikhin, S.Pdi.
63
Christiawan Widhi N, S.Pd Bahasa Inggris convesation
64
Krisna Hartanto,S.Pd
Bahasa Inggris conversation
65
Slamet Budiyanti, S.Pd
Bahasa Inggris conversation
Pendidikan Agama Islam
62
66
Nur Choiriyah, S.Pd
Bahasa inggris
2) Pegawai Tata Usaha dan Pembantu Pelaksana Tabel 3.3 Daftar Tenaga Kependidikan No.
Nama
1.
Hendri Hernowo
2.
Siti Munjiah
3.
Sulistinah, A.Md.
Jabatan Koor. Tata Usaha Pengelola Perpustakaan
1. Bendahara rutin 2. Bendahara BOSS 3. Kesiswaan
4.
Ihya Humaida, SE.
1. Pembantu Pengurus Barang 2. Administrasi kepegawaian
5.
Sugiyanto
Pembantu Pelaksana
6.
Sutini
Pembantu Pelaksana
7.
Jundi Azis
Pembantu Pelaksana
8.
Miftahul Huda
Pembantu Pelaksana
63
9.
Dulrahman
Pembantu Pelaksana
10
Panut Azis
Pembantu Pelaksana
11
Yulianto
Pembantu Pelaksana
12
Joko Nugroho
Pembantu Pelaksana
13
Ahmad Khoironi
Pembantu Pelaksana
14
Ali Samani
Pembantu Pelaksana
15
Mustarojab
Pembantu Pelaksana
16
Ahmad Ahsoni
Satpam
17
Mubasyir
Satpam
18
Sri Warsini
19
Endang
Pembantu Pelaksana Asih
Petugas Foto Copy
Priyanti 20
Bangun Ismayadi
Petugas Perpustakaan
21
Ansuryono
Satpam Siang
22
Romli
Satpam Siang
23
Rio Brian Agus
Petugas Foto Copy
Setyawan
Dari sejumlah guru, 89 % berstatus PNS dan sisanya 11 % berstatus honorer (GTT). Untuk karyawan hanya 35 % yang berstatus PNS dan sisanya 65 % pegawai tidak tetap (PTT).
64
b. Keadaan peserta didik Dari jumlah peserta didik, kelas X berjumlah 329 yang terdiri dari siswa laki-laki sejumlah 124 dan siswa perempuan sejumlah 205, kelas XI berjumlah 330 yang terdiri terdiri dari siswa laki-laki sejumlah 133 dan siswa perempuan sejumlah 197, kelas XII berjumlah 335 yang terdiri dari siswa laki-laki sejumlah 115 dan siswa perempuan sejumlah 220. Tabel 3.4 Daftar Siswa Jenis kelamin No.
Jumlah
Kelas Laki-laki
Perempuan
1.
X1
12
22
34
2.
X2
12
22
34
3.
X3
7
27
34
4.
X4
14
18
32
5.
X5
15
17
32
6.
X6
15
17
32
7.
X7
11
23
34
8.
X8
9
21
30
9.
X9
14
20
34
65
10.
X 10
15
18
33
11.
XI IPA 1
15
29
34
12.
XI IPA 2
15
20
35
13.
XI IPA 3
13
24
37
14.
XI IPA 4
15
21
36
15.
XI IPA 5
12
22
34
16.
XI IPS 1
16
18
34
17.
XI IPS 2
14
18
32
18.
XI IPS 3
12
21
33
19.
XI IPS 4
15
19
34
20.
XI IBB
6
15
21
21.
XII AKSEL
1
6
7
22.
XII IPA 1
12
25
37
23.
XII IPA 2
13
23
36
24
XII IPA 3
33
33
25.
XII IPA 4
23
36
13
66
26.
XII IPA 5
10
28
38
27.
XII IPS 1
14
24
38
28.
XII IPS 2
16
21
37
29
XII IPS 3
17
21
38
30.
XII IPS 4
14
24
38
31.
XII IBB
5
8
13
6. Ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler adalah wadah yang digunakan sekolah untuk menampung bakat dan minat siswa agar lebih terarah pada hal yang lebih positif. Adapun ekstrakurikuler yang ada, antara lain:
Tabel 3.5 Jadwal Ekstrakurikuler No
Jenis Ekstrakurikuler
Hari
Keterangan
1
PASKIBRA
Selasa
Pilihan
2
Band
Kamis
Pilihan
3
Bola Volly
Kamis
Pilihan
4
Jurnalistik
Selasa
Pilihan
67
5
Seni Baca Alquran
Rabu
Pilihan
6
English Club
Selasa
Pilihan
7
KIR
Selasa
Pilihan
8
Bola Basket
Kamis
Pilihan
9
Pencak Silat
Rabu
Pilihan
10
Rebana
Kamis
Pilihan
11
Karate/ Taekwondo
Selasa
Pilihan
12
Modern Dance
Rabu
Pilihan
13
Paduan Suara
Kamis
Pilihan
14
PMR
Rabu
Pilihan
15
Cinematografi
Rabu
Pilihan
16
Pramuka
Jumat
Wajib
bagi
kelas X dan pilihan
bagi
kelas XI 17
Science Club
Senin - Kamis
Peserta ditunjuk sekolah
68
dari
18
Karawitan
Kamis
Pilihan
19
Seni Tari
Kamis
Pilihan
7. Prestasi Siswa
No. 1
Tabel 3.6 Daftar Prestasi Siswa Nama Kelas Peringkat Yosua, Cs
XII IPA 1
II
Kejuaraan Padus
Lagu
Nasionalisme Tk.Kota Lomba 2
Lufi Andriawan
XII IPA 3
III
Lagu
Perjuangan Tk.Kota Lomba
Lagu
Perjuangan 3
Brigitta
Orizya X.3
III
Tk.Kota
Sativa Jalan
Cepat
5000 m Putri Kejuaraan 4 Destianan Azani
XI IIS 4
I
Nasional Atletik antar
PPLP
Tk.Nasional Kejuaraan Nasional Wadokai Karate Do Indonesia Junior
69
Kumite
5
XI IIS 3
II
55
Kg
Tk.Nasional
M Liong Gilang
Kejuaraan Nasional Wadokai Karate Do Indonesia Junior
Kata
Perorangan Putra 6
XI IIS 3
II
Tk.Nasional Lomba
M Lion Gilang
KTG
Tk.Kota Lomba
KTG
Tk.Kota Lomba
Cerdas
Cermat Tk.Kota Lomba
Cerdas
Cermat Tk.Kota Lomba 7
XI MIA 4
II
Ikhwanul Muslim 8
Cermat Tk.Kota Lomba
XI IIS 3
II
Story
Telling Tk.Kota Lomba
Khansa Kamila
Cerdas
Story
Telling Tk.Kota 9
XI MIA 4
II Lomba
70
Cerita
Novita Indah Sari 10
Jawa Tk.Kota X MIA 1
II
11
Tk.Kota X MIA 3
II
Andara Pratama 12
Nanda Resta F
Lomba
13
Debat
Bahasa Inggris XI MIA 5
II
Tk.Kota Lomba
Lu‟Lu ul M
Debat
Bahasa Inggris
Widya Kartikasari
Lomba
Debat
Bahasa Inggris XI MIA 2
III
Tk.Kota Lomba
14
Daviani Widawati
XI MIA 4
III
Tk.Kota
Aldinsyah 15
Geguritan Putra
Lomba X AKS
III
Geguritan Putri Tk.Kota
Maranatha L Macapat Tk.Kota 16
X MIA 3
II Tenis Lapangan Yunior Tunggal
Kristoforus
Putra
David
Tk.Nasional 17
X
II Tenis Lapangan
Widiyanto
Yunior
Ganda
Putra Tk.Nasional
71
18
XI MIA 4
II
Kebangsaan
Krisna Ari Murti
19
Tk.Kota
XI MIA 4
I
X3
I
Xi IIS 4
II
XI IPS 4
III
XI IPS 2
II
Daniel 20
21
Remax Kurniawan Remax Kurniawan
22
Padus Wawasan
Mentari, Cs 23
72
B. Temuan Penelitian 1.
Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga Pada bagian ini, akan dipaparkan hasil penelitian berupa fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengevaluasian yang diselenggarakan di kantin kejujuran SMA N 3 Salatiga. a. Perencanaan Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber ditemukan beberapa pernyataan yang mendukung proses perencanaan. 1)
Penentuan Tujuan Tahun berdiri dan tujuan kantin kejujuran terlihat dari pernyataan AK selaku Wakabid Kesiswaan: “Kantin itu kan memang sudah lama, mulainya 2010. Maksud dan tujuannya untuk membiasakan anakanak untuk berlaku jujur dan bertanggung jawab. Pengelolanya
dari
guru
sini”
(W/G/AK/12-04-
2016/09.01 WIB). SN berpendapat hampir sama tentang tujuan kantin kejujuran sebagai berikut: “Untuk tujuan ya itu tadi kantin kejujuran memang untuk mengukur perilaku siswa. Saya juga pernah menulis di koran dengan judul „Jangan Biarkan
73
Prinsip 3,2,1 yaitu ngambil 3, mbayar 2, ngakunya 1” (W/G/SN/11-04-2016/10.21 WIB). AI juga mengungkapkan tujuan yang sama terkait kantin kejujuran. “Tujuan dari kejakasaan itu untuk menjajaki seberapa jauh kah anak itu kejujurannya seperti apa dengan adanya kantin yang tanpa ditunggui, uang kembalian
juga
ambil
sendiri,
dan
sebagainya”
(W/G/AI/12-04-2016/09.12 WIB). Tujuan yang berbeda diungkapkan NA sebagai berikut: “Intinya tujuan awal berdirinya untuk pendidikan anti korupsi kalau di sekolah salah satunya ya melalui kantin kejujuran ini” (W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB). 2)
Workshop, Pemberian Modal, dan Pendirian Kantin Kejujuran. Terkait letak, penataran guru, dan modal awal kantin kejujuran, SN menyatakan: “Saya di kantin kejujuran ini baru kira-kira 2 tahunan karena saya di SMA N 3 ini baru 3 tahun terus diajak mengelola ini. Jadi sejarah awalnya hanya diceritani saja. Setahu saya launching awalnya yang datang malah guru Bahasa Inggris dan BK, lha itu mereka ditatar istilahnya. Awal berdiri kantin berada di depan kantor guru, sekarang disini. Terus dapat modal
74
dari
kejaksaan
sebanyak
Rp
10.000.000,00.”.
(W/G/SN/11-04-2016/10.21 WIB) Pernyataan mengenai adanya workshop dan tahun berdirinya kantin kejujuran juga diungkapkan NA: “Pada awalnya kita ikut workshop ini pada hari selasa dan rabu. Untuk launchingnya di SMA N 3 Salatiga selang 1 bulan setelahnya. Sekitar September 2010” (W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB). Penjelasan tahun berdirinya kantin kejujuran juga diungkapkan LK: “Kantin kejujuran berdiri sekitar 7 tahun yang lalu pada 2010 akhir. Idenya dari kejaksaan karena melihat kemerosotan karakter anak penerus bangsa, maka dibuatlah program dengan nama kantin kujujuran” (W/G/LK/15-04-2016/13.40 WIB). Terkait unsur pengelola kantin kejujuran berikut ungkapan NA: “Pastinya terdiri dari BK, Pkn, dan unsur kesiswaan” (W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB). Ketika peneliti mewawancarai AK terkait modal awal kantin, berikut ini jawabannya: “Emm... itu dulu ada dana hibah dari pemerintah sekitar Rp 10.000.000,00 diberikan ke sekolah dan dari 75
sekolah
sendiri
diusahakan
berkembang
dan
alhamdulillah ini terus berkembang” (W/G/AK/12-042016/09.01 WIB). Hal yang sama juga disampaikan NA: “Dari Kejaksaan tinggi sebesar Rp 10.000.000,00 sebagai dana hibah jadi diberi secara cuma-cuma untuk program pemerintah dalam rangka pengembangan karakter kejujuran di sekolah atau pada generasi muda” (W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB). 3)
Analisis Tantangan Eksternal dan Tahapan Sosialisasi Kantin Ketika
peneliti
menggali
data
mengenai
sistem
sosialisasi kantin kejujuran, berikut ini pendapat beberapa narasumber: AK menyampaikan: “Kita beritahukan pada saat MOS, kita ada kantin kejujuran yang letaknya di sini, membeli dan membayar serta mengambil kembalian sendiri” (W/G/AK/12-042016/09.01 WIB). Cara sosialisasi kantin yang berbeda diungkapkan LK: “Pas jamane Pak Anjar kesiswaan anak itu diberi pengarahan terus, „kowe podo-podo jajan ning kantin umum karo ning kantin kejujuran ki bedo‟, pahalane
76
lebih besar di kajur karena niatmu jajan posisi kantin nggak ada yang jaga” (W/G/LK/15-04-2016/13.40 WIB). Selain cara di atas H menyampaikan cara lain sebagai berikut: “Kalau di kantin kejujuran menunya lebih sesuai dengan menu kesehatan, maka sudah dititipkan. Jadi yang masuk di kantin kejujuran biasanya menunya sudah diminta dari sekolah. Tidak sembarang yang bisa dijual di sekolah itu tidak. Jadi mereka sudah ijin dulu dari pengelola kantin kejujuran” (W/G/H/12-04-2016/07.27 WIB). Sebagai
pengelola,
SN
mengungkapkan
sistem
sosialisasi kantin: “Dulu diumumkan lewat halo-halo mbak, tapi sekarang nggak pernah. Soale nggak lengkap. Kan lucu juga to kalau nggak lengkap kok diumumke, akhirnya nggak pernah diumumke” (W/G/SN/11-04-2016/10.21 WIB). b. Pengorganisasian Dari beberapa keterangan narasumber diperoleh hasil struktur organisasi kantin kejujuran sebagaimana dituturkan NA: “Pastinya terdiri dari BK, PKn, dan unsur kesiswaan” (W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB).
77
Ketika peneliti menanyakan struktur pengurus kantin saat ini, AK menjelaskan: “Ya itu yang bertanggungjawab di bidang kesiswaan, jadi ketuanya saya sendiri, kemudian ada pengelolanya. Pengelolanya ya dari anggota kesiswaan” (W/G/AK/12-042016/09.01 WIB). Hal senada diungkapkan SN: “Untuk susunan pengurus sekarang penanggung jawab kepala sekolah, koordinator waka kesiswaan yaitu Pak Aris, dan pengelola saya dan Bu Win” (W/G/SN/11-04-2016/10.21 WIB). c. Pelaksanaan Proses pelaksanaan kantin kejujuran diperoleh dari beberapa keterangan narasumber sebagai berikut. AK menjelaskan: “Guru sini yang membelanjakan barang-barangnya kemudian ditaruh di kantin tanpa pengawasan guru. Anak-anak mengambil jajanan sendiri, terserah dia, dan ada hargaharganya. Misalkan di meja ini ada snack dengan harga sekian, anak-anak mengambil sendiri kemudian menghitung sendiri, dan uangnya ditaruh di tempat uang” (W/G/AK/12-04-2016/09.01 WIB). Lebih lanjut sebagai pengelola, SN menjelaskan:
78
“Kita mbuka kantin sambil lari-lari kok, apalagi kalau ngajar jam pertama harus nata dan sebagainya. Kalau jam terakhir ada uang berapa aja ya langsung diraup masukin tas besuk buat belanja lagi, jadi ora kober ngitung” (W/G/SN/1104-2016/10.21 WIB). Keterangan hampir sama diutarakan pengelola SW: “Kalau ingin tahu yang saya lakukan pagi jam 07.00 saya mbukak kantin, kalau pas jam istirahat atau jam kosong uang saya ambil, siangnya saya tutup. Kalau sudah ngumpul uangnya saya belanjakan lewat sales” (W/G/SW/06-04-2016/12.30 WIB). Sebagai siswa, WJ menggambarkan bagaimana pelaksanaan kantin kejujuran: “Kantin kejujuran adalah kantin dimana kita mengambil barang dan memilih barang sendiri” (W/S/WJ/15-04-2016/09.18 WIB). TV menjelaskan kegiatan beberapa siswa yang ada di kantin kejujuran: “Ini USDA mbak, jadi kami membuat makanan dan dititipkan di kajur, terus dana yang dikumpulkan untuk membiayai acara. Pada kesempatan ini kami membuat puding untuk kegiatan modern dance” (W/S/TV/11-04-2016/09.07 WIB).
79
Kegiatan di kantin kejujuran yang sama, namun beda ekstrakurikuler juga dijelaskan H: “Kantin kejujuran juga menumbuhkan jiwa wiraswasta siswa, contohnya anak-anak SKI bikin jus, bolu lha itu nanti dijual di kantin kejujuran” (W/G/H/12-04-2016/07.27 WIB). Ketika peneliti mewawancarai beberapa narasumber tentang peran guru di kantin kejujuran, berikut ini ungkapan H: “Di kelas ditanamkan bentuk-bentuk akhlak yang mulia diajarkan di kelas sebagai realisasi keimanan para siswa itu sendiri” (W/G/H/12-04-2016/07.27 WIB). Metode yang hampir sama diterapkan guru Kewarganegaraan AI: “Di kelas kita juga sosialisasi dengan cara „Kantin itu ada untuk menguji kamu, sejauh mana kamu jujur, karena meskipun kamu ndelik-ndelik Allah itu melihat kamu. Jadi sejauh mana kamu percaya bahwa kamu itu dilihat yang Kuasa‟. Kan gitu mbak, dan tetap saya tekankan bahwa kejujuran itu penting dalam berbagai hal. Di kelas pun juga sangat penting. Contek mencontek itu kan hal yang tidak jujur. Nilai itu penting banget, tapi kejujuran itu lebih penting dan itu memang saya tekankan. Baiklah coba kantin ini akan eksis atau tidak itu tergantung pada kamu. Kamu akan merasa malu seandainya kantin ini tidak berlangsung. Jadi mereka akan ada beban
80
mental, awet tidaknya kantin ini itu tergantung kalian juga. Jika suatu ketika kantin ini sudah tutup, seperti kantin di SMP 2 kan tutup, itu berarti kamu kena juga, meskipun kejaksaan tidak meminta kembali uangnya, tapi kan SMA 3 dikei kantin kejujuran ra mlaku ikg. Semuanya kena meskipun pelakunya hanya beberapa orang” (W/G/AI/12-04-2016/09.12 WIB). d. Pengendalian (Pengevaluasian) Pada bagian ini diketahui hasil penelitian terkait sistem evaluasi kantin kejujuran di SMA N 3 Salatiga sebagaimana yang disampaikan oleh NA: “Ya, kita evaluasi ada seminggu, sebulan, 1 kuartal, 1 semester. Evaluasinya paling tidak dari modal dan hasil. Modal 1 minggu hasil berapa, ada peningkatan tidak, kalau ada berarti nilai kejujurannya sudah meningkat. Tapi hal ini tidak pasti. Kadang untung, kadang rugi. Kalau untung kita infokan, bahwasanya kejujuran anak sudah baik pada laporan minggu pertama ini memperoleh laba sekian dan sebaliknya rugi pun kita infokan” (W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB). SN menjelaskan keadaan kantin kejujuran: “Dana 10 juta sudah kembali, itu artinya kejujuran anak ada otomatis nggak bangkrut” (W/G/SN/11-04-2016/10.21 WIB).
81
Lebih lanjut SN menambahkan: “Untuk evaluasi setiap hari itu sulit mbak, misalnya barang yang kita keluarkan berapa, nanti jam terakhir masih berapa haruse gitu, itu kan sulit dilakukan karena yang penting buat guru adalah ngajar, bukan ngurusi ini tok. Kalau ngurusi ini tok mungkin bisa mbak. Ini saja kita mbuka kantin sambil larilari kok, apalagi kalau ngajar jam pertama harus nata dan sebagainya. Kalau jam terakhir ada uang berapa aja ya langsung diraup masukin tas besuk buat belanja lagi, jadi ora kober ngitung. Kalau ada petugasnya mungkin bisa. Yang pasti evaluasinya bisa kulakan lagi, modal kembali, dan sekarang tinggal mengelola keuntungan” (W/G/SN/11-04-2016/10.21 WIB). Kesibukan yang sama dituturkan oleh SW: “Saya sibuk dek, jam ngajar full jadi tidak bisa kalau suruh melaporkan nritik tiap hari dagangan habis segini uangnya segini, itu saya kesulitan. Kemarin juga sudah saya tawarkan ke teman-teman yang lain, kalau ada yang mau menggantikan saya, tapi tidak ada yang mau” (W/G/SW/06-04-2016/12.30 WIB). Penjelasan terkait evaluasi diungkapkan SN: “Evaluasi memang sulit, karena kantin ini pure tidak dijaga. Contoh kasusnya saya pengin jajan tapi nggak punya uang atau uang ketinggalan. Lalu njupuk sek, bayare besuk atu
82
besuk tak duble i ah. Nah gitu kan bisa mbak. Jadi untuk ngukur evaluasi per hari susah. Atau kasus lain ngambil susuk tapi nggak ada, ada sewu tok. Ah besuk wae. Sistemnya memang susah karena yang berjalan itu hati nurani” W/G/SN/11-042016/10.21 WIB). Mengenai pengelolaan keuntungan kantin, NA menerangkan: “Keuntungan itu nanti untuk pengembangan kantin itu sendiri” (W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB). Ketika peneliti mengajukan pertanyaan tentang intensitas siswa berbelanja di kantin kejujuran, berikut ini pernyataan beberapa narasumber: “Wah, sering banget mbak, ini kami semua merupakan pelanggan setia kajur” (W/S/TV/11-04-2016/09.07 WIB). “Sering
banget
mbak”
(W/S/NK/11-04-2016/11.04
WIB). “Iya mbak” (W/S/RA/12-04-2016/09.52 WIB). “Sering banget mbak. Saya lebih seneng jajan di kajur” (W/S/TW/11-04-2016/11.10 WIB). “Sering mbak” (W/S/MA/15-04-2016/09.04 WIB). Ketika ditanya lebih lanjut mengenai alasan narasumber lebih memilih kantin kejujuran berikut ini pendapat TV:
83
“Seneng banget mbak, tempatnya lebih bersih daripada kantin yang lain, dan lebih nyaman tempatnya daripada kantin sekolah” (W/S/TV/11-04-2016/09.07 WIB). Alasan selanjutnya diungkapkan MK: “Kalo
di
sini
bayar
sendiri
jadi
nggak
ribet”
(W/S/MK/11-04-2016/09.16 WIB). Hal yang sama diungkapkan AK: “Anak-anak sendiri sebenarnya lebih praktis membeli dan membayar dengan uang pas di kantin kejujuran” (W/G/AK/12-04-2016/09.01 WIB). Alasan harga diungkapkan NK: “Lebih murah di kajur mbak. Air hangat disini Rp 1.000,00 kalau di kajur gratis mbak, udah tinggal tuang aja. Harga pop mie juga lebih murah” (W/S/NK/11-04-2016/11.04 WIB). Hal senada diungkapkan TW: “Lebih murah di kajur mbak. Misal Aqua botol kalau disini Rp 2.500,00 di kajur cuman Rp 2.000,00” (W/S/TW/1104-2016/11.10 WIB). Hal yang sama diungkapkan MA: “Lebih murah di kajur mbak dan ikut membantu program sekolah ya mbak” (W/S/MA/15-04-2016/09.04 WIB). Alasan lain diungkapkan RA:
84
“Ya, waktu itu deket dengan kelas, jadi nggak jauh-jauh dari kantin” (W/S/RA/12-04-2016/09.52 WIB). Lebih lanjut NK menambahkan: “Kelebihannya sendiri dari segi tempat strategis banget mbak, kalau dari kelas bisa langsung jajan. Tapi kalau yang kelas X di ujung sana memang susah. Dari segi harga lebih murah di kajur mbak” (W/S/NK/11-04-2016/11.04 WIB). TW juga memberi alasan yang sama: “Kelebihannya tempat sudah strategis tapi karena sekolahnya yang terlalu luas jadi untuk kelas X agak kejauhan mungkin mbak. Selain itu harga lebih murah dan tidak ada yang jaga jadi bebas mau ambil apa aja” (W/S/TW/11-04-2016/11.10 WIB). Hal yang sama diungkapkan WJ: “Lebih dekat dengan kelas, jadi ketika istirahat langsung kesini” (W/S/WJ/15-04-2016/09.18 WIB). JS juga mengungkapkan: “Lebih dekat dengan kelas dan tidak begitu ramai” (W/S/JS/15-04-2016/09.21 WIB). RA memiliki alasan yang berbeda dengan yang lain: “Kelebihannya
melatih
kejujuran
itu
sendiri”
(W/S/RA/12-04-2016/09.52 WIB). Sedangkan kelebihan kantin kejujuran yang lain diungkapkan H:
85
“Anak-anak
lebih
senang
dengan
adanya
kantin
kejujuran karena mereka bisa jajan sesuai menu yang sesuai dengan selera mereka semua tersedia di kantin kejujuran. Mereka juga bisa berganti-ganti variasi makanan. Selain itu bisa jajan bersama teman-temannya karena didesign ada tempat duduknya. Kalau di kantin umum kan bapak ibu guru juga ada di sana, makannya kan juga di sana, jadi mereka pekewuh. Makanya anak-anak lebih antusias di kantin kejujuran. Harganya dengan kantin umum lebih murah, kalau sudah di kantin umum kan kantin umum juga sudah ngambil keuntungan, makanya kalau ada selisih anak-anak lebih senang di kantin kejujuran” (W/G/H/12-04-2016/07.27 WIB). Selanjutnya H menambahkan: “Kelebihannya kantin kejujuran merupakan tempat penanaman kejujuran, tersedia tempat duduk karena selalu saya wanti-wanti makan harus sambil duduk meskipun hanya sebutir permen, kondisi kantin tidak ada bapak ibu guru jadi mereka tidak pekewuh, dan kalau bukan waktu istirahat tidak boleh ke kantin, kan bapak ibu guru juga mengawasi dari kantor” (W/G/H/12-04-2016/07.27 WIB). Menurut
beberapa
narasumber,
diungkapkan
kekurangan kantin kejujuran, sebagaimana disampaikan MK:
86
beberapa
“Lebih milih disana mbak, Jajanannya lebih banyak di sana mbak” (W/S/MK/11-04-2016/09.16 WIB). Keluhan yang sama disampaikan beberapa narasumber sebagai berikut: “Kelemahannya jajanannya tidak sebanyak di kantin” (W/S/NK/11-04-2016/11.04 WIB). “Kekurangannya jajanannya kurang bervariasi mbak” (W/S/MA/15-04-2016/09.04 WIB). “Kekurangannya makanan kurang bervariasi mbak. Cuma itu itu aja kadang bosan” (W/S/WJ/15-04-2016/09.18 WIB). “Kekurangannya makanannya kurang enak-enak, cuman ada cemilan-cemilan” (W/S/RA/12-04-2016/09.52 WIB). Kelemahan selanjutnya disampaikan TW: “Kelemahannya yang njaga nggak ada, jadi terbatas penempatannya
kurang
rapi”
(W/S/TW/11-04-2016/11.10
WIB).
Ketika ditanya mengenai bagaimana cara menarik siswa supaya berbelanja di kantin kejujuran, berikut ini ungkapan AI: “Variannya seharusnya ditambah. Dulu awal-awal variannya cuman makanan kering, terus sekarang kita menerima nasi kucing, puding, jadi variannya yang ditambah, jadi anak
87
kalau sudah disana kan sudah tidak kepengin kemana-kemana lagi” (W/G/AI/12-04-2016/09.12 WIB). Senada dengan pernyataan di atas, SN sebagai pengelola baru mengatakan: “Variasi makanan itu harus macam-macam. Dulu ada gorengan disetori. Dulu laris banget mbak, variasi makanan banyak, pengurus juga banyak. Tapi hal tersebut kan butuh waktu. Sebenarnya anak banyak juga yang kesini, tapi karena variasinya kurang jadi anak bosan. Misal uang Rp 2.000,00 bisa buat beli nasi ini itu, sedangkan di kajur cuman buat makanan kering yang kurang mengenyangkan. Dulu juga ada soto mbak, tapi ada asistennya Bu Anik, jadi udah diracik di mangkok mangkok tinggal ngasih kuah. Kalau guru disuruh gitu kan repot juga ya mbak” (W/G/SN/11-04-2016/10.21 WIB). Keadaan kantin kejujuran disampaikan AK: “Guru itu tugasnya banyak, jadi belum bisa berkembang. Tapi ini sudah lumayan berkembang meskipun tidak pesat seperti kantin-kantin umum. Tapi sudah bertahan saja, itu merupakan prestasi yang bagus. Masalahnya banyak kantin yang bangkrut dan kita tidak. Jadi kita bertahan, modal bisa kembali, malah kita punya laba. Itu yang Rp 10.0000.000,00 sudah kembali lho mbak, ini tinggal mengelola laba” (W/G/AK/12-042016/09.01 WIB).
88
Berikut ini beberapa saran dari narasumber seperti yang diungkapkan TV: “Makanannya seharusnya lebih enak dan diperenak lagi. Sistem kembaliannya juga harus dipermudah” (W/S/TV/11-042016/09.07 WIB). NK juga mengemukakan: “Makanannya lebih banyak” (W/S/NK/11-04-2016/11.04 WIB) 2.
Problematika dalam Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga Ketika peneliti mengajukan pertanyaan mengenai problematika terkait kantin kejujuran,berikut ini keterangan narasumber. “Tahun kemarin itu ada 1 anak, temannya cerita ke saya, „Bu, anak ini ngambil‟. Ya langsung saya panggil dan saya bilang, „Uange mbok balekke, opo kowe tak laporke kepala sekolah, kowe kudu metu seko kene‟. Awalnya nggak ngaku mbak, „Aku nggak ngambil og bu‟. Terus tak jawab, „wis kowe mileh endi, ngaku opo tak laporke kepala sekolah, kowe tak laporke, kowe metu.‟ Terus akhirnya anak itu ngaku dan uangnya dikembalikan. Ada juga anak itu ngambil malah bangga, ketika diingetke temene, „eh kui permen 500 entuk 3 lho‟ dia malah santai dan berkata ah sante wae” (W/G/SN/1104-2016/10.21 WIB).
89
Kemudian SN merinci problematika terkait pengelola: “Pertama waktu ngajar jam pertama kadang guru gendadapan, kedua pengecekan per item susah karena sekarang 5 hari kerja pulang sudah setengah empat, dan ketiga untuk siswa variasi jenis makanan kurang up to date. Kalau anak kan senang yang nge trend. Lha itu guru yang kesulitan” (W/G/SN/11-04-2016/10.21 WIB). Lebih lanjut, Wakabid kesiswaan AK menambahkan: “Iya gini mbak, guru itu kan tugasnya banyak, mengajar ini itu, jadi harus benar-benar meluangkan waktu, yang harusnya jam kosong istirahat harus mengelola ini. Ya kendalanya seperti itu. Kalau kita punya niat yang baik, semua agar pendidikan karakter
bisa
dilaksanakan,
ya
mereka
ikhlas
untuk
melaksanakan itu meskipun butuh tenaga ekstra. Jadi nggak masalah” (W/G/AK/12-04-2016/09.01 WIB). Menurut AK problematika terkait siswa adalah: “Karena kantin itu yang mengelola guru, variasi menunya masih kurang. Jadi kita susah sekali untuk mengembangkan yang lainnya. Jadi variasinya ya tertentu saja. Kurang
variasi
dan
kurang
lengkap”
(W/G/AK/12-04-
2016/09.01 WIB). Menurut H, problematika terkait siswa lainnya yaitu:
90
“Ada siswa yang tidak jujur. Contoh dia hanya bayar 4 itu artinya masih hutang 1. 1 itu yang akan membawa dampak dari 4 yang sudah dimakan” (W/G/H/12-04-2016/07.27 WIB). Pendapat senada diungkapkan AI: “Gini seorang anak itu ada kantin yang uangnya banyak sekali dan satu dua tergiur dan itu terdeteksi juga. Tapi kita langsung
panggil
dan
anaknya
juga
langsung
mau
mengembalikan” (W/G/AI/12-04-2016/09.12 WIB). Lebih lanjut AI mengungkapkan: “Pertama dari segi pengelola itu kan memang harus khusus, kalau memang guru itu disambi memang tidak bisa. Memang fokusnya guru Pkn dan BK, tapi menurut saya harus ada petugas khusus yang ontime disitu, karena kita kan yang fokus mulang, ngajar, jadi kalau untuk nyambi itung-itungan, membelanjakan lagi, itu perlu waktu, dan kita kan nggak digaji juga tapi itu hanya sebagai tugas tambahan. Yang kedua, anak masih cenderung satu dua itu ada yang ngambil. Misal dia pakai uang besar dan nggak ada kembalian, uang dibawa dulu bayarnya besuk, dan kita kan nggak tau besuk mbayar apa tidak. Jadi masih ada satu dua anak yang ceroboh” (W/G/AI/12-042016/09.12 WIB).
91
Kantin kejujuran SMA N 3 Salatiga pernah terjun bebas sebagaimana diungkapkan LK: “Pernah ada satu generasi jelek, mereka mempengaruhi teman-temannya sampai kita pernah terjun bebas nggak ada uang. Mereka pada ngutil. Lalu dari kami langsung manggil pentolane geng, dan akhirnya dipulangin Rp 20.000,00 atau Rp 25.000,00 tapi tidak sebanyak uang yang dicuri” (W/G/LK/1504-2016/13.40 WIB). Problematika lain terkait pengelola, diungkapkan NA: “Banyak, karena jelas problem itu ada di pengelola itu sendiri dan siswa. Dari segi pengelola adalah konsep dari pengelola yang lain, yang tidak mengerti rohnya kantin kejujuran mereka tetap menghendaki keuntungan. Tapi yang mengerti,
sebenarnya
permasalahan
utamanya
bukan
di
keuntungan. Sedangkan dari segi siswa yaitu untuk melatih kejujuran itu butuh waktu, tidak bisa cepat jadi kadang kala kantin itu dagangan atau barangnya berkurang tapi uangnya tidak bertambah” (W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB). Ketika peneliti mengajukan pertanyaan terkait pernah tidaknya menyaksikan ketidakjujuran di kantin kejujuran, beberapa narasumber mengungkapkan:
92
“Pernah mbak. Dulu itu pernah liat temen ngambilngambil barang, sampek nggak bayar sejumlah Rp 50.000,00” (W/S/TV/11-04-2016/09.07 WIB). “Pernah mbak. Ada temen yang ngambil tapi nggak bayar” (W/S/MK/11-04-2016/09.16 WIB). “Sering banget, mungkin bukan temen tapi kakak atau adik kelas. Pernah ada cerita ada bakwan udang, dia cuman ngambili udangnya, bakwannya ditinggal. Hehe” (W/S/NK/1104-2016/11.04 WIB). “Pernah mbak, kadang adik kelas atau kakak kelas” (W/S/TW/11-04-2016/11.10 WIB). “Dulu ada kakak kelas pernah ada kasus disidang ke BK karena pada nggak bayar. Jadi beberapa kelas gitu mbak, seperti gerombolan” (W/S/RA/12-04-2016/09.52 WIB). Ketika diajukan pertanyaan terkait problematika yang siswa rasakan, berikut ungkapan TV: “Sistem pembayarannya, misal beli pakai uang besar itu terkadang tidak ada kembaliannya. Ya kalau nggak ada ya bayarnya besuk aja” (W/S/TV/11-04-2016/09.07 WIB). Hal yang sama juga diakui H: “Kekurangannya sistem kembalian yang kadang tidak ada” (W/G/H/12-04-2016/07.27 WIB).
93
Dalam mengatasi berbagai problematika terkait siswa, sebagai guru PAI, H mengungkapkan: “Itu kadang saya takut-takuti. Kan memang ada hadis „Barangsiapa yang memakan harta riba/pencurian termasuk itu, ibadahnya selama 40 hari tidak diterima. Mereka harus masuk nereka‟. Maka mereka harus jujur. Maka mereka harus secara jujur dan mengembalikan apa yang sudah pernah diambilnya, yang seperti itu pada akhirnya tetap mengembalikan. Tapi ada juga anak yang tidak mengembalikan. Pada suatu hari temannya cerita kalau yang ngambil ini ini pada jam istirahat dipanggil gerombolannya,
hingga
pada
akhirnya
bisa
tertangkap”
(W/G/H/12-04-2016/07.27 WIB). Sebagai guru BK, NA mengemukakan cara tersendiri dalam mengatasi problem tersebut. “Kita umumkan baik lewat pas upacara bendera atau diumumkan pas istirahat atau pulang sekolah, diinformasikan secara menyeluruh bahwasanya kantin hari ini dari modal yang ada mengalami kerugian atau uang tidak kembali sekian. Itu selalu kita informasikan” (W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB). Solusi berikutnya diungkapkan AI: “Solusinya yang pertama kajur kan memang pure nggak ditunggu, jadi nggak ada yang nunggu, free. Solusinya kita sebagai guru PKn ya terus ngomong menggencarkan masalah
94
kejujuran di kelas kelas saat kita mengajar. Yang kedua, itu ketika ada uang banyak itu kita ambil dulu, itu untuk mengantisipasi, meskipun itu nggak bener karena harusnya ya itu ada uang disitu yo wis ben, tapi utnuk mengantisipasi kita masih pekewuh jika ditutup. Kemudian ada CCTV, sekarang nggak
ada
karena
memang
nggak
dibenarkan,
karena
peraturannya memang tidak seperti itu” (W/G/AI/12-042016/09.12 WIB). Ketika peneliti menanyakan sanksi apa yang diberikan kepada siswa apabila tertangkap berbuat curang saat berbelanja, berikut ini penuturan NA: “Sebenarnya kalau itu kita menanamkan kejujuran kan tidak ada pengawasan, tidak ada tindakan, yang ada hanyalah himbauan. Kecuali kalau tertangkap basah bahwa ada pelaku yang ngambil, baru kita panggil. Tapi bukan tindakan, hanya pembinaan. Yo paling gur tak tuturi, „Wis ojo ngono, kantin iki nglatih
kowe.
Ya
diusahakan
yang
kemarin
diambil
dikembalikan, jangan diulangi‟, begitu mbak” (W/G/NA/12-042016/08.30 WIB). LK juga menerapkan hal yang hampir sama: “Saya punya 18 surat cinta janji kepada diri sendiri bahwasanya dia tidak akan mengulangi perbuatan tersebut lagi. Kami menggunakan pendekatan. Tidak ada sanksi. Saya
95
memberi kepercayaan kepada anak didik saya untuk menulis surat, dan saya beri pemahaman bahwa aku cuman manusia biasa lho, tapi kamu nulis disaksikan Tuhan. Menurut saya yang penting ada perubahan, dia tahu kalau mencuri itu bukan tindakan benar. Enaknya jajan itu tidak seberapa tapi pertanggungjawabanmu kepada Tuhanmu yang berat. Disini yang kita titikberatkan adalah perubahan sikap, mentalitas anak supaya dia paham bahwa oh aku nyuri ki nggak bagus” (W/G/LK/15-04-2016/13.40 WIB). Hal senada diakui RA sebagai siswa: “Cuma dipanggil sama bayar ganti rugi” (W/S/RA/1204-2016/09.52 WIB). 3.
Dampak Kantin Kejujuran Terhadap Penanaman Sifat Shidiq Siswa SMA N 3 Salatiga Menurut hasil penelitian, terungkap dampak kehadiran kantin kejujuran, seperti yang diungkapkan AK: “Anak-anak dari awal sudah terbiasa untuk bertanggung jawab dan memang karakter kejujurannya itu diawali dari yang kecil termasuk dari kantin kejujuran ini mbak. Harapannya dari hal yang kecil ini dapat dikembangkan menjadi hal yang lain. Tapi selama ini anak-anak signifikan dampaknya. Misalkan ada uang yang jatuh di jalan, meskipun hanya Rp 5.000,00 mereka nggak mau ambil, dan diberikan kepada saya terus saya
96
umumkan. Kalau tidak ya saya kumpulkan, saya taruh di masjid atau diberikan ke yang membutuhkan. Inilah salah satu dampak dari
penanaman
kesehariannya
ada
dampak
positifnya”
(W/G/AK/12-04-2016/09.01 WIB). Dampak yang sama diungkapkan NA: “Oh ya jelas. Salah satunya ya itu. Kantin kejujuran itu menanamkan, karena memang jujur terhadap diri sendiri, jujur terhadap temannya, terhadap lingkungannya, terhadap pencipta itu harus ada pada setiap anak sehingga hal seperti itu tetap kita pertahankan” (W/G/NA/12-04-2016/08.30 WIB). Sebagai guru agama, H mengungkapkan dampak kantin kejujuran. “Dari sinilah sebenarnya kantin kejujuran juga melatih untuk jujur antar teman, kan antara teman satu dengan yang lain saling mengontrol” (W/G/H/12-04-2016/07.27 WIB). Sebagai guru Kewarganegaraan, AI berpendapat mengenai dampak kehadiran kantin kejujuran. “Kita lihat dari uang yang masih ada itu kita bisa memprediksi, ya masih ada kejujuran di kalangan siswa. Masih banyak sih, bukan masih ada. Memang pengaruh kantin kejujuran ke anak itu sangat membantu banget untuk membentuk mental anak berbuat jujur karena dia akan merasa malu juga ketika anak lain kan juga tahu „kowe ki nggowo duit
97
piro, tapi kok ambilnya lebih banyak dari yang dimasukkan‟ akhirnya teman-temannya kan juga pada tahu. Jadi kantin ini sangat membantu anak-anak untuk lebih jujur” (W/G/AI/12-042016/09.12 WIB). LK menjelaskan dampak kantin kejujuran dalam penanaman kejujuran sebagai berikut: “Oh ya jelas ada. Jujur disini karena pengakuan itu, bukan masalah pengembalian uangnya, wong kita disini tidak jualan kok, tapi anak sudah ngaku itu merupakan point tersendiri” (W/G/LK/15-04-2016/13.40 WIB) Siswa SMA N 3 Salatiga juga mengungkapkan dampak kantin kejujuran yang sama, sebagaimana diungkapkan NK: “Kantin kejujuran itu melatih kejujuran, terus baguslah untuk melatih murid-murid. Lebih takut untuk berbohong soalnya ada kewajiban untuk bayar sendiri. Jadi bermanfaat untuk kami” (W/S/NK/11-04-2016/11.04 WIB). Hal yang sama diungkapkan beberapa narasumber: “Melatih kejujuran sih mbak membayar sejumlah barang sesuai yang kita ambil” (W/S/WJ/15-04-2016/09.18 WIB). “Ada, karena dengan adanya kantin kejujuran melatih kejujuran siswa” (W/S/RA/12-04-2016/09.52 WIB) “Ya,
melatih
2016/09.07 WIB).
98
kejujuran
mbak”
(W/S/TV/11-04-
“Iya mbak, karena di kantin ini siswa membayar sesuai harga yang tertera tanpa dijaga” (W/S/JS/15-04-2016/09.21 WIB). “Ya, biar melatih kejujuran mbak. Kita ngambil jajan sendiri, mbayar sendiri” (W/S/MK/11-04-2016/09.16 WIB). “Iya mbak, karena disini diajarkan membayar sendiri sesuai barang yang diambil tanpa ada penjaga” (W/S/MA/15-042016/09.04 WIB). Sedangkan menurut TW: “Tergantung dari orangnya mbak, kalau sadar sih iya” (W/S/TW/11-04-2016/11.10 WIB).
99
BAB IV PEMBAHASAN
A. Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMA N 3 Salatiga menunjukkan bahwa fungsi manajemen kantin kejujuran terbagi menjadi 4 bagian. 1. Perencanaan Perencanaan
adalah
sejumlah
kegiatan
yang
ditentukan
sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut Stoner James, A.F. (dalam Herujito, 2006:89) langkah dasar perencanaan adalah (1) menetapkan tujuan berupa apa yang dibutuhkan atau diinginkan, (2) mendefinisikan situasi saat ini tentang sumber daya yang dimiliki dan data keuangan, (3) menganalisis
faktor-faktor
eksternal
dan
internal
organisasi,
(4)
mengembangkan rencana dengan cara memilih alternatif yang sesuai dan menguntungkan. Dalam membuat perencanaan terlebih dahulu harus menganalisis mengenai apa yang harus dikerjakan, mengapa dikerjakan, siapa yang harus mengerjakan, kapan harus dikerjakan, di mana harus dikerjakan, dan bagaimana harus mengerjakan (Herujito, 2006:86). Setiap program yang akan berlangsung, membutuhkan perencanaan yang matang. Tak terkecuali kantin kejujuran.
100
Proses perencanaan Kantin Kejujuran di SMA N 3 Salatiga dilakukan melalui 4 tahap, yaitu: a. Penentuan Tujuan Perencanaan paling awal dalam kantin kejujuran adalah penentuan tujuan. Tujuan kantin kejujuran SMA N 3 Salatiga menurut beberapa narasumber adalah sebagai media pendidikan anti korupsi dan membiasakan siswa untuk berlaku jujur serta bertanggung jawab sehingga dapat membantu menangani berbagai kemerosotan karakter yang ada. Tujuan ini selaras dengan yang diprogramkan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah bahwa tujuan penyelenggaraan kantin kejujuran adalah untuk mendukung kualitas sumber daya manusia melalui upaya menanamkan, menumbuhkan, memelihara, dan mengembangkan nilainilai keterbukaan, ketaatasas, tanggung jawab, kemandirian, dan keadilan peserta didik melalui praktik pendidikan di lingkungan sekolah secara mandiri dan terbuka (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:7). Kantin kejujuran diharap dapat menjadi media penanaman akhlak siswa khususnya kejujuran. b. Mengikuti Workshop dan pemberian modal Selanjutnya, beberapa guru dan siswa SMA N 3 Salatiga mengikuti pengarahan dari kejaksaan berupa workshop yang diadakan oleh dinas pendidikan provinsi Jawa Tengah. Workshop ini berisi tentang materi terkait kebijakan dinas pendidikan provinsi Jawa Tengah, hakekat
101
kejujuran, kepemudaan, dan implementasi pendidikan anti korupsi di sekolah. Selain diberi bekal berupa materi-materi terkait pendirian kantin kejujuran, pihak sekolah juga diberi modal dari kejaksaan sebesar Rp 10.000.000,00. Dana ini merupakan dana hibah, jadi tidak ada kewajiban untuk mengembalikan dana tersebut. c. Pendirian Kantin Kejujuran di SMA N 3 Salatiga Selang satu bulan setelah workshop, pada September 2010 berdirilah kantin kejujuran di SMA N 3 Salatiga yang dikelola langsung oleh guru BK, Kewarganegaraan, dan pihak Kesiswaan. Awalnya, kantin berada di depan ruang guru dengan tampilan yang sangat sederhana, hanya terdiri dari beberapa meja dan makanan kemasan kering. Seiring berjalannya waktu, kantin ini memiliki perkembangan yang pesat, dan pihak sekolah pun memberi ruangan khusus yaitu di dekat kantor guru. Ruangan ini cukup luas dan terdiri dari beberapa meja, etalase, lemari pendingin minuman, dispenser, dan beberapa tempat duduk serta meja untuk siswa berkumpul bersama temannya. d. Menganalisis tantangan eksternal dan tahapan sosialisasi kantin Kantin kejujuran di SMA N 3 Salatiga bukan merupakan satusatunya kantin yang ada di SMA N 3 Salatiga. Di dekat deretan kelas X, tepatnya di samping lapangan basket, terdapat kurang lebih 5 kantin umum yang siap bersaing baik dari segi harga, variasi makanan, serta fasilitas yang membuat siswa nyaman berbelanja. Pihak sekolah
102
memiliki cara tersendiri dalam mengatasi tantangan eksternal ini yaitu memberi pengumuman kepada siswa baru saat Masa Orientasi Siswa yang berisi penjelasan mengenai letak kantin dan sistem self service yang praktis untuk siswa. Selain diumumkan saat MOS, kesiswaan juga mensosialisasikan kantin kejujuran setiap saat bahwa bertransaksi di kantin kejujuran lebih menguntungkan salah satunya mendapat pahala dari niat awal kita. Niat ini berupa bertransaksi dengan jujur di mana notabennya kantin ini tidak ada yang menjaga. Kemudian ditambahkan pula bahwa menu di kantin kejujuran lebih sesuai dengan menu kesehatan, karena makanan yang berada di kantin kejujuran sudah diperiksa dahulu kandungan gizinya. Namun, seiring berjalannya waktu, sistem sosialisasi lewat pengumuman speaker yang ada di kelaskelas mulai ditinggalkan, hal ini dikarenakan kondisi barang-barang kantin yang tidak selengkap dahulu. 2. Pengorganisasian Usman mendefinisikan pengorganisasian merupakan penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya (Usman, 2010: 146). Kantin kejujuran merupakan sebuah program yang tidak luput dari struktur organisasi. Kepengurusan kantin kejujuran di sekolah terdiri dari penanggungjawab, kepala sekolah, ketua komite sekolah, pembina kantin, wakil kepala sekolah, kepala tata usaha, konsultan (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:12-13).
103
Dari beberapa keterangan narasumber diperoleh hasil bahwa struktur
organisasi
kantin
kejujuran
terdiri
dari
guru
BK,
Kewarganegaraan, dan Kesiswaan. Penanggung jawab kantin kejujuran SMA N 3 Salatiga saat ini adalah kepala sekolah, sedangkan koordinatornya
adalah
kesiswaan
yang
diketuai
oleh
AK,
dan
pengelolanya SN (guru PKn) dan SW (guru kimia). Berikut ini struktur kepengurusan kantin kejujuran di SMA N 3 Salatiga tahun 2016: Tabel 4.1 Struktur Organisasi Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga Penanggung Jawab Dra. Yuliati Eko Atmojo, M.Pd.
Koordinator Aris Kusmanto, S.Pd.
Pengelola
Pengelola
Dra. Rr. Sri Winarsih
Dra. Siti Nur Handayani
3. Pelaksanaan Actuating menurut George R. Terry (dalam Herujito, 2006:179) adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang menyebabkan orang-orang lain bertindak. Pada penelitian ini dikemukakan beberapa hasil wawancara dan observasi terkait proses pelaksanaan kantin kejujuran di SMA N 3 Salatiga.
104
Menurut mekanisme penyelenggaraan kantin kejujuran, barang yang disajikan merupakan barang konsumsi/ jajanan peserta didik berupa makanan, minuman, alat tulis sekolah dan perlengkapan sekolah yang mempunyai satuan ukuran yang jelas, baik satuan barang maupun satuan harga. Barang disajikan di atas meja atau di tempat yang mudah dijangkau peserta didik dengan telah diberikan label harga (banderol) yang jelas. Di atas meja disedikan kotak uang untuk tempat uang pembayaran maupun uang pengembalian. Jumlah tiap jenis barang dihitung secara jelas untuk mempermudah
pertanggungjawaban
keuangan
dan
barang
(Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:12-13). Selaras dengan aturan tersebut, proses pelaksanaan kantin kejujuran di SMA N 3 Salatiga secara umum digambarkan sebagai berikut: a. Pembelanjaan barang Pembelanjaan barang dilakukan oleh pengelola. Barang yang dibeli berupa makanan, minuman, dan alat tulis sekolah seperti buku, penggaris, pen, dan lain sebagainya. b. Penyusunan Barang Barang yang telah dibeli ditata di rak-rak, etalase, dan mesin pendingin minuman. Barang disusun sesuai jenis dan diberi label harga. Setiap paginya sebelum pukul 07.00 WIB, pengelola membuka kantin dan hanya beroperasi pada jam istirahat saja.
c. Penyelenggaraan kantin kejujuran
105
Menurut
mekanisme
penyelenggaraan
kantin
kejujuran,
pembayaran dan pengembalian dalam penyelenggaraan kantin kejujuran dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut: 1) Peserta didik memilih dan mengambil barang sendiri (self service), dan membayar sendiri sesuai dengan harga barang yang dibeli (self payment). 2) Apabila perlu uang kembalian, peserta didik mengambil sendiri sesuai dengan selisih jumlah uang yang dibayarkan dengan jumlah harga barang yang diterima/diambil (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:12-13). Mekanisme yang sama diterapkan di kantin kejujuran SMA N 3 Salatiga. Siswa yang berbelanja mengambil jajanan sesuai selera mereka
kemudian
menghitung,
membayar,
serta
mengambil
kembalian pada tempat uang yang telah disediakan. Bagi sales atau siswa yang hendak ikut menitipkan barangnya di kantin kejujuran harus melalui proses seleksi uji kelayakan dan yang lolos bisa menitipkan barang dengan cara menuliskan jumlah yang dititipkan pada buku yang telah tersedia. Siang harinya ketika ada jam kosong uang diambil oleh pengelola, dan ketika jam pelajaran sekolah usai, kantin pun ditutup. Hasil yang telah terkumpul kemudian digunakan pengelola untuk belanja lagi. Salah satu prinsip dasar pengembangan kantin kejujuran adalah penumbuhkembangan jiwa kewirausahaan yaitu penyelenggaraan kantin
106
kejujuran bisa menjadi wahana berlatih wirausaha peserta didik dan upaya menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan (enterpreneur building) peserta didik dengan didasari nilai-nilai kejujuran (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:8). Di dalam pelaksanaannya, kantin kejujuran SMA N 3 Salatiga selain melatih kejujuran dengan sistem self service, kantin ini juga membuka peluang kewirausahaan bagi siswa salah satunya dengan menjual produk buatan siswa di kantin tersebut seperti hasil observasi pada tanggal 11 April 2016 di kantin kejujuran terlihat kerumunan siswa sedang melabeli harga puding yang dibawa dari rumah. Proses pelaksanaan kantin kejujuran tidak lepas dari peran guru PAI dan Kewarganegaraan yang terus memberi pengarahan kepada siswa saat jam pelajaran berlangsung terkait penanaman akhlak khususnya kejujuran. Menurut H, di kelas-kelas ditanamkan bentuk-bentuk akhlak mulia sebagai realisasi dari keimanan siswa. Metode yang sama juga diterapkan AI , sebagai guru Kewarganegaraan, beliau menggencarkan pendidikan kejujuran kepada siswa dengan mengajak siswa untuk turut membeli keperluannya di kantin kejujuran. Selain itu, beliau juga memberikan gambaran kepada siswa, apabila kantin tutup maka SMA N 3 Salatiga akan memiliki nilai minus tersendiri di mata masyarakat, karena adanya kantin kejujuran merupakan gambaran bahwa sekolah mendidik kejujuran dengan program yang riil. 4. Pengendalian (Pengevaluasian)
107
Pengendalian atau pengawasan adalah tugas untuk mencocokkan sampai di mana program atau rencana yang telah dilaksanakan (Soekarno, 1980:104). Dengan demikian diketahui kelemahan, kekurangan, serta dapat mencari jalan keluar untuk mengatasinya. Pada bagian ini diketahui hasil penelitian dari beberapa keterangan narasumber bahwa sistem evaluasi kantin kejujuran di SMA N 3 Salatiga terdiri dari evaluasi mingguan, bulanan, kuarta, dan semester. Menurut NA, hasil evaluasi baik keuntungan maupun kerugian kantin ini biasanya diumumkan. Namun adanya peraturan baru 5 hari kerja membuat guru pengelola kantin kejujuran agak terganggu dalam melaksanakan tugas evaluasi kantin kejujuran karena disibukkan oleh padatnya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Hal ini berdampak pada sistem evaluasi kantin tidak berjalan seperti pada awal program. Sistem evaluasi hanya dilihat dari modal kembali dan masih berjalan. Menurut SN modal sudah kembali dan hanya mengelola keuntungan kantin kejujuran merupakan bukti bahwa kantin tidak mengalami kerugian. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa sekolah berhasil menanamkan nilai-nilai kejujuran pada siswa. Selain jam mengajar yang padat, sistem kantin yang tidak dijaga memang tidak memungkinkan untuk membuat evaluasi setiap hari karena yang berjalan hati nurani siswa, siswa yang hari ini tidak membayar bisa saja membayar di kemudian hari.
108
Salah satu prinsip dasar pengembangan kantin kejujuran adalah keluwesan program yaitu fleksibilitas penyelenggaraan kantin kejujuran dapat disesuaikan dengan budaya sekolah, kemampuan sekolah, waktu, tempat, dan model penyelenggaraan (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:8). Merujuk pada aturan ini, maka prinsip evaluasi yang dilaksanakan di SMA N 3 Salatiga ini sudah sesuai dengan mengelola kantin kejujuran sesuai dengan kemampuan sekolah. Pengelola yang memiliki jam mengajar yang padat tentu akan kesulitan apabila dimintai laporan mengenai kantin setiap hari. Sebagai gantinya, modal yang sudah kembali dan sekarang tinggal menjalankan keuntungan cukup menjadi bahan evaluasi bahwa kantin berhasil menjalankan misinya. Kantin kejujuran merupakan kantin yang lebih diminati siswa daripada kantin lain di lingkungan SMA N 3 Salatiga karena tempatnya lebih strategis, lebih bersih, nyaman, sistem self service yang praktis, lebih murah, dan melatih kejujuran. Selain alasan tersebut, ada pula siswa yang memilih jajan di kantin kejujuran karena sadar akan tujuan berdirinya kantin, sebagaimana diungkapkan RA. Menurut
hasil
evaluasi,
selain
alasan-alasan
yang
telah
diungkapkan, kantin kejujuran lebih diminati siswa karena menyediakan jajanan sesuai kesehatan, terdapat fasilitas di dalam ruangan seperti adanya tempat duduk yang memungkinkan siswa menikmati makanan dan minuman bersama teman-teman. Keberadaan Bapak Ibu guru di kantin
109
umum juga menyebabkan siswa lebih memilih jajan di kantin kejujuran yang lebih bebas dan tidak ada rasa canggung. Kantin kejujuran juga memiliki kelemahan atau kekurangan yang terkadang membuat siswa lebih memilih jajan di kantin umum. Jumlah, variasi, dan rasa makanan yang tidak sebanyak di kantin umum membuat siswa bosan. Tidak adanya penjaga juga memunculkan kelemahan lain berupa penempatan jajanan yang kurang rapi. Melihat perkembangan kantin dari tahun ke tahun, sejak berdirinya hingga sekarang, kantin kejujuran mengalami penurunan daripada saat awal berdirinya. Dahulu, variasi makanan cukup banyak seperti ada gorengan, nasi soto, dan berbagai makanan yang menarik. Namun akhirakhir ini hanya ada snack kemasan pabrik dan beberapa minuman yang disebabkan karena pengelola disibukkan dengan jam mengajar yang padat, hanya 5 hari kerja, dan tidak sempat berbelanja setiap hari sehignga memilih makanan dan minuman yang lebih awet. Proses evaluasi program memerlukan saran dari orang yang berhubungan dengan program tersebut supaya program yang ada kedepannya lebih baik. Berikut ini beberapa saran dari narasumber. TV dan NK menyarankan supaya makanan lebih enak dan lebih banyak serta sistem kembalian dipermudah dengan menyediakan stock uang dengan nominal kecil.
110
B. Problematika dalam Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga Salah satu problematika di kantin kejujuran adalah ketika siswa jajan di kantin, makan kue tiga, namun dia hanya membayar satu (Tresnawati, 2012:35). Peristiwa ini juga terjadi di kantin kejujuran SMA N 3 Salatiga. Dari
keterangan
beberapa
narasumber,
dapat
disimpulkan
bahwa
problematika yang ada bersumber dari siswa dan pengelola kantin. Terkait siswa, masih ada beberapa siswa yang belum menerapkan kejujuran pada saat berbelanja, akibatnya kantin terjun bebas dimana pemasukan yang ada tidak sesuai dengan jumlah barang yang berkurang. Menurut penjelasan LK, pada saat itu ada satu kelompok yang memang sengaja mengambil uang yang disediakan dalam toples uang. Namun akhirnya pihak BK bisa memanggil ketua kelompok dan setelah diadakan pembinaan mereka mengembalikan uang yang telah diambil. Kasus lain menurut penjelasan SN, pada tahun 2015 salah satu siswa melapor bahwa temannya ada yang mengambil uang, mendengar hal ini, pengelola pun segera mengambil tindakan memanggil siswa tersebut. Melalui proses pembinaan akhirnya siswa mengakui dan mengembalikan uang yang diambilnya. Menanggapi problem ini, sekolah memang memerlukan waktu untuk menanamkan kejujuran dalam diri siswa, jadi wajar apabila terkadang tidak ada keuntungan atau bahkan mengalami kerugian. Selain siswa yang belum jujur, problematika yang lain adalah keluhan siswa mengenai variasi makanan yang masih kurang lengkap. Apabila
111
dibandingkan dengan variasi makanan di kantin umum yang beraneka ragam dari makanan kering yang up to date sesuai iklan di televisi hingga makanan berat seperti nasi soto, kantin kejujuran saat ini memang kalah bersaing. Terkadang siswa sangat bosan hanya melihat jenis makanan yang kurang variatif. Beberapa siswa juga mengeluh terhadap sistem pembayaran yang terkadang tidak ada uang kembalian sehingga mereka membayar ketika sudah punya uang. Hal ini memang agak menyimpang, karena siswa yang seharusnya membayar sejumlah barang yang diambil, ia terpaksa tidak membayar atau membayar di kemudian hari karena tidak ada uang kembalian. Terkait pengelola, SN merinci waktu KBM yang padat 5 hari kerja membuat pengelola agak terhambat mengikuti perkembangan jenis makanan terkini, sehingga kemampuan memperbanyak variasi makanan sulit dan pengecekan per item untuk digunakan laporan harian susah dilakukan. Kewajiban utama seorang guru adalah mengajar. Jam kerja yang padat terlebih SW sebagai guru kimia membuat tugas sebagai pengelola terganggu. Menanggapi hal ini beberapa narasumber menerangkan perlunya petugas khusus
selain guru
yang mengelola kantin kejujuran. Selanjutnya
permasalahan dari segi pengelola lainnya adalah adanya pengelola yang kurang memahami inti dari program kantin kejujuran. Mereka masih menghendaki adanya keuntungan, padahal inti dari kantin kejujuran itu sendiri adalah pembentukan karakter siswa. Mengatasi problematika ini, menilik manfaat Kantin Kejujuran bagi guru sebagaimana disampaikan oleh Didik Pradigdo dalam Workshop 112
Pembinaan Nilai-Nilai Kejujuran siswa SMA/SMK Jawa Tengah pada Rabu,11 Agustus 2010 adalah sebagai sarana mengaplikasikan nilai-nilai kejujuran yang telah diajarkan di dalam kelas. Disinilah peran guru PAI dan Kewarganegaraan untuk mengajarkan nilai-nilai kejujuran di dalam kelas sebagai bekal untuk diaplikasikan saat berbelanja di kantin kejujuran. Menurut penuturan H, guru PAI berperan memberi pengarahan kepada siswa terkait hadist “Barangsiapa yang memakan harta riba/pencurian termasuk itu, ibadahnya selama 40 hari tidak diterima dan masuk nereka”. Setelah diberi pengarahan di kelas, banyak siswa yang mengembalikan uang yang telah diambilnya atau membayar barang yang sudah dibeli. Metode yang sama dilakukan AI, beliau aktif menggencarkan masalah kejujuran di kelas. Metode ini terbukti ampuh mengatasi beberapa masalah kantin kejujuran yang terkait siswa. Sedangkan menurut NA mengatasi permasalahan ini dengan cara mengumumkan kondisi kerugian kantin saat upacara bendera, istirahat, maupun pulang sekolah. Hal ini selaras dengan mekanisme penyelenggaraan kantin kejujuran yang menyatakan bahwa jika peserta didik belum membayar/ lupa, esok hari akan diumumkan adanya selisih barang dan uang (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:12-13). SMA N 3 Salatiga tidak memberikan sanksi berupa hukuman bagi siswa yang tidak jujur dalam berbelanja, melainkan hanya diberi himbauan dan pengarahan untuk menyadarkan siswa bahwa perbuatannya tersebut salah. Sebagai guru BK, LK hanya memberikan arahan kepada siswa yang 113
curang untuk membuat surat yang isinya berjanji pada diri sendiri untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Tercatat ada 18 surat yang dikumpulkan LK selama menjadi pengelola kantin kejujuran. Hal ini dipilih LK karena titik sasarannya terletak pada mentalitas anak dimana anak tersebut mampu mengubah perilakunya untuk tidak berbuat curang saat berbelanja. Peristiwa ini sejalan dengan pendapat Skinner bahwa punishment tidak efektif dalam mengarahkan pembentukan perilaku karena hukuman mempunyai efek emosional yang tidak memberitahu perilaku mana yang dikehendaki dan justru ia akan melakukan tindakan menyakiti orang lain ketika ia menerima hukuman yang menyakiti si anak (Sriyanti, dkk, 2013:51). Maka, sudah tepatlah apabila pihak SMA N 3 Salatiga melakukan pembinaan tanpa menghukum para siswa yang curang saat berbelanja di kantin kejujuran, karena hal ini akan membuat siswa sadar bahwa perilakunya salah dan paham tindakan apa yang seharusnya ia lakukan. C. Dampak Kantin Kejujuran Terhadap Penanaman Sifat Shidiq Siswa SMA N 3 Salatiga Tujuan awal berdirinya kantin kejujuran adalah sebagai media penanaman karakter siswa, salah satunya sifat jujur. Menurut tokoh behavioristik, khususnya Skinner berpendapat bahwa lingkungan memiliki pengaruh luar biasa pada proses belajar dan perilaku lebih daripada yang dialami (Sriyanti,dkk, 2013:46). Dari sinilah betapa pentingnya kehadiran lingkungan yang mendukung terbentuknya sikap jujur siswa, salah satunya melalui hadirnya kantin kejujuran. Hal ini selaras dengan manfaat kantin 114
kejujuran yang disampaikan oleh Didik Pradigdo dalam “Workshop Pembinaan Nilai-Nilai Kejujuran siswa SMA/SMK Jawa Tengah” pada Rabu,11 Agustus 2010. Beliau menyatakan bahwa manfaat kantin kejujuran bagi siswa adalah dapat melatih kejujuran dan sikap tanggung jawab yang diberikan, serta sikap kemandirian. Secara harfiah, jujur berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak curang. Jujur merupakan nilai penting yang harus dimiliki setiap orang. Jujur tidak hanya diucapkan, tetapi juga harus tercermin dalam perilaku sehari-hari (Naim, 2012:132). Bentuk-bentuk kejujuran menurut Al-Jazairi (2014:302) adalah kejujuran dalam berbicara, bermuamalah, tekad (azzam), berjanji, dan berpenampilan. Fahreza mengemukakan bahwa jujur adalah pondasi dari keseluruhan bangunan kehidupan (Fahreza, 2011:17). Jadi, apabila kejujuran sudah dihayati siswa, maka karakter anak itu akan kokoh. Pada penelitian ini bentuk kejujuran yang muncul dari dampak adanya kantin kejujuran adalah: 1. Jujur dalam berbicara Salah satu prinsip dasar pengembangan kantin kejujuran adalah keterarahan tujuan. Penyelenggaraan kantin kejujuran ini lebih diarahkan pada tujuan pembentukan, revitalisasi, dan pengaktualisasian nilai-nilai kejujuran, akhlak mulia, budipekerti, serta penanaman jiwa kewirausahaan (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:8). Penyelenggaraan kantin kejujuran tidak dilihat dari segi untung atau ruginya, akan tetapi nilai kejujuran siswa. Dilihat dari segi pengakuan yang ada dari para siswa yang curang, kantin kejujuran telah melatih siswa untuk berbicara jujur 115
karena hakikat kantin kejujuran bukan persoalan uang yang diambil itu kembali atau tidak, akan tetapi pengakuan siswa yang memiliki arti bahwa siswa tersebut sudah jujur. Sejak berdirinya kantin pada tahun 2010 hingga sekarang kantin ini memberikan dampak yang signifikan terhadap siswa SMA N 3 Salatiga, contohnya ketika menemukan uang di wilayah sekolah langsung diberikan kepada kesiswaan, hal ini membuktikan bahwa siswa sudah berkata jujur, karena indikator jujur menurut Efendi (2012:9) adalah bertindak sesuai dengan apa yang dikatakan, menepati janji dengan baik, bertanggung jawab atas segala sesuatu yang diperbuat, tidak mengambil hak orang lain, dan tidak melakukan perbuatan “curang” dalam hal apapun. 2. Jujur dalam bermuamalah Muamalah adalah interaksi antar sesama manusia. Contohnya adalah saat berbelanja di kantin kejujuran beberapa narasumber mengaku tidak pernah melakukan kecurangan dalam bertransaksi. Siswa SMA N 3 Salatiga juga mengungkapkan dampak kantin kejujuran yang dapat mereka rasakan adalah mereka menjadi terlatih untuk bertindak jujur karena ada kewajiban untuk membayar sejumlah barang yang diambil tanpa penjaga. Kantin kejujuran membuat siswa jujur pada diri sendiri, teman, dan lingkungannya. Sebagai guru agama, H juga menyetujui bahwa kantin kejujuran sangat membantu menanamkan kejujuran siswa karena antara teman yang satu dan yang lain saling mengawasi. Sebagai guru
116
Kewarganegaraan, AI berpendapat siswa akan belajar jujur karena akan merasa malu apabila ketahuan mencuri oleh teman yang lain. 3. Jujur dalam berjanji Jujur dalam berjanji ini terwujud ketika siswa yang curang diberi pembinaan untuk membuat surat yang isinya berjanji pada diri sendiri untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Tercatat ada 18 surat yang dikumpulkan LK selama menjadi pengelola kantin kejujuran. Para siswa tidak mengulangi perbuatannya tersebut, bahkan sebagian dari mereka langsung mengembalikan uang yang telah mereka ambil. Indikator keberhasilan program menurut Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah (2010:15-16) salah satunya pembinaan siswa tertanamnya sikap jujur, tumbuhnya rasa tanggung jawab, tumbuhnya budaya taat asas, terciptanya rasa keadilan, tumbuhnya sikap terbuka, tumbuhnya akhlak mulia, dan tumbuhnya budaya anti korupsi. Melihat tingkat keberadaan kantin yang masih eksis hingga sekarang, dan uang modal sudah kembali, serta adanya pengakuan siswa baik maka dapat dikatakan bahwa program ini berhasil.
117
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa manajemen kantin kejujuran belum sempurna dalam menjalankan program pemerintah. Manajemen ini meliputi proses pencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengevaluasian. Perencanaan terdiri dari proses penetapan tujuan, mengikuti workshop yang diadakan oleh dinas pendidikan provinsi Jawa Tengah, proses pendirian kantin,
modal
awal,
letak
kantin,
dan
sistem
sosialisasi.
Proses
pengorganisasian terdiri dari elemen siswa dan guru. Selanjutnya, proses pelaksanaan meliputi pembelanjaan barang, penataan, waktu operasi kantin, sistem self service, dan peran guru PAI serta guru Kewarganegaraan. Terakhir, proses pengevaluasian yang diadakan secara berkala yaitu evaluasi mingguan, bulanan, kuarta, dan semester. Namun adanya peraturan baru 5 hari kerja membuat sistem evaluasi kantin tidak berjalan seperti pada awal program. Kelebihan kantin kejujuran membuat kantin ini diminati siswa daripada kantin lain karena tempatnya lebih strategis, lebih bersih, nyaman, sistem self service yang praktis, lebih murah, makanan sesuai kesehatan, terdapat fasilitas tempat duduk yang memungkinkan siswa menikmati makanan dan
118
minuman bersama teman-teman, dan tidak ada bapak ibu guru. Namun, kantin kejujuran juga memiliki kelemahan atau kekurangan seperti jumlah, variasi, dan rasa makanan yang tidak sebanyak di kantin umum membuat siswa bosan dan tidak adanya penjaga juga memunculkan kelemahan lain berupa penempatan jajanan yang kurang rapi. Problematika terkait kantin kejujuran terdiri dari problematika terkait siswa yaitu masih ada beberapa siswa yang belum menerapkan kejujuran pada saat berbelanja dan problematika terkait pengelola yaitu waktu KBM yang padat 5 hari kerja membuat pengelola agak terhambat mengikuti perkembangan jenis makanan terkini, sehingga kemampuan memperbanyak variasi makanan sulit dan pengecekan per item untuk digunakan laporan harian susah dilakukan. Dampak kantin kejujuran adalah mendukung terbentuknya sikap jujur siswa, yaitu jujur dalam berbicara, bermuamalah dan berjanji.
B. SARAN 1. Bagi Pihak Sekolah a. Perlu adanya petugas khusus selain guru yang mengelola kantin kejujuran supaya administrasi dan pengelolaan kantin kejujuran lebih baik. b. Sistem kembalian sebaiknya disediakan uang kecil supaya siswa lebih mudah bertransaksi. c. Variasi makanan dan sarana prasarana lebih ditingkatkan lagi supaya lebih menarik siswa untuk berbelanja di kantin kejujuran.
119
d. Siswa perlu diikutsertakan dalam proses pengelolaan kantin kejujuran untuk
lebih
menumbuhkembangkan
kepada
mereka
jiwa
kewirausahaan.
2. Bagi Pihak Siswa a. Apabila melihat teman berbuat curang segera diingatkan atau dilaporkan kepada pengelola kantin kejujuran. b. Semua siswa diharapkan lebih menanamkan kejujuran saat berbelanja di kantin kejujuran. c. Kejujuran yang telah didapatkan sebaiknya diaplikasikan di seluruh bidang kehidupan.
120
DAFTAR PUSTAKA Abdud, Nipan. 2000. Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Al Ghazali, Muhammad. 1986. Akhlaq Seorang Muslim. Semarang: Wicaksono. Al-Jazairi, Jabir. 2014. Minhajul Muslim. Sukoharjo: Pustaka Arafah. Amar, Abu. 2013. Mizanul Muslim 1. Sukoharjo: Cordovo Mediatama. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Asmani, Jamal Ma‟mur. 2011. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press. Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Betsy, Jane Imperand dan Ann Toffler. 2002. Kamus Istilah Pemasaran. Terjemahan oleh Soesanto B. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Darajat, Zakiah. 1995. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhma. Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Syaamil Al-Qur‟an. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. 2010. Pedoman Penyelenggaraan Kantin Kejujuran Provinsi Jawa Tengah. Semarang: Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Efendi, Nurwachid. 2012. Hubungan Intensitas Bimbingan Anti Korupsi dengan Kejujuran Siswa SMK N 1 Salatiga Tahun 2012. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. Fadlillah, Muhammad, Lilif Mualifatu Khorida. 2014. Pendidikan Karakter Usia Dini: Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD. Jogjakarta: ArRuzz Media. Fahreza, Zaky Ahma. 2011. Menginstal Jujur. Klaten: Etoz Publishing. Herujito, Yayat M. 2006. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT Grasindo.
121
Jalaluddin. 1996. Psikologi Agama. Jakarta: PT. RajaGrafindo Pustaka. Kesuma, Dharma, dkk. 2012. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lestari dan Ngatini. 2010. Pendidikan Islam Kontekstual. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Naim, Ngainun. 2012. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan dan Pembentukan Karakter Bangsa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Pradigdo, Didik. 2010. Kantin Kejujuran Bentuk Kegiatan Pendidikan Antikorupsi. Makalah Disajikan dalam Workshop Kantin Kejujuran di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 11 Agustus 2010.
Robbins dan Coulter. 2009. Manajemen edisi kedelapan. Terjemahan oleh Harry Slamet. Jakarta: PT Indeks.
Soekarno. 1980. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Miswar. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Sriyanti, Lilik, Muna Erawati, & Suwardi. 2013. Teori-Teori Belajar. Salatiga: IAIN Salatiga. Sukiswa, Iwa. 1986. Dasar-Dasar Umum Menejemen Pendidikan. Bandung: Tarsito. Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
122
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tresnawati, Tuti. 2012. Menjadi Pribadi yang Jujur. Bandung: CV. Amalia Book. Usman, Husaini. 2010. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
123
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data harus disesuaikan dengan rumusan masalah: 1. Bagaimana manajemen kantin kejujuran (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengevaluasian) dalam upaya menanamkan sifat shidiq pada siswa? 2. Apa problematika yang dihadapi dalam manajemen kantin kejujuran SMA N 3 Salatiga? 3. Bagaimana dampak kantin kejujuran terhadap penanaman sifat shidiq siswa SMA N 3 Salatiga? Dari rumusan masalah tersebut, dibuat kisi-kisi pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi. A. Pedoman observasi 1. Gambaran umum SMA N 3 Salatiga dan kondisi khusus kantin kejujuran. 2. Kegiatan di kantin kejujuran 3. Manajemen
kantin
kejujuran
(perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan, evaluasi) 4. Kondisi akhlak khususnya sifat shidiq siswa SMA N 3 Salatiga. B. Pedoman wawancara No. Rumusan Masalah 1
Bagaimana
perencanaan
Pertanyaan kantin
kejujuran SMA N 3 Salatiga?
1. Tujuan
Narasumber Wakabid
Kesiswaan,
guru, dan siswa
124
2. Tempat
Guru
3. Kapan berdirinya Wakabid (sejarah awal) dan guru
Kesiswaan
Wakabid
Kesiswaan
4. Modal awal
dan guru 5. Analisis faktor internal Wakabid dan eksternal dan guru
Kesiswaan
Wakabid
Kesiswaan
6. Sistem sosialisasi
dan guru 2
Bagaimana kantin
pengorganisasian
kejujuran
SMA
N
3
1. Struktur pengurus Wakabid kantin kejujuran dan guru
Kesiswaan
Salatiga? 3
Bagaimana
pelaksanaan
kantin
1. Pelaksanaan kejujuran
kantin Guru dan siswa
kejujuran SMA N 3 Salatiga? 2. Peran PAI, BK, dan Guru Kewarganegaraan 4
Bagaimana pengevaluasian kantin kejujuran SMA N 3 Salatiga?
125
1. Sistem evaluasi kantin 1. Wakabid Kesiswaan kejujuran 2. Pengelola baru 3. Pengelola lama 2. Kelebihan
Guru dan siswa
3. Kekurangan
Guru dan siswa
4. Indikator keberhasilan 1. Wakabid Kesiswaan program 2. Guru 5. Harapan/saran
Guru dan siswa
6. Adakah sistem memberatkan 5
6
Apa problematika yang dihadapi?
Bagaimana
dampak
kantin
yang Siswa
1. Problematika
Guru dan siswa
2. Solusi
Guru dan siswa
1. Dampak
Guru dan siswa
2. Manfaat
Guru dan siswa
kejujuran terhadap penanaman sifat shidiq siswa SMA N 3 Salatiga?
C. Pedoman dokumentasi Meliputi: a. Identitas sekolah
h. buku
b. sejarah singkat SMA N 3
pedoman
kejujuran
Salatiga
i. foto-foto
c. visi dan misi
kantin
d. sarana dan prasarana e. data
ketenagaan
kantin
dan
siswa f. ekstrakurikuler g. prestasi siswa
126
kegiatan
di
kejujuran
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Narasumber Narasumber
: Trada Vernanda (TV)
Hari, Tanggal
: Senin, 11 April 2016
Waktu
: 09.07
Tempat Wawancara
: Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga
Jabatan
: Siswa XI IPS
2. Transkip Wawancara Peneliti
: Selamat pagi dik, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran 2015/2016” Narasumber
: O.. ya mbak. Silakan.
Peneliti
: Apa tanggapan kamu mengenai adanya kantin
kejujuran? Narasumber
: Seneng banget mbak, tempatnya lebih bersih
daripada kantin yang lain, dan lebih nyaman tempatnya daripada kantin sekolah. Peneliti
: Seberapa sering kamu jajan di kantin kejujuran?
127
Narasumber
: Wah, sering banget mbak, ini kami semua
merupakan pelanggan setia kajur. Peneliti
: Apakah kamu pernah melakukan transaksi tidak
sesuai dengan jumlah yang kamu ambil? Narasumber
: Nggak pernah mbak.
Peneliti
: Apakah kamu pernah melihat temanmu tidak jujur
dalam melakukan transaksi pembelian di kantin kejujuran? Narasumber
: Pernah mbak.
Peneliti
: Peristiwanya seperti apa ya dik?
Narasumber
: Dulu itu pernah liat temen ngambil-ngambil
barang, sampek nggak bayar sejumlah Rp 50.000,00. Peneliti
: Apa manfaat yang anda peroleh dengan adanya
kantin kejujuran? Narasumber
: Ya, melatih kejujuran mbak.
Peneliti
:
Adakah
sistem
kantin
kejujuran
yang
memberatkanmu? Narasumber
: Sistem pembayarannya, misal beli pakai uang
besar itu terkadang tidak ada kembaliannya. Peneliti
: Kalau seperti itu solusinya bagaimana dik?
128
Narasumber
: Ya kalau nggak ada ya bayarnya besuk aja.
Peneliti
: Apa harapan untuk kantin kejujuran ke depannya
dik? Narasumber
: Makanannya seharusnya lebih enak dan diperenak
lagi. Sistem kembaliannya juga harus dipermudah. Peneliti
: Oh ya, kalian sedang mengerjakan apa dik?
Narasumber
: Ini USDA mbak, jadi kami membuat makanan dan
dititipkan di kajur, terus dana yang dikumpulkan untuk membiayai acara. Pada kesempatan ini kami membuat puding untuk kegiatan modern dance. Peneliti
:
Terimakasih
dik
atas
mengganggu. Narasumber
: Sama-sama mbak. Tidak kok.
129
waktunya,
maaf
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Narasumber Narasumber
: Maura Khinsa (MK)
Hari, Tanggal
: Senin, 11 April 2016
Waktu
: 09.16
Tempat Wawancara
: Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga
Jabatan
: Siswa X 7
2. Transkip Wawancara Peneliti
: Selamat pagi dik, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran 2015/2016” Narasumber
: Ya mbak. Silakan.
Peneliti
: Apa tanggapan kamu mengenai adanya kantin
kejujuran? Narasumber
: Jarang pakai ikg mbak.
Peneliti
: Seberapa sering kamu jajan di kantin kejujuran?
Narasumber
: Ya paling kalau lagi pengin aja.
130
Peneliti
: Apa perbandingan kantin kejujuran dengan kantin
yang lain dik? Narasumber
: Nggak ada sih. Sama aja. Paling ya cuman beda
cara pembayarannya saja. Kalo di sini bayar sendiri jadi nggak ribet. Peneliti
: Lebih memilih jajan di kajur apa di kantin sana
dik? Narasumber
: Di sana mbak.
Peneliti
: Apa alasannya?
Narasumber
: Jajanannya lebih banyak di sana mbak.
Peneliti
: Apakah kamu pernah melakukan transaksi tidak
sesuai dengan jumlah yang kamu ambil? Narasumber
: Nggak pernah.
Peneliti
: Apakah kamu pernah melihat temanmu tidak jujur
dalam melakukan transaksi pembelian di kantin kejujuran? Narasumber
: Pernah mbak.
Peneliti
: Peristiwanya seperti apa ya dik?
Narasumber
: Ada temen yang ngambil tapi nggak bayar.
Peneliti
: Apa manfaat yang anda peroleh dengan adanya
kantin kejujuran?
131
Narasumber
: Ya, biar melatih kejujuran mbak. Kita ngambil
jajan sendiri, mbayar sendiri. Peneliti
: Apa kekurangan dan kelebihan dari kantin
kejujuran dik? Narasumber
: Jajanannya kurang banyak.
Peneliti
:
Terimakasih
dik
atas
mengganggu. Narasumber
: Sama-sama mbak. gapapa kok.
132
waktunya,
maaf
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Narasumber Narasumber
: Dra. Siti Nur Handayani (SN)
Hari, Tanggal
: Senin, 11 April 2016
Waktu
: 10.21
Tempat Wawancara
: Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga
Jabatan
: Guru PKn, kesiswaan, dan pengelola kantin
kejujuran. 2. Transkip Wawancara Peneliti
: Assalamu‟alaikum bu, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai ibu terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran 2015/2016” Narasumber
: O.. ya mbak. Silakan. Yang dibahas apa saja ya?
Peneliti
:
Jadi
tentang
manajemennya
mulai
dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi dari kantin kejujuran, problematika yang dihadapi, serta dampak adanya kantin kejujuran dengan penanaman sifat jujur siswa.
133
Narasumber
: Ya, jadi gini mbak. Saya mengurusi ini hanya
melanjutkan program yang ada. Pakar sebenarnya 1 Februari kemarin pensiun yaitu Ibu Lejar Kirani guru BK itu. Misal butuh informasi lebih lanjut bisa ke rumah beliau jalan Osamaliki. Ya itu yang lebih tahu dan lebih lama disini. Saya di kantin kejujuran ini baru kira-kira 2 tahunan karena saya di SMA N 3 ini baru 3 tahun terus diajak mengelola ini. Jadi sejarah awalnya hanya diceritani saja. Setahu saya launching awalnya yang datang malah guru Bahasa Inggris dan BK, lha itu mereka ditatar istilahnya. Awal berdiri kantin berada di depan kantor guru, sekarang disini. Terus dapat modal dari kejaksaan sebanyak Rp 10.000.000,00. Waktu itu saya tidak pegang uang sama sekali, yang kulakan juga Bu Anik. Jadi saya cuma diajak Bu Anik. Dana 10 juta sudah kembali, itu artinya kejujuran anak ada otomatis nggak bangkrut. Tapi tahun kemarin memang ada anak kita yang sering ngambili karena memang pure kan nggak bisa nunggui mbak, masalahnya kita kan ada tugas ngajar. Ya sempet kayak gitu, tapi paringane tetep bisa berjalanlah. Cuma untuk evaluasi setiap hari itu sulit mbak, misalnya barang yang kita keluarkan berapa, nanti jam terakhir masih berapa haruse gitu, itu kan sulit dilakukan karena yang penting buat guru adalah ngajar, bukan ngurusi ini tok. Kalau ngurusi ini tok mungkin bisa mbak. Ini saja kita mbuka kantin sambil lari-lari kok, apalagi kalau ngajar jam pertama harus nata dan sebagainya. Kalau jam terakhir ada uang berapa aja ya langsung diraup masukin tas besuk buat belanja lagi, jadi ora kober ngitung. Kalau ada petugasnya mungkin bisa. Yang pasti evaluasinya bisa kulakan lagi, modal kembali, dan sekarang tinggal mengelola keuntungan. Untuk susunan
134
pengurus sekarang penanggung jawab kepala sekolah, koordinator waka kesiswaan yaitu Pak Aris, dan pengelola saya dan Bu Win. Untuk tujuan ya itu tadi kantin kejujuran memang untuk mengukur perilaku siswa. Saya juga pernah menulis di koran dengan judul “Jangan Biarkan Prinsip 3,2,1” yaitu ngambil 3, mbayar 2, ngakunya 1. Evaluasi memang sulit, karena kantin ini pure tidak dijaga. Contoh kasusnya saya pengin jajan tapi nggak punya uang atau uang ketinggalan. Lalu njupuk sek, bayare besuk atu besuk tak duble i ah. Nah gitu kan bisa mbak. Jadi untuk ngukur evaluasi per hari susah. Atau kasus lain ngambil susuk tapi nggak ada, ada sewu tok. Ah besuk wae. Sistemnya memang susah karena yang berjalan itu hati nurani. Kalau tahun kemarin itu ada 1 anak, temannya cerita ke saya, “Bu, anak ini ngambil”. Ya langsung saya panggil dan saya bilang, “Uange mbok balekke, opo kowe tak laporke kepala sekolah, kowe kudu metu seko kene”. Awalnya nggak ngaku mbak, “Aku nggak ngambil og bu”. Terus tak jawab, “wis kowe mileh endi, ngaku opo tak laporke kepala sekolah, kowe tak laporke, kowe metu.” Terus akhirnya anak itu ngaku dan uangnya dikembalikan. Ada juga anak itu ngambil malah bangga, ketika diingetke temene, “eh kui permen 500 entuk 3 lho” dia malah santai dan berkata “ah sante wae”. Ya itu tadi mbak, evaluasinya iso mlaku plus iso kulakan. Masalah jupuk pora ki kui pribadi intern mereka. Dimana mana kajur ya gitu. Bahkan ada yang bangkrut. Untuk pengelola mendapat honor dari komite. Karena awalnya akan diambil dari hasil keuntungan, tapi siapa yang mau? Karena hasil keuntungan kajur itu tidak menentu.
135
Peneliti
: Lantas, apa saja ya bu problematika terkait
pengelolaan kantin kejujuran ini? Narasumber
: Pertama waktu ngajar jam pertama kadang guru
gendadapan, kedua pengecekan per item susah karena sekarang 6 hari kerja pulang sudah setengah empat, dan ketiga untuk siswa variasi jenis makanan kurang up to date. Kalau anak kan senang yang nge trend. Lha itu guru yang kesulitan. Peneliti
: Apa trik dari sekolah supaya anak lebih tertarik
memilih jajan di kajur? Narasumber
: Variasi makanan itu harus macam-macam. Dulu
ada gorengan disetori. Dulu laris banget mbak, variasi makanan banyak, pengurus juga banyak. Tapi hal tersebut kan butuh waktu. Sebenarnya anak banyak juga yang kesini, tapi karena variasinya kurang jadi anak bosan. Misal uang Rp 2.000,00 bisa buat beli nasi ini itu, sedangkan di kajur cuman buat makanan kering yang kurang mengenyangkan. Dulu juga ada soto mbak, tapi ada asistennya Bu Anik, jadi udah diracik di mangkok mangkok tinggal ngasih kuah. Kalau guru disuruh gitu kan repot juga ya mbak. Peneliti
: Apakah ada dampak kantin kejujuran terhadap
sifat jujur siswa SMA N 3 Salatiga? Narasumber
: Oh ya pasti ada. Kan pertama program ini memang
ide dari kejaksaan bahwa sekolah itu perlu adanya kantin kejujuran. Tapi ya
136
mungkin supaya maksimal cara pengelolaannya yang perlu diperbaiki. Bu Win sendiri sekarang ngajar 5 hari full. Peneliti
: Bagaimana sistem publikasi kantin kejujuran
supaya siswa lebih mengenal kantin kejujuran dan lebih memilih berbelanja di sana? Narasumber
: Dulu diumumkan lewat halo-halo mbak, tapi
sekarang nggak pernah. Soale nggak lengkap. Kan lucu juga to kalau nggak lengkap kok diumumke, akhirnya nggak pernah diumumke. Peneliti
: Terimakasih bu atas waktunya, maaf mengganggu.
Narasumber
: Sama-sama mbak. gapapa kok.
137
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Narasumber Narasumber
: Nida Karimah (NK)
Hari, Tanggal
: Senin, 11 April 2016
Waktu
: 11.04
Tempat Wawancara
: Kantin Umum SMA N 3 Salatiga
Jabatan
: Siswa XII Bahasa
2. Transkip Wawancara Peneliti
: : Assalamu‟alaikum dik, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran 2015/2016” Narasumber
: Wa‟alaikumsalam. O.. ya mbak. Silakan.
Peneliti
: Apa tanggapan kamu mengenai adanya kantin
kejujuran? Narasumber
: Kantin kejujuran itu melatih kejujuran, terus
baguslah untuk melatih murid-murid. Tapi memang masih ada yang nggak jujur. Soalnya kan memang tidak ada pengawas. Peneliti
: Seberapa sering kamu jajan di kantin kejujuran?
138
Narasumber
: Sering banget mbak.
Peneliti
: Apakah kamu pernah melakukan transaksi tidak
sesuai dengan jumlah yang kamu ambil? Narasumber
: Nggak pernah mbak.
Peneliti
: Apakah kamu pernah melihat temanmu tidak jujur
dalam melakukan transaksi pembelian di kantin kejujuran? Narasumber
: Sering banget, mungkin bukan temen tapi kakak
atau adik kelas. Pernah ada cerita ada bakwan udang, dia cuman ngambili udangnya, bakwannya ditinggal. Hehe. Peneliti
: Apa alasan kalian lebih memilih berbelanja di
kantin kejujuran dibanding kantin yang lainnya? Narasumber
: Lebih murah di kajur mbak. Air hangat disini Rp
1.000,00 kalau di kajur gratis mbak, udah tinggal tuang aja. Harga pop mie juga lebih murah. Peneliti
: Apa manfaat yang kamu peroleh dengan adanya
kantin kejujuran? Narasumber
: Lebih takut untuk berbohong soalnya ada
kewajiban untuk bayar sendiri. Jadi bermanfaat untuk kami. Peneliti
: Apa kelemahan dan kelebihan dari kantin
kejujuran dik?
139
Narasumber
: Kelemahannya jajanannya tidak sebanyak di
kantin. Kelebihannya sendiri dari segi tempat strategis banget mbak, kalau dari kelas bisa langsung jajan. Tapi kalau yang kelas X di ujung sana memang susah. Dari segi harga lebih murah di kajur mbak. Peneliti
: Menurut kamu, apakah kehadiran kantin kejujuran
mampu menanamkan kejujuran ke siswa SMA N 3 Salatiga? Narasumber
: Tergantung mbak. Kalau anaknya sadar iya
membantu banget, terutama tanggung jawab. Peneliti
: Apa harapan untuk kantin kejujuran ke depannya
dik? Narasumber
: Makanannya lebih banyak.
Peneliti
:
Terimakasih
dik
atas
mengganggu. Narasumber
: Sama-sama mbak. Tidak kok.
140
waktunya,
maaf
HASIL WAWANCARA 1.
2.
Identitas Narasumber Narasumber
: Theresa Wella H. (TW)
Hari, Tanggal
: Senin, 11 April 2016
Waktu
: 11.10
Tempat Wawancara
: Kantin Umum SMA N 3 Salatiga
Jabatan
: Siswa XII Bahasa
Transkip Wawancara Peneliti
: Perkenalkan nama saya Kummilaila Kamilah dari
IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran 2015/2016” Narasumber
: Ya mbak. Silakan.
Peneliti
: Apa tanggapan kamu mengenai adanya kantin
kejujuran? Narasumber
: Kajur Kantin kejujuran, tujuannya buat melatih
kejujuran dari siswanya sendiri Peneliti
: Seberapa sering kamu jajan di kantin kejujuran?
141
Narasumber
: Sering banget mbak. Saya lebih seneng jajan di
kajur. Peneliti
: Apakah kamu pernah melakukan transaksi tidak
sesuai dengan jumlah yang kamu ambil? Narasumber
: Nggak pernah mbak.
Peneliti
: Apakah kamu pernah melihat temanmu tidak jujur
dalam melakukan transaksi pembelian di kantin kejujuran? Narasumber
: Pernah mbak, kadang adik kelas atau kakak kelas.
Peneliti
: Apa alasan kalian lebih memilih berbelanja di
kantin kejujuran dibanding kantin yang lainnya? Narasumber
: Lebih murah di kajur mbak. Misal Aqua botol
kalau disini Rp 2.500,00 di kajur cuman Rp 2.000,00. Peneliti
: Apa manfaat yang kamu peroleh dengan adanya
kantin kejujuran? Narasumber
: Kembali pada tujuan tadi mbak.
Peneliti
: Apa kelemahan dan kelebihan dari kantin
kejujuran dik? Narasumber
: Kelemahannya yang njaga nggak ada, jadi terbatas
penempatannya kurang rapi. Kelebihannya tempat sudah strategis tapi karena sekolahnya yang terlalu luas jadi untuk kelas X agak kejauhan mungkin
142
mbak. Selain itu harga lebih murah dan tidak ada yang jaga jadi bebas mau ambil apa aja. Peneliti
: Menurut kamu, apakah kehadiran kantin kejujuran
mampu menanamkan kejujuran ke siswa SMA N 3 Salatiga? Narasumber
: Tergantung dari orangnya mbak, kalau sadar sih
iya. Peneliti
: Apa harapan untuk kantin kejujuran ke depannya
dik? Narasumber
: Kajur dijaga buat nata tempat dan jajanan mbak,
aturan-aturannya juga diperjelas, pintu masuk dan keluar sendiri-sendiri biar nggak berdesakan. Peneliti
:
Terimakasih
dik
atas
mengganggu. Narasumber
: Sama-sama mbak. Tidak kok.
143
waktunya,
maaf
HASIL WAWANCARA 1.
2.
Identitas Narasumber Narasumber
: Drs. Hadiyanto (H)
Hari, Tanggal
: Selasa, 12 April 2016
Waktu
: 07.27
Tempat Wawancara
: Ruang Guru SMA N 3 Salatiga
Jabatan
: Guru PAI
Transkip Wawancara Peneliti
: Assalamu‟alaikum pak, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran 2015/2016” Narasumber
: Wa‟alaikumsalam. O.. ya mbak. Silakan. Insya
Allah saya bantu. Peneliti
: Apa peran guru PAI dalam kantin kejujuran?
Narasumber
: Untuk menanamkan akhlak yang mulia.
Peneliti
: Sistemnya di kelas pak?
144
Narasumber
: Iya, jadi di kelas ditanamkan bentuk-bentuk akhlak
yang mulia diajarkan di kelas sebagai realisasi keimanan para siswa itu sendiri. Peneliti
: Apakah ada dampak pada siswa sebelum dan
sesudah adanya kantin kejujuran? Narasumber
: Oh ya ada. Dampak positif dari anak-anak lebih
senang dengan adanya kantin kejujuran karena mereka bisa jajan sesuai menu yang sesuai dengan selera mereka semua tersedia di kantin kejujuran. Mereka juga bisa berganti-ganti variasi makanan. Selain itu bisa jajan bersama temantemannya karena didesign ada tempat duduknya. Kalau di kantin umum kan bapak ibu guru juga ada di sana, makannya kan juga di sana, jadi mereka pekewuh. Makanya anak-anak lebih antusias di kantin kejujuran. Harganya dengan kantin umum lebih murah, kalau sudah di kantin umum kan kantin umum juga sudah ngambil keuntungan, makanya kalau ada selisih anak-anak lebih senang di kantin kejujuran. Peneliti
: Bagaimana sistem sosialisasi kantin kejujuran
supaya siswa lebih mengenal kantin kejujuran dan lebih memilih berbelanja di sana? Narasumber
: Kalau di kantin kejujuran menunya lebih sesuai
dengan menu kesehatan, maka sudah dititipkan. Jadi yang masuk di kantin kejujuran biasanya menunya sudah diminta dari sekolah. Tidak sembarang
145
yang bisa dijual di sekolah itu tidak. Jadi mereka sudah ijin dulu dari pengelola kantin kejujuran. Peneliti
: Apa problematika terkait kantin kejujuran pak?
Narasumber
: Ada siswa yang tidak jujur.
Peneliti
: Bagaimana contoh kasusnya?
Narasumber
: Dia mengambil 5, tapi tidak membayar 5, hanya
membayar 4. Peneliti
: Bagaimana menangani problematika tersebut?
Narasumber
: Guru agama hanya menanamkan keimanan.
Seperti contoh dia hanya bayar 4 itu artinya masih hutang 1. 1 itu yang akan membawa dampak dari 4 yang sudah dimakan. Itu kadang saya takut-takuti. Kan memang ada hadis “Barangsiapa yang memakan harta riba/pencurian termasuk itu, ibadahnya selama 40 hari tidak diterima. Mereka harus masuk nereka”. Maka mereka harus jujur. Maka mereka harus secara jujur dan mengembalikan apa yang sudah pernah diambilnya, yang seperti itu pada akhirnya
tetap
mengembalikan.
Tapi
ada
juga
anak
yang
tidak
mengembalikan. Pada suatu hari temannya cerita kalau yang ngambil ini ini pada jam istirahat dipanggil gerombolannya, hingga pada akhirnya bisa tertangkap. Maka dari sinilah sebenarnya kantin kejujuran juga melatih untuk jujur antar teman, kan antara teman satu dengan yang lain saling mengontrol.
146
Peneliti
: Apa kelebihan dan kekurangan dari kantin
kejujuran dibanding kantin yang lain pak? Narasumber
: Kelebihannya kantin kejujuran merupakan tempat
penanaman kejujuran, tersedia tempat duduk karena selalu saya wanti-wanti makan harus sambil duduk meskipun hanya sebutir permen, kondisi kantin tidak ada bapak ibu guru jadi mereka tidak pekewuh, dan kalau bukan waktu istirahat tidak boleh ke kantin, kan bapak ibu guru juga mengawasi dari kantor. Selain itu kantin kejujuran juga menumbuhkan jiwa wiraswasta siswa, contohnya anak-anak SKI bikin jus, bolu lha itu nanti dijual di kantin kejujuran. Sedangkan kekurangannya sistem kembalian yang kadang tidak ada. Peneliti
: Oh iya pak, saya kira cukup sekian. Terimakasih
atas waktunya pak, maaf jika mengganggu. Narasumber
: Iya mbak, sama-sama. Kalau butuh informasi lagi
Insya Allah saya siap membantu.
147
HASIL WAWANCARA 1.
2.
Identitas Narasumber Narasumber
: Novembri Agus Hariyanto, S.Pd. (NA)
Hari, Tanggal
: Selasa, 12 April 2016
Waktu
: 08.30
Tempat Wawancara
: Ruang BK SMA N 3 Salatiga
Jabatan
: Guru BK
Transkip Wawancara Peneliti
: Assalamu‟alaikum pak, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran 2015/2016” Narasumber
: Wa‟alaikumsalam. O.. ya mbak. Silakan. Butuh
data apa ya, nanti saya bantu. Peneliti
: Bagaimana sejarah awal berdirinya kantin
kejujuran? Narasumber
: Sebentar, saya ambilkan dokumennya. Pada
awalnya kita ikut workshop ini pada hari selasa dan rabu. Untuk launchingnya di SMA N 3 Salatiga selang 1 bulan setelahnya. Sekitar
148
september 2010. Intinya tujuan awal berdirinya untuk pendidikan antikorupsi kalau di sekolah salah satunya ya melalui kantin kejujuran ini. Peneliti
: Bagaimana susunan organisasi kantin kejujuran?
Narasumber
: Pastinya terdiri dari BK, Pkn, dan unsur
kesiswaan. Peneliti
: Bagaimana sistem permodalan kantin kejujuran
pak? Narasumber
: Dari Kejaksaan tinggi sebesar Rp 10.000.000,00
sebagai dana hibah jadi diberi secara cuma-cuma untuk program pemerintah dalam rangka pengembangan karakter kejujuran di sekolah atau pada generasi muda. Peneliti
: Bagaimana sistem keuntungan di kantin kejujuran?
Narasumber
: Keuntungan itu nanti untuk pengembangan kantin
itu sendiri karena pada intinya tujuannya bukan pada untung ruginya, tetapi tujuannya untuk mengukur tingkat kejujuran generasi muda terutama siswa di sekolah menengah bagaimana tingkat kejujuran yang ada di SMA N 3 Salatiga. Peneliti
: Selama ini apakah ada problematika terkait
pelaksanaan kantin kejujuran pak?
149
Narasumber
: Banyak, karena jelas problem itu ada di pengelola
itu sendiri dan siswa. Dari segi pengelola adalah konsep dari pengelola yang lain, yang tidak mengerti rohnya kantin kejujuran mereka tetap menghendaki keuntungan. Tapi yang mengerti, sebenarnya permasalahan utamanya bukan di keuntungan. Sedangkan dari segi siswa yaitu untuk melatih kejujuran itu butuh waktu, tidak bisa cepat jadi kadang kala kantin itu dagangan atau barangnya berkurang tapi uangnya tidak bertambah. Peneliti
: Bagaimana solusi untuk mengatasi problematika
tersebut? Narasumber
: Kita umumkan baik lewat pas upacara bendera
atau diumumkan pas istirahat atau pulang sekolah, diinformasikan secara menyeluruh bahwasanya kantin hari ini dari modal yang ada mengalami kerugian atau uang tidak kembali sekian. Itu selalu kita informasikan. Peneliti
: Bagaimana sistem evaluasi kantin kejujuran?
Narasumber
: Ya, kita evaluasi ada seminggu, sebulan, 1 kuartal,
1 semester. Evaluasinya paling tidak dari modal dan hasil. Modal 1 minggu hasil berapa, ada peningkatan tidak, kalau ada berarti nilai kejujurannya sudah meningkat. Tapi hal ini tidak pasti. Kadang untung, kadang rugi. Kalau untung kita infokan, bahwasanya kejujuran anak sudah baik pada laporan minggu pertama ini memperoleh laba sekian dan sebaliknya rugi pun kita infokan.
150
Peneliti
: Bagaimana cara BK menangani permasalahan
yang ada terkait kantin kejujuran? Narasumber
: Sebenarnya kalau itu kita menanamkan kejujuran
kan tidak ada pengawasan, tidak ada tindakan, yang ada hanyalah himbauan. Kecuali kalau tertangkap basah bahwa ada pelaku yang ngambil, baru kita panggil. Tapi bukan tindakan, hanya pembinaan. Yo paling gur tak tuturi, “Wis ojo ngono, kantin iki nglatih kowe. Ya diusahakan yang kemarin diambil dikembalikan, jangan diulangi” begitu mbak. Peneliti
: Apakah ada dampak adanya kantin kejujuran
dengan penanaman sikap jujur siswa? Narasumber
: Oh ya jelas. Salah satunya ya itu. Kantin kejujuran
itu menanamkan, karena memang jujur terhadap diri sendiri, jujur terhadap temannya, terhadap lingkungannya, terhadap pencipta itu harus ada pada setiap anak sehingga hal seperti itu tetap kita pertahankan meski beberapa kali kita pernah defisit. Peneliti
: Iya pak. Terimakasih. Saya kira untuk sementara
waktu informasi dari bapak sudah cukup. Maaf mengganggu waktu bapak. Narasumber
: Iya, sama-sama mbak. Tidak kok. Ini semua data
silakan dikopi.
151
HASIL WAWANCARA 1.
2.
Identitas Narasumber Narasumber
: Aris Kusmanto, S.Pd.(AK)
Hari, Tanggal
: Selasa, 12 April 2016
Waktu
: 09.01
Tempat Wawancara
: Ruang Guru SMA N 3 Salatiga
Jabatan
: Guru Fisika dan WAKA Kesiswaan
Transkip Wawancara Peneliti
: Assalamu‟alaikum pak, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran 2015/2016” Narasumber
: Wa‟alaikumsalam. O.. ya mbak. Silakan. Insya
Allah saya bantu. Peneliti
: Apa pengaruh kantin kejujuran untuk siswa SMA
N 3 Salatiga? Narasumber
: Pengaruhnya banyak sekali. Kantin itu kan
memang sudah lama, mulainya 2010. Maksud dan tujuannya untuk membiasakan anak-anak untuk berlaku jujur dan bertanggung jawab.
152
Pengelolanya dari guru-guru sini. Guru sini yang membelanjakan barangbarangnya kemudian ditaruh di kantin tanpa pengawasan guru. Anak-anak mengambil jajanan sendiri, terserah dia, dan ada harga-harganya. Misalkan di meja ini ada snack dengan harga sekian, anak-anak mengambil sendiri kemudian menghitung sendiri, dan uangnya ditaruh di tempat uang. Peneliti
: Bagaimana susunan organisasi kantin kejujuran?
Narasumber
: Ya itu yang bertanggungjawab di bidang
kesiswaan, jadi ketuanya saya sendiri, kemudian ada pengelolanya. Pengelolanya ya dari anggota kesiswaan. Peneliti
: Bagaimana sistem permodalan kantin kejujuran
pak? Narasumber
: Emm... itu dulu ada dana hibah dari pemerintah
sekitar Rp 10.000.000,00 diberikan ke sekolah dan dari sekolah sendiri diusahakan berkembang dan alhamdulillah ini terus berkembang. Peneliti
: Selama ini apakah ada problematika terkait
pelaksanaan kantin kejujuran pak? Narasumber
: Iya gini mbak, guru itu kan tugasnya banyak,
mengajar ini itu, jadi harus benar-benar meluangkan waktu, yang harusnya jam kosong istirahat harus mengelola ini. Ya kendalanya seperti itu. Kalau kita punya niat yang baik, semua agar pendidikan karakter bisa dilaksanakan,
153
ya mereka ikhlas untuk melaksanakan itu meskipun butuh tenaga ekstra. Jadi nggak masalah. Peneliti
: Bagaimana problematika terkait siswa ya pak?
Narasumber
: Karena kantin itu yang mengelola guru, variasi
menunya masih kurang. Jadi kita susah sekali untuk mengembangkan yang lainnya. Jadi variasinya ya tertentu saja. Kurang variasi dan kurang lengkap. Tapi anak-anak sendiri sebenarnya lebih praktis membeli dan membayar dengan uang pas di kantin kejujuran. Peneliti
: Bagaimana sistem sosialisasi kantin kejujuran
supaya siswa lebih mengenal kantin kejujuran dan lebih memilih berbelanja di sana? Narasumber
: Kita beritahukan pada saat MOS, kita ada kantin
kejujuran yang letaknya di sini, membeli dan membayar serta mengambil kembalian sendiri. Peneliti
: Bagaimana upaya sekolah supaya kantin kejujuran
lebih menarik daripada kantin lain? Narasumber
: Guru itu tugasnya banyak, jadi belum bisa
berkembang. Tapi ini sudah lumayan berkembang meskipun tidak pesat seperti kantin-kantin umum. Tapi sudah bertahan saja, itu merupakan prestasi yang bagus. Masalahnya banyak kantin yang bangkrut dan kita tidak. Jadi
154
kita bertahan, modal bisa kembali, malah kita punya laba. Itu yang Rp 10.0000.000,00 sudah kembali lho mbak, ini tinggal mengelola laba. Peneliti
: Bagaimana dampak adanya kantin kejujuran
terhadap penanaman sikap jujur siswa? Narasumber
: Anak-anak dari awal sudah terbiasa untuk
bertanggung jawab dan memang karakter kejujurannya itu diawali dari yang kecil termasuk dari kantin kejujuran ini mbak. Harapannya dari hal yang kecil ini dapat dikembangkan menjadi hal yang lain. Tapi selama ini anak-anak signifikan dampaknya. Misalkan ada uang yang jatuh di jalan, meskipun hanya Rp 5.000,00 mereka nggak mau ambil, dan diberikan kepada saya terus saya umumkan. Kalau tidak ya saya kumpulkan, saya taruh di masjid atau diberikan ke yang membutuhkan. Inilah salah satu dampak dari penanaman kesehariannya ada dampak positifnya. Peneliti
: Iya pak. Terimakasih. Saya kira untuk sementara
waktu informasi dari bapak sudah cukup. Maaf mengganggu waktu bapak. Narasumber
: Iya, sama-sama mbak. Tidak mengganggu. Jika
butuh data lagi silakan datang kesini. Peneliti
: Oh iya pak. Terimakasih. Assalamu‟alaikum.
Narasumber
: Wa‟alaikumsalam.
155
HASIL WAWANCARA 1.
2.
Identitas Narasumber Narasumber
: Anik Idhayati, S.Pd. (AI)
Hari, Tanggal
: Selasa, 12 April 2016
Waktu
: 09.12
Tempat Wawancara
: Ruang guru SMA N 3 Salatiga
Jabatan
: Guru PKn dan mantan pengelola kantin kejujuran.
Transkip Wawancara Peneliti
: Assalamu‟alaikum bu, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai ibu terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran 2015/2016” Narasumber
: O.. ya mbak. Silakan. Yang dibahas apa saja ya?
Peneliti
:
Jadi
tentang
manajemennya
mulai
dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi dari kantin kejujuran, problematika yang dihadapi, serta dampak adanya kantin kejujuran dengan penanaman sifat jujur siswa. Narasumber
: Tujuan dari kejakasaan itu untuk menjajaki
seberapa jauh kah anak itu kejujurannya seperti apa dengan adanya kantin
156
yang tanpa ditunggui, uang kembalian juga ambil sendiri, dan sebagainya. Tenyata setelah ada itu mula-mulanya berkembang pesat, dagangan itu banyak sekali. Ya itu awal-awalnya tapi terus lama kelamaan sampai sekarang ini kayak nggak ada kemajuan. Ya itu kejaksaan kan tujuannya tidak untuk kantin itu berkembang. Itu tidak. Tapi kantin itu masih ada itu aja sudah alhamdulillah. Di sekolah-sekolah yang lain itu sudah habis, pada tutup semua. Tapi di SMA 3 alhamdulillah masih eksis. Kantin seperti itu karena memang mengembangkannya tidak ada waktu. Misalnya da waktu ya masih bisa, karena uangnya juga masih ada. Nah, kita lihat dari uang yang masih ada itu kita bisa memprediksi, ya masih ada kejujuran di kalangan siswa. Masih banyak sih, bukan masih ada. Ya jadi bisa diprediksi dari segi itu, karena gini seorang anak itu ada kantin yang uangnya banyak sekali dan satu dua tergiur dan itu terdeteksi juga. Tapi kita langsung panggil dan anaknya juga langsung mau mengembalikan. Memang pengaruh kantin kejujuran ke anak itu sangat membantu banget untuk membentuk mental anak berbuat jujur karena dia akan merasa malu juga ketika anak lain kan juga tahu “kowe ki nggowo duit piro, tapi kok ambilnya lebih banyak dari yang dimasukkan” akhirnya teman-temannya kan juga pada tahu. Jadi kantin ini sangat membantu anak-anak untuk lebih jujur. Peneliti
: Apa peran dari guru PKn mengenai adanya kantin
kejujuran? Narasumber
: Jadi dengan adanya kantin kejujuran kita sebagai
guru PKn dan BK ya itu proyek kami. Di kelas kita juga sosialisasi dengan 157
cara “Kantin itu ada untuk menguji kamu, sejauh mana kamu jujur, karena meskipun kamu ndelik-ndelik Allah itu melihat kamu. Jadi sejauh mana kamu percaya bahwa kamu itu dilihat yang Kuasa”. Kan gitu mbak, dan tetap saya tekankan bahwa kejujuran itu penting dalam berbagai hal. Di kelas pun juga sangat penting. Contek mencontek itu kan hal yang tidak jujur. Nilai itu penting banget, tapi kejujuran itu lebih penting dan itu memang saya tekankan. Baiklah coba kantin ini akan eksis atau tidak itu tergantung pada kamu. Kamu akan merasa malu seandainya kantin ini tidak berlangsung. Jadi mereka akan ada beban mental, awet tidaknya kantin ini itu tergantung kalian juga. Jika suatu ketika kantin ini sudah tutup, seperti kantin di SMP 2 kan tutup, itu berarti kamu kena juga, meskipun kejaksaan tidak meminta kembali uangnya, tapi kan SMA 3 dikei kantin kejujuran ra mlaku ikg. Semuanya kena meskipun pelakunya hanya beberapa orang. Peneliti
: Apakah problematika yang ada terkait pengelolaan
kantin kejujuran? Narasumber
: Pertama dari segi pengelola itu kan memang harus
khusus, kalau memang guru itu disambi memang tidak bisa. Memang fokusnya guru Pkn dan BK, tapi menurut saya harus ada petugas khusus yang ontime disitu, karena kita kan yang fokus mulang, ngajar, jadi kalau untuk nyambi itung-itungan, membelanjakan lagi, itu perlu waktu, dan kita kan nggak digaji juga tapi itu hanya sebagai tugas tambahan. Yang kedua, anak masih cenderung satu dua itu ada yang ngambil. Misal dia pakai uang besar dan nggak ada kembalian, uang dibawa dulu bayarnya besuk, dan kita kan 158
nggak tau besuk mbayar apa tidak. Jadi masih ada satu dua anak yang ceroboh. Peneliti
: Bagaimana solusi untuk menangani berbagai
problematika tersebut bu? Narasumber
: Solusinya yang pertama kajur kan memang pure
nggak ditunggu, jadi nggak ada yang nunggu, free. Solusinya kita sebagai guru PKn ya terus ngomong menggencarkan masalah kejujuran di kelas kelas saat kita mengajar. Yang kedua, itu ketika ada uang banyak itu kita ambil dulu, itu untuk mengantisipasi, meskipun itu nggak bener karena harusnya ya itu ada uang disitu yo wis ben, tapi utnuk mengantisipasi kita masih pekewuh jika ditutup. Kemudian ada CCTV, sekarang nggak ada karena memang nggak dibenarkan, karena peraturannya memang tidak seperti itu. Peneliti
: Lalu bagaimana supaya siswa lebih memilih jajan di kantin
kejujuran? Narasumber
: Variannya seharusnya ditambah. Dulu awal-awal
variannya cuman makanan kering, terus sekarang kita menerima nasi kucing, puding, jadi variannya yang ditambah, jadi anak kalau sudah disana kan sudah tidak kepengin kemana-kemana lagi. Peneliti
: Oh iya bu, terimakasih atas waktunya, maaf
mengganggu.
159
Narasumber
: Sama-sama mbak. gapapa kok. Saya masih ngajar
jam terakhir.
160
HASIL WAWANCARA 1.
2.
Identitas Narasumber Narasumber
: Rahmad Alfian (RA)
Hari, Tanggal
: Selasa, 12 April 2016
Waktu
: 09.52
Tempat Wawancara
: Teras Masjid SMA N 3 Salatiga
Jabatan
: Siswa XII IPS 3
Transkip Wawancara Peneliti
: Assalamu‟alaikum dik, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran 2015/2016” Narasumber
: Wa‟alaikumsalam. O.. ya mbak. Silakan.
Peneliti
: Apakah kamu sering jajan di kantin kejujuran?
Narasumber
: Iya mbak.
Peneliti
: Apa alasanmu lebih memilih jajan di kantin
kejujuran daripada yang lain?
161
Narasumber
: Ya, waktu itu deket dengan kelas, jadi nggak jauh-
jauh dari kantin. Peneliti
: Apakah perbedaan kantin kejujuran dibanding
kantin yang lain? Narasumber
: Kantin kejujuran lebih melatih kejujuran sendiri,
bayar atau tidak, dan kalau kantin yang lain itu bayarnya ribet mbak. Peneliti
: Apa kelebihan dan kekurangan kantin kejujuran?
Narasumber
: Kelebihannya melatih kejujuran itu sendiri dan
kekurangannya makanannya kurang enak-enak, cuman ada cemilan-cemilan. Peneliti
: Apakah kamu pernah melakukan transaksi tidak
sesuai dengan jumlah yang kamu ambil? Narasumber
: Nggak pernah mbak.
Peneliti
: Apakah kamu pernah melihat temanmu tidak jujur
dalam melakukan transaksi pembelian di kantin kejujuran? Narasumber
: Belum pernah mbak, tapi dulu ada kakak kelas
pernah ada kasus disidang ke BK karena pada nggak bayar. Jadi beberapa kelas gitu mbak, seperti gerombolan. Peneliti
: Apakah kamu tahu mereka diberi sanksi seperti
apa? Narasumber
: Cuma dipanggil sama bayar ganti rugi.
162
Peneliti
: Menurut pendapatmu apakah ada dampak dengan
adanya kantin kejujuran terhadap penanaman kejujuran siswa. Narasumber
: Ada, karena dengan adanya kantin kejujuran
melatih kejujuran siswa. Peneliti
:
Terimakasih
dik
atas
mengganggu. Narasumber
: Sama-sama mbak. Tidak kok.
163
waktunya,
maaf
HASIL WAWANCARA 1.
2.
Identitas Narasumber Narasumber
: Martha Andrianti (MA)
Hari, Tanggal
: Jum‟at, 15 April 2016
Waktu
: 09.04
Tempat Wawancara
: Kantin Umum SMA N 3 Salatiga
Jabatan
: Siswa XI IPA 3
Transkip Wawancara Peneliti
: Assalamu‟alaikum dik, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran 2015/2016” Narasumber
: Wa‟alaikumsalam. O.. ya mbak. Silakan.
Peneliti
: Apa tanggapan kamu mengenai adanya kantin
kejujuran? Narasumber
: Kantin kejujuran adalah kantin yang melatih
kejujuran. Peneliti
: Seberapa sering kamu jajan di kantin kejujuran?
164
Narasumber
: Sering mbak.
Peneliti
: Apakah kamu pernah melakukan transaksi tidak
sesuai dengan jumlah yang kamu ambil? Narasumber
: Nggak pernah mbak.
Peneliti
: Apakah kamu pernah melihat temanmu tidak jujur
dalam melakukan transaksi pembelian di kantin kejujuran? Narasumber
: Belum pernah mbak.
Peneliti
: Apa alasan kamu lebih memilih berbelanja di
kantin kejujuran dibanding kantin yang lainnya? Narasumber
: Lebih murah di kajur mbak dan ikut membantu
program sekolah ya mbak. Peneliti
: Apa manfaat yang kamu peroleh dengan adanya
kantin kejujuran? Narasumber
: Bisa berbelanja perlengkapan sekolah seperti
pulpen, buku, tersedia disini dengan harga yang murah. Peneliti
: Apa kekurangan dan kelebihan dari kantin
kejujuran dik? Narasumber
: Kekurangannya jajanannya kurang bervariasi
mbak. Kelebihannya ya itu tadi lebih murah mbak.
165
Peneliti
: Menurut kamu, apakah kehadiran kantin kejujuran
mampu menanamkan kejujuran ke siswa SMA N 3 Salatiga? Narasumber
: Iya mbak, karena disini diajarkan membayar
sendiri sesuai barang yang diambil tanpa ada penjaga. Peneliti
:
Terimakasih
dik
atas
mengganggu. Narasumber
: Sama-sama mbak. Tidak kok.
166
waktunya,
maaf
HASIL WAWANCARA 1.
2.
Identitas Narasumber Narasumber
: Gideon Febby P.A. (GF)
Hari, Tanggal
: Jum‟at, 15 April 2016
Waktu
: 09.09
Tempat Wawancara
: Kantin Umum SMA N 3 Salatiga
Jabatan
: Siswa X-5
Transkip Wawancara Peneliti
: Assalamu‟alaikum dik, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran 2015/2016” Narasumber
: Wa‟alaikumsalam. Ya mbak.
Peneliti
: Apa tanggapan kamu mengenai adanya kantin
kejujuran? Narasumber
: Kantin kejujuran adalah kantin yang membayar
sendiri. Peneliti
: Seberapa sering kamu jajan di kantin kejujuran?
167
Narasumber
: Biasa sih mbak, kalau diajak temen aja.
Peneliti
: Apakah kamu pernah melakukan transaksi tidak
sesuai dengan jumlah yang kamu ambil? Narasumber
: Nggak pernah mbak.
Peneliti
: Apakah kamu pernah melihat temanmu tidak jujur
dalam melakukan transaksi pembelian di kantin kejujuran? Narasumber Peneliti
: Belum pernah mbak. : Apa alasan kamu lebih memilih berbelanja di kantin
kejujuran dibanding kantin yang lainnya? Narasumber
: Ya kalau diajak temen aja. Soalnya rame mbak,
males jadinya. Peneliti
: Apa manfaat yang kamu peroleh dengan adanya
kantin kejujuran? Narasumber
: Bisa jajan sama temen-temen.
Peneliti
: Apa kekurangan dan kelebihan dari kantin
kejujuran dik? Narasumber
: Biasa aja sih mbak.
Peneliti
: Menurut kamu, apakah kehadiran kantin kejujuran
mampu menanamkan kejujuran ke siswa SMA N 3 Salatiga?
168
Narasumber
: Belum tahu.
Peneliti
:
Terimakasih
mengganggu. Narasumber
: Oke mbak.
169
dik
atas
waktunya,
maaf
HASIL WAWANCARA 1.
2.
Identitas Narasumber Narasumber
: Wahyu Joko M. (WJ)
Hari, Tanggal
: Jum‟at, 15 April 2016
Waktu
: 09.18
Tempat Wawancara
: Kantin Umum SMA N 3 Salatiga
Jabatan
: Siswa XI IPA 5
Transkip Wawancara Peneliti
: Assalamu‟alaikum dik, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran 2015/2016” Narasumber
: Wa‟alaikumsalam. Silakan mbak.
Peneliti
: Apa tanggapan kamu mengenai adanya kantin
kejujuran? Narasumber
: Kantin kejujuran adalah kantin dimana kita
mengambil barang dan memilih barang sendiri. Peneliti
: Seberapa sering kamu jajan di kantin kejujuran?
170
Narasumber
: Tidak begitu sering mbak, hanya ketika jam
pelajaran pertama saja kan waktunya singkat, jadi mending kesini. Peneliti
: Apakah kamu pernah melakukan transaksi tidak
sesuai dengan jumlah yang kamu ambil? Narasumber
: Belum pernah mbak.
Peneliti
: Apakah kamu pernah melihat temanmu tidak jujur
dalam melakukan transaksi pembelian di kantin kejujuran? Narasumber
: Belum pernah mbak.
Peneliti
: Apa alasan kamu lebih memilih berbelanja di
kantin kejujuran dibanding kantin yang lainnya? Narasumber
: Lebih dekat dengan kelas, jadi ketika istirahat
langsung kesini. Peneliti
: Apa manfaat yang kamu peroleh dengan adanya
kantin kejujuran? Narasumber
: Melatih kejujuran sih mbak membayar sejumlah
barang sesuai yang kita ambil. Peneliti
: Apa kekurangan dan kelebihan dari kantin
kejujuran dik? Narasumber
: Kekurangannya makanan kurang bervariasi mbak.
Cuma itu itu aja kadang bosan.
171
Peneliti
: Menurut kamu, apakah kehadiran kantin kejujuran
mampu menanamkan kejujuran ke siswa SMA N 3 Salatiga? Narasumber
: Iya mbak.
Peneliti
:
Terimakasih
mengganggu. Narasumber
: Sama-sama mbak.
172
dik
atas
waktunya,
maaf
HASIL WAWANCARA 1.
2.
Identitas Narasumber Narasumber
: Jonanda Septian Prayuda (JS)
Hari, Tanggal
: Jum‟at, 15 April 2016
Waktu
: 09.21
Tempat Wawancara
: Kantin Umum SMA N 3 Salatiga
Jabatan
: Siswa XI IPA 3
Transkip Wawancara Peneliti
: Assalamu‟alaikum dik, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adik terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran 2015/2016” Narasumber
: Wa‟alaikumsalam. Iya mbak.
Peneliti
: Apa tanggapan kamu mengenai adanya kantin
kejujuran? Narasumber
: Kantin kejujuran adalah kantin yang melatih jujur.
Peneliti
: Seberapa sering kamu jajan di kantin kejujuran?
Narasumber
: Kadang-kadang mbak.
173
Peneliti
: Apakah kamu pernah melakukan transaksi tidak
sesuai dengan jumlah yang kamu ambil? Narasumber
: Belum pernah mbak.
Peneliti
: Apakah kamu pernah melihat temanmu tidak jujur
dalam melakukan transaksi pembelian di kantin kejujuran? Narasumber
: Belum pernah mbak.
Peneliti
: Apa alasan kamu lebih memilih berbelanja di
kantin kejujuran dibanding kantin yang lainnya? Narasumber
: Lebih dekat dengan kelas dan tidak begitu ramai.
Peneliti
: Apa manfaat yang kamu peroleh dengan adanya
kantin kejujuran? Narasumber
: Melatih kejujuran mbak.
Peneliti
: Apa kekurangan dan kelebihan dari kantin
kejujuran dik? Narasumber
: Kekurangannya makanan membosankan.
Peneliti
: Menurut kamu, apakah kehadiran kantin kejujuran
mampu menanamkan kejujuran ke siswa SMA N 3 Salatiga? Narasumber
: Iya mbak, karena di kantin ini siswa membayar
sesuai harga yang tertera tanpa dijaga.
174
Peneliti
:
Terimakasih
mengganggu. Narasumber
: Sama-sama mbak.
175
dik
atas
waktunya,
maaf
HASIL WAWANCARA 1.
Identitas Narasumber Narasumber
: Dra. Lejar Kirani (LK)
Hari, Tanggal
: Jum‟at, 15 April 2016
Waktu
: 13.40
Tempat Wawancara
: Perum Widyatama Osamaliki
Jabatan
: Mantan guru BK dan penggagas serta pengelola
kantin kejujuran. 2.
Transkip Wawancara Peneliti
: Selamat siang bu, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai ibu terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran 2015/2016” Narasumber
: Silakan nok, yang dibahas apa saja ya?
Peneliti
:
Jadi
tentang
manajemennya
mulai
dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi dari kantin kejujuran, problematika yang dihadapi, serta dampak adanya kantin kejujuran dengan penanaman sifat jujur siswa.
176
Narasumber
: Jadi kantin kejujuran berdiri sekitar 7 tahun yang
lalu pada 2010 akhir. Idenya dari kejaksaan karena melihat kemerosotan karakter anak penerus bangsa, maka dibuatlah program dengan nama kantin kujujuran. Program ini dibawah naungan kesiswaan dan pengelolanya guru BK dan PKn. Pada awalnya saya dan Bu Elly, program berjalan terus sampai Bu Elly meninggal. Dana Rp 10.000.000,00 dari kejaksaan tidak berkurang, tapi sekolah lain wis entek, karena pas jamane Pak Anjar kesiswaan anak itu diberi pengarahan terus, “kowe podo-podo jajan ning kantin umum karo ning kantin kejujuran ki bedo”, pahalane lebih besar di kajur karena niatmu jajan posisi kantin nggak ada yang jaga. Tapi pernah ada satu generasi jelek, mereka mempengaruhi teman-temannya sampai kita pernah terjun bebas nggak ada uang. Mereka pada ngutil. Lalu dari kami langsung manggil pentolane geng, dan akhirnya dipulangin Rp 20.000,00 atau Rp 25.000,00 tapi tidak sebanyak uang yang dicuri. Kantin terus berjalan terus. Namun perlu diketahui yang jajan disana itu langganan biasane nok, kebanyakan anak IPS. Saya punya 18 surat cinta janji kepada diri sendiri bahwasanya dia tidak akan mengulangi perbuatan tersebut lagi. Hal ini berarti mereka masih cinta pada diri sendiri. Peneliti
: Apakah ada dampak adanya kantin kejujuran
terhadap penanaman sifat jujur siswa bu? Narasumber
: Oh ya jelas ada. Jujur disini karena pengakuan itu,
bukan masalah pengembalian uangnya, wong kita disini tidak jualan kok, tapi anak sudah ngaku itu merupakan point tersendiri. 177
Peneliti
: Apakah ada sanksi yang diberikan kepada siswa
yang tidak jujur dalam berbelanja? Narasumber
: Tidak. Kami menggunakan pendekatan. Tidak ada
sanksi. Saya memberi kepercayaan kepada anak didik saya untuk menulis surat, dan saya beri pemahaman bahwa aku cuman manusia biasa lho, tapi kamu nulis disaksikan Tuhan. Menurut saya yang penting ada perubahan, dia tahu kalau mencuri itu bukan tindakan benar. Enaknya jajan itu tidak seberapa tapi pertanggungjawabanmu kepada Tuhanmu yang berat. Disini yang kita titikberatkan adalah perubahan sikap, mentalitas anak supaya dia paham bahwa oh aku nyuri ki nggak bagus. Peneliti
: Apa kelebihan dan kekurangan kantin kejujuran ya
bu? Narasumber
: Harga di kantin kejujuran itu jauh lebih murah,
pelayanan tidak ditunggu jadi siswa lebih santai, tempat nyaman, dan kita itu lebih open lho daripada sekolah-sekolah yang lain yang kajurnya ditunggui, kita tidak. Ya kekurangannya variasi makanan yang kurang, sebenarnya butuh legowo dari pengurus bahwa kajur itu juga butuh pengorbanan waktu. Peneliti
: Oh iya bu, terimakasih atas waktunya, maaf
mengganggu. Narasumber
: Sama-sama nok. Kapan-kapan main kesini lagi ya.
178
HASIL WAWANCARA 1.
2.
Identitas Narasumber Narasumber
: Dra. Rr. Sri Winarsih (SW)
Hari, Tanggal
: Rabu, 6 April 2016
Waktu
: 12.30
Tempat Wawancara
: Ruang Guru SMA N 3 Salatiga
Jabatan
: Guru kimia dan pengelola kantin kejujuran.
Transkip Wawancara Peneliti
: Assalamu‟alaikum bu, perkenalkan nama saya
Kummilaila Kamilah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai ibu terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga tahun ajaran 2015/2016” Narasumber
: Wa‟alaikumsalam. Silakan dek. Yang dibahas apa
saja ya? Peneliti
:
Jadi
tentang
manajemennya
mulai
dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi dari kantin kejujuran, problematika yang dihadapi, serta dampak adanya kantin kejujuran dengan penanaman sifat jujur siswa.
179
DOKUMENTASI
Wawancara dengan SN
Wawancara dengan NA
180
Wawancara dengan AI
Wawancara dengan AK
181
Wawancara dengan LK
Wawancara dengan H
182
Siswa sedang membayar jajanan
Keadaan kantin saat istirahat
183
Siswa sedang memilih jajanan
Siswa sedang memilih minuman
184
Jenis makanan yang ada di kantin kejujuran
Perlengkapan sekolah yang ada di kantin kejujuran
185
Fasilitas dispenser dan almari pendingin di kantin kejujuran
Buku setoran barang
186
Siswa sedang membuat USDA
Kondisi kantin kejujuran
187
Kantin kejujuran tampak dari samping
Pamflet kantin kejujuran yang terpasang di dinding kantin
188
Pamflet kejujuran yang terpampang di dinding
Wawancara dengan TV
189
Wawancara dengan MK
Wawancara dengan RA
190
Wawancara dengan NK dan TW
Wawancara dengan WJ dan JS
191
Wawancara dengan GF
Wawancara dengan MA
192
Pengelola (SW) sedang menata barang dan mengambil uang
Daftar harga alat tulis yang tertempel di etalas
193
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1.
Nama
: Kummilaila Kamilah
2.
Tempat dan Tanggal Lahir
: Kab. Semarang, 1 Mei 1994
3.
Jenis Kelamin
: Perempuan
4.
Alamat
: Dsn. Gondangsari RT 01 RW 05, Ds Rowoboni, Kec. Banyubiru, Kab. Semarang
5.
6.
Riwayat Pendidikan
:
a.TK Tarbiyatul Banin 56
: 1998-2000
b.SD N Rowoboni 02
: 2000-2006
c.SMP N 1 Salatiga
: 2006-2009
d.SMA N 3 Salatiga
: 2009-2012
e.IAIN Salatiga
: 2012-2016
Pengalaman Organisasi a.Sekretaris Bidang kaderisasi LDK Darul Amal STAIN Salatiga 2014 b.Sekretaris Umum LDK Fathir Ar Rasyid IAIN Salatiga 2015
7.
Motto
: MAN JADDA WAJADA
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Salatiga, 1 Juni 2016 Penulis
Kummilaila Kamilah NIM. 111-12-069
194