KESULITAN PENGUCAPAN KONSONAN DAN DIFTONG PADA SISWA KELAS V C1 SLB PUTRA MANUNGGAL GOMBONG TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh : Nanik Widayati Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo
[email protected] ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan: (1) kesulitan yang dihadapi siswa dan solusi guru dalam proses belajar pengucapan konsonan dan diftong dalam Bahasa Indonesia; (2) faktor hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam mengucapkan konsonan dan diftong dalam Bahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah hasil observasi siswa kelas V C1 SLB Putra Manunggal Gombong. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan siswa. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif. Dalam pengumpulan data digunakan teknik (1) studi kepustakaan (2) metode observasi (3) metode wawancara (4) metode dokumentasi. Hasil analisis disimpulkan bahwa (1) Kesulitan yang dihadapi siswa dan solusi guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia pada pengucapan konsonan dan diftong adalah bahwa anak tunagrahita banyak mengalami gangguan bicara, terlambat dan terbatas dalam perkembangannya, serta mengalami kesulitan dalam memperhatikan situasi di lingkungan sehingga belum mempunyai keinginan untuk bergaul dalam percakapan dengan sesamanya. Solusi guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia pada pengucapan konsonan dan diftong adalah: (a) melatih anak dengan permainan bunyi misal anak diberi rebana, kaleng diisi batu kemudian dibunyikan. Anak dapat mengamati bahwa sumber bunyi terdapat dalam tangannya sendiri. (b) melatih anak berbicara di depan cermin dengan cara meniru ucapan yang diucapkan oleh guru. (2) Faktor-faktor yang menjadikan hambatan siswa untuk pengucapan konsonan dan diftong adalah anak tunagrahita banyak mengalami gangguan bicara karena lidah yang terlalu pendek, anak kurang mampu menganalisis bunyi yang didengar dan kurangnya koordinasi antara lidah dan bibir. Kata Kunci: Kesulitan pengucapan konsonan dan diftong, Siswa kelas V SLB.
PENDAHULUAN Kemampuan berbicara (penggunaan bahasa lisan) bukan kemampuan yang diwariskan secara turun temurun, meskipun secara alamiah manusia akan dapat berbicara. Arsyad menyatakan bahwa kemampuaan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan atau bimbingan yang intensif (Arsyad,1988 :1). Unsur segmental seperti tekanan, intonasi, perhentian/ jeda memiliki pengaruh yang cukup besar dalam berbahasa lisan terhadap kejelasan makna suatu ujaran. Ada empat aspek dalam keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan mendengar atau menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keterampilan bahasa tersebut hanya akan diperoleh dengan proses berlatih. Bagi anak
tunagrahita kesulitan berkomunikasi dengan bahasa lisan (berbicara) bisa juga disebabkan oleh faktor intelegensi yang sangat rendah, sehingga siswa kurang memahami atau mengerti pembicaraan orang lain atau berkomunikasi. Anak dengan hambatan mental (tunagrahita), termasuk di dalamnya yang mengalami slow learner juga memiliki hak yang sama dengan anak normal lainnya dalam memperoleh informasi dan pengetahuan baik berupa pendidikan formal maupun non formal. Hak untuk mendapatkan pendidikan merupakan hak setiap warga negara, demikian yang diamanatkan Undang-Undang. Dengan demikian tidak ada alasan apapun yang membenarkan bahwa anak hambatan mental diasingkan dari akses pendidikan. Bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa pengantar pendidikan formal, SLB Putra Manunggal Gombong Kabupaten Kebumen sebagai lembaga pendidikan formal, juga menggunakan bahasa indonesia dalam proses pembelajaran. Berdasarkan wujudnya bahasa dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan adalah bahasa yang lebih awal dikuasai manusia dibanding dengan bahasa tulis. Bahasa lisan dikuasai sejak kecil tanpa harus melalui pendidikan formal, sedangkan bahasa tulis baru dikenal dan dikuasai melalui pendidikan formal di sekolah. Bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa pengantar pendidikan formal, SLB Putra Manunggal Gombong Kabupaten Kebumen sebagai lembaga pendidikan formal, juga menggunakan bahasa indonesia dalam proses pembelajaran. Pelayanan pendidikan bagi anak-anak tunagrahita perlu kita tingkatkan secara terus menerus, sehingga mereka dapat memperoleh akses pendidikan secara optimal sesuai dengan perkembangan dirinya. Dan salah satu bentuk nyata dari upaya peningkatan tersebut adalah dengan mengadakan penelitian di SLB Putra Manunggal Gombong Kabupaten Kebumen dengan judul Kesulitan Pengucapan Konsonan Dan Diftong Pada Siswa Kelas V C1 SLB Putra Manunggal Gombong Tahun Ajaran 2015/2016. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini yaitu minat siswa untuk belajar mengucapkan bahasa Indonesia, kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar mengucapkan konsonan dan diftong. Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah : (a) mendiskripsikan kesulitan yang dihadapi siswa dan solusi guru dalam
proses belajar pengucapan konsonan dan diftong dalam Bahasa Indonesia; (b) mendiskripsikan factor hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam mengucapkan konsonan dan diftong dalam Bahasa Indonesia. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan model penelitian studi kasus dengan pendekatan metode deskriptif kualitatif. Arikunto (1993 : 3) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan metode desktiptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Artinya penelitian ini hanya mendeskripsikan kesulitan pengucapan konsonan dan difong khususnya pada siswa kelas V C1 SLB Putra Manunggal Gombong. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah metode observasi. Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian Margono, (2000: 158). Metode observasi ini berupa pengamatan langsung yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai strategi pembelajaran bahasa Indonesia pada pengucapan konsonan dan diftong. Teknik analisis data adalah proses menyusun, mengkategorikan, mencari pola atau tema dengan maksud untuk memahami maknanya, Nasution, (1992:142). Moleong (1986:103) berpendapat bahwa analisis adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang seperti disarankan oleh data. Dalam penelitian ini digunakan metode simak. Menurut Sudaryanto (2015:206) berpendapat bahwa metode simak adalah bicara atau ngomong, sebagai praktek penggunaan bahasa yang paling alamiah dikenali lewat pendengaran, jadi didengar dan didengarkan. Jika bicara atau ngomong itu didengarkan dengan penuh kesungguhan seperti dalam kerangka penelitian secara linguistik. Teknik ini digunakan peneliti untuk memperoleh literatur yang terkait dengan permasalahan yang menjadi kajian penelitan. Tekhnik penyajin data yang peneliti lakukan adalah : 1) Studi kepustakan yaitu cara mengumpulkan data berdasarkan sumber-sumber tertulis. 2) Metode observasi, yaitu berupa pengamatan langsung yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai strategi pembelajaran bahasa Indonesia pada pengucapan konsonan dan diftong. 3)
Metode wawancara, yaitu metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistemik dan berlandaskan kepada tujuan peneliti. 4) Metode dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data atau catatan-catatan. Aspek-aspek untuk menambahkan kelengkapan data dalam dokumentasi meliputi catatan-catatan, foto-foto, dan dokumentasi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dan solusi guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia pada pengucapan konsonan dan diftong adalah bahwa anak tunagrahita banyak mengalami gangguan bicara, terlambat dan terbatas dalam perkembangannya, serta mengalami kesulitan dalam memperhatikan situasi di lingkungan sehingga belum mempunyai keinginan untuk bergaul dalam percakapan dengan sesamanya. Solusi guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia pada pengucapan konsonan dan diftong adalah: (a) melatih anak dengan permainan bunyi misal anak diberi rebana, kaleng diisi batu kemudian dibunyikan. Anak dapat mengamati bahwa sumber bunyi terdapat dalam tangannya sendiri. (b) melatih anak berbicara di depan cermin dengan cara meniru ucapan yang diucapkan oleh guru. (2) Faktor-faktor yang menjadikan hambatan siswa untuk pengucapan konsonan dan diftong adalah anak tunagrahita banyak mengalami gangguan bicara karena lidah yang terlalu pendek, anak kurang mampu menganalisis bunyi yang didengar dan kurangnya koordinasi antara lidah dan bibir. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Kesulitan Pengucapan Konsonan dan Diftong Pada Siswa Kelas V C1 SLB Putra Manunggal Gombong Tahun Ajaran 2015/2016 penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut (1) Hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dan solusi guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia pada pengucapan konsonan dan diftong adalah bahwa anak tunagrahita banyak mengalami gangguan bicara, terlambat dan terbatas dalam perkembangannya, serta mengalami kesulitan dalam memperhatikan situasi di lingkungan sehingga belum mempunyai keinginan untuk bergaul dalam percakapan dengan sesamanya. Solusi guru dalam proses pembelajaran
bahasa Indonesia pada pengucapan konsonan dan diftong adalah: (a) melatih anak dengan permainan bunyi misal anak diberi rebana, kaleng diisi batu kemudian dibunyikan. Anak dapat mengamati bahwa sumber bunyi terdapat dalam tangannya sendiri. (b) melatih anak berbicara di depan cermin dengan cara meniru ucapan yang diucapkan oleh guru. (2) Faktor-faktor yang menjadikan hambatan siswa untuk pengucapan konsonan dan diftong adalah anak tunagrahita banyak mengalami gangguan bicara karena lidah yang terlalu pendek, anak kurang mampu menganalisis bunyi yang didengar dan kurangnya koordinasi antara lidah dan bibir. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti dapat memberikan beberapa saran diantaranya sebagai berikut (1) peneliti berharap adanya penelitian-penelitian lain mengenai kesalahan pengucapan/pelafalan pada anak berkebutuhan khusus, karena masih banyak hal yang perlu dikaji dan diteliti. (2) bagi guru bahasa dan sastra Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam memahami kesalahan pengucapan pada anak berkebutuhan khusus. (3) siswa hendaknya mengerti dan memahami secara mendalam tentang kesalahan pengucapan pada anak berkebutuhan khusus. (3) bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad, 1988. Pengertian Kemampuan Berbicara. 15 Mei 2013. Error! Hyperlink reference not valid. Margono. 2002. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Moleong. 1986. Teknik Analisis Data. Nasution. 1992. Teknik Analisis Data. Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.