PENGARUH PENGGUNAAN METODE JARIMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 06 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2015/2016
(Skripsi)
Oleh BIMA SUCI RAHMATULLAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN METODE JARIMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 06 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh BIMA SUCI RAHMATULLAH
Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya hasil belajar matematika dan penggunaan metode pembelajaran yang kurang memotivasi siswa untuk belajar. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh yang positif dan bermakna pada penerapan metode jarimatika terhadap hasil belajar ranah kognitif. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, studi dokumentasi, dan tes. Berdasarkan hasil pehitungan uji hipotesis dengan bantuan program SPSS versi 20 diperoleh nilai Sig. 0,023 < α (0,05). Nilai tersebut menandakan hipotesis alternatif yang diajukan peneliti diterima, yakni terdapat pengaruh yang positif dan bermakna pada penerapan metode jarimatika terhadap hasil belajar matematika kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2015/2016. Kata kunci: metode jarimatika, hasil belajar, matematika.
iii
PENGARUH PENGGUNAAN METODE JARIMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 06 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh BIMA SUCI RAHMATULLAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Kota Kotabumi, Kabupaten Lampung Foto
Utara, Provinsi Lampung, pada hari Sabtu, 05 Februari 1994.
3X4
Peneliti merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Drs. Edi Supriyanto dengan Ibu Dra. Ida Er Dandi.
Pendidikan peneliti diawali dari Taman Kanak-kanak (TK) Aisyah Bustanul Athfal Pekalongan Lampung Timur dan diselesaikan pada tahun 2000. Peneliti melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Dasar di SD Negeri 4 Metro Timur Kota Metro selesai pada tahun 2006. Peneliti menyelesaikan pendidikan lanjutan di SMP Negeri 2 Pekalongan Lampung Timur pada tahun 2009. Pendidikan menengah atas peneliti selesaikan di SMA Muhammadiyah 1 Pekalongan Lampung Timur pada tahun 2012. Tahun 2012 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa S1-PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.
MOTO
Barang siapa yang keluar dalam menuntut ilmu maka ia adalah seperti berperang di jalan ALLAH hingga pulang. (H. R. Tirmidzi)
It always seems impossible until it’s done. (Nelson Mandela)
Mencemaskan apa yang mungkin terjadi hanya membuang waktumu, itu hanya membebani pikiranmu dan mengambil kebahagiaanmu. (Bima Suci Rahmatullah)
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Alhamdulillahirobbil’alamin, berhimpun syukur kepada Sang Maha Kuasa, dengan segala kerendahan hati, ku persembahkan karya sederhana ini kepada: Ayahanda Drs. Edi Supriyanto dan Ibunda Dra. Ida Erdandi tercinta, yang telah ikhlas memberikan segala pengorbanan bagi kebaikan ananda. Terimakasih telah memberikan cinta dan kasih sayang tanpa batas, serta segala untaian doa yang senantiasa dimohonkan pada Illahi untuk kebaikan ananda. Kakakku Dina Martita Sari, S.Pd, Adikku Aliyah Zakiyah Nur Ardati dan Muhammad Arkaan, terimakasih atas doa, dukungan, dan motivasi untuk keberhasilanku. Ketiga keponakanku Kaisar Adi Pratama, Kaila Maharani dan Annas Prima, yang telah menghadirkan keceriaan dan semangat di sela-sela kepenatan. Semoga kelak menjadi anak-anak sholeh dan sholehah juga bermanfaat bagi umat. Almamater tercinta “Universitas Lampung”.
SANWACANA
Assalamu’alaikum warohmatullohiwabarokatuh. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Jarimatika Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2015/2016”, sebagai syarat meraih gelar sarjana di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Peneliti menyadari mungkin masih banyak kekurangan pada skripsi ini. Penyelesaian ini tidak lepas dari bimbingan, dan petunjuk dari berbagi pihak, oleh sebab itu peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., Rektor Universitas Lampung yang telah berkontribusi membangun Universitas Lampung menjadi lebih maju dan memfasilitasi mahasiswa menyelesaikan skripsi.
2.
Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memfasilitasi dan mendukung mahasiswa menyelesaikan skripsi.
3.
Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan Program Studi PGSD.
i
4.
Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd., Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung yang selalu mendukung pelaksanaan program di PGSD kampus B.
5.
Bapak Drs. Rapani, M.Pd., Koordinator Kampus B FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan dukungan, saran, serta masukan demi kebaikan seluruh mahasiswa PGSD kampus B.
6.
Bapak Dr. Suwarjo, M.Pd., Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik yang senantiasa meluangkan waktunya memberi bimbingan dan saran kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
7.
Ibu Dra. Siti Rachmah Sofiani., Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya memberi bimbingan dan saran kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
8.
Bapak Drs. Sarengat, M.Pd., Dosen Pembahas yang telah senantiasa meluangkan waktunya memberikan sumbang saran untuk penyempurnaan skripsi ini.
9.
Bapak/Ibu dosen dan staf karyawan S1 PGSD Kampus B, yang telah membantu mengarahkan sampai skripsi ini selesai.
10. Bapak Jamaluddin, S.Pd.I, Kepala SD Negeri 06 Metro Barat yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian. 11. Guru kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat yang telah bersedia membantu demi kelancaran penelitian ini. 12. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
ii
13. Rekan-rekan mahasiwa S1-PGSD FKIP Universitas Lampung angkatan 2012 yang telah membantu dan menyemangati peneliti. Semoga ALLAH SWT selalu memberikan kebesaran hati bagi kita semua, dan segala hal yang kita perbuat tercatat sebagai amal kebaikan, aamiin. Nuun, walqolamiwamayasturun, Wassalamu’alaikum warohmatullohiwabarokatuh
Metro, Peneliti
Mei 2016
Bima Suci Rahmatullah
iii
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
1
A. B. C. D. E. F. G.
Latar Belakang Masalah ................................................................... Identifikasi Malasah ......................................................................... Pembatasan Masalah ........................................................................ Perumusan Masalah.......................................................................... Tujuan Penelitian.............................................................................. Manfaat Penelitian............................................................................ Ruang Lingkup Penelitian ................................................................
1 5 6 6 6 7 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS.....
9
A. Metode.............................................................................................. 9 1. Pengertian Metode .................................................................... 9 2. Metode Jarimatika ........................................................................10 3. Metode Ceramah ..........................................................................15 4. Metode Tanya Jawab....................................................................18 5. Metode Pemberian Tugas.............................................................21 B. Hasil Belajar Matematika ................................................................. 23 1. Pengertian Belajar ..................................................................... 23 2. Pengertian Hasil Belajar ............................................................ 25 3. Kategori Ranah Hasil Belajar ................................................... 26 4. Hasil Belajar Matematika di SD ............................................... 28 C. Penelitian yang Relevan ................................................................... 30 D. Kerangka Pikir.................................................................................. 31 E. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 33
iv
Halaman BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 35 A. Jenis Penelitian ................................................................................. B. Prosedur Penelitian ........................................................................... C. Setting Penelitian .............................................................................. 1. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 2. Populasi dan Sampel ................................................................. D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ................... 1. Variabel Penelitian .................................................................. 2. Definisi Operasional Variabel ................................................... E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ................................................ F. Uji Kemantapan Alat Pengumpul Data ............................................ G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ................................ 1. Uji Persyaratan Analisis Data ................................................... 2. Analisis Data Hasil Belajar ....................................................... 3. Pengujian Hipotesis Penelitian..................................................
35 36 38 38 38 39 39 40 41 43 46 46 48 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 52 A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian.................................................. 52 B. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 55 1. Persiapan Penelitian .................................................................. 55 2. Uji Coba Instrumen Penelitian .................................................. 55 3. Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 56 4. Pengambilan data Penelitian ..................................................... 57 C. Deskripsi Data Penelitian ................................................................. 57 D. Data Penelitian ................................................................................. 57 1. Data Pretest ................................................................................ 57 2. Data Posttest ............................................................................... 59 3. Data Peningkatan (N-Gain) ........................................................ 61 E. Uji Persyaratan Analisis Data .......................................................... 62 1. Data Pretest ................................................................................ 62 2. Data Posttest ............................................................................... 63 3. Data N-Gain ............................................................................... 64 F. Pengujian Hipotesis .............................................................................65 G. Hasil Temuan ................................................................................... 67 H. Pembahasan ...................................................................................... 68
v
Halaman BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 71 A. Kesimpulan....................................................................................... 71 B. Saran ................................................................................................. 72 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 73 LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.1
Persentase ketuntasan belajar matematika kelas IVA dan IVB SD Negeri 06 Metro Barat .......................................................................................... 3
3.1
Kategori ketuntasan belajar kognitif siswa ............................................... 49
4.1
Rincian data tenaga pendidik SD Negeri 06 Metro Barat ......................... 53
4.2
Nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol...................................... 58
4.3
Nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol .................................... 59
4.4
Kategori nilai N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol ...................... 61
4.5
Hasil uji normalitas data pretest ................................................................ 62
4.6
Hasil uji homogenitas data pretest ............................................................ 63
4.7
Hasil uji normalitas data posttest .............................................................. 63
4.8
Hasil uji homogenitas data posttest ........................................................... 64
4.9
Hasil uji normalitas data N-Gain .............................................................. 64
4.10 Hasil uji homogenitas data N-Gain ........................................................... 65 4.11 Hasil uji-t data N-Gain .............................................................................. 66
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Ilustrasi posisi jari dasar metode jarimatika ................................................ 14 2.2 Ilustrasi pengoperasian bilangan ................................................................. 14 2.3 Kerangka konsep variabel ........................................................................... 33 3.1 Desain eksperimen ...................................................................................... 36 4.1 Diagram perbandingan nilai pretest berdasarkan ketuntasan...................... 58 4.2 Diagram nilai rata-rata pretest .................................................................... 59 4.3 Diagram perbandingan nilai posttest berdasarkan ketuntasan .................... 60 4.4 Diagram nilai rata-rata posttest ................................................................... 60 4.5 Nilai rerata N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol ............................ 61
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Dokumen Surat Penelitian ........................................................................... 77
2.
Perangkat Pembelajaran ............................................................................... 84 2.1 Pemetaan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) ...... 85 2.2 Silabus Pembelajaran ............................................................................ 86 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .......................................... 88 2.4 Lembar Penilaian Hasil Belajar Kognitif .............................................. 104 2.5 Kisi-kisi Penulisan Soal Tes Hasil Belajar Siswa ................................. 106 2.6 Uji Coba Soal ........................................................................................ 107 2.7 Soal Pretest dan Posttest ....................................................................... 111
3.
Tabel Statistik .............................................................................................. 116 3.1 Tabel Nilai-nilai dalam Distribusi t ...................................................... 117 3.2 Tabel Nilai-nilai Product Moment ........................................................ 118
4.
Perhitungan Uji Instrumen ........................................................................... 119 4.1 Uji Validitas Tes Pilihan Ganda............................................................ 120 4.2 Uji Reliabilitas Tes Pilihan Ganda ........................................................ 121
ix
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Di dalam perkembangannya Indonesia melakukan pembangunan diberbagai bidang, termasuk pembangunan di bidang pendidikan guna meningkatkan kecerdasan bangsa. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi negara yang sedang berkembang seperti bangsa Indonesia saat ini, seperti yang telah tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sisdiknas, 2003: 8). Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di seluruh dunia. Untuk dapat beradaptasi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, diperlukan adanya peningkatan kemampuan dalam berbagai bidang pendidikan. Salah satu bidang yang perlu ditingkatkan yaitu bidang matematika. Hal ini berdasarkan pada pengertian mata pelajaran
2
matematika dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006, yang menjelaskan bahwa: Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi moderen, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (Permendiknas, 2006: 416). Berdasarkan
penjelasan
tersebut,
pembelajaran
matematika
diharapkan mampu menciptakan cara pandang siswa terhadap kegunaan matematika dalam kehidupan. Namun, tidak mudah untuk dapat menumbuhkan sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sebab konsep matematika disajikan dalam bentuk abstrak. Sebagaimana diungkapkan oleh Adji (2006: 37) bahwa substansi materi pelajaran matematika bersifat abstrak, karena sifat abstraknya itu maka guru harus memulai dalam belajar matematika dari konkret menuju abstrak. Upaya merealisasikan hal di atas, sangat perlu diperhatikan pada proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan kegiatan paling pokok dari pendidikan, ini berarti bahwa berhasil tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan hanya bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa di sekolah tersebut.
3
Berdasarkan penelitian pendahuluan dengan melakukan observasi dan wawancara terhadap guru matematika kelas IV di SD Negeri 06 Metro Barat, tanggal 3 dan 7 Desember 2015 diketahui bahwa dalam proses pembelajaran matematika, guru masih terpaku pada buku pelajaran dan hanya memberikan rumus matematika. Selain itu, meskipun guru sudah memakai media dalam pembelajaran namun guru masih kurang optimal mengadakan variasi model, dan metode pembelajaran sehingga suasana belajar cenderung membosankan dalam setiap pertemuan. Hal ini memperkuat pola pikir siswa bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Pola pikir siswa terhadap matematika ini, memengaruhi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa juga mengalami kesulitan ketika mengerjakan tes yang bentuknya sedikit dimodifikasi dari contoh soal yang diberikan guru, bahkan hanya sedikit siswa yang menguasai konsep perkalian dengan baik.
Masalah-masalah yang dialami oleh siswa tersebut berdampak pada hasil belajar yang kurang maksimal. Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari dokumentasi di kelas IVA dan IVB SD Negeri 06 Metro Barat menggambarkan bahwa hasil belajar Ulangan Akhir Semester (UAS) matematika semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016, masih banyak siswa yang belum mencapai KKM (60) atau belum dapat dikatakan tuntas. Hal ini dapat kita lihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Persentase ketuntasan belajar matematika kelas IVA dan IVB SD Negeri 06 Metro Barat KKM
Tahun
Kelas
Jumlah Siswa
T
TT
T (%)
TT (%)
60
2015-2016
IV A IV B
26 26
16 14
10 12
61,538 53,846
38,462 46,154
Sumber: Dokumentasi guru kelas IV.
4
Jika dijabarkan lebih lanjut, berdasarkan tabel 1.1 terlihat pada kelas IVA dan IVB terdapat lebih dari 30% siswa belum mencapai KKM. Sedangkan siswa yang telah mencapai KKM kurang dari 70% atau hanya 61,538% di kelas IVA, dan 53,846% di kelas IVB. Merujuk pada data tersebut, hasil belajar matematika siswa kelas IVA dan IVB di SD Negeri 06 Metro Barat belum dapat dikatakan berhasil. Hal ini sesuai dengan panduan penyusunan KTSP dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bahwa kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator pencapaian kompetensi adalah 75% (BSNP, 2006: 12). Faktor lain yang berkaitan dengan kesulitan siswa kelas IV dalam mempelajari matematika, salah satunya adalah pada tahap perkembangan kemampuan berpikir mereka masih berada pada tahap operasional konkrit. Peaget (dalam Trianto, 2012: 29) menjelaskan bahwa perkembangan kognitif anak usia 7 hingga 11 tahun berada pada tahap operasional konkret. Umumnya anak usia ini dapat melakukan operasi dan penalaran logis menggantikan pemikiran yang intuitif sejauh pemikiran itu dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh yang spesifik atau konkret. Oleh karena itu siswa perlu distimulasi dengan cara yang nyata dalam proses belajarnya karena mereka belum dapat berpikir abstrak. Salah satu metode pembelajaran yang tepat digunakan untuk membantu proses belajar matematika pada anak usia operasional konkret adalah metode jarimatika. Hal ini beralasan karena kegiatan belajar yang diterapkan dalam metode jarimatika dilakukan dengan menggunakan objek nyata berupa jari tangan masing-masing anak sebagai simbol
5
numerik. Astuti (2013: 5) menjelaskan bahwa melalui jari-jari yang dimiliki manusia, baik di tangan kanan maupun tangan kiri memiliki fungsi yang penting. Jari-jari tersebutlah yang digunakan siswa untuk belajar berhitung lebih cepat sehingga tidak tergantung pada kalkulator. Peneliti berkeyakinan bahwa penerapan metode pembelajaran jarimatika pada mata pelajaran matematika, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun hal tersebut masih perlu dibuktikan secara ilmiah, oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Penggunaan Metode Jarimatika Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2015/2016”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran masih terpaku pada buku. 2. Guru hanya memberikan informasi berupa rumus matematika. 3. Guru sudah mengadakan variasi media, namun masih kurang optimal mengadakan variasi model dan metode pembelajaran.
4. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. 5. Siswa mengalami kesulitan ketika mengerjakan tes yang bentuknya sedikit dimodifikasi dari contoh soal yang diberikan guru. 6. Hanya sedikit siswa yang menguasai konsep perkalian dengan baik.
6
C. Pembatasan Masalah Penelitian ini perlu dibatasi agar tidak terlalu luas dan lebih spesifik. Berdasarkan identifikasi masalah, dalam penelitian ini peneliti membatasi pada metode belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran matematika di kelas IV. D. Perumusan Masalah Bertitiktolak dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh yang positif pada penerapan metode jarimatika terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Apakah terdapat pengaruh yang bermakna pada penerapan metode jarimatika terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2015/2016? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk: 1. Mengetahui pengaruh penerapan metode jarimatika terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Mengetahui kebermaknaan pengaruh penerapan metode jarimatika terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2015/2016.
7
F. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1.
Siswa Melalui penerapan metode jarimatika dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
2.
Guru Memperluas pengetahuan guru mengenai metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas guru dalam mengajar.
3.
Sekolah Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan pemikiran dan inovasi pembelajaran guna mengoptimalkan ketercapaian tujuan dalam proses pembelajaran, meningkatkan mutu sekolah, dan meningkatkan mutu pendidik.
4.
Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi peneliti untuk terus belajar dan menambah wawasan serta pengalaman dalam mendidik.
5.
Peneliti lanjutan Sebagai bahan pertimbangan untuk membantu menyempurnakan penelitian lain yang sejenis metode jarimatika lebih lanjut lagi.
8
G. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi: 1. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen. 2. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 06 Metro Barat yang beralamatkan di Jl. Jenderal Sudirman No. 14/II, Desa Ganjar Agung, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro. 3. Subjek penelitian ini siswa kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat dengan jumlah 78 orang siswa yang terdiri dari 42 orang laki-laki dan 36 orang perempuan. 4. Objek dalam penelitian ini metode jarimatika dan hasil belajar matematika siswa kelas IV Negeri 06 Metro Barat. 5. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Metode 1. Pengertian Metode Pembelajaran dalam dunia pendidikan bertujuan untuk membuat siswa menjadi lebih pandai dan memiliki kreativitas yang nantinya dapat dipergunakan untuk bekal setelah selesai menempuh pendidikan. Seorang pengajar pastilah memiliki cara tersendiri dalam melakukan proses pembelajarannya. Tidak mungkin seorang guru melakukan proses pembelajaran tanpa dasar yang jelas dan tersistematis. Tentulah ada patokan-patokan yang harus dipenuhi atau dipatuhi dalam melakukan sebuah pembelajaran supaya tujuan yang diharapkan tercapai. Cara seorang guru yang dipergunakan dalam mengajar agar proses transfer ilmu berjalan dengan mudah sehingga siswa menjadi lebih paham disebut sebuah metode mengajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rahyubi (2012: 236) bahwa metode adalah suatu cara yang dapat dilakukan untuk menggelar aktivitas belajar mengajar agar berjalan dengan baik. Mendukung pendapat tersebut, Darmadi (2010: 42) berpendapat bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
10
suatu tujuan. Sedangkan menurut Anitah & Supriyati (2008: 43) metode adalah suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam untuk digunakan dalam mencapai sesuatu. Berdasarkan ketiga pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan, metode adalah suatu cara sistematis yang digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Metode digunakan sebagai jalan mencapai tujuan pembelajaran. 2.
Metode Jarimatika a.
Pengertian Metode Jarimatika Matematika memang tidak mudah, karenanya sering ditakuti anak-
anak. Namun paling tidak, bisa dibuat menyenangkan dengan mencoba aneka eksperimen matematika. Salah satunya adalah eksperimen dengan jari-jari tangan, dari eksperimen semacam itulah metode berhitung jarimatika lahir. Jarimatika adalah suatu cara menghitung matematika yang mudah dan menyenangkan dengan menggunakan jari kita sendiri (Astuti, 2013: 3). Menurut Wulandari (2013: 14) jarimatika adalah cara berhitung operasi kali-bagi-tambah-kurang dengan menggunakan jari-jari tangan. Jarimatika
adalah
sebuah
cara
sederhana
dan
menyenangkan
mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah. Sejalan dengan pendapat di atas. Menurut Prasetyono (2008: 28) Jarimatika merupakan singkatan dari jari dan aritmatika. Jari adalah
11
jari-jari tangan kita, dan aritmatika adalah kemampuan berhitung. Jadi jarimatika adalah cara berhitung dengan menggunakan jari-jari tangan. Beberapa pendapat ahli di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa metode jarimatika adalah metode berhitung kali-bagi-tambah-kurang (KaBaTaKu) menggunakan jari-jari tangan dengan mudah dan menyenangkan. Metode ini membantu siswa untuk memahami konsep KaBaTaKu dengan bantuan benda riil (jari tangan). b. Kelebihan Metode Jarimatika Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Berikut ini merupakan beberapa kelebihan metode jarimatika menurut Wulandari (2013: 15) yakni sebagai berikut: 1) Jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung yang membuat anak (siswa) mudah untuk melakukannya. Mudah dipelajari karena jarimatika mampu menjembatani antara tahap perkembangan kognitif peserta didik yang konkret dengan materi berhitung yang bersifat abstrak. Anak pada usia sekolah dasar tidak dapat dipaksakan secara langsung untuk berpikir abstrak, oleh karena itu dengan berhitung menggunakan jari anak bisa memahami cara berhitung cepat dengan benda konkrit. 2) Gerakan jari-jari tangan akan menarik minat anak (siswa) karena membuat
anak
(siswa)
gembira
ketika
melakukannya.
Menyenangkan karena anak merasakan seolah mereka bermain sambil belajar dan merasa tertantang dengan teknik jarimatika.
12
3) Jarimatika relatif tidak memberatkan memori otak saat digunakan anak (siswa). Karena teknik berhitung jarimatika mampu menyeimbangkan kerja otak kanan dan kiri, hal itu dapat ditunjukkan pada waktu berhitung mereka akan mengotak-atik jarijari tangan kanan dan kirinya secara seimbang. Jarimatika mengajak peserta didik untuk dapat mengaplikasikan operasi hitung dengan cepat dan akurat menggunakan alat bantu jari-jari tangan, tanpa harus banyak menghafalkan rumus operasi hitung. 4) Alatnya tidak perlu dibeli, selalu dibawa atau terlupa dimana menyimpannya, dan tidak bisa disita saat ujian. c.
Kekurangan Metode Jarimatika Tidak mungkin bila sebuah metode hanya memiliki kelebihan dan
tidak memiliki kekurangan, begitupun juga halnya dengan metode jarimatika. Kekurangan metode jarimatika perkalian menurut Misni (2011: 27) yakni sebagai berikut: 1) Siswa harus terlebih dahulu menguasai atau hafal perkalian dasar dengan bilangan 1, 2, 3, 4, dan 5. 2) Pada awalnya membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi dalam mempelajarinya. 3) Membutuhkan ketekunan siswa untuk terus-menerus membiasakan diri menggunakannya dalam berhitung perkalian.
13
d. Cara Meminimalisir Kekurangan Metode Jarimatika Untuk meminimalisir kekurangan yang ada dalam metode jarimatika perkalian, agar metode ini dapat memberikan hasil yang maksimal. Adapun cara yang dapat dilakukan menurut Misni (2011: 28) sebagai berikut: 1) Pahami dahulu bahwa perkalian adalah penjumlahan berulang. 2) Siswa sudah menguasai perkalian 1, 2, 3, 4, dan 5. 3) Pahami dahulu sifat komutatif dalam perkalian (A x B = B x A). 4) Pahami formasi-formasi dasar jarimatika yang dimuat dalam peragaan. 5) Pelajari tahap-tahap perhitungan dimulai dari bilangan kecil. 6) Tinggalkan kebiasaan lama berhitung menggunakan kalkulator karena membuat otak kita menjadi malas. e.
Formasi Jarimatika Perkalian Bilangan 6 sampai 10 Jika dalam operasi penjumlahan dan pengurangan, penyebutan
bilangan dengan jari dimulai jari telunjuk kanan sebagai bilangan awal (satuan) dan jari kiri sebagai bilangan puluhan. Berbeda dengan operasi perkalian, penyebutan bilangan dimulai dari jari kelingking sebagai bilangan terkecil dan ibu jari sebagai bilangan terbesar. Bilangan terkecil dari jarimatika perkalian dimulai dari angka 6 dan bukan dari angka 1. Hal ini dikarenakan, dalam metode jarimatika perkalian tidak lagi membelajarkan perkalian bilangan 1 sampai 5. Berikut ilustrasi posisi jari menurut Wulandari (2008: 11) yang diajarkan sebagai peragaan dasar:
14
Gambar 2.1 Ilustrasi posisi jari dasar metode jarimatika Jari yang tertutup (ditekuk) adalah puluhan (satu jari bernilai 10) dan jari yang terbuka adalah satuan (satu jari bernilai 1). Lebih jelas dapat diberikan rumus sebagai berikut: (T1 + T2) + (B1 x B2) Keterangan: T1 = jari tangan kanan yang ditutup (puluhan) T2 = jari tangan kiri yang ditutup (puluhan) B1 = jari tangan kanan yang dibuka (satuan) B2 = jari tangan kiri yang dibuka (satuan) (Wulandari, 2008: 11) Adapun contoh cara pengoperasian bilangan 7 x 8, yaitu:
Gambar 2.2 Ilustrasi pengoperasian bilangan
15
1) Jari tangan kiri sebagai angka 7, maka yang ditutup adalah jari kelingking dan jari manis. Dapat dijabarkan bahwa dua jari yang tertutup memiliki nilai puluhan dan tiga jari yang terbuka memiliki nilai satuan. 2) Jari tangan kanan sebagai angka 8, maka yang ditutup adalah jari kelingking, jari manis, dan jari tengah. Dapat dijabarkan bahwa tiga jari yang tertutup memiliki nilai puluhan dan dua jari yang terbuka memiliki nilai satuan. 3) Jari yang tertutup bernilai puluhan dijumlahkan, maka hasilnya; (T1 + T2), 30 + 20 = 50. 4) Jari yang terbuka bernilai satuan dikalikan, maka hasilnya; (B1 + B2), 2 x 3 = 6. 5) Langkah terakhir adalah menjumlahkan angka puluhan dengan satuan, maka hasilnya; 50 + 6 = 56. 3.
Metode Ceramah a.
Pengertian Metode Ceramah Metode ceramah sepertinya sudah tidak asing digunakan dalam
pembelajaran. Setiap kali melaksanakan proses pembelajaran, tentunya metode ini menjadi andalan utama bagi guru dalam menyampaikan materi kepada siswa. Sanjaya (2014: 147) metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.
16
Jacobsen (dalam Yamin, 2013: 151) metode ceramah merupakan metode pengajaran yang cukup paradoksal. Namun demikian, ceramah merupakan metode yang paling banyak dikritik dari seluruh metode pengajaran, namun justru menjadi metode yang sering digunakan. Menurut Masitoh (2009: 157) metode ceramah adalah penyajian materi oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada siswa. Berdasarkan para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa metode ceramah ialah metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru. Metode ceramah lebih diutamakan gaya guru dalam berbicara, intonasi, improvisasi, semangat dan sistematika pesan. b. Kelebihan Metode Ceramah Metode
ceramah
memang
sering
digunakan
guru
dalam
menyampaikan pesan maupun intruksi secara langsung kepada murid. Metode ceramah tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, Sanjaya (2014: 148) menerangkan kelebihan metode ceramah diantaranya: 1) Ceramah merupakan metode yang „murah‟ dan „mudah‟ untuk dilakukan 2) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. 3) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan. 4) Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah. 5) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat menjadi lebih sederhana.
17
Menurut Masitoh (2009: 159) kelebihan yang dimiliki dari metode ceramah diantaranya adalah: 1) Efisien dilihat dari segi waktu, biaya, dan tersedianya guru. 2) Mudah dalam arti materi dapat disesuaikan dengan terbatasnya waktu, karakteristik siswa, materi pelajaran, dan tersedianya alat pelajaran. 3) Meningkatkan daya dengar siswa dan menumbuhkan minat belajar dari sumber lain. 4) Memperoleh penguatan, dalam arti guru memperoleh penghargaan, kepuasan dan sikap percaya diri dari siswa yang diajar jika siswa memperhatikannya dan kelihatannya dan kelihatan senang karena mengajarnya guru baik. 5) Ceramah dapat memberikan wawasan yang luas karena guru dapat menambah dan mengaitkan dengan sumber dan materi dalam kehidupan sehari-hari. c.
Kekurangan Metode Ceramah Meskipun metode ceramah selalu ada dalam proses pembelajaran,
namun metode ceramah tetap memiliki kekurangan. Menurut Sanjaya (2014: 148) kekurangan metode ceramah diantaranya: 1) Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru. 2) Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme. 3) Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan. 4) Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Masitoh (2009: 159) menjelaskan kekurangan yang dimiliki dari metode ceramah lebih lanjut, diantaranya adalah: 1) Siswa dapat menjadi jenuh terutama kalau guru tidak pandai menjelaskan. 2) Dapat menimbulkan verbalisme pada siswa. 3) Materi ceramah terbatas pada yang diingat guru. 4) Bagi siswa yang keterampilan mendengarnya kurang akan dirugikan 5) Siswa dijejali dengan konsep yang belum tentu dapat diingat terus. 6) Informasi yang disampaikan mudah usang dan ketinggalan zaman.
18
7) Tidak merangsang berkembangnya kreatifitas siswa. 8) Terjadi interaksi satu arah yaitu dari guru kepada siswa. Jika dianalisis, lebih banyak kekurangan daripada kelebihan metode ceramah. Namun demikian tidak lantas kita tidak mau menggunakan metode ini dalam pembelajaran. Perlu mencari cara bagaimana mengatasi kekurangan yang terdapat dalam metode ceramah. 4. Metode Tanya Jawab a.
Pengertian Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab sering digunakan oleh guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran, seperti halnya metode ceramah. Umumnya pada tiap kegiatan belajar mengajar selalu ada tanya jawab. Namun, tidak pada setiap kegiatan belajar mengajar dapat disebut menggunakan metode tanya jawab. Aqib (2013: 105) metode tanya jawab dapat dinilai sebagai metode yang tepat apabila pelaksanaannya ditujukan untuk hal-hal berikut: (a) meninjau ulang pelajaran atau ceramah yang lalu, agar siswa memusatkan lagi perhatian pada jenis dan jumlah kemajuan, yang telah dicapai sehingga mereka dapat melanjutkan pelajarannya, (b) menyelingi pembicaraan agar tetap mendapatkan perhatian siswa, atau dengan perkataan lain untuk mengikutsertakan mereka, dan (c) mengarahkan pengamatan dan pemikiran mereka. Masitoh (2009: 161) metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau siswa. Pertanyaan dalam metode tanya jawab dapat digunakan untuk merangsang keaktifan dan kreativitas berpikir
19
siswa. Karena itu, siswa harus didorong untuk mencari dan menemukan jawaban yang tepat dan memuaskan. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan
ajar dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan. Umumnya pada tiap kegiatan belajar mengajar selalu ada tanya jawab. Pertanyaan-pertanyaan dalam metode tanya jawab bisa muncul dari guru, bisa juga dari siswa, demikian pula halnya jawaban yang dapat muncul dari guru maupun siswa. b. Kelebihan Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, sama seperti metode-metode lainnya. Menurut Aqib (2013: 106) kelebihan metode tanya jawab adalah sebagai berikut. 1) Tanya jawab dapat memperoleh sambutan yang lebih aktif jika dibandingkan dengan metode ceramah yang bersifat menolong. 2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat sehingga tampak mana yang belum jelas atau belum dimengerti. 3) Mengetahui perbedaan-perbedaan yang ada, yang akan dibawa ke arah suatu diskusi. Menurut Masitoh (2009: 160) metode tanya jawab memiliki kelebihan sebagai berikut. 1) Menimbulkan rasa ingin tahu siswa terhadap permasalahan yang sedang dibicarakan sehingga timbul partisipasi aktif dan aktifitas mental yang tinggi pada siswa. 2) Menimbulkan pola fikir reflektif, sistematis, kreatif dan kritis. 3) Mewujudkan cara belajar siswa aktif 4) Melatih dan memberanikan siswa untuk belajar mengekspresikan kemampuan lisan. 5) Memberi kesempatan siswa menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya.
20
c.
Kekurangan Metode Tanya Jawab Selain
memiliki
kelebihan
metode
tanya
jawab
memiliki
kelemahan. Menurut Aqib (2013: 106) kelemahan metode tanya jawab adalah metode ini bisa menimbulkan penyimpangan dari pokok persoalan. Lebih-lebih jika kelompok siswa memenuhi jawaban atau mengajukan pertanyaan yang dapat menimbulkan masalah baru dan menyimpang dari pokok persoalan. Menurut Masitoh (2009: 162) beberapa cara untuk mengatasi kelemahan metode tanya jawab. 1) Jumlah siswa dalam satu kelas tidak boleh dari 40 siswa, agar pertanyaan guru dapat dijawab oleh sebagian besar siswa 2) Siswa yang tidak aktif harus diminta mengulangi jawaban siswa yang benar, jika dia dapat mengulangi jawaban temannya tadi dengan benar, maka dia harus diberi penguatan positif agar ia tertarik dan ikut aktif. 3) Guru harus terampil dalam mengemukakan pertanyaan. 4) Pertanyaan-pertanyaan harus disusun mulai dari yang mudah sampai dengan yang sukar agar siswa yang kurang pintar dapat pula menjawab pertanyaan. Metode tanya jawab dapat dinilai sebagai metode yang tepat, apabila pelaksaannya ditunjukan untuk meninjau ulang pelajaran yang lalu agar siswa memusatkan lagi perhatian pada jenis dan jumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga mereka dapat melanjutkan pelajaran.
21
5. Metode Pemberian Tugas a.
Pengertian Metode Pemberian Tugas Metode pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan
tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap. Oleh karena itu, siswa melaksanakan latihan-latihan, selalu melakukan tugas. Hal ini agar pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Menurut Aqib (2013: 117) tugas dapat diberikan dalam bentuk daftar sejumlah pertanyaan mengenai mata pelajaran tertentu, atau satu perintah yang harus dibahas dengan diskusi yang perlu dicari uraiannya pada buku pelajaran. Dapat juga berupa tugas tertulis atau lisan yang lain. Serta dapat ditugaskan untuk mengumpulkan sesuatu, membuat sesuatu, mengadakan observasi terhadap sesuatu dan bisa juga melakukan eksperimen. Menurut Mulyani & Permana (2009: 151) metode pemberian tugas diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru yang dikerjakan siswa di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau kelompok. Menurut Djamarah & Zain (2006: 85) metode pemberian tugas adalah penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang diberikan siswa di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa atau dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan.
22
Berdasarkan uraian di atas, pengertian metode pemberian tugas adalah suatu cara dari guru dalam proses pembelajaran untuk mengaktifkan siswa dala belajar baik di sekolah maupun di rumah dan untuk dipertanggungjawabkan kepada guru. b. Kelebihan Metode Pemberian Tugas Terdapat beberapa kelebihan metode pemberian tugas menurut para ahli. Kelebihan metode pemberian tugas menurut Mulyani & Permana (2009: 152) sebagai berikut. 1) Metode pemberian tugas membuat siswa aktif belajar. 2) Tugas lebih merangsang siswa untuk lebih banyak belajar, baik waktu di kelas maupun diluar kelas atau dengan lain, baik siswa dekat dengan guru maupun jauh dengan guru. 3) Mengembangkan kemandirian siswa yang diperlukan dalam kehidupannya. 4) Tugas lebih meyakinkan tentang apa yang akan dipelajari dari guru, lebih memperdalam, memperkaya, atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajari. 5) Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengelola sendiri informasi dan komunikasi. 6) Membuat siswa bergairah dalam belajar karena kegiatan-kegiatan belajar dilakukan dengan berbgai variasi sehingga tidak membosankan. 7) Membina tanggung jawab dan disiplin siswa. 8) Mengembangkan kreatifitas siswa. Menurut Djamarah & Zain (2006: 87) kelebihan metode pemberian tugas sebagai berikut. 1) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktifitas belajar individual maupun kelompok. 2) Mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru. 3) Membina tanggung jawab dan disiplin siswa. 4) Mengembangkan kreatifitas siswa.
23
c.
Kekurangan Metode Pemberian Tugas Kekurangan pada metode pemberian tugas menurut Sudirman, dkk
(2009: 142) diantaranya. 1) Siswa sulit dikontrol, apakah benar dia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain. 2) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik. 3) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa. Menurut Djamarah & Zain (2006: 88) kekurangan metode pemberian tugas adalah. 1) Sering memberikan tugas yang tidak bervariasi dapat menimbulkan kebosanan siswa. 2) Seringkali siswa melakukan penipuan dimana siswa hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri. 3) Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan. B. Hasil Belajar Matematika 1.
Pengertian Belajar Belajar merupakan hal yang paling utama dalam pendidikan. Melalui
proses belajar diharapkan adanya suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalamannya ketika terjadi interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar menurut Susanto (2013: 4) merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam keadaan sadar dan disengaja untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru yang akibatnya terjadi perubahan perilaku seseorang yang wajar dan baik dalam berpikir, merasa, maupun bertindak.
24
Suprihatiningrum (2013: 15) mengungkapkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Pendapat lainnya oleh Hamalik (2013: 27) menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Menurut Slavin (dalam Trianto, 2012: 16) belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Dalam hal ini, bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya. Menurut Thobroni & Mustofa (2011: 16) belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia lainnya. Sependapat dengan pernyataan-pernyataan di atas, belajar menurut Komalasari (2010: 2) adalah aktivitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam diri seseorang baik secara aktual maupun potensial. Perubahan yang didapat sesungguhnya adalah kemampuan yang baru dan ditempuh dalam
25
jangka waktu yang lama. Perubahan terjadi karena ada usaha dari dalam diri setiap individu. Berdasarkan paparan pengertian belajar dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses aktivitas seseorang yang dilakukan sejak lahir dan berlangsung secara terus-menerus seiring dengan perkembangannya, aktivitas ini dilakukan secara sadar untuk memperoleh pengetahuan dan membangun perubahan tingkah laku baik perubahan dalam aspek pengetahuan, afeksi, maupun psikomotorik, sebagai hasil dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. 2. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar pada umumnya digunakan sebagai tolok ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran. Hasil belajar dapat diketahui melalui pengukuran, dimana hasil pengukuran tersebut menunjukkan sampai sejauh mana pembelajaran yang diberikan oleh guru dapat dikuasai oleh siswa. Menurut Gagne & Briggs (dalam Suprihatiningrum, 2013: 37) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance). Hamalik (2013: 30) mendefinisikan bahwa hasil belajar bukan merupakan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
26
Menurut Kunandar (2013: 62) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Menurut Suprijono (2011: 7) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara terpisah, melainkan komprehensif,
sehingga
hasil
belajar
meliputi
berbagai
aspek
perkembangan. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar dalah tingkat keberhasilan yang diperoleh siswa dalam memahami materi-materi pelajaran yang telah dipelajari serta perubahan perilaku siswa setelah proses belajar yang dapat diukur dan diamati. 3. Kategori Ranah Hasil Belajar Hasil belajar dibedakan dalam tiga kategori yaitu hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun indikator untuk masingmasing ranah tersebut adalah: a. Kognitif (pengetahuan) Ranah kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Menurut Bloom (dalam Kurniawan, 2011: 13) hasil belajar kognitif yaitu hasil belajar yang ada kaitannya dengan ingatan, kemampuan berpikir atau intelektual. Pada kategori ini hasil belajar terdiri dari enam tingkatan yang sifatnya
27
hierarkis. Keenam hasil belajar ranah kognitif ini meliputi: (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) aplikasi, (4) analisis, (5) sintesis, dan (6) evaluasi. Pada perkembangan selanjutnya Bloom dan Krathwol (dalam Kurniawan, 2011: 14) menyempurnakan kemampuan aspek kognitif ini dengan tahapan ketujuh yaitu kreativitas. Kreativitas merupakan kemampuan kognitif tertinggi, menggantikan kemampuan evaluasi. Kreativitas adalah kemampuan untuk mengkreasi atau mencipta yaitu kemampuan yang dipandang sulit/tinggi dibanding kemampuan kognitif lainnya. b. Afektif (sikap) Ranah afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat, dan apresiasi. Menurut Bloom (dalam Kurniawan, 2011: 15), ranah afektif yaitu merujuk pada hasil belajar yang berupa kepekaan rasa atau emosi. Jenis hasil belajar ranah ini terdiri dari lima jenis yang membentuk tahapan pula. Kelima jenis ranah afektif itu meliputi: (1) kepekaan, yaitu sensitivitas mengenai situasi dan kondisi tertentu serta mau memperhatikan keadaan tersebut, (2) partisipasi, mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan, (3) penilaian dan penentuan sikap, (4) organisasi, kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman atau pegangan hidup, dan (5) pembentuk pola hidup, mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
28
c. Psikomotorik (keterampilan) Hasil belajar ranah yang ketiga yaitu ranah psikomotorik. Menurut Bloom (dalam Kurniawan, 2011: 16) psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima
pengalaman
belajar
tertentu.
Hasil
belajar
psikomotorik ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Berdasarkan penjelasan diatas, terdapat tiga kategori ranah hasil belajar berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Adapun dalam penelitian ini penulis hanya membatasi pada aspek pengetahuan (kognitif). 4. Hasil Belajar Matematika di SD Hasil belajar matematika tentu saja harus sesuai dengan tujuan pendidikan matematika yang telah dicantumkan dalam garis-garis besar program
pengajaran
matematika
itu
sendiri.
Tujuan
pendidikan
matematika di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah agar siswa mampu memiliki kemampuan sebagai berikut: 1)
2)
3)
4)
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
29
5)
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Depdiknas, 2006: 178). Menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Stadar Isi
untuk mata pelajaran matematika di SD sebagai berikut: 1) 2) 3) 4)
Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan; Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan; Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah; Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi. (Permendiknas, 2006: 414) Menurut Gagne (dalam Abidin, 2011: 8), memandang bahwa hasil
belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar matematikanya atau dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika adalah perubahan tingkah laku dalam diri siswa, yang diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, tingkah laku, sikap, dan keterampilan setelah mempelajari matematika. Perubahan tersebut diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai hasil belajar matematika dapat ditarik kesimpulan bahwa; hasil belajar matematika merupakan segenap perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa dalam bidang matematika sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran matematika. Hasil belajar matematika merupakan tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran matematika setelah mengalami pengalaman belajar yang dapat diukur melalui tes.
30
C. Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti haruslah memiliki keterkaitan dengan penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain: 1.
Atmoko (2013) dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil
Belajar Berhitung Perkalian dengan Menggunakan Pendekatan Teknik Tangan Pintar Bagi Siwa Kelas III SD Xaverius 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa: penggunaan pendekatan teknik tangan pintar dalam pembelajaran berhitung perkalian terbukti efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas III B SD Xaverius 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian tersebut pada siklus I diperoleh temuan sebanyak 27 orang siswa atau 67,79% telah mencapai KKM, dan pada siklus II meningkat menjadi 36 orang siswa atau 83, 72% yang berhasil mencapai KKM.
2.
Nurmasari
(2011)
dengan
judul
“Peningkatan
Kemampuan
Menghitung Perkalian Melalui Metode Jarimatika Pada Siswa Kelas II SD Negeri 3 Pringanom Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa: pembelajaran matematika dengan menggunakan metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian siswa kelas II SD Negeri 3 Pringanom Sragen tahun pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian tersebut pada siklus I diperoleh data sebanyak 28 orang siswa atau 74% telah mencapai KKM, dan pada siklus
31
II meningkat menjadi 33 orang siswa atau 87% yang berhasil mencapai KKM. Beberapa penelitian di atas dapat dijadikan tolok ukur dan pembanding dengan penelitian yang peneliti lakukan. Terdapat kesamaan antara kedua penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kesamaan tersebut yaitu pada instrumen penelitian, metode pembelajaran yang digunakan dan teknik pengumpulan data. Sedangkan perbedaan antara kedua penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu pada subjek penelitian yang dilibatkan, jenis penelitian, maupun indikator-indikator instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar. D. Kerangka Pikir Kerangka pikir merupakan kesimpulan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2014: 60) kerangka berpikir adalah sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Seperti yang telah diungkapkan dalam kajian pustaka, dan berpedoman pada bab sebelumnya, penulis memiliki keyakinan bahwa variabel bebas (metode jarimatika) memiliki pengaruh yang positif dan bermakna terhadap variabel terikat (hasil belajar matematika). Siswa belajar di sekolah untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan. Tetapi, ada kalanya siswa mengalami kendala dalam belajar sehingga tidak dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah metode
32
mengajar yang diterapkan guru kurang mengoptimalkan potensi siswa. Betapa baiknya potensi anak yang meliputi kemampuan intelektual dan bakat siswa, maupun ditunjang dengan lengkapnya sarana belajar. Tetapi, apabila metode pembelajaran kurang tepat atau kurang divariasi oleh guru sebagai pengajar, maka proses belajar tidak akan berlangsung dengan optimal. Banyak ahli yang mengatakan bahwa metode pembelajaran merupakan syarat mutlak dalam mencapai tujuan belajar. Metode pembelajaran dianggap sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Mengingat mata pelajaran matematika yang didalamnya banyak terdapat pemahaman dan mencakup materi yang sifatnya abstrak, membuat matematika kurang disukai oleh siswa dan siswa menjadi malas belajar. Salah satu metode pembelajaran yang tepat, menyenangkan, dan sesuai dengan taraf berpikir anak usia kognitif konkrit adalah metode jarimatika. Metode jarimatika juga mudah dipahami dengan peragaan yang sederhana sehingga tidak memberatkan memori otak anak. Gerakan tangan dalam metode jarimatika akan menarik minat anak sehingga pembelajaran berlangsung secara menyenangkan, dengan begitu siswa akan lebih bersemangat lagi dalam belajar. Metode jarimatika menggunakan jari-jari tangan sendiri (benda konkrit) sehingga memudahkan anak dalam memvisualisasikan materi matematika yang bersifat abstrak, dengan begitu hasil belajar dan prestasi belajar siswa juga akan meningkat.
33
Lebih menegaskan kembali apa yang telah dipaparkan di atas. Bahwa keberhasilan siswa tergantung bagaimana metode pembelajaran yang diterapkan dan diterima oleh diri siswa. Jika metode pembelajaran yang digunakan menyenangkan dan tepat dengan materi ajar, maka akan membuat hasil belajar dan prestasi siswa menjadi meningkat. Agar lebih mendalam dan terstruktur maka dapatlah peneliti gambarkan kerangka pikir penelitian ini sebagai berikut:
X
Y
Gambar 2.3 Kerangka konsep variabel Keterangan: X Y
= Metode pembelajaran jarimatika = Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika = Pengaruh antar variabel
E. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir (Sugiyono, 2014: 64). Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ho
: Tidak terdapat pengaruh yang positif dan bermakna pada penerapan metode jarimatika terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2015/2016.
34
Ha
: Terdapat pengaruh yang positif dan bermakna pada penerapan metode jarimatika terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2015/2016.
35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif, yaitu suatu penelitian yang lebih menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Penelitian eksperimen meneliti hubungan sebab akibat dengan manipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti. Sugiyono (2011: 72) mengungkapkan bahwa metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Penelitian ini menggunakan desain non-equivalent control group design. Desain ini menggunakan 2 kelompok, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelompok yang mendapat perlakuan berupa penerapan metode jarimatika sedangkan kelas kontrol adalah kelompok pengendali yaitu kelas yang tidak mendapat perlakuan.
36
Menurut Sugiyono (2014: 79) bahwa non-equivalent control group design digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain eksperimen Keterangan: O1 = nilai pretest kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen) O2 = nilai posttest kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen) O3 = nilai pretest kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol) O4 = nilai posttest kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol) X = perlakuan metode jarimatika B. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian memberikan gambaran serta memudahan peneliti dalam
melakukan
penelitian.
Tahap-tahap
pelaksanaan
penelitian
eksperimen ini adalah sebagai berikut: 1. Memilih subjek penelitian yaitu siswa kelas IVA dan IVB SD Negeri 06 Metro Barat. 2. Menggolongkan subjek penelitian menjadi 2 kelompok pada kelas IVA dan IVB SD Negeri 06 Metro Barat yaitu kelas IVA sebagai kelas kontrol dan kelas IVB sebagai kelas eksperimen. Pada kelas kontrol akan diberikan perlakuan seperti biasa sedangkan kelas eksperimen akan diberikan perlakuan berupa metode jarimatika. 3. Menyusun kisi-kisi yang dikembangkan dalam pembuatan instrumen pretest dan posttest. 4. Menguji coba instrumen pretest dan posttest pada subjek uji coba soal yaitu kelas IVC SD Negeri 06 Metro Barat.
37
5. Menganalisis data hasil uji coba untuk menguji apakah instrument valid dan reliabel. 6. Memberikan pretest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen siswa kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat. 7. Menganalisis hasil pretest yang dilakukan oleh kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mengetahui bahwa kedua kelas tidak ada perbedaan yang signifikan. 8. Melaksanakan
pembelajaran
dengan
memberi perlakuan berupa
metode jarimatika dalam pembelajaran pada kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol tidak memberi perlakuan dan menggunakan pembelajaran yang biasa dilakukan gurunya. 9. Melaksanakan posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen siswa kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat. 10. Menganalisis data hasil test dengan menghitung perbedaan antara hasil pretest dan posttest untuk masing-masing kelompok. 11. Membandingkan perbedaan tersebut untuk menentukan apakah penggunaan metode jarimatika berpengaruh secara signifikan pada kelas eksperimen. Menghitung dan menganalisis data dilakukan dengan bantuan software SPSS dan Ms. Excel. 12. Interpretasi hasil penghitungan data.
38
C. Setting Penelitian 1. Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu Penelitian Penelitian eksperimen ini dilaksanakan oleh peneliti pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Diawali dengan observasi pada bulan Desember 2015, pembuatan instrumen dan pelaksanaan penelitian pada bulan Februari 2016. b. Tempat Penelitian Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di SD Negeri 06 Metro Barat yang beralamatkan di Jl. Jenderal Sudirman No. 14/II, Ganjar Agung, Kec. Metro Barat, Kota Metro. 2. Populasi dan Sampel a. Populasi Menurut Yusuf (2014: 144) populasi merupakan keseluruhan atribut; dapat berupa manusia, objek, atau kejadian yang menjadi fokus penelitian. Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat yang berjumlah 78 siswa yang terdiri dari 42 orang laki-laki dan 36 orang perempuan.
39
b. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2014: 81). Sedangkan menurut Arikunto (2006: 131), sampel didefinisikan sebagai pemilihan sejumlah subjek penelitian sebagai wakil dari populasi yang diteliti. Jadi dapat disimpulkan, sampel adalah contoh yang diambil dari sebagian populasi penelitian yang dapat mewakili populasi. Sesuai dengan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu non-equivalent control group design. Pada penelitian ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Selanjutnya dalam menentukan jumlah sampel penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2014: 85). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah kelas IVA (26 siswa) sebagai kelas kontrol, kelas IVB (26 siswa) sebagai kelas eksperimen, dan kelas IVC (26 siswa) sebagai subjek uji coba soal.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 38). Penelitian ini memiliki dua macam variabel
40
penelitian yaitu variabel bebas (X) metode jarimatika dan variabel terikat (Y) hasil belajar matematika siswa kelas IV yang meliputi ranah kognitif. 2. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional merupakan suatu definisi yang didasarkan pada sifat-sifat yang didefinisikan dan diamati, untuk memberikan penjelasan mengenai variabel-variabel yang dipilih dalam penelitian. Berikut merupakan definisi operasional variabel dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut: a. Metode Jarimatika Metode jarimatika yang digunakan dibatasi hanya pada jarimatika perkalian kelompok dasar (bilangan 6 sampai 10). Formasi jari pada metode jarimatika perkalian memiliki perbedaan dengan formasi jari pada metode jarimatika penjumlahan dan pengurangan. Adapun formasi jari pada metode jarimatika perkalian yaitu: 1. Jari kelingking ditutup sebagai angka 6. 2. Jari kelingking dan jari manis ditutup sebagai angka 7. 3. Jari kelingking, jari manis, dan jari tengah ditutup sebagai angka 8. 4. Jari kelingking, jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk ditutup sebagai angka 9. 5. Jari kelingking, jari manis, jari tengah, jari telunjuk, dan ibu jari ditutup sebagai angka 10.
41
Tahapan penerapan metode jarimatika yaitu: 1. Jari yang ditutup berfungsi sebagai puluhan, satu jari bernilai 10. 2. Jari yang terbuka berfungsi sebagai satuan, satu jari bernilai 1. 3. Jari yang tertutup dijumlahkan, sedangkan jari yang terbuka dikalikan. 4. Jumlahkan hasil penjumlahan jari yang ditutup (angka puluhan) dengan hasil perkalian jari yang dibuka (angka satuan). b. Hasil Belajar Matematika Hasil belajar yang diamati adalah hasil perubahan perilaku dari ranah kognitif yang kemudian dalam hal ini dapat diwujudkan berupa skor nilai yang berbentuk angka setelah melakukan usaha kegiatan pembelajaran di kelas dalam periode tertentu, yaitu hasil tes (pretest dan posttest) pada subbab/materi tertentu. E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah awal yang harus dilakukan dari penelitian karena hakekat penelitian adalah mengumpulkan data yang sesungguhnya secara objektif. Teknik dan alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan keseluruhan data yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu: 1) Wawancara (Interview) Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data empiris mengenai proses pembelajaran matematika di kelas IV. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka, yaitu wawancara yang memiliki pertanyaan tidak terbatas atau tidak terikat jawabannya.
42
Wawancara ditujukan kepada guru mata pelajaran matematika kelas IVA, IVB, dan IVC sebagai narasumber. Wawancara dilakukan di ruang guru dengan alat pengumpul data berupa daftar pertanyaan. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang digunakan telah disiapkan sebelumnya agar memperoleh data yang akurat dan terfokus pada tujuan penelitian. 2) Dokumentasi (Study Documentary) Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik (Sukmadinata, 2010: 221). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan jumlah siswa dan data nilai hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat. Adapun alat pengumpul data yang peneliti gunakan berupa buku leger kelas IV. 3) Tes Teknik tes, digunakan untuk mengumpulkan data berupa nilai hasil belajar siswa pada ranah kognitif, dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
penguasaan
siswa dalam pembelajaran
matematika.
Alat
pengumpul data yang digunakan berupa soal tes dengan bentuk tes yang diberikan berupa soal pilihan ganda, setiap jawaban benar dengan skor 1 dan jawaban salah dengan skor 0. Jumlah soal setelah instrumen tes dibentuk melalui pengembangan kisi-kisi variabel penelitian adalah berjumlah 20 butir soal (Lampiran 2.6, halaman 107). Hal ini beralasan karena ada kemungkinan soal uji coba
43
tersebut ada yang tidak valid, sehingga soal tersebut dieliminasi karena tidak layak diberikan kepada subjek penelitian. Pemberian tes dilakukan dua kali, yaitu tes awal (pretest) sebelum pembelajaran dilakukan, dan tes akhir (posttest) setelah pembelajaran dilakukan. Tujuan pemberian pretest sebelum melakukan perlakuan adalah sebagai dasar dalam menentukan kemampuan awal kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Sedangkan tujuan pemberian posttest adalah untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan materi siswa setelah diberikan perlakuan berupa penerapan metode jarimatika pada mata pelajaran matematika di kelas eksperimen. F. Uji Kemantapan Alat Pengumpul data Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian haruslah mampu menjamin bahwa instrumen tes yang digunakan berkualitas. Untuk itu, maka tes yang akan digunakan mengikuti langkah-langkah penyusunan soal, yaitu: penyusunan kisi-kisi, uji coba instrumen, uji validitas dan uji realibilitas. 1) Penyusunan Kisi-kisi Soal Tes Kisi-kisi soal tes yang digunakan disusun berdasarkan materi pembelajaran yang telah ditentukan. Kisi-kisi soal tes ini digunakan untuk memudahkan dalam penyusunan instrumen soal tes (Lampiran 2.5, halaman 106). Bentuk kisi-kisi soal tes dalam penelitian ini juga tercantum pada indikator dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
44
2) Uji Coba Instrumen Tes Instrumen yang akan diberikan kepada subjek penelitian terlebih dahulu diuji cobakan pada subjek di luar subjek penelitian untuk memperoleh instrumen yang memiliki sifat valid dan reliabel. Subjek uji coba soal tes hasil belajar adalah siswa kelas IVC SD Negeri 06 Metro Barat. 3) Uji Validitas Tes Menurut Arikunto (2006: 211), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Arikunto (2013: 82) menjelaskan validitas isi digunakan apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Teknis pengujian validitas isi dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi instrumen akan mempermudah pengujian validitas dan juga lebih sistematis. Kasmadi & Sunariah (2014: 157) menjelaskan bahwa untuk mengukur validitas soal tes pilihan ganda, digunakan rumus korelasi Point Biserial sebagai berikut. √
45
Keterangan: = Koefisien korelasi biserial variabel x dan y (validitas skor butir pernyataan) = Rata-rata subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya = Rata-rata skor total p = Proporsi siswa yang menjawab benar ( q
)
= Proporsi siswa yang menjawab salah (1 - p) = Standar deviasi dari skor total proporsi Selanjutnya untuk mencari harga
menggunakan uji-t dengan
rumus sebagai berikut: √ √ Keterangan: = Nilai r = Koefisien korelasi n = Jumlah responden (Riduwan, 2009: 100) Ketentuan kriteria validitas apabila
>
dengan α = 0,05
dan derajat kebebasan (dk = n - 2) (Lampiran 3.1, halaman 117) maka alat ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila
<
, maka
alat ukur tersebut tidak valid dan tidak dapat diberikan kepada sampel yang sesungguhnya. 4) Uji Reliabilitas Tes Suatu tes dinyatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten/stabil dari waktu ke waktu. Yusuf (2014: 242) menjelaskan bahwa reliabilitas merupakan konsistensi atau kestabilan skor suatu instrumen penelitian terhadap individu yang sama, dan diberikan dalam waktu yang berbeda.
46
Penelitian ini menggunakan pengujian reliabilitas dengan metode belah dua (split-half method), yang dilakukan dengan cara mencobakan instrumen satu kali saja (Arikunto, 2013: 106). Setelah data ditabulasikan kemudian dihitung menggunakan rumus product moment, namun hasil perhitungan tersebut baru menunjukkan reliabilitas separuh tes. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut (Arikunto, 2013: 107):
(
)
Keterangan : = Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes = Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan Ketentuan kriteria reliabilitas apabila
>
dengan α = 0,05 dan
derajad kebebasan (dk = n - 2) (Lampiran 3.2, halaman 118) maka alat ukur tersebut dinyatakan reliabel, dan sebaliknya apabila
<
, maka
alat ukur tersebut tidak reliabel dan tidak dapat diberikan kepada sampel yang sesungguhnya. G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Uji Persyaratan Analisis Data a. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ada beberapa cara yang digunakan untuk menguji normalitas data, antara lain: dengan kertas
47
peluang normal, uji Chi Kuadrat, uji Liliefors, dengan teknik KolmogorovSmirnov, dan dengan SPSS. Adapun dalam penelitian ini pengujian dilakukan dengan bantuan program SPSS. Pengujian normalitas data menggunakan program SPSS 20.0. Kasmadi
&
Sunariah
(2014:
116)
menjelaskan
langkah-langkah
penggunaannya sebagai berikut: a. b. c. d. e.
Buka program SPSS Entry data atau buka file data yang akan akan dianalisis Pilih menu berikut: Analyze Descriptives Statistics Explore Masukan semua variabel ke dalam kolom Dependent List Selanjutnya klik tombol Plots lalu beri tanda (√) pada Normallity Plots with test f. Klik Continue-OK, sehingga diperoleh output Uji normalitas dengan menggunakan bantuan paket program SPSS menghasilkan 2 jenis keluaran yaitu Kolmogorov Smirnov, dan Shapiro Wilk. Kriteria pengujian normalitas, jika nilai p value Sig>0.05 maka data berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa kedua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi sama. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 20. Adapun langkah-langkah pengujiannya seperti yang dijelaskan oleh Gunawan (2013: 85) sebagai berikut: a. b. c. d. e. f.
Buka file data yang akan dianalisis Pilih menu berikut ini: Analyze Descriptives Statisticts Pilih y sebagai dependent list dan x sebagai factor list Klik tombol plots Pilih lavene test, untuk untransformed Klik continue lalu ok.
Explore
48
Kriteria pengujian homogenitas, jika nilai p value Sig>0,05 maka variansi setiap sampel sama (homogen). Jika nilai p value Sig<0,05 maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen). 2. Analisis Data Hasil Belajar Nilai ketuntasan belajar kognitif siswa dapat dicari menggunakan rumus sebagai berikut: a. Nilai ketuntasan belajar siswa secara individu dengan rumus: S=
x 100
Keterangan: S = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor yang diperoleh N = Skor maksimum dari tes 100 = Bilangan tetap (Purwanto, 2008: 102) b. Nilai rata-rata seluruh siswa diperoleh dengan rumus: X= Keterangan: X = Nilai rata-rata X = Jumlah nilai yang diperoleh siswa N = Banyaknya siswa (Sudjana, 2010:109)
49
c. Persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal, dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
(Aqib, dkk. 2009: 41) Tabel 3.1 Kategori ketuntasan belajar kognitif siswa No Rentang Nilai (%) 1 ≥ 80% 2 60 – 79% 3 40 – 59% 4 20 – 39% 5 < 20% (Aqib, dkk. 2009: 41)
Kategori Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
d. Setelah melakukan perlakuan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh data berupa hasil pretest dan posttest. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan matematika siswa digunakan penghitungan N-Gain. Menurut Meltzer (dalam Khasanah, 2014: 39) dalam menentukan N-Gain dapat dipergunakan rumus sebagai berikut: e a
Kategori: Tinggi Sedang Rendah
= N-Gain > 0,7 = N-Gain 0,3 - 0,7 = N-Gain < 0,3
ee ee
50
3. Pengujian Hipotesis Penelitian Adapun dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah independent sample t-test. Analisis data independent sample t-test digunakan untuk mengukur apakah ada perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sugiyono (2011: 135) menjelaskan bahwa rumus uji-t (t-test) sebagai berikut.
( √
)
(
)
(
)
Keterangan : t = Nilai t hitung ̅̅̅̅ = Rata-rata kelompok 1 (kelas eksperimen) ̅̅̅̅ = Rata-rata kelompok 2 (kelas kontrol) n1 = Jumlah sampel kelompok 1 n2 = Jumlah sampel kelompok 2 = Varian kelompok 1 = Varian kelompok 2 Adapun menggunakan analisis SPSS seperti yang dijelaskan Gunawan (2013: 116-117) adalah sebagai berikut: 1) Buka program SPSS yang sudah terpasang di komputer, lalu masukan A dan B pada variabel view 2) Masukan data hasil penelitian pada kolom yang sesuai pada data view 3) Pilih menu Analyze →Compare Mean →Paired-Sampel t-Test 4) Pindahkan variabel Diklat (A) dan Non Diklat (B) ke kolom yang sesuai pada kotak dialog Paired Sampel t-Test lalu pilih Ok Aturan dasar pengambilan keputusan dalam interpretasi data yang telah dianalisis adalah; jika pada perhitungan dengan SPSS nilai p (probabilitas) yang ditunjukan oleh nilai Sig. (2-tailed) memiliki nilai Sig.>0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, sebaliknya jika nilai Sig.<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
51
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: H0:
(Tidak terdapat pengaruh yang positif dan bermakna pada penerapan metode jarimatika terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2015/2016)
Ha:
(Terdapat pengaruh yang positif dan bermakna pada penerapan metode jarimatika terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2015/2016)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa; pembelajaran matematika dengan menggunakan metode jarimatika pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan di kelas IV SD Negeri 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2015/2016, berpengaruh secara positif dan bermakna terhadap hasil belajar matematika pada ranah kognitif. Hasil analisis data pretest menunjukkan kemampuan awal antara siswa kelas kontrol dan siswa kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Hal tersebut dilihat dari hasil nilai rata-rata pretest kedua kelas. Setelah proses pembelajaran dilakukan, dengan menerapkan metode jarimatika pada kelas eksperimen, didapati tes akhir (posttest) antara kedua kelompok terdapat perbedaan. Perbedaan kemampuan akhir tersebut berada pada taraf signifikan setelah diberi metode pembelajaran yang berbeda. Hal tersebut terbukti dari nilai rata-rata posttest pada kedua kelas, begitu pula dilihat dari perbandingan nilai N-Gain. Hasil perhitungan uji hipotesis menggunakan program statistik SPSS versi 20, diperoleh nilai Sig (2 tailed) sebesar 0,023 (0,023<0,05). Oleh karena itu, Ha sebagai hipotesis yang diterima dan Ho sebagai hipotesis yang ditolak.
72
B. Saran 1. Siswa Metode jarimatika dapat diterapkan untuk menarik minat siswa, mengoptimalkan
kemampuan
perkalian
siswa,
serta
dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. 2. Guru Metode jarimatika dapat dipakai sebagai alternatif dalam memberikan variasi dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas guru dalam mengajar. 3. Sekolah Sekolah yang ingin menerapkan metode jarimatika dalam pembelajaran hendaknya memberikan dukungan kepada guru berupa perlengkapan fasilitas sekolah yang mendukung tercapainya pembelajaran ini secara maksimal. 4. Peneliti lanjutan Peneliti Lanjutan yang ingin menyempurnakan penelitian sejenis jarimatika, sebaiknya mengembangkan perangkat pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, mempertimbangkan alokasi waktu dalam pembelajaran, dan memahami karakteristik siswa agar efektif sewaktu melakukan proses pembelajaran. 5. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan secara umum, untuk Sekolah Dasar selain tempat penelitian dengan memperhatikan kesesuaian subjek penelitian serta saran yang tercantum pada poin 1 sampai 4.
73
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Muhammad Zainal. 2011. Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky dalam Pembelajaran Matematika. http://masbied.files.wordpress.com/2011/05/modul-matematika-teori-belajarvygotsky.pdf (Diakses pada 29/11/2015 @ 19.34 WIB). Adji, Nahrowi & Maulana. 2006. Pemecahan Masalah Matematika. UPI PRESS. Bandung. Anitah, Sri & Supriyati, Yetti. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Yrama Widya. Bandung. Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. CV. Yrama Widya. Bandung. Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. . 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Astuti, Trivia. 2013. Metode Berhitung Lebih Cepat Jarimatika. Lingkar Media. Jakarta. Atmoko, Fransiskus P. K. Joko Dwi. 2013. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Berhitung Perkalian dengan Menggunakan Pendekatan Teknik Tangan Pintar Bagi Siswa Kelas III SD Xaverius 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Darmadi, Hamid. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar. Alfabeta. Bandung.
74
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). 2006. Tujuan Pendidikan Matematika Menurut KTSP. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Djamarah, Syaiful Basri & Zain, Azwan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Gunawan, Muhammad Ali. 2013. Statistika Untuk Penelitian Pendidikan. Parama Publishing. Yogyakarta. Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Kasmadi & Sunariah, Nia Siti. 2014. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Alfabeta. Bandung. Khasanah, Faridhatul. 2014. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Teka-teki Silang Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 4 Metro Timur. Universitas Lampung. Bandar Lampung Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual : Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung. Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik berdasarkan Kurikulum 2013). Rajawali Pers. Jakarta. Kurniawan, Deni. 2011. Pembelajaran Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian. Pustaka Cendikia Utama. Bandung. Masitoh. 2009. Strategi Pembelajaran. Departemen Agama Republik Indonesia. Jakarta. Misni. 2011. Tapin (Tangan Pintar) Teknik Berhitung Pintar dan Pembelajaran Kurikulum. CV. Mandiri Cipta Harini. Jakarta. Mulyani. S & Permana, Johar. 2009. Strategi Belajar Mengajar. DEPDIKBUD Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. Jawa Tengah. Nurmasari, Linda. 2011. Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian Melalui Metode Jarimatika Pada Siswa Kelas II SD Negeri 3 Pringanom Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas). 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Mata Pelajaran Matematika. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Jakarta. Prasetyono, Dwi Sunar. 2008. Pintar Jarimatika. Diva Press. Yogyakarta.
75
Purwanto, Ngalim. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Rahyubi, Heri. 2012. Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Deskripsi dan Tinjauan. Nusa Media. Bandung. Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Alfabeta. Bandung Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Jakarta. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung. Sugiyono. 2014. Metode Penelitiam Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. . 2011. Metode Penelitiam Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeta. Bandung. Sukmadinata, Nana Saodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran : Teori & Aplikasi. ArRuzz Media. Yogyakarta. Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Thobroni, Muhammad & Mustofa, Arif. 2011. Belajar dan Pembelajaran, Mengembangkan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta. Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta. Universitas Lampung. 2015. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
76
Wulandari, Septi Peni. 2013. Jarimatika Penjumlahan dan Pengurangan. Kawan Pustaka. Jakarta. . 2008. Jarimatika Perkalian dan Pembagian. Kawan Pustaka. Jakarta.
Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. GP Press Group. Jakarta. Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan. Prenadamedia Group. Jakarta.