PENERAPAN METODE LEARNING STARTS WITH A QUESTION (LSQ) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 35 CAKRANEGARA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar
OLEH VIRANDA AJENG MARIZKA FAHMI E1E 212 245
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016
PENERAPAN METODE LEARNING STARTS WITH A QUESTION (LSQ) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 35 CAKRANEGARA TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh: Viranda Ajeng Marizka Fahmi, Muhammad Yusuf, Nurhasanah , Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Mataram E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar IPS di SDN 35 Cakranegara, yang disebabkan oleh kurangnya aktivitas bertanya pada siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Penerapan Metode Learning Starts With A Question bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 31 siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, refleksi. Data aktivitas belajar siswa diperoleh dari lembar aktivitas siswa dan guru, sedangkan data hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS diperoleh dari hasil tes kognitif pada tiap akhir siklus. Peningkatan hasil belajar IPS dikatakan berhasil jika hasil belajar siswa mencapai ketuntasan klasikal dengan KKM 70 adalah 85%. Setelah dilaksanakan penelitian, terjadi peningkatan aktivitas belajar dari siklus I aktivitas siswa berkategori Cukup Aktif dengan jumlah ketercapaian 16.96 dan aktivitas guru berkategori Cukup Baik dengan ketercapaian 16 Pada siklus II aktivitas siswa meningkat menjadi 19.91 dengan kategori Aktif, dan aktivitas guru juga meningkat menjadi 19 dengan kategori Baik, sedangkan untuk hasil belajar siswa terlihat dari nilai ketuntasan klasikal pada siklus pertama sebesar 77,41 % dengan jumlah siswa yang tuntas yaitu 24 siswa dari 31 siswa yang mengikuti tes evaluasi dan pada siklus kedua ketuntasan klasikal sebesar 87.09% dengan jumlah siswa yang tuntas yaitu 27 siswa dari 31 siswa yang mengikuti tes evaluasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan Metode Learning Starts With A Question dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 35 Cakranegara Tahun Pelajaran 2015/2016, sehingga metode ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam mengajar siswa. Kata-kata kunci: Learning Starts With A Question, Hasil Belajar IPS.
APPLICATION OF LEARNING STARTS WITH A QUESTION (LSQ) METHODS TO IMPROVE IPS LEARNING OUTCOMES STUDENTS OF FOURTH GRADES IN SDN 35 CAKRANEGARA ACADEMIC YEAR 2015/2016. By Viranda Ajeng Marizka Fahmi, Muhammad Yusuf, Nurhasanah , Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Mataram E-mail:
[email protected]
ABSTRACT This research was motivated by the low results of social studies at SDN 35 Cakranegara, caused by lack of activity asks students during learning activities take place. Implementation Method of Learning Starts With A Question aims to improve learning outcomes IPS. The subjects of this study is the fourth grade students totaling 31 students. This research is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of planning, action, observation and evaluation, reflection. Data obtained from the student activity sheet activities of students and teachers, while data on student learning outcomes in social studies was obtained from the results of cognitive tests at the end of each cycle. IPS learning outcome is successful if students achieve their learning outcomes with KKM 70 classical completeness is 85%. Having carried out the study, an increase in activity to learn from the first cycle of student activity categorized Quite Active with the number of achievement 16.96 and the activities of teachers categorized Pretty Good with the achievement of 16 In the second cycle the student activity increased to 19.91 by category Active, and the teacher's activities also increased to 19 by category well, while for student learning outcomes can be seen from the value of classical completeness in the first cycle of 77.41% with the number of students who completed ie 24 students from 31 students who took the tests in the second cycle of evaluation and classical completeness amounted to 87.09% with the number of students who completed ie 27 students from 31 students who take the test evaluation. Thus, it can be concluded Method of Learning Starts With A Question can improve learning outcomes IPS fourth grade students of SDN 35 Cakranegara in the school year 2015/2016, so that this method can be used as an alternative in teaching students.
Key words: Learning Starts With A Question, IPS Learning Outcomes.
A. Pendahuluan Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat umum mengetahui bahwa pendidikan memiliki peran sentral yang sangat penting. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat menuntut adanya upaya perbaikan kualitas pendidikan (KTSP) merupakan salah satu upaya pemerintah memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Karena KTSP menuntut adanya cara guru mengajar, cara siswa belajar, maupun cara mengevaluasi siswa. Dalam KTSP disebutkan bahwa kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensi (Muslich, 200: 11). Implikasinya, pembelajaran yang sebelumnya bersifat teacher oriented hendaknya diubah menjadi pembelajaran bersifat student oriented yang memberikan ksempatan pada siswa untuk aktif mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, pemahaman konsep, kemampuan penalaran dan komunikasi, serta kemampuan pemecahan masalah siswa dapat ditingkatkan, yang nantinya akan berimbas pada peningkatan hasil belajar IPS siswa. Salah satu dampak dari direct teaching, keterlibatan guru yang cenderung mendominasi KBM, menjadikan aktivitas belajar siswa berkurang dan berakibat menurunkan kemampuan berfikir siswa, karena pemahan konsep oleh siswa diperoleh melalui transfer informasi dari guru. Piaget (Rohani, 2004: 7) menegaskan. “seorang anak akan berfikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat anak tak berfikir. Agar ia berfikir sendiri (aktif) ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri”. Jadi, seyogyanya proses membangun pemahan tersebut dilakukan sendiri oleh siswa dan guru memantapkan saja (Muslich, 200: 52). Berdasarkan hasil observasi di SDN 35 Cakranegara yang telah dilakukan pada tanggal 29 November 2015 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS dapat dikatakan rendah, hal ini dapat dilihat dari hasil Ujian Tengah Semester (UTS) siswanya. Dari 31 siswa hanya 41.9% atau 13 diantaranya yang mencapai nilai diatas KKM dan 58% dengan atau 18 diantaranya masih berada dibawah KKM yaitu <70. Sedangkan nilai rata-ratanya hanya 66,67 . KKM untuk mata pelajaran IPS yaitu 70. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan karena siswa menganggap pelajaran IPS sulit dipahami, Hal ini karena kurang optimalnya peran guru dalam mencipkan proses pembelajaran yang aktif bagi siswa. Selama ini guru hanya menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab tanpa didukung oleh penggunaan metode yang membuat siswa berperan aktif dan mampu mengembangkan ide-ide mereka dalam proses pembelajaran
dikelas. Pembelajaran masih didominasi guru dari pada peran aktif siswa, sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajran sangat rendah. Siswa kurang terlatih dalam mencari atau menemukan, menganalisis dan menggunakan informasi. Siswa dalam belajar sangat tinggi ketergantungan pada guru. Sehingga berdampak pada rendahnya mutu proses dan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan ditemukannya permasalahan yang dihadapi siswa kelas IV meliputi: (1) kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan guru; (2) siswa kurang aktif bertanya; (3) Siswa kurang aktif dalam kerja kelompok. Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa hasil belajar siswa masih sangat rendah. Untuk mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang sudah ditetapkan, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan menggunakan Metode Learning Starts With A Question (LSQ). Metode pembelajaran ini tidak hanya berpusat pada guru, tetapi siswa juga dapat menggali potensi yang mereka miliki untuk memahami suatu materi pelajaran. Pembelajaran yang dapat menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. metode ini mengajak siswa untuk dapat bertanya dan menemukan jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan dengan berdiskusi sesama kelompoknya agar mereka lebih mengerti materi yang diajarkan oleh guru. Sebelum mereka mengemukakan pertanyaan terlebih dahulu mereka harus membaca dan memahami materi yang diberikan oleh guru agar mereka bisa mengemukakan pertanyaan yang mereka ingin ajukan dari materi yang belum mereka pahami. Metode memulai pelajaran dengan pertanyaan Learning Starts With A Question (LSQ) diharapkan dapat mengoptimalkan proses pembelajaran IPS di kelas karena dengan metode ini siswa diharuskan untuk memahami materi yang akan diberikan oleh guru dengan cara mendiskusikan sesama kelompoknya, selain itu mereka juga diminta untuk membuat pertanyaan-pertanyaan dari materi yang belum mereka pahami dengan cara seperti itu diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS di SDN 35 Cakranegara. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan Metode pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) dapat meningkatkan Hasil belajar IPS siswa kelas IV di SDN 35 CakranegaraTahun Pelajaran 2015/2016 ?”. Untuk mengoptimalkan peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran IPS, maka peneliti akan mencoba metode pembelajaran Learning Starts With A Questions (LSQ). Maka dengan diterapkannya metode pembelajaran tersebut dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Adapun prosedur yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut anatara lain : a. Membagi bahan bacaan kepada siswa.
b. Menugaskan siswa untuk mempelajari dan memberi tanda pada bagian bacaan yang kurang dipahami. c. Membagi siswa menjadi 5 kelompok. d. Menugaskan siswa untuk membahas point-point yang kurang dipahami bersama anggota kelompoknya. e. Menugaskan siswa di dalam kelompok membuat pertanyaan tentang materi yang telah mereka baca kemudian kumpulkan. f. Menyampaikan materi pelajaran dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. B. Kajian Pustaka dan Hipotesis Tindakan Teori yang relevan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Hasil Belajar a. Menurut Purwanto (2010: 44) hasil belajar dapat dijelaskan dengan dua kata yang membentuknya, yaitu “Hasil” dan “Belajar” Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. b. Menurut Bloom (dalam Agus suprijono 2011: 6), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domaian kognitif; knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valving (nilai), organization (organisasi), charactererization (karekterisasi). Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotorik juga mencakup keterampilan produktif, tehnik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. sementara Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. 2. Metode Learning Starts With A Questions (LSQ) a. Metode Learning Starts With A Question (LSQ) adalah suatu Metode pembelajaran aktif dalam bertanya. Silbermen dalam bukunya Active Learning mengemukakan bahwa proses mempelajari sesuatu yang baru adalah lebih efektif jika peserta didik tersebut aktif mencari pola dari pada menerima saja (terus bertanya dari pada hanya menerima apa yang disampaikan oleh pengajar). Satu cara menciptakan pola belajar aktif ini adalah merangsang peserta didik untuk bertanya tentang mata pelajaran mereka tanpa penjelasan dari pengajar terlebih dahulu. Strategi sederhana
ini merangsang siswa untuk bertanya, kunci belajar. Silbermen, (2007: 144). b. Menurut Suryo Budi Susanto (dalam Skripsi Resty Meidiana, 2014: 7) berpendapat,”Metode Learning Starts With A Question (LSQ) adalah Metode dimana siswa diarahkan untuk belajar mandiri dengan membuat pertanyaan berdasarkan bacaan yang diberikan oleh guru. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini cukup dilakukan oleh:
adalah penelitin yang
1. Nur Afni. 2013. Penerapan Metode Learning Starts With A Question (LSQ) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Pkn Kelas IV SDN 2 Bajugan pada materi sistem pemerintahan tingkat pusat kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2013/2014. 2. Sabilla Fita Habsari. 2013. Penerapan Metode Learning Starts With A Question (LSQ) untuk meningkatkan keterampilan bertanya pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Negeri 2 Taji Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dimulai dari Guru menyampaikan materi pelajaran IPS hanya dengan Metode ceramah sehingga pelajaran menjadi monoton. Hal ini menyebabkan pemahaman siswa kurang terhadap meteri pokok yang diajarkan. Siswa cenderung pasif dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan didalam kelas, dan penguasaan konsep awal siswa yang tidak terbentuk sejak proses kegiatan belajar mengajar dimulai. Dengan diterapkannya Metode Learning Starts With A Questions (LSQ) dalam proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa sehingga berdampak pada hasil belajar siswa baik secara individual maupun klasikal, khususnya pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV SDN 35 Cakranegara. Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Jika pembelajaran IPS dengan menggunakan Metode Learning Starts With A Question (LSQ) dilaksanakan secara optimal, maka hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 35 Cakranegara Tahun Pelajaran 2015/2016 Akan Meningkat”. C. Metode Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SDN 35 Cakranegara pada kelas IV. Penelitian telah dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. 2. 3. 4.
Penyusunan proposal dimulai bulan Desember 2015 sampai Mei 2016. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 25 Mei dan 27 Mei 2016. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 01 Juni dan 03 Juni 2016. penyusunan skripsi dilaksanakan pada bulan juni sampai Juli 2016.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 35 Cakranegara yang berjumlah 31 siswa terdiri dari 16 perempuan dan 15 laki-laki. Adapun yang bertindak sebagai observer adalah bapak Dewa Ketut Segening guru kelas dan Sri Astuti Handayani yang mengobservasi aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Learning Starts With A Questions. Sementara pembelajaran dalam hal ini dilakukan oleh peneliti. Faktor-faktor yang menjadi fokus dalam penelitian ini diantaranya faktor guru, yang diteliti adalah kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran Learning Starts With A Questions pada materi perkembangan teknologi yang diteliti adalah aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran IPS perkembangan teknologi dengan penerapan metode Learning Starts With A Questions. Variable penelitian ini dibagi menjadi variabel harapan dan variabel tindakan. Definisi operasional variabel harapan yaitu hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai pada mata pelajaran IPS yang diperoleh siswa dari hasil tes evaluasi setiap siklus yang telah dirancang sesuai materi yang dipelajari siswa sebagai hasil pencapaian metode Learning Starts With A Questions. Definisi operasional tindakan yaitu Learning Starts With A Questions yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Metode pembelajaran yang di gunakan dalam mata pelajaran IPS siswa kelas IV SDN 35 Cakranegara, dimana metode ini memberikan kesempatan kepada siswa lebih aktif dalam bertanya. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: Tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan observasi, tahap evaluasi dan refleksi. Pelaksanaan setiap siklus 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu yang sama yaitu 3 x 35 menit untuk setiap pertemuan. D. Metode pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut: 1. Observasi Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis (Wayan Nurkencana dan Sunartana, 1990: 51).
2. Tes Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan nilai tentang sutu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. (Wayan Nurkencana dan Sunartana, 1990: 34). E. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Pedoman Observasi aktivitas pembelajaran dari Aspek Siswa. Indikator observasi aktivitas siswa sebagai berikut: a. Kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. b. Antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran c. Interaksi siswa dengan guru dalam penerapan pembelajaran menggunakan metode Learning Starts With A Questions (LSQ) d. Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok. e. Kerja sama kelompok dalam penerapan pembelajaran Leaning Starts With A Questions (LSQ) f. Kegiatan Penutup. Penilaian aktivitas siswa diperoleh dari hasil observasi langsung. Setiap indikator aktivitas siswa dinilai mengikuti aturan sebagai berikut: 1) Skor 4 diberikan jika X ≥ 75% siswa melakukan deskriptor yang dimaksud. (25-31 orang). 2) Skor 3 diberikan jika 51% ≤ X ≤ 74% siswa melakukan deskriptor yang dimaksud. (17-24 orang). 3) Skor 2 diberikan jika 26% ≤ X ≤ 50% siswa melakukan deskriptor yang dimaksud. (9-16 orang). 4) Skor 1 diberikan jika X ≤ 25% siswa melakukan deskriptor yang dimaksud. (1-8 orang). Data Aktivitas belajar siswa diatas dianalisis dengan cara sebagai berikut: 1) Menentukan Skor Maksimal Ideal (SMI) Banyak indikator =6 Skor maksimal setiap deskriptor = 4 Skor minimal setiap deskriptor = 1 Skor maksimal ideal = 6 x 4 = 24 Skor minimal ideal = 6 x 1 = 6 2) Menetukan MI dan SDI MI = = x (24+6)
)
= x (30) = 15 SDI = = x 15 =5 Tabel 3.1 Pedoman Konversi Instrumen Aktivitas Belajar Siswa Pedoman Konversi Interval Skor X ≥ MI + 1,5 SDI ≥ 23.5 MI + 0,5 SDI s/d < MI + 1,5 SDI 18.5 – 22.5 MI – 0,5 SDI s/d < MI + 0,5 SDI 13.5 – 17.5 MI – 1,5 SDI s/d < MI – 0,5 SDI 8.5 – 12.5 X < MI – 1,5 SDI 0 -7.5
Kategori Sangat aktif Aktif Cukup aktif Kurang aktif Sangat kurang aktif
(Nurkencana dan Sunartana, 1990: 103) 2. Pedoman Observasi Aktivitas Pembelajaran dari Aspek Guru. Indikator yang diamati aktivitas guru adalah sebagai berikut: a. Kegiatan Awal b. Kegiatan Inti c. Kegiatan Penutup 1) Menentukan skor aktivitas guru dengan berpedoman pada kriteria penskoran aktivitas mengajar guru sebagai berikut: Skor 1 diberikan jika deskriptor “ Tampak”. Skor 2 diberikan jika deskriptor “Tidak Tampak”. 2) Menentukan Skor Minimal Ideal (SMI) Banyak Indikator =3 Skor Maksimal Setiap Indikator = 10 Skor minimal Setiap Indikator = 0 Skor maksimal ideal = 3 x 10 = 30 Skor minimal ideal =3x0=0 3) Menentukan (MI) dan (SDI) MI = = x 30 = 15
SDI = = x 15 =5 Tabel 3.2 Pedoman Konversi Instrumen Aktivitas Mengajar Guru Pedoman Konversi Interval Skor X ≥ MI + 1,5 SDI ≥ 23.5 MI + 0,5 SDI s/d < MI + 1,5 SDI 18.5 – 22.5 MI – 0,5 SDI s/d < MI + 0,5 SDI 13.5 – 17.5 MI – 1,5 SDI s/d < MI – 0,5 SDI 8.5 – 12.5 X < MI – 1,5 SDI 0 -7.5
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Sangat kurang Baik
(Nurkencana dan Sunartana, 1990: 103)
F. Teknik Analisis data : 1. Data Hasil Belajar Siswa a. Menghitung Data Hasil Belajar Siswa. Setelah mengalami proses belajar, untuk mengetahui hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar. siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai ≥ 70. Rumus yang digunakan sebagai berikut: Nilai akhir = (Purwanto, 2010: 207).
b. Ketuntasan Klasikal Menentukan hasil belajar siswa dilakukan secara klasikal yang ditentukan melalui rumus: KK= Keterangan: KK = Ketuntasan Klasikal P = Jumlah Siswa yang memenuhi KKM ≥ 70 N = Jumlah Siswa Seluruhnya (Nurkencana, 1990: 131) c. Rata-rata Hasil Tes Belajar Untuk menghitung skor rata-rata hasil tes belajar, dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: X
Keterangan:
X
: Nilai ata-rata
N
: Jumlah seluruh skor : Subjek (Sudjana, 2010:125).
G. Indikator Keberhasilan. Adapun indikator keberhasilan pembelajaran mata pelajaran IPS dengan penerapan Metode Learning Starts With A Question (LSQ) adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila hasil belajar IPS siswa telah mencapai ketuntasan secara klasikal yakni 85% siswa mendapat nilai ≥70 pada saat evaluasi . 2. Kemampuan guru dalam menerapkan Pembelajaran Learning Starts With A Question (LSQ) dikatakan berhasil apabila aspek yang diamati sudah mencapai kategori minimal cukup baik. H. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut: 1. Siklus I a) Jumlah Skor aktivitas guru sebesar 16 dengan kriteria Cukup Baik b) Jumlah Skor aktivitas siswa sebesar 16. 96 dengan kriteria Cukup Aktif. c) Rata-rata hasil belajar siswa 66,67 d) Ketuntasan klasikal hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil evaluasi yaitu sebesar 77,4 dari 31 siswa. Siswa yang tuntas sebanyak 24 siswa dan 7 siswa tidak tuntas. Hasil tersebut kurang dari target KKM yang ditentukan yaitu ≥ 70 dengan ketuntasan klasikal 85%. e) Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penelitian dilanjutkan ke siklus II. 2. Siklus II a) Jumlah skor aktivitas guru sebesar 19 dengan kriteria Baik. b) Jumlah skor aktivitas siswa sebesar 19.91 dengan kategori Aktif. c) Rata – rata hasil belajar siswa 76.93. d) Ketuntasan klasikal hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil evaluasi yaitu sebesar 87. 09 % dari 31 siswa. Siswa yang tuntas sebanyak 27 siswa, 4 siswa tidak tuntas. e) Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil dari siklus I ke siklus II serta telah memenuhi kriteria yang ditetapkan. Oleh karena itu, penelitian dihentikan pada siklus II. Adapun ringkasan dari hasil penelitian yang memuat data hasil observasi aktivitas guru, hasil observasi aktivitas siswa dan data hasil belajar pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Ringkasan Analisis Data Hasil Evaluasi dan Hasil Observasi dengan Penerapan Metode Learning Starts With A Question (LSQ) pada Siklus I dan Siklus II. Siklus
Aktivitas Siswa Skor Kategori
I
16.96
II
19.91
Cukup Aktif Aktif
Aktivitas Guru skor Kategori 16 19
Cukup Baik Baik
Hasil Belajar Ketuntasan Rata –rata klasikal 66.67
77.41%
76.93
87,09%
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hasil aktivitas siswa dari siklus I sebesar 16.96 yang dikategorikan Cukup aktif diperoleh dari jumlah indikator meningkat menjadi 19.91 pada siklus II yang dikategorikan Aktif. Hasil aktivitas guru pada siklus I sebesar 16 dikategorikan baik meningkat menjadi 19 dikategorikan Baik. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus 1 66.67 meningkat pada siklus II menjadi 76.93. Sedangkan ketuntasan klasikal hasil belajar siswa yang diperoleh dari standar KKM sebesar 70 yaitu 77.41% pada siklus I meningkat menjadi 87,09% pada siklus II. Jadi, peningkatan ketuntasan klasikal dari siklus I ke siklus II sebesar 9.68%.
I. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Learning Starts With A Question (LSQ) dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV semester II SDN 35 Cakranegara tahun ajaran 2015/2016. Hal ini terlihat dari peningkatan hasil belajar serta akitvitas siswa pada setiap siklus. Pada siklus I aktivitas siswa berkategori Cukup Aktif dengan skor 16.96, nilai rata-rata hasil belajar siswa mencapai 66.67 dengan ketuntasan klasikal 77.41. Sedangkan pada siklus II rata-rata skor aktivitas siswa meningkat menjadi 19.91 dengan kategaori Aktif, nilai rata-rata hasil belajar mencapai 76.93 dengan ketuntasan klasikal yang mengalami peningkatan juga yaitu 87.09%. Saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kepada siswa diharapkan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran agar konsep pembelajaran dapat lebih mudah dipahami sehingga dalam mengerjakan tugas atau soal lebih mudah dikerjakan.
2. Kepada guru diharapkan dapat menerapkan metode Learning Starts With A Question (LSQ) agar dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang maksimal. 3. Kepada kepala sekolah diharapkan dapat memotivasi/menyarankan para guru untuk menggunakan metode pembelajaran yang dapat melibatkan siwa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan salah satunya adalah metode Learning Starts With A Question (LSQ) yang merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif ini untuk diterapkan dan tidak hanya diterapkan pada mata pelajaran IPS tetapi juga pada mata pelajaran lainnya sebagai upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kinerjanya dalam proses mengajar dikelas.
DAFTAR PUSTAKA
Muslich, M. 2007. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Malang: Bumi Aksara. Nurkencana, dkk. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Purwanto, 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Siberman, M. 2009. Active Learning. Yogyakarta: Insan Madani. Sudjana, N. 2012. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikassi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar. (http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25369/1/Resty%20Mei diana@watermak%20oke.pdf) diunduh 22 Agustus 2016.