MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU KIMIA DALAM PENGGELOLAAN KELAS MELALUI KEGIATAN MGMP DI KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Fitriani Dinas Pendidikan Kota Lhokseumawe, Aceh e-mail:
[email protected] Abstract: problems in school action research is experienced by both teachers as teachers beginners and experienced is classroom management. As a professional educator, teachers are required not only carry out the task of educating and teaching, but also had to develop the profession. But the facts show that teachers, especially teachers of chemistry in the town of Lhokseumawe is still much less able to manage the class well, this is indicated by the presence of students who talked in class when learning activities are running, of course this situation is not desirable by any because when the teacher educators (teachers) carry out the teaching and learning activities are not able to manage the class and do not understand the characteristics of students with both the student achievement Yangdi not running as expected. The purpose of this research is to improve the chemistry teacher competence in classroom management through MGMP. To achieve these objectives, the method used in this activity is the training of the teachers of chemistry in the city of Lhokseumawe. Abstrak: Permasalahan dalam penelitian tindakan sekolah ini yang dialami oleh guru baik sebagai guru pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Sebagai pendidik profesional, guru dituntut tidak hanya melaksanakan tugas mendidik dan mengajar, tetapi juga harus mengembangkan profesinya. Namun fakta menunjukkan bahwa para guru, terutama guru-guru kimia di lingkungan kota Lhokseumawe masih banyak yang kurang mampu mengelolah kelas dengan baik, ini ditunjukkan dengan masih adanya siswa yang mengobrol dikelas ketika kegiatan belajar mengajar sedang berjalan, tentu keadaan seperti ini tidak diinginkan oleh setiap guru karena ketika para pendidik (guru) melaksanakan kegiatan belajar mengajar tidak mampu dalam pengelolaan kelas dan tidak memahami karakteristik siswa dengan baik maka prestasi belajar siswa tidak berjalan sesuai dengan yangdi harapkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kompetensi guru kimia dalam pengelolaan kelas melalui kegiatan MGMP. Untuk mencapai tujuan tersebut, metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pelatihan kepada para guru-guru kimia di lingkungan Kota Lhokseumawe. Kata kunci: kompetensi guru, kimia, pengelolaan kegiatan MGMP
peranan penting dalam proses peningkatan kualitas SDM. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Dalam rangka peningkatan kualitas SDM peran guru sebagai tenaga pendidik dituntut menjadi tenaga profesional. Pentingnya peran guru sangat menentukan berhasilnya usaha peningkatan mutu pendidikan, terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
PENDAHULUAN Kekuatan reformasi yang hakiki sebenarnya berasal dari sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, dan memiliki visi, transparansi, serta pandangan jauh kedepan. Tidak hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya, tetapi senantiasa mengedepankan kepentingan bangsa dan negara dalam berbagai kehidupan kemasyarakatan. Berbicara mengenai kualitas SDM, pendidikan memegang 28
Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan. Karena pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar peserta didik berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator serta (d) guru sebagai evaluator. Sebagai tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu mengelola kelas yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Yamin dan Maisah (2009: 27), pengelolaan kelas merupakan keterempilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil studi pendahuluan terhadap guru-guru khususnya guru kimia di kota Lhokseumawe melalui wawancara dengan beberapa guru kimia di kota Lhokseumawe ditemukan beberapa ketidaksesuaian dalam pencapaian pembelajaran pada beberapa sekolah terutama dalam hal kurang optimalnya guru dalam mengatur pembelajaran dikelas yaitu terdapat guru yang tidak bisa mengatur waktu mengajar dikelas dalam proses pembelajaran. Penyebab dari ketidakefektifan waktu tersebut ditandai dengan guru mengajar secara bertele-tele dalam menjelaskan
materi dikelas, guru dalam menjelaskan materi tidak sesuai dengan kurikulum yang dibuat tetapi mengikuti materi pada buku paket, jarangnya menggunakan media dan alat peraga yang menunjang dalam proses pembelajaran. Dari kurang optimalnya guru dalam mengatur pembelajaran tersebut berdampak pada kurangnya komunikasi antara guru dan siswa, siswa pasif dalam proses pembelajaran karena guru dalam mengajar kurang kreatif, inovatif dan menarik, dan target pembelajaran yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran tidak semua siswa dapat mencapainya. Oleh karena itu pengelolaan kelas harus dilakukan guru, salah satunya untuk mengatasi hal tersebut, dan peserta didik tetap dapat menerima materi pelajaran serta berprestasi. Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi pengelolaan kelas sangat mendasar sekali karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi kegiatan mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan, indikatornya proses belajar mengajar berlangsung secara efektif. KAJIAN PUSTAKA 1. Kompetensi Profesional Guru Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta) kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi (competency) yakni kemampuan atau kecakapan (Uzer Usman, 2009:14). Standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan berperilaku layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan (Abdul Majid, 2009:6). Menurut W. Robert Houston competence ordinarily is defined as adequacy for a task or as possession of reqiure knowledge, skills and abilities. 29
Competency is concerned what people can do rather than they know. Dengan demikian kompetensi berarti kemampuan yang seharusnya/dapat dilakukan oleh guru sesuai dengan kualifikasi, fungsi, dan tanggung jawab mereka sebagai pengajar dan pendidik. Kemampuan melakukan sesuatu sesuai dengan kualifikasi, tugas dan tangung jawab tersebut lebih dari sekedar mengetahui dan memahami. Sedangkan kompetensi guru menurut E.Mulyasa ( 2007:27) merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencangkup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Berdasarkan UndangUndang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 dan Johnson (1980) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Dengan demikian kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan dan mendemonstrasikan perilaku pendidikan, bukan sekedar memepelajari keterampilan keterampilan mengajar tertentu, tetapi merupakan penggabungan dan aplikasi suatu keterampilan dan pengetahuan yang saling bertautan dalam bentuk perilaku nyata
Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru di dalam kelas. Berbagai definisi tentang pengelolaan kelas yang dapat diterima oleh para ahli pendidikan, yaitu :Pengelolaan kelas didefinisikan sebagai: a) Perangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dan mengurangkan tingkah laku yang tidak diinginkan. b) Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio emosional kelas yang positif. c) Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif. Pengelolaan Kelas diterjemahkan secara singkat sebagai suatu proses penyelenggaraan atau pengurusan ruang dimana dilakukan kegiatan belajar mengajar, dan untuk lebih jelasnya berikut pengertian pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Usman, bahwa "pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar". Sedangkan menurut Wina Sanjaya bahwa pengelolaan kelas adalah : Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi halhal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran. Beberapa pengertian pengelolaan kelas yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, dapatlah memberi suatu gambaran serta pemahaman yang jelas bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu usaha menyiapkan kondisi yang optimal agar proses atau kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar. Pengelolaan kelas merupakan masalah yang amat kompleks dan seorang guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan
2. Pengertian Pengelolaan Kelas Sebagai tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu mengelola kelas yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Amatembun (dalam Supriyanto, 1991) “Pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta mengembang tumbuhkan motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan”. Sedangkan menurut Usman (2003) “Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif”. 30
secara efektif dan efisien. Pandangan mengenai pengelolaan kelas sebagaimana telah dikemukakan di atas intinya memiliki karakteristik yang sama, yaitu bahwa pengelolaan kelas merupakan sebuah upaya yang real untuk mewujudkan suatu kondisi proses atau kegiatan belajar mengajar yang efektif. Dengan pengelolaan kelas yang baik diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran di mana proses tersebut memberikan pengaruh positif yang secara langsung menunjang terselenggaranya proses belajar mengajar di kelas.
digunakan disesuaikan dengan tujuan dan strategi pembelajaran yang digunakan atau itensitas interaksi yang diinginkan oleh guru 2) Pengelolaan Alat-Alat Pengajaran Alat-alat pelajaran yang terdapat atau dibutuhkan dalam proses pembelajaran di kelas perlu diatur dan ditata dengan prinsip-prinsip desian interior yang meliputi: perpustakaan kelas, alat-alat peraga dan media pembelajaran, papan tulis/white bord, kapur tulis atau spidol bord market, dan papan presensi siswa. 3) Penataan Keindahan dan Kebersihan Kelas Berkaitan dengan keindahan dan kebersihan kelas alat atau benda yang harus ditata dengan baik meliputi: 1) Hiasan dinding (gambar presiden dan wakil presiden, lambang garuda pancasila, gambar pahlawan, slogan pendidikan, katakata mutiara, kaligrafi; 2) penempatan lemari buku atau lemari alat peraga; 3) Pemeliharaan kebersihan kelas diatur secara bergiliran dengan sistem piket. 4) Ventilasi dan Tata Cahaya Untuk ventilasi sebaiknya berada di sisi kiri maupun kanan ruangan, hindari guru merokok di dalam kelas. Untuk pengaturan cahaya: cahaya yang masuk harus cukup, dan bila diperlukan lampu listrik, gunakan dengan kekuatan watt yang dibutuhkan untuk ruangan kecil atau ruangan besar, dan arah cahaya sebaiknya dari sebelah kiri. 5) Pajangan Kelas Pajangan kelas hasil karya siswa harus dipilih secara selektif disesuaikan dengan nilai estetika, serta kebermanfaatannya.
3. Komponen-komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas a. Pengelolaan Kelas/ Tempat Belajar Pengelolaan kelas merupakan upaya mendayagunakan potensi kelas dengan cara melakukan seleksi terhadap penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas. Pengelolaan kelas atau tempat belajar meliputi Pengelolaan alat/benda serta obyek yang terdapat di dalam kelas atau ruang belajar seperti: meja dan kursi baik guru maupun murid, pajangan yang merupakan hasil karya siswa, perabot sekolah, serta sumber belajar yang terdapat di dalam kelas. Pengelolaan kelas meliputi: 1) Pengelolan Meja dan Kursi Pengelolaan meja-kursi berdasarkan prinsip-prinsip: 1) Aksesibilitas: yaitu kemudahan siswa untuk menjangkau alat atau sumber belajar yang tersedia; 2) Mobilitas: yaitu memudahkan baik siswa maupun guru untuk bergerak dari satu bagian ke bagian lain dalam kelas; 3) Interaksi: yaitu, memudahkan terjadi interaksi dalam proses pembelajaran antara guru dan siswa maupun antar siswa, 4) Variasi kerja siswa: yaitu memungkinkan siswa untuk dapat bekerja secara perorangan, atau bekerjasama secara berpasangan, atau secara kelompok. Formasi pengaturan meja-kursi yang dpat dikembangkan: Formasi Huruf U, Meja Konferensi, Lingkaran, Susunan Chevron atau huruf V, atau Kelas Tradisional yaitu secara berjejer dan berbaris serta formasi auditorium. Formasi lainnya yang dapat
b. Pengelolaan Siswa Pengelolaan siswa dalam satu kelas dapat dilakukan secara perorangan, berpasangan, kelompok, atau klasikal disesuaikan dengan jenis kegiatan, keterlibatan siswa, interaksi pembelajaran, waktu belajar serta ketersediaan sarana dan prsarana serta keragaman karakteristik siswa. Untuk pengelolan siswa secara bekelompok, ada beberapa dasar yang dapat dijadikan pertimbangan yaitu: 31
c.
pengelompokan berdasarkan kesenangan berkawan, pengelompokkan menurut kemampuan, pengelompokkan menurut minat. Ada tiga hal utama ang harus dilakukan guru dalam Pengelolaan kegiatan pembelajaran yang meliputi penyediaan pertanyaan yang mendorong siswa berpikir dan berproduksi, penyediaan umpan balik yang bermakna, penyediaan program penilaian yang mendorong semua siswa melakukan unjuk kerja. Dalam kegiatan pembelajaran baik pada saat kegiatan membuka pelajaran atau ketika proses pembelajaran berlangsung guru harus dapat mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dapat merangsang siswa melakukan kegiatan berpikir dan berproduksi bukan sekedar mengharap jawaban benar. Pertanyaan yang diajukan guru menghendaki jawaban yang merangsang siswa mengemukakan gagasan sendiri dan bukan mengulang apa yang telah disampaikan guru. Pertanyaanpertanyaan yang diajukan bersifat produktif, terbuka jawabannya serta merangsang imajinasi siswa. Umpan balik merupakan respon atau reaksi yang dilakukan guru atas perilaku yang dilakukan oleh siswa. Umpan balik diberikan guru terhadap siswa yang mengajukan pertanyaan, memberikan pendapat, menunjukkan hasil kerja atau ketika siswa melakukan kesalahan. Umpan balik yang diberikan guru jangan sampai memvonis siswa seperti “salah”, “betul”, “bukan, atau “tidak”. Akan tetapi berikan umpan balik yang membahagiakan dan menyenangkan serta merangsang siswa untuk belajar, bersikap dan bertindak lebih baik lagi seperti: ketika siswa mengemukakan pendapat yang kurnag tepat, guru memberi umpan balik “mengapa kamu berpendapat begitu”. Ketika mengemukakan pendapat yang berbeda guru memberikan umpan balik “dapatkah kamu jelaskan mengapa kamu berpikir demikian”, atau ketika siswa berargumentasi guru dapat memberikan umpan balia: “Argumentasimu masuk akal , akan tetapi kita tanyakan dulu bagaimana pendapat temanmu yang lain.
Penilaian yang dapat mendorong siswa melakukan unjuk kerja adalah penilaian yang tidak hanya meliputi satu aspek domain saja tetapi meliputi ketiga aspek domain yaitu kognitif, afektif maupun psikomotor. Penilaian yang merangsang unjuk kerja adalah penilaian yang tidak hanya dilakukan secara khusus dalam waktu yang khusus dan terlepas dari materi pembelajaran, akan tetapi peniliaian yang dilakukan adalah penilaian yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan yang dikenal dengan penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas dikembangkan untuk mengukur keseluruhan aspek domain tujuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai bentuk penilaian baik tulis, penilaian produk, penilaian unjuk kerja, maupun penilaian portofolio dengan jenis tagihan yang beragam dan terlampir dalam pengembangan silabus dan sistem penilaian yang dipersiapkan dan dibuat guru pada awal tahun pelajaran. d. Pengelolaan Isi / Materi Pembelajaran Pengelolaan isi atau materi pelajaran yang dilakukan oleh guru harus disiapkan dan direncanakan dalam silabus dan sistem penilaian yang dibuat oleh guru. Dari silabus yang dibuat oleh guru akan tergambar jenis dan satuan pendidikan, jenjang pendidikan dan tingkatan kelas serta semester, standar kompetensi lulusan permata pelajaran yang harus dicapai siswa, kompetensi pembelajaran setiap materi pokok pembelajaran, indikator dan hasil belajar siswa, perencanaan pengalaman belajar dan pengembangan kecakapan hidip, skenario pembelajaran, penilaian serta sumber, alat dan media pembelajaran yang akan digunakan. Silabus yang dibuat dikembangkan pada awal peluncuran kurikulum 2004 semua aspek sudah dibuat dan terpericni guru tinggal melaksanakannya, akan tetapi setelah penyempurnaan pada tahun 2006 yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan peraturam menteri pendidikan Nasional No 24 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan tingkat 32
satuan pendidikan silabus harus dikembangkan sendiri oleh daerah atau sekolah dan terutama guru dan hanya disediakan standar kompetensi lulusan dan kompetensi di dasar komponen lainnya dikembangkan sendiri terutama oleh guru.
4. MGMP Mata Pelajaran Kimia Beberapa organisasi guru yang pernah muncul dan hidup di beberapa daerah pada tahun 1970-an, misalnya ada yang bernama Musyawarah Guru Bidang Studi (MGBS), Ikatan Pengajar Sains dan Matematika (IPSM), Ikatan Pengajar Kimia (IPK), Kelompok Kerja Pendidikan Biologi (KKPB), dapat dianggap sebagai embrio lahirnya organisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), yang kemudian cara penyelenggaraannya diatur secara nasional oleh Ditjendikdasmen Dikmenum Depdikbud. Dalam buku pedoman penyelenggaraan, MGMP diartikan sebagai forum/wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran sejenis di sanggar (Depdikbud,1998:4). Kata musyawarah memiliki pengertian yang mencerminkan kegiatan yang dilaksanakan adalah dari, oleh dan untuk guru. Guru Mata Pelajaran yang dimaksud dalam pedoman penyelenggaraan tersebut adalah guru SLTP dan SMU yang mengasuh dan bertanggung jawab untuk mengelolamata pelajaran tertentu yang ditetapkan dalam kurikulum. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Kimia merupakan wadah para guru mata pelajaran tingkat SLTP dan SMU, yang eksistensinya di akui oleh Pemerintah, yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan profesional para guru kimia. Cara menjalankan roda organisasi MGMP diatur dalam buku Pedoman Penyelenggaraan MGMP, yang diterbitkan oleh Ditjen Dikdasmen Depdikbud. MGMP merupakan organisasi non struktural di lingkungan Depdikbud, dengan struktur yangdisusun secaraberjenjangdari tingkatpropinsi, kabupaten/kotamadya/ kota administratif, kecamatan dan sekolah (Depdikbud,1998:5-6). Para pengurus dengan susunan seperti yang telah disebutkan di atas, memiliki masa bakti dua tahun untuk semua tingkatkepengurusan. Kenyataan di lapangan, dalam arti melihat dan memperhatikan cara para guru penjaskes menjalankan tugas/fungsinya, masih terdapat keku rangan-kekurangan.
e. Pengelolaan Sumber Belajar Sumber belajar adalah sumbersumber yang dapat dipergunakan secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan siswa lain, untuk memudahkan siswa belajar. Guru dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar yang tersedia di sekolah/madrasah atau di sekitar sekolah/madrasah, baik sumber belajar yang dirancang secara khusus untuk kegiatan pembelajaran (by-design learning resources) maupun sumber belajar yang tersedia secara alami dan tinggal memanfaatkan (by-utilization learning resources), sumber belajar dalam bentuk manunsia (human learning resources) dan sumber belajar non manusia (non human leaning resources). Sumber daya yang tersedia disekolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar antara lain: sumber daya manusia yaitu guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan. Sedangkan secara fisik yang dapat dijadikan sebagai sumnber belajar di sekolah adalah perpustakaan, laboratorium, serta media cetak dan media elektronik. Sumber belajar lainnya adalah iklim fisik dan psikologis yang ada di sekolah. Sumber belajar lain yang dapat dimanfaatkan adalah sumber daya lingkungan baik lingkungan fisik, sosial maupun lingkungan budaya serta lingkungan keagamaan merupakan sumber yang sangat kaya untuk sumber belajar anak. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar akan dapat memberikan kesenangan dan variasi pembelajaran pada siswa. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dapat mengembangkan beberapa keterampilan seperti: mengamati, mencatat, merumuskan pertanyaan, merumuskan hypotesis, mengklasifikasikan, membuat tulisan serta membuat gambar atau diagram. 33
Hal ini merupakan salah satu indikasi, bahwa MGMP Penjaskes sebagai sebuah organisasi, belum dapat berperan dengan optimal sebagaimana mestinya. Untuk itu perlu upaya-upaya agar kiprah MGMP kimia dapat lebih ditingkatkan, yang akan berujung pada ter wujudnya guru kimia yang berkemampuan profesional. Keadaan geografis Indonesia yang beragam, memerlukan adanya sistem komunikasi dan pembinaan profesi guru dengan menggunakan multimedia. Dengan dibentuknya MGMP diharapkan dapat merupakan wadah bagi para guru untuk berkomunikasi, berkonsultasi, dan saling berbagi informasi serta pengalaman.
pendidik khusunya guru-guru kimia binaan peneliti tidak bisa mengelola kelas secara kondusif, ini ditunjukkan dengan masih adanya siswa yang mengobrol dikelas ketika kegiatan belajar mengajar sedang berjalan, tentu keadaan seperti ini tidak diinginkan oleh setiap guru karena ketika para pendidik (guru) melaksanakan kegiatan belajar mengajar tidak mampu dalam pengelolaan kelas dan tidak memahami karakteristik siswa dengan baik maka prestasi belajar siswa tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dimana hasil rata-rata kondisi awal penguasaan kelas adalah 64,14 dengan katagori kurang dari 50 responden hanya 14 orang atau 28% dikatagorikan cukup menguasai penguasaan kelas sedangkan 35 responden atau 32% masih dikatagorikan kurang menguasai penguasaan kelas.
C. METODE PENELITIAN Penelitian tindakan sekolah (PTS) termasuk jenis penelitian kuantitatif menggunakan Analisis Diskriptif Komparatif dengan membandingkan hasil kondisi awal dengan hasil siklus I dan Siklus II teknik kegiatan MGMP. Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi yang bersifat daur ulang atau siklus. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus.Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik observasi, dokumentasi, dan catatan lapangan. Instrumen yang digunakan yaitu instrumen penilaian komponen pengelolaan kelas meliputi komponen pengelolaan kelas/ tempat belajar, komponen pengelolaan siswa, komponen pengelolaan kegiatan pembelajaran dan komponen pengelolaan isi/ materi pembelajaran serta komponen pengelolaan sumber belajar.
2. Pelaksanaan Siklus 1 a. Tahap Perencanaan Perencanaan terdiri atas : (1) Berkoordinasi dengan Kepala Sekolah tempat kegiatan MGMP untuk menyampaikan penelitian dan minta masukan tentang masalah yang ada sekaligus membicarakan masalah teknis, waktu pelaksanaan penelitian, dan hal-hal yang terkait dengan penelitian dan atau kegiatan MGMP yang dilaksanakan; (2) Setelah jawdal MGMP : hari, tanggal, jam, dan tempat disepakati maka peneliti melalui kepala sekolah memberikan undangan kepada guru-guru kimia di lingkungan kota Lhokseumawe; (3) Dalam kegiatan MGMP peneliti bertindak langsung sebagai pemateri dalam menyampaikan konsep-konsep manajemen/pengelolaan kelas yang baik; (4) Setelah selesai melaknanakan kegiatan MGMP peneliti membuat kesepakatan kapan peneliti akan melakukan kunjungan dan observasi kepada guru yang bersangkutan untuk mengobservasi mengenai kemampuan guru dan pengelolaan kelas dimana peneliti bekerjasama kepada kepala sekolah tempat guru di observasi; dan (5) Meyakinkan kepada guru-guru bahwa
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Kondisi Awal Berdasarkan pengamatan awal penulis melihat bahwa para pendidik di lingkungan kota Lhokseumawe memiliki kompetensi paedagogik yang cukup baik dan kualitas mengajar yang baik, ini terbukti dengan membuat RPP ketika akan mengajar dan mengevaluasi ketika selesai mengajar, namun kenyataan di lapangan para 34
kedatangan pengawas sekolah bukan untuk menilai atau mengawasi saja namun untuk memberikan bantuan teknis mengenai pengelolaan kelas b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut: (1) Absensi guru; (2) Pengarahan dan bimbingan umum menyampaikan konsepkonsep manajemen/pengelolaan kelas yang baik pada guru-guru kimia tingkat SMA di lingkungan kota Lhokseumawe; (3) Pengawas sekolah/peneliti ikut berperan dalam proses kegiatan tersebut dan tidak lupa membuat catatan-catatan kecil tentang kelebihan-kelebihan maupun hal-hal yang terjadi selama proses kegiatan yang memerlukan perbaikan; dan (4) Peneliti memberikan format instrumen penilaian komponen pengelolaan kelas kepada guruguru agar dijadikan pedoman guru dalam penguasaan pengelolaan kelas dan berdasarkan intrumen tersebutlah peneliti melakukan observasi ke sekolah-sekolah pada guru-guru kimia tingkat SMA di lingkungan kota Lhokseumawe c. Hasil observasi
Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan, yaitu menitik beratkan pada kompotensi guru dalam pengelolaan kelas sebagai akibat diterapkan kegiatan MGMP. Tujuan dilaksanakan pengamatan adalah untuk mengetahui kegiatan mana yang patut dipertahankan, diperbaiki, atau dihilangkan sehingga kegiatan pembinaan melalui MGMP benar-benar berjalan sesuai dengan tujuan yang ada dan mampu meningkatkan kemampuan peserta dalam pengelolaan kelas. Dalam observasi ini instrumen yang digunakan yaitu instrumen penilaian komponen pengelolaan kelas meliputi komponen pengelolaan kelas/ tempat belajar, komponen pengelolaan siswa, komponen pengelolaan kegiatan pembelajaran dan komponen pengelolaan isi/ materi pembelajaran. Dari hasil pengamatan terhadap manajemen atau pengelolaan kelas pada guru -guru kimia tingkat SMA di lingkungan kota Lhokseumawe yang berjumlah 50 orang guru dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan, diperoleh data sebagai berikut :
Tabel: 1. Rangkuman Hasil Observasi Tentang Kemampuan Pengelolaan Kelas Setelah Mengikuti Kegiatan MGMP Pada Siklus I. Aspek yang dinilai Jumlah Jumlah Nama Responden No 1 2 3 4 5 Skor Nilai Katagori 1 Responden 1 3 5 4 5 4 21 84.00 B 2 Responden 2 4 4 5 4 4 21 84.00 B 3 Responden 3 5 3 3 4 4 19 76.00 C 4 Responden 4 4 5 4 5 3 21 84.00 B 5 Responden 5 4 5 3 4 4 20 80.00 B 6 Responden 6 4 3 4 4 4 19 76.00 C 7 Responden 7 3 5 5 3 4 20 80.00 B 8 Responden 8 4 5 4 5 3 21 84.00 B 9 Responden 9 3 5 4 5 4 21 84.00 B 10 Responden 10 5 3 4 5 4 21 84.00 B 11 Responden 11 5 4 3 4 4 20 80.00 B 12 Responden 12 4 4 4 3 4 19 76.00 C 13 Responden 13 3 4 4 5 4 20 80.00 B 14 Responden 14 4 5 4 4 4 21 84.00 B 15 Responden 15 5 4 4 4 5 22 88.00 B 35
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Responden 16 Responden 17 Responden 18 Responden 19 Responden 20 Responden 21 Responden 22 Responden 23 Responden 24 Responden 25 Responden 26 Responden 27 Responden 28 Responden 29 Responden 30 Responden 31 Responden 32 Responden 33 Responden 34 Responden 35 Responden 36 Responden 37 Responden 38 Responden 39 Responden 40 Responden 41 Responden 42 Responden 43 Responden 44 Responden 45 Responden 46 Responden 47 Responden 48 Responden 49 Responden 50
Jumlah RATA-RATA
5 3 5 4 5 4 5 4 5 5 3 5 3 3 4 5 5 5 5 4 5 3 3 4 3 5 4 5 3 5 5 3 5 3 5 4 4
3 5 4 3 4 4 5 3 5 4 3 4 5 5 5 3 4 5 4 3 4 5 5 4 3 4 3 4 5 3 4 3 4 5 5 206 3
3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 5 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 191 3.82
Data penelitian tindakan sekolah yang diperoleh dari hasil observasi sikap guru dalam kegiatan MGMP tentang kemampuan guru dalam pengelolaan kelas pada siklus I, hasilnya termasuk katagori “baik” dengan rata-rata nilai 81,20 dari 50
4 5 4 4 3 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 3 3 4 4 3 5 5 4 5 4 4 3 5 5 4 4 3 5 4 211 4.22
4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 199 3.98
19 21 20 19 20 21 22 19 22 20 19 22 21 21 22 19 20 21 20 19 20 21 21 20 19 21 19 20 21 21 20 17 20 21 21 1015 20.3
76.00 84.00 80.00 76.00 80.00 84.00 88.00 76.00 88.00 80.00 76.00 88.00 84.00 84.00 88.00 76.00 80.00 84.00 80.00 76.00 80.00 84.00 84.00 80.00 76.00 84.00 76.00 80.00 84.00 84.00 80.00 68.00 80.00 84.00 84.00 4060 81.2
responden hanya 38 orang guru atau 76% dikatagorikan baik dalam penguasaan kelas sedangkan 12 responden guru atau 24% masih dikatagorikan cukup dalam kemampuannya menguasai penguasaan kelas. Hal ini menunjukkan bahwa guru 36
C B B C B B B C B B C B B B B C B B B C B B B B C B C B B B B C B B B B
dalam berdiskusi belum menampakkan kerjasama, aktivitas dan perhatian yang baik terhadap permasalahan penguasaan kelas, sehingga diperlukan bimbingan yang lebih intensif. Penilaian implementasi MGMP guru kimia dalam meningkatkan kemampuan guru dalam menguasai pengelolaan kelas hasilnya termasuk katagori “baik” dengan rata-rata nilai 81,20. Hal ini menunjukkan bahwa guru -guru kimia tingkat SMA di lingkungan kota Lhokseumawe pada siklus 1 ini sudah berhasil dan mengalami peningkatan dari pra kegiatan ke siklus 1 yaitu dari nilai rata-rata pra siklus yaitu 64, 16 dalam katagori kurang dan meningkat pada siklus 1 setelah dilakukan kegiatan MGMP kimia tentang pengelolaan kelas yaitu rata-rata siklus 1 menjadi 81, 20. Hal ini berarti ada pengaruh kegiatan MGMP terhadap peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan/manajemen kelas. d. Tahap Refleksi Dengan adanya hasil observasi dan penilaian pada kegiatan siklus I maka peneliti melakukan refleksi. Dari refleksi terhadap seluruh kegiatan pada siklus I, maka ditemukan beberapa hambatan yang mengakibatkan belum optimalnya kemampuan guru dalam memahami manajemen pengelolaan kelas. Adapun hambatan-hambatan tersebut, antara lain guru belum sepenuhnya memahami manfaat manajemen pengelolaan kelas, dan guru dalam manajemen pengelolaan kelas belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terlihat dalam beberapa kejadian ketika proses pembelajaran berlangsung, antara lain (1) masih banyak guru ketika proses belajar mengajar berlangsung guru belum dapat menciptakan, memperhatikan dan mengembalikan iklim belajar kepada kondisi belajar mengajar yang menguntungkan peserta didik, (2) masih ada guru yang belum tau cara mengatur tempat duduk peserta didik disesuaikan dengan format belajar, (3) masih ada guru belum dapat mengatasi/mendamaikan peserta didik yang bertengkar pada saat jam pelajaran yang sedang berlangsung, dan lain sebagainya. Hambatan-hambatan
tersebut akan disempurnakan pada kegiatan siklus II. 3. Pelaksanaan Siklus 2 Pada siklus II, kegiatan yang dilaksanakan adalah mendiskusikan hambatan- hambatan yang dialami para guru dalam manajemen pengelolaan kelas pada siklus I melalui kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Adapun secara rinci uraian kegiatannya sebagai berikut : a. Tahap Perencanaan Dalam penyusunan skenario penguasaan kelas khususnya pada komponen 1, 2 dan 4 guru melakukan revisi, dipandu oleh guru yang sudah mampu,dengan bimbingan peneliti/pengawas. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, terkait dengan hambatan pada komponen 1. tempat belajar, 2. aspek komponen pengelolaan siswa, 3. komponen pengelolaan kegiatan pembelajaran ,dan 5. komponen pengelolaan sumber belajar, maka guru mendiskusikan kembali hambatan tersebut dalam kelompok Musyarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dibimbing pengawas/peneliti. Sebelum pelaksanaan pembelajaran di kelas, terlebih dahulu dilakukan simulasi atau modeling dengan menggunakan anggota kelompok guru sebagai siswa. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pada prinsipnya langkah langkah pelaksanan tindakan pada siklus I diulang pada siklus II dengan modifikasi dan perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I .Kegiatan pada siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan dengan mengikuti langkah langkah sebagai berikut: (1) Hari pertama, meliputi (a) pengarahan Pengawas Sekolah/Peneliti; (b) Pemaparan mengenai materi manajemen pengelolaan kelas yang baik; (2) Hari kedua, meliputi (a) peneliti meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan observasi kelas; (b) peneliti memasuki kelas berdasarkan guru yang telah diamati sebelum penelitian, selanjutnya peneliti duduk dibangku paling belakang, sehingga proses 37
pembelajaran tidak terganggu dalam penguasaan kelas dengan mengacu pada mengamati jalannya proses penilaian lembar observasi. Observasi ini dilakukan kemampuan pengelolaan kelas. Peneliti oleh peneliti yaitu dengan mengamati juga melihat perangkat pembelajaran yang kinerja guru dalam pengelolaan kelas. Hal digunakan oleh guru dalam mengajar. ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah kinerja guru sudah sesuai dengan c. Tahap Observasi Pada tahap ini terdiri penelit apa yang tercantum dalam lembar pengumpulan data serta mencatat kinerja observasi atau tidak. Hasil observasi guru pada saat pelaksanaan tindakan terhadap kemampuan guru dalam berlangsung. Kemudian peneliti pengelolaan kelas pada siklus II dapat bekerjasama dengan observer/kepala disajikan sebagai berikut: sekolah guru yang bersangkutan untuk mengamati kinerja guru dalam Tabel 2. Rangkuman Hasil Observasi Tentang Kemampuan Pengelolaan Kelas Setelah Mengikuti Kegiatan MGMP Pada Siklus 2 Aspek yang dinilai Jumlah Jumlah Nama Responden No 1 2 3 4 5 Skor Nilai Katagori 1 Responden 1 5 4 5 5 4 23 92.00 A 2 Responden 2 5 3 4 4 4 20 80.00 B 3 Responden 3 5 4 4 4 4 21 84.00 B 4 Responden 4 4 5 4 5 3 21 84.00 B 5 Responden 5 4 5 3 4 4 20 80.00 B 6 Responden 6 4 5 4 5 4 22 88.00 B 7 Responden 7 4 5 4 4 4 21 84.00 B 8 Responden 8 4 5 4 5 5 23 92.00 A 9 Responden 9 5 4 5 5 4 23 92.00 A 10 Responden 10 5 3 4 5 4 21 84.00 B 11 Responden 11 5 4 5 4 5 23 92.00 A 12 Responden 12 4 4 5 3 4 20 80.00 B 13 Responden 13 5 4 5 5 4 23 92.00 A 14 Responden 14 5 3 4 4 4 20 80.00 B 15 Responden 15 5 4 4 4 5 22 88.00 B 16 Responden 16 5 5 4 5 4 23 92.00 A 17 Responden 17 4 5 4 4 4 21 84.00 B 18 Responden 18 5 4 3 4 4 20 80.00 B 19 Responden 19 4 5 4 5 4 22 88.00 B 20 Responden 20 5 5 3 4 4 21 84.00 B 21 Responden 21 4 4 4 5 4 21 84.00 B 22 Responden 22 5 5 4 5 5 24 96.00 A 23 Responden 23 4 5 3 4 4 20 80.00 B 24 Responden 24 5 5 5 4 5 24 96.00 A 25 Responden 25 5 4 5 3 4 21 84.00 B 26 Responden 26 5 4 5 4 5 23 92.00 A 27 Responden 27 5 4 5 4 4 22 88.00 B 28 Responden 28 5 3 4 5 4 21 84.00 B 38
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Responden 29 Responden 30 Responden 31 Responden 32 Responden 33 Responden 34 Responden 35 Responden 36 Responden 37 Responden 38 Responden 39 Responden 40 Responden 41 Responden 42 Responden 43 Responden 44 Responden 45 Responden 46 Responden 47 Responden 48 Responden 49 Responden 50
Jumlah RATA-RATA
5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4
4 5 5 4 5 4 5 5 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 212 3
5 4 3 4 4 3 4 3 5 4 4 5 4 4 4 5 4 3 5 5 4 4 207 4.14
Data yang diperoleh dari observasi kemampuan guru dalam pengelolaan kelas pada siklus II, setelah dianalisis ada peningkatan kearah perbaikan yaitu berada pada katagori “baik”, dengan ratarata nilai 85,92. Dengan melihat hasil pada siklus II, maka refleksi terhadap hasil yang diperoleh peneliti pada siklus II ini adalah adanya peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas dari pra siklus sebesar 64,16 dan siklus 1 sebesar 81,20 serta siklus 2 sebesar 85,92. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata yang diperoleh dalam memprogramkan pembelajaran serta dalam implementasinya di kelas yang sudah menunjukkan adanya peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas yang lebih baik. Sedangkan dari jumlah guru ,100% sudah mencapai kriteria yang ditetapkan.
4 5 4 3 3 4 5 4 5 5 4 5 4 4 3 5 5 4 4 4 5 4 215 4.3
4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 203 4.06
22 23 20 20 21 20 22 21 23 21 20 23 20 20 20 23 22 20 21 22 22 22 1074 21.48
88.00 92.00 80.00 80.00 84.00 80.00 88.00 84.00 92.00 84.00 80.00 92.00 80.00 80.00 80.00 92.00 88.00 80.00 84.00 88.00 88.00 88.00 4296 85.92
SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan siklus I dan siklus II tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Pelaksanaan kegiatan MGMP berdasarkan siklus I dan siklus II bahwa pelaksanaan kegiatan MGMP yang dilaksanakan pada guru-guru kimia tingkat SMA di lingkungan kota Lhokseumawe dapat diterima oleh guru dan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas; (2) Pengamatan dan observasi pada penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, terjadi perubahan dalam proses belajar mengajar dimana setelah guru-guru mendapatkan sosialisasi mengenai pengelolaan kelas yang baik dan diterapkannya pada saat KBM dimana kreativitas guru dalam pengelolaan kelas bukan saja dapat membangkitkan kemauan siswa dalam belajar tapi juga dapat meningkatkan 39
B A B B B B B B A B B A B B B A B B B B B B B
prestasi belajar, keterampilan dan perubahan sikap yang positif pada diri siswa dikarenakan suasana belajar yang menyenangkan; dan (3) Kegiatan pelaksanaan MGMP pada guru-guru kimia tingkat SMA di lingkungan kota Lhokseumawe memiliki dampak positif dalam meningkatkan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas. Hal ini ditandai dengan meningkatnya skor rata-rata perolehan yang diperoleh oleh guru pada setiap siklus yaitu dari pra siklus sebesar 64,16 dan siklus 1 sebesar 81,20 serta siklus 2 sebesar 85,92. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata yang diperoleh dalam memprogramkan pembelajaran serta dalam implementasinya di kelas yang sudah menunjukkan adanya peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas yang lebih baik. Sedangkan dari jumlah guru ,100% sudah mencapai kriteria yang ditetapkan. Dari simpulan tersebut di atas, disarankan : (1) Kepada.guru-guru khususnya guru kimia di lingkungan kota Lhokseumawe, di dalam pengelolaan kelas agar memperhatikan fisik kelas yang karena lingkungan fisik yang nyaman akan mendukung proses pembelajaran, dan mengintensifkan diskusi MGMP dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru kimia; (2) Peningkatan kualitas guru kimia di lingkungan kota Lhokseumawe, juga dilakukan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan guru menghadapi abad ke-21. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut guru kimia masa depan harus memiliki kemampuan-kemampuan: menjadi pembelajar sepanjang hayat (lifelong leaner), memahami konten kimia dalam persepktif inkuiri, literat kimia dan teknologi, mengintegrasikan pengetahuan konten, pembelajaran, pedagogi, dan siswa, menguasai bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, melaksanakan penelitian tindakan kelas, dan berkomunikasi ilmiah, mengakses informasi melalui pemanfaatan information technology.
DAFTAR RUJUKAN Abdul Majid dan Dian Andayani.2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi “Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004”, Bandung: Remaja Rosdakarya Adyanto Surjana. 2002. Efektivitas Pengelolaan Kelas. Jurnal Pendidikan Penabur - No.01 / Th.I / Maret 2002 Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Bobbi De Porter, Mark Reardon, dan Sarah Singer. 2002.Quantum Teaching mempraktikanQuantum Learning di Ruang kelas, Bandung : Kaifa. Depdikbud. 2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas. 2003. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas Djamra Syaiful Bahri, dan Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. E. Mulyasa, 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hadi, Sutrisno. 2002. Metode Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Slameto. 1991. Belajar Dan Faktorfaktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipt. Usman, Moh. Uzer. 2002. Menjadi guru profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya.
40