EDISI 78/2016
Dari Redaksi
Sumber Foto (dok. UPK Tatra)
Salam hangat… Morpin kembali hadir menyapa pembaca setia untuk terus menyuguhkan berita-berita menarik dan informatif. Pada edisi kedua di tahun ini, kami akan menyajikan informasi tentang pembekuan dana UPK, deskripsi menarik tentang Gedung ICT dan Gerakan Aku Cinta Undip. Seluruh berita dari rubrik laporan utama hingga informasi kami rangkum dalam Morpin edisi 78. Segala apresiasi, kritik serta saran akan sangat kami hargai. Kami harap Morpin dapat terus menambah informasi dan dapat menjalankan fungsi-fungsi pers dengan baik. Terima Kasih. Salam. Red.
UPK Tatra FISIP Undip saat menampilkan Tari Saman dalam Pagelaran FISIP Menari di Selasar Gedung A FISIP pada 28 Mei 2015. Pagelaran tersebut merupakan program kerja yang setiap tahunnya diselenggarakan oleh UPK Tatra.
Laporan Utama
Dilema Pembekuan Dana UPK
U
PK (Unit Pelaksana Kegiatan) dan Ormawa (Organisasi Mahasiswa) erat kaitannya dengan kegiatan mahasiswa FISIP Undip. Fakultas dengan ciri khas warna oranyenya ini mewadahi bakat dan minat mahasiswanya dengan menyediakan berbagai macam fasilitas yang dapat digunakan oleh Ormawa serta UPK agar mahasiswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam berorganisasi. Tidak tanggungtanggung, saat ini FISIP memiliki 27 UPK yang dapat menampung mahasiswa untuk menyalurkan minat dan bakatnya. Jumlah tersebut belum termasuk dengan BSO (Badan Semi Otonom). Setiap UPK di FISIP diharuskan untuk melaksanakan program kerja (proker) mereka dan menyerap dana DIPA untuk menjaga eksistensi mereka.
Namun, apa yang terjadi bila dana tersebut dibekukan? Apa alasan di balik adanya pembekuan dana UPK? Apakah hal ini akan menghalangi pelaksanaan program kerja dan kegiatan mereka? Dana DIPA Tatra Dibekukan? Pihak kemahasiswaan mengumumkan kepada seluruh peserta pelantikan dan lokakarya Ormawa FISIP bahwa UPK Tatra (Tari Tradisional) mendapatkan sanksi pembekuan dana dari pihak kemahasiswaan. Alasannya karena mereka tidak menyerap dana DIPA sama sekali pada tahun kepengurusan 2015. Endah Katampi selaku ketua dari UPK Tatra tahun 2016 menjelaskan bahwa alasan dari pembekuan dana tersebut dikarenakan organisasinya tidak menyerap dana DIPA sepeserpun serta program kerjanya tidak terdaftar di
HALAMAN 2
BULETIN MORPIN, EDISI 78
pihak kemahasiswaan. “Alasan kenapa UPK Tatra dana DIPAnya dibekukan, karena tahun kemarin Tatra sama sekali tidak ada acara yang dicantumkan secara administrasi ke pihak dekanat, atau lebih tepatnya di bidang kemahasiswaan,” tuturnya saat ditemui di Gedung D FISIP Undip, Jumat (15/04). Endah juga menyayangkan keputusan pembekuan dana ini karena selama ini UPK Tatra telah banyak mengukir prestasi dan mengharumkan nama FISIP. Mengapa Dibekukan? Kepada Opini, Endah mengaku bahwa penyebab dana DIPA untuk UPK Tatra dibekukan murni karena kesalahan dari pihak mereka. “Pihak dekanat menganggap bahwa Tatra sudah tidak ada kegiatan sama sekali dan hal ini jelas merupakan kesalahan kita di tahun lalu,” ungkap Endah. Menanggapi adanya kebijakan tentang pembekuan dana UPK oleh Pembantu Dekan 3, Audina Rahma Fitriani selaku Ketua Komisi Lima bagian anggaran Senat Mahasiswa FISIP Undip menjelaskan bahwa pada tahun kepengurusan 2015, UPK tersebut tidak menyerap sama sekali dana DIPA yang disediakan oleh pihak kemahasiswaan. “Jadi setiap UPK itu kan ada dana DIPA 4,5 juta, nah UPK ini dia tidak menyerap dana sama sekali. Di tahun ini untuk memberikan semacam sanksi atau semacam peringatan untuk organisasi yang lain juga, pihak Pembantu Dekan 3 membekukan dana UPK tersebut,” ujar Audi saat ditemui di Gedung D FISIP Undip, Jumat (15/04). Audi menambahkan dirinya bersama dengan Ketua Senat Mahasiswa FISIP Jadug Trimulyo, telah berusaha untuk melakukan rekonsiliasi dengan pihak Pembantu Dekan 3 terkait pembekuan dana UPK Tatra, namun keputusan tersebut sudah bulat sekaligus merupakan peringatan bagi organisasi mahasiswa lain agar maksimal dalam menyerap dana DIPA yang telah dianggarkan. Dilema UPK Tatra S a a t d i k o n f i r m a s i , D r. Widiartanto, S.Sos, M.AB selaku Pembantu Dekan 3 Bagian Kemahasiswaan
menyatakan bahwa kebijakan ini merupakan kebijakan yang ia tetapkan setelah menjabat sejak Agustus 2015. Menurutnya, kinerja dari masingmasing bidang dinilai dari keefektifan dalam penyerapan dana. Penyerapan dana tersebut akan menentukan pagu FISIP yang nantinya akan diserahkan kepada Universitas. “Penyerapan anggaran itu dimaknai sebagai suatu prestasi dari kinerja kita di masingmasing bidang, nah untuk itu saya membuat suatu kebijakan yaitu di tahun 2015, kalau tidak ada dana yang terserap satu rupiah pun kita bekukan sementara,” ujar Dr. Widiartanto, S.Sos, M.AB ketika ditemui di ruang Pembantu Dekan 3 pada Jumat (15/04). Pembekuan tersebut menurutnya bersifat sementara, artinya bahwa UPK tersebut tidak dibubarkan dan bisa tetap menjaga eksistensinya di FISIP, tentunya di bawah pengawasan pihak kemahasiswaan dan Senat. “Sambil dipantau dalam satu tahun itu dia berkegiatan atau tidak. Kalau berkegiatan dan aktif nanti kita kembalikan pendanaannya di tahun kepengurusan 2017,” tambahnya saat ditanya mengenai status UPK tersebut. Audi mengaku kagum dengan keputusan berani yang ditempuh oleh Pembantu Dekan 3 untuk membekukan dana UPK bagi organisasi yang tidak menyerap dana DIPA di tahun 2015. “Baru pertama kali dan bahkan waktu itu dari Senat Undip itu dia kagum, PD 3 nya bisa mengambil keputusan seperti itu,” ungkap Audi. Pihak Komisi Lima Bagian Anggaran Senat Mahasiswa FISIP menurut Audi secara aktif tetap mengawasi kinerja dari UPK Tatra tahun ini. Pihaknya tetap meminta UPK Tatra untuk membuat LPJ dan proposal yang nantinya digunakan untuk membuktikan kepada pihak kemahasiswaan bahwa UPK Tatra dapat menjaga eksistensinya di tahun 2016 dan siap didanai di tahun 2017. Di tahun 2016 ini, Pembantu Dekan 3 bersama Senat sepakat bahwa nantinya organisasi tidak hanya melaksanakan minimal satu kegiatan, tetapi empat kegiatan untuk memaksimalkan penyerapan dana DIPA yang disediakan oleh fakultas. Asumsinya bahwa di setiap triwulan Ormawa
di FISIP akan menyerap dana satu–persatu, tetapi jika kurang dari target yang seharusnya, misalnya hanya tiga, pendanaannya akan dibekukan di tahun 2017. “Artinya ini menjadi sebuah catatan bagi kita, bahwa kita bekerja keras dalam penyerapan anggaran. Hal itu dimaknai sebagai prestasi organisasi dalam melaksanakan kegiatan dengan baik, dananya diserap dengan baik, dan akan menghasilkan output yang baik, bukan dimaknai sebagai hukuman, tapi sebagai sebuah lecutan bagi organisasi tersebut,” tambah Widiartanto. Menurutnya, hal ini adalah bentuk komitmen bersama untuk memajukan dan memaksimalkan kinerja FISIP. Yang menjadi sedikit masalah saat pihak kemahasiswaan memberikan sanksi pembekuan kepada UPK Tatra selain dana adalah ruang sekretariat. Dengan adanya UPK baru yaitu Zora dan kapasitas ruang sekretariat yang hanya berjumlah 26 menimbulkan kebingungan di antara pihak Tatra dan Zora. Widiartanto menyatakan dirinya tidak menyinggung masalah ruang sekretariat saat lokakarya. Masalah tersebut sudah diselesaikan bersama dengan Senat dan mencapai kesepakatan bahwa Tatra tetap diperbolehkan menggunakan ruang sekretariat di Gedung D. “Keputusannya, karena Zora yang didanai jadi untuk sementara ruang sekretariatnya dipergunakan oleh Tatra,” jelasnya. Dirinya menambahkan tidak ada masalah di luar pendanaan. UPK yang dibekukan masih diper-bolehkan menggunakan fasilitas di kampus, misalnya meminjam ruangan dan ruang sekretariat masih bisa dipergunakan. Untuk ketersediaan ruang sekretariat yang terbatas, ia menyatakan bahwa pembangunan gedung bukan ranah dari bidang tiga, tetapi bidang dua. “Nah, kemudian ini kan menjadi persoalan kalau ada penambahan UPK, sementara jumlah ruang sekretariat tetap. Nanti katanya BEM sama Senat mau disekat supaya bisa menambah satu atau dua ruang lagi,” imbuhnya.(Marshya C.A & Mutiara P.F)
Selamat atas kelulusan Pemimpin Perusahaan OPINI periode 2015 Fatimah Semoga sukses dalam setiap perjalanan hidupnya
BULETIN MORPIN, EDISI 78
HALAMAN 3
Pojok Opini
Apa Kata Mereka Tentang Pembekuan Dana UPK? Michael Arya, Ketua HMJ Ilmu Komunikasi “Iya jadi setauku tentang pembekuan dana ini hanya untuk UPK yang tidak aktif mencairkan dana DIPAnya. Jadi tidak semua UPK akan dibekukan. Kalau memang UPK tidak aktif atau tidak mencairkan DIPA, aku setuju aja sih, toh dana tersebut bisa dialokasikan buat UPK lain yang lebih aktif atau dibagi rata untuk HMJ dan HMPS.” Jadug Trimulyo A. A, Ketua Senat Mahasiswa FISIP Undip “Pihak fakultas sebaiknya tidak
menggunakan cara represif untuk membimbing putra-putrinya (mahasiswa) ke arah yang lebih baik.” Rian Fathoni, Ketua UPK Aufklarung “Jadi kalau buat saya sih no problem toh tujuannya baik supaya mahasiswa bisa menyerap dana secara maksimal.” Fakkar Dafin Naufan, Ketua FKMM “Saya kurang setuju karena setiap UPK memerlukan dana DIPA yang berbeda-beda. Ada yang butuh sedikit
ada juga yang butuh banyak. Sehingga jika dana yang terserap di salah satu UPK hanya sedikit, lebih baik dana tersebut bisa alihkan ke UPK lain yang memang membutuhkan dana yang lebih besar.” Fajar Gilang Garnida, Ketua HMJ Administrasi Bisnis “Menurut saya tidak bisa sematasemata langsung dibekukan melainkan diberi kesempatan terlebih dahulu untuk memperbaiki keadaan UPK tersebut.”
Laporan Khusus
Sumber Foto : https://adinugrohosemarang.files.wordpress.com//
Mengenal Lebih Jauh Gedung ICT Undip
Gedung ICT Undip diresmikan pada 1 November 2010 oleh Prof. Dr. dr. Susilo Wibowo. Sp.And yang saat itu menjabat sebagai Rektor Undip periode 2006-2010. Bangunan seluas 5.000 meter persegi ini terletak di seberang Laboratorium Terpadu Undip.
S
ebagai salah satu universitas terbesar di Indonesia, Universitas Diponegoro tentu memiliki beberapa gedung penunjang kuliah, salah satunya adalah gedung ICT (Information Communication Technology) Centre. Gedung ini dibangun sekitar lima tahun yang lalu dan diresmikan satu tahun kemudian. Alasan dibangunnya ICT centre sendiri adalah untuk memenuhi Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, riset dan pengabdian, seperti yang dikatakan oleh Kepala Bagian Tata Usaha, Rumah Tangga, Hukum dan Tata Laksana
Undip, Edi Surahman. “Total aset Undip yang ada di Tembalang itu untuk lahan sekitar 200 hektar. Dari 180 hektar itu ada beberapa bangunan untuk sarana penunjang tridarma, untuk pendidikan, riset, kemudian untuk pengabdian. Kemudian salah satu gedung yang kaitannya dengan yang Anda tanyakan adalah keberadaan ICT itu digunakannya adalah untuk beberapa perkantoran sekarang,” ujarnya. Perkantoran dan Fungsi Gedung ICT Centre memiliki
enam lantai yang diisi oleh beberapa perkantoran. Pada lantai satu terdapat kantor LP2MP (Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan) yang awalnya digunakan oleh UPT Hubungan Masyarakat. Lantai dua digunakan untuk kantor UPT Puskom (Pusat Komputer). Di lantai empat terdapat kantor ULP (Unit Layanan Pengadaan) dan International Office. Sementara pada lantai enam terdapat stasiun radio dan studio televisi milik Undip. Selain itu, pada lantai enam juga terdapat ruang sidang Conference International yang biasa digunakan oleh mahasiswa atau dosen untuk menyelenggarakan kegiatan. Setiap perkantoran yang ada di gedung ICT Centre tentu menjalankan fungsinya masing-masing. UPT Puskom bertugas mengelola sistem IT (Information Technology) di Undip seperti yang dijelaskan oleh Sujadi selaku Kepala UPT Puskom. “Mengelola IT Undip itu ada banyak antara lain internet, mengelola website, server, aplikasi, sistem informasi akademik baik universitas dan fakultas, kemudian juga jurnal untuk repositori,” ujar Sujadi. Selain itu, UPT Puskom juga membantu proses berjalannya SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan UM (Ujian Mandiri) di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. Bantuan yang diberikan berupa call
HALAMAN 4 center untuk menerima pertanyaan atau keluhan seputar pendaftaran SNMPTN dan pemindaian hasil SBMPTN dan UM. Dalam melaksanakan tugasnya, UPT Puskom dibantu oleh mahasiswa yang direkrut melalui pendaftaran sebelumnya. Kendala yang dialami UPT Puskom sendiri ada pada sumber daya manusia yang mengerti bagaimana cara membuat program dan mengelola jaringan server yang ada. Sementara itu, International Office bertugas untuk menjembatani antara rektorat dengan pihak luar negeri. “Fungsinya International Office itu sebagai jembatan antara rektorat dengan pihak di luar negeri apabila mereka ingin bekerja sama dengan Undip. Biasanya mereka melalui kami, kemudian untuk mahasiwa luar negeri yang ingin kuliah di Undip mereka harus mendaftarkan diri dulu di International Office,” jelas Meta selaku pegawai di bagian Administrasi Keuangan International Office. International Office juga sering menangani apabila ada tamu yang diundang untuk hospitality. Mitra Undip seperti yang sudah dijelaskan berasal dari berbagai negara di benua Eropa dan Asia. Mahasiswa yang menempuh studi di Undip sendiri ada yang mendapat beasiswa dari Pemerintah dan mempelajari budaya Indonesia secara mendalam. Sama seperti UPT Puskom, International Office juga mendapatkan bantuan dari mahasiswa sebagai pegawai yang melalui proses seleksi dan biasanya dilakukan pada bulan Mei. Mahasiswa tersebut biasanya membantu pengelolaan Internatlional Office dalam keseharian dan mengelola kegiatan yang dilakukan dalam bulan tertentu.
BULETIN MORPIN, EDISI 78 Kendala yang dialami kantor ini umumnya seputar mahasiswa yang menunggu pengumuman beasiswa studi ke Indonesia dan seleksi volunteer untuk bekerja. Pada lantai enam juga terdapat ruang sidang Conference International yang bisa digunakan oleh mahasiswa atau dosen. Prosedur peminjaman pun cukup mudah yaitu dengan membuat surat perizinan yang ditandatangani oleh Pembantu Rektor 2 serta diketahui Dekan Fakultas. Selain itu, di lantai ini juga terdapat studio radio Undip, Pro Alma dan studio televisi Undip, Channel Campus. Permasalahan Utama Namun, sayangnya tidak banyak mahasiswa Undip yang mengetahui fungsi dari gedung ICT centre. Mahasiswa Undip umumnya hanya mengetahui keberadaan gedung ICT Centre saja dan tidak mengetahui fungsi utama gedung tersebut. “Fungsinya sebagai pusat alat elektronik Undip seperti komputer, jaringan dan lain-lain. Menurut saya di bagian atas juga ada tempat penyiaran radio, ” ujar Sumardi Siregar mahasiswa Jurusan Teknik Geologi angkatan 2014. Hal ini dikarenakan mahasiswa Undip umumnya belum pernah memasuki gedung tersebut. Bahkan ada yang pernah memasuki gedung tersebut hanya untuk mencari dosen saja seperti yang diungkapkan Linda Saputri mahasiswa jurusan Biologi angkatan 2013. Mahasiswa juga berharap adanya sosialisasi mengenai keberadaan dan fungsi dari gedung ICT Centre. “Harapannya gedung ICT dibagusin lagi dan diadain sosialisasi biar kita khususnya mahasiswa baru
paham fungsi sebenarnya dari gedung ICT,” ungkap Hanny mahasiswa Fakultas Teknik angkatan 2015. Melihat hal tersebut Kepala Bagian Tata Usaha, Rumah Tangga, Hukum dan Tata Laksana Undip, Edi Surahman berharap mahasiswa senior bisa memberikan sosialisasi mengenai keberadaan dan fungsi dari gedung tersebut pada mahasiswa setiap masa orientasi berlangsung. “Ya sebenarnya memperkenalkan itu ketika ospek itu kan harusnya. Mestinya, fasilitas Undip itu apa saja yang bisa digunakan. Kalau kami boleh usul itu senior memberikan informasi kepada mahasiswa baru,” tutup Edi Surahman. Keberadaan gedung ICT Centre tentu diharapkan bisa menunjang aktivitas perkuliahan mahasiswa. Seperti keberadaan UPT Puskom yang bisa menjadi solusi mahasiswa dalam mengatasi permasalahan terkait website atau sistem akademik. Contoh lain seperti International Office yang bisa membantu mahasiswa untuk lebih mengetahui mitra luar negeri Undip. Kurangnya sosialisasi yang diberikan dari mahasiswa senior kepada mahasiswa baru pada saat masa orientasi perlu dijadikan perhatian. Sosialisasi yang diberikan tidak hanya seputar aktivitas perkuliahan dan organisasi, bagian fakultas atau sikap kenegaraan saja. Mahasiswa senior yang tergabung menjadi panitia PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) diharapkan juga mampu mengenalkan apa saja aset yang dimiliki oleh Undip. (Husna F.H & Hizarani L.S.S)
Wawancara
GACU, Tanamkan Rasa Cinta untuk Undip Sumber Foto : http://industri.undip.ac.id
G
Logo GACU
ACU (Gerakan Aku Cinta Undip) merupakan gerakan penanaman nilai kecintaan terhadap almamater Undip. Sempat tak terdengar kabarnya, GACU kembali menjadi trending topic kampus karena kesamaan nama dengan gerakan yang sama dari universitas lain. Kini GACU mulai menunjukkan eksistensinya melalui gebrakan-gebrakan yang sedang digencarkan terlepas dari kekurangan-kekurangan yang ada. Bersama Ahmad Baikuni Perdana,
Koordinator Bidang Harmonisasi Kampus BEM Undip, mari kita mengenal GACU lebih dekat. Apa itu GACU? GACU kepanjangannya Gerakan Aku cinta Undip yang merupakan gerakan untuk penanaman nilai kecintaan terhadap universitas kita, yaitu Universitas Diponegoro. Ini juga terkait dengan latar belakangnya yang memang kenyataannya pun sampai sekarang itu masih banyak temen-temen
BULETIN MORPIN, EDISI 78 yang masuk ke Undip ini bukan merupakan pilihan pertamanya dan itu merupakan fakta. Banyak juga yang memprioritaskan universitas yang lebih populer di kalangan masyarakat untuk menjadi prioritas utamanya dan saat masuk ke Undip ya pastinya ada kekecewaan. Berangkat dari situlah kita juga ingin menebarkan cinta terhadap universitas kita, karena memang kalau tidak ada cinta apapun yang kita lakukan juga akan setengah-setengah, seperti itu. Harapannya nanti ke depannya memang saat cinta ini ditanamkan kepada mahasiswa Undip kita bisa melakukan segala hal yang mengatasnamakan Undip dengan sepenuh hati. Sejak kapan GACU dilaksanakan? Sebenarnya penggalakannya sudah dilakukan sejak dua tahun yang lalu, cuma memang dari tahun ke tahun kita juga perlu peningkatan juga kan, kita juga perlu mengoptimalkan GACU sebagai gerakan penanaman nilai kecintaannya juga. Apakah tujuan dari GACU hanya untuk menanamkankan kecintaan terhadap Undip saja atau ada maksud lain? Ya sebenarnya untuk tujuannya memang untuk menanamkan rasa cinta terhadap Undip, output yang diharapkan, outcome yang diharapkan itu apa, ya ketika kita memang satu frame, kita sama-sama cinta terhadap Undip, kita bisa dengan bangga membawa nama Undip ini tidak hanya sebagai mahasiswa tetapi nanti di dunia kerja. Kalau untuk outcomenya sendiri saya rasa ini bakal berdampak juga dengan kebanggaan kita sebagai mahasiswa Undip juga. Intinya itu sih, untuk menumbuhkan rasa semangat juga. Saya juga bisa dengan bangga bilang seperti ini, “Wah saya mahasiswa Undip nih, di dunia kerja nanti saya juga bisa berdikari dan tidak kalah dengan alumni-alumni dari universitas lain. Dan karena saya anak Undip, saya cinta Undip, saya merasa Undip juga banyak memberikan saya pelajaran dan kebermanfaatan juga, ya ayolah kita
HALAMAN 5 adu”. Siapa saja yang menjadi sasaran dari GACU? Sebenarnya ada beberapa sasaran, yang pertama mahasiswa baru, yang kedua mahasiswa lama, yang ketiga adalah calon mahasiswa baru. Untuk sasaran keluarnya adalah calon mahasiswa baru. Kita bergerak dimana, apa yang kita lakukan? Kebetulan kita dari Harmonisasi Kampus merangkul teman-teman dari organisasi daerah (Orda) yang harapannya kita bisa berkoordinasi juga karena mereka memiliki program untuk mensosialisasikan Undip. Nah, disitu kita sebenarnya juga ingin menumbuhkan rasa cinta para calon mahasiswa baru terhadap Undip. Setidaknya mereka juga tahu apa saja kelebihan Undip, ada apa saja di Undip, seperti apa kehidupan di Semarang. Jadi sasaran kita bukan hanya mahasiswa Undip tapi calon mahasiswanya juga. Sebelumnya sempat beredar kabar bahwa ada kesamaan GACU dengan GACU dari Unila, apa yang membedakan GACU dengan GACU dari Unila? Jadi GACU-nya Undip dengan GACU-nya Unila kan sebenarnya memang sama-sama gerakan penanaman nilai juga, cuma yang berbeda paling dicaranya. Kalau di tahun ini Insya Allah kita akan ada official akun GACU sendiri, nanti kita coba bergerak di dunia maya untuk penanaman nilainya. Di tahun ini kita juga sudah melakukan open recruitment “Konco GACU” yang ibarat kata mereka adalah malaikat-malaikat yang menebarkan cinta, seperti itu. Ya paling perbedaaannya disitu karena setelah ngobrol dengan Ketua BEM Unila memang pada dasarnya GACU dari Unila ini memang terinspirasi dari GACU-nya Undip. Tapi kita merasa ya silakan saja karena kita sama-sama ingin menumbuhkan rasa cinta terhadap universitas masing-masing.
Cara-cara yang sudah dilakukan apa saja? Sekarang mungkin belum terlalu terlihat, tapi nanti pada tanggal 27 Mei bersamaan dengan FDN yang diselenggarakan oleh Mikat, kita akan launching official akun GACU. Disitu juga akan ada perkenalan “Konco GACU” juga. Mungkin nanti akan lebih terlihat setelah bulan Mei nanti. Untuk usahanya sekarang, kemarin pada saat roadshow ke fakultas-fakultas ada sosialisasi GACU-nya juga. Kita menjelaskan kenapa GACU tetap kita galakkan, kenapa GACU menjadi sesuatu yang penting. Jadi usaha kita sampai sekarang adalah dengan sosialisasi ke fakultas-fakultas yang sudah kita kunjungi. Ada tidak dukungan dari pihak universitas? Dari pihak universitas memang belum ada, tapi kita juga belum melakukan koordinasi yang lebih intens ke pihak universitas. Kita juga sudah membayangkan akan lebih baik kalau ada dukungan dari pihak rektorat, apakah nanti di web-nya Undip dicantumkan juga, karena memang sebenarnya sasaran dari kita juga bukan hanya mahasiswa tetapi calon mahasiswanya juga. Dan contohnya web tadi, karena web merupakan salah satu portal yang paling pertama diakses. Apa harapan ke depan dengan adanya program GACU? Harapannya GACU ini bisa berjalan sebagai gerakan penanaman nilai yang berjalan tidak hanya di tahun ini, di kepengurusan yang sekarang, namun di kepengurusan-kepengurusan berikutnya. Dan GACU ini sebagai gerakan tidak bergerak secara stagnan, namun dinamis agar penanaman nilai yang merupakan tujuan dari GACU bisa lebih digencarkan lagi. Dan ini juga dibutuhkan partisipasi dari mahasiswa Undip sendiri. Harapannya kita bisa bergerak bareng-bareng karena gerakan ini tidak hanya milik BEM Undip tetapi ini juga milik kita bersama. (Arif F.A)
BULETIN MORPIN, EDISI 78
Sumber Foto : Anggita Primartiwi
HALAMAN 6
Museum Perjuangan Mandala Bhakti
Nyemarang
Mandala Bhakti, Museum Perjuangan Kota Semarang
D
i balik eloknya Kota Semarang terdapat satu tempat rekreasi dimana kita dapat belajar sejarah dan perjuangan TNI (Tentara Nasional Indonesia). Tempat rekreasi dan edukasi yang dapat dikunjungi di Semarang adalah Museum Perjuangan TNI Mandala Bhakti. Museum ini terletak di Jalan Soegijapranata Nomor 1, Semarang, Jawa Tengah tepat berhadapan dengan monumen Tugu Muda. Gedung Museum Mandala Bhakti berdiri sejak tahun 1906 dengan arsitekturnya oleh arsitek Belanda I. Kuhr E. Gedung ini dibangun untuk kantor pengadilan (Raad Van Justitie) orang Eropa yang ada di Semarang. Seperti yang ada di sejarah, penjajah Indonesia tidak hanya Belanda, gedung ini juga pernah digunakan sebagai markas polisi Jepang (Keinpietai). Pada akhirnya, gedung ini digunakan untuk kantor komando daerah militer (Kodam). Pejabat yang mendiami Kodam tersebut silih berganti hingga 13
kali pada tahun 1985. Pada tahun 1985 tepatnya pada tanggal 1 Maret, Mayjen TNI Sugyarto meresmikan gedung tersebut menjadi museum. Museum ini sempat vakum selama dua tahun (1985-1987) dikarenakan koleksi yang terdapat di museum belum tertata. Pada tahun 1987, Mayjen TNI Setyana meresmikan museum dibuka untuk umum dengan koleksi-koleksi yang sudah tertata. Nama Mandala Bhakti memiliki arti “tempat yang mulia”. Tempat yang mulia disini berhubungan dengan perjuangan bangsa Indonesia, khususnya perjuangan TNI. Museum ini terdiri dari dua lantai yang masingmasing lantainya memiliki serambi mirip lorong-lorong yang menghubungkan ruangan satu dengan ruangan lainnya. Museum ini juga memiliki 30 ruang dengan isi yang berbeda-beda. Mulai dari ruang pengantar yang berisi unit proklamasi, ruang Jatmu (senjata dan amunisi) yang berisi senjata tradisional, pistol
genggam, dan senjata laras panjang. Kemudian ruang Gamad (Seragam Angkatan Darat) dan ruang peristiwa serta ruang kendaraan. Koleksi-koleksi yang terdapat di museum ini ada yang sifatnya titipan, hibah dan hasil rampasan. Museum dengan luas 11.253 meter persegi ini masih sangat sedikit diminati pengunjung terutama masyarakat Semarang. Biasanya yang mengunjungi museum ini adalah pelajar-pelajar yang sedang belajar di luar kelas, digunakan sebagai tempat penelitian, dan lain sebagainya. Museum perjuangan ini tidak dikomersilkan sehingga tidak ada pungutan biaya untuk mengunjungi museum ini. Museum Mandala Bhakti buka setiap hari Senin-Jumat pukul 08.00 – 13.00 WIB. *Artikel ini ditulis oleh Anggita Primartiwi dan pernah dipublikasikan di www.koranbogor.com
BULETIN MORPIN, EDISI 78
HALAMAN 7
Informasi
Temukan Apa Itu Indonesia dalam Menemukan Indonesia
P
dituliskan ke dalam bukunya. Bagaimana Pandji menyusun itinerary dan informasi biaya visa menjadi bagian awal buku serta dibuka dengan tulisan tentang mimpi Pandji untuk dapat melakukan tur dunia. Pandji mengajak pembaca untuk menikmati perjalanan dengan misi mengenalkan dan mengenal kembali Indonesia melalui tur dunia Mesakke Bangsaku. Apa yang Pandji lihat, dengar, dan rasakan semua ditulis dalam buku ini. Kenyamanan pembaca dalam membaca kisahnya kemudian ditutup Pandji dengan “Apa itu Indonesia”. Terselip harapan bahwa kita sebagai warga Indonesia dapat melihat sisi baik dari bangsa sendiri dan harapannya dengan segala upaya dapat menyetarakan bangsa Indonesia dengan negara-negara maju yang ada di dunia.
Sumber Foto : http://us.images.detik.com//
andji Pragiwaksono, salah satu pelawak Indonesia serta penulis buku kembali hadir menulis buku “Menemukan Indonesia”. Buku ini menceritakan tentang kisah Pandji selama berkeliling dunia ke dua puluh kota, delapan negara dan empat benua yang dilakukannya selama satu tahun. Buku yang diterbitkan setelah “Mengubah Indonesia” ini hadir sebagai buku travelogue yang berisi kisah Pandji selama tahun 2015 di balik suksesnya tur dunia Mesakke Bangsaku. Dalam buku ini, setiap kota yang dikunjungi Pandji meninggalkan kesan yang berbeda-beda dan dijadikan sebagai opening dari setiap kota yang dikunjungi. Kemudian Pandji mengajak pembaca untuk masuk dalam bahasan tentang transportasi, penginapan, destinasi dan juga kuliner. Pandji tidak hanya menekankan pada setiap kota yang dijujukinya, namun kota yang hanya ia singgahi sebentar saja juga
Judul Buku Penulis Penerbit Tebal Buku
: Menemukan Indonesia : Pandji Pragiwaksono : Bentang Pustaka : 300 Halaman
Informasi
Perjalanan di Luar Dugaan, Mendekatkan Hubungan Kakek dan Cucu
Sumber Foto : http://www.freedvdcover.com//
S
Judul Sutradara Penulis Naskah Durasi Pemain
: My Dirty Granpa : Dan Mazer : John Philips : 117 menit : Zac Efron, Julianne Hough, Robert De Niro, ZoeyDeutch
ebuah film box office kembali hadir untuk menyapa pencinta film dengan menghadirkan konsep dewasa yang dibalut komedi. Dirty Grandpa, merupakan film yang diangkat untuk menghibur khalayak dengan perjalanan liar seorang kakek bersama cucunya. Kakek yang seharusnya menjadi panutan dan teladan tidak diangkat dalam film ini. melainkan seorang kakek dengan kelakuan yang jorok dan kotorlah yang dijadikan sebagai fokus. Kakek dan cucu yang diceritakan dalam film ini sebelumnya tidak pernah memiliki hubungan kedekatan sebagai keluarga. Mereka menjalani kehidupan masing-masing yang sangat jauh berbeda. Hingga pada akhirnya sang kakek, Grandpa Dick yang diperankan oleh Robert De Niro hadir dalam kehidupan cucunya, Jason Kelly yang diperankan oleh Zac Efron. Pada saat itu, Jason Kelly hendak menikahi seorang gadis yang merupakan anak atasannya, tempat ia bekerja.
Pernikahan yang hendak dilaksanakan itu dapat dikatakan hancur karena kedatangan Grandpa Dick mulai mengusik kehidupan Jason Kelly yang tinggal selangkah lagi menggapai masa depannya. Grandpa Dick ingin mengajak cucunya menghabiskan liburan musim semi dengan pergi ke salah satu wilayah Daytona. Akhirnya, Jason Kelly bersedia menghabiskan liburan bersama sang kakek dengan melakukan perjalanan menyenangkan, meskipun mendadak. Banyak pembelajaran yang dapat ditemukan dalam film ini, hubungan keluarga antara kakek dan cucu yang awalnya tidak memiliki intensitas kedekatan sama sekali, dengan perjalanan yang jauh dari ekspetasi secara tidak langsung mendekatkan mereka. (Anggita P)
Pemimpin Umum: Naomi Putri Bahari Simeon Pemimpin Redaksi: Indriastuti Septiyani Redaktur Pelaksana: Julian Fikri Lestari Editor: Ingrid Dyah N Layout & Grafis: Khan Muhammad H, Risky Shintia Diliani Reporter: Anggita Primartiwi, Arif Fadhilah Ahmad, Hizarani Lailan Saadah Sihombing, Husna Fadhila Husodo, Marshya Camillia Ariej, Mutiara Paulina Fitri