Edisi Maret - April 2011 Pengantar Redaksi
Realisasi dari pengembangan industri hilir memerlukan berbagai insentif. GAPKI memandang salah satu insentif yang dapat diberikan adalah keringanan tarif BK untuk produk-produk hilir yang diekspor bukan meningkatkan tarif BK untuk CPO. Jika meningkatkan tarif BK CPO, maka dampak ke petani akan membesar dibandingkan kondisi saat ini. Sedangkan keringanan BK dimaksud adalah penurunan tarif BK atau penghapusan tarif BK untuk produk-produk pangan, minyak goreng, margarin, cocoa butter substitute, oleokimia, sabun asam, lemak deterjen, pelumas, kosmetik, bahan bakar (biodiesel) yang dihasilkan industri hilir CPO. Isu Bk merupakan salah satu berita dari Newsletter edisi ini. Pada Newsletter Edisi ini juga disajikan beberapa aktivitas GAPKI; antara lain audiensi GAPKI dengan Presiden RI di Istana Negara, diskusi publik mengenai penyelesaian tata ruang wilayah. Perayaan Semarak 100 tahun Industri Kelapa Sawit, kampanye Green Product ke negara Uni Eropa, dan penyajian gambaran produksi dan ekspor minyak nabati 2010. Adalah laporan lain dari Newsletter edisi ini.
LAPORAN UTAMA
Audiensi GAPKI dengan Presiden RI di Istana Negara melaporkan masalah dan perkembangan industri kelapa sawit nasional Jakarta - Kamis, 24 Maret 2011 lalu Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) diterima di Istana Negara oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kunjungan tersebut dilakukan GAPKI dalam rangka audiensi melaporkan masalah dan perkembangan industri kelapa sawit nasional Indonesia. GAPKI yang dipimpin oleh Ketua Umum Joefly J Bahroeny pada kesempatan tersebut melaporkan hasil kegiatan acara Indonesian Palm Oil Conference and 2011 Price Outlook yang diselenggarakan di Bali 1-3 Desember 2010 yang lalu dimana pada konferensi tersebut dibahas peranan industri kelapa sawit yang sangat berperan dalam pengentasan kemiskinan (pro poor), penyediaan lapangan pekerjaan diwilayah pedesaan (pro-job), dan berperan dalam pendapatan nasional (pro-growth) serta berperan aktif dalam perekonomian nasional Indonesia
GABUNGAN PENGUSAHA KELAPA SAWIT INDONESIA pada umumnya. Adapun pembahasan yang dilaporkan kepada Presiden RI terkait dengan hasil konferensi menyangkut berbagai peraturan dan kebijakan oleh beberapa negara yang menyangkut berbagai permasalahan isu, lingkungan dan sustainability yang pada kenyataannya merupakan isu perdagangan dan persaingan antara industri berbasis minyak nabati dimana pada saat ini produksi dan ekspor minyak tertinggi dicapai oleh minyak sawit dengan mengalahkan produksi dan ekspor 8 minyak nabati dunia lainnya, terkait dengan hal tersebut Indonesia perlu melakukan diplomasi perdagangan ke berbagai negara tersebut termasuk kemungkinan menggunakan forum organisasi perdagangan dunia (WTO) untuk memperjuangkan dan mengatasi hambatanhambatan perdagangan tersebut. Selain itu, permasalahan Green House Gas Emission (GHG) merupakan studi yang perlu terus dilakukan untuk menunjukan perbedaan data yang digunakan. Berbagai masalah tersebut perlu segera diselesaikan guna mendorong industri perkelapasawitan Indonesia yang menunjukan prospek yang cukup baik pada tahun ini maupun tahun yang akan datang sejalan dengan peningkatan permintaan pasar untuk penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku biofuel. GAPKI juga menyampaikan perkembangan industri sawit di Indonesia dimana pada saat ini industri kelapa sawit Indonesia telah berusia 100 tahun dan semarak perayaannya diselenggarakan di Medan pada tanggal 28-30 Maret 2011. Dalam audiensi tersebut GAPKI juga menyampaikan berbagai harapannya terhadap pemerintah untuk mendukung majunya perkembangan industri perkelapasawitan nasional terkait dengan beberapa persoalan, diantaramya : 1. Terkait dengan permasalahan tata ruang nasional, GAPKI mengharapkan pemerintah dapat segera memberikan kepastian hukum dan investasi berhubungan dengan pengembangan dan ekspansi perkebunan kelapa sawit. Oleh karenanya pemerintah perlu segera meninjau dan merevisi kembali UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
1
LAPORANLanjutan… UTAMA (lanjutan) 7.
2. GAPKI mendukung moratorium konversi hutan primer dan lahan gambut sebagai bagian dari Letter of Intent (LoI) dengan harapan moratorium tersebut tidak disalahartikan dan menutup kemungkinan perluasan perkebunan sawit dan menyulitkan penyelesaian tata ruang nasional, karena hal tersebut berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan industri kelapa sawit. 3. GAPKi berkomitmen menjalankan prinsip dan praktek sustainability dalam pembukaan dan pengelolaan perkebunan dan siap melakukan perbaikan pada areal bekas tambang dan lahan terdegradasi lainnya dengan menanam kelapa sawit sepanjang secara teknis, agronomis dan ekonomis memungkinkan. 4. GAPKI mengaharapkan pemerintah mendorong perkembangan industri hilir kelapa sawit dengan memberikan insentif bagi pelaku industri hilir, bukan diinsentif bagi pelaku industri hulu termasuk petani dalam bentuk Bea Kelua (BK) secara progresif untuk CPO yang diekspor. GAPKI mengharapkan BK CPO bersifat lat atau ad valorem agar tidak membebani industri hulu. 5. GAPKI mengharapkan pemerintah dapat segera meningkatkan infrastruktur jalan serta membangun fasilitas pelabuhan ekspor di Indonesia bagian timur dan memperbaiki dan meningkatkan kemampuan fasilitas pelabuhan di Indonesia bagian Barat. 6. GAPKI mengharapkan agar pemerintah segera merevisi regulasi perpajakan menyangkut industri strategis, termasuk industri kelapa sawit, khususnya PPN produk primer dan mekanisme restitusi pajak.
GAPKI mengaharapkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) system dapat segera diterapkan oleh pemerintah sebagai kebijakan dimana melalui system inilah GAPKI dapat menunjukan komitmennya dalam mendorong perkembangan industri kelapa sawit yang berkelanjutan. Dengan hal ini pula Indonesia dapat lebih percaya diri dalam menghadapi serangan pihak luar terhadap kedaulatan ekonomi nasional. Dengan model pembangunan industri kelapa sawit berkelanjutan ini, Indonesia akan mampu memenuhi target pertumbuhan ekonomi sebesar 7% dan mengurangi emisi sebesar 26%.
Kamis (24/03) -Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) yang dipimpin oleh Joefly J Bahroeny selaku Ketua Umum di Istana Negara
Peresmian Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) System Oleh Menteri Pertanian RI sebagai bukti komitmen Indonesia dalam mendorong Industri kelapa sawit yang berkelanjutan 2
BERITA PUSAT & CABANG AGENDA KERJA PENGURUS PUSAT & CABANG Diskusi Publik “Penyelesaian Tata Ruang Wilayah Menuju Kepastian Hukum Kawasan Hutan dan Usaha Perkebunan”
Diskusi Publik Penyelesaian Tata Ruang Wilayah Menuju Kepastian Hukum Kawasan Hutan dan Usaha Perkebunan
Sehubungan dengan permasalahan tata ruang wilayah yang terjadi di kalimantan tengah dan beberapa propinsi lainnya di Indonesia terkait dengan UU No.41 tahun 1999 tentang kehutanan, maka Tropis sebagai Media perkebunan menyelenggarakan diskusi publik dengan mengangkat tema “Penyelesaian Tata Ruang Wilayah Menuju Kepastian Hukum Kawasan Hutan dan Usaha Perkebunan” di Grand Sahid Jaya Hotel, Candi Prambanan Room pada kamis, (17/03) yang lalu. Pada diskusi Publik tersebut hadir sebagai narasumber : (1) Ir. Bambang Soepijatno selaku Dirjen Planologi Kementerian Kehutanan, (2) Firman Subagyo< SE MH selaku Wakil Ketua Komisi IV DPR-RI, (3) DR Sadino selaku Pakar Hukum Kehutanan dan (4) Dr Agus Surono, SH MH selaku Akademisi. Dari diskusi tersebut diperoleh sebuah pemikiran bahwa seluruh potensi nasional, termasuk potensi kawasan hutan harus dikembangkan seoptimal mungkin demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia dimana berbagai persoalan yang kini menjadi hambatan dalam pengembangan potensi nasional perlu segera diselesaikan sehingga tercipta suatu kepastian hukum. Selain itu dalam diskusi tersebut disepakati pula bahwa Peraturan Daerah merupakan produk hukum yang sah dan mengikat, oleh karena itu seluruh pihak wajib mematuhi keputusan yang ditetapkan dan Kementerian Kehutanan sangat menghormati setiap izin yang dikeluarkan Pemerintah Daerah yang dilandasi dengan Peraturan Daerah. Untuk itu perlu adanya sinkronisasi dan harmonisasi terhadap UU No. 41/1999 tentang kehutanan dengan Peraturan Daerah dan UU Penataan Ruang dalam upaya memberikan kepastian hukum bagi pengguna kawasan hutan.
Terkait dengan hal tersebut, pemerintah telah membentuk satu tim di bawah koordinasi Menko Polkam, dalam upaya mencari solusi terbaik dalam menyelesaikan keterlanjuran pemanfaatan hutan dan pembahasan ini kini telah memasuki pembahasan di tingkat menteri. Kementerian Kehutanan akan berupaya seoptimal mungkin menyelesaikan persoalan ini agar pihak yang telah memanfaatkan kawasan hutan dan telah memiliki izin yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dapat memperoleh kebijakan yang adil. Namun untuk pihak yang memanfaatkan kawasan hutan tanpa dilengkapi izin baik dari pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah maka akan dikenakan proses berdasarkan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Diskusi Publik Penyelesaian Tata Ruang Wilayah yang dihadiri oleh pemerintah, politisi, pengusaha, LSM, jurnalis dan masyarakat yang peduli terhadap industri kelapa sawit
34th Board of Directors Meeting Asean Vegetable Oil Club (AVOC) Sabtu (12/03) lalu Purboyo Guritno selaku Ketua Luar Negeri dan Fadhil Hasan selaku Direktur Eksekutif GAPKI menghadiri 34th Board of Directors Meeting AVOC dilaksanakan di Santan 1, Lobby Garden Wing Edsa Shangri-La Hotel, Manila. Pada pertemuan tersebut disampaikan perkembangan minyak nabati dari negara Indonesia, Malaysia, Philiphine, Thailand dan Asian Pacific Community (APCC).
Purboyo Guritno bersama dengan M. Fadhil Hasan menghadiri 34th Board of Directors Meeting AVOC di Shangri-La Hotel, ManilaFiliphina.
2
BERITA PUSAT & CABANG Perayaan Semarak 100th Industri Kelapa Sawit Indonesia di Medan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.) merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang berasal dari Afrika Barat, pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1848 oleh pemerintah Hindia Belanda dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman ini mampu tumbuh subur dan dibudidayakan secara meluas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Aceh dan Jawa serta beberapa daerah Indonesia bagian timur lainnya dan merupakan salah satu berkah dari Tuhan YME karena hanya dapat hidup di daerah tropis sepanjang garis khatulistiwa yang memiliki curah hujan tinggi serta kondisi agroklimat yang mendukung. Pada awalnya kelapa sawit hanya di tanam sebatas sebagai tanaman hias saja, namun kemudian pada tahun 1911 kelapa sawit mulai dibudidayakan sebagai tanaman perkebunan penghasil minyak nabati di Sumatera Utara, Lampung (9.1%) dan Aceh (4.1%) (Daswir dan Panjaitan, 1981) dengan perintisnya Adrien Hallet. Kebun pertama dibuka di tanah Itam Ulu oleh maskapai Oliepalmencultur dan di Pulau Raja oleh maskapai Huilleries de Sumatera-RCMA, Sumatera Utara sehingga kemudian berkembanglah perkebunanperkebunan sawit lainnya di Indonesia dan pada era 1939 kehebatan sawit Sumatera Utara mulai terdengar hingga dunia internasional dan banyak pengusaha asal inggris tertarik untuk membudidayakan sawit. Dan pada tahun 1978 luasan berkembang menjadi 250.116 hektar dan hingga tahun 1997 laju pertambahan luasan areal kelapa sawit mencapai 150.000 hektar per tahun dan saat ini tercatat bahwa luas areal kelapa sawit hingga tahun 2010 adalah sebesar 7.9 juta hektar dengan perkiraan pertambahan luas areal 400.000 ha per tahun dan sangat berpotensi untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri maupun dunia di masa kini dan mendatang dimana tercatat sejak tahun 2006 Indonesia telah mampu menjadi negara produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Pada tahun 2011 ini industri kelapa sawit di Indonesia telah mencapai usia 100 tahun dan Semarak perayaannya diselenggarakan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 28-30 Maret yang lalu. Rangakaian acara terdiri dari acara konferensi, pameran, jalan pagi sehat serta golf tournament dan acara gala dinner, selain itu juga diadakan field trip kunjungan lapang ke salah satu pabrik tua yang berkinerja tinggi sekaligus melihat tindakan penting untuk mengantisipasi serangan Ganoderma,
Palm and Lauric Oils Conference & Exhibition POC 2011 Malaysia
7-9 Maret 2011 yang lalu, Bursa Malaysia Derivatives telah sukses menyelenggarakan kegiatan tahunannya Palm and Lauric Oils Conference & Exhibition POC 2011 Malaysia di Shangri-La Hotel Kuala Lumpur. Dan rencananya acara tersebut akan kembali diadakan tahun depan pada 5-7 maret 2012 di tempat yang sama.
Kementerian Pertanian Bersama dengan Para Stakeholder Minyak Sawit Indonesia Melakukan Kampanye Green Product ke Negara Uni Eropa ParisMadrid
Kementerian Pertanian bersama dengan para stakeholder minyak sawit Indonesia akan melaksanakan kegiatan kampanye Green Product ke negara Uni Eropa yaitu ke Paris, Prancis dan Madrid, Spanyol. Kegitan tesebut dimaksudkan untuk meluruskan persepsi masyarakat internasional yang menganggap industri kelapa sawit mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerusakan keanekaragaman hayati dan menyebabkan berkurangnya habitat orang utan serta satwa langka sebagai akibat dari perubahan iklim global sehingga mengakibatkan timbulnya hambatan perdagangan ke negara Uni Eropa dengan dikeluarkannya regulasi oleh pemerintah Uni Eropa Renewable Energy Directive (RED). Kegitan ini akan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan Seminar Promoting Sustainable Palm Oil, konferensi pers oleh Menteri Pertanian, Dialog Bilateral dengan pejabat tinggi atau Menteri terkait pada tanggal 23-30 April mendatang. Seminar akan dihadiri oleh para importir dan pengguna minyak sawit serta pejabat dari berbagai instansi pemerintah dari negara yang dikunjungi. Dalam hal ini M. Fadhil Hasan selaku Direktur Eksekutif GAPKI akan mewakili anggota delegasi sebagai salah satu Speaker dalam acara tersebut dan akan membahas mengenai supplydemand serta harga minyak kelapa sawit Indonesia di pasar dunia.
3
PENGELOLAAN INDUSTRI SAWIT
Penanganan Ganoderma Pada Kelapa Sawit
Perkembangan Ganoderma Jamur ganoderma sp merupakan penyakit nomor satu yang menimpa tanaman kelapa sawit. Kematian tanaman akibat penyakit ini bisa menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi industri kelapa sawit. Di dalam tanah Ganoderma tumbuh menjadi berukuran besar melalui perantaraan akar tanaman sawit. Semula satu tanaman terinfeksi di bagian perakarannya. Karena akar tanaman sawit yang sudah dewasa saling bertemu dan membentuk bantalan perakaran seluas perkebunan itu sendiri, maka Ganoderma yang semula berukuran 4 m x 4 m x 1 m dengan mudah tumbuh membesar pada bantalan perakaran sawit di bawah permukaan tanah. Apalagi bahan tanaman kelapa sawit yang dikembangkan di Indonesia diketahui peka terhadap serangan Ganoderma. Ketika pangkal batang terserang, cepat atau lambat tanaman akan mati. Pada pangkal batang yang terserang sering terbentuk tubuh Ganoderma umumnya berbentuk cakram dan bertekstur menyerupai kayu, bagian atas licin berwarna cokelat muda sampai cokelat gelap sedangkan bagian permukaan bawahnya kasar berwarna krem, tempat di mana jutaan spora diproduksi. Para pekebun sering salah persepsi bahwa ukuran Ganoderma hanya sebesar tubuh buah yang terbentuk, kurang lebih sebesar cawan, dibandingkan dengan ukuran sebenarnya, tubuh buah Ganoderma dapat diibaratkan rambut-rambut kecil monster raksasa. Demikian ketika tubuh buah dimatikan, Ganoderma yang ukurannya sebesar kapal selam tidak akan mati. Tunggul-tunggul tanaman yang terserang merupakan urat nadi. Ganoderma, karena merupakan tempat di mana Ganoderma bertahan hidup ketika tanaman sudah mati.
Teknik Big Hole Metode Big Hole (lubang tanam besar) dinilai Lebih efisien mengurangi tingkat infeksi dari ganoderma. Pola lubang tanam besar berukuran 3×3 0,8m dan lubang standar 0,6×0,6×0,6 m bagi TBM. Kemudian dikombinasikan dengan pemberian tandang buah kosong kelapa sawit 400kg/lubang/tahun plus jamur trichoderma sp sebanyak 400 kg/lubang/tahun. Teknik mengggunakan bahan kimia seperti fungisida kurang berhasil menahan serangan ganoderma. Lebih efektif memanfaatkan agen hayati seperti tricoderma. Trichoderma sp sendiri merupakan jamur yang dapat melawan dan bersifat antagonis terhadap jamur bersifat patogen seperti ganoderma. Cendawan inipun mampu membuat dan memperkuat sistem pertahanan tanaman untuk melawan serangan ganoderma, bisa dikatakan sebagai agen hayati mengendalikan penyakit pangkal busuk. Sementara bagi tanaman menghasilkan, pekebun harus membumbun pangkal batang. Melalui, proses sanitasi batang atau akar untuk mencegah penularan kepada pohon lain. Caranya batang dipotong-potong selanjutnya dibakar dan membongkar tunggul kemudian dibuat lubang 2x2x0,8m Teknik telah diujicobakan di perkebunan PTPN VII dengan hasil lebih baik dibandingkan teknik lain, karena dapat memperkecil peluang laju infeksi pada batang kelapa sawit. Awalnya teknik ini bertujuan mengembalikan kesuburan tanah akibat eksploitasi tanah di perkebunan yang telah mengalami replanting berkali-kali. Untuk mengembalikan unsur hara tanah, dibuatlah lubang besar dengan tandan buah kosong didalamnya. Ternyata mampu meredam sumber infeksi ganoderma sehingga berkurang Ganoderma menjadi masalah besar bagi perkebunan kelapa sawit di Indonesia karenamenimbulkan kerugian ekonomis yang cukup besar. Sebaiknya diperlukan komitmen bersama diantara pelaku sawit nasional untuk menuntaskan pekerjaan rumah ini. Caranyamelalui aktivitas penelitian guna menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi penyakit ganoderma yang muncul diperkebunan. Wikipedia
4
DATA & AGENDA Produksi dan Ekspor Minyak Nabati 2010 Minyak Produksi (Juta Luas Areal % Produksi Nabati Ton) (Juta Ha) Kelapa Sawit 46.7 32.3 12.8 Kedelai 37.8 26.2 102.4 Bunga Matahari 11.8 8.2 23.8 Rapeseed 23.3 16.1 31 Other 24.87 17.2 88.7 144.47 258.7
% Luas Areal 4.9 39.6
Produktivitas (ton/ha) 3.65 0.37
9.2 12.0 34.3
0.50 0.75
Tabel. 1. Produksi dan Produktivitas Minyak Nabati Dunia tahun 2010
Indonesia dan Malaysia merupakan negara produsen dan pengekspor minyak sawit terbesar di dunia dan sejak tahun 2006 Indonesia telah mampu menjadi negara produsen minyak sawit terbesar di dunia. Sedangkan negara pengimpor minyak sawit utama Indonesia adalah negara India, diikuti dengan EU-27, China, Pakistan dan Malaysia
.
Gambar 1. Trend Produksi, Produktivitas dan Luas Areal Sumber Minyak Nabati Dunia tahun 2010 Sumber : Oil World
Produksi dan produktivitas minyak sawit dunia memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan produksi dan produktivitas minyak nabati dunia lainnya dengan penggunan luas areal paling rendah dibandingkan minyak nabati lainnya. Nilai Produktivitas minyak sawit mencapai 3.65 ton/ha, mengalahkan produktivitas minyak kedelai (0.37 ton/ha), minyak bunga matahari (0.50 ton/ha) dan rapeseed (0.75 ton/ha) (Data terlampir pada tabel1. dan gambar 1.). Selain Produksi dan produktivitasnya yang tinggi, minyak sawit juga memiliki nilai ekspor yang tinggi dibandingkan minyak nabati lainnya. Ekspor Minyak sawit mencapai nilai 26,3 % sedangkan minyak kedelai (7.3 %), minyak bunga matahari (9.1 %), minyak rapeseed (17.0 %) dan sisanya adalah minyak nabati lainnya sebesar (40.4 %) (terlampir pada gambar 2.).
Gambar 2. Data Ekspor Minyak Nabati Dunia tahun 2010 Sumber : Oil World, 2010
Ekspor Minyak sawit Indonesia adalah sebesar 75% dan sisanya 25% untuk konsumsi. Ekspor CPO sekitar 60% sisanya sebesar 40 % diekspor dalam bentuk produk turunan.
5
DATA & AGENDA
GAPKI berpendapat, terjadinya penurunan kinerja ekspor CPO dan produk turunannya merupakan siklus tahunan yang memang terjadi setiap tahun dimana permintaan terhadap CPO pada awal tahun relatif rendah. Disamping itu, penerapan Bea Keluar (BK) progresif atas komoditas kelapa sawit yang memperlemah daya saing industri sawit nasional diduga turut memberikan sumbangan terhadap lemahnya kinerja ekspor industri kelapa sawit. Diperlukan kearifan pemerintah dalam menata kebijakan perdagangan ekspor minyak sawit. Selama periode perdagangan Februari 2011, terdapat indikasi kuat bahwa permintaan pasar internasional terhadap CPO terus bertumbuh. Harga CPO rata-rata berdasarkan CIF Rotterdam yang pada Januari 2011 mencapai US$ 1222/ton, naik menjadi US$ 1286/ton per Februari 2011 atau sekitar Rp. 11.130/kilogram (versi Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia/ICDX). Meskipun, terjadi fluktuasi harga sepanjang perdagangan hingga akhir Februari 2011. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis awal April 2011, nilai ekspor dari sektor non-migas pada Februari 2011 mencapai US$ 11,99 miliar. Berarti, nilai ekspor CPO dan turunannya memberi kontribusi lebih dari 10% terhadap pendapatan ekspor non-migas nasional.
AGENDA MENDATANG 7th INDONESIAN PALM OIL CONFERENCE
AND 2012 PRICE OUTLOOK SUSTAINABLE PALM OIL: DRIVER of CHANGE
1-2 DECEMBER 2011 Bali International Covention Center-Bali
Penanggung Jawab Pemimpin Redaksi Redaksi Pelaksana Nara Sumber
Penerbit Telp Email
: Ketua Umum
: Bid. Komunikasi & Publikasi GAPKI Pusat : Direktur Eksekutif
: Sekretaris Umum, Sekretaris, Para Ketua Bidang, Para Ketua Pengurus Cabang, Direktur Eksekutif : GAPKI Pusat : 021-57943871
:
[email protected]
6