BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu sarana yang mengarahkan siswa untuk menjalankan pola hidup aktif, sebagai mana kita ketahui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan selanjutnya disingkat “Penjasorkes” merupakan satu-satunya mata pelajaran yang mengajarkan tentang gerak kepada siswa. Karena satu-satunya mata pelajaran yang mengajarkan tentang gerak inilah maka penjasorkes dianggap penting keberadaannya di pembelajaran karena bisa dipastikan jika tidak ada penjasorkes kebutuhan siswa akan pembelajaran ini tidak tergantikan, dan sudah bisa dipastikan bahwa kebutuhan pembelajaran gerak siswa tidak terakomodir. Hal ini sesuai dengan UURI No. 20 Tahun 2003 pasal 37 tentang Sisdiknas yang menetapkan penjasorkes merupakan satu dari sepuluh mata pelajaran yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Penjasorkes merupakan suatu proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas fisik yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan ketrampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, emosional, dan pembentukan watak. Dalam mengajar penjasorkes, seorang guru harus dapat menyesuaikan materi ajar dengan situasi dan kondisi, juga dengan karakteristik siswa tentunya karena setiap siswa mempunyai kekhasan dalam bersikap. Dalam pembelajaran penjasorkes, banyak sekali berkembang berbagai model pembelajaran. Dengan adanya perkembangan tersebut tentunya memudahkan seorang guru untuk melakukan pembelajaran pada berbagai macam tujuan yang ingin dicapai. Namun, pada kenyataannya masih banyak guru penjasorkes yang masih kurang memahaminya. Padahal dengan menerapkan model pembelajaran tersebut akan sangat mendukung terbentuknya pembelajaran
yang
dapat
membuat
siswa
aktif,
kreatif,
efektif,
juga
menyenangkan, sehingga tujuan pembelajaran penjasorkes akan berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran akan tercapai. Tujuan penjasorkes yang hendak dicapai tertuang dalam kurikulum yang diatur oleh pemerintah. Pada jenjang SMP/MTs tujuan penjasorkes tertuang dalam Rizki Burstiando, 2015 PENGARUH SPORT EDUCATION MODEL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Permendikbud nomer 68 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum SMP-MTs yang diwujudkan dalam bentuk kompetensi inti (KI) dan diturunkan menjadi kompetensi dasar (KD). KI terdiri dari 4 aspek utama yaitu spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk mencapai KI tersebut maka harus mencapai KD yang merupakan turunan dari KI. Salah satu KD untuk penjasorkes siswa kelas VII yaitu memahami konsep ketrampilan gerak fundamental permainan bola besar dan juga mempraktikkan teknik dasar permainan bola besar dengan menekankan gerak dasar fundamental. Menurut Sukintaka (1992) pengelompokan berdasarkan pembedaan di lembaga pendidikan permainan yang menggunakan bola besar antara lain sepakbola, bolavoli, bolabasket, dan bola tangan. Bola besar sangat populer di kalangan pelajar terutama sepakbola, bolabasket, dan bolavoli. Umumnya pada daerah-daerah pedesaan dari ketiga cabang olahraga yang populer tersebut fasilitas cabang olahraga bolabasket masih kurang, biasanya lapangan basket hanya sebatas ada di sekolah-sekolah. Sehingga perlu dioptimalkan pembelajaran mengenai olahraga bolabasket di sekolah karena siswa hanya mendapatkan pengalaman tentang bolabasket di sekolah. Hal tersebut membuat siswa kurang familiar dengan permainan bola basket yang kemudian ketika dalam pembelajaran penjasorkes dengan materi bola basket siswa tidak termotivasi untuk belajar permainan bola basket ini. Siswa cenderung memilih permainan yang mereka kuasai dan sering mereka jumpai di lingkungannya seperti permainan sepakbola dan bolavoli. Hal tersebut terjadi ketika siswa pada kelas VII dimana siswa baru mulai mengenal permainan bola basket pada semester pertama, akan tetapi setelah semester selanjutnya meskipun pada semester sebelumnya telah diperkenalkan permainan bola basket dan mengetahui tentang permainan bola basket siswa masih saja didapati kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran permainan bola basket. Ketertarikan siswa terhadap pembelajaran berhubungan dengan motivasi siswa mengikuti pembelajaran. Dengan siswa tertarik mengindikasikan bahwa siswa tersebut memiliki motivasi dalam mengikuti pembelajaran. Untuk itu perlu dimanipulasi faktor yang mempengaruhi motivasi siswa untuk membuat siswa tertarik dalam mengikuti pembelajaran bolabasket. Menurut Morgan (1990) dalam Rizki Burstiando, 2015 PENGARUH SPORT EDUCATION MODEL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
Mubiar (2011) beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu: (1) tingkah laku dan karakteristik model; (2) harapan orang tua; (3) Lingkungan; (4) Penekanan kemandirian; (5) Praktik pengasuhan anak. Dari faktor di atas maka dapat dijelaskan bahwa lingkungan sekolah merupakan faktor yang dapat dirubah untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran permainan bolabasket karena bolabasket jarang dimainkan oleh masyarakat di desa-desa. Manipulasi lingkungan sekolah merupakan usaha untuk meningkatkan motivasi siswa agar pembelajaran bola basket menjadi menarik untuk dipelajari oleh siswa. Akan tetapi pelaksanaan pembelajaran di sekolah saat ini masih belum dapat meningkatkan motivasi siswa untuk pembelajaran permainan bola basket. Pembelajaran di sekolah masih cenderung menggunakan pembelajaran tradisional dengan menekankan pada penguasaan tehnik dasar, dan berorientasi pada ketrampilan tehnik bermain pada kecabangan olahraga. Hal ini sesuai dengan pendapat Perlman (2012, hlm. 340) yang menyatakan pembelajaran tradisional dalam konteks skill drill game mempunyai karakteristik seperti banyak menghabiskan waktu pada skill olahraga yang spesifik, banyak aspek administratif yang terpusat pada guru, pembelajaran dengan format skill-drill-game, pemilihan team secara random dan permainan dengan menggunakan format yang sesungguhnya. Selain itu Rink, Stolz dan Pill dalam Stolz dan Pill (2013, hlm 61) menyatakan that a problem with the traditional approach to teaching games and sport in PE is an overemphasis on the psychomotor domain to the detriment of the cognitive and affective domains of learning. Berdasarkan penjelasan di atas maka penting untuk meningkatkan motivasi siswa agar tertarik bermain bola basket, dengan semakin tingginya motivasi bermain tersebut nantinya akan mempermudah siswa untuk belajar ketrampilanketrampilan dalam bola basket. Menurut Stanley (1977) we learn when we need to learn, we learn best when we want to learn. Siswa akan belajar dengan baik apabila siswa telah benar-benar ingin untuk mempelajari hal tersebut dalam hal ini permainan bola basket. Tugas guru adalah membuat siswa aktif, menilai dengan teliti kesalahan yang dilakukan oleh siswa, dan membantu untuk menemukan jalan keluar bagi siswa tersebut untuk memecahkan masalahnya sendiri. Rizki Burstiando, 2015 PENGARUH SPORT EDUCATION MODEL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Model digunakan untuk dapat membantu memperjelas prosedur, hubungan, serta keadaan keseluruhan dari apa yang didesain. Menurut Joyce dan Weil (1980) ada beberapa kegunaan dari model, antara lain : 1. Memperjelas hubungan fungsional di antara berbagai komponen, unsur atau elemen sistem tertentu. 2. Prosedur yang akan ditempuh dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dapat didefinisikan secara tepat. 3. Dengan adanya model maka berbagai kegiatan yang yang dicakup dapat dikendalikan. 4. Model akan mempermudah para adminstrator untuk mengidentifikasikan komponen, elemen yang mengalami hambatan, jika kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tidak efektif dan tidak produktif. 5. Mengidentifikasikan secara tepat cara-cara untuk mengadakan perubahan jika terdapat ketidak sesuaian dari apa yang telah dirumuskan. 6. Dengan menggunakan model, guru dapat menyusun tugas-tugas belajar siswa menjadi suatu keseluruhan yang terpadu.
Salah satu model instruksi yang telah selaras dengan elemen kunci design kurikulum yang baik dan berpengaruh positif mengatasi siswa dengan kecenderungan kurang motivasi adalah sport education model (Hastie & Trost, 2002; Siedentop et al, 2004; Perlman, 2010) dalam Perlman
(2012). Sport
education model atau apabila dibahasa Indonesiakan berarti model pendidikan olahraga merupakan model yang mengarah pendekatan teknik dan bermain dengan peraturan yang sebenarnya. Model ini lebih mengarahkan siswa kepada arah prestasi yang diciptakan melalui suatu kompetisi antara siswa. Pencetus sport education model ini, Siedentop, secara ringkas memperuntukkan model ini untuk meningkatkan kecakapan, pemahaman, dan antusias sport persons (siswa) (Siedentop) dalam Metzler (2000). Berdasarkan berbagai uraian di atas dapat dijelaskan bahwa motivasi sangat penting untuk siswa. Dengan adanya sport education model dalam pembelajaran bola basket diharapkan motivasi siswa dapat meningkat untuk mengikuti dan aktif dalam pembelajaran bola basket. Rizki Burstiando, 2015 PENGARUH SPORT EDUCATION MODEL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
B. Identifikasi Masalah Dari paparan latar belakang diatas maka penulis dapat mengidentifikasikan masalah yang terdapat dalam pembelajaran permainan bola basket : 1. Siswa tidak termotivasi dalam pembelajaran permainan bola basket. 2. Karena kurangnya motivasi siswa pembelajaran bola basket jadi tidak mencapai tujuan yang diharapkan. 3. Model pembelajaran yang sebelumnya masih kurang memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran bola basket dengan baik. 4. Perlu adanya suatu model pembelajaran yang tepat, untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar permainan bola basket.
C. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka dirumuskan masalah diantaranya : 1. Apakah terdapat perbedaan skor pre-test dan post-test motivasi belajar siswa yang mendapat pembelajaran sport education model dalam permainan bola basket ? 2. Apakah terdapat perbedaan skor pre-test dan post-test motivasi belajar siswa yang mendapat pembelajaran tradisional dalam permainan bola basket ? 3. Apakah motivasi belajar siswa dalam permainan bola basket melalui sport education model lebih baik dari model pembelajaran tradisional ?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan skor pre-test dan post-test motivasi belajar siswa yang mendapat pembelajaran sport education model dalam permainan bola basket. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan skor pre-test dan post-test motivasi belajar siswa yang mendapat pembelajaran tradisional dalam permainan bola basket.
Rizki Burstiando, 2015 PENGARUH SPORT EDUCATION MODEL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
3. Untuk mengetahui apakah motivasi belajar siswa dalam permainan bola basket melalui sport education model lebih baik dari model pembelajaran tradisional.
E. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang banyak bagi berbagi pihak yang terlibat dalam PJOK itu sendiri, terdapat beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis diharapkan dengan adanya penelitian ini bermanfaat antara lain : a. Memberi sumbangan keilmuan yang terbarukan b. Menjadi gerbang pembuka untuk penelitian-penelitian yang akan datang. 2. Manfaat Kebijakan Secara kebijakan diharapkan dengan diketahuinya hasil penelitian ini bermanfaat antara lain : a. Penelitian ini memberikan informasi dan referensi baru kepada pihakpihak yang terkait dalam pembelajaran penjasorkes untuk menentukan kebijakan. b. Dapat dilihat sebagai salah satu pilihan untuk model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam penjasorkes, sebab sport education model merupakan kurikulum yang belum diterapkan pada pembelajaran PJOK di Indonesia. 3. Manfaat Praktis Dalam penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat praktis antara lain : a. Bagi peneliti untuk mengetahui efektivitas sport education model dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. b. Bagi guru dapat menjadi acuan pembelajaran penjasorkes di sekolah, khususnya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
Rizki Burstiando, 2015 PENGARUH SPORT EDUCATION MODEL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu