Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
1
d af t ar isi
Sebaris Kata dari Redaksi
Sebaris Kata dari Redaksi
2
Surat Gembala: Pray Without Ceasing
4
Suara Pembaca: Permintaan Majalah Gunsa
7
Fokus II: Relasi Perkembangan Iman dan Hidup Berbuah
12
Obrolan Si Encim dan Aku: Kesadaran
19
Konsultasi Bisnis: “Link and Match” Pendidikan Tinggi dengan Dunia Kerja
22
Konsultasi Hukum: KDRT
27
Konsultasi Keluarga Mengakhiri atau Melanjutkan Relasi
30
Liputan: Menanam dengan Metode Hidroponik
41
Q-tA dan Gunsa: Pembangunan GSP 3
43
Akhirnya kami mengucapkan selamat membaca dan Selamat Paskah. Kiranya melalui kebangkitan Kristus yang kita rayakan, kita semakin mengenal Dia, semakin serupa dengan Dia dan senantiasa berbuah..... Soli Deo Gloria.
Celah Buku: Teladan Bijak dari Wanita Yang Dibentuk Allah
48
Redaksi
Rubrik Kaum Muda: Sudahkah Berbuah?
51
T
ak terasa hari berganti hari dan kini kita telah merayakan Paskah kembali. Namun seberapa jauhkah kita mengenal Dia yang kebangkitan-Nya kita rayakan setiap tahun? Seberapa jauh pula pengenalan kita kepada-Nya menghasilkan buah-buah? Fokus Majalah Gunsa edisi kali ini yang ditulis oleh Pdt. Suta Prawira dan pasangan psikolog Hana-Davy membahas tentang bagaimana pengenalan kita kepada Yesus berhubungan dengan iman kita dan bukan hanya akan mengubah hidup kita tetapi juga memampukan kita untuk melakukan tugas pelayanan yang Ia berikan sebelum Ia naik ke surga. Si Encim mengingatkan akan pentingnya menjaga kebersihan dan ketenangan ruang ibadah agar kita dapat beribadah dengan khusuk dan nyaman. Di samping itu kita harus senantiasa berbuat kebaikan dan lebih peduli terhadap orang lain, terutama mereka yang cacat fisik. Rubrik konsultasi kesehatan membahas tentang tuli mendadak (sudden deafness) – apakah ini merupakan sebuah penyakit? Ada pula rubrik konsultasi bisnis tentang peluang bisnis dan usaha bagi para lulusan Teknologi Pangan. Konsultasi keluarga membahas tentang pisah harta di antara suami istri. Beberapa tulisan menarik yang perlu Anda baca juga di antaranya adalah tentang hubungan antara tujuan pendidikan anak dan kesuksesan – apakah anak bersekolah hanya semata-mata agar bisa meraih sukses untuk masa depannya? Simak pula tips-tips memanfaatkan lahan yang minim untuk bercocok tanam.
Diterbitkan oleh: Majelis Jemaat GKI Gunung Sahari Pengarah Redaksi: Pdt. Royandi Tanudjaya, Pnt. Budisantoso Kurniadi, Pnt. Budiyono Tirtajaya Muwarman, Pnt. Magdalena Lesmana, Rachmayanto Surjadi Pimpinan Redaksi: Rudy Umar Redaksi: Imanuella Sahertian, Raynard Tantra, Rudy Umar, Yulia Editor: Rudy Umar, Yulia Kontributor: Pdt. Imanuel Kristo, Pdt. Royandi Tanudjaya, Pdt. Suta Prawira, dr. Mira Winarta, M.S., Sp. Ok., Ir. Robert Robianto, Winanto Wiryomartani S.H., M.Hum., Bea Kurniawan, Jonathan S. Hanantha Tata Letak: Heru Setiawan Alamat Redaksi: Jl. Gunung Sahari IV/8, Jakarta 10610 E-mail:
[email protected] Redaksi menerima tulisan, gambar, dan foto yang disertai dengan data lengkap pengirim. Tulisan tersebut dapat dimuat, ditolak, atau ditunda pemuatannya berdasarkan wewenang redaksi. Electronic copy Majalah Gunsa dapat diakses melalui www.gkigunsa.or.id/media-komunikasi/majalahgunsa/
2
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
8
Fokus I: Aku Mengenal Untuk Berbuah
34
Kesehatan: Tuli Mendadak
37
Profil : Mengenal GKI Lasem
45
Inspirasi: Memenangkan Setiap Pertandingan
Parenting: Sudah Selaraskah Tujuan Orang Tua Menyekolahkah Anak dengan Tujuan Pendidikan? Foto-foto Kegiatan
54 60
KKS
66
s u ra t gembala
Makna dan Manfaat Doa Doa adalah bagian dari jiwa yang selalu rindu dekat pada Tuhan Bukan melulu terbingkai pada rangkaian kata yang indah dan apik Bahkan ketika kita tak tahu bagaimana harus berdoa, ada Sang Penolong yang memberi arah Doa adalah ungkapan kedekatan kita dengan Sang Pencipta Apapun boleh dibawa di dalam doa Keresahan, kegamangan, sukacita, ucapan syukur, kepahitan, dan penyerahan Di dalam doa tersimpan sebuah kekuatan yang besar Kekuatan untuk menanggung segala perkara Kekuatan untuk berhadap dengan pergumulan Doa bahkan mampu mengubahkan segala sesuatu
B
ERHENTI SEJENAK! Dalam menjalani aktivitas kehidupan ini terkadang kita perlu berhenti sejenak demi mendapatkan penyegaran kembali. Ketika kita bekerja, kita mendapatkan porsi beberapa waktu lamanya untuk mengambil cuti. Ketika kita aktif dalam pelayanan, biasanya perhentian itu dalam bentuk kegiatan ‘retreat’. Harapan dari semua perhentian itu agar masing-masing orang yang mengambil bagian di dalamnya dapat disegarkan, dipulihkan, dan akan kembali ke rutinitasnya dengan semangat yang baru. Namun bagaimana dengan kehidupan doa? Apakah perlu juga untuk berhenti sejenak saja?
4
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
Pertikaian menjadi perdamaian, penolakan menjadi penerimaan, keluhan menjadi kegirangan Doa adalah ketertundukan kepada kehendak Allah Ia pemegang otoritas tertinggi atas kehidupan seluruh ciptaan-Nya Sebuah doa tak berdiri sendiri Dibutuhkan pendamping ketika berdoa: tobat, kerendahan hati, berjaga-jaga, puasa, syukur Hingga dayanya dirasakan dan mengubah kehidupan orang banyak Doa tak kenal waktu dan ruang Ia tak berbatasan dengan ritual, malam atau siang, sedang berjalan atau mengendarai motor
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
5
Suara Pembaca Doa bukan alat untuk memaksa Allah melakukan kehendak kita Sebaliknya, dalam doa kita diajarkan untuk menyerahkan diri pada rencana dan rancangan-Nya Doa mengandung pengharapan besar dan membuka banyak peluang Yang membuat kita bertahan dalam badai dan gelombang hidup Dengan berdoa, sesungguhnya kita sedang peduli Turut serta memikirkan keberadaan seluruh ciptaan bahkan mereka yang membenci kita Dengan berdoa, karakter kristiani terasah dan terbentuk Menjadi makin serupa Yesus setiap harinya Berdoa membuat kita menjadi pribadi dewasa, bertumbuh dalam Kristus, Sang Empunya kehidupan! Jika melihat dan merasakan betapa hebatnya manfaat sebuah doa, mari kita kembali merenungkan pertanyaan di atas, apakah kehidupan doa seseorang perlu berhenti? Dalam banyak teks di Alkitab, kita dapat menemukan perintah yang gamblang bahwa berdoa harus terus dilakukan tanpa jemujemu (Luk.18:1), setiap waktu (Ef.6:18), dan dengan tekun (Kol.4:2). Ini berarti doa menjadi sesuatu yang penting untuk dihayati dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kitab Kisah Para Rasul disaksikan bahwa gereja mula-mula dilahirkan dalam suasana doa. Kehidupan doa yang tekun menjadi ciri dari jemaat yang pertama sehingga akhirnya
6
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
mereka mampu menginspirasi dan menjadi teladan konkrit bagi banyak gereja, bahkan sampai saat ini. GKI Gunung Sahari secara teratur mengadakan kegiatan pekan doa menjelang Pentakosta setiap tahunnya. Kegiatan ini bukan rutinitas tanpa makna, melainkan penuh makna. Setiap anggota gereja hendak diingatkan akan pentingnya berdoa, merespons kehidupan dengan berdoa, mencari dan menemukan kehendak Tuhan di dalam doa. (Pnt. Febe Oriana Hermanto)
SEEK THE LORD AND HIS STRENGTH SEEK HIS PRESENCE CONTINUALLY!
Redaksi Majalah Gunsa yang terkasih, Bisakah saya mendapatkan Majalah Gunsa sebanyak 5 eksemplar untuk tiap penerbitan? Saya ingin membagikan Majalah Gunsa ini kepada teman-teman saya di Panti Jompo. Mudah-mudahan mereka bisa mendapatkan berkat melalui Majalah Gunsa tersebut. Di manakah saya bisa mendapatkannya? Karena tiap keluarga hanya diijinkan untuk mengambil 1 eksemplar. Mohon informasinya. Terima kasih. Riandy, Bekasi 15520 Bapak Riandy yang dikasihi Kristus, Bapak bisa mendapatkan Majalah Gunsa sebanyak 5 eksemplar untuk dibagikan kepada teman-teman Bapak yang ada di Panti Jompo dengan cara menghubungi redaksi Majalah Gunsa untuk keperluan tersebut. Kami senang sekali jika Majalah Gunsa dapat menjadi berkat tidak hanya untuk jemaat di GKI Gunsa tetapi juga mereka yang ada di luar GKI Gunsa dan memang hal itu yang menjadi kerinduan kami. Terima kasih juga kepada Bapak yang telah menjadi alat-Nya dalam menyampaikan berkat tersebut. Kiranya Tuhan memberkati kehidupan Bapak selalu. Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
7
fok u s i
UNTUK BERBUAH
H
ampir semua kitab Injil menceritakan kerinduan Yesus untuk dikenali sebagaimana Ia ada. Namun ironis, orang-orang di sekitarnya justru menilai Yesus berdasarkan sudut pandang mereka masing-masing. Maka tidaklah heran, ketika Yesus berkarya dalam rupa manusia, pemahaman orang bermacam-macam: ada yang mengatakan Ia sebagai Yohanes Pembaptis; Elia; salah seorang dari para nabi; dan Mesias (Markus 8:28, dst).
8
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
Dan Injil menceritakan sebuah tragedi. Yesus senantiasa “digoda” untuk tidak menjadi diri-Nya, mereka (orang-orang Yahudi) mendambakan Yesus menjadi raja duniawi untuk penggenapan harapan mereka, yaitu membebaskan mereka dari penindasan bangsa Romawi. Ketika Yesus berpegang teguh untuk tetap menjadi diri-Nya dan taat sebagaimana dikehendaki Bapa-Nya untuk menempuh jalan salib, Yesus justru ditinggalkan murid-murid-Nya. Bahkan pada akhirnya Yesus disalibkan oleh orang-orang yang semula mengelu-elukan-Nya sebagai Mesias dan Raja bagi Israel (Markus 15:13,14). Pengenalan adalah sesuatu yang sangat penting. Tanpa pengenalan yang benar dari murid-murid terhadap guru mereka, Kristus, jangan kita berharap akan ada buah-buah yang baik dihasilkan oleh murid-murid Kristus. Tanpa pengenalan yang benar dari seorang anak Tuhan terhadap Bapanya jangan kita berharap ada karya agung lahir dari kehidupan anak-anak-Nya.
Kitab-kitab Injil membuktikan kepada kita perjumpaan secara fisik tidak menjamin bahwa kita akan mempunyai pengenalan yang benar terhadap seseorang. Murid-murid mengadakan banyak perjalanan bersama dengan Yesus; murid-murid menyaksikan langsung apa yang Yesus perbuat dan ajarkan kepada banyak orang dan kepada mereka juga. Bahkan muridmurid tinggal dan beristirahat bersamasama dengan Yesus. Murid-murid punya kesempatan bertanya jauh lebih banyak kepada Yesus. Tapi tidak ada satupun murid yang memahami apa yang menjadi panggilan Yesus yang paling utama dalam hidup dan karyaNya. Murid-murid baru memahami Yesus secara benar, setelah Roh Kudus dicurahkan atas mereka. Oleh karena itulah kita menemukan sikap hidup dan cara pandang yang baru di dalam diri murid-murid Yesus. Cara pandang dan sikap hidup yang baru itu tumbuh setelah harapan-harapan, keinginanMajalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
9
keinginan, cara berpikir dan cara bertindak yang lama dari murid-murid dipatahkan dan dihancurkan melalui kematian Yesus di kayu salib. Melalui hati yang patah dan hancur, Allah menata ulang hati murid-murid. Allah menopang, membentuk, dan mengarahkan murid-murid. Fase 50 hari setelah peristiwa kebangkitan Kristus menolong murid-murid untuk tidak berpikir dengan cara berpikir yang fana tapi memakai cara berpikir yang kekal, cara berpikir yang berpusat dan bersumber pada Allah yang Empunya seluruh kehidupan. Peristiwa Yesus memperkenalkan diri-Nya sesudah kebangkitan-Nya adalah sebuah misteri, sebab Yesus memperkenalkan diri dan dikenali oleh murid-murid-Nya tidak melalui tubuh
10
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
dan rupa yang lama, tetapi melalui tanda-tanda dan sapaan-sapaan yang begitu akrab bagi murid-murid-Nya. Maria mengenali sosok yang ada di hadapannya sebagai Yesus, ketika Yesus menyapa namanya sebagaimana dulu Yesus menyapanya: Maria! Dua orang murid yang pulang menuju Emaus baru mengenali bahwa yang bercakap-cakap dengan mereka adalah Yesus, setelah Yesus mengucap syukur dan memecah-mecah roti, sesuatu yang sering Yesus lakukan dan sesuatu yang Yesus titahkan kepada muridmurid-Nya. Petrus dan murid-murid yang lain yang sedang menjala ikan baru menyadari bahwa yang memberi perintah menebar jala adalah Yesus setelah jala mereka menangkap begitu banyak ikan, sebagai buah dari ketaatan terhadap perintah-Nya.
Pengenalan murid-murid akan Yesus yang bangkit bukan saja mengubah mentalitas murid-murid tapi juga membaharui cara pandang mereka. Murid yang putus asa diubahkan menjadi murid yang berpengharapan; murid yang penakut diubahkan menjadi murid yang pemberani; murid yang hanya mengandalkan kekuatan sendiri diubahkan menjadi murid yang senantiasa mengandalkan kekuatan Tuhan. Pengenalan mereka akan Yesus bahkan memampukan mereka melakukan perkara-perkara yang besar yang melampaui kemampuan dan kekuatan mereka dan memampukan mereka untuk melakukan apa yang Yesus ajarkan kepada mereka. Buah dari pengenalan mereka akan Yesus yang bangkit nampak dari munculnya komunitas baru yang berpusat pada Kristus yang disalibkan
dan menang atas penderitaan dan kematian. Komunitas yang mempraktekkan apa yang Yesus ajarkan, dan komunitas yang melanjutkan tugas dan panggilan dari Yesus Kristus, Sang Guru yang Agung, Kepala Gereja, dan Batu Karang yang Teguh. Dari dalam komunitas ini mengalir buah-buah pengenalan akan Kristus: ketangguhan dalam menghadapi aniaya dan penderitaan, hikmat dalam mengajar dan memberi nasihat, kuasa dalam menyembuhkan dan mengusir roh-roh jahat serta kuasa-kuasa lain yang Tuhan percayakan kepada muridmurid-Nya. Kuasa pengampunan dan hidup di dalam kasih dapat kita saksikan pula melalui karya Petrus bersama murid-murid yang lain sebagaimana dikisahkan oleh Lukas dalam kitab Kisah Para Rasul. (Pdt. Suta Prawira)
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
11
fok u s ii nihilisme atau perasaan kosong dan tidak bermakna. Kegagalan seseorang untuk memenuhi tahapan imannya, dapat menyebabkan ia akan merasa kosong atau tidak bermakna, sehingga ia akan mengalami masalah dalam relasi dengan lingkungannya.
TAHAP
MULAI DI USIA
PERKEMBANGAN KEYAKINAN/IMAN
CIRI-CIRI BILA TAHAPAN IMAN TERPENUHI
CIRI-CIRI BILA GAGAL MEMENUHI TAHAPAN IMAN
TAHAP 0:
Bayi
Memahami tentang HARAPAN, KASIH, KEPERCAYAAN melalui orang yang mengasuhnya
Memiliki HARAPAN, KASIH SAYANG, DAPAT DIPERCAYA dan MENARUH KEPERCAYAAN.
Merasa diabaikan, tidak merasa aman, sehingga tumbuh menjadi pribadi yang tak acuh, sulit mempercayai orang lain, sulit berelasi secara hangat
Memahami tentang TUHAN dan SIKAP YANG SESUAI KEHENDAK TUHAN dengan meniru sikap, tingkah laku, ritual orang tua dalam menjalankan agama
Memahami dan MENERAPKAN SIKAP, tingkah laku, ritual yang SESUAI KEHENDAK TUHAN dengan SUKACITA, tanpa merasa terpaksa atau terancam
PRESTAGEUNDIFFERENTIATED FAITH
M
erenungkan perjalanan iman kita sejak kanak-kanak sampai dengan saat ini, seringkali kita merasa perjalanan yang turun naik. James Fowler, seorang profesor di bidang psikologi perkembangan dan religi menulis sebuah buku yang merupakan hasil dari penelitiannya. Buku tersebut berjudul ‘Stages of Faith’, isinya mengenai tahapan perkembangan spiritual atau iman seseorang.
12
Majalah Majalah Gunsa Gunsa edisiedisi 90/XXXII/2015 90/XXXII/2015
Menurut Fowler cara setiap orang dalam meyakini sesuatu bisa berbedabeda dan ini tidak semata-mata tergantung pada usia biologisnya. Perkembangan iman adalah perjalanan seseorang dalam mencari makna hidup. Keyakinan atau iman adalah motivasi terbesar dalam pencarian makna hidup. Keyakinan/iman juga berperan penting dalam pembentukkan karakter atau kepribadian seseorang. Lawan dari keyakinan, menurut Fowler bukanlah keraguan, melainkan
Berikut ini adalah penjelasan mengenai 6 tahapan perkembangan keyakinan/ iman. Mari kita pelajari dan melakukan instrospeksi, ada di tahap manakah perkembangan iman kita?
TAHAP 1: INTUITIVEPROJECTIVE FAITH
2 tahun s/d pra sekolah
Dapat membina hubungan yang akrab
Tidak memiliki pemahaman/ konsep tentang spiritual, dan bagaimana menjalankan ajaran agama
Majalah Majalah Gunsa Gunsa edisi edisi 90/XXXII/2015 90/XXXII/2015
13 13
TAHAP 2: MYSTHICALLITERAL FAITH
TAHAP 3: SYNTHETIC-CONVENTIONAL FAITH
TAHAP 4: INDIVIDUATIVE-REFLECTIVE FAITH
14
Usia sekolah
Usia pubertas dan remaja
Pemuda dan Dewasa muda
Memahami konsep tentang Tuhan, MORAL dan agama melalui LITERATUR dan diSIMBOLkan melalui ceritacerita, gambar, contoh penerapan tindakan. Memahami konsep SEBAB AKIBAT DARI PERBUATAN Menemukan dan MEMPERTANYAKAN PERBEDAAN-perbedaan keyakinan dengan kelompok lain sebagai proses MEMBENTUK IDENTITAS DIRI. Namun pertimbangannya lebih banyak dipengaruhi oleh kelompok MENENTUKAN PRINSIP KEYAKINAN keyakinan yang akan dijadikan pegangan, tanpa terpengaruh oleh lingkungan.
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
MEMILIKI PEGANGAN TENTANG AJARAN TUHAN, perbuatan yang baik dan benar, dan literatur tentang ajaran agama sebagai pegangan dalam bersikap dan bertindak.
Egosentris, individualis. Kurang memiliki kepedulian pada orang lain ataupun aturan yang berlaku.
TAHAP 5: CONJUCTIVE FAITH
Dewasa
Mulai menyadari bahwa adanya keterbatasan dengan logika dan konsep-konsep yang selama ini dipegang.
PEDULI pada sesama. MENEMUKAN KEYAKINAN melalui keteladanan dalam pribadi Yesus sebagai proses membentuk identitas diri.
Kehilangan pegangan keyakinan dan ikut arus
Menemukan EKSISTENSI DIRI dengan memberi kontribusi dalam kegiatan kelompok BERTANGGUNG JAWAB atas sikap, keyakinan dan keputusan yang diambil walaupun berada di lingkungan yang berbeda keyakinan
Mengalami kebingungan, tidak berani bersikap dan meninggalkan keyakinannya
Memiliki pemahaman yang LEBIH LUAS dan MENDALAM tentang KEBENARAN.
TAHAP 6: UNIVERSALIZING FAITH
Dewasa
Memiliki KONSEP YANG UNIVERSAL tentang spiritual, kasih, kebenaran, dan keadilan.
TERBUKA untuk BERDIALOG, berdiskusi dan dapat memahami sudut pandang yang berbeda tentang keyakinan. MEMAHAMI PERBEDAAN nilai-nilai yang dianut orang lain tanpa harus melepaskan keyakinannya. Siap berkontribusi bagi masyarakat Mempunyai KEYAKINAN dan PRINSIP HIDUP POSITIF yang diakui oleh kalangan yang berbeda keyakinan. Siap MELAYANI dan berkorban untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas dibanding kepentingan sendiri.
Merasa tidak aman dengan kelompok yang berbeda pandangan. Keras dan kaku dalam mempertahankan prinsip, sulit menerima pendapat yang berbeda
Menolak berkontribusi di luar kalangan agamanya sendiri. Menolak mengorbankan kepentingan diri bagi kepentingan masyarakat yang lebih luas
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
15
Meskipun pada tabel di atas ada keterangan tahapan usia, yang menunjukkan idealnya tahapan perkembangan tersebut dikuasai di usia tertentu, namun adakalanya mereka yang sudah berusia lebih lanjut terhenti perkembangan imannya di satu tahapan tertentu, karena gagal beradaptasi di tahapan tersebut, dan ciri-ciri kegagalannya itu dibawanya terus sampai saat usia tua. Kita perlu memahami bahwa cara setiap orang dalam berpikir, melihat, mendengar, dan memahami sesuatu bisa saja berbeda dengan cara
kita. Begitu juga dalam keyakinan dan iman. Dengan memahami hal ini maka diharapkan kita dapat lebih memahami, menghargai, dan menghindari berargumen dengan orang yang memang berbeda tahapan keyakinannya dengan kita. Karena tentu saja yang namanya mengimani sesuatu merupakan proses yang harus dijalani dan diyakini oleh orang yang bersangkutan, tidak bisa dipaksakan apalagi diintimidasi. Dan diharapkan kita dapat meningkatkan perkembangan iman kita ke tahap yang lebih tinggi.
TAHAPAN TAHAP 2
Dapat menjadi pribadi yang tidak self-center, atau individualis/ egois. Memiliki kepedulian dan mengasihi sesama.
Meningkatkan kepedulian dan bantuan pada sesama dalam tindakan nyata
TAHAP 3
Dapat memilih dan meneladani figur Yesus yang positif dan memberi kontribusi positif bagi kelompok komunitas
Aktif dalam komunitas di gereja atau lingkungan sosial/sosial media untuk membangun iman dalam kebersamaan, menjadi contoh teladan dan inspirasi bagi rekan seiman.
TAHAP 4
Memegang keyakinan dengan teguh tanpa terombang-ambing oleh lingkungan. Memiliki integritas atau keselarasan antara prinsip yang dipegang dengan penerapannya.
Bertanggung jawab penuh atas keputusan, sikap dan tindakan yang diambil dengan berdasarkan ajaran Kristen sekalipun berada di lingkungan yang berbeda prinsip keyakinan.
Terbuka dalam menerima pendapat, informasi, prinsip ataupun keyakinan yang berbeda dari orang lain. Dapat mengambil manfaat melalui dialog untuk meningkatkan keyakinan dirinya. Melihat prinsip kebenaran secara lebih luas.
Terbuka dalam diskusi dan dialog dengan orang lain yang berbeda sudut pandangnya dengan kita. Dapat mengambil hikmah dari hasil diskusi untuk meningkatkan perkembangan iman kita. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan sosial, dan masyarakat yang beragam keyakinannya.
BAGAIMANA CARA MENGEMBANGKAN TAHAPAN IMAN KITA?
TAHAPAN TAHAP 0
TAHAP 1
16
CARA MENGEMBANGKANNYA Memiliki harapan, kasih sayang, dapat menaruh kepercayaan dan dipercaya, serta dapat membina relasi yang positif dengan orang lain
Belajar berpikir positif, hindari sikap prasangka berlebihan, meningkatkan keterbukaan.
Dapat memahami, menjalankan dan menerapkan ajaran Kristen dengan sukacita, tanpa merasa terpaksa, dihantui rasa takut ataupun terancam.
Mempelajari dan memperdalam literatur-literatur ajaran Yesus, baik melalui Alkitab, kisah kesaksian pengikut Yesus maupun literatur lainnya melalui berbagai media dan kegiatan.
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
CARA MENGEMBANGKANNYA
TAHAP 5
Siap menerima resiko atas perbedaan prinsip yang diterapkan lingkungan (kuliah, kerja).
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
17
Obrolan Si Encim dan Aku
TAHAPAN TAHAP 0
CARA MENGEMBANGKANNYA Melayani lingkungan sosial dan masyarakat yang beragam dengan mengesampingkan kepentingan diri sendiri. Siap mengorbankan kepentingan diri sendiri bagi komunitas ataupun kepentingan masyarakat yang lebih luas, meskipun tantangannya tidak mudah.
Ikut berpartisipasi membantu dan melayani sesama tanpa mempedulikan suku, ras, dan agama. Memberikan keteladanan dalam sikap positif dan prinsip hidup yang positif.
P
Semoga kita dapat terus mengembangkan iman kita dari hari ke hari dan berbuah banyak! Davy & Hanna, Psikolog
Dikembangkan berdasarkan sumber: Stages of Faith: The Psychology of Human Development and the Quest for Meaning. James Fowler, 1996.
agi itu, kulihat Si Encim dengan muka serius memegang sebuah kresek hitam sambil menengok ke kiri ke kanan seolah-olah mencari sesuatu. A : “Selamat pagi, ‘Ncim. Pagi-pagi sudah repot amat. Cari apa sih?” SE : “Cari sampah, nih. Lihat ada plastik bekas bungkus roti, bungkus permen... Sebal lihatnya.” Benar juga, di kreseknya aku lihat ada plastik bungkus roti, bungkus permen dan kertas kecil-kecil entah bekas apa, mungkin bekas main anak-anak. SE (dengan wajah cemberut) : “Heran Encim dah, kan sudah berkali-kali dikasih tahu tidak boleh makan dan minum di ruang ibadah, tapi masih aja
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
ada yang bandel... Bawa anak dikasih permen biar anteng. Kok tidak mau menghormati ruang ibadah sendiri ya, kan ini rumah Tuhan. Kita datang untuk bertemu dengan Tuhan.” A : “Encim betul. Anak kecil mestinya ikut Kebaktian Anak Sekolah Minggu. Susah juga ya mengatur orang banyak... Ya sudah, jangan cemberut lagi, tuh majelisnya sudah mulai baca warta lisan.” SE (sambil berbisik) : “Tetapi orang-orang masih saja ngobrol seenaknya ya, Cu?” Kulihat SE duduk tenang, terpikir olehku, “Kapan ya, kita bisa disiplin menjaga kebersihan dan ketenangan ruang ibadah? Warta lisan sering tidak mampu menghentikan obrolan Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
19
beberapa anggota jemaat (tampaknya orangnya itu-itu juga). “
kesanggupan dan keikhlasan anak. Kasih orangtua terhadap anak tidak ada batasnya...’ Benar juga kata pendeta itu ya, ‘Ncim, dan sebaiknya kita ingat.”
Selesai kebaktian seperti biasa kami jajan sambil ngobrol. SE : “Cu, tadi pendetanya dari luar ya? Biar perempuan tetapi suaranya keras dan tegas, jadi orang-orang tidak ngantuk. Kalau terlalu pelan, banyak yang pules; enak kali ya, ruangan dingin karena ada AC?” A : “Iya. Tapi kalau tidur kan tidak dengar firman, ngapain ke gereja? Tidur saja di rumah. ‘Ncim, perhatiin tidak, sekarang yang pakai kursi roda tambah banyak? SE : “Iya. Encim perhatiin dan juga kagum tuh, banyak suami-suami yang dengan setia mendorong kursi roda istrinya.” A : “Haruslah ‘Ncim. Kan ingat janji pernikahan waktu diberkati dulu bahwa akan tetap setia dan mengasihi waktu sehat atau sakit.” SE : “Tapi kenapa sering para pendeta yang harus cepatcepat mencarikan tempat
20
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
SE : “Moga-moga kalau nanti Encim dipanggil pulang, jangan
dan mengangkat kursi... Lha, majelisnya ngapain ya, Cu? Yang repot tiap minggu ya cuma dua orang majelis saja, bukannya yang muda-muda banyak?” A : “Tidak tahulah ‘Ncim, mungkin merasa bukan tugasnya... ‘Ncim beberapa waktu yang lalu saya dengerin ceramah untuk lansia. Kata pendetanya gini ‘Ncim, ‘Kalau sudah lansia, hidup kita makin pendek karena itu kalau masih bisa memberi, berilah; kalau masih bisa berbagi, berbagilah. Pada kenyataannya hidup ini singkat, karena itu hiduplah dengan penuh rasa syukur, merasa cukup dan puas dengan apa yang kita punya, bisa membawa diri di tengah keluarga anak. Harus kita sadari bahwa rumah kita adalah rumah anak bukan rumah kita, uang kita dipakai anak, kita rela dan ikhlas tetapi kalau kita pakai uang anak, tidak leluasa, harus sesuai dengan
merepotkan anak dan kalau masih diberi umur panjang, mohon kesehatan dari Tuhan... A : “Ncim, saya baru pinjam buku saya bacakan ya kata-kata dari Kahlil Gilbran*....
Jangan tertipu dengan usia muda... Karena syarat untuk mati tidaklah harus tua. Jangan terperdaya dengan badan sehat Karena syarat untuk mati tidak pula harus sakit... Jika hari berlalu tapi tiada kebaikan dan kebajikan yang kita lakukan... maka akan keringlah batin kita...
Alangkah benar kata-kata di atas dan air mata pun menetes, teringat musibah pesawat terbang Air Asia QZ 8501. *Kahlil Gibran seorang penyair besar dari Arab terbesar dilahirkan di Lebanon.
21
Majalah Gunsa edisi 89/XXXI/2014
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
21
kons u ltasi B I S N I S
‘Link and Match’ Pendidikan Tinggi dengan Dunia Kerja Bpk. Robert Robianto, yang terkasih,
Jawab:
Saya ingin bertanya tentang kelanjutan pendidikan anak saya dan masa depannya. Anak saya yang pertama akan mengakhiri pendidikan SLTA di tahun 2014/2015 dan akan melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi. Dia ingin memilih jurusan yang agak unik yaitu Teknologi Pangan (Food Technology). Saya, selaku orangtuanya kurang memahami ruang lingkup bidang tersebut. Menurut Bpk. Robert bagaimana peluang dan masa depan bidang tersebut (dalam hal pekerjaan dan kebutuhannya di masyarakat)? Anak saya mengamati di internet ternyata jurusan tersebut hanya ada di PTN (Perguruan Tinggi Negeri – IPB) dan sedikit PTS (Perguruan Tinggi Swasta). Mengapa demikian? Apakah jurusan tersebut kurang diminati untuk pekerjaan dan bisnis? Terima kasih atas jawabannya.
Sdr. Hendrawan yang dikasihi Kristus,
Hendrawan, Spoor, Kemayoran Jakarta 10610
22
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
Terima kasih untuk pertanyaan yang sudah disampaikan melalui redaksi. Perkenankan saya, memberi judul: “Pendidikan Tinggi di Indonesia, Sudahkah Ada ‘Link and Match’ dengan Kebutuhan di Tempat Kerja (industry)?”
mampu menyiapkan seseorang langsung siap menjadi pendeta, itupun sebagai pendeta yang belum berpengalaman. Sedangkan untuk profesi atau pekerjaan lain sangat jarang para lulusan S1 dapat langsung siap kerja sesuai bidangnya. Umumnya, mereka harus melewati masa persiapan, pelatihan (training), Program Pengembangan Manajemen (Management Development Program), dan trainee. Karena di samping pengenalan keahlian spesifik di tempat kerja, juga perlu diperkenalkan budaya perusahaan, peraturan ketenagaan kerjaan yang berlaku, juga pengenalan tentang bisnis, market, dan tentang perusahaan itu sendiri.
2. Fakta lainnya adalah bahwa banyak S1 dengan latar belakang pendidikan tertentu, akhirnya malah bekerja di bidang yang tidak sama dengan latar belakang jurusan pendidikannya. Di samping itu, seandainya seorang S1 bisa bekerja di bidang yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya, itupun tidak akan lama, paling lama 5–10 tahun, karena mereka yang memiliki prestasi kerja yang baik, umumnya dipromosikan menjadi kepala seksi, supervisor, manajer, general manager, bahkan direktur di perusahaan itu. Hanya sedikit, mereka yang terus-terusan di posisi sebagai profesional ahli di bidang tertentu, dan akhirnya
Selepas SMA, sebaiknya ambil jurusan apa? Sehingga, kelak kalau sudah lulus dapat mudah cari kerja dan gajinya besar pula. Pertanyaan seperti ini selalu muncul, terutama dari para orangtua yang memiliki anak remaja yang akan lulus SMA. Minimal ada dua fakta/kenyataan yang hendak saya sampaikan menanggapi pertanyaan tadi: 1. Pada kenyataannya lulusan Pendidikan Tinggi di Indonesia memang jarang yang langsung siap kerja. Mungkin hanya sekolah calon pendeta seperti Sekolah Tinggi Teologia (STT) yang dengan beberapa polesan Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
23 23
menjadi peneliti atau di bagian pengembangan. Berdasarkan dua fakta di atas, (khususnya kondisi di Indonesia), kita perlu mempertanyakan apakah masih perlu kita ngotot untuk memilih sebuah bidang tertentu, kalau pada akhirnya kita akan berada di posisi managerial jauh lebih lama (misalkan lebih dari 20 tahun) dibandingkan sebagai seorang ahli yang bekerja sesuai latar belakang pendidikannya? Saya selalu ingat canda teman-teman kuliah saya sesama alumni Teknik Sipil, bahwa sudah pelajarannya susah, lulusnya susah, ketika lulus kerjanya berat, di lapangan kepanasan, gajinya kecil pula. Sementara teman SMP-SMA kami, yang dulu sering nyontek ke kita, sekolah S1 juga di jurusan yang relatif lebih mudah, malah kerja di ruang berA/C, dan tahu-tahu jadi atasan kami, yang tentunya gajinya lebih besar dari kami.
24
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
Menurut pendapat saya, kalau mau pilih jurusan kuliah: pilihlah jurusan/fakultas, dimana kita akan suka (passion), selalu ingin tahu dan mempelajari ilmu-ilmu di bidang itu, singkatnya: kuliah di jurusan yang akan membuat kita suka. Sehingga, kuliah tidak menjadi beban, masa kuliah selain untuk menuntut ilmu dan mengembangkan kemampuan nonakademik, bisa dijadikan sebagai masa untuk menjalin jejaring (networking), mencari teman, mengenal alumni sesama almamater yang sudah sukses. Sehingga, dengan modal semasa kuliah itu, akan memudahkan ketika meniti karier. Tentu saja saya tidak menafikan bahwa kuliah S1 sesuai dengan jurusan yang kelak dibutuhkan pasar tenaga kerja juga masih memungkinkan, karena pasti ada beberapa jurusan dan keahlian yang kelak dibutuhkan dunia usaha. Pada saat ini, misalkan dunia usaha sedang membutuhkan orangorang yang bisa menjadi Pimpinan
Proyek pembangunan berbagai sarana fisik, dimana yang dibutuhkan background terbaik adalah Teknik Sipil. Sekarang, jurusan apa yang menjanjikan dalam lima tahun yang akan datang? Secara makro ekonomi, Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Dengan demikian, maka jumlah middle class income (yang mempunyai kemampuan daya beli lumayan) akan semakin banyak jumlahnya, penduduk Indonesia yang sekitar 250 juta orang, yang adalah terbesar nomor 4 di dunia, merupakan pasar yang besar. Sehingga, semua produk, semua pelayanan, semua hal yang berkait dengan kebutuhan penduduk itu, merupakan pasar yang akan membutuhkan keahlian di bidangnya masing-masing. Tentu saja makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, sarana transportasi,
sarana komunikasi, sarana hiburan merupakan bidang-bidang yang terkait langsung dengan bertumbuhnya jumlah penduduk dengan middle class income (penduduk dengan pendapatan menengah, sekitar Rp. 50 juta per kapita per tahun). Kembali ke pertanyaan Pak Hendrawan soal jurusan Teknologi Pangan mengapa belum terlalu populer, karena memang sampai saat ini belum banyak perusahaan yang melakukan research (penelitian) tentang makanan. Produsen-produsen makanan pada saat ini, pada umumnya masih ‘meniru’ produk-produk sejenis yang sudah beredar, tidak seperti negara-negara maju dimana setiap pabrikan pembuat makanan melakukan banyak sekali research tentang makanan, sehingga ahli makanan, seperti lulusan dari Teknologi Pangan sangat dibutuhkan. Namun, kita juga melihat semakin
Masa kuliah selain untuk menuntut ilmu dan mengembangkan kemampuan non-akademik, bisa dijadikan sebagai masa untuk menjalin jejaring (networking),
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
25
Konsultasi HUKUM banyaknya produsen makanan (merek luar negeri) yang kelak bisa memproduksi di Indonesia, maka pada saat itu akan sangat dibutuhkan ahli-ahli pangan terdidik di Indonesia sebagai partner lokal.
Demikianlah sedikit pemikiran saya soal jurusan yang baik di tingkat universitas, semoga setiap kita bisa menikmati masa-masa kuliah dengan baik. Salam, Robert Robianto (awal Maret 2015).
Catatan Redaksi: Teknologi Pangan adalah ilmu yang mempelajari bahan makanan setelah panen (pasca panen) yang meliputi sifat-sifat bahan makanan (fisik, kimia dan mikrobiologi), serta pengolahannya dengan menggunakan teknologi dengan tujuan untuk menambah nilai pada bahan makanan dan memperpanjang umur simpannya. Dalam teknologi pengolahannya dipelajari pula caracara pengawetan dan pengemasannya. Disiplin ilmu yang paling banyak digunakan adalah kimia dan biologi. Jurusan Teknologi Pangan bukanlah sebuah jurusan yang baru di Indonesia. Jurusan ini telah ada di Universitas Gadjah Mada (UGM) sejak tahun 1963 dan di Institut Pertanian Bogor (IPB) sejak tahun 1968. Universitas negeri lainnya yang memiliki jurusan Teknologi Pangan adalah Universitas Brawijaya (Malang), Universitas Padjajaran (Bandung), Universitas Sumatera Utara, Universitas Sriwijaya (Palembang), Universitas Diponegoro (Semarang), Universitas Negri Jember. Jurusan ini juga sudah mulai dibuka oleh banyak Perguruan Tinggi Swasta seperti Universitas Pelita Harapan, Universitas Pasundan, Universitas Surya, Universitas Atmajaya, Universitas Esa Unggul, Universitas Bina Nusantara dan Institut Teknologi Indonesia. Saat ini Teknologi Pangan sudah banyak diminati dan mempunyai peluang yang cukup baik dalam hal pekerjaan maupun kebutuhannya di masyarakat mengingat pangan adalah kebutuhan pokok manusia dan saat ini di Indonesia industri makanan dan minuman berkembang cukup pesat. Lulusan Teknologi Pangan dapat bekerja di industri makanan dan minuman di bagian Produksi, Production Planning dan Inventory Control (PPIC), Research and Development (R&D), Quality Assurance (QA), dan Quality Control (QC). Beberapa industri Horeka (Hotel, Restoran dan Catering) juga sudah membutuhkan lulusan jurusan ini. Lulusan Teknologi Pangan bisa juga kerja sebagai pegawai negeri, seperti kerja di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Bulog, dan Kementrian atau berwiraswasta di bidang pangan seperti membuka catering ataupun industri rumah tangga (home industry).
26
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
S
T R KD
ebelum tinggal dan menetap di Jakarta, saya dan istri adalah sama-sama perantau yang berasal dari pulau seberang. Sewaktu masih di tempat asal, kami sama-sama memperoleh pola didikan yang amat ketat dan keras dari kedua orangtua kami. Kelalaian saya menjalankan apa yang diperintahkan ayah biasanya menghasilkan ganjaran berupa pukulan rotan di bagian kaki saya. Jika kesalahan cukup fatal tidak jarang saya mendapat hajaran yang lebih keras. Bahkan sejak usia 12 tahun saya sudah harus membantu ayah bekerja di tambang timah milik paman.
Namun di balik kekerasannya, ayah selalu menjelaskan mengapa ia terkadang “harus” dan “terpaksa” bersikap demikian keras kepada anakanaknya. Dan akhirnya ketika beranjak dewasa saya semakin sadar bahwa pola didik ayah yang begitu keras semata-mata adalah demi kebaikan saya (dan anak-anaknya). Bisa dikata, tanpa didikan ayah tersebut mungkin saat ini saya belum tentu bisa bertahan di balik kerasnya kehidupan di ibukota. Saat ini saya memiliki dua orang putra, keduanya berusia 10 tahun dan 12 tahun. Perilaku mereka cukup nakal. Maklum, mungkin memang Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
27
demikian umumnya anak laki-laki. Sulit dinasehati dengan kata-kata. Yang terkadang membuat saya habis kesabaran adalah mereka sering memperlakukan pengasuh (suster dan pembantu) mereka dengan tidak sepatutnya. Tidak jarang merekapun saya beri ganjaran berupa pukulan di kaki. Serupa dengan yang pernah saya alami. Yang membuat saya heran adalah ketika belum lama ini saya mendapatkan dari beberapa surat kabar dan situs berita online diberitakan bahwa ada anak yang melaporkan orangtua karena melakukan kekerasan terhadapnya, dan orangtuanya bisa saja dipidanakan. Hal tersebut berkaitan dengan berlakunya Undang-Undang KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Yang menjadi pertanyaan saya adalah: Bagaimana pandangan Bapak terhadap UU KDRT tersebut, apakah bisa orangtua dipersalahkan ketika memukul atau menghajar anaknya sendiri demi kebaikan anak itu sendiri? Jika demikian, sejauh mana wewenang orangtua atas anaknya sendiri? Apakah perlakuan saya terhadap anak saya seperti di atas tadi termasuk melanggar UU KDRT? Mohon penjelasan dari Bapak. Terima kasih. Salam, Aming Pademangan, Jakarta 14420
28
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
Jawab: Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Sdr. Aming atas pertanyaannya di Majalah Gunsa. Dengan ini kami mencoba untuk menjawab pertanyaan seputar Undang-Undang KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) dan Undang – Undang Perlindungan Anak sebagai berikut: 1. Negara kita sangat peduli terhadap kekerasan dalam rumah tangga dan perlindungan anak. Oleh karena itu dibuat dan diberlakukanlah Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga. 2. Pengalaman masa lalu Sdr. Aming yang diutarakan di atas terjadi sebelum berlakunya kedua Undang-Undang tersebut. Jika hal tersebut terjadi saat sekarang ini, kemungkinan besar orangtua Sdr.Aming bisa dikategorikan melanggar kedua Undang-Undang tersebut. 3. Sesuai pasal 1 ayat 1 UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang disebut anak adalah seseorang yang berusia belum 18 tahun, artinya anak tersebut memperoleh hak untuk diasuh dan dibesarkan oleh orangtuanya sendiri, orangtua mempunyai hak dan kewajiban terhadap tingkah laku anak tersebut.
Bila anak yang dibawah umur 18 tahun melakukan tindak pidana maka kedua orangtuanya bertanggungjawab atas perbuatan anak tersebut. 4. Wewenang orangtua berdasarkan pasal 26 UU RI No. 23 Tahun 2002 adalah orangtua berkewajiban dan bertanggungjawab untuk mengasuh, memelihara, dan melindungi anak. 5. Yang dapat disebut melakukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga meliputi suami, istri, anak, orangorang yang mempunyai hubungan keluarga, orang yang bekerja membantu urusan rumah tangga. Kekerasan yang dimaksud meliputi kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, penelantaran rumah tangga. 6. Berdasarkan kedua UU tersebut di atas maka perbuatan Sdr. Aming selaku ayah bisa dikategorikan
melanggar kedua UU tersebut. Dan perbuatan Sdr. Aming bisa diadukan oleh si anak kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau kepolisian dengan bantuan keluarga dekat atau masyarakat. 7. Demikian juga kekerasan fisik yang dilakukan oleh anak terhadap pembantu rumah tangga atau suster bisa dilaporkan secara hukum acara pidana berdasarkan Undang-Undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dan yang dilaporkan adalah si anak berikut orang tua anak tersebut.
Demikian penjelasan dari kami. Semoga bisa membantu dan bermanfaat.Tuhan memberkati.
Erdy Sutanto Chandra, S.H., M.H.
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
29
Konsultasi KELUARGA
S
aya seorang wanita, usia 40 tahun, belum menikah. Saya seorang wiraswasta, memiliki sebuah toko material yang sudah saya rintis sejak masih muda. Saat ini sedang menjalin hubungan dengan seorang pria, yang bekerja sebagai tour guide freelance, yang bekerja berdasarkan permintaan perusahaan travel saja. Dalam hubungan komunikasi yang kami jalin selama maupun dalam setiap pertemuan yang kami lakukan, saya merasa ada kecocokan di antara kami. Secara ekonomi memang saya lebih mapan ketimbang pria tersebut. Dan saat ini status ekonomi antara kami justru menjadi ganjalan bagi saya untuk melangkah lebih jauh. Temanteman dan juga orangtua senang jika saya dapat menemukan seseorang yang cocok untuk dijadikan teman hidup bagi saya, namun di satu sisi mereka juga mengingatkan saya agar jangan pula pria tersebut tertarik justru hanya karena status ekonomi
saya saja. Hal itu juga pernah terlintas di dalam rasa khawatir saya. Yang ingin saya tanyakan adalah, bagaimana saya bisa tahu kalau seseorang itu sungguh-sungguh mencintai saya; bukan cinta karena materi yang saya miliki? Sampai berapa jauh kami harus terbuka tentang apa yang kami miliki? Apakah baik menurut Bapak, andaikata sebelum kami lanjut ke pelaminan, kami membuat perjanjian pra-nikah tentang harta terpisah, meliputi aset yang dimiliki, hutang, investasi, dsb, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan? Apakah hal tersebut tidak akan menyinggung perasaannya, yang akhirnya akan menghentikan jalinan komunikasi yang kami bangun?
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
Persoalan Anda saat ini tampaknya adalah bukan jatuh cinta kepada seorang pria (itu biasa dalam usia berapa pun!), tetapi – lebih dari itu – adalah apakah cinta Anda itu jatuh di dalam (dan bukan di luar!) cinta pria itu? Atau, lebih jauh, apakah cinta Anda itu jatuh di dalam cinta dari seorang pria yang tepat, bertanggung-jawab dan terpercaya? Sebelum menjawab persoalan Anda itu, sebaiknya, kita pertimbangkan terlebih hal-hal berikut ini. Pertama, kenali calon pasangan itu secara lebih menyeluruh dan jangan hanya sekedarnya.
Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih Pak Pendeta atas penjelasan Bapak.
Pernikahan itu untuk seumur hidup kita, bukan untuk seumur jagung. Pernikahan juga untuk membuat hidup kita lebih baik daripada hidup kita sebelum pernikahan. Karena itu, pernikahan kita akan berhasil atau gagal menjadi seperti itu tidak hanya tergantung pada diri kita, tetapi juga pada pasangan kita. Sebab ucapan ini selalu benar: “Untuk membangun suatu pernikahan yang langgeng dan membahagiakan selalu diperlukan dua orang (suami-istri), tetapi untuk menghancurkannya cukup seorang saja (suami atau istri saja)”. Lalu, bagaimana kita dapat mengetahui bahwa calon pasangan kita itu adalah pasangan yang tepat? Suka tidak suka, kita harus kenali betul, baik “track records” keluarganya, maupun “track records” dirinya. Ucapan lain ini pun hampir selalu benar: “Jika mau cari pasangan yang tepat, kenali
Lenawati, Pondok Kopi
Mengakhiri Atau Melanjutkan 30
Lenawati yang sedang kasmaran,
Relasi Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
31
saja orangtuanya! Sebab sepuluh tahun lagi, pasangan kita akan menjadi seperti ayahnya atau seperti ibunya atau campuran dari keduanya”. Apakah Anda sudah cukup mengenali keluarganya, atau paling tidak orangtuanya? Tidak ada juga (calon) pasangan yang ideal atau yang tanpa kekurangan, sebab yang tersedia selalu adalah (calon) pasangan yang tidak ideal atau yang selalu ada kekurangannya. Apakah Anda sudah mengenali kekurangankekurangannya dan siap menerima dirinya sekiranya kekurangankekurangan itu akan terus ada seumur hidupnya? Kedua, menikahlah hanya dengan seorang yang punya rasa tanggungjawab yang tinggi. Dan seperti mengasihi sesama itu harus dimulai dengan mengasihi diri sendiri. Sebab, bagaimana mungkin seseorang dapat mengasihi orang lain, jika ia sendiri tidak atau belum dapat mengasihi dirinya? Begitu juga, bagaimana seseorang dapat bertanggung-jawab atas hidup pasangannya (dan anak-anaknya), jika ia sendiri tidak atau belum dapat bertanggung-jawab atas hidupnya sendiri. Nah, berbicara tentang status ekonomi yang menjadi ganjalan
32
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
utama dalam relasi Anda dengan kekasih Anda pada saat ini, Anda dapat mengenali dan menyimpulkan, apakah kekasih Anda itu sudah dapat bertanggung-jawab secara ekonomis atas (masa depan) hidupnya sendiri sekarang ini, atau belum? Sebab, saya kuatir, pekerjaannya sebagai tour guide freelance yang hanya sewaktuwaktu berdasarkan permintaan saja dan yang tidak memberi penghasilan yang tetap, justru membuktikan bahwa kekasih Anda belum dapat bertanggung-jawab atas (masa depan) hidupnya sendiri. Apalagi, jika ia harus bertanggung-jawab atas hidup Anda dan anak-anak kalian. Kemampuannya untuk bertanggung-jawab dapat lebih diragukan lagi. Hanya dengan orang yang bertanggung-jawab kita dapat mengharapkan relasi kita yang dewasa dan langgeng. Ketiga, sepakati harta bersama atau terpisah semata-mata demi kebaikan dan masa depan bersama dan bukan sendiri-sendiri. Jangan memutuskan pilihan atas harta bersama, atau harta terpisah dalam pernikahan berdasarkan ketidakpercayaan, atau ketakutan, atau kecurigaan. Sebab, adanya
ketidakpercayaan, ketakutan dan kecurigaan saja sudah cukup untuk mengganggu dan merusak relasi suami-istri. Biasanya, pertimbanganpertimbangan yang rasional-realistis demi kepentingan dan masa depan bersama yang dapat dirasakan oleh suami-istri itulah yang harus mendasari keputusan untuk memilih harta bersama atau harta terpisah. Contoh? Dalam usaha bisnis, misalnya. Tidak ada usaha bisnis yang selalu untung. Justru siapa pun yang mau terjun ke dalam usaha bisnis harus siap bukan hanya untuk untung, tetapi juga untuk rugi. Nah, untuk mengantisipasi kerugian usaha suami atau istri, sehingga tidak mengganggu ekonomi keluarga, biasanya suamiistri menyepakati untuk memilih harta terpisah dalam pernikahan. Sehingga, jika usaha suami atau istri merugi sampai bangkrut sekalipun, masih ada harta pasangan yang dapat menyelamatkan ekonomi keluarga. Dengan mengandaikan, bahwa kekasih Anda itu seiman dengan Anda (sebab Anda sama sekali tidak menyinggung hal ini), dan dengan mempertimbangkan (paling tidak) ketiga hal di atas: -
Keyakinan Anda bahwa Anda sudah mengenali bahwa “track records” keluarga kekasih dan kekasih Anda sendiri memang baik;
-
Kesimpulan Anda bahwa kekasih Anda adalah seorang yang bertanggung-jawab atas (masa depan) hidup sendiri, sehingga diharapkan dapat bertanggungjawab juga atas (masa depan) hidup Anda dan keluarga;
-
Kesepakatan bahwa yang terbaik dirasakan terbaik untuk berdua dan keluarga adalah harta bersama atau harta terpisah;
baiklah Anda putuskan mana yang baik dan terbaik untuk (masa depan) hidup Anda? Sebab, apa pun yang Anda putuskan, jika itu sungguh baik dan terbaik untuk (masa depan) hidup Anda, itu akan baik dan terbaik untuk orang-orang di sekitar Anda juga, teristimewa untuk anggotaanggota keluarga dekat Anda, untuk gereja dan untuk Tuhan! Jangan lupa untuk selalu membawanya dalam doa, sebelum Anda mengambil keputusan yang maha penting dan maha menentukan (masa depan) hidup Anda ini!
Yang mengharapkan Anda mengambil keputusan yang berani dan benar, Pdt. Royandi Tanudjaya
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
33
konsultasi KESEHATAN
TULI MENDADAK Dokter pengasuh rubrik ytk.,
JAWABAN :
aya pernah membaca sebuah artikel singkat di internet tentang tuli mendadak atau yang diistilahkan dengan sudden deafness. Ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan:
Terima kasih atas pertanyaan Ibu Rina. Mempunyai kebiasaan untuk membaca adalah sesuatu yang sangat baik. Kemajuan teknologi, mulai dari makanan, teknik, kesehatan sampai hiburan, bisa kita peroleh dari “net”/ Mbah Google, dengan demikian kita lebih tahu tentang tubuh kita. Profesional, dalam hal ini dokter, berfungsi sebagai tutor, sehingga kita lebih bisa memilih gaya hidup kita.
S
1. Apakah yang dimaksud dengan tuli mendadak (sudden deafnesss)? 2. Apakah tuli mendadak adalah sebuah penyakit? 3. Apakah penyebabnya? 4. Apakah kasus ini menyerang kelompok usia tertentu saja? 5. Bagaimana menghindari serangan tuli mendadak? 6. Apakah tuli mendadak dapat berkembang menjadi tuli permanen? Jika ya, apakah yang harus dilakukan untuk mencegah berkembang menjadi tuli permanen? Mohon penjelasan dari dokter. Terima kasih.
Menjawab pertanyaan Ibu, 1. Definisi Sudden Deafness Tuli mendadak atau sudden deafness disebut juga dengan Sudden Sensory Hearing Loss (SSHL). Tuli ada dua macam, yaitu tuli hantaran (tuli karena gangguan hantaran udara) dan tuli sensorik (tuli karena gangguan syaraf pendengaran). Sudden deafness adalah : Penurunan sensorik
pendengaran/tuli
Rina,
mendadak, tidak lebih dari 72 jam terjadinya
Tangerang 13202
penurunan > 30 db (decibel)
34
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
pada 3 frekuensi berturut-turut dalam pemeriksaan audiogram, gangguan pendengaran lebih dari 30 desibel akan membuat pidato percakapan terdengar lebih seperti bisikan. Sekitar 90 persen pada SSHL terjadi pada satu telinga, dan sebagian penderita menyadari turunnya pendengaran pada pagi hari, bangun tidur, atau bisa juga pada waktu menerima telepon dengan telinga yang tuli. Pasien biasanya mengingat dengan jelas kapan tepatnya mereka kehilangan pendengaran, pasien bisa seperti mendengar bunyi ”klik” atau ”pop” kemudian kehilangan pendengaran. Bisa disertai vertigo maupun tinnitus atau telinga berdenging.
2. Penyakit Sudden deafness bukanlah penyakit, melainkan gejala. Yaitu keadaan yang bisa didasarkan karena menderita penyakit tertentu, keadaaan tertentu atau tidak diketahui dasarnya. 3. Penyebab Hanya 10-15 persen dari orang yang didiagnosa SSHL memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi. Penyebab paling umum adalah: Penyakit menular, antara lain herpes, syphilis, meningitis Trauma tumpul seperti cedera kepala, maupun baro trauma Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
35
PROFIL yang sering penyelam
terjadi
Penyakit auto imun sindrom Cogan, lupus
pada seperti
Obat ototoksik (obat yang membahayakan sel-sel sensorik di telinga bagian dalam), antara lain aspirin dosis tinggi, ciplastin, furosemid Tumor pada saraf, neuroma Penyakit sclerosis
neurologis,
multiple
Gangguan aliran darah ke telinga dalam, oklusi microvaskuler Gangguan pada telinga bagian dalam, seperti penyakit Ménière . 4. Kelompok Usia Para ahli memperkirakan bahwa SSHL menyerang satu orang per 5.000 orang setiap tahun, biasanya pada orang dewasa dengan usia 40 sampai 60 tahun. Jumlah kasus baru SSHL yang sebenarnya setiap tahun bisa jauh lebih tinggi, karena seringkali tidak terdiagnosa, banyak orang sembuh dengan spontan dan tidak pernah mencari bantuan medik. 5. Cara Menghindari Menghindar dari terjadinya sudden deafness, yaitu dengan menghindari penyakit-penyakit yang
36
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
menyebabkannya, menghindari infeksi dengan menaikkan daya tahan tubuh, menghindari tingkah laku yang menyebabkan tertular infeksi, bila menyelam (diving), mematuhi protokol pelaksanannya, dan sebagainya. Untuk yang tidak diketahui sebabnya, maka hiduplah dengan gaya hidup sehat pada umumnya. 6. Perkembangan Tuli Mendadak Tuli mendadak termasuk kedaruratan THT, harus cepat dibawa ke dokter, karena akan mempengaruhi efektifitas terapinya. Penyembuhan sempurna bisa terjadi pada beberapa hari pertama, tanpa pengobatan, bila disebabkan karena virus maka 50 persennya akan pulih dalam 10 sampai 14 hari. Bila karena obat, sangat tergantung jenis obat dan dosis pemberian, bisa dalam 24 jam pulih, bisa juga menjadi permanen, yaitu jika batas dosis dilampaui. Bila menjadi permanen atau menetap disebut Acquired Permanent Hearing Loss (APHL). Karena penyebabnya sangat bervariatif, untuk menghindari menjadi permanen, harus secepatnya berobat, maka akan dilakukan serangkaian wawancara dan pemeriksaan, untuk mencari penyebab , melakukan tindakan dan pengobatan. Demikian informasi yang bisa saya berikan, semoga membantu untuk lebih mengenal gejala ini dan bermanfaat. (MW)
Mengenal
GKI Lasem Kota Kecil Dengan Banyak Julukan
K
ota Lasem terkenal dengan julukan “Tiongkok Kecil” karena di kota itulah awal pendaratan orang Tionghoa di tanah Jawa dilakukan. Pendaratan itu dilakukan oleh armada besar Laksamana Cheng Ho yang bertujuan untuk menjalin kerjasama bilateral dengan Kerajaan Majapahit dalam bidang kebudayaan dan perdagangan. Perkampungan Tionghoa sangat banyak tersebar di kota Lasem, bahkan menurut penelitian perkampungan Tionghoa memang sudah ada sejak masa Kerajaan Majapahit. Kota kecil ini terletak 12 km di sebelah timur kota Rembang, dan Jemaat GKI Lasem berada di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah.
Orang-orang keturunan Tionghoa di sana kebanyakan beragama Khonghucu, Katolik, Protestan, dan Budha. Namun demikian kerukunan umat beragama di Lasem dapat dikatakan cukup baik. Kota Lasem terkenal sebagai penghasil garam (terbesar ke-2 di Indonesia setelah Madura), kemudian juga dikenal sebagai penghasil buah mangga, buah naga, dan terasi. Selain itu, Lasem dikenal juga dengan julukan kota santri karena penduduk asli kebanyakan memeluk agama Islam. Serta di sana terdapat banyak sekali peninggalan pesantren tua. Hasil kerajinan yang paling terkenal dari Lasem adalah batik. Itu sebabnya Lasem dijuluki pula sebagai Kota Batik.
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
37
Sejarah Singkat Jemaat GKI Lasem
Terbentuknya
Pengabaran Injil (PI) di Lasem dalam tahun 1948/1949 dilakukan oleh Sdr. Liem Thiam Ik, seorang pengerja dari THKTKH (Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee) Blora atau Gereja Kristen Tionghoa di Blora, dengan melakukan kunjungan rumah (huisbezoek). Kemudian, PI dilanjutkan oleh Sdr. Liem Thiam Ling yang juga berasal dari THKTKH Blora. Sdr. Liem Thiam Ling kemudian melayani sebagai guru Injil di THKTKH Salatiga yang berkedudukan di Juwana dan melayani di Rembang dan Juwana, serta bila memungkinkan juga di Lasem. Salah satu kesulitan Pengabaran Injil di Lasem karena masyarakat keturunan Tionghoa di Lasem terkenal masih banyak yang teguh memegang tradisi mereka sembahyang di kelenteng. Oleh sebab itu sering pula kebaktian
Minggu gagal dilaksanakan karena yang datang untuk berbakti hanya dua orang saja. Sehingga kedatangan Sdr. Liem Thiam Ling kepada anggota jemaat lebih bersifat kunjungan rumah (huisbezoek) saja. Yang dikunjungi ketika itu adalah keluarga Sdr. Go Swie Tjhiang, di jalan Dasun no. 21, Lasem. Sdr. Go Swie Tjhiang adalah anggota jemaat THKTKH Yogyakarta, namun tinggal di Lasem. Kumpulan-kumpulan pertemuan diisi dengan doa dan pembacaan firman. Sifat kunjungan itu tidak tetap dan dilakukan bukan hari Minggu. Yang hadir kurang lebih 3 orang dewasa dan beberapa anak-anak. Sejak awal tahun 1952 diadakan kebaktian rutin seminggu sekali, yaitu setiap hari Senin pagi. Sejak Juli 1952, kebaktian diadakan setiap Minggu sore dengan ratarata kehadiran 8 orang. Sekalipun perkembangannya sangat lambat, namun pelayanan PI tetap berjalan
dengan semangat yang terus meluap. Perjamuan Suci pertama yang dilaksanakan oleh panitia dari Lasem (biasanya dilakukan oleh panitia bersama dari Juwana, Rembang, dan Lasem) dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 1954. Perjamuan Suci tersebut sekaligus merupakan perwujudan dari kerinduan mereka yang sudah lama tidak pernah mengikuti Perjamuan Suci. Mulai 3 Juni 1955, kebaktian diadakan di rumah Sdr. Go Swie Tjhiang, Jl. Dasun no. 21, Lasem. Sedangkan kebaktian untuk anak-anak mulai dapat diadakan tanggal 3 Juli 1955. Tanggal 9 Oktober 1955, kebaktian diadakan di Jl. Raya 50, Lasem, di ruang muka rumah milik keluarga Go Ing Tjong. Ruang muka itu disewa dengan nilai Rp.15,- namun oleh pemilik, uang sewa tersebut dimasukkan ke dalam persembahannya.
Pengunjung kebaktian kurang lebih 20 orang. Suatu hal yang cukup terkenang adalah beberapa hari sebelum kebaktian dipindahkan ke Jl. Raya 50, Lasem, ternyata rumah di Jl. Dasun 21 terbakar. Anehnya, bagian rumah yang biasa dipakai untuk kebaktian dan katekisasi terhindar dari kehancuran, meskipun api pada waktu itu sudah mengelilinginya. Pertambahan anggota sangat lamban, sampai akhir tahun 1959 jumlah anggota yang tercatat adalah 34 orang. Di bagian rumah yang tidak terbakar itulah pernah dibuka sekolah, dengan nama SMP Masehi Lasem, pada 1 Agustus 1956. Karena defisit dana, maka pada tahun ajaran 1962/1963 terpaksa ditutup. Namun pada 1 Agustus 1961 sempat dibuka juga sekolah Taman Kanak-Kanak, di jalan Raya 50, Lasem. PI melalui pendidikan
Beberapa jemaat GKI Lasem yang menjadi pengerajin batik Salah satu motif batik Lasem
Suasana Imlek 2015 di GKI Lasem
38
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
Majalah Gunsa edisi 89/XXXI/2014
38
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
39
L I P UTA N dirasa lebih maju, maka direncanakan untuk membuka Sekolah Rakyat sebagai kelanjutan dari Taman Kanak-Kanak. Rencana ini terwujud pada tanggal 1 Agustus 1962 dengan membuka Sekolah Rakyat Dorkas. Sekolah Rakyat ini masih berdiri hingga kini dengan nama SD Kristen Dorkas, semuanya itu hanya karena berkat Tuhan, sehingga sekalipun mengalami defisit namun sekolah ini tetap berjalan dan menjadi satu-satunya sekolah Kristen di Kabupaten Rembang. Bahkan selanjutnya telah dibuka pula SMP Kristen Dorkas. Pada tanggal 12 Oktober 1965, bertempat di Gereja Protestan di Taman Kartini Rembang, diadakan upacara pendewasaan jemaat ini dengan nama jemaat GKI RembangLasem. Dalam persidangan klasis Semarang ke-35 tanggal 2 Agustus 1971 disepakati bahwa GKI Rembang dan GKI Lasem berdiri sendiri-sendiri, dengan harapan masing-masing jemaat dapat lebih berkembang. JEMAAT GKI LASEM SEKARANG Saat ini anggota jemaat di GKI Lasem tercatat 230 orang. Jemaat terdiri dari 65 % etnis Tionghoa, 25% etnis Jawa, 10% etnis Batak, Menado,
40
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
Menanam Dengan Metode Hidroponik dan Ambon. Kebanyakan anggota jemaatnya berwiraswasta/berdagang (60%), sisanya Pegawai Negeri Sipil (20%), buruh (10%) buruh, dan serabutan (10%) Demikianlah sekilas tentang jemaat GKI Lasem, kami berterima kasih banyak diberi kesempatan untuk memperkenalkan diri pada jemaat GKI Gunung Sahari dalam majalah gereja GKI Gunung Sahari. Kiranya perkenalan melalui tulisan dan foto ini menjadi batu loncatan untuk kita boleh semakin mengenal dan mengasihi dalam persekutuan tubuh Kristus. Bila Saudara berkeinginan dan ada waktu silahkah datang ke Lasem! (Dikirim oleh Pdt. Imanuel
D
ewasa ini banyak beredar sayuran dan buah-buahan yang mengandung pestisida. Kandungan pestisida yang berlebihan pada makanan tidaklah baik untuk kesehatan. Karena itu menanam dan memanen sendiri hasil tanaman kini menjadi pilihan bagi sebagian orang untuk mendapatkan sayur dan buah-buahan yang segar juga lebih sehat. Salah satu metode untuk yang
digunakan untuk mewujudkannya adalah melalui metode hidroponik. Menanam dengan metode hidroponik kini semakin banyak peminatnya. Yang dimaksud dengan metode menanam hidroponik adalah cara bertanam menggunakan larutan nutrisi atau menggunakan media selain tanah. Pada budidaya hidroponik, semua kebutuhan nutrisi disediakan dalam
Budidharma)
GKI Lasem Alamat: Jl. Untung Suropati No.50, Lasem 59271 Telp.: (0295)-531190
Majalah Majalah Gunsa Gunsa edisi edisi 90/XXXII/2015 90/XXXII/2015
4141
Q - t A d an g u nsa jumlah yang tepat dan diberikan dalam bentuk larutan. Pada umumnya banyak tanaman dapat ditumbuhkan secara hidroponik, seperti kangkung, bayam, se- ledri, sawi, wortel, dan strawberry. Bahkan tanaman hiaspun bisa ditanam melalui metode hidroponik.
Alasan-alasan mereka memilih metode hidroponik karena melalui metode hidroponik maka relatif tidak membutuhkan lahan yang luas, tidak lagi membutuhkan tanah sebagai media tanam, dan penggunaan pestisida dapat dilakukan dengan takaran yang tepat.
Pembangunan GSP 3 Yth, Majelis Jemaat GKI Gunung Sahari di tempat. Syalom,
P
erkenalkan saya Jeni, seorang anggota jemaat GKI Gunung Sahari. Sekitar dua tahun lalu saya mendengar rencana pembangunan GSP 3. Sayangnya pada saat peletakan batu pertama beberapa bulan yang lalu, saya berhalangan hadir. Kalau boleh saya tahu, apakah latar belakang Majelis Jemaat (MJ) melakukan pembangunan tersebut? Apa saja fasilitas yang akan dibangun dan rencana penggunaan gedung tersebut? Berapa lama perkiraan waktu pembangungannya selesai? Terima kasih untuk perhatian dan jawabannya, Tuhan Yesus memberkati.
Jawab: Terima kasih atas kiriman pertanyaan Ibu. Saya akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan dari ibu. 1. Latar belakang pembangunan GSP 3 adalah mengingat GSP 3 yang lama sudah tidak memadai dari segi kondisi struktur bangunan serta fasilitas ruangan penunjangnya maka MJ ingin memaksimalkan penggunaan ruang-ruang baru yang akan ada di GSP 3 yang baru agar pelayanan kepada jemaat lebih maksimal. 2. Fasilitas ruangan dibangun meliputi: -
yang
akan
lantai 1, ruangan ibadah yang diperluas, area blok
Jeni
(Disarikan dari kegiatan Seminar Tanaman Hidroponik yang dibawakan oleh Bpk. Beny Wijaya, pada tanggal 27 Maret 2015. Acara itu diadakan oleh Komisi Dewasa GKI Gunung Sahari. Dalam acara tersebut peserta juga diajak untuk mencoba secara langsung metode penanaman tersebut melalui bahan-bahan yang telah disediakan oleh panitia, seperti rockwool, nampan, plastik hitam, netport, kain flannel, dan bibit/benih tanaman yang akan ditanam)
42
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
Majalah Gunsa edisi 89/XXXI/2014
43
INPSIRASI B beserta ruang ibadah untuk jemaat yang membawa anak kecil, perpustakaan, lift penumpang, toilet, taman terbuka, ruang pertemuan, hall lift. -
lantai 2, ruang kerja karyawan Tata Usaha, kamar tempat istirahat tamu dengan fasilitas kamar mandi di dalamnya, toilet, ruang multimedia, hall lift.
-
lantai 3, ruang serba guna untuk tempat ibadah atau ruang sidang MJ, toilet, hall lift.
-
lantai 4, ruang ibadah Komisi Remaja/Pemuda, toilet, dan hall lift.
-
lantai dak atap, untuk penempatan peralatan (Mechanical/Electrical) dan rencananya dapat dimanfaatkan untuk lapangan olahraga terbuka, seperti futsal dan lain-lain.
3. Pembangunannya akan memakan waktu kurang lebih enam bulan. 4.
44
Fasilitas ruangan yang ada pada gedung lama tetap kami akomodasi semuanya, seperti perpustakaan, ruang kantor TU gereja, ruang bersama/ruang meeting, namun ruangan lainnya diubah disesuaikan dengan kebutuhan dari jemaat saat ini. Untuk ruang lainnya kami akan coba akomodasi Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
kembali setelah pembangunan GSP 3 yang baru selesai, yaitu renovasi GSP 1 beserta ruang penunjang di belakangnya dan penyempurnaan ruangan di GSP 2. 5. Perencanaan baru dari kami adalah lorong koridor di area pintu timur. Tempat ibadah area blok B (mundur ke belakang) namun secara visual akan dibatasi oleh kaca tembus pandang sehingga apabila ada jemaat yang datang terlambat maka akan diarahkan ke ruang extension tersebut dan ruang untuk anggota jemaat yang membawa anak juga ruangannnya akan diperbesar di area extension tersebut. Demikian penjelasan dari saya semoga dapat menjawab semua pertanyaan dari Ibu. Terima kasih atas perhatiannya dan Tuhan memberkati. Salam, Haryadi Santosa Anggota Tim Pembangunan GSP 3 dari Bidang Sarpen
D
unia kita adalah dunia kompetisi: setiap orang ditempatkan dalam sebuah gelanggang besar demi untuk mendapatkan pencapaian demi pencapaian dalam hidupnya. Herbert Hoover, mantan presiden Amerika Serikat itu pernah berkata bahwa kompetisi adalah semangat menuju kemajuan. Tugas setiap kita adalah tampil menjadi pemenang dalam setiap kompetisi yang kita jalani.
Oleh : Pdt. Imanuel Kristo Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
45
Ada dua kompetisi yang selalu dan terus menerus harus kita hadapi. Yang pertama adalah kompetisi dengan sesama yang ada di sekitar kita, dan yang kedua adalah kompetisi dengan diri kita sendiri. Kompetisi dengan sesama menghasilkan seleksi alami di antara kita dan sesama. Dan hasilnya adalah posisi yang berbeda-beda antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lainnya. Dalam kompetisi yang demikian maka yang dibutuhkan bukan hanya keteguhan dan kesungguhan hati tetapi juga kecerdasan dan kebijakan. Seberapa besar kesuksesan kita sangatlah ditentukan oleh seberapa kuat keinginan dan mimpi-mimpi kita tetapi juga oleh seberapa cerdas dan bijak kita menghadapi kekecewaankekecewaan yang mungkin akan berjalan beriring dengan keyakinan diri kita. Kembangkanlah kompetisi yang kooperatif di antara kita dengan tidak mencuri kemenangan lewat sikap memojokkan dan mendiskreditkan kompetitor kita. Kita dapat menampilkan diri kita seolah-olah kita tampil seperti seorang pemenang
tetapi dengan cara mengembangkan isu negatif bagi kompetitor kita: kita melakukan kampanye hitam, menjelekjelekkan dan memberikan sugestisugesti negatif kepada setiap orang terkait dengan lawan kita. Namun ketahuilah jika hal itu kita lakukan maka sesungguhnya kemenangan yang kita raih terhadap orang lain sekaligus juga menjadi kekalahan bagi diri kita sendiri. Dan dengan demikian kita tidak tampil sebagai pemenang yang sesungguhnya, kita hanyalah tampak sebagai pemenang. Tampak sebagai pemenang tidak sama dengan pemenang. Jika kita ingin memenangkan pertandingan dengan sesama kita, cetaklah sebuah prestasi: lakukanlah penyiapan diri yang sungguh, lakukan segala sesuatunya sebaik mungkin, ulanglah keberhasilan-keberhasilan yang kita raih sesering kita mampu melakukannya dan tetaplah rendah hati. Itulah kemenangan yang sesungguhnya. Kompetisi dengan diri kita sendiri menghasilkan pembaharuan dan
Setiap kita selalu dapat tampil sebagai pemenang
46
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
karakter. Saat itulah kita berupaya mengembangkan semua potensi yang ada di dalam diri kita serta membersihkan semua “parasit” yang mengganggu proses itu secara sadar. Berkompetisi dengan diri sendiri tidak lebih mudah dari pada berkompetisi dengan sesama yang ada di sekitar kita. La Fontaine terkait dengan hal tersebut pernah berkata bahwa kemenangan yang paling indah adalah ketika kita dapat menaklukkan diri sendiri. Saat itulah kita bertanding melawan ketidakyakinan diri, ketakutan dan kekhawatiran akan kegagalan serta keengganan untuk melakukan apa yang kita impikan. Dari sanalah kemenangan itu kita bangun, dan yang pasti kita selalu berkesempatan untuk memenangkan setiap pertandingan yang kita jalani. Memang kemenangan setiap kita tidak pernah sama; berbeda-beda satu sama lainnya. Kita tidak mungkin membandingkan kemenangan dari pribadi yang satu dengan pribadi yang lainnya. Tetapi yang pasti setiap kita selalu dapat memenangkan pertandingan itu. Setiap kita selalu dapat tampil sebagai pemenang dalam tiap bagiannya - oleh karena itu bersyukurlah. Bagi seorang tua yang sakit dan dalam perawatan, menghabiskan dua sendok makan dari makan siangnya adalah sebuah pertandingan yang tidak ringan karena dia harus melawan rasa enggannya untuk makan, dia harus
melawan rasa mual karena aroma makanan yang harus di santapnya. Bagi seorang pelajar, mendapatkan nilai delapan atau bahkan sepuluh adalah sebuah kemenangan, karena dia harus melawan hasratnya untuk tidak mau belajar di tengah-tengah banyak hiburan yang menggodanya. Bagi sepasang kekasih, mempertahankan hubungan dalam kesetiaan adalah sebuah kemenangan karena dia harus melawan begitu banyak godaan di luar komitmen mereka. Bagi seorang pekerja, datang lebih awal dari jam kerja yang dijadwalkan adalah sebuah kemenangan, karena dengan demikian berarti dia harus mengalahkan hasrat dirinya untuk tidur lebih malam, dan hal itu berarti dia harus menyelesaikan semua tugas rutinnya lebih cepat sebelum dia tidur. Dia juga harus mengalahkan rasa malasnya untuk bangun lebih pagi, berangkat ke kantor lebih awal dan menjalani semua pekerjaannya dengan sungguh. Begitulah, setiap kita selalu ada dalam pertandingan, dan setiap kita selalu memiliki peluang untuk memenangkan setiap pertandingan yang kita jalani. Lanjutkanlah pertandingan yang masih tersisa dan raihlah kemenangan dari gelanggang ke gelanggang kehidupan yang kita jalani.
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
47
CELAH BUKU
TELADAN BIJAK DARI WANITA YANG DIBENTUK ALLAH Judul buku Judul asli Pengarang Penerbit Tebal buku Tahun terbit
K
ehidupan wanita tidak lepas dari pergumulan untuk mengambil keputusan yang bijak dalam menghadapi persoalan hidup keseharian, mulai dari pernikahan, kepemimpinan, penderitaan, budaya dan sebagainya. Dalam buku Wanita Yang Dibentuk Allah, kita belajar tentang tokoh-tokoh wanita Perjanjian Lama dalam menghadapi pergumulanpergumulan yang sama yang dihadapi juga oleh wanita pada masa kini. Prinsip-prinsip Alkitab yang digunakan para tokoh-tokoh tersebut dalam mengambil keputusan merupakan pelajaran yang sangat baik yang dapat membantu menguatkan iman dan menolong kita untuk lebih mengenal dan menaati kehendak-Nya dalam hidup kita. Kita bisa memilih untuk menjadi wanita yang taat kepada kehendak Allah atau menentang kehendak Allah. Itulah pergumulan yang dihadapi Hawa. Hawa memilih untuk menentang
48
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
: Wanita Yang Dibentuk Allah : A Woman God Can Use : Alice Mathews : Duta Harapan Dunia : 209 halaman : 2013
kehendak Allah. Ada konsekuensi yang harus dihadapi oleh setiap keputusan yang diambil. Dan konsekuensi dari keputusan Hawa adalah putusnya hubungan dengan Allah dan alam semesta. Dosa membawa keterasingan dari Pencipta dan sesama ciptaan. Lain halnya dengan pergumulan yang dihadapi oleh Lea. Lea adalah wanita yang harus berhadapan dengan suami yang tidak mencintai dirinya karena Yakub suaminya lebih mencintai Rahel, adiknya. Dan Lea harus berjuang mengatasi pernikahannya yang tanpa cinta. Dalam menghadapi kehidupan pernikahannya yang tanpa cinta itu, Lea mengubah fokusnya dari apa yang tidak dimilikinya dengan apa yang dimilikinya. Lea belajar untuk mengucap syukur karena Allah memberikan baginya putra-putra yang jauh lebih banyak dari yang dimiliki oleh Rahel, adiknya. Dari 12 putra Yakub yang menjadi cikal bakal ke12 suku Israel, 6 orang di antaranya
dilahirkan oleh Lea, sedangkan 2 orang dilahirkan oleh Rahel, 2 orang dilahirkan oleh Zilpa, budak Lea dan 2 orang lagi dilahirkan oleh Bilha, budak Rahel. Sebagai wanita, apakah yang harus Anda lakukan saat Allah memberikan kepada Anda karunia-karunia yang menonjol? Debora memutuskan untuk menggunakan karunia yang dimilikinya untuk memimpin bangsa Israel. Lalu bagaimana jika seorang wanita tidak memiliki karunia yang menonjol seperti yang dimiliki oleh Debora? Ingatlah, apapun yang Allah berikan bagi kita, aturannya tetap sama: kita harus menggunakan karuniaNya untuk melakukan tugas kita. Gunakanlah karunia-karunia tersebut karena karunia itu adalah pemberian Allah kepada kita yang harus kita pakai untuk kemuliaan-Nya. Bagaimana cara Anda menilai peristiwaperistiwa yang terjadi dalam hidup Anda? Apakah Anda menganggapnya sebagai sebuah rangkaian kebetulan? Pernahkah Anda menyadari bahwa sesungguhnya semua rangkaian ‘kebetulan’ itu adalah pekerjaan Allah? Peristiwa Rut bertemu dengan Boas saat ia sedang memungut jelai di ladang Boas, nampaknya seperti sebuah kebetulan. Namun sesungguhnya peristiwa itu bukanlah suatu kebetulan. Allahlah yang membuat peristiwa itu terjadi. Lewat pertemuan itu, akhirnya Rut menikah dengan Boas. Allah menyediakan perlindungan bagi Rut melalui pernikahannya dengan Boas.
Kita tidak selalu dapat menemukan Allah dalam peristiwa-peristiwa yang luar biasa karena Allah justru seringkali hadir dalam peristiwa-peristiwa biasa yang seringkali kita anggap sebagai sebuah kebetulan. Jika Anda pernah mengalami depresi, ketahuilah bahwa Anda tidak seorang diri. Hanapun mengalaminya. Hana adalah seorang perempuan yang dilanda depresi karena tidak bisa melahirkan anak bagi suaminya, Elkana. Sementara itu Penina, istri Elkana yang lainnya yang dapat memberikan keturunan bagi Elkana tidak hentihentinya mengusik Hanna karena kemandulannya. Namun demikian, di tengah penderitaan emosionalnya, Hana tidak kehilangan pegangan kepada Allah. Ia memilih untuk berdoa dan menfokuskan dirinya kepada Allah: mengakui kekudusan-Nya, mengakui pengetahuan Allah yang sempurna dan mengakui kekuasaan Allah. Seperti halnya Hana, kita dapat melepaskan diri kita dari depresi saat kita berhenti memikirkan tentang diri kita sendiri dan mulai memikirkan Allah yang Mahakudus, Mahatahu, Mahakuasa yang mempunyai rencana terbaik untuk kita. Apakah yang akan Anda lakukan saat seorang asing meminta Anda untuk berbagi makanan terakhir yang Anda miliki kepadanya? Janda di Sarfat mengalami ujian imannya saat Elia meminta kepadanya untuk membuatkan baginya roti dari segenggam tepung dan sedikit minyak Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
49
Kaum Muda terakhir yang dimilikinya. Janda itu berada di ujung tanduk. Jika ia melakukan apa yang diminta Elia, ada kemungkinan ia dan anaknya akan mati. Namun apapun yang ada di benak janda di Sarfat saat itu, ia telah memilih untuk bertindak sesuai dengan firman Tuhan dan menaatinya. Hasil dari ketaatan janda itu adalah Allah memelihara hidup janda dan anaknya itu – tepung dalam tempayan dan minyak dalam buli-buli yang tidak habis-habis. Ujian iman yang kedua bagi janda itu adalah ketika putra satu-satunya yang akan menopang hidup dan memeliharanya di usia tuanya kini meninggal. Tidak ada yang dapat dilakukan oleh janda itu. Namun Allah menjawab doa Elia – putranya hidup kembali. Allah kembali memelihara hidup janda itu – kebutuhan masa depannya dipenuhi melalui kebangkitan putranya. Ujianujian yang ada dalam kehidupan kita – yang mengharuskan kita mengambil keputusan yang berat dan saat-saat ketika kita tidak bisa mengambil keputusan apapun – pada saat-saat yang sulit itulah, iman kita bertumbuh. Jika iman kita tidak pernah diuji, maka iman kita tidak akan bertumbuh. Wanita lainnya yang menunjukkan ketaatan kepada kehendak Allah adalah Maria. Maria memilih untuk taat saat Allah memilihnya untuk mengandung Yesus walaupun saat itu ia masih bertunangan dengan Yusuf. Dengan pilihannya itu, Maria harus menanggung resiko dipermalukan bahkan dirajam sampai mati. Namun
50
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
Maria telah membuat pilihan dengan baik. Ia menemukan berkat saat ia dipakai Allah untuk melahirkan Juruselamat ke dunia. Pilihannya juga telah membuatnya menjadi alat Allah untuk menyelamatkan dunia ini. Maria menemukan sukacita ketika melakukan dan menerima kehendak Allah dalam hidupnya. Belajar dari tokoh-tokoh wanita dalam Perjanjian Lama, mereka dihadapkan pada pilihan-pilihan dalam kehidupannya – pilihan untuk taat pada kehendak Allah atau melawan kehendak Allah. Sesungguhnya Allah memberikan kebebasan bagi kita untuk memilih. Kita bisa memilih untuk hidup dalam ketaatan pada kehendak-Nya atau memilih kehendak kita sendiri, kenyamanan kita sendiri dan kemudahan kita sendiri. Kuasa memilih merupakan karunia Allah yang paling mengagumkan bagi setiap dari kita. Anda pun sering diperhadapkan pada suatu pilihan. Anda bisa memilih, seperti yang dilakukan Hawa – mengabaikan kehendak Allah bagi Anda atau seperti yang dilakukan janda di Sarfat, Maria ataupun tokoh lainnya – taat pada kehendak Allah. Jika memilih seperti yang dilakukan Maria, kita akan diberkati. Anda akan mengetahui kehadiran Allah bersama Anda dan mengetahui berkat-Nya dalam pekerjaan Anda. Sehingga suatu hari nanti Anda akan mendengar perkataanNya, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik dan setia!” (yla)
Sudahkah
?
Berbuah
K
etika sebuah bibit pohon baru saja ditanam, kita pasti akan menunggu bagaimana perkembangan dan pertumbuhan bibit tersebut, waktu demi waktu. Kapankah dia akan bertambah tinggi? Kapankah dia akan mengeluarkan daun yang lebat? Apakah dia akan memiliki batang yang kuat dan kokoh sehingga ketika angin ribut menghempas pun dia tidak goyah? Apakah dia akan berbuah banyak? Atau, dia sama sekali tidak menjadi pohon yang diharapkan karena tidak pernah bertumbuh? Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
51
Ingat! Pohon akan tumbuh ketika disiram air dengan rajin, terkena cahaya matahari, dan diberikan pupuk. Dengan begitu, pohon tersebut akan menghasilkan buah yang dapat dinikmati semua orang. Lalu, bagaimana dengan manusia? “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” (Yohanes 15:16). Tuhan Yesus sudah berfirman kepada para murid untuk menghasilkan buah. Kita pun sebagai murid-Nya juga dituntut Tuhan untuk berbuah. Yaitu berbuah dalam bentuk kebajikan-kebajikan rohani seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan
penguasaan diri. Buah yang tentu bermanfaat dan memberi pengaruh yang baik kepada sesama. Ada dua hal yang harus kita lakukan untuk menghasilkan buah, yaitu: 1. Tinggal di dalam Tuhan “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” (Yohanes 15:4). Pembacaan Firman Tuhan, doa harian, saat teduh, ibadah atau persekutuan, pendalaman Alkitab, akan membuat kita tetap tinggal di dalam Tuhan. Untuk dapat berbuah baik dan melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya, kita harus tinggal di dalam Tuhan, yaitu dengan memberikan kebutuhan yang cukup pada rohani kita.
Hidup yang berbuah adalah hidup yang mempermuliakan nama Tuhan.
52
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
2. Merespon setiap Firman Tuhan dan bertekun di dalam Firman-Nya “Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.” (Lukas 8:15). Benih berbicara mengenai Firman Tuhan, sedangkan tanah berbicara mengenai sikap hati kita dalam menerima atau merespons setiap Firman Tuhan yang disampaikan. Tanah yang baik merupakan sikap hati yang mendengar, menyimpan dalam hati, menyambut, dan mengerti Firman Tuhan yang diterimanya. Tidak hanya itu, Firman yang telah diterima juga harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari secara terusmenerus, dalam berbagai macam
keadaan (ketika saat baik maupun buruk). Dengan begitu, kehidupan kita akan mengeluarkan buah yang dapat dinikmati oleh banyak orang. Hidup yang berbuah adalah hidup yang mempermuliakan nama Tuhan. Dia rindu agar buah yang kita hasilkan itu tetap dan tidak berubah. Semakin berbuah lebat semakin kuat pula kita di dalam Tuhan. Selamat berbuah di dalam Tuhan! (Hadassah A.T.)
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
53
paren t ing
Oleh : Ronald N. Manuputty, S.Pd. M.Div.
A
pakah tujuan pendidikan yang sesungguhnya? Bagaimana seharusnya sikap orang tua terhadap pendidikan anak-anak mereka?
UNESCO memberikan 4 pilar pendidikan yang menjadi acuan tentang belajar: 1.
Belajar untuk mengetahui (Learning to know). Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang bertahan lama yang ditempuh oleh peserta didik ataupun manusia dalam menjalankan kehidupannya. Belajar untuk mengetahui artinya seseorang dalam proses belajar harus senang mencari tahu apa yang bermakna, tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupannya dan bagaimana cara atau proses yang harus ditempuhnya untuk mengetahui hal-hal yang ia ingin ketahui. Belajar untuk berkarya (Learning to do). Setelah peserta didik belajar mengetahui, belajar untuk mencari hal-hal yang ingin diketahuinya, maka peserta didik tersebut diiringi dengan potensi yang dimilikinya harus dapat menghasilkan suatu karya. Belajar merupakan suatu
proses untuk mengembangkan diri individu, khususnya belajar di sini yaitu dalam pendidikan formal (lingkungan sekolah). Proses belajar untuk berkarya (Learning to do) mengacu pada perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan, perasaan serta kemauan untuk berbuat atau merespon suatu stimulus. Pendidikan membekali manusia untuk tidak sekedar mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu yang tidak bertentangan nilai-nilai norma yang ada, sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan. Belajar untuk berkembang utuh (Learning to be). Setelah peserta didik, atau manusia belajar untuk mengetahui, belajar untuk berkarya,
Belajar untuk mengetahui (Learning to know)
2. Belajar untuk berkarya (Learning to do) 3. Belajar untuk berkembang utuh (Learning to be) 4. Belajar untuk hidup bersama (Learning to live together)
54
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
55
Janganlah mendidik anak Anda untuk menjadi kaya. Didiklah anak Anda untuk merasa bahagia. Sehingga ketika ia dewasa, ia tahu bagaimana menghargai sesuatu bukan harganya.
maka ia harus dapat menjadi manusia seutuhnya. Dalam proses ini, peserta didik diharapkan dapat belajar menjadi pribadi yang kreatif, berwawasan, memiliki pengetahuan yang utuh, menjadi individu yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi, makhluk sosial yang dapat hidup di masyarakat, manusia yang berguna bagi dirinya dan bagi orang lain, serta mampu menguasai ilmu yang ditempuhnya selama proses pendidikan dilaksanakan. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi pribadi yang utuh (learning to be). Selain itu, pendidikan dalam learning to be juga harus bermuara pada bagaimana peserta didik menjadi lebih manusiawi dan menjadi manusia yang berperikemanusiaan. Belajar untuk hidup bersama (Learning to live together). Setelah memahami konsep menjadi pribadi yang utuh diharapkan peserta didik mampu mempelajari bagaimana caranya untuk
56
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
dapat hidup baik bersama masyarakat dalam lingkungannya, karena selain merupakan makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial, makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, dan pada dasarnya manusia butuh bantuan orang lain. Dalam prosesnya, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan di sekolah. Kebiasaan inilah yang nantinya akan menghasilkan tumbuhnya sikap saling memahami, mengerti dan toleransi antar ras, suku dan agama. Pendidikan di sekolah juga harus merangsang soft skill peserta didik sehingga kelak mereka mampu hidup dan bekerja sama dengan orang lain bahkan peka terhadap suka duka orang lain. Dari 4 pilar di atas, UNESCO mengarahkan dan membawa setiap kita untuk memahami bahwa tujuan pendidikan dalam hal ini belajar di sekolah, bukan semata-mata sarat dengan penjejalan berbagai macam ilmu agar anak mengetahui dan menguasai berbagai pengetahuan
secara teori, namun lebih jauh bagaimana pengetahuan yang telah diketahuinya itu dapat diwujudkan menjadi karya nyata yang sesuai dengan nila-nilai yang benar, agung dan mulia serta dapat dirasakan manfaatnya oleh orang lain. Jadi tujuan pendidikan pada dasarnya adalah membentuk manusia yang berkualitas dan berkarakter. Berkualitas tidak dapat dipisahkan dari berkarakter, sebaliknya berkarakter juga tidak dapat dipisahkan dari berkualitas. Keduanya bagaikan mata uang koin dimana permukaan yang satu terikat dengan permukaan yang lain dan tidak dapat dipisahkan. Keduanya harus disajikan sejalan, sederap, selangkah dan seirama bukan sebagai “menu” sampingan yang dapat ada atau tidak ada sesuai dengan situasi dan kondisi. Jauh hari sebelum UNESCO mencanangkan 4 pilar pendidikan, Alkitab telah berbicara seputar pendidikan yang terintegrasi antara kualitas dan karakter. Kita menemukan bagaimana Daniel, Hananya, Misael
dan Azarya yang diberi nama lain oleh pemimpin pegawai istana sebagai Beltzasar, Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak terkontaminasi, ataupun menceburkan diri dengan sistem pendidikan yang diberlakukan oleh Raja Babel dalam kondisi mereka sebagai tawanan. Kita melihat bagaimana mereka dengan konsisten terus menjaga tujuan yang ada dalam pikiran dan hati mereka serta memberlakukannya dalam hidup, meskipun mengandung resiko yang membahayakan, di tengah sistem pendidikan yang ditawarkan Raja Babel yang nampaknya lebih baik, lebih canggih, dan lebih menjanjikan. Perjuangan Beltzasar, Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang tetap berada pada jalur Tuhan tidak menjadi siasia, sebaliknya tetap teruji lewat waktu yang ditentukan. Mereka tampil sangat baik, dari sisi kualitas dan karakter dibandingkan dengan mereka yang mengikuti sistem pendidikan yang ditetapkan Raja Babel. Hal ini mengindikasikan bahwa, jika mereka begitu militan mempertahankan iman Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
57
mereka, tentu di dalamnya ada peranan orangtua yang telah mengajarkan dan mentransformasikan hidup mereka. Orangtua sangat berperan dalam pembentukan iman dan konsepkonsep dasar yang benar dan tepat. Di bagian lain, Alkitab juga dengan jujur mengungkapkan sisi kegagalan orangtua dalam mendidik/mengajar anak-anaknya. Bagaimana seorang Imam seperti Eli telah gagal mendidik anak-anaknya: Hofni dan Pinehas, menjadi orang yang baik. Pengajaran yang diberikan dalam bentuk kalimat ataupun tindakan saat anakanaknya melakukan kesalahan tidak berdampak positif pada perilaku anak-anaknya. Sebagai orangtua, Imam Eli memilki pemahaman yang keliru tentang pendidikan/pengajaran yang ditampakkan dari cara mendidik anak-anaknya. Ketidaktegasan, ketidakterlibatan secara langsung dalam mendidik, teladan yang buruk dari Eli, pada akhirnya membuahkan malapetaka. Berangkat dari kesaksian Alkitab, berarti setiap orangtua yang “menitipkan” anak-anaknya di sekolah, haruslah memiliki pemahaman yang tepat mengenai apa tujuan dari pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai Kristiani. Ironisnya, pemahaman utuh tentang tujuan dari pendidikan/belajar di sekolah sudah banyak diketahui dan dipahami, namun dalam prakteknya, masih jauh dari harapan. Contohnya, anak berprestasi secara akademis tetapi tidak/kurang memiliki nilai-nilai
58
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
Kristiani dalam kehidupannya. Dari pengamatan penulis yang telah berkecimpung dalam dunia pendidikan sejak tahun 1983 sampai sekarang, ternyata sikap sebagian besar orangtua terhadap pendidikan anak-anaknya antara lain: 1. Kurang memperhatikan pertumbuhan karakter anak. 2. Kurang memperhatikan pembelajaran dan internalisasi nilainilai Kristiani. 3. Lebih mengutamakan nilai akademis/prestasi anak di sekolah atau di luar sekolah. 4. Memiliki keyakinan bahwa masa depan anak semata-mata ditentukan oleh nilai akademis atau prestasi di sekolah. Apakah pandangan ini benar? Salahkah sikap seperti ini? Dapatkah prestasi akademis menjadi jaminan hidup di masa depan? Sejauh mana karakter dan nilai-nilai Kristiani berperan atau berpengaruh dalam menggapai citacita anak? Ada beberapa asumsi dibalik pandangan tersebut. Pertama, bahwa semua masalah dapat diselesaikan atau diatur dengan uang. Kedua, kebahagiaan dapat diraih dengan usaha manusia. Ketiga, damai sejahtera dalam hidup dapat diwujudkan dengan adanya materi yang berlimpah. Keempat, bahwa hidup manusia hanya di dunia ini saja.
Saya akan mengulas asumsi-asumsi di atas satu persatu. Asumsi pertama, membenarkan pandangan terhadap materi atau uang. Dalam kenyataannnya, ada banyak peristiwa yang tidak selalu dapat diselesaikan atau berhubungan dengan uang. Misalnya: kemampuan anak dalam menanggung beban atau masalah. Kedua, bahwa kebahagiaan dilihat sebagai komoditas atau barang yang dapat dibeli daripada sebagai anugrah dari Allah. Misalnya: rasa bahagia terhadap suatu prestasi yang dicapai didasari keyakinan bahwa itu semua semata-mata karena usaha diri sendiri. Ketiga, bahwa damai sejahtera dilihat sebagai salah satu fasilitas atau alat yang dapat dipergunakan sesuai dengan keinginan diri sendiri. Misalnya: pencapaian prestasi anak berbanding lurus dengan tingkat stress anak. Keempat, bahwa hidup ini hanya sementara. Asumsi ini tidak mengakui bahwa adanya kehidupan setelah kematian. Misalnya, ketika anak sudah mencapai prestasi yang sangat tinggi: S-3, profesor, maka anak akan sampai kepada titik puncak akademis namun tidak serta merta menjadi titik puncak hidupnya. Jelas bahwa asumsi-asumsi di atas berusaha mengaburkan, membelokkan bahkan mengalihkan sikap yang benar dari para orangtua terhadap pendidikan anak-anaknya. Dan jika asumsi-asumsi ini dianggap sebagai satu-satunya asumsi yang benar dan legal serta dianut dengan satu
semangat hedonisme, maka kegagalan demi kegagalan akan dituai bukan saja oleh dunia pendidikan tetapi juga oleh para orangtua. J. Drost, SJ dalam bukunya Proses Pembelajaran sebagai Proses Pendidikan menyatakan “tugas akhir dari pendidikan adalah perkembangan sepenuhnya dari seseorang yang dipenuhi semangat menjadi pria dan wanita yang diciptakan Allah demi sesama manusia”. Mau tidak mau, suka atau tidak suka maka pertumbuhan karakter anak, pembelajaran dan internalisasi nilainilai Kristiani, harus berjalan seimbang, pararel dan beriringan dengan nilai akademis. Manusia hidup dan diizinkan hidup tidak lain agar dapat melakukan panggilan yang Tuhan percayakan kepadanya dengan seutuhnya. SOLI DEO GLORIA
Sumber penulisan: - Kisah tentang Daniel diambil dari Daniel 1:8-9, 18-21 - Kisah tentang Imam Eli diambil dari 1 Samuel 2:12-17, 22-24 - Internet: 4 Pilar Pendidikan UNESCO Penulis bekerja pada Sekolah Kristen IPEKA dengan pengalaman sebagai guru, Kepala Sekolah SMP, Kepala Sekolah SMA, sekarang menjadi Kepala Bagian Pelayanan Sosial Sekolah Kristen IPEKA
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
59
FOTO-FOTO KEGIATAN Salah satu permainan dalam Retreat Baptis Sidi dan Anggota Baru yang diadakan oleh Tim Sahabat Anggota Baru dengan tema “Sudahkah Yang Terbaik Kuberikan” pada tanggal 28 Februari – 1 Maret 2015 di Wisma Anugrah, Gunung Geulis dengan pembicara Pdt. Imanuel Kristo dan Pnt. Febe O. Hermanto
Para peserta Workshop “High Speed Photography” yang diadakan Kelker Media pada hari Sabtu, 28 Februari 2015 sedang berlatih teknik fotografi dengan kecepatan tinggi.
Hasil karya peserta Workshop “High Speed Photography”
60
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
Para peserta Nice Weekend dengan tema “Mengampuni dan Mencintai Kembali” yang diadakan pada hari Sabtu-Minggu, 14-15 Maret 2015 sedang bernyanyi bersama.
“Run for Charity” Acara lari yang diselenggarakan oleh Komisi Pemuda pada tanggal 28 Maret 2015 di Lapangan Monas dengan tujuan mengumpulkan dana untuk disalurkan kepada Sadana GKI Gunsa
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
61
Sakramen Baptis Dewasa, Pengakuan Percaya (SIDI) dan Penerimaan Anggota Baru yang dilayankan oleh Pdt. Imanuel Kristo pada hari Minggu, 8 Maret 2015 dalam Kebaktian Umum pk. 10.00
Sakramen Baptis Dewasa dan Pengakuan Percaya (SIDI) yang dilayankan oleh Pdt. Merry R. Malau pada hari Minggu, 22 Maret 2015 dalam Kebaktian Umum pk. 17.00
Peneguhan Penatua Periode Pelayanan Tahun 2015-2018 (atas) dan pelepasan para Penatua yang mengakhiri masa pelayanannya (kanan) yang dilakukan pada hari Minggu, 22 Maret 2015 dalam Kebaktian Umum pk. 10.00
Kodam Nite 4 : “I Live To Worship You” dengan bintang tamu Laura Lazarus yang diadakan pada hari Sabtu, 14 Maret 2015 – hidupku untuk memuliakan nama-Nya.
Pelantikan Badan Pekerja Majelis Jemaat (BPMJ) GKI Gunung Sahari masa pelayanan April 2015 – Maret 2016 pada hari Minggu, 5 April 2015 dalam Kebaktian Umum pk. 17.00
62
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015
Rangkaian Paskah:
Adegan drama dalam Kebaktian Pra Paskah II (1 Maret 2015). Kebaktian ini bertema “Engkau Membingkai Agar Aku Terarah” dipimpin oleh Pdt. Merry R. Malau Pdt. Theo P. Situmorang (Kebaktian I-III) dan Pdt. Elisabeth Hasikin (Kebaktian IV)
Rabu Abu (18 Februari 2015) dengan tema “Engkau Mengekang Agar Aku Berserah” dipimpin oleh Pdt. Merry R. Malau
Adegan drama dalam Kebaktian Pra Paskah I (22 Februari 2015). Kebaktian ini bertema “Engkau Mengasah Agar Aku Memancarkan” dipimpin oleh Pdt. Elisabeth Hasikin (Kebaktian I-III) dan Pdt. Hendri M. Sendjaja (Kebaktian IV)
Adegan drama dalam Kebaktian Pra Paskah II (1 Maret 2015). Kebaktian ini bertema “Engkau Membingkai Agar Aku Terarah” dipimpin oleh Pdt. Merry R. Malau
Adegan drama dalam Kebaktian Pra Paskah V (22 Maret 2015). Kebaktian ini bertema “Engkau Berkorban Agar Aku Mendamaikan” dipimpin ole Pdt. Nurhayati Girsang
Adegan drama dalam Kebaktian Pra Paskah VI (29 Maret 2015). Kebaktian ini bertema “Engkau Mengosongkan Agar Aku Dapat Memikul” dipimpin oleh Pdt. Iswanto (Kebaktian I-III) dan Pdt. Suryati Ambarsari (Kebaktian IV).
Kebaktian Jumat Agung (3 April 2015) dengan tema “Engkau Terpancang Agar Aku Menguatkan” dipimpin oleh Pdt. Suta Prawira
Adegan drama dalam Kebaktian Pra Paskah II (1 Maret 2015). Kebaktian ini bertema “Engkau Membingkai Agar Aku Terarah” dipimpin oleh Pdt. Merry R. Malau
Kebaktian Paskah (5 April 2015) dengan tema “Engkau Bangkit Agar Aku Berbuah” dipimpin oleh Pdt. David Sudarto
KKS Menurun 1. Berkat 2. Air minum bayi 3. Panggilan Menteri Kelautan dan Perikanan 5. Kekerasan Dalam Rumah Tangga 6. Tidak mendukung/sakit hati 7. Makhluk Tuhan 11. Anjing (Jawa) 12. Bagian Keuangan 13. Kamu 14. Bank Rakyat Indonesia 16. Perusahaan mobil/motor 20. Pemberian/hadiah 26. … o = Pahlawan 27. Merek motor
28. Tokoh pejuang 29. Penyakit pernafasan 33. Universitas Kristen Indonesia 35. Tidak muda (dibalik) 38. Cemilan gula 39. Negara besar di dunia 40. Kotoran (Jawa) 42. Nama depan kelompok penyanyi lama 43. T … = jenis ikan laut 44. Kisah yang sedih 47. Radio milik GKI Gunsa 48. Nama depan alm. presiden Cina 49. J … = tanaman tanpa daun 50. Awas meledak 51. Satuan luas 54. Sorak gembira 56. Miskin (Jawa)
Syarat pengiriman Jawaban KKS: Jawaban ditulis di atas sehelai kartu pos atau kertas seukuran kartu pos dengan ditempel kupon asli KKS MG 90/XXXII/2015, disertai dengan nama dan alamat sesuai kartu identitas. Diterima selambatnya hari Minggu tanggal 24 Mei 2015, melalui pos atau dimasukkan lewat kotak Majalah Gunsa di depan pintu masuk GSP I lt 1. Jawaban yang benar akan diundi dan disediakan 3 (tiga) buah voucher belanja. Nama pemenang akan diumumkan lewat Warta Persekutuan dan Majalah Gunsa edisi 91/ XXXII/2015. Bagi para pemenang, hadiah dapat diambil di perpustakaan GKI Gunsa pada hari Minggu setelah kebaktian pk 08.00 dengan membawa bukti diri yang sah
Mendatar: 1. Yesus Kristus 4. Buku pedoman umat Kristen 8. Sumatera Utara 9. Doktor 10. Anak Abraham 13. Kedutaan Besar RI 15. Bukan padat, bukan cair 17. Nabi Almasih 18. Seni (Inggris) 19. Tidak muda 21. Air beku 22. Negara Rusia (singkatan) 23. Universitas Indonesia 24. Perseroan Terbatas 25. Ruang Taman Hijau 29. Teh (Inggris) 30. Satuan luas
66
Majalah Gunsa edisi 89/XXXI/2014
KKS – MG tertutup bagi anggota redaksi MG
31. Bank Tabungan Negara 32. Wangi/bau 34. Campur (Jawa) 36. Yang di atas rel (singkatan) 37. Tata Usaha 38. Tidak Berwarna 41. Data (dibalik) 45. Tunggal 46. Armada TNI AL bagian Barat 52. T … = Jenis ikan laut 53. Pegang, ambil 55. Agak sombong 56. Pimpinan AL 57. Istilah agama keragaman Kristen 58. Negara Afrika 59. Gangguan ingatan
Kupon KKS-MG 90/XXXII/2015
Hadiah yang tidak diambil lewat sebulan sejak pengumuman di Warta Persekutuan, akan menjadi milik redaksi. Selamat mengirimkan jawaban Anda!
Jawaban KKS MG 89/XXXI/2014
Pemenang KKS MG 89/XXXI/2014: 1. Evi Susanti, Jl. Cempaka Putih Barat 2H/7E, Rt 010/003, Jakarta Pusat 2. Yonathan Limuel. S, Jl. Cipinang Cempedak II/29A, Rt 011/003, Jakarta Timur, 13340 3. Elizabeth Betty Gunarta, Jl. Barito Raya F 798, Jakamulya, Bekasi Selatan 17146 Majalah Gunsa edisi 89/XXXI/2014
67
68
Majalah Gunsa edisi 90/XXXII/2015