perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KOPERASI DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) SISWA KELAS IV SD (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung, Tahun Ajaran 2010/2011)
Skripsi
Oleh : Ayu Yuniar Kristy NIM K7107002
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KOPERASI DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) SISWA KELAS IV SD (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung, Tahun Ajaran 2010/2011)
Oleh: Ayu Yuniar Kristy NIM K7107002
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit ii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit iii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit iv to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Ayu Yuniar Kristy. PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KOPERASI DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) SISWA KELAS IV SD (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung, Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2011. Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan pemahaman konsep koperasi pada siswa kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung, melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together), dan (2) mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu Tahap Perencanaan (Planning), Tahap Pelaksanaan (Acting), Tahap Pengamatan (Observing), dan Tahap Refleksi (Reflecting). Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung tahun ajaran 2010 / 2011 terdiri dari 20 siswa. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan pemahaman konsep koperasi. Sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, catatan lapangan, tes, dan penggunaan dokumen. Teknik analisis data menggunakan model interaktif yang terdiri tiga komponen analisis, yaitu : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian ini adalah adanya peningkatan rata-rata nilai hasil belajar IPS pada materi koperasi yang diperoleh siswa. Pada tes awal sebesar 59,75; kemudian pada siklus I 61,8; menjadi 74,95 pada siklus II. Kemudian adanya peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa yang pada tes awal hanya 55%; pada siklus I 70% dan pada siklus II menjadi 90%. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan pemahaman konsep koperasi dalam pembelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung.
Kata Kunci : Pemahaman Konsep Koperasi, IPS, Model Pembelajaran Kooperatif, Numbered Heads Together.
commit v to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Ayu Yuniar Kristy. IMPROVING THE UNDERSTANDING ON COOPERATIVE CONCEPT IN SOCIAL SCIENCE LEARNING THROUGH THE COOPERATIVE LEARNING MODEL OF NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TYPE OF THE STUDENTS IN GRADE IV OF PRIMARY SCHOOL (A Classroom Action Research to the Students in Grade IV of State Primary School of Samir, Ngunut, Tulungagung in the Academic Year of 2010/2011). Skripsi: The Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University, Surakarta. July 2011. The objectives of the research are (1) to improve the understanding on Cooperative Concept in Social Science learning of the students in Grade IV of State Primary School of Samir, Ngunut, Tulungagung through the cooperative learning model of NHT type and (2) to describe the implementation of the cooperative learning model of NHT type. This research used a classroom action research with two cycles. Each cycle consisted of four phases, namely: planning, action, observation, and reflection. The subjects of the research were the 20 students in Grade IV of State Primary School of Samir, Ngunut, Tulungagung in the academic year of 2010/2011. The variable which became the target of change of the research was the improvement of understanding on Cooperative Concept in Social Science learning, whereas the variable of action executed in the research was the cooperative learning model of NHT type. The data of the research were gathered through observation, in-depth interview, field notes, test, and content analysis. The data were then analyzed by using an interactive technique of analysis comprising three components, namely: data reduction, data display, and conclusion drawing or verification. The results of the research are as follows. There is an improvement in the Cooperative Concept. Prior to the treatment, the average score is 59.75. Following the treatment it becomes 61.8 in Cycle I and 74.95 in Cycle II. There is an improvement in Following the treatment, becomes 70% in Cycle I and 90% in Cycle II. Based on the results of the research a conclusion is drawn that the use of the cooperative learning model of NHT type can improve the understanding on Cooperative Concept of the students in Grade IV State of Primary School of Samir, Ngunut, Tulungagung.
Keywords: Understanding on Cooperative Concept, Social Science, Cooperative Learning Model, and Numbered Heads Together type.
commit vi to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu. (Amsal 16 : 3)
commit vii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan Kepada : Bapak dan Mamahku tercinta, Zakharia Katimin dan Rahel Sri Supatmini yang selalu mendukung dan memberikan motivasi Adikku, Ester, dan nenekku, Tasmiati, serta seluruh keluarga besarku PGSD-FKIP Universitas Sebelas Maret, almameter tercinta
commit viii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Peningkatan Pemahaman Konsep Koperasi dalam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Siswa Kelas IV SD
enelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SD Negeri Samir
Ngunut Tulungagung Tahun Ajaran 2010/2011). Penulis tidak lepas dari bantuan maupun kerjasama dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, 2. Drs. Rusdiana Indianto, M. Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, 3. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UNS, 4. Drs. Kartono, M. Pd selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan kepada penulis, 5. Prof. Dr. Heribertus Soegiyanto, S. U selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada penulis, 6. Dra. Rukayah, M. Hum selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis, 7. Bpk. Pujiono, S. Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Samir yang telah memberikan izin melakukan penelitian tindakan kelas, 8. Ibu Sri Supatmini, S. Pd selaku guru kelas IV SD Negeri Samir yang telah bersedia berkolaborasi dengan peneliti, 9. Bapak/Ibu guru SD Negeri Samir yang sudah membantu penulis selama proses penelitian, 10. Bapak, Mamah, Ester, dan saudara-saudara tercinta yang telah memberikan dukungan selama proses penyusunan skripsi, 11. Adik-adik Kost Kitta yang selalu memberikan semangat dan motivasi bagi penulis,
commit ix to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12. Sahabat-sahabatku yang sudah mendukung di saat akhir penyusunan skrispsi, 13. Teman-teman mahasiswa S1 PGSD Universitas Sebelas Maret Surakarta, 14. Pembaca dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis berharap kepada pembaca guna memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga hasil Penelitian Tindakan Kelas ini dapat bermanfaat, khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi para pembaca terutama mahasiswa PGSD UNS. Penulis juga tak lupa mengucapkan permintaan maaf bila terdapat kesalahan dalam bertutur kata yang kurang berkenan dihati pembaca sekalian.
Surakarta, 5 Agustus 2011
Peneliti (Ayu Yuniar K)
commit x to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................
v
ABSTRACT ..................................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
viii
KATA PENGANTAR ................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xvi
BAB I.
BAB II.
PENDAHULUAN ...................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Identifikasi Masalah ............................................................
5
C. Pembatasan Masalah ...........................................................
5
D. Rumusan Masalah ...............................................................
6
E. Tujuan Penelitian ................................................................
6
F. Manfaat Penelitian ..............................................................
6
LANDASAN TEORI ..............................................................
8
A. Tinjauan Pustaka .................................................................
8
1. Tinjauan Tentang Pemahaman Konsep Koperasi .........
8
a. Pemahaman ...........................................................
8
b. Konsep ..................................................................
9
c. Koperasi ................................................................
10
commit xi to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Pemahaman Konsep Koperasi ..............................
16
2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif .....
16
a. Model Pembelajaran
BAB III.
........................................
16
b. Model Pembelajaran Kooperatif ...........................
17
c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif .............
18
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif .........................
19
e. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif .......
19
f. Numbered Heads Together (NHT) .......................
20
g. Manfaat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ...............................................................
21
h. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ..............................................................
23
B. Penelitian Yang Relevan ....................................................
24
C. Kerangka Berpikir ...............................................................
25
D. Hipotesis .............................................................................
28
METODE PENELITIAN ........................................................
29
A. Setting dan Jadwal Penelitian
...........................................
29
B. Subjek dan Objek Penelitian .............................................
29
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
.........................................
30
....................................................................
32
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................
32
F. Validitas Data
34
D. Sumber Data
...................................................................
G. Teknik Analisis Data
........................................................
35
..............................................................
37
..........................................................
37
BAB IV . HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................
41
A. Hasil Penelitian ....................................................................
41
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ..........................................
41
2. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................
42
a. Pra Siklus .............................................................. commit xii to user
42
H. Indikator Kinerja I. Prosedur Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Siklus I ...................................................................
45
c. Siklus II .................................................................
55
B. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................
64
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .............................
71
A. Simpulan ..............................................................................
71
B. Implikasi .............................................................................
72
C. Saran ....................................................................................
74
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
76
LAMPIRAN ...............................................................................................
79
BAB V.
commit xiii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel :
Halaman
Tabel 1.
Jadwal Penelitian ......................................................................
29
Tabel 2.
Hasil Evaluasi Pemahaman Konsep Koperasi Siswa Kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung pada Pra Siklus .......
43
Tabel Distribusi Aspek Afektif dan Psikomotor Siswa Kelas IV SD Negeri Samir Siklus I...........................................
51
Hasil Evaluasi Pemahaman Konsep Koperasi Siswa Kelas IV SD Negeri Samir pada Siklus I .................................................
53
Tabel Distribusi Aspek Afektif dan Psikomotor Siswa Kelas IV SD Negeri Samir Siklus II ..................................................
61
Hasil Evaluasi Pemahaman Konsep Koperasi Siswa Kelas IV SD Negeri Samir pada Siklus II ...............................................
62
Tabel 7.
Peningkatan Aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II ........
65
Tabel 8.
Peningkatan Kegiatan Guru dalam Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II ................................................................
66
Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep dan Prosentase Ketuntasan Klasikal pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ...
67
Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6.
Tabel 9.
commit xiv to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar :
Halaman
Gambar 1.
Lambang Koperasi Indonesia .............................................
12
Gambar 2.
Bagan Kerangka Berpikir ....................................................
27
Gambar 3.
Analisis Data Model Interaktif ............................................
36
Gambar 4.
Alur Penelitian Tindakan Kelas ..........................................
38
Gambar 5.
Grafik Nilai Pemahaman Konsep Koperasi Siswa Kelas IV Pra Siklus .............................................................
44
Grafik Hasil Pengamatan Aspek Afektif dan Psikomotor Siswa ...................................................................................
52
Grafik Nilai Pemahaman Konsep Koperasi Siswa Kelas IV Siklus I .................................................................
53
Grafik Hasil Pengamatan Aspek Afektif dan Psikomotor Siswa ...................................................................................
62
Grafik Nilai Pemahaman Konsep Koperasi Siswa Kelas IV Siklus II ...............................................................
63
Grafik Peningkatan Nilai Pemahaman Konsep dan Ketuntasan Belajar Materi Koperasi ...................................
67
Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11.
Guru Membimbing Siswa Mencatat Materi yang Disampaikan guru ...............................................................
182
Gambar 12.
Diskusi Belum Terlihat Maksimal ......................................
182
Gambar 13.
Guru Memberikan Penjelasan Materi pada Siswa .............
183
Gambar 14.
Siswa Menuliskan Hasil Diskusi Kelompok .......................
183
Gambar 15.
Perwakilan Kelompok Membacakan Soal di Depan Kelas ..
184
Gambar 16.
Siswa Mendiskusikan Soal Yang Sudah Dibacakan ...........
184
Gambar 17.
Perwakilan Siswa Membacakan Soal ..................................
185
Gambar 18.
Siswa Berdiskusi Dengan Teman Sekelompok ..................
185
Gambar 19.
Foto SD Negeri Samir ........................................................
186
Gambar 20.
Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri Samir .......................
186
commit xv to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran :
Halaman
Lampiran 1.
Evaluasi Pra Siklus ............................................................
79
Lampiran 2.
Silabus ...............................................................................
84
Lampiran 3.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .....................
87
Lampiran 4.
Kisi-kisi Lembar Kerja Kelompok Siklus I .......................
103
Lampiran 5.
Lembar Kerja Kelompok Siklus I Pertemuan 1 .................
106
Lampiran 6.
Lembar Kerja Kelompok Siklus I Pertemuan 2 .................
110
Lampiran 7.
Evaluasi Siklus I ...............................................................
114
Lampiran 8.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...................
120
Lampiran 9.
Soal Permainan dan Kunci Jawaban .................................
136
Lampiran 10.
Evaluasi Siklus II ..............................................................
143
Lampiran 11.
Pedoman Observasi Guru Siklus I dan Siklus II ..............
149
Lampiran 12.
Hasil Observasi Guru ........................................................
152
Lampiran 13.
Pedoman Observasi Aspek Afektif dan Psikomotor Siswa ..................................................................................
156
Lampiran 14.
Hasil Observasi Aspek Afektif dan Psikomotor Siswa .....
158
Lampiran 15.
Hasil Rekapitulasi Aspek Afektif dan Psikomotor Siswa
166
Lampiran 16.
Daftar Nilai Pemahaman Konsep Koperasi Kelas IV SD Negeri Samir Pra Siklus ..............................................
168
Daftar Nilai Diskusi Kelompok Pemahaman Konsep Koperasi Kelas IV Siklus I ................................................
169
Daftar Nilai Pemahaman Konsep Koperasi Kelas IV SD Negeri Samir Siklus I ..................................................
170
Daftar Nilai Diskusi Kelompok Pemahaman Konsep Koperasi Kelas IV Siklus II ...............................................
171
Daftar Nilai Pemahaman Konsep Koperasi Kelas IV SD Negeri Samir Siklus II .................................................
172
Hasil Wawancara Guru Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT .................................
173
Hasil Wawancara Guru Setelah Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ..................................
175
Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20. Lampiran 21. Lampiran 22. Lampiran 23.
Catatan Lapangan ............................................................. commit xvi to user
177
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 24.
digilib.uns.ac.id
Foto Dokumentasi Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ...
commit xvii to user
182
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya (Fakih Samlawi & Bunyamin Maftuh, 2001 : 5). Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah social studies dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal social studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar di Indonesia dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu, Solo. IPS sebagai mata pelajaran persekolahan, pertama kali digunakan dalam kurikulum 1975. Ilmu-ilmu sosial (khususnya ilmu sejarah, geografi, ilmu ekonomi/koperasi, ilmu politik dan pemerintahan, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial) sangat berperan dalam mendukung mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan memberikan sumbangan berupa konsep-konsep ilmu yang diubah sebagai pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan sosial yang harus dipelajari siswa. Tujuan diajarkannya IPS atau Studi Sosial di sekolah adalah untuk memperlengkapi siswa dengan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai agar dengan itu mereka dapat mengenali dengan baik berbagai permasalahan sosial di masyarakat. Diharapkan dengan itu pula siswa dapat merumuskan dan memilih alternatif pemecahan melalui proses pengambilan keputusan, yaitu alternatif pemecahan yang paling tepat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain (Abdul Azis Wahab, 2009 : 88). Khusus untuk pelajaran IPS SD, materi pelajaran terbagi atas dua bagian, yakni materi sejarah dan materi pengetahuan sosial. Materi sejarah meliputi sejarah 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
lokal dan sejarah nasional, sedangkan materi pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial, geografi, ekonomi, politik/pemerintahan. Materi yang berkaitan dengan perekonomian yang diajarkan di SD meliputi jenis pekerjaan, proses jual beli, pasar, koperasi, ekspor dan impor, serta macam-macam kegiatan ekonomi yang ada di Indonesia. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), materi untuk kelas IV adalah tentang sejarah, kenampakan alam, keragaman suku bangsa, peta, sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi. Dalam penelitian ini materi yang akan digunakan adalah kegiatan ekonomi yang berupa koperasi. Menurut pasal 1 UU No. 25/1992, (http://www.smecda.com, 16 Maret 2011) Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Proses pembelajaran IPS tidak terlepas dari peran serta seorang guru, yaitu mengajar siswa di kelas. Namun, paham mengajar kebanyakan guru adalah suatu kegiatan untuk mendiseminasikan informasi kepada siswa di dalam kelas, atau disebut juga memberitahu (telling). Konsep mengajar ini disebut dengan konsep mengajar guru tradisional. Guru menyampaikan informasinya (telling) atau salah seorang siswa membacakan dengan keras buku pelajaran dan lainnya mengikuti dengan diam dari buku pelajaran masing-masing. Kondisi seperti inilah yang peneliti temukan dalam pembelajaran IPS di kelas IV. Guru lebih sering menggunakan metode konvensional dalam mengajarkan mata pelajaran IPS termasuk pembelajaran materi koperasi. Metode konvensional yang dimaksud adalah ceramah, bertutur (telling), atau siswa hanya ditugaskan untuk membaca, kemudian menghapalkan materi. Hal ini menimbulkan anggapan dalam diri siswa bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan. Siswa kelas IV SD Negeri Samir merupakan sekelompok anak yang memiliki latar belakang yang berbeda. Perbedaan tersebut meliputi kondisi keluarga, karakter/sifat, kepribadian, tingkat kecerdasan (intelegensi). Keadaan tersebut juga dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menerima pelajaran. Berdasarkan pengamatan penulis, terdapat ketidakseimbangan di kelas tersebut. Sebagian siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
aktif, namun ada beberapa yang pasif. Ada siswa yang senang bicara, namun ada juga siswa yang pendiam. Saat guru memberikan tugas, ada siswa yang sudah selesai mengerjakan kemudian mulai melakukan kegiatannya sendiri yang terkadang mengganggu siswa lain. Perbedaan tingkat kemampuan dapat dilihat dari hasil ulangan harian yang diadakan guru. Dari hasil nilai ulangan harian pada materi koperasi (lampiran 16, halaman 168) diperoleh hasil bahwa dari 20 siswa terdapat 9 anak yang mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu sebesar 60. Hal ini menimbulkan asumsi bahwa siswa kurang memahami materi yang sudah disampaikan guru (mungkin siswa lupa). Melihat kondisi belajar dan lingkungan yang terdapat di kelas IV tersebut, diperlukan pembaharuan, baik dalam strategi pengajaran maupun pengelolaan kelas. Guru perlu menginovasikan beberapa model dan metode mengajar, sehingga permasalahan yang sudah diungkapkan di atas dapat teratasi. Untuk itu, peneliti berinisiatif
untuk
melakukan
penelitian
yang
memfokuskan
pada
proses
pembelajaran. Mengingat metode mengajar guru yang monoton dan keberagaman siswa yang ada di kelas, diperlukan suatu strategi atau model pembelajaran yang menarik, yang dapat menunjang dan memaksimalkan kemampuan semua siswa. Pembelajaran
kooperatif
merupakan
strategi
pembelajaran
yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Pembelajaran kooperatif mendorong dan memberi kesempatan kepada siswa untuk terampil berkomunikasi. Artinya, siswa didorong untuk mampu menyatakan pendapat atau idenya dengan jelas, mendengarkan orang lain dan menanggapinya dengan tepat, meminta feedback serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan baik. (Asri Budi Ningsih dalam Makalah yang disajikan dalam Pelatihan Pengembangan ModelModel Pembelajaran tanggal 5 Agustus 2008). Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Dalam pembelajaran kooperatif dikenal berbagai tipe, antara lain Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Jigsaw, Numbered Heads Together (NHT), Think Pair Share (TPS), Teams Games Tournament (TGT), Team Assisted Individualy (TAI), dan Group Investigation (GI). Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan tipe NHT (Numbered Heads Together). Menurut Spencer Kagan dalam Anita Lie (2010 : 59 - 60) tipe NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Dengan teknik ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Larry Maheady, dkk dalam Journal of Behavioral Education, vol.15, (2006 : 27-28) NHT can curriculum-based assessment measures in social studies as well as science when , yang dapat diartikan bahwa NHT dapat meningkatkan pengetahuan umum siswa, nilai ulangan harian siswa, dan kurikulum berbasis penilaian dalam ilmu sosial sebaik ilmu pengetahuan jika dibandingkan dengan pembelajaran tradisional, guru yang memimpin dalam grup teknik bertanya. Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa, yang dikemukakan oleh Lundgren(www.herdy07.wordpress.com, 18 Pebruari 2011) antara lain adalah : (1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (2) Memperbaiki kehadiran, (3) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, (4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, (5) Konflik antar pribadi berkurang, (6) Pemahaman yang lebih mendalam, (7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, (8) Hasil belajar lebih tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
Dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi koperasi. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul
atan
Pemahaman Konsep Koperasi dalam Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Siswa Kelas IV SD (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung,
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu sebagai berikut: 1. Pembelajaran masih didominasi oleh guru. 2. Guru masih menggunakan metode konvensional dalam mengajar. 3. Tingkat kemampuan siswa yang beragam. 4. Kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi IPS sehingga berdampak pada nilai ulangan harian yang rendah. 5. Kurangnya kemampuan berinteraksi siswa dalam proses pembelajaran. 6. Anggapan siswa bahwa mata pelajaran IPS sulit untuk dipahami dan membosankan. 7. Faktor internal siswa yang berpengaruh terhadap prestasi belajar antara lain minat belajar, dan kemampuan awal siswa (intelegensi). 8. Guru masih kesulitan dalam mengaktifkan siswa pada proses pembelajaran. 9. Dalam pembelajaran IPS model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah STAD, Jigsaw, NHT, TGT, TAI, TPS, dan GI. 10. Dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar kelas IV terdapat beberapa materi antara lain sejarah, kenampakan alam, keragaman suku bangsa, peta, sumber daya alam, kegiatan ekonomi yaitu koperasi, dan kemajuan teknologi.
C. Pembatasan Masalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka agar penelitian ini dapat lebih terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan, penulis melakukan pembatasan masalah pada: 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). 2. Materi pelajaran IPS yang diteliti adalah tentang koperasi. 3. Peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi koperasi sehingga nilai ulangan harian dapat meningkat.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan pemahaman konsep koperasi pada siswa kelas IV? 2. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT agar dapat meningkatkan
pemahaman
konsep
koperasi
dalam
pembelajaran
Ilmu
Pengetahuan Sosial?
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang materi koperasi pada mata pelajaran IPS. 2. Mendeskripsikan penerapan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together).
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan strategi pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. b. Menjadi referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya yang relevan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
2. Manfaat Praktis Penelitian ini bermanfaat baik bagi siswa, guru maupun sekolah : a. Manfaat bagi siswa Hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa yaitu meningkatnya pemahaman konsep koperasi pada mata pelajaran IPS.
b. Manfaat bagi guru Dengan dilaksanakannya penelitian ini, guru dapat mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran dapat teratasi. c. Manfaat bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah, terutama dalam rangka perbaikan pembelajaran sehingga meningkatkan mutu pendidikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang Pemahaman Konsep Koperasi a. Pemahaman Bloom dalam Rochman Natawidjaja dan Moein Moesa, (1992 : 94) membagi perilaku pembelajaran ke dalam tiga ranah atau domain, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Setiap ranah ini terbagi-bagi lagi ke dalam perilaku yang lebih khusus, sebagai berikut: 1). Ranah Kognitif (cognitive domain), terdiri dari: a) Pengetahuan (knowledge), b) Pemahaman (comprehension), c) Penerapan (application), d) Analisis (analysis), e) Sintesis (synthesis), f) Evaluasi (evaluation). 2). Ranah Sikap (affective domain), terdiri dari: a) Kemampuan menerima (receiving), b) Kemauan menanggapi (responding), c) Berkeyakinan (valuing), d) Penerapan karya (organization), e) Ketelitian (characterization by value). 3). Ranah Psikomotor (psychomotor domain), terdiri dari: a) Gerak tubuh (gross body movement), b) Koordinasi gerak (finely coordinated movement), c) Komunikasi nonverbal (nonverbal communication sets), d) Perilaku bicara (speech behaviors). Berdasarkan pembagian tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pemahaman seseorang berada pada aspek kognitif. Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (W. S. Winkel, 2004 : 274). Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan; mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti rumus matematika ke dalam bentuk kata-kata; membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan yang pertama (pengetahuan).
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk dapat memaknai suatu hal yang dipelajari. Pemahaman seseorang dapat diwujudkan dalam bentuk kata kerja operasional merangkum,
sebagai
berikut:
mengubah,
menjelaskan,
memberikan
menguraikan,
contoh
tentang,
merumuskan, menyimpulkan,
menerangkan, mendemonstrasikan, dan membuktikan.
b. Konsep Konsep menurut Moore dalam Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh, - - suatu pemikiran, suatu
Maftuh, (1998 : 6) menyatakan bahwa
- - gagasan-gagasan tentang
sesuatu ... Konsep adalah suatu gagasan yang ada melalui contohMenurut W. S. Winkel (2004 : 113), konsep ialah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri sama. Konsep dibedakan atas konsep konkrit dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep konkrit adalah pengertian yang menunjuk pada aneka objek dalam lingkungan fisik. Konsep itu mewakili golongan benda tertentu, seperti meja, kursi, pohon, dan lain sebagainya; golongan sifat tertentu, seperti warna dan bentuk, dan lain sebagainya; relasi tempat di antara benda-benda, seperti di atas, di bawah, di samping, dan lain sebagainya; golongan perbuatan tertentu seperti duduk, mengangkat, menurunkan. Orang yang memiliki konsep, mampu untuk menunjukkan benda atau perbuatan tertentu yang diwakili dalam konsep itu, dengan menunjuk pada realitas dalam lingkungan fisik. Dia memberikan prestasi yang membuktikan bahwa dia sudah mempunyai konsep yang tepat. Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Realitas yang tidak berbadan atau tidak bermateri, tidak dapat diamati secara langsung. Misalnya, anak A adalah saudara sepupu anak B. Ini merupakan suatu kenyataan, tetapi kenyataan itu tidak dapat diketahui dengan mengamati anak A dan anak B saja. Kenyataan itu diberitahukan melalui penggunaan bahasa dan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
karena itu konsep yang didefinisikan, diajarkan tanpa ada kemungkinan untuk menunjukkan dua orang bersaudara sepupu hanya dengan mengamati dua orang itu. Konsep yang demikian, biasanya, telah dituangkan dalam suatu definisi, maka
memiliki jari-
: 113-114).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu gagasan yang mengandung sebuah pengertian. Orang yang memiliki konsep, mampu mengadakan abstraksi terhadap segala obyek yang dihadapi, sehingga obyek ditempatkan dalam golongan tertentu (klasifikasi). Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata yang mewakili konsep itu; jadi lambang mental (konsep) dituangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).
c. Koperasi 1). Pengertian Koperasi H.E. Erdman dalam Subandi, (2010 : 19) menjelaskan
operasi ialah
usaha bersama, merupakan badan hukum, anggota ialah pemilik dan yang menggunakan jasanya dan mengembalikan semua penerimaan di atas biayanya kepada anggota sesuai dengan transaksi yang mereka jalankan dengan koperasi Masih dalam Subandi (2010 : 19), G. Mladenata mengemukakan bahwa operasi terdiri atas produsen-produsen yang bergabung secara sukarela untuk mencapai tujuan bersama, dengan saling bertukar jasa secara kolektif dan menanggung resiko bersama, dengan mengerjakan sumber-sumber yang disumbangkan
oleh
anggota .
(http://community.gunadarma.ac.id,
3
Maret
Menurut 2011),
Hendrojogi operasi
adalah
perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya mereka yang sama melalui pemisahan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 Sedangkan menurut pasal 1 UU No. 25/1992, (http://www.smecda.com, 16 Maret 2011) yang dimaksud beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
Berdasarkan definisi para ahli tersebut dapat disimpulkan pengertian koperasi adalah suatu kegiatan usaha yang didirikan secara sukarela oleh orangorang yang memiliki tujuan bersama yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggotanya.
2). Tujuan dan Manfaat Koperasi Tujuan koperasi dapat ditemukan dalam pasal 3 UU No. 25/1992 (http://www.smecda.com memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila
Berdasarkan pasal tersebut, tujuan koperasi pada garis besarnya meliputi 3 hal yaitu: (1) Memajukan kesejahteraan anggotanya, (2) Memajukan kesejahteraan masyarakat, (3) Ikut serta membangun tatanan perekonomian nasional. Berikut ini beberapa manfaat koperasi menurut Wawan Junaidi (http://wawan-junaidi.blogspot.com, 3 Maret 2011) yaitu: a) Meningkatkan penghasilan anggota-anggotanya. Sisa hasil usaha yang diperoleh koperasi dibagikan kembali kepada para anggotanya sesuai dengan jasa dan aktivitasnya. b) Menawarkan barang dan jasa dengan harga yang lebih murah. Barang dan jasa yang ditawarkan oleh koperasi lebih murah dari yang ditawarkan di toko-toko. Hal ini bertujuan agar barang dan jasa mampu dibeli para anggota koperasi yang kurang mampu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 c) Menumbuhkan motif berusaha yang berperikemanusiaan. Kegiatan koperasi tidak semata-mata mencari keuntungan tetapi melayani dengan baik keperluan anggotanya. d) Menumbuhkan sikap jujur dan keterbukaan dalam pengelolaan koperasi. Setiap anggota berhak menjadi pengurus koperasi dan berhak mengetahui laporan keuangan koperasi. e) Melatih masyarakat untuk menggunakan pendapatannya secara lebih efektif dan membiasakan untuk hidup hemat.
3). Lambang Koperasi Gambar di bawah ini merupakan lambang koperasi Indonesia.
Gambar 1. Lambang Koperasi Indonesia Sumber: Wikipedia.org Lambang koperasi Indonesia memiliki makna di tiap-tiap bagian dari lambang tersebut. Makna tersebut dapat diungkapkan sebagai berikut: 1. Pohon beringin, melambangkan sifat kemasyarakatan dan persatuan yang kokoh dan berakar kuat. 2. Bintang dan perisai, melambangkan Pancasila sebagai landasan idiil. 3. Timbangan, melambangkan keadilan sosial sebagai salah satu dasar koperasi. 4. Gerigi roda, melambangkan usaha atau kerja yang terus menerus. 5. Padi dan kapas, melambangkan kemakmuran yang diusahakan dan yang harus dicapai oleh koperasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 6. Rantai, melambangkan persahabatan dan persatuan yang kuat. 7. Warna merah dan putih, melambangkan sifat nasional koperasi. 8. Indonesia. (Tantya Hisnu P, 2008 : 159).
4). Landasan dan Azas Koperasi Landasan koperasi Indonesia merupakan pedoman dalam menentukan arah, tujuan, peran serta kedudukan koperasi terhadap pelaku-pelaku ekonomi lainnya di dalam sistem perekonomian Indonesia. Dalam UU No. 25/1992 (http://www.smecda.com, 16 Maret 2011) tentang pokok-pokok perkoperasian, koperasi Indonesia mempunyai landasan sebagai berikut. (1) Landasan Idial koperasi Indonesia ialah Pancasila; dan (2) Landasan Struktural, ialah UndangUndang
Dasar
1945.
Berdasarkan
pasal
2
UU
No.
25/1992
(http://www.smecda.com, 16 Maret 2011), ditetapkan sebagai asas koperasi ialah kekeluargaan.
5). Macam-macam Koperasi Ada bermacam-macam bentuk koperasi. Pengelompokan jenis koperasi bisa dilakukan berdasarkan jenis usaha dan keanggotaan koperasi (Tantya Hisnu P, 2008 : 162-164). a). Berdasarkan Jenis Usahanya Dilihat dari jenis usahanya, koperasi dapat dibedakan menjadi tiga, yakni koperasi konsumsi, koperasi kredit, dan koperasi produksi. (1) Koperasi Konsumsi Koperasi konsumsi adalah koperasi yang menyediakan kebutuhan pokok para anggota. Contoh kebutuhan pokok yang disediakan adalah beras, gula, kopi, tepung, dan sebagainya. Barang-barang yang disediakan harganya lebih murah dibandingkan toko lainnya. (2) Koperasi Kredit Koperasi kredit disebut juga koperasi simpan pinjam. Anggota koperasi mengumpulkan modal bersama. Modal yang terkumpul dipinjamkan kepada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 anggota. Koperasi simpan pinjam membantu para anggota untuk memperoleh kredit atau pinjaman uang. Caranya anggota mengajukan permohonan pinjaman ke koperasi. (3) Koperasi Produksi Koperasi produksi membantu anggota menghadapi kesulitan-kesulitan dalam berusaha. Misalnya koperasi membantu menyediakan bahan baku untuk kerajinan, menyediakan bibit dan pupuk untuk petani, dan lain-lain. Selain itu, anggota koperasi mencari jalan keluar dari permasalahan secara bersama-sama. Koperasi produksi juga menampung hasil usaha anggotanya. Dengan demikian, anggota tidak mengalami kesulitan menjual hasil usahanya. Anggota koperasi produksi dalam bidang pertanian dapat menjual hasil bumi padi, jagung, kacang, kedelai, dan lain-lain ke koperasi. Demikian juga para peternak dan pengrajin. b). Berdasarkan Keanggotaannya Dilihat dari keanggotaannya dikenal beberapa bentuk koperasi, antara lain koperasi petani, koperasi pensiunan, koperasi pegawai negeri, koperasi sekolah, dan Koperasi Unit Desa. (1) Koperasi Pertanian Koperasi ini beranggotakan para petani, buruh tani, dan orang-orang yang terlibat dalam usaha pertanian. Koperasi pertanian melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pertanian, misalnya penyuluhan pertanian, pengadaan bibit unggul, penyediaan pupuk, obat-obatan, dan lain-lain. (2) Koperasi Pensiunan Koperasi pensiunan beranggotakan para pensiunan pegawai negeri. Koperasi ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan para pensiunan dan menyediakan kebutuhan para pensiunan. (3) Koperasi Pegawai Negeri Koperasi ini beranggotakan para pegawai negeri. Koperasi ini didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan para pegawai negeri. (4) Koperasi Sekolah Koperasi ini beranggotakan para warga suatu sekolah. Koperasi sekolah menyediakan kebutuhan warga sekolah, misalnya buku tulis, pena, penggaris,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 pensil, dan lain-lain. Koperasi sekolah diusahakan dan diurus oleh siswa. Di samping menyediakan kebutuhan sekolah, koperasi sekolah juga merupakan tempat untuk latihan berorganisasi, latihan bekerja sama, latihan bertanggung jawab, dan latihan mengenal lingkungan. (5) Koperasi Unit Desa Koperasi
unit
desa
beranggotakan masyarakat
pedesaan.
KUD
melakukan kegiatan usaha di bidang ekonomi. Beberapa usaha KUD, misalnya: menyalurkan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan, alat-alat pertanian, serta memberikan penyuluhan teknis bersama dengan petugas penyuluh lapangan kepada para petani. Di tingkat kabupaten dan provinsi terdapat Pusat Koperasi Unit Desa (PUSKUD) yang bertugas memberikan bimbingan kepada KUD-KUD. Di tingkat pusat terdapat Induk Koperasi Unit Desa (INKUD) yang bertugas memberikan bimbingan kepada PUSKUD di seluruh Indonesia. c). Berdasarkan Tingkatannya Berdasarkan tingkatannya koperasi dapat dibedakan sebagai berikut: (1) Koperasi Primer Koperasi primer merupakan koperasi yang beranggotakan orang-orang. Anggota koperasi primer paling sedikit 20 orang. (2) Koperasi Sekunder Koperasi sekunder merupakan koperasi yang beranggotakan beberapa koperasi. Koperasi sekunder meliputi: -
Pusat Koperasi Pusat koperasi merupakan koperasi yang anggotanya paling sedikit lima buah koperasi primer dan berada di satu kabupaten/kota.
-
Gabungan Koperasi Gabungan koperasi merupakan koperasi yang anggotanya paling sedikit tiga buah pusat koperasi. Wilayahnya meliputi satu provinsi atau lebih.
-
Induk Koperasi Induk koperasi merupakan koperasi yang anggotanya paling sedikit tiga buah gabungan koperasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 d. Pemahaman Konsep Koperasi Berdasarkan uraian mengenai hakikat pemahaman konsep, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pemahaman konsep adalah suatu kemampuan untuk memaknai sebuah gagasan tertentu. Sedangkan koperasi adalah suatu kegiatan usaha yang didirikan secara sukarela oleh orang-orang yang memiliki tujuan bersama yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggotanya.
Jadi pemahaman konsep koperasi dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk memaknai pemikiran, atau gagasan yang terkandung dalam koperasi.
2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif a. Model Pembelajaran Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-
dkk dalam Trianto
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 penjelasan menunjukkan bahwa suatu model pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem, dan sebagainya. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau prosedur yang dijadikan pedoman bagi pengajar (guru) dalam melaksanakan suatu pembelajaran guna mencapai tujuan tertentu.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama . Sedangkan Anita Lie (2010 : 12) Cooperative Learning) adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugasrning is a successful teaching strategy in which small teams, each with students of different levels of ability, use a variety of learning . (http://edtech.kennesaw.edu/, 18 Pebruari 2011). Diartikan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi mengajar yang sukses dengan menggunakan tim kecil, dengan beberapa siswa yang memiliki kemampuan beragam, menggunakan berbagai macam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu materi. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Smith, dan Johnson & Johnson (http://www.ce.umn.edu/,17 Pebruari 2011). that students work cooperative learning involves people working in teams to accomplish a common goal, under conditions that involve both positive interdependence (all members must cooperate to complete the task) and individual and group acccountability (each member individually as well as all members collectively accountable for the work of
Melalui kutipan di atas dapat disimak bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pengajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga para siswa bekerjasama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 untuk memaksimalkan kemampuan mereka dan pembelajaran lainnya. Perhatian struktur pembelajaran kooperatif melibatkan orang-orang yang bekerja dalam tim untuk meraih tujuan bersama, dalam kondisi yang melibatkan saling ketergantungan positif (semua anggota harus bekerjasama menyelesaikan tugas) dan tanggung jawab individu dan kelompok (tiap anggota secara individu sama baiknya dengan semua anggota secara kolektif bertanggung jawab pada pekerjaan kelompok). Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok yang terdiri dari beberapa siswa yang memiliki tingkat kemampuan berbeda (kelompok heterogen) guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Arends dalam Trianto (2007 : 47) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar. 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. 3) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam; dan 4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 Menurut Anita Lie (2010 : 41 - 46) terdapat beberapa ciri-ciri yang menonjol dalam model pembelajaran kooperatif. 1) Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman). Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. 2) Jumlah anggota dalam satu kelompok bervariasi mulai dari 2 sampai dengan 5 anak, menurut kesukaan guru dan kepentingan tugas. 3) Adanya kerja sama antar individu dalam kelompok. 4) Dalam penilaian, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok. Nilai anggota.
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas akademik, membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, dan sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan bekerjasama dan kolaborasi. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun bertujuan untuk : 1) Meningkatkan partisipasi siswa, 2) Memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta 3) Memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakang. (Trianto, 2007 : 42)
e. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Roger dan David Johnson dalam Anita Lie, (2010 : 31-35) terdapat lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 1) Saling ketergantungan positif. Keberhasilan kelompok bergantung pada usaha setiap anggotanya. Masing-masing anggota bekerja sama dan saling membantu satu sama lain. 2) Tanggung jawab perseorangan. Setiap anggota dalam kelompok selain bertanggung jawab pada kelompok, juga memiliki tanggung jawabnya sendiri. 3) Tatap muka. Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. 4) Komunikasi antaranggota. Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. 5) Evaluasi proses kelompok. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran model Cooperative Learning.
f. Numbered Heads Together (NHT) Numbered Heads Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Beliau menjelaskan Numbered Heads Together (NHT) sebagai berikut. (http://www.teachervision.fen.com, 18 Pebruari 2011). established. Each member is given numbers of 1, 2, 3, 4. Questions are asked of the group. Groups work together to answer the question so that all can verbally answer the question. Teacher calls out a number (exp : two) and each two is Dapat diartikan sebagai berikut: Sebuah kelompok yang terdiri dari empat orang. Tiap anggota diberi nomor 1, 2, 3, 4. Pertanyaan diberikan kepada kelompok. Kelompok bekerjasama untuk menjawab pertanyaan sehingga semua dapat menjawab pertanyaan yang diberikan. Guru memanggil sebuah nomor (misalnya : dua) dan tiap kelompok yang memiliki angka dua harus memberikan jawabannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 Trianto (2007 : 62) mengungkapkan
(NHT)
atau penomoran berpikir bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dan setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian
secara
acak
guru
memanggil
nomor
dari
siswa.
(http://gurupkn.wordpress.com/, 18 Pebruari 2011). Numbered Heads Together is a cooperative learning strategy that holds each student accountable for learning the material. Students are placed in groups and each person is given a number (from one to the maximum number in each group). (http://www.teachervision.fen.com, 18 Pebruari 2011). Diartikan bahwa Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah suatu strategi pembelajaran kooperatif yang memegang siswa untuk bertanggung jawab dalam belajar suatu materi. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, dan setiap siswa diberi nomor (mulai nomor 1 sampai jumlah terbanyak dalam satu kelompok). Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam beberapa kelompok kecil, dan setiap siswa diberi nomor kemudian secara acak guru akan memanggil nomor tersebut, selanjutnya siswa yang memiliki nomor tersebut berkewajiban untuk memberikan jawaban hasil diskusi kelompok.
g. Manfaat Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa, yang dikemukakan oleh Lundgren(www.herdy07.wordpress.com, 18 Pebruari 2011), antara lain adalah: 1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi, 2) Memperbaiki kehadiran, 3) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, 4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, 5) Konflik antara pribadi berkurang, 6) Pemahaman yang lebih mendalam, 7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, 8) Hasil belajar lebih tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 Spencer Kagan dalam The Structural Approach to Cooperative Learning (http://faculty.brenau.edu/,17
Pebruari
2011)
mengungkapkan
kegunaan
Numbered Heads Together. accountability, all of which lead to cooperative interaction among students. Positive interdependence is built into the structure: if any students knows the answer, the ability of each student is increased. Individual accountability is also built in: all the helping is confined to the heads together steps; students know that once a number is called, each student is on his oe her own. The high achievers share answers because they know their number might not be called, and they want their team to do well. The lower achievers listen carefully because they k
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa manfaat dari penerapan Numbered Heads Together adalah kemampuan siswa dapat meningkat. Hal ini dikarenakan adanya saling ketergantungan positif antar anggota dalam kelompok. Selain itu kerjasama antarsiswa juga dapat terjalin. Siswa yang memiliki kemampuan tinggi dapat membantu siswa yang memiliki kemampuan rendah. Sehingga secara tidak langsung dapat menumbuhkan rasa toleransi pada diri siswa. Melalui model ini juga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa. Siswa bertanggung jawab untuk menuntaskan tugas yang diberikan oleh guru secara bersama-sama. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Larry Maheady, Jean Michielli-Pendl, Gregory F. Harper, dan Barbara Mallette, dalam The Effects of Numbered Heads Together with and Without an Incentive Package on the Science Test Performances of a Diverse Group of Sixth Graders, (Journal of Behavioral Education, vol.15, 2006) memberikan hasil bahwa penggunaan NHT dapat meningkatkan hasil ulangan harian siswa dalam pelajaran ilmu pengetahuan, dan meningkatkan kepuasan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Penggunaan NHT juga dapat meningkatkan kemampuan akademik dan keaktifan siswa saat diskusi kelas. Bahkan tanpa ada penilaian dan penghargaan dari guru, siswa dapat meningkatkan nilai kuis dengan kurang lebih satu tingkat dibandingkan sebelumnya. Penjelasan tersebut dapat dikutip sebagai berikut: chemistry quizzes and enhancing pupil satisfaction with instructional procedures
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 and outcomes. The present study also provides a second replication for the positive discussions. Even without the daily points, public posting, and contingent rewards, student improved their quiz scores by approximately one letter grade over their substantial as those reported previously, they do provide empirical support for thr (Journal of Behavioral Education, vol. 15, www.springerlink.com pada tanggal 8 Juli 2011).
2006,
yang
diunduh
dari
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan NHT dalam pembelajaran memiliki banyak manfaat bagi siswa, khususnya dalam meningkatkan kemampuan akademik. Serta beberapa manfaat lain yang dapat meningkatkan kemampuan individu siswa, seperti kemampuan bekerja sama, meningkatkan rasa percaya diri, kepuasan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan meningkatkan penerimaan terhadap perbedaan.
h. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT (Trianto, 2007:63): 1) Fase 1: Penomoran Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dan tiap kelompok beranggotakan 3-5 anak dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5 (tergantung jumlah anggota dalam tiap kelompok). 2) Fase 2: Mengajukan Pertanyaan Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. 3) Fase 3: Berpikir Bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban. 4) Fase 4: Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 Sedangkan Kagan (http://faculty.brenau.edu/, 17 Pebruari 2011), menjelaskan langkah-langkah pembelajaran NHT sebagai berikut: 1) Guru membagi siswa dalam kelompok dan memberikan nomor pada masing-masing anggota: 1, 2, 3, dan 4. 2) Guru memberikan sebuah pertanyaan. 3) berpikir bersama, dan meyakinkan setiap siswa dalam kelompok mengetahui jawabannya. 4) Guru memanggil salah satu nomor (1, 2, 3, atau 4), dan siswa yang memiliki nomor tersebut dapat menjawab pertanyaan.
B. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengenai variabel yang menjadi pokok penelitian. Hal ini diperlukan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya. Seperti halnya penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah mengenai peningkatan pemahaman konsep koperasi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (variabel terikat) melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT (variabel bebas). 1. Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Kelas III SD Negeri Klumprit 03 Kabupaten Sukoharjo, tahun
Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut hampir sama dengan variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Yaitu dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pada penelitian tersebut menggunakan dua siklus, dan hasil penelitian menyebutkan bahwa berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I dan siklus II dapat dinyatakan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri Klumprit 03, baik dalam prestasi belajar kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 58,5; siklus 1 71,5; dan pada siklus 2 naik menjadi 79,8. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
2.
Peningkatan Prestasi Belajar IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif Pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Lalung, Karanganyar, tahun 2008/2009 .
Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut hampir sama dengan variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Yaitu dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif, serta mata pelajaran yang diambil yaitu IPS. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus pada siswa kelas V SD Negeri 03 Lalung, Karanganyar, dapat diketahui bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti pada siklus I, setelah dilakukan pemberian tindakan (perubahan model pembelajaran) terjadi peningkatan prestasi belajar siswa (sebelumnya nilai siswa di bawah rata-
Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif dapat menunjang prestasi belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir Proses pembelajaran IPS tidak terlepas dari peran serta seorang guru, yaitu mengajar siswa di kelas. Namun, paham mengajar kebanyakan guru adalah suatu kegiatan untuk mendiseminasikan informasi kepada siswa di dalam kelas, atau disebut juga memberitahu (telling). Konsep mengajar ini disebut dengan konsep mengajar guru tradisional. Guru menyampaikan informasinya (telling) atau salah seorang siswa membacakan dengan keras buku pelajaran dan lainnya mengikuti dengan diam dari buku pelajaran masing-masing. Kondisi seperti inilah yang peneliti temukan dalam pembelajaran IPS di kelas IV. Guru lebih sering menggunakan metode konvensional dalam mengajarkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 mata pelajaran IPS (dalam hal ini materi koperasi). Metode konvensional yang dimaksud adalah ceramah, bertutur (telling), atau siswa hanya ditugaskan untuk membaca, kemudian menghapalkan materi. Hal ini menimbulkan anggapan dalam diri siswa bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan. Prestasi belajar yang rendah membuktikan bahwa pemahaman konsep siswa terhadap materi koperasi kurang. Oleh karena itu peneliti akan melakukan tindakan berupa pemberian variasi dalam hal model pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Sebenarnya, dalam model pembelajaran kooperatif terdapat banyak variasi atau tipe pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan tipe NHT (Numbered Heads Together). Tindakan yang diberikan dilakukan dalam dua siklus, dan dalam tiap siklus terdapat beberapa proses, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil refleksi pada siklus I akan digunakan sebagai acuan untuk perbaikan pada siklus II. Dari pelaksanaan tindakan tersebut, maka diharapkan akan meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi koperi. Penjelasan mengenai kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan dalam gambar 2 berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
Keadaan awal
Dalam pembelajaran IPS, guru masih menggunakan metode konvensional
Pemberian Tindakan
Tingkat pemahaman siswa terhadap konsep koperasi kurang
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Siklus I
Siklus II
Perencanaan
Perencanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Pelaksanaan
Observasi
Keadaan akhir
Refleksi
Observasi
Setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diduga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi koperasi
Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 D. Hipotesis Berdasarkan permasalahan, tinjauan pustaka dan penelitian relevan yang telah diuraikan, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan pemahaman konsep koperasi siswa kelas IV SD Negeri Samir, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting dan Jadwal Penelitian 1. Setting Penelitian Penelitian mengenai peningkatan pemahaman konsep koperasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dilaksanakan di SD Negeri Samir, yang berlokasi di Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung. Di sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. Lokasinya mudah terjangkau oleh peneliti karena letaknya dekat dengan daerah tempat tinggal peneliti. 2. Jadwal Penelitian Jadwal penelitian mencakup beberapa tahap, yang dimulai dari tahap penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, hingga penyusunan laporan hasil penelitian yang dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Pebruari 2011 sampai bulan Juli 2011. Rencana jadwal penelitian disusun dalam tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Jadwal Penelitian Bulan Keterangan Penyusunan proposal Pengajuan ijin skripsi
Pebruari X
Maret
April
Mei
X
X
Juni
Juli
X
X
X X
Pelaksanaan penelitian
X
Pengolahan data Penyusunan laporan
X
Ujian Skripsi
B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Samir semester II tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 20 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7
commit to user 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
siswa perempuan. Dalam kelas tersebut terdapat satu siswa yang membutuhkan perhatian khusus, karena siswa tersebut belum dapat membaca dan menulis dengan lancar. 2. Objek Penelitian Objek penelitian tindakan kelas ini adalah tentang peningkatan pemahaman konsep koperasi pada mata pelajaran IPS melalui penggunaan model pembelajaran baru yang akan diterapkan guru yang dikarenakan hal-hal berikut ini yaitu pemahaman konsep siswa kurang, sehingga berdampak pada hasil belajar yang kurang memuaskan, partisipasi aktif siswa rendah, dan variasi mengajar guru yang monoton. Adapun jenis tindakan yang diteliti adalah proses belajar mengajar, kerja sama siswa dalam berdiskusi, keseriusan dalam mengerjakan suatu tugas, dan sikap kooperatif siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut Arikunto (dalam Suyadi, 2010 : 18), Penelitian Tindakan Kelas adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Zainal Aqib, dkk (2009 : 3) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. Sedangkan Mulyasa (2009 : 11) menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas sebagai suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilaksanakan oleh guru terhadap dirinya dan siswa-siswa yang diajarnya di kelas, berupa rangkaian tindakan yang dilakukan secara bersiklus, dalam rangka memperbaiki kinerja dan hasil belajar siswa. Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai guru yang mengajar di kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
2. Strategi Penelitian Penelitian ini akan menggunakan dua siklus, yang di setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Jika tindakan pada siklus I hasilnya belum memenuhi target yang ditentukan, maka akan dilakukan tindakan pada siklus II. Strategi dalam penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Perencanaan adalah tahap untuk peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Peneliti juga menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. b. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan adalah menerapkan hal yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Dalam tahap ini peneliti harus ingat dan berusaha menaati apa yang dirumuskan dalam rancangan, tapi juga harus berlaku wajar dan tidak dibuat-buat. c. Tahap Observasi Observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instrumen pengumpulan data (observasi, wawancara, dan lain-lain). d. Tahap Refleksi Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali hal yang telah dilakukan.
seolah memantulkan pengalamannya ke cermin, sehingga tampak jelas penglihatannya, baik kelemahan dan kekurangannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
D. Sumber Data Data yang diperoleh untuk penelitian ini bersumber dari: 1. Siswa kelas IV yang berjumlah 20 anak dan guru kelas IV dan beberapa guru dari SD Negeri Samir. 2. Informasi yang didapat dari hasil pengamatan (observasi) selama proses pembelajaran berlangsung, serta pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif. 3. Hasil wawancara dengan guru dan beberapa siswa kelas IV. 4. Nilai hasil evaluasi atau nilai tes yang diberikan kepada siswa serta dokumen yang berkaitan / menunjang penelitian. 5. Lingkungan kelas sebagai tempat berlangsungnya kegiatan penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Observasi Observasi (pengamatan) diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Teknik pengamatan yang digunakan adalah pengamatan berperanserta, yang menjadikan peneliti sebagai pengamat yang berperanserta dalam kegiatan subjeknya pada situasi yang diinginkan peneliti untuk dapat dipahami. Selain itu, observasi juga melibatkan guru kelas sebagai observer yang bertindak mengamati peneliti dalam kegiatan mengajar. Observasi pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan aspek afektif dan psikomotor siswa, serta observasi pada keterampilan mengajar guru (peneliti). 2. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara adalah alat untuk memperoleh data atau fakta atau informasi dari seorang murid secara lisan (Dewa Ktut Sukardi, 1983, dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
http://sevli074.wordpress.com, 17 Maret 2011). Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas untuk mengumpulkan data berupa tanggapan guru kelas selama mengamati proses pembelajaran yang sudah berlangsung sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 3. Catatan Lapangan Catatan lapangan adalah proses pencatatan yang dilakukan peneliti setiap kali selesai mengadakan pengamatan atau wawancara. Hal ini tidak boleh dilalaikan karena akan tercampur dengan informasi lain dan ingatan seseorang itu sifatnya terbatas. Catatan lapangan dalam penelitian ini digunakan untuk membantu peneliti mengingat setiap kejadian dalam pelaksanaan tindakan. Catatan lapangan berisi kejadian yang nyata terjadi sewaktu pemberian tindakan, serta tanggapan pengamat mengenai kejadian tersebut, sehingga melalui catatan lapangan dapat direncanakan perbaikan dari sebelumnya. 4. Tes Tes adalah suatu prosedur sistematis untuk mengamati perilaku seseorang dan menggambarkannya dengan bantuan skala numerik atau sistem kategori. Tes yang akan digunakan adalah tes tulis. Tes akan diberikan setiap akhir siklus yang berfungsi sebagai pedoman keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Tes digunakan untuk mengumpulkan data pemahaman konsep siswa pada materi koperasi (aspek kognitif). 5. Dokumen Istilah dokumen dipakai untuk satu unit informasi tunggal, a single unit of information (informasi yang tunggal), pada umumnya berisi teks, tetapi juga bisa mengandung bentuk lain seperti gambar, suara, dan gambar hidup (moving images). Dokumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah arsip dan dokumen yang dimiliki oleh guru kelas yang akan diteliti, yaitu berupa nilai formatif siswa pada mata pelajaran IPS, khususnya materi koperasi, Silabus, RPP, dan catatan harian guru, serta foto dokumentasi dan video selama proses pembelajaran. Dokumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
koperasi, serta mengetahui kekurangan dan kelebihan yang terjadi selama proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
F. Validitas Data Data yang sudah terkumpul merupakan modal awal yang sangat berharga dalam sebuah penelitian, dari data yang terkumpul akan dilakukan analisis yang selanjutnya dipakai sebagai bahan masukan untuk penarikan kesimpulan. Melihat begitu besarnya posisi data, maka keabsahan data yang terkumpul menjadi sangat vital. Data yang salah akan menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah, demikian pula sebaliknya, data yang sah akan menghasilkan kesimpulan hasil penelitian yang benar. Keabsahan data itu dikenal sebagai validitas data. Pengecekan data untuk memperoleh keyakinan terhadap kebenaran data pada penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Lexy J. Moleong, 2005:330). Triangulasi ada berbagai macam cara yaitu: 1. Triangulasi Sumber Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Misalnya dengan membandingkan data hasil evaluasi siswa dengan data hasil wawancara dengan guru. 2. Triangulasi Metode Pada triangulasi dengan metode diperoleh dengan menggunakan berbagai metode pengumpulan data yang berbeda untuk memperoleh data yang sejenis, sehingga didapat data yang valid. Peneliti menggunakan metode observasi, dan dokumentasi nilai tes untuk sumber data yang sama yaitu siswa-siswa kelas IV, sehingga didapatkan data yang valid dan memiliki kredibilitas yang tinggi mengenai peningkatan pemahaman konsep koperasi pada siswa kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
3. Triangulasi Penyidik Teknik triangulasi jenis ini ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data. 4. Triangulasi Teori Triangulasi dengan teori berarti membandingkan dengan teori lain yang disebut juga penjelasn banding (rival explanation). Dalam penelitian ini yang digunakan adalah triangulasi metode dan triangulasi sumber. Jadi triangulasi dapat diartikan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, atau metode.
G. Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982, dalam Moleong, 2005:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensitesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta
menyimpulkan data. Teknik
analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif (Miles dan Huberman 1992:15-21), seperti pada gambar 3 berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Penarikan kesimpulan
Gambar 3. Analisis Data Model Interaktif (Miles & Huberman, 1992 : 20)
Dari gambar 3 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Reduksi Data Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian direduksi, dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya (melalui proses penyuntingan, pemberian kode dan pentabelan). Reduksi data dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Pada tahapan ini setelah data dipilah kemudian disederhanakan, data yang tidak diperlukan disortir agar memberi kemudahan dalam
penampilan,
penyajian, serta untuk menarik kesimpulan sementara. 2. Penyajian Data Penyajian data (display data) dimasudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Hal ini merupakan pengorganisasian data kedalam suatu bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya lebih utuh. Data-data tersebut kemudian dipilah-pilah dan disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi. 3. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi Pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu mencari pola tema, hubungan persamaan, hipotesis dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang masih bersifat tentatif.
H. Indikator Kinerja Sebagai indikator keberhasilan kinerja penelitian peningkatan pemahaman konsep koperasi dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas IV SD Negeri Samir adalah adanya peningkatan nilai rata-rata ulangan harian pada materi koperasi
dan persentase ketuntasan kelas
adalah 80%.
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki. Untuk dapat melihat tingkat pemahaman konsep koperasi pada siswa dalam mata pelajaran IPS, maka diberikan tes diagnosis sebagai evaluasi awal. Observasi awal ini dilakukan untuk dapat mengetahui tindakan yang tepat untuk diberikan dalam rangka peningkatan pemahaman konsep koperasi pada mata pelajaran IPS. Dari evaluasi dan observasi awal maka dalam refleksi akan ditetapkan bahwa tindakan yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep koperasi pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Berdasarkan refleksi awal, maka PTK ini dilaksanakan dengan prosedur pokok yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
(observing), dan refleksi (reflecting) dalam tiap siklus. Untuk lebih jelasnya, siklus PTK dilukiskan pada gambar 4 berikut ini.
Siklus III (Bila Diperlukan)
1. Rencana
Siklus I
Siklus II 4. Refleksi
1. Rencana 4. Refleksi
2. Tindakan
2. Tindakan
3. Observasi
3. Observasi
Gambar 4. Alur Penelitian Tindakan Kelas (H. E. Mulyasa, M.Pd, 2009 : 73)
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas tersebut, dapat dijabarkan dalam tahap-tahap sebagai berikut : 1. Rancangan Siklus Pertama a. Tahap Perencanaan Tindakan Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Merencanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). 2) Menentukan pokok bahasan, yaitu Materi Koperasi. 3) Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 4) Mengembangkan skenario pembelajaran. 5) Menyusun Lembar Kerja Kelompok (LKK). 6) Menyiapkan sumber belajar. 7) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. 8) Mengembangkan format observasi guru dan aktifitas siswa.
commit to user
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
9) Menetapkan indikator ketercapaian yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Tindakan pada siklus I dilaksanakan selama 2x pertemuan. Masing-masing pertemuan siswa melakukan diskusi kelompok. Pada pertemuan pertama, siswa berdiskusi tentang tujuan koperasi, manfaat koperasi, dan makna lambang koperasi. Pada pertemuan kedua, siswa berdiskusi tentang macam-macam koperasi dan peranan koperasi bagi kesejahteraan masyarakat, kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi. c. Tahap Observasi Observasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan diskusi berlangsung, serta observasi pada hasil evaluasi siswa. d. Tahap Refleksi Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan pelaksanaan tindakan. Apabila nilai pemahaman konsep koperasi telah mencapai indikator ketercapaian sebesar 80%, yaitu: sebanyak 16 siswa, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media animasi audio visual tersebut telah berhasil. Namun, apabila belum mencapai indikator ketercapaian sebesar 80% dan masih terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki dalam pembelajaran, maka penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) tersebut perlu diperbaiki pada tahap siklus yang kedua. 2. Rancangan Siklus Kedua a. Tahap Perencanaan Tindakan 1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah. 2) Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 3) Perbaikan skenario pembelajaran pada siklus I. 4) Menyusun Lembar Kerja Kelompok (LKK). 5) Menyiapkan sumber belajar.
commit to user
(RPP)
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
6) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. 7) Mengembangkan format observasi guru dan aktifitas siswa. 8) Menetapkan indikator ketercapaian yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan siklus II juga dilaksanakan dalam 2x pertemuan dengan materi dan kegiatan yang sama dengan siklus I. Berikut ini merupakan langkah-langkah pelaksanaan tindakan siklus II : 1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. 2) Guru memperbaiki penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode yang lebih menarik agar siswa tidak merasa bosan. 3) Siswa bertanya jawab mengenai materi sebelumnya. 4) Guru melaksanakan penilaian dan menutup pelajaran dengan memberikan refleksi kepada siswa. c. Tahap Observasi Observasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan diskusi berlangsung, serta observasi pada hasil evaluasi siswa. d. Tahap Refleksi Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam meningkatkan pemahaman konsep koperasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada siswa kelas IV. Apabila tingkat pemahaman konsep koperasi telah mencapai indikator ketercapaian sebesar 80% sebanyak 16 siswa, maka dapat ditarik simpulan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang diterapkan dalam pembelajaran telah berhasil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Sekolah yang menjadi objek penelitian adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Samir yang beralamatkan di Jalan Ahmad Yani No. 15 Desa Samir, Ngunut, Tulungagung. Sekolah ini berstatus negeri dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101051605032 yang saat ini dikepalai oleh Bapak Pujiono, S.Pd. Secara geografis, SD Negeri Samir terletak di Desa Samir, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Lokasi SD Negeri Samir berada dekat dengan pemukiman penduduk dan berada di pinggir jalan desa sehingga lokasi SD Negeri Samir dapat dengan mudah ditemukan. Walaupun terletak di pinggir jalan desa, hal ini tidak mengganggu proses pembelajaran di SD Negeri Samir. Bangunan sekolah terdiri dari 1 ruang guru dan kepala sekolah, 1 ruang komputer, 6 ruang kelas, gedung perpustakaan, kantin, kamar mandi dan tempat parkir. SD Negeri Samir juga memiliki halaman cukup luas yang digunakan untuk kegiatan upacara rutin, pembelajaran penjaskes, dan kegiatan ekstrakurikuler. Data personil ketenagaan SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung, terdiri dari 1 Kepala Sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama, 1 guru penjaskes, 1 guru Bahasa Inggris, 1 petugas perpustakaan, dan 1 penjaga sekolah. Pada tahun pelajaran 2010/2011 jumlah siswa SD Negeri Samir sebanyak 122 orang, yang terdiri dari kelas I sebanyak 22 siswa, kelas II sebanyak 25 siswa, kelas III sebanyak 18 siswa, kelas IV sebanyak 20 siswa, kelas V sebanyak 19 siswa, dan kelas VI sebanyak 18 siswa. Sarana dan prasarana yang ada di SD Negeri Samir sudah lumayan lengkap dan dapat mendukung proses pembelajaran. Seperti tersedianya beberapa media pembelajaran IPA, media pembelajaran Matematika, media pembelajaran bahasa (Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin), seperangkat alat musik reog dan alat-alat olahraga. Selain itu juga tersedianya buku-buku perpustakaan yang dapat dimanfaatkan siswa di waktu istirahat sehingga dapat menambah wacana siswa.
commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 2. Deskripsi Hasil Penelitian Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan dan 4 tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan atau observasi, dan (4) refleksi. Sebelum dilaksanakan siklus, dilaksanakan pula tindakan pra siklus untuk mengetahui kondisi awal tingkat pemahaman konsep siswa pada materi Koperasi. a. Pra Siklus Kegiatan awal yang dilakukan peneliti yaitu mengadakan survey awal untuk mengetahui keadaan sebenarnya serta mencari informasi dan menemukan berbagai kendala yang dihadapi kelas dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya materi koperasi. Setelah peneliti mengadakan pendekatan, wawancara dengan guru kelas IV dan mengamati kegiatan siswa melalui observasi pembelajaran di kelas, peneliti mengetahui bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya pada materi koperasi dirasa sulit bagi siswa. Hal ini menyebabkan kemampuan siswa dalam pembelajaran IPS pada materi koperasi masih belum mencapai KKM. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada pembelajaran IPS khususnya materi koperasi menunjukkan bahwa pembelajaran yang guru lakukan di kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung masih dilakukan secara konvensional, antara lain (1) guru menjelaskan secara mendetail dengan ceramah berulang-ulang; (2) siswa disuruh untuk mencatat dan menghafalkan konsep; (3) pembelajaran tidak disertai dengan pemberian variasi model atau metode pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa menjadi pasif dan mengalami kejenuhan dalam belajar. Terlihat dari kurang antusiasnya siswa dalam proses pembelajaran. Kejenuhan tersebut menyebabkan rendahnya pemahaman konsep yang dimiliki siswa. Dari hasil pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran, dapat diketahui faktor mendasar yang menyebabkan rendahnya pemahaman konsep koperasi dalam pembelajaran IPS adalah siswa hanya mengandalkan guru saat belajar, seperti, siswa hanya mencatat materi yang dituliskan guru di papan tulis (tidak ada inisiatif sendiri), serta siswa kesulitan menghafalkan materi yang banyak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 Selain itu, guru mengajar hanya menggunakan metode pada umumnya (metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dsb) dan jarang menggunakan model pembelajaran yang lain. Siswa hanya menerima informasi yang telah diberikan oleh guru tanpa disertai dengan keterlibatan aktivitas belajar yang positif, sehingga tidak banyak materi yang bisa terserap dengan baik. Keadaan ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pemahaman konsep koperasi hanya sebesar 59,75 (di proses pembelajaran yang telah dilaksanakan kurang berhasil dalam memberikan pemahaman konsep pada siswa. Pada kondisi awal atau pra siklus, nilai pemahaman konsep siswa pada materi koperasi tergolong rendah karena masih banyak nilai siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 60. Berdasarkan data (lampiran 16, halaman 168) siswa yang mendapat nilai di bawah 60 (KKM) yaitu sebanyak 9 anak atau 45% dan siswa yang mendapat nilai di atas KKM yaitu 11 anak atau 55%. Agar lebih jelas, nilai pemahaman konsep materi koperasi siswa kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung pada pra siklus dapat dilihat dari tabel 2 di bawah ini: Tabel 2. Hasil Evaluasi Pemahaman Konsep Koperasi Siswa Kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung pada Pra Siklus Frekuensi Nilai Tengah Persentase No. Interval . ( ) ( ) (%) 1
20 - 28
3
24
72
15
2
29 - 37
1
33
33
5
3
38 - 46
3
42
126
15
4
47 - 55
2
51
102
10
5
56 - 64
4
60
240
20
6
65 - 73
1
69
68
5
7
74 - 82
1
78
78
5
8
83 - 91
0
87
0
0
9
92 - 100
5
96
480
25
Nilai rata-rata kelas
commit to user
59,75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 Dari tabel 2 di atas dapat disajikan dengan grafik pada gambar 5 sebagai berikut: 6 25%
Frekuensi
5
Jumlah Siswa
20%
4 15%
3
15% 10%
2 5%
1
5%
5% 0
0 0
20 28
29 37
38 46
47 55
56 64
65 73
74 82
83 91
92 100
Interval Nilai Gambar 5. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Koperasi Siswa Kelas IV Pra Siklus
Berdasarkan tabel 2 dan gambar 5, nilai rata-rata kelas pemahaman konsep koperasi pada pra siklus sebesar 59,75. Siswa yang memperoleh nilai 20-28 ada 3 siswa atau 15%. Siswa yang memperoleh nilai 29-37 ada 1 siswa atau 5%. Siswa yang memperoleh nilai 38-46 ada 3 siswa atau 15 %. Siswa yang memperoleh nilai 47-55 sebanyak 2 siswa atau 10%. Siswa yang mendapat nilai 56-64 sebanyak 4 siswa atau 20%. Siswa yang mendapat nilai 65-73 sebanyak 1 siswa atau 5%. Siswa yang mendapat nilai 74-82 ada 1 siswa atau 5% dan siswa yang mendapat nilai 92100 sebanyak 5 siswa atau 25%. Sedangkan untuk nilai 83-91 tidak ada siswa yang mendapat nilai tersebut atau 0%. Berdasarkan data di atas, maka diperlukan sebuah solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih bervariatif. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep koperasi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 b. Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan pada tanggal 26 dan 30 April 2011. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dengan tahapan-tahapan yang dilakukan sebagai berikut: 1). Perencanaan Pada kegiatan perencanaan, peneliti melaksanakan observasi terhadap pembelajaran untuk mengetahui proses pembelajaran IPS materi Koperasi yang dilaksanakan guru kelas dan hasil nilai evaluasi pembelajaran koperasi pada siswa selama pembelajaran. Selain mengetahui proses dan hasil pembelajaran, observasi juga dilaksanakan untuk mengetahui model pembelajaran yang digunakan oleh guru kelas. Berdasarkan data hasil observasi, maka peneliti mengadakan diskusi dengan guru untuk menentukan alternatif pemecahan masalah pembelajaran tersebut. Alternatif pemecahan masalah yang disepakati yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Adapun perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun sebanyak 2 x pertemuan. Masing-masing pertemuan memiliki jangka waktu 2 jam pelajaran atau sekitar 70 menit dan disepakati tanggal pelaksanaan adalah tanggal 26 dan 30 April 2011. Perencanaan RPP mencakup penentuan: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Dampak Pengiring, Materi, Metode dan Model Pembelajaran, Langkah-langkah/skenario pembelajaran, Media dan Sumber Belajar serta Penilaian. (lihat lampiran 3, halaman 87) b) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: (1) Ruang belajar Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa digunakan setiap hari. Kelas didesain menjadi berkelompok. Siswa berkumpul menjadi satu sesuai dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 kelompoknya sehingga mempermudah siswa bekerja sama dengan masing-masing kelompoknya. Kursi diatur sesuai dengan jumlah kelompok. (2) Media pembelajaran Media yang digunakan adalah contoh gambar kegiatan koperasi dan gambar lambang koperasi yang dapat dijadikan panduan bagi siswa saat berdiskusi. (3) Buku pelajaran Buku pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial ) digunakan sebagai buku acuan belajar. Buku yang digunakan yaitu buku Ilmu Pengetahuan Sosial 4 pengarang Tantya Hisnu P. Buku Cerdas Pengetahuan Sosial 4 pengarang Retno Heny P. c) Menyiapkan Lembar Observasi dan Lembar Penilaian Lembar pengamatan digunakan untuk mencatat segala aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran IPS berlangsung. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan afektif dan pengamatan psikomotor (lihat lampiran 13, halaman 156). Selain itu, peneliti juga menyusun lembar observasi kegiatan guru. Pedoman dan lembar pengamatan dapat dilihat pada lampiran 11. Sedangkan untuk lembar penilaian disusun berdasarkan pada kisi-kisi soal yang telah disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Lembar penilaian meliputi tes individu dan lembar diskusi (lihat lampiran 5, 6, dan 7, halaman 106, 110, 114). 2). Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti
menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Peneliti bertindak sebagai pengajar dan guru kelas sebagai observer atau pengamat. a) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada Selasa, 25 April 2011. Materi yang dipelajari pada pertemuan tersebut yaitu materi Koperasi mengenai pengertian koperasi, tujuan dan manfaat koperasi, serta lambang koperasi. Adapun langkahlangkah pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) Kegiatan Pra Pembelajaran Kegiatan ini diawali dengan berdoa dan mengucapkan salam. Kemudian dilanjutkan dengan absensi dan mengecek kesiapan siswa untuk menerima pelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 (2) Kegiatan Pendahuluan Pada kegiatan pendahuluan, guru bertanya jawab dengan siswa untuk menggali sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi koperasi, yaitu dengan bertanya mengenai kegiatan koperasi yang ada di daerah siswa (apersepsi). Ketika apersepsi sudah selesai, guru menjelaskan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan tersebut, serta menjelaskan model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). (3) Kegiatan Inti Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan metode yang disesuaikan dengan model pembelajaran yang diterapkan, yaitu dengan menggunakan metode ceramah bervariasi, tanya jawab, diskusi kelompok, penugasan dan permainan. Kegiatan inti meliputi 3 proses, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 1. Eksplorasi Guru menunjukkan beberapa contoh gambar kegiatan koperasi kemudian bertanya jawab dengan siswa mengenai kegiatan yang ada di gambar tersebut. Namun siswa masih terlihat malu untuk mengungkapkan pendapatnya. Kemudian guru melanjutkan dengan memberikan materi dan siswa diarahkan untuk menyimak dan mencatat. Setelah itu guru menunjukkan gambar lambang koperasi dan bertanya jawab dengan siswa. Untuk lambang koperasi, siswa agak berani mengungkapkan pendapatnya karena sebagian siswa sudah menguasai materi tersebut. 2. Elaborasi Pada kegiatan ini, guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 5 anak. Setelah itu memberikan nama pada tiap kelompok, yaitu R.A. Kartini, Ki Hajar Dewantara, Cut Nyak Dien dan Tuanku Imam Bonjol, kemudian memberikan nomor 1 sampai dengan 5 pada masing-masing kelompok untuk dipakai tiap-tiap anak. Setelah pembagian kelompok selesai, guru memberikan tugas untuk didiskusikan tiap-tiap kelompok, yaitu tentang tujuan dan manfaat koperasi. Pada diskusi kali ini, siswa belum terlihat adanya kerjasama kelompok. Karena yang mengerjakan tugas adalah siswa yang pintar. Sedangkan siswa yang lain malah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 mengobrol dengan teman lain atau lebih memilih diam. Setelah waktu yang diberikan oleh guru habis, siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka, yaitu dengan cara guru memanggil salah satu nomor antara nomor 1 sampai dengan lima, dan siswa yang memiliki nomor tersebut bertanggung jawab untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok. Pembelajaran dilanjutkan dengan guru membagikan amplop yang berisikan potongan-potongan gambar yang harus disusun kembali oleh siswa kemudian siswa menjelaskan makna dari gambar tersebut (lambang koperasi). Siswa terlihat antusias dan saling berkerjasama untuk menyusun gambar tersebut kemudian menuliskan makna dari gambar tersebut. 3. Konfirmasi Guru memberikan tambahan materi yang diambilkan dari beberapa sumber dan menanggapi hasil diskusi siswa dengan menjelaskan materi dari berbagai sumber. Kemudian memberikan penghargaan pada masing-masing kelompok berdasarkan nilai kelompok. (4) Kegiatan Penutup Pada kegiatan penutup, guru dan siswa bersama-sama membuat rangkuman pelajaran, kemudian guru menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya pada siswa. Dan pelajaran ditutup dengan salam. b) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada Sabtu, 30 April 2011. Materi yang dipelajari pada pertemuan kedua yakni tentang Macam-macam Koperasi dan Bidang Usahanya serta Peranan Koperasi Dalam Mensejahterakan Masyarakat. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) Kegiatan Pra Pembelajaran Kegiatan ini diawali dengan berdoa dan mengucapkan salam. Kemudian dilanjutkan dengan absensi dan mengecek kesiapan siswa untuk menerima pelajaran. (2) Kegiatan Pendahuluan
siswa lebih semangat dalam menerima pelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan bertanya jawab mengenai materi sebelumnya dan mengenai nama-nama koperasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 yang pernah siswa jumpai di daerahnya. Setelah selesai, guru menjelaskan tujuan pembelajaran, yaitu supaya siswa dapat menjelaskan macam-macam koperasi dan bidang usahanya serta peranan koperasi dalam mensejahterakan masyarakat. (3) Kegiatan Inti Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan metode yang disesuaikan dengan model pembelajaran yang diterapkan, yaitu dengan menggunakan metode ceramah bervariasi, tanya jawab, diskusi kelompok, penugasan dan permainan. Kegiatan inti meliputi 3 proses, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 1. Eksplorasi Guru bertanya mengenai jenis koperasi yang pernah dijumpai siswa, dan bertanya peranan koperasi tersebut. Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya, namun hanya beberapa siswa yang aktif. Oleh karena itu, guru menampilkan sebuah permainan simulasi mengenai kegiatan koperasi (koperasi sekolah) yang sebelumnya sudah disiapkan guru dengan bantuan siswa. Dari permainan tersebut, siswa melihat peranan koperasi yang dapat membantu anggota. 2. Elaborasi Siswa berkumpul sesuai kelompok yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya (pertemuan pertama). Kemudian guru membagikan lembar kerja kelompok untuk mendiskusikan jenis koperasi dan peranannya bagi masyarakat dan memberikan waktu kepada siswa untuk mendiskusikannya bersama kelompok masing-masing. Diskusi ini lebih baik dibandingkan pertemuan sebelumnya, karena siswa mulai membiasakan diri untuk bekerjasama dengan kelompoknya. Pembagian tugas diberikan pada masing-masing anggota. Ada yang menulis, dan mencarikan materi di buku sumber. Setelah waktu yang diberikan selesai, guru memanggil salah satu nomor (15) dan tiap kelompok yang memiliki nomor tersebut bertanggung jawab untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok.Lembar Kerja Kelompok ada pada lampiran 6, halaman 110. 3. Konfirmasi Dalam kegiatan ini guru memberikan tambahan materi yang diambilkan dari berbagai sumber. Selain itu juga memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 siswa saat menyampaikan hasil diskusi. Selanjutnya memberikan penghargaan pada tiap-tiap kelompok sesuai nilai yang didapat. (4) Kegiatan Penutup Siswa mengerjakan tes individual (lampiran 7, halaman 114) kemudian dilanjutkan membuat rangkuman pelajaran. Dan pelajaran diakhiri dengan salam. 3). Observasi Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas. Observasi ini difokuskan pada penilaian terhadap kinerja peneliti dalam mengajar dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Guru kelas bertindak sebagai observer yang mengamati dan menilai peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan aktivitas siswa dinilai oleh peneliti. Observer selama pembelajaran berlangsung bertugas untuk mengamati aktivitas guru dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi guru. Lembar observasi guru tersebut sudah dilengkapi dengan pedoman-pedoman penilaian, sehingga dapat mengukur kualitas pengajaran yang dilakukan oleh guru (peneliti). Observasi pada siswa dibagi menjadi tiga pengamatan, yaitu observasi afektif (aktivitas siswa), observasi psikomotor (kegiatan diskusi), dan observasi kognitif (hasil nilai tes tertulis siswa). Kegiatan observasi pada siklus I, yakni pertemuan pertama dan kedua dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Observasi Guru Observasi ini dilaksanakan oleh guru kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung. Observasi tersebut dilaksanakan selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berlangsung. (1) Pertemuan Pertama Pada pertemuan pertama dapat diketahui bahwa nilai rata-rata skor adalah 2,7 yang menurut kategori skor rata-rata adalah cukup (lihat lampiran 12). Guru (peneliti) cukup baik dalam melaksanakan pembelajaran, namun pada pertemuan ini masih terdapat kekurangan. Yakni guru masih belum memberikan pengantar materi (apersepsi), kemampuan guru dalam mengelola kelas belum maksimal, bahasa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 digunakan guru masih sulit dipahami siswa, media yang digunakan belum menarik siswa sehingga hal tersebut kurang menumbuhkan perhatian siswa, dan guru belum memberikan tindak lanjut saat pembelajaran berakhir. (2) Pertemuan Kedua Pada pertemuan kedua terjadi peningkatan nilai rata-rata skor menjadi 3,3 yang menurut kategori skor rata-rata adalah baik (lihat lampiran 12). Guru mulai memperhatikan bahasa yang digunakan dan ketepatan media sehingga perhatian siswa mulai terbentuk. Namun yang masih perlu menjadi perhatian guru adalah saat menutup pelajaran karena guru masih belum memberikan rangkuman materi dan tugas khusus bagi siswa yang memiliki kemampuan lebih. b) Observasi Siswa Observasi ini dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai guru selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini mengamati siswa dalam aspek afektif, psikomotor, dan kognitif siswa. (1) Aspek Afektif dan Psikomotor Aspek afektif dan psikomotor siswa dinilai selama proses diskusi berlangsung. Pada pertemuan pertama, rata-rata keaktifan dan kerjasama kelompok siswa masih kurang. Hal ini dikarenakan siswa masih menyesuaikan diri dengan model pembelajaran baru dan belum terbiasa untuk mengungkapkan pendapat. Dari hasil pengamatan (lampiran 14, halaman 158) dapat diketahui terdapat 13 siswa yang masih mendapatkan nilai kurang. Sedangkan pada pertemuan kedua sudah lumayan ada peningkatan keaktifan dan kerjasama kelompok. Terdapat 10 siswa yang mendapatkan nilai kurang. Dari data tersebut, maka dapat dibuat tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3. Tabel Distribusi Aspek Afektif dan Psikomotor Siswa Kelas IV SD Negeri Samir Siklus I Pertemuan 1
No
Pertemuan 2
Kategori
Frekuensi
Prosentase
Kategori
Frekuensi
Prosentase
1
A
2
10%
A
5
25%
2
B
3
15%
B
3
15%
3
C
2
10%
C
1
5%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 4
D
13
65%
D
10
50%
Keterangan: A
= Sangat Baik
B
= Baik
C
= Cukup
D
= Kurang
Dari tabel 3 di atas dapat disajikan dengan grafik pada gambar 6 sebagai berikut.
Gambar 6. Grafik Hasil Pengamatan Aspek Afektif dan Psikomotor Siswa
(2) Aspek Kognitif Aspek kognitif siswa dinilai dari tes individual pada saat akhir siklus. Berdasarkan data pada lampiran 17 dapat diketahui jumlah siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM
sebanyak 6 siswa atau 30%, dan siswa yang mendapatkan
nilai di atas K siswa mengalami peningkatan pada pemahaman konsep koperasi bila dibandingkan pada pra siklus yang jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 9 siswa atau 45%. Agar lebih jelas, nilai pemahaman konsep materi koperasi siswa kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung pada siklus I dapat dilihat dari tabel 4 di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 Tabel 4. Hasil Evaluasi Pemahaman Konsep Koperasi Siswa Kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung pada Siklus I Frekuensi Nilai Tengah Persentase No. Interval . ( ) ( ) (%) 1
13 - 21
1
17
17
5
2
22 - 30
0
26
0
0
3
31 - 39
1
35
35
5
4
40 - 48
2
44
88
10
5
49 - 57
2
53
106
10
6
58 - 66
8
62
496
40
7
67 - 75
3
71
213
15
8
76 - 84
0
80
0
0
9
85 - 93
3
89
267
15
Nilai rata-rata kelas
61,8
Dari tabel 4 di atas dapat disajikan dengan grafik pada gambar 7 sebagai berikut: 9
40%
8
Jumlah Siswa
Frekuensi
7 6 5 4
15%
3
15%
10% 10%
2
5%
1
5% 0
0 0
0
13 - 22 - 31 - 40 - 49 - 58 - 67 - 76 - 85 21 30 39 48 57 66 75 84 93 Interval Nilai
Gambar 7. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Koperasi Siswa Kelas IV Siklus I
Berdasarkan tabel 4 dan gambar 7, nilai rata-rata kelas pemahaman konsep Koperasi pada siklus I sebesar 61,8. Siswa yang memperoleh nilai 13-21 ada 1 siswa atau 5%. Siswa yang memperoleh nilai 31-39 ada 1 siswa atau 5 %. Siswa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 memperoleh nilai 40-48 sebanyak 2 siswa atau 10%. Siswa yang mendapat nilai 4957 sebanyak 2 siswa atau 10%. Siswa yang mendapat nilai 58-66 sebanyak 8 siswa atau 40%. Siswa yang mendapat nilai 67-75 ada 3 siswa atau 15%. Siswa yang mendapat nilai 76-84 sebanyak 0 siswa atau 0%. Dan siswa yang mendapat nilai 8593 sebanyak 3 siswa atau 15%. 4). Refleksi Berdasarkan hasil observasi maka dapat dirumuskan refleksi sebagai perbaikan untuk siklus selanjutnya. Pada siklus I masih terdapat beberapa kekurangan, yakni diantaranya: Pertama, persiapan guru dalam menyiapkan materi. Buku pegangan siswa hanyalah satu dan materi yang ada pada buku tersebut kurang lengkap, jadi guru perlu memberikan tambahan materi yang diambilkan dari buku sumber yang lain. Kedua, metode yang digunakan guru. Pada saat pertemuan pertama, awalnya siswa belum terlalu antusias dalam mengikuti diskusi, namun saat diskusi
mengisyaratkan bahwa siswa menyukai pelajaran yang membuat mereka tertarik yaitu permainan. Oleh karena itu, untuk siklus selanjutnya model diskusi dilakukan dengan menggunakan metode permainan. Ketiga, penghargaan kelompok. Pada siklus ini penghargaan kelompok belum terlalu diberikan sehingga siswa merasa belum tertarik. Mungkin dengan adanya penghargaan kelompok, kerjasama siswa bisa meningkat. Keempat, pemberian tugas (PR). PR perlu diberikan kepada siswa sebagai persiapan siswa untuk mengikuti pertemuan berikutnya. Pada siklus ini PR belum diberikan oleh guru, jadi untuk siklus selanjutnya guru harus menyiapkan PR untuk siswa. Namun selain beberapa kekurangan tersebut, ada beberapa hal lain yang menunjukkan kemajuan siswa. Diantaranya yaitu pemahaman konsep koperasi siswa lumayan meningkat dibandingkan sebelum siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (pra siklus). Sebelumnya (pra siklus) nilai rata-rata kelas untuk pemahaman konsep koperasi adalah 59,75 atau prosentase ketuntasan klasikal adalah 55% dan pada siklus I menjadi 61,8 atau prosentase ketuntasan klasikal adalah 70%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 Walaupun sudah melebihi KKM, hal ini belum mencapai prosentase ketuntasan klasikal yang diharapkan yaitu 80%. Untuk penilaian proses yaitu pada saat diskusi kelompok, siswa pada pertemuan pertama belum terlalu menunjukkan kerjasama, siswa masih bekerja secara individu. Hal ini mengakibatkan nilai diskusi kelompok siswa masih belum terlalu maksimal. Tapi pada pertemuan kedua, siswa mulai menunjukkan kerjasama dan menghasilkan nilai yang baik (lihat lampiran 16, halaman 168). c. Siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan pada tanggal 14 dan 18 Mei 2011. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dengan tahapan-tahapan yang dilakukan sebagai berikut: 1) Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka peneliti melakukan perbaikan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan beberapa persiapan lainnya. Hal-hal yang dipersiapkan adalah sebagai berikut : a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masih berpedoman pada siklus I, namun untuk siklus II penyusunan RPP sedikit ada perubahan. Pada siklus II, model pembelajaran kooperatif tipe NHT dilaksanakan dalam bentuk permainan kuis (lihat lampiran 8). b) Mempersiapkan Media, Fasilitas, dan Sarana Pendukung Media yang digunakan adalah gambar lambang koperasi, sedangkan fasilitas serta sarana pendukungnya adalah papan permainan yang dibuat dari sterofom dan soal permainan. Selain itu juga menyiapkan bintang sebagai penghargaan kelompok. Ruang belajar tetap seperti pada siklus I. Guru juga menyiapkan materi tambahan untuk siswa yang dirangkumkan dari berbagai sumber, yakni buku Ilmu Pengetahuan Sosial 4 karangan Tantya Hisnu P. Buku Cerdas Pengetahuan Sosial 4 karangan Retno Heny P. Dan buku Ilmu Pengetahuan Sosial 4 karangan Irawan Sadad Sadiman. c) Menyiapkan Lembar Observasi dan Lembar Penilaian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran IPS berlangsung. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan afektif dan pengamatan psikomotor. Selain itu, peneliti juga menyusun lembar observasi kegiatan guru. Pedoman dan lembar pengamatan dapat dilihat dalam lampiran 9. Sedangkan untuk lembar penilaian disusun berdasarkan pada kisikisi soal yang telah disesuaikan dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Lembar penilaian meliputi tes individu dan lembar diskusi (lihat lampiran 5). 2) Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Peneliti disini bertindak sebagai pengajar dan guru kelas sebagai observer atau pengamat. a) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada Sabtu, 14 Mei 2011. Materi yang dipelajari pada pertemuan tersebut yaitu materi Koperasi mengenai pengertian koperasi, tujuan dan manfaat koperasi, serta lambang koperasi. Adapun langkahlangkah pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) Kegiatan Pra Pembelajaran Kegiatan ini diawali dengan berdoa dan mengucapkan salam. Kemudian dilanjutkan dengan absensi dan mengecek kesiapan siswa untuk menerima pelajaran. (2) Kegiatan Pendahuluan Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara melakukan kegiatan
dilanjutkan dengan tanya jawab mengenai materi sebelumnya dan beberapa pertanyaan mengenai kegiatan koperasi di sekitar lingkungan sekolah yang bertujuan menggali pengetahuan siswa terhadap koperasi. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai hari itu serta model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang disertai dengan permainan. (3) Kegiatan Inti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan metode yang disesuaikan dengan model pembelajaran yang diterapkan, yaitu dengan menggunakan metode ceramah bervariasi, tanya jawab, diskusi kelompok, penugasan dan permainan. Kegiatan inti meliputi 3 proses, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 1. Eksplorasi Sebelum diskusi dan permainan dimulai, guru memberikan beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap konsep koperasi. Guru juga memberikan kesempatan pada siswa untuk menyampaikan pendapatnya. Setelah itu guru menunjukkan gambar lambang koperasi. 2. Elaborasi Siswa secara berurutan maju ke depan untuk mengambil soal, kemudian soal tersebut dibacakan di depan kelas. Siswa yang mengambil soal berkewajiban mendiskusikannya bersama kelompok, kemudian setelah beberapa menit guru akan memanggil salah satu nomor, dan siswa yang memiliki nomor tersebut harus menjawab mewakili kelompoknya. Apabila kelompok yang bersangkutan tidak bisa menjawab, maka kelompok lain boleh menjawab. Proses diskusi berjalan lumayan baik dan teratur. Siswa menunjukkan respon yang baik pada pembelajaran. Setiap kelompok berusaha untuk bisa menjawab setiap soal, sehingga diskusi dapat terlihat cukup baik. 3. Konfirmasi Guru memberikan konfirmasi pada setiap jawaban siswa. Jika jawaban siswa salah maka guru memberikan jawaban yang benar berdasarkan sumber materi. Dan selanjutnya guru memberikan penghargaan pada kelompok yaitu berupa bintang apabila tiap kelompok berhasil menjawab soal dengan benar. (4) Kegiatan Penutup Pada kegiatan ini guru bersama dengan siswa membuat rangkuman pelajaran. Setelah itu menyampaikan rencana pelajaran selanjutnya agar siswa dapat mempersiapkan diri. Kemudian memberikan pekerjaan rumah (PR) untuk dikerjakan siswa sebagai bekal pertemuan selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 b) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada Rabu, 18 Mei 2011. Materi yang dipelajari pada pertemuan tersebut yaitu materi Koperasi mengenai macam-macam koperasi, serta peranan koperasi dalam mensejahterakan masyarakat. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) Kegiatan Pra Pembelajaran Kegiatan ini diawali dengan berdoa dan mengucapkan salam. Kemudian dilanjutkan dengan absensi dan mengecek kesiapan siswa untuk menerima pelajaran. (2) Kegiatan Pendahuluan Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara melakukan kegiatan
dilanjutkan dengan tanya jawab mengenai materi sebelumnya dan beberapa pertanyaan mengenai kegiatan koperasi di sekitar lingkungan sekolah yang bertujuan menggali pengetahuan siswa terhadap koperasi. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai hari itu serta model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang disertai dengan permainan. (3) Kegiatan Inti Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan metode yang disesuaikan dengan model pembelajaran yang diterapkan, yaitu dengan menggunakan metode ceramah bervariasi, tanya jawab, diskusi kelompok, penugasan dan permainan. Kegiatan inti meliputi 3 proses, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 1. Eksplorasi Sebelum diskusi dan permainan dimulai, guru memberikan beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap konsep koperasi. Seperti bertanya mengenai jenis koperasi yang pernah siswa ketahui di lingkungan sekitar, dan dilanjutkan bertanya mengenai pengertian koperasi tersebut dan peranan koperasi tersebut bagi masyarakat. Guru juga memberikan kesempatan pada siswa untuk menyampaikan pendapatnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 2. Elaborasi Siswa secara berurutan maju ke depan untuk mengambil soal, kemudian soal tersebut dibacakan di depan kelas. Siswa yang mengambil soal berkewajiban mendiskusikannya bersama kelompok, kemudian setelah beberapa menit guru akan memanggil salah satu nomor, dan siswa yang memiliki nomor tersebut harus menjawab mewakili kelompoknya. Apabila kelompok yang bersangkutan tidak bisa menjawab, maka kelompok lain boleh menjawab. Proses diskusi berjalan semakin baik dan teratur bila dibandingkan pertemuan pertama. Siswa menunjukkan respon yang baik pada pembelajaran. Setiap kelompok berusaha untuk bisa menjawab setiap soal, sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik. 3. Konfirmasi Guru memberikan konfirmasi pada setiap jawaban siswa. Jika jawaban siswa salah maka guru memberikan jawaban yang benar berdasarkan sumber materi. Dan selanjutnya guru memberikan penghargaan pada kelompok yaitu berupa bintang apabila tiap kelompok berhasil menjawab soal dengan benar. (4) Kegiatan Penutup Pada kegiatan ini guru bersama dengan siswa membuat rangkuman pelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan siswa mengerjakan tes individual. Setelah tes selesai dikerjakan oleh siswa, guru memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran yang sudah berlangsung. Guru berpesan supaya siswa semakin rajin belajar dan berusaha meningkatkan kemampuan akademik, tidak hanya pada materi koperasi. Pelajaran kemudian ditutup dengan berdoa bersama dan salam. 3) Observasi Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas. Observasi ini difokuskan pada penilaian terhadap kinerja peneliti dalam mengajar dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Guru kelas bertindak sebagai observer yang mengamati dan menilai peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan aktivitas siswa dinilai oleh peneliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 Observer selama pembelajaran berlangsung bertugas untuk mengamati aktivitas guru dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi guru. Lembar observasi guru tersebut sudah dilengkapi dengan pedoman-pedoman penilaian, sehingga dapat mengukur kualitas pengajaran yang dilakukan oleh guru (peneliti). Observasi pada siswa dibagi menjadi tiga pengamatan, yaitu observasi afektif (aktivitas siswa), observasi psikomotor (kegiatan diskusi), dan observasi kognitif (hasil nilai tes tertulis siswa). Kegiatan observasi pada siklus II, yakni pertemuan pertama dan kedua dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Observasi Guru Observasi ini dilaksanakan oleh guru kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung. Observasi tersebut dilaksanakan selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berlangsung. (1) Pertemuan Pertama Pada pertemuan pertama dapat diketahui hasil observasi dalam keterampilan mengajar guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah 3,7 yang menurut kategori adalah sangat baik (lihat lampiran 12). Perbaikan persiapan yang dilakukan guru sudah berhasil sehingga oleh observer (guru kelas) dinilai sangat baik, meskipun masih terdapat beberapa kekurangan, yakni guru belum memberikan tugas khusus bagi siswa yang belum mencapai kompetensi, guru belum mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, dan guru tidak mengaitkan diskusi dengan dunia nyata. (2) Pertemuan Kedua Pada pertemuan kedua guru semakin baik dalam menguasai keterampilan mengajar, khususnya dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pada akhir siklus II, nilai keterampilan mengajar guru adalah 3,8 yang menurut kategori adalah sangat baik (lihat lampiran 12). Sehingga dapat disimpulkan, pada siklus II pertemuan kedua ini guru (peneliti) sudah berhasil menguasai keterampilan mengajar khususnya dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 b) Observasi Siswa Observasi ini dilakukan peneliti yang bertindak sebagai guru selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini mengamati siswa dalam aspek afektif, psikomotor, dan kognitif siswa. (1) Aspek Afektif dan Psikomotor Aspek afektif dan psikomotor siswa dilihat dari keaktifan siswa selama proses pembelajaran dan kerjasama siswa dalam kelompok. Pada siklus II ini keaktifan dan kerjasama siswa semakin baik. Hal ini terlihat dengan semakin meningkatnya nilai afektif dan psikomotor siswa (lihat lampiran 14). Siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru dan mulai menunjukkan kerjasama yang baik. Siswa sanggup menghargai perbedaan yang ada di antara siswa. Dari data pada lampiran 14 dapat diketahui pada pertemuan pertama masih terdapat 2 siswa yang mendapat nilai kurang, namun pada pertemuan kedua siswa tersebut menunjukkan kemajuan dengan bertambahnya nilai menjadi cukup. Hasil observasi pada aspek afektif dan psikomotor siswa pertemuan pertama dan kedua dapat disajikan dalam bentuk tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Tabel Distribusi Aspek Afektif dan Psikomotor Siswa Kelas IV SD Negeri Samir Siklus II Pertemuan 1 Pertemuan 2 No Kategori Frekuensi Prosentase Kategori Frekuensi Prosentase 1
A
9
45%
A
8
40%
2
B
3
15%
B
10
50%
3
C
6
30%
C
2
10%
4
D
2
10%
D
0
0%
Keterangan: A
= Sangat Baik
B
= Baik
C
= Cukup
D
= Kurang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 Dari tabel 5 di atas dapat disajikan dengan grafik pada gambar 8 sebagai berikut.
Gambar 8. Grafik Hasil Pengamatan Aspek Afektif dan Psikomotor Siswa
(2) Aspek Kognitif Aspek kognitif siswa dinilai dari tes individual pada saat akhir siklus. Berdasarkan data pada lampiran 19 dapat diketahui jumlah siswa yang mendapatkan
siswa mengalami peningkatan pada pemahaman konsep koperasi bila dibandingkan pada siklus I yang jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 6 siswa atau 30%. Agar lebih jelas, nilai pemahaman konsep materi koperasi siswa kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung pada siklus II dapat dilihat dari tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Hasil Evaluasi Pemahaman Konsep Koperasi Siswa Kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung pada Siklus II Frekuensi Nilai Tengah Persentase No. Interval . ( ) ( ) (%) 1
40 - 48
1
35,5
35,5
5
2
49 - 57
1
45,5
45,5
5
3
58 - 66
0
55,5
0
0
4
67 - 75
5
65,5
327,5
25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 5
76 - 84
5
75,5
377,5
25
6
85 - 93
5
85,5
427,5
25
7
94 - 100
3
95,5
286,5
15
Nilai rata-rata kelas
74,95
Dari tabel 6 dapat disajikan dengan grafik pada gambar 9 sebagai berikut: 6 25%
Frekuensi
5
25%
25%
Jumlah Siswa
4 15%
3 2 5%
1
5% 0
0 0
40 - 48 49 - 57 58 - 66 67 - 75 76 - 84 85 - 93 94 - 100 Interval Nilai
Gambar 9. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Koperasi Siswa Kelas IV Siklus II
Berdasarkan tabel 6 dan gambar 9, nilai rata-rata kelas pemahaman konsep Koperasi pada siklus II sebesar 74,95. Siswa yang memperoleh nilai 40-48 ada 1 siswa atau 5%. Siswa yang memperoleh nilai 49-57 ada 1 siswa atau 5 %. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai 58-66 atau 0%. Siswa yang mendapat nilai 67-75 sebanyak 5 siswa atau 25%. Siswa yang mendapat nilai 76-84 sebanyak 5 siswa atau 25%. Siswa yang mendapat nilai 85-93 ada 5 siswa atau 25%. Dan siswa yang mendapat nilai 94-100 sebanyak 3 siswa atau 15%. 4) Refleksi Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti dan guru kelas melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan hasil tes individu dan diskusi kelompok pertemuan ke-1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 dan ke-2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator kinerja siklus II, yaitu siswa yang berhasil saat evaluasi sebanyak 16 siswa atau mencapai indikator ketercapaian kinerja sebesar 80% diatas batas tuntas ( 60). Analisis hasil tindakan siklus II direfleksi sesuai dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Guru melaksanakan penilaian dengan hasil rata rata klasikal mencapai 74,95 dan siswa yang memperoleh nilai
60 sebanyak 18 siswa
atau 90% dari 20 siswa. Dengan demikian, hasil nilai pemahaman konsep siswa kelas IV pada siklus II sudah mencapai target indikator kinerja peneliti. Jika dianalisis dari nilai tes individu pada akhir siklus II (lihat lampiran 18) menunjukkan bahwa hanya ada 2 siswa yang belum tuntas atau 10%. Hal tersebut membuktikan bahwa kompetensi produk dan proses dalam aspek pemahaman konsep sudah mencapai indikator kinerja 80% atau ketuntasan sebanyak 16 siswa. Jika dianalisis dari observasi guru dan aktivitas siswa sudah menunjukkan peningkatan. Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat nilai pemahaman konsep siswa pada siklus II, maka pembelajaran IPS materi Koperasi melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Tigether) pada siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai target pencapaian atau sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditentukan. Ketercapaian tersebut membuat peneliti tidak perlu lagi melanjutkan penelitian pada siklus berikutnya, karena hal tersebut sudah menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan pemahaman konsep Koperasi pada siswa Kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung tahun ajaran 2010/2011.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap. Tahap penelitian yang dilaksanakan terdiri atas 1) tahap perencanaan tindakan; 2) tahap pelaksanaan tindakan; 3) tahap observasi dan 4) tahap refleksi. Berdasarkan deskripsi penelitian di atas, berikut akan dikemukakan pembahasan dan temuan hasil penelitian tentang penggunaan model pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep Koperasi pada siswa kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung. Dari hasil pengamatan dan analisis data yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran, kegiatan guru, dan peningkatan nilai pemahaman konsep siswa kelas IV SD Negeri Samir. Data peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat dilihat pada tabel 7 berikut: Tabel 7. Peningkatan Aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II Aspek Afektif dan Psikomotor No
Siklus
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Rata-rata
Kategori
Rata-rata
Kategori
1
Siklus I
52,5
D
62
C
2
Siklus II
73,5
B
77
B
Aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dari siklus I dan siklus II semakin membaik. Walaupun pada siklus I pertemuan 1 aktivitas siswa masih kurang, namun hal tersebut dapat ditingkatkan pada pertemuan 2. Dan semakin meningkat pada siklus II menjadi baik. Hal tersebut karena pada siklus I siswa masih belum terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru, dan individualitas siswa masih menonjol. Namun usaha peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) cukup berhasil. Dengan menciptakan lingkungan kelas yang kondusif serta persaingan positif, hal tersebut menjadi motivasi siswa untuk semakin aktif dan bekerjasama dengan baik antar kelompok. Hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya hasil observasi siswa pada siklus II. Sementara itu, kemampuan guru atau pengajar dalam melakukan kegiatan pembelajaran juga mengalami peningkatan. Peningkatan kegiatan guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 1. Guru lebih mampu dalam melakukan persiapan pembelajaran, meliputi persiapan ruang, media pembelajaran, dan mengkondisikan kesiapan siswa. 2. Guru mampu membuka pembelajaran, yaitu melakukan kegiatan absensi dan menyampaikan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai. 3. Guru lebih menguasai materi pembelajaran. 4. Guru mampu melakukan strategi pembelajaran dengan tepat dan lebih baik. 5. Guru mampu meningkatkan daya tarik media dan pemanfaatannya dalam pembelajaran. 6. Guru mampu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). 7. Guru mampu menumbuhkan partisipasi aktif dan antusiasme siswa. 8. Guru mampu melakukan penilaian dengan baik. 9. Guru mampu menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, lancar, baik, dan benar. 10. Guru mampu menutup pembelajaran dengan melakukan refleksi dan tindak lanjut. Dari data peningkatan kegiatan guru dalam pembelajaran diketahui bahwa terdapat peningkatan dari siklus I ke siklus II, yakni dari rata-rata nilai siklus I sebesar 3,0 menjadi sebesar 3,75. Kegiatan guru dalam pembelajaran pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,75. Peningkatan kegiatan guru dalam pembelajaran pada siklus I dan siklus II disajikan pada tabel 8 berikut. Tabel 8. Peningkatan Kegiatan Guru dalam Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II Pert 1
Pert 2
Rata-Rata
Pert 1
Pert 2
Rata-Rata
2,7
3,3
3,0
3,7
3,8
3,75
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat, maka dapat dijelaskan pula perhitungan rata-rata nilai pemahaman konsep dan ketuntasan belajar materi Koperasi pada siswa kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung. Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan atau pra siklus dan setelah tindakan, yaitu siklus I dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 siklus II yang masing-masing terdiri dari 2 pertemuan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel 9 berikut: Tabel 9. Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep dan Prosentase Ketuntasan Klasikal pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Kriteria Nilai Pemahaman Konsep Prosentase (%) Ketuntasan Minimal (KKM) 60
Pra Siklus 59,75
Siklus I
Siklus II
61,8
74,95
Pra Siklus 55%
Siklus I
70%
Siklus II 90%
Berdasarkan perhitungan nilai pemahaman konsep pada tabel 9 di atas, siswa signifikan. Hal ini merefleksikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dalam pembelajaran IPS materi Koperasi pada siswa kelas IV SD Negeri Samir dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai pemahaman konsep. Adapun peningkatan nilai pemahaman konsep dan prosentase ketuntasan belajar materi Koperasi melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat digambarkan dalam bentuk grafik pada gambar 10 berikut:
Gambar 10. Grafik Peningkatan Nilai Pemahaman Konsep dan Prosentase Ketuntasan Belajar Materi Koperasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 Berdasarkan grafik pada gambar 10 terjadi peningkatan dari sebelum pemberian tindakan (pra siklus) hingga siklus II. Pada pra siklus nilai rata-rata pemahaman konsep koperasi adalah 59,75 dengan prosentase 55%, dan pada siklus I nilai rata-rata pemahaman konsep koperasi adalah 61,8 dengan prosentase 70%. Dan pada siklus II semakin meningkat menjadi 74,95 dengan prosentase 90%, melebihi target yang sudah ditentukan yaitu 80%. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Dapat diperoleh dari hasil penelitian bahwa agar dapat meningkatkan pemahaman konsep koperasi dalam pembelajaran IPS diperlukan berbagai variasi metode untuk mendukung pelaksanaan model NHT. Kagan menjelaskan bahwa siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil yang beranggotakan empat anak (http://www.teachervision.fen.com, 18 Pebruari 2011). Namun dalam penelitian ini, siswa dibagi menjadi empat kelompok yang beranggotakan lima anak. Hal ini dilakukan sebagai pertimbangan karena dalam kelas tersebut terdapat satu siswa yang memiliki kebutuhan khusus. Keputusan ini tidak diambil sendiri oleh peneliti melainkan bersama-sama dengan guru kelas. Penerapan dari Numbered Heads Together dalam penelitian ini sudah sesuai dengan penjelasan yang dikemukan oleh para ahli atau peneliti sebelumnya. Namun dalam penelitian ini, peneliti memberikan tambahan berupa penggunaan berbagai variasi metode, misalnya metode bermain peran dan permainan, yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan proses pembelajaran dengan model NHT, dan dapat diketahui hasilnya, bahwa penerapan model NHT dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan, dapat diketahui beberapa kelebihan yang diperoleh dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, yakni yang berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Pada aspek kognitif, pemahaman siswa menjadi meningkat sehingga berdampak pada peningkatan nilai ulangan harian. Pada aspek afektif, penerimaan siswa terhadap pelajaran semakin baik. Siswa menjadi lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Interaksi antara guru dan siswa semakin sering terjadi. Serta pada aspek psikomotor, kemampuan siswa dalam berbicara (speech behaviors) semakin terlatih.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 Dalam pelaksanaan pembelajaran tentu saja terdapat beberapa hambatan. Pada siklus I, hambatan yang ditemui adalah siswa masih bingung dengan pembelajaran yang dilaksanakan, karena sebelumnya siswa belum pernah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Sehingga saat diskusi kelompok, siswa cenderung belum bisa bekerjasama. Selain itu, kelompok yang baru membuat siswa masih enggan untuk berdiskusi karena sebelumnya siswa berkelompok menurut kehendak siswa sendiri. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan adanya kolaborasi dengan guru kelas yang terus menasehati dan memotivasi siswa untuk selalu kompak dengan teman sekelas. Pada siklus II, hambatan yang ditemui tidak terlalu sulit karena siswa sudah mulai membiasakan diri dengan kelompok baru. Hanya saja masih terdapat beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda dibandingkan teman lain sehingga menghambat kelompok untuk maju. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan bantuan teman-teman kelompok sehingga proses diskusi tetap berjalan. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together), nilai pemahaman konsep siswa pada materi koperasi sebagian nilai siswa berada di bawah KKM yaitu 60. Hal ini disebabkan siswa mudah lupa sehingga pada waktu ulangan harian (evaluasi) sebagian siswa mendapatkan nilai di bawah KKM (lihat lampiran 19). Guru kurang memberikan variasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan variasi dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar siswa menjadi antusias. Karena fokus dari belajar adalah meningkatnya kemampuan siswa, jadi diperlukan pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa. Sehingga peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa sekaligus minat siswa terhadap proses pembelajaran. Setelah siklus II selesai, peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas, sebagai tindakan refleksi terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Berdasarkan wawancara tersebut, guru menjelaskan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 kemampuan siswa dalam pemahaman konsep koperasi (lihat lampiran 20, halaman 172). Dengan demikian, bisa diketahui bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep materi Koperasi dalam pembelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung, adalah dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ternyata memang dapat menjadikan pembelajaran IPS khususnya materi Koperasi lebih menarik dan menyenangkan, sehingga nilai pemahaman konsep siswa meningkat. Jadi, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan nilai pemahaman konsep pada siswa kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus selama empat kali pertemuan, maka dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan pemahaman konsep koperasi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil akademis siswa dalam evaluasi akhir dari siklus I sampai siklus II dibandingkan sebelum dilaksanakan tindakan (pra siklus). Pada pra siklus, terdapat 9 siswa yang tidak tuntas atau 45% dan 11 siswa yang mencapai batas ketuntasan (KKM) atau 55%. Kemudian dilakukan tindakan pada siklus I berupa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) sehingga jumlah siswa yang tidak tuntas adalah 6 siswa atau 30% dan jumlah siswa yang tuntas adalah 14 siswa atau 70%. Jumlah siswa yang tidak tuntas semakin berkurang pada siklus II yaitu terdapat 2 siswa yang tidak tuntas atau 10% dan jumlah siswa yang tuntas adalah 18 siswa dengan prosentase 90%. Penelitian ini juga berhasil mendeskripsikan penerapan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Kelas yang terdiri dari 20 siswa, dibagi menjadi empat kelompok dengan beranggotakan lima siswa. Siswa diberikan nomor 1-5 yang dipakai selama proses pembelajaran berlangsung. Guru memberikan pengantar materi, kemudian memberikan pertanyaan untuk didiskusikan bersama teman sekelompok. Kemudian guru memanggil salah satu nomor, dan siswa yang memiliki nomor tersebut bertanggung jawab menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Dalam pelaksanaan, peneliti juga menggunakan berbagai variasi metode yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Walaupun dalam pelaksanaan terdapat beberapa kendala, namun hal tersebut bisa diatasi oleh peneliti.
commit to user 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 B. Implikasi Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dalam pelaksanaan pembelajaran IPS materi koperasi. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus yang terdiri dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 26 dan 30 April 2011 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 dan 18 Mei 2011. Dalam setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan, pengamatan / observasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang, sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu adanya perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya. Tindakan dalam setiap siklus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus II. Berdasarkan hasil penelitian, terbukti bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan pemahaman konsep koperasi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Dari
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
pembelajaran
dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan pemahaman konsep koperasi pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV, SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung. Hal itu dapat ditinjau dari hal-hal berikut. Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat agar siswa mampu menguasai konsep-konsep dalam pembelajaran dengan baik. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat meningkatkan pemahaman konsep koperasi pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV karena penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran IPS
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, proses pembelajaran lebih menarik dan lebih interaktif, dan sikap belajar siswa dapat ditingkatkan. Di dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi pada siswa juga sangat penting. Motivasi diberikan agar siswa dapat belajar dengan baik sehingga siswa mempunyai keinginan untuk berpikir, memusatkan perhatian, dan melaksanakan kegiatan yang menunjang dalam proses pembelajaran. Motivasi dapat ditanamkan pada diri siswa dengan memberikan latihan-latihan, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan memberikan penghargaan terhadap keberhasilan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pentingnya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran IPS materi koperasi terbukti dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. Selain itu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga mampu meningkatkan kreativitas dan kerja sama kelompok. Prosentase pemahaman konsep koperasi siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT meningkat. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai rata-rata tiap siklus pada aspek psikomotor, aspek afektif dan aspek kognitif siswa. Dengan adanya peningkatan ini kondisi kelas menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya pemahaman konsep koperasi pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung meningkat. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa SD Negeri Samir, Ngunut, Tulungagung. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang sejenis yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT telah terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi koperasi, oleh karena itu, model tersebut dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 digunakan guru dalam mata pelajaran yang lainnya. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga dapat meningkatkan kepekaan dan toleransi siswa, siswa lebih menghargai perbedaan yang ada di kelas, dan perilaku siswa yang sering mengganggu teman lain menjadi berkurang.
C. Saran Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain: 1. Bagi Sekolah Hendaknya
sekolah
meningkatkan
kualitas
pembelajaran
dengan
mengupayakan pelatihan bagi guru agar dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan. 2. Bagi Guru a. Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. b. Dalam penyampaian materi guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat memberikan kemudahan terhadap siswa untuk lebih memahami konsep, prinsip dan keterampilan tertentu, serta mampu memberikan pengalaman yang berbeda dan bervariasi. c. Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat melatih siswa untuk bekerjasama, berpikir logis, kritis dan sistematis, serta siswa akan lebih berani dalam mengeluarkan pendapat di depan umum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 3. Bagi Siswa Siswa harus lebih megembangkan inisiatif, kreatif, aktif, motivasi belajar dan meningkatkan keberanian menyampaikan gagasan dalam proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan kualitas diri. Mengingat penilaian hasil belajar meliputi aspek afektif, aspek psikomotor dan aspek kognitif. 4. Bagi Peneliti Lain Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) guna melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa yang belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.
commit to user