perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN Student Teams Achievement Divisions (STAD) BERBASIS Science Environment Technology and Society (SETS) BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
(Pada Materi Pokok Perubahan Fisika dan Kimia Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011)
SKRIPSI
Oleh NUNUK NURCAHYANI A NIM : K3307040
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN Student Teams Achievement Divisions (STAD) BERBASIS Science Environment Technology and Society (SETS) BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
(Pada Materi Pokok Perubahan Fisika dan Kimia Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011)
Oleh: NUNUK NURCAHYANI A NIM : K3307040
Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dra. Bakti Mulyani, M.Si.
Lina Mahardiani, S.T., M.M. M.Sc.
NIP. 19590725 198503 2 008
NIP. 19800310 200501 2 003
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si
Sekretaris
: Elfi Susanti VH, S.Si, M.Si
Anggota I
: Dra. Bakti Mulyani, M.Si.
Anggota II
: Lina Mahardiani, S.T.,M.M.,M.Sc
Disahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user
iv
.................... ...................... .................... ......................
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata kelak di kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Surakarta,
Mei 2012
NUNUK NURCAHYANI A. K3307040
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Nunuk Nurcahyani A. K3307040. EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BERBASIS SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PERUBAHAN FISIKA DAN KIMIA KELAS VII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mei, 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan macromedia flash terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 14 Surakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan penelitian Randomized Control Group Pretest-Posttest Design. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Sampel terdiri dari 2 kelas yaitu kelas VII D sebagai kelas eksperimen (metode STAD berbasis SETS berbantuan macromedia flash) dan kelas VII E sebagai kelas kontrol (metode konvensional) yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes objektif untuk prestasi belajar kognititf dan metode angket untuk prestasi belajar afektif. Teknik analisis data menggunakan uji t pihak kanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan macromedia flash efektif diterapkan pada materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia kelas VII semester genap SMP Negeri 14 Surakarta, dapat dilihat dari harga thitung lebih besar daripada ttabel yaitu sebesar 3,63 > 1,67 untuk prestasi aspek kognitif dan 2,91 > 1,67 untuk prestasi belajar aspek afektif. Selain itu berdasarkan hasil rata-rata prestasi belajar kognitif kelas eksperimen (21,611) lebih tinggi dari pada kelas kontrol (16,361) dan begitu juga dengan prestasi belajar afektif kelas eksperimen (94,556) lebih tinggi dari pada kelas kontrol (88,111). Kata kunci: Student Teams Achievement Division (STAD), Science Environment Technology and Society (SETS), Macromedia flash, Perubahan Fisika dan Kimia. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Nunuk Nurcahyani A. K3307040. THE EFFECTIVENESS OF LEARNING METHOD OF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) BASED ON SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) USING MACROMEDIA FLASH TOWARD THE STUDENT ACHIEVEMENT ON THE SUBJECT MATTER OF PHYSICAL AND CHEMICAL CHANGES FOR SEVENTH GRADE STUDENTS EVEN SEMESTER IN SMP 14 SURAKARTA ACADEMIC YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta : Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. May 2012. The aim of this research is to know: the effectivenes of Student Teams Achievement Division (STAD) learning methods based on Science Environment Technology and Society (SETS) using macromedia flash toward the student achievement on the subject matter of physical and chemical changes for seventh grade students SMP 14 Surakarta academic year of 2010/2011. This research used an experiment method using Randomize Control Group Pretest Postest Design. The population of this research was student of seventh grade of SMP 14 Surakarta in academic year 2010/2011. The sampel consists of 2 classes, VII D as an experiment class (STAD based on SETS using macromedia flash) and VII E as the control class (convensional method) that obtained by cluster random sampling technique. The data of this research are collected by objective test to measure the cognitive achievement and questioner test to determine the affective achievement. Technique of analysis data used was t-test on the right. The result of this research showed that learning method of STAD based on SETS using macromedia flash effective toward the student achievement on the subject matter of Physical and Chemical Changes for seventh grade students even semester in SMP 14 Surakarta academic year of 2010/2011. It showed from the result of t-test that tobs > ttable are 3,63 > 1,67 for cognitive aspect achievement and 2,91 > 1,67 for affective aspect achievement. Furthermore, based on the average of cognitive achievement of the experiment class (21,611) was higher than control class (16.361). This result was also has the same value for affective achievement where for the experiment class (94,556) was higher than control class (88,111). Keyword : Student Teams Achievement Division (STAD), Science Environment Technology and Society (SETS), Macromedia flash, Physical and Chemical Changes. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Motto
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sunguh (urusan) yang lain” (QS. Al Insyiroh 6-7) “Dan tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman.” (QS. Az-Zumar: 52) Orang-orang yang kalah selalu melihat hujan menjadi penghalang, menimbulkan ketakutan, dan hujan berarti kegelapan. Tapi bagi mereka yang mempunyai mental pemenang, malah meyakini adanya pelangi di balik hujan. (Ust. Yusuf Mansur) Sekali kita merasa bergantung kepadaNya, selama itu pula Allah menyediakan diri-Nya untuk kita semua. Dia-lah pintu segala harapan, Dia-lah Penyedia segala kebutuhan, dan Dialah Pemberi segala nikmat. commit to user
viii
(Ust. Yusuf Mansur)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk : Allah SWT yang Maha Kuasa, Maha Baik, Maha Penyayang dan tidak akan pernah meninggalkan hamba-hamba yang berharap kepadaNYa. Ibu,
yang
mendengarkan
dengan
kesabarannya
keluh
pengorbananya, doa-doa
kesah malam
ku,
mu, dan
segala materi yang dengan ikhlas engkau berikan untuk penelitian ini.
Bapak,
terimaksih
atas
segala
bentuk
pengorbanan mu untuk ku. Temen dan commit to user
semua pihak yang membantu
terselesainya makalah ini
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa bantuan, saran, dorongan dan perhatian dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati perkenankan penulis menghaturkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan skripsi. 2. Bapak Sukarmin, Ph.D selaku Ketua Jurusan P. MIPA, yang telah menyetujui atas permohonan penulisan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si. selaku ketua Program Pendidikan Kimia sekaligus selaku pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan izin penulisan skripsi, bimbingan tuntunan, pengarahan serta saran kepada penulis. 4. Ibu Lina Mahardiani, S.T.,M.M.,M.Sc selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, tuntunan, pengarahan dan saran kepada penulis. 5. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si selaku ketua penguji yang telah memberikan pertanyaan, masukan, dan saran demi sempurnanya skripsi ini. 6. Ibu Elfi Susanti VH, S.Si, M.Si selaku sekretaris penguji yang telah memberikan pertanyaan, masukan, dan saran demi sempurnanya skripsi ini. 7. Ibu Ratna Purwaningtyastuti, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 14 Surakarta yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian. commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Ibu Niken Sri Parawani, S.Pd. selaku guru kimia yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian. 9. Siswa-siswi kelas VII D dan VII E. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya. 10. Bapak dan Ibu serta adikku tersayang yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dukungan serta semangat bagi penulis. 11. Teman-teman (Falah, Susanto, Fatah) dan semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Mei 2012
Penulis
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...............................................................................
Halaman i
HALAMAN PENGAJUAN...................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN................................................................
v
ABSTRAK..............................................................................................
vi
ABSTRACT ............................................................................................
vii
MOTTO....................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ...................................................................................
ix
KATA PENGANTAR.............................................................................
x
DAFTAR ISI............................................................................................
xii
DAFTAR TABEL...................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................
xvii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................
1
B. Identifikasi Masalah..............................................................
6
C. Pembatasan Masalah..............................................................
7
D. Perumusan Masalah...............................................................
7
E. Tujuan Penelitian...................................................................
8
F. Manfaat Penelitian.................................................................
8
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka....................................................................
9
1. Efektivitas.......................................................................
9
2. Belajar dan Pembelajaran...............................................
10
3. Pendekatan SETS............................................................
18
4. Pembelajaran Kooperatif STAD.....................................
21
5. Media Macromedia Flash................................................
27
6. Prestasi Belajar..................……….................................. commit to user
29
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Perubahan Fisika dan Kimia...........................................
30
B. Penelitian Yang Relevan........................................................
42
C. Kerangka Berpikir.................................................................
44
D. Hipotesis Tindakan................................................................
47
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian..............................................
48
B. Metode Penelitian.................................................................
48
C. Variabel Penelitian ..............................................................
50
D. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .......
50
E. Teknik Pengumpulan Data..................................................
50
F. Instrumen Penelitian……....................................................
51
1. Instrumen Penilaian Kognitif.........................................
51
a. Validitas Instrumen Penelitian................................
51
b. Reliabilitas Instrumen Penelitian.............................
53
c. Taraf Kesukaran Item..............................................
54
d. Daya Pembeda Item................................................
55
2. Instrumen Penilaian Afektif........................................
56
a. Uji Validitas............................................................
57
b. Uji Reliabilitas.........................................................
59
G. Teknis Analisis Data...........................................................
60
1. Uji Prasyarat Analisis...................................................
60
a. Uji Normalitas.........................................................
60
b. Uji Homogenitas......................................................
61
2. Uji Hipotesis.................................................................
62
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data.....................................................................
64
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis......................................
67
1. Uji Keseimbangan...........................................................
67
2. Uji Normalitastas.............................................................
68
3. Uji Homogenitas.............................................................
69
C. Hasil Pengujian Hipotesis....................................................
69
D. Pembahasan......................................................................... to user 1. Prestasi Belajar commit Aspek Kognitif...................................
71
xiii
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Prestasi Belajar Aspek Afektif.....................................
80
BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan..........................................................................
84
C. Implikasi..............................................................................
84
D. Saran..................................................................................
85
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
86
LAMPIRAN............................................................................................
89
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Tabel 2
Data Nilai Ulangan Harian Perubahan Fisika dan Kimia Tahun Ajaran 2009/2010......................................................... Tabel Skor Perkembangan Individu........................................
26
Tabel 3
Hasil Pengolahan Minyak Bumi.............................................
38
Tabel 4
Rancangan Penelitian Randomized Control Group PretestPosttest Design........................................................................ Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Kognitif..............................
49
Tabel 5 Tabel 6
3
53
Tabel 8
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif................................................................................... Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif................................................................................... Rangkuman Hasil Uji Indeks Kesukaran Item.......................
Tabel 9
Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal...................................
56
Tabel 10
Skor Penilaian Afektif............................................................
57
Tabel 11
Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Afektif...............................
58
Tabel 12
Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Afektif................
59
Tabel 13
Rangkuma Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Afektif..............
60
Tabel 14
Rangkuman Deskripsi Data Penelitian...................................
64
Tabel 15
Tabel 17
Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Materi Pokok Perubahan Fisika dan Kimia................................................... Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Materi Pokok Perubahan Fisika dan Kimia................................................... Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Kognitif.................
Tabel 18
Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif...................
68
Tabel 19
Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif dan Afektif...........
69
Tabel 20
Ringkasan Hasil Uji t-Pihak Kanan Selisih Kognitif Kelas
Tabel 7
Tabel 16
Tabel 21
51 54 55
65
67 68
Eksperimen dan Kelas Kontrol...............................................
70
Ringkasan Hasil Uji t-Pihak Kanan Pretasi Afektif...............
70
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman 19
Gambar 1
Keterkaitan Antar Unsur SETS............................................
Gambar 2
Teknik Pemisahan Campuran dengan Penyaringan.............
35
Gambar 3
Teknik Penguapan...............................................................
37
Gambar 4
Rangkaian Alat Distilasi......................................................
38
Gambar 5
Teknik Sublimasi.................................................................
39
Gambar 6
Teknik Kromatografi Kertas................................................
40
Gambar 7
Teknik Dekantasi.................................................................
40
Gambar 8
Teknik Koagulasi.................................................................
41
Gambar 9
Skema Kerangka Berpikir....................................................
47
Gambar 10
Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Materi Pokok Perubahan Fisika dan Kimia................................................
Gambar 11
Histogram
Perbandingan
Prestasi
Afektif
66
Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Materi Pokok Perubahan Fisika dan Kimia..................................................
commit to user
xvi
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Silabus................................................................................
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen
Halaman 89
dan Kelas Kontrol.............................................................
93
Lampiran 3
Kisi-Kisi Instrumrn Try Out Penilaian Kognitif...............
127
Lampiran 4
Instrumen Try Out Penilaian Kognitif..............................
130
Lampiran 5
Kunci Jawaban Soal Try Out Kognitif.............................
137
Lampiran 6
Instrumen Penilaian Kognitif............................................
138
Lampiran 7
Kunci Jawaban Instrumen Penilaian Kognitif...................
144
Lampiran 8
Lembar Jawab Instrumen Penilaian Kognitif....................
145
Lampiran 9
Kisi-Kisi Instrumen Afektif..............................................
146
Lampiran 10
Angket Instrumen Aspek Afektif.....................................
147
Lampiran 11
Hasil Try Out Instrumen Kognitif....................................
150
Lampiran 12
Hasil Try Out Instrumen Afektif......................................
156
Lampiran 13
Lembar Validitas Isi Instrumen Kognitif..........................
160
Lampiran 14
Lembar Validitas Isi Instrumen Afektif............................
161
Lampiran 15
Perhitungan Validitas Isi Instrumen Kognitif...................
162
Lampiran 16
Perhitungan Validitas Isi Instrumen Afektif....................
163
Lampiran 17
Indikator Soal Kuis...........................................................
165
Lampiran 18
Soal Kuis...........................................................................
166
Lampiran 19
Kunci Jawaban Soal Kuis..................................................
168
Lampiran 20
Data Induk Penelitian........................................................
Lampiran 21
Hasil Uji Normalitas Pretest Kognitif Kelas Eksperimen..
170 171
Lampiran 22
Hasil Uji Normalitas Postest Kognitif Kelas Eksperimen.
172
Lampiran 23
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eksperimen.........................................................................
173
Lampiran 24
Hasil Uji Normalitas Pretest Kognitif Kelas Kontrol........
174
Lampiran 25
Hasil Uji Normalitas Postest Kognitif Kelas Kontrol........
175
Lampiran 26
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kelas Kontrol...............................................................................
Lampiran 27
Hasil Uji Normalitas commitPrestasi to user Belajar Afektif Kelas
xvii
176
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Eksperimen......................................................................... Lampiran 28
177
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Afektif Kelas Kontrol...............................................................................
178
Lampiran 29
Hasil Uji Homogenitas Pretest Kognitif Siswa..................
179
Lampiran 30
Hasil Uji Homogenitas Postest Kognitif Siswa.................
180
Lampiran 31
Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Siswa...............
181
Lampiran 32
Hasil Uji Homogenitas Pretest Afektif Siswa...................
182
Lampiran 33
Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif......................
183
Lampiran 34
Distribusi Frekuensi Data Prestasi Afektif........................
186
Lampiran 35
Uji t- Pihak Kanan Prestasi Kognitif.................................
189
Lampiran 36
Uji t- Pihak Kanan Prestasi Afektif...................................
190
Lampiran 37
Uji t-Matching Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...............................................................................
191
Lampiran 38
Daftar Nilai MID Semester Genap Mata Pelajaran IPA....
192
Lampiran 39
Uji Normalitas Nilai MID Semester Genap Mata Pelajaran IPA.....................................................................
Lampiran 40
Uji t-Matching Nilai MID Semester Genap Mata Pelajaran IPA.....................................................................
Lampiran 41
195
Uji Homogenitas Nilai MID Semester Genap Mata Pelajaran IPA....................................................................
Lampiran 42
193
Daftar
Nama
Kelompok
STAD
Berbasis
196
SETS
Berbantuan Macromedia Flash..........................................
197
Lampiran 43
Lembar Soal Diskusi..........................................................
198
Lampiran 44
Daftar Skor Kuis Kelompok STAD Berbasis SETS Berbantuan Macromedia Flash..........................................
Lampiran 45
Daftar Skor Diskusi Kelompok STAD Berbasis SETS Berbantuan Macromedia Flash..........................................
Lampiran 46
200 202
Penghargaan Tim STAD Berbasis SETS Berbantuan Macromedia Flash.............................................................
204
Lampiran 47
Media Macromedia Flash..................................................
207
Lampiran 48
Dokumentasi Penelitian..................................................... commit to user
218
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional sedang mengalami perubahan yang cukup mendasar yang diharapkan dapat memecahkan berbagai masalah pendidikan. Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau kualitas pendidikan yang masih rendah. Rendahnya kualitas pendidikan ini terlihat dari capaian daya serap siswa terhadap materi pelajaran. Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan melalui pendekatan belajar tuntas (mastery learning). Pendekatan ini mensyaratkan para peserta didik untuk dapat belajar pada setiap tahapan hingga mencapai tahap penguasaan tertinggi (Radno Harsanto, 2007: 11). Salah satu upaya pemerintah untuk menyempurnakan sistem pendidikan yang ada adalah dengan memprogramkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pengembangan dari kurikulum yang telah diberlakukan sebelumnya, yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan kurikulum yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing tingkat satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pengembangan KTSP disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan, potensi sekolah atau daerah, karakteristik sekolah atau daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik. Pembelajaran harus melibatkan peserta didik agar mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah agar mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah. (E. Mulyasa, 2005: 162). Dalam KTSP, kegiatan belajar mengajar tidak lagi didominasi oleh guru (teacher centered), akan tetapi lebih menempatkan siswa sebagai subyek didik (Sri Anitah, 2009: 31). Pada suatu proses pembelajaran tidak terdapat suatu metode pembelajaran commit to user yang tepat untuk semua topik dan semua situasi. Oleh karena itu, guru dalam menentukan metode pembelajaran harus memperhatikan kondisi siswa, sarana 1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
prasarana yang ada maupun materi pembelajaran yang akan dibahas. Begitu juga di setiap sekolah tidak semua siswa mempunyai latar belakang yang kemampuan, ekonomi, sosial budaya, agama dan motivasinya sama pada setiap proses belajarnya. Kondisi tersebut membuat guru diharuskan memahami karakteristik dari siswa atau kelas yang dihadapi. Tugas seorang guru dalam hal ini adalah membuat agar proses pembelajaran pada siswa berlangsung secara efektif dan bermakna. Untuk itu diperlukan sebuah strategi belajar yang lebih memberdayakan siswa. Strategi belajar itu harus dapat membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik serta menerapkan pengetahuannya itu dalam kehidupannya. Penerapan model pembelajaran kooperatif dalam pendidikan menjadi sangat penting. Menurut Cooperative
Learning,
Meng (2005: 2) dalam jurnalnya yang berjudul mengemukakan
bahwa
pembelajaran
kooperatif
didasarkan pada dorongan atas motivasi siswa, terdapat hubungan yang sangat dekat antara pembelajaran kooperatif dan motivasi karena partisipasi dalam pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademik siswa dan pengembangan
kemampuan
kognitif,
kompetensi
sosial
dan
hubungan
interpersonal, motivasi serta sikap positif siswa terhadap pembelajaran. Metode pembelajaran kooperatif salah satunya adalah tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Berdasarkan hasil penelitian Widi Astuti (2008: 125) menunjukkan bahwa metode pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan keaktifan interaksi dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia. Belajar kooperatif metode STAD dilakukan melalui diskusi belajar kelompok yang beranggotakan 4-5 orang secara heterogen. Dengan metode STAD, siswa dapat saling membantu dan bekerjasama dalam kelompoknya untuk menguasai konsep dari materi yang dipelajari. Berusaha untuk menjadi tim yang terbaik diantara tim lainnya dari sumbangsih berupa skor yang diperoleh dari proses belajar mengajar. Pembelajaran kooperatif STAD memiliki potensi untuk commit to user menengah dibandingkan dengan meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah ceramah. Menurut Adesoji dan Ibraheem (2009 : 9) dalam jurnalnya yang
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
berjudul Effects of Student Teams Achievement Divisions Strategy and Mathematics Knowlegde on Learning Outcomes in Chemical Kinetics dengan metode pembelajaran STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Metode STAD juga dapat meningkatkan sikap percaya diri, kerja sama, kedewasaan dan pembelajaran secara umum. Menurut Nagib Balfakih (2003: 17) dalam jurnalnya yang berjudul The Effectiveness of Student Team Achievement Division (STAD) for Teaching High School Chemistry in the United Arab Emirates, bahwa pembelajaran kimia dengan menggunakan metode STAD lebih efektif dan prestasi belajar lebih tinggi jika dibandingkan dengan metode konvensional. Materi Pokok Perubahan Fisika dan Kimia meliputi Sub Materi Pokok pengelompokan zat berdasarkan sifat dan perubahan Fisika atau Kimia, metode pemisahan campuran, perhitungan kadar campuran serta aplikasinya. Untuk dapat membedakan sifat dan perubahan zat yang terjadi serta dasar dan metode pemisahan campuran diperlukan suatu pemahaman konsep dan kemampuan memori yang cukup tinggi dari siswa. Keadaan siswa pada Sekolah Menengah Pertama kelas VII dalam proses perkembangan kognitifnya cenderung masih memiliki tingkat berpikir yang rendah dan sederhana. Selain itu, anak dalam rentang usia ini baru mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. Kemampuan anak untuk mengerti materi abstrak masih rendah karena dalam pola perkembangan kecerdasan, daya ingat mendahului penalaran dan penalaran konkret mendahului penalaran abstrak, sehingga benda-benda yang tidak tampak dalam kenyataanya masih sulit difikirkan anak. Berikut adalah data rata-rata nilai Ulangan Harian Perubahan Fisika dan Kimia Tahun Ajaran 2009/2010. Tabel 1. Data Nilai Rata-rata Ulangan Harian Perubahan Fisika dan Kima Tahun Ajaran 2009/2010 Rata-Rata Kelas Nilai Tahun Ketuntasan Kelas Semester Perubahan Fisika dan KKM Ajaran (%) Kimia VII A II 60,25 61 69,44 commit to user VII B II 64,00 61 75,00 2009/2010 VII C II 58,75 61 66,67 VII D II 62,50 61 63,89
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
VII E VII F
II 57,65 61 55,56 II 59,45 61 61,11 (Sumber: Guru Mapel Kimia SMP Negeri 14 Surakarta)
Dari hasil data di atas dapat diketahui bahwa masih terdapat beberapa kelas yang hasil nilai ulangan harian materi Perubahan Fisika dan Kimia siswa kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 masih berada di bawah nilai KKM. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran kimia pada hari rabu tanggal 20 April 2011. Dalam kegiatan belajar mengajar juga masih menggunakan metode konvensional dan belum pernah memanfaatkan media pembelajaran kimia sehingga siswa merasa jenuh dan bosan untuk mengikuti kegiatan belajar. Untuk itu diperlukan suatu variasi metode belajar dan media yang tepat agar siswa lebih aktif belajar. Pada dasarnya materi Perubahan Fisika dan Kimia dapat dikaitkan dengan fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar lingkungan kita sehari-hari. Pembelajaran materi ini tidak hanya berdasarkan pada buku teks saja tetapi membawa lingkungan nyata ke dalamnya untuk dapat dimanfaatkan di kemudian hari. Pada pembelajaran ini juga melibatkan siswa secara aktif, sehingga konsep yang didapat oleh siswa akan bertahan lama dan memberikan kesan yang mendalam bagi siswa terhadap materi yang dipelajari. Salah satu aplikasi dari materi ini adalah pemanfaatan metode pemisahan campuran untuk teknik sederhana dalam proses penjernihan air. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan pembelajaran yang efektif adalah melalui pendekatan Science, Environment, Technology and Society (SETS). Titik pusat pembelajaran sains berwawasan SETS ini adalah menghubungkan antara konsep sains yang dipelajari dan implikasinya terhadap lingkungan, teknologi dan masyarakat (A. Binadja, 2009: 2). Keunggulan pembelajaran dengan pendekatan SETS dibandingkan pendekatan lainnya adalah dalam pendekatan SETS pembelajaran selalu dihubungkan dengan kejadian nyata yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari (bersifat kontekstual) dan komprehensif (terintegrasi antara keempat komponen SETS). Berdasarkan penelitian dari Nur Hidayah (2003: pembelajaran kimia menggunakan commit24) to user pendekatan pembelajaran SETS memberikan dampak positif terhadap lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
melalui perubahan tingkah laku dan keaktifan belajar siswa sehingga prestasi belajar siswa juga meningkat. Melalui pendekatan SETS ini diharapkan siswa dapat memandang sesuatu secara terintegratif, yaitu dengan memperhatikan unsur-unsur yang terdapat dalam SETS. Guru dapat menghubungkan konsep-konsep sains yang diajarkan dengan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Diharapkan dapat membantu siswa menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari agar pembelajaran yang dilakukan di sekolah bermanfaat bagi masyarakat dengan tetap memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Dengan demikian siswa akan mampu berpikir kritis-kreatif dalam mencermati keterkaitan tersebut. Menurut Nuray, Inci Morgil dan Secken (2010: 6) dalam jurnalnya yang berjudul The effects of science, technology, society, environment (STSE) interactions on teaching chemistry bahwa pendekatan pembelajaran menggunakan SETS memberikan hasil yang signifikan terhadap prestasi belajar kimia siswa dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional. Pembelajaran dengan menggunakan SETS membantu siswa lebih mudah terhubung dengan topik yang diajarkan, lebih tertarik dan lebih aktif dalam mempelajari keterkaitannya dengan lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia SMP Negeri 14 Surakarta pada hari rabu tanggal 20 April 2011, tidak memiliki peralatan laboratorium IPA yang memadai untuk dilaksanakannya praktikum dalam hal ini mengenai materi Perubahan Fisika dan Kimia terutama pada sub bahasan pemisahan campuran dengan berbagai metode dan aplikasinya. Mengingat dalam pelaksanaan praktikum pada materi ini memerlukan bahan-bahan kimia maupun alat-alat kimia yang relatif mahal dan mudah pecah. Selain itu, siswa yang masih duduk di Sekolah Menengah Pertama masih kesulitan untuk melakukan praktikum karena kurangnya pengalaman dan persiapan siswa dalam kerja di laboratorium dan dibutuhkannya banyak waktu sehingga akan menghabiskan banyak jam pelajaran. Oleh sebab itu, diperlukan suatu alat bantu yang dapat memudahkan siswa to usermaka dalam proses pembelajaran dalam mengembangkan penalarancommit abstraknya, diperlukan suatu media yang menarik perhatian siswa salah satunya adalah
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penggunaan media animasi macromedia flash. Penggunaan media ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan dapat mengatasi kebosanan dalam mempelajari materi kimia sehingga dapat membantu meningkatkan prestasi belajar siswa. Menurut Talib, Matthews dan Secombe (2005 : 10) dalam jurnalnya yang berjudul Computer Animated Instruction and Students Conceptual Change in Electrochemistry : Preliminary qualitative Analisys menyatakan bahwa pembelajaran yang menggunakan media komputer animasi efektif membantu siswa untuk berfikir mengenai konsep-konsep kimia yang bersifat abstrak dan dapat meminimalisir kesalahpahaman yang mungkin terjadi. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan tersebut, maka perlu diadakan penelitian untuk mengungkap keefektifan metode pembelajaran STAD berbasis SETS terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan Perubahan Fisika dan Kimia di SMP Negeri 14 Surakarta dengan judul : “Efektivitas Metode Pembelajaran Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan Macromedia Flash Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Perubahan Fisika dan Kimia Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran kimia yang masih menggunakan metode konvensional sehingga menimbulkan ketidaktertarikan dan kejenuhan bagi siswa untuk belajar. 2. Kurangnya variasi dan pemilihan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan dan kebutuhan siswa. 3. Guru belum menggunakan media pembelajaran pada mata pelajaran kimia, khususnya pada materi perubahan fisika dan kimia serta terbatasnya fasilitas laboratorium yang dimiliki oleh sekolah. commit to user 4. Keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar masih rendah.
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Prestasi belajar kimia siswa masih rendah terutama pada materi pokok perubahan Fisika dan Kimia.
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini mempunyai arah dan ruang lingkup yang jelas, maka perlu adanya pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang ada maka penelitian ini dibatasi pada : 1. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester II SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. 2. Materi Pokok Materi pokok yang dipilih dalam pembelajaran ini adalah perubahan fisika dan kimia. 3. Prestasi Belajar Prestasi yang diukur dalam penelitian ini adalah prestasi belajar dari aspek kognitif dan aspek afektif. Prestasi aspek kognitif diperoleh dari selisih nilai pretest dan posttest, dan aspek afektif dari nilai posttest. 4. Metode Pembelajaran Pada kelas eksperimen digunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD berbasis SETS berbantuan macromedia flash. Sedangkan pada kelas kontrol digunakan metode konvensional (ceramah). 5. Efektivitas Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apabila rata-rata prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode STAD Berbasis SETS berbantuan macromedia flash lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode ceramah.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut : commit to user Teams Achievement Divisions ”Apakah metode pembelajaran Student (STAD) berbasis Science Environment Technology and Society (SETS)
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berbantuan macromedia flash efektif diterapkan pada materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 14 Surakarta?” E. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : ”Mengetahui efektivitas metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan macromedia flash pada materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia pada siswa kelas VII semester Genap SMP Negeri 14 Surakarta.”
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat secara teoritis : Menambah pengetahuan tentang penggunaan metode pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan macromedia flash terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia. 2. Manfaat secara praktis a. Memberikan masukan pada guru dalam pemilihan metode pembelajaran yang diharapkan dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik. b. Sebagai bahan pemikiran bagi pendidik bahwa perlu adanya inovasi dalam penggunaan metode dan media pembelajaran. c. Memberikan masukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar kimia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Menurut Roestiyah N.K (2001: 12) efektif menunjuk pada sesuatu yang mampu memberikan dorongan atau bantuan dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan, menurut Mulyasa (2005: 82) efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota. Elis dalam Slamet Suwandi, dkk (2005: 43) mengatakan bahwa efektivitas, selain mengacu pada proses, juga mengacu pada hasil, yaitu peringkat prestasi akademik yang dicapai siswa melalui tes (ujian) baku. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah pembelajaran yang didalamnya terdapat pemanfaatan potensi (komponen dan faktor belajar mengajar) yang mampu menjadi sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu memanfaatkan semua potensi yang mendorong tercapainya tujuan. Metode mengajar yang tepat dan efektif dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal. Untuk dapat mencapai prestasi belajar yang optimal, maka proses pun harus efektif, yaitu ada kesesuaian antara proses dengan tujuan yang akan dicapai yang telah ditetapkan dalam kurikulum, cukup banyak tugas-tugas yang dievaluasi untuk mengetahui perkembangan siswa dan memperoleh umpan balik, lebih banyak tugas-tugas yang mendukung pencapaian tujuan, ada variasi metode pembelajaran, pemantauan atau evaluasi perkembangan atau keberhasilan dilaksanakan secara berkesinambungan, dan memberi tanggung jawab yang lebih besar kepada siswa pada tugas yang dilakukannya (Slamet Soewandi dkk, 2005: 44). Tingkat efektivitas metode pembelajaran dapat ditinjau dari prestasi belajar yang diperoleh setelah proses belajar mengajar. Hasil yang mendekati commit to Gilbert user Sax dalam Suharsimi Arikunto sasaran berarti makin tinggi efektivitasnya.
9
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2002: 160) mengatakan bahwa efektivitas pembelajaran dapat diukur dengan tiga cara, yaitu : a. Pendekatan analisis, penelitian menentukan standar minimal yang dapat dicapai siswa. b. Pendekatan deskriptif, memberitahu kepada evaluator tentang tingkat keberhasilan yang dicapai siswa dalam belajarnya. c. Pendekatan eksperimen, dengan cara membandingkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan catatan kondisi kedua kelompok yang tidak berbeda.
2. Belajar dan Pembelajaran a. Belajar Belajar merupakan suatu upaya penguasaan kognitif, afektif, dan psikomotorik melalui proses interaksi antara individu dan lingkungannya yang terjadi sebagai hasil atau akibat dari pengalaman dan mendahului perilaku (Syaiful Sagala, 2010: 30). Menurut Morgan dalam Ngalim Purwanto (2004: 84), belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai latihan dan pengalaman. Belajar disini sifatnya baru dan tumbuhnya hasil belajar ini didapat dari hasil interaksi dengan lingkungan dan latihan-latihan yang diikuti. Belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya (Aunurrahman, 2009: 35). Belajar merupakan suatu proses, bukan suatu hasil, oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Oemar Hamalik (2002: 15) ciriciri belajar antara lain (1) proses belajar adalah mengalami, berbuat, mereaksikan dan melampaui, (2) proses belajar melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu, dan (3) hasil - hasil belajar yang telah tercapai bersifat kompleks dan dapat berubah- ubah, jadi tidak commit to user sederhana dan statis.
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
Sedangkan Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa, belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku tersebut mempunyai ciri-ciri antara lain : (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) bersifat kontinue dan fungsional, (3) bersifat positif dan aktif, (4) bukan bersifat sementara, (5) mempunyai tujuan dan terarah, dan (6) mencangkup seluruh aspek perilaku. Menurut Ngalim Purwanto (2004: 85) ada beberapa elemen yang mencirikan pengertian belajar yaitu: 1) Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku. 2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman. 3) Perubahan yang terjadi dalam belajar relatif mantap dan merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang. 4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis. b. Pembelajaran Menurut Poerwodarminto (2003: 22), pembelajaran pada hakikatnya merupakan pengajaran yang mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer dalam kegiatan belajar pembelajaran tersebut, sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan sekunder yang diupayakan untuk dapat tercapainya kegiatan belajar yang optimal. Ada beberapa definisi pembelajaran dari para ahli, antara lain : 1) Pembelajaran adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia (J. J. commit Hasibuan dan Moedjiono, 2000: 3). to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
2) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (guru, siswa, dan tenaga lainnya), material (buku, papan tulis, apur dan lain-lain), fasilitas (ruangan kelas), perlengkapan (komputer, audio visual) dan prosedur (jadwal, metode penyampaian informasi, belajar, ujian dan lainlain) yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2002: 57). 3) Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya yang membangun interaksi secara penuh (Syaiful Sagala, 2010: 62). 4) Menurut Alwin W. Howard dalam Slameto (2003: 32) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge. Pembelajaran merupakan bagian dari elemen yang memiliki peran sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan (output) pendidikan. Pembelajaran yang dilaksanakan secara baik dan tepat akan memberikan kontribusi dominan bagi siswa sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang tidak baik menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan dan diberdayakan. Agar keberhasilan proses pembelajaran dapat dicapai, pembelajaran tersebut harus direncanakan terlebih dahulu salah satunya dengan memilih metode yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan materi sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa. Dari pengertian-pengertian diatas pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar mengajar yang mendorong terjadinya proses belajar dalam diri siswa dan hubungan dengan komponen-komponen lain penunjang tercapainya tujuan dan hasil belajar yang optimal. c. Teori-Teori Belajar Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukkan pribadi dan perilaku individu. Terdapat beberapa to user teori belajar yang dikemukakan commit oleh para ahli. Setiap teori belajar mempunyai
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keunggulan dan kelemahan masing-masing, jika diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran yang dihadapi sehingga dalam pelaksanaannya perlu menggabungkan beberapa teori agar saling melengkapi. Berikut beberapa teori yang dapat dijadikan acuan, antara lain : 1) Teori Belajar Kognitif Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang (Asri Budiningsih, 2005: 51). Beberapa tokoh yang mengemukakan tentang teori belajar kognitif, diantaranya yaitu : a)
Teori Belajar Ausubel Menurut Ausubel, bahan pelajaran yang dipelajari haruslah “bermakna”.
Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam stuktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Kekuatan dan kebermaknaan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran terletak pada kemampuan pelajar dalam mengambil peran dalam kelompoknya. Untuk memperlancar proses tersebut diperlukan bimbingan langsung dari guru, baik lisan maupun dengan contoh tindakan, sedangkan siswa diberi kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri (Isjoni, 2010: 35-36). Prasyarat-prasyarat dari belajar bermakna adalah sebagai berikut : (1) materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial, dan (2) anak yang akan belajar atau siswa harus bertujuan untuk melaksanakan belajar bermakna, jadi mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna (meanigful learning set). Tujuan siswa merupakan faktor utama dalam belajar bermakna (Ratna Wilis Dahar, 2007: 116). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
b) Teori Belajar Piaget Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterprestasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi (Ratna Wilis Dahar, 2007: 149-150). Dalam Ratna Wilis Dahar (2007: 151-155), Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat yaitu: 1) Tahap Sensorimotor (Umur 0 - 2 Tahun) Periode ini anak mengatur alamnya dengan indera-inderanya (sensori) dan tindakan-tindakannya (motor). Selama periode ini bayi tidak mempunyai konsepsi. 2) Tahap Preoperasional (Umur 2 - 7 Tahun) Anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental, yaitu menambah, mengurangi, dan lain-lain. 3) Tahap Operasional Konkret (Umur 7 – 11 Tahun) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret, dan masih memiliki masalah mengenai cara berpikir abstrak. 4) Tahap Operasional Formal (Umur 11 – keAtas) Pada tahap ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Dalam pertumbuhannya ke arah dewasa, seseorang akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya sehingga menyebabkan perubahan kualitatif di dalam struktur kognitif. Apabila seseorang mendapat informasi baru, maka informasi tersebut disesuaikan dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya, maka terjadilah proses asimilasi. Sebaliknya, bila struktur kognitif yang dimiliki tidak sesuai dengan informasi baru dari luar maka terjadilah proses commit to user terjadi apabila terdapat konflik akomodasi. Baik asimilasi maupun akomodasi
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
dalam kognitifnya, atau terjadi ketidakseimbangan antara apa yang telah diketahuinya dengan apa yang dilihat atau apa yang dialami sekarang. Setelah terjadi keseimbangan seseorang telah beradaptasi. c)
Teori Belajar Gagne Menurut Gagne, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Ada lima bentuk belajar yang diungkapkan oleh Gagne yaitu belajar responden, belajar kontiguitas, belajar operant, belajar observasional, dan belajar kognitif. Pertama, pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi. Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh kemampuan untuk mengeluarkan respon terkondisi. Bentuk belajar semacam ini disebut belajar responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-bidang studi. Kedua, belajar kontiguitas yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu, dan hal ini sering kita alami. Ketiga, kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuaensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangannya. Belajar semacam ini disebut belajar operant. Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian. Kita belajar dari model-model, dan masing-masing kita mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar observasional. Kelima, belajar kognitif terjadi dalam kepala kita, bila kita melihat dan memahami peristiwa-peristiwa disekitar kita (Ratna Wilis Dahar, 2007: 11-21). 2) Teori Belajar Konstruktivisme Teori belajar konstruktivisme memandang seseorang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Dalam konteks pembelajaran siswa dipandang sebagai individu yang aktif dalam membangun pemahamannya sendiri dan pengetahuan dunia sekitarnya dengan mengalami sendiri dan merefleksikan pengalamnanya tersebut commit to user (Syaiful Sagala, 2010: 46).
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
Landasan filosofi kontruktivisme menurut Depdiknas (2004: 2) adalah filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dalam diri mereka sendiri. Pengetahuan dibangun dalam pikiran (dikonstruksi) dari hasil interpretasi atau suatu gejala, sehingga pengetahuan sangatlah dipengaruhi oleh pola pikir orang tersebut (E. Mulyasa, 2005: 238). Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Dalam proses belajar konstruktivistik ini, guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Peran utama dalam kegiatan belajar konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional (Ratna Wilis Dahar, 2007: 160). Ide pokok pada teori konstruktivisme adalah peserta didik secara aktif membagi pengetahuan mereka sendiri. Pendekatan dalam pembelajaran konstruktivisme dapat menggunakan pembelajaran secara kooperatif ekstensif. Menurut teori ini peserta didik akan lebih mudah menanamkan dan mengerti akan konsep-konsep yang sulit jika mereka dapat membicarakan dan mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok yang terdiri sekitar empat orang untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran dan penggunaan kelompok yang sederajat untuk menghasilkan pemikiran. Pada sistem pengajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan temannya dalam tugas-tugas terstruktur dan inilah yang disebut pengajaran gotong royong dan cooperative learning (Slavin, 2010: 2). 3) Teori Psikologi Sosial Teori belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku tradisional. Teori belajar sosial dikembangkan oleh Albert Bandura (Ratna Wilis to user sebagian besar prinsip-prinsip Dahar, 2007: 27). Teori belajar commit sosial menerima
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
teori perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku dan pada proses-proses mental internal. Jadi dalam teori belajar sosial menggunakan penjelasan-penjelasan reinforsemen eksternal dan penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Karya yang sangat terkenal dari Bandura menempatkan suatu interpretasi yang lain pada interaksi seseorang dengan situasi. Bandura menghubungkannya dengan teori belajar sosial, suatu pendekatan yang melihat tingkah laku sebagai interaksi timbal balik yang terus menerus antara seseorang dengan lingkungan. Rumus Lewin: B= f (P,E) diubah oleh Bandura menjadi sebagai berikut: P Keterangan:
P = Personal B = Behaviour
B
E
E = Enviromental
Bandura melihat tingkah laku, faktor seseorang dan lingkungan lebih sebagai “faktor yang saling mengisi” satu sama lain daripada fungsi P dan E sebagai variabel sebab yang bebas dari tingkah laku. Pengaruh yang relatif dari setiap faktor bervariasi dalam situasi yang berbeda untuk tingkah laku tertentu, oleh karena itu dalam beberapa situasi faktor lingkungan lebih mempengaruhi padahal dalam situasi lain seseorang mengatur kejadian-kejadian lingkungan (Abu Ahmadi, 2007: 276). 4) Teori Motivasi Perspektif
motivasional
pada
pembelajaran
kooperatif
terutama
memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja. Dari perspektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu mereka harus saling membantu antar anggota kelompoknya dan yang lebih penting adalah mereka
harus
berusaha
secara maksimal untuk mensukseskan tujuan to user kelompoknya. Dengan kata lain,commit memberi penghargaan kelompok berdasarkan
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada pencapaian kelompok (atau penjumlahan pencapaian individu) menciptakan suatu struktur hubungan penghargaan antar pribadi di mana anggota kelompok akan memberi atau menahan social reinforcers (seperti dorongan dan pujian) sebagai hubungan atas usaha antar anggota kelompok (Slavin, 2010: 34). Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha sadar dan aktif dari pengajar kepada siswa dan lingkungannya sehingga terjadi interaksi dalam proses belajar mengajar dalam mencapai suatu tujuan instruksional, yaitu terjadinya perubahan pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku pada diri peserta didik.
3. Pendekatan SETS Pendekatan pembelajaran adalah suatu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran agar siswa dapat belajar dengan baik. Pendekatan pembelajaran yang digunakan setiap guru berbeda-beda, dan pendekatan pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan materi agar dapat meningkatkan pengetahuan siswa. Dalam penelitian ini, digunakan salah satu pendekatan yaitu pendekatan SETS (Science, environment Technology and Society). Pada mulanya SETS dikenal sebagai pendidikan STS (Science, Technology and Society) terpisah dengan pendidikan EE (environment Education). Jika keduanya diajarkan secara terpisah maka akan terlihat adanya pembahasan materi yang tumpang tindih. Permasalahan yang tampak pada masalah lingkungan dibahas dalam STS, sedangkan pendidikan EE juga membicarakan hakekat ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi yang menimbulkan dampak pada lingkungan. Sehingga, dalam praktek pengajaran terpisahnya kedua pendidikan tersebut tidak efektif. Waktu dan tenaga siswa akan terbuang karena dipelajari hal-hal yang sama dua kali. Oleh karena itu, keduanya digabungkan menjadi satu tekhnik pendekatan yang integratif yaitu pendekatan SETS (Science, environment Technology and Society). Pendekatan SETS ini menekankan pada pemanfaatan sains ke dalam bentuk teknologi, sehingga dapat berguna bagi masyarakat serta to 2004: user 7). implikasinya terhadap lingkungancommit (Aprilia,
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
Unsur-unsur SETS tidak dapat dipisahkan satu sama lain, terlepas dari fokus perhatian sesuai situasi dan kondisi yang terkait. Di bidang pendidikan, yang khususnya menjadi fokus adalah sains. Dengan sains sebagai fokus perhatian, guru dan siswa dapat melihat bentuk keterkaitan dari ilmu yang dipelajarinya (sains) dikaitkan dengan unsur lain SETS. Keterkaitan antara unsur SETS dengan sains sebagai fokus perhatian digambarkan dalam gambar 1 di bawah ini :
Gambar 1. Kerterkaitan antar Unsur SETS (A. Binadja, 2009c:7) Berikut adalah ciri dan karakteristik pendekatan SETS menurut Binadja (2009c: 7-8) antara lain : a. Tetap memberi penekanan pada subyek pembelajarannya. b. Peserta didik dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat. c. Peserta didik diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pentransferan sains ke bentuk teknologi. d. Peserta didik diminta untuk menjelaskan keterkaitan antara unsur sains yang diperbincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi keterkaitan antara unsur tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi. e. Peserta didik dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian penggunaan konsep sains, bila diubah dalam bentuk teknologi. f. Dalam konteks kontruktivisme, peserta didik dapat diajak berbincang tentang SETS dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa bersangkutan. commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembahasan pendekatan SETS adalah keterkaitan antara topik bahasan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Berarti bahwa bahasan yang berkaitan dengan kehidupan siswa harus lebih diutamakan. Fokus pengajaran SETS adalah bagaimana
cara
membuat
siswa
dapat
melakukan
penyelidikan
untuk
mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Pada proses pembelajaran dengan pendekatan SETS perlu diperhatikan perbedaan karakteristik siswa pada masing-masing jenjang pendidikan. Pendidikan SETS adalah pendidikan yang membawa sistem pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang dapat menerapkan pengetahuan yang diperolehnya guna meningkatkan kualitas hidup manusia (termasuk dirinya sendiri) tanpa harus membahayakan lingkungannya. Menurut Binadja dalam www.guru-makalah.com, secara mendasar dapat dikatakan bahwa melalui pendekatan SETS diharapkan siswa memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegratif dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan yang dimiliki. Menurut Nuray, Inci Morgil dan Secken (2010: 6) dalam jurnalnya yang berjudul The effects of science, technology, society, environment (STSE) interactions on teaching chemistry bahwa pendekatan pembelajaran menggunakan SETS memberikan hasil yang signifikan terhadap prestasi belajar kimia siswa dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional. Pembelajaran dengan menggunakan SETS membantu siswa lebih mudah terhubung dengan topik yang diajarkan, lebih tertarik dan lebih aktif dalam mempelajari keterkaitannya dengan lingkungan. Pada penelitian ini usur sains menjadi perhatian utama namun tidak menutup kemungkinan pada penelitian yang lain unsur lingkungan, teknologi maupun masyarakat yang menjadi perhatian utama. Peletakkan sains sebagai fokus perhatian, seperti yang biasa dilakukan dalam kegiatan pengajaran sains, guru sains serta para siswa yang menghadapi pelajaran sains dapat dibawa melihat bentuk keterkaitan sebenarnya dari ilmu yang dipelajari (sains) dikaitkan dengan unsur lain dalam SETS. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Beberapa hal yang dipandang menjadi kelebihan dari pendekatan SETS dibanding menggunakan pendekatan lain antara lain (a) meningkatkan motivasi belajar siswa, (b) meningkatkan prestasi hasil belajar siswa, (c) meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar kimia, (d) melatih siswa dalam memecahkan masalah dan (e) siswa akan dilatih bekerjasama dengan anggota kelompok dalam memecahkan permasalahan. Target atau tujuan pendekatan pembelajaran SETS ini antara lain : a. Mempersiapkan siswa untuk menggunakan sains bagi pengembangan hidup (lingkungan) dan mengikuti perkembangan dunia teknologi. b. Mengajarkan para siswa untuk mengambil tanggung jawab dengan isu-isu teknologi dalam masyarakat / lingkungannya c. Mengidentifikasi pokok pengetahuan yang fundamental sehingga siswa secara tuntas memperoleh kemampuan dalam merespon isu-isu SETS d. Memberikan gambaran yang akurat kepada para siswa tentang persyaratan dan kesempatan dalam karier yang tersedia. 4. Pembelajaran Kooperatif STAD Menurut Slavin (2010: 4) pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam pembelajaran ini, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masingmasing. Hal ini juga diungkapkan oleh Isjoni (2010: 6) bahwa pembelajaran kooperatif berarti belajar bersama, saling membantu antara satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan
yang
telah
ditentukan.
Dalam
pembelajaran
kooperatif
siswa
dikelompokkan secara heterogen dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosio ekonomi, serta kemampuan akademis (Anita Lie, 2007: 41). commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Anita Lie (2007: 31) untuk mencapai hasil maksimal lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu: a. Saling ketergantungan positif Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Intinya setiap anggota mempunyai tugas yang berlainan, kemudian bertukar pikiran atau informasi. Selanjutnya pengajar akan mengevaluasi semua anggota mengenai seluruh bagian, sehingga dengan cara ini mau tidak mau setiap angota harus merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar anggota yang lain juga dapat berhasil. b. Tanggung jawab perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur pertama. Jika tugas dan prosedur penelitian dibuat menurut prosedur Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilannya adalah persiapan pengajar dalam penyusunan tugasnya. c. Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa anggota akan lebih baik daripada hasil pemikiran dari individu saja. Lebih jauh lagi hasil kerjasama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masingmasing anggota. Inti dari sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. d. Komunikasi antar anggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok
bergantung
pada
kesediaan para anggotanya commit to user mendengarkan dan kemampuan mengutarakan pendapat mereka.
untuk
saling
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
e. Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama kelompok tersebut agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan efektif. Terdapat beberapa alasan mengapa pembelajaran kooperatif lebih dipilih dibandingkan dengan pembelajaran yang lainnya, antara lain: a. menurut penelitian bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian prestasi siswa, b. dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, c. dapat menerima teman sekelas yang memiliki kelemahan di bidang akademik, d. dapat meningkatkan rasa harga diri, dan e. dapat mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan pengetahuan mereka, dan sebagainya (Slavin, 2010: 4-7). Menurut Oludipe dan Awokoy (2010: 35) juga menyatakan bahwa metode pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh yang positif terhadap kegelisahan siswa dalam belajar kimia sebagai hasil dari sifat saling ketergantungan yang positif, yang memungkinkan siswa melihat bahwa kontribusi, masukan, dan kesuksesan mereka berasal dari siswa lainnya dalam kelompok. Terdapat tiga tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) Prestasi akademik Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, juga dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. 2) Penerimaan terhadap perbedaan individu Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar commit to user belakang dan kondisi untuk bekerja sama dan saling bergantung pada
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
tugas-tugas akademik dan dengan penghargaan bersama siswa akan belajar saling menghargai. 3) Pengembangan ketrampilan sosial Ketrampilan sosial akan mengajarkan siswa bekerja sama dan kolaborasi dimana ketrampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat (Isjoni, 2010: 27-28). Salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang efektif adalah Student Teams Achievement Divisions (STAD). STAD terdiri dari rangkaian pembelajaran yang sederhana, belajar kooperatif dalam memadukan kemampuan kelompokkelompok dan kuis disertai penghargaan yang diberikan kepada kelompokkolompok yang anggotanya paling sukses melampaui nilai mereka sendiri sebelumnya. Menurut Nagib Balfakih (2003: 17) dalam jurnalnya yang berjudul The Effectiveness of Student Team Achievement Division (STAD) for Teaching High School Chemistry in the United Arab Emirates, bahwa pembelajaran kimia dengan menggunakan metode STAD lebih efektif dan prestasi belajar yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan metode konvensional. Metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah metode pembelajaran kooperatif dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan perbedaan akademik, ras, jenis kelamin dan sebagainya sehingga tercipta kelompok belajar yang heterogen. Pada pembelajaran metode kooperatif ini keberhasilan kelompok ditentukan oleh prestasi belajar kelompok tersebut. Sehingga agar semua prestasi anggota kelompok tinggi, diperlukan kerjasama diantara anggota dalam memahami materi yang telah diajarkan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Menurut Adesoji dan Ibraheem (2009: 23), menjelaskan bahwa strategi pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) berpotensi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Menurut Adesoji dan Ibraheem (2009: 23) dalam jurnalnya yang berjudul Effects of Student Teams Achievement Divisions Strategy and Mathematics Knowlegde on Learning Outcomes in Chemical Kinetics bahwa strategi pembelajaran kooperatif STAD memiliki potensi untuk meningkatkan prestasi commit to user dengan ceramah. STAD dapat belajar siswa di sekolah menengah dibandingkan
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
meningkatkan sikap percaya diri, kerja sama, kedewasaan dan pembelajaran secara umum. Menurut Slavin (2010: 143-146) STAD memiliki lima komponen utama antara lain: a. Presentasi kelas Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benarbenar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor kuis tim mereka. b. Bekerja dalam tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang sering terjadi di lapangan saat tahap ini adalah pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa commitdidik to user harga diri, penerimaan terhadap peserta mainstream.
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Kuis Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. d. Skor kemajuan individual Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Setiap siswa diberikan skor awal yang diperoleh dari ratarata sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka. Tabel 2. Tabel Skor Perkembangan Individu Skor Individu Skor Perkembangan Individu Turun lebih dari 10 5 Turun sampai dengan 10 10 Tetap atau naik sampai dengan 10 20 Naik lebih dari 10 30 Tetap di puncak atau maksimal 30 e. Rekognisi tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain dilihat dari nilai rata-rata kuis masing-masing kelompok. Predikat penghargaan yang akan diperoleh digolongkan menjadi tiga, yaitu Good Teams (Tim Baik), Great Teams (Tim Hebat), dan Super Teams (Tim Istimewa) (Slavin, 2010:154160).
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Media Macromedia Flash Kata media dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khusunya (Azhar, 2010: 2-3). Sedangkan media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran yaitu (1) mempermudah proses pembelajaran di kelas, (2) meningkatkan efisiensi proses pembelajaran, (3) menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar, dan (4) membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran (Hujair, 2009: 4). Menurut Basyinudin Usman (2002: 19) syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan media pembelajaran dan harus dipenuhi dalam proses belajar mengajar yaitu a. Media pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembeajaran yang ditetapkan b. Media pembelajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau didengar c. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar d. Media pengajaran harus sesuai juga dengan kondisi individu siswa e. Media pengajaran tersebut merupakan perantara (medium) dalam proses pembelajaran siswa Dari beberapa kriteria penggunaan media di atas, maka guru dapat mempertimbangkan penggunaan sebuah media dalam pembelajaran sehingga diharapkan materi yang akan disampaikan pada peserta didik tepat pada sasaran. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan program macromedia flash. Macromedia flash merupakan gabungan konsep pembelajaran commit to user dengan teknologi audiovisual yang mampu menghasilkan fitur-fitur baru yang
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat dimanfaatkan dalam pendidikan. Keunggulan lain dari media flash ini adanya fasilitas timeline yang siap digunakan untuk membuat game, presentasi multimedia, animator, pembuat halaman web dan untuk pelajar maupun pengajar multimedia (Azhar, 2010: 162). Dengan menggunakan macromedia flash inilah, konsep-konsep abstrak yang sukar dipahami oleh siswa dapat mudah dipahami melalui visualisasi konsep tersebut. Menurut Talib, Matthews dan Secombe (2005 : 10), Computer Animated Instruction and Students Conceptual Change in Electrochemistry : Preliminary qualitative Analisys, menyatakan bahwa pembelajaran yang menggunakan media komputer animasi efektif membantu siswa untuk berfikir mengenai konsepkonsep kimia yang bersifat abstrak dan dapat meminimalisir kesalahpahaman yang mungkin terjadi. Demikian juga menurut Umit Simsek dan Agri Ibrahim (2009: 7) dalam jurnalnya yang berjudul The Effects of Animation and Cooperative Learning on Chemistry Students Academic Achievement and Conceptual Understanding about Aqueous Solutions, menyatakan bahwa pembelajaran kimia dengan menggunakan media animasi siswa lebih mudah menjelaskan suatu konsep kimia yang bersifat abstrak, komplek dan pergerakan suatu ojek, sehingga siswa memiliki pengalaman belajar yang lebih kuat terhadap konsep kimia yang diajarkan. Diantara program animasi, program Flash ini merupakan program paling fleksibel untuk keperluan pembuatan media animasi interaktif maupun non interaktif. Keunggulan program Flash dibanding program lain yang sejenis adalah: 1) Dapat membuat simbol interaktif dengan sebuah movie/objek lain 2) Dapat membuat transparansi warna dalam film 3) Membuat perubahan animasi dari bentuk satu ke bentuk lainnya, 4) Dapat membuat gerakan animasi dengan mengikuti alur yang telah ditetapkan.
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Prestasi Belajar Setiap kegiatan atau usaha yang telah dilakukan perlu diadakan penilaian untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai sehingga dapat diketahui apakah tujuan kegiatan tersebut telah tercapai atau belum. Tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan itu disebut dengan istilah prestasi. Pada
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
yang
merupakan
pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi, penilaian prestasi belajar didasarkan pada tiga ranah kemampuan, yaitu: a. Ranah kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek,
yaitu
kemampuan menghafal,
memahami, menerapkan,
menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi. b. Ranah afektif Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, perasaan, minat, emosi atau nilai. c. Ranah psikomotor Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor, yakni gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks serta gerakan ekspresif dan interpretatif (Depdiknas, 2004). Ranah psikomotorik dapat diukur baik dengan pengamatan atas kecakapan gerakan siswa maupun dengan portofolio atas tugas yang telah dikerjakan oleh siswa. Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar individu. 1). Faktor - faktor internal Dari faktor intern dibagi menjadi 3 faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. commit to user a). Faktor jasmaniah, meliputi: kesehatan, dan cacat tubuh
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b). Faktor psikologis, meliputi; intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. c). Faktor kelelahan, meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (Slameto, 2003: 54-59). 2). Faktor Eksternal Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. a). Faktor keluarga, meliputi : cara orang tua mendidik, relasi antar anggota, keluarga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. b). Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, dan alat pelajaran. c). Faktor masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat (Slameto, 2003: 60-71). Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari suatu usaha untuk mencapai penguasaan pengetahuan, ketrampilan terhadap mata pelajaran dengan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal serta dibuktikan melalui hasil tes baik pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
7. Perubahan Fisika dan kimia a. Sifat-sifat Materi 1) Sifat Fisika adalah ciri khas suatu zat yang dapat diamati tanpa mengubah zat-zat penyusun materi tersebut antara lain : a) Wujud zat Masing-masing wujud zat dapat berubah karena perubahan suhu. Berikut beberapa peristiwa yang kita kenal, antara lain : (1) Mencair commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perubahan wujud zat padat menjadi cair disebut mencair. Saat zat mencair memerlukan energi kalor. Contoh peristiwa mencair, antara lain: es dipanaskan, lilin dipanaskan dan lain-lain. (2) Membeku Perubahan wujud zat cair menjadi padat disebut membeku. Pada saat zat membeku melepaskan energi kalor. Contoh peristiwa membeku, antara lain : air didinginkan di bawah 0oC, lilin cair didinginkan, dan lain-lain. (3) Menguap Perubahan wujud zat cair menjadi gas disebut menguap. Pada saat tersebut zat memerlukan energi kalor. Contoh, antara lain: minyak wangi, air dipanaskan sampai mendidih, dan lain-lain. (4) Mengembun Perubahan wujud zat gas menjadi cair disebut mengembun. Saat terjadi pengembunan zat melepaskan energi kalor. Contoh, antara lain : gelas berisi es bagian luarnya basah, titik air di pagi hari pada tumbuhan, dan lain-lain. (5) Menyublim Perubahan wujud zat padat menjadi gas disebut menyublim. Saat penyubliman zat memerlukan energi kalor. Contoh, antara lain: kapur barus (kamper), obat hisap , dan lain-lain. (6) Mengkristal atau menghablur Perubahan wujud zat gas menjadi padat. Pada saat pengkristalan zat melepaskan energi kalor. Contoh peristiwa pengkristalan antara lain : peristiwa berubahnya uap air menjadi salju, pembuatan kristal ammonium sulfat yang berasal dari gas amonia dan belerang dioksida. b) Warna Warna merupakan sifat fisik yang dapat diamati. Misalnya warna susu putih, warna sirup merah, dan lain-lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
c)
32 digilib.uns.ac.id
Kelarutan Gula pasir lebih mudah larut dalam air jika dibandingkan dengan batang kapur.
d) Bentuk Sifat fisik akibat aktifitas manusia atau makluk hidup lainnya dapat merubah bentuk benda, misalnya: plat besi diubah menjadi pisau, kayu diubah menjadi kursi, batu dipahat menjadi patung, dan sebagainya. e)
Daya hantar listrik Logam dapat menghantarkan listrik disebut sebagai konduktor. Dan sebaliknya kayu bersifat isolator karena tidak dapat menghantarkan arus listrik.
2) Sifat Kimia Ciri-ciri suatu zat yang berhubungan dengan terbentuknya zat jenis baru, antara lain terbentuknya gas, terbentuknya endapan, perubahan warna, dan lain-lain. 3) Perubahan Fisika Yaitu perubahan yang tidak menghasilkan materi baru yang berubah hanya bentuk dan wujud materi sehingga tidak mengalami perubahan sifat. Contoh : a) Perubahan air menjadi es batu (membeku). b) Perubahan uap air menjadi air (mengembun). c) Perubahan air menjadi uap air (menguap). d) Lilin yang meleleh. e) Perubahan dari kayu menjadi meja. f) Perubahan kain menjadi baju dan celana. g) Gula larut ke dalam air. h) Garam dilarutkan ke dalam air. i) Bola lampu yang menjadi panas karena menyerap energi listrik 4) Perubahan kimia adalah perubahan yang akan menghasilkan zat jenis baru dan proses commit to user perubahannya tidak dapat dibalik.
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
Contoh : a) Proses Bernafas Proses bernafas mengubah oksigen (O2) menjadi karbon dioksida (CO2). Perubahan oksigen (O2) menjadi karbon dioksida (CO2) termasuk perubahan kimia. b) Proses Fotosintesis Proses fotosintesis merubah gas karbon dioksida (CO2) dan air menjadi gas oksigen dan karbohidrat. Perubahan tersebut termasuk perubahan kimia. c) Pembakaran Kayu dibakar menjadi arang merupakan contoh perubahan kimia. d) Perkaratan Perkaratan adalah reaksi oksigen menembus ke dalam celah-celah besi sehingga lama kelamaan terbentuk karat pada celah-celah tersebut. Perubahan besi menjadi karat adalah contoh perubahan kimia. e) Pembusukan Contoh perubahan kimia karena peristiwa pembusukan adalah roti menjadi berjamur, nasi yang membusuk, dan susu yang menjadi masam. f) Fermentasi Contoh perubahan kimia karena proses fermentasi adalah perubahan dari singkong atau beras menjadi tape. b. Pemisahan Campuran Campuran adalah susunan dari materi-materi yang memiliki sifat fisika dan sifat kimia yang berbeda. Campuran dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran homogen yaitu campuran yang seluruh bagianya mempunyai komponen yang sama. Sebagai contoh air gula, sirup, air garam dan lain-lain. Sedangkan campuran heterogen yaitu campuran yang seluruh bagiannya mempunyai komponen yang berbeda. Sebagai contoh udara, campuran adonan kue, campuran air sungai yang berlumpur dan lain-lain. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Susunan zat dalam campuran dapat dinyatakan dalam kadar dari zat-zat pembentuk campuran itu. Kadar suatu zat dalam campuran dapat dinyatakan dalam perbandingan antara jumlah zat dalam campuran dengan jumlah seluruh campuran. Jumlah dapat dinyatakan dengan massa atau volume, sedangkan perbandingannya dapat dinyatakan dalm persen (%) atau part per million (ppm). Secara matematis, kadar zat dalam campuran tersebut dirumuskan sebagai berikut : Kadar zat =
Jumlah zat
x 100 %
Jumlah campuran
Dasar-dasar pemisahan campuran a) Ukuran Partikel Jika ukuran partikel zat yang akan dipisahkan berbeda ukuran dengan partikel zat pencampurnya, maka campuran tersebut dapat dipisahkan dengan cara filtrasi (penyaringan). b) Titik Didih Jika zat yang akan dipisahkan memiliki perbedaan titik didih dengan zat pencampurnya, maka campuran tersebut dapat dipisahkan dengan metode distilasi. Pemisahan campuran dengan dasar perbedaan titik didih harus dilakukan dengan kontrol suhu yang ketat supaya tidak melewati titik didih zat yang akan dipisahkan. c) Kelarutan Secara umum, pelarut dibedakan menjadi pelarut polar (air) dan pelarut nonpolar (alkohol, aseton, kloroform, eter). Berdasarkan perbedaan kelarutan zat-zat penyusun suatu campuran pada jenis pelarut tersebut, maka campuran dapat dipisahkan dengan cara ekstraksi. d) Adsorbsi Adsorbsi adalah penarikan suatu zat oleh bahan pengadsorbsi secara
kuat
sehingga
menempel
pada
permukaan
dari
bahan
pengadsorbsi. Berdasarkan perbedaan daya adsorbsi, maka pemisahan campuran dapat dilakukan dengan cara adsorbsi. commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Metode Pemisahan Campuran a) Penyaringan (Filtrasi) Pemisahan campuran dilakukan dengan cara penyaringan jika campuran tersebut memiliki ukuran yang berbeda. Ukuran zat merupakan salah satu sifat fisika zat. Dengan demikian, pemisahan campuran dengan cara penyaringan didasarkan atas perbedaan ukuran partikel zat-zat penyusun campuran. Partikel yang mempunyai ukuran lebih kecil akan lolos atau keluar lewat lubang saringan, sedangkan partikel berukuran lebih besar akan tertinggal pada saringan. Air yang dapat melalui poripori kertas saring di sebut filtrat sedangkan kotoran yang tertahan pada kertas saring disebut residu. Cara pemisahan dengan cara penyaringan ini dapat untuk memisahkan campuran padatan dengan padatan yang memiliki ukuran partikel berbeda dan untuk memisahkan campuran padatan dengan cairan. Teknik pemisahan campuran dengan cara filtrasi ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2. Teknik Pemisahan Campuran dengan Penyaringan (Sumber : Sukasains.com) Beikut contoh pemisahan campuran dengan cara penyaringan: a. Pembuatan santan, Santan kelapa dibuat dengan cara memeras ampas kelapa dengan menambahkan air di atas saringan sehingga dihasilkan santan kelapa. Sedangkan ampas kelapa dengan ukuran partikel yang lebih besar tertahan di atas saringan. b. Pembuatan minuman jeruk, Minuman jeruk dibuat dengan cara memeras potongan jeruk commit to user di atas saringan yang berpori kecil untuk mendapatkan sari jeruk, di
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mana biji jeruk akan tertahan di atas saringan. Pemisahan ini bertujuan untuk memisahkan zat padat dari zat cair dalam suatu campuran berdasarkan perbandingan wujudnya. c. Pemisahan pasir dengan kerikil, Pernyaringan pasir dari kerikil, berdasarkan perbedaan ukuran partikel zat padat. Kerikil dengan partikel yang lebih besar akan tertahan pada saringan, sedangkan pasir dengan ukuran partikel yang lebih kecil lolos dari saringan. d. Pemisahan pasir dengan garam. Pemisahan garam yang bercampur dengan pasir, dilakukan dengan cara melarutkannya dalam air. Garam lebih mudah larut dalam air, sedangkan pasir tidak dapat larut. Langkah selanjutnya menyaring dengan menggunakan kertas saring, dimana pasir tertahan di atasnya. Kemudian filtrat yang diperoleh diuapkan sehingga mengendap dan dihasilkan kristal garam yang murni. e.
Penjernihan air kotor Air keruh atau kotor dapat dijernihkan dengan menggunakan saringan bertingkat yaitu pasir, kerikil, karbon aktif dan ijuk. Bahanbahan tersebut secara bertingkat disusun pada suatu wadah (misal botol plastik kemasan air mineral), kemudian air kotor/air keruh dilewatkan pada penyaringan tersebut, maka akan diperoleh air yang jernih. Untuk menyaring air, selain bahan-bahan fisik seperti di atas agar dapat diperoleh hasil yang tidak berbau dan tidak berwarna diperlukan bahan-bahan kimia antara lain sebagai berikut :
`
1) Karbon aktif, untuk menyerap bau dan warna. 2) Kaporit atau Ca(ClO)2, untuk membunuh bibit penyakit atau mikroorganisme. 3) Tawas, untuk mengendapkan lumpur, menyerap zat warna, detergen dan pestisida. commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Penguapan (Evaporation) Pemisahan campuran dengan cara penguapan pada dasarnya menguapkan pelarut suatu larutan. Jika pelarut sudah menguap, maka zat padat yang telah lewat jenuh akan mengkristal dan tertinggal di tempat tersebut. Contoh kristalisasi yang sering kita jumpai adalah petani garam memperoleh garam dengan jalan menguapkan air laut. Air laut dialirkan ke tambak-tambak dan dibiarkan mendapat sinar matahari. Air laut menguap secara terus menerus. Air laut akan semakin pekat dan setelah lewat jenuh akan mengkristal dan terbentuklah garam. Gambar teknik penguapan dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Teknik Penguapan (Sumber : Sukasains.com) c) Penyulingan (Distilasi) Distilasi atau penyulingan adalah suatu proses penguapan yang diikuti pengembunan. Distilasi dapat digunakan untuk memisahkan suatu komponen dari campurannya apabila komponen lainnya tidak ikut menguap (titik didih komponen lain jauh lebih tinggi). Pemisahan campuran dapat dilakukan dengan cara distilasi/penyulingan jika zat-zat yang bercampur dalam campuran memiliki perbedaan titik didih. Semakin jauh perbedaan titik didih zat-zat yang tercampur, semakin mudah pemisahannya. Seperangkat alat destilasi ditujukkan pada gambar 4.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4. Rangkaian Alat Destilasi (Sumber : Sukasains.com) Distilasi terdapat dua tahap yaitu tahap penguapan dan tahap pengembunan. Dalam tahap penguapan, zat yang memiliki titik didih rendah akan menguap terlebih dahulu kemudian zat yang memiliki titik didih lebih tinggi akan tetap pada labu godog atau labu alas bulat. Zat yang menguap tersebut akan memasuki kondensor dan terjadi proses pengembunan, dimana uap berubah menjadi cair, dan cairan tersebut akan ditampung dalam labu destilat. Proses destilasi sering diaplikasikan pada proses pengolahan air laut untuk memperoleh air murni, pada proses pemisahan alkohol dengan air, proses pengolahan minyak bumi, dan lain-lain. Eksploitasi minyak bumi dilakukan pemisahan secara distilasi bertingkat. Hasil tambang minyak bumi merupakan campuran kompleks dari senyawa hidrokarbon, untuk itu dilakukan pemisahkan campuran agar diperoleh bahan-bahan yang lebih sederhana. Hal ini dilakukan karena campuran hidrokarbon dalam campuran tersebut memiliki titik didih yang berbeda-beda. Hasil pengolahan minyak bumi antara lain sebagai berikut : No.
Suhu
1.
0oC - 30oC
2. 3. 4.
30oC- 180oC 170oC- 240oC 240oC- 250oC
Tabel 3. Hasil Pengolahan Minyak Bumi Bahan bakar Manfaat yang dihasilkan Gas ringan Untuk bahan bakar LPG, pembuat alkohol, karet, plastik Gasolin Bahan bakar mobil (bensin) Avtur Bahan bakar kapal terbang Minyak diesel, Bahan bakar kapal laut commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
300oC- 400oC
6.
380oC
solar Minyak pelumas / oli Vaselin
Sebagai pelumas mesin Untuk pelumas dan bermanfaat di bidang farmasi dan kedokteran.
d) Sublimasi (Sublimation) Sublimasi adalah perubahan zat dari wujud padat ke gas atau sebaliknya. Jika partikel penyusun suatu zat padat diberikan kenaikan suhu sebesar tertentu, dan partikel tersebut diturunkan, maka gas akan berubah menjadi padat. Penggunaan teknik ini hanya terbatas pada zat-zat yang dapat mengalami penyubliman, diantaranya kapur barus, ammonium klorida, kafein dan iodin. Teknik ini (ditunjukkan pada gambar 6) dilakukan dengan memanaskan campuran yang di dalamnya terkandung zat yang mudah menyublim. Dan pada bagian atasnya diletakkan kaca arloji yang berisi es batu, sebagai pendingin. Sehingga saat zat yang dimurnikan itu menjadi gas, maka saat gas (uap) menempel pada kaca arloji langsung berubah menjadi padat tanpa melalui proses berwujud cairan terlebih dahulu.
Gambar 5. Teknik Sublimasi (Sumber : Sukasains.com) e) Kromatografi Kromatografi didasarkan pada perbedaan kecepatan merambat antara partikel-partikel zat yang bercampur pada medium tertentu. Dimana komponen-komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara dua fase, salah satunya disebut fase stasioner (fase tetap), dan yang lainnya commit to user disebut fase mobil (fase bergerak). Fase mobil dialirkan melalui fase
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
stasioner. Fase stasioner cenderung menahan komponen campuran, sedangkan fase mobil cenderung menghanyutkannya. Berdasarkan perbedaan terikatnya suatu komponen fase stasioner dan perbedaan kelarutannya dalam fase mobil, komponen-komponen campuran dapat dipisahkan. Komponen yang kurang larut dalam fase mobil atau yang lebih kuat terjerap (teradsorpsi) pada fase stasioner akan tertinggal sedangkan komponen yang lebih larut atau kurang terjerap akan bergerak lebih cepat. Seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 6. Teknik Kromatografi Kertas (Sumber : Sukasains.com) Teknik ini angat sederhana tetapi memiliki banyak kegunaan. Salah satunya adalah dalam industri makanan, seseorang dapat menggunakan teknik ini untuk mengetahui suatu pewarna makanan berbahaya atau tidak bagi kesehatan. f) Dekantasi (Decantation) Dekantasi yaitu menuang cairan dengan hati-hati dan meninggalkan padatan yang tidak terlarut. Ini merupakan cara paling cepat dari penyaringan namun kurang efektif. Teknik dekantasi ditunjukkan pada gambar 7.
Gambar 7. Teknik Dekantasi commit to user (Sumber : www.jogjabelajar.org)
perpustakaan.uns.ac.id
41 digilib.uns.ac.id
Selain teknik pemisahan campuran secara fisika di atas terdapat pula teknik pemisahan campuran secara kimia yang dilakukan dengan cara mereaksikan dengan zat lain sehingga akan membentuk zat yang baru. Terdapat salah satu contoh teknik pemisahan campuran secara kimia yaitu teknik koagulasi (coagulation) yang dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Teknik Koagulasi (Sumber : Sukasains.com) Apabila terdapat campuran homogen dengan partikelnya yang sangat kecil, maka dapat dipisahkan dengan zat penggumpal (koagulan). Proses penggunaan zat penggumpal pada teknik Pemisahan Campuran disebut flokulasi atau koagulasi. Pada proses flokulasi dengan adanya penambahan zat kimia menyebabkan partikel-partikel kecil terikat bersama-sama membentuk gumpalan (flok). Gumpalan tersebut akan bergabung dan terendapkan pada lapisan bawah. Dalam hal ini proses flokulasi sampai terbentuknya endapan disebut koagulasi (coagullation). Koagulasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: a) Koagulasi dengan penambahan elektrolit Pada proses tersebut senyawa kimia yang bersifat elektolit di dalam larutan akan bereaksi di dalam campuran yang akan dipisahkan dan membentuk endapan. Contoh proses koagulasi dalam kehidupan seharihari yaitu : 1) Penambahan natrium karbonat pada air sadah untuk mengendapkan ion Ca2+ dan Mg2+ 2) penggunaan alumunium sulfat untuk mengkoagulasi pengotor dalam air
commit to user 3) penggunaan asam format pada lateks (penggumpal karet)
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) penggunaan kalsium sulfat dihidrat (CaSO4.2H2O) untuk proses pembuatan tahu b) Koagulasi dengan percampuran dua koloid yang berbeda muatan Teknik ini terjadi karena koloid yang berbeda muatan akan bercampur dan membentuk endapan. Semakin besar muatan ion yang berperan dalam proses koagulasi, maka semakin efektif proses yang terjadi. Contohnya koloid As2S3 dapat digumpalkan dengan penambahan koloid Fe(OH)3. (Teguh dan Eni, 2007: 128-132)
B. Penelitian yang Relevan 1. Nuray, Inci Morgil dan Secken (2010: 6) dalam penelitiannya yang berjudul “The effects of science, technology, society, environment (STSE) interactions on teaching chemistry” menyimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran menggunakan SETS memberikan hasil yang signifikan terhadap prestasi belajar kimia siswa dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional. Pembelajaran dengan menggunakan SETS membantu siswa lebih mudah terhubung dengan topik yang diajarkan, lebih tertarik dan lebih aktif dalam mempelajari keterkaitannya dengan lingkungan. Yang relevan dengan penelitian dari peneliti adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SETS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah. Selain itu, pada penelitian Nuray, Inci Morgil dan Secken penerapan pembelajaran dilakukan pada pelajaran kimia dengan memberikan perlakuan pada keas eksperiment yang dibandingkna dengan kelas kontrol. Maka dapat dikatakan bahwa kedua penelitian ini relevan karena menggunakan pendekatan belajar yang sama. Sedangkan dalam penelitian ini dibantu dengan macromedia flash untuk mendukung proses pembelajaran. 2. Adesoji dan Ibraheem (2009: 23) dalam penelitiannya yang berjudul “Effects of Student Teams Achievement Divisions Strategy and Mathematics Knowlegde on Learning Outcomes in user Chemical Kinetics” menyimpulkan commit to
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
bahwa strategi pembelajaran kooperatif STAD memiliki potensi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah menengah dibandingkan dengan ceramah. STAD dapat meningkatkan sikap percaya diri, kerja sama, kedewasaan dan pembelajaran secara umum. Yang relevan dengan penelitian peneliti adalah pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah, maka dari itu peneliti menggunakan model pembelajaran STAD untuk penelitian ini. Adapun perbedaannya pada penelitian Adesoji dan Ibrahim penerapan pembelajaran dilakukan pada proses pembelajaran Kimia Kinetik sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada materi Perubahan Fisika dan Kimia. Kimia kinteik dan Perubahan Fisika dan Kimia merupakan materi pelajaran kimia sehingga dapat dikatakan kedua materi itu sebanding, sehingga dimungkinkan penelitian menggunakan metode yang sama. 3. Umit Simsek (2009: 8) dalam penelitiannya yang berjudul “The Effects of Animation and Cooperative Learning on Chemistry Students’ Academic Achievement and Conceptual Understanding about Aqueous Solution” menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kecakapan sosial dan prestasi belajar siswa. Selain itu pembelajaran kooperatif juga dapat mencegah terjadinya misunderstanding siswa. Selain itu juga digunakan media yang sama seperti peneliti lakukan yaitu media animasi dan media macromediaflash sehingga penelitian dapat dilakukan. 4. Simon Attle dan Bob Baker (2007: 82) dalam penelitiannya yang berjudul “Cooperatif Learning in a Competitive Environment: Classroom Aplications” menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu pembelajaran kooperatif juga meningkatkan kompetisi siswa dalam bersaing mencapai prestasi belajar yang lebih baik. 5. Asih (2005: 95) dalam penelitiannya yang berjudul “Pembelajaran Kimia Berpendekatan SETS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Semarang Tahun Ajaran 2004/2005” Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, dan kreatif serta commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Penlitian dapat dikatakan relevan karena menggunakan pendekatan belajar yang sama pada pelajaran kimia. 6. Winda (2010: 81) dalam penelitiannya yang berjudul “Studi Komparasi Pembelajaran Kooperatif Metode Student Team Achievement Division (STAD) dengan Numbered Heads Together (NHT) Dilengkapi Media LKS dan Komputer Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Ikatan Kimia Kelas X Semester 1 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2009/2010“ menyimpulkan bahwa Penggunaan pembelajaran kooperatif metode STAD dilengkapi LKS dan media komputer lebih efektif daripada pembelajaran kooperatif menggunakan NHT yang dilengkapi dengan LKS dan media komputer maupun ceramah pada materi pokok ikatan kimia terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif. Adapun perbedaan dari penelitian Winda menggunakan media LKS dan komputer, sedangkan penelitian ini hanya menggunakan satu media yaitu macromedia flash. Sehingga penelitian ini juga dapat dikatakan relevan.
C. Kerangka Berpikir Pembelajaran kimia di SMP Negeri 14 Surakarta selama ini, khususnya dalam pengajaran materi Perubahan Fisika dan Kimia masih menggunakan metode yang bersifat teacher centered dan guru kurang mengoptimalkan penggunaan media dalam pembelajaran. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang bersangkutan di SMP Negeri 14 Surakarta belum memiliki fasilitas alat-alat laboratorium yang memadai. Padahal materi Perubahan Fisika dan Kimia merupakan materi yang memerlukan pemahaman konsep dan tidak sedikit pokok bahasan yang memerlukan kecermatan seperti pada proses pemisahan zat dalam campuran. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi kurang kreatif dalam memecahkan masalah, partisipasi rendah, kerja sama dalam kelompok tidak optimal, kegiatan belajar mengajar tidak efisien dan pada akhirnya hasil belajar menjadi rendah. Terbukti dari rata-rata hasil nilai ulangan harian materi Perubahan Fisika dan Kimia pada beberapa kelas VII siswa masih commit to user berada di bawah nilai KKM.
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
Untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa diperlukan suatu metode atau media yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, materi pelajaran, lingkungan dan fasilitas yang tersedia. Dengan demikian diharapkan siswa akan semakin mudah menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sehingga akan memberi pengaruh baik terhadap prestasi belajar siswa. Salah satu prinsip dari pembelajaran sains adalah siswa diajak untuk mengamati gejala-gejala yang ada di lingkungannya untuk dapat membangun pengetahuannya. Hal tersebut sesuai dengan teori belajar konstruktivisme yang menekankan bahwa belajar merupakan proses pembangunan pengetahuan berdasarkan pengalaman atau apa yang telah diamati. Pendekatan pembelajaran SETS merupakan pendekatan belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan akan dihasilkan pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa. Hal ini sesuai dengan teori Ausubel (Isjoni, 2010: 35-36), bahwa bahan pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna. Kekuatan dan kebermaknaan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran terletak pada kemampuan pelajar dalam mengambil peran dalam kelompoknya. Salah satu metode pembelajaran yang digunakan adalah Student Teams Achievement Divisions (STAD) setiap anggota kelompok memiliki kemampuan yang hampir sama sehingga setiap anggota memiliki hak dan kedudukan yang sama pula. Oleh karena itu, diperlukan hubungan kerja sama yang baik antar anggotanya. Jika dalam proses diskusi kelompok terdapat anggota yang belum memahami materi, maka dapat meminta penjelasan kepada anggota lain dalam kelompoknya untuk belajar mengkonstruksi pengetahuan sendiri secara bermakna. Di sisi lain pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belejar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Selain strategi pembelajaran yang cocok juga perlu pemilihan media commit to user pembelajaran yang mendukung untuk memudahkan pemahaman siswa,
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membangkitkan minat dan perhatian (rasa ingin tahu siswa) terhadap materi Perubahan Fisika dan Kimia. Salah satu media yang dapat dipilih untuk melengkapi proses pembelajaran yaitu media macromedia flash. Dalam macromedia flash terdapat suatu model inovasi proses pembelajaran berupa pemanfaatan kemampuan animasi komputer untuk menggambarkan konsep yang bersifat kongkret maupun abstrak. Kekongkretan materi perubahan fisika dan kimia dapat disajikan berupa audio visual yang berupa tampilan tulisan beserta suara penjelasan dari materi yang ditampilkan, sedangkan konsep yang abstrak akan terkurangi dengan tampilan animasi pada proses yang sesungguhnya terjadi. Tampilan berupa audiovisual yang berupa gambar dua dimensi disertai gerakan dan warna yang bervariasi akan membuat siswa lebih antusias dan tertarik dalam mempelajari materi ini. Penerapan metode pembelajaran STAD berbasis SETS diharapkan akan mendapatkan tanggapan yang positif dari siswa sehingga siswa menjadi lebih mudah memahami konsep, menjadi aktif dalam proses pembelajaran, dan dengan penggunaan media dapat mempermudah pemahaman siswa. Berikut adalah gambar skema berpikirnya.
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Permasalahan di SMP Negeri 14 Surakarta: 1. Pembelajaran yang masih bersifat teacher centered dengan menggunakan metode ceramah. 2. Guru belum menggunakan media pembelajaran yang tepat bagi materi pembelajaran Perubahan Fisika dan Kimia. 3. Prestasi belajar siswa yang kurang memuaskan karena konsep - konsep mata pelajaran kimia yang bersifat abstrak. 4. Peralatan laboratorium yang kurang memadai.
Perubahan Fisika dan Kimia
Metode Pembelajaran STAD berbasis SETS berbantuan macromedia flash
Model Pembelajaran konvensional berupa ceramah
Prestasi Belajar Gambar 9. Skema Kerangka Berfikir D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan dasar teori dan kerangka pemikiran di atas, dapat disusun hipotesis sebagai berikut: “Metode pembelajaran tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan Macromedia Flash efektif diterapkan pada materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia kelas VII semester genap SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 14 Surakarta pada siswa kelas VII semester Genap tahun ajaran 2010/2011. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2010/2011 dimulai pada bulan Februari 2011. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan secara bertahap, adapun tahap – tahap pelaksanaannya sebagai berikut : a. Tahap persiapan dilaksanakan pada awal bulan Februari hingga awal April 2011, meliputi: pengajuan judul skripsi, pembuatan proposal, perijinan penelitian, survei sekolah yang bersangkutan, konsultasi instrumen penelitian dan seminar proposal. b. Tahap pengambilan data direncanakan pada awal April hingga pertengahan Mei meliputi: semua kegiatan yang berlangsung di sekolah meliputi uji coba instrumen dan pengambilan data materi Perubahan Fisika dan Kimia. c. Tahap penyelasaian dilaksanakan pada pertengahan Mei hingga akhir Juni 2011 meliputi: pengolahan data dan penyusunan laporan hasil penelitian.
B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control-Group Pretest-Posttest Design. Subyek penelitian terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang pembelajarannya dilakukan dengan metode STAD berbasis SETS berbantuan macromedia flash dan kelompok pembanding yang pembelajarannya dilakukan dengan metode konvensional (ceramah). Kedua kelas tersebuat diberi tes kemampuan sebagai pretes untuk mengukur kemampuan awal siswa pada masing-masing kelas. Setelah kedua commit to user kelompok mengikuti program yang telah direncanakan dilaksanakan postest
48
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan materi yang sama terhadap kedua kelas. Selisih nilai postest dan pretest selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji t pihak kanan. Tabel 4 Rancangan Penelitian Randomized Control Group Pretest-Posttest Design Group Pretest Treatment Posttest Eksperimen
T1
X
T2
Kontrol
T1
-
T2
Keterangan: T1 = Pretest terhadap penguasaan konsep pokok bahasan Perubahan Fisika dan Kimia T2 = Posttest terhadap penguasaan konsep pokok bahasan Perubahan Fisika dan Kimia X = Pembelajaran dengan
metode STAD berbasis SETS berbantuan
macromedia flash. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam rancangan ini adalah: 1. Memberikan pretest (T1) pada masing-masing kelompok, untuk mengukur rata-rata ketrampilan kognitif sebelum obyek diberi perlakuan, 2. Memberikan perlakuan X pada kelompok eksperimen dengan penggunaan media pembelajaran macromedia flash dengan metode STAD berbasis SETS. 3. Memberikan posttest (T2) pada masing-masing kelompok setelah materi selesai diberikan untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif setelah diberi perlakuan X. 4. Menentukan selisih nilai antara pretest T1 dan posttest T2 pada kelas eksperimen untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest-posttest (Z1). 5. Menentukan selisih nilai antara T1 dan T2 pada kelas kontrol untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest-posttest (Z2). 6. Menerapkan uji statistik yang sesuai untuk menentukan apakah perbedaan tersebut signifikan, yaitu dengan uji t pihak kanan. 7. Menarik kesimpulan.
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Variabel yang terdapat dalam penelitian ini terdiri atas: a. Variabel Bebas Variabel bebas yaitu variabel yang dipilih untuk dicari pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran STAD berbasis SETS berbantuan macromedia flash. b. Variabel terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta pada pokok bahasan perubahan Fisika dan Kimia, yang terlihat dari selisih pretest-posttest.
D. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Penetapan Populasi Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 6 kelas. 2. Teknik Pengambilan Sampel Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Dalam teknik cluster random sampling ini sampel merupakan unit dalam populasi yang mendapat peluang sama untuk menjadi sampel, bukan siswa secara individual tetapi kelas. Dari keenam kelas yang ada di kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta dilakukan pengambilan secara random dua kelas untuk dijadikan sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
E. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperoleh berasal dari prestasi belajar siswa pada materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia. Aspek penilaian yanng diambil meliputi aspek kognitif dan afektif. Penilaian aspek kognitif diperoleh langsung dari siswa commit to user dengan menggunakan tes bentuk obyektif yang diberikan sebelum dan sesudah
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
proses pembelajaran. Penilaian aspek afektif dilakukan dengan menggunakan angket terhadap pembelajaran yang telah dilakukan yang diisi langsung oleh siswa. F. Instrumen Penelitian Data berasal dari variabel-variabel yang telah diteliti diperoleh dari tes yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan instrumen aspek kognitif dan aspek afektif. 1. Instrumen Penilaian Kognitif Untuk penilaian kognitif menggunakan bentuk tes obyektif. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas soal. Uji coba soal validitas dan reliabilitas dari suatu soal. a. Validitas Instrumen Penelitian 1) Validitas Isi Validitas isi adalah kecocokan diantara isi alat ukur (tes) dengan isi sasaran ukur. Artinya alat ukur yang mempunyai validitas isi yang baik adalah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasai sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam kurikulum. Oleh karena fungsinya adalah melihat kecocokan, maka perlu orang yang ahli di bidangnya yang kita tunjuk sebagai panelis untuk memeriksa instrumen kita. Untuk dapat mengetahui apakah secara isi, validitas instrumen memenuhi syarat atau tidak digunakan dua formula gregorry. Diperlukan dua orang panelis untuk memeriksa kecocokan antara indikator dengan butir-butir instrumen, dalam bentuk menilai relevan atau kurang relevan masing-masing indikator butir bila dicocokkan dengan butir-butirnya. Formula Gregorry adalah sebagai berikut ; Content Validity (CV) =
D A +B+C+D
Dimana, A = jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B = jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan menurut panelis II C = jumlah item relevan menurut panelis I dan yang kurang relevan menurut panelis II D = jumlah item relevan menurut kedua panelis Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilanjutkan. (Gregory,2007: 122-123) Pada tahap uji coba instrumen dilakukan tes paralel dengan soal tes kognitif sejumlah 35 butir soal. Setelah dilakukan uji validitas isi oleh dua orang panelis maka diperoleh hasil yang tercantum dalam tabel 5, dan hasil lebih rinci bersama dengan hasil perhitungannya tercantum pada Lampiran 15. Tabel 5. Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Kognitif Variabel Jumlah Soal Content Validity Soal-Soal Materi Perubahan Fisika dan Kimia
35
Kriteria
0,82
valid
2) Validitas Item Suatu alat ukur dikatakan valid bilamana alat ukur tersebut isinya sesuai untuk mengukur objek yang seharusnya diukur. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas butir soal. Validitas butir soal dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal. Dalam penelitian ini menggunakan tes obyektif bentuk pilihan ganda (multiple-choice test), dimana setiap butir soal yang dijawab benar diberi skor 1 (satu) dan setiap jawaban salah diberikan skor 0 (nol). Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas butir soal adalah menggunakan teknik korelasi point biserial dengan rumus sebagai berikut : rpbi
Mp
Mt
SDt
p q
Keterangan : rpbi
: koefisien korelasi biserial commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mp
: skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh siswa, untuk butir item yang bersangkutan telah dijawab dengan betul.
Mt
: skor rata-rata dari skor total
SDt
: standar deviasi dari skor total
p
: proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya
q
: proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji validitas itemnya
Kriteria pengujian Jika r pbi ≥ r tabel maka soal dinyatakan valid Jika r pbi ≤ r tabel maka soal dinyatakan tidak valid (Anas Sudijono, 2005:185) Hasil uji validitas instrumen kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 6. Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 11. Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif Variabel
Jumlah Soal
Soal-soal Perubahan Fisika dan
35
Kimia
Kriteria Valid
Invalid
30
5
b. Reliabilitas Instruman Penelitian Reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada suatu subjek yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subjek yang berbeda pada waktu yang sama. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk objektif digunakan rumus KR20 sebagai berikut: commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
r11
n
St
2
n 1
pi qi St
2
Keterangan : r11
: koefisien reliabilitas tes
n
: banyaknya butir item
1
: bilangan konstan
St2
: varian total
pi
: proporsi siswa yang menjawab benar butir item yang bersangkutan
q
: proporsi siswa yang menjawab salah, atau qi =1- pi
∑pi qi
: jumlah
dari hasil perkalian antara pi dengan qi (Anas Sudijono, 2005:252-253)
Kriteria pengujian: Jika r 11 ≥ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi (reliable). Jika r 11 ≤ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (unreliable). (Anas Sudijono, 2005:209) Hasil uji reliabilitas instrumen kognitif yang dilakukan terangkum dalam tabel 7. Hasil uji coba reliabititas instrumen soal penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 11. Tabel 7. Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif Variabel Soal-soal Perubahan Fisika dan Kimia
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
35
0,892
Tinggi
c. Taraf Kesukaran Suatu Item Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dikenal dengan istilah difficulty index (angka indeks kesukaran item), yang dalam dunia evaluasi hasil belajar commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
umumnya dilambangkan dengan huruf P, yaitu singkatan dari kata proportion (proporsi). Angka indeks kesukaran item berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. B JS
P
dimana : P
: angka indek kesukaran item
B
: banyaknya siswa yang menjawab benar terhadap butir item yang bersangkutan
JS
: jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar
Penafsiran terhadap angka indek kesukaran item: P < 0,30
: sukar
0,30 < P < 0,70
: cukup (sedang)
P > 0,70
: mudah (Anas Sudijono, 2005:370-372)
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesukaran yang bervariasi. Rangkuman tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 8. Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 11. Tabel 8 Rangkuman Hasil Uji Indeks Kesukaran Item Kriteria
Jumlah
Variabel Soal-soal Perubahan Fisika dan
Soal
Mudah
Cukup
Sukar
35
7
20
8
Kimia
d. Daya Pembeda Suatu Item Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang tidak/ kurang/ belum menguasai materi yang ditanyakan. Daya pembeda soal pilihan ganda dapat dipergunakan rumus sebagai berikut: D
PA
PB
BA JA
BB JB
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan : D
: angka indeks diskriminasi item
PA
: proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar butir item yang bersangkutan
PB
: proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar butir item yang bersangkutan
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut : Kurang dari 0,20
: jelek (J)
0,20 – 0,40
: cukup (C)
0,40 – 0,70
: baik (B)
0,70 – 1,00
: baik sekali (BS)
Bertanda negatif
: jelek sekali (JS) (Anas Sudijono, 2005:389)
Hasil rangkuman daya beda soal instrumen kognitif dapat dilihat pada Tabel 9. Hasil uji daya beda soal instrument penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 11. Tabel 9 Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Kriteria
Jumlah
Variabel Soal-soal Perubahan Fisika dan
Soal
JS
J
C
B
BS
35
2
3
16
12
2
Kimia
2. Instrumen Penilaian Afektif Instrumen penilaian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam menyusun item-item angket. commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan responden atau siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Tabel 10. Skor Penilaian Afektif Skor untuk aspek yang dinilai
Skor +
–
SS (Sangat Setuju/ Selalu)
4
1
S (Setuju/ Sering)
3
2
TS (Tidak Setuju/Sangat Jarang)
2
3
STS (Sangat Tidak Setuju/ Tidak Pernah)
1
4
Pada penelitian ini jumlah item angket afektif setelah di uji coba adalah 30 soal. Sehingga dapat ditentukan kriteria penilaian sebagai berikut : Jumlah nilai 96 - 120 sangat baik (A) Jumlah nilai 72 - 95
baik
(B)
Jumlah nilai 48 - 71
cukup
(C)
Jumlah nilai 30 - 47
kurang
(D) (Departemen Pendidikan Nasional, 2004: 25)
Sebelum digunakan untuk mengambil data angket tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. a. Uji Validitas 1) Validitas Isi Seperti halnya dengan instrumen kognitif, angket afektif juga divalidasi, yaitu segi validitas isi dengan rumus:
Dimana, A
: jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B
: jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan yang relevan menurut panelis II commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C
: jumlah item yang relevan menurut panelis I dan yang kurang relevan menurut panelis II
D
: jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
Jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilakukan (Gregorry, 2007: 121-123) Pada tahap uji coba instrumen dilakukan tes paralel dengan soal tes afektif sejumlah 30 butir soal. Setelah dilakukan uji validitas isi oleh dua orang panelis maka diperoleh hasil yang tercantum dalam tabel 11, dan hasil lebih rinci bersama dengan hasil perhitungannya tercantum pada Lampiran 16. Tabel 11. Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Afektif Variabel Jumlah Soal Content Validity Angket Afektif Materi
30
Hidrokabon
0,86
Kriteria Valid
2) Validitas Item Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu perangkat tes dikatakan valid apabila perangkat tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian validitas yang diuji adalah validitas butir soal atau validitas item. Validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item. Untuk mengetahui validitas butir soal dicari dengan menghitung indeks korelasi antara X dan Y yang dapat digunakan rumus korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut:
rxy
N {N
X
2
XY ( Y )( Y ) ( X ) 2 }{N
Y2
Dengan : rxy = koefisien korelasi antara variable X dan Y
X = skor item Y = skor total N = cacah subyek
commit to user
( Y )2}
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keputusan uji : rxy > rkritik
item soal tersebut valid
rxy ≤ rkritik
item soal tersebut tidak valid (Anas Sudijono, 2005: 181)
Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria validitas suatu tes (rxy) selanjutnya disebut rhitung. Kemudian hasil perhitungan dapat dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Item dikatakan valid bila harga rhitung > rtabel. Hasil uji validitas instrumen afektif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 12. Hasil uji validitas instrumen penilaian afektif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 12. Tabel 12 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Afektif Variabel
Jumlah Soal
Angket Afektif
30
Kriteria Valid
Invalid
30
-
b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat memberikan hasil yang tidak berbeda bila dilakukan kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0, yaitu sebagai berikut: n
r11
n 1
1
S i2 S t2
Keterangan: r 11
: koefisien
reliabilitas suatu tes
n
: jumlah item yang dikeluarkan dalam tes
1
: bilangan konstan
Si2 : jumlah varian skor dari tiap-tiap item S 2t
: varian total
commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kriteria pengujian: 1. Jika r
11
≥ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan telah memiliki reliabilitas
yang tinggi (reliable). 2. Jika r
11
≤ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan belum memiliki reliabilitas
yang tinggi (unreliable). (Anas Sudijono, 2005:208-209) Hasil uji reliabilitas instrumen afektif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 13. Hasil uji validitas instrumen penilaian afektif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 12. Tabel 13 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Afektif Variabel
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
Angket Afektif
30
0,82
Tinggi
G. Teknik Analisis Data Tujuan analisis data adalah untuk menjawab atau mengkaji kebenaran hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah data nilai kognitif, dan afektif. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-t pihak kanan. Oleh karena itu perlu dipenuhi persyaratan analisisnya.
1. Uji Prasyarat Analisis a.
Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari
populasi distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors dengan prosedur : 1). Hipotesis Ho
: sampel berasal dari populasi normal
H1
: sampel tidak berasal dari populasi normal
2). Statistik Uji L = max F Zi
S Zi
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3). Taraf Siginifikansi (
) = 0,05
4). Daerah Kritik (DK) DK = { L L > Lα:n atau L < -Lα:n} dengan n adalah ukuran sampel. 5). Keputusan Uji Ho ditolak Jika Lhitung
DK.
6). Kesimpulan a) Sampel berasal dari populasi normal jika H0 diterima. b) Sampel tidak berasal dari populasi normal jika H0 ditolak (Budiyono, 2009:170)
b.
Uji Homogenitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan uji Bartlett dengan rumus : χ2 = (ln 10) { B - ∑ (ni – 1) log si2} = 2,3026 { B - ∑ (ni – 1) log si2} B = (log s2) ∑ (ni – 1) ∑(ni – 1 )si2
s2 =
∑ (ni – 1)
Hipotesis yang akan diuji adalah Ho = δ12 = δ22 = kedua populasi mempunyai varian yang sama H1 = δ12 ≠ δ22 = paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku Adapun langkah-langkah pengujian homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett sebagai berikut: 1. Menentukan hipotesis Ho = δ12 = δ22 H1 = δ12 ≠ δ22 2. Menghitung varian masing-masing sampel (si2) dengan rumus : 2
si =
(xi – )2 n– 1
commit to user 3. Menghitung varian gabungan dari semua sampel (s2) dengan rumus :
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
∑(ni – 1 )si2
s2 =
∑ (ni – 1)
4. Menghitung harga satuan: B = (log s2) ∑ (ni – 1) 5.
Menghitung Chi_kuadrat (χ2), dengan rumus: χ2 = (ln 10) { B - ∑ (ni – 1) log Si2}
6. Menghitung χ2 dari tabel distribusi Chi_kuadrat pada taraf signifikansi 5% 7. Kriteria uji Ho diterima, apabila χ2 hitung < χ2tabel, yang berarti sampel homogen. (Sudjana, 2005: 263) c.
Uji t-matching Uji t-matching digunakan untuk mengetahui kesamaan atau keseimbangan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
2. Uji-Hipotesis Uji
yang
digunakan
adalah
uji-t
pihak
kanan,
yaitu
dengan
membandingkan rata-rata tes kognitif dan afektif. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: x1
t s
1 n1
x2 1 n2 2
s
(n 1 1) s1 (n 2 1)s 2 (n 1 n 2 ) 2
2
Keterangan: x1
= nilai rata-rata kelas eksperimen
x2
= nilai rata-rata kelas kontrol
n1
= jumlah sampel pada kelas ekspeimen
n2
= jumlah sampel pada kelas kontrol
S
= simpangan baku gabungan = varians kelas eksperimencommit to user
S12
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
S22
= varians kelas kontrol
Dengan kriteria sebagai berikut: Ho : μ1 ≤ μ2, Nilai rata-rata selisih pretest-posttest kelas eksperimen tidak lebih besar dengan nilai rata-rata selisih pretest-posttest kelas kontrol H1 : μ1 > μ2, Nilai rata-rata selisih pretest-postest kelas eksperimen lebih besar dari nilai rata-rata selisih pretest-posttest kelas kontrol Kriteria pengujian a. Jika thitung < ttabel maka hipotesis nol diterima b. Jika thitung > ttabel maka hipotesis nol ditolak (Sudjana, 2005: 239)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Pada penelitian ini data yang didapatkan berupa nilai pretest dan postest siswa pada pembelajaran Kimia materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia. Pencapaian belajar siswa meliputi aspek kognitif dan aspek afektif. Data tersebut diambil dari kelas eksperimen metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) Berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan macromedia flash dan kelas kontrol dengan metode ceramah. Jumlah siswa yang dilibatkan pada penelitian ini adalah 36 siswa dari kelas VIID dan 36 siswa dari kelas VIIE SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel.
1. Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Perubahan Fisika dan Kimia Data prestasi belajar siswa pada materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia yang meliputi prestasi kognitif dan prestasi afektif, kelas eksperimen dengan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) Berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan Macromedia Flash sebanyak 36 siswa dan kelas kontrol dengan metode pembelajaran ceramah sebanyak 36 siswa dapat dilihat pada Lampiran 20, sedangkan deskripsi data penelitian mengenai prestasi belajar secara ringkas disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian Nilai Rata-Rata Jenis Penilaian Eksperimen Kontrol Pretest
52,472
49,278
Postest
74,083
65,639
Selisih Nilai Kognitif
21,611
16,361
Afektif
commit to user 94,556
64
88,111
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Data Selisih Prestasi Belajar pada materi Pokok perubahan Fisika dan Kimia 1) Prestasi Belajar Kognitif Pada kelas eksperimen, selisih nilai kognitif terendah adalah 10 dan selisih nilai kognitif tertinggi adalah 30. Distribusi frekuensi selisih nilai kognitif kelas eksperimen pada materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia dan perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 33. Pada kelas kontrol, selisih nilai kognitif terendah adalah 7 dan selisih nilai kognitif tertinggi adalah 26. Distribusi frekuensi selisih nilai kognitif kelas kontrol pada materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia dan perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 33. Perbandingan distribusi frekuensi selisih nilai kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia disajikan dalam Tabel 15 dan perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 33. Tabel 15 Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Materi pada Pokok Perubahan Fisika dan Kimia Frekuensi No. 1 2 3 4 5 6 7
Interval 7,0 – 10,3 10,4 – 13,7 13,8 – 17,1 17,2 – 20,5 20,6 – 23,9 24,0 – 27,3 27,4 – 30,7 Jumlah
Nilai Tengah 8,65 12,05 15,45 18,85 22,25 25,65 29,05
Eksperimen 3 2 6 4 6 11 4 36
Kontrol 9 5 10 3 3 6 0 36
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada Tabel 16 dapat dilihat pada Gambar 10.
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 10 Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Materi Pokok Perubahan Fisika dan Kimia 2) Prestasi Belajar Afektif. Data penelitian mengenai nilai afektif kelas eksperimen dengan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) Berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan Macromedia Flash pada kelas VIID SMP Negeri 14 Surakarta dapat dilihat pada Lampiran 20. Pada kelas eksperimen ini nilai terendah prestasi afektif adalah 77 dan nilai tertinggi adalah 110 dengan nilai rata-rata 94,556. Distribusi frekuensi nilai afektif kelas eksperimen pada materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia dan perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 34. Pada kelas kontrol dengan metode pembelajaran ceramah pada kelas VIIE didapat nilai terendah adalah 75 dan nilai tertinggi adalah 106 dengan nilai rata-rata 88,111. Distribusi frekuensi nilai afektif siswa kelas kontrol dan perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 34. Perbandingan distribusi frekuensi nilai afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia disajikan dalam Tabel 16 dan perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 34. commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 16 Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Materi Pokok Perubahan Fisika dan Kimia Frekuensi No. 1 2 3 4 5 6 7
Interval 75,0 – 80,0 80,1 – 85,1 85,2 – 90,2 90,3 – 95,3 95,4 – 100,4 100,5 – 105,5 105,6 – 110,6 Jumlah
Nilai Tengah 77,5 82,6 87,7 92,8 97,9 103,0 108,1
Eksperimen 5 3 2 8 7 7 4 36
Kontrol 9 5 9 5 4 3 1 36
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data pada Tabel 16 dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Histogram Perbandingan Nilai Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada Materi Pokok Perubahan Fisika dan Kimia B. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Uji Keseimbangan (Uji t Matching) Uji keseimbangan ini diambil dari nilai pretest kelas VIID dan VIIE SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Untuk kelas VIID kelas Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbasis Science Environment to user Technology and Society (SETS)commit berbantuan macromedia flash dengan jumlah
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa 36 diperoleh rata-rata 52,472 dan variansi 70,485. Sedangkan untuk kelas VIIE kelas kontrol dengan metode ceramah dengan jumlah siswa 36 diperoleh rata-rata 49,278 dan variansi 107,806. Hasil uji keseimbangan dengan menggunakan uji t pihak kanan untuk niai pretest diperoleh thit = 1,44 dengan t(0,975;70) = 1,67. Daerah penolakan H0 adalah jika thitung > t(0,975;70) (1,67). Dari perhitungan diperoleh hasil thitung (1,44) < t(0,975;70) (1,67). Dan berdasarkan nilai MID IPA harga thitung =0,14 < t0.95(70) (1,67), maka H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai rerata kemampuan awal yang sama atau kedua kelas tersebut dalam keadaan seimbang (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 37 dan 40). 2. Uji Normalitas Tujuan dari normalitas ini adalah untuk menyelidiki apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi normal atau tidak. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Liliefors. Hasil uji normalitas nilai kognitif dan nilai afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol tercantum dalam Lampiran 21-28. Hasil uji normalitas telah terangkum dalam Tabel 17 dan 18. Tabel 17 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Kognitif Harga L Kelompok Siswa Kesimpulan Hitung Tabel STAD berbasis SETS berbantuan 0,089 0,148 Normal macromedia flash Kontrol 0,127 0,148 Normal Tabel 18 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif Harga L Kelompok Siswa Kesimpulan Hitung Tabel STAD berbasis SETS berbantuan 0,109 0,148 Normal macromedia flash Kontrol 0,134 0,148 Normal
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tampak dari tabel-tabel tersebut bahwa harga Lhitung < L
tabel,
dengan
demikian dapat dikatakan bahwa sampel-sampel pada penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 3. Uji Homogenitas Syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis variansi adalah varian dalam populasi harus homogen. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas pada penelitian ini menggunakan metode Bartlett. Hasil uji homogenitas selisih nilai kognitif, nilai afektif dan untuk menguji homogenitas pada penelitian ini digunakan metode Barlett dengan statistik uji Chi kuadrat (Sudjana, 2005: 263). Hasil uji homogenitas selisih nilai kognitif dan nilai afektif tercantum dalam Lampiran 29-32. Ringkasan hasil uji homogenitas prestasi kognitif dan afektif terangkum pada Tabel 19. Tabel 19 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif, dan Afektif 2 2 Uji Homogenitas Kesimpulan hitung tabel Prestasi Kognitif 0,161 3,841 Homogen Prestasi Afektif
0,081
3,841
Homogen
Tampak dari tabel-tabel di atas bahwa harga statistik uji χ2hitung tidak melampaui harga kritik χ2tabel, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian ini berasal dari populasi yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis 1. Uji Hipotesis untuk Selisih Nilai Kognitif Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji hipotesis ini dilakukan dengan uji t pihak kanan Ho : rata-rata nilai kognitif siswa kelas STAD Berbasis SETS berbantuan macromedia flash lebih rendah atau sama dengan siswa kelas kontrol H1 : rata-rata nilai kognitif siswa kelas STAD Berbasis SETS berbantuan commit to user macromedia flash lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan perhitungan dapat dibuat tabel sebagai berikut: Tabel 20 Ringkasan Hasil Uji t-Pihak Kanan Selisih Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelompok Sampel
Rata-rata
Variansi
Kelas Eksperimen
21, 611
34, 702
Kelas Kontrol
16, 361
40, 523
t 3,63
Hasil uji hipotesis selisih nilai kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol tercantum dalam Lampiran 35. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 3,63 dan sedangkan pada tabel distribusi t pada taraf signifikansi 0,05 didapat harga ttabel = 1,67. Jadi, keputusan uji thitung > ttabel (3,63 > 1,67). Kesimpulan: hipotesis nol (H0) ditolak. Dengan demikian rata-rata nilai kognitif siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol.
2. Uji Hipotesis untuk Selisih Nilai Afektif Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji hipotesis ini dilakukan dengan uji t pihak kanan Ho : rata-rata nilai afektif siswa kelas STAD Berbasis SETS berbantuan macromedia flash lebih rendah atau sama dengan siswa kelas kontrol H1: rata-rata nilai kognitif siswa kelas STAD Berbasis SETS berbantuan macromedia flash lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol Berdasarkan perhitungan dapat dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 21 Ringkasan Hasil Uji t-Pihak Kanan Prestasi Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelompok Sampel
Rata-rata
Variansi
Kelas Eksperimen
94,556
91,397
Kelas Kontrol
88,111
85,53
t 2,91
Hasil uji hipotesis selisih nilai afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol commit to user tercantum dalam Lampiran 36. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 2,91,
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sedangkan pada tabel distribusi t pada taraf signifikansi 0,05 didapat harga ttabel = 1,67. Jadi, keputusan uji thitung > ttabel (2,91 > 1,67). Kesimpulan: hipotesis nol (H0) ditolak. Dengan demikian rata-rata nilai afektif siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data Dalam penelitian ini digunakan media pembelajaran berupa media animasi yaitu macromedia flash. Dengan penggunaan media animasi ini diharapkan siswa akan lebih mudah untuk memahami konsep-konsep materi kimia yang bersifat abstrak. Hal ini didukung dengan adanya objek-objek yang bergerak dan dibuat semenarik mungkin dalam penyampaian materi pelajaran agar tujuan belajar dapat tercapai secara maksimal. Media macromedia flash juga membantu dan merangsang siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran maupun pemecahan masalah dalam diskusi kelompok. 1. Prestasi Belajar Aspek Kognitif Sebelum dilakukan pembelajaran materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia terlebih dahulu dilakukan pretest. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, seberapa jauh siswa telah memiliki pengetahuan mengenai pelajaran yang akan diikuti. Sebelum pembelajaran juga dilakukan pembentukan kelompok. Pembentukan ini didasari oleh nilai pretest dengan mempertimbangkan nilai ujian tengah semester genap, sehingga dalam kelas terdiri dari 9 kelompok dengan anggota 4 siswa secara heterogen. Hal ini bertujuan agar terjadi interaksi siswa dalam kelompok. Dengan demikian siswa dengan tingkat pemahaman tinggi dapat membantu siswa dengan tingkat pemahaman yang rendah karena termotivasi untuk menjadi tim yang terbaik dengan reward yang diberikan sehingga memiliki tingkat pemahaman yang sama. Kemudian pada akhir pembelajaran materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia dilakukan posttest dan mengisi angket afektif untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Hasil analisis menggunakan uji t-matching terhadap nilai pretest siswa kelas VII D dan VII E SMP commit Negeri to 14user Surakarta tahun ajaran 2010/2011
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
menunjukkan bahwa kedua kelas sampel setara. Berdasarkan hasil t-matching nilai tengah semester Mata Pelajaran IPA kedua sampel menunjukkan thitung =0,14 < t0.95(70) = 1,67 dan Ho diterima. Sedangkan dari data induk penelitian pada Lampiran 20 dapat dilihat bahwa rata- rata nilai pretest siswa kelas eksperimen pada aspek kognitif adalah 52,472 dan kelas kontrol adalah 49,278. Setelah diuji menggunakan t-matching seperti ditunjukkan pada lampiran 37 didapatkan hasil bahwa kemampuan awal kedua kelas sampel setara. Selanjutnya kedua kelas sampel masing-masing dikenai perlakuan. Setelah dilakukan pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa pencapaian hasil belajar siswa pada pengajaran kimia materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia dengan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan macromedia flash lebih tinggi daripada metode ceramah. Hal ini dapat diketahui berdasarkan hasil distribusi frekuensi pada besar interval yang sama menunjukkan kelas eksperimen mempunyai rata-rata selisih nilai tinggi yang lebih banyak dibandingkan dengan kelas kontrol. Lebih banyaknya frekuensi ini juga berlaku pada prestasi afektif. Karena pada selisih nilai tinggi kelas eksperimen mempunyai frekuensi yang lebih banyak, baik pada prestasi kognitif maupun afektif, maka metode pembelajaran STAD
Berbasis SETS berbantuan
macromedia flash memberikan kontribusi yang lebih baik dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Selain berdasarkan distribusi frekuensi, keberhasilan penggunaan metode pembelajaran STAD Berbasis SETS berbantuan macromedia flash pada peningkatan prestasi belajar kognitif juga dapat dilihat dari uji t-pihak kanan. Berdasarkan hasil uji t-pihak kanan diperoleh harga thitung = 3,63. Harga thitung ini lebih besar dari harga ttabel = 1,667. Kemudian dapat dilihat juga dari rerata selisih nilai kognitif kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan metode ceramah yaitu pada kelas eksperimen 21,611 sedangkan untuk kelas kontrol 16,361. Selain itu, dari hasil nilai postest siswa kelas eksperiment sebanyak 91,67 % tuntas, yaitu hanya 3 siswa yang berada di bawah KKM, sedangkan kelas commit to user kontrol hanya 69,44 % siswa yang tuntas dan 11 siswa yang berada di bawah
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KKM.
Dengan
demikian,
pembelajaran
dengan
menggunakan
metode
pembelajaran STAD Berbasis SETS berbantuan macromedia flash memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap peningkatan prestasi belajar kognitif yang dicapai siswa pada materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia. Dari menggunakan
hasil
yang
Metode
diperoleh
bahwa
dalam
proses
pembelajaran
STAD
berbasis
SETS
pembelajaran berbantuan
macromedia flash lebih efektif dengan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan metode ceramah, hal ini disebabkan oleh beberapa hal berikut : a)
Penggunaan pedekatan yang berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) Beberapa kelebihan dengan menggunakan pendekatan SETS dalam
proses pembelajaran adalah peserta didik diajak untuk dapat mendiskusikan mengenai pemanfaatan konsep sains dalam hal ini materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat, dan dampaknya terhadap lingkungan. Tujuan dari pendidikan SETS ini adalah untuk membantu peserta didik mengetahui sains, perkembangan sains, teknologi-teknologi yang digunakannya, dan bagaimana perkembangan sains serta teknologi mempengaruhi lingkungan dan masyarakat. Oleh karena itu, peserta didik dilatih agar mampu berpikir secara global dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan kadar kemampuan berpikir dan bernalarnya. Peserta didik dibimbing untuk memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah di masyarakat dan berperan aktif untuk turut mencari pemecahannya. Dalam penelitian ini, salah satu kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam menunjang keberhasilan pendekatan SETS yaitu masing-masing kelompok mendiskusikan mengenai suatu artikel yang diberikan mengenai pencemaran lingkungan dan krisis air bersih. Hal ini merupakan salah satu cara guru dalam membimbing siswa untuk dapat mengaitkan unsur-unsur SETS terhadap implikasinya kedalam kehidupan sehari-hari. Siswa akan terlatih untuk dapat menganalisis, mengevaluasi proses berpikir, ketrampilan penyelidikan dan ketrampilan intelektual dalam meninjau keterlibatan keempat elemen unsur SETS commit dan to user yaitu ilmu kimia, lingkungan, teknologi masyarakat dari sisi positif maupun
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
negatifnya. Berdasarkan hasil pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung siswa lebih aktif dan kritis dalam menanggapi suatu masalah. Misalnya saat guru memberikan beberapa pertanyaan diskusi untuk memancing keingintahuan siswa diantaranya mengenai contoh peristiwa yang mengalami Perubahan Fisika dan Kimia yang memberikan dampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia, contoh pemanfaatan metode pemisahan campuran, faktor-faktor penyebab dan akibat dari adanya kelangkaan air bersih yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia dan cara mengatasinya. Berbagai argumen dan pertanyaan beragam yang disampaikan siswa saat diskusi, diantaranya selain menjawab soal-soal yang diutarakan guru di atas, siswa juga menanyakan mengenai bagaimana cara mendapatkan air bersih ketika terjadi bencana alam dan sulit mendapatkannya, cara mengatasi banyaknya sampah dan buruknya kualitas air sungai di daerah tempat tinggal mereka dan bagaimana cara pengolahan sampah yang tepat agar dapat dimanfaatkan kembali. Selain itu, ada yang menanyakan bagaimana cara mengatasi pencemaran air, seperti adanya limbah pabrik dan penghematan air bersih seperti bekas air wudhu, bagaimana cara memanfaatkannya kembali agar tidak terbuang percuma bersama air kotor. Beragam pendapat yang diutarakan oleh siswa lain, diantaranya dengan cara menerapkan metode pemisahan campuran filtrasi berdasarkan ukuran partikel yaitu menggunakan metode penjernihan air dengan teknik sederhana, pemberian senyawa kimia untuk dapat menggumpalkan dan mengendapkan kotoran pada air sungai dan juga perlu adanya kesadaran dari masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai. Cara pengolahan sampah organik yang tepat dengan pembuatan kompos yang mengalami perubahan kimia akibat pembusukan dan pembutan bioetanol yang berasal dari jarak, tanaman nyemplung, dan lain-lain. Sedangkan sampah anorganik dengan cara mengubahnya menjadi kerajinan tangan yang unik, misalnya menganyam kantong plastik menjadi sebuah tas, dompet, botol minuman menjadi boneka, dan lain-lain. Pengolahan limbah yang efektif seharusnya dengan memanfaatkan sumber alam yang tidak dapat digunakan, commituntuk to user dengan menambahkan senyawa kimia menyerap logam-logam berat atau
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pewarna kimia. Sedangkan cara pengolahan air bersih, seperti air wudhu dengan membuat suatu tempat rembesan air yang dapat meresap baik ke dalam tanah, sehingga dapat dimanfaatkan kembali untuk air sumur atau untuk dapat meningkatkan kesuburan tanah. Peserta didik
mendapat
kesempatan mengembangkan lebih jauh
pengetahuan yang siswa peroleh, sehingga siswa termotivasi untuk menyelesaikan masalah yang timbul di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuray, Inci Morgil dan Secken (2010: 7) dalam jurnal yang berjudul The effects of science, technology, society, environment (STSE) interactions on teaching chemistry, bahwa pembelajaran berdasarkan pendekatan SETS berpengaruh positif terhadap hubungan antara peserta didik dengan dunia nyata, mendorong siswa untuk lebih aktif, kreatif, dan berfikir kritis dalam memberikan solusi pada suatu pokok permasalahan di lingkungan sekitar. Siswa belajar lebih memahami secara mendalam pada suatu topik yang diajarkan jika dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan metode konvensional. Dengan demikian salah satu dampak positif bagi siswa dari pembelajaran menggunakan pendekatan SETS ini adalah siswa menjadi semakin peka terhadap lingkungan sekitar di sekolah dan tempat tinggal mereka. Seperti terlihat berdasarkan pengamatan beberapa siswa mulai membuang bungkus plastik makanan tidak lagi di pekarangan sekolah, karena mereka sudah memahami adanya sampah plastik dapat menghambat air meresap ke dalam tanah, di mana plastik tidak dapat terurai berjuta-juta tahun lamanya sehingga dapat mengurangi kesuburan tanah. Selain itu, siswa lebih dapat memahami manfaat dan peran besar sains terhadap kehidupan manusia. Hal ini terlihat saat diskusi berlangsung, siswa sangat antusias dan tertarik dalam mempelajari materi kimia dengan memberikan berbagai argumen yang di sampaikan. Seperti pengolahan pangan sebagai teknologi tepat guna dengan memanfaatkan kulit buah durian, nenas, jeruk untuk dijadikan selai atau jeli yang melalui proses pemasakan, dan merupakan manfaat dari perubahan kimia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
b) Penggunaan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) Metode pembelajaran STAD merupakan metode pembelajaran secara berkelompok yang terdiri dari 4-5 siswa yang dipilih secara heterogen. Keheterogenan dalam penelitian ini meliputi keheterogenan jenis kelamin dan prestasi. Keheterogenan jenis kelamin dilakukan dengan membuat semua kelompok terdiri dari laki-laki dan perempuan sehingga tidak ada dominasi dari laki-laki maupun perempuan dalam kelompok tersebut. Sedangkan keheterogenan prestasi diperoleh dari hasil pretest. Masing-masing kelompok terdiri dari siswa yang mempunyai prestasi tinggi, sedang, maupun rendah. Sebelum pembelajaran guru memberikan materi secara garis besar dan selanjutnya siswa berdiskusi secara kelompok untuk mendiskusikan materi dan soal-soal diskusi yang diberikan. Pada kelas ini tiap kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama untuk memastikan teman satu tim mereka telah menguasai materi pelajaran. Siswa yang mengalami kesulitan dapat dibantu teman lain dari satu tim sehingga akan selalu terjadi interaksi dalam satu kelompok. Untuk selanjutnya hasil diskusi masing-masing kelompok dipresentasikan di depan kelas. Hal ini mendorong siswa dalam melatih keberanian dalam mengungkapkan pendapat dan melatih berfikir kritis. Hal ini sejalan dengan jurnal yang berjudul Effects of Student Teams Achievement Divisions Strategy and Mathematics Knowlegde on Learning Outcomes in Chemical Kinetics bahwa strategi pembelajaran kooperatif STAD memiliki potensi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah menengah dibandingkan dengan ceramah. STAD dapat meningkatkan sikap percaya diri, kerja sama, kedewasaan dan pembelajaran secara umum (Adesoji dan Ibraheem, 2009: 23). Dan berdasarkan Nagib Balfakih (2003: 17) dalam jurnalnya yang berjudul The Effectiveness of Student Team Achievement Division (STAD) for Teaching High School Chemistry in the United Arab Emirates, bahwa pembelajaran kimia dengan menggunakan metode STAD lebih efektif dan prestasi belajar yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan metode konvensional. to user Berdasarkan pengamatancommit saat proses belajar mengajar berlangsung siswa
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
menjadi lebih aktif dalam kegiatan kelompok maupun antar kelompok untuk berupaya bersaing meraih prestasi yang lebih baik. Saat antar kelompok, anggota kelompok mengajukan pertanyaan sebagai penambahan point bagi kelompoknya, kepada kelompok yang sedang presentasi. Sedangkan kelompok lain juga akan termotivasi mencari jawaban dari pertanyaan tersebut jika kelompok yang maju tidak dapat menjawabnya. Kesempatan ini dimanfaatkan kelompok lain untuk mendapatkan point bagi kelompoknya. Adanya kompetisi antar kelompok dalam metode pembelajaran STAD sebagai salah satu aspek penunjang keberhasilan untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik. Sedangkan di dalam kelompok, siswa bekerja sama saling berinteraksi, berpartisipasi, dan memberikan kontribusi. Hubungan antar siswa saling memberikan sumbangan pemikiran, saling mempengaruhi dan ikut aktif dalam kelompok serta mendapat pembagian tugas yang sama sehingga suasana belajar menjadi dinamis. Kegiatan ini menuntut siswa untuk dapat menemukan sendiri informasi atau konsep materi pelajaran yang diajarkan. Dengan demikian pengalaman belajar siswa dalam menemukan sendiri suatu konsep maka konsep tersebut akan lebih dapat dipahami dan akan selalu diingat siswa lebih lama. Kerja sama dan interaksi antar siswa dalam kelompok akan memotivasi siswa dalam belajar karena keberhasilan dari suatu individu tergantung pada keberhasilan kelompok. Setiap siswa berusaha aktif membantu
dalam
kelompoknya untuk sama-sama berhasil. Hal ini dilakukan dengan aktif bertanya tentang materi yang kurang dipahami dan berusaha mengerjakan latihan-latihan soal yang disediakan, sehingga semua anggota kelompok dapat memahami materi pelajaran dengan optimal. Selain itu, kejenuhan dalam proses belajar mengajar dapat berkurang dengan adanya suasana pembelajaran yang menyenangkan karena siswa dihadapkan pada metode pembelajaran yang baru dan tidak monoton. c)
Penggunaan Macromedia Flash Keterbatasan alat-alat laboratorium di SMP Negeri 14 Surakarta yang
tidak mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran pada materi pokok Perubahan commit tocampuran user Fisika dan Kimia pada sub bab pemisahan merupakan salah satu alasan
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
diperlukannya media bantu animasi yaitu macromedia flash. Selain kesulitan yang dialami siswa dalam penggunaan alat-alat laboratorium karena belum adanya pengalaman yang dimiliki siswa di laboratorium. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan media animasi yaitu berupa macromedia flash. Kelebihan dari penggunaan macromedia flash ini adalah dapat memvisualisasikan konsep-konsep kimia yang bersifat abstrak yang masih sulit siswa bayangkan oleh siswa sendiri. Isi dari media animasi ini adalah konsep mengenai materi perubahan Fisika dan Kimia berikut contohnya dalam bentuk animasi objek benda bergerak, campuran, dasar dan metode pemisahan campuran serta evaluasi berupa latihan soal yang dapat langsung di jawab dengan hasil yang diperoleh. Berdasarkan hasil pengamatan saat proses belajar mengajar berlangsung, dalam penggunaan media animasi ini siswa lebih termotivasi untuk belajar. Siswa mengaku terbantukan dalam mempermudah ingatan untuk menghafal materi pelajaran kimia yang diajarkan. Siswa merasa lebih tertarik, tidak jenuh dan bosan serta lebih mudah untuk memahami konsep-konsep materi kimia, karena siswa dapat melihat secara langsung animasi pergerakan objek-objek yang berwarnawarni. Hal ini sejalan dengan jurnal yang berjudul Computer Animated Instruction and Students Conceptual Change in Electrochemistry : Preliminary qualitative Analisys menurut Talib, Matthews dan Secombe (2005 : 10), menyatakan bahwa pembelajaran yang menggunakan media komputer animasi efektif membantu siswa untuk berfikir mengenai konsep-konsep kimia yang bersifat abstrak dan dapat meminimalisir kesalahpahaman yang mungkin terjadi. Demikian juga menurut Umit Simsek dan Agri Ibrahim (2009: 7) dalam jurnalnya yang berjudul The Effects of Animation and Cooperative Learning on Chemistry Students Academic Achievement and Conceptual Understanding about Aqueous Solutions, menyatakan bahwa pembelajaran kimia dengan menggunakan media animasi siswa lebih mudah menjelaskan suatu konsep kimia yang bersifat abstrak, komplek dan pergerakan suatu ojek, sehingga siswa memiliki pengalaman belajar yang lebih kuat terhadap konsep kimia yang diajarkan. to user Di dalam media ini, siswacommit dapat mengamati bagaimana proses pemisahan
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
campuran dengan berbagai metode, contoh-contoh dan perbedaan Sifat maupun Perubahan Fisika Kimia yang terjadi pada suatu materi beserta penjelasannya. Siswa merasa terbantukan dalam memecahkan kesulitan belajar saat terdapat masalah dalam diskusi kelompok. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara terhadap beberapa siswa yang mengaku lebih tertarik dan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. d) Pemberian Rewards Peran guru selain sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar, adalah mempunyai pengetahuan yang luas dan mampu menghidupkan situasi kelas agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara dinamis. Pendidik juga berperan dalam menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi peserta didiknya. Salah satunya adalah dengan memberikan reward kepada masing-masing kelompok yang memiliki skor paling tinggi. Dalam hal ini penghargaan dapat berupa apapun, yaitu berupa kata memuji (seperti bagus, pintar, cerdas, dan lain-lain). Di akhir pertemuan kelompok siswa yang memiliki skor paling tinggi sebagai super team, great team dan good team, guru memberikannya reward berupa sertifikat dan bingkisan. Hal ini bertujuan untuk memotivasi peserta didik untuk berperan aktif dalam kelompoknya masingmasing. e)
Materi Perubahan Fisika dan Kimia yang sesuai Pemilihan materi pelajaran yang harus sesuai dengan metode
pembelajaran yang diajarkan maupun kondisi siswa. Materi Perubahan Fisika dan Kimia merupakan materi yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga dalam proses pembelajarannya diperlukan keterlibatan siswa secara aktif dalam membawa lingkungan nyata ke dalamnya. Materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia terdiri dari beberapa sub materi yaitu Sifat Fisika, Sifat Kimia, Perubahan Fisika, Perubahan Kimia, Pemisahan Campuran dan Perhitungan Kadar Campuran beserta aplikasinya. Materi Perubahan Fisika dan Kimia ini merupakan salah satu materi pokok bersifat hafalan, abstrak dan analisis tetapi juga memerlukan suatu kejelian untuk membedakan sifat dan perubahan yang terjadi pada suatu materi yang adacommit di alam.to user
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
Untuk itu perlu adanya suatu pendekatan, metode maupun media pembelajaran yang tepat dalam membantu siswa untuk memahami materi yang disampaikan. Dalam hal ini pengajaran yang memungkinkan untuk dapat diterapkan adalah metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan macromedia flash dengan pengajaran secara bekelompok namun tetap memfokuskan pada kemampuan individual dengan pendekatan dari berbagai sisi kehidupan antara lain sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Metode ini lebih menekankan pada pengalaman langsung. Hal ini sejalan dengan jurnal yang berjudul The effects of science, technology, society, environment (STSE) interactions on teaching chemistry, bahwa pembelajaran menggunakan SETS siswa dapat belajar mengenai pengalaman hidup yang sebenarnya sehingga mampu untuk berfikir memberikan solusi pada permasalahan lingkungan yang terjadi (Nuray, Inci Morgil dan Secken, 2010: 8). Melalui metode ini siswa dapat menghubungkan konsep kimia yang mereka pelajari dengan kehidupan seharihari, oleh karena itu manfaat yang mereka peroleh tidak hanya manfaat yang ditujukan untuk mengerjakan soal tes tetapi juga bekal untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya karbon aktif (arang) yang berguna untuk menyerap bau dan warna, Kaporit untuk membunuh bibit penyakit, tawas untuk mengendapkan lumpur, mampu melakukan penjernihan air dengan teknik sederhana, dan lain-lain Diharapkan konsep yang didapat siswa akan bertahan lama dan memberikan kesan yang mendalam bagi siswa terhadap materi yang dipelajari. Sedangkan metode pembelajaran ceramah adalah metode pembelajaran yang memberikan materi secara konvensional dimana konsep dari materi yang disampaikan sebagian besar berasal dari guru, tidak ditemukan oleh siswa sendiri. Sehingga siswa akan merasa jenuh dan bosan dengan suasana belajar yang monoton mengakibatkan materi tersebut kurang dapat diingat oleh siswa. Siswa hanya dituntut memahami materi pelajaran kimia tanpa mengetahui sama sekali manfaat dan dampak positif mengapa harus mempelajari sains dalam hal ini to user materi pokok Perubahan Fisika commit dan Kimia bagi lingkungan dan masyarakat.
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam hal ini siswa sangat pasif hanya sebagai pendengar dan pencatat yang baik. Keadaan seperti ini dapat menghilangkan kesempatan siswa untuk berfikir kreatif dan kritis sehingga siswa tidak mampu memahami konsep atau pelajaran yang diberikan dengan baik. Akibatnya adalah kegiatan belajar mengajar menjadi kurang optimal. Keadaan ini menyebabkan penggunaan metode ceramah kurang efektif untuk menyampaikan materi Perubahan Fisika dan Kimia. Hal inilah yang menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa.
2. Prestasi Belajar Aspek Afektif Aspek afektif dalam pembelajaran ini mencakup sikap, minat, nilai, konsep diri, dan moral dari siswa. Seorang siswa akan sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal apabila siswa tersebut tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu, dalam hal ini adalah pelajaran IPA kimia. Di sini dapat diketahui bahwa kompetensi siswa pada aspek afektif menjadi penunjang keberhasilan untuk mencapai hasil pembelajaran pada aspek lain yaitu pada aspek kognitif. Prestasi belajar afektif siswa yang diajar dengan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan macromedia flash lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan metode ceramah karena metode STAD berbasis SETS berbantuan macromedia flash dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Hal ini dapat dilihat dari distribusi frekuensi dengan interval yang sama menunjukkan pada nilai yang lebih tinggi, frekuensi pada kelas ekperimen lebih banyak. Lebih banyaknya frekuensi ini, menunjukkan prestasi afektif kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dari data induk yang terdapat dalam Lampiran 20 diperoleh rata-rata nilai afektif sebesar 94,556 untuk kelas eksperimen dan 88,111 untuk kelas kontrol. Selain itu, meningkatnya prestasi afektif dapat diketahui berdasarkan hasil uji t-pihak kanan. Untuk hasil uji t- pihak kanan terhadap prestasi belajar afektif ini diperoleh thitung > t(0,975;70) = 2,91 > 1,667 yang berarti bahwa hipotesis nol (H0) ditolak yang berarti bahwa rata-rata kognitif siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol (Lampiran 36). user siswa pada kelas VII D sebagai Pada penelitian ini, dapatcommit diamatitobahwa
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
kelas eksperimen memiliki antusias, perhatian dan keaktifan yang lebih besar dibandingkan siswa kelas VII E sebagai kelas kontrol. Hal ini karena siswa dihadapkan pada suatu hal yang baru sehingga akan muncul rasa ingin tahu dari dalam dirinya, pelajaran menjadi tidak membosankan, dapat menaikkan minat siswa dalam belajar, dan termotivasi untuk menekuni materi yang disajikan. Hal ini terbukti dari sikap yang ditunjukkan siswa pada kelas eksperimen yaitu saat diskusi kelompok. Sebagian besar siswa aktif berdiskusi untuk saling bertukar pikiran mengemukakan pendapat masing-masing, bekerja sama dan aktif membaca dari buku maupun media animasi yang disediakan untuk dapat menemukan jawaban yang tepat pada soal diskusi yang diberikan. Masing-masing siswa berusaha untuk menemukan konsep dari materi tersebut sehingga mereka dapat membangun pengetahuan sendiri berdasarkan pengalaman dengan saling membantu satu sama lain dalam satu kelompok. Hal ini membuat mereka menjadi percaya terhadap kemampuan yang mereka miliki dan termotivasi untuk berkompetisi dengan kelompok lain agar dapat menjadi kelompok yang terbaik. Keberanian siswa juga terlihat saat mempesentasikan hasil diskusi tiap kelompok dan usaha yang baik untuk mencoba menjawab pertanyaan beberapa teman dari kelompok lain yang juga aktif bertanya. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran ini cukup efektif untuk dapat memancing keingintahuan siswa, terlihat saat guru memberikan evaluasi, siswa juga turut aktif untuk menjawab pertanyaan guru tanpa ditunjuk dan menulis penjelasan penting yang disampaikan. Diskusi kelompok yang dilaksanakan oleh siswa dapat menjadi pengalaman bermakna karena memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui suatu proses yang memberi kesempatan berpikir, berinteraksi sosial serta berlatih bersikap positif. Belajar mandiri yang dilakukan siswa bersama kelompok, diharapkan mampu membuat siswa lebih memahami konsep yang dipelajari dan bukan sekedar informasi dari guru. Guru lebih banyak bersifat sebagai motivator, dan fasilitator sedang siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan macromedia flash merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Melalui metode ini siswa dapat menghubungkan konsep kimia yang mereka pelajari dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu manfaat yang mereka peroleh tidak hanya manfaat yang ditujukan untuk mengerjakan soal tes tetapi juga bekal untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian ini juga disajikan satu artikel lingkungan mengenai krisis air bersih, di mana siswa diminta untuk menanggapi permasalahan lingkungan yang terjadi di sekitar mereka. Metode ini dapat melatih siswa untuk dapat berfikir kritis dan peduli terhadap lingkungan dengan memberikan solusi yang tidak lepas dari materi Perubahan Fisika dan Kimia. Sebaliknya dalam metode pembelajaran ceramah di mana orientasi siswa lebih pada pengetahuan untuk mengerjakan soal tes. Oleh karena pada kelas eksperimen siswa lebih tertarik karena dirasakan nyata dan lebih aplikatif sehingga prestasi belajar afektif siswa yang menggunakan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan macromedia flash lebih tinggi dari pada siswa yang menggunakan metode ceramah. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan macromedia flash membantu siswa terlibat aktif dalam menemukan dan membangun sendiri pemahaman dan konsep mengenai materi pelajaran serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari yang mana tidak dapat ditemukan pada metode konvensional. Oleh karena itu, penggunaan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan macromedia flash efektif dalam peningkatan prestasi belajar siswa baik aspek kognitif dan aspek afektif pada materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil
penelitian dapat
ditarik kesimpulan bahwa
metode
pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) Berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan macromedia flash efektif diterapkan pada materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia kelas VII Semester Genap SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Hal ini terlihat dari rata-rata selisih prestasi kognitif sebesar 21,16 untuk kelas eksperimen dan 16,361 untuk kelas kontrol. Rata-rata nilai afektif sebesar 94,556 untuk kelas eksperimen dan 88,111 untuk kelas kontrol. Sedangkan berdasarkan hasil Uji t-pihak kanan, diperoleh thitung sebesar 3,63 untuk prestasi aspek kognitif dan 2,91 untuk prestasi aspek afektif dengan ttabel sebesar 1,667 dan taraf signifikansi 5% sehingga hipotesis nolnya ditolak.
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk mengadakan upaya bersama antara guru, siswa serta penyelenggara sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan kualitas hasil belajar kimia secara maksimal. 2. Implikasi Praktis Pembelajaran menggunakan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan macromedia flash lebih efektif dan hasil prestasi belajar siswa lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah pada materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia. Untuk itu dalam proses pembelajaran kimia agar siswa memperoleh prestasi belajar yang optimal dapat diterapkan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbasis Science commit to user 84
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Environment Technology and Society (SETS) berbantuan macromedia flash pada kegiatan belajar mengajar kimia materi pokok Perubahan Fisika dan Kimia.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut : 1.
Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran salah satunya adalah Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) berbantuan macromedia flash.
2.
Proses pembelajaran Kimia hendaknya dilakukan dengan melibatkan keaktifan siswa sehingga kompetensi yang diharapkan dapat tercapai.
3.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor internal seperti pengaruh daya memori siswa, kreatifitas, sikap ilmiah siswa dan lain-lain yang berpengaruh
terhadap
prestasi
belajar,
sehingga
dapat
menambah
pengetahuan guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. 4.
Untuk memperkuat penelitian ini, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) berbasis Science Environment Technology and Society (SETS) pada materi kimia lain.
commit to user