No.29/APRIL/2011 Mediakom
69
LENTERA
70 Mediakom No.29/APRIL/2011
ETALASE
Cegah dan Kendalikan Penyakit
M
drg. Murti Utami, MPH
encegah lebih murah dari pada mengobati. Demikian, doktrin promosi kesehatan masyarakat yang sudah baku. Doktrin ini dapat mencegah penyakit menular maupun yang tidak menular. Faktanya, semua jenis penyakit tersebut dapat dicegah atau diminimalisir dampak negatifnya. Belakangan ini, penyakit tidak menular menunjukkan peningkatan kasus yang tinggi di negara maju maupun negara berkembang. Sungguh tepat sidang World Health Assembly (WHA) ke 64 di Jenewa, tanggal 16 - 24 Mei 2011 mengangkat tema “Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular”. Sidang tahunan WHO tersebut juga membahas 16 topik kesehatan dan berbagai informasi yang terkait kami angkat pada MEDIAKOM rubrik Media Utama. Selain itu, rubrik ini juga mengangkat PDBK (Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan). Program terobosan yang digagas Menkes untuk mengejar ketertinggal Kabupaten/ Kota yang IPKM (Indek Pembangunan Kesehatan Manusia) masih rendah. Program PDBK untuk mendorong pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan, tanpa menggunakan dana besar. Mekanismenya seluruh potensi daerah mulai dari SDM, Sumber dana dan keunggulan lokal disinergikan menjadi kekuatan besar untuk membangun kesehatan di daerah. MEDIAKOM juga mengangkat keberhasilan daerah dalam program lansia, lumpuh yang menimpanya sampai sekarang, sulitnya membina pengobat tradisonal dan berbagai peristiwa kesehatan terkini. Tak ketinggalan rubrik ragam, kolom dan lentera. Selamat membaca. § Redaksi
Mediakom
Susunan Redaksi Penanggung Jawab : drg. Murti Utami, MPH Redaktur : Dra. Hikmandari A, M.Ed, Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS Editor/Penyunting : Drs. Sumardi, Mulyadi, SKM, M.Kes, Prawito, SKM, MM, M.Rijadi, SKM, MSc.PH, Busroni S.IP, Mety Setiowati, SKM, Aji Muhawarman, ST Desain Grafis dan Fotografer : Drg. Anitasari, M, Resti Kiantini, SKM, M.Kes, Dewi Indah Sari, SE, MM, Sri Wahyuni, S.Sos, MM, Giri Inayah, S.Sos., Wayang Mas Jendra, S.Sn Sekretariat : Waspodo Purwanto, Endang Retnowaty, Dodi Sukmana, S.I.Kom, Okto Rusdianto, ST, Yan Zefrial Alamat Redaksi: Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kementerian Kesehatan RI Blok A, Ruang 107, Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta 12950 Telepon : 021-5201590; 021-52907416-9 Fax : 021- 5223002; 021-52960661 Email:
[email protected],
[email protected] Call Center: 021-500567, 021-30413700 Redaksi menerima naskah dari pembaca, dapat dikirim ke alamat email redaksi
No.30/JUNI/2011 Mediakom
DAFTAR ISI
Mediakom No.30/JUNI/2011
3
ETALASE
4
DAFTAR ISI
6
INFO SEHAT
6
CARA SEHAT MENANGKAL LAPAR
7
CARA HEMAT UNTUK TETAP BUGAR
8
SURAT PEMBACA
9
STOP PRESS
9
INDONESIA TUAN RUMAH ASEAN DENGUE DAY
12
LUMPUH MASAL DI BOYOLALI
14
MENKES LEPAS DOKTER PTT
16
Meidiana Hutomo di Kukuhkan sebagai Duta TB
17
RUMAH SAKIT BOLEH BERIKLAN
19
Sulitnya Membina Battra
20
MEDIA UTAMA
20
MENTERI KESEHATAN PIMPIN DELEGASI RI PADA SIDANG WORLD HEALTH ASSEMBLY KE-64
22
SIDANG WHA BAHAS ENAM BELAS TOPIK
24
MENKES RI ADAKAN PERTEMUAN BILATERAL DENGAN MENKES CINA
25
MEKANISME BARU VIRUS SHARING USULAN INDONESIA DITETAPKAN SEBAGAI RESOLUSI WHA
27
Menelusuri Daerah Bermasalah Kesehatan
29
MENKES KOMBINASIKAN PDBK DAN RIFASKES
RAGAM
31
DASYATNYA MANFAAT ASI
31
MANFAAT ASI UNTUK TUMBUH KEMBANG ANAK
33
PERISTIWA
35
11 ANGGOTA MKDKI DISUMPAH
35
DOKTER PLUS KOMPETENSI KHUSUS
37
MEMBANGUN KEBERSAMAAN
38
MENKES DAN KAPOLRI TANDA TANGANI KERJASAMA
40
KOLOM
41
NASIONAL
42
INDONESIA BERHASIL TEKAN KASUS MALARIA
42
TETAP BUGAR DI USIA TUA
44
KEMKES KEMBANGKAN JEJARING RISET KEDOKTERAN
46
SISIPAN
47
Urusan HAJAT BESAR DI KABUPATEN BANJAR
47
Pembangunan Kesehatan KalseL
55
DAERAH
59
GEMBIRA DI HARI TUA ALA YOGYA
59
KEBIJAKAN PEMERINTAH DIY UNTUK LANSIA
62
POPULASI ORANG USIA LANJUT DI INDONESIA
64
KOLOM PR
65
SIAPA DIA
66
RESENSI BUKU
68
LENTERA
70 No.30/JUNI/2011 Mediakom
INFO SEHAT
CARA SEHAT
MENANGKAL LAPAR Rasa lapar bisa saja muncul bukan karena perut dalam keadaan kosong, tetapi juga karena fluktuasi hormon. Pilihan makanan sangat penting untuk mengurangi munculnya rasa lapar akibat hormon, terutama bagi Anda yang ingin menurunkan berat badan. Cobalah untuk menangkal rasa lapar dengan cara sehat. Enam cara mudah berikut yang dilansir Women’s Health :
1. Ikan Dari pada memilih daging merah atau ayam sebagai lauk di menu utama, lebih baik pilih ikan. Menurut dr. Susanna, ahli gizi asal Autralia, indeks kepuasaan memakan ikan lebih tinggi dibandingkan daging dan ayam.
2. Jus buah tak disaring Hindari mengkonsumsi jus buah dalam kemasan. Lebih baik Anda buat jus sendiri yang tidak disaring. Buah yang telah hancur diblender banyak mengandung serat akan menimbulkan rasa kenyang saat Anda meminumnya.
Mediakom No.30/JUNI/2011
3. Tutup hidung Saat mencium aroma donat, roti atau muffin yang baru saja matang, memang hasrat makan bisa meningkat. Untuk menghindarinya, tutup saja hidung Anda. Cara ini bisa menginduksi sekresi insulin yang membuat Anda berpikir kalau Anda lapar.
5. Konsumsi vitamin Pastikan nutrisi tubuh terpenuhi dengan baik. Jika Anda merasa ragu, konsumsi saja vitamin. Itu karena jika tubuh merasa kekurangan nutrisi, hasrat makan akan meningkat. Sehingga, Anda akan merasa lapar dan makan lebih banyak.
4. Konsumsi wortel mentah Wortel merupakan sayuran yang juga enak dinikmati dalam keadaan mentah. Menurut penelitian tim dari Irlandia, mengkonsumsi wortel dalam keadaan mentah bisa membuat Anda lebih kenyang.
6. Makan di tempat yang terang Pastikan lampu di ruangan makan dalam keadaan terang. Menurut penelitian yang dilakukan tim dari University of Illinois, Amerika Serikat, tempat yang temaram memicu seseorang makan berlebihan.§ berbagai sumber-ynt115
CARA HEMAT
UNTUK TETAP BUGAR
Untuk tetap sehat, Anda tak perlu mengeluarkan banyak uang untuk pergi ke pusat kebugaran atau membeli alat-alat olahraga yang mahal. Anda bisa tetap bugar dengan biaya murah di rumah atau kantor. Bagaimana caranya?
Berikut beberapa kegiatan di rumah atau ditempat kerja yang murah tetapi bisa membuat Anda tetap bugar dan sehat :
1. Melakukan pekerjaan rumah tangga Anda mungkin tidak menyadarinya, tetapi melakukan pekerjaan rumah tangga benar-benar dapat membantu Anda untuk tetap fit. Tugas-tugas seperti membersihkan debu dan berkebun bisa cukup membakar kalori
2. Naik turun tangga Anda bisa mendapatkan manfaat yang sama dengan kelas aerobik di gym hanya dengan naik dan turun tangga di rumah. Naik turun tangga adalah latihan kardio yang juga bisa membantu melatih otot. Ada baiknya menggunakan tangga daripada lift untuk menuju ruang kerja atau ruang rapat yang hanya berada dilantai 2 atau 3.
3. Menggunakan barangbarang yang ada untuk latihan Tak perlu membeli peralatan olahraga yang mahal, Anda dapat menggunakan benda-benda di sekitar rumah untuk berolahraga. Sebagai contoh, Anda dapat mengangkat kaleng makanan, botol air atau buku untuk membangun kekuatan tubuh bagian atas.
5. Menari Menari merupakan latihan yang luar biasa, yang besar manfaatnya bagi jantung. Para ahli setuju bahwa menari adalah latihan yang menyenangkan tanpa memerlukan alat dan bisa dilakukan di rumah. Selain itu, menari dapat meningkatkan mood (suasan hati) secara instan.
6. Sit-up Ini adalah latihan terbaik untuk membangun dan memperkuat otot-otot perut. Bukan hanya untuk mendapatkan perut six pack, tapi itu juga merupakan faktor penting dalam mencegah masalah punggung.
7. Push-up Latihan push up yang tergolong murah dan mudah karena tidak memerlukan peralatan apapun bisa menawarkan manfaat kesehatan yang luar biasa. Latihan resistensi seperti push up juga dapat meningkatkan kadar testosteron dalam tubuh serta meningkatkan kekuatan otot.
4. Jalan kaki Berjalan memberi tekanan yang sangat sedikit pada sendi dan sering kali merupakan pengalaman yang menyenangkan. Latihan ini dapat dilakukan di lingkungan rumah, di taman dikantor atau bahkan di mall. Mulailah dengan 510 menit sampai dengan 30 menit berjalan cepat setiap hari.
Nah kapan anda akan memulainya? Mudah dan murah bukan?§ AM, berbagai sumber
No.30/JUNI/2011 Mediakom
SURAT PEMBACA PERTANYAAN Saya seorang perawat di sebuah rumah sakit swasta dan ingin mengabdi menjadi Petugas Kesehatan Haji Indonesia. Apakah saya bisa memenuhi syarat karena saya bukan PNS dan bagaimana syarat serta cara pendaftarannya? Terima kasih. Dari Seorang Perawat di daerah JAWABAN Anda bisa mendaftar menjadi Petugas Kesehatan Haji Indonesia untuk TKI Kloter dengan mendaftar secara online melalui alamat website: http://puskeshaji.depkes.go.id. dan tanpa dipungut biaya. Untuk perawat/perawat bidan harus memiliki sertifikat BTLS, BTCLS, BCLS, Emergency Nursing atau PPGD, memiliki surat ijin perawat (SIP) dan surat ijin kerja perawat (SIKP) atau SIB, melakukan praktik keperawatan dengan rekomendasi Dinas Kesehatan setempat. Sedangkan persyaratan khusus PPIH untuk perawat yaitu pendidikan minimal D3, diutamakan perawat di IGD, ICCU dan ICU, IW, perawat geriatri dan bedah. Pendaftaran melalui online dan dokumen yang harus dilengkapi sebagai berikut: 1. Print out registrasi online bagi PNS dan Swasta di daerah diketahui oleh kepala unit kerja dan mendapat rekomendasi dari dinkes propinsi/kab/kota. Untuk PNS Pusat, Kementerian/ Lembaga lain, UPT Pusat, TNI/POLRI diketahui oleh Kepala Unit Kerja masing-masing. 2. Fotokopi KTP 3. Fotokopi Ijazah pendidikan sesuai peminatan bidang tugas yang dilegalisir oleh kepala bagian kepegawaian/ Kepala Bagian Tata Usaha. 4. Fotokopi SK terakhir yang dilegalisir oleh kepala bagian kepegawaian/ kepala bagian tata usaha, atau surat pernyataan melaksanakan tugas (SPMT) bagi pelamar swasta. 5. Fotokopi Sertifikat seperti ACLS, ATLS, ATCLS, GELS, BCLS, BTLS BTCLS, Emergency Nursing atau PPGD yang dilegalisir oleh kepala bagian kepegawaian/ kepala bagian tata usaha. 6. Fotokopi Surat Tanda Register (STR) dan SIP yang masih berlaku bagi tenaga dokter. 7. Fotokopi surat keterangan praktek SIKP dan SIB yang masih berlaku bagi tenaga perawat 8. Surat keterangan sehat dari tim pemeriksa kesehatan Puskesmas atau rumah sakit pemerintah. 9. Surat rekomendasi dari instansi (formulir 1). 10. Surat keterangan tidak hamil bagi petugas wanita (formulir 2). 11. Surat izin tertulis dari suami/orang tua/wali bagi petugas wanita (formulir 3). 12. Surat pernyataan tidak memahrami/dimahrami (formulir 4). 13. Surat pernyataan bersedia ditempatkan sesuai kebutuhan saat operasional (formulir 5). Yang penting untuk dilakukan adalah bagi Calon petugas (TKHI/PPIH) berasal dari SWASTA harus mendapat rekomendasi dari DINKES KAB/KOTA atau PROPINSI, kemudian kelengkapan berkas dokumen dikirim ke Pusat melalui KOTAK POS PO.BOX REKRUTMEN PKHI JKTM 12700 untuk dilakukan verifikasi kelengkapan dan keabsahan dokumen. Untuk pendaftaran PPIH Bidang Kesehatan tahun 2011 sudah selesai dilaksanakan.
Mediakom No.30/JUNI/2011
PENETAPAN PEMENANG MEDIA KUIS
EDISI 29 APRIL 2011
Redaksi Mediakom telah menetapkan 1 (satu) orang pemenang dengan 3 buah jawaban sebagai berikut : Jawaban 1. Ibu hamil 2. 3 kegiatannya : a. Peluncuran secara resmi ASEAN Dengue Day atau Hari Dengue se-ASEAN yang akan dilakukan di Jakarta pada tanggal 15 Juni 2011 b. Konferensi Obat Tradisional ini antara lain akan menyepakati pengembangan format standarisasi pada ASEAN Pharmacopeian Herbal Medicine atau Farmakope Obat Herbal ASEAN edisi III c. 19th Meeting of ASEAn Task Force on AIDS (AFTOA) 3. Tanggal 21-24 Februari 2011 Pemenang kuis : 1. Wahyu Eka Arini Jl. Wibawa Mukti II Gg. H. Dehir Rt. 08 Rw. 02 Jati Luhur, Jati Asih, Bekasi Selatan 17145 No HP : 081317870339
MediaKuis 1. Apa yang dimaksud dengan PDBK (Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan)? 2. Sebutkan 3 data kesehatan berbasis komunitas? 3. Kapan dan dimana dilaksanakannya World Health Assembly (WHA) ke 64? dan apa temanya ? Kirimkan jawaban kuis dengan mencantumkan biodata lengkap (nama, alamat, kota/kabupaten, provinsi, kode pos dan no telp yang mudah dihubungi). Jawaban dapat dikirim melalui : • Email :
[email protected] • Fax : 021 - 52907421 • Pos : Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kemenkes Jl. HR. Rasuna Said Blok X5, Kav. 4-9, Jakarta Selatan Jawaban diterima redaksi paling lambat minggu keempat (terakhir) bulan Juli 2011. Nama pemenang akan diumumkan di Majalah Mediakom edisi 31 / Agustus 2011. 10 Pemenang MediaKuis masing-masing akan mendapat hadiah t-shirt dari Mediakom. Hadiah pemenang akan dikirim melalui pos. Kuis ini tidak berlaku bagi Keluarga Besar Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI.
STOP PRESS
INDONESIA TUAN RUMAH ASEAN DENGUE DAY ndonesia mendapat kepercayaan untuk menyelenggarakan ASEAN Dengue Day pada tanggal 13 – 15 Juni 2011 di Jakarta. Berbagai acara dan kegiatan telah dirancang untuk memeriahkan dan mensukseskan kegiatan tersebut. Kegiatan dimulai dengan menyelenggarakan Lomba logo ASEAN Dengue Day yang diadakan dua kali yaitu tingkat Nasional dan tingkat ASEAN. Lomba Logo tingkat Nasional diselenggarakan tanggal 28 Februari sampai dengan 29 April diikuti 289 peserta. Untuk tingkat ASEAN diadakan pada tanggal 15 Juni 2011 diikuti 10 negara. Kegiatan berikutnya adalah Lomba Poster ASEAN Task Force in AIDS dan Lomba poster ASEAN Dengue Day. Lomba poster ASEAN Dengue Day Tingkat Nasional, pendaftaran dan penerimaan dokumen dimulai pada tanggal 28 Februari 2011 sampai dengan 2 Mei 2011, diikuti 156 peserta, sedangkan Lomba poster ASEAN Dengue Day diikuti
I
136 peserta. Selain itu juga diselenggarakan Lomba Debat Bahasa Inggris tingkat SMA se DKI Jakarta tentang HIV/AIDS dan Demam Berdarah Dengue. Topik ini dipilih karena kedua penyakit ini masih menjadi masalah yang membutuhkan perhatian seluruh masyarakat khususnya generasi muda. Kegiatan tersebut dilakukan Kementerian Kesehatan dalam mendukung suksesnya Indonesa sebagai Ketua ASEAN 2011, dengan menyelenggarakan tiga kegiatan yaitu Official Launch of the ASEAN Dengue Day, 3rd International Conference on Traditional Medicine dan 19th Meeting of ASEAN Task Force on AIDS/ATFOA. Untuk memilih dan menentukan pemenang lomba telah dibentuk Dewan Juri. Dewan Juri diketuai dr. Lily S. Sulistyowati, MM, Kepala Pusat Promosi Kesehatan dengan anggota terdiri dari utusan Kementerian Kesehatan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Persatuan Perusahaan Iklan Indonesia, FISIP
Universitas Indonesia dan Institut Kesenian Jakarta, telah melakukan penilaian pada tanggal 6 Mei 2011 untuk menetapkan satu pemenang dan 2 nominasi. Lomba Logo Setelah melakukan penilaian, Dewan Juri menetapkan sebagai pemenang yaitu Rezky Nugraha, Alamat Gendeng GK IV/689 RT 71/17, Kec. Gondokusuman, Kel. Baciro, Yogyakarta dengan nilai 4668. Sedangkan sebagai nominasi pertama adalah Noval Rahman Y.P,
No.30/JUNI/2011 Mediakom
STOP PRESS ST, alamat Jl. Datuk Ribandang III No. 17, Makassar, Sulsel dengan nilai 4632 dan nominasi kedua adalah Ali Burhan, SPI, alamat RT 04 RW 01 Menguneng, Kec. Warungasem, Kab. Batang, Jawa Tengah dengan nilai 4610. Kepada pemenang diberikan hadiah uang sebesar lima belas juta rupiah dan diikutkan dalam lomba Tingkat ASEAN bersama 9 negara anggota lainnya yang pemenangnya diumumkan pada tanggal 15 Juni 2011 di Jakarta bersamaan dengan Launching Dengue Day. Sedangkan nominasi pertama dan kedua juga diberikan hadian sebesar masingmasing lima juta rupiah. Official Launch of the ASEAN Dengue Day penting karena DBD masih merupakan ancaman jutaan orang di dunia dan yang paling serius terkena dampaknya adalah wilayah Asia Tenggara. Kegiatan ini penting untuk mendorong peningkatan komitmen pencegahan dan pengendalian DBD secara bersamasama melalui kampanye dan advokasi tahunan di tingkat nasional maupun kawasan ASEAN. Lomba Poster Untuk Lomba Poster Tingkat Nasional, pendaftaran dan penerimaan dokumen dimulai pada tanggal 28 Februari 2011 sampai dengan 2 Mei 2011. Lomba Poster ASEAN Task Force in AIDS diikuti 156 peserta, sedangkan Lomba poster ASEAN Dengue Day diikuti 136 peserta. Pembukaan dan seleksi dokumen dilakukan pada tanggal 19 Mei dan 26 Mei 2011 oleh Panitia bersama dengan Dewan Juri Lomba yang diketuai dr. Lily S. Sulistyowati, MM, Kepala Pusat Promosi Kesehatan. Setelah melalui seleksi yang ketat, Dewan Juri menetapkan sebagai pemenang lomba poster ASEAN Task Force in AIDS, yaitu Pemenang I, Redy Handrianto, dari Kelurahan Banyudono, Ponorogo, Jawa Timur dengan total nilai 3.066. Pemenang 2, Ario Priambudi, dari Kelurahan Tanjung Barat Kec. Jagakarsa, Jaksel dengan total nilai
10 Mediakom No.30/JUNI/2011
Rangkaian kegiatan ASEAN Dengue Day Mei-Juni (sebelum acara)
Minggu 12 Juni 2011
Senin 13 Juni 2011
1. Lomba Poster 2. 1. Kampanye Ayo 1. ASEAN Dengue Lomba Logo ADD Stop DBD di DKI Conference di tingkat Nasional & Jakarta & Pameran Hotel Sari Pan ASEAN Pacific & Pameran 3. Lomba Debat 2. Cultural Dinner Bahasa Inggris (malam hari) di tentang HIV/AIDS Hotel Sari Pan dan DBD Pacific 4. Lomba RW Bebas Jentik di DKI Jakarta
2.997. Pemenang 3, Jefri Novian Abrianto, Desa Bandung, Kec. Bandung, Kab. Tulungagung, Jatim dengan nilai 2.860. Sedangkan, pemenang lomba poster ASEAN Dengue Day, yaitu Pemenang I, Ario Priambudi, dari Kel. Tanjung Barat Kec. Jagakarsa, Jaksel dengan total nilai 3.341. Pemenang 2, Andestya Miranthi K, dari Kel. Grogol, Kec. Grogol Petamburan Kota, Jakbar dengan total nilai 3.297. Pemenang 3, Eko Haryanto, dari Kel. Manisrejo, Kec. Taman Kab. Madiun, Jatim dengan total nilai 3.271. Kepada para pemenang I mendapatkan hadiah uang tunai dan piagam penghargaan dari Kementerian Kesehatan. Besarnya hadiah untuk pemenang 1 sebesar Rp 10 juta, pemenang 2 sebesar Rp 7,5 juta
Selasa 14 Juni 2011 1. ASEAN Dengue Conference (lanjutan) di Hotel Sari Pan Pacific 2. Dialog Nasional Dengue (siang s.d sore) 3. Welcome Dinner di Balai Agung DKI
dan pemenang 3 sebesar Rp 3,5 juta rupiah. Lomba Debat Lomba Debat Bahasa Inggris diikuti oleh sepuluh SMA yang ditunjuk oleh Kementerian Pendidikan Nasional, adalah perwakilan dari setiap wilayah di DKI Jakarta. Grandfinal lomba debat ini, diadakan pada Selasa (06/06) bertempat di ruang Siwabessy, gedung Kemkes Jakarta, disaksikan Menteri Kesehatan RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH. dan sejumlah pejabat Kementerian Kesehatan. Keluar sebagai juara pertama adalah Tim SMAN 81 Jakarta, terdiri dari Krismita Sara Putri, Gabriel Charlotte dan Raditya Naufal, berhasil
Rabu 15 Juni 2011 1. Aksi Simpatik (pagi hari) di beberapa titik sekitar bundaran HI/Monas Jakarta 2. Official Launch (pagi-siang) di Museum Nasional & Pameran the announcement of: - National logo competition - National Poster competition - National Debate Competition - ASEAN logo competition - “Rekomendasi Jakarta untuk Pengendalian Dengue” -”Jakarta Call for Action Cambating Dengue”
mengungguli tiga tim lainnya dalam grandfinal dengan tema “localize prostitution to supervise the spread of HIV/AIDS”. Mereka berhasil mendapatkan trophy dan hadiah uang tunai sebesar 10 juta rupiah, serta mendapatkan predikat sebagai the best speaker. Sebagai runner-up adalah SMAN 28 Jakarta, sedangkan SMA Kristen BPPK Penabur dan SMAN 78 Jakarta berturut-turut sebagai juara ketiga dan keempat. Mereka memperoleh trophy dan sejumlah uang tunai masingmasing sebesar 8 juta rupiah untuk runner-up, 6 juta rupiah untuk juara ketiga, dan 4 juta rupiah untuk juara keempat. Dalam kesempatan tersebut, Menkes menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta debat, atas kontribusinya terhadap masalah kesehatan, khususnya masalah HIV/ AIDS dan DBD. Menkes menjelaskan beberapa hal yang perlu diketahui, antara lain bahwa free-sex berbeda dengan commercial-sex. Selain itu, ada baiknya memisahkan istilah HIV dan AIDS, karena itu merupakan dua hal yang berbeda. HIV adalah virus, sementara AIDS adalah syndrome. Menkes juga menambahkan, melokalisasi kegiatan prostitusi berbeda artinya dengan membangun tempat lokalisasi.§Smd No.30/JUNI/2011 Mediakom
11
STOP PRESS
sakit LUMPUH DI BOYOLALI is, seorang bapak meninggal, februari 2011 karena sakit lumpuh. Ia meninggalkan anak G yang tinggal di Ciamis, juga dalam kedaan lumpuh. Dari generasi ke generasi, sejak tahun 1950 sudah 20 orang meninggal karena lumpuh, 10 diantaranya lakilaki. Hal ini terjadi di Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel, Boyolali, Jawa Tengah. Tim investigasi Dinas Kesehatan bersama Tim Puskesmas Ampel I melakukan Penyelidikan Epidemiologi, tanggal 29-30 Maret 2011, berikut hasil wawacara dengan 5 penderita lainnya:
M
AFW (P, 19 tahun) Merupakan anak terkecil dari lima bersaudara yang ketiga saudaranya juga menderita kelumpuhan. Kelumpuhan AFW dimulai sejak usianya 18 tahun, pergelangan kaki kanannya ‘keseleo’ beberapa hari selanjutnya merasakan tulang tulang kakinya terasa dingin dan betis terasa kram. Bila berjalan sempoyongan (seperti hilang keseimbangan). Persendian terasa kaku namun tidak merasakan sakit. Pada malam hari (setelah maghrib) badan terasa lebih lemes dan persendian terasa lebih kaku. Saat ini AFW masih bisa berdiri tanpa bantuan namun tidak bisa bertahan lama. AM (P, 22 tahun) AM merupakan kakak dari
12 Mediakom No.30/JUNI/2011
AFW, AM mulai merasakan gejala sakit di usia 14 tahun. Gejala awal yang dirasakan adalah hilang keseimbangan sehingga jalan sempoyongan, suara menjadi cedal. Seiring perjalanan waktu semakin parah dan di usia 20 tahun sudah tidak dapat berjalan lagi. Keadan saat ini AM hanya bisa berbaring di tempat tidur dan suarapun sudah hilang (seperti layaknya orang bisu). YS (L, 26 tahun) YS adalah kakak dari AM, YS mulai merasakan sakit pada usia 15 tahun. Keadaan ini dipicu saat YS jatuh dari atas pohon, patah tulang dan menjalani operasi. Setelah operasi sudah tidak dapat berjalan lagi, bahkan setelah pen diambil. Yang dirasakan adalah kaki terasa dingin
hingga ke tulang. Keadaan saat ini YS hanya bisa berbaring di tempat tidur, sudah tidak dapat berjalan, bahkan berdiripun sudah tidak bisa. Meski pelan masih dapat berbicara namun tidak begitu jelas. NI (L, 37 tahun) NI adalah kakak pertama dari tiga penderita diatas. NI mulai merasakan gejala pada usia 36 tahun. Keadaan sekarang masih dapat berjalan meski sempoyongan (hilang keseimbangan). Saat ini NI masih bisa mengendarai sepeda motor, bahkan merasakan lebih nyaman jika naik sepeda motor dari pada jalan kaki. Kadaan fisik NI masih terlihat seperti normal. Suaranya pun masih terdengan jelas dan dapat bercerita secara normal. DY (P, 45 tahun) DY merupakan keluarga lain dari keempat penderita diatas, namun masih ada hubungan family. DY merupaka anak dari SH yang juga menderita penyakit serupa hingga meninggal. DY mulai merasakan sakit pada usia 37 tahun, diawali dengan hilangnya keseimbangan sehingga jalan sempoyongan. Menurut cerita suaminya, jika ditanya terasa bumi / tanah yang diinjak berputar putar.
Di usia 42 tahun DY sudah tidak bisa berjalan lagi, suaranyapun perlahan menghilang. Hingga saat ini nafsu makan masih baik dan daya ingat pun masih baik. Saat masih sehat, DY selalu aktif berolahraga senam dan bola voley. Pernah menjalani perawatan di RS Panti Waluyo Surakarta dan manjalani CT-Scan. Namun bacaan hasilnya
Langkah langkah yang telah dilakukan 1. Pemahaman kepada masyarakat bahwa untuk memutus penyakit ini dengan menghindari perkawinan sedarah. 2. Perawatan penderita di Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali untuk meningkatkan kualitas kesehatannya, dengan biaya bersumber dari dana Jamkesda Kabupaten Boyolali. 3. Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali bekerjasama dengan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dalam rangka Pemeriksaan Laboratorium lebih lanjut.
4. Pemberitan bantuan berupa kursi roda dan tetrapoid sebagai alat mobilisasi penderita dari Pemerintah Kabupaten Boyolali. 5. Perawatan Rawat jalan Fisiotherapy di Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali, dengan bantu transportasi oleh pemerintah Kecamatan Ampel dan Puskesmas Ampel I. 6. Karena kurangnya anggaran, sampai saat ini belum diberikan Biaya Jaminan Hidup bagi penderita.
meragukan karena sudah ada coretan di tanggal pemeriksaan dan nama pasien. (Hasil : Menyokong gambaran covum septi pellucid & kecurigaan hypogenes corpus collosum.) Keadaan pada saat ini penderita yang masih hidup sebanyak 18 (delapan belas) orang 13 (tiga belas) diantaranya tinggal di Ds. Sidomulyo, 1 (satu) orang di Ds. Urutsewu, 1 (satu) orang di Ds. Tanduk, Ampel Boyolali dan 3 (tiga) orang di luar Kabupaten Boyolali. Kesimpulan : Penyakit tersebut diduga penyakit genetik. Hasil pemeriksaan dokter spesialis saraf ( dr. Amaludin M , Sp.S ) tanggal 30 Maret 2011 di rumah penderita didapatkan: Diagnose klinis Tetraparesis spastic. Diagnose sementara Friedreich’s ataxia. Keterangan : gangguan yang progresif secara bertahap pada sistem saraf dan otot. Penyakit keturunan bersifat autosomal resessive disease dengan kelainan pada gen x 25 Demikian kisah sedih perjalan hidup saudara kita yang menderita lumpuh. Uluran tangan dan partisipasi semua pihak kepada penderita sangat berharga.§ Pra No.30/JUNI/2011 Mediakom
13
STOP PRESS
Menkes lepas Dokter PTT enkes melepas 889 dokter dan 191 dokter Gigi untuk melaksanakan tugas di daerah terpencil dan sangat terpencil dengan masa tugas 1 tahun. Saat bersamaan, Menkes juga menerima sertifikat ISO 9001:2008 untuk Sistem Manajemen Mutu Pelayanan Proses Administrasi Kepegawaian dari Komite Akreditasi Nasional (KAN), di Jakarta (31/3). Dalam sambutannya, Menkes
M
14 Mediakom No.30/JUNI/2011
mengatakan pembinaan ISO akan dilaksanakan Lembaga Bureau Veritas untuk lima kegiatan Biro Kepegawaian, yaitu : 1) Sistem Rekrutmen PTT, 2) Sistem Rekrutmen CPNS, 3) Sistem Kenaikan Pangkat secara Reguler, 4) Sistem Kenaikan Pangkat secara Fungsional, dan 5) Tata Kelola Administrasi Kepegawaian. Menkes berharap, dengan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008, dokter PTT yang bekerja di fasilitas kesehatan
daerah terpencil, sangat terpencil serta perbatasan dan kepulauan lebih mudah mengakses informasi proses rekrutmen Kementerian Kesehatan dengan prinsip transparan, adil dan akuntabel. Lebih lanjut Menkes mengatakan, Dokter PTT diberangkatkan pada tanggal 4 April 2011 untuk melaksanakan tugas selama setahun di fasilitas pelayanan kesehatan dengan kriteria terpencil dan sangat terpencil. Diharapkan dengan masa tugas
yang sangat singkat tersebut, dokter PTT dapat bekerja dengan baik, penuh dedikasi, tidak mengecewakan Kementerian Kesehatan, dapat memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan yang sangat membutuhkan, ujar Menkes. Menurut Menkes, Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa kesehatan merupakan bagian dari hak azasi manusia. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Untuk itu negara memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan antara lain melalui penempatan dr/drg PTT. Sehingga masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara optimal dan berkeadilan untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Diharapkan dokter PTT dapat memahami makna daerah terpencil dan sangat terpencil, karena daerah-
daerah seperti itu adalah daerah yang sulit secara geografis, mempunyai keragaman kultur, serba kekurangan dan daerah rawan bencana, ujar Menkes. Menkes menambahkan, untuk menunjang pelaksanaan tugas penting dan sebagai penghargaan atas tugas mulia ini, maka mulai tahun 2010 telah diberlakukan kebijakan pemberian insentif untuk penugasan dr/drg PTT baik di fasilitas pelayanan kesehatan kriteria terpencil maupun sangat terpencil. Selain itu mulai pengangkatan dr/drg PTT periode April 2011 ini, masa penugasan dr/drg PTT baik pada kriteria terpencil maupun sangat terpencil adalah selama satu tahun. Langkah perubahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan dan kesinambungan pelaksanaan program kesehatan di daerah. Menkes berpesan, dokter PTT supaya segera berangkat ke tempat tugas masing-masing sesuai dengan jadwal waktu yang sudah ditentukan karena masa pengabdian hanya satu
tahun. Pelajari situasi dan kondisi daerah tempat bertugas, cepat menyesuaikan diri dengan situasi itu sehingga program-program yang menjadi tanggung-jawab dapat berjalan dengan baik. Menkes berpesan dengan katakata bijak “Kebahagiaan adalah mencintai apa yang Anda kerjakan dan melakukan apa yang Anda cintai”. Umumnya, masyarakat daerah terpencil dan sangat terpencil merupakan masyarakat Indonesia memiliki kesenjangan regional dan berbagai masalah lainnya. Sehingga masyarakat menjadi berkekurangan secara ekonomi, ujar Menkes. Data Badan Pusat Statistik, menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia saat ini lebih dari 237 juta jiwa dan 13,33% di antaranya adalah masyarakat miskin. Mereka rentan terhadap berbagai macam penyakit akibat gizi buruk, pengetahuan kesehatan yang rendah, perilaku kesehatan kurang baik dan lingkungan pemukiman yang buruk.§ Pra, YN No.30/JUNI/2011 Mediakom
15
STOP PRESS
Meidiana Hutomo di Kukuhkan sebagai Duta TB impinan Pusat Muhammadiyah/ Aisyiyah mengukuhan Meidiana Hutomo sebagai Duta TB. Pengukuhan ini sebagai bentuk kepedulian Muhammadiyah dan Aisyiyah pada program penanggulangan TB. Diharapkan dengan adanya duta TB, informasi tentang TB akan mudah diserap dan dipahami masyarakat. Masyarakat tahu bahaya TB dan berupaya mencegah dan mengobati TB sehingga tercipta masyarakat bebas TB. Duta TB juga diharapkan dapat mempengaruhi pengambil kebijakan, termasuk anggaran yang berpihak
P
16 Mediakom No.30/JUNI/2011
pada penanggulangan TB. Hal ini disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Asyiyah Dra Hj. Noordjannah Djohantini, MSi, MM, di Jakarta (31/3). Meidiana Hutomo dipilih sebagai duta TB yang mewakili komponen masyarakat sipil setelah melalui serangkaian proses seleksi yang dilakukan pimpinan Pusat Muhammadiyah/Aisyiyah. Menurut Noordjannah, Muhammadiyah dan Aisyiyah pernah bermitra dengan Subdit TB sebagai Implementing Unit dan Sub Recipient (SR) dalam program penanggulangan TB. Tahun 2009 Aisyiyah menjadi Principles Recipient
(PR) mewakili komponen civil society yang bekerja di 16 propinsi dan 35 kabupaten/kota melaksanakan program penanggulangan TB berbasis komunitas (Community TB Care). Melalui Duta TB diharapkan sosialisasi TB ke tengah-tengah masyarakat akan semakin efektif, sehingga masyarakat bisa bebas dari TB. Untuk membangun masyarakat bebas TB diperlukan suatu dorongan tokoh sebagai role model dalam penanggulangan TB yang berasal dari kelompok masyarakat umum yang peduli dan mampu menggerakkan masyarakat lainnya. Role model inilah yang di sebut sebagai duta TB masyarakat. Duta TB masyarakat secara sukarela mewakili masyarakat dan menjadi utusan dari program community TB care ‘Aisyiyah, yang secara bersinambungan melakukan sosialisasi dan proses penyandaran ke masyarakat dan memperkuat keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan TB, ujar Noordjannah. Peluncuran Duta TB di hadiri ketua Umum Pimpinan Pusat Muhamaadiyah Prof.DR.Din Syamsudin, Perwakilan Kementerian Kesehatan, WHO, UNDP, USAID, YAPPARI, KNCV dan Lembaga Mitra Aisyiyah KLNU, LKC, PKNU, PERDHAKI, YARSI dan PPTI. § Pra/YN
RUMAH SAKIT BOLEH BERIKLAN asilitas kesehatan miliki Pemerintah maupun swasta boleh memasang iklan atau publikasi pelayanan kesehatan di media cetak, media elektronik, dan media luar ruang dalam bentuk berita, banner, tulisan berjalan, artikel, atau features. Ketentuan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.1787/Menkes/Per/XII/2010 tentang Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan tanggal 14 Desember 2010.
F
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan (BUK), dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS dalam temu media dengan topik Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan serta Pengembangan Program Keperawatan di Indonesia yang diselenggarakan Pusat Komunikasi Publik, 6 Mei 2011 di Jakarta. Dalam beriklan, fasilitas pelayanan kesehatan harus memperhatikan etika iklan dan publikasi yang diatur dalam kode etik rumah sakit Indonesia, kode etik masing-masing
tenaga kesehatan, kode etik pariwara, dan ketentuan peraturan perundangundangan. Selain itu dalam beriklan, harus memuat data dan fakta yang akurat, berbasis bukti, informatif, edukatif dan bertanggungjawab serta wajib mencantumkan nama dan alamat fasilitas pelayanan kesehatan dan tanggal publikasi. Ruang lingkup pengaturan ini meliputi iklan dan publikasi pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan tradisional dan pengobatan No.30/JUNI/2011 Mediakom
17
STOP PRESS Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan (BUK), dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS
komplementer-alternatif. Dirjen BUK menambahkan iklan dan publikasi yang dilarang adalah yang bersifat menyerang atau pamer dengan merendahkan kehormatan dan profesi tenaga kesehatan, pemberian informasi yang tidak benar/palsu dan menyesatkan, pengenalan metode, obat, dan teknologi pelayanan kesehatan yang belum diterima oleh masyarakat kedokteran karena manfaat dan keamanannya masih diragukan dan belum terbukti, iklan pelayanan kesehatan atau tenaga kesehatan yang tidak berlokasi di Indonesia, iklan pelayanan kesehatan yang tidak memiliki izin. Selain itu, dalam beriklan juga dilarang mengiklankan susu formula dan zat adiktif, obat keras, psikotropika dan narkotika, pemberian testimoni, dan penggunaan gelar akademis dan sebutan profesi di bidang kesehatan. “Tenaga kesehatan juga dilarang mengiklankan atau menjadi model iklan obat, alat kesehatan, perbekalan
18 Mediakom No.30/JUNI/2011
kesehatan, dan fasilitas pelayanan kesehatan kecuali dalam iklan layanan masyarakat. Namun tenaga kesehatan dapat melakukan publikasi atas pelayanan kesehatan dan penelitian kesehatan dalam majalah kesehatan Jumpa pers Rumah Sakit boleh beriklan.
atau forum ilmiah untuk lingkungan profesi,” ujar Dirjen BUK. Untuk membina, mengawasi dan melakukan penilaian iklan dan publikasi pelayanan kesehatan, Menteri Kesehatan membentuk Tim Penilaian dan Pengawasan Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan di lingkungan Kementerian Kesehatan sebelum dan setelah ditayangkan iklan dan publikasi tersebut. Berdasarkan penilaian tersebut, apabila iklan dan publikasi melanggar peraturan maka tim dapat memerintahkan pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan untuk mengubah, menarik, menghilangkan atau menghentikan iklan dalam jangka waktu paling lama 7 hari kerja. Jika dalam 7 hari pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan tidak mengubah, menarik, menghilangkan atau menghentikan iklan yang melanggar maka dikenakan tindakan administratif yang harus dilaksanakan dalam jangka waktu 30 hari kerja. Tindakan administratif berupa pencabutan surat izin operasional/ surat izin praktik/surat izin kerja/surat izin profesi untuk sementara waktu paling lama 1 (satu) tahun; dan pencabutan surat izin operasional/ surat izin praktik/surat izin kerja/surat izin profesi untuk selamanya.§ Smd
Sulitnya Membina Battra ulitnya membina pengobat tradisional (Battra). Banyaknya jenis Battra merupakan salah satu kendala karena tidak semua teridentifikasi. Apalagi jenis Battra ini juga tumbuh dan berkembang di pedesaan dan wilayah yang jauh dari pantuan pemerintah. Selain itu, sisi keamanan, mutu dan azas kemanfaatan belum semua jenis Battra dapat dibuktikan secara medis (ilmiah). Sampai saat ini jenis Battra yang telah terbukti bermanfaat secara kesehatan baru Akupuntur. Walau sulit, tetap harus mendapat perhatian. Sebab menurut data riset kesehatan dasar (Riskesdas 2010), 59,12% penduduk Indonesia pernah mengkonsumsi jamu/ obat tradisional. Jadi secara peluang, obat tradisional dapat menjadi alternatif pengobatan bagi masyarakat. Sedang pengguna tertinggi pada kelompok umur 55-64 tahun, pengguna perempuan lebih besar dibanding laki-laki dan pengguna masyarakat perkotaan lebih besar dibanding pedesaan. Secara umum, Battra dikelompokan menjadi dua. Pertama, kelompok pelayanan kesehatan tradisional keterampilan manual seperti pijat urut, patah
S
tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, akupressur, osteopat, shiatsu dan metoda sejenis lainnya. Kedua, Keterampilan menggunakan alat dan teknologi seperti chiropraksi, bekam, akupuntur dan metode sejenis lainnya. Penyelenggara pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari griya (rumah), pondok yang memberi pelayanan perorangan atau kelompok. Sedangkan pelayanan kesehatan tradisional milik pemerintah antara lain; Sentra pengembangan dan penerapan pelayanan kesehatan tradisional (SP3T). Lembaga ini secara fungsional bertugas melakukan pengkajian, penelitian, pengujian, pendidikan dan pelatihan pelayanan kesehatan tradisonal. Untuk mengawasi penyelenggaraan kesehatan tradisional, pemerintah memiliki Balai kesehatan tradisonal masyarakat (LKTM), sebagai pelaksana teknis setingkat eselon III di lingkungan Kemkes yang bertugas memantau dan mengevaluasi pelayanan kesehatan tradisional. Di samping itu juga mempunyai Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM), unit pelaksana setingkat eselon IV yang bertugas melaksanakan pemantauan
dan evaluasi pelayanan kesehatan tradisional. Demi menghindari pelayanan kesehatan tradisional yang membahayakan kesehatan, maka Battra harus mendapat bimbingan dan pelatihan yang benar dari Asosiasi Pengobat Tradisional sejenis. Berikutnya, Battra akan mendapat Surat izin pengobat tradisional dari Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setempat secara tertulis. Sedangkan Battra yang metodenya belum teruji kemanfaatan dan keamanannya akan memperoleh surat terdaftar pengobat tradisional (SPPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setempat. Berhubung banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan pengobat tradisional, maka proses rujukan ke Puskesmas terdekatpun menjadi solusi. Sebab tidak semua penyakit dapat ditangani oleh Battra. Hal ini ditegaskan dalam rencana pedoman penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional keterampilan. Walau buku panduan tersebut belum sempurna, paling tidak sudah mengarah pada upaya pembinaan Battra menjadi lebih baik. Sebagai langkah awal menuju perbaikan yang komprehenship.§ Pra No.30/JUNI/2011 Mediakom
19
MEDIA UTAMA
MEDIA UTAMA
M
enteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH memimpin delegasi Indonesia pada World Health Assembly (WHA) ke 64 di Jenewa yang diselenggarakan tanggal 16 - 24 Mei 2011. Tahun ini, sidang tertinggi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dihadiri 193 negara anggota dengan tema “Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular”. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan, drg. Murti Utami, MPH, yang juga anggota delegasi RI, mengatakan Menteri Kesehatan
20 Mediakom No.30/JUNI/2011
berpidato di WHA pada sidang hari kedua, Selasa 17 Mei 2011 dengan penekanan pada status dan prioritas pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular serta penuntasan pembahasan “Kerangka Kesiapan Pandemi Influenza untuk Virus dan Akses pada Vaksin dan Manfaat Lainnya” yang dipelopori dan diperjuangkan Indonesia sejak tahun 2007. Selain “Kerangka Kesiapan Pandemi Influenza untuk Virus dan Akses pada Vaksin dan Manfaat Lainnya”; resolusi yang dibahas pada WHA kali ini adalah “Struktur Pembiayaan Kesehatan dan Universal Coverage”;
“Penguatan Tenaga Kesehatan”; “Penguatan Kapasitas dan Ketahanan Sistem Kesehatan Nasional dalam Kedaruratan dan Penanggulangan Bencana”; “Penguatan Keperawatan dan Kebidanan”; “Penguatan Dialog Kebijakan Kesehatan untuk Membangun Kebijakan, Strategi dan Perencanaan yang Lebih Kuat”; “Malaria”; “Pencegahan Kecelakaan pada Anak”; “Mekanisme Pengendalian dan Pencegahan Kolera”. Dilaporkan bahwa WHA juga membahas sejumlah topik teknis lainnya yaitu: MDGs bidang kesehatan, Penguatan Sistem Kesehatan,
MENTERI KESEHATAN PIMPIN DELEGASI RI PADA SIDANG WORLD HEALTH ASSEMBLY KE-64
Imunisasi, HIV, Obat Palsu/Substandard; Eradikasi Cacar Air; Pencegahan dan Pengendalian Penyakit-penyakit Tidak Menular; Gizi pada Anak; dan Risiko Kesehatan Anak Muda. Delegasi RI pada WHA ke-64 ini terdiri dari Kepala Perwakilan Tetap RI untuk PBB di Jenewa/Duta Besar Dian Triansyah Djani; Direktur Jenderal P2PL, Prof. Tjandra Yoga Aditama; Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, dr. Supriyantoro; Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Hubungan Kerjasama Internasional dan Kelembagaan, Drs. Bambang Guritno, MIA; Deputi Badan POM Dra. Lucky
Slamet; Kepala Pusat Komunikasi Publik drg. Murti Utami, MPH., Direktur Penanggulangan Penyakit Tidak Menular, dr. Azimal; Kepala Pusat
Kerjasama Luar Negeri, Dra. Niniek K. Naryatie; dan Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Drs.Bahdar J.Hamid.§ MU,Smd
KEGIATAN KEKETUAAN ASEAN BIDANG KESEHATAN TAHUN 2011 1. Official Launch of The ASEAN Dengue Day, 15 Juni 2011 di Jakarta 2. The Third Confrerence on Traditional Medicine # Pre-Conference : 20-21 Juni 2011 di Yogyakarta # Conference : 31 Oktober - 2 November 2011 di Tawangmangu 3. 19th Meeting of ASEAN Task Force on AIDS (ATFOA), November 2011 di Surabaya
No.30/JUNI/2011 Mediakom
21
MEDIA UTAMA
SIDANG WHA BAHAS ENAM BELAS TOPIK
S
idang Majelis Kesehatan Dunia atau World Health Assembly (WHA) digelar tanggal 16 -24 Mei 2011 di Kantor Pusat Organisasi Kesehatan Dunia, Jenewa, Swiss. Acara ini merupakan perhelatan besar/sidang tahunan membahas 16 topik yang selanjutnya akan diputuskan sebagai Deklarasi yang mengikat semua negara untuk melaksanakannya. drg. Murti Utami, MPH, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan yang juga anggota delegasi RI dalam sidang WHA ke-64 mengatakan, ke-enambelas topik yang dibahas adalah sebagai berikut : Pertama, adalah Pandemic influenza preparedness: sharing of influenza viruses and access to vaccines and other benefits. Topik ini sangat penting bagi Indonesia sebagai pemrakarsa dan salah satu leading country dalam isu ini. Topik selanjutnya adalah Implementation of the International Health Regulations (IHR 2005) yang akan berlaku penuh tahun 2012. Topik ini membahas Report of the Review Committee on the Functioning of the International Health Regulations (2005) in relation to Pandemic (H1N1) 2009. Indonesia merupakan salah satu dari 29 member Review Committee
22 Mediakom No.30/JUNI/2011
yang menilai laporan WHO dalam mengatasi pandemi H1N1 2009 dan IHR. Topik ke-tiga adalah Health-related Millennium Development Goals. Dalam topik ini dibahas dua isu utama yaitu Neglected Tropical Diseases dan Pneumonia. Topik ke-empat yang dibahas adalah Health system strengthening yaitu penguatan sistem kesehatan terkait dengan rencana operasional, program, dan agenda politik. Ke-lima membahas Global immunization vision and strategy yaitu visi dan strategi imunisasi global. Dalam kaitan ini, China, India, Indonesia dan Nigeria memulai dengan vaksin HIB serta menegaskan kembali bahwa imunisasi sebagai komponen utama pelayanan kesehatan dasar dan program Decades of Vaccine 2011 – 2020. Ke-enam, Draft strategi WHO tentang HIV 2011 – 2015 dengan empat sasaran yaitu mengurangi infeksi baru, kasus anak, kematian dan TB HIV. Empat strategi tersebut adalah meningkatkan program, integrasi program lain, jaminan keberlanjutan dan hilangkan hambatan akses. Ke-tujuh, pengendalian obat palsu dan obat sub standar. Ke-delapan, eradikasi cacar air (smallpox eradication) pemusnahan
stok virus cacar (variola) yang terdapat di USA dan Rusia. Ke-sembilan, mekanisme pengendalian dan pencegahan kolera. Ke-sepuluh, pengendalian malaria dengan meningkatkan program, mulai pengendalian vektor, diagnosis, masalah resistensi obat dan kemungkinan penggunaan vaksin malaria Ke-sebelas, membahas eradikasi penyakit dracunculiasis bersama penyakit polio yang akan dieradikasi dari muka bumi. Ke-duabelas, membahas
pengendalian dan pencegahan penyakit tidak menular melalui berbagai pertemuan internasional di Jakarta, Moskow, dan lain-lain. Ke-tigabelas, membahas rencana implementasi gizi pada bayi, anak dan ibu. Ke-empatbelas, membahas pencegahan kecelakaan pada anak. Di dunia setiap tahunnya terdapat 830.000 anak meninggal karena kecelakaan, artinya di dunia sekitar 2.000 keluarga kehilangan anaknya setiap hari. Ke-limabelas, membahas strategi
manajemen keamamanan air minum untuk konsumsi manusia. Ke-enambelas, membahas risiko kesehatan anak muda karena di dunia terdapat 1,822 milyar anak muda usia 10 sampai 24 tahun, dan dari jumlah itu 2,6 juta anak muda meninggal setiap tahun. Pada sidang WHA ke-64 tahun ini delegasi RI dipimpin oleh Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH dengan anggota Kepala Perwakilan Tetap RI untuk PBB di Jenewa/Duta Besar Dian Triansyah Djani; Direktur Jenderal
P2PL, Prof. Tjandra Yoga Aditama; Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, dr.Supriyantoro; Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Hubungan Kerjasama Internasional dan Kelembagaan, Drs. Bambang Guritno, MIA; Deputi Badan POM Dra.Lucky Slamet; Direktur Penanggulangan Penyakit Tidak Menular dr.Azimal; Kepala Pusat Kerjasama Luar Negeri, Dra. Niniek K. Naryatie; dan Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, Drs.Bahdar J.Hamid.§ MU,Smd,Iw No.30/JUNI/2011 Mediakom
23
MEDIA UTAMA
MENKES RI ADAKAN PERTEMUAN BILATERAL DENGAN MENKES CINA
D
i sela-sela pertemuan World Health Assembly ke 64, Menteri Kesehatan RI dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Kesehatan Republik Rakyat Cina tanggal 17 Mei 2011 di Jenewa. Dr. Murti Utami, MPH, Kepala Pusat Komunikasi Publik yang juga anggota Delegasi RI mengatakan, dalam pertemuan bilateral dibahas kemungkinan kerjasama kesehatan “Joint Commitment tentang pengawasan obat-obatan yang beredar di kedua negara”; Peningkatan kerjasama Badan POM Indonesia dengan State Food and Drugs
24 Mediakom No.30/JUNI/2011
Adminiatration Cina untuk Traditional Medicine”; “Peningkatan kerjasama di bidang penelitian obat Tradisional”, dan “Pengembangan Sister Hospital untuk Transplantasi Hati” Selain itu dalam pertemuan bilateral tersebut Menteri Kesehatan RI juga meminta dukungan Pemerintah Cina atas pencalonan Prof. Dr. Indroyono Soesilo sebagai calon Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). Indroyono adalah doktor lulusan Universitas IOWA yang saat ini menjabat Sekretaris Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Visi yang akan dijalankan Prof. Indroyono dalam memimpin FAO yaitu pangan harus tersedia, terjangkau/ terbeli dan aman dari segi kesehatan
dan kehalalannya. Dengan misi mengurangi tingkat kelaparan dunia yaitu bantuan langsung kepada masyarakat, pemberdayaan masyarakat, dan memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Di akhir pertemuan tersebut Menkes RI mengundang Menkes Cina untuk melakukan kunjungan kerja ke Indonesia membahas lebih lanjut komitmen kerja sama dengan pemerintah Indonesia. World Health Assembly (WHA) ke 64 di Jenewa diselenggarakan pada tanggal 16 - 24 Mei 2011. Sidang kali ini bertema “Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular”. Dihadiri oleh 193 negara anggota.§ MU,Smd
M
MEKANISME BARU VIRUS SHARING USULAN INDONESIA DITETAPKAN SEBAGAI RESOLUSI WHA
ekanisme baru Virus Sharing dan Akses pada Vaksin dan Manfaat lainnya serta Standard Material Transfer Agreement (SMTA) usulan Indonesia, akhirnya ditetapkan sebagai Resolusi Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly) No. 64/56 pada Sidang WHA ke-64 yang berlangsung tanggal 16-24 Mei 2011 di Kantor Pusat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jenewa Swiss. Kepala Pusat Komunikasi Publik drg. Murti Utami, MPH, yang juga anggota Delegasi RI mengatakan, penetapan resolusi ini merupakan kesuksesan besar dan mengakhiri perjuangan negara-negara berkembang, yang dimotori oleh Indonesia sejak tahun 2007 di bawah kepemimpinan Menteri Kesehatan saat itu, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K). Indonesia pada waktu itu berinisiatif untuk mendobrak sistem penanganan pandemi influenza dan tatanan penggunaan virus yang telah berlaku selama 64 tahun yang dinilai tidak adil, tidak setara dan tidak transparan. Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH., dalam pernyataannya mewakili negara-negara WHO South East Asian Region, menyebut resolusi ini sebagai pencapaian mulia dalam tatanan kesehatan publik global, karena membentuk mekanisme internasional yang menjamin tidak hanya kepentingan kesehatan publik global, namun juga perlindungan umat manusia dengan adil, transparan dan setara. Lebih lanjut Menteri Kesehatan RI menyatakan resolusi ini merupakan langkah awal menuju mekanisme internasional yang lebih baik yang memerlukan langkah-langkah implementasi yang nyata. Menkes RI mendesak agar segera dibentuk Advisory Group sehingga negaranegara anggota WHO (World Health Organization), sektor swasta yang terlibat, dengan peranan strategis WHO dapat memonitor dan mengawasi pelaksanaan kerangka virus sharing dan akses pada vaksin dan manfaat lainnya serta SMTA ini.
No.30/JUNI/2011 Mediakom
25
MEDIA UTAMA Sementara itu, dunia pun menyambut positif ditetapkannya resolusi ini. Seluruh negara anggota WHO sepakat kerangka ini adalah tonggak bersejarah di bidang kesehatan publik yang meletakkan fondasi untuk kesiapan pandemi yang lebih terkoordinir, komprehensif, dan setara yang mengarah pada dunia yang lebih sehat dan aman. Dukungan serupa juga diungkapkan Menteri-Menteri Kesehatan negara anggota Gerakan Non-Blok serta 7 negara inisiator the Foreign Policy and Global Health (FPGH) yaitu Afrika Selatan, Brazil, Indonesia, Norwegia, Perancis, Senegal, dan Thailand yang menyebut resolusi ini sebagai contoh konkrit dan positif dari solidaritas global untuk kesehatan publik serta eratnya hubungan kebijakan kesehatan publik global dan kebijakan luar negeri. Beberapa negara, seperti Bangladesh, India dan Swiss, bahkan memberikan pernyataan khusus untuk mengapresiasi Indonesia atas inisiatif dan kepemimpinannya memperjuangkan keadilan dalam mekanisme virus sharing dan benefit sharing bagi kepentingan kesehatan publik global. Sejumlah hal penting yang disepakati Resolusi ini antara lain: 1. Definisi materi biologis yang menjadi objek SMTA - materi yang termasuk dalam definisi ini adalah spesimen klinis manusia, virus yang diisolasi dari virus H5N1 tipe liar dan virus influenza tipe liar lain yang berpotensi menimbulkan pandemic serta RNA yang diekstrak dari virus H5 N1 tipe liar; 2. Kontribusi Dana Kemitraan Tahunan - Pihak industri farmasi akan memberikan kontribusi dana tahunan sebesar 50% dari dana per tahun yang dibutuhkan untuk operasional WHO Global Influenza Surveillance and Response System (WHO GISRS) mulai tahun 2012. 3. Standard Material Transfer Agreement - Transfer material hanya dapat dilakukan antara para pihak yang telah menandatangani
26 Mediakom No.30/JUNI/2011
Standard Material Transfer Agreement (SMTA) baik antara anggota WHO GISRS (SMTA 1) maupun pihak di luar WHO GISRS seperti laboratorium non pemerintah, universitas, industri farmasi swasta dengan WHO (SMTA 2). 4. Mekanisme Pelacakan dan Pelaporan – system elektronik digunakan untuk melacak secara real time dan transparan, pergerakan materi biologis PIP di dalam dan ke luar dari WHO GISRS. 5. Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) - Semua pihak tidak diperbolehkan mengklaim HAKI dari materi bilogis PIP dan bagiannya yang ditransfer dari WHO GISRS 6. Pembagian Manfaat: Manfaat yang timbul dari sharing virus H5N1 dan influenza lain yang berpotensi pandemi harus dibagi dengan semua negara anggota, khususnya negara berkembang berdasarkan tingkat pendapatan, risiko kesehatan publik dan kebutuhannya, menetapkan harga vaksin berdasarkan tiered pricing (bertingkat), donasi vaksin dan alat deteksi, transfer teknologi & proses; dan pengembangan kapasitas laboratorium dan surveilans; lisensi non-eksklusif yang bebas royalti kepada WHO yang bisa di sub-lisensikan kepada produsen di Negara berkembang; 7. WHO GISRS - Dibentuknya WHO Global Influenza Surveillance and Response System (WHO GISRS) yaitu sistim jaringan internasional laboratorium influenza yang dikoordinasikan WHO untuk melakukan surveilans, analisa risiko dan memberikan bantuan untuk kesiapan menghadapi pandemi. WHO GISRS menggantikan Global Influenza Surveillance Network (GISN) yang sebelumnya ditentang Indonesia karena tidak memberikan keadilan, kesetaraan dan transparansi. Dibukanya akses terhadap virus influenza dan manfaat-manfaat lain berarti membuka peluang besar untuk
para peneliti negara berkembang untuk meningkatkan kapasitas penelitiannya sehingga Indonesia dan negara berkembang lainnya dapat mengembangkan alat diagnostik, vaksin dan obat- obatan terhadap virus H5N1 dan virus lainnya yang berpotensi pandemi, termasuk H1N1. Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih, yang mengikuti proses bergulirnya mekanisme ini di tahun 2007 dan sejak memimpin Kementerian Kesehatan di akhir tahun 2009 memberi arahan yang tegas dan jelas serta terlibat dalam proses negosiasi ini, telah memberikan apresiasi kepada seluruh delegasi Indonesia yang secara gigih dan tidak kenal lelah memperjuangkan kesepakatan dunia tentang mekanisme virus sharing dan benefit sharing yang lebih adil, transparan dan setara ini. Penghargaan tersebut terutama ditujukan kepada Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K), Prof. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P (K), MARS, DTM&H; dr. Triono Sundoro; Dubes Bambang Guritno; Dubes Dr. Makarim Wibisono; Dr. Widjaja Lukito, PhD, Sp.GK.; David Handyono Mulyono, Sp,PD, PhD; dr. Indriono Tantoro MPH; dan Dra. Niniek Kun Naryatie dari Kementerian Kesehatan RI. Juga kepada pejabat Kementerian Luar Negeri baik di Pusat maupun di Perwakilan RI Jenewa: Dubes Dian Triansyah Djani, Dubes Desra Percaya, Dubes I Gusti Agung Wesaka Puja, Sunu. M Soemarno, Cecep Herawan: Acep Soemantri, Achsanul Habib yang melakukan pendekatan diplomasi kepada negara-negara, sehaluan (Like minded countries) ASEAN, WHO SEARO, FPGH dan Gerakan Non Blok. Menkes RI juga memberikan apresiasi kepada Direktur Jenderal WHO Dr. Margaret Chan, Ketua Intergovernmental Meeting Jane Halton dari Australia, serta para Ketua Open Ended Working Group Duta Besar Bente Angel Hanssen dari Norwegia, dan Duta Besar Juan Jose Gomez Camacho dari Meksiko atas kepemimpinan dan kerja keras mereka untuk tercapainya kesepakatan untuk kepentingan kesehatan publik global.§ MU,Smd
Menelusuri Daerah Bermasalah Kesehatan
L
uasnya wilayah Indonesia, yang terbentang dari Sabang hingga Meroke, terdiri dari ribuan pulau, memungkinkan terjadinya daerah-daerah bermasalah kesehatan. Banyak faktor yang menyebabkan masalah kesehatan itu diantaranya geografi, ketenagaan, biaya, teknologi, sarana dan berbagai penyebab lainnya. Sehingga diketemukan ada daerah yang secara ekonomi tidak bermasalah, tapi secara kesehatan bermasalah. Demikian juga sebaliknya, ada
daerah yang secara ekonomi bermasalah, tapi secara kesehatan tak bermasalah. Hal ini memberi dorongan, sebenarnya semua daerah mempunyai peluang menjadi tak bermasalah dalam kesehatan. Berdasarkan para pakar bidang kesehatan disepakati 24 indikator kesehatan terpilih terdiri dari 11 indikator mutlak, 5 indikator penting dan 8 indikator untuk menetapkan daerah bermasalah kesehatan (DBK). Diantara indikator tersebut antara lain prevalensi balita gizi buruk dan kurang, balita pendek dan sangat
pendek, balita kurus dan sangat kurus, cakupan imunisasi lengkap dan penimbangan balita. Ke 24 indikator sering disebut sebagai indikator komposit yang dirumuskan dari tiga data kesehatan berbasis komunitas yakni Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Survei Ekonomi Nasional (Susenas) dan Potensi Desa (Podes). Indikator tersebut untuk menggambarkan kemajuan pembangunan kesehatan suatu daerah yang diberi nama Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM).
No.30/JUNI/2011 Mediakom
27
MEDIA UTAMA
Nilai IPKM berkisar 0-1. Angka 0 (Nol) menggambarkan nilai terburuk dan angka 1(satu) menggambarkan nilai terbaik. IPKM terendah adalah 0,247059 ditempati Kabupaten Pengunungan Bintang, Provinsi Papua dan tertinggi 0,708959 ditempati Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) DBK adalah kabupaten/kota yang mempunyai nilai IPKM diantara rata-rata sampai dengan – 1 (minus satu), tetapi mempunyai nilai kemiskinan di atas ratarata untuk masing-masing kelompok kabupaten dan kota. Ada dua kelompok Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK). Pertama, Daerah bermasalah kesehatan berat (DBK-B), adalah kabupaten / kota mempunyai nilai rata-rata lebih rendah dari rata-rata IPKM. Kedua, Daerah Bermasalah Kesehatan Khusus (DBK-K) yakni Kabupaten/Kota yang mempunyai masalah khusus seperti yang terkait dengan geografis, yaitu daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. Selain itu juga terkait dengan sosial budaya, adat, tradisi yang mempunyai dampak buruk terhadap kesehatan. Juga terkait dengan penyakit tertentu disuatu daerah, seperti Fasciolopsis buski di Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan, Schistosomiasis disekitar Danau Lindu Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan kriteria tersebut, saat ini terdapat 130 kabupaten/kota Daerah Bermasalah Kesehatan yang terdapat di 28 Provinsi. Untuk penanganan daerah bermasalah kesehatan diutamakan
28 Mediakom No.30/JUNI/2011
DBK dengan IPKM rendah dan angka kemiskinan tinggi yakni Provinsi Aceh, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat dan Papua dengan 80 Kab/Kota DBK. Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan (PDBK) PDBK merupakan upaya kesehatan terfokus, terintegrasi, berbasis bukti, dilakukan secara bertahap di daerah yang menjadi prioritas bersama kementerian terkait. Program ini diselenggarakan dalam jangka waktu tertentu, sampai mampu mandiri menyelenggarakan kewenangan dibidang kesehatan. Selain itu, program dilakukan secara terintegrasi dalam perencanaan, penganggaran, dan penerapan berbasis evidence. Sesuai hasil Riskesdas dan Podes program dimulai secara bertahap dari Kab/Kota IPKM rendah dan angka kemiskinan tinggi, dalam jangka waktu tertentu, sampai masalah kesehatan dapat ditangani dengan baik. Khusus perencanaan, Kabupaten / Kota harus mengacu pada Pedoman Perencanaan dan arah kebijakan yang ditetapkan dalam dokumen perencanaan tingkat Kab/Kota, Provinsi, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri dan kementerian Keuangan. Selain mengikuti ketentuan tersebut, juga harus melakukan terobosan/ inovatif yang masih dibenarkan ketentuan yang berlaku. Terobosan tersebut harus menguntungkan sebesar-besarnya
untuk rakyat. Selain itu juga memberi support bagi pemberi layanan kesehatan seperti bidan desa, kader kesehatan dan operasional pelayanan posnyandu. Perencanaan harus terkait langsung dengan 24 indikator IPKM, dengan memilih kegiatan yang kreatif dan inovatif spesifik daerah. Untuk memperoleh hal ini, proses perencanaan harus melibatkan unsur DBK daerah mulai bidan desa, kader pos nyandu, hingga struktur pejabatan tingkat kabupaten / kota maupun provinsi. Masing-masing menyampaikan ide-ide secara terbuka untuk mencari solusi berdasarkan pengalamannya selama ini. Pendampingan Inti dari PDBK adalah pendampingan daerah. Dengan adanya pendampingan, diharapkan DBK dapat mengidentifikasi masalah, mengurai, mengatasi dengan pelaksanaan kegiatan yang kreatif, inovatif dengan menggerakan ujung tombak pelayanan kesehatan, terutama yang memiliki keberhasilan tinggi bagi peningkatan IPKM. Siapa pendamping ?. Ia seorang mentor, guru, pembimbing dan penasehat. Bekerja dengan sepenuh hati dan kemampuan, simpatik dalam mendampingi dan siap dalam kebersamaan mencari solusi terbaik. Tapi pendamping bukan berarti seorang ahli dan maha hebat segala bidang, tanpa kekurangan dan kekeliruan. Paling penting, pedamping harus menjadi pendengar yang baik, menginspirasi solusi dan menjadi teman diskusi yang menyenangkan. Selain itu, pendamping harus mampu menghubungan berbagai potensi yang tersedia di daerah maupun pusat, mulai dari SDM, metode, jejaring dan pendanaan. Ia bekerja secara mandiri, baik teknis maupun administrasi, sehingga secara material maupun non material tidak mengganggu daerah. Tim pendamping terdiri dari pemangku jabatan struktural maupun fungsional pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Mereka berusaha keras membantu masalah kesehatan daerah secara teknis dan non teknis. Penanggulangan daerah bermasalah kesehatan, menekankan pada prinsip
non material, yakni fokus pada memanfaatkan kapasitas dan potensi yang terdapat di daerah. Mendorong terjadinya sinkronisasi program, sumber daya, tenaga dan potensi lainnya menjadi satu kesatuan yang efektif dan efisien. Untuk itu proses pembinaan dan pembimbingan bagi semua unsur menjadi penting, mulai dari pengambil keputusan sampai masyarakat yang menjadi objek sekaligus sobjek pembangunan kesehatan. Belajar dari Sulbar Geliat pembangunan terasa nyata di Sulawesi Barat. Provinsi Baru pemekaran dari Provinsi Sulawesi Selatan enam tahun lalu, masih terus mematut diri mengejar ketertinggalan dengan provinsi lain yang telah lahir lebih dahulu. Sebagai pendatang baru masih harus berbenah diri mulai dari infrastruktur berupa jalan raya, fasilitas layanan kesehatan, pasar dan hotel tampak menata dan merias diri, agar tampak elok dan menawan. Dalam bidang kesehatan, Sulbar tergolong daerah bermasalah kesehatan. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi tinggi, Cakupan imunisasi belum maksimal dan berbagai masalah kesehatan lainnya. Menyadari adanya masalah kesehatan yang melilitnya, Gubernur Provinsi Sulbar turun langsung memimpin gerakan perbaikan masalah kesehatan. Selama 3 hari 13-15 April 2011, seluruh pejabat dan pemangku program kesehatan provinsi, kabupaten, rumah sakit dan puskesmas dikumpulkan untuk mendapat pencerahan tentang pemberdayaan masyarakat dari tim pusat yang dipimpin Dr. Triyono Sundoro. Selanjutnya mereka berdiskusi untuk merumuskan rencana aksi yang akan dikerjakan tahun 2011 ini. Mereka harus mengoptimalkan seluruh potensi SDM, Masyarakat dan pendanaan yang ada dari pusat dan pemerintah daerah. Melalui optimalisasi ini, diharapkan dapat meningkatkan pembangunan kesehatan di Sulbar, sehingga pada tahun berikutnya Sulbar dapat naik kelas dari sisi pembangunan kesehatannya.§ Pra
MENKES KOMBINASIKAN PDBK DAN RIFASKES
P
rogram DBK (Daerah Bermasalah Kesehatan) dan Rifaskes ( Riset Fasilitas Kesehatan) merupakan kombinasi antara pendampingan para pemangku kebijakan di tingkat pusat dan provinsi dengan pengamatan yang dilakukan para peneliti. Dengan kombinasi ini diharapkan dapat dirumuskan upaya intervensi yang tepat dan efektif sehingga IPKM daerah tersebut dapat diperbaiki secara bermakna. “Hasil dari kedua kegiatan ini akan menjadi masukan guna penyusunan kebijakan pembangunan kesehatan berbasis bukti (evidence-based)”, ujar Menkes. Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH (21/4) meluncurkan Program Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan (PDBK) dan Riset Fasilitas
Kesehatan (Rifaskes) di Jakarta. Penanganan Daerah Bermasalah Kesehatan (PDBK) adalah upaya kesehatan terfokus, terintegrasi, berbasis bukti dan dilakukan secara bertahap di daerah yang menjadi prioritas bersama kementerian terkait. Sedangkan Rifaskes adalah upaya untuk memetakan masalah ketersediaan fasilitas kesehatan serta kecukupan, distribusi sumber daya tenaga kesehatan dan indeks kinerja rumah sakit (RS) dan Puskesmas. Rifaskes adalah penelitian berskala nasional yang melibatkan lebih dari 9.000 Puskesmas dan lebih dari 650 RS umum pemerintah sebagai sasaran penelitian. Kedua kegiatan dilakukan mengingat luasnya wilayah Indonesia dan tantangan yang dihadapi berupa kurangnya fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia No.30/JUNI/2011 Mediakom
29
MEDIA UTAMA
kesehatan. Tantangan ini akan makin jelas jika dikaitkan dengan disparitas sosio-ekonomi masyarakat, geografis, serta kapasitas Pemerintah Daerah. Oleh karena itu diperlukan koordinasi dan dukungan dari jajaran kesehatan tingkat Pusat dan Daerah serta lintas sektor terkait seperti : Kementerian Dalam Negeri, Kementerian terkait lain, TNI-POLRI, Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
dr. R. Triono Soendoro, Ph. D. SAM Bidang Perlindungan Faktor Resiko Kesehatan.
30 Mediakom No.30/JUNI/2011
dan Pemerintah Daerah. Menurut Menkes, Rifaskes akan melengkapi Riskesdas dengan menghasilkan data dasar fasilitas kesehatan serta indeks kinerja Rumah Sakit (RS) dan Puskesmas. Dengan menyandingkan IPKM hasil Riskesdas dengan Indeks Kinerja RS dan Puskesmas, akan didapat gambaran yang lebih lengkap dan komprehensif tentang situasi kesehatan di daerah. Tujuan Rifaskes untuk mendukung pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010 - 2014, khususnya dalam penerapan strategi mewujudkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu, berkeadilan dan berbasis bukti; pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan yang merata dan bermutu; serta penerapan strategi ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat serta alat kesehatan. Selain itu, Rifaskes diharapkan memberikan manfaat dalam mendukung strategi pencapaian Jaminan Kesehatan Semesta atau Universal Coverage; masukan dalam penyusunan kebijakan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan di RS sesuai
dengan UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; serta masukan untuk revitalisasi Puskesmas. Dengan membandingkan potret fasilitas kesehatan di daerah hasil Rifaskes dan hasil kegiatan PDBK, dapat diidentifikasi dengan lebih tepat dan berimbang peran Pemerintah Pusat/Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam perencanaan pengembangan fasilitas kesehatan, tambah Menkes. Menkes mengharapkan agar keberhasilan PDBK dan Rifaskes menjadi momentum kebangkitan Badan Litbangkes sebagai lokomotif pembangunan kesehatan berbasis bukti. Dalam pelaksanaan kedua kegiatan strategis ini semua komponen mempunyai peran penting dan tidak ada komponen yang lebih penting dari komponen lainnya. Oleh karena itu, para pelaksana kegiatan PDBK dan Rifaskes; para pendamping, peneliti, teknisi litkayasa, pelaksana administrasi manajemen, dan seluruh jajaran kesehatan di tingkat Pusat dan Daerah agar melaksanakan tugas dengan optimal, cerdas dan tangkas guna mewujudkan tercapainya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.§ Pra
RAGAM
DAHSYATNYA MANFAAT AIR SUSU IBU (ASI) ayi manusia minum air susu manusia, Anak sapi minum air susu sapi, ini merupakan prinsip yang tak dapat diubah. Sebuah disain sedemikian sempurna untuk makhlukNya. Amat disayangkan, bila aneka rupa iklan susu bubuk membuat masyarakat memilih susu sapi, bukan ASI ( air susu ibu). Padahal ASI jauh lebih baik untuk bayi dibanding yang lain.
B
Kelebihan air susu ibu (ASI) dan manfaat menyususi Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurilogis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan. Aspek Gizi Manfaat Kolostrum Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbonhidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang
sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. Komposisi-Taurin,Dhda-AA-padaASI Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter
dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata. Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang No.30/JUNI/2011 Mediakom
31
RAGAM diperlukan untuk pembentukan selsel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/ disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat). Aspek-Imunologik • ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. • Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan. • Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. • Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi. • Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu. • Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan. Aspek-Psikologik • Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon
32 Mediakom No.30/JUNI/2011
terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkanproduksi-ASI. • Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut. • Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim. Aspek Kecerdasan • Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi. • Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI. AspekNeurologis • Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna. Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65 : 35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan susu sapi mempunyai perbandingan Whey : Casein adalah 20 : 80 sehingga tidak mudah diserap. • Bayi yang minum ASI dibanding dengan bayi minum susu bubuk buatan, lebih jarang terjangkit bermacam penyakit akut maupun kronis.
• Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. • Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi. • Laktiferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan zat besi di seluran pencernaan. Aspek-Ekonomis • Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya. Aspek-Penundaan-Kehamilan • Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL). • Bayi yang minum ASI dibanding dengan bayi minum susu bubuk buatan, lebih jarang terjangkit bermacam penyakit akut maupun kronis. • Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. • Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi. • Laktiferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan zat besi di seluran pencernaan. Air Susu Ibu dan pelukan kasih sayang memberikan kehangatan bagi bayi. Ia akan merasa tentram. Itulah mengapa menyusui dianjurkan selama dua tahun penuh secara sempurna.§ Hambali dari berbagai sumber
Manfaat ASI Untuk Tumbuh Kembang Anak ANJURAN PEMBERIAN ASI Ada beberapa intervensi yang bisa dilakukan untuk mencegah kematian bayi antara lain persalinan bersih, menjaga air/sanitasi bersih, pemberian vitamin a yang penting untuk mempertahankan kekebalan, pemberian suntikan tetanus dan lainlain Memberikan makanan melalui kelenjar mamae (Kelenjar yang memproduksi cairan susu, yang berfungsi mengalirkan cairan susu, di samping itu juga terdapat jaringan penghubung , yang menstimulasi pertumbuhan, diferensiasi, perkembangan kelenjar payudara) Payudara dipersiapkan sejak kehamilan oleh TUHAN Saat menyusui di dalam payudara ada kandungan lemak, dan saluran ASI. Pada saat rahim membesar, payudara membesar, ari ari terbentuk untuk memberi makanan pada janin melalui tali pusat. Payudara mengeluarkan cairan (kolostrum berwarna bening) sejak janin. Seolah Tuhan telah mempersiapkan kapan aja Bayi lahir, begitu tali pusat dipotong, payudara ibu menggantikan fungsi
ari-ari. Itu salah satu makna mengapa bayi baru lahir sebaiknya langsung diletakkan di dada ibu. Payudara nomor satu diciptakan untuk “bayi”, seksual atau kosmetik adalah nomor berikutnya. Hal ini yang sering tidak di mengerti oleh pelayan kesehatan, apalagi Masyarakat. Semua orang tahu ASI adalah yang terbaik, tetapi pengetahuan tentang dahsyat nya ASI secara detail dan bagaimana menolong ibu untuk menyusui dalam masyarakat adalah tak terlalu mudah Mengapa karena Ilmu tentang makanan (ASI termasuk) di masyarakat masih tutun temurun Salah satu fenomena yang terjadi sejak dalam kehamilan, otak dalam kandungan sangat cepat pertumbuhannya. Saat usia 20 mg otak bayi sudah mendengar. Dalam kehamilan nutrisi adalah hal yang terpenting yang harus didapatkan otak, sedangkan stimulasi minimal, walaupun dapat dilakukan sejak kehamilan tetapi minimal. Begitu kelahiran terjadi otak bayi 80% sudah selesai. Perkembangan otak bayi yang sudah hampir sempurna itu disamping membutruhkan nutrisi namun
otak bayi yang baik membutuhkan “stimulasi” yang optimal. Proses menyusui memaparkan bayi pada stimulasi yang kompleks yang didapatkan nya saat proses menyusui dilakukan. Otak bayi baru lahir dapat menangkap stimulasi melalui panca indera bayi. Bagian kulit,penglihatan, penciuman, pendengaran dan pengecap ini semua dadapatkan dari proses menyusui . Asi disesuaikan kebutuhan tumbuhnya bayi . Asi prematur seperti kolostrum selama 15 minggu. Setelah sekitar 2 minggu ASI peralihan akan menjadi yang sesungguhnya yang terdiri dari fore milk yang banyak kandungan proteinnya (yang warnanya bening) dan yang lebih pekat yang banyak mengandung lemak yang baik untuk otak dan kenaikan berat badan bayi. BEDA ASI & SUSU SAPI Beda asi dan susu formula yang sering kali masyarakat tidak tahu. Laktosa jauh lebih tinggi dan otak manusia yang punya kualitas jauh diatas sapi memerlukan laktosa dalam pertumbuhannya. No.30/JUNI/2011 Mediakom
33
RAGAM ANJURAN PEMBERIAN ASI
Perkembangan Otak Saat lahir otak bayi hanya terdiri dari sel sel otak yang disebut neuron dengan serabut syaraf sederhana. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi/ makanan anak dan stimulasi (rangsangan). Stimulasi yang sangat berperan di awal kehidupan bayi adalah rangsang yg diterima oleh panca inera bayi. Gambar 1 adalah sel otak dengan serabut syaraf yang belum bermyelin. Salah satu komponen myelin adalah laktosa yang tinggi sekali pada ASI. Komponen lain yang sangat diperlukan dalam pembentukan myelin adalah zat besi yang juga tinggi penyerapannya pada asi . Secara spesifik Fe (zat besi) membantu oligodendrosit membentuk myelin. Dan juga membantu pembuatan neurotransmiter. Dha perannya dalam otak adalah merupakn komponen membran sel di di presinaps dan post sinaps, sehingga aliran listrik menjadi lebih baik . Boleh diumpamakan serabut syaraf itu seperti kabel yang belum diliputi selaput. Kabel yang tidak diliputi selaput mudah korslet sehingga rangsangan berbentuk stimulasi tidak dihantarkan dengan baik. Bila serabut Dengan bertambahnya usia, bayi terpapar dengan segala bentuk rangsang yang menyebabkan serabut2 syaraf akan bersinap dan serabut syaraf akan bercabang bertambah kompleks. Didalam ASI mengandung enzim lipase yang dapat membantu usus bayi baru lahir yang kandungan enzim
34 Mediakom No.30/JUNI/2011
lipase nya belum optimal. penyerapan dha memrlukan enzym lipase. Jadi pada susu formula yang tidak ada enzym ini patut dipertanyakan apakah usus bayi baru lahir dapat menyerapnya? Secara keuntungan kognitif Human milk memiliki Asam lemak, nukleotida, oligosakarida, taurin yang berfungsi mengembangkan fungsi retina dan neuron dan meningkatkan kemampuan anak dalam mencapai potensial perkembangan dan intelektual Sedangkan human milk fat mengandung asam lemak esensial dan mengandung long-chain polyunsaturated fatty acids, docosahexaenoic acid (DHA) dan asam arakidonat (ARA)
MANFAAT ASI BAGI BAYI
Perbedaan kualitas protein Bayi pada usia 2 tahun memerlukan perlindungan yang cukup karena sistem kekebalan mereka yang belum optimal dan tuhan sudah menyiapkan asi yang banyak mengandung zat kekebalan itu didalam ASI. Anti infeksi yg dimaksud adalah makrofag,sito kin,interleukin,laktoferrin, bahkan ada faktor bifidus yg berperan dalam pertahanan pencernaan bayi Komposisi bakteri di ASI dan susu formula Usus bayi yang diberi asi bersifat asam akan membuat tumbuhnya kuman bifido bakteri yang melindungi bayi dr terkena diare. Bifido bakteri ini adalah salah satu komponen yang diberi saat bayi mengalami diare. Pada bayi yang dapat susu formula, kuman ini tidak tumbuh karena bukan suasana asam yang dihasilkan dari bayi yang dapat susu formula. Feses bayi yang mendapat asi juga akan bersifat lebih tajam, dan bayi yang dapat asi karena kandungan laktosa nya seringkali tampak spt diare dia awal bulan kelahirannya. Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun bayinya. Manfaat memberikan ASI bagi ibu tidak hanya menjalin kasih sayang, tetapi dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan, mengurangi risiko terkena kanker payudara, dan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi ibu. Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak, ibu terus menerus memberi zat kekebalan melalui air susunya. Mari Bantu Bayi Mendapatkan Hak Nya Kelak bayi yang disusui tidak hanya menjadi pintar secara intelektual tetapi mereka menjadi pribadi yang “secure” dan mempunyai kecerdasan emosi dan spiritual yang baik. Semua itu sangat dimungkinkan hanya dengan memberi yang terbaik dalam 2 tahun pembentukan pribadi dasar manusia dengan “disusui”.§ YF
PERISTIWA
11 ANGGOTA MKDKI DISUMPAH ebelas Anggota Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) masa bakti 2011 – 2016 disumpah 2 Mei 2011. Mereka adalah dr. Rullyanto Wihardja, MPH, DFM, SH, MH, Kes; Prof. dr. Med. Ali Baziad, Sp.OG (K); dr. Dyah Silviaty, Sp. A, MH.Kes; DR. drg. Hargianti Dini Iswandari, MM; DR. drg. Grita Sudjana, MHA; drg. Bambang Kusnandir, Sp.Pros; Prof. dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH, Ph.D; drg. Sumarwanto, MM, MH.Kes; Prof. DR. Herkutanto, dr. Sp.F, SH, LL.M; DR. Sabir Alwi, SH, MH dan Akhiar Salmi,
S
SH, MH. Dalam sambutannya Menkes menyatakan MKDKI memiliki peran strategis dalam penyelenggaraan praktik kedokteran. Hal ini karena MKDKI berhadapan langsung dengan kepentingan publik; melakukan pembinaan profesi dokter dan dokter gigi, serta bertugas menyelesaikan permasalahan pengaduan masyarakat dari berbagai daerah (provinsi/ kabupaten/kota). Menurut Menkes, MKDKI dibentuk untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran, sebagaimana tercantum dalam Pasal
55 UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. ”Meskipun MKDKI merupakan bagian dari perangkat organisasi Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), namun MKDKI secara fungsional bersifat independen,” ujar Menkes. KKI berfungsi mengatur, mensahkan, menetapkan serta membina dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran untuk meningkatkan mutu pelayanan medis. Khusus untuk penegakan disiplin kedokteran, dilaksanakan oleh MKDKI. Dengan adanya berbagai regulasi yang mengatur hak-hak pasien, No.30/JUNI/2011 Mediakom
35
peristiwa masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan yang merasa dirugikan oleh dokter atau dokter gigi berhak mengadukan dokter atau dokter gigi tersebut ke MKDKI. Masyarakat dapat pula menggugat secara perdata maupun secara pidana ke lembaga peradilan, tambah Menkes. Menkes berharap kepada anggota MKDKI yang baru mengangkat sumpah agar dapat menangani pengaduan masyarakat dengan cepat, efektif, dan efisien,serta memanfaatkan sumber daya yang ada semaksimal mungkin. Ketua KKI Prof. dr. Menaldi Rasmin, Sp.P(K), FCCP menyatakan dari tahun ke tahun, MKDKI semakin banyak menerima pengaduan dari masyarakat. Ini menunjukkan, semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat atas layanan yang diterima dari dokter dan dokter gigi. “Ke depan, MKDKI akan dihadapkan dengan banyaknya kasus pengaduan pelanggaran disiplin di seluruh Indonesia,” tambahnya. Pembentukan MKDKI di tingkat provinsi dimungkinkan undang-undang, namun terkendala berbagai persoalan, salah satunya keterbatasan anggaran. Selama kepengurusan MKDKI periode 2006 – 2011 baru provinsi Jawa Tengah yang membentuk MKDKI, sementara di provinsi lain belum dapat terealisir.§
36 Mediakom No.30/JUNI/2011
okter plus, didesain khusus. Ia mempunyai 3 jenis kompetensi tambahan yang dibutuhkan lapangan. Ketiga kompetensi itu yakni ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan Kandungan (Obsgin) dan ilmu anastesi. Untuk memenuhi kebutuhan dokter plus tersebut, Kementerian Kesehatan RI melalui Badan PPSDM Kesehatan dan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan mengadakan kerjasama dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dalam penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Dokter Plus untuk 3 kompetensi terkait yakni Kesehatan Anak, Obstetri – Ginekologi dan Anestesi. Kerjasama Kementerian Kesehatan dengan PB IDI dan KKI tersebut dituangkan dalam draft Nota Kesepahaman (MoU) yang di tandatangani bersama Kepala Badan PPSDM Kesehatan dr. Bambang Giatno Rahardjo MPH, Ketua PB IDI dan KKI, 3 Maret 2011 di Jakarta. Hadir pada acara tersebut Ketua KPA AIDS, beberapa Kepala RS Vertikal, Kepala Dinas kesehatan NTT, Papua , Denpasar dan Jawa Timur. Menurut Bambang Giatno Rahardjo MPH, upaya mencapai Millenium Development Goals (MDGs) yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, terutama untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, maka sangat dibutuhkan ketersediaan dokter dengan kompetensi tambahan dalam jumlah yang cukup. Saat ini jumlah dokter dengan kompetensi tambahan belum dapat memenuhi kebutuhan, terutama di daerahdaerah terpencil, perbatasan dan kepulauan serta daerah bermasalah kesehatan. Konsep dokter plus merupakan dokter pelayanan primer yang akan mendapat pelatihan berbasis
D
DOKTER PLUS KOMPETENSI KHUSUS kompetensi teknis medis. Secara rinci pelatihan itu meliputi pelatihan ilmu kesehatan anak 12 minggu (3 bulan), pelatihan ilmu kebidanan dan Kandungan (Obsgin) 24 minggu (6 bulan) dan pelatihan ilmu anastesi selama 12 minggu (3 bulan). Teknis pelatihannya Pusdiklat Aparatur Badan PPSDM kesehatan berkerja sama dengan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Kolegium Kedokteran terkait, Institut Pendidikan dokter spesialis beserta RS Pendidikan, RS jejaring dan BBPK dan Bapelkes Daerah, ujar dr. Bambang. Selain itu, dokter juga mendapat diklat HIV-AIDS. Program diklat HIV
– AIDS sangat luas, tak terbatas pada pelatihan saja, tapi harus ada pengembangan dan pemberdayaan terus menerus. Diharapkan dengan adanya program dokter plus ini dan program diklat HIV-AIDS dapat mengajak seluruh staf pusat untuk mengikuti pelatihan dan pendidikan tersertifikasi untuk jabatan fungsional, terampil dan terakreditasi. PB IDI sangat mendukung program dokter plus ini. Harapannya, Kementerian Kesehatan bukan hanya memproduksi dokter plus saja, tapi juga memproduksi dokter spesialis, sehingga kebutuhan dokter spesialis di rumah sakit terpenuhi. Pra, YN
No.30/JUNI/2011 Mediakom
37
peristiwa
MEMBANGUN KEBERSAMAAN Keluarga besar Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan
anyak cara membangun kebersamaan kerja. Salah satunya melakukan perjalanan bersama dalam suasana informal. Tak ada penggunaan atribut staf, pejabat, atasan atau bawahan. Hal ini yang dilakukan karyawan Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan, dengan melakukan perjalanan ke Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT) Solo Jawa Tengah 29 April 2011. Perjalanan hari pertama, Tiba di Bandara Adisumarno Solo, rombongan berkendaraan bus menuju Tawangmangu. Di balai tanaman obat mendengar sekilas penjelasan
B
38 Mediakom No.30/JUNI/2011
profil Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Badan Litbangkes Kementerian kesehatan yang disampaikan Kepala B2P2TO-OT, Indah Yuning Prapti, SKM, M.Kes. Selesai mendengar profil B2P2TOOT, langsung menuju Tlogodlingo daerah taman obat dengan mengendarai mini bus Elf. Perjalanan sangat menyenangkan, udara dingin, penuh belokan, persis seperti di puncak Jawa Barat. Sampai di daerah taman obat, langsung melakukan lomba panen dua jenis tanaman obat di dua tempat yang berbeda, yang sebelumnya telah disepakati bersama terbagi dalam dua kelompok. Setiap kelompok pada saat panen harus mengumpulkan
sebanyak-banyaknya hasil petikan tanaman. Namun sayang lomba panen menjadi tidak seru lagi karena ada beberapa teman yang seharusnya di kelompoknya malah gabung di kelompok lain. Sehingga target untuk menang menjadi buyar. Akhirnya hanya rame-rame menikmati minuman jahe khas toga, jagung bakar dan foto bersama di areal tanam obat. Selanjutnya, kembali menuju perjalanan ke B2P2TO-OT untuk menjalani tes kesehatan di Klinik Saintifikasi Jamu yang melayani pengobatan berbasis herbal. Setelah selesai menjalani tes kesehatan, dilanjutkan perjalanan pulang ke Solo. Malam harinya setelah makan malam bersama, dilanjutkan acara bincang-bincang dan pencerahan
Kepala Pusat Komunikasi Publik drg. Murti Utami, MPH
Dari kiri: Drs. Sumardi, Dra Hikmandari, M. Ed, drg. Murti Utami, Dyah Yuniar S. KM, MPS
tentang Etos Kerja Professional, oleh Joko Prasetyo dari Spiritindo Training & HR Management Consultant. Inti materinya pertama, bekerja itu ibadah, bukan semata-mata mencari uang. Sebab, bila bekerja hanya mencari uang, pasti tidak akan mendapat kepuasan. Bahkan cara memperolehnyapun akan menempuh dengan segala cara. Kedua, bekerja itu anugerah. Jadi harus disyukuri. Sebab bekerja memberi peluang untuk memperoleh kebaikan, untuk diri sendiri dan orang lain. Ketiga, bekerja itu kehormatan. Untuk itu dalam bekerja harus penuh dedikasi dan tanggung jawab. Tak mencederai, apalagi menghianati pekerjaan yang diamanahkan. Hari kedua, dilanjutkan kegiatan
dari puskom untuk puskom yang di pandu Kepala Puskom Publik, Kabag TU, Kabid PIP dan Kabid MMOP. Acara ini diisi curhat staf kepada pimpinan. Salah satunya berasal dari staf yang masih status honorer. Meraka bertanya, masihkah tahun depan membutuhkan tenaga honorer ?. Kapuskom Publik secara lugas mengatakan masih. Sebab tenaga honorer memang mempunyai kompetensi khusus yang masih dibutuhkan puskom. Selanjutnya peserta berwisata dengan Kereta Uap Jaladara mengunjungi Lodji Gandrung, Pasar Triwindu, Pura Mangkunegaraan dan makan siang di Omah Sinten. Kemudian mengunjungi Museum Sangiran, Museum Purbakala yang
mengoleksi fosil manusia purba. Tak ketinggalan mengunjungi Museum & Galeri House Of Danar Hadi. Bagi yang berminat setelah melihat koleksi batik dapat membeli sesuai selera harga dan barang, “ada rupa ada harga”, kata teman yang sedang asik mengamati koleksi. Hari ketiga, peserta mengunjungi Keraton Kasunanan Solo dengan mengendarai Andong mengelilingi Guide Keraton melihat peninggalanpeninggalan Keraton. Beberapa teman sempat meminta doa berkahnya agar tetap cantik dengan mencuci muka dan minum air sumur yang berada di Keraton. Ternyata, pria tampak ganteng dan yang putri tampak cantik” ngak ada yang terbalik, pria tampak cantik, putri tampak ganteng, he.he..he.§ Pra, Yanti No.30/JUNI/2011 Mediakom
39
peristiwa
enkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH dan Kapolri Timur Pradopo menandatangani nota kesepahaman (MoU) dalam bidang Kesehatan dan Kedokteran Kepolisian di Gedung Rupatama, Mabes Polri, 5 Mei 2011 di Jakarta. Kesepakatan Bersama ini mendorong diselenggarakannya pendidikan dan pelatihan bersama untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia kesehatan serta upaya penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan dan kedokteran kepolisian dalam rangka peningkatan kemampuan institusional dan sumber daya manusia kedua belah pihak, ujar Menkes. Menkes menambahkan, kerja sama antara Kemkes dengan Polri selama ini telah berjalan baik. Khususnya di bidang penanggulangan bencana, baik dalam upaya pertolongan dan evakuasi korban, penanganan korban cedera, maupun upaya identifikasi korban meninggal. Sementara di luar penanggulangan bencana, kerja sama yang intens juga telah dilakukan di bidang pengendalian penyakit, penyehatan lingkungan, dan kesehatan matra. “Ke depan, Kemkes dan Polri
M
40 Mediakom No.30/JUNI/2011
harus mencari upaya terobosan yang sifatnya scientific. Misalnya dalam bedah otopsi, ke depan diupayakan digital forensic. Artinya tidak harus membedah mayat tetapi dengan alat yang bisa melihat bagian organ tubuh bagian dalam. Digital forensic penting karena Kepolisian terkadang kesulitan memperoleh izin otopsi dari pihak keluarga. Padahal, otopsi sangat penting untuk mengetahui secara pasti penyebab kematian”, ujar Menkes. Menurut Menkes, kesepakatan bersama yang baru ditanda-tangani ini bertujuan untuk melanjutkan dan meningkatkan lingkup serta kualitas kerja sama antara Kemkes dengan Polri. Kerjasama dilakukan dengan optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Kemkes dan Polri sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. “Dengan kerja sama ini diharapkan dapat mengembangkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Polri, seperti helikopter dan kapal. Alat transportasi ini diperlukan untuk membantu pemberian pelayanan kesehatan masyarakat di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, dan kepulauan terpencil,” kata Menkes. Ditambahkan, Kesepakaan Bersama juga ditujukan memaksimalkan potensi sumber daya kesehatan kedua pihak guna
MENKES DAN KAPOLRI TANDA TANGANI KERJASAMA
peningkatan akses korban kekerasan pada pelayanan kesehatan dan kedokteran kepolisian khususnya kekerasan terhadap perempuan, anak, dan tenaga kerja Indonesia. “Penanganan korban kekerasan ini memerlukan perhatian khusus, pemahaman tentang isu gender, empati, serta tingkat keakuratan yang tinggi karena berkaitan dengan penegakan hukum,” ujar Menkes. Selanjutnya, dalam pelaksanaan UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan PP No. 25 tahun 2011 tentang Wajib Lapor bagi Pecandu Narkotika, diperlukan kerja sama yang baik antara Kemkes, POLRI, dan Badan Narkotika Nasional dalam upaya rehabilitasi medis bagi pecandu narkotika. UU Narkotika mengamanatkan perlunya upaya rehabilitasi medis bagi pecandu narkotika dengan tujuan mengembalikan mereka menjadi anggota masyarakat yang sehat dan produktif, tambah Menkes. Pelaksanaan Rehabilitasi Medis Pecandu Narkotika memerlukan banyak fasilitas pelayanan kesehatan penerima wajib lapor. Polri diharapkan dapat menyediakan fasilitas rehabilitasi medis bagi pecandu narkotika, khususnya yang sedang menjalani proses hukum.§
KOLOM
Prawito
Benarkah Ingin Hidup Sehat?
M
enjadi sehat, itu pilihan, bukan kebetulan. Karena itu, hidup sehat disengaja. Untuk itu memerlukan konsekuensi yang harus dipenuhi. Bila ditanya kepada semua orang, apakah ingin hidupnya sehat ? Pasti jawabnya ya. Termasuk para perokok berat yang sulit berhenti, bahkan para anggota Smoker Club, semua menginginkan hidup sehat. Berkaitan dengan hal ini, fenomena masyarakat dapat dikelompokkan sebagai berikut: Pertama, masyarakat merasa sehat, walau tidak berperilaku hidup sehat. Mereka merasa bangga puluhan tahun merokok, bahkan umurnya lebih 70 tahun masih sehat. Sementara ada orang yang tidak merokok, umurnya lebih pendek, lebih awal meninggal dunia. Kelompok ini jika ditanyakan pada hatinya yang paling dalam, sebenarnya juga ingin berhenti merokok, agar hidupnya lebih sehat, bila saat ini sudah merasa sehat. Tapi berhenti merokok, bukan perkara mudah, sangat sulit, bahkan ada yang menyatakan mustahil. Mereka akan berhenti merokok sementara, bila jatuh sakit parah. Hanya saja setelah sembuh bisa jadi akan merokok kembali. Kedua, masyarakat yang sungguh-sungguh menginginkan hidup sehat. Kelompok ini jumlahnya lebih sedikit dibanding kelompok pertama. Umumnya, mereka siap melakukan perubahan perilaku apapun untuk mencapai hidup sehat, termasuk berhenti merokok secara permanen. Mereka juga siap berubah sesuai arahan perilaku hidup sehat. Sebagai contoh; ketika mereka kelebihan berat badan, Ia siap berdiet makan secara sehat untuk menurunkan berat badannya. Walau harus meninggalkan kesenangan dan kenikmatan makanan yang selama ini dijalani. Merubah pola makan berlemak, gorengan, jeroan, seafood, dll kepada pola makan sehat seperti makanan yang direbus, pepes, makanan rendah kolesterol, garam dan gula sesuai kebutuhan gizi. Tidak lebih dan tidak kurang, pas sesuai ukuran. Kelompok ini akan bersemangat berolah raga secara teratur, walau memiliki kesibukan yang luar biasa dan waktu yang terbatas. Mereka akan beralah raga kapan saja, dimana saja setiap ada kesempatan. Olah raga teratur sebagai harga mati yang sudah menjadi kebiasaan hidup. Ia akan melakukan dengan sarana yang tersedia, mulai dari jalan kaki, treatmill,
renang, angkat beban, bersepeda, senam, lari ditempat dan berbagai bentuk olah raga yang memungkinkan sesuai situasi dan kondisi. Semua upaya hidup sehat di atas, merupakan bentuk pencegahan agar hidup sehat tetap sehat. Rumus sehat ini sangat mudah, murah dan sederhana. Walau demikian, tak semua orang sanggup melakukannya. Sebagian besar orang hanya ingin endingnya saja ”sehat”, tapi malas untuk menjalani prosesnya. Inilah problem terbesarnya “kemauan”. Bila mau, pasti akan ada jalan, tapi kalau sudah tidak mau, semua jalan menjadi buntu. Sayang, banyak orang lebih senang menempuh jalan buntu, sehingga kebugaran fisiknya rendah. Sekedar sebagai sampel, hasil pemeriksaan kebugaran jasmani pegawai Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan tahun 2009 menunjukkan angka sebagai berikut: Berat Badan lebih 19,2% , Pra Obese 17,3% dan Obese 6,3%. Hipertensi 27,9 %, Gula Darah Sewaktu abnormal 6,9 %, Kolesterol abnomal 49,3 %, Bone Densitometri abnormal 77,9 % dan Kebugaran Jasmani kurang & kurang sekali 60 %. Kini, Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Bina Kesehatan dan Olah Raga Ditjen Bina Gizi dan KIA mengadakan latihan fisik terprogram setiap hari Selasa dan Jum,at mulai pukul 06.30 di halaman Kementerian Kesehatan. Mau tahu peminatnya ? Sepi dan sunyi, hanya beberapa gelintir orang saja, dapat dihitung dengan 10 jari yang berpartisipasi dari ribuan karyawan. Kemanakah mereka ? Mungkin sedang dinas keluar kota, sibuk bekerja, masih diperjalanan kena macet, dll. Boleh beralasan apapun, tapi begitu faktanya. Berfikir positifnya, mungkin sudah berlatih fisik di tempat lain. Kalau benar berlatih fisik ditempat lain, mustinya kebugaran karyawan lebih baik dari data di atas. Sekedar bercermin, bagaimana masyarakat akan sehat dan bugar, bila para pemegang kepentingan belum memberi contoh dan teladan yang baik. Bercermin dari fakta ini, tidak ada kata terlambat, ayo bergerak, melatih fisik secara terprogram, agar tubuh kita sehat dan bugar. Jangan terlambat, sampai penyakit mengerogoti tubuh akibat keteledoran yang disengaja. Benarkah kita ingin hidup sehat ?. Wallahu’alam.§
No.30/JUNI/2011 Mediakom
41
NASIONAL
INDONESIA BERHASIL TEKAN KASUS MALARIA
ndonesia telah berhasil menekan jumlah kasus malaria dari 4,96 per 1.000 penduduk pada tahun 1990 menjadi 1,96 per 1.000 penduduk pada tahun 2010. Walaupun secara nasional telah berhasil menurunkan lebih 50 persen kasus malaria, tetapi pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota masih terjadi disparitas (perbedaan) yang cukup besar, kata Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, pada puncak peringatan Hari Malaria Sedunia tanggal 25 April 2011 di Jakarta. Menurut Menkes, Indonesia telah menargetkan eliminasi malaria secara bertahap. Eliminasi artinya di daerah tersebut angka kasus malaria positif (API= Annual Parasite Incidence) kurang dari 1 permil (<1 per 1.000 penduduk). Untuk wilayah Provinsi DKI Jakarta, khususnya Kab. Kepulauan Seribu saat ini dalam proses persiapan memasuki tahap eliminasi malaria disusul Provinsi Bali dan Pulau Batam.
I
42 Mediakom No.30/JUNI/2011
Pada tahun 2015 ditargetkan Provinsi Aceh, Kepulauan Riau dan Pulau Jawa. Pada tahun 2020 untuk seluruh wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan NTB. Selanjutnya pada tahun 2030 wilayah Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan NTT, sehingga seluruh Indonesia akan bebas malaria pada tahun 2030. Menkes menyampaikan empat pesan sebagai pedoman eliminasi malaria. Pertama, eliminasi malaria merupakan salah satu prestasi masyarakat dan pemerintah dalam menyiapkan insan pembangunan. Sehingga dukungan berupa PERDA merupakan wujud nyata. Kedua, eliminasi malaria menjadi tanggung jawab semua pihak, oleh karena itu peran serta aktif masyarakat dalam upaya kesehatan secara promotif dan preventif harus terus ditingkatkan karena mencegah lebih baik dari pada mengobati. Ketiga, manfaatkan pemberdayaan masyarakat secara optimal melalui Desa Siaga dan Kelurahan Siaga Aktif, Posyandu, dan Pos Malaria Desa dalam upaya penyuluhan untuk pencegahan penyakit malaria. Keempat, optimalkan tiga pilar utama
pengendalian malaria yaitu Stop Malaria Klinis dengan malaria konfirmasi, Stop Klorokuin gunakan Artesunate Combination Therapy (ACT) dan Cegah Malaria dengan menggunakan kelambu berinsektisida Pada puncak peringatan Hari Malaria Sedunia 2011 dengan tema “Bebas Malaria Investasi Bangsa”, dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerjasama Kementerian Kesehatan dengan Pusat Kesehatan TNI, penyerahan Standard Operational Procedure (SOP) Pengendalian Malaria di lingkungan POLRI, penyerahan Pernyataan Dukungan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dalam tata laksana kasus malaria dan penyerahan ucapan terima kasih kepada tokoh masyarakat yang berkontribusi dalam pengendalian malaria. Keterlibatan berbagai lintas sektor merupakan wujud nyata komitmen bersama untuk mengeliminasi malaria. “Momentum ini pertanda baik, karena TNI, POLRI dan IDI bersama masyarakat secara serentak akan memberikan dukungan. Untuk itulah, kami atas nama Kementerian Kesehatan menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas segala peran dan partisipasinya”, ujar Menkes. Menkes menambahkan, penyakit Malaria merupakan salah satu penyakit re-emerging yang masih menjadi ancaman masyarakat, terkait masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada usia produktif akibat malaria. Bahkan penyakit malaria juga berpengaruh pada kualitas kesehatan bayi, anak balita dan ibu hamil. “Di beberapa wilayah prevalensi ibu hamil dengan malaria sebesar 18 persen, sehingga bayi yang dilahirkan memiliki risiko berat badan lahir rendah (BBLR) dua kali lebih besar dibandingkan ibu hamil tanpa malaria. Selain itu masih seringnya Kejadian Luar biasa yang dilaporkan oleh kabupaten/kota”, ujar Menkes. Data WHO menyebutkan tahun 2010 terdapat 544.470 kasus malaria positif di Indonesia, sedangkan pada tahun 2009 terdapat 1.100.000 kasus malaria klinis, dan pada tahun 2010 meningkat lagi menjadi 1.800.000 kasus malaria klinis dan telah mendapatkan pengobatan.§
No.30/JUNI/2011 Mediakom
43
NASIONAL
Tetap bugar di Usia Tua
44 Mediakom No.30/JUNI/2011
eseorang tak mau bergerak karena tua, tetapi menjadi tua karena tidak mau bergerak. Sehat dan bugar, sungguh murah dan sederhana. Cukup mengatur pola makan sehat, olah raga teratur, istirahat yang cukup dan hilangkan kebiasaan tidak sehat. Biasakan makan makanan yang rendah kandungan lemak,
S
Setiap orang mempunyai zona latihan yang berbeda bergantung umur. Semakin tua, semakin sedikit denyut nadi yang dibutuhkan pada zona latihanya. Cara mengukurnya, jalan 5 menit, kemudian istirahat 10 menit, hitung denyut nadinya. Apabila lebih dari 100 denyut/menit, segera periksa ke dokter, kurang dari 100 denyut/ menit lanjutkan berolah raga. Denyut nadi olah raga antara 60% - 80% denyut nadi olah raga. Waktu Olah raga denyut nadi harus masukzone Latihan. Bila melebihi zona latihan akan menyebabkan mudah cedera, sakit dan mengantuk setelah latihan.
cukup kandungan seratnya dan jangan makan berlebihan. Upayakan berlatih olah raga secara teratur dan cukup takaran. Untuk mendapatkan kebugaran yang baik, dianjurkan berolah raga 20-60 menit per hari, 3-5 hari per minggu. Berolah ragalah sesuai dengan kemampuan, mulai dari jalan kaki, joging, bersepeda, berenang dll. Agar tidak bosan, perlu melakukan variasi olah raga, baik jenis maupun pelaksanaanya, dapat sendiri maupun berkelompok. Tubuh, tidak sama dengan mesin. Mesin akan segera rusak, bila dipergunakan terus-menerus. Sedangkan tubuh, apabila digerakkan secara teratur, akan tetap lentur dan lebih sedikit mengalami cidera, sehat dan bugar. Selain itu, tubuh juga memerlukan istirahat yang cukup, tidur 7- 8 jam sehari –semalam, dianjurkan istirahat siang bagi lanjut usia. Mengilangkan kebiasaan tidak sehat sangat penting bagi terciptanya kebugaran tubuh. Perilaku tidak sehat itu seperti merokok, minum kopi berlebihan dan minum beralkohol. Sebab kebiasaan ini akan mengganggu kesehatan dan kebugaran tubuh. Manfaat Jalan Kaki
Pada kesempatan ini, dikemukakan manfaat olah raga paling murah yaitu jalan kaki. Menurut dr. Sadoso Sumosardjuno, ada 14 manfaat olah raga jalan kaki yakni membakar kalori hampir sama dengan joging, menurunkan tekanan darah, kadar kolesterol jahat, mengurangi risiko serangan jantung, kecemasan dan ketegangan, memperlambat terjadinya osteoporosis dan meningkatkan tegangan otot. Manfaat lain jalan kaki dapat meringankan sakit pinggang, meringankan gerakan sendi dan mengurangi nafsu makan bagi yang berlebihan. Meningkatkan stamina dan energi, serta meningkatkan kapasitas aerobik. Selain jalan kaki, dianjurkan olah raga beban 2 – 3 hari / minggu, pada hari yang tidak berurutan. Beban harus disesuaikan dengan kemampuan, yang dapat dilakukan kurang dari 12 kali ulangan. Setiap kali latihan harus berbeda otot yang dilatih, agar terjadi keseimbangan. Jangan berlebihan Olah raga baik, tapi tidak boleh berlebih, sebab dapat fatal akibatnya, seperti mudah sakit, cedera dan akibat yang ringan mudah ngantuk setelah latihan.
Contoh Menghitung zona latihan • Usia = 50 tahun • Batas bawah: 60% dari (220 – 50) = 60% dari 170 = 120 denyut / menit • Batas atas: 80% dari (220 – 50) = 80% dari 170 = 136 denyut / menit Manfaat melakukan olah raga latihan akan menyebabkan kesehatan & kebugaran lebih baik dan lebih produktif, mengurangi risiko Jantung Koroner, karena turunya tekanan darah menjadi normal. Kolesterol total, LDL – Cholesterol, Trigliserid juga normal dan menaikan HDL – Cholesterol (kolesterol baik). Selain itu juga dapat menunda kemungkinan diabetes, memperbaiki kemauan & kemampuan seksual dan memelihara berat badan sehat. Manfaat lain yang juga penting, yakni kecepatan reaksi lebih baik, tulang lebih elastis tidak mudah cedera, tidak mudah osteoporosis, kualitas tidur lebih baik, lebih tahan terhadap stress dan dapat mempertahankan sikap tubuh yang baik. Bila tak berolah raga secara teratur, kemudian mempunyai lingkar pinggang lebih 100 cm beresiko Penyakit jantung, Stroke, Diabtes Type 2, beberapa macam Kanker, Tekanan Darah Tinggi, Kholesterol Tinggi dan Kelainan Pembekuan Darah.§ Pra No.30/JUNI/2011 Mediakom
45
NASIONAL
KEMKES KEMBANGKAN JEJARING RISET KEDOKTERAN ntuk memajukan mutu pelayanan kedokteran di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI bekerja sama dengan sejumlah fakultas kedokteran dan rumah sakit terkemuka di Indonesia mengembangkan jejaring riset kedokteran dengan nama “Indonesian Clinical Epidemiology and Evidence-Based Medicine (ICEEBM) Network”. Peresmian berdirinya jejaring riset ini dilakukan Dr. dr. Trihono, MSc Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mewakili Menkes, Selasa (19/04) di Auditorium Siwabessy, Kementerian Kesehatan, Jakarta. Kepala Badan Litbangkes mengatakan, berdirinya jejaring kerja ini disambut baik karena dunia kedokteran berkembang pesat dan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) kedokteran juga semakin canggih. “Kalau tidak diikuti perkembangannya, kualitas dokter dan kualitas pelayanan kedokteran di Indonesia bisa tertinggal dari negaranegara maju”, ujar Dr. Trihono. Kepala Badan Litbangkes menambahkan, kualitas dokter Indonesia sangat beragam. Hal itu terkait sarana, prasarana, kurikulum, dan SDM pengajar di masing-masing fakultas kedokteran berbeda-beda. Karena itu, kualitas pelayanan dokter di berbagai daerah juga berbedabeda. Hal ini disebabkan ada dokter yang terus belajar sambil praktik tetapi ada juga dokter yang terus menerus praktik tapi lupa belajar. “Dengan berdirinya ICE-EBM ini diharapkan membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas SDM
U
46 Mediakom No.30/JUNI/2011
kesehatan dan pelayanan kedokteran di Indonesia”, ujar Dr. Trihono. Clinical Epidemiology merupakan cabang ilmu kedokteran dan kesehatan yang mempelajari kondisi kesehatan di masyarakat dan penerapan aspek-aspek yang berkaitan dengan kondisi tersebut di dalam klinik. Sementara Evidence-Based Medicine adalah suatu alat atau pemahaman yang menjadi dasar dari kegiatan tata laksana praktek kedokteran pada setiap penerapan tata laksana kedokteran terhadap pasien dan komunitas harus berlandaskan pada bukti ilmiah yang sahih dan mutakhir. Ketua ICE-EBM terpilih 2011 - 2014, Prof. Dr. dr. Sudigdo Sastroasmoro, Sp.A (K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyatakan bahwa saat ini fakultas kedokteran (FK) yang tergabung dalam keanggotaan ICE-EBM sebanyak 20 dari 70 FK negeri maupun swasta seluruh Indonesia. Diharapkan diwaktu mendatang, semua FK bergabung menjadi anggota ICE-EBM. Dengan demikian, semua aktifitas siap untuk berkolaborasi. “Area dalam jejaring ini ada 2 kelompok besar yaitu pendidikan
pelatihan serta penelitian”, ujar Sudigdo. Sementara Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc, Ph.D dari FK UGM sebagai Board of Director ICE-EBM menambahkan bahwa dengan jejaring ini diharapkan adanya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, peningkatan mutu penelitian klinik, serta memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat khususnya di bidang kedokteran dan kesehatan dengan menggunakan bukti - bukti ilmiah (evidences). Riset-riset yang akan dilaksanakan pada tahun 2011 meliputi riset stemcell, kajian penyakit infeksi dan tropis terbanyak seperti dengue, malaria, diare, HIV/AIDS, uji klinik dalam pengobatan dan vaksin, penyakit non infeksi seperti diabetes, kanker dan penyakit jantung, penilaian terhadap penerapan teknologi kedokteran, pencarian bukti - bukti ilmiah terbaik melalui Evidence-Based Medicine, peningkatan kesehatan ibu - anak, dan riset tentang sistem rujukan kesehatan berbasis elektronik. Dalam jejaring ini bertindak sebagai dewan penasehat ICE-EBM adalah Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan Nasional, dan Menteri Riset dan Teknologi.§
Urusan HAJAT BESAR DI KABUPATEN BANJAR Hikmandari dan Udiani
Kabupaten Banjar, Kalsel, bukan hanya melimpah dengan aliran anak sungai. Negeri ini sejak abad ke-16 telah sohor berkat kekayaan tambangnya, terutama emas, berlian, dan batubara. Namun kilau permata dan gemerincing dolar hasil tambang tak serta-merta mendorong hidup sehat. Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, masih berkutat dengan urusan kesehatan lingkungan. Pada 2010 seluruh warga 13 desa sasaran program nasional Pamsimas (Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat) berhasil dibiasakan cuci tangan pakai sabun, tapi baru 4 di antaranya mencapai Stop BABS 100%.
No.30/JUNI/2011 Mediakom
47
Gagah dan cantik tapi ompong Seusai berwudhu, setapak demi setapak ia menaiki anak tangga yang menghubungkan ruang belakang dengan ruang utama. Diraihnya mukena yang terlipat rapi di atas sajadah cokelat tua, lalu dengan gerakan perlahan dikenakannya rukuh itu dari atas turun hingga menutupi seluruh tubuh. Khusyuk, perempuan itu menunaikan shalat magrib. Perawakannya yang kecil, bongkok, dan usianya yang 97 tahun tak menjadi halangan untuk bersujud simpuh memuji kebesaranNya. H. Mulia, perempuan tua itu, adalah satusatunya putri yang masih hidup dari pasangan H. M Arif dan Hj Fatimah, pemilik rumah adat Banjar di Teluk Selong.
Monumen Kabupaten Banjar
Fakta dan Angka tentang Banjar Luas 4.668,5 km2, terdiri dari 13 kelurahan, 277 desa. Jumlah penduduk (2009) 498.099 jiwa. PDB: Sekitar 28% daerah tergenang air periodik, 29% per sawahan, 40% lereng/pegunungan. Puskesmas: 23: 3 dengan fasilitas perawatan; 2 dengan UGD. Rasio sarana kesehatan: Puskesmas 1:21.656; dokter 10:100.000; dokter gigi 2,5/100.000; bidan 62/100.000; perawat 49/100.000. AKI: 152/100.000 KH; AKB: 3,71/1000; Gizi Buruk: 6 Akses rumah tangga terhadap air bersih: 28,7% Rumah tangga dengan jamban sehat: 47,86%
Kalimantan Selatan
48 Mediakom No.30/JUNI/2011
Meski hampir berusia hampir seabad, Mulia masih tampak menarik dan sehat. Ketangkasannya berpikir masih tersisa. Setelah bertanya harga tiket pesawat Jakarta-Banjarmasin, dengan cepat ia menghitung ongkos pesawat yang mungkin kami keluarkan untuk pulang pergi. Tak ada kesan jompo dan sakit-sakitan, sampai kami lupa pada gambaran tentang warga Kalsel yang pernah disampaikan dengan nada humor oleh Gubernur Kalsel, Rudy Arifin, beberapa waktu lalu. “Banyak warga Kalsel penampilannya terlihat gagah dan cantik, namun sayang waktu tersenyum ompong,” demikian dikatakan Rudy ketika menjelaskan dampak buruk rendahnya kualitas air dan sanitasi di provinsi yang ia pimpin. Menurut memang terutama Demikian
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar), Kalsel masih menghadapi persoalan kesehatan, di bidang kesehatan lingkungan dan sanitasi. pula dengan Kabupaten Banjar. Nenek Mulia
Rumah adat Banjar di Teluk Selong ini adalah salah satu rumah adat yang masih tersisa. Rumah adat Banjar telah didirikan sejak abad ke-16, tetapi mulai ditinggalkan karena alasan ekonomis dan estetis pada 1930-an.
barangkali hanyalah sebutir kecil permata di antara keruhnya air seribu sungai di negeri itu. Di Kabupaten Banjar kita masih menjumpai aneka penyakit menular, seperti malaria, tuberculosis, dan bahkan HIV/ Aids. Namun yang paling memprihatinkan adalah soal kesehatan lingkungan dan sanitasi. Selain kualitas air yang makin menurun, akses warga terhadap air bersih masih terbatas. Kurang dari 30% keluarga yang bisa mendapatkan air bersih secara teratur. Yang lain mengandalkan air dari aliran sungai yang baku mutunya tak terjamin. Perhatian dan upaya warga untuk menggunakan jamban dan berhajat di ruang tertutup rupanya juga masih kurang. Hampir separo rumah tangga yang disurvei masih buang hajat sembarangan di alam terbuka.
Negeri banjaran permata dan batubara Gambaran suram ini kontras dengan kilau intan permata dan lancarnya aliran dolar batubara yang dihasilkan
alam negeri Banjar ini. Sejak abad ke-16, ketika Sultan Suriansyah berkuasa atas kerajaan Banjar pada 15961620, alam Banjar dikenal sebagai penghasil lada, lalu emas dan intan permata. Perang Banjar pada 1859-1905 dan perang lain sebelumnya merupakan saksi betapa gigih Portugis, Inggris, dan Belanda berusaha mendapatkan monopoli perdagangan dan kerajaan Banjar, yang kini sebagian berada di wilayah Kabupaten Banjar, Kalsel. Setelah Indonesia merdeka, Banjar dengan ibu kota Martapura, tetap dikenal sebagai daerah kaya penghasil batu permata, selain kayu ulin, dan belakangan yang lebih marak, karet dan terutama batubara. Pada 2009, Kabupaten Banjar mencatat pendapatan per kapita rata-rata Rp11,8 juta. Bukan cuma sektor pertanian dan pertambangan yang banyak menyumbang pendapatannya, tapi juga sektor jasa, salah satu karakteristik daerah maju. Pada 2011 Banjar juga dikukuhkan sebagai bagian dari Banjar Bakula, daerah metropolitan.
Tambang Batubara yang menjadi primadona sejak 2005 ini ibarat pedang bermata dua. Bukan cuma menjadi sumber pendapatan, tetapi sumber kemacetan dan polusi. Ratusan truk pengangkut batubara yang melintas di tengah kota banyak merusak jalan-jalan kota dan menjadi sumber polusi udara dan suara. Beruntung pada 2009 Gubernur Rudy Arifin telah melarang truk batubara masuk kota, dan menyediakan jalur alternatif.
No.30/JUNI/2011 Mediakom
49
Sepinya hajatan untuk hajat besar Sayang, aliran dolar itu tak sampai menyentuh masalah yang buat sebagian di antara kita barangkali sudah bukan masalah: kebersihan lingkungan dan hajat besar. Sekitar 11 desa di Kabupaten Banjar masih tergolong belum bebas dari kebiasaan buang air sembarangan. Urusan ini masih belum menjadi “hajatan” seluruh warganya. Banyak upaya telah dilakukan oleh dinas kesehatan se tempat, antara lain melaksanakan program nasional Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat). Ketimbang menitikberatkan pada pem bangunan fisik, Pamsimas pada intinya adalah usaha untuk mendorong perubahan perilaku ke arah hidup bersih dan sehat. Tak mudah, demikian pengakuan para petugas yang terlibat. Selain medan yang tak mudah dijangkau oleh para penanggungjawab di kabupaten, sikap acuh dan resistensi warga masih terasa. “Yang saya sedih itu lho, di pemberdayaan masyarakatnya,” tutur Drg Yasna, Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar. Upayaupaya perbaikan menuju hidup sehat masih dipandang sebagai program Dinas Kesehatan, belum dimiliki oleh masyarakat.
Berlian hasil Kabupaten Banjar, terutama dari Kelurahan Cempaka terkenal seantero Nusantara. Pada 2010, hasil tambang menyumbang sekitar 23% PDRB kabupaten.
50 Mediakom No.30/JUNI/2011
Menghadapi persoalan ini, petinggi kesehatan di kabupa ten tak surut ke belakang. Digunakanlah antara lain me tode pengambilan keputusan dan tindakan berdasarkan riset lapangan. Berdasarkan riset pendahuluan tersebut, dilakukan analisa situasi yang melibatkan masyarakat terkait (lihat “Aku datang, Aku paham, Aku bertindak”). Hasilnya cukup membuat kita sedikit lega. Empat desa di wilayah Kabupaten Banjar kini tercatat 100 persen telah bebas buang air di tempat terbuka. Akses terhadap air bersih terjamin dan jamban telah merata di rumah warga. Satu di antara desa tersebut yang menonjol adalah Desa Mandikapau Barat (lihat “Melongok Desa Mandikapau Barat”). Kerjasama antara petugas, petinggi desa, dan terutama inisiatif warga merupakan tiga kunci keberhasilan.
Menunggu 10 tahun lagi? Melihat pencapaian ini, pertanyaan yang segera muncul di benak, akankah pencapaian serupa bisa menyentuh seluruh Kabupaten Banjar dalam waktu dekat? Data Dinkes Provinsi menunjukkan, pada 2011 ada 15 desa sasaran Pamsimas di Kabupaten Banjar yang masih belum seluruh warganya berjamban, atau masih tersisa sekitar 1.646 Kepala Keluarga (sekitar 28 persen dari 6.051 KK sasaran). Ini berarti diperlukan waktu sekitar 10 tahun untuk mencapai Stop BABS 100 persen, bila digunakan tingkat pertumbuhan jumlah jamban yang berlaku pada 2010, yaitu sekitar 157 unit per tahun (3,7%). Angka pertumbuhan ini memang jauh lebih baik dibanding kabupaten lain dengan penduduk sasaran yang kurang lebih sama jumlahnya, yaitu Kabupaten Tala yang hanya tumbuh 0,43% pada 2010. Namun, dibandingkan Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Batola, pertumbuhan Banjar masih tertinggal jauh. Di Kabupaten HSS dan Batola, jumlah jamban bertambah masing-masing 33% dan 78%. Angka-angka ini memang hanyalah hitungan matematis yang tak memperhitungkan perubahan perilaku dan kesadaran warga. Dua faktor belakangan ini bisa mengubah deret hitung menjadi deret ukur: jamban bukan cuma bertambah satu satu tapi lipat dua, empat, dan seterusnya. Tapi yang jelas, Kabupaten Banjar masih menunggu hajatan besar yang melibatkan peran serta semua pihak untuk menumbuhkan perilaku sehat.
Aku Datang, Aku Paham, Aku Bertindak: Evindence Based in Action di Kabupaten Banjar Di Kabupaten Banjar, penggunaan data sebagai dasar perencanaan program sudah dijalankan. Para petinggi kesehatan di daerah ini sudah akrab dengan data Riskesdas, (Riset Kesehatan Dasar), maupun survei-survei lokal. Hal ini menggembirakan. Setidaknya sebelum berangkat sudah memegang tiket yang valid. Sikap terbuka dan positif juga terasa dalam merespons data tersebut. Drg Yasna, Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ban jar, misalnya, sangat paham arti data kesehatan kabu patennya yang disajikan da lam Riskesdas. “Dari 13 kabu paten/kota di Kalimantan Selatan, kita nomor 13,” Drg. Yasna begitu Yasna menjelaskan posisi daerahnya yang diungkap dalam Riskesdas. “Tahun 2007 ranking 425 (dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia), tahun 2010 ranking 388, alhamdulillah naik. Namun di Kalimantan Selatan masih ranking 13.” Sejalan dengan Yasna, Marthasiah, mantan Ka Sie Penyehatan Lingkungan Dinkes Kab Banjar yang sudah malang melintang menangani kesehatan lingkungan di lapangan, meyakini kesaktian data dalam menjalankan programnya. Bukan hanya mengandalkan Riskesdas, Marthasiah yang telah berpengalaman menjadi sanitarian selama sembilan tahun, juga akrab dengan metode riset yang lebih sederhana. Itu tampak dalam kegiatan-kegiatan pemicuan yang dilakukannya untuk mengajak masyarakat memperbaiki kondisi sanitasi mereka.
Sebelum turun ke lapangan untuk berinteraksi dengan masyarakat, Marthasiah bersama tim terlebih dahulu mengenali dan mempelajari peta dan situasi desa. Pada tahap ini tujuannya adalah untuk mengetahui penyebaran penduduk dan akses terhadap sarana sanitasi dan air bersih. Dari data ini akan ditentukan lokasi terbaik untuk melakukan kegiatan, yaitu di mana masyarakat tinggal dan akses terhadap sarana rendah. Langkah evidence based ini dilakukan kembali dengan lebih mendalam dan konkrit pada tahap analisa situasi yang dilakukan sendiri oleh masyarakat. Dengan cara yang sangat partisipatif dan langsung, yaitu pemetaan dengan cara berjalan mengitari lokasi, data sanitasi dan perilaku yang sangat mendasar langsung diperoleh, dianalisa dan dipahami sendiri oleh masyarakat. Ini adalah implementasi riset dan prinsip evidence based yang sangat konkrit di tingkat masyarakat pedesaan. Di daerah perkotaan, Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) yang dilaksanakan di Kabupaten Banjar mulai 2010 juga menggunakan pendekatan yang sama. “Kita menyusun buku putih sanitasi. Kita melakukan survei di 3 kecamatan perkotaan. Yang melaksanakan surveinya sanitarian. Kita dapat data lengkap tentang kondisi sanitasi di wilayah itu. Di bab terakhir kita buat SSK, strategi sanitasi kota,” tutur Marthasiah. Nampak keyakinan dan kepercayaan diri yang kuat pada ekpresi wajah Marthasiah, ibu dua putra yang barangkali juga pantas dijuluki Ibu Pamsimas karena getol mengusung program tersebut dari satu desa ke desa lainnya, ketika berbagi cerita tentang program yang disiapkan dengan matang itu. Tak ada ragu
Marthasiah (kedua dari kanan) bersama staf UPT Laboratorium Kesehatan Air Dinkes Kab Banjar yang dipimpinnya sejak 2011. UPT ini sengaja didirikan sebagai bagian dari upaya meningkatkan penyediaan air bersih di wilayah tersebut. Aneka jamban hasil pemicuan yang dibangun berkat swadaya masyarakat. No.30/JUNI/2011 Mediakom
51
ketika situasi dibeberkan dengan gamblang. Apalagi dalam prosesnya, dalam batas tertentu risiko juga dapat dihitung. Buku putih itu digarap dengan cermat. Rapat dilakukan setiap minggu dalam waktu hampir 12 bulan—benarbenar contoh persiapan intervensi program ber basis data. Benar bahwa metode riset dipelajari oleh hampir setiap petugas, namun kemauan untuk melaksanakannya adalah soal lain. Masih banyak petugas, juga pejabat, yang terkesan tak tahu menahu tentang data yang berkaitan dengan tugasnya. Ini juga ditemui di lapangan. Dalam menjalankan program secara bertanggung-jawab, tentu intuisi atau asumsi saja tidak cukup. Menyedihkan sekali kalau kesempatan membuat perubahan hanya dieksekusi asal-asalan saja.
Langkah Pemicuan dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Proses fasilitasi STBM di masyarakat pada prinsipnya adalah “pemicuan” terhadap rasa jijik, rasa malu, rasa takut, rasa berdosa dan rasa bertanggungjawab terkait dengan kebiasaan buang air besar (BAB) di sembarang tempat. Langkah pemicuan dapat bervariasi, namun secara umum adalah sebagai berikut:
Melongok Desa Mandikapau Barat Sewaktu proyek besar irigasi Riam Kanan dibangun pada tahun 90-an, sebuah desa dipindahkan ke lokasi baru. Rumah-rumah ditata rapi dalam urutan semacam blok, jalanan dibuat beraspal dengan taman kecil di depan setiap rumah dengan pekarangan terawat. Memasuki desa ini, Mandikapau Barat, kami serasa menemukan oase setelah perjalanan sekitar satu jam dari ibukota kabupaten, Martapura, dengan melewati perkebunan karet, perkampungan penduduk, dan jalanan rusak sepanjang beberapa kilometer, di bawah terik mentari. Tiang beton putih berjajar penanda batas desa menandai pula awal suatu pemandangan yang indah. Betul kata seorang petugas dari kabupaten: “Jangan kuatir, nanti kita akan bertemu vila-vila seperti daerah Puncak di Jakarta”, katanya terkekeh. “Sekitar 80% penduduk bermata-pencaharian petani karet. Sisanya ada pegawai, pedagang, buruh, penambang dan lain-lain,” kata Abdul Basid, sekretaris desa bertubuh gempal tapi gesit itu menjelaskan. Penghasilan petani
Pendahuluan 1. Penjelasan awal 2. Pengenalan peta dan lingkungan desa 3. Pengenalan tokoh masyarakat Pemicuan 1. Perkenalan dan menjalin kebersamaan 2. Fasilitasi analisa situasi a. Jalan kaki transect b. pemetaan 3. Saat pemicuan /pemahaman bersama 4. Perencanaan kegiatan 5. Kegiatan lingkungan/ pendampingan dan tindak lanjut Sumber: Field Book: Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dalam Program Pamsimas.
Jembatan di Desa Mandikapau Barat menuju RT 4.
52 Mediakom No.30/JUNI/2011
karet lumayan bagus. Dalam satu hari mereka bisa memperoleh 200250 ribu rupiah. “Itu ker ja jam 6 sampai jam 10 pagi,” kata Basid, yang pernah menjadi anggota DPRD Banjar. Apalagi, tidak seperti dulu, Abdul Basid sekarang getah karet tak perlu lagi diolah menjadi lembaran sebelum dijual. Cukup dicampur dengan cairan asam tertentu, getah bisa langsung dijual. Jualnya juga tak perlu repot. Basit menunjuk pengendara motor yang sedang istirahat di sela pepohonan karet. “Mereka setiap hari berkeliling membeli gumpalan getah karet dari para pekebun. Transaksi langsung di tempat. “ Di setiap jok motor nampak tergantung sepasang keranjang besar berisi gumpalan putih serupa permen karet raksasa yang menggemaskan.
Dari karet ke jamban Setiap hari para pekebun membawa uang hasil karetnya ke rumah. Dari uang itu, seminggu sekali para laki-laki menyetorkan uang untuk arisan, bersamaan dengan pengajian. Demikian juga para perempuan, di pengajian yang terpisah. Budaya arisan bersama dengan pengajian ini sudah berlangsung sejak dulu. Pesertanya boleh ‘menabung’ berapa saja setiap arisan. Semua dicatat dengan baik. Siapa yang berhak dapat duluan, disepakati bersama, dengan pertimbangan siapa yang paling membutuhkan. Berapa dana yang diperoleh, bervariasi juga, tergantung kebutuhan. “Saya waktu itu dapat 6 juta,” kata seorang bapak. “Tujuh juta,” sebut seorang ibu. Yang menarik, pembuatan jamban sudah menjadi tren dalam pembelanjaan hasil arisan itu. Dengan arisan, kesadaran yang sudah ada langsung dapat diwujudkan. Alhasil, dalam beberapa bulan setelah dilakukan ‘pemicuan’ program Pamsimas, seluruh warga RT-4 Desa Mandikapau Barat telah memiliki jamban sehat. Selain karena kesadaran, arisan, faktor pendorong cepatnya pencapaian 100% Stop BABS juga tersedianya air bersih. Desain program Pamsimas memang menyediakan paket lengkap sanitasi total, semua berbasis masyarakat. Makanya, nama
Sekitar 80% penduduk Mandikapau Barat adalah petani karet.
brand-nya STBM, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Air bersih di RT 4, misalnya, dibangun dengan biaya patungan antara pemerintah dan masyarakat. Semua dipersiapkan dengan keterlibatan penuh masyarakat, disiapkan untuk dimiliki oleh masyarakat. Seiring derasnya air bening yang mengucur di kran-kran, masyarakat tak henti mensyukuri berkah pengetahuan dan kebersamaan di antara mereka. Iuran empat ribu sebulan cukup menjamin terpeliharanya sarana yang dikelola warga sendiri. No.30/JUNI/2011 Mediakom
53
Awalnya adalah desa Mau bicara derajat kesehatan masyarakat yang membanggakan? Awalnya adalah desa. Membangun desa akan membangun negara. Gairah hidup. Itu yang terasa berbeda di Mandikapau. Mulai dari kepala desa, aparat desa, petani, penambang, petugas kesehatan, semua yang kami temui terkesan bergairah dan gembira dengan kehidupan desanya. Tak heran, bukan hanya soal Stop BABS saja yang berhasil dilaksanakan di sini. Terbukti desa ini memenangi berbagai lomba desa di tingkat provinsi. Di tingkat pusat memang belum berhasil. H. zJunaidi, Kepala Desa Mandikapau Barat, masih mencita-citakan pencapaian itu. “Ketrampilan usaha para ibu belum menonjol. Koperasi juga belum. Terus administrasi di RT juga belum tertata baik. SDM juga, di sana (Jawa) RT-nya saja lebih pintar daripada Pembakal di sini,” H. Junaidi menjelaskan, yang disambut tawa belasan orang yang hadir pada makan siang berlauk ikan nila goreng, sambal, dan sayur labu itu. Keteladanan. Itu yang diyakini kepala desa dan seluruh aparatnya dalam mengelola pemerintahan desa. “Kita harus melakukan duluan. Jamban, misalnya. Kita ajak mereka ke rumah. Enak banget ya, kata mereka. Kalau malam tidak usah keluar rumah. Tidak ada nyamuk meru bung. Sampah juga kita harus memungut duluan agar bersih. Kalau ada rumah yang halamannya selalu kotor, ki ta beritahu. Kalau tidak juga dibersihkan, sewaktu mereka keluar rumah menyadap getah karet, rumahnya kita ber sihkan. Setelah pulang mereka bertanya siapa yang mem bersihkan. Mereka malu, setelah itu tidak pernah mem biarkan rumahnya kotor”
Bersama empat sekawan "penjaga gawang" kesehatan lingkungan Kab. Banjar. Ki-ka: Syahrul, SKM (Kasie Penyehatan Lingkungan Kab.); Marthasiah, SKM, MMKes; Hamidi (sanitarian), Hj. Nor Wahidah, SSiT, M.Kes (Kabid P2PL Kab).
54 Mediakom No.30/JUNI/2011
Iuran 4 ribu rupiah per bulan setiap KK menjamin terpeliharanya sarana air bersih, yang tersedia berkat kerjasama program Pamsimas dan swadaya warga.
Junaidi menyebutkan resep kedua yang sangat prinsip kata nya. “Aparat desa harus difungsikan. Saya nggak mau ka lau masyarakat hanya berhubungan dengan kepala desa. Mereka harus berhubungan dengan RT masing-masing. RT ke Sekdes, Sekdes ke saya. Dari saya ke Sekdes, ke RT lagi. Jadi karena masyarakat berhubungan dengan RT, maka mereka merasa berkepentingan, mereka menghormati RTnya. Karena kepala desa dia ya RT itu. Jenjangnya seperti itu. Itu kuncinya.” Kalau mau bicara soal visi Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan, Mandikapau Barat bisa menjadi seberkas sinar. Pasti berpendar sinar serupa dari penjuru yang lain. Jangan terlewatkan karena pandangan yang terlampau tinggi. Sim biosis antara masyarakat, H. Junaidi, pembakal. aparat desa, dan petu gas kesehatan yang membaur di lapangan adalah bahasa derajat kesehatan yang nyata.
Pembangunan Kesehatan Kalsel:
berpacu dengan penurunan kualitas lingkungan Pagi memecah kesunyian Barito. Klotok dan sampan satu persatu melintas menyibak arus. Semburat cahaya lemah dari matahari yang baru menggeliat sesekali mengelus permukaan sungai. Tangan keriput nenek penjual jeruk sigap mengayuh dayung, meliuk di antara klotok bermesin yang dikemudikan laki-laki muda. Pemandangan pasar terapung Kuwin. Siapa tak kenal pasar yang fotonya masyhur di seluruh dunia. Eksotis dan mempesona. Ketika hari sedikit terang, pintu-pintu rumah sepanjang tepian sungai mulai terkuak. Pemandangan eksotis berpindah ke aktivitas penduduk setempat. Perempuan dengan sarung melilit di dada membasuh peralatan rumah tangga, mencuci baju dan mengguyurkan kesegaran mandi paginya. Anak-anak, laki-laki, sebagian besar penghuni rumah berbaur dalam ritual pagi sepanjang sungai.
Celoteh dan canda sahut-menyahut. Mandi, cuci, kakus (MCK) tersedia seluas-luasnya. Tak kuatirkah mereka pada kuman penyakit dalam air sungai? “Tidaklah. Biasa saja. Saya biasa berenang di sungai,” ungkap seorang pemuda Banjar yang bekerja di sebuah hotel berbintang di tepi Barito. Adit, bocah kelas 4 SD yang sedang bermain dengan teman-temannya di sungai Kelayan menjawab yakin, “Tidak, tidak takut.” Bagaimana dengan kotoran dari kakus di tepi-tepi sungai tempat ia berenang dan bermain? “Yaaah itu kan larut, Kakak.” Mungkin ada benarnya. Tapi pemerintah daerah perlu memantau. Beban yang ditanggung aliran sungai makin berat dari waktu ke waktu. Pemukiman makin padat, di daerah perkotaan khususnya.
Kelayan , yang terletak di tengah kota Banjarmasin, merupakan satu di antara beberapa daerah kumuh kota. Di sini MCK warga masih mengandalkan air sungai.
No.30/JUNI/2011 Mediakom
55
Peringatan dini mutu sungai Data terakhir (2009) yang dilansir Kementerian Lingkungan Hidup menempatkan Kalsel di peringkat ke-26 dari 33 provinsi dalam hal kualitas lingkungan. Dari 3 indikator tutupan lahan, kualitas udara dan kualitas air sungai, kualitas air sungainya buruk, yaitu 8,9%. Seperti pisau yang tajam di dua sisi, jika dikelola dengan baik, sungai akan memberi kontribusi besar dalam kehidupan, namun jika sebaliknya, perlahan tapi pasti ancamanlah yang akan menghampiri kesehatan manusia. “Soal sungai, penangan annya lintas sektor,” demikian ungkap Drg. Rosihan Adhani, Kepa la Dinas Kesehatan Pro vinsi Kalsel. Leading sector-nya adalah BLHD, Badan Lingkungan Hi dup Daerah. Mereka yang memantau, secara rutin mengambil sam Drg. Rosihan Adhani pel. Beberapa sungai di Banjarmasin kan dungan bakteri coli-nya sudah hampir mencapai 200. Dinas Kesehatan tidak punya program khusus yang langsung terkait dengan pengelolaan air sungai, namun terlibat dalam tim lintas sektor. Dinas Kesehatan Kalsel saat ini tengah mengajukan Per aturan Daerah (Perda) tentang Penyelenggaraan Kesehatan dan Kawasan Tanpa Rokok. Di dalamnya mencakup pa sal tentang bagaimana menjaga kualitas sungai dari sisi kesehatan. Misalnya masyarakat dilarang membuang sampah di badan sungai. Sungai yang bersih menjadi dambaan setiap orang. “Sering kami sedih. Kami sering membawa tamu ke pasar terapung, tapi air sungainya kotor. Obyek wisatanya bagus, tetapi perjalanan on the way ke sana, mulai dari eceng gondok, kayu-kayu gosong, sampai limbah domestik rumah tangga, semua ada di situ” keluh Rosihan. Sepanjang sungai, berderet rumahrumah tangga memanfaatkan sungai tanpa sadar mereka juga mencemari.“
56 Mediakom No.30/JUNI/2011
Sungai telah menjadi bagian hidup sehari-hari warga Banjarmasin. Tetapi keintiman itu tak selalu membuat warga peduli dengan kebersihan dan kualitas lingkungannya.
Kuncinya: perilaku “Kami beruntung mendapat program nasional Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) selama empat tahun. Sampai tahun ini sudah ada 380 desa yang menjadi sasaran proyek, masih jauh dari jumlah 1.975 desa yang harus kami cover,” ungkap Rosihan di ruang kerjanya di Jalan Belitung Darat 118 Banjarmasin. Kepala Dinas yang pernah lima tahun bertugas di Kabupaten Banjar ini memandang program dan pendekatan Pamsimas ini sangat membantu, walaupun hasilnya tak secepat yang diharapkan. “Pencapaiannya cukup lamban. Dari 380 desa, baru 20 yang ODF (open defication free, bebas dari buang air besar sembarangan).
Pamsimas mengupaya kan agar tidak ada lagi masyarakat yang buang air besar sembarangan, membudayakan cuci ta ngan pakai sabun, dan mendorong pengelola an air minum rumah tangga yang baik de ngan memanfaatkan potensi di wilayah me Sibli Wahyudi, SKM reka. Kuncinya adalah mendorong, memicu, masyarakat untuk mandiri dan berperilaku hidup bersih dan sehat—perubahan perilaku yang membutuhkan kejujuran dan kesabaran mengingat tak semua bisa segera menerima. Resistensi maupun keterbasan ekonomi selalu ada. “Masyarakat yang masa bodoh dan kurang responsif dua tiga kali lipat lebih sulit dipicu dibanding yang lain,” tutur Sibli Wahyudi, SKM, Kasi Penyehatan Lingkungan, Dinkes Prov. Kalsel. Biarpun demikian, Sibli yakin, resistensi tersebut bukan tak bisa diatasi. “Bila pemicuan ini benar-benar dilakukan, lalu tumbuh natural leader dari dalam masyarakat itu sendiri, saya yakin itu bisa berhasil.”
Umum, tapi mendorong perilaku harus mendapat porsi lebih besar,” Rosihan lugas mengungkapkan ketika ditanya apa yang masih perlu diperbaiki dalam Pamsimas. Rosihan juga menegaskan perlunya ketepatan koordinator untuk program Pamsimas. Selama ini fungsi tersebut dijalankan oleh Bappeda. Karena tak seimbang antara bidang yang harus ditangani, tenaga, dan anggaran yang ada pada Bappeda, maka perhatian terhadap Pamsimas kurang optimal. “Barangkali tanpa meninggalkan Bappeda, karena SDM Kesehatan cukup banyak dan sudah berpengalaman, kita mengupayakan agar kendali program ada di sektor kesehatan. Di program-program lain, seperti HIV-AIDS misalnya, begitu kesehatan all out, langsung terlihat hasilnya. Ini tanpa mengesampingkan sektor lain. Soalnya setiap sektor punya domainnya sendiri. Kita memang memerlukan komitmen sektor lain, namun pada saat harus akselerasi, kita yang harus di depan dan mengajak mereka.”
Program Unggulan Kurikulum kesehatan dari SD hingga SMA Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan di Kalsel menurut hasil Riskesdas 2010 pada umumnya masih kurang. Rosihan menyatakan, “Hanya 16% masyarakat tahu tentang HIV-AIDS. 76% tidak tahu apa itu HIV-AIDS, apa tanda-tandanya, bagaimana menularnya, dan sebagainya.” Untuk mengatasi ini, Dinkes Kalsel berupaya memasukkan pendidikan kesehatan ke dalam kurikulum SD, SMP dan SMA. “Harusnya diberikan satu semester. Seminggu sekali selama 1 atau 2 jam. Jadi ada internalisasi, bukan asal lewat. [Topiknya] mulai soal narkoba, reproduksi, penyakit tidak menular, gizi, imunisasi, PHBS, dsb,” begitu
Rumah Sakit Ulin yang selalu penuh dengan pasien. Untuk dirawat di Paviliun Aster bertarif Rp600 ribu sehari pasien harus antre.
Koordinasi “Desainnya ke depan, peran sektor kesehatan harus lebih menonjol. Kuncinya ada di fasilitator yang bisa menggerakkan masyarakat di pedesaan agar mengubah perilaku dan memanfaatkan sarana. Nah ini kalau bisa di bawah kendali kita sepenuhnya. Fisik domain Pekerjaan
Keaksaraan Fungsional No.30/JUNI/2011 Mediakom
57
Dari Ambulans Gawat Darurat hingga pusat pendidikan kesehatan Masih banyak program terobosan dari Dinas Kesehatan Provinsi. Di antaranya adalah Ambulans Gawat Darurat yang siaga 24 jam terutama untuk menangani korban kebakaran dan bencana. Program lain, BKOM (Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat), yang diantaranya mempunyai program kebugaran untuk jemaah haji. “Barangkali tidak ada daerah lain jemaah haji yang pakai tes kebugaran,” kata Rosihan sambil tertawa.
Slogan PHBS di Desa Mandikapau Barat.
papar Rosihan, yang optimistis kurikulum ini akan berhasil sebagaimana kurikulum Tulis Baca Al-Quran yang awalnya diajukan melalui Perda dan kini telah disahkan di Kalsel. Dalam kurikulum tersebut, seorang lulusan SMA harus sudah tamat Al-Quran dan harus bisa berkhotbah. SMP harus bisa jadi Imam.
Jamkesprov Program terobosan lain yang digagas adalah melengkapi Jamkesmas dan Jamkesda yang sudah ada dengan Jaminan Kesehatan Provinsi (Jamkesprov). Jika Kementerian Kesehatan menargetkan universal coverage jaminan kesehatan dicapai pada 2014, maka target provinsi Kalsel adalah mempercepatnya menjadi tahun 2012. Tahun ini ditargetkan 75% penduduk mempunyai jaminan kesehatan. “Kita ingin mendahului nasional. Nasional kan 2014. Kita coba tahun ini di seluruh rumah sakit provinsi,” Rosihan menjelaskan. Jamkesprov dimaksudkan menjamin pelayanan rujukan di rumah-rumah sakit provinsi, bahkan jika perlu sampai Surabaya. Biaya ditanggung 60% oleh provinsi dan 40% oleh kabupaten/kota. “Tahun ini kita perluas dengan menjamin kelas tiga. Jadi seluruh kelas tiga di rumah sakit provinsi akan kita jamin. Kami sedang diskusikan dengan teman-teman rumah sakit. Sekarang ini kan repot. Dia itu miskin atau tidak miskin. Daripada ngaku-ngaku miskin, sepanjang mereka mau di kelas tiga dijamin. Selalu ada permasalahan, dia miskin tapi tidak punya kartu.”
58 Mediakom No.30/JUNI/2011
Dinkes Kalsel juga mempunyai gudang farmasi sendiri, yang setingkat eselon 3. “Di Indonesia mungkin hanya dua, kami dan NTT,” ujar Rosihan. Tugas utamanya untuk buffer stock dan memantau ketersediaan obat-obatan. Gudang ini terhubung dengan gudang obat kabupaten/kota. “Yang sekarang sedang kita pikirkan adalah perumah sakitan. Rasio tempat tidur di provinsi 1 banding 1500. Kita punya 15 RS pemerintah, 15 swasta, tempat tidur kirakira 2300. Mulai terasa sekarang kekurangan tempat tidur. Harusnya 1 banding 1000. Apalagi dengan jamkesmas, jamkesda, tidak ada lagi kendala orang dirawat,“ tutur Rosihan, yang memperkirakan, akan timbul bottle neck bila kekurangan jumlah rumah sakit tidak ditambah. “Jadi sekarang kita mendorong penambahan kapasitas tempat tidur di daerah dan penguatan rumah sakit provinsi untuk menjadi teaching hospital. Kita juga akan bangun RS Gigi dan Mulut. Tahun ini sudah dibuka pendidikan spesialis untuk anak dan kebidanan. Tahun ini juga akan dibuka bedah, penyakit dalam, ortopedi. Kalau menunggu spesialis dari Jawa kan seperti menunggu apa. Jadi kita ingin mendidik orang-orang Kalimantan menjadi spesialis, biar betah. Alhamdulillah dokter lulusan Unlam (Universitas Lambung Mangkurat) ini hampir 75% mengisi puskesmaspuskesmas di Kalsel. Tidak terbayang kalau tidak ada Unlam. Kalimantan belum ada pendidikan spesialis. Kita berusaha menjadi yang pertama. Kedokteran gigi, farmasi juga sudah ada. Kita ingin semua pendidikan kesehatan ada di Kalimantan Selatan.“
DAERAH
GEMBIRA DI HARI TUA ALA YOGYA ila dikaruniai umur panjang, hidup menjadi tua itu pasti, bahkan menjadi lansia (lanjut usia) . Banyak cerita sedih dan memprihatinkan menyertai para lansia. Ada yang hidupnya susah
B
secara ekonomi dan sakit-sakitan. Ada pula yang sepi, sunyi lama tak punya teman interaksi. Sebab, anak dan keluarga sibuk bekerja mencari nafkah, tinggallah ia sendiri dalam sunyi. Apabila kondisi ini yang terjadi, maka wajar banyak lansia yang mengalami gangguan kejiwaan dan
merasa tak berguna diusia senjanya. Seharusnya tidak seperti itu, lansia juga manusia, seperti halnya balita, anak-anak, remaja dan orang dewasa, mereka juga harus mendapat perlakuan yang sama sesuai kondisinya. Jika para balita, ibu hamil, anak mendapat kasih sayang mereka pun punya hak yang sama untuk disayangi anggota keluarga lain yang masih belia dan produktif. Sayang, harapan seperti itu tak selalu datang kepada para lansia. Ada saja alasan anggota keluarga sehingga kurang peduli kepada lansia yang menjadi anggota keluarganya. Bahkan ada pula anggota masyarakat yang menganggap lansia sebagai insan yang tak perlu mendapat perhatian lebih, melebihi anak-anak yang masih panjang masa depan dan handal produktifitasnya. Walaupun secara budaya, masyarakat Indonesia sangat hormat dan menyayangi orang tua dan para lansia. Hanya saja budaya yang baik ini tidak seluruhnya dapat terimplementasi sesuai dengan harapan para lansia. No.30/JUNI/2011 Mediakom
59
DAERAH Untuk itulah, sebagian lansia khususnya wilayah Yogyakarta, merubah paradigma lansia “sehat, bahagia dan mandiri” seperti disampaikan Siti Chodijah, relawan lansia erupsi merapi Yogyakarta 18 Mei 2011 yang lalu. Menurut Chodijah, menjadi tua itu kodrat. Semua yuang muda, bila ada umur pasti menjadi lansia. Untuk itu harus menjadi lansia sehat, bahagia dan mandiri. Bagaimana caranya? Chodijah membentuk posyandu lansia, sekaligus sebagai ketua. Sejak tahun 2005, Ia aktif menggalang para lansia menjadi sehat, bahagia dan mandiri. “Wijaya Kusuma” itulah nama posyandu lansia yang dibinanya. Wijaya kusuma, berarti bunga kehidupan. Ia berusaha membuat hidup para lansia menjadi lebih hidup dan bermanfaat minimal untuk dirinya sendiri. Ketika ditanya apa yang melatarbelakangi membina lansia, Ia mengatakan hanya ingin mengabdi kepada para lansia. Menyayangi seperti orang tua sendiri walau kedua orang tua Chodijah sendiri telah tiada. Apa yang dilakukan Chodijah bukan teori dan bualan belaka, tapi telah menjadi fakta dan sejarah yang layak dicontoh dan dikembangkan untuk lansia di tempat lain di Bumi Pertiwi ini. Posyandu Wijaya Kusuma benarbenar hidup, walau pesertanya para lansia yang lemah dan serba terbatas. Tapi semua keterbatasan itu telah diubah menjadi kekuatan oleh para kader dan anggota lansia sendiri. Ia tetap sehat, gembira dan bersahaja. Tepatnya, 18 Mei 2011 posyandu Wijaya Kusuma Gemawang, Kabupaten Sleman, Yoyakarta kedatangan tamu dari rombongan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan Puskesmas Melati. Mereka menyambut dengan tari lansia, bertepuk, bersorak, bernyanyi dan berputar. Begitu bersemangatnya, para lansia meneriakan yel-yel “ Lansia sehat yes, lansia memble no way”. Seru…!. Di lain kesempatan, mereka pun bermain bersama. Untuk lansia putri, mereka bermain gobak sodor, sebuah permainan yang dulu dimainkan oleh anak-anak. Mereka ada yang bertugas menjaga pintu dan ada yang keluar
60 Mediakom No.30/JUNI/2011
masuk lewat pintu. Bila penjaga pintu dapat menangkap yang berperan keluar masuk pintu, maka mereka bergantian menjadi penjaga pintu. Begitu seterusnya sampai permainan usai. Sedangkan lansia laki-laki bermain bentik. Sejenis permainan menggunakan sebatang kayu seukuran gagang sapu injuk sepanjang 40-50 cm dan anak bentik berupa sebatang kayu yang sama dengan ukuran 20 cm, mereka bergantian memainkan alat tersebut sampai mencapai angka tertentu.
Mengapa bentik dan gobak sodor? Karena kedua permainan ini yang sering dilakukan oleh mereka sewaktu masih kecil di wilayah Yogyakarta. Dengan demikian mereka mengenang masamasa indah di waktu kecil. Cara ini memudahkan membuat para lansia tertawa, gembira dan segar. Apa yang membuat para lansia gemar berkumpul?. Tempat curhat, berbagi cerita, suka duka hidup lansia. Bila sudah curhat, hati yang tadinya sesak jadi lega, pikiran kusut jadi bening, beban terasa ringan dan
menyenangkan, kata Pak Komardiono ketua BKL ( Bina Keluarga Lansia ) Cempaka. BKL Cempaka mempunyai arti bunga kemuliaan. Semua kegiatan BKL berbentuk sosial yang bernilai kemuliaan bagi para pelakunya. Menyadari nilai kemuliaannya ini, Komardiono bersama anggota mengadakan kegiatan rohani. Bagi yang muslim mendapat pencerahan rohani di mesjid, bagi yang kristen, katolik di gereja, demikian juga yang beragam hindu/budha mendapat pencerahan rohani ditempat ibadahnya masingmasing. Selain curhat, posyandu lansia juga punya kegiatan home care yang diketuai Bapak Bambang Jumadiono (65 tahun). Program home care ini yakni melakukan pendampingan keluarga dan kunjungan rumah bagi lansia yang paling rentan, tua dan memerlukan bantuan. Saat kunjungan ke rumah selalu membawa buah tangan berupa sembako seharga Rp 8.000/kunjungan. Program kunjungan dilakukan 2 kali seminggu oleh masing-masing kader. Saat ini home care mempunyai 15 kader. Masing-masing kader mendampingi 2 keluarga lansia terpilih. Dengan 15 kader, maka ada 30 keluarga terpilih yang mendapat pendampingan. Ketika lansia yang didampingi meninggal, maka mereka memilih kembali lansia lain yang paling memerlukan pendampingan dan begitu seterusnya, kata Bambang. Dalam posyandu lansia, tergabung juga paguyuban lansia yang diketuai Sumardi Aloysius. Apa manfaat membentuk paguyuban ? Menurutnya, dengan bergabung dengan paguyuban lansia dapat bercerita, bergurau, senam, bernyanyi-nyanyi dan nostalgia. Satu bulan sekali, mereka kumpul di posyandu untuk pemeriksaan kesehatan dan berobat.§
No.30/JUNI/2011 Mediakom
61
DAERAH
KEBIJAKAN PEMERINTAH DIY UNTUK LANSIA ebanyak 42 pos lansia mendapat pelatihan senam dari kader dan mendapat bantuan dari puskesmas berupa alat penggukur tekanan darah, timbangan dan kursi roda. Dengan pelatihan dan bantuan tersebut diharapkan akan meningkatkan kesehatan lansia di wilayah DIY. Karena mereka akan mendapat pemantauan kesehatan secara tertib dari kader dan petugas kesehatan. Terutama yang berkaitan dengan tekanan darah, penyakit menular, gula darah dan kolesterol. Kebijakan tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Dr. Sarminto, MPH di Yogyakarta. Memang untuk meningkatkan kesehatan masyarakat DIY, khususnya lansia mempunyai tantangan tersendiri, apalagi anggaran kesehatan hanya 5 % dari total APBD. Walau demikian berkat kerja sama lintas program dan lintas sektor serta dukungan masyarakat, tingkat kesehatan masyarakatnya cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari angka kematian bayi cukup rendah dan angka harapan hidupnya cukup tinggi, ujar dr. Sarminto.
S
62 Mediakom No.30/JUNI/2011
Menurut Dr. Sarminto masyarakat Yogya, cukup terkenal dengan falsafah hidup “ Nrimo”. Dengan falsafah nrimo, maka pembinaannya kesehatan kepada masyarakat menjadi mudah. Selain itu, secara geografis setiap masyarakat mudah menjangkau pelayanan kesehatan, SDM Kesehatannya mencukupi, transportasi mudah, pelayanan kesehatan merata dan pendataannya cukup akurat. DIY yang mempunyai 3,4 juta penduduk yang menempati 4 kabupaten dan 1 kota, memiliki 58 rumah sakit, 38 puskesmas perawatan dan 42 puskesmas pembantu, cukup untuk memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara optimal. Apalagi selama 2 tahun ini mendapat Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang sangat membatu pelayanan kesehatan di puskesmas, ujar dr. Sarminto. Terkait dengan program Jamkesmas, saat ini sekitar 900 ribu lebih warga mendapat pelayanan Jamkesmas dan 590 ribu lebih mendapatkan Jamkesmas berdasarkan data BPS. Sedangkan Jamkesda diupayakan untuk membantu Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), rumah singgah. Panti Sosial dan lainnya. “ Banyak SKTM digunakan untuk pelayanan kesehatan cuci darah”, tegas Kadinkes.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Dr. Sarminto, MPH
Menurut Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan DIY, Drg. Inni Hikmatin, M. Kes untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, memang tidak dapat dikerjakan sendiri, tapi sudah dilaksanakan dengan keterpaduan lintas program dan lintas sektor. Untuk itu harus kuat dalam advokasi, keterpaduan dan perlu adanya forum bersama untuk melakukan perencanaan kesehatan yang terpadu. Khusus kaum lanjut usia, mereka mendapat bantuan kisaran 500 ribu- 1 juta rupiah untuk setiap pos lansia. Memang, pengalokasiannya tipis, tapi merata. Sedangkan Pos lansia yang cukup baik berada di Sleman, kata dr. Inni. Menurut Kasi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan DIY, dr. Anung masyarakat Yogyakarta memiliki kesadaran yang tinggi terhadap kesehatan diri dan keluarga. Hal tersebut dibuktikan dengan tingginya kesadaran masyarakat untuk mengunjungi pelayanan kesehatan mengimunisasi anaknya, memeriksakan kesehatan diri dan mengikuti berbagai kegiatan kesehatan di pelayanan kesehatan. Maka, wajar dan pantas bila DIY menempati cakupan imunisasi tertinggi di Indonesia. DIY menjadi uji coba proses teknis pemberian vaksin folio melalui injeksi. Biofarma telah memproduksi injeksi folio tersebut. Dari hasil uji coba, ternyata cakupan imunisasi folio tidak jauh berbeda dengan vaksinasi melalui tetes (oral), ujar. Dr. Anung. Puskesmas Santun Lansia Usia lanjut pasti akan dialami setiap manusia. Sementara usia lanjut merupakan kelompok rentan, sensitif secara fisik, biologi, mental dan sosial. Semua orang berharap kelompok usia lanjut tetap sehat, mandiri, produktif dan bahagia. Untuk itu Puskesmas Melati 1 bertekad menjadi pelayan santun lansia. Tekad tersebut disampaikan Kepala Puskesmas Mlati 1 Mujiyono, SKM saat berdiskusi tentang pelayanan kesehatan untuk lansia di
Mujiyono, SKM. Kepala Puskesmas Melati
wilayah puskesmas Melati Kabupaten Sleman. Untuk memenuhi tekatnya tersebut, Puskemas Mlati 1 telah menyiapkan sarana dan prasarana disesuaikan dengan kebutuhan lansia. “ Santun Lansia” telah dibuktikan dengan tempat pelayanan yang ramah lansia. Mulai dari halaman, tempat duduk, kamar pemeriksaan dan tata cara pelayanannya, termasuk menyiapkan SDMnya. Puskesmas Mlati, selain melayani lansia juga masih melayani pasien umum. Untuk pelayanan dalam gedung, telah disediakan loket pendaftaran khusus lansia yang dipisahkan antara lansia dan umum dan poli lansia. Pemeriksaan terpadu dari Poli Usila, Laboratorium, Gizi, Gigi, KIA, Psikologi dan pengambilan obat usila didahulukan. Sedangkan kegiatan luar gedung, ada Posyandu Usila, Screening kesehatan usila-Px laborat, penyuluhan kesehatan usila, kunjungan rumah (perkesmas) dan senam bugar usila. Jalan masuk ke pintu disesuaikan untuk kebutuhan usila, seperti jalan landai , dilengkapi tiang untuk pegangan. Disediakan kursi roda dan tripot alat bantu jalan. Kloset dan kamar mandi khusus usila juga dilengkapi dengan pegangan.§ Pra
No.30/JUNI/2011 Mediakom
63
DAERAH
POPULASI ORANG USIA LANJUT DI INDONESIA Oleh: Misnadiarly roses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita Menurut WHO, batasan usia lanjut yaitu sbb: - Usia pertengahan (middle age) atau usia paruh baya , yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun. - Usia lanjut (Usila) atau (elderly), antara 60 sampai 74 tahun - Lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun - Usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun.
P
Menurut UU No.4 tahun 1965 pasal 1, dinyatakan bahwa: ” Seorang telah bisa dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari- hari dan menerima nafkah dari orang lain”. Sedangkan ”geriatri” adalah cabang dari ilmu pengobatan umum atau penyakit dalam yang berhubungan dengan klinis, preventiv, remedial dan aspek sosial dari penyakit-penyakit pada elderly. Daerah- daerah yang banyak populasi orang usia lanjutnya adalah: daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan NTT. Sedang daerah yang sedikit populasi orang usia lanjut adalah; Papua, Papua Barat, Kaltim, dan Riau.
64 Mediakom No.30/JUNI/2011
Sedangkan populasi usila nasional mencapai 8,2%, masih cukup rendah dibandingkan di Jepang yaitu 25%. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang berusia lanjut berpengaruh paling besar terhadap kejadian Tuberculosis Diabetes Melitus (TbDM) yaitu 4,1%.,, Jadi kelompok orang usia > 60 tahun yang DM harus lebih hati- hati terhadap infeksi Tb. Pada daerah- daerah dengan populasi orang usia lanjut tinggi di Indonesia, kemungkinan karena tingkat kesejahteraan, tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan dan perilaku sehat dan perhatian keluarga terhadap usila di wilayah tersebut secara umum cukup baik. Tetapi disamping itu akan berdampak pada munculnya berbagai penyakit degeneratif dan penyakit infeksi, yang semuanya memerlukan penanggulangan dan pengobatan dan penyuluhan usila yang lebih baik untuk membantu usila dan keluarganya. Dalam rangka membuat orang usia lanjut tetap sehat, produktif, bermanfaat dan tampak jauh lebih muda dari usia kronologis, diperlukan upaya dari yang bersangkutan agar selalu menjaga kesehatan dengan membaca buku- buku tentang kesehatan, termasuk kesehatan geriatri, buku tentang mengenal, mencegah dan menanggulangi penyakit, menjaga nutrisi selalu baik serta kontrol kesehatan secara berkala. Selain itu dilaporkan bahwa sel –sel otak pada usila menjadi lebih sedikit, menurunnya proporsi protein di otak dan jumlah sel otak menurun, terapi ini mungkin berbeda menurut individu, dimana usila yang bisa
mencukupi protein karena nutrsi yang baik, otaknya malah semakin baik mungkin juga karena aktif digunakan. Otak merupakan pusat intelektual dan pusat emosi yang menentukan tindakan, tingkah laku, dan perasaan seseorang. Sel otak manusia masih dapat bertumbuh bila distimulasi, namun jumlah sel tetap akan cenderung terus berkurang. Kapasitas otak seseorang dapat terus di upgrade sampai usia 90 tahun, sedangkan usia lanjut menurut WHO titik awalnya/ dimulai pada usia 60 tahun. Jadi masih cukup banyak waktu usila untuk mengisi kehidupan dengan hal yang bermakna di 1/3 akhir kehidupannya. Menurutnya juga, bahwa menjadi orang usia lanjut tidak harus mengalami berbagai penyakit, keterbatasan fungsi pancaindera, ketergantungan apalagi ketidak berdayaan. Maka ada beberapa tips bagi orang usila agar dapat menua dengan sukses yaitu: menerima kenyataan, menyesuaikan diri terhadap kondisi keterbatasan, selalu belajar hal baru, berpandangan optimis, mencari solusi, mempunyai teman dekat, mengembangkan potensi diri, menjadi lebih kreatif, aktif dan produktif, serta berprilaku sehat, dll. Menurut pakar geriatri, tak dapat disangkal bahwa otak, tubuh, dan jiwa merupakan satu kesatuan utuh dari manusia yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu diperlukan keselarasan di antara ketiga aspek tersebut dalam rangka mencapai usia lanjut yang sukses. Jika terjadi masalah pada satu aspek akan mempengaruhi aspek yang lain. Untuk itu orang usia lanjut perlu memperhatikan dan menerapkan pola hidup yang sehat dan produktif seperti sbb: Menciptakan lingkungan sekitar yang sehat dan aman, melaksanakan pola hidup sehat termasuk mengusahakan nutrisi yang sesuai, berolah raga yang teratur dan sesuai kemampuan fisik, menghindari kebiasaan merokok, menghindari alkohol ,menghindari obat terlarang, mengaktifkan pelayanan kesehatan yang optimal dan menjaga kesehatan secara global serta mempertahankan pola interaksi sosial. §
KOLOM
Sri Wahyuni*
HUMAS “PLAT MERAH”
S
etiap mendengar kata Humas, tentu teringat pada kata publik relation (PR). Memang PR merupakan kata lain dari Humas. Adapun arti Humas adalah aktivitas komunikasi dua arah dengan publik (perusahaan/organisasi), yang bertujuan untuk menumbuhkan upaya saling membantu/ kerja sama. Dari definisi tersebut, maka peran Humas sangat diperlukan bagi sebuah instansi atau lembaga pemerintah. Saat ini, boleh dikatakan hampir setiap lembaga maupun instansi pemerintah telah memiliki Humas. Di era informasi seperti sekarang ini, Humas telah menjadi unit dengan posisi sangat penting. Pada perusahaan-perusahaan swasta, Humas sudah berfungsi dengan baik dalam menjalankan tugasnya bahkan mampu membuat perusahaan berkembang menjadi sebuah perusahaan yang bonavide di mata masyarakat. Untuk itulah perusahaan-perusahaan swasta begitu menghargai kedudukan seorang pejabat Humas, bahkan berani memberikan gaji yang besar. Bagaimana nasib seorang pejabat Humas pada lembaga pemerintahan yang sering dikenal “Plat Merah”? Ternyata banyak masalah yang dihadapinya. Karena sebagian lembaga tersebut masih memandang sebelah mata. Inilah yang menyebabkan organisasi dan sumber daya manusianya belum memenuhi kualifikasi sebagai petugas Humas profesional. Di samping itu, sarana dan prasarana yang dibutuhkan terkadang tidak memadai. Sehingga ketika menjalankan tugas dan fungsinya, seorang pejabat Humas tidak bisa bekerja secara maksimal. Apa yang harus dikerjakan? Untuk menyikapi hal itu, perlu ada upaya meningkatkan fasilitas kerja, meningkatkan profesionalisme dengan memberikan pelatihan-pelatihan khusus, pengetahuan dan wawasan. Menetapkan struktur organisasi Humas yang jelas kerja dan anggarannya. Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan peran Humas. Pada dasarnya, keberadaan Humas sebagai salah satu
unit lembaga pemerintahan sudah tidak bisa ditawar lagi. Mengingat fungsi Humas dapat menunjang kegiatan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Humas bisa dijadikan garda depan dalam mempersiapkan masyarakat untuk menerima kebijakan lembaga. Di samping menyiapkan mental lembaga/ organisasi dalam memahami kepentingan publik. Humas merupakan fungsi strategis dalam manajemen yang melakukan komunikasi untuk menimbulkan pemahaman dan penerimaan publik. Dalam kegiatannya sehari-hari, Humas melakukan komunikasi dua arah antara organisasi dan publik, dengan tujuan untuk menciptakan pengertian dan dukungan bagi tercapainya maksud, kegiatan, jasa layanan, serta kebijakan lembaga. Untuk melaksanakan fungsi di atas tidaklah mudah. Pejabat Humas harus bersikap profesional. Harus mampu berkomunikasi dengan baik, efektif, efisien, tanpa media maupun dengan media massa seperti koran, majalah, radio, televisi, maupun pidato langsung. Setidaknya, pejabat Humas memiliki lima kriteria utama yakni; mampu menghadapi semua orang dengan aneka ragam karakter; mampu menjelaskan segala sesuatu dengan jelas, lugas baik lisan maupun tertulis atau bahkan secara visual; pandai mengorganisasi; memiliki integritas personal baik dalam profesi maupun pribadi dan mempunyai imajinasi. Selain itu juga tahu akses informasi yang seluas-luasnya untuk mendukukung penuh kebijakan pucuk pimpinan. Sebagai pejabat Humas “plat merah”, sudahkah seperti yang diharapkan?. Jika belum masih ada kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik. Mari kita mulai dari yang paling mudah dan sederhana, yakni berkomunikasi. Menyampaikan gagasan secara lisan maupun tulisan secara sederhana, sehingga mudah dipahami oleh orang lain. Bagaimana caranya ? Berlatihlah... jangan pernah berhenti berlatih. Bisa, karena biasa.§
No.30/JUNI/2011 Mediakom
65
SIAPA DIA DIET KARBO,
WULAN GURITNO
foto-foto: www.kapanlagi.com
SUSUTKAN 15 KG
DEWI LESTARI RESEP AWET MUDA
Penyanyi dan novelis cantik Dewi Lestari berbagi resep tentang hidup sehat. Dewi yang akrab dipanggil Dee ini ternyata rajin mengkonsumsi air putih atau air mineral. “Air putih tidak hanya baik untuk dikonsumsi, tapi baik juga untuk pengobatan. Bahkan bisa jadi resep awet muda,” kata Dee sebagaimana dikutip vivanews.com. Pelantun ‘Malaikat Juga Tahu’ ini terutama mengkonsumsi air dalam jumlah banyak, ketika sedang terserang penyakit flu. “Walau saya banyak memakan sayuran, air putih juga penting untuk mengimbangi,” ujar Dee yang juga vegetarian. Di samping rajin minum air putih untuk menjaga kemudaan dan kebugarannya, Dee juga banyak berolahraga guna membentuk tubuh sehat yang diinginkannya. “Saya berolahraga dan fitness setiap ada waktu luang,” tuturnya. Meskipun selalu menjaga kesehatan dengan berbagai cara, Dee mengakui bahwa kadang kelelahan tetap menerpanya. “Saya suka drop kalau sudah banyak pekerjaan. Jadi saat drop, harus lebih banyak minum air putih,” ungkap sarjana Hubungan Internasional Universitas Parahyangan itu.§
66 Mediakom No.30/JUNI/2011
Banyak wanita mengalami kesulitan untuk menurunkan berat badan pasca melahirkan. Tidak begitu dengan Wulan Guritno. Aktris cantik ini hanya membutuhkan waktu dua bulan untuk kembali langsing, usai melahirkan. Apa rahasianya? Permasalahan yang umum dihadapi oleh wanita yang baru melahirkan adalah mengembalikan berat badan semula atau ideal. Banyak wanita yang gagal melakukan hal ini, namun hal tersebut tidak berlaku bagi istri Adilla Dimitri, Wulan Guritno. Ibu dua anak ini berhasil menurunkan berat badan hingga 15 kg. “Sudah mulai menyusut 15 kg, masih kurang 5-8 kg lagi. Saya turun 15 kg dalam 2 bulan, kerja keras banget. Dengan niat, tidak makan karbohidrat sama sekali, saya hanya makan tepat waktu, pagi, siang, dan malam. Khusu makan malam tidak boleh lebih dari jam 18.00 WIB,” kata Wulan. Selain diet karbo, wanita 30 tahun ini pun menjalani pola hidup sehat lainnya. Yaitu, tidak mengudap makanan manis dan mengonsumsi sayur serta buah-buahan. “Makan sayur-sayuran saja, dan buah. Nggak makan sesuatu yang manis seperti cake, cokelat, kopi pakai gula, dan tidak nyemil apapun juga,” paparnya. Agar maksimal, wanita yang memberikan ASI eksklusif selama enam bulan untuk buah hatinya London Abigail Dimitri itu juga rajin berolahraga. “Setelah ASI selama enam bulan, saya langsung menjalani hidup sehat dan kardio. Pada waktu itu saya sempat salah, harusnya diet dulu baru olahraga. Tapi pada waktu itu saya pilates yang paling cepat mengencangkan badan, jadi badanku kencang tapi besar. Akhirnya saya berhenti dulu mau mengembalikan berat badan sampai 55 kg, baru nanti pilates lagi yang bagus untuk body tone,” paparnya. Saat hamil, berat badan Wulan melonjak menjadi 75 kg. Sekarang, beratnya 60 kg. Sementara bobot normal sebelum melahirkan adalah 55 kg. Masih Kelebihan 5 kg. Namun dengan keberhasilannya menurunkan 15 kg membuat Wulan kurang konsisten dengan dietnya. “Kalau sekarang kesenangan karena sudah mulai kurus. Dan sekarang melihat cokelat pengen, padahal mestinya nggak boleh. Jadi harus lebih mendisiplinkan lagi untuk tunggu 55 kg baru agak bebas,” tutup Wulan yang juga menurunkan bobot tubuh dengan akupunktur.§
CANTIK ALAMI
DIAN SASTRO
Kecantikan alami tidak datang begitu saja. Dian Sastrowardoyo, misalnya, memiliki kulit bersih dan kecantikan alami berkat perawatan intensif. “Tidak mengikuti tren, tidak berpatokan bahwa cantik bertubuh seksi, putih, tinggi. Namun cantik menurut diri kamu sendiri. Dan konstruksi persepsi cantik diri sendiri, yang dimulai dari keyakinan diri sendiri,” jelas Dian seperti dikutip inilah.com. Salah satu cara yang dipakai Dian untuk menjaga kecantikannya adalah dengan mengonsumsi vitamin. Bukan cuma satu jenis vitamin, tapi Dian bisa menelan beberapa vitamin sekaligus setiap harinya. Selain mengkonsumsi vitamin, juga menekankan bahwa inner beauty pada wanita sangat penting dan harus dikembangkan oleh diri sendiri.
Cantik perlu luar dalam, tidak hanya mengandalkan fisik semata, namun dalamnya tumpul. Isteri dari Indraguna Sutowo ini tidak pelit berbagi mengenai kecantikan wanita. Buktinya ia tidak hanya menuturkan makna cantik, namun juga mengungkapkan tips-tips cantik ala Dian Sastrowardoyo, seperti berikut: - Konsumsi suplemen antioksidan sehari dua kali. Hal ini sudah ia lakoni sejak terjun ke dunia hiburan. - Menjaga kulit senantiasa bersih dengan tidak mengoleskan make up tebal dan lengkap di wajah setiap hari. Cukup bagian mata saja. Usahakan wajah hanya ditaburkan bedak, tidak dengan make up lengkap. Ini menghindari wajah tidak sehat, karena lupa membersihkan wajah saking sibuknya. - Mengonsumsi makanan berserat dan organik. - Menjauhi gorengan dan makanan mengandung kolesterol tinggi. - Tidur dan istirahat yang cukup setiap harinya. - Olahraga untuk menjaga stamina setiap harinya dan rutin.§
BECKY TUMEWU
GIAT JALANI POLA HIDUP SEHAT Menjaga pola hidup sehat jadi prioritas utama presenter Rebecca Tumewu alias Becky Tumewu. Banyaknya aktivitas yang dijalani di dunia entertainment, mengharuskan Becky menjaga tubuhnya agar jauh dari penyakit berbahaya. “Aku aku selalu menjaga pola hidup sehat, karena dengan pola hidup sehat, hidup kita juga ikutan sehat,” terangnya. Becky mengakui, dirinya kerap bersentuhan dengan kehidupan yang tidak sehat dalam menjalankan aktivitasnya di dunia hiburan. Mulai dari kerja hingga larut malam, kepulan asap rokok yang terhirup selama bekerja, dan terkadang melupakan waktu makan adalah hal-hal yang sering dialami Becky saat menjalani aktivitasnya. “Sekarang I make time for myself untuk bisa hidup sehat, mulai dari olahraga teratur, makan makanan yang bergizi dan mengatur waktu dan jam kerja supaya cukup beristirahat,” tutupnya. Berolahraga sudah seperti menu wajib baginya dan keluarga. Biasanya, senam menjadi pilihan saat melakukan kegiatan di rumah. Selain itu, gym 3 kali seminggu dan pilates juga dilakukan. Walau kadang harus bekerja di kantor, Becky yang namanya popular lewat perannya di “Lenong Rumpi”, ia selalu menyempatkan diri melakukan peregangan meski hanya sebentar. “Saya kadang senam sambil duduk, tarik nafas dalam sambil peregangan aja di kantor,” ujarnya.§
No.30/JUNI/2011 Mediakom
67
RESENSI BUKU
Nomor Klasifikasi
: 363.738
Judul
: Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok
Impresum
: Jakarta; Kementerian Kesehatan RI :
Pusat Promosi Kesehatan.— 2011
Kolasi
: 56 hlm; 21 x 27 cm
Subyek
: 1. SMOKING 2. TOBACCO SMOKE POLLUTION - ENVIROMENT
Kebiasaan merokok sudah meluas di masyarakat di Indonesia dan cenderung meningkat terutama di kalangan anak dan remaja. Mengingat risiko dan dampak merokok bagi kesehatan baik bagi perokok maupun orang disekitarnya yang tidak merokok (perokok pasif), diperlukan langkahlangkah pengendalian dan pengamanan bahaya rokok bagi kesehatan. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) telah banyak diupayakan oleh berbagai pihak baik lembaga/instansi pemerintah maupun swasta dan masyarakat sebagai salah satu solusi menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok. Hal tersebut disebabkan karena masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO 2008). Pada tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang. Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 menyebutkan bahwa penduduk berumur di atas 10 tahun yang merokok sebesar 29,2% dan angka tersebut meningkat 34,7% pada tahun 2010 untuk kelompok umur di atas 15 tahun. Prevalensi perokok pada kelompok umur 15-24 tahun naik hampir 10% dalam kurun 3
68 Mediakom No.30/JUNI/2011
tahun dan pada umur produktif (25-34 tahun) meningkat dari 29% (2007) menjadi 31,1% (2010). Pada kenyataannya upaya yang telah dilakukan tersebut berpacu dengan kencangnya penjualan, periklanan/promosi dan atau penggunaan rokok. Asumsi lain, perokok juga membebankan biaya keuangan dan risiko fisik kepada orang lain. Beban tersebut termasuk juga biaya pelayanan kesehatan. Agar permasalahan dan kondisi tersebut dapat dikendalikan, perlu dilakukan upaya pengendalian dan pengamanan terhadap bahaya merokok melalui KTR. Hal itu bertujuan untuk mempersempit area bagi perokok sehingga generasi sekarang maupun akan datang dapat terlindungi. Merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa dan komitmen bersama untuk mewujud KTR. Buku ini disajikan dengan kalimat sederhana, namun menarik dan sangat berguna bagi kita meskipun tidak disajikan gambar-gambar.§
Pada tahun 2007, Indonesia mendudukiperingkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang.
Nomor Klasifikasi
: 613.11
Judul
: Dampak Perubahan Iklim
Terhadap Kesehatan Impresum
: Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI :
Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan—
Istilah ’Perubahan Iklim’ sering digunakan secara tertukar dengan istilah ‘Pemanasan Global’. Fenomena pemanasan global adalah merupakan bagian dari perubahan iklim, karena parameter iklim tidak hanya temperatur, melainkan ada parameter lain yang terkait seperti presipitasi, kondisi awan, angin, maupun radiasi matahari. Sedangkan pemanasan global merupakan peningkatan rata-rata temperatur atmosfer yang dekat permukaan bumi dan di troposfer, yang berkontribusi pada perubahan pola iklim global. Pemanasan global terjadi akibat meningkatnya jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfir. Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfir bumi yang terjadi tidak hanya sesaat, tetapi dalam kurun waktu yang panjang, antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia (Kementerian Lingkungan Hidup, 2001). Perubahan iklim sudah terjadi baik secara global maupun regional termasuk di Indonesia. Hasil penelitian Hulme and Sherrand (1999) di Indonesia mengalami peningkatan temperatur 0,03˚C/tahun dan hujan meningkat 2 hingga 3% pertahun. Perubahan periode ENSO (El Nino Southern Oscillation), normal adalah 3 sampai 7 tahun, saat ini 2 sampai 5 tahun (Ratag, 2001). Penanganan dampak perubahan iklim merupakan suatu upaya yang integratif dengan program pembangunan suatu bangsa dan tidak bisa dilakukan secara terpisah dari mainstream pembangunan secara umum. Sehingga upaya mitigasi dan adaptasi perubahan
2011 Kolasi
: 42 hlm; 21 x 15 cm
ISBN
: 978-602-8937-61-0
Subyek
: CLIMATE-HEALTH ASPECTS
iklim harus diintegrasikan kedalam perencanaan pembangunan baik nasional maupun daerah. Dokumen Bappenas tentang Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap, prioritas tertinggi aksi upaya tersebut akan diintegrasikan kedalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan perlu diantisipasi, salah satu upaya sektor kesehatan adalah melakukan adaptasi. Dalam implementasi adaptasi terhadap perubahan iklim, program-program kesehatan harus diintegrasikan dalam pengarustamaan programprogram pembangunan di sektor lain. Dalam menghadapi isu perubahan iklim, sektor kesehatan perlu strategi untuk penguatan kapasitas lokal, peningkatan koordinasi pusat-daerah, perencanaan dan pendanaan, sosialisasi agar masyarakat lebih memahami terhadap isu perubahan iklim, meningkatkan ketahanan keluarga miskin dan kelompok rentan lainnya, dan melakukan penelitian-penelitian untuk menambah pemahaman akan dampak perubahan iklim. Untuk itu Kementerian Kesehatan menyusun strategi Adaptasi Dampak Perubahan iklim yang dapat dilaksanakan baik tingkat pusat maupun di daerah. Buku ini berisi informasi yang mendasar tentang dampak perubahan iklim terhadap kesehatan. Informasi yang disampaikan untuk menumbuhkan pemahaman dasar tentang perlunya memberikan perhatian lebih terhadap dampak perubahan iklim. Diharapkan buku ini dapat memberikan pemahaman lebih baik bagi pihakpihak yang terkait.§ No.30/JUNI/2011 Mediakom
69
LENTERA
MELAYANI ITU KEBUTUHAN Prawito
M
elayani itu kebutuhan, bukan beban, sehingga tidak harus menghindar untuk memberikan pelayanan, apapun alasannya. Sebab hakekat melayani orang lain, adalah melayani diri sendiri. Apabila memperlakukan orang lain dengan baik, hakekatnya telah memperlakukan diri sendiri dengan baik. Sebalikya, bila memperlakukan orang lain tidak baik, sesungguhnya telah memperlakukan buruk diri sendiri. Tegakah kita memperlakukan buruk kepada diri sendiri, padahal kita mampu memperlakukan orang lain dengan baik ? Mungkin ada orang yang sinis dan ragu dengan pernyataan di atas, tapi survey membuktikan demikian, sering menyebutkan “hukum karma”. Sebuah sebab-akibat yang akan terjadi dalam kehidupan. Kejadian sebab-akibat itu akan terjadi dalam waktu dekat atau jangka panjang atas perbuatan masa lalu. Banyak balasan baik atau buruk sebagai akibat perilaku kepada orang lain dimasa lalu. Banyak jenis pelayanan dalam hidup ini, mulai dari yang paling sederhana, murah dan tanpa modal, sampai pemberian yang penuh pengorbanan dan perjuangan. Semakin besar pengorbanan dan perjuangan dalam memberi pelayanan, semakin besar manfaat bagi orang lain. Hal ini seperti yang dilakukan tim sukarelawan Jepang untuk menjinakkan reaktor nuklir Fukujima, Jepang. Mereka siap dengan segala risiko yang akan menimpa diri, demi menyelamatkan manusia di muka bumi dari bahaya reaktor nuklir. Sedangkan pelayanan yang mudah dan murah, tidak memerlukan pengorbanan yang besar dan perjuangan yang sulit. Seperti memberikan pelayanan antar jemput bagi petugas jasa transportasi, milik pemerintah atau swasta. Pelayanan kesehatan di puskesmas, rumah sakit, klinik dan unit layanan kesehatan lainnya. Mengapa mudah dan murah? Mudah, karena pelayanan tersebut sudah menjadi tugas harian, selalu berulang dengan kasus yang sama. Kalau ada pembelajaran sifatnya penambahan pengetahuan yang sudah ada, bukan hal baru yang belum diketahui. Murah, tidak memerlukan biaya.
70 Mediakom No.30/JUNI/2011
Cukup dengan bekal pengetahuan yang dimiliki dapat melayani kebutuhan masyarakat dengan baik. Bahkan masyarakat yang dilayani tidak menerima pelayanan secara gratis, mereka tetap rela mengeluarkan biaya atas jasa pelayanan tersebut. Bagi masyarakat miskin, jasa pelayanan ditanggung pemerintah melalui jamkesmas, jamkesda atau jaminan kesehatan lainnya. Melayani itu kebutuhan, bukan beban, mau tahu buktinya? Pertama; lihatlah puluhan ribu pelamar ingin menjadi CPNS, mereka hakikatnya ingin menjadi pelayan. Walau formasi terbatas, mereka tetap berulangkali mengikuti test untuk menjadi pelayan. Bukankah mereka butuh melayani? Terlepas setelah menjadi PNS ada yang meminta dilayani, bukan melayani. Kedua; bagi mereka yang menjelang pensiun. Sejujurnya, kalau ditanya dari lubuk hati yang paling dalam, mereka juga enggan meninggalkan mimbar pelayanan. Mereka tetap ingin memberi pelayanan, walau sudah paripurna. Ini bukti bahwa melayani itu kebutuhan, bukan beban. Sebagai pemberi layanan patut mensyukuri atas amanah tersebut. Masih banyak antrian panjang dibelakang yang siap menggantikan peran itu, jika kita sudah tidak mau. Mari kita nikmati wujud pelayanan ini dengan melayani sepenuh hati. Walau banyak variasi dan aneka sifat masyarakat yang kita layani. Mari tetap tersenyum, bergembira dan berbahagia. Sebab kita telah mendapat amanah untuk melayani, sebagai kebutuhan hidup untuk dinikmati. Selamat menikmati….!§
Banyak jenis pelayanan dalam hidup ini, mulai dari yang paling sederhana, murah dan tanpa modal, sampai pemberian yang penuh pengorbanan dan perjuangan. Semakin besar pengorbanan dan perjuangan dalam memberi pelayanan, semakin besar manfaat bagi orang lain.
Terbatas itu Nikmat Prawito
H
idup memang serba terbatas, karena dibatasi penciptaNya. Terbatas umur, harta, kekuatan, penglihatan, pendengaran, ilmu pengetahuan dan keterbatasan lainnya. Tak ada yang berlebih tanpa batas. Sekalipun seluruh mahluk berkolaborasi dan bekerja sama untuk menerobos keterbatasan. Hasilnya tetap saja terbatas. Mengapa harus dibatasi? Karena dengan keterbatasan justru memudahkan, bukan menyulitkan. Bayangkan...!, ketika manusia mempunyai umur tanpa batas, bumi akan penuh sesak dengan manusia, sumber makanan akan habis dan akan terjadi huru hara, kekacauan yang tak berkesudahan. Tak ada regenerasi, semua akan berproses tanpa akhir. Bayangkan..!, ketika manusia dapat mendengar apa saja, termasuk bunyi-bunyian halus, selama ini hanya dapat didengar mahluk halus. Pasti telinga tak akan pernah istirahat mendengar. Terus dalam berisik dan bising, sulit tidur dan istirahat. Untuk itulah mengapa pendengaran manusia di batasi frekuensinya. Tak semua frekuensi dapat didengar. Bayangkan...!, jika penglihatan manusia tak dibatasi, sehingga dapat melihat apa saja, termasuk benda yang berukuran milimikron. Mampu juga melihat mahluk halus yang bergentayangan dimana-mana. Ia duduk di kursi, bermain di kamar tidur, bahkan istirahat di ruang kendaraan. Mereka memiliki aneka rupa wajah, ada yang sangat jelek, ada pula yang rupawan dan jelita. Betapa susahnya bila dapat melihat semua mahluk itu tanpa kuasa mengendalikan, seperti mahluk nyata selama ini. Bayangkan...!, bila manusia dapat melihat tembus tembok dan pakaian, sehingga tubuh manusia dapat terlihat dari ujung kaki sampai ujung rambut, walau telah berbusana tebal dan berlapis. Atau dapat melihat pikiran dan perasaan seseorang. Seandainya ada seseorang yang berpikiran buruk atau baik dapat saling melihat, niscaya mereka akan saling curiga, menuduh, membenci dan bermusuhan berkepanjangan. Sulit memberi maaf. Bila ini terjadi sudah tak ada lagi rahasia dalam hidup. Tak perlu lagi busana penutup aurat, tembok pemisah dan ruang privasi. Demikian juga makan. Bila manusia diberi harta yang
Seandainya ada seseorang yang berpikiran buruk atau baik dapat saling melihat, niscaya mereka akan saling curiga, menuduh, membenci dan bermusuhan berkepanjangan. Sulit memberi maaf. Bila ini terjadi sudah tak ada lagi rahasia dalam hidup. Tak perlu lagi busana penutup aurat, tembok pemisah dan ruang privasi.
berlimpah, kemudian boleh makan apa saja dan kapan saja tanpa batas. Lalu sebesar apakah perut dan badannya? Sementara tubuh yang sehat, indah dan bugar yakni mereka yang makan secara terpilih dan terbatas. Masihkah menginginkan keberlimpahan tanpa batas ? Sebaliknya, bila lepas kendali justru tidak menemukan kenikmatan. Mari kita perhatikan, seperti orang menggunakan kendaraan mewah dan nyaman, bila digunakan ugal-ugalan dan lepas kendali, tidak mengindahkan rambu-rambu, jalan raya serasa milik sendiri, orang lain dianggap ngontrak, maka akan berakhir dengan kehancuran. Terbatas itu nikmat dan menentramkan. Sebagai contoh; ketika lapar, lalu makan dan berhenti makan sebelum kenyang, pasti lebih nikmat dibanding makan sekenyangkenyangnya. Apalagi yang dimakan memang terbatas, kemudian ia rela berbagi dengan yang lain. Pasti akan lebih nikmat. Menikmati tidak sendirian, juga berbagi dengan orang lain yang ikut menikmati. Keterbatasan itu memang kodrati. Dibatasi untuk dapat menikmati. Maka, tak perlu sedih dengan keterbatasan. Jikapun berlebih, harus membatasi diri, bila ingin menikmati. Jadi kemampuan menikmati seiring dengan kemampuan membatasi, bukan lepas tanpa kendali. Selamat menikmati keterbatasan...!§ No.29/APRIL/2011 Mediakom
71
LENTERA
68 Mediakom No.29/APRIL/2011