No.31/agustus/2011 Mediakom
69
LENTERA
70 Mediakom No.31/agustus/2011
ETALASE
WTP untuk Siapa? drg. Murti Utami, MPH
D
ua bulan terkahir ini, gegap gempita Kemkes meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 2012 terus bergulir. Akhir Juli, Ibu Menkes telah melakukan konsultasi dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), untuk merumuskan langkah-langkah strategis meraih WTP. Kelompok Kerja (Pokja) raih WTP juga sudah dibentuk. Seluruh pejabat eselon tertinggi sampai terendah juga menandatangani komitmen meraih WTP. Selanjutnya, melakukan sosialisasi dari Pusat hingga Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah. Baik melalui, khutbah, banner, brosur, PIN, advertorial media cetak dan bentuk lain. Bahkan mediakom menempatkan sosialisiasi WTP pada rubrik kolom, stop press dan cover belakang, sebagai bukti kesungguhan meraih WTP. Tapi ada pertanyaan kecil sebagian karyawan; jugkir balik meraih WTP ini untuk siapa? Memang, tidak semua karyawan/wati menangkap pesan WTP ini secara positif. Sebagian merasa terpaksa capek, sedikit penghasilan dan persepsi negatif lainnya. Tapi, sejatinya WTP mengajarkan kepada kita untuk bekerja lebih baik dan benar, secara individu, tim dan institusi. Kerja tersebut diawali dengan jujur. Yakni sikap yang harus tumbuh pada individu, tim maupun institusi. Jujur merupakan pintu kebaikan. Siapapun yang jujur akan mendapat kebaikan. Jadi, meraih WTP sebenarnya untuk kebaikan kita semua. Media Utama edisi ini mengangkat potret anak Indonesia. Menggambarkan sedikit sisi muram dan lebih banyak mengangkat prestasi dan harapan. Semua terangkum secara lengkap, semoga dapat memberi inspirasi para pembaca. Disamping itu, rubrik daerah menampilkan keindahan Wakatobi, sebagai daerah wisata, sekaligus mengenal derajat kesehatannya. Akhirulkata, Mediakom sebagai media internal Kementerian Kesehatan, banyak salah dan khilaf dalam memberi pelayanan informasi. Mungkin distribusi telat, berita kurang update, perwajahan kurang menarik dan berbagai kekurangan lain. Kami selaku pimpinan dan staf Puskom Publik, Kementerian Kesehatan, mengucapkan “Mohon Maaf Lahir Batin”. Selamat membaca...!§
Mediakom
Susunan Redaksi Penanggung Jawab : drg. Murti Utami, MPH Redaktur : Dra. Hikmandari A, M.Ed, Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS Editor/Penyunting : Mulyadi, SKM, M.Kes, Prawito, SKM, MM, M.Rijadi, SKM, MSc.PH, Busroni S.IP, Mety Setiowati, SKM, Aji Muhawarman, ST Desain Grafis dan Fotografer : Drg. Anitasari, M, Resti Kiantini, SKM, M.Kes, Dewi Indah Sari, SE, MM, Sri Wahyuni, S.Sos, MM, Giri Inayah, S.Sos., Wayang Mas Jendra, S.Sn Sekretariat : Waspodo Purwanto, Endang Retnowaty, Dodi Sukmana, S.I.Kom, Okto Rusdianto, ST, Yan Zefrial Alamat Redaksi: Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kementerian Kesehatan RI Blok A, Ruang 107, Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta 12950 Telepon : 021-5201590; 021-52907416-9 Fax : 021- 5223002; 021-52960661 Email:
[email protected],
[email protected] Call Center: 021-500567 Redaksi menerima naskah dari pembaca, dapat dikirim ke alamat email redaksi
No.31/agustus/2011 Mediakom
3
DAFTAR ISI 3
ETALASE
6
INFO SEHAT
6
Makan Sehat Saat Lebaran
6 Badan tetap bugar saat lebaran 8
4 Kebiasaan Sehat
9
SURAT PEMBACA
10
STOPPRESS
10 STRATEGI KEMKES RAIH WTP 12 PERAN PERAWAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN 14
Menkes Buka TMMD
15
KOLOM
16
MEDIA UTAMA
16 Potret anak Indonesia 20 Anak Sehat, Kreatif dan Berakhlak Mulia 22 SISI UNIK ANAK INDONESIA 24 ANAK SAYANG SEKALIGUS SEGAN 26 PERCEPATAN KEPEMILIKAN AKTE KELAHIRAN 27
Melecut Prestasi Anak Negeri
29
UNTUK RAKYAT
29
“ADA APA DENGAN RUU BPJS?”
31 RPP TEMBAKAU : PERINGATAN BAHAYA ROKOK BERUPA TULISAN DAN GAMBAR
4 Mediakom No.31/agustus/2011
RAGAM
33
RAGAM
HINDARI STUNTING SEJAK DINI
33
HINDARI STUNTING SEJAK DINI
Diet Berdasarkan Golongan Darah
35
Golongan Darah
SAATNYA LAWAN HEPATITIS
38
SAATNYA LAWAN HEPATITIS
Memahami Hepatitis B
41
Memahami Hepatitis B
Memahami Hepatitis C
42
Memahami Hepatitis C
NASIONAL
43
NASIONAL
Kemkes SUKSESKAN SEA GAMES DAN ASEAN PARA GAMES
43 Kemkes SUKSESKAN SEA GAMES DAN ASEAN PARA GAMES
LINDUNGI ANAK DARI BAHAYA ROKOK
44
LINDUNGI ANAK DARI BAHAYA ROKOK
Jalan Panjang Berhenti Merokok
47
Jalan Panjang Merokok
DAERAH
49
DAERAH
KOLOM
61
KOLOM
POTRET
62
POTRET
dr. Ratna Rosita, MPHM
SIAPA DIA
66
dr. Ratna Rosita, MPHM
SIAPA DIA
Asti ananta
Asti ananta
umay
umay
Amel
Amel
indra herlambang
indra herlambang
RESENSI BUKU
68
RESENSI BUKU
LENTERA
70
LENTERA
No.31/agustus/2011 Mediakom
5
INFO SEHAT
Makan Sehat Saat Lebaran
Setelah menjalankan puasa selama sebulan penuh, kini saatnya umat muslim merayakan hari kemenangan. Hari raya Idue Fitri atau lebaran biasanya identik dengan makanan-makanan yang bersantan dan berlemak yang bisa memicu penyakit tertentu. Bagaimana agar bisa tetap sehat selama merayakan hari kemenangan? Pada saat lebaran masyarakat banyak makanan seperti opor ayam, rendang, gulai, sambal goreng ati dan makanan berlemak lainnya. makanan itu memang sangat menggoda selera apalagi saat berkumpul
Badan tetap bugar saat lebaran
Jangan sampai setelah puas melepas rindu dengan sanak saudara di Hari Raya, berbagai penyakit justru datang mengganggu. Ada baiknya ketahui sejumlah kiat agar Lebaran jadi happy ending. Pasalnya, rawan terjadi gangguan kesehatan karena pola makan yang salah seusai Lebaran. dan sebetulnya bukan dikarenakan pola makan saja. Perjalanan mudik yang memakan waktu lama dan tak nyaman, apalagi tanpa perencanaan matang, juga bisa menyebabkan gangguan kesehatan pasca berlebaran. Untuk mengantisipasinya, kiat-kiat yang bisa diterapkan sebelum dan saat berLebaran di kampung halaman agar tubuh tetap bugar dan sehat.
Waspadai Perjalanan Saat yang paling penting diperhatikan sebelum berlebaran adalah merencanakan perjalanan yang aman dan nyaman. Sehingga, gangguan kesehatan yang mungkin dipicu akibat perjalanan jarak jauh yang melelahkan ini bisa diminimalisasi.
6 Mediakom No.31/AGUSTUS/2011
Sudah menjadi kebiasaan para pemudik memiliki jarak tempuh sangat panjang lalu mengandalkan stimulan agar bisa mencapai tujuan mudik secepatnya. Misalnya, mengonsumsi minuman berenergi hingga kopi kental. kebiasaan ini sebetulnya tidak sehat bagi pemudik. Selain bisa menyebabkan jantung berdebar dan beser (sering kencing), intoleransi terhadap kopi juga bisa membuat diare. Apalagi bila tubuh dipaksa bugar untuk mencapai tempat tujuan secepatnya tanpa istirahat. yang terjadi tubuh justru jadi kelelahan. Dan hal ini bisa memicu terjadinya hipertensi. hal seperti ini sering kali diabaikan para pemudik. Sehingga, bukannya berlebaran dengan nyaman, justru membuat kesehatan terganggu. Bila memang dirasa lelah di perjalanan, sebaiknya berhenti dan istirahat sejenak. Dengan memulihkan kondisi di perjalanan, selain membuat perjalanan lebih aman, faktor kesehatan pun tak akan terganggu akibat kelelahan. Selain masalah kelelahan, juga
bersama keluarga rasanya saying untuk dilewati. Makanan tersebut biasanya mengandung kolesterol yang tinggi. Untuk itu sangat penting mangatur pola makannya, agar tidak mengganggu perayaan kemenangan lebaran dan moment silaturahmi. Setiap orang harus memiliki kesadaran untuk selalu melakukan asupan makanan dengan pola gizi seimbang dan memilih makan sehat bukan makan yg enaknya saja tetapi kurang memperhatikan dari segi kesehatan. Masyarakat harus tahu apakah asupan makannya sudah seimbang
masalah travelers diarrhea. Konon, diare juga sering menjangkiti para pemudik. Diare yang dialami para pemudik ini biasanya disebabkan oleh faktor terjadinya perpindahan seseorang ke tempat lain. Kalaupun kita sudah tahan dengan kuman-kuman yang ada di daerah awal kita, begitu berpindah karena perjalanan atau mudik, kita belum terkondisi dengan kuman baru di daerah lain.. Pada umumnya travelers diarrhea dipicu pula oleh konsumsi makanan disarankan agar para pemudik membawa sendiri bekal makanan selama di perjalanan. Atau, bila harus makan di perjalanan, pilihlah jenis makanan yang dihidangkan dalam kondisi hangat atau baru dimasak. Bila sebelumnya sudah pernah terkena travelers diarrhea,sebaiknya lebih waspada karena kemungkinan akan terulang juga lebih besar. Sesuaikan Pola Makan Agar situasi Lebaran tak sampai memicu berbagai penyakit di kemudian hari, berhati-hatilah dalam urusan makan. Intinya, jangan asal makan hanya karena sudah dijamu makanan enak. Tetapi, tetaplah ikuti pola makan biasanya. Bila perlu, sesuaikan acara makan-makan lezat ini dengan pola diet Anda. Susun dan atur rencana, akan ke mana saja selama Lebaran ini. Bila
atau belum. Dengan komposisi karbohidrat sekitar 55 sampai 65 persen dari asupan kalori total, asupan lemak sekitar kurang dari 30 persen dari asupan kalori total dan asupan protein sekitar 10 sampai 20 persen dari asupan kalori total. Beberapa tips agar tetap sehat saat mengonsumsi makanan lebaran: 1. Makan tetap teratur jadwalnya serta selalu tidak mengambil porsi yang terlalu besar setiap kali makan. Jadwalnya makan pagi sesudah shalat, selingan pagi, makan siang, selingan sore dan makan malam. Semuanya dengan
sudah waktunya makan siang biasanya satu keluarga akan berkumpul di suatu tempat. Hal ini harus direncanakan dulu agar tidak asal makan. Misalnya, Anda harus berkunjung ke beberapa kerabat dan masing-masing ingin menjamu semaksimal mungkin. Tentu akan disuguhi beragam makanan dan minuman yang enak dan lezat. Bila sudah begini, ingat-ingat lagi jadwal makan sehari-hari. Bila belum waktunya makan siang atau malam, sebaiknya tak usah makan besar. Cukup ambil beberapa kue kering. Soal membatasi jumlah makanan, sebetulnya anda sendiri yang akan tahu ukurannya. Setiap orang pasti memiliki ukran makannya sendiri atau sangat variatif. Intinya, anda sendirilah yang tahu kapan sudah makan atau minum secara berlebihan dan kapan sudah merasa cukup. Riwayat Penyakit Bila sudah mengetahui riwayat penyakit yang berhubungan dengan pola makan, Anda pasti akan tahu pantangan serta takaran konsumsi makan. Oleh karena sudah memiliki riwayat penyakit tertentu, Anda tentu harus benar-benar disiplin pada diri sendiri. Di samping tetap meneruskan terapi pengobatan yang mungkin masih dilakukan, sejumlah makanan tertentu yang harus dihindari tetap perlu dipatuhi. Misalnya, bagi penderita
porsi seperti hari-hari biasa. 2. Konsumsi makanan dengan komposisi zat gizi yang seimbang, yaitu lebih banyak sumber karbohidrat kompleks (nasi atau ketupat), sedikit lemak dan protein (opor, gulai) serta sedikit sekali gula, minyak dan garam termasuk kue-kue yang manis. 3. Setiap kali makan harus terdiri dari berbagai jenis makanan termasuk sayur dan buah. Dan jangan setiap kali makan hanya mengambil makanan yang disukai saja atau yang enak rasanya. 4. Selalu ingat bahwa makanan yang
kaya kandungan lemak akan memberikan asupan kalori yang paling besar. Untuk mengurangi efek terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak, usahakan mengurangi makanan yang manis-manis ataupun gorengan dan sebaiknya lebih memilih sayur dan buah saja. Jadi, makanan berlemak dan bersantan bukan menjadi halangan dalam merayakan hari kemenangan asalkan porsinya tidak berlebihan. Dan Anda tetap sehat untuk bisa bersilaturahmi ke rumah sanak saudara.§ YN
hipertensi sebaiknya menghindari makanan yang mengandung garam. Garam akan membuat tubuh mengalami retensi atau menahan air. Akibatnya, tubuh akan mengalami peningkatan tekanan darah. Bila tetap ingin mengonsumsi makanan yang asin, sebaiknya pilih yang menggunakan garam rendah natrium. Sedangkan bagi pemilik riwayat penyakit diabetes, hindari saja semua makanan yang manis-manis, atau yang mengandung karbohidrat tinggi. Sebisa mungkin, usahakan mengonsumsi makanan yang tak mengandung gula. Bila ingin minuman yang manis, sebaiknya gunakan gula diet. Atau, bila ingin menghormati pemilik rumah, pilih buah segar saja, tetapi hindari jenis buah yang terlalu manis seperti pisang, mangga, dan durian. Dan bagi mereka yang memiliki riwayat kolesterol tinggi, hindari makanan yang terlalu gurih, berlemak, goreng-gorengan, produk susu, jerohan, seafood (selain ikan), dan makanan sumber lemak hewani lainnya. Bila tetap ingin makan gorengan, sebaiknya ditiris dulu dengan tisu dan batasi cukup satu saja dalam sehari. Atau, bila ingin makanan bersantan seperti opor atau gulai, ambil saja dagingnya tanpa kuah. “Untuk urusan makan, memang tak ada parameter yang pasti. Tetapi kita sendiri yang tahu, kapan sudah makan teralu berlebihan. Karena Lebaran juga berkaitan
dengan liburan untuk menyeimbangkan makanan yang masuk cenderung lebih berlemak, ada baiknya di seimbangkan dengan olah raga, misalnya saat silaturahmi jika masih terjangkau lebih baik jalan kaki atau parker kendaraan agak jauh supaya di tambah berjalan kaki, di saat mengunjungi tempat wisata bisa olah raga misalnya berenang bersama anak-anak. Selain menyenangkan juga manfaat olahraganya yang sangat bermanfaat. Minal Aizin Walfaizin, mohon maaf lahir dan batin makanan sehat badan tetap bugar dan dapat beraktifitas kembali.§ YN berbagai sumber
No.31/AGUSTUS/2011 Mediakom
7
INFO SEHAT
4 Kebiasaan Sehat
Ada banyak hal sederhana dapat kita lakukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan.
1. berolahraga Melakukan push-up saat jeda iklan televisi, menggerakkan tubuh setelah duduk. Lakukan sebanyak mungkin yang dapat dilakukan. Berolahraga adalah satusatunya cara efektif untuk: - Meningkatkan asupan oksigen ke dalam darah, selsel tubuh, dan otak. - Meningkatkan respon kekuatan dan pengencangan otot - Melatih kemampuan motorik dan memperkuat keseimbangan tubuh - Menjaga fungsi organ penting seperti paru-paru dan jantung - Membakar lemak tubuh, termasuk lemak di bawah kulit, yang menyelimuti organ, dan yang ada di dalam darah
8 Mediakom No.31/AGUSTUS/2011
2. Makan sayuran Sayuran adalah sumber vitamin, mineral, serat, antioksidan, klorofil, dan ratusan bioflavonoids yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Apabila memungkinkan, konsumsi dalam keadaan mentah atau diproses sesingkat mungkin. Sayuran adalah sumber makanan padat gizi yang tidak menggemukkan, jadi bisa dikonsumsi dalam jumlah banyak tanpa harus takut mengalami kegemukan, justru tubuh langsing yang kita dapatkan. Puluhan riset ilmuwan dunia telah mengkonfirmasi manfaat sayuran di antaranya: menurunkan risiko kanker usus, menjaga stabilitas gula darah, dan memberi rasa kenyang yang lebih lama.
3. Tegas beristirahat Istirahat adalah kesempatan untuk regenerasi sel-sel yang rusak, merawat organ-organ penting tubuh, menjaga kesehatan sistem pusat syaraf (central nervous system), mengotpimalkan hormonhormon yang berperan dalam memperlambat proses penuaan, pembakaran lemak, dan meredam stress. Tetapkan waktu tidur dan waktu bangun, dan TEPATI! Lakukan ke-3 hal ini, secara konsisten. Dan temukan kekuatan baru yang tidak sadari sebelumnya telah kita miliki, saksikan perubahan diri dalam hidup.
4. Berhentilah Merokok Statistik menemukan, tingkat kesuksesan berhenti merokok paling besar terjadi pada mereka yang LANGSUNG berhenti tanpa proses pengurangan dosis. So just quit now! Tidak ada tapi-tapian, tidak ada gimana-gimanaan. Mengurangi dosis hanya akan ketidakberhasilan untuk berhenti.
SURAT PEMBACA JAWAB: Isteri saya mulai mengandung anak kedua dan saya ingin bayinya sehat dan isteri selamat dalam melahirkan. Saya mendengar bahwa ada program Jampersal dari Kementerian Kesehatan. Apakah saya bisa mengikuti program itu mengingat saya hanya buruh serabutan di Jakarta dan biaya persalinan saat ini cukup berat bagi kami? Saya bukan peserta Jamkesmas maupun JP Gakin., bagaimana syarat untuk mendapatkan Jampersal? Terima kasih atas bantuannya. Dari Seseorang, di Jakarta
JAWAB: Isteri bapak bisa mengikuti program Jampersal. Jampersal adalah jaminan pemerintah untuk membiayai pemeriksaan kehamilan 4 kali, pertolongan persalinan, pelayanan nifas 3 kali termasuk pelayanan KB paska persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Untuk memperoleh pelayanan jampersal: isteri diminta mendaftar ke Puskesmas serta fasilitas kesehatan swasta (bidan praktek swasta, Klinik swasta) yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan setempat dengan membawa identitas diri (KTP) dan
PENETAPAN PEMENANG MEDIA KUIS
EDISI 30 JUNI 2011
Redaksi Mediakom telah menetapkan 7 (tujuh) orang pemenang dari 19 peserta dengan 3 buah jawaban sebagai berikut : JAWABAN 1. PDBK (Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan) adalah : Upaya kesehatan terfokus, terintegrasi, berbasis bukti dan dilakukan secara bertahap di daerah yang menjadi prioritas bersama kementerian terkait. 2. 3 Data kesehatan berbasis komunitas yaitu : a.Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). b.Survei Ekonomi Nasional (Susenas) dan c.Potensi Desa (Podes). 3. WHA ke 64 dilaksanakan tanggal 16 - 24 Mei 2011 di Jenewa dengan tema “Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular”. PEMENANG KUIS 1. Eka Prasetia Zobua Jln. Desa Sisobandrao Kec.Sirombu, Kab.Nisbar 085.277.148.xxx 2. dr.Hartono Ashari Desa Asmoribangun, Kec.Puncu, Kab.Kediri 081.335.672.xxx, 0354 - 394060 3. Agung Nugroho, Amk Perawat Puskesmas Juwangi, Perum Griya Pasifik No.B4, Kel.Randusari Teras - Boyolali 4. Teguh Sulistyono, dr Puskesmas Trucuk, Kec.Trucuk, Kab.Bojonegoro - Jatim 5. Ermawaty Karokaro Puskesmas Batudaa, Kec.Batudaa, Kab.Gorontalo 085.264.944.xx 6. Antonius Kopong Bura Kel.Sarotari Timur, Kec.Larantuka - Kab.Flores Timur 085.253.118.xxx 7. dr.Made Budijaya Puskesmas Noemuti, Kota Kefamenanu 8560 082.145.774.xxx
membuat surat pernyataan tidak memiliki jaminan paket persalinan (asuransi). Jampersal juga dapat dilayani di Rumah Sakit, namun harus membawa surat rujukan kecuali pada keadaan darurat. Setiap kali isteri memeriksakan kandungan harap membawa buku KIA.
MediaKuis 1. Apa tema Hari Anak Nasional 2011 ? 2. Saat ini RUU BPJS terkait jaminan sosial sedang dibahas oleh DPR, Apa kepanjangan dari BPJS ? 3. Orang yang tidak merokok dan terkena paparan asap rokok dari orang lain disebut apa ? Apakah perokok pasif juga berisiko terhadap kesehatan ? Kirimkan jawaban kuis dengan mencantumkan biodata lengkap (nama, alamat, kota/kabupaten, provinsi, kode pos dan no telp yang mudah dihubungi). Jawaban dapat dikirim melalui : • Email :
[email protected] • Fax : 021 - 52907421 • Pos : Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kemenkes Jl. HR. Rasuna Said Blok X5, Kav. 4-9, Jakarta Selatan Jawaban diterima redaksi paling lambat minggu keempat (terakhir) bulan September 2011. Nama pemenang akan diumumkan di Majalah Mediakom edisi 32 / Oktober 2011. 10 Pemenang MediaKuis masing-masing akan mendapat hadiah t-shirt dari Mediakom. Hadiah pemenang akan dikirim melalui pos.
Kuis ini tidak berlaku bagi Keluarga Besar Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI.
No.31/agustus/2011 Mediakom
9
STOP PRESS Menkes dan Dr. Rizal Djalil (anggota BPK) dalam rapat konsultasi Kemkes Raih WTP 2012
STRATEGI KEMKES RAIH WTP emkes telah menyusun 14 strategi meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada tahun 2012. Strategi tersebut antara lain membangun Komitmen dan Integritas Pimpinan, Para Pengelola dan Para Pelaksana Kegiatan. Sebagai bentuk keseriusan, seluruh pejabat Eselon I Kemkes menandatangani Komitmen Meraih Opini Laporan Keuangan WTP disaksikan Menteri Kesehatan dan anggota VI BPK. Usai penandatangan komitmen, seluruh pejabat Kemkes yang hadir dalam pertemuan tersebut, penyematan pin “Raih WTP” secara bersama-sama, kamis 28 Juli 2011, di Jakarta.
K
10 Mediakom No.30/JUNI/2011
“Kemkes terus menerus melakukan konsultasi dengan BPK maupun meminta nasihat dan membahas langkah konkret agar laporan keuangan tidak lagi kurang dari WTP”, ujar Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH saat melakukan jumpa pers seusai pertemuan dengan BPK. Menkes menyebutkan Kemkes telah membentuk satuan tugas yang diketuai oleh Sekretaris Jenderal Kemkes. Kegiatan ini juga akan melibatkan seluruh karyawan Kementerian Kesehatan di kantor pusat maupun Daerah, termasuk Satuan Kerja (Satker) di daerah yang melaksanakan tugas Dekon dan Pembantuan.
Strategi berikutnya yang harus mendapat perhatian yakni; Penguatan Perencanaan dan Penganggaran; Pembenahan Pengelolaan Kas/ Sistem Pembukuan/ Akuntansi; Perbaikan Penatausahaan PNBP; Perbaikan Pengelolaan Hibah Langsung; Penataan Rekening; Peningkatan Kualitas Pengadaan Barang/ Jasa; Pembenahan Penatausahaan Barang Milik Negara (BMN); Penguatan Kapasitas SDM; Penguatan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP); Penguatan Monitoring dan Evaluasi; Perbaikan Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan; Peningkatan Kualitas Pengawasan; serta Percepatan Penyelesaian Tindak
Pejabat Kemkes tanda tangani komitmen Kemkes Raih WTP 2012
semangat “Raih WTP 2012” melalui PIN, Banner, Leaflet, dan Pedoman; Pembentukan Satgas WTP di tingkat Kementerian yang ditindaklanjuti dengan pembentukan Satgas WTP di tingkat eselon I; Pembenahan SDM di bidang keuangan melalui penataan kembali (rekruitmen, pelatihan,
Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), kata Menkes. Menkes menegaskan, dari 14 strategi ada 8 kegiatan yang akan segera dilaksanakan dalam 2 bulan ini (Quick Wins) yaitu Berkomitmen meraih WTP melalui penandatanganan Pakta Komitmen WTP dan perwujudan
dan penempatan); Membentuk Tim Konsultasi Pengadaan Barang/ Jasa; Peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan dan pertanggungjawaban keuangan; Percepatan Penyelesaian Tindak Lanjut LHP; Penguatan Penyelenggaran SPIP melalui Penetapan Kebijakan dan Peraturan; dan Pelaksanaan Monitoring Bulanan. Dalam kesempatan tersebut anggota VI BPK RI, Dr. Rizal Djalil menyatakan Kemkes telah mengalami banyak kemajuan dalam penatakelolaan keuangan, misalnya keperluan hibah dan lain sebagainya. Dr. Rizal Djalil mencatat adanya penguatan sistem di Kemkes. Penguatan terlihat pada Sumber Daya Manusia (SDM), regulasi dan halhal terkait dengan monitoring dari semua program Kemkes, termasuk penyerapannya dan lain sebagainya. “Kami melihat sebuah tindak lanjut konkret yang akan dilakukan. Posisi kami di BPK adalah mendorong supaya dapat dilaksanakan tahun berjalan ini” ujar Dr. Rizal Djalil.§ Pra, YN No.30/JUNI/2011 Mediakom
11
STOP PRESS
Menkes hadiri peringatan Hari Perawat Sedunia
PERAN PERAWAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN elayanan kesehatan yang baik merupakan harapan setiap masyarakat terutama bagi orang yang sangat membutuhkan baik dalam keadaan sakit atau hanya sekedar pemeriksaan kesehatan berkala. Kualitas pelayanan kesehatan terutama Rumah Sakit (RS) ditentukan oleh berbagai faktor salah satunya Sumber Daya Manusianya yaitu perawat. Dokter dan perawat merupakan tenaga kesehatan utama yang berkontribusi terhadap kualitas pelayanan RS. Peran perawat selama ini kurang diperhatikan, padahal perawat mempunyai peran strategis dan bisa menjadi ujung tombak dalam pelayanan kesehatan. Namun perawat juga harus meningkatkan
P
12 Mediakom No.30/JUNI/2011
pelayanan yang baik, profesional dan adil merata kepada masyarakat atau pasien tanpa pandang bulu. Sebagai bagian dari tenaga kesehatan Indonesia, perawat harus selalu mensinergikan upaya pelayanan keperawatan dengan berbagai program Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan, salah satunya adalah menuju RS Indonesia Kelas Dunia. Hal itu sejalan dengan tema Hari Perawat Sedunia 2011 (International Nurses Day /IND) yaitu meningkatnya peran perawat dalam mewujudkan tersedianya pelayanan kesehatan yang setara dan adil, terjangkau dalam rangka mendukung pencapaian tujuan MDG’s di Indonesia. Hari Perawat Sedunia atau International Nurses Day (IND) yang diperingati setiap tanggal 12 Mei
tahun ini mengangkat tema yang menekankan agar perawat sesuai dengan eksistensinya diharapkan dapat berperan aktif dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang setara dan adil, serta terjangkau. Menurut Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Dewi Irawaty, MA, PhD, upaya yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan peran perawat dalam mewujudkan pemerataan pelayanan kesehatan bagi masyarakat antara lain melalui pengembangan profesionalisme dan penerapan etika dalam pemberian pelayanan keperawatan, peningkatan kompetensi, pengembangan peran perawat, pengembangan penelitian, serta pengembangan berbagai kebijakan terkait dengan domain utama pada restrukturisasi pelayanan
Menkes kunjungi pameran Hari Perawat Sedunia
dan pemberian asuhan keperawatan. Selain itu, perawat merupakan profesi yang menitikberatkan tugas dan pekerjaannya dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat dan mempunyai kesempatan untuk mensukseskan MDG’s terkait masalah kesehatan masyarakat. Namun keberhasilan capaian program kesehatan banyak dipengaruhi oleh keterbatasan jangkauan masyarakat dengan pelayanan kesehatan salah satunya faktor jarak. Oleh karena itu, keberadaan perawat yang berhadapan langsung dengan masyarakat menjadi posisi yang strategis untuk diberdayakan dalam peningkatan keterjangkauan dan pemerataan pelayanan kesehatan, ujar Dewi Irawaty. Dewi Irawaty menjelaskan, dalam mendukung peran perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang adil merata, masyarakat (publik) juga harus paham tentang keberadaan perawat, tugas dan fungsinya. Sedangkan perawat perlu meningkatkan kemampuannya dalam memberikan pelayanan kesehatan
termasuk memahami eksistensinya sebagai perawat, sehingga diharapkan dapat menjalani tugasnya dengan baik. Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan bagi perawat upaya yang dilakukan antara lain melalui penataan pendidikan keperawatan, sistem penjaminan mutu dan lainnya yang berkaitan dengan eksistensi perawat sebagai profesi. Begitu pula diperlukan kerjasama semua pihak baik organisasi profesi keperawatan, asosiasi pendidikan keperawatan, pemerintah, legislatif dan pihak lain yang terkait. Berkaitan dengan peningkatan pelayanan kesehatan oleh tenaga perawat, Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH mengatakan Kementerian Kesehatan akan mengembangkan kebijakan pelayanan keperawatan menuju profesionalisme pelayanan, pembinaan teknis dan monitoring evaluasi pelaksanaan perawatan di berbagai tatanan fasilitas pelayanan kesehatan. Dan dalam menghadapi ASEAN Framework Agreement on Services 8 (AFAS 8), perlu dilakukan
telaah pasar jasa untuk pelayanan keperawatan serta menetapkan standar pelayanan keperawatan dan kompetensi perawat yang diakui secara internasional. Selain itu, menurut Menkes untuk melakukan harmonisasi terhadap standar, termasuk sistem pendidikan tinggi keperawatan dengan menggunakan forum Mutual Recognition Arrangement (MRA) on Nursing Services ASEAN. Ke depannya perawat melalui PPNI diharapkan dapat menjamin keamanan pasien dan masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan yaitu benar, tepat dan mudah didapat. Kemudian, perawat dapat bekerja secara profesional, berkinerja tinggi, bersikap perhatian sehingga mengurangi beban psikologis pasien. Perawat dapat pula memberikan pelayanan sesuai standar pelayanan, profesi dan kode etik. Selain itu, perawat berkontribusi penuh dalam mencapai program RS Indonesia Kelas Dunia dengan menerapkan modelmodel pelayanan profesional dan manajemen maju.§ Df No.30/JUNI/2011 Mediakom
13
STOP PRESS
Menkes Buka TMMD enkes membuka kegiatan TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD) ke 87, 27 Juli 2011, di Jakarta. Hadir dalam pembukaan tersebut KASAD Jenderal Pramono Edhie Wibowo, para Ketua DPRD Kabupaten ? Kota, Bupati/ Wali Kota penyelenggara TMMD dan pejabatan di lingkungan TNI AD dan Kemenkes. Menurut Menkes, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, Dr.PH TMMD kali ini memperioritaskan program peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita; peningkatan status gizi masyarakat; pengendalian penyakit menular serta tidak menular; dan Penyehatan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menanggulangi masalah kesehatan di daerah bermasalah kesehatan. Program tersebut merupakan kerjasama antara Kementerian Kesehatan dengan
M
14 Mediakom No.30/JUNI/2011
Menkes berjabat tangan dengan KASAD Jenderal Pramono Edhy Wibowo
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), dalam program TMMD. “Kementerian Kesehatan memiliki 8 fokus prioritas pembangunan kesehatan yang salah satu diantaranya adalah pemberdayaan masyarakat dan penganggulangan bencana serta krisis kesehatan. Hal ini merupakan upaya fasilitasi agar masyarakat mau, tahu dan mampu untuk hidup sehat berdasarkan potensi yang dimiliki” kata Menkes. Menkes berharap TMMD dapat menjadi daya ungkit dan membantu pemerintah dalam memberdayakan wilayah, sinergi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat desa. Yakni untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di daerah terpencil dan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK). “Koordinasi bidang kesehatan dalam TMMD untuk mempercepat pembangunan kesehatan masyarakat dalam mencapai target MDG’s 2015”,
ujar Menkes. Kementerian Kesehatan sejak tahun 1980 telah terlibat dalam kegiatan TMMD, yang dulu dikenal dengan sebutan TNI ABRI Masuk Desa (AMD). Tahun 1999, AMD berubah menjadi TMMD menyusul dikeluarkannya Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/1999 tentang pemisahan secara kelembagaan POLRI dan ABRI. Sampai dengan Rakornis TMMD ke-87 tahun 2011 ini, Kemkes telah berperan aktif dalam penyelengaraan TMMD dengan memberikan kontribusi dalam bentuk obat-obatan setiap pelaksanaan TMMD. Sementara dukungan Dinas Kesehatan berupa pengobatan massal gratis kepada masyarakat di lokasi sasaran TMMD. Selain itu, setiap pelaksanaan TMMD telah dibangun beberapa sasaran fisik berupa Puskesmas, Polindes dan Posyandu. Kementerian lain yang terlibat TMMD yakni Kemensos, Kementerian Perindustrian, Kemdiknas, dan Kementan.§ Pra,Yn
KOLOM
Prawito
Siapkah Raih WTP 2012?
P
IN warna biru, bertulis raih Warna Tanpa Pengecualian (WTP) 2012, tersemat pada semua karyawan Sesjen Kemkes. Mereka mengikuti pertemuan penandatangan pakta komitmen raih WTP 2012, 8 Agustus 2011 di Kemkes Jakarta. Seremoni ini terus berlangsung pada setiap unit utama Kementerian Kesehatan.
WTP, merupakan opini laporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian. Ia merupakan kriteria dalam penilaian laporan keuangan kementerian/ lembaga oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sebelumnya Kemkes pernah mendapat penilaian keuangan WDP ( Wajar Dengan Pengecualian), lebih baik dibanding penilaian tahun 2010 yakni Disclaimer. Tahun 2012, Kemkes tidak ingin terpuruk, jatuh dalam lubang yang sama. Untuk itu sejak tahun 2011 sudah mempersiapkan diri dengan berbagai cara, dikemas dalam bentuk 14 strategi dan 63 kegiatan. Jika melihat kondisi saat ini, strategi dan kegiatan tersebut, memang terasa rumit dan panjang. Apa Sebabnya ? Merujuk pada pertanyaan peserta pertemuan dan penjelasan pimpinan, maka banyak pertanyaan yang sebenarnya sudah tahu, tetapi selama ini belum dikerjakan. Tentu menjelaskan kepada orang yang belum tahu lebih mudah, dibanding menjelaskan kepada orang yang sudah tahu. Orang yang sudah tahu, sebenarnya bukan memerlukan penjelasan, tapi membutuhkan penegasan. Penegasan...?
Ya...penegasan...! Untuk apa penegasan ?. Apa selama ini kurang tegas ?. Sekarang ini sudah tegas dalam peraturan, tapi belum tegas dalam pelaksanaan. Sebab ketegasan itu akan mempengaruhi orang lain menjadi baik. Untuk itu perlu tegas berkesinambungan, bukan hanya “hangat-hangat bakwan goreng”. Apa yang perlu penegasan ? Pimpinan menjelaskan harus “jujur, hentikan manipulasi, bangun komitmen, jaga integritas diri, teman, pimpinan dan institusi”. Kata-kata kunci tersebut apabila dijalankan semua pihak akan mempermudah dan memperpendek jalan menuju WTP 2012. Jujur, kata kunci utama. Sebab jujur merupakan pintu utama menuju kebaikan. Sebaliknya dusta, pintu menuju keburukan. WTP sangat dekat dengan sifat jujur. Jujur akan mengantarkan kepada integritas. Pribadi yang mempunyai integritas memudahkan membangun komitmen kebaikan. Baik dalam merencanakan, menggunakan dan melaporkan keuangan. Jujur mengelola keuangan , merupakan perilaku mudah, murah, menenteramkan dan cara mudah meraih WTP. Mengapa ? Mudah; cukup mengelola keuangan berdasarkan aturan yang berlaku. Tak perlu berimprovisasi dan berkreasi. Misal membuat laporan dan tanda terima fiktif. Sebab bila hal ini dilakukan justru akan menyusahkan. Berdusta itu menyusahkan, sebab sekali dusta akan berdusta berikutnya dan susah pula
pertanggung jawabannya. Murah; tak perlu biaya. Jujur hanya memerlukan keberanian. Berani menerima kebaikan dan kebahagiaan. Disamping itu, berbuat jujur tak ada beban, baik moral maupun material. Ia akan ringan melenggang, ceria dan tak ada perasaan bersalah atau perasaan dikejar dosa. Pasti sehat secara lahiriyah maupun batiniyahnya. Menenteramkan; jujur pasti menenteramkan. Tak ada yang perlu dikhawatirkan, apalagi ditakutkan, semua dikerjakan apa adanya sesuai aturan. Sehingga merekapun bekerja dalam suasana senang, tidur juga nyenyak dan makan juga enak. Mudah meraih WTP; jujur cara mudah menemukan dan menyelesaikan masalah, termasuk masalah Disclaimer menuju WTP. Dengan jujur, kesalahan mudah ditemukan, karena pihak yang berbuat salah segera mengakui dan cepat memperbaiki. Kalau toh masih susah juga, pasti tidak sesulit bila para pelaku kesalahan terus berdusta, karena untuk menutupi dusta-dusta sebelumnya. Jadi, dengan jujur, meraih penilaian WTP 2012 bukan perkara sulit. Justru yang paling sulit saat ini memulai jujur pada diri sendiri, teman, pimpinan, institusi dan negara. Ia rela menolak yang bukan haknya, walau menyenangkan. Siap menerima apa adanya, walau kurang menyenangkan. Ia pun tak menuntut lebih dari apa yang menjadi haknya. Jadi meraih WTP 2012, bergantung pada komitmen kejujuran kita.§ No.31/agustus/2011 Mediakom
15
MEDIA UTAMA
MEDIA UTAMA
Potret anak Indon
R
udi, anak yang menderita Talasemia, bersama anak penderita lupus dan kanker menyampaikan puisi ”Oh Tuhan aku minta mukjizat”. Mereka membaca puisi pada Hari Anak Nasional tahun 2011 di Taman Mini Indonesia. Sebuah harapan untuk kesembuhan penyakit yang tak ada obatnya. Mereka masih punya optimisme, “Tuhan akan membantu hambaNya yang berusaha dan berdo’a”, lanjut puisi itu. Walau menderita, mereka tak kenal lelah, berkarya dan menjalani hidup agar tetap bergembira dan bermanfaat.
16 Mediakom No.31/agustus/2011
et
nesia Lain lagi Saiful, pelajar SMK Taruna Bangsa Bekasi, anak pengemudi kendaraan operasional perusahaan swasta. Ia berbeda dengan pelajar lainnya. Walau ekonomi tak mendukung, tapi semangat untuk maju luar biasa. Berbekal HP jadul yang hanya dapat digunakan untuk sms, Ia mampu mengumpulkan temannya untuk mengikuti pelatihan Pelajar Sukses Cemerlang (PSC). “Saya berharap teman-teman dapat menikmati semangat membara untuk maju, sukses mengapai cita-cita”, kata ketua Osis yang sering dipanggil Ipul itu.
Peserta PSC dari SMK Taruna Bangsa Bekasi
Ipul, merasa terpanggil untuk mengajak teman lain, setelah ia merasakan manfaat mengikuti pelatihan Pelajar Sukses Cemerlang (PSC) yang diselenggarakan Yayasan Indonesia Sukses Cemerlang. Sebulan berikutnya Ipul mengumpulkan hampir 100 orang temannya untuk mengikuti PSC di SMK Taruna Bangsa Bekasi. Seminggu berikutnya lagi, Ipul juga telah mengajak 40 teman mengikuti PSC di sekolah Bina Siswa Bekasi. Semangat Ipul perlu dicontoh pelajar lain untuk bangkit dan maju walau dalam keterbatasan. Di sisi lain, saat ini anak umur
0 - 18 tahun yang memiliki akte kelahiran baru mencapai 35 persen dari sekitar 80 juta anak, berarti masih ada 50 juta anak yang belum terlindungi identitasnya. Sedangkan anak usia bawah lima tahun (Balita) yang memiliki akte kelahiran juga baru mencapai 55 persen. Padahal akte kelahiran sangat penting dan merupakan hak setiap anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi. Untuk mempercepat kepemilikan akte kelahiran, Kementerian Kesehatan bersama-sama No.31/agustus/2011 Mediakom
17
MEDIA UTAMA
Kemanapun pergi anak dekat ibu
tujuh kementerian lainnya sepakat menandatangani Nota Kesepahaman atau Memorandum of Undestanding (MoU). Sementara itu prevalensi perokok pada usia 13–15 tahun, adalah 24,5% laki-laki dan 2,3% perempuan dari total populasi Indonesia. Sementara itu kecenderungan usia memulai merokok menjadi semakin dini yakni usia 5 – 9 tahun, mengalami lonjakan paling signifikan, dari 0,4% tahun 2001 menjadi 1,8% per tahun 2004. Kecenderungan ini akan semakin meningkat dan bertambah parah jika tidak ada tindakan apa pun dari pihak-pihak yang berwenang dan berkepentingan. Ini adalah masalah kita, keluarga dan anak-anak, masyarakat dan bangsa Indonesia Memang, tak semua anak seperti Ipul atau Rudi yang sangat menggembirakan, tapi ada juga Lany. Remaja putus sekolah karena salah asuh dari orang tua. Membuat onar, merokok dan berbagai perilaku buruk lainya. Belum lagi masalah gizi kurang
18 Mediakom No.31/agustus/2011
dan gizi buruk masih mengelayuti masa depan anak-anak Indonesia. Khusus beberapa daerah seperti DKI, selain masalah kekurangan gizi juga ada masalah obesitas (kelebihan berat badan), sebagai akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010), berikut 5 Propinsi di Indonesia yang mempunyai kasus anak gizi buruk dan balita obesitas (kelebihan berat badan) dalam 10 tahun terakhir. Yakni 5 Propinsi yang tertinggi prevalensi sangat kurusnya adalah Jambi, Bengkulu, Riau, Sulawesi Tengah dan Kalimantan Selatan. Sedangkan 5 Propinsi yang tertinggi prevalensi gemuknya adalah Sumatera Utara, DKI Jakarta, Sulawesi Tenggara, Bali, dan Jawa Timur. Penyebab kurang gizi Umumnya perilaku termasuk pola asuh, daya beli dan ketersediaan pangan, mulai dari tingkat keluarga yang disebabkan oleh pengetahuan,
pendidikan, dan pekerjaan sesorang. Hal ini akan mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang maupun frekuensi sakit dan tingkat keberatan sakit yang diderita dan berdampak pada penurunan status gizi dan kesehatan serta daya tahan tubuh. Menurut hasil Riskesdas 2010, masih ada 21,5% balita usia 2-4 tahun yang mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal dan 16% yang mengonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal yang bila berlangsung lama, akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan balita. Gangguan ini bisa saja terjadi sejak janin masih dalam kandungan, karena ternyata masih ada 44,4% ibu hamil yang mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal. Masih ditemukan 49,5% wanita hamil mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal yang berdampak pada terhambatnya pertumbuhan janin dalam kandungan. Selain asupan yang kurang, seringnya anak sakit juga menjadi penyebab terjadinya gangguan pertumbuhan. Sanitasi lingkungan mempengaruhi tumbuh kembang anak karena mempengaruhi peningkatan kerawanan anak terhadap penyakit infeksi. Akibatnya, anak sering sakit karena rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat. Melihat kondisi anak yang belum menguntungkan, maka pemerintah telah melakukan berbagai langkah untuk menanggulanginya. Tanggulangi gizi buruk dan obesitas Sesuai dengan RPJMN 2010-2014 yang diaplikasikan melalui rencana strategis 2010-2014, Kemenkes telah menerapkan kebijakan teknis pembinaan gizi masyarakat untuk menanggulangi masalah tersebut, antara lain pemberdayaan penyelenggaraan Posyandu; berkaitan pencegahan masalah gizi; Memantau pertumbuhan anak di Posyandu sebagai upaya menjaring anak-anak yang berisiko mengalami masalah pertumbuhan, baik kurang gizi maupun kelebihan gizi, supaya dapat ditanggulangi sejak dini. Pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI
secara tepat dan benar; dengan pola pemberian makanan yang sesuai dan tepat bagi anak, dengan sendirinya anak terhindar dari masalah gizi. Selain itu, melakukan tatalaksana gizi buruk ; melalui perawatan maupun non perawatan yang disesuaikan dengan kondisi anak. Pemberian suplementasi gizi pada balita dan remaja termasuk fortifikasi makanan. Pemberian PMT pemulihan pada anak gizi kurang dan penguatan surveilan gizi nasional. Taburia Taburia adalah pemberian bubuk multivitamin dan multimineral untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral kepada bayi berumur 6-12 bulan dan anak umur 12-24 bulan. terutama dari keluarga miskin, sehingga semua masyarakat Indonesia tanpa kecuali mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk hidup sehat. Pengembangannya dan uji coba di beberapa propinsi sudah dilakukan sejak tahun 2009. Sasaran awal adalah balita 25-59 bulan dengan pertimbangan balita 6-24 bulan sudah mendapat MP-ASI. Tahun 2010 MP-ASI tidak diberikan lagi, sehingga taburia diberikan pada balita 6-24 bulan, tetapi difokuskan untuk riset di 3 propinsi di 685 desa yaitu Sumatera Selatan (408 desa), Nusa Tenggara Barat (117 desa), dan Sulawesi Selatan (160 desa). Untuk tahun 2011 taburia didistribusikan ke 6 propinsi di 24 kabupaten/kota. Pemberian Taburia sudah dilaksanakan di 6 propinsi dengan 2 kabupaten dan 2 kota di 6 propinsi yaitu Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Selatan. Posyandu Saat ini Posyandu sudah mengalami revitalisasi dan seluruh sektor dan program yang berkepentingan dalam kegiatan Posyandu sudah mulai membangun kerjasama untuk kemajuan Posyandu, ada Pokjanal Posyandu yang menjadi payung kelembagaan Posyandu. Program Posyandu tidak hanya
Pembagian Taburia pada masyarakat
lingkup kesehatan seperti imunisasi, pemantau pertumbuhan, pemberian obat gizi, penyuluhan serta pemeriksaan kesehatan saja, tetapi Posyandu saat ini sudah berkembang lebih maju. Bahkan di beberapa provinsi, Posyandu sudah terintegrasi dengan PAUD untuk merangsang kemampuan motorik anak. Di setiap Provinsi memiliki Posyandu unggulan, artinya pelaksanaan Posyandu sangat tergantung dari keaktifan kerja kader dan dukungan dari masyarakat serta petugas terkait. Jadi tidak bisa semata-mata dilihat dari provinsi mana,tetapi lebih fokus langsung ke Posyandunya. Untuk memacu motivasi kader dalam mengelola Posnyandu, setiap tahun atas kerjasama lintas sektor diadakan lomba Posyandu tingkat nasional yang disaring dari Posyandu terbaik dari setiap wilayah, mulai dari tingkat kecamatan hingga provinsi. Kemandirian Posyandu Posyandu dikategorikan menurut tingkat kemandiriannya yang dinyatakan dalam 4 strata mulai dari yang tertinggi yaitu mandiri, purnama, madya, dan yang terbawah adalah pratama. Kemandirian posyandu ditandai dengan pelaksanaan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan ratarata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih. Selain itu, cakupan kelima kegiatan
utamanya harus lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat, pesertanya lebih dari 50% KK bertembat tinggal di wilayah kerja Posyandu. Selain itu kemajuan atau keberhasilan posyandu dapat diukur dari pemanfaatan Posyandu tersebut oleh masyarakat dalam aktivitas menimbang bayi mencapai 80% atau lebih dari seluruh bayi di wilayah tersebut. Saat ini menatap masa depan anak Indonesia selalu muncul harap-harap cemas. Bila melihat sisi negatif dapat membuat bulu kuduk merinding. Tapi dari sisi prestasi, memang banyak menggembirakan baik dalam bidang kesehatan, pendidikan, olah raga dan lainnya. Terpenting, dalam menatap masa depan anak Indonesia harus optimis. Sebab trend 10 tahun terakhir, angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu(AKI), angka kurang gizi dan angka buta huruf terus menurun. Sementara angka harapan hidup juga terus meningkat. Bila melihat trend tersebut, sebenarnya menatap masa depan anak Indonesia tak terlalu merisaukan, asal semua pihak mulai dari orang tua, sekolah, lembaga kesehatan, dan lembaga lainnya memiliki fokus bekerja dan bersinergi memperbaiki kualitas anak Indonesia. Selamat Hari Anak Nasional 2011....!§ Pra, Delta No.31/agustus/2011 Mediakom
19
MEDIA UTAMA Menkes berdialog dengan anak Indonesia pada Hari Anak Nasional di Monas, Jakarta.
Anak Sehat, Kreatif dan Berakhlak Mulia
A
nak sehat dapat melakukan apa saja. Ia memiliki ciri berat badan bertambah, penglihatan dengan jelas, rambut tumbuh dengan subur, gusi merah dan gigi putih bersih, tidur nyenyak dan napsu makan baik. Kreatif kemampuan melakukan kegiatan melukis, mewarnai, menyanyi dan kegiatan lainnya yang identik dengan keceriaan anak-anak pada umumnya. Akhlak mulia tercermin dalam tutur kata, tingkah laku dan ketaatan beribadah. Itulah harapan yang ingin dicapai dari tema Hari Anak Nasional (HAN), 24 Juli 2011 “Anak Sehat, Kreatif dan Berakhlak Mulia”. Dalam sambutannya, Kepala Pusat Promkes dr. Lily S Setyowati, MM mengatakan tujuan peringatan HAN 2011 untuk meningkatkan kepedulian, kesadaran dan peran aktif stakeholders serta masyarakat dalam bidang kesehatan, pemenuhan hak-hak anak, pemberian layanan
20 Mediakom No.31/agustus/2011
pendidikan, gizi dan pencegahan kekerasan terhadap anak. Menurut dr. Lily HAN menjadi wahana bermain, unjuk prestasi, kreatifitas dan karya inovatif anak, serta mensosialisasikan kepada masyarakat tentang berbagai program layanan anak yang holistik integratif meliputi kesehatan, pendidikan gizi, pengasuhan, perlindungan hukum dan pelayanan sosial lainnya. Untuk itu perlu meningkatkan dan memperluas jejaring kerjasama dan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat termasuk organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha, media massa, penerbit dan semua pihak untuk mendukung program pelayanan bagi anak Indonesia. “HAN menjadi momentum meningkatkan komitmen dan keterlibatan berbagai pihak dalam pemenuhan hak-hak anak secara holistik integratif untuk menjamin
Dr. Lily S. Sulistyowati, MM
Kreasi anak di Monas.
Wapres Budiono hadiri acara puncak Hari Anak Nasional di Ancol.
Kegiatan kreatifitas anak di Monas
terpenuhinya kebutuhan tumbuh kembang anak dan pencegahan kekerasan terhadap anak” kata dr. Lily. Peringatan HAN dimeriahkan dengan acara festival anak Indonesia, 17-18 Juli di Monas Jakarta. Kegiatannya berupa pameran, workshop, pencatatan MURI, pertunjukkan seni, Budaya dan
Permainan Tradisional. Selain itu juga dimeriahkan dengan zona pameran tradisional, zona jajanan, zona motor dan mobil pintar, zona bimbingan, pengetahuan dan teknologi, obat tradisional dan zona gemar membaca. Sedang acara puncak HAN bersama Wakil Presiden diselenggarakan di Rama Shinta Hall Dunia Fantasi Ancol,
23 Juli 2011. Puncak HAN dimeriahkan dengan pertunjukan seni, pagelaran operet”rumah tanpa jendela” dan pameran tradisional anak Indonesia. Kegiatan lanjutan HAN pertunjukan Drama tari “ Djaka pengalasan” oleh Sanggar Saddya Budaya Bangsa, 24 Juli 2011 di gedung pewayangan TMMI Jakarta.§ Pra,Yn No.31/agustus/2011 Mediakom
21
MEDIA UTAMA
SISI UNIK ANAK INDONESIA
L
any, remaja tanggung, memutuskan berhenti sekolah. Pasalnya, mereka tidak mendapat tempat dimanapun bersekolah. Ketika SMP, hanya bertahan beberapa bulan, lalu dikeluarkan oleh sekolah. Kemudian masuk pesantren, juga hanya kurang dari tiga bulan, kemudian dikeluarkan lagi. Kini, ia menjadi pemuda nganggur, setiap hari nongkrong, merokok dan bikin onar dimanapun berada tiada henti. Pernah, tetangganya sedang mempunyai hajat pernikahan, mengundang banyak tamu dari berbagai tempat. Saat tamu sedang menikmati hidangan dan mendengarkan lagu dari orgen tunggal, sekitar pkl 19.00 tiba-tiba semua lampu padam. Seluruh tamu, tuan rumah dan panitia kelabakan. Cukup lama mencari penyebab kematian listrik. Kemudian datang
22 Mediakom No.31/agustus/2011
anak kecil menginformasikan, Lany telah menurunkan tombol yang berada dibelakang tenda. Pernah juga Ia membuat marah tetangga, sebab merusak dubur ayam peliharaan hingga berdarah-darah dan lumpuh. Belum lagi, kebiasaan mengganggu anak perempuan sebaya. Akibat kenakalan ini, Ia pernah dipukul seorang bapak sampai benjol, karena tidak tega anak perempuannya diganggu berulang kali. Walau sudah membuat onar berulang, Ia tak pernah merasa bersalah. Mengapa demikian ? Ternyata, Lany menjadi seperti itu, tidak berdiri sendiri. Banyak faktor yang mendukung Lany gemar iseng yang merusak. Ia terlahir dari seorang ibu, berayah seorang pecandu narkoba. Karena over dosis, sang ayah meninggal saat lany masih bayi. Sang Ibu tak sanggup merawat bayi anak semata wayang itu. Kemudian
ibunda menyerahkan kepada Mulyono saudaranya. Semua anak Mulyono tumbuh normal, sehat dan berakhlaq baik. Tapi malang, Lany tumbuh menjadi anak yang kurang menguntungkan. Masih banyak Lany lain yang tumbuh kurang menguntungkan. Ia putus sekolah menjadi pecandu narkoba, anak jalanan, pengemis dan berbagai perilaku hidup tidak sehat. Ini sebagian wajah anak Indonesia yang kurang beruntung. Ia akan berkontribusi mewarisi masa depan anak Indonesia yang berwajah muram. Selain itu, saat ini masih banyak masalah yang menyertai tumbuh kembang anak di Indonesia. Mulai dari masalah gizi, pendidikan akhlak dan masih banyak masalah lain yang menyertainya. Khusus masalah gizi, menimbulkan balita tumbuh berbadan kurus, berat badan kurang, gemuk dan pendek.
Anak menjadi pengamen, menggelandang di ibu kota. Mereka perlu pembinaan
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, secara nasional prevalensi balita berat kurang 17,9 persen yang terdiri 4,9 persen gizi buruk dan 13,0 gizi kurang. Masih ada 18 provinsi dengan prevalesi di atas nasional, sedang yang tertinggi 30,5 persen untuk provinsi Nusa Tenggara Barat. Sedangkan kependekan (stunting), prevalensi balita pendek secara nasional 35,6 persen terdiri dari 18,5 sangat pendek dan 17,1 pendek. Masih ada 15 provinsi yang mempunyai prevalensi kependekan, Provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi dengan prevalensi kependekan tertinggi. Untuk balita sangat kurus, prevalensi secara nasional 6,0 persen. Prevalensi kurus 13,3 persen. Masih ditemukan 19 provinsi yang mempunyai prevalesi kurus di atas angka nasional. Dari 19 provinsi tersebut angka tertinggi
ditempati provinsi Sulawesi Utara dan yang terendah yakni provinsi Jambi. Padahal menurut UNHCR, masalah kependekan sudah dianggap serius jika mencapai angka diatas 10,1-15,0 persen. Lebih 15,0 persen dianggap kritis. Indonesia masih mempunyai 9 provinsi dengan kategori kritis. Sedangkan kategori balita gemuk terjadi peningkatan. Tahun 2007 Balita gemuk meningkat menjadi 14,0 persen pada tahun 2010. Ada 12 provinsi tertinggi memiliki masalah kegemukan. Paling tinggi DKI dan yang rendah Jawa Barat. Keseluruhan masalah gizi pada balita akan sangat mempengaruhi pertumbuhan pada masa anak-anak dan remaja. Baik dari segi kesehatan, intelektual, sosial dan moral. Masalah gizi juga dapat menjadi mata rantai problematika anak, mulai dari ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
Orang tua yang miskin, akan melahirkan generasi yang miskin, sakitsakitan dan berpendidikan rendah. Bila miskin, bodoh dan tidak patuh kepada agama akan cenderung menjadi seperti Lany. Jadi masalah anak, memang menjadi problem bersama dari seluruh komponen bangsa, tak serta merta hanya menjadi masalah kesehatan belaka. Jadi seperti lingkaran setan. Rangkaian masalah bermula dari orang tua miskin dan bodoh. Kemudian mengandung anak dengan kurang gizi, lahir kurang gizi, tubuh menjadi anak yang kurang gizi pula. Setelah meraka dewasa akan melahirkan generasi yang sama pula, apabila tidak ada perbaikan pada fase berikutnya. Untuk itu harus ada upaya untuk memutus rantai masalah dengan memperbaiki gizi, kesehatan, ekonomi dan pendidikan serta moralitasnya.§ Pra No.31/agustus/2011 Mediakom
23
MEDIA UTAMA
ANAK SAYANG SEKALIGUS SEGAN
Hubungan orang tua dan anak harus terjaga, akrab dan harmonis.
24 Mediakom No.31/agustus/2011
www.infowanita.net
T
uti, ibu 5 anak merasa penting mengerjakan hal-hal kecil untuk buah hatinya. Mulai dari mengendong, menyusui, memandikan, menyiapkan makanan dan berbagai pernak-pernik keperluan anak-anaknya. Mengajari baca tulis, menggambar, mengantar pergi ke sekolah, menyapa saat datang, bercerita menjelang tidur dan bersendagurau diwaktu senggang. Ia tak merasa kalah penting dengan pekerjaan mencari nafkah, bekerja dikantor, memimpin rapat, kunjungan daerah dan berbagai kegiatan luar rumah yang terkesan keren dengan pergaulan yang luas. Kini, baru menyakini setelah puluhan tahun berlalu. Pekerjaan kecil yang selama ini Ia tekuni ternyata telah membentuk kepribadian anak yang tangguh. Mereka tumbuh sehat, cerdas, taat ibadah, menghormati orang tua dan berakhlaq mulia, sejuk dipandang mata, santun dan berprestasi dalam studinya. Bahkan anak-anak mereka tetap bersahaja, sederhana dan merakyat, meskipun bergaul dengan anak-anak berkantong tebal di sekolah atau kampusnya. Bagaimana membentuknya? Komunikasi, merupakan faktor dominan dalam mendidik anak. Gagal berkomunikasi, maka gagal pula dalam mendidik anak. Kegagalan komunikasi, sering kali disebabkan orang tua yang sangat sibuk, sehingga kurang menyempatkan waktu berkomunikasi dengan anak-anaknya. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Henny terhadap 250 anak di Jakarta.
Anak-anak ini mengalami masalah komunikasi dengan keluarga mereka. Henny menemukan masalah utamanya orang tua jarang meluang waktu dengan anak. Bapak-ibu asyik dengan gadget dan anak merasa orang tuanya cepat marah. Sedangkan pihak orang tua, mereka mengeluhkan kesulitan berkomunikasi dengan anak. Anak sulit diarahkan dan dipahami. Orang tua menginginkan anak disiplin dan bertanggung jawab dan jujur. Henny juga menemukan orang
tua yang cepat marah ketika asyik menggunakan gadget. Tak kurang dari 70 persen orang tua dari anakanak yang diteliti memiliki gadget (telepon seluler atau telepon). Henny menyarankan orang tua dapat meluangkan waktu setiap hari 15 menit setiap hari bersama anak, misal sarapan pagi, makan malam atau ibadah bersama. Mendidik anak, merupakan proses panjang berinteraksi yang memerlukan kesabaran, merawat dengan tekun dan berkomunikasi laksana teman, sejajar
seperti bercanda dan berdialog. Jauhi kesan atasan-bawahan, anak buah dan pimpinan, apalagi prajurit dan komandan. Mendidik anak merupakan pekerjaan rinci dan penuh konsistensi. Bukan pekerjaan global dan temporer. Menurut Dr. Nasih Ulwan, seorang pakar pendidikan dalam bukunya “Tarbiyatul Aulat” menyarakan orang tua untuk menempatkan diri sebagai sahabat, orang tua, guru dan pemimpin secara proporsional. Pertama, sebagai sahabat. Orang
tua dapat menempatkan diri sebagai sahabat. Mulai dari tutur kata, termasuk pemilihan penggunaan kosa kata, tema pembicaraan dan isu-isu terkini anak harus diketahui, walau hanya secara garis besar saja. Sehingga ketika ngobrol dengan anak, dapat nyambung dengan tema pembicaraan. Melalui komunikasi persahabatan seperti ini anak akan terbuka kepada orang tua, termasuk masalah pribadi akan disampaikan saat mengobrol seperti ini. Termasuk mendiskusikan kesepakatan untuk memutuskan kebijakan tertentu. Banyak masalah anak dapat diselesaikan melalui ngobrol. Untuk itu orang tua harus menyempatkan waktu ngobrol bersama anak. Tema ngobrol tidak harus tema tertentu, tapi apa saja yang penting enak suasana ngobrolnya. Ngobrol juga dapat digunakan untuk memberi nasehat secara halus. Anak tak merasa digurui, didikte atau mendapat intruksi. Anak akan mendapat pemahaman baru sedikit demi sedikit. Pemahaman seperti ini akan tertanam lebih mendalam dan permanen. Sebab pemahaman diperoleh atas kesadaran diri. Kemudian berubah sikap atas kemauan sendiri. Misal; pecandu rokok, kemudian berhenti merokok. Atau punya kebiasaan pulang malam, terlibat pergaulan bebas, kemudian berhenti atas kesadaran sendiri. Mendidik melalui ngobrol memang membutuhkan waktu yang lebih panjang. Sebab harus menunggu waktu yang tepat untuk memasukkan nilainilai positif. Bahkan terkadang harus bersabar, karena harus menunda lagi menyampaikan nilai-nilai positif. Kedua, menempatkan diri sebagai orang tua. Menjadi orang tua yang paling prinsip yakni keteladanan. Apa yang akan diinginkan orang kepada anak harus tercermin pada tingkah laku orang tua. Misal; orang tua ingin anak tidak merokok, maka orang tua harus tidak merokok. Dengan menjadi contoh, apa yang diinginkan orang tua kepada anak akan lebih mudah dilaksanakan. Sebab secara langsung anak dapat belajar kepada orang tua melalui melihat dengan mata kepala, mendengar dengan telinga, bukan sekedar kata-kata. Proses belajar
dengan bukti fisik secara langsung akan lebih mudah, cepat dimengerti dan dipraktekkan. Apabila orang tua tidak sengaja melakukan hal-hal yang buruk terlihat dan terdengar anak, maka orang tua harus berani secara jujur mengakui kesalahan dan minta maaf. Kemudian meminta anak tidak melakukan kesalahan tidak sengaja yang dilakukan orang tua. Kejujuran seperti ini akan menjelaskan kepada anak, bahwa kesalahan dapat terjadi kepada siapa saja. Setelah salah segera menyadari dan tidak mengulangi lagi. Keberanian mengakui salah dan minta maaf, walau kepada anak sendiri, akan menjadi contoh yang baik bagi anak. Suatu saat bila anak melakukan kesalahan, ia akan segera minta maaf kepada orang tua. Nuansa seperti ini akan menjauhkan rasa dendam anak kepada orang tua atau sebaliknya. Ketiga; Sebagai Guru. Menjadi guru untuk anak-anaknya. Ia harus sabar memberikan pelajaran, pemahaman dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai guru yang terpenting memahami anak adalah anak, bukan orang tua. Sering kali orang tua berhaharap anaknya berperilaku seperti orang tua, seperti disiplin, tertib dan bertanggung jawab secara ketat. Padahal dunia anak, yakni bermain, berimajinasi dan berkreasi yang tidak selalu sama dengan keinginan orang tua. Menjadi guru, harus paham karakter masing-masing anak. Tidak semua punya karakter sama. Jadi harus ada cara yang berbeda dalam memberi pengajaran, termasuk memberi hukuman dan hadiah. Keempat: Sebagai pemimpin. Orang tua menjadi pemimpin bagi anakanaknya. Terpenting dalam memimpin yakni tegas dalam kelembutan. Tegas itu harus dalam menghadapi kesalahan anak yang berulang, tapi tegas yang lembut. Misal anak harus dihukum karena tetap melakukan kesalahan. Tapi hukuman tidak boleh menyakiti, atau mencederai fisik dan perasaannya. Orang harus bijak dalam memberi pelajaran dan hukuman. Sehingga orang tua bukan ditakuti, tapi disegani selagus disayangi.§ Pra No.31/agustus/2011 Mediakom
25
MEDIA UTAMA
PERCEPATAN KEPEMILIKAN AKTE KELAHIRAN
S
aat ini anak umur 0 - 18 tahun yang memiliki akte kelahiran baru mencapai 35 persen dari sekitar 80 juta anak, berarti masih ada 50 juta anak yang belum terlindungi identitasnya. Sedangkan anak usia bawah lima tahun (Balita) yang memiliki akte kelahiran juga baru mencapai 55 persen. Padahal akte kelahir an sangat penting dan merupakan hak setiap anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi. Untuk mempercepat kepemilikan akte kelahiran, Kementerian Kesehatan bersama-sama tujuh kementerian lainnya sepakat menandatangani Nota Kesepahaman atau Memorandum of Undestanding (MoU). Penandatangan dilakukan Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi, Menteri Luar Negeri, Marti Nata Legawa, Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia (diwakili), Menteri Kesehatan diwakili Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, dr. Budihardja, MPH, Menteri Agama (diwakili), Menteri Sosial, Salim Segaf Al Jufri, Menteri Pendidikan Nasional, Moh. Nuh dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari dengan disaksikan Menko Kesra H.R. Agung Laksono, di Jakarta 13/5/2011. Meneg PP dan PA dalam
26 Mediakom No.31/agustus/2011
sambutannya mengatakan, tujuan utama MoU adalah untuk mensinergikan program maupun peran Kementerian/Lembaga masing-masing, untuk mempercepat dan memperluas pelaksanaan pemberian maupun penyediaan Akte Kelahiran bagi anak. Ditambahkan, jangka waktu Nota Kesepahaman selama empat tahun, dan untuk melaksanakan Nota Kesepahaman akan dibentuk Forum Koordinasi yang dikordinir Kementerian PP&PA dengan keanggotaan yang terdiri atas Kementerian/Lembaga terkait. Menurut Meneg PP dan PA, masingmasing Kementerian sesuai tugas dan fungsinya membantu memfasilitasi penye diaan akte kelahiran bagi anak. Sebagai contoh Kementerian Luar Negeri akan membantu agar tidak ada anak TKI yang tidak memiliki identitas; Kementerian Kesehatan membantu agar pembuatan surat keterangan lahir merupakan paket layanan persalinan; Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama akan mengintegrasikan materi pentingnya akte kelahiran di sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan; Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia akan memastikan keterpaduan akte kelahiran bagi anak dalam proses keimigrasian dan yang terkait lembaga pemasyarakatan serta rumah tahanan; Kementerian Sosial akan memfasilitasi anak-anak di berbagai lembaga kesejahteraan sosial; Kementerian Dalam Negeri sebagai penanggung jawab layanan pencatatan sipil akan mempercepat layanannya; dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak membantu untuk melakukan sinkronisasi dan koordinasi segala hal yang terkait dengan masalah perlindungan anak, termasuk pemenuhan akte kelahiran bagi
anak tersebut. Linda Amalia menambahkan, berdasarkan temuan Kementerian yang dipimpinnya terdapat 7 permasalahan krusial yang mempengaruhi terhambatnya pembuatan akte kelahiran. Ketujuh poin tersebut adalah (1) masih terbatasnya kapasitas unit pencatatan sipil dalam melaksanakan pelayanan akte kelahiran; (2) masih terkendalanya akses untuk mendapatkan layanan kepemilikan akte kelahiran di luar negeri. Sewaktu kami melakukan kunjungan ke beberapa negara, kami menemukan bahwa anak TKI yang lahir di luar negeri kesulitan mendapatkan akte kelahiran; (3) masih terbatasnya aksesibilitas anak di lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan untuk memperoleh akte kelahiran; (4) masih terbatasnya fasilitas pengurusan akte kelahiran bagi anak yang lahir di rumah sakit atau sejenisnya; (5) masih terbatasnya informasi tentang pentingnya kepemilikan akte kelahiran bagi orang tua maupun peserta didik melalui jalur pendidikan; (6) masih terbatasnya peran lembaga kesejahteraan sosial dalam mensosialisasikan dan menyediakan akte kelahiran bagi anak; (7) masih terbatasnya peran lembaga keagamaan termasuk instansi yang menangani agama dalam melakukan sosialisasi bagi orang tua maupun yang akan menjadi orang tua tentang pentingnya akte kelahiran sebagai hak anak. Soetjahjo, Direktur Pencatatan Sipil Kemendagri dalam keterangannya menjelaskan bahwa untuk mempercepat pembuatan akte kelahiran dilakukan pemutihan. Artinya, bagi orang tua yang anaknya terlambat mengurus akte kelahiran diberikan kemudahan persyaratan administrasinya dan tidak dipungut biaya alias gratis. Soetjahjo menambahkan, anak yang terlambat membuat akte kelahiran, sesuai peraturan harus dilengkapi keterangan dari pengadilan, tetapi untuk tahun ini prosedur ini tidak diberlakukan. Sementara itu dr. Budihardja, MPH, Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak menjelaskan, bahwa sosialisasi percepatan kepemilikan Akte Kelahiran akan dilakukan melalui berbagai kegiatan termasuk melalui program Jampersal. “Dalam program Jampersal, setidaknya para ibu hamil akan mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak empat kali. Melalui kegiatan itulah sosialisasi program percepatan akte kelahiran dapat dilakukan”, ujar dr. Budihardja.§ Smd
Peserta PSC (Pelajar Sukses Cemerlang) bersemangat mengikuti pelatihan.
Melecut Prestasi Anak Negeri
B
anyak remaja yang lemah semangat, malas dan hampir putus asa. Mereka hanya pasrah menjalani hidup ala kadarnya. Tak punya cita-cita, apalagi berprestasi. Ditengah apatisme sebagian remaja ini, tampil sekelompok anak muda peduli remaja. Mereka menyapa, bekerja dan berdoa untuk membangkitkan motivasi, melecut prestasi anak negeri. Seperti apakah kerja mereka dan bagaimana program kerjanya, mediakom berhasil wawancara dengan Didit Rahardi, S.Psi. Pendiri Yayasan Indonesia Sukses Cemerlang, berikut petikannya. Latar belakang mendirikan YISC Yayasan Indonesia Sukses Cemerlang (YISC) didirikan sebagai bentuk perhatian dan kepedulian kami terhadap generasi muda, khususnya para pelajar tingkat SMP dan SMA. Kami yakin bahwa merekalah yang akan menentukan wajah masyarakat dan bangsa di masa depan. Kami ingin
berkontribusi dalam memperbaiki kondisi masyarakat dan bangsa ini, Tujuan mendirikan YISC YISC bertujuan untuk semaksimal mungkin membantu meningkatkan kualitas generasi muda, khususnya pelajar. Untuk sekolah, kami rancang kegiatan istimewa bagi para pelajar yang memang menjadi sasaran utama kami. Untuk keluarga, kami akan mengembangkan program pelatihan bagi orang tua mengenai bagaimana berkomunikasi dan menjalin hubungan yang menyenangkan dengan anakanak remaja mereka. Untuk institusi pemerintah, kami akan menjadi partner mereka terutama dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda. Bagi institusi bisnis kami rancang bersama kegiatan yang mendukung bagi kegiatan bisnis mereka terutama dari segi promosi serta dari aspek tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility).
Bagaimana trend generasi muda saat ini? Trend generasi muda saat ini adalah sesuai dengan kondisi psikologis dan perkembangan mereka sebagai remaja dan informasi apakah yang secara intensif mereka dapatkan, itulah yang menjadi trend. Sebagai seorang remaja, mereka sangat ingin diakui keberadaannya yang sudah berbeda dari kondisi sebelumnya (masa anak-anak), sehingga mereka akan melakukan apa pun yang mereka anggap akan menjadikan diri mereka eksis. Mereka juga sangat senang bergabung dalam satu kelompok yang mana hal ini juga akan semakin menguatkan ke-eksisan mereka. Mereka juga dalam kondisi yang sangat besar rasa ingin tahunya serta senang mencoba hal-hal baru dan bersifat petualangan. Nah, berikutnya yang membentuk trend generasi muda adalah informasi yang secara intensif mereka dapatkan dari berbagai media. Informasi itulah yang akan menjadikan diri generasi muda menjadi eksis, dengan mengikuti gaya, atribut, tingkah laku yang dianggap bisa membuat mereka menjadi eksis. Dapat diceritakan program PSC Program PSC (Pelajar Sukses Cemerlang) adalah program unggulan dari YISC khusus dirancang bagi pelajar yang merupakan rangkaian kegiatan berupa Achievement Motivation Training, Workshop Penelusuran Minat dan Bakat, Campus Visit, Time Management Training, Jumpa Tokoh, Career Planning Workshop dan Student Adventure Challenges. Dan yang paling dahsyat dari program ini adalah program pendampingan pertemuan mingguan yang dipandu oleh Super Coach. Para Super Coach inilah yang akan “memastikan” para peserta program PSC benar-benar bisa meraih mimpi suksesnya. Proses weeklycoaching inilah yang menjadi kunci sukses dari program PSC Apa target yang akan dicapai dalam PSC PSC diadakan bagi pelajar untuk
No.31/agustus/2011 Mediakom
27
MEDIA UTAMA menjaga dan meningkatkan motivasi mereka untuk terus berprestasi, meningkatkan keyakinan diri para pelajar bahwa mereka punya potensi yang sangat besar untuk mencapai kesuksesan yang mereka inginkan, mengeksplorasi potensi, minat dan bakat pelajar serta membantu mereka mengambil tindakan yang sudah direncanakan untuk meraih mimpi dan mewujudkan cita-cita mereka Bagaimana mekanisme pembiayaan program PSC Sejauh ini kami baru bisa swadaya dari dana para pendiri dan pengurus Yayasan. Secara teknis di lapangan, kami juga meminta kontribusi peserta. Secara nominal apa yang mereka kontribusikan adalah sangat jauh dari “harga asli” program PSC yang bernilai jutaan rupiah, terlebih para Trainer dan Fasilitator serta Super Coach program PSC adalah orang-orang yang sangat profesional dan memiliki pengalaman sukses yang luar biasa. Kontribusi ini adalah bentuk tanggung jawab mereka atas diri mereka sendiri untuk meraih sukses dan kami kembalikan kepada mereka dalam bentuk fasilitas yang mereka dapatkan sebagai peserta program. Nah yang menarik di sini adalah mereka bisa mengikuti rangkaian program berikutnya secara gratis dengan syarat mereka mengajak minimal 1 orang teman mereka untuk jadwal PSC berikutnya. Jika mereka tidak bisa mengajak 1 orang temannya, maka kita minta mereka mengajak 2 orang, jika 2 orang ngga bisa maka kita mereka mengajak 3 orang dan seterusnya. Model ini kami berlakukan untuk semakin meluaskan informasi mengenai manfaat program PSC kepada teman-teman mereka, sehingga lingkungan sekitar mereka, terutama teman mereka sendiri adalah lingkungan yang positif yang merupakan penunjang bagi pencapaian sukses mereka. Ke depannya kami akan mengajak lebih luas lagi lapisan masyarakat untuk turut berkontribusi dalam hal pendanaan ini. Kami akan mengajak para tokoh masyarakat, organisasi, institusi pemerintah
28 Mediakom No.31/agustus/2011
maupun perusahaan. Kami juga akan memastikan bahwa kontribusi mereka juga akan memberikan feedback positif bagi setiap pihak yang kami ajak. Bagaimana tanggapan peserta PSC pada umumnya Kami sudah menjalankan PSC sebanyak 6 angkatan, tanggapan mereka sangat beragam, ada yang menyesal mengikuti PSC, tanggapan ini dilontarkan oleh peserta yang sudah berada di kelas XII dimana mereka sudah akan lulus dari SMA. Selain itu, kami juga mendapatkan tanggapan dari peserta yang lain mengenai banyaknya manfaat dari kegiatan PSC ini, mereka menjadi termotivasi kembali, menyadari potensi dan kemampuan mereka untuk sukses, mereka ingin membahagiakan orang tua mereka. Ada juga peserta yang mengungkapkan bahwa sebelum mengikuti PSC, dia sudah merasa putus asa, tidak ada harapan baginya untuk sukses di masa depan karena melihat lingkungannya, teman-teman sekolahnya yang hobi tawuran, namun setelah dia mengikuti kegiatan PSC dia malah termotivasi untuk mengajak teman-temannya mengikuti kegiatan PSC ini Suka duka menyelenggarakan program PSC Sukanya adalah Alhamdulillah sampai saat ini penerimaan dari peserta, pihak sekolah bahkan orang tua sangat positif sekali terhadap program PSC. Mereka melihat ada perubahan positif dari semangat, tingkah laku dan sikap para peserta yang mengikuti program ini. Dukanya, Alhamdulillah kami belum pernah merasakannya, karena kami yakin bahwa apa yang kami lakukan hanyalah untuk tujuan kebaikan semata, sehingga kami yakin dalam proses sebelum, pada saat pelaksanaan maupun sesudahnya, hanya kebaikan yang melingkupi aktivitas kami Bagaimana program PSC ke depan Kami akan memberikan bukti, data dan fakta kepada masyarakat luas mengenai apa yang sudah kami lakukan dan perubahan positif apa yang sudah
terjadi selama program PSC dijalankan. Setelah itu kami akan mengajak partisipasi masyarakat yang lebih luas lagi untuk melaksanakan PSC secara lebih luas, lebih baik dan lebih banyak lagi. Kami akan mengembangkan komunitas PSC sesuai arahan potensi dan minat mereka untuk sukses di masa depan. Selain itu, kami juga akan merancang program PSC bagi setiap lapisan masyarakat yang mendukung akselerasi pencapaian kesuksesan bagi pelajar. Misalnya, bagi para guru / pendidik kami akan merancang program PSC (Pendidik Sukses Cemerlang), bagi orang tua kami juga akan merancang program PSC (Parents Sukses Cemerlang) sehingga pelajar akan semakin mudah dan cepat dalam mewujudkan cita-cita sukses mereka Apa harapan Anda pada masyarakat terhadap program PSC Harapan kami kepada masyarakat agar semakin banyak lapisan masyarakat, organisasi, institusi dan pihak-pihak lain yang turut peduli dan berkontribusi bagi perbaikan dan peningkatan kualitas generasi muda. Sehingga, Indonesia Sukses Cemerlang yang saat ini masih dalam mimpi akan menjadi kenyataan.§ Pra
Didit Rahardi, S.Psi. --------------------------------------------------Pendiri Yayasan Indonesia Sukses Cemerlang --------------------------------------------------Status Menikah, 2 anak, insya Allah akan 3 --------------------------------------------------Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia --------------------------------------------------Pekerjaan Manajer Personalia pada Perusahaan Multinasional di Jakarta
UNTUK RAKYAT
Menkes berbincang dengan anggota DPR.
“ADA APA DENGAN RUU BPJS?” KRI telah mengamanatkan kepada pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia seperti tertuang dalam konstitusi Negara UUD 1945 Pasal 28 dan Pasal 34 yang kemudian diterjemahkan lebih lanjut dalam UU No.40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) beserta aturanaturan turunannya, salah satunya adalah Rancangan UndangUndang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Tujuan UU No. 40/2004 adalah memberikan landasan hukum yang dapat lebih mempercepat peningkatan kepesertaan dan perluasan manfaat penyelenggaraan program jaminan sosial. Demikian juga landasan hukum BPJS yang selama ini dilaksanakan BUMN. Hingga saat ini RUU BPJS masih terus dibahas di DPR. Satu masalah yang hendak dirumuskan adalah bentuk BPJS itu sendiri.
N
Rencana pemerintah dan DPR membentuk dua badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) untuk mengimplementasikan UU Nomor 40 Tahun 2004 oleh beberapa pihak dianggap akan merusak sistem jaminan sosial yang sudah berjalan. Apalagi rencana ini berimplikasi pada peleburan empat BPJS yang ada saat ini menjadi dua BPJS yang dibentuk berdasarkan program jaminan sosial. Mantan Ketua Tim Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Sulastomo, menyatakan bahwa dalam kondisi saat ini untuk menentukan bentuk BPJS yang ideal memang tidak mudah. Sebab, BPJS harus sesuai dengan realita yang ada, termasuk menyangkut hak peserta dan kekayaan keempat BUMN yang akan dilibatkan PT Jamsostek, PT Askes, PT Taspen dan PT Asabri beserta personalianya. Mengenai usulan dua BPJS, jika merupakan peleburan dari BUMN yang ada, akan menjadi sulit, mengingat harus mengurai setiap BUMN yang memiliki aset, personel, jenis manfaat, dan sistem berbeda sehingga tak mudah mengelompokkan ke dalam dua BPJS. Adapun menambah
dua BPJS disampung empat BUMN yang ada akan lebih membuat rancu dan inefisiensi penyelenggaraan jaminan sosial sehingga tak selayaknya dilakukan (Kompas, Selasa 26 Juli 2011) Bahkan setelah melewati sekian banyak pertemuan pembahasan, masih ada perdebatan yang terjadi antara pihak DPR dengan pihak Pemerintah. DPR menghendaki peleburan badan penyelenggara yang ada seperti PT. Jamsostek, PT. Taspen, PT. Askes, Asabri, dan Jamkesda dalam satu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk melayani 237 juta penduduk. Pemerintah menghendaki badan-badan penyelenggara yang sudah ada tetap berjalan. DPR juga menghendaki RUU BPJS bersifat menetapkan dan mengatur. Sebaliknya Pemerintah menghendaki RUU BPJS hanya menetapkan dan menjadi UU payung. Pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah/ presiden. Pembahasan terkait Rancangan Undang-Undang (RUU) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menemui titik terang. Pemerintah telah menyetujui transformasi menyeluruh terhadap empat BUMN meliputi program, peserta, aset, karyawan, dan kelembagaan secara bertahap menjadi dua BPJS. Dua BPJS yang dibentuk tersebut merupakan penawaran dari pemerintah. Rapat Panitia Kerja (Panja) yang dilakukan pada 10 dan 11 Juni 2011 sepakat membentuk dua BPJS. Kementerian Keuangan menyebutkan dua BPJS yang disepakati yakni BPJS Program Jaminan Kesehatan, Kecelakaan Kerja dan Kematian, dan BPJS Program Jaminan Pensiun dan Hari Tua. Walau demikian, masih banyak isu panas yang beredar. Hal ini terkait isu makro substansial SJSN, transformasi kelembagaan, dan implementasi administrasi penyelenggaraan program SJSN. Isu makro dan mendasar antara lain esensi makna UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2, Pasal 28H, Pasal 33, dan Pasal 34 yang diinterpretasikan sebagai rakyat berhak memperoleh jaminan sosial dari negara. Ini berarti rakyat tak wajib ikut dan tak perlu membayar No.31/agustus/2011 Mediakom
29
untuk rakyat
Suasana pembahasan RUU BPJS di DPR.
iuran premi. Padahal UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN Pasal 17 mewajibkan semua menjadi peserta dan wajib membayar kecuali penerima bantuan iuran. Isu transformasi kelembagaan meliputi bentuk badan hukum kelembagaan, aset, karyawan, aset kepesertaan, dan lain-lain. Adapun isu implementasi adalah bagaimana sistem penarikan iuran, berapa, oleh siapa, disimpan dimana, dan bagaimana pemberian manfaatnya. Ini termasuk bentuk manfaat dan bagaimana untuk daerah yang belum mempunyai infrastruktur pelayanan kesehatan yang memadai. Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional Fachmi Idris dalam tulisannya di Harian Kompas (Selasa, 26 Juli 2011) menyatakan bahwa apabila
30 Mediakom No.31/agustus/2011
empat BPJS yang berbentuk perseroan terbatas secara cepat ditransformasikan menjadi badan yang lebih sesuai dengan sembilan prinsip SJSN, BPJS hasil penyesuaian ini dapat langsung diperintahkan melalui UU BPJS untuk melaksanakan tugasnya secara jelas berdasarkan pengalaman dan kekhususannya masing-masing. Para mantan petinggi negeri juga angkat bicara mengenai hal ini. Wakil Presiden RI periode 2004-2009 M. Jusuf Kalla menyatakan, empat lembaga, yaitu Jamsostek, Taspen, Askes, dan Taspen, harus keluar dari struktur Kementerian BUMN dan berbentuk wali amanat serta bersifat nirlaba. Meskipun demikian, empat lembaga itu tidak harus dilebur jadi satu agar keempatnya bisa menjalankan fungsi sebagai bagian dari sistem jaminan sosial. “Tidak
mungkin uang kepesertaan buruh dan pekerja digabungkan dengan uang TNI/ Polri. Jadi, biarkan saja empat lembaga yang ada itu menjalankan fungsinya masing-masing. Akan tetapi, tidak bisa mereka tetap di bawah Kementerian BUMN. Keempatnya harus wali amanat, dan nirlaba. Investasinya harus terbuka dan untuk kepentingan peserta, bukan untuk BUMN lagi,” kata Kalla. (Kompas, Selasa 2 Agustus 2011). Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih berharap badan penyelenggara jaminan sosial I yang khusus menyelenggarakan jaminan sosial layanan kesehatan bagi semua segera diwujudkan. Menkes mengatakan, pembentukan badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) untuk jaminan kesehatan dasar layak jadi prioritas. “Kita ingin BPJS Kesehatan itu segera terbentuk agar jaminan kesehatan dasar yang merata, tidak diskriminatif dan portabilitas (dapat memberi layanan di mana saja) bisa dilakukan,” kata Menkes (Antara, Rabu, 27 Juli 2011). BPJS Kesehatan itu tidak hanya melayani jaminan kesehatan bagi mereka yang miskin dan tidak mampu yang iurannya dari negara, tapi juga bagi pekerja yang iurannya dibayarkan oleh majikannya. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengatakan, kesepakatan antara DPR dan pemerintah terkait penerbitan RUU BPJS akan dibahas pada masa sidang DPR pada Bulan Agustus – Oktober 2011 yang akan datang. Dalam pembahasan tersebut akan diupayakan betul-betul menghasilkan undangundang yang lebih sempurna dari segala aspek. Dengan ini, pelaksanaan RUU BPJS diharapkan tidak mengalami kendala atau kesulitan serta menuai penolakan. DPR dan pemerintah sendiri sudah sepakat bahwa BPJS bersifat nirlaba dan bukan BUMN serta berbentuk wali amanat. Pembahasan RUU BPJS akan dilanjutkan pertengahan Agustus mendatang pada masa Sidang DPR 2011-2012.§ DIS, dari berbagai sumber
pelangikatamanja.blogspot.com
RPP TEMBAKAU : PERINGATAN BAHAYA ROKOK BERUPA TULISAN DAN GAMBAR ementerian Kesehatan melakukan sosialisasi Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan (RPP Tembakau) yang dihadiri sekitar 150 orang dari berbagai pihak baik yang pro maupun kontra terhadap RPP. Para peserta terdiri dari berbagai unsur mewakili Kemkes, Badan POM, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Yayasan Jantung Indonesia, Lembaga Demografi UI, Muhammadiyah, Ketua DPRD Temanggung, Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia, Serikat Petani Tembakau, KADIN, HKTI, Serikat Buruh, dan lain-lain.
K
Tujuan sosialisasi adalah mendapatkan masukan dari berbagai kelompok masyarakat terutama yang menolak RPP agar setelah ditetapkan menjadi PP dapat diterima semua pihak. “Kami ingin RPP ini bersih dan tidak menimbulkan masalah di kemudian hari, karenanya kami melakukan sosialisasi untuk menyatukan pendapat setidaknya mencari satu titik temu,” ujar Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kemkes Prof. Dr. Budi Sampurno, SH. Diharapkan, dengan disahkan RPP Tembakau menjadi PP merupakan payung hukum yang dapat melindungi generasi muda sekarang dan yang akan datang dari bahaya rokok seperti penyakit Jantung, Stroke, Kanker, Hipertensi dan lainnya, ujar Bambang Sulistomo Staf Khusus Menkes Bidang
Politik Kebijakan Kesehatan selaku moderator pada acara tersebut. “Gencarnya iklan, promosi dan sponsor rokok berdampak pada semakin meningkatnya prevalensi merokok pada anak-anak. Kita ingin selamatkan generasi muda. Perokok pemula yaitu anak SD dan SMP sudah merokok di mana-mana. Itu pasti mempengaruhi kesehatan mereka. Inilah yang kita khawatirkan ke depan,” kata Bambang Sulistomo. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa iklan, promosi dan sponsor rokok menimbulkan keinginan anakanak untuk merokok, mendorong anak-anak perokok untuk terus merokok dan mendorong anak-anak yang telah berhenti merokok untuk kembali merokok, tambah Bambang. Diketahui jumlah perokok di Indonesia meningkat secara cukup signifikan. Pada tahun 1995 hanya ada sekitar 34 juta perokok, tetapi berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 telah meningkat menjadi 34 persen atau sekitar 80 juta orang Indonesia merokok setiap hari. Padahal, masyarakat berhak mendapat informasi dan peringatan yang jelas dan benar atas dampak buruk akibat rokok. Walaupun lebih dari 90% masyarakat pernah membaca peringatan kesehatan berbentuk tulisan dibungkus rokok, hampir separuhnya tidak percaya dan 26% tidak termotivasi berhenti merokok. Karena itu dalam rangka melindungi masyarakat dari bahaya rokok, RPP Tembakau, antara lain mengatur peringatan pemerintah dalam bentuk tulisan dan gambar (Pasal 15). Pasal 10,19 dan 20 mengatur tentang produksi tembakau harus melakukan pengujian kandungan nikotin dan tar dan mencantumkan dalam kemasan. Pasal 13 mengatur produksi dan impor rokok putih mesin dilarang mengemas kurang dari 20 batang dalam satu kemasan. Pasal 21, mengatur pencantuman larangan menjual atau memberi rokok kepada anak dan perempuan hamil. Pasal 23, mencantumkan larangan kata Light, Ultra light, Mild, Extra Mild, Low Tar, No.31/agustus/2011 Mediakom
31
untuk rakyat Slim, Special, Full Flavour, Premium atau kata lain yang mengindikasikan kualitas, superioritas, rasa aman, pencitraan dan lain-lain. Pasal 24, mengatur larangan menjual produk tembakau dengan menggunakan mesin layan diri, kepada anak dan perempuan hamil. Pasal 24, mengatur pengendalian iklan dan promosi rokok dan pasal 48 mengatur tentang kawasan tanpa rokok. Abdillah Hasan peneliti Lembaga Demografi FEUI mengatakan, RPP Tembakau tidak akan mampu menurunkan industri rokok, jadi tidak perlu takut yang berlebihan. Ia membantah bahwa RPP Tembakau akan mematikan usaha petani tembakau dan produsen rokok, karena dalam RPP yang baru ini tidak jauh berbeda dengan PP 19 Tahun 2003. Dalam RPP yang baru, rokok masih boleh diiklankan. Abdillah memberikan contoh negara Thailand yang sudah memiliki peraturan ketat mengenai rokok, seperti tidak boleh ada iklan serta harga rokok yang mahal. Tapi sejak tahun 1989-2009, konsumsi rokok di negara tersebut masih tetap tinggi, hanya jumlah perokoknya saja yang menurun. “Industri rokok merupakan industri yang kuat, lihat saja pada tahun 1998 saat krisis moneter yang mana pendapatan rakyat menurun tapi industri rokok justru meningkat,” ungkapnya. Jadi sebenarnya tidak ada yang
“Kami ingin RPP ini bersih dan tidak menimbulkan masalah di kemudian hari, karenanya kami melakukan sosialisasi untuk menyatukan pendapat setidaknya mencari satu titik temu,” Prof. Dr. Budi Sampurno, SH.
32 Mediakom No.31/agustus/2011
perlu di khawatirkan dari RPP ini dan tidak perlu takut yang berlebihan. Selain itu RPP ini dinilai juga sudah lebih “lunak” dibandingkan dengan rancangan sebelumnya. “Dalam RPP ini iklan rokok masih diperbolehkan”, ujar Abdillah. Sementara itu Laksmiati A. Hanafiah, dari Komnas Pengendalian Tembakau mengungkapkan bahwa sudah ada 70.000 penelitian yang menunjukkan bahwa rokok bisa membahayakan kesehatan, serta bisa meningkatkan faktor risiko dari suatu penyakit . “Peningkatan jumlah perokok pada generasi muda meningkat tajam, karenanya tak heran jika penyakit jantung dan stroke bisa menyerang di usia 30-40 tahun,” ujar penggiat masalah rokok yang akrab disapa Mia. Mia mengungkapkan sebenarnya 10-15 tahun setelah seseorang merokok akan muncul tanda-tanda efek buruk dari rokok. Rokok memang bukan satu-satunya penyebab masalah kesehatan, tapi rokok bisa menjadi faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena suatu penyakit seperti jantung dan kanker paru-paru. Risiko kematian akibat kanker paru-paru pada laki-laki yang merokok lebih besar 23 kali sedangkan untuk wanita yang merokok sebesar 13 kali lipat dan sepertiga dari perokok tersebut meninggal dengan rata-rata waktu meninggal 15 tahun lebih cepat dibandingkan yang tidak merokok. Dr. Widyastuti dari FKM-UI meminta industri rokok tidak menerapkan standar ganda, karena rokok produksi Indonesia yang dijual ke Brunei, Malaysia dan Singapura sudah mencantumkan peringatan kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar. Tetapi aneh, mengapa keberatan mencantumkan tanda peringatan yang sama untuk rokok yang diedarkan di dalam negeri. Tetap Menolak Kendati RPP telah mengakomodir masukan dari berbagai kementerian, namun pihak-pihak yang kontra tetap keberatan terhadap RPP Tembakau.
“Peningkatan jumlah perokok pada generasi muda meningkat tajam, karenanya tak heran jika penyakit jantung dan stroke bisa menyerang di usia 30-40 tahun,” Laksmiati A. Hanafiah
Ketua DPRD Temanggung, Bambang Sukarno menyatakan bahwa dalam sosialisasi ini jangan mengambil keputusan. Ia tidak setuju adanya RPP Tembakau yang baru, tetapi lebih sreg dengan PP No. 19 Tahun 2003. Ferry Mursidan Baldan, dari Smokers Club menilai RPP Tembakau yang baru tidak perlu menetapkan kawasan tanpa rokok pada tempattempat umum, karena di tempat ibadah, ia mencontohkan tidak perlu ditetapkan KTR, ujarnya. Kekhawatiran juga datang dari petani tembakau dan pengusaha rokok karena dikhawatirkan RPP ini dapat mematikan mata pencaharian mereka. Menurut mereka, manfaat rokok bagi negara tidak sedikit, contohnya setiap tahun menyumbangkan cukai tembakau sebesar enam puluh trilyun rupiah.§ Smd
RAGAM
HINDARI STUNTING SEJAK DINI
asih banyak masalah yang terkait dengan gizi yang perlu dipehatikan yaitu Stunting atau terhambatnya pertumbuhan tubuh. Stunting adalah salah satu bentuk gizi kurang yang ditandai dengan tinggi badan menurut umur diukur dengan standar deviasi dengan referensi WHO. Data WHO menunjukkan tinggi anak Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan tinggi anak dari nagara-negara lain. Berdasarkan Riskesdas 21, prevalensi anak balita pendek (stunting) 35,6% atau turun 1,2% dibandingkan 2007 (36,8%) atau turun 1,2% dibandingkan 2007 (36,8%). Kedasaran tentang pentingnya keamanan pangan, status gizi baik tergantung pada ketersediaan dan keamanan pangan. Data WHO menunjukkan 2,2 juta orang pertahun meninggal yang diakubatkan penyakit bersumber dari makanan, terutama makanan yang mengandung zat-zat bahaya dan beracun. Stunting banyak tidak disadari dalam pertumbuhan balita, jika
M
tidak diketahui sampai anak berusia dua tahun makan terhambatnya tinggi tubuh bisa tidak maksimal. Untuk menghindari hal tersebut asupan gizi pada ibu hamil harus di perhatikan supaya bayi lahir dengan berat badan normal. Pada bayi baru lahir bayi sudah mempunyai naluri menyusu pada ibunya secara langsung yang dikenal dengan IMD (Inisiasi Menyusui Dini). Pada proses IMD ini mengandung kolesterum yang ada pada ibu baru melahirkan dan itu hanya terjadi sekali. Dan diteruskan dengan ASI eksklusif selama enam bulan dan menyusui sampai bayi berusia dua tahun. Ibu bekerja bukan kendala dalam menyusui bayi di rumah. Di harapkan setiap kantor atau pelayanan publik menyediakan pojok ASI sehingga ibu menyusui tetap bisa peras asi untuk bayi di rumah. Hal lain yang kurang disadari masyarakat yaitu jika anak balita dengan berat badan lebih itu sama dengan berat badan kurang yang nantinya bisa menyebabkan penyakit regeneratif. Di masyarakat masih dengan paradigm bahwa kalau anak
balitanya gemuk sudah memenuhi gizi dengan baik…..padahal tidak semestinya begitu. Anak yang di beri ASI tidak mempunyai berat badan berlebih karena proses pencernanya air susu sangat berbeda dengan yang ada di dalam susu formula. Pentingnya penimbangan pada masa balita sangat penting untuk mengetahui perkembangan balita termasuk pada tinggi badannya juga sehingga jika ada masalah bisa diketahui sejak dini. Pada gizi buruk atau gizi kurang tidak selalu pada anak yang kurus atau berat badan kurang tapi pada tinggi yang kurang atau perkembangan yang tidak maksimal. Pada kurang maksimalnya tinggi yang biasa di sebut stunting, akibat dari stunting sangat luas seperti dimensi ekonomi, dimensi kecerdasan, dimensi kualitas, dan dimensi bangsa yang berefek pada masa depan anak. Yang banyak tidak disadari mayarakat bahwa pendek adalah genetik dimana jika orang tuanya pendek maka anaknya juga pendek paradigma seperti itu yang beredar di masyarakat yang salah. Di masa kini anak bisa lebih tinggi dari orang tuanya dengan gizi yang baik. Salah satu penyebab stunting adalah gizi buruk atau gizi kurang, untuk mengantisipasi hal itu di harapkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya di puskesmas atau tenaga keseatan terdekat, memberi bayi ASI eksklusif dan MP-ASI dan makanan bergizi seimbang. Salah satu permasalahan gizi yang dapat muncul sebagai akibat
No.31/AGUSTUS/2011 Mediakom
33
RAGAM rendahnya kualitas makanan yang dikonsumsi adalah stunting pada anak. Stuned atau yang disebut tinggi badan perpanjang badan terhadap umur yang rendah digunakan sebagai indikator malnutrisi kronik yang menggambarkan riwayat kurang gizi anak dalam jangka waktu lama. Anak yang pendek dapat disebabkan oleh asupan gizi yang buruk atau menderita penyakit infeksi berulang. Di Indonesia, lebih dari sepertiga (36,1%) anak usia sekolah di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah yang merupakan indikator adanya kurang gizi kronis.
Stunted merupakan manifestasi sebagai akibat lebih lanjut dari tingginya angka Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kurang gizi pada masa balita serta tidak adanya pencapaian perbaikan pertumbuhan yang sempurna pada masa berikunya. Oleh sebab itu banyak ditemukan pada usia sekolah anak kurang gizi. Anak yang menderita stunting berat berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada fungsi kognitifnya. Masalah kurang gizi atau gizi buruk masalah lintas sektor seperti keadaan alam yang kurang menguntungkan, minimnya pengetahuan tentang gizi,
GIZI BURUK HARUS DI TANGGULANGI
masih lebih tinggi dibandingkan 2008 yang berjumlah 41.290 anak. Merujuk data dari Direktorat Bina Gizi, beberapa provinsi tercatat memiliki jumlah penderita gizi buruk cukup tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2010, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah provinsi dengan tingkat prevalensi gizi buruk balita tertinggi, yakni sebesar 10,6 persen, lalu NTT (9,6 persen), Kalbar (9,5 persen), Gorontalo (11,2 persen), dan Papua Barat (9,1 persen) sedangkan prefalensi gizi buruk di Pulau Jawa tertinggi adalah Banten dan Jaim (4,8 persen), Jateng (3,3 persen) Jabar (3,1 persen), Jakarta (2,6 persen) dan Yogyakarta (1,4 persen). Tingginya jumlah penderita gizi buruk itu disebabkan oleh minimnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi. Pengetahuan dalam pengolah makananan sebagai sumber gizi juga sangat mudah. Selain itu untuk menanggulangi gizi buruk yang perlu dilakukan : - Timbang setiap bulan balita di Posyandu untuk mengetahui berat badan bayi yang terus bertambah - Memberikan ASI eklusif selama enam bulan dan tetap menyusui sampai dua tahun dan memberikan M-ASI - Memberikan makanan bergizi dan bervariasi
spiritentete.blogspot.com
Penanganan gizi buruk menjadi salah satu prioritas Kemkes. Angka penderita gizi buruk di Indonesia masih cukup tinggi .pada tahun 2010 lalu jumlahnya mencapai 17,9 persen. Jumlahnya memang masih cukup tinggi. Pemerintah berupaya untuk menurunkan hingga menjadi 15,1 persen tahun 2015 sesuai dengan target MDGs. Namun, setiap tahunnya ada penurunan kasus gizi buruk menjadi gizi kurang berdasarkan Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan pada tahun 2010 tercatat 43.616 anak balita gizi buruk menjadi gizi buruk. Angka ini lebih rendah dibandingkan 2009 yang berjumlah 56.941 anak. Namun, angka penderita gizi buruk pada tahun 2010
34 Mediakom No.31/AGUSTUS/2011
fariasi gizi yang kurang dan daya beli masyarakat. Untuk mengantisipasi hal ini salah satunya dengan adanya edukasi gizi kepada para kader kesehatan sampai ke akar rumput. Untuk menurunkan prevalensi gizi kurang pada tahun 2015 sebagai target MDGs. Selama kurun waktu 2007-2010 pemerintah berhasil menurunkan angka gizi kurang sebesar 0,5 persen. Dari 18,4 persen menjadi 17,9 persen. Namun meski penurunan angka gizi terbilang kecil, pemerintah optimis target MDGs pada tahun 2015 target angka gizi kurang Indonesia sebesar 15,1 persen.§ yn
Penanganan balita gizi buruk bisa diartikan sebagai langkah antisipasi hilangnya generasi jika tidak di tingkatkan. Mengingat gizi buruk berdampak pada tingkat kecerasan otak setiap anak. Teknisnya setiap balita yang berat badannya di bawah batas normal akan langsung diberikan perawatan di Puskemas, itu terjadi di ibukota Jakarta. Bukan hanya yang anak, hal yang sama juga dilakukan terhadap ibukota dengan memberikan layanan rawat inap di Puskesmas. Jika nanti saat di Posyandu ada balita yang di timbang tidak memenuhi standar maka kita akan langsung berikan perawatan beserta ibunya di Puskesmas setelah memenuhi standar gizi maka akan dipulangkan.§
Diet Berdasarkan Golongan Darah o a B AB olongan darah berkaitan erat dengan makanan yang kita konsumsi, akan terjadi reaksi kimia antara darah dengan makanan yang dimakan. Reaksi ini merupakan bagian dari warisan genetik. Reaksi ini dipicu oleh adanya lectin. Lectin merupakan sejumlah protein berbeda yang terdapat pada makanan. Lectin mengandung zat perekat (aglutinin) yang bisa mempengaruhi darah. Jadi, saat mengkonsumsi makanan yang mengandung protein leptin yang tidak sesuai dengan tipe antigen darah, lectin akan menyerang organ atau sistem tubuh dan mulai merekatkan sel-sel tubuh di area tersebut.
G
Untungnya, sebagian besar lectin yang terdapat pada makanan tidak membahayakan bagi kehidupan. Tetapi, tetap bisa menimbulkan berbagai masalah, khususnya jika lectin tersebut khusus untuk jenis darah tertentu. Sebagian besar sistem kekebalan tubuh akan melindungi anda dari lectin. Lectin yang diserap akan dilemahkan oleh tubuh. Tetapi, paling tidak 5% dari lectin yang anda makanan akan disaring ke dalam aliran darah dan menimbulkan reaksi yang berbeda di setiap organ yang berbeda. Setiap orang bisa mengatasi ini dengan menyesuaikan golongan darah dengan makanan yang di makan. Diet golongan darah bisa mengembalikan ritme alami tubuh.
Anda bisa mengikuti diet yang telah secara ilmiah disusun sesuai dengan profil seluler tubuh Anda. Setiap kelompok makanan dibagi menjadi 3 kategori yaitu, makanan yang sangat bermanfaat (makanan yang berperan sebagai obat), makanan yang diijinkan (makanan yang tidak membahayakan bagi jenis golongan darah), dan makanan yang tidak diijinkan (makanan yang bertindak sebagai racun). Untuk memilih makanan yang paling tepat, berikut 4 diet berdasarkan golongan darah yang bisa menjadi panduan Anda: Golongan darah O Golongan darah O menikmati olahraga fisik yang intense dan protein hewan. Berbeda dengan golongan darah lainnya, golongan darah O sebaiknya hanya mengkonsumsi sedikit makanan yang bersifat asam. Jenis golongan darah ini bisa mencerna dan memetabolisme daging secara efisien karena mereka cenderung mempunyai kadar asam lambung yang tinggi. Kesuksesan diet golongan darah O bergantung pada penggunaan daging tanpa lemak dan bebas zat kimia, unggas, serta ikan. Produk-produk susu tidak terlalu bersahabat bagi golongan darah O jika dibandingkan dengan golongan darah lainnya. Golongan darah O, bisa menurunkan berat badan dengan cara membatasi konsumsi bijibijian, roti, kacang polong, dan kedelai. Faktor utama pemicu No.31/AGUSTUS/2011 Mediakom
35
RAGAM
pertambahan berat badan bagi golongan darah ini adalah gluten yang terdapat pada biji gandum dan produk-produk gandum murni. Gluten ini akan mengganggu kerja insulin dan memperlambat sistem metabolisme. Selain biji gandum, faktor lain yang juga berpengaruh adalah kedelai dan kacang polong. Makanan ini mengandung lectin yang akan tertumpuk di jaringan-jaringan tubuh dan membuat area tersebut kurang berfungsi dalam aktivitas fisik. Faktor ketiga penyebab penambahan berat badan adalah kecenderungan mempunyai kadar hormon tiroid yang rendah atau fungsi tiroid yang tidak stabil. Hal ini bisa menimbulkan masalah-masalah metabolisme. Karena itu, ada baiknya menghindari makanan yang menghambat hormon tiroid seperti kol dan kol bunga, tapi meningkatkan produksi hormon dengan mengkonsumsi rumput laut, makanan laut, serta garam beryodium. Beberapa kelompok sayuran bisa menimbulkan masalah besar bagi golongan darah O, seperti Brassica family (kol dan kol bunga) bisa menghambat fungsi tiroid. Perbanyak konsumsi sayuran yang kaya vitamin K. Hal ini akan membantu faktor pengentalan darah yang lemah pada golongah darah O. Karena kadar asam lambung tinggi, jenis golongan darah O sebaiknya makan buah yang bersifat alkali seperti beri dan plum. Selain itu, ada baiknya membatasi konsumsi produk-produk susu. Sistem tubuh
36 Mediakom No.31/AGUSTUS/2011
golongan darah O tidak didisain untuk metabolime produk susu dengan tepat. Golongan darah A Golongan darah A rentan terhadap serangan jantung, kanker, dan diabetes. Karena itu, sangat penting
agar memilih makanan yang segar, alami, serta organik. Jika mengikuti tipe diet golongan darah A, maka Anda akan semakin langsing secara alami. Jika Anda sudah terbiasa makan daging, maka penurunan berat badan akan terjjadi lebih cepat di saat awal tubuh mengeluarkan makanan-
makanan beracun dari tubuh. Selain itu, dengan mengikuti diet ini, Anda yang bergolongan darah A juga akan meningkatkan kekebalan tubuh serta menghambat perkembangan penyakit yang mengancam kehidupan. Saat golongan darah A makan daging, mereka akan merasa lemas dan malas bergerak. Hal ini karena kadar asam lambung rendah sehingga lebih sulit untuk mencerna daging. Karena hanya mengkonsumsi sedikit protein hewani, maka Anda bisa menambahnya dengan makan kacang-kacangan dan biji-bijian. Anda juga bisa menikmati proteinprotein nabati yang terdapat pada kedelai dan kacang polong. Kedelai bisa menurunkan produksi insulin, yang bisa menjadi penyebab obesitas dan diabetes. Tahu, bisa menjadi makanan utama dalam diet ini. Prosuk-produk susu juga agak susah dicerna oleh golongan darah A dan bisa memperlambat proses metabolime. Tapi, golongan darah A bisa mentoleransi sejumlah kecil produk susu yang difermentasi seperti yogurt, kefir, krim tanpa lemak, serta produk susu yang telah dikultur. Sayur-sayuran sangat penting dalam diet golongan A sebagai sumber mineral, enzim, dan antioksidan. Tipe A sangat sensitif terhadap lectin yang terdapat pada kentang, ubi jalar, kol, tomat dan merica. Makanan ini bisa merusak lambung tipe A yang lemah. Tipe A seharusnya makan lebih banyak buah yang bersifat alkali, menghindari mangga, pepaya, serta jeruk karena tidak bagus bagi saluran pencernaan. Golongan darah B Tipe golongan darah B yang kuat dan peka biasanya bisa melawan sebagian besar penyakit yang umum dikenal sekarang seperti penyakit jantung dan kanker. Pada dasarnya, mereka yang memiliki golongan daran B dan mengikuti diet yang direkomendasikan seringkali bisa terhindar dari berbagai penyakit kronis dan hidup sehat lebih lama. Tipe B lebih mudah terserang penyakit
kelainan sistem kekebalan tubuh seperti multiple sclerosis, lupus, serta sindrom kelelahan kronis. Diet tipe B seimbang dan menyeluruh, dengan melibatkan berbagai jenis makanan. Bagi tipe B, faktor terbesar penyebab penambahan berat badan adalah jagung, gandum hitam, kacang-kacangan, dan biji wijen. Makanan ini mengandung lectin berbeda yang bisa mengganggu efisiensi proses metabolisme yang akan mengakibatkan kelelahan, retensi cairan, dan hipoglisemia. Lectin gluten pada biji gandum dan semua produk-produk whole wheatjuga bisa menambah masalah dengan memperlambat sistem metabolisme. Bagi golongan darah B, sangat penting untuk menghindari ayam. Ayam mengandung lectin aglutinin golongan darah B di dalam jaringanjaringannya. Ini akan menyerang aliran darah dan potensial meyebabkan stroke serta kelainan sistem kekebalan tubuh. Tipe B bisa menikmati ikan, tetapi sebaiknya menghindari semua jenis kerang-kerangan. Kerang mengandung lectin yang bisa mengganggu sistem tipe B. Golongan darah B, merupakan satu-satunya golongan darah yang bisa sepenuhnya menikmati berbagai produk susu. Tetapi, ada baiknya menghindari sebagian besar jenis kacang dan biji-bijian (khususnya kacang, biji wijen, serta biji bunga matahari). Makanan ini mengandung lectin yang bisa mengganggu produksi insulin golongan darah B. Golongan darah B juga tidak bisa mentoleransi gandum dengan baik. Hal ini karena gandum mengandung lectin yang bisa mengurangi efisiensi dan mengganggu stimulus pembakaran lemak. Gandum hitam mengandung lectin yang bisa tertimbun di sistem pembuluh darah, menimbulkan kelainan darah dan potensial memicu stroke. Jagung merupakan faktor utama penambahan berat badan tipe B. Jagung bisa memperlambat sistem metabolisme, mengganggu insulin, menyebabkan retensi cairan, serta kelelahan. Diet golongan darah B sebaiknya
tidak menyertakan tomat. Tomat mengandung lectin yang bisa mengiritasi lapisan lambung. Tapi, buah dan sayuran lainnya secara umum bisa ditoleransi dengan baik. Golongan darah AB Antigen yang banyak, membuat golongan darah AB kadang-kadang menyerupai golongan darah A dengan asam lambung yang lemah, dan kadang-kadang menyerupai golongan darah B yang didisain secara genetik untuk mengkonsumsi daging. Tipe AB akan mencapai kondisi terbaik saat jaringan-jaringan otot bersifat alkali. Tipe AB tidak bisa mencerna daging dengan efisien karena rendahnya kadar asam lambung. Selain itu, perhatikan juga porsi dan frekuensi konsumsi daging Anda. Ayam juga mengandung lectin yang bisa mengiritasi darah dan saluran pencernaan. Tahu merupakan sumber protein terbaik bagi golongan darah ini. Selain itu, bisa juga makan kacang-kacangan dan biji-bijian dalam jumlah kecil. Golongan darah AB bisa mentoleransi produk-produk susu dengan cukup baik. Tapi, perhatikan kelebihan produksi mucus. Secara umum, tipe AB juga bisa mentoleransi padi-padian, bahkan gandum, tapi bagian inti gandum bisa menyebabkan tingginya kadar asam di otot-otot golongan darah AB. Jenis ini akan lebih diuntungkan dengan diet kaya nasi dibandingkan pasta. Golongan darah AB mempunyai sistem kekebalan tubuh lemah. Jadi, ada baiknya jika mengkonsumsi sayursayuran yang kaya phytochemical dan buah-buahan yang bersifat alkali. Makana ini bisa menyeimbangkan padi-padian yang membentuk asam di otot-otot. Tomat juga tidak menimbulkan masalah pada jenis golongan darah ini. Golongan darah AB sebaiknya memulai hari dengan minum segelas air hangat yang dipadukan dengan air perasan setengah jeruk lemon segar. Ini bisa membersihkan mucus yang terakumulasi selama tidur.§ YF
No.31/AGUSTUS/2011 Mediakom
37
RAGAM
SAATNYA LAWAN HEPATITIS
enyakit Hepatitis telah menjadi masalah kesehatan dunia. Sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus Hepatitis B dan lebih dari 350 juta orang menderita Hepatitis B kronik, yang mengakibatkan tingginya peluang terkena sirosis (pengerasan organ hati), kegagalan hati, dan kanker hati. Akibatnya, sekitar satu juta orang meninggal setiap tahun karena sirosis dan kanker hati. Sedangkan Hepatitis C telah menyerang sekitar 130 - 170 juta orang di seluruh dunia dan menyebabkan lebih dari 350 ribu kematian. Di Indonesia diperkirakan 13 juta orang menderita hepatitis B dan 7 juta orang menderita Hepatitis C. Dari jumlah itu, sekitar 50 persen berpotensi menjadi penyakit hepatitis kronis, bila tidak diobati secara baik maka 10 persen diantaranya dapat menjadi liver Fibrosis sebagai cikal bakal kanker hati. Demikian penjelasan Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dr. H.M. Subuh, MPPM pada acara temu media dalam rangka menyambut Hari Hepatitis Sedunia, di kantor Kemkes (24/6). Ditambahkan dr. Subuh, melihat besarnya kasus Hepatitis baik di
P
38 Mediakom No.31/AGUSTUS/2011
dunia maupun di Indonesia, Menteri Kesehatan Indonesia mengusulkan kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO) agar pengendalian Hepatitis dijadikan isu dunia. Usul Indonesia dibahas dalam Executive Board WHO yang selanjutnya dibahas dalam sidang World Health Assembly (WHA). Dalam sidang WHA ke-63 tahun 2010, usul Indonesia ditetapkan menjadi resolusi WHA No. 63.18 yang intinya bahwa Hepatitis Virus salah satu penyakit prioritas yang harus ditanggulangi oleh setiap negara. Selain itu pada Sidang WHA ke-63 ditetapkan tanggal 28 Juli sebagai Hari Hepatitis Sedunia. Menurut dr. Subuh, untuk
mengendalikan penyakit Hepatitis, sejak tahun 1997 Kementerian Kesehatan telah memasukkan imunisasi Hepatitis B sebagai program imunisasi nasional. Artinya setiap bayi lahir di sarana pelayanan kesehatan pemerintah diberikan vaksinasi Hepatitis B secara gratis. Pada tahun 2010, program pengendalian Hepatitis dimasukkan dalam Sub Direktorat Diare & ISPA, Direktorat Penyakit Menular Langsung Ditjen P2PL. Sementara itu menurut Ketua Kelompok Kerja Hepatitis Kementerian Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. H. Ali Sulaiman, PhD, SpPD-KGEH, menyatakan hepatitis adalah penyakit peradangan hati disebabkan oleh virus dari berbagai jenis (A,B,C,D,E dan G). Dapat juga disebabkan karena obatobatan/racun, alkohol dan lain-lain serta autoimun. Hepatitis B, adalah penyakit peradangan hati yang disebabkan virus hepatitis B. Indonesia termasuk daerah dengan endemis sedang – tinggi dengan prevalensi sekitar 9 persen. Penyakit ini menular melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh penderita melalui tiga cara. Pertama, bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi hepatitis B. Kedua, hubungan seksual tanpa kondom dengan orang yang ternfeksi virus hepatitis B. Ketiga, melalui jarum suntik, alat cukur, gunting kuku, dan alat pribadi lainnya yang terinfeksi darah penderita hepatitis B.
Sedangkan hepatitis C, adalah penyakit infeksi pada hati yang disebabkan virus hepatitis C. Jumlah penduduk yang terinfeksi hepatitis C di Indonesia mencapai sekitar 1- 2 persen atau 3,4 juta. Dari jumlah itu 60-65 persen atau sekitar 2 juta terinfeksi virus genotipe 1 yang sulit diterapi. 20 – 25 persen atau sekitar 474 ribu akan mengalami sirosis dalam 15-20 tahun dan sekitar 1 – 4 persen atau sekitar 14 ribu akan meninggal disebabkan kanker hati. “Hepatitis B dan C sangat berbahaya karena tidak saja dapat berkembang menjadi kronis dan menimbulkan kematian. Apalagi Hepatitis C seringkali tidak menunjukkan gejala hingga penyakitnya sudah menjadi sirosis kronis bahkan kanker hati dalam 10-15 tahun kemudian. Jumlah penderita hepatitis C bahkan lebih banyak dibanding dengan penderita HIV-AIDS”, jelas Prof. Ali. Prof. Ali melanjutkan, “Saat ini program penanganan Hepatitis B sudah dimulai dengan diwajibkannya vaksinasi Hepatitis B pada seluruh bayi yang baru dilahirkan sejak tahun 2003, sementara program penanganan Hepatitis C masih perlu dimatangkan. Jika penyakit ini tidak ditangani serius
saat ini, dalam sepuluh hingga lima belas tahun mendatang mungkin akan ada ratusan ribu orang memerlukan transplantasi hati atau menderita sirosis (tahap akhir penyakit hati yang tak dapat diobati) dan kanker hati. Biaya kesehatan masyarakat dan biaya sosial yang timbul akan sangat besar.” Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI), DR. Unggul Budihusodo, SpPD, KGEH menambahkan, “Dari sisi klinis, mutlak
diperlukan penanganan Hepatitis yang komprehensif, mulai dari penapisan, pengobatan hingga pengawasan. Penapisan bertujuan untuk mendeteksi adanya virus Hepatitis sedini mungkin, hasil penapisan tersebut akan digunakan sebagai landasan klinis untuk memberikan jenis dan durasi pengobatan yang tepat dan sesuai dengan kondisi tiap pasien. Selain itu, penapisan juga perlu dilakukan oleh ibu hamil sehingga dapat diambil langkah-langkah pencegahan untuk mencegah penularan Hepatitis dari ibu kepada janin. Selain itu juga diperlukan pengawasan, untuk memastikan setiap pasien menjalani pengobatan dengan disiplin, mendapatkan kondisi yang terus membaik, serta dapat menjaga kualitas hidupnya meskipun terinfeksi Hepatitis. Selama ini PPHI telah menjadi mitra pemerintah dalam menangani Hepatitis. Salah satu bentuknya adalah melalui program pelatihan penatalaksanaan Hepatitis C untuk dokter umum dan juga seminar edukasi untuk awam. Namun kami pun menyadari, edukasi barulah langkah awal, diperlukan langkah yang lebih besar untuk mengatasi Hepatitis secara menyeluruh.” Hari Hepatitis Sedunia (World Hepatitis Day/ WHD) Tahun 2011 memilih tema “Saatnya LawanHepatitis”, dengan sub tema ‘Ketahui, Cegah dan Obati, Hepatitis
No.31/AGUSTUS/2011 Mediakom
39
RAGAM
Penyebab Kanker Hati Dapat Menyerang Setiap Orang’. Untuk memeriahkan WHD, beberapa kegiatan dilakukan diantaranya Simposium ”Hepatitis
10 HAL
YANG HARUS DIKETAHUI TENTANG HATI ANDA 1. Hati adalah organ terbesar kedua di dalam tubuh (setelah kulit) dan beratnya berkisar 3 pound (1.25 kg). 2. Hati terletak di bawah rusuk, di bagian kanan atas perut. Anda tak dapat hidup tanpa hati. 3. Hati merupakan salah satu organ tubuh terpenting, memiliki lebih dari 500 fungsi. Beberapa diantaranya meliputi: melawan infeksi memproses makanan yang telah diserap dari usus memproduksi getah empedu, senyawa yang berfungsi penting dalam sistem pencernaan makanan menyimpan zat besi, vitamin dan bahan-bahan kimia lain yang penting mengontrol tingkat/kadar lemak, glukosa/gula dan asam amino dalam darah detoksifikasi atau membuang zat-zat racun dalam tubuh
40 Mediakom No.31/AGUSTUS/2011
Virus dan Penyakit Hati, Pelatihan Penatalaksanaan Hepatitis untuk dokter, road show seminar edukasi hepatitis 2011 di lima kota besar yaitu Jakarta, Surabaya, Denpasar,
4. Cara lain untuk melihat apa yang dikerjakan oleh hati adalah dengan memikirkan bagaimana hati bisa membantu Anda dengan: memproduksi energi secara cepat jika dibutuhkan mencegah kekurangan bahan bakar tubuh dengan menyimpan vitamin-vitamin tertentu, mineral dan gula mengontrol produksi dan ekskresi kolesterol metabolisme alkohol menyimpan zat besi memonitor dan menjaga keseimbangan berbagai zat kimia serta obat-obatan dalam darah membantu tubuh untuk bertahan melawan infeksi dengan memproduksi faktor kekebalan tubuh dan dengan membuang bakteri dari aliran darah 5. Hati memiliki pasokan darah yang unik dari dua sumber. Pasokan darah dari arteri hepatika dan dari vena porta yang berasal dari usus. Semua darah yang berasal dari usus akan mencapai jantung dan paru-paru setelah melewati hati. 6. Hati memiliki kapasitas yang besar untuk tumbuh kembali.
Yokyakarta dan Medan. Edukasi tentang hepatitis dan Lomba poster dan karya tulis untuk anak SD, serta Kompetisi Penulisan Jurnalistik.§ Smd, Giri
Sampai tiga perempat bagian dari hati dapat diambil dan sisanya akan tumbuh kembali sampai ke ukuran dan bentuk normal dalam periode waktu tertentu. 7. Kerusakan hati menghambat kemampuannya untuk melawan infeksi serta menjalankan fungsifungsi penting lainnya. 8. Virus Hepatitis C menyebar melalui darah yang terinfeksi, menyerang hati dan menyebabkan kerusakan hati. Kerusakan fungsi hati karena hepatitis C kronik merupakan penyebab utama dilakukannya transplantasi hati. 9. Ada banyak jenis penyakit hati, tetapi beberapa yang terpenting adalah: virus hepatitis sirosis (pengerasan hati) batu empedu gangguan hati yang disebabkan oleh alkohol kanker hati gangguan hati pada anak-anak Sumber : Pokja Hepatitis, Smd/Giri
Memahami Hepatitis B Apa itu Hepatitis B?
Hepatitis B adalah salah satu virus yang paling tinggi penularannya di dunia. Diperkirakan sekitar 350-400 juta orang menderita Hepatitis B kronik, yang mengakibatkan tingginya peluang terkena sirosis (pengerasan organ hati), kegagalan hati, dan kanker hati. Satu juta orang meninggal setiap tahunnya karena Hepatitis B, menyebabkan penyakit ini menempati urutan ke-10 penyakit mematikan di dunia. Hepatitis B bersifat sangat infeksius, 50 hingga 100 kali lebih infeksius dibandingkan HIV. Virus ini ditemukan di dalam cairan tubuh orang yang terinfeksi (di dalam darah, keringat, air mata, ASI dan air mani). Virus ini dapat menular dari ibu kepada janin saat proses persalinan, melalui hubungan seksual tanpa pelindung, atau melalui kontak darah yang dapat terjadi saat penggunaan jarum, alat cukur dan sikat gigi secara bersama. Sama halnya dengan virus Hepatitis C, virus Hepatitis B dapat bertahan hingga 1 minggu di luar tubuh.
Prevalensi Sebanyak dua miliar orang di dunia terinfeksi virus hepatitis B. Hampir 350 juta orang hidup dengan hepatitis B kronik atau infeksi jangka panjang, dan mereka berisiko tinggi untuk mengalami kerusakan hati. Empat puluh persen orang yang mengidap hepatitis B kronik akan mengalami penyakit hati lanjut. Hepatitis B merupakan endemi di China dan bagian negara Asia lainnya dimana 8-10% populasi dewasa mengidap hepatitis B kronik. Sekitar 500.000 sampai 1,2 juta orang meninggal setiap tahunnya karena penyakit hati serius yang diakibatkan oleh infeksi hepatitis B kronik. Gejala Hepatitis B Gajala-gejala muncul pada sekitar 70 persen orang dewasa yang terinfeksi Hepatitis B. Gejala tersebut bisa saja baru muncul beberapa bulan setelah orang tersebut terinfeksi, diantaranya: • Kulit atau mata yang tampak kekuningan (jaundice) • Kelelahan • Hilangnya nafsu makan atau merasa mual • Urin yang berwarna gelap • Demam • Nyeri sendi
Mencegah dan Mengobati Hepatitis B Orang dapat melindungi diri dari infeksi Hepatitis B melalui vaksinasi. Namun bagi mereka yang telah terinfeksi, pengobatan adalah satu-satunya pilihan. Ada dua jenis pengobatan yang utama bagi Hepatitis B kronik yaitu: o Interferon/ pegylated interferon yang menstimulasi sistem imunitas tubuh dan menghambat replikasi virus. Pengobatan dengan IFN/ PEG IFN memiliki jangka waktu tertentu o Obat oral golongan nucleoside/ nucleotide analogs yang menghambat replikasi virus. Pengobatan dilakukan tanpa batas waktu tertentu Tujuan utama pengobatan adalah mencapai kondisi remisi, dimana pada kondisi tersebut jumlah virus akan sangat rendah (tidak terdeteksi), berhentinya kerusakan organ hati dan berkurangnya risiko timbulnya sirosis dan kanker hati.§ Sumber : Pokja Hepatitis , Smd/Giri
No.31/AGUSTUS/2011 Mediakom
41
RAGAM
Memahami Hepatitis C langsung dengan darah yang telah terinfeksi. Beberapa cara penularan yang banyak terjadi di dunia belahan barat diantaranya transfusi darah serta penggunaan jarum dan alat-alat tato, tindik dan akupuntur yang kurang steril dan digunakan berulang. Virus Hepatitis C jarang ditularkan melalui kontak seksual, namun aktivitas seksual berisiko tinggi meningkatkan risiko terinfeksi.
Hepatitis merupakan suatu kondisi dari hati (liver). Terminologi ‘hepatitis’ sendiri berarti ‘hati yang mengalami peradangan’. Hepatitis dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya infeksi virus, parasit, bakteri, zat-zat kimia, auto-imunitas, obat terlarang juga alkohol. Dari seluruh faktor tersebut, infeksi virus merupakan penyebab utama hepatitis kronik (jangka panjang). Hepatitis B dan C dapat berkembang menjadi sirosis dan kanker hati, bahkan dapat menyebabkan diperlukannya transplantasi hati. Kabar baiknya adalah Hepatitis B dapat dicegah melalui vaksinasi, dan kebanyakan infeksi Hepatitis C dapat disembuhkan. Apa itu Hepatitis C? Virus Hepatitis C adalah virus yang menyerang lebih dari 180 juta orang di seluruh dunia. Bahkan menurut data WHO, penderita Hepatitis C jumlahnya 4 kali lipat lebih banyak daripada penderita HIV. Orang-orang yang terinfeksi virus Hepatitis C umumnya akan mengalami kerusakan organ hati dalam waktu 10-50 tahun, dan virus tersebut dapat menyebabkan luka pada organ hati, serta menyebabkan kanker hati atau gagal hati di masa yang akan datang. Hepatitis C menular melalui kontak
42 Mediakom No.31/AGUSTUS/2011
Gejala Hepatitis C Hanya 30-40% penderita Hepatitis C akut yang menunjukkan gejala, umumnya mereka pun hanya mengalami gejala-gejala yang ringan, tidak spesifik serta tidak menetap. Tidak adanya gejala spesifik pada Hepatitis C menyebabkan penyakit ini disebut dengan silent killer dan menyebabkan rendahnya pendeteksian penyakit. Penderita bisa mengalami gejalagejala yang tidak spesifik, diantaranya: • Kelelahan • Hilangnya nafsu makan • Nyeri pada otot dan persendian • Kecemasan berlebihan dan depresi • Rasa nyeri yang ringan di kanan atas perut Sayangnya kebanyakan penderita Hepatitis C kronis tidak mengalami gejala apapun. Hepatitis C di Indonesia; Wabah Terselubung Angka prevalensi Hepatitis C bervariasi di antara negara-negara di dunia. Di beberapa negara angka pasti prevalensi belum diketahui. Afrika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan kawasan Pasifik Barat memiliki prevalensi infeksi virus Hepatitis C (VHC) lebih tinggi dibandingkan Eropa Barat dan Amerika Utara. Bila kita memakai acuan angka kejadian rata-rata dunia yaitu 3 persen
dan dikalikan penduduk Indonesia sebanyak 220 juta, maka ada sekitar 7.000.000 penduduk Indonesia yang mengidap virus ini. Infeksi Hepatitis C ini juga disebut sebagai infeksi terselubung (silent infection) karena infeksi dini VHC seringkali tidak bergejala atau bergejala ringan dan tidak khas sehingga terlewatkan. Kebanyakan orang yang memiliki gejala ringan tidaklah mencari pengobatan ke dokter. Persentase orang dengan infeksi VHC yang “ditemukan” (terdiagnosis) bervariasi mulai dari hanya 5 persen di Inggris sampai 50 persen di Kanada sementara belum ada angka di Indonesia. Banyaknya orang yang tidak terdiagnosis memiliki dampak yang serius dimana mereka dapat bertindak sebagai carrier (pembawa virus) dan menularkannya ke orang lain tanpa disadari.
Mengobati Hepatitis C Berbeda dengan Hepatitis B, tidak ada vaksin yang dapat memberi perlindungan dari infeksi Hepatitis C. Tujuan utama pengobatan Hepatitis C adalah tercapainya ‘sustained virological response’ yang berarti kondisi dimana virus Hepatitis C tidak lagi terdeteksi dalam darah dalam waktu 6 bulan setelah akhir pengobatan. ‘Sembuh’ adalah kata yang tepat bagi mereka yang telah mencapai kondisi ‘sustained virological response’ tersebut. Tergantung pada tipe Hepatitis C, tingkat kesembuhan Hepatitis C berkisar pada 52-90% dengan standar pengobatan saat ini – terapi dengan kombinasi pegylated interferon dan ribavirin. Tetapi karakter dari masing-masing individu pun akan mempengaruhi respon terhadap pengobatan.§ Sumber : Pokja Hepatitis , Smd/Giri
nasional
Kemkes SUKSESKAN SEA GAMES DAN ASEAN PARA GAMES ahun ini, Indonesia kembali terpilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan SEA Games ke-26 dan ASEAN Para Games ke-6. Palembang menerima kehormatan untuk membuka pesta olah raga akbar ini pada 11 November 2011 mendatang. Berbagai persiapan telah tampak di sanasini. Palembang akan tampil lebih cantik saat menjadi fokus perhatian sekitar 6000
T
Seputar SEA Games dan ASEAN Para Games
Indonesia telah 3 kali menjadi tuan rumah penyelenggaraan SEA Games yaitu pada 1979, 1987 dan 1997. Semua diselenggarakan di Ibu Kota negara, Jakarta. Tahun ini, Indonesia kembali diberi kesempatan menjadi penyelenggara SEA Games ke 26, yang akan diselenggarakan di 2 kota yaitu Jakarta dan Palembang dan ASEAN Para Games VI di Kota Solo, Jawa Tengah. Palembang dinilai sebagai kota yang paling siap dalam hal fasilitas gelanggang olah raganya. Palembang akan mencatat sejarah sebagai kota ketiga yang menyelenggarakan SEA Games di luar ibu kota negara setelah Chiang Mai dan Nakon Ratchasima, Thailand.
atlit dan jutaan pemirsa televisi penggila olah raga di dalam dan luar negeri. Sementara Solo juga tengah berbenah untuk menjadi tuan rumah ASEAN Para Games, yakni pesta olah raga khusus bagi penyandang cacat. Akan ada 43 cabang olah taga yang akan dipertandingkan dan memperebutkan 542 medali emas. Di Palembang akan dipertandingkam 21 cabang, sisanya digelar di Jakarta. Persiapan telah dilakukan semua pihak
Pada saatnya nanti, acara pembukaan SEA Games akan digelar di sepanjang Sungai Musi, melintasi Jembatan Ampera dan berakhir di Benteng Kuto Besak. Tanggal acara dipilih karena keunikannya yang semuanya menunjukkan angka sebelas, 11-11-2011. SEA Games diikuti oleh 11 negara dengan jumlah atlet lebih kurang 6000 orang. Negara yang ikut serta adalah Brunei, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Siangapore, Timor Leste, Thailand dan Vietnam. Cabang olah raga yang akan dipertandingkan sebanyak 43 cabang. Komodo sebagai satwa langka dunia dan juga kebanggaan Indonesia, terpilih menjadi maskot resmi SEA Games 2011, dengan inisial Modo – Modi. Modo dan Modi menggambarkan kepribadian yang jujur, pekerja keras, adil,
terkait, termasuk Kementerian Kesehatan. Obat-obatan, peralatan kesehatan termasuk ambulan air, tenaga dokter dan medis. Selain itu telah menyiagakan 26 RS Umum dan khusus mulai dari Palembang, Jakarta, Bogor, Bandung, sampai Solo . Pelayanan Kesehatan akan diberikan di tempat pertandingan, hotel, tempat latihan, Bandara. Untuk itu telah disiapkan petugas doping dan ambulan gawat darurat, serta 1 unit medical room terdiri dari 1 dokter dan 2 perawat di setiap cabang olahraga. Persiapan khusus dilakukan Dinas Kesehatan Kota Palembang. Pengawasan dan pembinaan hygiene dan sanitasi terhadap sarana di tempat-tempat umum, mulai dilakukan. Kegiatan ini ditekankan kepada pengusaha jasa boga di kota Palembang termasuk area wisata kuliner sepanjang tepian sungai Musi.§
ramah, bersahabat, dan sportif. Sifat Modo dan Modi yang serba positif dan mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia ini diharapkan dapat melestarikan keharmonisan kerjasama dan persahabatan sesama negara peserta SEA Games. Sementara itu, ASEAN Para Games diselenggarakan setelah SEA Games dengan lokasi di negara yang sama. Sebanyak 11 perwakilan negara - negara ASEAN telah menyatakan kesiapan
untuk berpartisipasi dalam ASEAN Para Games VI yang akan digelar pada tanggal 15 – 22 Desember 2011. Ada 10 cabang olah raga yang dipertandingkan, yaitu adalah renang, atletik, tenis meja, tenis lapangan/tenis kursi roda, catur, angkat berat, bulu tangkis, panahan, goal ball, dan bola voli duduk. Cabang olah raga ini akan diikuti 4 klasifikasi kecacatan tubuh, seperti tuna rungu, tuna netra, grahita, dan daksa.§ ria, dwi/gi
No.31/agustus/2011 Mediakom
43
NASIONAL
LINDUNGI ANAK DARI BAHAYA ROKOK
emperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh pada tanggal 31 Mei setiap tahunnya, di negeri ini agaknya masih begitu sulit menjawab satu pertanyaan yang sampai sekarang belum terjawab. Mengapa orang Indonesia suka sekali merokok? Dapat kita lihat di pasar tradisional, terminal, tempat
M
44 Mediakom No.31/agustus/2011
hiburan, kafe-kafe, angkutan umum, halte bis, bahkan di kantor dan mal, tempat itu akan terasa sesak karena terpapar asap rokok dan manusia yang merokokpun terlihat sangat acuh dengan orang lain di sekelilingnya yang tidak merokok. Jika sedang berada di mal-mal yang menjamur di Jakarta dan sekitarnya, pertanyaan yang kerap mengganggu adalah “mengapa pada lantai khusus penjualan alat elektronik (khususnya
HP dan Laptop) seolah pengunjung maupun pembelinya seperti dibebaskan untuk merokok, namun di lantai lainnya semua mematuhi tanda larangan merokok?”, dan “mengapa di food court juga masyarakat banyak yang merokok padahal tanda dilarang merokok sudah ditempelkan di berbagai sisi dindingnya?”. Saat naik angkutan umum, semua supir, baik supir bis angkutan umum ber-AC, sopir mikrolet, sopir bajaj,
juga tidak peduli, sambil menyetir juga mengepulkan asap rokok dari mulut dan hidungnya. Penumpang hanya pasrah melihat sopir merokok. Apalagi si sopir bajaj, yang posisi duduknya sangat dekat dengan penumpang, dia juga terus merokok dan tidak peduli dengan penumpangnya adalah anakanak sekolah atau ibu yang membawa bayi. Begitupun jika mengamati anakanak SD dan pelajar remaja juga sudah jadi perokok. Mereka memilih tidak membeli tiket kereta api, tapi duduk dengan tenang sambil mengepulkan asap rokoknya di atas gerbong kereta api. Mereka duduk-duduk di halte bis sambil mengepulkan asap rokoknya tanpa peduli orang lain di sekitarnya sudah sangat terganggu. Harga rokok memang murah sekali, cukup dijangkau dengan uang jajan anakanak. Pada tahun 2010 tercatat 80 juta orang perokok, dan yang memprihatinkan adalah 70% di antaranya dari keluarga pas-pasan dengan UMR Rp 800 ribu per bulan. Setengah dari gajinya yang kecil itu habis untuk beli rokok. Fakta lainnya, Indonesia merupakan penghasil daun tembakau terbesar kelima setelah Cina, Brazil, Indonesia dan AS, dengan produksi rokok tahun 2010 sebanyak 250 miliar bungkus. Persentase penduduk miskin di Indonesia yang cukup besar, membuat
masalah ini merupakan masalah yang serius dan perlu segera dicarikan solusinya. Menurut catatan Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, saat ini Indonesia menempati urutan ke-3 sebagai negara dengan konsumen rokok tertinggi di dunia dengan konsumsi lebih dari 225 miliar batang per tahun, di bawah Cina dan India atau hampir setengah (46%) perokok ASEAN. Prevalensi perokok pada usia 13–15 tahun, adalah 24,5% laki-laki dan 2,3% perempuan dari total populasi Indonesia. Sementara itu kecenderungan usia memulai merokok menjadi semakin dini yakni usia 5 – 9 tahun, mengalami lonjakan paling signifikan, dari 0,4% tahun 2001 menjadi 1,8% per tahun 2004. Kecenderungan ini akan semakin meningkat dan bertambah parah jika tidak ada tindakan apa pun dari pihak-pihak yang berwenang dan berkepentingan. Ini adalah masalah kita, keluarga dan anak-anak, masyarakat dan bangsa Indonesia. Korban asap rokok juga sudah berjatuhan karena risiko kesehatan yang serius, di antaranya kanker, penyakit saluran nafas dan kardiovaskuler, bau mulut, kanker mulut, yang akhirnya akan mempengaruhi seluruh tubuh manusia dan menimbulkan akibat negatif baik bagi dirinya sendiri, maupun keluarganya, terutama anak-anak.
Sebagian besar perokok di Indonesia mungkin sudah mengetahui, namun tidak benar-benar memahami akibat ini. Kondisi ini menjadi lebih buruk karena banyak perokok dari kalangan penduduk miskin yang kesehatan maupun kesejahteraannya sangat rentan. Di saat anak-anak sangat memerlukan makanan bergizi, namun sang ayah memilih menggunakan uang hasil jerih payahnya untuk membeli rokok. Keburukan asap rokok ini akan semakin bertambah, karena anak-anak yang kurang gizi ini juga akan menjadi perokok pasif karena setiap saat ikut juga menghirup asap rokok sang ayah. Upaya sudah dilakukan, antara lain diadakan kampanye anti rokok, ada Perda Kawasan Bebas Rokok, dan saat ini sedang disosialisasikan mengenai Rancangan Undang-Undang mengenai Tembakau, namun jumlah perokok muda terus bertambah. Berani melawan Lalu bagaimana caranya mengurangi bahkan membebaskan anak sekolah dan orang-orang miskin ini dari asap rokok? Selagi harga rokok sangat murah dan iklan rokok masih gencar di mana-mana, rendahnya toleransi masyarakat, serta belum seriusnya pemerintah menanggulangi masalah rokok, maka mungkin sulit untuk melawan para perokok ini. Beberapa argumentasi mengenai merajalelanya asap rokok di Indonesia, adalah karena negeri ini masih memerlukan dana pembangunan, dan salah satu sumber terbesar adalah dari cukai rokok, serta industri rokok telah menyerap berjuta tenaga kerja serta menentukan nasib dan kesejahteraan petani tembakau. Para perokok umumnya beralasan bahwa cuma merokok hanya sedikit, hanya iseng, bagian dari pergaulan, usia masih muda, akan berhenti pada waktunya, sehingga sampai beberapa tahun kedepan diperkirakan jumlah perokok akan semakin bertambah. Pada dasarnya, meskipun rokok dapat memberi pendapatan yang luar biasa besar, namun di sisi lain juga menghancurkan masa depan
No.31/agustus/2011 Mediakom
45
NASIONAL anak-anak. Hal ini karena kecanduan pada nikotin dalam rokok, merupakan kelas tertinggi karena sulit dihentikan. Kecanduan pada rokok akan berlanjut pada kecanduan minuman keras dan narkotik. Nah, inilah faktor kuat bagi masyarakat untuk melawan ketergantungan rokok ini, sambil terus berharap agar pemerintah kita segera meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control – FCTC. Beberapa negara yang sudah berhasil menekan konsumsi rokok, seperti Thailand, menunjukkan pemerintah sebagai bagian yang paling bertanggung jawab. Aturan larangan iklan rokok di media atau bungkus rokok dengan gambar-gambar visual mengerikan tentang korban rokok, bukan hanya sekadar kata-kata rokok dapat menyebabkan penyakit jantung. Gambar kanker mulut lebih ditakuti ketimbang kata-kata bahaya rokok. Dari pengalaman beberapa negara yang berhasil menurunkan konsumsi rokok, terbukti bahwa pesan-pesan visual mengenai bahaya rokok serta regulasi ketat mengenai larangan merokok, dapat membuat para perokok ini mengurangi konsumsi rokoknya. Melawan para perokok sebenarnya dapat dilakukan dengan komunikasi persuasif antara lain dengan menempatkan gambar-gambar korban rokok seperti dada berlubang akibat asap rokok, kanker paru-paru pada bungkus rokok maupun spanduk di tempat-tempat strategis. Selain komunikasi persuasif, perilaku tidak merokok yang ditunjukkan oleh para orang tua dan guru di sekolah akan menurunkan minat anak pada rokok. Sikap untuk menolak asap rokok perlu dilakukan secara serentak, misalnya, melalui gerakan sosial anti rokok. Masih ada ruang atau peluang bagi mereka yang berani menolak asap rokok, dengan cara menunjukkan sikap bahwa pilihannya untuk tidak merokok adalah pilihan hak individu yang juga hak asasi. Anggapan umumnya adalah orangorang dapat mengatakan apa yang ingin dikatakan dan di mana mereka mengatakannya. Inilah yang disebut
46 Mediakom No.31/agustus/2011
Kondisi ini menjadi lebih buruk karena banyak perokok dari kalangan penduduk miskin yang kesehatan maupun kesejahteraannya sangat rentan. Di saat anakanak sangat memerlukan makanan bergizi, namun sang ayah memilih menggunakan uang hasil jerih payahnya untuk membeli rokok.
tindak tutur atau tindak bahasa dalam komunikasi berkualitas untuk melawan perokok. Menurut JA Austin, ahli bahasa, dalam peristiwa berbahasa, ada tiga tindakan bahasa yakni lokusi yakni kata-kata atau kalimat itu sendiri, tindak ilokusi yakni tujuan atau niat di balik kalimat itu serta tindak perlukosi yakni efek yang diinginkan dalam menyampaikan kalimat tersebut. Nah, untuk melawan perokok, perlu dilakukan dengan tindak bahasa yang berkualitas seperti yang disampaikan sebelumnya. Contohnya, ketika kita sedang berada di dalam ruangan tertutup dan ber-AC, dan ada orang yang merokok, maka di sinilah peluang bagi kita untuk mengatakan secara terus terang bahwa “orang tidak boleh merokok di tempat tertutup dan ber-AC pula”.
Pada kasus ini, kita tidak melarang orang merokok, tapi mengingatkan bahwa ada larangan merokok di ruang atau tempat ber-AC. Dalam peristiwa berbahasa, ini namanya tindak lokusi, di mana si ibu mengatakan terus terang haknya untuk bebas dari asap merokok. Dengan mengatakan bahwa “di ruang ber-AC tidak boleh merokok”, sebenarnya tujuannya adalah agar orang itu segera mematikan rokoknya, dan inilah namanya tindak ilokusi yakni niat terselubung dalam kata-kata yang disampaikan. Efek kalimat itu (yaitu tindak perlokusi) adalah orang tersebut mematikan rokoknya. Pengalaman lainnya, misalnya, ketika ada orang yang merokok di taman bermain anak-anak, terlihat seorang ibu yang segera menemui orang tersebut dan mengatakan bahwa “ini adalah areal anak-anak”. Spontan saja orang itu minta maaf dan mematikan rokoknya. Hanya dengan mengatakan “ini adalah areal anak anak” (tindak lokusi) di dalamnya sudah ada tujuan, yaitu agar orang itu mematikan rokok (tindak ilokusi) dan efek perlokusinya adalah dia minta maaf dan mematikan rokok. Ini adalah peristiwa bahasa yang dapat dijadikan sarana untuk menunjukkan keberanian untuk melawan perokok, sehingga kekuatiran akan terjadi sesuatu ketika kita akan melarang orang lain merokok dapat diminimalkan. Dalam menghadapi para perokok ini, perlu ditunjukkan bahwa selain keberanian bersikap bahwa orang tidak merokok juga adalah hak asasi, juga diperlukan tindak bahasa yang berkualitas. Melalui gerakan sosial anti rokok, peringatan bahaya rokok secara visual pada bungkus rokok atau di tempat strategis, dan tindak bahasa berkualitas, maka diharapkan jumlah perokok akan berkurang. Namun, kata kunci agaknya tetap pada pemerintah yang akan menerapkan berbagai regulasi tentang konsumsi dan produksi rokok serta larangan iklan rokok di media massa.§ DIS – dari berbagai sumber
elum lama berselang dari sosialisiasi Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang tembakau di Kemkes, ada libur panjang 14-17 Mei 2011. Dalam perjalanan dari Jakarta menuju provinsi Lampung melalui jalan darat, disertai perjalanan menyeberang laut Selat Sunda menggunakan kapal fery, yakni pelabuhan Merak-Bakauheni. Karena libur panjang, penumpang penuh sesak. Termasuk semua anak tangga, sudut ruangan dan lantai penuh penumpang. Semua bercampur baur, laki-laki, perempuan, anak-anak, remaja dan balita dalam gendongan. Ketika kapal mulai berlayar menuju Bakauheni, asap kapal dari cerobong mulai mengepul. Asap rokokpun juga mulai mengepul keluar dari bibir para perokok. Suasana ruangan benarbenar penuh asap rokok, tak ada ruang bebas asap rokok. Apalagi ruang hiburan, lebih dahsyat lagi. Laki-laki, perempuan merokok, tak peduli
B
Jalan Panjang Berhenti Merokok
dengan penumpang lain yang tidak merokok. Bagi yang tak merokok hanya dapat menutup hidung dengan tissu, sapu tangan atau sekedar melambailambaikan tangan di depan mukanya untuk menepis asap rokok yang berseliweran. Tapi para perokok itu tetap cuek bebek, tak peduli dengan orang lain yang tidak merokok. Dalam situasi seperti ini, para perokok pasif menjadi korban tanpa bisa menghindar dari kepulan asap rokok. Inilah fenomena asap rokok di ranah publik yang memprihatinkan. Belum ada aturan yang mengatur perokok dan yang tidak merokok secara adil. Hal ini tidak boleh berkepanjangan. Fenomena ini juga tergambar pada sosialiasi Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang pengamanan bahan yang mengandung zat aditif berupa produk tembakau. Pro-kontra, tarik-ulur mengemuka secara tajam. Situasi seperti ini tidak boleh berkepanjangan. Sebab akan No.31/agustus/2011 Mediakom
47
NASIONAL menimbulkan kesemerawutan publik. Memunculkan egosentris tanpa kendali bagi perokok maupun yang tidak merokok. Bagi yang tidak merokok akan protes dengan ungkapan “ jangan racuni kami” dengan asapmu. Sementara bagi perokok akan berkata “ beri kami tempat merokok agar tak meracuni kalian”. Dan tentu masih akan banyak perang kata-kata seperti ini sampai RPP Tembakau tersebut di syahkan. Pro-kontra di atas menegaskan agar segera hadir aturan tentang pengaturan bagi pengguna asap perokok yang adil. Sehingga perokok dapat bebas menikmati rokok tanpa harus mengganggu orang lain yang tidak merokok. Memang tampak jelas perbedaan cara pandang antara perokok dan yang tidak merokok. Mereka punya alasan sendiri-sendiri. Alasan itu menurut mereka logis dan tidak logis menurut yang kontra. Sebagai contoh, bagi yang anti rokok, menyebutkan bahwa dalam rokok terdapat lebih dari 4000 zat kimia yang membayakan kesehatan. Tapi yang pro rokok berargumen, rokok sebagai sumber devisa, lapangan tenaga kerja, bahkan daun tembakau dapat digunakan bahan pengobatan tradisional. Sulitnya berhenti merokok Bagi pecandu rokok, rokok menjadi
segalanya. Satu jam tidak merokok sudah gelisah, mulut asem, ide kreatif hilang, dll. Intinya, harus segera merokok, jika ingin segar kembali, harus tetap merokok. Tetap merokok ini berlaku bagi semua golongan status sosial, kaya-miskin, swasta-PNS, Pejabat- Staft, sama. Begitu sulitnya berhenti merokok. Sedihnya bagi perokok miskin. Seperti buruh gali, tani, bangunan dan para pekerja serabutan lainnya. Mereka ini rata-rata penerima jaminan kesehatan ( Jamkesmas). Memang ironis, ketika sakit mengandalkan Jamkesmas. Sementara penghasilan yang tak seberapa habis untuk membeli rokok yang menjadi faktor terjadinya berbagai macam penyakit. Penghasilan kelompok ini, masih jauh dari cukup untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokok agar hidup menjadi lebih sehat, keluarganya sehat. Tapi faktanya, mereka tetap saja tak dapat berhenti merokok mengalihkan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Bila sudah menjadi pecandu rokok, memang sedikit sekali yang dapat berhenti merokok secara permanen. Begitulah faktanya. Mereka yang dapat berhenti merokok merupakan orangorang hebat. Mereka mempunyai kemauan yang kuat untuk berhenti. Kemauan yang dilandasi atas kesadaran yang mendalam untuk berhenti merokok. Kesadaran tersebut
Pro-kontra di atas menegaskan agar segera hadir aturan tentang pengaturan bagi pengguna asap perokok yang adil. Sehingga perokok dapat bebas menikmati rokok tanpa harus mengganggu orang lain yang tidak merokok.
mereka peroleh dari kesiapan diri untuk berhenti merokok. Kesiapan diri itu mereka peroleh dari kesungguhan untuk berhenti merokok. Kemudian mereka berhenti merokok untuk selamanya. Jadi, kalaulah telah di syahkan RPP menjadi peraturan, tidaklah dapat menghentikan para perokok. Sebab aturan ini hanya memberi ruang bagi publik untuk tetap merokok yang tidak merugikan pihak lain yang tidak merokok. Wajar, bila salah satu peserta Sasialisasi RPP dari FKM UI kecewa dan pesimis atas RPP tersebut. “Jangankan mengurangi jumlah perokok, mengatur perokok secara adil saja belum tentu tegak”. § Pra
48 Mediakom No.31/agustus/2011
LIPUTAN DAERAH
WAKATOBI:
Surga di Bawah dan di Atas Laut? Penulis: Hikmandari dan Udiani; Fotografer: Anitasari
Terletak di jantung segitiga karang dunia, Kabupaten Wakatobi bukan hanya memiliki kekayaan bawah laut yang melimpah. Sejak 2007, sarana dan tenaga kesehatan di Wakatobi membaik. Jumlah pos kesehatan, mulai dari puskesmas hingga pustu meningkat dari 76 pada 2007 menjadi 114 pada 2010. Warga juga tak perlu merogoh kocek untuk berobat di pusat-pusat kesehatan terdekat karena tersedia berbagai jaminan sosial untuk kesehatan, seperti Jamkesda, Jamkesmas, dan Jampersal. Namun, perhelatan megah di "surga atas laut" itu agaknya sepi khalayak.
No.31/agustus/2011 Mediakom
49
Sehat Ala "Surga" Sore itu, 8 Juli 2011, suasana pelataran belakang Hotel Wakatobi tampak lebih ramai daripada biasanya. Beberapa orang berdiri bergerombol sambil bercakap-cakap di depan tiga undakan rendah bertuliskan 2, 1, dan 3 menunggu pemenang pertama hingga ketiga berdiri di atasnya. Yang lain tampak mondar-mandir sibuk mempersiapkan acara. Satu nomor lomba Orientasi Bawah Laut dalam acara Sail Wakatobi 2011 telah selesai dimainkan di penghujung hari itu dan penghargaan siap dibagikan. Hingga beberapa bulan ke depan Wakatobi bakal tetap si buk. Berbagai mata acara budaya dan olahraga akan di gelar di kabupaten yang berdiri sejak 2003 ini. Di antara nya adalah lomba foto bawah laut, perkawinan massal bawah laut, dan festival seni budaya yang menampilkan atraksi Kabuerga. Wakatobi, yang penah menjadi bagian kesultanan Buton (berdiri sejak abad ke-15 sampai 1960), memang memiliki sejarah budaya yang panjang. Benteng Liya yang diba ngun di puncak tanah berbukit memperlihatkan jejak-je jak penyebaran Islam sejak abad ke-16 di Wangi-Wangi dan pulau-pulau sekitarnya. Dalam kompleks benteng, pohon-pohon cempaka berusia ratusan tahun berjajar di sepanjang tanah lapang berkapur, memisahkan bangunan semacam pendopo, disebut baruga, di sisi barat, dan Masjid Mubarak yang berdiri hampir 500 tahun silam di sisi timur. Tak jauh dari situ, di bagian utara terdapat ma
50 Mediakom No.31/agustus/2011
kam Talo-Talo, yang konon adalah seorang pemuda sakti mandraguna, dan batu tempat ia berolah kanuragan, Baliura, dipercaya sebagai cikal-bakal Desa Liya Togo. Bukan hanya wangi cempaka, Wakatobi juga memiliki ke kayaan alam bawah laut yang melimpah. Sebut jenis ka rang apa saja yang tumbuh di Planet Bumi ini, maka ha nya 10 persennya yang tak ada di perairan seluas 18.377 kilometer persegi ini. Bersama karang-karang itu hidup beranak pinak 942 spesies ikan dunia. Atol karang kedua terpanjang di Planet Bumi ini juga berada di wilayah yang dulu disebut Tukang Besi itu. Maka, sudah lumrah bila pada 1995, menteri kehutanan menetapkan wilayah ini sebagai Taman Wisata Nasional Bawah Laut, dan pada 1996 menjadi kawasan konservasi Taman Nasional. Pemerintah kabupaten tak ketinggalan. Mereka berikhtiar hendak mewujudkan surga nyata di bawah laut, seperti tertuang dalam rumusan visinya.
Kompleks Benteng Liya
Lalu, bagaimana dengan yang di atas laut? Akankah Wakatobi menjadi surga bagi warganya? Di bidang kesehatan, upaya mewujudkan hal tersebut tampaknya mulai terlihat. Sejak 2007, jumlah sarana dan tenaga kesehatan semakin membaik. Jumlah pos kesehatan, mulai dari puskesmas hingga pustu, tercatat berjumlah 76 pada 2007 dan 114 pada 2010. Pusat-pusat kesehatan tersebut tersebar di 100 desa/kelurahan dan 8 kecamatan. Tenaga kesehatan berjumlah 488. Mereka melayani 103, 4 ribu penduduk. Warga juga tak perlu merogoh kocek untuk berobat di pusat-pusat kesehatan terdekat karena tersedia berbagai jaminan sosial untuk kesehatan, seperti Jamkesda, Jamkesmas, dan Jampersal. Namun, perhelatan megah itu agaknya sepi khalayak. Laporan Rakerkesda 2010 mencatat, antara lain, angka kunjungan neonatus 1-3 rata-rata 30-an persen, jauh di bawah angka di Sultra yang 84 persen. Kunjungan ke posyandu rata-rata 59 persen, jauh di bawah angka SPM (Standar Pelayanan Minimal), 82 persen. Cakupan imunisasi, termasuk imunisasi polio dan campak, masih harus digenjot agar mencapai target. Situasi ini tentu menimbulkan tanda tanya, mengapa warga enggan menikmati fasilitas yang disediakan? Sementara keluhan akan minimnya sarana dan tenaga sering kita dengar di tempat lain, di wilayah ini hal itu justru tak menjadi persoalan. Boleh jadi itu karena warga belum terbiasa dan tidak me rasa perlu dengan segala macam pusat-pusat kesehatan. Pengakuan Hasriamin, pemuda Bajo lulusan SMA yang tinggal di desa Mola mengatakan, warga lebih suka memilih pergi ke dukun bila sakit. Bila belum sembuh, barulah mereka ke dokter. Bila itu belum juga berhasil, mereka akan kembali kepada dukun dan menyelenggarakan upacara adat memohon kesembuhan (lihat: "Bajo di Mola" ). Mengubah kebiasaan apalagi tradisi memang seperti ber sampan melawan arah angin—tak mudah, perlu strategi, dan waktu. Tetapi, bukankah justru itu tantangan riel para petugas kesehatan di lapangan? Pembangunan fisik itu satu hal, tetapi mengimbau dan merangkul warga agar selalu berperilaku sehat adalah hal lain yang tak kalah penting, kalau tidak lebih penting, apalagi mengingat pe ristiwa setahun lalu, usai Lebaran.
Wangi-wangi
Dua poskesdes di atas terletak di Desa Nelayan Bakti (atas) dan Mola Utara (bawah), yang mayoritas penduduknya berasal dari suku Bajo. Dalam tiga tahun (2007-2010) dinas kesehatan Wakatobi berhasil menambah jumlah poskesdes menjadi 70 unit dan puskesmas 14 unit, di samping dua ambulans laut, yang tersebar di empat pulau utama. Pembangunan fisik ini agaknya tak mampu membuat indeks kesehatan dasar sesuai target.
Ketika itu sekitar 80 anak di bawah umur terpaksa meng inap di rumah sakit karena diare. Sebulan sebelumnya, tujuh bayi dirawat di UGD RSUD Wakatobi juga karena pe nyakit yang sama. Mereka semua berasal dari Desa Mola dan Liya Bahari, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan. No.31/agustus/2011 Mediakom
51
Kepala Dinas Kesehatan Wakatobi, La Ode Boa, sedikit ba nyak menyadari betapa mendesak memperbaiki kinerja pasukan kesehatan di wilayahnya. Ibarat hotel, katanya, tamu dibiarkan mengangkat koper sendiri. Petugas kurang aktif. Maka, salah satu upaya yang diusahakan adalah coba memperbaiki komunikasi petugas dengan warga. Hilangkan jargon, gunakan bahasa yang akrab dengan warga, pahami adat istiadat, dan proaktif—demikian be berapa prinsip yang terus-menerus ditekankan oleh kepala dinas kesehatan setempat, yang juga pendekar kata-kata yang telah menelurkan beberapa judul buku. Lomba antar poskesdes atau puskesmas juga akan diadakan untuk memacu kinerja pusat-pusat kesehatan (lihat: "Babat Jargon di Wakatobi" ). Akankah itu upaya yang cukup untuk membangun kerjasa ma warga dan petugas? Entahlah. Yang jelas, warga Waka tobi menanti surga sehat di atas laut.
52 Mediakom No.31/agustus/2011
Inilah suasana posyandu yang diselenggarakan di Poskesdes Nelayan Bakti, Desa Mola Selatan, Kec. Wangi-Wangi Selatan (atas). Relawan menimbang balita dan membagikan makanan sehat, bubur kacang hijau, sementara bidan Irma tampak sedang memeriksa kandungan salah seorang warga. Tak jelas, berapa jumlah anak di desa ini. Namun keluarga Bajo umumnya berkeluarga besar. Anak-anak sejak kecil telah berkecipak di lautan, mendayung sampan mengambil air tawar dari daratan, atau sekadar bermain mengisi waktu luang (bawah). Tak banyak di antara mereka mengenyam pendidikan formal. Seperti diakui oleh Presiden Bajo, Abd. Manan, dari partisipasi sekolah Sultra yang 47%, hanya 0,4 % dari suku Bajo.
Tebal Kocek Kab.Wakatobi Terlepas dari Kabupaten Buton dan menjadi Kabupaten Wakatobi pada 2003, di usianya yang ke-8, Kabupaten di ujung tenggara Provinsi Sultra ini memiliki luas wilayah 823 km persegi, mencakup 8 kecamatan, 75 desa, dan 25 kelurahan. Dihuni sekitar 103,423 juta jiwa pada 2010, terdiri dari 8 suku bangsa, termasuk suku Bajo (8%). PDRB 2008 Rp. 206.469,33 juta. Hampir seluruh wilayahnya (97%) berupa laut. Bagi sebagian besar warga, inilah sumber mata pencaharian sesungguhnya. Di situlah ibu-ibu menambang pasir, di situ pula para nelayan mencari ikan. Meskipun demikian, penyumbang Pendapatan Asli Daerah terbesar berasal dari sektor pertanian (termasuk di dalamnya sektor perikanan yang menyumbang 4, 7%). Produk utama, dan juga bahan pangan pokok rakyat, adalah ubi kayu, jagung, dan ubi jalar. Rumput laut sekarang juga menjadi komoditas niaga andalan. Pada 2009, Wakatobi menghasilkan 150 ton, jauh lebih kecil daripada yang diperkirakan, 9 ribu ton. Sektor bahari dan pariwisata yang digadang-gadang oleh pemerintah setempat—dengan promosi yang gencar dan pembukaan lapangan udara—rupanya belum menghasilkan sesuai target.
No.31/agustus/2011 Mediakom
53
Bajo di Mola: Bila Kelana Laut itu Mendarat Sang pengelana laut itu mendarat. Suku Bajo di Desa Mola, Kec. WangiWangi Selatan, tak lagi berpindah dari satu perairan ke perairan lain. Mereka mendirikan rumah di atas batu-batu karang dan hidup layaknya 'manusia darat' meski jiwa mereka tetap di laut. Hidup di dua dunia ini bukan tak meminta bayar. Perilaku mesti berubah agar sehat, dan petugas kesehatan pun mesti paham dan lebih aktif mengajak serta mereka ber-PHBS. Gelap dini hari belum lagi tuntas dengan tugasnya. Pun suara adzan belum terlalu lama berkumandang. Namun, sahut-menyahut seperti saling teriak sudah terdengar di sana sini, tak kalah lantang dengan kokok ayam yang mengundang matahari. Pendayung sampan-sampan kurus itu, lelaki atau perempuan, rupanya sedang bertegur sapa, juga dengan para penghuni rumah yang kebetulan mereka lewati. Seorang di antara mereka, Nenek Rima, meski telah setengah baya, tampak tetap kuat mendayung koli-kolinya. “Hendak mengambil pasir,” katanya menerangkan arah tu juannya. Begitulah perkampungan Bajo, di Desa Mola Se latan, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, mengawali hari nya bersama pasang Laut Flores. Sejak 1950, perairan di sekitar Wangi-Wangi menjadi kampung halaman masyarakat Bajo. Konon mereka kabur dari pulau tetangganya, Kaledupa, karena diduga terlibat pemberontakan DI/TII. Sejak itu bangsa pelaut yang sohor di Nusantara ini tidak lagi sepenuhnya hidup di laut. Sekelompok demi sekelompok menetap, mendirikan rumah tancap di atas batu karang, dan membentuk
54 Mediakom No.31/agustus/2011
permukiman. Semakin hari semakin padat. Kini Desa Mola baik selatan maupun utara, dan juga Desa Nelayan Bakti, telah dihuni oleh sekitar 800-an kepala keluarga suku Bajo. Di waktu luang para perempuan ngerumpi, sementara be berapa lelaki tampak asyik merubung meja bola sodok atau berebut bola sepak. Biarpun demikian, kehidupan laut belum sepenuhnya sir na. Rumah-rumah di perkampungan Mola bukan hanya dihubungkan dengan jembatan kayu, gang-gang sempit, dan pejalan kaki berebut lahan dengan motor yang lalulalang. Di antara rumah, sela-sela gang, dan sepanjang kampung, menjelujur kali selebar antara 1-1,5 meter. Itulah jalan-jalan yang mengantar sebagian besar warga berangkat menuju dunia mereka sesungguhnya, Laut Flores. Di sanalah para perempuan menambang pasir, se mentara lelaki menangkap ikan dan hasil laut lain. Di laut itu pula segala harapan dan keselamatan hidup mereka digantungkan. Demikian dekat warga Bajo dengan laut, sehingga timbul sebutan, "Umbo Made Laut", Ibunda Lautan, untuk perairan yang terhampar luas itu.
Itu sebabnya, segala bentuk tradisi di laut, tak punah mes ki rumah mereka kini telah diperlengkapi dengan alat-alat elektronik simbol modernitas. Perubahan lingkungan dan pola hidup ini bukan tanpa ba yar untuk masyarakat Bajo, terlebih ketika kawasan Waka tobi dinyatakan sebagai kawasan nasional. Keputusan itu membuat laut yang dulu seolah lahan tak bertuan, tibatiba menjadi kavling-kavling yang tak memberi mereka ruang. Urusan hajat pokok, seperti mandi, cuci, kakus tu rut berubah. Gelombang laut yang membersihkan segala tak lagi mampir ke permukiman dengan leluasa. Lahan di depan rumah kini adalah tanah kapur yang mereka tak paham akan diolah untuk apa. Seperti dituturkan Hasriamin, "Kami tak paham bagaimana itu menanam ubi atau jagung. " Hasrin kini sehari-hari memang menjadi pe gawai negeri sipil, namun di akhir pekan ia selalu melaut atau membantu membangun rumah panggung di bibirbibir pantai Wangi-Wangi. Akibatnya bisa diperkirakan: pola hidup sehari-hari ber ubah, demikian pula dengan masalah kesehatan. Bagai manapun, dalam masyarakat tradisional, kesehatan lebih condong berada pada wilayah mistis daripada urusanurusan kasat mata, seperti cuci tangan, buang sampah, atau air bersih. Tradisi duata untuk meminta kesembuhan seseorang salah satu buktinya. Warga lebih condong me minta bantuan dukun daripada petugas kesehatan.
Pilihan ini boleh jadi bukan karena sikap negatif masyarakat Bajo terhadap layanan kesehatan, seperti diperlihatkan dalam penelitian Barlin Adam, Darmawansyah, dan Masni, ketiganya mahasiswa Pasca-Sarjana Unhas. Menurut Barlin Adam yang meneliti masyarakat Bajo di Kabupaten Kolaka (2008), “Pelayanan kesehatan dan tindakan medis yang dilakukan di Puskesmas dan Pustu tidak dianggap bertentangan dengan adat kebiasaan suku Bajo. Dengan demikian tidak ada hambatan dari segi budaya dalam pe manfaatan pelayanan kesehatan.” Jika ini benar, pertanyaannya, mengapa beberapa kesehat an masyarakat kurang kinclong prestasinya? Tahun lalu, 7 pasien rawat inap di UGD RSUD Wakatobi akibat diare berasal dari wilayah ini. Seperti pengakuan Ka Puskesmas Wangi-Wangi Selatan kepada Kendari Pos, pasien diare di wilayahnya cukup banyak. "Hingga Agustus, pasien diare sudah 121 orang." Kesadaran perilaku bersih dan sehat warga kurang, de mikian dugaan penyebab tingginya diare. Kembali lagi, ji ka itu benar, bukankah itu bisa menjadi tantangan untuk Wajah perkampungan "Bajo darat" di Desa Mola Selatan kala air laut surut di sore hari (atas dan bawah). Bila tak melaut untuk mencari ikan atau menambang pasir, ibu-ibu sibuk mencari kutu, sementara para lelaki berolah raga, memperbaiki jaring yang menjadi senjata andalan mencari ikan, atau membenahi kapal. Sementara itu, anak-anak tenggelam di dunianya sendiri.
No.31/agustus/2011 Mediakom
55
bidang kesehatan? Ada demand, ada faktor yang men dukung penuh, tinggal kreativitas sang provider. Apalagi bila melihat statistik kinerja kesehatan di Wangi-Wangi Se latan. Baik cakupan imunisasi, kunjungan ibu-ibu setelah melahirkan, maupun prosentase kelahiran oleh tenaga kesehatan, semua memperlihatkan angka di bawah ratarata. Semua ini memperlihatkan, betapa "demand" masih jauh di atas pemenuhan. Lalu, apa yang ditunggu? Sistem pelayanan kesehatan yang ada mestinya bisa me nularkan pemahaman yang lebih baik mengenai penyakit, cara penularan, cara pencegahan, dan cara pengobatan. Sisi promotif ini yang nampak perlu digenjot dalam me layani masyarakat Bajo. Pemahaman tentang sosial bu daya dan pemilihan pendekatan yang tepat harus dipikir masak. Dari segi bahasa, para petugas kesehatan di Wakatobi seyogiayanya memiliki kekhasan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa lokal. Ka Dinkes Wakatobi mempunyai perhatian dan obsesi khusus untuk mendekatkan petugas dengan masyarakat melalui berbagai cara. Boa mengasah kemampuan ko munikasi petugasnya secara serius setiap saat. Dalam setiap pertemuan, para petugas secara acak mendapat giliran dites berbicara tentang kesehatan dalam bahasa lokal. “Jargon-jargon kesehatan seperti UCI, K-1, K-4, Jam
kesmas, atau nama penyakit yang susah, biarlah men jadi bahasa di antara kita saja. Bicaralah dengan bahasa masyarakat setempat,” Ka Dinkes yang ahli sastra ini tak bosan mengingatkan. Dengan dana BOK yang tak kurang, juga komitmen Pemda terhadap penyediaan peralatan dan logistik sarana kese hatan, tinggal kreativitas para petugas yang diuji. Tentu akan lebih menjanjikan kalau kreativitas petugas juga di barengi dengan kreativitas pada tataran kebijakan juga. Misalnya bagaimana menciptakan sistem perencanaan program yang betul-betul berbasis bukti dan kebutuhan khas masyarakat setiap tempat. Juga peningkatan kemam puan petugas untuk memahami kondisi sosial budaya dan mengelolanya dalam membumikan kearifan ide hidup sehat. Sudah tidak zamannya lagi petugas mencakung di posnya dan menunggu keajaiban tercipta kesehatan prima di wilayahnya tanpa menjalin keakraban dan mengasah kreativitas. *** Nenek Rima melaju cepat dengan sampannya, tertawatawa. Menyibak dingin, melawan arus, wajah ceria dan celotehnya mengirimkan pesan hidup sehat di masa tua seorang manusia Bajo.
Dari ki-ka: Puskesmas Wangi-Wangi, yang diperlengkapi dengan fasilitas rawat inap dengan 3 dokter PTT. Pelatihan pembekalan petugas TB, kusta, dan imunisasi yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Wakatobi pada 8 Oktober 2011 di Wangi-wangi.
56 Mediakom No.31/agustus/2011
Babat Jargon di Wakatobi Tengok buku-buku dan berbagai tulisan tentang komunikasi kesehatan. Semua mengajurkan penggunaan bahasa sehari-hari dalam menyampaikan pesan kesehatan atau berkomunikasi dengan masyarakat. Gunakan bahasa yang dipahami masyarakat awam. Hindari jargon-jargon kesehatan. Demikian anjuran pokok yang disampaikan.
Tapi berapa banyak petugas yang serius mengasah kete rampilan agar terhindar dari perangkap jargon? Janganjangan malah ada yang dengan sadar lebih suka meng gunakan jargon. Sudah tradisi, atau biar lebih keren. Kamus Merriem-Webster mengartikan jargon sebagai istilah teknis atau idiom (bahasa khusus) yang hanya di mengerti oleh kelompok tertentu. Bidang kesehatan ter masuk gudangnya jargon. “Apa itu BTA? Tablet Fe? UCI?” La Ode Boa, Ka Dinkes Wakatobi mencontohkan beberapa istilah umum dalam program kesehatan masyarakat yang sangat tak mudah dipahami masyarakatnya. Apalagi di kabupaten Wakatobi yang setiap etniknya mempunyai bahasa yang berbeda. “Tolong sederhanakan istilah-istilah ketika Anda berha dapan dengan masyarakat. Kalau bisa bahasa daerah, bahasa daerah-kan. Kalau tidak bisa, bahasa Indonesiakan. Keguguran misalnya. Istilah teknisnya abortus. Ba hasa Indonesianya keguguran. Bahasa Tomia? Wanci? Kaledupa?” Para petugas yang sedang mengikuti pelatihan kompak menjawab kata keguguran dalam bahasa tiga pulau ter sebut. Ternyata tidak ada yang sama. “Kalau ibu-ibu kita kumpulkan dan kemudian kita sampaikan, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses abortus ialah ini ini ini mungkin mereka akan pi kir abortus itu makanan apa. Lebih bagus pakai ba hasa daerah atau bahasa Indonesia.”
Drs. La Ode Boa, M.Si Ka Dinkes Kab. Wakatobi
Di Wakatobi semua pe tugas diharuskan belajar bahasa daerah, khususnya menerjemahkan jargonjargon kesehatan. Ini
juga berlaku bagi petugas yang dari luar daerah. Setiap petugas kesehatan mempunyai tugas berkomunikasi, baik dalam melayani pasien maupun melakukan penyuluhan di masyarakat. Ka Dinkes enerjik yang sangat mendorong keramahan petugas ini menegaskan, “Fungsi promosi pre vensi tidak hanya melekat pada petugas promosi, tetapi kepada semua jenis petugas kesehatan. Semua petugas kesehatan baik medis maupun non medis harus mampu bicara tentang promosi dan prevensi atau pencegahan, sehingga angka kesakitan dari tahun ke tahun semakin menurun.”
Puskesmas seperti hotel Selain meninggalkan jargon, sikap melayani dengan ramah juga ditekankan kepada para petugas. Keramah-tamahan memang cukup menjadi isu di Wakatobi. Di sektor jasa seperti hotel saja nampaknya belum otomatis diterapkan. “Kita bisa melihat bagaimana bahasanya resepsionis ke kita. Bandingkan dengan di Makassar atau Jakarta. Di sini kita harus duluan bertanya. Kalau kita tidak bertanya dia diam saja. Setelah dia mendengar dan melihat, baru dia tanya, mau apa? Tamu pun harus mengangkat koper sen diri. Begitu juga dengan di warung, mau makan apa? Bukan dengan kata-kata yang halus, apa yang bisa kami bantu?” La Ode Boa mengemas imbauannya dengan penuh humor. “Maksud saya, seperti itulah puskesmas. Dalam pelayanan harus ramah. Ada pasien langsung ditanya. 'Apa yang bisa saya bantu, Bu? Mau berobat? O iya, mari di sana. Di sana ada pengambilan kartu. Kalau sudah mari kita ke sana Bu, periksa'. Tidak hanya di hotel, di Puskesmas pun pelayanan harus begitu. Dari tutur kata dulu. Baru kita bisa melayani.” “Kalau di Puskesmas, di Pustu, siapa yang pertama menyapa, pasien apa petugas?” La Ode Boa bertanya kepada para petugas yang sedang mengikuti pelatihan. Serentak terdengar jawaban riuh diiringi suara tawa, “Petugaaas...” Alhamdulillah. Semoga.
No.31/agustus/2011 Mediakom
57
Tak Mau Dihantui Status DBK “Daerah kami ini harus lepas. Saya tidak mau kalau dalam assessment oleh Badan Litbangkes pada tahun 2013 nanti tidak ada kemajuan.” Amin Johanis berkali-kali menegaskan tekadnya. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) ini berulang-ulang menyebut IPKM, MDGs dan SPM sebagai acuan kinerja seluruh jajaran kesehatan di provinsi Sultra.
Mengukur situasi kesehatan di provinsi yang giat mem bangun ini tak bisa dilepaskan dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemen terian Kesehatan. Hasil Riskesdas 2007 tidak menunjukkan hasil menggembirakan bagi Sultra. Provinsi di ujung kaki kanan pulau Sulawesi ini tercatat sebagai satu dari sepuluh provinsi berkategori Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK). Artinya lebih dari 50 persen kabupaten/kota di dalamnya masuk kategori DBK. Dari sepuluh kabupaten dan kota di Sultra pada tahun 2007 (sekarang sudah menjadi dua belas), delapan di antaranya DBK. Tentu hasil itu lebih menyerupai wajah suram daripada senyum manis. Pak Kadinkes cepat-cepat berbenah, tak mau terintimidasi bayangan hasil riset berikutnya di tahun 2013.
Pada rapat kerja kesehatan daerah se provinsi Sultra bulan Mei 2011 di Wakatobi, disepakati agar setiap kabupaten/ kota segera menetapkan target capaian indikator IPKM, MDGs, dan SPM. Dinkes Provinsi kemudian menindaklanjuti kesepakatan tersebut dengan pendampingan ke setiap kabupaten/kota. “Seluruh kepala bidang, kepala seksi, kami bagi habis, turun ke kabupaten/kota. Bersama perencana di sana, mengisi capaian target per tahun dan apa yang akan mereka lakukan untuk mencapainya,” papar Ka Dinkes. Hasil itu selanjutnya dikompilasi di tingkat provinsi dan diserahkan kepada gubernur untuk dibuat peraturan dan menjadi acuan kinerja.
Pada 2006 Masjid Agung Kendari digunakan sebagai perhelatan akbar MTQ tingkat nasional. Rencananya akan dijadikan kompleks alun-alun, tapi lagi-lagi macet.
58 Mediakom No.31/agustus/2011
Kendari Bukan Ukuran Menyusuri jalanan kota Kendari di suatu sore yang nyaman, tak tergambar kurangnya kesehatan masyarakat di sana. Teluk Kendari yang lembut dalam cahaya lembayung mulai sibuk dengan pedagang menyiapkan kuliner malam. Jalan bypass mulus membujur tepat di tepian pantainya yang panjang. “Orang Kendari suka makan di luar. Warungwarung selalu ramai. Sepuluh tahun yang lalu, kalau Maghrib sudah sepi,” ujar Zakaria, staf Dinkes bagian informasi, menyiratkan belum lamanya perkembangan pesat pembangunan kota. “Empat tahun inilah yang terasa pesat sekali.” Di bagian kota yang lain, gedung-gedung megah sedang dalam penataan. Rumah-sakit kota Kendari sebentar lagi akan pindah ke bangunan baru. Sebuah rumahsakit yang digagas bertingkat internasional berdiri di kiri jalan dari bandara menuju kota Kendari. Bangunan itu
bercat kuning, megah, berasitektur modern. “Itu milik pemerintah provinsi. Tidak tahu kenapa sekarang berhenti. Mungkin biaya dari pajak perusahaan tambang sedang macet,” seloroh tukang taksi yang nampak sangat berminat pada masalah politik. Kendari memang menawan. Drs Amin Yohannis, Apt, M.Kes Ka Dinkes Sulawesi Tenggara Tak mengesankan keku rangan kesehatan di masya rakatnya. Dan memang status kesehatan yang kurang baik itu lebih banyak disumbangkan oleh data kabupaten. Peringkat nasional IPKM kota Kendari lumayan bagus yaitu 96, sementara kabupaten/ kota lain di Sultra paling bagus adalah 209 (Bau-bau) hingga 397 (Kolaka Utara). Jadi melihat peta kesehatan di Sultra sungguh tak terwakili dengan melihat kota Kendari.
Mengejar Ketinggalan dengan Taktis Jika melihat masalah kesehatan di provinsi yang kaya dengan tambang dan perkebunan coklat ini masih melingkupi hampir semua indikator, rasanya perlu pemikiran yang lebih mendalam sebelum bertindak. Barangkali ada beberapa aspek yang daya ungkitnya dahsyat untuk mempercepat peningkatan kinerja. Atau mungkin ada potensi besar yang belum dikenali. Singkatnya, tak cukup business as usual untuk mewujudkan kesehatan yang lebih baik. Perlu terobosan dan dukungan penuh berbagai pihak. Kementerian Kesehatan membentuk tim pendampingan khusus dalam program yang disebut PDBK atau Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan. Pemerintah provinsi juga melakukan hal serupa kepada kabupaten/ kota.
RSUD Kendari lama (kiri) dan bangunan baru calon RSUD baru yang pembangunannya mangkrak (kanan). Di Kendari, bangunan setengah jadi semacam ini bukan satu dua. Sebut saja proyek Masjid Al' Alam di tengah-tengah Teluk Kendari dan Jembatan Teluk Kendari yang dimulai setidaknya tahun lalu, serta yang sudah lebih lama berdiri, alun-alun Masjid MTQ Kendari.
Secara keseluruhan prevalensi gizi buruk dan kurang pada balita di Sultra adalah 22,7%. Angka ini masih di atas target nasional 2015 sebesar 20% dan MDGs 18,5%. Tiga kabupaten di Sultra, yaitu Buton, Konawe, dan Wakatobi mempunyai prevalensi balita pendek dan sangat pendek di atas 40%, menyumbang pada tingginya prevalensi balita pendek provinsi sebesar 40,5%. Jika prevalensi balita pendek menunjukkan besarnya masalah status gizi kronis, maka prevalensi balita kurus menggambarkan status gizi yang sifatnya akut. Sultra mempunyai angka prevalensi balita kurus dan sangat
No.31/agustus/2011 Mediakom
59
kurus sebesar 14,6%. Ini masuk dalam kategori masalah kesehatan masyarakat yang serius. Prevalensi kekurusan lebih dari 5% merupakan indikasi masalah kesehatan masyarakat. Masalah dikategorikan serius jika prevalensi kekurusan 10,1% - 15%, dan dianggap kritis jika di atas 15%. Seluruh kabupaten dan kota di Sultra masuk kategori serius dan kritis kecuali Wakatobi (7,5%). Dengan demikian Wakatobi menjadi satu-satunya kabupaten yang memiliki masalah gizi kronis namun tidak gizi akut.
Lini kesehatan di semua kabupaten/kota terus bekerjakeras dan berjejaring untuk memperbaiki indikator di atas, juga indikator sanitasi, perilaku, dan KIA yang sedikit demi sedikit mulai terang arahnya. Kesadaran tentang situasi yang dihadapi mestinya akan membawa ke arah penanganan yang lebih terarah. Tak cukup membangun infrastruktur saja. Tak cukup menyediakan petugas saja. Tak cukup mengobati saja. Tak cukup menyediakan biaya saja. Juga tak cukup berpolitik saja.
Malaria ditemukan di semua kabupaten dan kota di Sultra dengan prevalensi 2,1% (berdasarkan diagnosis dan gejala), demikian juga DBD dengan prevalensi 1%. Angka annual malaria insidence (AMI) pada 2010 adalah 12,23 per mil, paling rendah dalam lima tahun terakhir, namun masih membuat Sultra masuk dalam kategori daerah endemik malaria. Pada tahun 2010 dilaporkan terjadi KLB malaria di Kabupaten Konawe Selatan dengan jumlah 36 penderita, tidak ada yang meninggal dunia.
“Kita sudah maklumi bahwa sesudah otonomi daerah ini sangat berbeda dengan sebelum otonomi. Sebagai kepala dinas saya harus membangun kepemimpinan kolektif. Artinya mengajak teman-teman kabupaten kota agar betul-betul mengubah cara pandang mereka. Walaupun dari segi kedudukan dan pengangkatan pejabat kepala dinas di kabupaten kota itu bukan ditetapkan dari gubernur, namun mereka itu adalah bagian dari sistem, jadi saya mengajak mereka berpikir secara sistem.” Sekali lagi Amin Johanis menepis keraguan. Bangunan kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sultra yang dipimpinnya terasa begitu sederhana di tengah kota Kendari yang terus membangun. Ada yang lebih penting daripada bersolek.
Penyakit Filariasis ditemukan di Kabupaten Muna, Konawe Selatan, Bombana, dan Kota Kendari berdasarkan diagnosis dan gejala dengan prevalensi rata-rata 0,1 per mil.
Hari itu, 9 Mei, sekitar 180 tahun lalu seorang berkebangsaan Belanda, Vosmaer, mendirikan istana raja suku Tolaki, salah satu suku terbesar di Kendari. Sejak itu hingga sebelum proklamasi kemerdekaan, Teluk Kendari ini dikenal sebagai Volmaer's Baai (Teluk Volmaer), dan kini 9 Mei diperingati sebagi hari jadi Kota Kendari, meski baru pada 1995 Kendari ditetapkan sebagai kotamadya dari semula kota administratif.
60 Mediakom No.31/agustus/2011
KOLOM
Sri Wahyuni
Pentingnya Publikasi
S
eorang humas merasa bangga, rilis hasil karyanya terpampang pada media cetak nasional. Media hanya mengedit sebagian kecil saja. Hampir delapan puluh persen persis rilis yang diberikan pada media saat jumpa pers. “wah ini baru publikasi nih” sambil menunjukkan koran kepada seorang rekannya. Pemuatan rilis oleh media, akan menyebarkan pesan secara luas kepada khalayak. Publik mengetahui pesan, gagasan, harapan dan problematika yang dihadapi atau solusi yang sedang dilakukan. Berikutnya, publik menjadi paham terhadap pesan yang disampaikan. Dengan demikian, publik akan membantu mewujudkan cita-cita bersama yang akan dicapai. Itu idealnya. Bagaimana kalau yang terjadi sebaliknya, media justru mempublikasi berita negatif yang merusak citra? Disinilah peran humas dibutuhkan. Mereka harus mampu menyediakan informasi yang positif untuk mengimbangi berita negatif yang telah terpublikasi. Disinilah letak pentingnya publikasi. Sebab citra positif dan negatif sangat dipengaruhi opini publik yang diberitakan media. Bagaimana agar publikasi media sesuai dengan harapan? Berikut beberapa pendekatan yang dapat dilakukan. Menjalin hubungan baik dengan media antar individu atau lembaga. Hubungan individu seperti perhatian kepada para wartawan yang selama ini sebagai mitra. Sedangkan hubungan antar lembaga seperti kunjungan pejabat atau humas ke kantor redaksi media, menyampaikan program kerja Kementerian sekaligus sosialisasi. Kunjungan media ini sebaiknya dilakukan secara periodik. Selain itu, secara rutin menyelenggarakan konfrensi pers, pers briefing, pers tour dan kegiatan media relation lainnya. Berikutnya, mengemas pesan tepat dan akurat untuk media. Tepat waktu dari sisi kejadian, peristiwa baru (News) dan tepat waktu dengan jadwal tayang atau penerbitan. Selain itu akurat dari sisi data dan informasinya. Apalagi juga mempunyai nilai berita yang tinggi.
Khusus publikasi dalam bentuk iklan, harus jeli memilih media yang cocok. Cocok dengan pesan yang akan dipublikasi dan besaran biaya yang tersedia. Untuk pilihan media, banyak alternatif media cetak, media elektronik atau media on line. Pemilihan juga harus mempertimbangkan siapa sasaran pembacanya. Apa masyarakat kota, desa, kelas menengah ke atas atau menengah ke bawah. Semua media mempunyai segmen pemirsa sendiri-sendiri. Media on line saat ini lebih cepat menyajikan informasi, tetapi isi beritanya kurang mendalam. Media elektronik / TV lebih menyampaikan pada ekpresi kejadian sesaat melalui visual gambar, sehingga penonton melihat sekilas pun akan mendapat kesan yang mendalam. Sedangkan media cetak, dapat menyajikan berita lebih mendalam dan lebih akurat. Jadi, sepenting apapun publikasi, sebaik apapun kemasan pesan tak dapat optimal tanpa dukungan media. Oleh sebab itu, agar publikasi dapat sampai pada sasaran, perlu mendapat dukungan media yang tepat. Untuk itu memerlukan SDM humas profesional yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang menyusun pesan yang baik dan memilih media yang tepat. Begitu pentingnya publikasi, banyak pihak menyiapkan program besar untuk publikasi di berbagai media. Bahkan ada yang menempatkan program publikasi pada seluruh jenis media. Mereka berharap semua segmen pemirsa mendapat informasi yang lengkap. Walaupun harus rogoh kantong lebih dalam.§
Citra positif dan negatif sangat dipengaruhi opini publik yang diberitakan media. No.30/JUNI/2011 Mediakom
61
POTRET
62 Mediakom No.31/agustus/2011
dr. Ratna Rosita, MPHM
OJO NJALUK, OJO MILIH bu, mempunyai peran sangat besar dalam keluarga. Ia menentukan sukses tidaknya sebuah keluarga. Ibu sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Dia juga menjadi pendamping suami yang bijak, menguatkan, mendorong, membantu dan siap menanggung suka-duka bersama dalam membangun keluarga. dr. Ratna Rosita, MPHM, Ibu sekaligus Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan mempunyai peran penting sebagai pendamping, sekaligus membantu Menteri Kesehatan mensukseskan pembangunan kesehatan Indonesia. Bagaimanakah pengalaman, sikap dan perjalanan menjadi ibu dan sekaligus Sesjen ?. Berikut petikan wawancara dengan Mediakom. Selamat membaca....!
I
Bagaimana ibu memulai karier di Kementerian Kesehatan sampai ibu mendapat amanah sebagai Sekretaris Jenderal? Saya masuk di Kementerian Kesehatan tahun 1994 sebagai Kasie Registrasi Dit. RS Khusus dan Swasta. Ke Jakarta mengikuti suami sebagai tentara sesudah berkeliling Kalimantan Timur, Manado dan Jawa Barat. Memulai karier pada tahun 1980 setelah lulus Fakultas Kedokteran UI tahun 1979. Pertama menjadi staf LTD PMI DKI Jakarta. Di Kaltim pernah bekerja di RSUD
Balikpapan, RSU Pertamina, RSUD Tarakan dan pindah ke Jawa Barat bekerja di Kanwil Kesehatan. Ayah Saya selalu mengatakan “ ojo njaluk ojo milih” itu falfasah Jawa, dimana-mana ikut saja pada keputusan atasan. Jangan minta jabatan atau memilih. Sebab kalaupun kamu minta juga tidak tahu apa yang diminta. Kalau saya di tawarin atasan, saya jawab “silahkan bapak tempatkan saya sesuai kemampuan, tapi kalau tidak mampu jangan”. Saya heran dengan teman-teman staf yang minta jabatan mengatakan mampu jadi Direktur, jadi itu dan ini. Sanggup atau mampu yang mengetahui bukan diri sendiri tapi orang lain yakni pimpinan. Menjadi Kasubdit di Ditjen Yanmedik selama 8 tahun, sejak 1997 - 2005 saya nikmati aja dengan ikhlas, saya happy-happy saja, disitu saya mencari ilmu, pengalaman dan teman. Saya bekerja dengan sunguh-sunguh. Makanya “dikit-dikit bu Ratna” karena atasan selalu melimpahkan pekerjaan yang “tidak disenangi” oleh orang lain kepada saya. Saya bekerja tidak semata-mata untuk uang, dan tidak mencari jabatan dengan jalan yang tidak benar. Kemudian tahun 2005 dipromosikan sebagai Direktur Pelayanan Medik dan Gigi Dasar. Selama kurun waktu 20052008 saya menjabat eselon II di tiga tempat pada Ditjen Bina Pelayanan Medik. Tahun 2009, tepatnya 11 Januari, saya dipromosi menjadi Staf Ahli Menteri bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi selama 1 tahun tepat
dan ketika Menteri baru dr. Endang Rahayu Sedyaningsih MPH, Dr.PH. Saya di beri tanggung jawab lebih besar sebagai Sekretaris Jenderal sejak 12 Januari 2010. Semua amanah itu saya syukuri, tekuni dan nikmati. Semua jabatan adalah amanah. Ada cerita menarik pada waktu saya eselon IV ada kebijakan dari Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN) kalau seseorang tidak menduduki eselon III atau S2 maka ia tidak dapat naik ke golongan IV, maka saya sekolah S2 di Thailand mendapat beasiswa dari JICA. Begitu saya pulang di tawari oleh Direktur saya di panggil” bu Ratna mau di tempatkan di mana?”. Maaf pak saya tidak bisa menjawab, ajaran dari orang tua saya “ojo njaluk ojo milih”, kalau memang saya sanggup tempatkan, kalau tidak mampu jangan dipromosikan pak, jawab saya. Menurut saya bekerja itu mencari Ridho Allah dan itu menjadi tabungan di kemudian hari, keuntungannya untuk diri sendiri. Kalau menanam padi akan panen padi, kalau menanam ilalang, akan mendapat ilalang. Siapa yang menanam kebaikan maka akan menuai kebaikan. Kalau tidak berbuat baik jangan harap Allah akan memberi yang terbaik. Apa strategi ibu dalam memperbaiki kinerja Kementerian Kesehatan umumnya dan Sekretaris Jenderal khususnya? Seorang pemimpin dalam level apapun harus memiliki karakter yang kuat, juga leadership. Kerjasama dan keterbukaan para pejabat eselon I dan II merupakan modal untuk meningkatkan kinerja Kementerian Kesehatan. Konsistensi dan kebijakan yang digariskan oleh pimpinan, dalam hal ini ibu Menkes sangat berpengaruh dalam penugasan sebagai Sekretaris Jenderal. Komitmen apa yang paling dominan? Peduli terhadap stakeholder, terutama orang yang membutuhkan. Komunikasinya responsiv. Kalau bu Menteri cepat meresponnya berarti saya juga harus cepat. Budaya seperti itu sudah menyebar pada eselon I, No.31/agustus/2011 Mediakom
63
POTRET eselon II, itu sangat membantu, Saya tidak kesulitan dalam hal ini. Tentu ini semua harus diikuti jenjang di bawahnya. Di Indonesia masih menganut budaya paternalistik. Artinya atasan itu sebagai panutan. Misalnya atasan mengatakan harus disiplin, harus bersih, jangan bolos, sementara kita sendiri tidak tertib, tentu saja anak buah seperti itu juga. Saya berharap semua atasan dapat menjadi panutan. Saya katakan lebih dari 50 persen pegawai Kemkes bekerja tidak melihat atasan, tapi bekerja sebagai kewajiban dan ini contoh yang baik. Punya target kerja hari ini apa? kalau semua seperti itu, luar biasa.
baik. Misalnya “enak ya datang jam 11”, tapi itu kan tidak baik. Maka, kepada CPNS saya sampaikan, ikuti yang baik saja.
Bagaimana upaya ibu mendorong orang supaya bekerja dengan baik, walau tidak di lihat atasan? Harus melakukan sesuatu itu dari niat dalam hati, semua itu harus dari hati. Kondisi hati berasal dari pendidikan dalam rumah dan lingkungan. Pendidikan dalam rumah itu dasar. Kalau saya ngomong pada staf harus kerja begini, begitu, tak mungkin, karena mereka sudah tua dengan karakter masing-masing. Waktu menjadi Kasubdit, saya pegang CPNS dari situ saya dapat membangun karakternya. CPNS di kantor akan bercampur dengan pegawai dengan beragam perilaku. Ada yang santai misal datang jam 11, merokok dan hal yang tidak baik lainnya. Saya sampaikan pada CPNS agar ikuti yang rajin dan baik. Sebab yang enak itu cenderung yang tidak
kegiatan dan kemampuan seseorang. Tempatkan orang sesuai dengan peminatan dan keahliannya. Apabila ada yang menzolimi saya, saya menyikapinya dengan santai, Gusti Allah tidak pernah tidur, Dia mencatat segala amal dan perbuatan kita. Saya menghadapinya dengan senyum tertawa, kalau gak tertawa mau apa ? Hidup itu sudah susah, jangan dibikin susah lagi. Marah adalah pilihan terakhir buat saya, sebab marah membuang energi, kalau sudah tidak dapat bicara baik-baik baru marah.
64 Mediakom No.31/agustus/2011
Bagaimana sikap terhadap orang yang tidak setuju dengan kebijakan pimpinan? Klarifikasi, apa alasan tidak setuju. Ada orang yang berfikir negatif terus, saya ajak melihat positifnya. Saya selalu belajar dengan membaca, menonton TV dan mencontoh yang berbuat baik. Bagaimana menggerakkan orang supaya sukarela mengerjakan tanggung jawabnya. Melakukan assessment, inventarisir kegiatan dan mencocokkan antara
Bagaimana perencanaan yang baik menurut ibu? Kita mempunyai RPJMN, Renstra, dan target MDG’s, semua harus berpegang pada hal tersebut. Sebagai Sesjen harus selalu mengkoordinasikan
unit-unit utama. Untuk mencapai itu harus ada perencanaan yang baik dan terarah sehingga pencapaian program atau kegiatan dapat sesuai target serta perlu monitoring dan evaluasi . Apa kendala terbesar masyarakat belum melaksanakan PHBS dan bagaimana solusinya? Semua berpulang kepada petugas dalam mempromosikan hidup sehat sehingga masyarakat merasa perlu untuk melaksanakan. Saat ini PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada masyarakat sudah banyak kemajuan. Misal olah raga jalan pagi, bukan hanya didominasi orang tua, tapi pasangan muda, remaja.
Berarti olahraga sudah membudaya. Olah raga dapat dilakukan di mana saja, di rumah dan di kantor. Budaya untuk bersih lingkungan bahkan green environment sudah menjadi pengetahuan masyarakat. PHBS itu murah tapi masih banyak yang belum melakukan? Betul sekali murah, tapi berdampak luar biasa untuk kesehatan. Tapi kalau sudah sakit itu jadi mahal sekali. PHBS itu datang dari rumah misalnya cuci tangan pakai sabun, ajarkan pada anak kita setelah memegang benda tertentu harus cuci tangan, apalagi kalau mau memegang makanan. Khusus kepada anak-anak, kita harus terus menerus mengingatkan bahwa kalau mau pegang makanan harus cuci tangan. Dengan cara seperti ini anak akan terbiasa mencuci tangan.
Khusus cuci tangan ada pengalaman menarik dengan Posyandu di Pekanbaru. Kadernya membuat kran air mengalir, balitanya 120 orang diajari cuci tangan. Kebiasaan ini akan terbawa sampai rumah. Sebab dengan mencuci tangan dapat mencegah penyakit seperti diare, thypus dan hepatitis. Tidak merokok, merupakan perilaku sehat. Jangan merokok di tempat umum dan dekat anak kecil. Kalau merokok jangan mengganggu orang lain. Bagaimana menyikapi karyawan Kemkes yang sudah kecanduan rokok? Merokok tidak bisa di stop, apabila sudah menjadi kebiasaan seseorang.
bisa toleransi dengan asap rokok. Bagaimana dengan kebugaran tubuh ? Soal kebugaran bisa diwujudkan di sini, walau tidak harus dalam bentuk olah raga di kantor turun naik tangga tidak menggunakan lift dan diet seimbang. General chek-up juga sangat penting. Hasil chek-up ditindak lanjuti segera. Jika dideteksi terkena suatu penyakit jangan sedih. Misalnya hasil papsmer hasilnya tidak baik, jangan sedih, langsung konsultasikan ahlinya. Jika ada masalah langsung cepat atasi masalahnya segera. Saya juga rutin olah raga dan termasuk menjaga makanan.
Misalnya mengingatkan anak kecil tidak buang sampah sembarangan. Memberi tahu harus buang sampah pada tempatnya, dimanapun kita berada kita harus peduli terhadap lingkungan. Hal tersebut dapat dimulai dari lingkungan yang terkecil yaitu di rumah, komunitas sebagai target kita. Khusus mengenai laporan keuangan, Kemkes tahun 2010 mendapat penilaian Disclaimer oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Yakni, BPK tidak dapat memberi pendapat atas laporan keuangan tersebut. Agar tidak jatuh pada lubang yang sama, Kemkes mencanangkan Laporan Keuangan WTP ( Wajar Tanpa Pengecualian) 2012. Memang ini kerja
Kalau saya di tawarin atasan, saya jawab “silahkan bapak tempatkan saya sesuai kemampuan, tapi kalau tidak mampu jangan”. Saya heran dengan teman-teman staf yang minta jabatan mengatakan mampu jadi Direktur, jadi itu dan ini. Biasanya orang berhenti merokok karena ada sebabnya misalnya dia sadar sesudah sembuh dari sakit. Yang penting kita sebagai karyawan kesehatan harus mengkampanyekan tentang budaya tidak merokok terutama pada anak-anak sekolah di bawah umur. Saya model orang yang tidak terganggu dalam kondisi apapun misalnya berisik, televisi atau apapun juga saya tetap bisa bekerja, tetapi saya terganggu kalau ada asap rokok, apalagi di dalam ruangan. Saya memang tidak
Apa pesan ibu kepada jajaran Kesehatan untuk mensukseskan program pembangunan kesehatan ? Tenaga kesehatan harus menjadi agen perubahan di lingkungannya. Tenaga kesehatan jangan kalah dengan orang yang bukan kesehatan. Artinya di mana berada, kita harus melakukan promosi dalam hal kecil-kecil mulai dari lingkungan. Seperti di rumah, shalat taraweh dan lain-lain untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Tidak harus dalam bentuk seminar besar.
besar, bukan hanya tugas Menteri dan Sesjen, tapi tugas semua untuk tertib mengelola keuangan negara sesuai peraturan. Kalau belum tahu bertanya bagaimana mengelola dan pertangung jawabannya. Mulai dari hal-hal kecil seperti perjalanan dinas harus riel, dan seterusnya pengadaan barang dan jasa. Komitmen dari atasan saja tidak cukup tapi harus bersama-sama, semua menertibkan keuangan lalu kedepan bekerja sesuai yang telah ditentukan.§ pra,yn No.31/agustus/2011 Mediakom
65
SIAPA DIA
Asti ananta
Banyak orang berasumsi bahwa setiap artis selalu menyiapkan budget yang besar untuk sekedar memanjakan diri agar terlihat lebih cantik. Namun tidak demikian halnya dengan Asti Ananta. Asti mengungkapkan bahwa dirinya tidak memiliki anggaran khusus untuk perawatan dirinya. Perempuan yang lahir di Semarang ini mengakui bahwa dirinya memang sering ke salon, tetapi sebenarnya letak rahasia kecantikan Asti ada pada jamu. “Kalau jamu saya suka, tapi terus terang kalau untuk yang pahit saya kurang bisa menikmati. Tapi saya suka seperti beras kencur dan campuran dengan jahe, karena bisa menjaga bagian dalam,” tambah Asti.
Asti melanjutkan, sejak jaman dulu jamu memang dikenal sebagai obat yang paling mujarab untuk merawat tubuh dan menjaga kesehatan. Di samping itu, jamu juga terkenal murah. Selain jamu, rahasia Asti yang lain dalam pengaturan dana untuk menjaga tubuh adalah kegiatan olahraga yang ia lakukan. “Saya untuk kesehatan biasanya ditambah olah raga. Saya selalu mencari yang terbaik dan terbagus,” pungkasnya.§ kapanlagi.com, diubah seperlunya
foto-foto: www.kapanlagi.com
cantik berkat jamu
umay
usai menyanyi ingin jadi pemain bola
Namanya juga anak-anak, segala sesuatu dapat berubah dengan cepat walau tadinya hal tersebut tidak menjadi keinginannya. Semisal penyanyi anak Umay. Beberapa waktu dia mengaku tidak suka olahraga, terutama sepak bola. Namun kini menggilai olahraga paling banyak penggemarnya di dunia itu. Bahkan dia bercita-cita ingin menjadi pemain sepak bola. “Tadinya saya enggak suka olahraga, apalagi sepak bola. Tapi lama kelamaan suka dan pengen jadi pemain bola,” katanya.
66 Mediakom No.31/agustus/2011
Keinginan anak bernama lengkap Muhammad Arfiza Shahab ini sepertinya terkait dengan dirinya yang ditunjuk membawakan program sepak bola di salah satu stasiun teve swasta. Tapi dia tidak menyesal karena lebih banyak tahu pemain-pemain kelas dunia yang merumput di berbagai klub Eropa. “Tadinya saya diminta menghapal para pemain AC Milan, MU dan lainlain. Eh, akhirnya saya suka dan latihan sepak bola. Bahkan belajar tendangan pisang ala Ronaldo,” imbuhnya dengan gaya anak-anak.§ Juwi/gi
Amel
pilih sekolah sekaligus syuting
Belajar dan profesi menjadi dua hal yang harus diperjuangkan. Wajar jika bintang cilik Amel sedikit bingung saat diminta memilih antara sekolah dan main sinetron. Tentu bukan Amel kalau tidak memberi jawaban kocak, pemeran Carla dalam sitkom SuamiSuami Takut Istri itu memilih duaduanya.
indra herlambang
“Kalau jadi artis tapi nggak sekolah juga nggak akan pintar. Kalau sekolah dapat ilmu. Kalau syuting dapat pengalaman,” ungkap Amel. Saat ditemui di sebuah lokasi syuting, karena besoknya ujian mata pelajaran Matematika, sebuah buku paket matematika ada dalam dekapannya. Dirinya mengaku selalu membawa buku pelajaran di lokasi syuting. Amel mengungkapkan tidak pernah menyontek pekerjaan temannya. Padahal tempat duduknya bersebelahan dengan teman yang selalu juara kelas. “Aku sih nggak nyontek. Malah teman sebangkuku yang suka nyontek,” akunya.§ Juwi/gi
sirih untuk sakit gigi
Lebih baik sakit hati daripada sakit gigi, itulah potongan syair lagu yang pernah dipopulerkan oleh pedangdut Meggy Z. Namun sebaliknya yang dirasakan oleh presenter Indra Herlambang saat giginya sakit dan bengkak. Meski peristiwa menyakitkan itu terjadi saat dirinya masih duduk di sekolah dasar, namun sampai sekarang tidak bisa dilupakan. Indra mengungkapkan akibat sakit giginya saat itu, pipinya membengkak diikuti sakit yang bukan kepalang. Indra kecil pun enggan diajak dokter, karena memang ada kesan menakutkan dan mencoba pengobatan secara tradisional terlebih dulu. Karena sakitnya yang tak tertahankan dan tak kunjung sembuh, akhirnya juga tetap ke dokter. “Kecil pernah sampe bengkak banget, karena saya sukanya yang manis-manis. Pake tradisional dulu baru ke dokter. Ya, dikasih daun sirih sama garam dan uniknya sampai sekarang saya di keluarga masih pakai obat tradisional. Bahkan kalau ada yang panas misalnya, itu dikasihnya bawang merah dan minyak kelapa,” katanya. Proses berangkat ke dokter gigi juga tidak semudah, lantaran Indra tidak bisa membuang rasa takutnya. Namun setelah dibujuk rayu oleh orang tuanya, akhirnya pergi berobat. “Mereka (orang tua) punya cara yang brilian. Jadi tempat buat sikat gigi itu dikasih tempat bergambar kartun favorit gue dan dulu gue sekali,” jelasnya tertawa.§ Juwi/gi
No.31/agustus/2011 Mediakom
67
RESENSI BUKU
Nomor Klasifikasi
: 368.38
Judul
: Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan
Impresum
: Jakarta: Kementerian Kesehatan RI :
Sekretaris Jenderal.-- 2011 Kolasi
: xvii, 50 hlm; 21 x 15 cm
Subyek
: HEALTH INSURANCE DELIVERY OF HEALTH CARE
Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan anak serta mempercepat Millenium Development Goals (MDGs) Kementerian Kesehatan mengeluarkan program Jaminan Persalinan (Jampersal). Jaminan persalinan merupakan jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB paska persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Pendanaan Jaminan Persalinan terintegrasi dengan jamkesmas karena Jaminan Persalinan sebagai bagian integral dari Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Dengan demikian koordinasi dan pengelolaan jampersal diorganisir oleh Tim Pengelola Jamkesmas. Dana Jaminan Persalinan bersumber dari APBN Kementerian Kesehatan. Kehadiran Jaminan Persalinan diharapkan dapat menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapat jaminan persalinan sehat dan bermutu.
Buku petunjuk teknis ini sangat berguna bagi dokter, bidan, dan perawat (paramedik) sebagai acuan dalam penyelenggaraan jampersal sehingga dapat tercapai tujuan program serta penyelenggaraan pembiayaan yang baik, lancar, akuntabel, dan transparan.§
Pendanaan Jaminan Persalinan terintegrasi dengan jamkesmas karena Jaminan Persalinan sebagai bagian integral dari Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
68 Mediakom No.31/agustus/2011
Nomor Klasifikasi
: 362.828.6
Judul
: Perkawian Sehat Tips untuk Sang Dara
Impresum
: Jakarta: Dian Rakyat :
dr. Endang R. Sedyaningsih – Mamahit.-- 2011 Kolasi
: v, 210 hlm; 23 x 14 cm
Subyek
: MARRIAGE COUNSELING PREMARITAL cOUNSELING
Perkawinan sebuah tali suci yang mengikat dua insan untuk bersama-sama mengarungi hidup sebagai satu pasangan. Semua manusia pasti mendambakan hidup tenang dan bahagia, penuh kasih sayang dan cinta kasih. Semua ini bisa didapatkan bila antar pasangan saling mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pasangan. Pasangan kita bagaikan pakaian terhadap kita, fungsi pakaian untuk kita adalah untuk saling menutupi aurat, menjaga kesehatan tubuh, juga untuk kecantikan. Maka pasangan dalam hidup kita adalah untuk saling menutupi aib masing-masing. Perkawinan bukan sesuatu yang bisa dibiarkan begitu saja. Perkawainan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan kelanggengannya, tidak boleh ada pihak laki-laki atau perempuan, yang boleh bersikap pasif, keduanya harus aktif mencari cinta, mempertahankan dan menemukan cinta kembali.
Buku ini membantu pengantin belia menghadapi banyak masalah hidup terutama masalah kesehatan. Banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan perkawinan seperti kesehatan reproduksi dan seksualitas. Ada pula masalah kesehatan yang lebih umum, terutama masalah kesehatan sang dara. Bila akhirnya kita berbicara dara, bukan berarti laki-laki tak penting. Tapi cukup banyak masalah yang khas wanita. Dengan membantu sang istri mengatasi masalahnya, suamipun akan sangat terbantu hidupnya. Isi buku dibagi menjadi tiga bagian yakni kesehatan reproduksi dan seksualitas, kesehatan wanita dan kecantikan, serta keluhan dan gaya hidup. Semua artikel pernah dimuat di majalah Perkawinan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 yang sebagaian besar ditulis sendiri oleh Penulis.§
Buku ini membantu pengantin belia menghadapi banyak masalah hidup terutama masalah kesehatan. Banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan perkawinan seperti kesehatan reproduksi dan seksualitas. No.31/agustus/2011 Mediakom
69
LENTERA
MASIHKAH KAU PERCAYA? Prawito
A
Akhir Juli 2011, telat pulang kantor karena menyelesaikan pekerjaan serba deadline. Baru selepas isya’, pkl 19.30 dapat meninggalkan kantor. Menumpang mikrolet jurusan stasiun Jatinegara. Ketika sampai Jatinegara, kereta meluncur meninggalkan stasiun. Terburu-buru membeli karcis seharga Rp 6.500 ,-. Baru sadar ternyata hanya punya uang Rp 5.000,-. Berhubung kereta juga sudah datang, saya sampaikan kepada petugas, saya ngutang dulu ya, besok saya bayar. Ngak bisa pak, kata petugas itu. Saya pegawai Depkes lho..., lihat logo Depkes , sambil berbalik menunjukkan logo di lengan tangan. Tetap ngak bisa pak...! kata petugas itu, sambil tersenyum. Apakah ada ATM BNI ? tanyaku. Ada pak di dalam, jawabnya. Saya lari, kemudian kembali lagi menyodorkan uang Rp 50.000,- Setelah transaksi, saya iseng bertanya kepada petugas, mas mengapa saya tadi tidak boleh ngutang ? “Saya tak percaya pak, walau berbaju Depkes, begitu jawab petugas polos. Terima kasih ya..jawabku sambil ngloyor mengejar kereta. Mengapa demikian...? Ketidakpercayaan petugas di atas memang wajar, bahkan sangat wajar, walau hanya berhutang Rp 1500,-. Sebab petugas belum tahu siapa saya. Berbaju Depkes belum dapat menumbuhkan kepercayaan untuk berhutang. Petugas tak percaya akan membayar dikemudian hari. Sekali lagi ketidakpercayaan itu logis. Sebab Atribut tersebut belum terpercaya jujur. Sebab siapa saja dapat memakai atribut itu, jujur atau dusta. Itulah kesan yang tertangkap dari petugas penjual karcis. Bagaimana membangun budaya jujur dan terpercaya ? Bagi yang berputus asa, saat ini ibarat menegakkan benang basah. Tak mungkin, tak mungkin, sehingga mereka sendiri terbawa arus. Tapi bagi yang optimis, Ia akan memulai sedikit, demi sedikit. Belajar dari yang mudah dan murah. Mulai dari diri sendiri, keluarga dan orang sekitar. Walau rintangan dan tantangan terus menerjang, tapi Ia tetap menjaga konsistensi keterpercayaannya.
70 Mediakom No.31/agustus/2011
Konsistensi keterpercayaan ini akan menular kepada anggota keluarga dan orang lain disekitar. Walau harus dipahami, bahwa munculnya pribadi terpercaya ini lambat, bahkan pada suatu saat mandeg tak ada pertambahan. Berbeda dengan sifat buruk, ia akan menyebar seperti virus, menyergap dan menyerang siapa saja. Munculnya pribadi-pribadi terpercaya, bukan kebetulan. Tapi hasil kerja keras dan tak mengenal lelah para pemilik kepercayaan seperti para nabi dan rasul. Kemudian mewariskan kepada generasi berikutnya, hingga akhir zaman. Hanya saja pertumbuhannya semakin kecil, lemah dan nyaris tak terdengar. Apalagi hingar-binggar dusta dipublikasi lewat media cetak, elektronik dan media maya. Sedikit sekali publikasi kejujuran, dedikasi dan pengabdian. Hal ini semakin menutup kemungkinan bertambahnya jumlah pribadi terpercaya. Faktanya, semakin hari makin terbuka perilaku para pendusta. Mereka saling membuka dan mempertontonkan kedustaan mereka sendiri. Mulai dari kalangan birokrat, teknokrat, pengusaha dan berbagai kalangan, hampir merata, tak terkecuali. Fenomena ini memang perlu menjadi pelajaran bagi yang ingin menumbuhkan dan mencetak pribadi-pribadi masa depan. Pribadi yang terpercaya dan amanah. Mereka mampu mengemban tanggung jawab kepada diri, orang lain dan tuhanNya. Melalui mimbar ini, mari belajar jujur, minimal kepada diri sendiri, kemudian kepada orang lain dan tuhanNya. Melalui pintu jujur akan mengantar ke ruang terpercaya. Semakin besar prestasi kejujuran, semakin besar pula tingkat kerpercayaan, demikian pula sebaliknya. Untuk itu setelah belajar jujur, mari belajar mempercayai. Mempercayai diri sendiri, keluarga dan orang lain. Jangan pernah kapok bila suatu saat mereka berdusta, tetaplah untuk terus belajar percaya. Sebab proses belajar adakalanya harus jatuh bangun. Sebab tumbuhnya pribadi terpercaya, juga dipengaruhi oleh kepercayaan orang lain disekitarnya. Masihkah kau tetap percaya...?
memang wajib? Prawito
M
emang wajib, kata itu meluncur dari anak pertama yang menyaksikan saya sedang terburu-buru berangkat kantor, agar dapat mengikuti senam pagi yang diselenggarakan Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga. Begitu sampai dilapangan ada peserta senam mengatakan” pak teman-teman diwajibkan saja, agar sehat”, katanya. Saya hanya tersenyum. Selesai senam, masuk ruangan “ mas diwajibkan saja senamnya. Kalau tak ada kewajiban, sepertinya banyak yang malas “ kata mbak Iik. Hanya hitungan jam, 3 orang mengucapkan hal yang sama. Pertanyaannya, apakah setiap aktifitas kebaikan, seperti olahraga harus diwajibkan? Memahami cara pandang di atas sungguh unik. Aktivitas kebaikan harus diwajibkan. Orang harus dipaksa untuk berbuat baik. Timbul pertanyaan menggelitik, apakah dengan memaksa lantas orang berbuat baik? Jawabnya, mungkin ya. Tapi apakah permanen? Jelas tidak, kecuali hanya sedikit. Sebab bila melakukan dengan terpaksa akan menghadirkan rasa bosan, akhirnya malas dan tamat. Tapi itulah fenomena sebagian besar cara pandangannya. Bagaimana caranya agar berolahraga salah satu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tidak seperti hidup segan mati tak mau? Merubah paradigma. Sebaik apapun program, bila para pengikutnya belum mempunyai paradigma yang sesuai dengan tujuan program tersebut, pasti tidak akan nyambung. Program tinggal program, tak ada yang melaksanakannya. Untuk itu, perlu perubahan paradigma. Menumbuhkan kesadaran kepada seluruh masyarakat, betapa pentingnya berolahraga. Bagaimana caranya? Topik olahraga harus menjadi bagian keseharian masyarakat. Ia dibahas dalam berbagai kesempatan. Kemudian dipublikasi dengan media cetak ( brosur, leaflet dan papan pengumuman), pengeras suara dan berbagai kesempatan pertemuan. Dengan cara demikian, olahraga menjadi bagian penting dalam hidup bagi masyarakat, mulai dari rakyat biasa sampai pejabat. Mewajibkan? Sungguh tidak mudah. Sebab wajib sebagai bentuk penekanan dan keterikatan kepada hal tertentu. Mewajibkan, tapi tak ada sanksi bagi yang melanggar, maka
kewajiban itu hambar dan mubazir. Kalau mau diberi sanksi, apa sanksi dan dasarnya? Olahraga kok wajib ?, begitu kata yang tidak setuju. Sebenarnya, sesuatu yang baik, termasuk olahraga, memang tidak menarik di tengah abad materialistik sekarang ini, kecuali yang mendatangkan materi, khususnya uang. Walau, olahraga yang teratur akan menghemat biaya kesehatan karena tubuh tetap bugar. Persepsi seperti ini belum sampai pada tingkat pemahaman bawah sadar sebagian besar masyarakat. Terbukti, semakin tinggi angka kematian yang disebabkan penyakit akibat perilaku hidup yang tidak sehat, seperti jantung, darah tinggi, dll. Untuk itu program olahraga rutin menjadi tantangan besar yang harus terus diperjuangkan. Kementerian Kesehatan, Kementerian Pemuda dan Olahraga dan pihak terkait tak boleh lelah hanya karena program olahraga yang digulirkan belum mendapat respon yang memadai. Program harus tetap dilaksanakan secara rutin, dinamis dan banyak variasi untuk menarik minat lebih banyak peserta. Bila peminat terus berkurang, perlu evaluasi apakah program monoton dan kurang menarik ? Senam pagi di Kemkes, memang kurang peminat. Setelah mengobrol dengan banyak karyawan, mereka beralasan rumahnya jauh dari kantor, macet, harus antar anak sekolah terlebih dahulu dan banyak alasan lainnya. Pertanyaannya, setelah tak sempat olahraga di kantor, apakah olahraga ditempat lain?. Ternyata, enggak juga. Alasan tidak olahraga di kantor memang logis, tapi olahraga saat lain juga tak sempat. Bila ditanya alasanya, logis juga. Akhirnya logis pula kalau tak sempat olahraga. Ya...tak sempat olahraga sepanjang masa. Jadi kalau dicari, selalu ada alasan untuk tidak berolahraga, dan itulah masalahnya ”banyak alasan”. Sampai kapanpun, selalu ada alasan. Intinya, olahraga dianggap tidak penting, sehingga tidak dipentingkan. Sebaik apapun program itu bermanfaat, bila tak dianggap penting, pasti tidak terlaksana. Jikalau diwajibkanpun tidak efektif, karena bukan menjadi kepentingan. Agar efektif, bangun persepsi bahwa olahraga itu penting. Seperti pentingnya nilai uang bagi sebagian orang.§
No.31/agustus/2011 Mediakom
71
LENTERA
68 Mediakom No.31/agustus/2011