0
KEMAMPUAN PENARIKAN SIMPULAN DALAM BERLOGIKA PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 2 SMA PERSADA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 (Skripsi)
Oleh Mardawati 0643041021
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2009
1
ABSTRAK KEMAMPUAN PENARIKAN SIMPULAN DALAM BERLOGIKA PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 2 SMA PERSADA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Oleh Mardawati
Masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan penarikan simpulan siswa dalam berlogika pada siswa kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam penarikan simpulan. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini didasarkan pada tes tertulis yaitu berupa tes objektif atau pilihan berganda. Populasi pada penelitian ini terdiri atas 242 siswa, sampel diambil berdasarkan pendapat Arikunto sebesar 15 % dari populasi yaitu menjadi 32 siswa yang dijadikan sampel.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kemampuan penarikan simpulan dalam berlogika pada siswa kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun pelajaran 2009/2010 tergolong cukup dengan rata-rata 69. Rata-rata yang diperoleh siswa tiap aspek adalah sebagai berikut.
Mardawati 2 (1) Penyimpulan Langsung Kemampuan aspek ekuivalensi tergolong kurang dengan nilai rata-rata 58; aspek pembalikan tergolong kurang dengan nilai rata-rata 49; dan aspek perlawanan tergolong baik dengan nilai rata-rata 79. (2) Penyimpulan Tidak Langsung Kemampuan aspek generalisasi tergolong baik dengan nilai rata-rata 79; aspek analogi tergolong kurang dengan nilai rata-rata 55; aspek sebab akibat tergolong cukup dengan nilai rata-rata 67; aspek akibat sebab tergolong baik sekali dengan nilai rata-rata 88; aspek silogisme kategorik tergolong kurang dengan nilai ratarata 51; aspek silogisme hipotetik tergolong cukup dengan nilai rata-rata 65; dan aspek silogisme alternatif tergolong baik sekali dengan nilai rata-rata 88.
3
KEMAMPUAN PENARIKAN SIMPULAN DALAM BERLOGIKA PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 2 SMA PERSADA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh MARDAWATI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2010
4
Judul Skripsi
: KEMAMPUAN PENARIKAN SIMPULAN DALAM BERLOGIKA PADA SISWA KELAS XI SEMESTER 2 SMA PERSADA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Nama Mahasiswa
: MARDAWATI
No. Pokok Mahasiswa: 0643041021 Jurusan
: Bahasa dan Seni
Program Studi
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Siti Samhati, M.Pd. M.Pd. NIP 19620829 198803 2 001 200801 2 001
Eka Sofia A, S.Pd., NIP 19780809
2. Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Drs. Imam Rejana, M.Si. NIP 19480421 197803 1 004
5 MENGESAHKAN
1. Tim Penguji Ketua
: Dr. Siti Samhati, M.Pd.
Sekretaris
: Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd.
Penguji Bukan Pembimbing
: Dr. Karomani, M.Si.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. NIP 19530528 198103 1 002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 18 Juni 2010
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi, Lampung Utara pada 24 Januari 1989, anak pertama dari lima bersaudara, puteri dari Bapak Raden Azhari dan Ibu Yusnida Sari.
Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah Taman Kanak-kanak AL- Hidayah Menggala diselesaikan pada tahun 1994. Sekolah Dasar Negeri 1 Menggala diselesaikan pada tahun 2000. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Menggala pada tahun 2003. Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandarlampung pada tahun 2006.
Tahun 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru jalur (Non-SPMB).
Penulis pernah mengikuti organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa tingkat fakultas pada tahun 2007 sebagai Anggota staf ahli bidang eksternal. Tahun 2008 semester 5 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Yogyakarta, Malang, dan Bali. Tahun 2009 semester pendek, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 16 Bandarlampung.
7
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, kupersembahkan karya kecilku ini kepada kedua orangtuaku Bapak Raden Azhari dan Ibu Yusnida Sari tercinta yang selalu menanti keberhasilanku dan telah mengasuh, membesarkan, mendidik, serta berdoa demi keberhasilanku; kakek dan nenekku tersayang yang selama ini menanti keberhasilanku;
adik-adikku tercinta (Novia Even Dari, Joni Ibrahim, Ratna Sari, dan Reja Rajali) yang selalu memberikan semangat dan senyum indahnya untuk penulis; seseorang yang kelak dengan izin Allah akan mendampingi dan menjadi imam dalam hidupku; dan almamater tercinta yang telah mendewasakanku.
8
SANWACANA
Penulis bersyukur kehadirat Allah subhanahuwataala atas rido Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai satu syarat mencapai gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihakpihak berikut ini. 1. Dr. Siti Samhati, M.Pd., sebagai pembimbing I dan sebagai Dosen Pembimbing akademik, yang dengan penuh kesabaran telah banyak membantu, memberikan pengarahan dan saran-saran dari penyusunan proposal hingga skripsi ini selesai. 2. Eka Sofia Agustina, S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II, yang telah banyak membantu, memberikan pengarahan dan saran-saran dari penyusunan proposal hingga skripsi ini selesai. 3. Dr. Karomani, M.Si., selaku penguji utama, yang telah memberi banyak masukan dan saran yang berguna bagi penulis demi kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini.
9 4. Dr. Edy Suyanto, M.Pd., selaku ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membimbing penulis selama menempuh studi di Universitas Lampung. 5. Drs. Imam Rejana, M.Si., selaku ketua Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 6. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.S., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 7. Bapak dan Ibu dosen FKIP Universitas Lampung, khususnya pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah yang telah banyak membagi ilmunya. 8. Mama dan Papa untuk semua doa, dukungan kesabaran, dan kasih sayang yang telah diberikan pada penulis. 9. Adik-adikku tercinta, Novia Even Dari, Joni Ibrahim, Ratna Sari, dan Reja Rajali, serta pakci Nur Kodri, S.Pd., terima kasih untuk semua dukungan, semangat, dan doanya untuk penulis. 10. Keluarga besarku yang menantikan kelulusanku dengan memberikan dorongan, semangat, dan doanya. 11. Bambang Setiawan Rangkuti (Abang) yang selama ini mendampingiku dengan segala perhatian dan menerima segala keluhanku dengan sabar, serta telah banyak membantu baik secara moril atau materil dalam penyusunan skripsi ini. 12. sahabat terbaikku Futikhah, Nina, Sista, Nova, Mitha, Rika, Ery, Ovin, Iyut, Yeny, dan Maya yang selalu memberikan solusi terbaik saat penulis kesulitan, memberikan nasehat demi kebaikan penulis, dan terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
10 13. Teman-temanku tersayamg Agus, Budi, Cici, Dika, Efrina, Erna, Fera, Ica, Iin, Ika, Jawan, Lidia, Ian, Neli, Nurul, Ade, Pitri, Prima, Resti, Reza, Samsidar, Septi, Siti Mawaddah, Sri A, Uni, Sulis, Wiwit, dan Yulia, terima kasih atas kebersamaan kalian serta kogokilannya selama di kampus. serta seluruh rekanrekan angkatan 2006 yang tidak bisa ditulis satu persatu. 14. Teman-teman angkatan 2003, 2004,2005, dan 2007 terima kasih atas dukungan dan motivasinya selama ini. 15. Drs. II Burmawi. JM, Kepala Sekolah SMA Persada Bandarlampung atas izin yang diberikan pada penulis untuk melakukan penelitian. 16. Dewi Wulan Dari, S.Pd., selaku guru bidang studi Bahasa Indonesia SMA Persada Bandarlampung yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dan Drs. Estiko Subagio yang telam membimbing penulis saat PPL. 17. Teman-teman kosan Ceria, Mitha, Santi, Rosa, Dyan, Okty, Desi, dan Siti terima kasih atas semangat, keceriaan, kebersamaan, dan kegokilan kalian. 18. Teman-teman PPL di SMP Negeri 16 Bandarlampung, Heru, Ivan, Niky, Tora, Anggun, Sista, Eka, dan Meli. Sahabat-sahabatku Iin, Nanda, Mira, Heny, Lia, Rocie, Ellen, Desi, Hade, dan Hafiz terima kasih buat kenangan indah yang telah kalian berikan. serta Habib PC yang telah membantu dalam pengeditan skripsi ini. 19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini tanpa terkecuali, yang tidak dapat ditulis satu persatu.
Semoga ketulusan dan kebaikan bapak, ibu, serta rekan rekan mendapat pahala dari Allah subhanahuwataala (amin ya rabbal alamin). Penulis berharap skripsi
11 ini dapat bermanfaat untuk kemajuan pendidikan, khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah.
Bandarlampung, Juni 2010
Mardawati
12
MOTTO
“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan” (Q.S. An- Nahl: 53) “Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung” (Q.S. Al- Isra’: 37) Hati memiliki logika yang tidak mampu dipahami oleh akal pikiran. (Blaise Paascal) Sesungguhnya di dalam suatu masalah yang menimpa kita, telah ada solusi yang mengantarkan kita pada kesuksesan. (Mardawati)
13
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN SANWACANA MOTTO DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN
I.
PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Latar Belakang Masalah .................................................................. Rumusan Masalah ............................................................................ Tujuan Penelitian .............................................................................. Manfaat Penelitian ............................................................................. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................
1 4 4 5 5
II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Berlogika .................................................... 2.2 Pengertian Logika ............................................................................ 2.3 Penyimpulan dalam Logika ............................................................. 2.3.1 Penyimpulan Langsung ........................................................... 2.3.2 Penyimpulan Tidak Langsung ................................................ a. Penalaran yang Bersifat Induktif ................................................ b. Penalaran yang Bersifat Deduksi ...............................................
6 6 8 8 13 14 21
14 III. METODE PENELITIAN 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5
Metode Penelitian ............................................................................ Populasi .......................................................................................... Sampel .......................................................................................... Teknik Pengumpulan Data ................................................................. Teknik Analisis Data ..........................................................................
24 24 25 26 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Penelitian ........................................................................... 4.1.2 Data Kemampuan Penarikan Simpulan Dalam Berlogika ......... 4.1.3 Data Kemampuan Penarikan Simpulan Per Aspek .................... 4.1.3.1 Kemampuan Penyimpulan Langsung ............................ 4.1.3.2 Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung .................. 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 4.2.1 Kemampuan Penarikan Simpulan Dalam Berlogika.................. 4.2.1.1 Kemampuan Penyimpulan Langsung ............................ 4.2.1.2 Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung ................. 4.3 Perbandingan Tingkat Kemampuan Penarikan Simpulan Peraspek ...
28 28 29 29 31 36 36 38 43 55
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan .......................................................................................... 5.2 Saran ..........................................................................................
58 59
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
15
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Halaman Penghitungan Sampel dari Jumlah Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010 .........................
25
Indikator dan Kisi-kisi soal Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Berlogika ................................................................................................
26
3.3
Tolok ukur penilaian kemampuan berlogika .........................................
27
4.1
Tingkat Kemampuan Penarikan Simpulan Dalam Berlogika Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 ............................................................................................... 28
4.2
Tingkat Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Ekuivalensi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 ................................................................................
29
Tingkat Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Pembalikan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 ................................................................................
30
Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Perlawanan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 ...............................................................................
31
Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Generalisasi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 ...............................................................................
31
Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Analogi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 ...............................................................................
32
Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Sebab Akibat Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/201032 ............................................................................
33
3.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
16 4.8
Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Akibat Sebab Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 ...............................................................................
33
Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Kategorik Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010.........................................
34
4.10 Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Hipotetik Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010..........................................
35
4.11 Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Alternatif Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010..........................................
35
4.12 Rata-rata Kemampuan Penarikan Simpulan Peraspek Siswa Kelas XI SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 ..................
36
4.13 Distribusi Kemampuan Penarikan Simpulan Dalam Berlogika Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010. ..............................................................................
37
4.14 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Ekuivalensi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010.........................................
38
4.15 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Pembalikan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010.........................................
40
4.16 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Perlawanan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010..........................................
41
4.17 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Generalisasi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010..........................................
44
4.9
4.18 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Analogi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010......................................... 4.19 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Sebab Akibat Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010......................................... 4.20 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Akibat Sebab Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada
45
46
17 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010..........................................
48
4.21 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Kategorik Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010. ...........................
49
4.22 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Hipotetik Akibat Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010. ...........................
51
4.23 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Alternatif Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010..........................................
52
4.24 Rata-rata Kemampuan Penarikan Simpulan Peraspek Siswa Kelas XI SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 ..................
55
18
DAFTAR GRAFIK
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
Persentase Kemampuan Penarikan Simpulan Dalam Berlogika Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010. ..............................................................................
37
Persentase Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Ekuivalensi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010..........................................
39
Persentase Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Pembalikan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010..........................................
40
Persentase Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Perlawanan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010..........................................
42
Rata-rata Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Aspek Penyimpulan Langsung Siswa Kelas XI SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 ...................................................................
43
Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Generalisasi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010..........................................
44
Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Analogi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010..........................................
46
Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Sebab Akibat Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010..........................................
47
Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Akibat Sebab Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010..........................................
48
4.10 Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek
19 Silogisme Kategorik Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010. ...........................
50
4.11 Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Hipotetik Akibat Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010. .................
51
4.12 Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Aspek Untuk Silogisme Alternatif Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010..........................................
53
4.13 Rata-rata Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Aspek Penyimpulan Tidak Langsung Pada Siswa Kelas XI SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 ............................
54
4.14 Frekuensi Perbandingan Kemampuan Penarikan Simpulan Peraspek Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 ...............................................................................
56
4.14 Perbandingan Nilai Rata-rata Tiap Indikator Pada Kemampuan Penarikan Simpulan Tiap Aspek Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 ...............................................................................
57
20
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang berakal. Dengan adanya akal manusia akan dapat berpikir. Proses berpikir biasanya bertolak dari pengamatan indera atau observasi empirik. Proses itu dalam pikiran menghasilkan sejumlah pengertian dan sekaligus keputusan atau simpulan. Kegiatan berpikir itu sendiri sangat diperlukan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa tersebut. Kegiatan berpikir yang logis harus diikuti bahasa yang logis pula, agar informasi yang disampaikan penutur dapat tersampaikan secara logis pula.
Salah satu fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah sebagai sarana pengembangan penalaran (Depdikbud, 1995: 1). Selain itu, dikatakan pula bahwa salah satu tujuan pengajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa dapat mengungkapkan suatu hal secara jelas dan logis serta sistematis sesuai dengan konteks dan situasi di berbagai bentuk dan ragam bahasa (Depdikbud, 1995: 2). Oleh sebab itu, seorang guru atau pengajar harus mampu mengembangkan kemampuan berlogika peserta didik melalui proses belajar mengajar.
Untuk melatih kegiatan berlogika siswa yaitu dengan menerapkan keterampilan berbahasa, yang meliputi keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut merupakan satu kesatuan dalam keterampilan berbahasa dan dapat digunakan oleh pengajar atau guru dalam
21 mengarahkan serta mempertajam kepekaan penalaran siswa. Siswa tidak hanya diharapkan mampu menerima dan memahami informasi yang disampaikan secara lisan maupun tulisan tetapi siswa juga harus mampu mengungkapkan kembali informasi yang didapat tersebut baik secara lisan maupun tulisan.
Seorang siswa harus mampu menarik simpulan dari informasi yang disampaikan, karena simpulan merupakan pengetahuan baru yang diperoleh berdasarkan premis-premis (Poespoprodjo dan Gilarso, 2006: 122). Hal tersebut dapat diuji melalui penyimpulan dalam logika. Terdapat dua jenis penyimpulan yaitu, (1) penyimpulan langsung, dan (2) penyimpulan tidak langsung (Poespoprodjo dan Gilarso, 2006: 124). Kedua jenis penyimpulan itu masih terdapat aspek-aspek, yaitu ekuivalensi, pembalikan, perlawanan, generalisasi, analogi, sebab akibat, akibat sebab, silogisme kategorik, silogisme hipotetik, dan silogisme alternatif.
Belajar logika adalah belajar metode dan prinsip menilai penalaran/argumen, baik penalaran dari diri sendiri maupun orang lain (Karomani, 2009: 17). Oleh karena itu, dengan belajar berlogika diharapkan agar dapat berpikir secara kritis, tidak mudah mengambil keputusan untuk terburu-buru menerima pendapat orang lain. Apabila kita telah mempelajari logika, maka kita dapat menimbang kelogisan suatu pendapat sebelum kita terima ke dalam pikiran kita. Dengan penelitian ini, penulis mengharapkan agar siswa dapat lebih berpikir kritis dalam menerima pendapat dari orang lain. Selain itu aspek dalam berlogika ini adalah mengenai penyimpulan. Berdasarkan penelitian ini diharapkan pula agar siswa dapat menarik simpulan dengan baik.
22 Berdasarkan uraian di atas, penulis beranggapan bahwa tingkat kemampuan penalaran atau logika siswa sangat menunjang proses belajar Bahasa dan Sastra Indonesia yang dikaitkan dengan fungsi dan tujuan pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu sebagai salah satu sarana pengembangan penalaran.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai manusia tidak akan pernah terlepas dari kegiatan berpikir. Apapun kegiatan yang kita lakukan didasarkan atas pemikiran dan apa yang telah kita lakukan dalam berpikir kita dapat menarik sebuah simpulan. Karena, siswa juga dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan berpikir maka, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kemampuan
berlogika
pada
siswa
SMA
yaitu
siswa
SMA
Persada
Bandarlampung yang dijadikan untuk tempat penelitian. Penulis memilih subjek penelitiannya pada siswa kelas XI, karena penelitian ini didasarkan pada silabus KTSP dengan standar kompetensi membaca yaitu memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca nyaring. Sedangkan dalam kompetensi dasarnya adalah menemukan paragraf induktif dan deduktif melalui kegiatan membaca (Silabus SMA, 2009: 21).
Penelitian tentang kemampuan berlogika pernah dilakukan oleh Ahmad Risdi dengan judul penelitian “Hubungan Kemampuan Mengarang Argumentasi dengan Kemampuan Berlogika Siswa Kelas II SMA Negeri 3 Kotabumi Tahun Pelajaran 1997/1998”. Pada penelitian Ahmad Risdi kemampuan berlogika siswa tegolong baik. Selain itu pernah juga dilakukan oleh Nurlaila Sari dengan judul “Kemampuan Belogika Siswa Kelas II Semester 2 SMA Negeri 4 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2002/2003”. Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan
23 penelitian terdahulu adalah, jika Ahmad Risdi terdapat hubungan antara kemampuan mengarang argumentasi dengan berlogika, dan yang dilakukan oleh Nurlaila Sri adalah hanya meneliti kemampuan berlogika saja. Untuk itu penulis melakukan penelitian ini kembali mengenai berlogika. Namun, penulis lebih memfokuskan dalam aspek penarikan simpulan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa SMA Persada Bandarlampung dalam berlogika. Penulis merumuskan judul penelitian yaitu “Kemampuan penarikan simpulan dalam berlogika siswa kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun Pelajaran 2009/2010”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah kemampuan penarikan simpulan dalam berlogika berdasarkan aspek penyimpulan langsung dan tidak langsung siswa kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun pelajaran 2009/2010”.
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam penarikan simpulan untuk aspek penyimpulan langsung dan tidak langsung pada kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun pelajaran 2009/2010”.
24 1.4 Manfaat Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah. 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis untuk memperkaya kajian teori mengenai penyimpulan langsung dan tidak langsung dalam berlogika. 2. Manfaat Praktis -
Guru: untuk bahan informasi bagi guru Bahasa Indonesia tentang kemampuan siswa dalam penarikan simpulan khususnya guru di SMA Persada Bandarlampung.
-
Siswa: sebagai bahan informasi bagi siswa tentang kemampuan penarikan simpulan khususnya siswa SMA Persada Bandarlampung.
-
Serta dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca agar mengetahui mengenai belogika terutama dalam aspek penyimpulan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Dengan berdasarkan judul penelitian dan rumusan masalah, maka ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun pelajaran 2009/2010”. 2. Objek penelitian ini adalah penarikan simpulan dalam berlogika pada aspek penyimpulan langsung dan tidak langsung. 3. Tempat penelitian di SMA Persada Bandarlampung. 4. Waktu penelitian tahun pelajaran 2009/2010.
25
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kemampuan Berlogika Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kita berusaha dengan diri sendiri (KBBI, 1991: 623). Selain itu, kemampuan juga merupakan kesanggupan untuk menggunakan unsur-unsur bahasa untuk menyampaikan maksud atau pesan dalam keadaan yang sesuai (Nababan, 1986: 39). Pengertian kemampuan yang lain adalah kesiapan mental intelektual yang berwujud kematangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang digunakan untuk menentukan kebutuhan belajar (Wijaya, 1986: 8).
Dari ketiga pendapat yang dikemukakan di atas penulis merujuk pada pendapat Wijaya, yaitu kemampuan merupakan kesiapan mental intelektual yang berwujud kematangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang digunakan untuk menentukan kebutuhan belajar.
2.2 Pengertian Logika Kita sebagai manusia sering sekali menggunakan logika untuk berpikir dalam segala hal. Namun, untuk berpikir dengan menggunakan logika yang tepat dan benar ternyata tidak mudah. Kita dituntut untuk memiliki kesanggupan atau kecermatan untuk melihat hubungan-hubungan, kesalahan-kesalahan yang terselubung; dan segala yang tidak relevan, terhadap prasangka-prasangka,
26 terhadap perasaan-perasaan pribadi, sentimen golongan dan sebagainya, yang kesemuanya sering kali mengaburkan jalan pikiran kita sebagai manusia (Karomani, 2009: 14). Logika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani dari kata ”logike” yang berhubungan dengan kata ”logos” yang berarti ucapan, atau pikiran yang diucapkan secara lengkap (Karomani, 2009: 14). Gie dkk (1980) menjelaskan logika adalah bidang pengetahuan yang merupakan bagian dari filsafat yang mempelajari segenap asas, aturan dan tata cara mengenai penalaran yang benar. (Mundiri, 2005: 2 ) menjelaskan logika berasal dari bahasa Arab yaitu Mantiq yang diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap. Pendapat lain dikemukakan oleh Irving M. Copi (dalam Mundiri, 2005: 2) logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.
Logika adalah suatu cabang ilmu yang berusaha menurunkan kesimpulankesimpulan melalui kaidah-kaidah formal yang absah (Keraf, 1989: 100). Logika adalah proses berpikir yang sistematis dan terikat pada kaidah tertentu (Parera, 1991: 8). Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus dan tepat (Lanur, 1993: 7). Poespoprodjo dan Gilarso (2006: 13) menjelaskan logika adalah ilmu kecakapan bernalar dan berpikir dengan tepat. Sedangkan logika dalam (KBBI, 1990: 530) adalah pengetahuan tentang berpikir atau jalan pikran yang masuk akal. Penulis menyimpulkan logika merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang menjelaskan tentang berpikir dan untuk menarik sebuah simpulan.
27 2.3 Penyimpulan dalam Logika Poespoprodjo dan Gilarso (2006: 122) menjelaskan penyimpulan adalah proses mengambil suatu kesimpulan dari premis-premis tertentu. (KBBI, 1990: 842) kesimpulan atau penyimpulan adalah keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif atau deduktif.
Poespoprodjo dan Gilarso (2006: 121) menyebutkan bahwa salah satu logika dalam ilmu menalar adalah penyimpulan atau penarikan kesimpulan dari kata-kata yang
dirangkaikan
menjadi
kalimat-kalimat
atau
putusan-putusan
yang
dirangkaikan menjadi sebuah pemikiran. Penarikan simpulan tersebut terdapat dua macam yaitu penyimpulan langsung dan penyimpulan tidak langsung.
2.3.1 Penyimpulan Langsung Poespoprodjo dan Gilarso (2006: 124) menjelaskan penyimpulan langsung adalah premis dapat terdiri atas satu, dua atau lebih putusan, dengan menggunakan putusan tertentu dapat menyimpulkan putusan baru dengan memakai subjek dan predikat yang sama. Subjek adalah suatu hal yang diberi keterangan, sedangkan predikat yaitu sesuatu yang menerangkan tentang subjek. Penyimpulan langsung terdiri atas.
a. Ekuivalensi Ekuivalensi adalah suatu putusan yang mengatakan suatu hal yang persis sama. Putusan-putusan baru tersebut tidak menyatakan sesuatu yang baru, hanya perumusannya yang berlainan dengan menggunakan subjek dan predikat yang sama (Poespoprodjo dan Gilarso, 2006: 125).
28 Contoh: Tak ada orang Lampung yang berkulit hitam. Ekuivalensinya: Tak ada orang yang berkulit hitam bersuku Lampung.
b. Pembalikan Suatu putusan yang memperoleh putusan yang baru dengan jalan mengganti subjek dan predikat, sehingga yang dulunya menjadi subjek akan menjadi predikat dan sebaliknya yang predikat menjadi subjek dengan tidak mengurangi isi kebenarannya disebut pembalikan (Poespoprodjo dan Gilarso, 2006: 125). Contoh: Pegawai negeri itu bukan pegawai swasta. Pembalikan: Pegawai swasta itu bukan pegawai negeri.
c. Perlawanan/ Oposisi Soekadijo (dalam Karomani, 2009: 73―74) mengemukakan daftar kemungkinan dalam penalaran sebagai berikut. Premis A A A E E E I I I O O O
Konklusi E I O A I O A A O A E I
29 Karomani (2009: 74―77) mengemukakan empat jenis perlawanan yaitu sebagai berikut. - Perlawanan kontradiktoris Dua buah proposisi disebut berlawanan secara kontradiktoris, apabila kedua proposisi itu saling menyangkal satu sama lain. Proposisi ini tidak mungkin benar semua atau salah semua. Bila salah satu proposisi memiliki nilai benar, maka proposisi lain pasti salah, demikian sebaliknya. Perlawanan kontradiktif dapat terjadi apabila terdapat dua buah proposisi yang mengacu kepada kelompokkelompok yang sama, tetapi berbeda baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Perlawanan kontradiktoris terdapat dalam pasangan A O dan E I. Contoh: Semua pria adalah pembual. Sebagian pria adalah bukan pembual. Bila proposisi “semua pria adalah pembual” benar, maka proposisi “sebagian pria adalah bukan pembual” pasti salah. Demikian juga sebaliknya.
- Perlawanan kontraris Dua buah proposisi disebut perlawanan kontraris apabila keduanya tidak mungkin benar semua, tetapi mungkin salah semua atau salah satu benar dan lainnya salah. Perlawanan kontraris dapat terjadi apabila dua proposisi yang mengacu kepada kelompok-kelompok yang sama dan memiliki kuantitas universal, tetapi berbeda dalam kualitas. Perlawanan kontraris terdapat pada pasangan proposisi A E. Contoh: Semua pria adalah pembual. Sebagian pria adalah bukan pembual.
30 Bila proposisi “semua pria adalah pembual” benar, maka proposisi “sebagian pria adalah bukan pembual” pasti salah. Tetapi jika proposisi “semua pria adalah pembual” salah, maka proposisi “sebagian pria adalah bukan pembual” bisa salah juga bisa benar.
- Perlawanan subkontraris Dua buah proposisi disebut perlawanan subkontraris apabila keduanya tidak mungkin salah semua, tetapi mungkin benar semua, atau salah satu benar dan sisanya salah. Perlawanan subkontraris dapat terjadi apabila terdapat dua buah proposisi yang mengacu kepada kelompok-kelompok yang sama dan memiliki kualitas partikular tetapi berbeda dalam kualitas. Perlawanan subkontraris terdapat pada pasangan proposisi I O. Contoh: Semua pria adalah pembual. Sebagian pria adalah bukan pembual. Bila proposisi “semua pria adalah pembual” salah, maka proposisi “sebagian pria adalah bukan pembual” pasti benar. Karena, jika proposisi “sebagian pria adalah pembual” salah, maka, sebagian konsekuensinya setidak-tidaknya ada satu pria yang bukan pembual. Tetapi lain halnya bila proposisi “sebagian pria adalah bukan pembual” benar, maka belum dapat kita katakan nilainya apakah sebagian pria pembual bisa benar bisa juga salah.
- Perlawanan subalternasi Dua buah proposisi disebut berlawanan subalternan apabila keduanya mengacu pada kelompok-kelompok yang sama, dan memiliki kualitas yang sama (baik afirmatif maupun negatif), tetapi berbeda dalam kuantitas. Jadi dua proposisi yang
31 berlawanan secara subalternan selalu berdiri atas proposisi universal dan proposisi partikular, sedangkan kualitas masing-masing proposisi selalu sama. Dalam perlawanan subalternan, bila proposisi universal benar, maka proposisi partikular pasti benar, dan kalau proposisi partikular salah , maka proposisi universal salah dan sebaliknya. Perlawanan subalternan terdapat dalam pasangan proposisi A I dan E O. Contoh: Semua pria adalah pembual. Sebagian pria adalah bukan pembual. Bila proposisi “semua pria adalah pembual” benar, maka proposisi “sebagian pria adalah bukan pembual” juga benar. Dan jika proposisi “sebagian pria adalah pembual” salah, maka proposisi “semua pria adalah bukan pembual” juga salah. Akan tetapi, proposisi “semua pria adalah pembual” belum dapat ditentukan nilainya, atau mungkin juga salah. Demikian juga halnya bila proposisi “semua pria adalah pembual” salah, maka proposisi “sebagian pria adalah pembual” juga tidak dapat ditentukan nilainya.
Dari keempat jenis perlawanan yang telah diuraikan di atas, kita dapati sebuah bujur sangkar perlawanan. Garis horizontal menunjukkan perlawanan kualitas dan garis vertikal menunjukkan perlawanan kuantitas.
32 Proposisi A Semua pria adalah Pembual
Proposisi E Semua pria adalah bukan pembual Kontraris
Subalternan
kontradiktoris
Subalternan
Sub Kontraris Proposisi I Sebagian pria adalah Pembual
Proposisi O Sebagian pria adalah bukan pembual
Dengan menggunakan cara perlawanan seperti yang telah dijelaskan di atas, maka kita dapat menentukan kesahihan pasangan premis konklusi seperti yang telah kita kemukakan tersebut. Susunan kemungkinan yang dapat terjadi adalah sebagai berikut. Premis
Konklusi
A benar
E salah
I benar
O salah
A salah
E benar/salah
I benar/salah
O benar
E benar
A salah
I salah
O benar
E salah
A benar/salah
I benar
O benar/salah
I benar
A benar/salah
E salah
O benar/salah
I salah
A salah
E benar
O benar
O benar
A salah
E benar/salah
I benar/salah
O salah
A salah
E salah
I benar
2.3.2 Penyimpulan Tidak Langsung Dalam penyimpulan tidak langsung terdapat dua bentuk utama penalaran tidak langsung yaitu induksi dan deduksi (Poespoprodjo dan Gilarso, 2006: 145).
33 a. Penalaran yang Bersifat Induktif Induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menuju suatu kesimpualan (Karomani, 2009: 107). Proses pemikiran yang di dalamnya akal kita dari pengetahuan tentang peristiwaperistiwa atau hal-hal yang kongkret dan khusus menyimpulkan pengetahuan yang umum disebut induksi (Poespoprodjo dan Gilarso, 2006: 22). Induksi adalah proses menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus (Akhadiah, 1994: 41). Induktif merupakan suatu cara berpikir untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Dari beberapa pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat Karomani, karena definisi yang dikemukakan cukup jelas dan mudah dipahami. Karomani mengemukakan bahwa, proses penalaran induktif banyak sekali jenisnya, yaitu dapat berupa generalisasi, analogi induktif, dan hubungan sebab-akibat.
1. Generalisasi Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena itu (Keraf, 1983). Menurut (Mundiri, 2005: 145) Generalisasi yaitu suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individu menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.
Dalam logika induktif tidak ada konklusi yang memunyai nilai kebenaran yang pasti. Namun, hanyalah probabilitas rendah atau tinggi. Dalam generalisasi
34 induktif adalah semakin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, maka semakin tinggi probabilitas konklusinya, dan sebaliknya semakin sedikit jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, maka semakin rendah probabilitas konklusinya (Karomani, 2009: 110).
Contoh: Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik. Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik. Tamara Bleszynski dan Nia Ramadhani adalah bintang iklan. Jadi, semua bintang iklan berparas cantik. Tembaga bila dipanaskan akan memuai. Besi bila dipanaskan akan memuai. Platina bila dipanaskan akan memuai. Tembaga, besi, dan platina adalah jenis logam. Jadi, semua jenis logam akan memuai. 2. Analogi Pikiran itu berangkat dari suatu kejadian khusus ke sesuatu kejadian khusus lainnya yang semacam dan menyimpulkan bahwa yang benar pada yang satu juga akan benar pada yang lain (Poespoprodjo dan Gilarso, 1999: 242). Dengan kata lain analogi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal yang lain (Keraf, 1983). Analogi merupakan proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain, kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada yang fenomena pertama akan terjadi pada fenomena yang lain (Mundiri. 2005: 157). Analogi pada dasarnya membandingkan dua hal, dan mengambil kesamaan dari dua hal tersebut (Karomani,2009: 112).
35 Contoh: Sheila berwajah putih karena memakai bedak padat. Keysia juga ikut memakai bedak padat agar berwajah putih. Dari contoh di atas Keysia menggunakan penalaran analogi induktif. Karena, ia menarik simpulan jika memakai bedak padat maka wajahnya akan putih seperti Sheila.
3. Hubungan Sebab Akibat Penalaran jenis ini dimulai dari suatu peristiwa sehingga sampai pada suatu kesimpulan bahwa peristiwa itu adalah suatu keadaan atau peristiwa tersebut akibat suatu keadaaan (Poespoprodjo dan Gilarso, 1999: 245). Contoh: Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan yang berfungsi sebagai penyerap air banyak yang ditebang. Selain itu, irigasi di desa Sidomulyo tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal serta kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan tanahnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika panen di desa ini selalu gagal.
3. Hubungan Akibat Sebab Hubungan sebab akibat merupakan pemikiran yang berawal dari suatu akibat yang diketahui ke sebab yang mungkin menghasilkan akibat tersebut. Hubungan akibat sebab ini merupakan pembalikan dari hubungan sebab akibat. Contoh: Ayah akan pergi ke rumah pak Tono. Ia pergi dengan mengendarai motor. Di tengah perjalanan motor yang dikendarai Ayah mogok. Lalu Ayah mencari penyebab motornya mogok, dan ternyata bensin motor Ayah habis.
36 b. Penalaran yang Bersifat Deduksi Penalaran yang bersifat deduksi pada suatu pernyataan yang bersifat umum dan satu pernyataan khusus. Pernyataan umum disebut premis mayor sedangkan pernyataan khusus disebut premis minor (Danil Parera, 1991: 132). Deduksi adalah suatu cara berpikir dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Cara berpikir deduksi terbagi atas silogisme kategorik, silogisme hipotetik, silogisme alternatif, dan entimem. Silogisme adalah suatu proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan yang merupakan proposisi ketiga (Keraf, 1989: 58).
Sebelum menyusun silogisme kita terlebih dahulu mengetahui hukum-hukum dalam silogisme. Dengan menggunakan hukum silogisme susunannya tepat atau tidak, sahih atau tidak sahih dapat kita ketahui (Karomani, 2009: 89). Hukum silogisme itu sebagian mengenai unsur term dan sebagian lagi mengenai unsur proposisi dalam silogisme. Berikut dikemukakan Soekadijo, 1988 (dalam Karomani, 2009: 89).
Adapun hukum silogisme mengenai term. Silogisme memunyai tiga term, yakni S, M, dan P. Hukum silogisme yang pertama sebagai berikut. - Jumlah term dalam silogisme tidak boleh lebih dari tiga. S-M-P. Hukum ini rumusan operasional dari prinsip persamaan. Dalam silogisme term tengah adalah pembanding yang digunakan untuk mengetahui apakah subjek S sama dengan predikat P atau tidak. Hasil dari pembandingan itu adalah S = P atau S ≠ P. Inilah konklusi silogisme.
37 - Term tengah (M) tidak boleh terdapat dalam konklusi. Hukum silogisme ini dapat pula dijelaskan dengan cara memperhatikan fungsi term tengah. Term tengah pada dasarnya berfungsi mengadakan perbandingan dengan term-term lainnya dalam kedua premis. Oleh karena itu term tengah hanya diperlukan dalam premis-premis saja, dan bukan dalam konklusi. - Term tengah (M) setidak-tidaknya satu kali harus berdistribusi. Silogisme itu suatu bentuk penalaran dan seperti semua penalaran, menyimpulkan suatu konklusi dari premisnya, yang berarti bahwa premis itu sudah terkandung dalam premisnya. Tidak mungkin konklusi mengadakan sesuatu yang secara implisit belum terdapat di dalam premis. Kesatuan berpikir seperti ini akan terjadi apabila term S atau P di dalam konklusi lebih luas daripada term S atau P dalam premis. - Term S dan P dalam konklusi tidak boleh lebih luas daripada dalam premis. Kesesatan yang melanggar hukum ini banyak terjadi dan dinamakan dalam bahasa latin dengan latius hos.
Hukum silogisme mengenai proposisi. Hukum pertama mengenai proposisi dalam silogisme adalah rumus opersional dari prinsip persamaan. Prinsip ini terdiri dari tiga anggota, berupa tiga proposisi, dua proposisi afirmatif sebagai premis yaitu S = M dan M = P, dan yang ketiga sebagai konklusinya, yaitu S = P, yang juga sebuah proposisi afirmatif. Hukum silogisme itu adalah. - Apabila proposisi-proposisi dalam premis afirmatif, maka konklusinya harus afirmatif. Menurut prinsip perbedaan tidak mungkin proposisi-proposisi dalam premis itu semuanya negatif, salah satu pasti harus afirmatif; S = M dan M ≠ P atau sebaliknya. Kalau kedua proposisi dalam premis itu negatif, tidak ada term yang berfungsi sebagai term tengah, tidak ada term yang menghubungkan term S
38 dan term P. Kalau S ≠ M dan M ≠ P maka term M tidak berfungsi term tengah, artinya tidak menghubungkan term S dengan P. - Proposisi di dalam premis tidak boleh kedua-keduanya negatif. Menurut perbedaan pula, kecuali proposisi dalam premis itu harus yang satu afirmatif dan yang lainnya negatif, maka konklusinya pasti nagatif. Proposisi afirmatif itu dipandang proposisi kuat, sedangkan proposisi negatif itu proposisi lemah. - Konklusi mengikuti proposisi yang lemah dalam premis, akan tetapi hukum di atas juga harus diartikan bahwa kalau di dalam premis ada proposisi partikular, maka konklusinya pun harus partikular. Sebab penilaian kuat atau lemah itu juga mengenai kuantitas proposisi. Dalam hal ini, proposisi universal adalah proposisi kuat, sedangkan proposisi partikular adalah lemah. Bahwa konklusinya harus mengikuti proposisi partikular yang terdapat di dalam premis adalah jelas. Jika tidak demikian akan terjadi kesesatan Latius Hos, term S di dalam konklusi akan lebih luas daripada di dalam premis. - Proposisi dalam premis tidak boleh kedua-duanya partikular, setidak-tidaknya salah satu harus universal. Hukum ini sebenarnya hanya merupakan pelaksanaan hukum ketiga atau keempat di atas mengenai term. Pelanggaran terhadap hukum tiga atau empat, tergantung bentuk silogismenya. Dua proposisi yang partikular dalam premis itu kedua-duanya proposisi afirmatif atau salah satu diantaranya adalah proposisi negatif. Kalau disusun sebagai premis, ada tiga kemungkinan sebagai berikut. Bentuk I
Bentuk II
Bentuk III
Mayor : Beberapa M = P
Beberapa M = P
Beberapa M ≠ P
Minor : Beberapa S = M
Beberapa S ≠ M
Beberapa S = M
39 Bentuk I melanggar hukum tiga mengenai term, karena term M dua kali tidak terdistribusi. Bentuk II akan menghasilkan konklusi S ≠ P, di mana P akan berdistribusi, sedangkan di dalamnya mayor term P tidak berdistribusi. Jadi, melanggar hukum 4 mengenai term. Bentuk III sekali lagi term M dua kali tidak berdistribusi.
1. Silogisme Kategorik Silogisme adalah suatu bentuk formal deduksi yang terdiri dari proposisiproposisi kategori. Konklusi dalam silogisme ditarik dari proposisi I dengan bantuan proposisi II. Tanpa adanya proposisi II tidak dapat ditarik sebuah konklusi. Jadi, kedua proposisi itu merupakan dasar bagi penarikan sebuah konklusi Ihromi, 1987; Gie, dkk, 1980 (dalam Karomani, 2009: 80). Silogisme kategorik merupakan struktur suatu deduksi berupa suatu proses logis yang terdiri dari tiga bagian yang masing-masing bagiannya berupa pernyataan kategoris atau pernyataan tanpa syarat (Poespoprodjo dan Gilarso, 2006: 152 ). Contoh 1 Proposisi I : Semua sarjana adalah tamatan S1. Proposisi II : Daniel adalah sarjana. Konklusi : Daniel tamatan S1. Contoh 2 Proposisi I : Semua tanaman membutuhkan air. Proposisi II : Akasia adalah tanaman. Konklusi : Akasia membutuhkan air.
2. Silogisme Hipotetik Menurut Parera, 1987 (dalam Karomani, 2009: 97) silogisme hipotetis atau silogisme pengandaian adalah semacam
pola penalaran deduktif
yang
40 mengandung hipotesis. Silogisme ini bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi. Premis mayornya mengandung pernyataan yang bersifat hipotesis, dan premis minornya mengandung pernyataan apakah kondisi pertama terjadi atau tidak. Rumus proposisi mayor dari silogisme ini adalah jika P maka Q. Jenis-jenis silogisme hipotetik sebagai berikut. 1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian anteseden, seperti: Premis Mayor
: Jika hujan, saya naik becak.
Premis Minor
: Sekarang hujan.
Kesimpulan
: Jadi, saya naik becak.
2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya, seperti: Premis Mayor
: Bila hujan, bumi akan basah.
Premis Minor
: Sekarang bumi telah basah.
Kesimpulan
: Jadi, hujan telah turun.
3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari anteseden, seperti: Premis Mayor
:Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Premis Minor
: Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Kesimpulan
: Jadi, kegelisahan tidak akan timbul.
4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
41 Premis Mayor
: Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Premis Minor
: Pihak penguasa tidak gelisah.
Kesimpulan
: Jadi, mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Bila anteseden kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B maka, hukum silogisme hipotetik adalah sebagai berikut. 1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana. 2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah) 3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah) 4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana. (http://bundaarik.multiply.com/journal/item/45)
3. Silogisme Alternatif Silogisme alternatif merupakan silogisme yang proposisi mayornya mengandung kemungkinan atau pilihan. Proposisi minornya menerima atau menolak salah satu alternatif itu. Konklusinya bergantung pada premis minor. Jika premis minor menolak satu alternatif, maka alternatif lain diterima (Ihromi, 1987; Parera, 1987 dalam Karomani, 2009: 99). Silogisme alternatif adalah silogisme yang premis mayornya keputusan alternatif sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Rumus Silogisme Alternatif Premis Mayor : A atau B Premis Minor : Bukan A atau bukan B Kesimpulan : Jadi B (atau) A
42 Contoh 1 Premis Mayor Premis Minor Kesimpulan
: Andi mencintai saya atau membenci saya. : Andi tidak mencintai saya : Maka, Andi membenci saya.
Contoh 2 Premis Mayor Premis Minor Kesimpulan
: Hasan di rumah atau di pasar. : Hasan tidak di rumah. : Jadi, Hasan di pasar
Hukum-hukum silogisme alternatif dapat dijelaskan sebagai berikut. Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar). Contoh: Budi menjadi guru atau pelaut. Budi adalah guru. Maka Budi bukan pelaut. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah). contoh: Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya. Ternyata tidak lari ke Yogya. Maka dia lari ke Solo. Konklusi ini salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.
43
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifatsifat populasi atau daerah tertentu (Riyanto, 2001: 23). Selain itu, pengertian deskriptif merupakan suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu (Fathoni, 2006: 97). Dari beberapa pengertian deskriptif tersebut, penulis dapat menyimpulakan bahwa metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk mengadakan pengukuran terhadap gejala-gejala tertentu dengan berdasarkan prosedur penelitian untuk menghasilkan data deskriptif. Dari pengertian di atas penulis mendeskripsikan kemampuan penarikan simpulan dalam berlogika pada siswa kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun pelajaran 2009/2010.
3.2 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 242 dan tersebar ke dalam enam kelas. Kelas XI-1 berjumlah 41 siswa, XI-2 berjumlah 40 siswa, XI-3 berjumlah 40 siswa, XI-4 berjumlah 40 siswa, XI-5 berjumlah 41 siswa, dan XI-6 berjumlah 40 siswa.
44 3.3 Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini tidak dilakukan secara ketat menurut statistika, karena populasi kurang dari 500 orang (Rakhmat, 1987: 79).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Arikunto (1998: 120) yang menyatakan bahwa apabila populasi lebih dari 100 maka sampel diambil anatara 10%-15% atau 20%-25%. Dalam hal ini penulis menentukan sampel sebanyak 15% dari jumlah populasi yaitu 242 x 15% = 31,65 dibulatkan menjadi 32 sampel. Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan teknik sampel acak atau random, hal ini dimaksudkan bahwa setiap populasi memunyai hak yang sama untuk dijadikan sampel.
Berikut ini tabel penghitungan sampel dari jumlah siswa. Tabel 3.1 Penghitungan Sampel dari Jumlah Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 No
Kelas
Jumlah Siswa
15% dari Jumlah
Sampel yang ditetapkan
1 2
XI―1 XI―2
41 40
4,8 5,1
5 5
3 4
XI―3 XI―4
40 40
5,7 5,4
6 5
5
XI―5
41
5,55
6
6
XI―6
40
5,1
5
Jumlah
242
31,65
32
Pengambilan sampel untuk masing-masing kelas dilakukan secara acak dengan teknik undian. Langkah-langkahnya sebagai berikut. 1. Membuat daftar nama subjek penelitian yang menjadi populasi penelitian dan memberi kode nomor urut masing-masing subjek penelitian. 2. Memberi nomor urut yang ditulis pada kertas kecil dan digulung rapi.
45 3. Memasukkan gulungan kertas dalam kotak kemudian mengundi kotak tersebut dan mengambil satu persatu gulungan kertas sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan pada setiap kelasnya. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data kemampuan berlogika siswa. Tes kemampuan berlogika menggunakan tes objektif dengan ketentuan jumlah soal tes sebanyak 40 butir dengan bobot setiap soal 1, skor maksimal 40. Skor maksimal secara keseluruhan 40. Rentang skor yang digunakan 0-100. dan alokasi waktu 90 menit.
Tabel 3.2 Indikator dan Kisi-Kisi Soal Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Berlogika No 1
2
Aspek
Indikator
Nomor Soal
Jumlah
Penyimpulan
a. Ekuivalensi
1, 5,14, 20
4
Langsung
b. Pembalikan
12,13, 25, 34
4
c. Perlawanan
6, 15, 17, 35
4
Penyimpulan
a. Generalisasi
3, 4, 19, 24,
4
Tidak
b. Analogi
16, 28, 37, 40
4
Langsung
c. Sebab Akibat
10, 33, 36, 38,
4
d. Akibat sebab
7, 8, 22, 27
4
e. Silogisme Kategorik
2, 21, 30, 32,
4
f. Silogisme Hipotetik
11, 18, 26, 29,
4
g. Silogisme Alternatif
9, 23, 31, 39
4
Jumlah
3.5 Teknik Analisis Data Prosedur yang dilaksanakan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut. 1. Mengoreksi dan menskor hasil tes baik tiap aspek maupun secara total.
40
46 - Menghitung rata-rata baik tiap aspek maupun secara total. - Menabulasikan skor yang diperoleh oleh siswa. 2. Menskor hasil pekerjaan (tes) Skor untuk setiap hasil (siswa) butir tes pelihan ganda adalah X=
Jumlah jawaban benar x 100% Jumlah soal
X = Skor pekerjaan siswa 3. Mengonversikan skor berdasrkan tolok ukur penilaian 4. Memasukkan skor dengan menggunakan rumus Sturges dengan langkahlangkah sebagai berikut. - Menentukan rentang (R) yaitu nilai terbesar dikurang nilai terkecil. - Menentukan jumlah kelas interval (K) dengan rumus K = 1 + 3,3 log n. - Menentukan panjang kelas interval (p) dengan rumus p =
R +1. K
- Menentukan kelas interval pertama, diambil dari nilai yang terkecil.
Tabel 3.3 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Berlogika Persentase Tingkat Tingkat Kemampuan Penguasaan Baik sekali 85%―100% Baik 75%―84% Cukup 60%―74% Kurang 40%―59% Gagal 0%―39% (Sumber: Nurgiantoro, 2006: 399)
47
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Penelitian Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui kemampuan penarikan simpulan dalam berlogika pada siswa kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun pelajaran 2009/2010. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada penjelasan tabel di bawah ini.
4.1.2 Data Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Berlogika Data kemampuan penarikan simpulan ini meliputi aspek penyimpulan langsung dan penyimpulan tidak langsung. Rentang interval ditentukan berdasarkan rumus Sturges dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan pada bab 3 pada teknik analisis data. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1 Tingkat Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Berlogika Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 50―57 58―65 66―73 74―81 82―89 90―97 Jumlah Rata-rata
x 53,5 61,5 69,5 77,5 85,5 93,5
f 5 8 6 11 1 1 32
f.x 267,5 492 417 852,5 85,5 93,5 2208 2208 : 32 = 69
Persentase 16% 25% 19% 34% 3% 3% 100%
48 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui siswa yang mendapat skor antara 50―57 berjumlah 5 orang (16%); yang memperoleh skor antara 58―65 berjumlah 8 orang (25%); yang memperoleh skor antara 66―73 berjumlah 6 orang (19%); yang memperoleh skor antara 73―81 berjumlah 11 orang (34%); yang memperoleh skor antara 82―89 berjumlah 1 orang (3%); dan yang memperoleh skor antara 80―84 berjumlah 1 orang (3%). Rata-rata kemampuan siswa adalah 69 berada pada tingkat kemampuan cukup.
4.1.3 Data Kemampuan Penarikan Simpulan Tiap Aspek Data kemampuan penarikan simpulan meliputi penyimpulan langsung dan penyimpulan tidak langsung. Penyimpulan langsung terdiri atas (a) ekuivalensi, (b) pembalikan, (c) perlawanan dan penyimpulan tidak langsung terdiri dari (a) generalisasi, (b) analogi, (c) sebab akibat, (d) akibat sebab, (e) silogisme kategorik, (f) silogisme hipotetik, dan (g) silogisme alternatif.
4.1.3.1 Kemampuan Penyimpulan Langsung Kemampuan penyimpulan langsung terdiri atas ekuivalensi, pembalikan, dan perlawanan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.2 Tingkat Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Ekuivalensi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 25―38 39―52 53―66 67―80 81―94 95―108 Jumlah Rata-rata
X 31,5 45,5 59,5 73,5 87,5 101,5
f 1 20 0 9 0 2 32
f.x Persentase 31,5 3% 910 63% 0 0% 706,5 28% 0 0% 203 6% 1851 100% 1851 : 32 = 58
49 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat untuk aspek ekuivalensi terdapat 4 soal dengan skor maksimal 4. Siswa yang memperoleh skor 25―38 berjumlah 1 orang (3%), yang memperoleh skor 39―52 berjumlah 20 orang (63%), yang memperoleh skor 67―90 berjumlah 9 orang (28%), yang memperoleh skor 91―103 berjumlah 2 orang (6%), dan tidak ada siswa yang memperoleh skor 53―56. Rata-rata kemampuan siswa adalah 58 berada pada tingkat kemampuan kurang.
Tabel 4.3 Tingkat Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Pembalikan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 0―13 14―27 28―41 42―55 56―69 70―83 Jumlah Rata-rata
x 6,5 20,5 34,5 48,5 62,5 76,5
f 3 8 0 8 0 13 32
f.x 19,5 164 0 388 0 994,5 1566 1566 : 32 = 49
Persentase 9% 25% 0% 25% 0% 40% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat untuk aspek pembalikan terdapat 4 soal dengan skor maksimal 4. Siswa yang memperoleh skor 0―13 berjumlah 3 orang (9%), yang memperoleh skor 14―27 berjumlah 8 orang (25%), yang memeperoleh skor 42―55 berjumlah 8 orang (25%), yang memperoleh skor 70―83 berjumlah 13 orang (40%), dan tidak ada siswa yang memperoleh skor 28―41 dan 56―69. Rata-rata kemampuan siswa adalah 49 berada pada tingkat kemampuan kurang.
50 Tabel 4.4 Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Perlawanan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval x 54 50―58 63 59―67 72 68―76 81 77―85 90 86―94 99 95―103 Jumlah Rata-rata Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat
f 4 0 17 0 0 11 32
f.x Persentase 216 13% 0 0% 1224 53% 0 0% 0 0% 1089 34% 2529 100% 2529 : 32 = 79 untuk aspek perlawanan terdapat 4 soal
dengan skor maksimal 4. Siswa yang memperoleh skor 50―58 berjumlah 4 orang (13%), yang memperoleh skor 68―76 berjumlah 17 orang (53%), yang memperoleh skor 95―103 berjumlah 11 orang (34%), dan tidak ada siswa yang memperoleh skor antara 59―67, 77―-85, dan 86―94. Rata-rata kemampuan siswa adalah 79 berada pada tingkat kemampuan baik.
4.1.3.2 Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Kemampuan penyimpulan tidak langsung terdiri atas generalisasi, analogi, sebab akibat, akibat sebab, silogisme kategorik, silogisme hipotetik, dan silogisme alternatif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel barikut.
Tabel 4.5 Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Generalisasi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 25―38 39―52 53―66 67―80 81―94 95―08 Jumlah Rata-rata
X 31,5 45,5 59,5 73,5 87,5 101,5
f 4 2 0 12 0 14 32
f.x Persentase 126 13% 91 6% 0 0% 882 38% 0 0% 1421 44% 2520 100% 2520 : 32 = 79
51 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat untuk aspek generalisasi terdapat 4 soal dengan skor maksimal 4. Siswa yang memperoleh skor 25―38 berjumlah 4 orang (13%), yang memperoleh
skor 39―52 berjumlah 2 orang (6%), yang
memperoleh skor 67―80 berjumlah 12 orang (38%), yang memperoleh skor 95―108 berjumlah 14 orang (44%), dan tidak ada siswa yang memperoleh skor 53―66 dan 81―94. Rata-rata kemampuan siswa yaitu 79 berada pada tingkat kemampuan baik.
Tabel 4.6 Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Analogi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 25―38 39―52 53―66 67―80 81―94 95―108 Jumlah Rata-rata
X 31,5 45,5 59,5 73,5 87,5 101,5
f 9 10 0 11 0 2
f.x 283,5 455 0 808,5 0 203
Persentase 28% 31% 0% 34% 0% 6%
32
1750 1750 : 32 = 55
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat untuk aspek analogi terdapat 4 soal dengan skor maksimal 4. Siswa yang memperoleh skor 25―38 berjumlah 9 orang (28%), yang memperoleh skor 39―52 berjumlah 10 orang (31%), yang memeperoleh skor 67―80 berjumlah 11 orang (34%), yang memperoleh skor 95―108 berjumlah 2 orang (6%), dan tidak ada siswa yang memperoleh skor antara 53―66 dan 81―94. Rata-rata kemampuan siswa yaitu 55 berada pada tingkat kemampuan kurang.
52 Tabel 4.7 Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Sebab Akibat Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 0―17 18―35 36―53 54―71 72―89 90―107 Jumlah Rata-rata
X 8,5 26,5 44,5 62,5 80,5 98,5
f 1 4 5 0 20 2 32
f.x 8,5 106 222,5 0 1610 197 2144 2144 : 32 = 67
Persentase 3% 13% 16% 0% 63% 6% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat untuk aspek sebab akibat terdapat 4 soal dengan skor maksimal 4. Siswa yang memperoleh skor 0―17 berjumlah 1 orang (3%), yang memperoleh skor 18―35 berjumlah 4 orang (13%), yang memperoleh skor 36―53 berjumlah 5 orang (16%), yang memperoleh skor 72―89 berjumlah 20 orang (63%), yang memperoleh skor 90―107 berjumlah 2 orang (6%), dan tidak ada siswa yang memperoleh skor 54―71. Rata-rata kemampuan siswa adalah 67 berada pada tingkat kemampuan cukup.
Tabel 4.8 Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Akibat Sebab Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 25―38 39―52 53―66 67―80 81―94 95―108 Jumlah Rata-rata
x 31,5 45,5 59,5 73,5 87,5 101,5
f 1 2 0 9 0 20 32
f.x Persentase 31,5 3% 91 6% 0 0% 661,5 28% 0 0% 2030 63% 2814 100% 2814 : 32 = 88
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat untuk aspek akibat sebab terdapat 4 soal dengan skor maksimal 4. Siswa yang memperoleh skor 25―38 berjumlah 1 orang
53 (3%), yang memperoleh skor 39―52 berjumlah 2 orang (6%), yang memperoleh skor 67―80 berjumlah 9 orang (28%), yang memperoleh skor 95―108 berjumlah 20 orang (63%), dan tidak ada siswa yang memperoleh skor antara 53―66 dan 81―94. Rata-rata kemampuan siswa adalah 88 berada pada tingkat kemampuan baik sekali.
Tabel 4.9 Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Kategorik Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 0―17 18―35 36―53 54―71 72―89 90―107 Jumlah Rata-rata
x 8,5 26,5 44,5 62,5 80,5 98,5
f 2 8 12 0 6 4 32
f.x Persentase 17 6% 212 25% 534 38% 0 0% 483 19% 394 13% 1640 100% 1640 : 32 = 51
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat untuk aspek silogisme kategorik terdapat 4 soal dengan skor maksimal 4. Siswa yang memperoleh skor 0―17 berjumlah 2 orang (6%), yang memperoleh skor 18―35 berjumlah 8 orang (25%), yang memperoleh skor 36―53 berjumlah 12 orang (38%), yang memperoleh skor 72―89 berjumlah 6 orang (19%), yang memperoleh skor 90―107 berjumlah 4 orang (13%), dan tidak ada siswa yang memperoleh skor 54―71. Rata-rata kemampuan siswa adalah 51 berada pada tingkat kemampuan kurang.
54 Tabel 4.10 Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Hipotetik Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 25―38 39―52 53―66 67―80 81―94 95―108
x 31,5 45,5 59,5 73,5 87,5 101,5 Jumlah Rata-rata
F 2 12 0 13 0 5 32
f.x 63 546 0 955,5 0 507,5 2071 2071 : 32 = 65
Persentase 6% 38% 0% 40% 0% 16% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat untuk aspek silogisme hipotetik terdapat 4 soal dengan skor maksimal 4. Siswa yang memperoleh skor 23―58 berjumlah 2 orang (6%), yang memperoleh skor 39―52 berjumlah 12 orang (38%), yang memperoleh skor 67―80 berjumlah 13 orang (40%), pada skor 95―108 berjumlah 5 orang (16%), dan tidak ada siswa yang memperoleh skor 53―66 dan 81―94. Rata-rata kemampuan siswa adalah 65 berada pada tingkat kemampuan cukup.
Tabel 4.11 Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Alternatif Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 50―58 59―67 68―76 77―85 86―94 95―103
X 54 63 72 81 90 99 Jumlah Rata-rata
f 8 0 0 0 0 24 32
f.x Persentase 432 25% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 2376 75% 2808 100% 2808 : 32 = 88
55 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat untuk aspek silogisme alternatif terdapat 4 soal dengan skor maksimal 4. Siswa yang memperoleh skor 50―58 berjumlah 8 orang (25%), yang memperoleh skor 95―103 berjumlah 24 orang (75%), dan tidak ada siswa yang memperoleh skor 59―67, skor 68―76, skor 77―85, dan skor 86―94. Rata-rata kemampuan siswa adalah 88 berada pada tingkat kemampuan baik sekali.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian Dari data yang telah dihitung dari hasil penelitian, dapat diketahui tingkat kemampuan siswa tiap aspek berdasarkan nilai rata-ratanya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel rangkuman di bawah ini. Tabel 4.12 Rata-rata Kemampuan Penarikan Simpulan Tiap Aspek Siswa Kelas XI SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 No Indikator 1 Penyimpulan Langsung 2
Aspek a. Ekuivalensi b. Pembalikan c. Perlawanan Penyimpulan Tidak d. Generalisasi Langsung e. Analogi f. Sebab akibat g. Akibat sebab h. S. Kategorik i. S. Hipotetik j. S. Alternatif Rata-rata Penarikan Simpulan
Rata-rata 58 49 79 79 55 67 88 51 65 88 69
4.2.1 Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Belogika Kemampuan penarikan simpulan dalam berlogika meliputi penyimpulan langsung dan penyimpulan tidak langsung. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
56 Tabel 4.13 Distribusi Tingkat Kemampuan Penarikan Simpulan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 85―100 75―84 60―74 40―59 0―39 Jumlah
f 1 1 17 13 0 32
Persentase 3% 3% 53% 41% 0% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui kemampuan siswa kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam penarikan simpulan yaitu, yang memperoleh skor 85―100 berjumlah 1 orang (3%), yang memperoleh skor 75―84 berjumlah 1 orang (3%), yang memperoleh skor 60―74 berjumlah 17 orang (53%), yang memperoleh skor 40―59 berjumlah 13 orang (41%), dan tidak ada siswa yang memperoleh skor antara 0―39 (0%). Agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar grafik berikut.
60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
53% 41% 85-100 Baik Sekali 75-84 Baik 3% 3%
60-74 Cukup 0%
40-59 Kurang 0-39 Gagal
Persentase (%) Kemampuan Penarikan Simpulan
Gambar 4.1 Persentase Tingkat Kemampuan Penarikan Simpulan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010
57 Berdasarkan gambar grafik di atas dapat diketahui siswa yang memperoleh skor 85―100 dengan kategori baik sekali sebanyak 3%; pada skor 75―84 dengan kategori baik sebanyak 3%; pada skor 60―74 dengan kategori cukup sebanyak 53%; pada skor 40―59 dengan kategori kurang sebanyak 41%; dan yang memperoleh skor antara 0―39 dengan kategori gagal tidak ada atau 0%.
4.2.1.1 Kemampuan Penyimpulan Langsung Kemampuan penyimpulan langsung terdiri atas ekuivalensi, pembalikan, dan perlawanan. Dari hasil analisis data yang diperoleh dapat diketahui kemampuan siswa dalam penarikan simpulan langsung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.14 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Ekuivalensi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 85―100 75―84 60―74 40―59 0―39 Jumlah
f 2 9 0 20 1 32
Persentase 6% 28% 0% 63% 3% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui kemampuan siswa kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam penarikan simpulan aspek ekuivalensi yaitu yang memperoleh skor 85―100 berjumlah 1 orang (3%), yang memperoleh skor 75―84 berjumlah 9 orang (28%), tidak ada siswa yang memperoleh skor 60―74 (0%), yang memperoleh skor 40―59 berjumlah 20 orang (63%), dan siswa yang memperoleh skor antara 0―39 berjumlah 1 orang (3%).
58 Agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar grafik berikut.
63%
80%
85-100 Baik Sekali
60%
75-84 Baik
28%
40%
60-74 Cukup
6%
20%
0%
3%
40-59 Kurang 0-39 Gagal
0% Persentase (%) Aspek Ekuivalensi Gambar 4.2 Persentase Kemampuan Penyimpulan Langsung Aspek Ekuivalensi Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Berdasarkan gambar grafik di atas dapat diketahui siswa yang memperoleh skor 85―100 dengan kategori baik sekali sebanyak 6%; yang memperoleh skor 75―84 dengan kategori baik sebanyak 28%; pada skor 60―74 dengan kategori cukup tidak ada atau 0%; pada skor 40―59 dengan kategori kurang sebanyak 21%; dan siswa yang memperoleh skor antara 0―39 dengan kategori gagal sebanyak 3%.
59 Tabel 4.15 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Pembalikan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 85―100 75―84 60―74 40―59 0―39 Jumlah
f 0 13 0 8 11 32
Persentase 0% 41% 0% 25% 34% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui kemampuan siswa kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam penarikan simpulan aspek pembalikan yaitu yang memperoleh skor 85―100 berjumlah 0 (3%), yang memperoleh skor 75--―84 berjumlah 13 orang (41%), tidak ada siswa yang memperoleh skor 60―74 (0%), yang memperoleh skor 40―59 berjumlah 8 orang (25%), dan siswa yang memperoleh skor antara 0―39 berjumlah 11 orang (34%). Agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar grafik berikut.
41%
50%
34%
40%
25%
30%
75-84 Baik 60-74 Cukup
20% 10%
85-100 Baik Sekali
0%
40-59 Kurang 0%
0-39 Gagal
0% Persentase (%) Aspek Pembalikan
Gambar 4.3 Persentase Kemampuan Penyimpulan Langsung Aspek Pembalikan Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010
60 Berdasarkan gambar grafik di atas dapat diketahui siswa yang memperoleh skor 85―100 dengan kategori baik sekali tidak ada atau 0%; yang memperoleh skor 75―84 dengan kategori baik sebanyak 41%; pada skor 60―74 dengan kategori cukup tidak ada 0%; pada skor 40―59 dengan kategori kurang sebanyak 25%; siswa yang memperoleh skor antara 0―39 dengan kategori gagal sebanyak 34%.
Tabel 4.16 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Perlawanan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 85―100 75―84 60―74 40―59 0―39 Jumlah
f 11 17 0 4 0 32
Persentase 34% 53% 0% 13% 0% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui kemampuan siswa kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam penarikan simpulan aspek perlawanan yaitu yang memperoleh skor 85―100 berjumlah 11 (34%), yang memperoleh skor 75―84 berjumlah 17 orang (53%), tidak ada siswa yang memperoleh skor 60―74 (0%), yang memperoleh skor 40―-59 berjumlah 4 orang (13%), dan tidak ada siswa yang memperoleh skor antara 0―39 (0%). Agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar grafik berikut.
61
53% 60% 50%
85-100 Baik Sekali
34%
40%
75-84 Baik
30%
60-74 Cukup
13%
20% 10%
0%
0%
40-59 Kurang 0-39 Gagal
0% Persentase (%) Aspek Perlawanan
Gambar 4.4 Persentase Kemampuan Penyimpulan Langsung Untuk Aspek Perlawanan Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Berdasarkan gambar grafik di atas dapat diketahui siswa yang memperoleh skor 85―100 dengan kategori baik sekali sebanyak 34%; yang memperoleh skor 75―84 dengan kategori baik sebanyak 53%; pada skor 60―74 dengan kategori cukup tidak ada 0%; pada skor 40―59 dengan kategori kurang sebanyak 13%; dan siswa yang memperoleh skor antara 0―39 dengan kategori gagal tidak ada atau 0%.
62 Dari ke tiga aspek penyimpulan langsung di atas dapat dilihat nilai rata-rata aspek penyimpulan langsung secara keseluruhan dalam diagram batang sebagai berikut.
100 79 80 60
58
49
Ekuivalensi Pembalikan
40
Perlawanan
20 0 Rata-rata Aspek Penyimpulan Langsung
Gambar 4.5 Rata-rata Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Aspek Penyimpulan Langsung Siswa Kelas XI SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Berdasarkan gambar grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah skor rata-rata penarikan simpulan langsung aspek ekuivalensi adalah 58, aspek pembalikan adalah 49, dan aspek perlawanan adalah 79. Jumlah skor rata-rata tertinggi aspek penarikan simpulan yaitu pada aspek perlawanan dengan skor rata-rata 79 dan terendah pada aspek pembalikan dengan skor rata-rata 49.
4.2.1.2 Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Kemampuan penyimpulan tidak langsung terdiri atas generalisasi, analogi, sebab akibat, akibat sebab, silogisme kategorik, silogisme hipotetik, dan silogisme alternatif. Dari analisis data yang diperoleh dapat diketahui kemampuan siswa dalam penarikan simpulan tidak langsung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
63 Tabel 4.17 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Generalisasi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 85―100 75―84 60―74 40―59 0―39 Jumlah
f 14 12 0 2 4 32
Persentase 44% 38% 0% 6% 13% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui kemampuan siswa kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam penarikan simpulan aspek generalisasi yaitu yang memperoleh skor 85―100 berjumlah 14 (44%), yang memperoleh skor 75―84 berjumlah 12 orang (38%), tidak ada siswa yang memperoleh skor 60―74 (0%), yang memperoleh skor 40―59 berjumlah 2 orang (6%), dan siswa yang memperoleh skor antara 0―39 berjumlah 4 orang (13%). Agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar grafik berikut.
44% 50%
38% 85-100 Baik Sekali
40%
75-84 Baik
30% 13%
20% 10%
6% 0%
60-74 Cukup 40-59 Kurang 0-39 Gagal
0% Persentase (%) Aspek Generalisasi
Gambar 4.6 Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Aspek Generalisasi Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010
64 Berdasarkan gambar grafik di atas, dapat diketahui siswa yang memperoleh skor 85―100 dengan kategori baik sekali sebanyak 44%; pada skor 75―84 dengan kategori baik sebanyak 38%; pada skor 60―74 dengan kategori cukup tidak ada 0%; pada skor 40―59 dengan kategori kurang sebanyak 6%; dan siswa yang memperoleh skor antara 0―39 dengan kategori gagal tidak ada atau 0%.
Tabel 4.18 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Analogi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 85―100 75―84 60―74 40―59 0―39 Jumlah
f 2 11 0 10 9 32
Persentase 6% 34% 0% 31% 28% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui kemampuan siswa kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam penarikan simpulan aspek analogi yaitu yang memperoleh skor 85―100 berjumlah 2 (6%), yang memperoleh skor 75―84 berjumlah 11 orang (34%), tidak ada siswa yang memperoleh skor 60―74 (0%), yang memperoleh skor 40―59 berjumlah 10 orang (31%), dan siswa yang memperoleh skor antara 0―39 berjumlah 9 orang (28%).
65 Agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar grafik berikut.
34%
40%
31%
28% 85-100 Baik Sekali
30%
75-84 Baik
20%
60-74 Cukup 6%
10%
40-59 Kurang 0%
0-39 Gagal
0% Persentase (%) Aspek Analogi
Gambar 4.7 Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Analogi Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Berdasarkan gambar grafik di atas, dapat diketahui siswa yang memperoleh skor 85―100 dengan kategori baik sekali sebanyak 6%; pada skor 75―84 dengan kategori baik sebanyak 34%; pada skor 60―74 dengan kategori cukup tidak ada 0%; pada skor 40―59 dengan kategori kurang sebanyak 31%; dan siswa yang memperoleh skor antara 0―39 dengan kategori gagal sebanyak 28%. Tabel 4.19 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Sebab Akibat Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 85―100 75―84 60―74 40―59 0―39 Jumlah
f 2 20 0 5 5 32
Persentase 6% 63% 0% 16% 16% 100%
66 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui kemampuan siswa kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam penarikan simpulan aspek sebab akibat yaitu siswa yang memperoleh skor 85―100 berjumlah 2 (6%), yang memperoleh skor 75―84 berjumlah 20 orang (63%), tidak ada siswa yang memperoleh skor 60―74 (0%), yang memperoleh skor 40―59 berjumlah 5 orang (16%), dan siswa yang memperoleh skor antara 0―39 berjumlah 5 orang (16%). Agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar grafik berikut.
63%
80%
85-100 Baik Sekali
60%
75-84 Baik
40% 20%
16% 16%
60-74 Cukup 40-59 Kurang
6% 0%
0-39 Gagal
0% Persentase (%) Aspek Sebab Akibat
Gambar 4.8 Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Sebab Akibat Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Berdasarkan gambar grafik di atas, dapat diketahui siswa yang memperoleh skor 85―100 dengan kategori baik sekali sebanyak 6%; yang memperoleh skor 75--84 dengan kategori baik sebanyak 63%; pada skor 60―74 dengan kategori cukup tidak ada 0%; pada skor 40―59 dengan kategori kurang sebanyak 16%; dan siswa yang memperoleh skor antara 0―39 dengan kategori gagal sebanyak 16%.
67 Tabel 4.20 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Akibat Sebab Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 85―100 75―84 60―74 40―59 0―39 Jumlah
f 20 9 0 2 1 32
Persentase 63% 28% 0% 6% 3% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui kemampuan siswa kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam penarikan simpulan aspek akibat sebab yaitu siswa yang memperoleh skor 85―100 berjumlah 20 (63%), yang memperoleh skor 75―84 berjumlah 9 orang (28%), tidak ada siswa yang memperoleh skor 60―74 (0 -%), yang memperoleh skor 40―59 berjumlah 2 orang (6%), dan siswa yang memperoleh skor antara 0―39 berjumlah 1 orang (3%). Agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar grafik berikut.
80%
63% 85-100 Baik Sekali
60% 40% 20%
75-84 Baik
28%
60-74 Cukup 6% 0%
3%
40-59 Kurang 0-39 Gagal
0% Persentase (%) Aspek Akibat Sebab
Gambar 4.9 Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Akibat Sebab Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010
68 Berdasarkan gambar grafik di atas, dapat diketahui siswa yang memperoleh skor 85―100 dengan kategori baik sekali sebanyak 63%; yang memperoleh skor 75―84 dengan kategori baik sebanyak 28%; pada skor 60―74 dengan kategori cukup tidak ada 0%; pada skor 40―59 dengan kategori kurang sebanyak 6%; dan siswa yang memperoleh skor antara 0―39 dengan kategori gagal sebanyak 3%.
Tabel 4.21 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Kategorik Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 85―100 75―84 60―74 40―59 0―39 Jumlah
f 4 6 0 12 10 32
Persentase 13% 19% 0% 38% 31% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui kemampuan siswa kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam penarikan simpulan aspek silogisme kategorik yaitu siswa yang memperoleh skor 85―100 berjumlah 4 (13%), yang memperoleh skor 75―84 berjumlah 6 orang (19%), tidak ada siswa yang memperoleh skor 60―74 (0%), yang memperoleh skor 40―59 berjumlah 12 orang (38%), dan siswa yang memperoleh skor antara 0―39 berjumlah 10 orang (31%).
69 Agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar grafik berikut.
38% 31%
40% 30% 20% 10%
85-100 Baik Sekali
19%
75-84 Baik
13%
60-74 Cukup 0%
40-59 Kurang 0-39 Gagal
0% Persentase (%) Aspek Silogisme Kategorik
Gambar 4.10 Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Kategorik Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Berdasarkan gambar grafik di atas, dapat diketahui siswa yang memperoleh skor 85―100 dengan kategori baik sekali sebanyak 13%; yang memperoleh skor 75―84 dengan kategori baik sebanyak 19%; pada skor 60―74 dengan kategori cukup tidak ada 0%; pada skor 40―59 dengan kategori kurang sebanyak 38%; dan siswa yang memperoleh skor antara 0―39 dengan kategori gagal sebanyak 31%.
70 Tabel 4.22 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Silogisme Hipotetik Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Interval 85―100 75―84 60―74 40―59 0―39 Jumlah
f 5 13 0 12 2 32
Persentase 16% 41% 0% 38% 6% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui kemampuan siswa kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam penarikan simpulan aspek silogisme hipotetik yaitu siswa yang memperoleh skor 85―100 berjumlah 5 (16%), yang memperoleh skor 75―84 berjumlah 13 orang (41%), tidak ada siswa yang memperoleh skor 60―74 (0%), yang memperoleh skor 40―59 berjumlah 12 orang (38%), dan siswa yang memperoleh skor antara 0―39 berjumlah 2 orang (6%). Agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar grafik berikut.
41%
50%
38%
40% 30%
85-100 Baik Sekali 75-84 Baik
16%
20% 10%
6% 0%
60-74 Cukup 40-59 Kurang 0-39 Gagal
0% Persentase (%) Aspek Silogisme Hipotetik
Gambar 4.11 Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Hipotetik Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010
71 Berdasarkan gambar grafik di atas, dapat diketahui siswa yang memperoleh skor 85―100 dengan kategori baik sekali sebanyak 16%; pada skor 75―84 dengan kategori baik sebanyak 41%; pada skor 60―74 dengan kategori cukup tidak ada 0%; pada skor 40―59 dengan kategori kurang sebanyak 38%; dan siswa yang memperoleh skor antara 0―39 dengan kategori gagal sebanyak 6%.
Tabel 4.23 Distribusi Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Alternatif Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010. Interval 85―100 75―84 60―74 40―59 0―39 Jumlah
f 24 0 0 8 0 32
Persentase 75% 0% 0% 25% 0% 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui kemampuan siswa kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 dalam penarikan simpulan aspek silogisme alternatif yaitu siswa yang memperoleh skor 85―100 berjumlah 24 (75%), tidak ada siswa yang memperoleh skor 75―84 (0%), tidak ada siswa yang memperoleh skor 60―74 (0%), yang memperoleh skor 40―59 berjumlah 8 orang (25%), dan tidak ada siswa yang memperoleh skor antara 0―39 (0%).
72 Agar lebih jelas dapat dilihat pada gambar grafik berikut.
75% 80% 85-100 Baik Sekali
60%
75-84 Baik
25%
40%
60-74 Cukup
20%
0% 0%
0%
40-59 Kurang 0-39 Gagal
0% Persentase (%) Aspek Silogisme Alternatif
Gambar 4.12 Persentase Kemampuan Penyimpulan Tidak Langsung Untuk Aspek Silogisme Alternatif Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Berdasarkan gambar grafik di atas, dapat diketahui siswa yang memperoleh skor 85―100 dengan kategori baik sekali sebanyak 75%; yang memperoleh skor 75―84 dengan kategori baik tidak ada atau 0%; pada skor 60―74
dengan
kategori cukup tidak ada atau 0%; pada skor 40―59 dengan kategori kurang sebanyak 25%; dan siswa yang memperoleh skor antara 0―39 dengan kategori gagal tidak ada atau 0%.
73 Dari ke tujuh aspek penyimpulan tidak langsung di atas dapat dilihat nilai rata-rata aspek penyimpulan langsung secara keseluruhan dalam diagram batang sebagai berikut.
Rata-rata Aspek Penyimpulan Tidak Langsung 100 80 60 40
88
79 55
88
67
65 51
Analogi Sebab Akibat Akibat Sebab
20 0
Silogisme Kategorik Silogisme Hipotetik 1
Gambar 4.13
Generalisasi
Silogisme Alternatif
Rata-rata Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Aspek Penyimpulan Tidak Langsung Pada Siswa Kelas XI SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010
Berdasarkan gambar grafik di atas, dapat diketahui jumlah skor rata-rata aspek penyimpulan tidak langsung. Pada aspek generalisasi berada pada skor rata-rata 79, aspek analogi berada pada skor rat-rata 55, aspek sebab akibat berada pada skor rata-rata 67, aspek akibat sebab berada pada skor rata-rata 88, aspek silogisme kategorik berada pada skor rata-rata 51, aspek silogisme hipotetik berada pada skor rata-rata 65, dan aspek silogisme alternatif berada pada skor rata-rata 88. Skor ratarata tertinggi adalah aspek akibat sebab dan silogisme alternatif yaitu 88. Skor ratarata terendah adalah aspek silogisme kategorik yaitu 51.
74 4.3 Perbandingan Tingkat Kemampuan Penarikan Simpulan Tiap aspek Dari pembahasan yang telah diuraikan tiap aspek di atas. Maka, untuk lebih jelas berikut tabel kemampuan penarikan simpulan tiap-tiap aspek indikator. Tabel 4.24 Rata-rata Kemampuan Penarikan Simpulan Peraspek Siswa Kelas XI SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 No 1
2
Indikator
Aspek
Penyimpulan Langsung
a. Ekuivalensi b. Pembalikan c. Perlawanan Penyimpulan d. Generalisasi Tidak e. Analogi Langsung f. Sebab akibat g. Akibat sebab h. S. Kategorik i. S. Hipotetik j. S. Alternatif Rata-rata Penarikan Simpulan
Rata-rata
Rata Tiap Indikator
58 49 79 79 55 67 88 51 65 88
62
70
69
Berdasarkan uraian pada tabel di atas, dapat diketahui tingkat kemampuan siswa kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun pelajaran 2009/2010 dalam penarikan simpulan tiap-tiap aspek. Pada aspek ekuivalensi adalah 58, aspek pembalikan adalah 49, aspek perlawanan adalah 79, aspek generalisasi adalah 79, aspek analogi adalah 55, aspek sebab akibat adalah 67, aspek akibat sebab adalah 88, aspek silogisme kategorik adalah 51, aspek silogisme hipotetik adalah 65, dan dari aspek silogisme alternatif adalah 88. Rata-rata skor yang diperoleh siswa dalam penarikan simpulan adalah 69 dan tergolong cukup. Ratarata untuk keseluruhan untuk aspek penyimpulan langsung adalah 62, sedangkan aspek penyimpulan tidak langsung adalah 70.
75 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat tingkat kemampuan tiap aspek pada grafik di bawah ini. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar grafik berikut. Ekuivalensi Kurang
Rata-rata Penarikan Simpulan
Pembalikan Kurang 88 90
88 Perlawanan Baik
79 79
80 70 60 50
67 58
55 49
65 51
Generalisasi Baik Analogi Kurang Sebab Akibat Cukup
40 30 20 10 0
Akibat Sebab Baik Sekali Silogisme Kategorik Kurang Silogisme Hipotetik Cukup Silogisme Alternatif Baik Sekali
Gambar 4.14 Frekuensi Perbandingan Kemampuan Penarikan Simpulan Peraspek Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Berdasarkan uraian pada grafik di atas, dapat diketahui tingkat kemampuan siswa kelas XI semester 2 SMA Persada Bandarlampung tahun pelajaran 2009/2010 dalam penarikan simpulan tiap-tiap aspek. Pada aspek ekuivalensi adalah 58 dan tergolong kurang, aspek pembalikan adalah 49 dan tergolong kurang, aspek perlawanan adalah 79 dan tergolong baik, aspek generalisasi adalah 79 dan tergolong baik, aspek analogi adalah 55 dan tergolong kurang, aspek sebab akibat adalah 67 dan tergolong cukup, aspek akibat sebab adalah 88 dan tergolong baik sekali, aspek silogisme kategorik adalah 51 dan tergolong kurang, aspek silogisme hipotetik adalah 65 dan tergolong cukup, dan dari aspek silogisme alternatif
76 adalah 88 dan tergolong baik sekali. Rata-rata skor yang diperoleh siswa dalam penarikan simpulan adalah 69 dan tergolong cukup.
Berdasarkan tabel 4.24 di atas, maka dapat dilihat perbandingan nilai rata-rata tiap indikator dalam penarikan simpulan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Rata-rata Tiap Indikator 75
70
70 65
62
Penyimpulan Langsung Penyimpulan Tidak Langsung
60 55 1
Gambar 4.15 Perbandingan Nilai Rata-rata Tiap Indikator Pada Kemampuan Penarikan Simpulan Peraspek Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 Dari perbandingan pada grafik di atas, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi penyimpulan langsung adalah 79 yaitu terdapat pada aspek perlawanan dan nilai tertinggi penyimpulan tidak langsung adalah 88 yaitu terdapat pada aspek akibat sebab dan silogisme alternatif.
77
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Dari penelitian yang dilakukan penulis di SMA Persada Bandarlampuang tahun pelajaran 2009/2010 dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam penarikan simpulan tergolong cukup dengan nilai rata-rata 69. Selanjutnya nilai rata-rata yang didapat siswa tiap-tiap aspek adalah sebagai berikut. 1. Penyimpulan Langsung Kemampuan ekuivalensi tergolong kurang dengan nilai rata-rata 58; Kemampuan pembalikan tergolong kurang dengan nilai rata-rata 49; dan Kemampuan perlawanan tergolong baik dengan nilai rata-rata 79. 2.
Penyimpulan Tidak Langsung
Kemampuan generalisasi tergolong baik dengan nilai rata-rata 79; kemampuan analogi tergolong kurang dengan nilai rata-rata 55; kemampuan sebab akibat tergolong cukup dengan nilai rata-rata 67; kemampuan akibat sebab tergolong baik sekali dengan nilai rata-rata 88; kemampuan silogisme kategorik tergolong kurang dengan nilai rata-rata 51; kemampuan silogisme hipotetik tergolong cukup dengan nilai rata-rata 65; dan kemampuan silogisme alternatifi tergolong baik sekali dengan nilai rata-rata 88.
78 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis tentang kemampuan
penarikan
simpulan
dalam
berlogika
di
SMA
Persada
Bandarlampung tergolong cukup. 1. Saran Teoretis Saran secara teoretis penulis berharap agar dapat memperkaya kajian teori mengenai penyimpulan langsung dan tidak langsung dalam berlogika dalam kegiatan pembelajaran. 2. Saran Praktis Diharapkan bagi para guru Bahasa Indonesia di sekolah SMA Persada Bandarlampung untuk lebih memberikan pengetahuan siswa tentang penarikan simpulan dalam berlogika khususnya untuk aspek pembalikan dan silogisme kategorik karena pada aspek tersebut tingkat kemampuan siswa masih tergolong kurang.
79
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Debdikbud: Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta. Karomani.2009. Logika. Yogyakarta: Graha Ilmu Muharrik, Bunda. 2009. Silogisme dan Generalisasi. http://bundaarik.multiply.com/journal/item/45 Mundiri. 1994. Logika. Jakarta: Raja Grafindo Persada. _______. 2005. Logika. Jakarta: Raja Grafindo Persada. M. Moeliono dan Soenjono. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Nurgiantoro, Burhan. 2006. Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Adi Cita Poespoprodjo dan Gilarso. 2006. Logika Ilmu Menalar. Bandung: Pustaka Grafika. Poespoprodjo. 2007. Logika Scientifika. Bandung: Pustaka Grafika. Rachmanaditya. 2009. Silogisme. http://rachmanaditya.blogspot.com/2009/08/silogisme.html Rakmat, Jalaluddin. 1987. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sanusi, A. Effendi. 1996. Penilaian Pengajaran Bahasa dan Sastra. Bandar Lampung: Unversitas Lampung
80 Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Universitas Lampung. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Yuli. 2010. Macam-Macam Silogisme. http://loveyuli.wordpress.com/2010/03/13/macam-macam-silogisme/
81
LAMPIRAN
82 INSTRUMEN PENELITIAN SKRIPSI
OLEH MARDAWATI 0643041021
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2009
TES KEMAMPUAN BERLOGIKA
83
Mata Pelajaran Waktu Kelas
: Bahasa dan Sastra Indonesia : 2 x 45 menit (90 menit) : XI (Sebelas)
Petunjuk Umum! 1. Tulis nama dan kelas Anda di sudut atas lembar jawaban yang tersedia. 2. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada A, B, C, atau D. 3. Apabila ada jawaban yang salah dan Anda memperbaikinya, coretlah dengan dua garis lurus mendatar pada tanda silang (≠). 4. Setelah semua soal dijawab, periksalah kembali pekerjaan Anda dan serahkan lembar jawaban serta lembar soal kepada pengawas. 5. Hasil tes ini tidak mempengaruhi nilai di rapor.
Pilihlah jawaban yang dianggap benar ! 1. “Ada orang pintar tetapi kurus” pernyataan yang bermakna sama adalah… a. ada orang yang pintar tetapi kurus. b. ada orang yang tidak kurus dan tidak pintar. c. ada orang kurus tetapi pintar. d. ada orang tidak kurus dan tidak pintar. 2. PM: Semua binatang bernapas Pm : Lumba-lumba adalah binatang K : Maka,… a. lumba-lumba bernapas. b. lumba-lumba adalah binatang bernapas. c. hewan lumba-lumba bernapas. d. hewan bernapas. 3. Burung Afrika suka makan jagung Burung Asia suka makan jagung Burung Indonesia suka makan jagung Jadi, … a. semua jenis burung tidak suka jagung b. burung indonesia dan afrika suka jagung c. semua jenis burung suka makan jagung d. tidak semua burung menyukai jagung 4. Tembaga bila dipanaskan akan memuai Besi bila dipanaskan akan memuai Platina bila dipanaskan akan memuai Tembaga, besi, dan platina bila dipanaskan akan memuai
84 Kesimpulannya,... a. semua jenis logam tidak akan memuai. b. tembaga, besi, dan palatina mudah memuai. c. semua jenis logam bila dipanaskan akan memuai. d. tembaga, besi, dan platina tidak mudah memuai. 5. “Ada teman saya yang pandai tetapi pemalas“. Pernyataan yang bermakna sama adalah... a. ada teman saya yang pemalas tetapi pandai. b. ada teman saya yang tidak pemalas tetapi pandai. c. ada teman saya yang pendai tetapi tidak pemalas. d. ada teman saya yang tidak pemalas dan tidak pandai. 6. “Semua wanita penggemar band Ungu”. Perlawana pernyataan di atas adalah… a. benar, semua wanita penggemar band ungu. b. benar, band ungu memang digemari wanita. c. tidak benar semua wanita penggemar band ungu. d. tidak benar band Ungu digemari oleh wanita. 7. Hasil nilai ujian try out siswa kelas 3 SMA N 1 Bandarlampung banyak mengalami kegagalan atau tidak lulus dengan nilai yang diinginkan. Hal itu disebabkan karena, banyak siswa yang tidak belajar saat akan try out dan banyak siswa yang meremehkan try out. Paragraf di atas menggunakan penalaran… a. sebab akibat b. generalisasi c. akibat sebab d. analogi 8. Suatu hari perkampungan yang terletak di puncak gunung kapur kabupaten Bandung hancur dan menelan banyak korban jiwa. Setelah diselidiki ternyata penampungan limbah pabrik PT CIP jebol. Dari ilustrasi di atas yang mengakibatkan rumah hancur dan menelan banyak korban adalah... a. penampungan limbah b. pabrik pt cim c. gunung kapur d. jebolnya penampungan limbah PT CIM
9. Anggi mencintai Alif atau Beni Anggi tidak mencintai Beni, jadi... a. Anggi mencintai Alif. b. Anggi tidak mencintai Alif. c. Anggi mencintair Beni.
85 d. Anggi tidak mencintai Alif dan Beni. 10. Pada musim kemarau yang sangat panjang, hutan-hutan terbakar, binatangbinatang berpindah tempat, dan sumber air kering. Suatu hari, seorang petani kopi diterkam seekor harimau di pinggir desa dan menyeretnya masuk ke dalam hutan. Dari ilustrasi di atas yang menyebabkan harimau menerkan manusia adalah... a. binatang berpindah tempat. b. sumber-sumber air kering. c. hutan-hutan terbakar. d. semua benar. 11. Bila saya juara 1, maka akan diberi hadiah. Nah, sekarang saya juara 1, maka... a. saya juara 1. b. akan diberi hadiah. c. saya diberi hadiah karena juara 1. d. tidak mendapat hadiah. 12. “Semua makhluk hidup adalah bernapas“. Pembalikan kalimat tersebut adalah... a. semua yang bernapas adalah makhluk hidup. b. semua makhluk hidup tidak bernapas. c. tidak ada makhluk hidup yang tidak bernapas. d. yang tidak bernapas adalah makhluk hidup. 13. “Wajah saya putih tidak hitam”. Maka pembalikannya adalah… a. wajah saya tidak hitam, tetapi putih. b. wajah saya tidak hitam, tidak putih. c. wajah sya putih, tetapi sedikit hitam. d. wajah saya hitam, tetapi sedikit putih. 14. “Ada baju berwarna pink merk Metalizer”. Pernyataan yang bermakna sama seperti di atas adalah… a. ada baju berwarna pink. b. ada baju merk metalizer. c. ada baju merk metalizer berwarna pink. d. ada baju berwarna pink merk metalizer.
15. “Semua guru olahraga pasti berbadan sehat”. Pembalikan dari pernyataan tersebut adalah... a. tidak semua guru olahraga berbadan sehat. b. semua yang berbadan sehat adalah guru olahraga. c. benar semua guru olahraga pasti berbadan sehat.
86 d. benar yang berbadan sehat adalah guru olahraga. 16. “Jangan membangunkan harimau yang sedang tidur, nanti dia menerkam”. Maka jangan membangunkan orang yang sedang tidur, karena akan marah. a. Analogi di atas tepat, karena harimau yang sedang tidur sama dengan manusia yang sedang tidur. b. Analogi di atas kurang tepat, belum tentu harimau itu menerkam. c. Analogi di atas tepat, karena sifat harimau dan manusia tidaklah sama. d. Analogi di atas kurang tepat, karena sifat harimau dan manusia tidaklah sama. 17. “Semua wanita itu cantik“. Perlawanan pernyataan di atas adalah... a. tidak benar yang cantik itu wanita. b. tidak benar semua wanita itu cantik. c. benar, semua wanita itu cantik. d. benar, semua yang cantik itu wanita. 18. Jika hujan saya membawa payung. Sekarang hujan, jadi saya membawa payung. Yang menjadi kesimpulan dari pernyataan di atas adalah… a. jika hujan b. saya membawa payung c. jadi, saya membawa payung d. sekarang hujan 19. Boy adalah manusia, bila diejek dia pasti marah. Tuti adalah manusia, bila diejek marah. Siti adalah manusia, bila diejek pasti marah. Maka kesimpulannya adalah… a. semua manusia, bila diejek marah. b. Boy, Tuti, dan Siti sifatnya pemarah. c. tidak semua manusia bila diejek marah. d. Boy, Tuti, dan Siti pura-pura marah. 20. “Ada sepatu yang bagus tetapi mahal”. Ekuivalensinya adalah… a. ada sepatu bagus dan mahal. b. ada sepatu yang mahal tetapi bagus. c. sepatu yang bagus pasti mahal. d. sepatu yang mahal pasti bagus. 21. PU: ...................... PK: Paus adalah binatang amamalia. K : Paus berkembang biak dengan beranak. Premis umum untuk silogisme di atas adalah... a. semua binatang berkembang biak. b. semua binatang mamalia berkembang biak dengan beranak. c. semua yang berkembang biak dengan beranak adalah paus. d. semua paus berkembang biak dengan beranak.
87 22. Hasi penen petani di Desa Cimahi hamper setiap musim tidak memuaskan. Banyak tanaman yang mati sebelumberbuah karena diserang hama tanaman. Banyak pula tanaman yang tidak berhasil tumbuh dengan baik. Bukan itu saja, pengairan pun tidak berjalan denagn lancar. Semua itu merupakan akibat dari kurangnya pengetahuan para petani tentang pengolahan pertanian. Paragraf di atas menggunakan penalaran... a. generalisasi b. analogi c. akibat sebab d. sebab akibat 23. PU: Ia pelajar atau mahasiswa. PK: ... K : Ia mahasiswa. Pernyataan yang tepat untuk mengisi titk-titik di atas adalah… a. i pelajar bukan mahasiswa. b. ia mahasiswa. c. ia bukan pelajar. d. ia bukan mahasiswa. 24. Bunga melati jika tidak disiram akan mati. Bunga mawar jika tidak disiram akan mati. Bunga anggrek jika tidak disiram akan mati. Jadi, jika semua bunga tidak disiram akan mati. Penyimpulan di atas mengandung penalaran... a. generalisasi b. analogi c. sebab akibat d. akibat sebab 25. “Sepeda itu berwarna merah bukan hitam“. Pembalikannya adalah... a. sepeda itu berwarna bukan hitam. b. sepada itu berwarna bukan merah. c. sepeda itu bukan warna merah tetapi hitam. d. sepeda itu bukan warna hitam tetapi merah. 26. PU: Jika besok tidak mendung, saya akan ke rumah nenek. PK: ... K : Saya tidak ke rumah nenek. Premis khusus yang tepat untuk mengisi silogisme di atas adalah… a. besok mendung. b. besok tidak mendung. c. besok tidak mendung saya ke rumah nenek. d. besok mendung saya tidak ke rumah nenek.
88 27. Ali pergi ke sekolah. Ia pergi mengendarai sepeda motor. Di tengah perjalanan sepeda motor yang dikendarai Ali mogok. Ali lalu mencari penyebab kemogokan itu, ternyata bensin sepeda motor Ali habis. Paragraf di atas menggunakan penalaran... a. akibat sebab b. sebab akibat c. analogi d. generalisasi 28. Sebuah sekolah memiliki guru Bahasa Indonesia yang pandai mengajar, guru itu lulusan IKIP Jakarta. Tahun 2009 sekolah itu kekurangan guru Bahasa Indonesia karena penambahan jumlah kelas. Kepala sekolah mengambil guru Bahasa Indonesia yang lulus dari IKIP Jakarta, karena menurut anggapan guru tersebut sama pandainya dengan guru Bahasa Indonesia yang sudah ada. Paragraf di atas menggunakan penalaran... a. generalisasi b. akibat sebab c. analogi d. sebab akibat 29. Jika musim hujan akan banjir. Sekarang banjir. Jadi, sekarang... a. musim kemarau b. belum musim kemarau c. musim hujan d. musim hujan yang panjang 30. PM: Semua makanan yang halal boleh dimakan. Pm: Ikan makanan yang halal. Jadi, ikan ... a. makanan haram b. makanan bergizi c. makanan yang tidak haram d. makanan yang boleh dimakan
31. Rina suka ayam atau ikan. Rina tidak suka ikan. Maka, ... a. Rina suka ayam b. Rina tidak suka ikan c. Rina suka ikan d. Rina tidak suka ayam dan ikan
89 32. PU: Mencuri itu haram. PK: Korupsi adalah mencuri. Kesimpulan yang tepat untuk pernyataan di atas adalah... a. maka mencuri adalah korupsi. b. maka korupsi adalah mencuri. c. maka korupsi itu haram. d. maka korupsi dan mencuri itu haram. 33. Dalam aquarium besar ada seekor ikan Laohan yang bernama Wuf. Setiap pagi Wuf diberi makan yang terbuat dari campuran telur dan madu. Suatu hari, Alex pemilik akuarium itu memasukkan ikan Laohan lain ke dalam akuarium itu. Ikan itu bernama Yin. Esoknya Wuf ditemukan mati dengan luka disekujur tubuh. Kemungkinan besar yang menyebabkan Wuf mati adalah.... a. Telur dan madu makanan Wuf. b. Yin, si ikan pendatang baru. c. Alex, pemilik akuarium. d. Air dalam akuarium. 34. “Beberapa teman saya sakit“. Pembalikan pernyataan itu adalah... a. beberapa teman saya tidak sakit. b. beberapa yang tidak sakit teman saya. c. beberapa yang sakit itu, teman saya. d. beberapa yang skit itu, bukan teman saya. 35. Perlawanan dari pernyataan “Semua siswa suka baca buku“ adalah... a. semua buku suka dibaca siswa. b. beberapa buku suka dibaca siswa. c. tidak semua siswa suka baca buku. d. beberapa buku tidak suka dibaca siswa. 36. Dimas adalah seorang siswa dari keluarga yang tidak mampu, tetapi ia bercitacita menjadi seorang dokter. Untuk itu, ia rajin belajar. Ia selalu mencatat pelajaran yang diberikan oleh guru. Ia suka membaca buku. Tidak heran bila setiap kenaikan kelas, Dimas selalu mendapat juara kelas. Akhirnya, ia diterima di Fakultas Kedokteran Unila melalui jalur PKAB dan mendapat beasiswa. Berdasarkan ilustrasi di atas, penyebab Dimas diterima di Fakultas Kedokteran Unila adalah... a. Dimas siswa yang tidak mampu. b. siswa yang tidak mampu bias diterima di Unila. c. Dimas siswa yang rajin belajar dan berprestasi. d. Dimas suka membaca buku dan mencatat pelajaran. 37. “Kita ibarat api dengan air, kita saling membutuhkan. Di mana ada air disitu ada air, untuk itu maukah engkau menjadi pacarku?”. Kata Miki kepada Mini. a. Analogi Miki tepat, sebab dimana ada api disitu ada air. b. Analogi Miki tidak tepat, sebab air dan api memiliki sifat berlawanan, mereka tidak sejalan. c. Analogi Miki tepat, karena ingin menjadi pacar Mini.
90 d. Analogi Miki tidak tepat, karena Mini tidak sama dengan air. 38. Seorang siswa bernama Ridho, mengendarai sepeda motor dengan kencang. Dari arah berlawanan sebuah truk melaju dengan kencang pula, sopirnya Ali tamatan SD. Di perempatan jalan ada lampu merah, semua kendaraan berhenti kecuali motor yang dikendarai Ridho terus melaju dan akhirnya menabrak truk si Ali. Jadi kecelakaan itu disebabkan oleh... a. lampu merah b. Ridho c. Ali d. arah jalan yang berlawanan 39. PM: Ayah ada di rumah atau di kantor. Pm: Ayah ada di rumah. K : … Pernyataan yang tepat untuk mengisi kesimpulan di atas adalah… a. Ayah tidak ada di kantor. b. Ayah tidak di rumah tidak di kantor. c. Ayah ada di kantor. d. Ayah ada di rumah ada di kantor. 40. “Jika ingin disayang kekasih, perlakukan ia seperti kucing kesayangan Anda, belai kepalanya dan beri makan yang banyak”. a. Analogidi atas tepat, karena manusia memiliki sifat yang sama seperti kucing. b. Analogi di atas tidak tepat karena manusia sifatnya tidak sama dengan kucing. c. Analogi di atas tepat karena kucing perlu disayang. d. Analogi di atas tidak tepat karena manusia tidak suka dibelai-belai.
91
Kunci Jawaban 1. C 2. A 3. C 4. C 5. A 6. C 7. C 8. D 9. A 10. D 11. B 12. A 13. C 14. D 15. A
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
A B C A B B C C A D A A C C D
31. A 32. C 33. B 34. C 35. C 36. B 37. B 38. B 39. A 40. A
92 Lampiran 1 Data Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Berlogika Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung No
Nomor Sampel
Nilai
Tingkat Kemampuan
1
1
90
Baik Sekali
2
13
85
Baik Sekali
3
5
80
Baik
4
21
80
Baik
5
14
77,5
Baik
6
15
77,5
Baik
7
16
77,5
Baik
8
31
77,6
Baik
9
32
77,5
Baik
10
4
75
Baik
11
8
75
Baik
12
23
75
Baik
13
28
75
Baik
14
9
72,5
Cukup
15
30
72,5
Cukup
16
6
70
Cukup
17
26
70
Cukup
18
7
67,5
Cukup
19
29
67,5
Cukup
20
17
65
Cukup
21
22
65
Cukup
22
11
62,5
Cukup
23
12
62,5
Cukup
24
20
62,5
Cukup
25
3
60
Cukup
26
18
60
Cukup
27
24
60
Cukup
28
2
55
Kurang
29
10
55
Kurang
30
27
55
Kurang
31
19
52,5
Kurang
32
25
50
Kurang
Rumus untuk menentukan kelas interval menggunakan rumus Sturges
93 90
85
80
80
75
75
75
72,5
65
62,5
52,5
62,5
77,5
77,5
72,5
62,5
60
70 60
77,5 70
77,5 67,5
60
55
77,5 67,5 55
75 65
55
50
a. Rentang (R) R = Nilai tertinggi - Nilai terendah R = 90 – 50 = 40 b. Menentukan jumlah kelas inteval (K) K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 . 1,50 = 5,9 Dibulatkan jadi 6 c. Menentukan panjang kelas interval (P) P=
R 1 K
P=
40 1 6
= 7,6 Dibulatkan jadi 8
Lampiran 2 Data Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Penyimpulan Langsung Aspek Ekuivalensi No
Nomor Sampel
Nomor Soal
Nilai
94 1
5
14
20
1
1
1
1
1
1
100
2
13
1
1
1
1
100
3
5
1
1
0
1
75
4
21
1
1
0
1
75
5
14
1
1
0
0
50
6
15
1
1
0
0
50
7
16
1
1
0
0
50
8
31
1
1
0
0
50
9
32
1
1
0
0
50
10
4
1
1
0
0
50
11
8
1
1
0
1
75
12
23
1
0
0
1
50
13
28
1
1
0
0
50
14
9
1
1
0
1
75
15
30
1
1
0
0
50
16
6
1
1
0
0
50
17
26
1
1
0
0
50
18
7
1
1
0
0
50
19
29
1
1
0
0
50
20
17
1
1
0
0
50
21
22
1
0
0
0
25
22
11
1
1
0
0
50
23
12
1
1
0
1
75
24
20
1
1
0
0
50
25
3
1
1
1
0
75
26
18
1
1
1
0
75
27
24
1
0
1
1
75
28
2
1
1
0
0
50
29
10
1
1
0
0
50
30
27
1
1
0
0
50
31
19
1
1
0
1
75
32
25
1
1
0
0
50
Rumus untuk menentukan kelas interval menggunakan rumus Sturges 100 75
100 50
75 50
75 50
75 50
75 50
75 50
75 50
75 50
75 50
95 50
50
50
25
50
50
50
50
50
50
50
50
a. Rentang (R) R = Nilai tertinggi - Nilai terendah R = 100 – 25 = 75 b. Menentukan jumlah kelas inteval (K) K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 . 1,50 = 5,9 Dibulatkan jadi 6 c. Menentukan panjang kelas interval (P) P=
R 1 K
P=
75 1 6
= 13,5 Dibulatkan jadi 14
Lampiran 3 Data Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Penyimpulan Langsung Aspek Pembalikan Nomor Soal No 1
Nomor Sampel 1
12
13
25
34
Nilai
1
0
1
1
75
96 2
13
1
1
0
0
50
3
5
1
0
1
1
75
4
21
1
0
1
1
75
5
14
1
0
1
1
75
6
15
1
0
1
1
75
7
16
1
0
1
1
75
8
31
1
0
0
0
25
9
32
1
0
1
1
75
10
4
1
0
1
1
75
11
8
1
0
1
1
75
12
23
1
0
1
1
75
13
28
1
0
1
1
75
14
9
1
0
0
1
50
15
30
1
0
1
1
75
16
6
1
0
1
1
75
17
26
0
0
0
0
0
18
7
1
0
0
1
50
19
29
1
0
0
1
50
20
17
1
0
1
0
50
21
22
1
0
0
0
25
22
11
1
0
0
0
25
23
12
1
0
0
0
25
24
20
1
0
0
1
50
25
3
0
0
0
0
0
26
18
0
0
1
0
25
27
24
1
0
1
0
50
28
2
0
0
1
0
25
29
10
0
0
1
1
50
30
27
0
0
1
0
25
31
19
1
0
1
0
50
32
25
0
0
0
0
0
Rumus untuk menentukan kelas interval menggunakan rumus Sturges 75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
50
50
50
50
50
50
50
50
50
25
25
25
25
25
25
25
0
97 0
0
a. Rentang (R) R = Nilai tertinggi - Nilai terendah R = 75 – 0 = 75 b. Menentukan jumlah kelas inteval (K) K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 . 1,50 = 5,9 Dibulatkan jadi 6 c. Menentukan panjang kelas interval (P) P=
R 1 K
P=
75 1 6
= 13,5 Dibulatkan jadi 14
Lampiran 4 Data Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Penyimpulan Langsung Aspek Perlawanan Nomor Soal No
Nomor Sampel
6
15
17
35
Nilai
1
1
1
0
1
1
75
2
13
1
0
1
1
75
3
5
1
0
1
1
75
98 4
21
1
1
1
1
100
5
14
1
0
1
1
75
6
15
1
0
1
1
75
7
16
1
1
0
1
75
8
31
1
0
1
1
75
9
32
1
0
1
1
75
10
4
1
0
1
1
75
11
8
1
0
1
1
75
12
23
1
0
1
1
75
13
28
1
1
1
1
100
14
9
1
0
1
1
75
15
30
1
0
1
1
75
16
6
0
1
1
1
75
17
26
1
1
1
1
100
18
7
1
0
1
1
75
19
29
1
0
1
1
75
20
17
1
1
1
1
100
21
22
0
0
1
1
50
22
11
1
0
1
1
75
23
12
1
0
0
1
50
24
20
1
1
1
1
100
25
3
1
1
1
1
100
26
18
1
1
1
1
100
27
24
1
0
1
0
75
28
2
1
1
1
1
100
29
10
1
1
1
0
75
30
27
1
1
1
1
100
31
19
1
1
1
1
100
32
25
1
1
1
1
100
Rumus untuk menentukan kelas interval menggunakan rumus Sturges 100
100
100
100
100
75
75
75
75
75
75
75
50
50
100
100
100
100
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
100
100
99 a. Rentang (R) R = Nilai tertinggi - Nilai terendah R = 100 – 50 = 50 b. Menentukan jumlah kelas inteval (K) K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 . 1,50 = 5,9 Dibulatkan jadi 6 c. Menentukan panjang kelas interval (P) P=
R 1 K
P=
50 1 6
= 9,3 Dibulatkan jadi 9
Lampiran 5 Data Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Penyimpulan Tidak Langsung Aspek Generalisasi Nomor Soal No
Nomor Sampel
3
4
19
24
Nilai
1
1
1
1
1
1
100
2
13
1
1
1
1
100
3
5
1
1
1
1
100
4
21
1
1
1
1
100
5
14
1
0
1
1
75
6
15
1
0
1
1
75
100 7
16
1
1
1
1
100
8
31
1
1
1
1
100
9
32
1
0
1
1
75
10
4
1
0
1
1
75
11
8
1
1
1
0
75
12
23
1
1
1
1
100
13
28
1
0
1
1
75
14
9
1
1
1
0
75
15
30
1
1
1
1
100
16
6
1
1
1
1
100
17
26
1
1
1
0
75
18
7
1
1
1
1
100
19
29
1
0
0
0
25
20
17
1
1
1
0
75
21
22
1
1
1
1
100
22
11
1
1
1
0
75
23
12
1
1
1
0
75
24
20
0
1
1
0
50
25
3
1
1
1
1
100
26
18
1
1
0
0
50
27
24
0
1
1
1
75
28
2
0
1
0
0
25
29
10
1
1
1
1
100
30
27
0
1
0
0
25
31
19
0
0
1
0
25
32
25
1
1
1
1
100
Rumus untuk menentukan kelas interval menggunakan rumus Sturges 100
100
100
100
100
100
100
100
100
75
75
75
25
25
75
75
75
75
100 75 50
a. Rentang (R) R = Nilai tertinggi - Nilai terendah
100 75 50
75 25
100
100
75
75
25
100
101 R = 100 – 25 = 75 b. Menentukan jumlah kelas inteval (K) K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 . 1,50 = 5,9 Dibulatkan jadi 6 c. Menentukan panjang kelas interval (P) P=
R 1 K
P=
75 1 6
= 13,5 Dibulatkan jadi 14
Lampiran 6 Data Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Penyimpulan Tidak Langsung Aspek Analogi Nomor Soal No
Nomor Sampel
16
28
37
40
Nilai
1
1
0
1
1
1
75
2
13
1
1
1
1
100
3
5
0
1
1
0
50
4
21
0
1
1
0
50
5
14
1
0
1
1
75
6
15
1
0
1
1
75
7
16
1
1
1
1
100
8
31
1
1
1
1
100
9
32
1
0
1
1
75
102 10
4
0
0
1
0
25
11
8
0
1
1
0
50
12
23
0
1
1
0
50
13
28
0
0
1
0
25
14
9
0
1
1
0
50
15
30
1
0
1
1
75
16
6
0
0
0
1
25
17
26
1
1
1
0
75
18
7
1
0
0
1
50
19
29
1
0
1
1
75
20
17
0
0
1
1
50
21
22
0
1
1
1
75
22
11
0
1
1
1
75
23
12
0
1
1
1
75
24
20
1
0
1
0
50
25
3
1
0
0
1
50
26
18
0
0
1
0
25
27
24
0
1
1
0
50
28
2
0
0
1
0
25
29
10
0
1
0
0
25
30
27
0
0
1
0
25
31
19
0
0
1
0
25
32
25
0
0
1
0
25
Rumus untuk menentukan kelas interval menggunakan rumus Sturges 100
100
100
75
75
75
75
75
75
50
50 50 50
50
50
50
25
25
25
25
25
25
a. Rentang (R) R = Nilai tertinggi - Nilai terendah R = 100 – 25 = 75
75 50
75 50
25
75 50
25
25
75
103 b. Menentukan jumlah kelas inteval (K) K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 . 1,50 = 5,9 Dibulatkan jadi 6 c. Menentukan panjang kelas interval (P) P=
R 1 K
P=
75 1 6
= 13,5 Dibulatkan jadi 14
Lampiran 7 Data Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Penyimpulan Tidak Langsung Aspek Sebab Akibat Nomor Soal No
Nomor Sampel
10
33
36
38
Nilai
1
1
1
1
1
1
100
2
13
1
1
0
1
75
3
5
1
1
0
1
75
4
21
1
1
0
1
75
5
14
1
1
0
1
75
6
15
1
1
0
1
75
7
16
1
1
0
1
75
8
31
1
1
0
1
75
9
32
1
1
0
1
75
10
4
1
1
0
1
75
11
8
1
1
0
1
75
12
23
1
1
0
1
75
104 13
28
1
1
0
1
75
14
9
1
1
0
1
75
15
30
1
1
0
0
50
16
6
1
1
0
0
50
17
26
1
1
0
1
75
18
7
1
1
0
0
50
19
29
1
1
0
1
75
20
17
1
1
0
1
75
21
22
1
1
0
1
75
22
11
0
1
0
0
25
23
12
0
0
0
0
0
24
20
1
0
0
0
25
25
3
1
1
1
1
100
26
18
1
1
0
1
75
27
24
0
1
0
1
50
28
2
1
1
0
1
75
29
10
0
0
1
0
25
30
27
1
1
0
1
75
31
19
0
1
0
1
50
32
25
0
1
0
0
25
Rumus untuk menentukan kelas interval menggunakan rumus Sturges 100
100
75
75
75
75
25
0
75
75 50
75
75 50
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
50
50
50
25
25
25
a. Rentang (R) R = Nilai tertinggi - Nilai terendah R = 100 – 0 = 100 b. Menentukan jumlah kelas inteval (K)
105 K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 . 1,50 = 5,9 Dibulatkan jadi 6 c. Menentukan panjang kelas interval (P) P=
R 1 K
P=
100 1 6
= 17,6 Dibulatkan jadi 18
Lampiran 8 Data Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Penyimpulan Tidak Langsung Aspek Akibat Sebab Nomor Soal No
Nomor Sampel
7
8
22
27
Nilai
1
1
1
1
1
1
100
2
13
1
1
1
1
100
3
5
1
1
1
1
100
4
21
1
1
1
1
100
5
14
0
1
1
1
75
6
15
0
1
1
1
75
7
16
0
1
1
1
75
8
31
1
1
1
1
100
9
32
1
1
1
1
100
10
4
1
1
1
1
100
11
8
1
1
1
1
100
12
23
1
1
1
1
100
13
28
1
1
1
1
100
14
9
1
1
1
1
100
106 15
30
1
1
1
1
100
16
6
1
1
1
1
100
17
26
1
1
1
1
100
18
7
1
1
1
1
100
19
29
1
1
1
1
100
20
17
0
1
1
1
75
21
22
1
1
0
1
75
22
11
1
1
1
1
100
23
12
1
1
1
1
100
24
20
1
1
1
1
100
25
3
0
0
1
0
25
26
18
0
1
1
1
75
27
24
0
1
1
1
75
28
2
0
1
1
1
75
29
10
1
1
1
1
100
30
27
0
1
1
1
75
31
19
0
1
0
1
50
32
25
0
1
0
1
50
Rumus untuk menentukan kelas interval menggunakan rumus Sturges 100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
75
75
50
25
75
75
75
75
75
75
a. Rentang (R) R = Nilai tertinggi - Nilai terendah R = 100 – 25 = 75 b. Menentukan jumlah kelas inteval (K) K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 . 1,50
75
50
100 100
100 100
107 = 5,9 Dibulatkan jadi 6 c. Menentukan panjang kelas interval (P) P=
R 1 K
P=
75 1 6
= 13,5 Dibulatkan jadi 14
Lampiran 9 Data Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Penyimpulan Tidak Langsung Aspek Silogisme Kategorik Nomor Soal No
Nomor Sampel
2
21
30
32
Nilai
1
1
1
1
1
0
75
2
13
0
1
1
0
50
3
5
1
1
1
0
75
4
21
0
1
1
1
75
5
14
1
1
1
1
100
6
15
1
1
1
1
100
7
16
1
1
1
1
100
8
31
0
1
1
0
50
9
32
1
1
1
1
100
10
4
1
0
1
1
75
11
8
1
1
0
0
50
12
23
0
1
1
0
50
13
28
1
0
1
1
75
14
9
1
1
0
0
50
15
30
0
0
1
1
50
16
6
0
0
1
1
50
17
26
0
0
1
0
25
108 18
7
0
0
1
1
50
19
29
1
1
0
1
75
20
17
0
0
1
0
25
21
22
0
0
1
0
25
22
11
0
1
0
0
25
23
12
0
1
1
0
50
24
20
0
1
0
0
25
25
3
0
0
0
0
0
26
18
0
0
1
0
25
27
24
0
1
0
0
25
28
2
0
1
1
0
50
29
10
0
0
0
0
0
30
27
0
1
1
0
50
31
19
1
1
1
0
75
32
25
0
0
1
0
25
Rumus untuk menentukan kelas interval menggunakan rumus Sturges 100
100
100
100
75
75
50
50
50
50
50 50 50
50
50
25
25
25
0
0
25
25
75 50
75 50
25
a. Rentang (R) R = Nilai tertinggi - Nilai terendah R = 100 – 0 = 100 b. Menentukan jumlah kelas inteval (K) K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 . 1,50 = 5,9 Dibulatkan jadi 6 c. Menentukan panjang kelas interval (P)
75 50
25
25
75
109 P=
R 1 K
P=
100 1 6
= 17,6 Dibulatkan jadi 18
Lampiran 10 Data Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Penyimpulan Tidak Langsung Aspek Silogisme Hipotetik Nomor Soal No
Nomor Sampel
11
18
26
29
Nilai
1
1
1
1
1
1
100
2
13
1
1
1
1
100
3
5
1
0
1
1
75
4
21
0
0
1
1
50
5
14
1
0
1
1
75
6
15
1
0
1
1
75
7
16
0
1
1
1
75
8
31
1
1
1
1
100
9
32
0
0
1
1
50
10
4
1
0
1
1
75
11
8
1
0
1
1
75
12
23
1
0
1
1
75
13
28
1
0
1
1
75
14
9
1
0
1
1
75
15
30
0
0
1
1
50
16
6
1
0
1
1
75
17
26
1
1
1
1
100
18
7
1
0
0
0
25
19
29
0
0
1
1
50
20
17
1
0
1
1
75
21
22
1
1
1
1
100
110 22
11
1
1
1
1
100
23
12
0
0
1
1
50
24
20
1
0
1
1
75
25
3
0
0
1
1
50
26
18
1
0
1
1
75
27
24
0
0
0
1
25
28
2
0
0
1
1
50
29
10
0
0
1
1
50
30
27
0
0
1
1
50
31
19
0
0
1
1
50
32
25
0
0
1
1
50
Rumus untuk menentukan kelas interval menggunakan rumus Sturges 100
100
75
75
50
50
25
25
100 75
50
100 75
50
75
100
75
75
75
75
50 50 50
75
75
50
50
a. Rentang (R) R = Nilai tertinggi - Nilai terendah R = 100 – 25 = 75 b. Menentukan jumlah kelas inteval (K) K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 . 1,50 = 5,9 Dibulatkan jadi 6 c. Menentukan panjang kelas interval (P) P=
R 1 K
75
50 50
50
75
111 P=
75 1 6
= 13,6 Dibulatkan jadi 14
Lampiran 11 Data Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Penyimpulan Tidak Langsung Aspek Silogisme Alternatif Nomor Soal No
Nomor Sampel
9
23
31
39
Nilai
1
1
1
1
1
1
100
2
13
1
1
1
1
100
3
5
1
1
1
1
100
4
21
1
1
1
1
100
5
14
1
1
1
1
100
6
15
1
1
1
1
100
7
16
1
1
1
1
100
8
31
1
1
1
1
100
9
32
1
1
1
1
100
10
4
1
1
1
1
100
11
8
1
1
1
1
100
12
23
1
1
1
1
100
13
28
1
1
1
1
100
14
9
1
1
1
1
100
15
30
1
1
1
1
100
16
6
1
1
1
1
100
17
26
1
1
1
1
100
18
7
1
1
1
1
100
19
29
1
1
1
1
100
20
17
1
0
1
1
75
21
22
1
1
1
1
100
22
11
1
1
1
0
75
23
12
1
1
1
1
100
112 24
20
1
1
1
1
100
25
3
1
1
1
1
100
26
18
1
0
1
1
75
27
24
1
1
1
1
100
28
2
1
0
1
1
75
29
10
0
1
1
1
75
30
27
1
0
1
1
75
31
19
1
0
1
1
75
32
25
0
1
1
1
75
Rumus untuk menentukan kelas interval menggunakan rumus Sturges 100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
50
100
50 50
50
50
a. Rentang (R) R = Nilai tertinggi - Nilai terendah R = 100 – 50 = 50 b. Menentukan jumlah kelas inteval (K) K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 . 1,50 = 5,9 Dibulatkan jadi 6 c. Menentukan panjang kelas interval (P) P=
R 1 K
P=
50 1 6
50
50
100 100 50
100 100
113 = 9,3 Dibulatkan jadi 9
Ekuivalensi Kurang
Rata-rata Penarikan Simpulan
Pembalikan Kurang 88 90
88 Perlawanan Baik
79 79
80 70 60 50
67 58
55 49
65 51
Generalisasi Baik Analogi Kurang Sebab Akibat Cukup
40 30 20 10 0
Akibat Sebab Baik Sekali Silogisme Kategorik Kurang Silogisme Hipotetik Cukup Silogisme Alternatif Baik Sekali
Gambar 4.14 Frekuensi Perbandingan Kemampuan Penarikan Simpulan Peraspek Pada Siswa Kelas XI Semester 2 SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010
114
100 79 80 58
60
Ekuivalensi
49
Pembalikan 40
Perlawanan
20 0 Rata-rata Aspek Penyimpulan Langsung
Gambar 5 Rata-rata Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Aspek Penyimpulan Langsung Siswa Kelas XI SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010
Rata-rata Aspek Penyimpulan Tidak Langsung 100 80 60 40
88
79 55
88
67
65 51
Generalisasi Analogi Sebab Akibat Akibat Sebab
20 0
Silogisme Kategorik Silogisme Hipotetik 1
Silogisme Alternatif
Gambar 13 Rata-rata Kemampuan Penarikan Simpulan dalam Aspek Penyimpulan Tidak Langsung Siswa Kelas XI SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010
115
Tabel 27 Rata-rata Kemampuan Penarikan Simpulan Peraspek Siswa Kelas XI SMA Persada Bandarlampung Tahun Pelajaran 2009/2010 No Indikator 1 Penyimpulan Langsung 2
Aspek a. Ekuivalensi b. Pembalikan c. Perlawanan Penyimpulan Tidak d. Generalisasi Langsung e. Analogi f. Sebab akibat g. Akibat sebab h. S. Kategorik i. S. Hipotetik j. S. Alternatif Rata-rata Penarikan Simpulan
Rata-rata 58 49 79 79 55 67 88 51 65 88 69
116 KARTU KONSULTASI MAHASISWA
Nama NPM Jurusan Program Studi Pembimbing Utama
: Mardawati : 0643041021 : Pendidikan Bahasa dan Seni : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia : Dr. Siti Samhati, M.Pd.
No Hari dan Tanggal Konsultasi 1 Selasa, 15 Desember 2009 2 Selasa, 16 Februari 2010
3 4
Jumat, 19 Februari 2010 Selasa, 13 April 2010
Hal yang dibicarakan Seminar Proposal -
Memperbaiki indikator penilaian yaitu lebih diperjelas mengenai aspek yang harus ditelititi. - Merevisi instrumen soal karena banyak yang kurang tepat. - Memperbaiki latar belakang masalah dan menambah teori pada bab II. Yaitu menambah teori tentang berlogika dalam penarikan simpulan dan lebih dijelaskan lagi pada bab II mengenai paragraf induktif dan deduktif. - Mengubah judul menjadi kemampuan penarikan simpulan. ACC Penelitian -
-
-
Perbaikan bab IV dan V, yaitu memperbaiki tabel hasil penelitian dan gambar grafik diganti menjadi diagram tabung agar telihat jelas. Menambahkan tabel pembahasan mengenai kemampuan penarikan simpulan secara keseluruhan. Menambah saran dalam bab V.
5
Jumat, 16 April 2010
ACC Seminar hasil
6
Jumat, 21 Mei 2010
Seminar Hasil
Paraf
117
No Hari dan Tanggal Konsultasi 7 Selasa, 25 Mei 2010
Hal yang dibicarakan
8
Selasa, 1 Juni 2010
ACC Ujian Kompre
9
Jumat, 18 Juni 2010
Ujian Skripsi
-
Perbaikan gambar grafik Perbaikan EYD dan kutipan
Paraf
118 KARTU KONSULTASI MAHASISWA
Nama NPM Jurusan Program Studi Pembimbing Utama
: Mardawati : 0643041021 : Pendidikan Bahasa dan Seni : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia : Eka Sofia A., S.Pd., M.Pd.
No Hari dan Tanggal Konsultasi 1 Selasa, 15 Desember 2009 2 Selasa, 16 Februari 2010
Hal yang dibicarakan Seminar proposal -
-
3 Jumat, 19 Februari 2010 4
Perbaikan proposal Mengubah latar belakang masalah yiaitu alasannya dilakukan penelitian ini. Memperbaiki tabel indikator pada bab III. Memperhatikan penggunaan EYD yang masih banyak salah.
-
Memperbaiki instrumen
-
Melihat hasil perbaikan bab I, II, dan III
ACC Penelitian
5
Jumat, 19 Februari 2010
-
Memperbaiki bab IV dan V pada hasil dan pembahasan Memperbaiki EYD yang masih salah.
Jumat, 19 Maret 2010 6
Selasa, 27 April 2010 -
Memperbaiki abstrak Memperbaiki gambar grafik pada bab IV Memperbaiki simpulan dan mengganti saran pada bab V Memperbaiki EYD secara keseluruhan
Paraf
119 No Hari dan Tanggal Konsultasi 7 Senin, 3 Mei 2010
Hal yang dibicarakan
8
Jumat, 21 Mei 2010
Seminar hasil
9
Selasa, 25 Mei 2010
10
Selasa, 1 Juni 2010
ACC Ujian Skripsi
11
Jumat, 18 Juni 2010
Ujian Skripsi
ACC Seminar hasil
-
Memperbaiki EYD Memperbaiki abstrak
Paraf