IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA 8 SEMARANG TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh :
NUR ROFIQ NIM. 053111028
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
i
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka telp/ fax (024)7601295, 7615387
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal
Drs. Widodo Supriyono, M. A Pembimbing I
Drs. Abdul Wahid, M. Ag Pembimbing II
ii
Tanda Tangan
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka telp/ fax (024)7601295, 7615387 PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) Eksemplar Hal
Semarang, 17 Juni 2010
: Naskah Skripsi An. Sdr. Nur Rofiq Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah mengadakan koreksi dan perbaikan sepenuhnya, maka bersama ini saya kirimkan naskah saudara: NAMA
: NUR ROFIQ
NIM
: 053111028
JURUSAN
: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JUDUL
: Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang Tahun Ajaran 2009/2010.
Dengan ini kami mohon agar skripsi saudara tersebut dapat diujikan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Widodo Supriyono, M. A NIP. 19591025 198708 1 003
Drs. Abdul Wahid, M. Ag NIP. 19691114 199403 1 003
iii
iv
MOTTO
﴾7 :ﺐ ﴿اﻻﻧﺸﺮاح ْ ﺼ َ ﺖ ﻓَﺎ ْﻧ َ ﻏ ْ َﻓِﺈذَا َﻓ َﺮ ” Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain1 ”
1
Fadhal AR Bafadal, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30, (Jakarta: C.V Pustaka Agung Harapan, 2006), hlm. 902.
v
PERSEMBAHAN Skripsi ini peneliti persembahkan untuk: 1. Ayahanda Muzamil dan Ibunda Rokhaniyah tercinta. 2. Drs. Widodo Supriyono, M.A dan Drs. Abdul Wahid, M. Ag yang telah membimbing dan memberi motivasi yang luar biasa dari awal sampai akhir. 3. Seorang yang sangat istimewa, Jita Risana yang telah memotivasi dan menemaniku selama pembuatan skripsi 4. Keluarga besar Racana Walisongo IAIN Walisongo Semarang. 5. Teman-teman Tim Outbound Choleric Zone 907 6. Kakak-kakak Dewan Kerja Ranting (DKR) Kecamatan Ngaliyan. 7. Para pecinta ilmu pengetahuan yang budiman.
vi
PERNYATAAN Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 17 Juni 2010 Deklarator,
NUR ROFIQ NIM. 053111028
vii
ABSTRAKSI PENELITIAN Nur Rofiq (NIM. 053111028). Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang, bagaimana pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang, dan bagaimana implementasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif (Qualitative Research) dengan metode penelitian deskriptif, kemudian menggunakan triangulasi data untuk validasi. Penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, catatan lapangan, foto, dan dokumentasi untuk mengumpulkan data. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Pembahasan skripsi ini peneliti menggunakan pola fikir yang berangkat dari fakta-fakta yang sifatnya khusus kemudian digeneralisasikan kepada hal-hal yang bersifat umum. Hasil analisis tersebut berupa pemaparan mengenai nilainilai kepribadian meliputi: 1) Matin al-Khuluq yang meliputi kejujuran, amanah, kasih sayang, dan kedisiplinan. 2) Qodirun Ala al-Kasbi dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang dalam bentuk uraian naratif. Hasil penelitian ini adalah nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang yaitu nilai-nilai pendidikan kepribadian yang meliputi: Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) dan Qodirun Ala Al-Kasbi (Kemampuan Untuk Berusaha Sendiri/Mandiri). Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang yang dilakukan di ruang Bimbingan dan Konseling. Implementasi dari nilai Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) ditekankan pada kejujuran, amanah, kasih sayang, dan kedisiplinan. Sedangkan implementasi dari Qodirun Ala Al-Kasbi (Kemampuan Untuk Berusaha Sendiri/Mandiri) penekananya pada kegiatan koperasi sekolah yang kemudian dikembangkan oleh peserta didik dengan berjualan pulsa dan berjualan di kelas. Selanjutnya, semoga penelitian ini diharapkan menjadi khazanah dan masukan bagi pengelola SMA Negeri 8 Semarang, bahan informasi sivitas akademika dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
viii
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan atas segala nikmat dan karunia Allah SWT yang telah diberikan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang Tahun Ajaran 2009/2010 tanpa halangan sesuatu apapun. Shalawat salam peneliti sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Beliau adalah orang yang diutus untuk menyempurnakan akhlak. Mudah-mudahan kita bisa mencontoh akhlak yang telah beliau praktikan. Semoga kita diakui sebagai ummat yang akan mendapatkan syafaatnya di hari pembalasan. Peneliti menyadari bahwa penelitian karya ilmiah bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi merupakan pekerjaan yang menuntut keseriusan, kejelian, pikiran, dan waktu yang cukup serta bantuan dari beberapa pihak yang bersifat materil maupun spiritual. Atas bantuan, bimbingan, dan kritik yang konstruktif yang telah diberikan, Peneliti sampaikan terima kasih. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Drs. Widodo Supriyono,M.A dan Drs. Abdul Wahid, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan tenaga dan pikiran serta waktu luangnya untuk memberikan bimbingan, dan kritikan yang konstruktif demi terselesaikanya karya ilmiah ini. 3. Drs. Haryoto,M. Ed selaku kepala SMA Negeri 8 Semarang yang telah memberikan ijin kepada Peneliti untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 8 Semarang. 4. Bapak Muzamil dan Ibu Rokhaniyah dan adikku Sohirin tercinta yang senantiasa mendukung, membimbing, dan mendoakan selama masuk kuliah.
ix
5. Kakak-kakak Dewan dan anggota Racana Walisongo IAIN Walisongo Semarang, pengurus BIRAWA, teman-teman Choleric Zone 907, serta Dewan Kerja Ranting Ngaliyan yang telah berpacu bersama dalam meraih cita-cita dan membina tunas-tunas muda harapan bangsa. 6. Sahabat-sahabat yang telah membantu dan meluangkan waktunya untuk sharing idea. Tidak ada kata yang dapat peneliti ucapkan selain terima kasih atas bantuan yang telah diberikan, semoga Allah SWT membalas jasa dan amalnya dengan balasan yang setimpal. Akhirnya, tiada gading yang tak retak, peneliti menyadari bahwa dalam karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang konstruktif dari para pembaca senantiasa peneliti harapkan demi perbaikan dan kebaikan. Semoga Allah SWT meridhai dan memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan sivitas akademika pada umumnya. Terima kasih. Semarang, 17 Juni 210 Peneliti
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii HALAMAN SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................... iii HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iv HALAMAN MOTTO ................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi DEKLARASI ................................................................................................. vii KATA PENGANTAR................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................. x ABSTRAKSI ................................................................................................. xiii
BAB I :
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Penegasan Istilah ................................................................... 4 C. Rumusan Masalah ................................................................. 6 D. Tujuan Penelitian .. ................................................................ 7 E. Kajian Pustaka ....................................................................... 7 F. Metode Penelitian .................................................................. 9
BAB II : NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING A. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam ..................................... 15 1. Pengertian Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA.. 15 2. Dasar Pendidikan Agama Islam di SMA ........................ 17 3. Fungsi Pendidikan Agama Islam di SMA ....................... 20 4. Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMA ...................... 21 5. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA ................. 22 B. Bimbingan dan Konseling di SMA .. ..................................... 26 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ............................. 26 2. Tujuan Bimbingan dan Konseling di SMA ..................... 29
xi
3. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA ............ 31 4. Jenis Bimbingan dan Konseling di SMA ........................ 34 5. Bentuk Bimbingan dan Konseling di SMA ..................... 36 C. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA ....................................... 36 1. Implementasi nilai kepribadian Muslim dalam Bimbingan dan Konseling ................................................................. 37 2. Implementasi Qadirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri) ............................. 41 BAB III: LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Kondisi Umum SMA Negeri 8 Semarang ............................ 43 1. Letak Geografis ............................................................... 43 2. Tinjauan Historis ............................................................. 43 3. Struktur Organisasi .......................................................... 44 4. Keadaan Guru, Karyawan, dan Peserta Didik ................. 46 a. Keadaan Guru ............................................................ 46 b. Keadaan Karyawan ................................................... 46 c. Keadaan Peserta Didik .............................................. 47 5. Sarana dan Prasarana ....................................................... 47 B. Kondisi Khusus tentang Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam..48 1. Nilai Pendidikan Kepribadian Muslim ............................ 48 a. Matin al-Khuluq ........................................................ 48 b. Qadirun Ala al-Kasbi ................................................ 52 C. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang ........ ....................................................................... . 53 D. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang ...... 57 1. Nilai Marin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) ................ 57 2. Nilai Qadirun ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri) ............................................................. 60
xii
BAB IV: ANALISIS DATA A. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam (Nilai Pendidikan Kepribadian Muslim) di SMA Negeri 8 Semarang ............... 62 B. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang ........ ....................................................................... 69 C. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang ....... 74
BAB V :
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 76 B. Saran-saran ........................................................................... 77 C. Penutup .................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
.
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cultural transition (transisi kebudayaan) yang bersifat dinamis ke arah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan) maka pendidikan dianggap sebagai suatu jembatan yang sangat vital untuk membangun kebudayaan dan peradaban bagi manusia. Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.1 Pendidikan Islam adalah pendidikan yang melatih sensibilitas muridmurid, sehingga dalam perilaku mereka terhadap kehidupan, langkah-langkah dan keputusan, begitu pula pendekatan mereka terhadap semua ilmu pengetahuan, diatur oleh nilai-nilai etika Islam yang sangat dalam dirasakan.2 Menurut Ahmad D. Marimba, dalam bukunya Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi mengatakan Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain, sering dikatakan oleh Ahmad D. Marimba dengan istilah “kepribadian muslim”, yakni kepribadian yang memiliki nilai-nilai pendidikan Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam.3 Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang di dalamnya ada pembinaan, pengarahan, dan pengembangan pola pikir peserta didik, sehingga terampil dalam memecahkan berbagai problematika yang dihadapinya. Oleh karena itu, seorang pendidik harus bertanggung jawab penuh untuk memenuhi
1
Umar Tirtarahardja dan La Sulo, Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), Cet. II, hlm. 33. 2 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006), Cet. 1, hlm. 2930. 3 Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam I (IPI), (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. I, hlm. 9.
2
seluruh kebutuhan para peserta didik, baik kebutuhan spiritual, intelektual, moral, estetika maupun kebuhan fisik peserta didik. Adanya Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 8 Semarang diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang selalu berupaya menyempurnakan iman, taqwa dan akhlak serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. SMA Negeri 8 Semarang sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan. SMA Negeri 8 Semarang juga merupakan tumpuan harapan para orang tua, peserta didik dan warga masyarakat guna memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap dan sifat-sifat kepribadian utama sebagai sarana pengembangan karir, peningkatan status sosial, dan bekal hidup lainya didunia dan akhirat. Pendidikan yang baik dan ideal hendaknya mencakup 3 (tiga) bidang dalam pendidikan sekolah, yaitu bidang pimpinan sekolah (kepala sekolah), bidang pengajaran (guru bidang studi) dan bidang pendidik (guru bimbingankonseling). Ketiga bidang tersebut harus bekerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah. Begitu juga yang dilakukan di SMA Negeri 8 Semarang, kepala sekolah, guru bidang studi dan guru Bimbingan dan Konseling bekerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah. Guru mempunyai beberapa peran, yaitu: guru sebagai mediator kebudayaan, guru sebagai mediator dalam belajar, guru sebagai pembimbing, guru sebagai mediator antar sekolah dan masyarakat, guru sebagai penegak disiplin, guru sebagai administrator dan pengelola kelas dan guru menjadi anggota suatu profesi.4 Untuk melaksanakan tugas tersebut, guru tidak dapat meninggalkan aspek bimbingan. Dengan demikian, pelayanan Bimbingan dan 4
Eddy Hendrarno, SU,dkk., Bimbingan dan Konseling, (Semarang: Swadaya Manunggal Semarang,2003), Cet. III, hlm. 14
3
Konseling di sekolah bukanlah merupakan usaha yang dicari-cari, akan tetapi merupakan kegiatan yang harus ada. Guru Bimbingan dan Konseling hendaknya menguasai kompetensi dasar yang meliputi pemahaman, penghayatan dan ketrampilan yang baik dalam melaksanakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dalam bidang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Dalam melaksanakan program bimbingan di sekolah terdapat berbagai komponen. Komponen yang dimaksud adalah saluran-saluran untuk melayani peserta didik, tenaga-tenaga bimbingan atau kependidikan lain, serta orang tua peserta didik. Guru Bimbingan dan Konseling juga tidak boleh berperan sebagai “polisi sekolah”, akan tetapi guru Bimbingan dan Konseling harus tampil sebagai seorang teman yang siap membuka diri terhadap persoalan peserta didik tanpa disertai prasangka negatif. Dalam Bimbingan dan Konseling tersebut terdapat suatu proses yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Karena bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan terencana, yang terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Pendidikan dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembinaan peserta didik, dalam hal ini Pendidikan Agama Islam dijadikan sebagai proses pembentukan kepribadian peserta didik secara sitematis dan sistemik, salah satunya yaitu dengan Bimbingan dan Konseling, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan dan Konseling dapat dijadikan sebagai alat dalam pembentukan moral peserta didik, karena didalam Bimbingan dan Konseling terdapat nilai-nilai Pendidikan Agama Islam, yakni nilai-nilai pendidikan keimanan, nilai pendidikan kepribadian, dan nilai-nilai pendidikan sosial. Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang juga merupakan upaya guru Bimbingan dan Konseling untuk memberikan bantuan atau pelayanan kepada peserta didik, khususnya yang mengalami kesulitan belajar tanpa terlepas dari pengembangan potensi yang dimiliki peserta didik.
4
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang tahun ajaran 2009/2010 tidak dilakukan dalam pertemuan di kelas (pembelajaran), akan tetapi dilakukan di ruang Bimbingan dan Konseling Dipilihnya SMA Negeri 8 Semarang, selain letaknya yang berdekatan dengan IAIN Walisongo Semarang, alasan lain karena di lembaga pendidikan ini belum pernah ada yang meneliti tentang Implementasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling.
B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan pengertian serta memberikan gambaran yang jelas terhadap judul skripsi ini, maka perlu adanya penegasan istilah atau pengertian, yakni sebagai berikut. 1. Implementasi Implementasi
adalah
pelaksanaan,
penerapan.5
Yakni,
pelaksanaan/penerapan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam (nilai-nilai pendidikan kepribadian Muslim) dalam melaksanakan kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang. 2. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Menurut Sidi Gazalba yang dikutip oleh Chabib Thoha, Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda kongkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki.6 Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Quran dan Hadits, melalui kegiatan
5
Hoetomo, M.A., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mitra Pelajar, 2005),
hlm. 196 6
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),
hlm. 61
5
bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.7 Di SMA Negeri 8 Semarang Pendidikan Agama Islam juga merupakan Mata Pelajaran (Mapel) yang diberikan selama 2 jam pelajaran dalam satu minggu. Jadi, nilai-nilai Pendidikan Agama Islam adalah sifat-sifat atau halhal yang melekat pada Pendidikan Agama Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup yaitu pengabdian diri kepada Allah SWT. 3. Bimbingan dan Konseling Menurut Donald G Mortensen dan Alan M. Schmuller, dalam bukunya Achmad Juntika Nurihsan dikemukakan bahwa bimbingan adalah pelayanan dari staf agar tiap-tiap individu dapat mengembangkan sepenuhnya kemampuan-kemampuanya dan kapasitas-kapasitasnya dalam kerangka gagasan demokratis.8 Prayitno dan Ernan Amti, mengemukakan bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi.9 Jadi, Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, serta mengatasi masalah-masalah pribadi, sosial, belajar dan karir, melalui berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.
7Abdul Aziz, “Pendidikan Agama Islam Untuk Hidup Yang Lebih Bermakna”, http://islamblogku.blogspot.com/2009/07/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-agama_1274.html, hlm. 1 8 Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Bandung: PT. Refika aditama, 2007), cet II, hlm. 7. 9 Eddy Hendrarno, dkk., Ibid., hlm. 25.
6
4. SMA Negeri 8 Semarang SMA Negeri 8 Semarang adalah salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri yang berdiri pada tanggal 3 September 1979 berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan Republik Indonesia No. 0188/0/1070 dengan No. Induk sekolah 530, nomor statistik 301036301008 dan berlokasi di Kelurahan Tambak Aji, Kecamatan Ngaliyan, Semarang. SMA Negeri 8 Semarang ini merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bernaung dibawah Depdiknas dan bukan termasuk lembaga pendidikan yang bercorak agama, sehingga keberagamaan peserta didik yang berada di SMA Negeri 8 Semarang berdasarkan agamanya terbagi dalam beberapa komunitas yaitu Islam, Kristen, Katolik dan Hindu.10 SMA ini Peneliti jadikan sebagai objek penelitian guna melengkapi data dalam penyusunan skripsi. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengangkat judul “Implementasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang Tahun Ajaran 2009/2010”, yang di fokuskan pada nilai Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh), dan Qodirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri).
C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apa saja nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 8 Semarang? 2. Bagaimanakah pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang? 3. Bagaimanakah implementasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang? 10
Tim PPL SMA Negeri 8 Semarang, Laporan Praktik Pengalaman Lapangan Semester Gasal Tahun Akademik 2008/2009,(Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo semarang, 2009), hlm. 7.
7
D. Tujuan Penelitian Mengacu kepada permasalahan yang ada dalam rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 8 Semarang. 2. Mengetahui pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang. 3. Mengetahui implementasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang.
E. Kajian Pustaka Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil penelitian yang dilakukan seseorang dalam bentuk karya ilmiah yang membahas persoalan yang sama, maka sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini peneliti perlu menampilkan beberapa penelitian yang telah dilakukan. Dari sini akan peneliti jadikan sebagai sandaran teori dan sebagai perbandingan dalam mengupas berbagai permasalahan. Sehingga memperoleh hasil penemuan baru yang benar-benar otentik, diantaranya peneliti paparkan sebagai berikut: Pertama, penelitian saudara Dwi Sulistyowati (3102131) ”Studi tentang pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dan implikasinya terhadap pemecahan masalah peserta didik di MAN Kendal”. Peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu bagian dari tercapaianya tujuan pendidikan yang diinginkan. Begitu juga pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di MAN Kendal, membantu peserta didik dalam membina kepribadian dan memecahkan masalah serta mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Alla SWT, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dengan berlandaskan pada syariat Islam.11 Penelitian tersebut berfokus pada 11
Dwi Sulistyowati (3102131), ”Studi tentang Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dan Implikasinya terhadap Pemecahan Masalah Peserta Didik di MAN Kendal”, skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2006)
8
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dan implikasinya terhadap pemecahan masalah pribadi peserta didik di MAN Kendal. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh saudara Dwi Ayu Ningrum (15.204.0784) ”Implementasi nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Bimbingan dan Konseling (studi kasus pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi kesulitan belajar PAI siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang)”, dalam analisisnya peneliti menyimpulkan bahwa nilai-nilai Pendidikan Islam yang dapat dikembangkan melalui Bimbingan dan Konseling yakni nilai-nilai pendidikan aqidah, nilai-nilai pendidikan akhlak, dan nilai-nilai pendidikan ibadah.12 Bimbingan dan Konseling juga memiliki fungsi membina peserta didik agar menjadi manusia yang berwatak dan berbudi pekerti luhur, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ketiga, penelitiaan yang dilakukan oleh Winarsih (3197014) ”Keaktifan konseli dalam Bimbingan dan Konseling pengaruhnya terhadap kemampuan peserta didik dalam mengatasi masalah di SMU Negeri Subah Batang”, dalam penelitian tersebut peneliti banyak menyoroti kinerja guru Bimbingan dan Konseling dalam melaksanakan pelayanan terhadap peserta didik.13 Penelitian yang dilakukan saudara Dwi Sulistyowati berfokus pada pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dan implikasinya terhadap pemecahan masalah pribadi peserta didik di MAN Kendal. Penelitian saudara Dwi Ayu Ningrum menghasilkan nilai-nilai pendidikan aqidah, nilai-nilai pendidikan akhlak, dan nilai-nilai pendidikan ibadah. Sedangkan Penelitian yang dilakukan saudara Winarsih berfokus pada kinerja guru Bimbingan dan Konseling dalam melaksanakan pelayanan terhadap peserta didik. 12
Dwi Ayu Ningrum (15.204.0784) ”Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Bimbingan dan Konseling (Studi Kasus Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kesulitan Belajar PAI Siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang)”, skripsi Fakultas Tarbiyah Universitas Sultan Agung, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah,2008). 13 Winarsih (3197014), “Keaktifan Konseli dalam Bimbingan dan Konseling Pengaruhnya terhadap Kemampuan Peserta Didik dalam Mengatasi Masalah di SMU Negeri Subah Batang”, skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2001).
9
Penelitian ini akan berfokus pada nilai-nilai Pendidikan Agama Islam, yakni nilai Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh), dan Qodirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri). Inilah yang membedakan karya tersebut dengan skripsi ini, sehingga sekripsi ini perlu ditulis.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan penelitian Penelitian
ini
merupakan
penelitian
kualitatif
(Qualitative
Research), yaitu penelitian yang mendiskripsikan dan menjelaskan suatu fenomena, tingkah laku sosial, yang merupakan turunan filosofi fenomenologi. Artinya, Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang akurat serta objektif tentang nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang. Adapun objek dari penelitian ini yang pertama, SDM (Sumber Daya Manusia) yang meliputi kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam (PAI), guru Bimbingan dan Konseling, dan peserta didik di SMA Negeri 8 Semarang. Kedua, Sarana dan prasarana, yang meliputi bangunan fisik dan fasilitas gedung SMA Negeri 8 Semarang. 2. Fokus Penelitian a. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 8 Semarang Berdasarkan Pra-riset pada hari Sabtu tanggal 23 Januari 2010, nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling yang ada di SMA Negeri 8 yaitu, nilai-nilai pendidikan kepribadian, nilai pendidikan sosial dan nilai-nilai pendidikan karir14. Dalam penelitian ini, peneliti akan berfokus pada nilai pendidikan kepribadian Muslim yaitu: Matin al-Khuluq (Akhlak yang
14
Hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam (PAI), Ibu Maftuchah, sabtu, 23 Januari 2010 di ruang Guru.
10
Kokoh), dan Qodirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri).15 b. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang tahun ajaran 2009/2010 dilaksanakan di ruang Bimbingan dan Konseling.16 Peserta didik datang ke ruang Bimbingan dan Konseling dengan kesadarannya sendiri untuk mengutarakan permasalahan yang sedang dihadapinya ataupun mencari informasi yang dibutuhkannya. Ada juga yang dipanggil oleh guru Bimbingan dan Konseling, karena peserta didik tersebut melanggar peraturan sekolah atau tidak masuk sekolah tanpa ada keterangan yang jelas. 3. Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber pertama.17 Data primer tersebut diperoleh melalui guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), guru Bimbingan dan Konseling, kepala sekolah, dan peserta didik18 mengenai: 1) Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 8 Semarang. Yaitu tentang Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh), dan Qodirun
Ala
al-Kasbi
(Memiliki
Kemampuan
Usaha
Sendiri/Mandiri). 2) Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang. Karena tahun ajaran 2009/2010 Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang tidak dilaksanakan dalam
15
Tim Dakwatuna, “Kepribadian Muslim”, http://www.dakwatuna.com/2007/kepribadianmuslim/, hlm. 1. diunduh pada tanggal 2 Mei 2010. 16 Hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling, Ibu Ganeviani (Koord. Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang), sabtu, 23 Januari 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling. 17 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1993), hlm. 93. 18 Peserta yang dimaksud peneliti adalah peserta didik yang pernah menggunakan jasa pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang pada tahun ajaran 2009/2010.
11
pertemuan di ruang kelas (pembelajaran), akan tetapi dilakukan di ruang Bimbingan dan Konseling. 3) Implementasi
nilai-nilai
Pendidikan
Agama
Islam
dalam
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang. Yakni tentang implementasi nilai pendidikan kepribadian Muslim, khususnya tentang Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh), dan Qodirun
Ala
al-Kasbi
(Memiliki
Kemampuan
Usaha
Sendiri/Mandiri). b. Data Sekunder Data sekunder adalah data penunjang dalam bentuk dokumendokumen yang diperoleh dari tangan kedua.19 Data sekunder ini berupa dokumen-dokumen dan monografi SMA Negeri 8 Semarang yang akan diperoleh melalui wakil kepala sekolah SMA Negeri 8 Semarang. 4. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data, yaitu: a. Metode Observasi Observasi yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai fenomena yang terjadi.20 Obsevasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan pengamatan dan pencatatan. Tujuan dari observasi ini adalah mengerti ciri-ciri dan interelasi tingkah laku manusia pada fenomena sosial yang komplek. Observasi partisipatif merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini. Observasi berguna dalam memahami dan memaknai atas suatu kejadian/fenomena pada situasi yang tampak serta kemungkinan-kemungkinan yang ada dibalik keadaan tersebut. 19
Ibid., hlm. 93 Margono, Metodologi Penelitian,(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 10
20
12
Metode ini digunakan secara langsung untuk berinteraksi dengan kegiatan dan peristiwa alami yang terjadi di SMA Negeri 8 Semarang yang berkaitan dengan nilai-nilai Kepribadian Muslim, yakni Matin al-Khuluq dan Qodirun Ala al-Kasbi dalam Bimbingan dan Konseling, serta untuk mengetahui keadaan fisik SMA Negeri 8 Semarang. b. Metode Wawancara (interviu) Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan.21 Ciri utama wawancara adalah kontak langsung dan tatap muka antara pencari informasi dan sumber informasi. Peneliti akan menggunakan wawancara terbuka yang mulamula menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah berstruktur kemudian satu persatu diperjelas dalam mengorek keterangan lebih lanjut, dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variable dengan keterangan yang lengkap dan mendalam. Metode ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang rinci tentang nilai pendidikan kepribadian Muslim khususnya tentang Matin al Khuluq (Akhlak yang Kokoh), dan Qodirun Ala alKasbi
(Memiliki
Kemampuan
Usaha
Sendiri/Mandiri)
dalam
Bimbingan dan Konseling secara lengkap dan mendalam. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, notulen, data peserta didik, agenda, program Bimbingan dan Konseling dan sebagainya22. Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang letak geografis, tinjauan historis, keadaan guru, keadaan karyawan,
21
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 236. 22 Ibid., hlm. 236.
13
keadaan peserta didik, sarana dan prasarana sekolah serta data-data lain yang bersifat dokumen. 5. Teknik Analisis Data Analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu: wawancara, pengamatan yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, hasil rekaman dan hasil observasi. Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil wawancara, observasi dan data lain yang relevan untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti. Dalam menganalisis data, Peneliti menggunakan metode analisis deskriptif23 tentang nilai-nilai Pendidikan kepribadian Muslim (Matin alKhuluq dan Qodirun Ala al-Kasbi) dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang, dengan demikian laporan penelitian ini akan digambaran dalam bentuk kata-kata yang akhirnya dapat disimpulkan. Setelah data terkumpul maka tiga komponen analisis (reduksi data24, sajian data dan penarikan simpulan) berinteraksi. Data tersebut berasal dari transkip interviu, hasil observasi, catatan lapangan, foto, dokumentasi pribadi, dan dokumen resmi lainnya.25 Data yang diperoleh dari penelitian sifatnya masih komplek dan rumit direduksi, maka peneliti akan merangkum dan memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dan membuang hal-hal yang tidak perlu. Karena data yang akan diinvestigasi itu merupakan fenomena yang sama dan bersifat kompleks dan rumit, maka peneliti perlu menggunakan analisis triangulasi26 untuk menganalisis seperangkat data yang sama untuk tujuan validasi. 23
Metode Analisis Deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan suatu gejalah, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. 24 Reduksi data adalah proses pemilihan atau pengurangan, penyederhanaan, dan pentransformasian data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. 25 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif Ancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), cet. I, hlm. 51. 26 Triangulasi adalah aplikasi studi yang menggunakan multimetode untuk menelaah fenomena yang sama.
14
Data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang berisi tentang nilai pendidikan kepribadian Muslim (Matin al-Khuluq, dan Qodirun Ala al-Kasbi) akan direduksi. Dari hasil reduksi akan disajikan atau didisplay kedalam bentuk yang mudah dipahami, biasanya penyajian ini berbentuk naratif, table, atau grafik. Kemudian Peneliti menganalisis data tersebut dan menyusunya dalam bentuk aslinya. Hal ini dilakukan untuk menelaah satu persatu pertanyaan apa, dan bagaimana. Dengan demikian penelitian ini tidak memandang sesuatu itu sudah demikian adanya27. Untuk membuat kesimpulan, Peneliti menggunakan metode induktif yaitu suatu metode pengambilan keputusan dengan menggunakan pola fikir yang berangkat dari fakta-fakta yang sifatnya khusus kemudian digeneralisasikan kepada hal-hal yang bersifat umum28. Hasil analisis tersebut akan berupa pemaparan mengenai nilai-nilai kepribadian Muslim, yakni Matin al-Khuluq, dan Qodirun Ala al-Kasbi dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang dalam bentuk uraian naratif.
27
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.4. 28 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1997), Jilid I, hlm. 42.
BAB II NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING A. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA a. Pengertian Nilai Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, nilai berarti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.1 Dalam hal ini adalah mutu seseorang setelah berproses dalam dunia pendidikan.
Khususnya
yang
berkaitan
dengan
kepribadian.
Kepribadian diartikan sebagai suatu organisasi yang dinamis didalam individu dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan penyesuaianpenyesuaian yang unik terhadap lingkunganya.2 Menurut Milton Rokeach dan James Bank, nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam lingkup sistem kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan.3 Jadi, dapat diketahui bahwa nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, bisa diukur akan tetapi tidak bisa tepat, merupakan sesuatu yang bermanfaat bagi manusia sebagai acuan tingkah laku yang bersumber pada hati (perasaan). b. Pengertian Pendidikan Agama Islam Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) bahwa yang dimaksud pendidikan adalah sebagai berikut. 1
Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet. I, hlm. 963. 2 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), hlm. 47. 3 Ibid., hlm. 60.
15
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.4 Ahmad D. Marimba merumuskan pengertian Pendidikan Agama Islam sebagai bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukumhukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.5 Dengan pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan kepribadian yang didalamnya terdapat nalainilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. Kepribadian itu tidak hanya terdiri atas jasmani dan rohani saja, akan tetapi mencakup semua kegiatan badan dan mental yang menyatu kedalam kesatuan pribadi yang berbeda dalam individu. Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara komprehensif.6 Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar memahami ajaran
agama
Islam
(knowing),
terampil
melakukan
atau
mempraktekkan ajaran agama Islam (doing), dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari (being).7
4
Tim Redaksi Fokusmedia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nomor 20 Tahun 2003), (Bandung: Fokusmedia, 2003), cet. II, hlm. 3. 5 Starawaji, “Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut Berbagai Pakar”, http://starawaji.wordpress.com/2009/05/02/pengertian-pendidikan-agama-islam-menurut-berbagaipakar/, hlm. 1. diambil pada tanggal, 1 Januari 2010. 6
Ibid. Abdul aziz, “Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama Islam”, http://islamblogku.blogspot.com/2009/07/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-agama_1274.html, hlm. 1. diambil pada tanggal 1 Januari 2010. 7
16
Dari beberapa pengertian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam yaitu usaha sadar dan terencana yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam secara menyeluruh melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Jadi, dapat dipahami bahwa nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yaitu sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada Pendidikan Agama Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup yaitu pengabdian diri kepada Allah SWT. 2. Dasar Pendidikan Agama Islam di SMA Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang di sengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan agama Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan bagi semua kegiatan didalamya. Dasar Pendidikan Agama Islam menurut Zuhairini, dkk. dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu: a. Segi Religius Yang dimaksud dengan dasar religius agama dalam uraian ini, adalah dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA yang bersumber dari ajaran agama Islam. 1) Al-Qur’an Secara lengkap al-Qur`an didefinisikan sebagai firman Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah, Muhammad SAW, melalui ruh al-Amin (Jibril) dengan lafal-lafalnya yang berbahasa arab dan maknanya yang benar, dijadikan sebagai undang-undang bagi manusia dan memberi petunjuk kepada mereka, serta menjadi
17
sarana ibadah kepada Allah SWT bagi orang yang membacanya.8 Terhimpun dalam sebuah mushaf yang diawali dengan surat alFatihah dan diakhiri dengan surat al-Naas, diturunkan dengan jalan mutawatir baik secara lisan maupun tulisan dari generasi kegenerasi, dan ia terpelihara dari berbagai perubahan atau pergantian. Dasar religius Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut: a) Dalam Q.S al-Nahl:125
ﺴ َﻨ ِﺔ َوﺟَﺎ ِد ْﻟ ُﻬ ْﻢ َﺤ َ ﻈ ِﺔ ا ْﻟ َﻋ ِ ﺤ ْﻜ َﻤ ِﺔ وَا ْﻟ َﻤ ْﻮ ِ ﻚ ﺑِﺎ ْﻟ َ ﻞ َر ﱢﺑ ِ ﺳﺒِﻴ َ ع ِإﻟَﻰ ُ ا ْد ﺳﺒِﻴِﻠ ِﻪ َ ﻦ ْﻋ َ ﻞ ﺿﱠ َ ﻦ ْ ﻋَﻠ ُﻢ ِﺑ َﻤ ْ ﻚ ُه َﻮ َأ َ ن َر ﱠﺑ ﻦ ِإ ﱠ ُﺴ َﺣ ْ ﻲ َأ َ ﺑِﺎﱠﻟﺘِﻲ ِه ﻦ َ ﻋَﻠ ُﻢ ﺑِﺎ ْﻟ ُﻤ ْﻬ َﺘﺪِﻳ ْ َو ُه َﻮ َأ Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah9 dan pelajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.10 b) Dalam Q.S Ali Imran: 104
ف ِ ن ﺑِﺎ ْﻟ َﻤ ْﻌﺮُو َ ﺨ ْﻴ ِﺮ َو َﻳ ْﺄ ُﻣﺮُو َ ن ِإﻟَﻰ ا ْﻟ َ ﻦ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ ُأ ﱠﻣ ٌﺔ َﻳ ْﺪﻋُﻮ ْ َو ْﻟ َﺘ ُﻜ ن َ ﻚ ُه ُﻢ ا ْﻟ ُﻤ ْﻔِﻠﺤُﻮ َ ﻦ ا ْﻟ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮ َوأُوَﻟ ِﺌ ِﻋ َ ن َ َو َﻳ ْﻨ َﻬ ْﻮ Dan hendaknya di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menerus kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar: merekalah orang-orang yang beruntung.11 2) As-Sunnah 8
Abu Aufa, “Mukhtashar Ulumil-Qur’an”, http://alilmu.wordpress.com/2007/04/13/mukhtashar-ulumil-quraan/, hlm. 1. diambil pada tanggal 3 Mei 2010. 9
Dengan cara hikmah maksudnya yaitu dengan perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil. 10 Fadhal AR Bafadal, Al-Qur’an dan Terjemahnya Jus 1-30, (Jakarta: C.V Pustaka Agung Harapan, 2006), hlm. 383. 11 Ibid., hlm. 79.
18
As-Sunnah menurut istilah syari'at ialah segala sesuatu yang bersumber dari Rosulullah Muhammad SAW dalam bentuk qaul (ucapan), fi'il (perbuatan), taqrir (penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri (pensyariatan) bagi orang Islam. Seperti Hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dalam kitab Shahih Bukhari Juz III.
ﺑﻠﻐﻮا: ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ ﺑﻦ ﻋﻤﺮو ان اﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﻞ 12
(ﻋﻨﻰ وﻟﻮ اﻳﺔ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎ رى
Dari Abdullah bin ‘Amr, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sampaikanlah apa yang kamu dapat dari ku (ajaranku) kepada orang lain walapun hanya satu ayat.” (HR. Bukhari).
b. Dasar Yuridis/Hukum 1) Dasar ideal, yaitu Pancasila, sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. 2) Dasar konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi : 1). Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa; 2). Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu.13 3) Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang standar kompetensi lulusan dan standar isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah.14 c. Aspek Psikologis 12
Imam Bukhari, Shahih Bukhari Juz III, (Birut Lebanon: Darul Kutub al Ilmiah, 1992), hlm. 500. 13 Dedy GNR., UUD 1945 Amandemen Plus Profil Lembaga Pemerintah (MPR, DPR, DPD, BPK, MA, Kementerian, dll ), (Jakarta: Pustaka Widyatama, 2010), cet. I, hlm. 20-21. 14 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008 Tentang Standar kompetensi lulusan dan standar isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, http://nhidayat62.files.wordpress.com/2009/08/permenag-no2-th2008.pdf., diunduh pada tanggal 11 Mei 2010.
19
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek psikis/kejiwaan
seseorang
dalam
kehidupan
bermasyarakat.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Zuhairini dkk. Bahwa setiap manusia membutuhkan adanya pegangan hidup, dalam hal ini adalah agama. Mereka merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui
adanya
Dzat
yang
Maha
Kuasa,
tempat
mereka
mengabdikan diri serta tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan-Nya. 3. Fungsi Pendidikan Agama Islam di SMA Hasan Langgulung menyatakan bahwa Pendidikan Agama Islam memiliki beberapa fungsi, yaitu: a. Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang.15 Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup (survival) dalam bermasyarakat. b. Memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda. c. Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (survival) suatu masyarakat peradaban.16 Dari beberapa fungsi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi dari Pendidikan Agama Islam adalah sebagai media untuk mentransformasikan ilmu-ilmu Pendidikan Agama Islam kepada peserta didik, agar dapat memegang peranan yang penting di masyarakat. 4. Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMA Dalam
standar
kompetensi
dan
kompetensi
dasar
tingkat
SMA/MA/SMK/MAK disebutkan bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Islam yaitu pertama untuk menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, 15
Haries, “Pendidikan Agama Islam”, http://haries3.wordpress.com/2009/12/10/pendidikan-agama-islam/, hlm. 1 diambil pada tanggal 7 April 2010. 16 Ibid.
20
pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam secara menyeluruh sehingga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Kedua, Mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, pengamalan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang terus berkembang dalam hal keimanan dan ketaqwaannya dalam berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.17 Para ahli mengemukakan pendapatnya tentang tujuan Pendidikan Agama Islam sebagai berikut: Imam al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membina insan paripurna yang bertaqarrub kepada Allah SWT, sejahtera dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.18 Ahmad D. Marimba mengemukakan dua macam tujuan Pendidikan Agama Islam, yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir. Tujuan sementara, yaitu sasaran sementara yang harus dicapai oleh peserta didik dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam di sekolah. Berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, dan ilmuilmu lainnya dapat dicapai. Tujuan akhir, yaitu terwujudnya kepribadian Muslim yang mencakup aspek-aspeknya untuk merealisasikan atau menceminkan ajaran agama Islam. Sedangkan Zakiah Daradjat membagi tujuan Pendidikan Agama Islam menjadi 4 (empat) macam. Pertama, tujuan umum yaitu tujuan yang 17
Ibid.
18
Starawaji, loc.cit. 21
akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Kedua, tujuan akhir yaitu tercapainya wujud insan kamil.19 Ketiga, tujuan sementara yaitu tujuan yang akan dicapai setelah anak diberi sejumlah pengalaman dan pengetahuan tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Keempat, tujuan operasional yaitu tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.20 Dari beberapa pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam disekolah adalah pertama, membina dan memupuk
akhlak
al-Karimah.
kedua,
untuk
menumbuhkan
dan
meningkatkan keimanan peserta didik melalui pemberian pengetahuan, pengamalan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam secara komprehensif sehingga menjadi manusia yang terus berkembang dalam hal keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. 5. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, nilai berarti mutu.21 Dalam hal ini adalah mutu seseorang setelah berproses dalam dunia pendidikan. Khususnya yang berkaitan dengan kepribadian. Kepribadian diartikan sebagai suatu organisasi yang dinamis didalam individu dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan penyesuaian-penyesuaian yang unik terhadap lingkunganya.22 Nilai yang penulis maksud adalah nilai yang berkaitan dengan nilai kepribadian Muslim. Nilai tersebut adalah ciri khas atau karakter pribadi Muslim23 yaitu: a. Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) 19
Yaitu orang yang telah mencapai ketakwaan dan menghadap Allah SWT dalam ketakwaannya. 20 Starawaji, loc.cit. 21 Hoetomo, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mitra Pelajar, 2005), hlm. 349. 22 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), hlm. 47. 23 Ria Firdaus, “10 Karekter atau Ciri Khas Pribadi Muslim”, http://Halaqah.Net/V10/Index.Php?Action=Printpage;Topic=3850.0, hlm. 1.
22
1) Pengertian akhlak Secara etimologi, akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.24 Akhlak juga disamakan dengan sopan santun. Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran lahiriah manusia, seperti bentuk raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Akhlak juga diartikan sebagai ilmu tata krama, yaitu ilmu yang berusaha untuk mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberi nilai kepada perbuatan baik atau buruk sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Dari segi terminologi, banyak para ahli yang mendefinisikan akhlak dengan definisi yang berbeda, akan tetapi esensi dari definisi yang dikemukakan sama, yaitu tentang perilaku manusia. Menurut Al-Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Ibn Miskawaih dalam bukunya Yatimin Abdullah ”Studi Akhlak Dalam Perspektif al-Quran” mendefinisikan akhlak sebagai keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran atau pertimbangan.25 Jadi, pada hakekatnya khuluq merupakan suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Matin al-Khuluq merupakan sifat dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap Muslim, baik dalam hubungan vertikal (kepada Allah SWT) maupun hubungan horisontal (dengan para makhlukNya). Seseorang akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat. Karena akhlak yang mulia sangat penting bagi kehidupan umat manusia. 24
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Quran, (Jakarta: Amzah, 2007),
hlm. 2.
25
Ibid., hlm. 4.
23
Salah satu tugas diutusnya Rasulullah Muhammad SAW adalah untuk memperbaiki akhlak manusia, beliau langsung mencontohkan kepada ummatnya bagaimana keagungan akhlaknya sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam al-Qur’an sesuai firman-Nya dalam surat al-Qalam ayat 4.
ﻋﻈِﻴ ٍﻢ َ ﻖ ٍ ﺧُﻠ ُ ﻚ َﻟﻌَﻠﻰ َ َوِإ ﱠﻧ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung.26 2) Sumber ajaran akhlak Sumber ajaran akhlak adalah al-Quran dan Hadits. Seperti yang telah dijelaskan Allah SWT dalam QS. Al-Ahzab ayat 21.
ن َﻳ ْﺮﺟُﻮ اﻟﱠﻠ َﻪ َ ﻦ آَﺎ ْ ﺴ َﻨ ٌﺔ ِﻟ َﻤ َﺣ َ ﺳ َﻮ ٌة ْ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ُأ ِ ن َﻟ ُﻜ ْﻢ ﻓِﻲ َرﺳُﻮ َ َﻟ َﻘ ْﺪ آَﺎ ﺧ َﺮ َو َذ َآ َﺮ اﻟﱠﻠ َﻪ َآﺜِﻴﺮًا ِ وَا ْﻟ َﻴ ْﻮ َم ا ْﻟَﺂ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.27 Dalam hadits Nabi Muhammad SAW juga disebutkan, yang diriwayatkan oleh Abi Zar
آﻨﺖ ﺣﻴﺜﻤﺎ اﷲ اﺗﻖ وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ رﺳﻮل ﻗﺎل رﻗﺎل ذ اﺑﻲ ﻋﻦ
ﺣﺴﻦ ﺑﺨﻠﻖ اﻟﻨﺎس وﺧﺎﻟﻖ ﺗﻤﺤﻬﺎ اﻟﺤﺴﻨﺔ اﻟﺴﻴﺌﺔ واﺗﺒﻊ 28
Artinya: Dari Abi Zar berkata, Rosulullah SAW bersabda: bertaqwalah kamu dimnapun kamu berada, ikutilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik (setelah perbuatan jelek ikuti dengan perbuatan baik) dan bergaulah dengan manusia dengan pergaulan (akhlak) yang baik. 3) Tujuan pembinaan akhlak Tujuan dari pembinaan akhlak adalah untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Sedangkan 26
Fadhal AR Bafadal, loc.cit, hlm. 826. Ibid., hlm. 595. 28 Al-Daarami, Sunan Al Daarami Juz II, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, TT), hlm. 323. 27
24
ketinggian akhlak terletak pada hati yang sejahtera (qalbun salim) dan pada ketentraman hati. b. Qodirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri) Qodirun Ala al-Kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang Muslim. Kepribadian ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Kemandirian dan keahlian yang dimiliki menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah SWT sediakan harus diambil, dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau ketrampilan. Tidak sedikit orang yang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi Muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Perintah untuk mencari nafkah banyak di dalam al-Qur’an maupun Hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Oleh karene itu seorang Muslim dituntut untuk memiliki keahlian yang baik, sesuai dengan kemampuannya. Penanaman nilai-nilai kemampuan untuk
usaha sendiri perlu
diterapkan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Salah satu kegiatan untuk menanamkan kemampuan untuk usaha madiri di sekolah adalah dengan ’menghidupkan’ dan mengembangkan koperasi sekolah, yang dikelola oleh para peserta didik.
B. Bimbingan dan Konseling di SMA 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling a) Pengertian Bimbingan
25
Istilah Bimbingan dan Konseling, sebagaimana digunakan dalam literatur profesional di Indonesia, merupakan terjemahan dari kata Guidance dan Counseling dalam bahasa Inggris.29 Kata “guidance” berasal dari kata “(to) guide”, yang berarti menuntun, mempedomani, menjadi petunjuk jalan mengemudikan,30 Adapun pengertian bimbingan yang lebih formulatif adalah bantuan yang diberikan kepada individu (dalam hal ini peserta didik), agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Bimbingan dalam arti umum, tidak dapat dipungkiri berada dalam seluruh bentuk pendidikan. Pendidikan yang mengandung layanan kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan dan kepada siapa saja yang dapat dibantu. Dalam konteks bimbingan dalam lingkup sekolah, dengan sendirinya terdapat penyuluhan di dalamnya. Hal ini didasari adanya pandangan bahwa konseling merupakan bagian yang integral dari bimbingan. Untuk dapat memperoleh pengertian yang lebih jelas, berikut akan dikutip beberapa definisi Bimbingan. Donald G Mortensen dan Alan M Schmuller, mengemukakan pengertian bimbingan sebagai berikut. Guidance may be defined as that part of the total educational program that helps provide the personal opportunities and specialized staff services by which each individual can develop to the fullest of his abilities and capacities in term of the democratic idea.31 29
W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi, 2007), Cet. VII, hlm. 27. 30 Abu Ahmadi dan M. Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: P.T. Rinneka cipta, t.th.), hlm. 1. 31 Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Bandung: PT. Refika aditama, 2007), cet II, hlm. 7.
26
Artinya, bimbingan dapat didefinisikan sebagai bagian dari program pendidikan total yang membantu menyediakan kesempatankesempatan
personal
dan
pelayanan-pelayanan
staff
yang
dispesialisasikan agar masing-masing individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuannya
dan
kapasitas-kapasitasnya
secara
optimal dalam kerangka gagasan demokrasi. William A. Yeagr, yang dikutip Ahmad Rohani memberikan rumusan Pengertian bimbingan sebagai berikut. “ Bimbingan sebagaimana layanan pendidikan, kesemuanya diselenggarakan mengandung berbagai perwujudan, kesemuanya diselenggarakan untuk membantu peserta didik ke arah perkembangan dini dan pertumbuhan individual, dan sering kali pula ke arah pencapaian suatu tujuan dan penyesuaian yang harmonis dengan lingkungan dan penuh keserasian dengan pandangan hidup demokratis.”32 Dengan demikian, dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengertian bimbingan yaitu suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan secara sistematis, metodis, dan demokratis dengan cara wawancara sesuai keadaan individu dari seseorang yang memiliki kompetensi memadai dalam menerapkan pendekatan metode dan teknik layanan pada individu (peserta didik) sehingga seseorang dapat memahami dan menerima dirinya sendiri dan memiliki kemampuan untuk mencapai penyesuaian-penyesuaian, membuat pilihan serta memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya. b) Pengertian Konseling Secara etimologi, istilah konseling berasal dari bahasa Inggris “counseling” atau memberi saran dan nasihat.33 Istilah konseling juga berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau 32
M. Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: P.T. Rinneka Cipta, t.th.), hlm. 5. 33 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 2000), cet. XXIV, hlm. 150.
27
“bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, yaitu “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”.34 Dalam bukunya Robert L. Gibson dan Marianne H. Mitchell menyebutkan bahwa counseling is a one-to-one helping relationship which focuses upon the individuals growth and adjustment, problem solving and decision making needs.35 Artinya konseling adalah hubungan pertolongan antara orang perorang yang berfokus pada perkembangan dan penyesuaian individu, pemecahan masalah dan kebutuhan membuat keputusan. Menurut Priyatno dan Erman Anti, konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah (klien/konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang sedang dihadapi.36 Dari pengertian tersebut, dapat ditarik pemahaman bahwa konseling adalah suatu proses bantuan yang dilakukan oleh seorang konselor kepada konseli dalam wawancara konseling agar individu tersebut dapat membuat keputusan dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, khususnya yang berhubungan dengan masalah pribadi, social, karir, dan kependidikan. Jadi, Bimbingan dan Konseling merupakan Proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar seseorang tersebut mampu mengembangkan (bakat, minat, dan kemampuannya) yang dimiliki mengenai dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan, sehingga
34
Priyatno dan Erman Anti, Dasa-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hlm. 99. 35 Robert L. Gibson and Marianne H. Mitchell, Introduction to Guidance, (London: Collier Macmillan, TT), hlm. 27. 36 Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Bandung: PT. Refika aditama, 2007), cet II, hlm. 10.
28
mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tergantung pada orang lain. 2. Tujuan Bimbingan dan Konseling di SMA a) Tujuan Bimbingan Tujuan diberikannya layanan bimbingan di SMA ialah agar peserta didik dapat: 1) Mengenal dan memahami dirinya sendiri termasuk kekuatan dan kelemahannya.37 2) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir, serta kehidupanya pada masa yang akan datang. 3) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin. 4) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjanya. 5) Mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.38 Dari penjelasan diatas penulis berpendapat bahwa layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah bertujuan untuk membantu peserta didik agar aspek pribadi, sosial, belajar dan karier dapat berkembang secara optimal. Bimbingan pribadi dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri, dan bertanggung jawab. Bimbingan sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan sosial. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Sedangkan bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja yang kreatif dan produktif. 37
Eddy Hendrarno, Bimbingan dan Konseling, (Semarang: Perc. Swadaya Manunggal, 2003), cet. III, hlm. 41. 38 Achmad Juntika Nurihsan, op.cit, hlm. 8.
29
b) Tujuan Konseling Tujuan konseling di SMA adalah sebagai berikut. 1) Penyelesaian masalah. Hal ini berdasar pada kenyataan, bahwa individu (peserta didik) yang mempunyai masalah tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Disamping itu, peserta didik biasanya datang kepada konselor karena ia percaya bahwa konselor dapat membantu menyelesaikan masalahnya. 2) Membantu peserta didik menjadi lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya. 3) Membantu peserta didik untuk lebih maju dengan cara yang positif. 4) Membantu dalam sosialisasi peserta didik dengan memanfaatkan sumber-sumber dan potensinya sendiri. 5) Mengadakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan. 6) Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif. 7) Mencapai keefektivan pribadi. Blocher mengatakan, bahwa yang dimaksud pribadi yang efektif adalah pribadi yang sanggup memperhitungkan diri, waktu, dan tenaganya, serta bersedia menanggung resiko-resiko ekonomi, psikologi, dan fisik. 8) Mendorong individu agar mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya.39 Mengacu pada tujuan yang telah disebutkan maka penulis, dapat menyimpulkan bahwa tujuan layanan konseling di sekolah adalah untuk membantu menuntaskan permasalahan (pribadi, sosial, kependidikan, dan karir) yang dihadapi peserta didik, khususnya bagi peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Singkat kata, tujuan dari Bimbingan dan Konseling disekolah adalah membantu mengentaskan permasalahan yang dihadapi oleh
39
Ibid., hlm. 12-13.
30
peserta didik, dan membimbingnya agar peserta didik dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. 3. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling sekolah di Indonesia dalam perkembanganya dapat dikatakan cukup menggembirakan (mengalami perkembangan yang signifikan). Pada umumnya sekolah-sekolah telah menyadari akan pentingnya layanan Bimbingan dan Konseling. Pelaksanaaan Bimbingan dan Konseling telah menuju pada tingkat baku, terutama di SMP dan SMA/SMU. Buku-buku pedoman kurikulum yang khusus mengatur pelaksanaan Bimbingan dan Konseling pada sekolah-sekolah juga telah banyak yang dikeluarkan departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kegiatan Bimbingan dan Konseling telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari program pendidikan yang lain. Layanan Bimbingan dan Konseling sekolah merupakan komponen pendidikan yang integral, merupakan
kesatuan
dengan
komponen
pendidikan
lain,
seperti
kurikulum, supervisi dan administrasi pendidikan.40 Dengan demikian Bimbingan dan Konseling sekolah telah terprogramkan dan kegiatannya dilaksanakan secara sistematis oleh para petugas bimbingan, baik oleh konselor sekolah, wali kelas maupun guruguru yang ada di institusi pendidikan tersebut. Adapun layanan Bimbingan dan Konseling di SMA meliputi: a) Layanan orientasi, yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik memahami lingkunagan baru, terutama lingkungan sekolah. b) Layanan informasi, yaitu merupakan layanan yang memungkinkan peserta didik dapat menerima dan memahami berbagai informasi. c) Layanan
penempatan
dan
penyaluran,
yaitu
layanan
memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan yang tepat.
40
Eddy Hendrarno, op.cit, hlm. 7.
31
yang
d) Layanan penguasaan konten, yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang baik dalam menguasai materi yang sesuai dengan kemampuan dirinya. e) Layanan bimbingan individual atau bimbingan perseorangan41, yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka untuk mengentaskan permasalahan. f) Layanan Bimbingan kelompok, yaitu layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas topik-topik tertentu. misalnya dibentuk kelompok kecil dalam rangka layanan konseling (konseling kelompok), dibentuk kelompok diskusi, diberi bimbingan karir kepada peserta didik yang tergabung dalam satu kesatua kelas di SMA. g) Layanan konseling kelompok, yaitu layanan memungkinkan peserta didik masing-masing anggota kelompok memperoleh kesempatan untuk membahas dan pengentasan permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok.42 h) Layanan konsultasi, yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau permasalahan orang lain yang menjadi kepeduliannya.43 Dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA, terdapat beberapa tahapan dalam memberikan bimbingan penyuluhan terhadap individu (peserta didik) yang mengalami berbagai persoalan, yaitu dengan: a) Mengadakan penelitian terhadap diri individu (peserta didik) beserta latar belakangnya sehingga akan mendapatkan data yang diperlukan.
41
W.S Winkel SJ., loc.cit, hlm. 122. Ibid. 43 Bandono, “Program Kerja Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam KTSP SMA Negeri 7 Yogyakarta”, http://bandono.web.id/2008/05/05/program-kerja-pelayanan-bimbingan-konselingdalam-ktsp-sma-negeri-7-yogyakarta.php, hlm. 1. 42
32
b) Mengadakan temu wicara dengan individu yang bermasalah sehingga individu pada akhirnya akan mengutarakan segala perasaannya. c) Mengadakan home visit sehingga akan diperoleh keterangan tentang situasi lingkungan. d) Mengambil kesimpulan tentang jenis persoalan apa yang dihadapi individu, sehingga akan menetapkan jenis bantuan apa yang akan diberikan dan bagaimana cara untuk mengatasinya.44 Tahapan lain yang tidak kalah penting adalah Identifikasi Anak, tahapan ini berguna untuk mengenal karekteristik anak beserta gejalagejala yang nampak dengan memilih akan yang perlu mendapat bimbingan lebih dahulu. Dan Langkah Evaluasi45 yaitu tahapan terakhir yang dimaksudkan untuk mengetahui kondisi peserta didik setelah diberi (dibantu) layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian itu mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu: mengenali diri sendiri dan lingkungannya, menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, mengambil keputusan, mengarahkan diri, dan mewujudkan diri, yang pada dasarnya agar mawas diri secara tulus hati, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan, termasuk lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sehingga dirinya akan mampu beradaptasi dan secara kreatif di dalam menutupi kekurangan, termasuk dalam pengambilan keputusan terhadap masalah yang dihadapi. 4. Jenis Bimbingan dan Konseling di SMA
44
Abu Ahmadi dan M. Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: P.T. Rinneka cipta, t.th.), hlm. 165-167. 45 Ibid., hlm. 168.
33
Jenis-jenis bimbingan dapat dikelompokan berdasarkan masalahmasalah yang dihadapi oleh individu (peserta didik). Jenis bimbingan di sekolah dapat dikelompokan sebagai berikut. a) Bimbingan Pengajaran/belajar (Instructional Guidance) Jenis bimbingan ini memberikan bantuan kepada peserta didik dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar, baik di sekolah maupun diluar sekolah.46 Tujuan dari bimbingan belajar ini adalah untuk membantu peserta didik agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar.
b) Bimbingan Pendidikan (Educational Guidance) Bimbingan pendidikan bertujuan untuk membantu peserta didik dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam bidang pendidikan pada khususnya.47 Bimbingan pendidikan memberikan bantuan kepada peserta didik dalam hal pengenalan terhadap situasi pendidikan yang dihadapi, pengenalan terhadap studi lanjutan, perencanaan pendidikan, dan pemilihan spesialisasi. c) Bimbingan Pekerjaan/jabatan (Vocational Guidance) Kegiatan dalam vocational guidance adalah mengenal berbagai jenis pekerjaan yang mungkin dapat dimasuki oleh tamatan pendidikan tertentu, mengenal berbagai jenis pekerjaan dengan segala syaratsyarat dan kondisinya, membantu dalam mendapatkan pekerjaan sambilan bagi yang membutuhkannya. Tujuan dari bimbingan ini adalah untuk membantu peserta didik dalam mengatasi berbagai masalah yang berhubungan dengan 46
Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975), hlm. 35. Ibid., hlm. 36.
47
34
pemilihan pekerjaan atau jabatan, dalam hak ini dimanfaatkan oleh pesert didik kelas XII yang tidak melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. d) Bimbingan Sosial (Social Guidance) Merupakan jenis bimbingan yang bertujuan untuk membantu individu (peserta didik) dalam memecahkan dan mengatasi kesulitankesulitan dalam masalah sosial, sehingga peserta didik mendapat penyesuaian yang baik dalam lingkungannya. e) Bimbingan dalam menggunakan waktu senggang (Leisure Time Guidance) Dengan bimbingan jenis ini diharapkan peserta didik mampu memanfaatkan waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan yang produktif, belajar, bekerja atau rekreasi yang bermanfaat. f) Bimbingan dalam masalah-masalah pribadi.48 Jenis bimbingan ini membantu peserta didik untuk mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi sebagai akibat kekurangan peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan pribadinya sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. 5. Bentuk Bimbingan dan Konseling di SMA Istilah bentuk bimbingan menunjuk pada jumlah orang yang diberi pelayanan bimbingan. Apabila peserta didik yang dilayani hanya satu orang, maka digunakan istilah bimbingan individual atau bimbingan perseorangan. Apabila peserta didik yang dilayani lebih dari satu orang, maka digunakan istilah bimbingan kelompok.49 Bimbingan individual disalurkan melalui layanan konseling, apabila peserta didik berhadapan muka dengan konselor untuk membicarakan
suatu
masalah.
Bimbingan
individual
juga
dapat
berlangsung di luar wawancara konseling. Misalnya, seorang peserta didik 48
Ibid., hlm. 38. W.S Winkel SJ., loc.cit.
49
35
menanyakan cara mendaftarkan diri untuk ikut dalam Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dibentuk kelompok kecil dalam rangka layanan konseling (konseling kelompok), kelompok diskusi, dan kelompok bimbingan karir.
C. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan salah satu disiplin ilmu yang secara profesional memberikan pelayanan bimbingan kepada peserta didik. Sebagai layanan profesional, Bimbingan dan Konseling tidak bisa dilakukan secara asal-asalan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan
adanya
pijakan
yang
jelas
dan
kokoh
diharapkan
pengembangan layanan Bimbingan dan Konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi para peserta didik sebagai penerima jasa layanan (klien). Dengan pelayanan yang baik akan tercipta suatu iklim yang kondusif serta menciptakan masyarakat yang berakhlak dan bermoral. 1. Implementasi nilai kepribadian Muslim dalam Bimbingan dan Konseling a. Implementasi Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) Dalam konsep agama Islam, akhlak yang kokoh merupakan sikap dan perilaku yang sangat disitimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan sikap dan perilaku tersebut, maka kebahagiaan di dunia maupun diakherat akan didapatnya. Akhlak merupakan sesuatu yang dijadikan sebagai tolak ukur dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Seseorang dikatakan memiliki akhlak yang baik, jika hatinya bersih, dan tindakannya sesuai
36
dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dimana mereka berada. Akhlak dibagi menjadi dua, yaitu akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah. Akhlak mahmudah adalah akhlak yang baik yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Sedangkan akhlak madzmumah adalah adalah akhlak yang jelek atau akhlak yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam dan juga tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Pendidikan akhlak tidak hanya dikemukakan secara teoris, melainkan disertai contoh-contoh yang konkret untuk dihayati maknanya. Dalam al-Qur`an surat Luqman ayat 14 dijelaskan bahwa penekanan utama dalam Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan akhlak dengan jalan melatih anak membiasakan hal-hal yang baik, menghormati orang tua, bertingkah laku yang baik (sopan), dan bertutur kata yang penuh hikmah. Pendidikan akhlak juga dikembangkan melalui Bimbingan dan Konseling. Hal ini diharapkan agar anak didik mampu membedakan antara perbuatan-perbuatan yang perlu dan tidak perlu dilakukan, mana yang baik dan mana yang buruk, serta mana yang salah dan mana yang benar. Pendidikan akhlak secara dini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak yang bersangkutan. Oleh karena itu, akhlak merupakan cermin dari kepribadian seseorang dan perlu dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Keikutsertaan Bimbingan
dan
Konseling
dalam
mengembangkan
nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam membawa dampak yang positif bagi perkembangan akhlak anak didik. Adapun nilai-nilai Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) yang dapat dikembangkan diantaranya: 1) Kejujuran
37
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, jujur berarti lurus hati, tidak curang.50 Kata Jujur jika diartikan secara baku adalah mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran. 2) Amanah Amanah berasal dari bahasa arab ’amuuna’-’ya’munu’’amanah’ yang bermakna “yang harus ditepati” atau ”titipan yang harus ditunaikan”. Jadi, apapun nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita seperti harta, jabatan, keluarga, anak-anak bahkan anggota tubuh seperti mata, telinga, kedua kaki dan kedua tangan dan sebagainya adalah amanah. Maka semuanya akan dimintakan pertanggungjawabannya di akhirat kelak.
Macam-macam amanah yang ada di SMA Negeri 8 Semarang diantaranya: a) Amanah terhadap Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW Yaitu menjalankan tanggungjawab sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, sesuai dengan tujuan hidup manusia. Amanah yang pertama ini merupakan amanah yang paling utama. Pelaksanaan tanggungjawab sebagai hamba merupakan pengukuhan hablumminallah (hubungan manusia dengan Allah SWT). Dengan memelihara dan menghargai amanah Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW seseorang dapat melahirkan suasana aman, tenteram dan penuh keharmonisan. b) Amanah Terhadap Diri Sendiri. Yaitu amanah terhadap dirinya sendiri, seperti anggotaanggota jasadnya (mata, telinga, mulut, perut, tangan, kaki dan 50
Hoetomo, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mitra Pelajar,2005), hlm.224.
38
kemaluan) dan anggota-anggota batinnya (aqal, hati dan nafsu) yang telah dikaruniakan Allah SWT. c) Amanah Terhadap Masyarakat. Amanah terhadap masyarakat timbul kerana sifat masyarakat yang tidak bisa hidup sendiri. Orang kaya dan orang miskin, penjual dan pembeli, pemimpin dan pengikut, pegawai dan kakitangannya, pemerintah dan rakyat, dan pendidik dengan peserta didik semuanya bergantung antara satu dengan yang lain, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. 3) Kasih sayang Kasih sayang dapat diartikan sebagai kecenderungan secara total kepada sesuatu yang dicintai, kemudian rela mengorbankan diri, nyawa dan hartamu demi dirinya, kemudian engkau mengikutinya secara sembunyi atau terang-terangan. Dalam hal ini adalah kasih sayang sesama manusia, yakni kasih sayang guru dan karyawan kepada peserta didik, kasih sayang antar sesama peserta didik dan cinta terhadap lingkungan sekitar sekolah. 4) Kedisiplinan Seorang peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap peserta didik dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan peserta didikterhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin peserta didik. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku peserta didik disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku peserta didik agar tidak menyimpang dan dapat
39
mendorong peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan
hukuman
pelanggaran
terhadap
(sanksi) aturan,
sebagai meski
konsekuensi
kadangkala
dari
menjadi
kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis. Disiplin merupakan istilah yang sudah memasyarakat di berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Kita mengenal adanya disiplin kerja, disiplin lalu lintas, disiplin belajar dan macam istilah disiplin yang lain. Dalam hal ini adalah dititikberatkan pada kedisiplinan yang dilakukan peserta didik dalam kegiatan belajarnya baik di rumah maupun di sekolah. Seorang peserta didik yang bertindak disiplin karena ada pengawasan dari pihak sekolah. Peserta didik akan bertindak semaunya dalam proses belajarnya apabila tidak ada pengawasan dari pihak keluarga dan sekolah. Karena itu kedisiplinan perlu ditegakkan di sekolah berupa koreksi dan sanksi. Apabila melanggar dapat dilakukan dua macam tindakan yaitu koreksi untuk memperbaiki kesalahan dan berupa sanksi. Keduanya harus dilaksanakan
secara
konsisten
untuk
mencegah
terjadinya
penyimpangan dan pelanggaran terhadap norma dan kaidah yang telah ditentukan. Disiplin juga merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk
melalui
proses
dari
serangkaian
perilaku
yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku tersebut tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman di masyarakat. Sikap disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui
40
latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan keteladanan tertentu, yang harus dimulai sejak berada dalam lingkungan keluarga, mulai masa kanak-kanak sampai tumbuh berkembang dan menjadikannya bentuk disiplin yang semakin kuat. b. Implementasi Qodirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri). Qodirun Ala al-Kasbi harus ditanamkan pada diri peserta didik sejak dini. Kepribadian ini merupakan kepribadian yang diperlukan dalam berinteraksi dengan lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya dapat dilaksanakan dengan optimal ketika seseorang memiliki sikap kemandirian terutama dari segi ekonomi. Beberapa usaha yang dilakukan oleh sivitas akademika untuk menanamkan kepribadian Qodirun Ala al-Kasbi kepada peserta didik diantaranya, memotivasi dan menganjurkan peserta didik agar mandiri, menganjurkan serta membimbing peserta didik untuk aktif dalam kegiatan koperasi sekolah. Dari pemaparan diatas dapat dikatahui bahwa hubungan kerjasama antara Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Pendidikan Agama Islam harus terjalin dengan baik dan saling melengkapi, dengan menyadari dan memahami fungsi dan perannya masing-masing. Dengan hubungan yang saling melengkapi itulah nilai-nilai yang ada dalam Pendidikan Agama Islam dapat diimplementsikan dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah. . Guru Bimbingan dan Konseling lebih banyak memberikan bimbingan melalui pendekatan psikologis, sedangkan Guru Pendidikan Agama Islam memberikan bimbingan/arahan melalui pendekatan keagamaan. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling yang diinternalisasikan dianataranya adalah nilai-nilai aqidah, nilai-nilai yang
41
berhubungan dengan ibadah (baik yang sifatnya vertikal mapun horisontal), nilai-nilai akhlak, nilai-nilai sosial, dan nilai-nilai pendidikan karir.
42
43
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Kondisi Umum SMA Negeri 8 Semarang 1. Letak Geografis SMA Negeri 8 Semarang terletak di Kelurahan Tambak Aji Kecamatan Ngaliyan. Mempunyai lahan seluas ± 15.424 m² dengan luas tanah yang sudah dibangun ± 8.000 m² dan hampir semua bangunan dipagar permanen.1 SMA Negeri 8 Semarang dapat dijangkau dari semua jurusan, karena berada dalam jalur pantura. Sehingga sekolah yang kaya akan prestasi ini dapat diakses oleh berbagai kendaraan dan angkutan umum, yang memudahkan transportasi peserta didik, guru dan karyawan. SMA Negeri 8 Semarang berada di perbukitan yang lokasinya berbatasan dengan: a. Sebelah barat berbatasan dengan lahan kosong milik penduduk dan pabrik yang jaraknya kurang lebih 15 meter. b. Sebelah selatan berbatasan dengan tebing. Tinggi tebing kurang lebih 21 meter yang dimanfaatkan penduduk sekitar sebagai tempat pemakaman. c. Sebelah timur berbatasan dengan perumahan penduduk. d. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk, dan jalan raya panturan, yang berjarak 100 meter dari SMA Negeri 8 Semarang.2 2. Tinjauan Historis SMA Negeri 8 Semarang berdiri pada tanggal 3 September 1979 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Republik Indonesia No. 0188/0/1070 dengan Nomor Induk Sekolah (NIS) 530, dan nomor statistik
1
Hasil dokumentasi SMA Negeri 8 Semarang, yang diperoleh dari Siti Chotijah, S. Pd selaku Waka. Humas SMA Negeri 8 Semarang, pada hari Selasa tanggal 27 April 2010 di ruang Wakil Kepala Sekolah. 2 Hasil Observasi, pada hari Rabu tanggal 21 April 2010 di SMA Negeri 8 Semarang.
44
301036301008.3 Berlokasi di Karanganyar Kecamatan Tugu Semarang, dan diberi nama SMA Negeri 8 Semarang yang berstatus Negeri. Seleksi Penerimaan Siswa Baru (PSB) tahun 1979 tahun pelajaran 1979/1980 ditangani oleh Departemen Pendidikan dan Kebuyaan Kecamatan Tugu Semarang dengan memakai sistem tes yang bertempat di SD Karanganyar 1 Tugu. Dalam sejarah perkembangannya sejak berdiri sampai sekarang 2009/2010 tercatat 11 kali periode kepemimpinan sekolah. Adapun periode kepemimpinan kepala SMA Negeri 8 Semarang sejak berdiri sampai sekarang 2009/2010 terlampir. SMA Negeri 8 Semarang merupakan sebuah lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Depdiknas dan bukan termasuk lembaga pendidikan yang bercorak agama, sehingga kominitas keberagamaan peserta didik yang berada di SMA Negeri 8 Semarang beraneka ragam, yanr terbagi dalam beberapa komunitas keberagamaan yaitu Islam, Kristen, Katolik, dan Hindu.4 Demikian kondisi umum tentang sejarah ringkas SMA Negeri 8 Semarang yang berada di Kelurahan Tambak Aji, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang. Hingga saat ini SMA Negeri 8 Semarang berusaha untuk meningkatkan mutu dan berusaha menciptakan sumber daya manusia yang tangguh, berkompeten, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3. Struktur Organisasi Sebagai lembaga pendidikan formal, SMA Negeri 8 Semarang mempunyai banyak kegiatan yang harus dilaksanakan, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk memudahkan pencapaian tujuan tersebut, maka dibentuklah struktur organisasi sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, komite sekolah, kepala tata usaha, waka. kurikulum, waka. kesiswaan, waka. sarpras, waka. humas, unit laboratorium, koord. 3
Hasil dokumentasi SMA Negeri 8 Semarang, yang diperoleh dari Siti Chotijah, S. Pd selaku Waka. Humas SMA Negeri 8 Semarang, pada hari Selasa tanggal 27 April 2010 di ruang Wakil Kepala Sekolah. 4 Hasil dokumentasi SMA Negeri 8 Semarang, yang diperoleh dari Siti Chotijah, S. Pd selaku Waka. Humas SMA Negeri 8 Semarang, pada hari Selasa tanggal 27 April 2010 di ruang Wakil Kepala Sekolah.
45
Perpustakaan, dewan guru, dan peserta didik. Masing-masing mempunyai fungsi dan tugas yang tersistem guna mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Kepala Sekolah berfungsi dan bertugas sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator. Komite Sekolah berfungsi untuk membina dan menghimpun potensi warga sekolah dalam rangka mendukung penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. Kepala Tata Usaha bertugas menyusun program tata usaha sekolah, mengurus administrasi
ketenagakerjaan
dan
peserta
didik,
membina
dan
pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah, menyusun administrasi perlengkapan sekolah, menyusun dan penyajian data/statistik sekolah, dan membuat laporan kegiatan tata usaha. Waka. Kurikulum bertugas menyusun program pengajaran, pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran, jadwal ulangan/evaluasi,kriteria kenaikan/ ketidaknaikan/ kelulusan peserta didik, mengarahkan pembuatan satpel, membina lomba akademis, dan MGMP. Waka. Kesiswaan bertugas menyusun program pembinaan OSIS, melaksanakan pembimbingan dan pengarahan kegiatan OSIS, pemilihan peserta didik teladan/penerima beasiswa, mutasi peserta didik, program ekstra kurikuler, dan membuat laporan kegiatan kesiswaan secara berkala. Waka. Sarana bertugas Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana, mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana, pengelola pembiayaan alat-alat pengajaran, dan menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara berkala. Waka. Humas bertugas mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua/wali peserta didik, membina hubungan antar sekolah, komite sekolah, lembaga dan instansi terkait, dan membuat laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala.5 Dengan adanya pembagian fungsi dan tugas yang teratur maka perkembangan sekolah akan lebih cepat dan tujuan sekolah maupun tujuan 5
Hasil wawancara dengan Siti Chotijah, S. Pd selaku Waka. Humas SMA Negeri 8 Semarang, pada hari Selasa tanggal 27 April 2010 di ruang Wakil Kepala Sekolah.
46
pendidikan akan mudah untuk diwujudkan. Adapun struktur organisasi SMA Negeri 8 Semarang terlampir. 4. Keadaan Guru, Karyawan, dan Peserta Didik a. Keadaan Guru Untuk menunjang proses kegiatan belajar-mengajar, SMA Negeri 8 Semarang mempunyai sumberdaya manusia berupa guru yang berjumlah 72 orang. Yang terdiri dari, 62 orang sebagai guru tetap (PNS), 9 orang guru bantu (belum diangkat PNS), dan 95 % guru (pendidik) di SMA Negeri 8 Semarang adalah lulusan sarjana/S1 dari beberapa perguruan tinggi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.6 Standar pendidikan dan tenaga kependidikan di SMA Negeri 8 Semarang sudah disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor
19
tahun
2005
tentang
Standar
Nasional
Pendidikan.7 Sehingga sudah sesuai dengan standar yang telah ditentukan. b. Keadaan Karyawan Untuk mewujudkan tujuan sekolah yang telah ditentukan kepala sekolah dibantu oleh 19 karyawan, yang bertugas sesuai dengan tugas yang telah ditentukan. Karyawan SMA Negeri 8 Semarang terbagi dalam 4 bagian yakni bagian keamanan (security) yang bertugas untuk menjaga keamanan di lingkungan sekolah, petugas kebersihan/ tukang kebun yang bertugas untuk menjaga kebersihan dan merawat perkebunan
dan
taman
sekolah,
pembantu
umum
bertugas
mempersiapkan konsumsi bagi para guru dan karyawan dan tata usaha/keadministrasian sekolah bertugas untuk membantu administrasi
6
Hasil wawancara dengan Siti Chotijah, S. Pd selaku Waka. Humas SMA Negeri 8 Semarang, pada hari Selasa tanggal 27 April 2010 di ruang Wakil Kepala Sekolah. 7 Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,2005), hlm. 27.
47
sekolah dan peserta didik. Dengan tugas yang telah tersusun rapi, maka sekolah berstandar nasional dapat diwujudkan. c. Keadaan Peserta Didik Berdasarkan data yang diperoleh melalui Waka. Kesiswaan, Drs. Yuwana, jumlah peserta didik tahun ajaran 2009/2010 mengalami penurunan. Pada tahun ajaran 2008/2009 jumlah peserta didik dari kelas XA sampai XII Bahasa mencapai 980 peserta didik. Sedangkan tahun ajaran 2009/2010 jumlah peserta didik hanya 946 yang terdiri dari kelas XA sampai kelas XII Bahasa. Adapun table jumlah peserta didik tahun ajaran 2009/2010 terlampir. Selama 3 tahun terakhir prestasi yang diperoleh dari beberapa perlombaan yang diikuti, bisa dikatakan cukup bagus dan mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Hal itu dikarenakan adanya sarana dan prasarana yang memadahi dan adanya kesadaran serta kerjasama dari kepala sekolah, guru/pelatih, guru Bimbingan dan Konseling, dan peserta didik, sehingga dapat memperolah hasil yang maksimal.8 Adapun prestasi peserta didik SMA Negeri 8 Semarang selama 3 tahun terakhir terlampir. 5. Sarana dan Prasarana Berdasarkan observasi yang sudah dilakukan pada hari Rabu dan Kamis, tanggal 21 dan 22 April 2010 terdapat ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang guru, ruang bendahara, kamar kecil kepala sekolah, kamar kecil guru, 27 ruang kelas yang terbagi menjadi, kelas X terdiri dari 9 ruang (XA-XI) kelas XI terdiri dari 9 ruang (XI IPA ada 4 ruang, XI IPS ada 4 ruang, XI Bahasa ada 1 ruang), dan kelas XII terdiri dari 9 ruang (XII IPA ada 3 ruang, XII IPS ada 5 ruang, XII Bahasa 1 ruang), juga terdapat 5 laboratorium yaitu, Lab. Kimia, Lab. Biologi, Lab. Fisika, Lab. Bahasa, dan Lab. Komputer.9 Selain itu, 8
Hasil dokumentasi SMA Negeri 8 Semarang, yang diperoleh melalui Bapak Drs. Yuwana, selaku Waka. Kesiswaan SMA Negeri 8 Semarang, pada hari Selasa tanggal 27 April 2010 di ruang Wakil Kepala Sekolah. 9 Hasil observasi pada hari kamis tanggal 22 April 2010 di SMA Negeri 8 Semarang.
48
berdasarkan catatan lapangan peneliti, terdapat juga dapur sekolah dan pos keamanan di SMA Negeri 8 Semarang sudah memenuhi standar sarana dan prasarana. Fasilitas–fasilitas lain yang menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan seperti ruang Bimbingan dan Konseling, ruang UKS, ruang biro data dan evaluasi, ruang OSIS, 4 kantin, 2 mushola, ruang multimedia, ruang band, ruang perpustakaan, ruang agama, ruang internet, koperasi, 4 toilet putra dan 4 toilet putri.10 Berdasarkan hasil observasi secara umum keadaan fisik SMA Negeri 8 Semarang bisa dikatakan baik, memadai dan fasilitas yang telah ada difungsikan dengan baik dan maksimal. Sarana dan prasarana yang ada di SMA Negeri 8 Semarang ini sudah memenuhi standar sarana dan prasarana sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.
B. Kondisi Khusus tentang Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam 1. Nilai Pendidikan Kepribadian Muslim a. Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) Pendidikan akhlak ditanamkan sejak penerimaan peserta didik tahun ajaran baru. Akhlak tersebut dipraktekan oleh para guru dan karyawan ketika bertatap muka dan berkomunikasi dengan wali murid ataupun dengan calon peserta didik yang baru. Kemudian dikembangkan dalam setiap kegiatan yang dilakukan dilingkungan sekolah, seperti proses pembelajaran, ekstra kurikuler, dan interaksi dengan guru dan karyawan. Di lingkunagan sekolah guru, karyawan, dan peserta didik harus bersikap sesuai dengan aturan yang telah dibuat, seperti sikap memasuki ruang kelas, ruang guru, ruang tata usaha, ruang kepala sekolah, dan ruang Bimbingan dan Konseling, sikap duduk di kelas, sikap terhadap kepala sekolah, guru, dan karyawan, dan sikap terhadap sesama teman, cara berpakaian seragam sekolah, sikap saat mengikuti upacara sekolah, sikap dilapangan dan sebagainya. 10
Hasil observasi pada hari Rabu tanggal 21 April 2010 di SMA Negeri 8 Semarang.
49
Nilai-nilai Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) di SMA Negeri 8 Semarang yang diperolah dari Dra. Hj. Faricha selaku guru Pendidikan Agama Islam diantaranaya: 1) Kejujuran Di SMA Negeri 8 Semarang, kejujuran dijadikan prioritas yang utama. Guru, karyawan, dan peserta didik diperintahkan untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Kejujuran dilakukan oleh semua sivitas akademika yang ada di SMA Negeri 8 Semarang dalam setiap kegiatan di lingkungan sekolah, baik kegiatan harian, kegiatan mingguan maupun dalam kegiatan tahunan. Termasuk dalam kegiatan ekstra kurikuler yang ada di sekolah, misalnya saja dalam kegiatan ekstra pramuka, peserta didik akan dipanggil oleh guru Bimbingan dan Konseling untuk dimintai keterangan dan diberi sangsi apabila tidak masuk ekstra pramuka selama 4 kali berturut-turut. Pada waktu proses pembelajaran, usaha yang dilakukan Guru Pendidikan Agama Islam untuk menanamkan kejujuran diantaranya memberikan tugas kepada peserta didik, memberikan tauladan yang berkenaan dengan cara berpakaian, dan menceritakan kisah orang-orang yang sukses karena kejujuran. Pada waktu ulangan, guru membebaskan buku dan tas peserta didik tetap disamping tempat duduk peserta didik. Hal itu dilakukan agar peserta didik belajar untuk melatih kejujuran dalam setiap melakukan kegiatan, termasuk juga dalam mengerjakan ulangan/semesteran.11 Berdasarkan hasil observasi dan catatan peneliti, kejujuran juga terlihat dari aktivitas di kantin sekolah, pada waktu dikantin guru, karyawan dan peserta didik mengambil dan membayar senilai dengan barang yang diambil. Ketika menggunakan jasa layanan Bimbingan dan Konseling, peserta didik juga mengutarakan maksud/permasalahan sesuai dengan 11
Hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam, Dra. Hj. Faricha, pada hari Kamis tanggal 22 April 2010 di ruang guru.
50
kebenaran/kenyataan.
Misalnya,
peserta
didik
mengungkapkan
kekecewaannya pada saat putus hubungan dengan orang yang dicintainya, mengungkapkan kesulitannya dalam menerima pelajaran. Dalam hal ini yang dilakukan guru Bimbingan dan Konseling yakni dengan memberikan motivasi dan masukan-masukan agar peserta didik itu bisa mengambil keputusan dan menyelesaikan permsalah yang dihadapi. 2) Amanah Sifat amanah yang dikembangkan di SMA Negeri 8 Semarang yaitu: a) Amanah terhadap Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW Diwujudkan dalam kegiatan setiap kegiatan sekolah baik harian, mingguan maupun tahunan. Memulai dan mengakhiri setiap kegiatan dengan berdoa adalah tradisi yang sudah mengakar kuat di SMA Negeri 8. Sholat dhuhur berjamaah di musholah sekolah, walaupun tidak semua peserta didik melakukanya, akan tetapi hampir 50 % dari peserta didik (muslim) melakukanya. Sholat jum’at selama 2 minggu sekali yakni pada minggu pertama dan ketiga, sholat tarawih, tadarus, dan buka bersama bersama pada bulan Ramadhan.12 Berdasarkan catatan lapangan peneliti, dalam kegiatan ekstra kurikuler sekolah, peserta didik diberi kesempatan untuk beribadah sesuai dengan kepercayaannya masing-masing dengan alokasi waktu yang telah dijadwalkan. Membaca asma al-husna juga dilakukan untuk menentramkan hati peserta didik, yang dilakukan sebelum proses kegiatan belajar mengajar dimulai terutama pada pelajaran Pendidikan Agama Islam jam pertama. b) Amanah terhadap Diri Sendiri Amanah terhadap diri sendiri dilakukan dalam kegiatan sehari-hari di lingkungan sekolah seperti menggunakan panca indra yang telah dikaruniakan Allah SWT dengan baik, misalnya menggunakan tangan untuk berkreativitas, menggunakan mata untuk melihat yang baik dan 12
Hasil wawancara dengan Dra. Faricha selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 8 Semarang, pada hari Kamis, 22 April 2010 di ruang guru.
51
berguna, memanfaatkan waktu luang untuk membaca di perpustakaan sekolah. Dengan membaca di perpustakaan maka pikiran yang telah dianugerahkan Allah akan digunakan untuk berfikir dan memahami, mata untuk melihat tulisan yang bermanfaat, dan kaki yang melangkah kearah kebaikan. c) Amanah terhadap Masyarakat. Yaitu menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar sekolah. Misalnya tidak mendholimi para pedagang yang berdagang dikantin sekolah, menghormati tamu dan orang yang lebih tua yang datang ke sekolah, menebarkan senyum pada saat berpapasan dengan warga masyarakat sekitar sekolah. 3) Kasih sayang Kasih sayang ini diwujudkan dalam berinteraksi dengan semua sivitas akademika sekolah. Misalnya, ketika ada peserta didik yang sakit atau orang tua peserta didik yang meninggal dunia didoakan bersama-sama. Selain didoakan, sekiranya diperlukan maka guru Bimbingan dan Konseling, guru mata pelajaran, wali kelas dan peserta didik melakukan kunjungan rumah. Bentuk
kasih
sayang
guru
terhadap
peserta
didik
adalah
membimbingnya agar berkembang, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap diri sendiri dan orang lain, memiliki akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan bentuk kasih sayang murid terhadap guru yaitu melaksanakan perintah guru. Setiap hari Jum’at, kegiatan ‘Jum’at Beramal’ juga sudah berjalan, kemudian hasil dari amal tersebut diakumulasikan dan diberikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, mengadakan kegiatan bakti sosial, baik di lingkungan sekolah maupun luar lingkungan sekolah misalnya di panti asuhan terdekat.13 Berdasar pada observasi dan catatan lapangan, SMA yang 13
Hasil wawancara dengan Dra. Faricha selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 8 Semarang, pada tanggal 22 April 2010 di ruang guru.
52
kaya akan prestasi tersebut mengadakan kegiatan Jum’at bersih yang dilakukan pada jumat minggu pertama sebagai bukti bahwa SMA Negeri 8 Semarang peduli terhadap kenyamanan dan keindahan sekolah. 4) Kedisiplinan SMA Negeri 8 Semarang menanamkan kedisiplinan kepada peserta didik dan guru serta karyawan yang ada disana dengan menaati setiap peraturan yang telah dibuat, dan memberikan sangsi kepada pihak yang melanggar aturan tersebut. Misalnya, memberikan sangsi kepada peserta didik untuk membersihkan sebagian lingkungan sekolah bagi peserta didik yang terlambat datang ke sekolah. Guru Bimbingan dan Konseling berperan sebagai motivator yang akan memotivasi dan membimbing serta memperingatkan peserta didik yang melanggar aturan yang telah dibuat. Kegiatan lain yang dilakukan yaitu dengan melaksanakan sholat dhuhur berjamaah tepat waktu, dan menyelesaikan proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. b. Qadirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri) Di SMA Negeri 8 Semarang Qadirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri) diterapkan dalam beberapa kegiatan diantaranya: 1) Kegiatan koperasi sekolah. Untuk menanamkan nilai-nilai jiwa interpreneur pada diri peserta didik, sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengaktualisasikan diri kedalam kegiatan koperasi sekolah. Peserta didik diberi tanggung jawab untuk mengelola koperasi sekolah. Seperti, menentukan harga jual barang, membelanjakan barang yang akan dijual, dan memenejemen keuangan koperasi sekolah, kemudian dilaporkan kepada pembina koperasi sekolah.14
14
Hasil wawancara dengan Ibu Ganefiani selaku guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 8 Semarang, pada hari Jum’at tanggal 23 April 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
53
2) Berjualan pulsa Dari pelatihan dan pengalaman dari koperasi sekolah itu, peserta didik dapat mengembangkan kemampuan yang telah dimilikinya untuk mandiri yakni dengan berjualan pulsa kepada peserta didik maupun kepada guru dan karyawan yang ada di SMA Negeri 8 Semarang. Mula-mula berjualan pulsa dengan teman satu kelasnya, kemudian berkembang di lingkungan sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan Siti Zulaekha, peserta didik kelas XI IS 1, misalnya saja di kelas XI A 3 ada 1 peserta didik yang berjualan pulsa yaitu Asasul Masfaroh, di kelas XI IS 1 yang berjualan pulsa ada 3 orang yaitu Siti Zulaekha, Rifki Rahardwianto dan Miftahul Jannah, sudah lebih dari 6 bulan mereka berjualan pulsa
di sekolah,
bahkan Siti Zulaekha sendiri sudah 1 tahun berjualan pulsa, baik di rumah maupun di sekolah.15 3) Berjualan di kelas Peserta didik yang sejak dini sudah dikenalkan dunia interpreneur oleh keluarganya, maka untuk membantu meringankan biaya sekolah dan membantu keluarganya mereka berjualan dikelas. Bermacam-macam yang dijual di kelas seperti pernik-pernik, jilbab, Pin, maupun makanan ringan. Untuk memulainya membutuhkan mental yang kuat, akan tetapi setelah melakukanya menjadi hal yang biasa16. Menjual pernik-pernik, pin, makanan ringan dan jilbab kepada teman se kelas.
C. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang sudah berlangsung sejak sekolahan itu berdiri, yakni pada tahun 1979. Sebelum tahun ajaran 2009/2010, Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang dilaksanakan secara klasikal, yakni dengan mengadakan pertemuan selama satu jam selama satu 15
Hasil wawancara dengan siti zulaekhah, peserta didik kelas XI IS 1, pada hari Jum’at, 23 April 2010 di depan kelas XI IS 1. 16 Hasil wawancara dengan Ibu Ganefiani selaku guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 8 Semarang, pada hari Jum’at tanggal 23 April 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
54
minggu (satu jam pelajaran). Bahkan pada tahun ajaran 2007/2008 Bimbingan dan Konseling diberikan selama 2 jam pelajaran dalam satu minggu. Pada tahun ajaran 2009/2010 pelaksanaan tidak lagi dilakukan secara klasikal tetapi Bimbingan dan Konseling dilakukan di ruang Bimbingan dan Konseling (BK). Hal itu dilakukan karena ada pemadatan materi untuk kelas XII. Dengan kesadaranya sendiri peserta didik datang ke ruang Bimbingan dan Konseling untuk memanfaatkan jasa layanan bimbingan. Bagi mereka yang sedang ada masalah, mereka menemui guru Bimbingan dan Konseling di ruang Bimbingan dan Konseling untuk mengutarakan segala permasalahan yang sedang dialaminya. Dengan harapan, mereka dapat menerima, memahami dan mengaktualisasikan dirinya, dapat mengambil keputusan dan dapat mengatasi masalah yang sedang dialaminya, serta dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya secara optimal. Bimbingan dan Konseling memberikan jalan pemecahan masalah pribadi, sosial, kependidikan, dan karir melalui pengubahan orientasi pribadi, penguatan mental/psikis, penguatan tingkah laku, pengubahan lingkungan, dan upaya-upaya perbaikan. Diantara permasalahan yang diutarakan oleh peserta didik pada tahun ajaran 2009/2010 yaitu: 1. Masalah pribadi Masalah yang diutarakan beraneka ragam yang menyangkut pribadi peserta didik, seperti putus hubungan dengan orang yang pernah dicintainya, hubungan yang kurang harmonis dengan keluarganya, dan masalah keuangan. Peran guru Bimbingan dan Konseling dalam membantu mengentaskan permasalahan pribadi ini dengan mengidentifikasi permasalahan yang sedang dihadapai peserta didik, mengadakan temu wicara dengan peserta didik yang bermasalah sehingga peserta didik dapat mengutarakan segala perasaannya, mengadakan home visit untuk memperolah keterangan tentang situasi lingkungan, dan bertindak sebagai motivator.
55
2. Masalah sosial Peserta
didik
mengutarakan
permasalahan
tentang
hubungan
persahabatan dengan peserta didik lain yang tidak nyaman, dan hubungan yang kurang harmonis dengan pihak guru dan karyawan yang ada di SMA Negeri 8 Semarang. Untuk membantu memecahkan masalah sosial ini guru Bimbingan dan Konseling mengadakan penelitian terhadap peserta didik yang bersangkutan untuk mendapatkan data yang valid, kemudian mempertemukan kedua belah pihak untuk klarifikasi tentang masalah yang sedang dihadapi. Kemudian, guru Bimbingan dan Konseling memberikan masukan-masukan kepada mereka yang sedang bermasalah, agar mereka bisa memahami dirinya dan mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. 3. Masalah kependidikan Masalah kependidikan yang diutarakan peserta didik diantaranya masalah kesulitan dalam menerima dan memahami pelajaran (materi) yang disampaikan. Langkah yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling diantaranya dengan mengadakan penelitian terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menerima dan memahai materi, untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Setelah diketahui penyebabnya, guru Bimbingan dan Konseling memberikan motivasi dan beberapa saran yang konstruktif, dan memberikan jalan pemecahan masalah melalui pengubahan orientasi peserta didik. 4. Masalah karir Permasalahan peserta didik yang berusaha untuk berdikari di sekolah, guna meringankan biaya pendidikan yang dikhawatirkan menggangu aktifitasnya sebagai peserta didik. Misalnya, peserta didik prestasinya menurun karena harus memikirkan usaha yang dilakukanya. Jika ditemukan kasus semacam ini maka yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling yaitu dengan memberikan solusi kongkrit untuk mengatasi permasalah itu, yakni dengan menyuruhnya untuk bisa mengatur waktu seefektif mungkin, serta memberikan motivasi agar peserta didik lebih semangat dalam belajar.
56
Sedangkan bagi mereka yang membutuhkan informasi yang terkait dengan pribadi, sosial, kependidikan, maupun karir, mereka akan datang sendiri maupun berkelompok untuk
mendapat informasi yang mereka butuhkan. Misalnya,
peserta didik ingin mengetahui persyaratan dan cara masuk perguruan tinggi negeri maupun swasta, ingin tahu informasi tentang kesehatan reproduksi (seks), maupun cara untuk bersosialisasi secara baik di masyarakat. Apabila peserta didik yang datang ke ruang Bimbingan dan Konseling satu orang (sendiri) maka dinamakan layanan perseorangan, sedangkan yang datang ke ruang Bimbingan dan Konsdeling dua orang atau lebih (berkelompok) maka dinamakan layanan bimbingan kelompok. Secara menyeluruh, kegiatan Bimbingann dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang meliputi bidang bimbingan, yang meliputi bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir. Dalam melaksanakan keempat bimbingan tersebut, Bimbingann dan Konseling (BK) di SMA Negeri 8 Semarang dengan memaksimalkan 9 layanan yaitu layanan orientasi, layanan penyaluran/penempatan, layanan konseling perseorangan, layanan konseling kelompok, layanan informasi, layanan pembelajaran, layanan bimbingan kelompok, layanan konsultasi, dan layanan mediasi.17 Sedangkan jenis kegiatan yang mendukung kesembilan layanan tersebut adalah aplikasi instrumentasi Bimbingan dan Konseling, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, tampilan kepustakaan, dan alih tangan kasus. Dalam pelaksanaannya, Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 8 Semarang mengacu pada visi dan misi Bimbingan dan Konseling yang sudah ditetapkan, yaitu: Visi: terwujudnya perkembangan diri dan kemandirian secara optimal dengan hakekat kemanusiaanya sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam perkembangan dengan manusia dan alam semesta. 17
Hasil dokumentasi yang diperolah melalui Ibu Ganefiani, pada hari Jumat tanggal 23 April 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
57
Misi: menunjang perkembangan diri dan kemandirian siswa untuk dapat menjalani kehidupannya sehari-hari sebagai peserta didik secara efektif, kreatif, dan dinamis serta memiliki kecakapan hidup untuk masa depan karir dalam: 1. Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2. pemahaman perkembangan diri dan lingkungan 3. pengarahan diri kearah dimensi spiritual 4. pengambilan keputusan berdasarkan IQ, EQ, dan SQ 5. pengaktualisasian diri secara optimal.18 Berpedoman dengan Visi dan Misi yang telah ditentukan dan sembilan layanan yang diberikan serta adanya kegiatan lain yang mendukung kesembilan layanan tersebut, maka palaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang sudah berjalan secara ideal dan maksimal.
D. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang diimplementasikan di SMA Negeri 8 Semarang dalam Bimbingan dan Konseling yaitu Nilai pendidikan Kepribadian yang meliputi Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) dan Qadirun Ala
al-Kasbi
(Memiliki
Kemampuan
Usaha
Sendiri/Mandiri).
Adapun
implementasi dari nilai Matin al-Khuluq dan Qadirun Ala al-Kasbi sebagai berikut. 1. Nilai Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) Nilai-nilai Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) di SMA Negeri 8 Semarang diterapkan yaitu: a. Kejujuran Kejujuran dilakukan oleh semua sivitas akademika yang ada di SMA Negeri 8 Semarang dalam setiap kegiatan yang ada di SMA Negeri 8 Semarang. Penerapanya yaitu dengan membiasakan peserta didik untuk berkata jujur dan bertutur kata santun pada saat memanfaatkan jasa 18
Hasil dokumentasi yang diperolah melalui Ibu Ganefiani, pada hari Jumat tanggal 23 April 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
58
layanan Bimbingan dan Konseling. Yakni peserta didik mengungkapkan kekecewaannya pada saat putus hubungan dengan orang yang dicintainya, mengungkapkan kesulitannya dalam menerima pelajaran.19 Berdasarkan observasi dan catatan peneliti, guru memberikan tugas kepada peserta didik, guru memberikan tauladan yang berkenaan dengan cara berpakaian, dan bertutur kata dengan orang yang lebih tua. Serta pada saat membayar di kantin sekolah yakni membayar senilai dengan barang yang diambil pada saat makan di kantin sekolah. b. Amanah Implementasi dari sifat ini yakni membaca asmaul husna sebelum pelajaran Pendidikan Agama Islam dimulai, khususnya pada jam pertama. Memulai dan mengakhiri setiap kegiatan dengan berdoa. Melaksanakan sholat dhuhur berjamaah di musholah sekolah. Menjalankan sholat jum’at selama 2 minggu sekali yakni pada minggu pertama dan ketiga, sholat tarawih, tadarus, dan buka bersama bersama pada bulan Ramadhan. Peserta didik memanfaatkan waktu luangnya untuk membaca di perpustakaan sekolah. Dengan membaca di perpustakaan, maka mata akan tertuju pada hal-hal yang positif yakni tulisan, tangan akan menulis atau membuat kreatifitas yang inovatif, dan pikiran akan berfikir. Begitu juga dalam kegiatan ekstra kurikuler sekolah, misalnya pada saat kegiatan pramuka di sekolah, dalam berkegiatan peserta didik diberi kesempatan untuk beribadah sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan. c. Kasih sayang 1) Kasih sayang sesama manusia Kegiatan yang dilakukan di SMA Negeri 8 Semarang dalam menanamkan dan menerapkan nilai-nilai kepribadian kasih sayang terhadap sesama, diantaranya menyebarkan/membudayakan salam di lingkungan sekolah, menutup keaiban/kejelekan saudaranya, empati terhadap sesama, membiasakan kepada peserta didik untuk bersedekah 19
Hasil wawancara dengan koordinator sekaligus guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang, Ibu Ganefiani, pada hari Selasa tanggal 27 April 2010, di ruang Bimbingan dan Konseling.
59
pada hari Jum’at yang diakumulasikan untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan, bakti sosial terhadap masyarakat setempat maupun di panti asuhan setiap enam bulan sekali, dan saling mendo’akan antar sesama. Bagi guru, wujud kasih sayang terhadap peserta didik adalah dengan memberikan bimbingan dan arahan yang positif. Dengan harapan peserta didik tersebut dapat memiliki akhlak yang mulia, kepribadian yang tangguh, keterampilan yang diperlukan dirinya, dan masyarakat. 2) Cinta lingkungan Penanaman dan pelaksanaan sikap cinta terhadap lingkungan dilakukan setiap hari, yakni dengan tetap menjaga kebersihan dan kenyamanan kelas.20 Kebiasaan untuk membuang sampah di tempat yang telah disediakan, tidak merusak pekarangan dan tanaman yang ada di sekolah, tidak membuang air kecil di tempat yang sering digunakan untuk berkumpul, dan mengadakan reboisasi tanaman. d. Kedisiplinan Kedisiplinan diterapkan dalam hal berpakaian, yaitu harus sesuai dengan standar berpakaian (standards of clothing) yang ditetapkan di sekolah, mengerjakan tugas yang diberikan guru sesuai dengan waktu yang ditentukan, mematuhi setiap peraturan yang telah dibuat sekolah, dan memberikan sangsi kepada pihak yang melanggar aturan tersebut. Misalnya, memberikan sangsi kepada peserta didik untuk membersihkan sebagian lingkungan sekolah bagi peserta didik yang terlambat datang ke sekolah, sholat dhuhur dengan berjamaah yang dilakukan oleh peserta didik dan guru di mushalla sekolah juga bertujuan menanamkan nilai-nilai kedisiplinan pada diri peserta didik sejak dini.
20
Hasil wawancara dengan Ibu Ganefiani selaku guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 8 Semarang, pada hari Jum’at tanggal 23 April 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
60
2. Nilai Qadirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri). Implementasi dari nilai Qadirun Ala al-Kasbi yaitu: a. Kegiatan Koperasi Sekolah Peserta didik diberi kekuasaan untuk mengoperasikan koperasi sekolah dengan semaksimal mungkin. Seperti, menentukan harga jual barang, membelanjakan barang yang akan dijual, dan memenejemen keuangan koperasi sekolah, dengan bimbingan dari para guru yang diberi tugas kepala sekolah untuk mengurusi perpustakaan di SMA Negeri 8 Semarang. Peserta didik yang mengktualisasikan diri dalam koperasi sekolah sekitar 5 % dari jumlah peserta didik yang ada di SMA Negeri 8 Semarang. Peserta didik yang bertugas di koperasi sekolah, harus mempersiapkan segala sesuatunya 5 menit sebelum waktu istirahat.21 Setiap harinya, koperasi sekolah dijaga oleh peserta didik sesuai dengan jadwal yang telah disepakati pengurus. b. Jualan Pulsa Banyak peserta didik di SMA Negeri 8 Semarang yang berjualan pulsa. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Ganefiani selaku koordinator guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang bahwa di kelas XI A 3 ada 1 peserta didik yang berjualan pulsa yaitu Asasul Masfaroh, di kelas XI IS 1 yang berjualan pulsa ada 3 orang yaitu Siti Zulaekha, Rifki Rahardwianto dan Miftahul Jannah, sudah lebih dari 6 bulan mereka berjualan pulsa di sekolah.22 Berdasarkan observasi, peneliti menemukan ada salah satu guru dan karyawan di SMA Negeri 8 Semarang yang berjualan pulsa elektrik. c. Jualan di kelas Selama tidak mengganggu proses pembelajaran, peserta didik diperbolehkan untuk berdikari di sekolah. Peserta didik membawa barang 21
Hasil wawancara dengan Ibu Ganefiani selaku guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 8 Semarang, pada hari Jum’at, 23 April 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling. 22 Hasil wawancara dengan Ibu Ganefiani selaku guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 8 Semarang, pada hari Jum’at, 23 April 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
61
dagangan dari rumah, kemudian menjualnya pertama kepada teman dekatnya kemudian kepada teman sekelasnya. Barang yang dijual di kelas misalnya saja pernak-pernik, pin, jilbab, dan makanan ringan yang belum ada di sekolah.23 Berdasarkan observasi, guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 8 Semarang berperan sebagai motivator yang akan membantu mengembangkan potensi dan usahan yang dilakukan oleh peserta didik, menganjurkan peserta didik agar mandiri, menanamkan sifat pantang menyerah kepada semua peserta didik. Kegiatan pameran keterampilan yang bertujuan untuk memacu kreatifitas peserta didik juga dilakukan setiap satu semester sekali. Hal itu dilakukan agar peserta didik benar-benar memiliki kepribadian Qadirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri).
23
Hasil wawancara dengan Ibu Ganefiani selaku guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 8 Semarang, pada hari Jum’at, 23 April 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
62
BAB IV ANALISIS DATA
A. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam (Nilai Pendidikan Kepribadian Muslim) di SMA Negeri 8 Semarang Berdasarkan teori yang terdapat pada Bab II bahwa nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling serta uraian Bab III, yang berisi tentang hasil penelitian, maka peneliti akan menyampaikan analisis penelitian. Analisis penelitian ini akan peneliti sajikan secara deskriptif kualitatif, artinya gambaran tentang keadaan real di SMA Negeri 8 Semarang. Caranya, setelah melakukan data collection (pengumpulan data), peneliti kemudian mengelompokkan data-data yang sifatnya masih komplek dan rumit tersebut sesuai dengan kerangka laporan penelitian, yang dijadikan sebagai data pendukung. Berdasarkan teori di Bab II, nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dapat dikembangkan dalam berbagai macam aktivitas, baik dalam aktivitas pembelajaran, aktivitas ekstra kurikuler, kegiatan harian selama di lingkungan sekolah, termasuk dalam aktivitas Bimbingan dan Konseling yang ada di sekolah. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang dikembangkan dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang yaitu nilai pendidikan kepribadian, nilai pendidikan sosial, dan nilai pendidikan karir. Akan tetapi fokus peneliti pada nilai pendidikan kepribadian. Adapun nilai-nilai pendidikan kepribadian (muslim) meliputi Matin al-Khuluq dan Qadirun Ala al-Kasbi, sebagai berikut. 1. Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) a. Kejujuran Memberikan informasi yang sesuai dengan kebenaran, agar dapat memegang peranan yang penting di masyarakat, merupakan usahan yang dilakukan sekolah untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan
63
kejujuran di sekolah. Kejujuran merupakan salah satu aspek dari sekian banyak aspek pendidikan yang harus dimiliki dan dijalani oleh guru dan peserta didik.1 Membiasakan peserta didik untuk berkata jujur dalam setiap kegiatan yang dilakukan selama di sekolah, baik dalam proses belajar mengajar, ulangan, pemberian tugas, ataupun dalam berinteraksi selama di lingkungan sekolah. Guru juga memberikan contoh-contoh kejujuran dalam setiap kegiatan yang dilakukan selama di lingkungan sekolah. Menurut hemat Peneliti, usaha yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dan guru mata pelajaran lain untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran di lingkungan sekolah sudah bagus dan sudah berjalan sesuai dengan teori yang ada di bab II, hanya saja belum maksimal. Dengan membiasakan dan melatih kejujuran peserta didik dalam setiap kegiatan, memberikan tauladan yang baik, maka nilai-nilai kejujuran akan tetanam kuat pada diri peserta didik. SMA Negeri 8 Semarang menjadikan kejujuran sebagai prioritas yang diutamakan. Pendidik, karyawan, dan peserta didik diperintahkan untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Setiap kegiatan yang dilakukan di lingkungan sekolah, baik kegiatan harian, kegiatan mingguan maupun dalam kegiatan tahunan nilai-nilai kejujuran itu selalu
ditanamkan.
Kejujuran
ditanamkan
melalui
proses
pembelajaran. Misalnya, seorang peserta didik terlambat masuk kelas, dan guru bertanya kepada peserta didik tersebut, kenapa terlambat masuk kelas padahal jadwal sudah terpampang bahkan bel masuk pun telah dibunyikan. Peserta didik tersebut akan berkata jujur, kalau kejujuran itu sudah mengakar kuat dalam dirinya, dan sebaliknya peserta didik itu akan mencari banyak alasan kalau sifat jujur tersebut belum tertanam dalam dirinya. Indikasi untuk mengetahui anak itu jujur atau tidak bisa dilihat dari alasan dan ekspresi muka peserta 1
Setyo Purnomo, ”Upaya Menanamkan Kejujuran dan Komunikasi yang Sehat”, http://www.klubguru.com/index.php, hlm. 1. Diunduh pada tanggal 2 Mei 2010.
64
didik. Akan tetapi, tauladan yang dilakukan oleh guru itulah salah satu cara yang digunakan untuk menanamkan nilai kejujuran kepada peserta didik. Dengan membiasakan peserta didik untuk berkata atau memberikan informasi sesuai dengan kebenaran, serta memeberikan tauladan kejujuran dalam setiap kegiatan, maka peserta didik akan menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Dalam pembayaran SPP sekolah, bagi peserta didik yang sudah 3 bulan tidak membayar SPP akan dipanggil ke ruang Bimbingan dan Konseling untuk diklarifikasi. Guru Bimbingan dan Konseling akan bertanya banyak hal kepada peserta didik tersebut. Kejujuran adalah keterbukaan, jika peserta didik itu terbuka dan mengutarakan yang sebenarnya maka kejujuran sudah tertanam dalam dirinya. Menurut hemat Peneliti, yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling tersebut sangat tepat dan sesuai dengan kode etik yang ada dalam Bimbingan dan Konseling. Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan, Peneliti menemukan hubungan yang harmonis antara guru Bimbingan dan Konseling dengan peserta didik, setelah diselidiki lebih lanjut, ternyata itu adalah salah satu cara yang dipakai guru Bimbingan dan Konseling untuk mendapatkan informasi dari peserta didik yang bersangkutan. b. Amanah Sifat amanah yang telah dikembangkan di SMA Negeri 8 Semarang diantaranya: a) Amanah terhadap Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW Menurut hemat Peneliti, kegiatan harian yang dilakukan di SMA Negeri 8 Semarang untuk menanamkan nilai-nilai kepribadian yang berhubungan dengan amanah sudah tepat dan sesuai dengan ajaran agama Islam, seperti memulai dan mengakhiri setiap kegiatan dengan berdoa. Membaca asma al-husna sebelum pelajaran Pendidikan Agama Islam jam pertama dimulai. Shalat dhuhur berjamaah di musholah sekolah, walaupun tidak semua peserta didik
65
melakukanya, akan tetapi berdasarkan hasil catatan lapangan selama di SMA Negeri 8 Semarang, setiap hari aktif (senin, selasa, rabu, kamis, dan sabtu) ada 4 kelas yang dijadwalkan untuk shalat dhuhur berjama’ah. Masing-masing kelas, jumlah peserta didiknya rata-rata 34 peserta didik, baik putra maupun putri. Dari 136 peserta didik, yang melakukan shalat berjamaah di sekolah hanya 40 peserta didik. Menurut hemat Peneliti, berdasarkan observasi selama di SMA Negeri 8 Semarang hanya 29,41 % yang melakukan shalat dhuhur berjama’ah di sekolah. Dari jumlah yang cukup sedikit itu, peneliti dapat mengatakan bahwa rutinitas shalat dhuhur berjamaah di SMA Negeri 8 Semarang belum berjalan secara maksimal dan perlu ditingkatkan lagi. Rutinitas bershadaqah dengan sesama peserta didik, menolong dan mengasihi sesama, serta menjaga lingkungan sekolah sudah berjalan secara maksimal. Tidak hanya peserta didik, akan tetapi pendidik dan karyawan yang ada di SMA Negeri 8 Semarang juga melaksanakan titipan yang harus ditunaikan kepada dirinya baik terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya, maupun kepada sesama manusia. Kegiatan mingguan seperti shalat Jum’at di sekolah selama 2 minggu sekali yakni pada minggu pertama dan ketiga, tadarus setelah pulang sekolah setiap hari selasa, dan bershadaqah untuk kemanusiaan yang dilakukan pada hari Jum’at, hingga muncullah istilah Jum’at beramal juga sudah berjalan, akan tetapi belum maksimal. Menurut hemat Peneliti, penerapan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam, khususnya dalam menerapkan nilai-nilai amanah di lingkungan
sekolah
sudah
berjalan
sebagaimana
mestinya,
terprogram dalam setiap kegiatan yang dilakukan, akan tetapi pelaksanaanya belum maksimal. b) Amanah terhadap Diri Sendiri
66
Menurut hemat Peneliti, amanah terhadap diri sendiri yang dilakukan di lingkungan sekolah yaitu dengan menggunakan panca indra yang telah dikaruniakan Allah SWT dengan melakukan hal-hal yang edukatif, kreatif, inovatif. Misalnya menggunakan tangan untuk membuat hasta karya, untuk melukis/menulis di mading sekolah, menggunakan mata untuk melihat yang baik dan berguna, seperti membaca buku di perpustakaan, memanfaatkan waktu luang untuk berdiskusi dengan guru. Menggunakan akal untuk berfikir positif dan berusaha memahai dan mengagumi ciptaan-ciptaan Allah SWT, menggunakan mata untuk melihat tulisan yang bermanfaat atau hal-hal yang berdampak positif untuk perkembangan diri, dan menggunakan kaki yang melangkah kearah kebaikan, seperti berangkat ke sekolah, menuju ke Musholah untuk shalat berjamaah, dan sebagainya. Begitu juga di SMA Negeri 8 Semarang, penanaman nilai amanah terhadap diri sendiri tersebut belum berjalan secara maksimal. Berdasarkan hasil observasi dan catatan Peneliti selama penelitian di SMA Negeri 8 Semarang, tiap harinya dari 946 peserta didik yang berkunjung ke perpustakaan sekolah rata-rata hanya 60 peserta didik. Berarti dapat peneliti simpulkan bahwa 6.34 % peserta didik di SMA Negeri 8 Semarang menghabiskan waktu luangnya untuk berkunjung keperpustakaan, dan 95.65 % menggunakan waktu luangnya untuk bermain dengan teman, kongko di kantin sekolah, berdiskusi, dan aktivitas di kelas.2 c) Amanah terhadap Masyarakat. Kegiatan yang dilakukan pihak sekolah untuk menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar sekolah sudah cukup baik. Misalnya, menghormati tamu dan orang yang lebih tua yang datang ke sekolah, menebarkan senyum pada saat berpapasan dengan warga
2
Hasil observasi pada hari Jum’at, 23 April 2010 di SMA Negeri 8 Semarang.
67
masyarakat sekitar sekolah, tidak menyinggung dan menyakiti perasaan orang lain, dan bakti sosial di masyarakat sekitar sekolah.
d) Kasih Sayang Bentuk kasih sayang guru terhadap peserta didik diantaranya memberikan penghargaan ketika peserta didik melakukan sesuatu yang dianggap baik. Membimbing dan memotivasi peserta didik ketika mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Membelikan buku qiraati bagi peserta didik yang belum lancar membaca alQur’an. Mendoakan peserta didik yang sedang sakit, serta menjenguknya apabila diperlukan, ataupun yang akan berlomba demi mengharumkan nama SMA Negeri 8 Semarang. Bentuk kasih sayang yang dilakukan antar peserta didik yaitu menjaga nama baik teman se kelasnya. Memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk peserta didik yang membutuhkanya. Bahkan ada juga yang mengajari mengaji, agar teman yang belum lancar membaca al-Qur’an cepat bisa membaca al-Qur’an dengan lancar dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Kasih sayang di SMA yang bervisi luhur dalam berbudi dan unggul dalam prestasi ini terlihat pada wujud kepedulian seluruh pihak sekolah terhadap kebersihan sekolah. Kegiatan yang dilakukan diantaranya menanam dan merawat tanaman di pekarangan sekolah, baik tanaman jenis apotek hidup ataupun yang lainya, dan membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Menurut hemat Peneliti, Sesuai dengan kandungan isi yang terdapat dalam QS. Ali Imran ayat 104, yakni amar makruf nahi mungkar, SMA Negeri 8 Semarang dalam rangka menanamkan rasa kasih sayang terhadap sesama manusia maupun lingkungan sudah berjalan secara sistematis dan sesuai dengan ajaran agama Islam. e) Kedisiplinan
68
Kedisiplinan sangat ditekankan di SMA yang berlokasi di Kelurahan Tambak Aji Kecamatan Ngaliyan ini. Kedisiplinan terlihat pada setiap kegiatan yang dilakukan di lingkungan sekolah. Seperti, sekolah masuk (kegiatan belajar mengajar) dimulai pukul 07.00 WIB dan berakhir pada pukul 13.30 WIB. Apabila ada peserta didik yang terlambat, maka pihak guru (Bimbingan dan Konseling beserta stafnya) memberikan peringatan dan sanksi kepada peserta didik yang bersangkutan. Sanksi yang diberikan bukanlah hukuman fisik akan tetapi hukuman yang edukatif, seperti membersihkan lingkungan sekolah yang masih kelihatan kotor. Pada saat memberikan sanksi kepada peserta didik yang telambat, guru Bimbingan dan Konseling beserta stafnya tidak bersikap seperti ‘polisi sekolah’, akan tetapi bersikap seperti teman. Pergantian jam pelajaran juga sudah terjadwal secara teratur, sehingga proses belajar mengajar berjalan secara lancar. Apabila ada peserta didik yang terlambat masuk kelas setelah pergantian jam pelajaran maka guru memberikan teguran kepada peserta didik yang bersangkutan. Pada saat melaksanakan rutinitas shalat dhuhur, guru (guru Pendidikan Agama Islam) datang lebih awal untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Sedangkan melaksanakan shalat dhuhur sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Begitu juga peserta didik, ketika mendengar seruan untuk shalat segera menuju ke mushalah sekolah untuk menunaikan shalat dhuhur berjamaah. Menurut hemat Peneliti, upayah yang dilakukan sekolah untuk menanamkan kedisiplinan pada diri guru dan peserta didik sudah baik dan perlu ditingkatkan lagi, terutama pada kegiatan shalat dhuhur berjamaah yang diselenggarakan oleh sekolah. 2. Qadirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri) Peserta didik diberi tanggung jawab untuk mengelola koperasi sekolah semaksimal mungkin. Mulai dari penentuan harga jual barang,
69
membelanjakan barang yang akan dijual, membuat jadwal piket, dan memenejemen keuangan. Guru pembimbing koperasi sekolah hanya membimbing dan mengarahkan serta memotivasi peserta didik yang mengaktualisasikan diri dalam dunia interpreneur sekolah. Setelah mendapat bekal dan pengalaman yang cukup, baik dari dalam dan luar sekolah, peserta didik mengembangkan diri dengan mencoba berjualan pulsa. Misalnya, di kelas XI A 3 ada 1 peserta didik yang berjualan pulsa yaitu Asasul Masfaroh, di kelas XI IS 1 yang berjualan pulsa ada 3 orang yaitu Siti Zulaekha, Rifki Rahardwianto dan Miftahul Jannah, sudah lebih dari 6 bulan mereka berjualan pulsa di sekolah, bahkan Siti Zulaekha sendiri sudah 1 tahun berjualan pulsa, baik di rumah maupun di sekolah. berjualan aksesoris handphone, berjualan makanan ringan di kelas. Peserta didik membawa donat/kue/pernikpernik/pin, kemudian menjualnya kepada teman satu kelasnya. Selain koperasi sekolah, kegiatan tahunan yang dilakukan yaitu dengan mengadakan pelatihan jurnalistik dan kewirausahaan yang diperuntukan bagi seluruh peserta didik yang ada di SMA Negeri 8 Semarang. Menurut hemat Peneliti, penanaman Qadirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri) melalui kegiatan koperasi sekolah dan kegiatan lain seperti pelatihan jurnalistik merupakan langkah yang tepat untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam dunia interpreneur. Koperasi sekolah dijadikan sebagai wadah bagi peserta didik untuk berdikari, dan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai kepribadian peserta didik.
B. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA 8 Semarang Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling sekolah di Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan. Setidap sekolah menyadari akan pentingnya layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah, termasuk sekolah yang berada di Kelurahan Tambak Aji Kecamatan Ngaliyan. SMA Negeri 8
70
Semarang juga menyadari bahwa layanan Bimbingan dan Konseling sekolah dijadikan sebagai salah satu bagian yang tak terpisahkan dari program pendidikan yang lain, seperti kurikulum, supervisi dan administrasi sekolah. Dengan dijadikannya Bimbingan dan Konseling sebagai salah satu bagian yang tak terpisahkan dari program pendidikan, maka menurut hemat Peneliti pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang sudah terprogram dengan baik dan kegiatan yang dilakukannya juga dilaksanakan secara sistematis oleh para petugas bimbingan, baik oleh konselor dan stafstafnya,a wali kelas maupun guru Pendidikan Agama Islam yang ada di SMA Negeri 8 Semarang. Layanan Bimbingan dan Konseling yang diberikan diantaranya: 1. Layanan orientasi Layanan ini dimanfaatkan peserta didik untuk dapat memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah. Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 8 Semarang memberikan layanan ini pada saat masa orientasi siswa (MOS). Menurut hemat peneliti, pelayanan yang diberikan sangat tepat bagi peserta didik yang belum begitu tahu tentang konsdisi lingkungan di SMA egeri 8 Semarang. 2. Layanan informasi Layanan ini bertujuan agar peserta didik dapat menerima dan memahami berbagai informasi yang dibutuhkan, misalnya saja informasi tentang beasiswa, informasi tentang UMPTN, dan lain sebagainya. Berdasarkan catatan lapangan pelayanan informasi yang diberikan sangatlah bermanfaat bagi peserta didik. 3. Layanan penempatan dan penyaluran Agar tidak terjadi kesalahan dalam penempatan kelas, guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang memberikan layanan ini kepada peserta didik di SMA Negeri 8 Semarang terutama peserta didik yang akan naik ke kelas XI. Menurut hemat peneliti, layanan ini sangat membantu peserta didik untuk menentukan pilihan yang tepat. 4. Layanan penguasaan konten
71
Menurut hemat peneliti, layanan ini diberikan sangat tepat diberikan kepada peserta didik yang berusaha untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan yang baik dalam menguasai materi yang sesuai dengan kemampuan dirinya. Misalnya saja pada saat inginn mengikuti perlombaan, mengikuti tryout, dan ujian sekolah maupun ujian nasional. 5. Layanan bimbingan perseorangan Layanan ini sudah berjalan maksimal. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka untuk mendapatkan masukan-masukan dan motivasi dari guru Bimbingan dan Konseling. Tujuan dari pelayanan ini yaitu agar peserta didik dapat menerima dan memahami dirinya, mampu mengambil keputusan, dan mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. 6. Layanan bimbingan kelompok Menurut peneliti layanan ini kurang efektif dilakukan, karena dengan banyaknya peserta didik yang datang ke ruang Bimbingan dan Konseling membuat ruang Bimbingan dan Konseling tersebut ramai, sesak dana panas. Akibatnya, pelayanan tidak maksimal. Menurut hemat peneliti, layanan ini akan efektif apabila dilakukan secara klasikal atau diluar kelas. Dengan memberikan topik-topik tertentu kemudian membahasnya dengan membentuk kelompok diskusi. 7. Layanan konsultasi Layanan ini dimanfaatkan peserta didik untuk memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau permasalahan yang menyangkut dirinya sendiri maupun orang lain. Menurut hemat peneliti, layanan ini tepat diberikan kepada peserta didik agar kedewasaan peserta didik bisa bertambah. Pelayanan yang dilakukan di SMA Negeri 8 Semarang juga sama dengan layanan Bimbingan dan Konseling di tingkat SMA, yakni ada layanan orientasi, layanan informasi, sampai layanan konsultasi. Hanya saja, dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling tahun ajaran 2009/2010 di SMA Negeri 8 Semarang dilakukan di ruang Bimbingan dan Konseling (BK).
72
Menurut hamat Peneliti, pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 sudah bagus dan perlu ditingkatkan lagi. Walaupun pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang tidak dilakukan secara klasikal, akan tetapi semua jenis layanan Bimbingan dan Konseling sudah dilakukan dengan sistematis dan maksimal. Peningkatan jumlah pengunjung juga salah satu indikasi bahwa pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA yang kaya akan prestasi ini sudah berjalan dengan baik, tersistem, terprogram dan berjalan sebagaimana mestinya Bimbingan dan Konseling di SMA. Dengan kesadaran dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun, peserta didik datang ke ruang Bimbingan dan Konseling untuk berkonsultasi dan memanfaatkan jasa layanan Bimbingan dan Konseling sekolah, walaupun ada peserta didik yang datang ke ruang Bimbingan dan Konseling (BK) karena dipanggil ke ruang Bimbingan dan Konseling karena sesuatu yang perlu diklarifikasikan. Walaupun sejak awal sudah ditekankan bahwa Bimbingan dan Konseling (BK) disekolah bukanlah ‘polisi sekolah’, dan Bimbingan dan Konseling di sekolah bertujuan untuk mengentaskan segala permasalah yang dihadapi peserta didik yang menyangkut masalah pribadi, sosial, kependidikan dan karir, tetap saja ada peserta didik yang masih beranggapan bahwa Guru Bimbingan dan Konseling dijadikan sebagai ‘polisi sekolah’. Bagi peserta didik yang sedang ada masalah, mereka menemui guru Bimbingan dan Konseling di ruang Bimbingan dan Konseling untuk mengutarakan segala permasalahan yang sedang dialaminya. Dengan harapan, mereka dapat mengambil keputusan dan dapat mengatasi masalah yang sedang dialaminya. Menurut hemat Peneliti, wawancara yang akan dilakukan konselor dengan konseli merupakan layanan perseorangan. Tidak menutup kemungkinan juga kalau Bimbingan dan Konseling itu dilakukan di ruang UKS sekolah, tempat ibadah, teras sekolah, dan perpustakaan. Peserta didik yang mencari informasi terkait dengan masalah pribadi, sosial, kependidikan, maupun karir, mereka akan datang sendiri maupun berkelompok untuk
73
mendapat informasi yang mereka butuhkan. Apabila pelayana itu dilakukan berkelompok maka dinamakan bimbingan kelompok, dan apabila yang datang hanya seorang, maka dinamakan layanan atau bimbingan perseorangan. Menurut Peneliti, pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, dan jenis Bimbingan dan Konseling SMA Negeri Semarang, seperti bimbingan pendidikan, bimbingan pribadi, bimbingan sosial maupun karir pekerjaan sudah bagus karena sudah dilakukan sesuai dengan teori yang ada di Bab II. Layanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang meliputi: layanan orientasi, yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik memahami lingkunagan baru, terutama lingkungan sekolah, layanan penyaluran/penempatan, yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik SMA Negeri 8 Semarang memperoleh penempatan yang tepat, setelah naik ke kelas XI. Layanan konseling perseorangan, yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik SMA Negeri 8 Semarang mendapatkan layanan langsung, untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersamasama. Layanan informasi, yaitu dengan memberikan beberapa informasi yang dibutuhkan peserta didik yang ,menyangkut informasi akademik, karir, dan sosial. Layanan pembelajaran, yaitu layanan yang digunakan untuk membantu mengatasi problematika dalam pembelajaran. layanan konsultasi, yaitu pelayanan untuk mengkonsultasikan segala permasalahan yang menyangkut pribadi peserta didik, maupun hubungan sosial, termasuk juga tentang karir. Peserta didik yang membutuhkan informasi yang terkait dengan pribadi, sosial, kependidikan, maupun karir, mereka akan datang sendiri maupun berkelompok untuk
mendapat informasi yang mereka butuhkan.
Misalnya, peserta didik ingin mengetahui persyaratan dan cara masuk perguruan tinggi negeri maupun swasta, ingin tahu informasi tentang kesehatan reproduksi (seks), maupun cara untuk bersosialisasi secara baik di masyarakat. Peneliti sependapat dengan apa yang telah dilaksanakan. Banyaknya permasalah yang berhasil diselesaikan, seperti masalah pribadi, sosial, karir dan kependidin. Banyaknya peserta didik yang
74
memaksimalkan jasa layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Apalagi jenis-jenis layanan tersebut di dukung dengan kegiatan aplikasi dan instrumentasi Bimbingan dan Konseling, kegiatan konferensi peserta didik. Mengadakan penelitian terhadap diri peserta didik, beserta latar belakangnya. Mengadakan temu wicara dengan individu yang bermasalah sehingga individu pada akhirnya akan mengutarakan segala perasaannya. Mengadakan home visit sehingga diperoleh keterangan tentang situasi lingkungan. Menurut hemat Peneliti, perkembangan dan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang mengalami perkembangan yang signifikan. C. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang. 1. Implementasi Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) Implementasi nilai-nilai tersebut terlihat dalam setiap kegiatan yang dilakukan sivitas akademika SMA Negeri 8 Semarang dalam kegiatan sehari-hari, kegiatan mingguan, maupun kegiatan tahunan. Implementasi dari Matin al-Khuluq itu dapat dilihat dari beberapa sikap yang ditunjukan oleh peserta didik maupun guru, seperti: a. Kejujuran peserta didik dalam berkata maupun bertindak Implementasi kejujuran di SMA Negeri 8 Semarang sudah dilakukan dalam berbagai kegiatan sekolah, diantaranya dalam proses pembelajaran. Misalnya, guru memberikan tugas kepada peserta didik dan dikumpulkan besok pagi. Keesokan harinya seorang guru akan bertanya tentang tugas yang telah diberikanya. Dalam kegiatan ekstra sekolah juga diterapkan nilai-nilai kejujuran seperti setoran hafalan surat-surat
pendek
kepada
guru
Pendidikan
Agama
Islam.
Implementasi yang lain yaitu pada kegiatan tahunan, yaitu pada saat peringatan Idul Adha (hari raya qurban). Peserta didik diperintahkan untuk membayar iuran qurban. Peserta didik akan mengutarakan sesuai dengan surat yang diberikan sekolah kepada orang tuanya tentang jumlah nominal iuran qurban. Akan tetapi, kalau menyampaikan kepada orang tua tidak sesuai dengan kenyataan, maka peserta didik
75
tidak jujur. Peserta didik yang belum lunas membayar iuran tersebut akan dipanggil keruang Bimbingan dan Konseling untuk diklarifikasi. Dalam proses Bimbingan dan Konseling ada istilah asas keterbukaan. Seseorang akan berusaha untuk membuka diri apabila dilayani dengan baik. Peran dari guru Bimbingan dan Konseling sebagai mediator, motivator dan evaluator bagi peserta didik yang bersangkutan. Sehingga peserta didik, dapat membuka diri dan bisa mengambil keputusan-keputusan serta menyelesaikan permsalahan yang dihadapi. Peneliti sependapat bahwa kejujuran merupakan sikap dan perilaku yang sangat diperlukan di lingkungan sekolah. Pendidikan kejujuran yang praktikan sesuai dengan ajaran agama Islam, dan kejujuran tidak hanya dikemukakan secara teoris, melainkan disertai contoh-contoh yang konkret untuk dihayati maknanya. Penerapan nilai-nilai kejujuran di SMA Negeri 8 Semarang sudah disesuaikan dengan ajaran agama Islam, sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW. b. Amanah terhadap Allah SWT, rasul, orang lain dan diri sendiri. Memulai dan mengakhiri setiap kegiatan dengan berdoa, membaca asmaul husna sebelum pelajaran Pendidikan Agama Islam jam pertama dimulai. Shalat dhuhur berjamaah di musholah sekolah. Setiap hari ada 4 kelas yang dijadwalkan untuk shalat berjama’ah. Jumlah peserta didik dari masing-masing kelas, rata-rata 34 peserta didik. Dari 4 kelas yang telah dijadwalkan sekitar 40 peserta didik yang shalat dhuhur berjamaah di mushalah sekolah dan mayoritas jama’ah adalah laki-laki. Menurut hemat Peneliti, berdasarkan observasi selama di SMA Negeri 8 Semarang hanya 29.41 % peserta didik (muslim) yang melakukan shalat dhuhur berjama’ah di sekolah. Dari angka tersebut dapat Peneliti simpulkan bahwa pelaksanaan sholat dhuhur untuk menanamkan nilai amanah terhadap Allah SWT belum berjalan secara maksimal.
76
Rutinitas lain seperti bershadaqah dengan sesama peserta didik, menolong dan mengasihi sesama, serta menjaga lingkungan sekolah sudah berjalan akan tetapi belum maksimal. Shalat Jum’at di sekolah, tadarus setelah pulang sekolah, dan bershadaqah untuk kemanusiaan yang dilakukan pada hari jum’at, memberikan waktu yang cukup untuk beribadah dalam setiap kegiatan ekstra kurikuler adalah wujud implementasi dari nilai amanah yang telah dilakukan di SMA Negeri 8 Semarang. Menggunakan panca indra yang telah dikaruniakan Allah SWT dengan melakukan hal-hal yang edukatif, kreatif, inovatif. Misalnya menggunakan tangan untuk membuat hasta karya, untuk melukis/menulis di mading sekolah, menggunakan mata untuk melihat yang baik dan berguna, seperti membaca buku di perpustakaan, memanfaatkan
waktu
luang
untuk
berdiskusi
dengan
guru.
Menggunakan akal untuk berfikir positif dan berusaha memahai dan mengagumi ciptaan-ciptaan Allah SWT, menggunakan mata untuk melihat tulisan yang bermanfaat atau hal-hal yang berdampak positif untuk perkembangan diri, dan menggunakan kaki yang melangkah kearah kebaikan, seperti berangkat ke sekolah, menuju ke Mushalah untuk shalat berjamaah, dan sebagainya, hanya saja pelaksanaan dari rutinitas mulya tersebut belum maksimal. Menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar sekolah adalah salah satu usaha yang dilakukan. Misalnya, menghormati tamu dan orang yang lebih tua yang datang ke sekolah, menebarkan senyum pada saat berpapasan dengan warga masyarakat sekitar sekolah. Tidak menyinggung dan menyakiti perasaan orang lain, merupakan wujud real dari amanah kepada orang lain. Menurut hemat Peneliti, amanah terhadap diri sendiri yang diterapkan di lingkungan sekolah sudah cukup bagus dan perlu dimaksimalkan lagi. c. Kasih Sayang
77
Penerapan kasih sayang ini terlihat dari hubungan yang saling menghormati dan menghargai baik guru terhadap guru, guru terhadap peserta didik, dan peserta didik dengan peserta didik. Diantaranya guru memberikan penghargaan ketika peserta didik melakukan sesuatu yang dianggap baik. Membimbing dan memotivasi peserta didik ketika mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Membelikan buku qiraati bagi peserta didik yang belum lancar membaca al-Qur’an. Mendoakan peserta didik yang sedang sakit, serta menjenguknya apabila diperlukan. Berdasarkan observasi dan catatan lapangan selama penelitian, bentuk kasih sayang yang dilakukan antar peserta didik yaitu menjaga nama baik teman. Memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk peserta didik yang membutuhkanya. Bahkan ada juga yang mengajari mengaji, agar teman yang belum lancar membaca al-Qur’an cepat bisa membaca al-Qur’an dengan lancar dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Kasih sayang di SMA yang bervisi luhur dalam berbudi dan unggul dalam prestasi ini terlihat pada wujud kepedulian seluruh pihak sekolah terhadap kebersihan sekolah. Kegiatan yang dilakukan diantaranya menanam dan merawat tanaman di pekarangan sekolah, baik tanaman jenis apotek hidup ataupun yang lainya, dan membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. Guru Bimbingan dan Konseling harus tampil dengan paradigma baru. Dengan semboyan Bimbingan dan Konseling peduli peserta didik.yakni jika anak (peserta didik) dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki. Jika dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi, jika dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri, jika dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri, jika dibesarkan
dengan
toleransi,
ia
belajar
menahan
diri,
jika dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri, jika dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan, jika dengan pujian, ia belajar menghargai, jika dibesarkan dengan rasa
78
aman, ia belajar menaruh kepercayaan, jika dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya, dan jika seorang anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia akan belajar menemukan cinta dalam kehidupan. Menurut hemat Peneliti, setiap kegiatan yang dilakukan di SMA Negeri 8 Semarang sudah bagus sesuai dengan ajaran agama Islam, yang telah diuraikan di bab II, dan usaha guru Bimbingan dan Konseling untuk menerapkan nilai-nilai kasih sayang tersebut juga sudah sesuai dengan teori yang ada dalam Bimbingan dan Konseling. d. Kedisiplinan Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa disiplin sekolah untuk memelihara peserta didik agar tidak menyimpang dari norma yang berlaku. Peserta didik yang bertindak disiplin karena adanya pengawasan dari pihak sekolah. Kedisiplinan di SMA Negeri 8 Semarang dapat dilihat pada saat masuk sekolah (kegiatan belajar mengajar) dimulai pukul 07.00 WIB dan berakhir pada pukul 13.30 WIB. Apabila ada peserta didik yang terlambat, maka pihak guru (Bimbingan dan Konseling beserta stafnya) memberikan peringatan dan sanksi kepada peserta didik yang bersangkutan. Sanksi yang diberikan bukanlah hukuman fisik akan tetapi hukuman yang edukatif, seperti membersihkan lingkungan sekolah yang masih kelihatan kotor. Dan pada saat memberikan sanksi kepada peserta didik yang telambat, guru Bimbingan dan Konseling beserta stafnya tidak bersikap seperti ‘polisi sekolah’, akan tetapi bersikap seperti teman. Begitu juga apabila ada guru yang sering terlambat juga ada peringatan dari kepala sekolah. Pergantian jam pelajaran juga sudah terjadwal secara teratur, sehingga proses belajar mengajar berjalan secara lancar. Apabila ada peserta didik yang terlambat masuk kelas setelah pergantian jam pelajaran maka guru memberikan teguran kepada peserta didik yang bersangkutan.
79
Pada saat melaksanakan rutinitas shalat dhuhur, guru (guru Pendidikan Agama Islam) datang lebih awal untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Sedangkan melaksanakan shalat dhuhur sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Begitu juga peserta didik, ketika mendengar seruan untuk shalat segera menuju ke mushalah sekolah untuk menunaikan shalat dhuhur berjamaah. Menurut hemat Peneliti, implementasi dari nilai kedisiplinan di SMA Negeri 8 Semarang yang dilaksanakan oleh sivitas akademika sudah baik. Membina kedisiplinan peserta didik secara dini dengan membiasakan dan memberikan tauladan kedisiplinan kepada peserta dalam setiap kegiatan, sehingga kejujuran akan tertanam kuat dalam diri peserta didik. 2. Nilai
Qadirun
Ala
al-Kasbi
(Memiliki
Kemampuan
Usaha
Sendiri/Mandiri). Kegiatan koperasi sekolah dijadikan sebagai wadah bagi peserta didik untuk berdikari, dan dijadikan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai kemandirian pada diri peserta didik. Peserta didik diberi tanggung jawab untuk mengelola koperasi sekolah. Mulai dari penentuan harga jual barang, membelanjakan barang yang akan dijual, membuat jadwal piket, dan memenejemen keuangan. Dengan membiasakan kemandirian tersebut, maka jiwa Qadirun Ala al-Kasbi peserta didik akan cepat berkembang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Siti Zulaekha, peserta didik kelas XI IS 1 SMA Negeri 8 Semarang, berdikari lain yang dilakukan oleh sebagian kecil peserta didik yaitu dengan mencoba berjualan pulsa, misalnya saja di kelas XI A 3 ada 1 peserta didik yang berjualan pulsa yaitu asasul masfaroh, di kelas XI IS 1 yang berjualan pulsa ada 3 orang yaitu Siti Zulaekha, Rifki Rahardwianto dan Miftahul Jannah, sudah lebih dari 6 bulan mereka berjualan pulsa di sekolah, bahkan Siti Zulaekha sendiri sudah 1 tahun berjualan pulsa, baik di rumah maupun di sekolah.
80
Berjualan di kelas, selain jualan pulsa ada juga peserta didik yang mencoba menjual donat ataupun pernik-pernik kepada teman se kelasnya. Menurut hemat Peneliti, peran dari guru pembimbing koperasi sekolah tidak hanya membimbing dan mengarahkan serta memotivasi peserta didik yang mengaktualisasikan diri dalam dunia interpreneur sekolah. Akan tetapi dengan memberikan contoh kongkrit kepada peserta didik. Peran guru Bimbingan dan Konseling juga tidak cukup kalau hanya sebagai pembimbing, motivator, dan mediator dalam mengembangkan koperasi yang ada di sekolah, akan tetapi harus memberikan contoh berdikari yang baik kepada peserta didik. Menurut Peneliti, penerapan Qodirun Ala al-Kasbi melalui koperasi sekolah sangatlah tepat. Karena koperasi sekolah merupakan media yang tepat untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam dunia interpreneur di sekolah.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang ada di bab IV maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling yang ada di SMA Negeri 8 Semarang yaitu nilai pendidikan kepribadian yang meliputi nilai Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) dan nilai Qadirun Ala al-Kasbi (Kemampuan Untuk Berusaha Sendiri/Mandiri). 2. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang dalam perkembanganya sampai tahun 2010 ini dapat dikatakan ideal, tersistem dan berjalan sebagaiman yang ada dalam teori, serta mengalami perkembangan yang signifikan. Hanya saja, pada tahun ajaran 2009/2010 pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang dilaksanakan di ruang Bimbingan dan Konseling. Sehingga untuk memanfaatkan jasa layanan Bimbingan dan Konseling peserta didik harus datang ke ruang Bimbingan dan Konseling untuk mengutarakan segala sesesuatu yang terkait dengan pribadi, sosial, karir, maupun kependidikan. Karena tujuan adanya Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang adalah untuk mengentaskan segala permasalah yang dihadapi peserta didik dan mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik secara optimal yang menyangkut masalah pribadi, sosial, kependidikan dan karir. 3. Implementasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang selama tahun ajaran 2009/2010 sudah berjalan sebagaimana mestinya, dan di praktekan dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Nilai Matin al-Khuluq yang di kembangkan yaitu kejujuran, amanah, kasih sayang dan kedisiplinan.
81
Sedangkan implementasi dari Qadirun Ala al-Kasbi yaitu dalam kegiatan koperasi sekolah, berjualan pulsa, dan berjualan di kelas. B. Saran-saran
Demi peningkatan mutu SMA Negeri 8 Semarang dan kemajuan program Bimbingan dan Konseling yang ada di SMA Negeri 8 Semarang, khususnya nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling sebagai realisasi dari tujuan penyusunan skripsi ini, maka peneliti sampaikan beberapa saran sebagai berikut. 1. Kepala SMA Negeri 8 Semarang hendaknya memberikan kebijakan terkait dengan pelayanan Bimbingan dan Konseling. Sehingga pelaksanaan Bimbingan dan Konseling tidak hanya dilakukan di ruang Bimbingan dan konseling (BK), tetapi juga dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas atau bimbingan yang dilakukan secara klasikal. 2. Koordinator dan staf guru Bimbingan dan Konseling lebih meningkatkan pelayanan Bimbingan dan Konseling kepada peserta didik, baik yang bermasalah maupun peserta didik yang potensial di SMA Negeri 8 Semarang. 3. Hendaknya dibuatkan ruang khusus Konseling, agar peserta didik secara leluasa dapat mengungkapkan segala permasalahan yang dihadapinya dan demi menjaga kerahasiaan klien (peserta didik). 4. Kepala sekolah, guru Bimbingan dan Konseling, guru pelajaran, dan wali kelas, hendaknya lebih ditingkatkan lagi dan lebih aktif dalam membina peserta didik agar menjadi manusia yang berkompeten, berakhlak mulia dan percaya dengan kemampuan yang dimilikinya. 5. Kepada seluruh pesertra didik di SMA Negeri 8 Semarang, hendaknya perilaku (akhlak) yang baik (sopan) baik terhadap teman lebih-lebih terhadap guru yang ada di SMA Negeri 8 Semarang lebih ditingkatkan lagi, selalu mengembangkan Matin al-Khuluq dan Qadirun Ala alKasbi di lingkunagan
sekolah, keluarga, maupun di lingkuangan
masyarakat.
82
C. Penutup
Demikian skripsi yang dapat disampaikan. Semoga bermanfaat, khususnya di kalangan sivitas akademika IAIN Walisongo Semarang. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif guna perbaikan skripsi ini Peneliti harapkan. Terima kasih.
83
DAFTAR PUSTAKA , “Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama Islam”, http://islamblogku.blogspot.com/2009/07/pengertian-dan-tujuan-pendidikanagama_1274.html, Januari 2010. Abdullah, M. Yatimin, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al Quran, Jakarta: Amzah, 2007. Ahmadi, Abu dan M. Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: PT Rinneka cipta, t.th. Al-Daarami, Sunan Al Daarami Juz II, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, TT), hlm. 323. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Aufa, Abu, “ MukhtasharUlumil-Qur’an ”, http://alilmu.wordpress.com/ 2007/ 04/ 13/ mukhtashar-ulumil-quraan/, 3 Mei 2010. Aziz, Abdul, “Pendidikan Agama Islam Untuk Hidup Yang Lebih Bermakna”, http://islamblogku.blogspot.com/ 2009/ 07/ pengertian-dan-tujuanpendidikan-agama_1274.html, Januari 2010. Bafadal, Fadhal AR, Al-Qur’an dan Terjemahnya Jus 1-30, Jakarta: C.V Pustaka Agung Harapan, 2006. Bandono, “Program Kerja Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam KTSP SMA Negeri 7 Yogyakarta”, http://bandono.web.id/2008/05/05/program-kerjapelayanan-bimbingan-konseling-dalam-ktsp-sma-negeri-7-yogyakarta.php, hlm. 1. Bukhari, Imam, Shahih Bukhari Juz III, Birut Lebanon: Darul Kutub alIlmiah, 1992. Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif Ancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora, Bandung: Pustaka Setia, 2002. Dedy, UUD 1945 Amandemen Plus Profil Lembaga Pemerintah (MPR, DPR, DPD, BPK, MA, Kementerianm dll ), Jakarta: Pustaka Widyatama, 2010.
Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,2005. Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV. Ilmu, 1975. Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT Gramedia, 2000. Firdaus, Ria, “10 Karekter atau Ciri Khas Pribadi Muslim”, http://Halaqah.Net/V10/Index.Php?Action=Printpage;Topic=3850.0, Mei 2010. Gibson, Robert L. and Marianne H. Mitchell, Introduction to Guidance, London: Collier Macmillan, TT. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1997. Haries, “Pendidikan Agama Islam”, http://haries3.wordpress.com/ 2009/ 12/ 10/ pendidikan-agama-islam/, 7 April 2010. Hendrarno, Eddy, dkk., Bimbingan dan Konseling, Semarang: Swadaya Manunggal Semarang,2003. Hoetomo, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Mitra Pelajar, 2005. Margono, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Ningrum, Dwi Ayu (15.204.0784), ”Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Bimbingan dan Konseling (Studi Kasus Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kesulitan Belajar PAI Siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang)”, skripsi Fakultas Tarbiyah Universitas Sultan Agung, Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah,2008. Nurihsan, Achmad Juntika, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, Bandung: PT. Refika aditama, 2007. Priyatno dan Erman Anti, Dasa-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999.
Starawaji, “Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut Berbagai Pakar”, http://starawaji.wordpress.com/2009/05/02/pengertian-pendidikan-agamaislam-menurut-berbagai-pakar/, Januari 2010. Sugono, Dendy, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008. Suharto, Toto, Filsafat Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006. Sukardi, Dewa Ketut, Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984. Sulistyowati, Dwi (3102131), ”Studi tentang Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dan Implikasinya terhadap Pemecahan Masalah Peserta Didik di MAN Kendal”, skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2006. Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 1993. Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996. Tim Dakwatuna, “Kepribadian Muslim”, http://www.dakwatuna.com/ 2007/ kepribadian-muslim/, 2 Mei 2010. Tim PPL SMA 8 Semarang, Laporan Praktik Pengalaman Lapangan Semester Gasal Tahun Akademik 2008/2009, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009. Tim Redaksi Fokusmedia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nomor 20 Tahun 2003), Bandung: Fokusmedia, 2003. Tirtarahardja, Umar dan La Sulo, Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005. Uhbiyati, Nur dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam I (IPI), Bandung: Pustaka Setia, 1997. Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset, 1993. Winarsih (3197014), “Keaktifan Konseli dalam Bimbingan dan Konseling Pengaruhnya terhadap Kemampuan Peserta Didik dalam Mengatasi Masalah di SMU Negeri Subah Batang”, skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2001.
Winkel, W.S. dan M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Yogyakarta: Media Abadi, 2007.
LAMPIRAN-LAMPIRAN LEMBAR OBSERVASI No Observasi 1 Ruang Kepala Sekolah Ruang Wakil Kepala 2 Sekolah 3 Ruang Tata Usaha 4 Ruang Guru 5 Ruang Bendahara Kamar Kecil Kepala 6 Sekolah 7 Kamar Kecil Guru 8 Ruang Kelas 9 LABORATORIUM 10 Lab. Kimia 11 Lab. Biologi 12 Lab. Fisika 13 Lab. Bahasa 14 Lab. Komputer 15 Dapur Sekolah 16 Pos Keamanan Ruang Bimbingan dan 17 Konseling 18 Ruang UKS Ruang Biro Data dan 19 Evaluasi 20 Ruang Osis 21 Kantin 22 Mushola 23 Ruang Multimedia 24 Ruang Band 25 Ruang Perpustakaan 26 Ruang Agama, 27 Internet 28 Koperasi 29 Toilet Putra 30 Toilet Putri 31 Lapangan Olah Raga 32 Apotek Hidup
Ada V
Tidak
Keterangan 1 ruang
V
1 ruang
V V V
1 ruang 1 ruang 1 ruang
V
1 ruang
V V V V V V V V V V
1 ruang 27 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang
V
1 ruang
V
1 ruang
V
1 ruang
V V V V V V V V V V V V V
1 ruang 4 ruang 2 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 4 ruang 4 ruang 1 komplek 1 komplek
DAFTAR PRESTASI SMA NEGERI 8 SEMARANG SELAMA 3 TAHUN TERAKHIR
No 1. 2 3.
Jenis lomba KIR Mapel Siswa Berprestasi Accounting Competition Plus VII
Nama peserta
Tanggal/ tahun
Dana, Willy, Nurul
13 Feb 2007
Eni Putri
01 Des 2007
Juara III
Endang Mujiarti Mufasiha
12 Maret 2007
Juara I
Fernando, dkk (tim sepak bola SMA 8)
Januari 2007
Juara I
Agus Nur Arifin
2 Mei 2007
SMA N 8
Juli 2007
Tim Futsal SMA 8
2 Mei 2007
Paskib SMA 8
Agustus 2008
4.
Sepak Bola
5.
LKTI Nasional
6.
Sekilah Sehat
7.
Turnamen Futsal
8.
Paskibra
9.
Cerita Rakyat
Agustia
10.
Drama Bahasa Inggris
Fernandus, dkk
11. Spec Contes Lempar Lembing Lomba 13. Pramuka 12.
Ana Fatimah
14 Mei 2008
Juara II Juara II Juara I Juara II Juara II Juara II
14 Mei 2008
Juara I
Ana F
30 Maret 2008
Juara I
Hamada
15. Lari 200 M
Safril K.
Lomba Pramuka
14 Mei 2008
-
Fernandus
14. Lari 100 M
16.
2008
Keterangan Juara III
Ambalan ASRI
14 Mei 2008 14 Mei 2008 25 April 2010
Juara II Juara II Juara Favorit
PEDOMAN WAWANCARA Hasil wawancara dengan Ibu Ganefiani selaku Guru dan Koordinator Bimbingan dan Konseling (BK) di SMA Negeri 8 Semarang tahun ajaran 2009/2010. Pada hari Jum’at, 23 April 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling. A. Tentang Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang 1. Apa tujuan diadakannya Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI 8Semarang? Tujuan diadakannya Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI 8ini tidak lain adalah untuk membantu mengentaskan permasalahan peserta didik. Dan berusaha untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik. 2. Kapan Bimbingan dan Konseling diadakan? Sejak sekolahan ini berdiri, yakni pada tahun 1979. Pada waktu itu tenaga yang membantu dalam pelaksanaan/pelayanan Bimbingan dan Konseling sedikit. Sedangkan jam tatap mukanya juga tidak jelas. 3. Apa latar belakang diadakanya Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI 8Semarang? Latar belakang diadakanya Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI 8ini karena untuk membantu memecahkan permasalahan dikalangan peserta didik. Mengingat peserta didik masih relatif muda, yang rawan akan permasalahan, maka untuk menyelesaikan permasalahan tersebut peserta didik membutuhkan bantuan dari tenaga ahli. Selain itu juga menyesuaikan dengan isi kurikulum yang dipakai. 4. Bagaimana pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI 8Semarang? Bimbingan dan Konseling ini sudah berjalan cukup lama. Pelaksanaanya disesuaikan dengan Pola umum Bimbingan dan Konseling di sekolah. Pada tahun ajaran 2007/2008 Bimbingan dan Konseling ada jam tatap muka (pertemuan dikelas/klasikal) yakni selama 2 jam
pelajaran.
Sebelumnya juaga ada jam tatap muka, walaupun Cuma 1 jam pelajaran.
Akan tetapi, pada tahun ajaran 2009/2010 ini Bimbingan dan Konseling tidak dilakukan dalam pertemuan di kelas, akan tetapi Bimbingan dan Konseling dilakukan diruang Bimbingan dan Konseling (BK). 5. Metode apa yang dipakai dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI 8Semarang? Metode yang dipakai yaitu metode ceramah. Baik layanan bimbingan maupun konseling. Selain cerama, dipakai juga metode wawancara, metode ini dipakai dalam wancara bimbingan dan waancara konseling. Baik dalam bentuk bimbingan perorangan maupun kelompok. Home visit juga sering dilakukan manakalah ada peserta didik yang sering tidak masuk atau lagi ada masalah yang sifatnya berat. 6. Apakah dalam Bimbingan dan Konseling telah dikembangkan nilai pendidikan kepribadian, yakni Matin al Khuluq (akhlak yang kokoh), dan Qodirun Ala al Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri). Ya. Dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling juga dikembangkan nilai-nilai kepribadian, misalnya kejujuran, sopan santun, amanah, kasih sayang,
kedisiplinanl.
Kemampuan
untuk
berusaha
sendiri
juga
dikembangkan, yakni dengan memberikan materi tentang kewirausahaan. Dan memberikan tanggung jawab kepada peserta didik untuk mengelola koperasi sekolah. Bahkan, ada peserta didik yang berjualan di kelas. 7. Kendala apa yang dihadapi ? Ada beberapa kendala yang dihadapi, misalnya: -
Komunikasi dengan orang tua peserta didik, karena jarak yang cukup jauh.
-
Apa yang dikatakan oleh peserta didik kadang-kadang tidak sesuai dengan kenyataan.
-
Peserta didik tidak masuk sekolah karena tidak mempunyai transport untuk berangkat ke sekolahan.
-
Masih ada asumsi dari minoritas peserta didik yang menganggap bahwa BK adalah ”polisi sekolah”. Ruang BK hanya untuk peserta didik yang bermasalah, padahal kan tidak.
8. Implementasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI 8Semarang, apa saja nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang telah diterapkan? Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang telah diterapkan yaitu niali-nilai pendidikan akhlak. Akhlak itu dapat diketahui dari kejujuran peserta didik, amanah baik kepada Tuhan YME, orang lain, maupun diri sendiri, kasih sayang terhadap sesama dan lingkungan, disiplin dalam melaksanakan tugas dan menaati peraturan sekolah, pendidikan sosial, pendidikan karir, pendidikan kepribadian, dan nilai pendidikan keimanan. Sedangkan penerapan pendidikan kepribadian itu melalui kejujuran, amanah, kedisiplinan, dan kasih sayang. Semuanya itu ditanamkan dalam setiap kegiatan yang dilakukan, seperti pembelajaran, pelayanan bimbingan, iuaran peserta didik, ulangan, dll. Kalau yang berdikari itu melalui koperasi sekolah. Ada juga yang berjualan pulsa di kelas XI IS 1 ada tiga, zuli, mifta, dan rifki.
Hasil wawancara dengan Dra. Hj. Faricha selaku Guru dan Koordinator Bimbingan dan Konseling (BK) di SMA Negeri 8 Semarang tahun ajaran 2009/2010. Pada hari Kamis, 22 April 2010 di ruang Guru. B. Tentang Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam 1. Apa saja nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 8 Semarang ? Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA NEGERI 8Semarang ini sesuai dengan kurikulum yang dipakai. Misalnya tentang pendidikan akhlak, kejujuran, amanah, kasih sayang dan kedisiplinan. Seperti yang disebutkan dalam al-Qur’an Surat An Nahl ayat 125, yang berisi tentang menghargai karya orang lain, dan menghindari perbuatan dosa. Dalam materi kelas XII juga diajarkan tentang Etos kerja, ikhtiar, doa, dan rawakal. Misalnya usaha sendiri sesuai dengan kemampuanya. 2. Apakah nilai pendidikan Kepribadian Muslim diterapkan di SMA NEGERI 8Semarang? Yakni nilai Kepribadian Muslim yang meliputi Matin alKhuluq (Akhlak yang Kokoh), dan Qodirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri).? Ya. Misalnya menghormati guru, tegur sapa yang santun, salam dan senyum ketika berjumpa, bagi peserta didik yang telambat datang, dihukum dengan membuang sampah/ mengambil sampah yang ada di halaman sekolah. 3. Bagaimana menerapkan nilai kepribadian muslim, yakni Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh), dan Qodirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri)? Penerapanya ya dalam kegiatan belajar mengajar (proses pembelajaran), kegiatan-kegiatan harian, seperti pemberian tugas kepada peserta didik, membimbing peserta didik yang belum lancar membaca al-Qur’an, membiasakan peserta didik untuk sholat dhuhur berjamaa’ah di musholah sekolah. Kegiatan mingguan seperti mengajarkan dan membiasakan sadaqah/beramal pada hari jumat, membudayakan jum’at bersih, dan sholat jumat di sekolah, dan tahunan seperti iuran qurban, buka dan tadarus bersama pada bulan ramadhan, semua kegiatan ditekankan pada
kepribadian peserta didik. Sedangkan tentang kemandirian diterapkan dalam mengelolah koperasi sekolah, ada juga yang jualan pulsa, bahkan jualan donat di kelas. 4. Bagaimana menerapkan Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) antara peserta didik dengan Guru dan Karyawan di SMA Negeri 8 Semarang? Dengan membiasakan diri untuk berbicara santun dan jujur kepada orang yang lebih tua, dan sopan terhadap teman sebaya. Jujur dalam membayar uang SPP. Membudayakan senyum salam sapa pada sesama sivitas akademika SMA Negeri 8. menjaga lingkungan sekolah agar tetap bersih dan asri. Tidak membuang sampah di lingkungan sekolah kecuali pada tempat yang telah disediakan. 5. Bagaimana menerapkan Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain di SMA NEGERI 8Semarang? Sama mas, dengan membiasakan diri untuk menjadi pribadi yang islami. Menjaga rahasia teman lain. Kadang-kadang ada yang mentraktir temannya. 6. Bagaimana menanamkan Qodirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri) kepada peserta didik di SMA Negeri 8 Semarang? Dengan memberikan motivasi dan kesempatan serta tanggung jawab untuk mengelola dan mengembangkan koperasi yang ada di sekolahan. Memberikan pelatihan jurnalistik dan kewirausahaan kepada peserta didik, guna menggalih potensi yang ada. 7. Apakah
Qodirun
Ala
al-Kasbi
(Memiliki
Kemampuan
Usaha
Sendiri/Mandiri) sudah diterapkan oleh peserta didik dan guru serta karyawan di SMA Negeri 8 Semarang? Sudah. Hal itu bisa dilihat dari beberapa aktifitas sehari-hari yang ada di sekolah. Seperti pengelolaan koperasi sekolah, berjualan pulsa, ada yang jualn di kelas juga, selama itu tidak mengganggu pembelajaran peserta didik tidak dilarang.
Hasil wawancara dengan kepala sekolah yang di wakili oleh Siti Chotijah, S.Pd selaku Waka.Humas di SMA Negeri 8 Semarang tahun ajaran 2009/2010. Pada hari Selasa, 27 April 2010 di ruang wakil kepala sekolah. C. Tentang Profil Sekolah (kepada kepala sekolah) 1. Bagaimana Latar belakang berdirinya SMA NEGERI 8Semarang? SMA Negeri 8 Semarang berdiri pada tanggal 3 September 1979 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Republik Indonesia No. 0188/0/1070 dengan Nomor Induk Sekolah (NIS) 530, dan nomor statistik 301036301008 Berlokasi di Karanganyar Kecamatan Tugu Semarang, dan diberi nama SMA Negeri 8 Semarang. 2. Bagaimana proses perkembangan sekolah sampai saat ini? Dalam sejarah perkembangannya sejak berdiri sampai sekarang 2009/2010 tercatat 11 kali periode kepemimpinan sekolah. Dan mengalami perkembangan yang sangat signifikan, baik dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologiyan maupun perkembangan bangunannya. 3. Berapa jumlah tenaga guru, karyawan dan karyawati, serta siswa? Guru SMA Negeri 8semarang berjumlah 72 orang. Yang terdiri dari, 62 orang sebagai guru tetap (PNS), 9 orang guru bantu (belum diangkat PNS), 95 % lulusan sarjana/S1. dibantu oleh 19 karyawan, dan jumlah peserta didik pada tahun ajaran 2009/2010 menurun dibanding tahun kemarin yakni 946 yang terdiri dari kelas XA sampai kelas XII Bahasa, yang kemarin lebih banyak sekitar 980 peserta didik. 4. Bagaimana fasilitas gedung SMA Negeri 8Semarang? Fasilitas sudah meningkat dan ada juga yang tahap perbaikan. Dan semuanya sudah dilaksanakan secara maksimal. 5. Bagaimana prestasi siswa/sekolah selama 3 tahun terakhir? Dalam tiga tahun terakhir, Prestai guru, yakni beberapa guru menjadi guru pemandu dalam MGMP. Sedangkan prestasi peserta didiknya banyak sekali mas, misalnya Juara I lomba Pramuka, Juara II lomba lari 100 meter, dll. bisa dilihat di buku data peserta didik.
Hasil wawancara dengan sebagian peserta didik yang telah memanfaatkan jasa layanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang tahun ajaran 2009/2010. Dengan Siti Zulaekha, peserta didik kelas X I IS 1 Pada hari Jum’at, 23 April 2010 di depan kelas XI IS 1 D. Tentang Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling (kepada peserta didik) 1. Sejauhmana pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang? Baik, dan teratur 2. Bagaimana pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang,khususnya pada tahun ajaran 2009/2010? Baik. Guru Bimbingan dan Konseling selalu membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami peserta didik. Selalu memotivasi untuk belajar. 3. Apakah ada yang perlu ditingkatkan dalam melaksanakan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang? Ya. Yang perlu ditingkatkan yaitu pelayanannya lebih ditambahkan lagi. Seperti tahun sebelumnya, Bimbingan dan Konseling dilakukan didalam kelas, ada pelajaran Bimbingan dan Konseling. 4. Pengaruh Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang terhadap prestasi akademik kamu, seperti apa? Pengaruhnya luar biasa. Saya dulu paling tidak suka dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam, selain materinya yang menjenuhkan, saya juga paling tidak pahaman dengan materi pelajaran tersebut. Setelah dipanggil ke ruang Bimbingan dan Konseling, saya di beri motivasi dan masukanmasukan oleh guru BK, dan akhirnya karena motivasi dari guru BK tersebut, saya berusaha untuk suka dengan pelajaran tersebut. Ternyata, dari kesukaan itu, saya jadi lebih mudah untuk memehami. Dan ternyata, Pendidikan Agama Islam itu sangat di perlukan di masyarakat. 5. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan kepribadian dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang?
Penerapanya, dalam proses pembelajaran. Misalnya pada waktu ulangan peserta didik tidak diperkenankan untuk menyontek. Guru memberi pengertian dan memberikan contoh-contoh dan tauladan kepada peserta didik tentang kejujuran, kasih sayang, kedisiplinan. Guru juga memberikan motivasi untuk menjadi seorang yang mempunyai kepribadian yang luhur. Kalau berusaha sendiri, guru menganjurkan peserta didik untuk berwirausaha. Seperti peserta didik diberi tanggung jawab untuk mengelola koperasi sekolah, berjualan pulsa, berjualan makanan ringan yang dibawanya dari rumah, dan lain-lain. Satu kelas, saya ada 3 anak yang jualan pulsa yaitu saya (Zuli), Rifki, dan Mifta. Di kelas XI A 3 ada 1 anak yaitu Asasul
Wawancara dengan Anitha Witri Kusuma Sari, peserta didik kelas XII A 3 hari Rabu, 28 April 2010 di teras depan ruang Bimbingan dan Konseling. E. Tentang Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling (kepada peserta didik) 1. Sejauhmana pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI 8Semarang? Cukup menggembirakan. Sudah berjalan dengan lancar. Cuma pada tahun 2009/2010 ini BK dilaksanakan hanya di ruang BK. 2. Bagaimana pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI 8Semarang,khususnya pada tahun ajaran 2009/2010? Baik. Setiap datang ke ruang Bimbingan dan Konseling pasti ada solusi yang diberikan. Dan guru-guru BK tersebut juga merahasiakan apa yang menjadi privasi klien. 3. Apakah ada yang perlu ditingkatkan dalam melaksanakan Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI 8Semarang? Ya. Ruangan BK perlu direnovasi lagi dan dibuatkan ruang khusus konseling 4. Pengaruh Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI 8Semarang terhadap prestasi akademik kamu, seperti apa? Guru BK itu memberikan motivsi dan pengarahan serta membimbing setiap peserta didik dan pengaruhnya dari motivasi dan masukanmasukan dari guru BK itu dapat mengubah pola pikir saya. Dan menjadikan saya lebih semangat dan lebih dewasa. 5. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan kepribadian dalam Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI 8Semarang? Penerapanya, dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Misalnya pada waktu ulangan peserta didik tidak diperkenankan untuk menyontek. Sholat dhuhur berjamaah. Sadaqah pada hari jumat dan menjaga kebersihan. Kalau berusaha sendiri, guru menganjurkan peserta didik untuk berwirausaha. Seperti peserta didik diberi tanggung jawab untuk mengelola koperasi sekolah Ada yang jualan pulsa juga.
LAMPIRAN PHOTO
Gedung SMA N 8 Semarang dari depan
Ruang B & K tampak dari depan
Viai dan Misi SMA N 8 Semarang
Gedung Perpus dan rurang Guru
Salah satu layanan Bimbingan Kelompok
Peserta Didik sedang memanfaatkan jasa layanan Bimbingan dan Konseling
Proses layanan Bimbingan Perseorangan
Proses layanan Konseling di SMA N 8 Semarang
Prestasi yang pernah diraih
Pola Umum Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 8 Semarang
Ruang Tunggu Tamu
Peserta Didik berjabat tangan setiap bertemu dengan Guru
CURRICULUM VITAE Nama Lengkap Nama Penggilan Alamat
: NUR ROFIQ : OFI : Jl. Kauman RT 03 / III Desa Juwiring Kec. Cepiring Kab. Kendal Tempat Tanggal Lahir : Kendal, 12 Mei 1986 Nomor Handphone : 08562785600 Nama Orangtua : Ayah : Muzamil Ibu : Rokhaniyah Anak ke : 1 dari 2 bersaudara Riwayat Pendidikan Formal : SD Negeri 01 Juwiring lulus 1999 MTs NU 01 Cepiring lulus 2002 MA Negeri Kendal lulus 2005 IAIN Walisongo Semarang sekarang Pengalaman Organisasi : Pengurus BIRAWA Racana Walisongo periode 2008-2009 Ketua Dewan Kerja Ranting Ngaliyan periode 2009-2012 Pengurus Tim OutBound Choleric Zone 907 periode 2009sekarang Motto Wisdom
: Live is not only for bread : 1000 sungai gunung turun ke laut