UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SKI MELALUI METODE TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS III MI KRANGGAN AMBARAWA TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : JUEMI ___________________________
NIM : 114 08 060
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos.50721 Salatiga http// www.salatiga.ac.id e-mail:
[email protected] Fatchurrohman, M.Pd. Dosen STAIN Salatiga NOTA PEMBIMBING Lamp : 3 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Lamp : Sdri. JUEMI Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara : Nama : JUEMI NIM : 11408060 Jurusan : Pendidkan Agama Islam Judul : UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SKI MELALUI METODE TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS III MI KRANGGAN AMBARAWA TAHUN AJARAN 2009/2010 telah kami setujui untuk dimunaqosahkan. Demikian surat ini dibuat, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaiamana mestinya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Salatiga, 10 Agustus 2010 Pembimbing
Fatchurrohman, M.Pd. NIP.19710309 200003 1 001 KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos.50721 Salatiga http// www.salatiga.ac.id e-mail:
[email protected] PENGESAHAN Skripsi Saudara JUEMI dengan Nomor Induk Mahasiswa 11408060 yang berjudul UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SKI MELALUI METODE TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS III MI KRANGGAN
AMBARAWA
TAHUN
AJARAN
2009/2010
telah
dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada hari : _____________________ ang bertepatan dengan tanggal : __________________ dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah. Salatiga, -----------------------Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 195808271983031002
Dr. H. Muh Saerozi, M.Ag NIP. 196602151991031001
Penguji I
Penguji II
_________________________ NIP. 195312231982031005
________________________ NIP. 196810171993032002 Pembimbing
Fatchurrohman, M.Pd. NIP.19710309 200003 1 001 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: JUEMI, A. Ma.
NIM
: 11408060
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Ambarawa, 10 Agustus 2010 Yang menyatakan,
Juemi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
ِ اِاُْ طَ اَ ًِ ََُِِِْْ طَ َْ ( )رواه ”Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan bagi orang itu jalan menuju ke syurga”. (HR. Muslim)
Persembahan : 1. Untuk kedua orang tuaku yang senantiasa menyayangi. 2. Suami dan anakku tercinta. 3. Dosen
pembimbing
yang
telah
memberikan arahan dan masukan. 4. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan. 5. Civitas akademik STAIN Salatiga.
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, kasih-Nya tiada batas dan sayang-Nya berlimpah kepada hamba-Nya. Atas rahmat dan pertolongan Allah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.). Shalawat dan salam. Semoga berlimpah kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun skripsi ini berjudul ”UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SKI MELALUI METODE TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS III MI KRANGGAN AMBARAWA TAHUN AJARAN 2009/2010”. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak. Dr. Imam Sutomo. M. Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak. Drs. Joko Sutopo, selaku Progdi PAI Ekstensi STAIN Salatiga. 3. Bapak Fatchurrohman, S. Ag., M.Pd., yang dengan sabar membimbing dan memberikan masukan dan arahan kepada penulis. 4. Bapak dan Ibu Dosen atas ketulusannya memberikan ilmu serta tauladan khasanah. 5. Kedua orang tuaku yang doanya senantiasa teriring dalam setiap langkah hidupku.
6. Kepala Sekolah, Guru dan segenap keluarga besar MI Kranggan Kecamatan Ambarawa yang telah memberi kesempatan untuk penelitian. 7. Suami dan keluarga yang selalu mencurahkan kasih sayang dan doanya serta tidak bosan-bosan memberi motivasi dan perhatian. Mengingat keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, tentunya skripsi. Mengingat keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, tentunya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan ke arah yang lebih baik, dan diterima dengan hati lapang. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Penulis
ABSTRAK
Juemi. 2010. UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SKI MELALUI METODE TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS III MI KRANGGAN AMBARAWA TAHUN AJARAN 2009/2010. Jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. Kata Kunci : Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Team Quiz. Penelitian dilaksanakan berlatar belakang bahwa penggunaan metode ceramah yang menyebabkan pembelajaran kurang menyenangkan, juga siswa diposisikan sebagai subjek pembelajaran yang pasif sehingga berakibat pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal. Maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas III MI Kranggan Ambarawa Tahun Ajaran 2009 / 2010. Temuan penelitian menunjukkan peningkatan di setiap siklusnya. Pada pra siklus ketuntasan mencapai 38,4 % siswa Pada siklus I dicapai prosentase ketuntasan sebesar 46,2 % Pada siklus II dicapai prosentase ketuntasan sebesar 84,6% Pada siklus III dicapai prosentase ketuntasan sebesar 92,3 % Maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas III MI Kranggan Ambarawa Tahun Ajaran 2009 / 2010. Pada pokok bahasan mengambil ibrah dari kenabian dan kerasulan Muhammad SAW. Mengacu pada temuan tersebut maka Metode Quiz dapat menjadi pilihan metode untuk membelajarkan materi SKI.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
………………………………………………
PERSETUJUAN PEMBIMBING
i
…………………………………
ii
…………………………………..
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN …………………………
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
v
PENGESAHAN KELULUSAN
KATA PENGANTAR
………………………………..
……………………………………………..
vi
………………………………………………………...
viii
………………………………………………………
ix
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ………………………………
xi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………
xii
ABSTRAK DAFTAR ISI
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………...
1
B. Rumusan Masalah
……………………………...
3
C. Tujuan Penelitian
……………………………….
3
D. Manfaat Penelitian
……………………………...
4
E. Hipotesis Penelitian ……………………………
5
F. Definisi Operasional
……………………………
5
………………………………
6
G. Metode Penelitian
H. Sistematika Penulisan
…………………………..
10
BAB II
: KAJIAN PUSTAKA A. Belajar
………………………………………….
13
B. Mata Pelajaran SKI ……………………………..
40
C. Strategi Belajar Mengajar
………………………
45
D. Strategi Quiz …………………………………….
64
E. Penerapan
Metode
Team
Quiz
dalam
Pembelajaran SKI ……………………………… BAB III
66
: DESKRIPSI PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian …………………………..........
68
B. Deskripsi Siklus I
………………………………
68
C. Deskripsi Siklus II
……………………………...
74
D. Deskripsi Siklus III
……………………………..
78
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V
A. Deskripsi Hasil Penelitian Persiklus ……………
82
B. Pembahasan Hasil Penelitian
…………………..
89
C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat …….
91
: PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………….
94
B. Saran-Saran ……………………………………..
95
C. Kata Penutup
96
…………………………………...
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 3.1 : Denah Tempat Duduk Pada Siklus I Gambar 3.2 : Denah Tempat Duduk Pada Siklus II Gambar 4.1 : Ketuntasan Siswa Dari Pra Siklus-Siklus III Tabel 4.1
: Nilai Siswa Pra Siklus
Tabel 4.2
: Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I
Tabel 4.3
: Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II
Tabel 4.4
: Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus III
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
: Skenario Pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Siklus I
Lampiran 2
: Skenario Pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Siklus II
Lampiran 3
: Skenario Pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Siklus III
Lampiran 4
: Lembar Observasi Perhatian Siswa Siklus I
Lampiran 5
: Lembar Observasi Perhatian Siswa Siklus II
Lampiran 6
: Lembar Observasi Perhatian Siswa Siklus III
Lampiran 7
: Lembar Observasi Motivasi Siswa Siklus I
Lampiran 8
: Lembar Observasi Motivasi Siswa Siklus II
Lampiran 9
: Lembar Observasi Motivasi Siswa Siklus III
Lampiran 10 : Nilai Hasil Belajar Pra Siklus Lampiran 11 : Nilai Hasil Belajar Siklus I Lampiran 12 : NiIai Hasil Belajar Siklus II Lampiran 13 : Nilai Hasil Belajar Siklus III Lampiran 14 : Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 15 : Surat Keterangan Penelitian dan Kepala Madrasah Ibtidaiyah Kranggan Ambarawa
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu dan teknologi membawa pengaruh pada tuntunan bahwa pendidikan diasumsikan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dinamisasi zaman melaju dengan cepat menuntut dunia pendidikan untuk selalu melakukan pembaharuan dalam mengatasi masalahmasalah pendidikan. Mutu pendidikan dapat terwujud jika proses pembelajaran di selenggarakan secara efektif, artinya dapat berlangsung secara lancar, terarah dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Salah satu komponen dari Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah pengembangan strategi mengajar. Strategi tersebut menuntut kreatifitas guru yang lebih tinggi dan hendaknya menyenangkan bagi siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Pendidikan akan memberi pengaruh melalui kewibawaan dalam bentuk sikap. Perilaku edukatif dan keilmuannya yang dialihkan kepada siswa dengan metode yang tepat guna dan berhasil guna. Jadi prinsipnya dalam proses pembelajaran tersebut harus terjadi hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara siswa dan guru. Namun kenyataannya yang dihadapi tidaklah demikian dalam proses pembelajaran tidak berlangsung komunikatif, sehingga hanya terjadi komunikasi satu arah dan pembelajran yang efektif sulit terwujudkan. Hal tersebut dikarenakan pelaksanaan proses pembelajaran 1
belum maksimal, seperti halnya pelaksanaan dalam proses pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), masih ditemukan rendahnya penguasaan materi atau pemahaman materi, hal ini disebabkan juga kurangnya keaktifan dan minat siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu pelajaran yang sangat penting dalam Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) yang merupakan pelajaran yang diajarkan semenjak kelas III Madrasah Ibtidaiyah. Pelajaran ini merupakan salah satu pelajaran yang menurut pengalaman peneliti mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Sebagai gambaran bahwa pada siswa kelas III MI Kranggan Ambarawa Kabupaten Semarang, dimana peneliti mengajar pada akhir tahun ajaran 2009/2010 ini para siswa masih mengalami kesulitan untuk mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 50 pada tiga kali tes formatif terakhir nilai rata-rata kelas bahkan hanya mencapai nilai 4,6 saja. Salah satu usaha guru yaitu dengan melalui pemilihan metode yang baik, pembelajaran dengan metode yang benar berarti membantu guru agar tercapai peningkatan efektivitas dalam mengelola kelas. Metode yang tepat akan sangat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dengan lebih baik sehingga hasil belajar yang diharapkan juga akan lebih baik pula. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan mata pelajaran yang materinya berisikan peristiwa sejarah masa lalu, sehingga di sekolah guru sering terjebak menggunakan metode pengajaran yang digunakan lebih mengarah kepada metode ceramah atau bercerita saja.
Padahal kedua metode tersebut dapat mendatangkan kebosanan siswa apabila guru yang memberikan meteri tersebut tidak dapat menyesuaikan dengan kondisi atau keadaan siswa, selain itu metode tersebut membuat siswa kurang kreatif menggunakan semua aspek kecerdasannya. Karena itu jika terjadi kebosanan pada siswa maka akan berpengaruh pada minat siswa untuk mengikuti proses belajar. Di sini akan dicobakan suatu strategi pembelajaran yang memerankan siswa bermain team Quiz dalam kelompok. Kelompok siswa diberi kegiatan dengan memilih topik materi yang dapat dibahas dalam kelompoknya. Diharapkan dengan kegiatan ini akan membantu mengaktifkan siswa, menumbuhkan semangat siswa dan juga meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul "UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SKI MELALUI METODE TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS III MI KRANGGAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2009/2010".
B. Rumusan Masalah 1. Apakah melalui pembelajaran team Quiz dapat meningkatkan perhatian pada materi SKI pada siswa kelas III MI Kranggan tahun ajaran 2009/2010? 2. Apakah melalui pembelajaran team Quiz dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas III MI Kranggan tahun ajaran 2009/2010?
3. Bagaimana pembelajaran team Quiz yang dapat meningkatkan belajar pada siswa kelas III MI Kranggan tahun ajaran 2009/2010?
C. Tujuan Penelitian Dengan mendasarkan permasalahan yang ada maka tujuan penelitian tindakan ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah melalui metode team Quiz dapat meningkatkan perhatian pada materi SKI siswa kelas III MI Kranggan Ambarawa tahun ajaran 2009/ 2010? 2. Untuk mengetahui apakah melalui metode team Quiz dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas III MI Kranggan Ambarawa tahun pelajaran 2009/2010? 3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh metode team Quiz dapat meningkatkan hasil belajar kelas III MI Kranggan Ambarawa tahun ajaran 2009/2010?
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dirumuskan manfaatnya baik secara teroritis maupun praktis : 1. Teoritis Penelitian ini bermanfaat sebagai wacana pengembangan keilmuan pada pendidikan SKI dan metode pembelajaran terkait usaha perbaikan kualitas pendidikan.
2. Praktis a. Guru dapat menerapkan metode team Quiz pada mata pelajaran SKI sebagai strategi untuk meningkatkan hasil belajar. b. Sebagai masukan pengambilan kebijakan oleh pemerintah untuk pembinaan kepada guru terutama dalam hal penerapan strategi pembelajaran dan upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
E. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah metode team Quiz dapat meningkatkan motivasi, perhatian dan hasil belajar mata pelajaran SKI pada siswa kelas III MI Kranggan Ambarawa tahun ajaran 2009/2010.
F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi perbedaan antara penafsiran dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul, maka akan dijelaskan dalam definisi istilah sebagai berikut : 1. Strategi Team Quiz Strategi team Quiz adalah suatu pembelajaran menggunakan sistem Quiz, misalnya siswa membuat atau menjawab pertanyaan dengan waktu yang telah ditentukan atau saling berlomba adu kecepatan (Melsilbermen, 2007 : 163).
2. Hasil Belajar Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya berlangsung merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengeyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang yang biasanya hanya berlangsung sementara. Tingkah
laku
yang
mengalami perubahan
karena
belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti : perubahan dalam pengertian pemecahan suatu masalah / berfikir ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, atapun sikap. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut setelah mengalami proses belajar. Indikator dari hasil belajar adalah : a. Nilai hasil belajar siswa b. Keaktifan siswa dalam pembelajaran c. Perhatian siswa dalam pembelajaran
Keaktifan dan perhatian merupakan indikator adanya minat siswa untuk mengikuti pembelajaran, sehingga hasil belajar tidak akan tercapai secara maksimal bila siswa tidak mempunyai minat untuk belajar.
G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah terjemahan research design, artinya rencana atau prosedur yang akan dilalui dalam mengumpulkan informasi untuk menjawab permasalahan penelitian. Rancangan penelitian berisi gambaran tentang; kapan penelitian dilakukan, dari mana data diperoleh dalam kondisi bagaimana subjek yang diteliti, bagaimana mengolah data dan melaporkannya (Hadeli, 2006 : 57). 2. Subjek Penelitian Subjek yang akan diteliti adalah siswa kelas III MI Kranggan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang pada mata pelajaan SKI. 3. Siklus Penelitian Pada penelitian tindakan kelas ini terdapat empat tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi yang diikuti perencanaan ulang.
4. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan hasilnya kemudian dianalisis. Dalam penelitian ini digunakan lembar soal berbentuk pilihan ganda, lembar observasi, dokumen nilai sebelum penerapan strategi Quiz. 5. Teknik Pengumpulan Data Data merupakan informasi-informasi tentang objek penelitian. Data digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan. Dalam penelitian ini cara mengumpulkan data menggunakan metode teknik : a. Observasi Observasi merupakan upaya yang dilakukan oleh pelaksanaan PTK untuk merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan menggunakan alat bantu atau tidak (Basrowi Suwandi, 2008:139) Metode observasi atau pengamatan lansung pada penelitian ini untuk menyelidiki upaya yang
dilakukan guru untuk meningkatkan perhatian, motivasi dan hasil belajar dengan strategi pembelajaran aktif. b. Dokumentasi Dokumen yang menyangkut para partisipan penelitian akan menyediakan
kerangka
bagi
data
yang
mendasar.
Termasuk
kedalamannya adalah : 1) Koleksi dan analisis buku teks. 2) Kurikulum dan pedoman pelaksanaannya. 3) Arsip penerimaan murid baru. 4) Catatan rapat dan catatan tentang siswa. 5) Rencana pelajaran dan catatan guru. 6) Hasil karya siswa. 7) Kumpulan dokumen pemerintah, (SKL). 8) Koleksi arsip guru berupa buku harian, catatan peristiwa penting (logs), dan kenang-kenangan dari siswa angkatan lama (Rociati Wiriatmadja, 2008 : 121) Metode dokumentasi pada penelitian ini digunakan untuk menggali data tentang hasil belajar pada mata pelajaran SKI melalui nilai ulangan harian dan dokumen berkaitan dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran SKI. c. Tes Formatif Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu (Syaiful Bahri Djamarah, Azwan Zain, 1997: 120). Tes formatif juga digunakan untuk mengetahui tingkat belajar siswa. Isi tes sesuai dengan materi pembelajaran. 6. Analisis Data Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang dan amenggolongkan data untuk menjawab ua permasalahan pokok, yaitu : a. Tema apa yang dapat ditemukan pada data-data ini. b. Seberapa jauh data-data ini dapat menyokong tema tersebut. Di dalam analisis data terdapat langkah mereduksi data, yaitu kegiatan pemilihan, penyederhanaan serta transformasi data kasar dari catatan pengamatan.
Hasil reduksi berupa data yang murni diuraikan
secara singkat, yang digolongkan sesuai tema yang ada (Basrowi, Suwandi, 2008 : 131) Analisis digunakan untuk menguji lebih dalam tentang hasil belajar dalam mata pelajaran SKI kelas III MI Kranggan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang tahun ajaran 2009 / 2010 menggunakan strategi pembelajaran aktif sehingga mampu melukiskan gambaran keadaan yang diteliti.
H. Sistematika Penulisan Penyusunan skripsi ini menggunakan sistematika sebagai berikut : 1. Bagian Muka, pada bagian ini memuat antara judul skripsi, abstrak, surat penyataan peneliti, nota pembimbing, pengesahan, motto persembahan, kata pengantar, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. 2. Bagian Isi Skripsi, yang merupakan materi skripsi secara keseluruhan terdiri lima bab dengan uraian sebagai berikut : BAB I
: Pendahuluan memuat latar belakang masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Hipotesis Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Membahas kajian pustaka tentang hasil belajar pada mata pelajaran SKI pokok bahasan Mengambil Ibrah dari Kenabian dan
Kerosulan
Muhammad
SAW
dan
strategi
Quiz,
pembahasannya mencakup : 1. Teori belajar beserta teori hasil belajar. 2. Membahas tentang sejarah Kerosulan Muhammad SAW. 3. Metode team Quiz yang menjelaskan langkah-langkah penggunaan Metode team Quiz serta pengertian strategi secara umum. BAB III : Membahas laporan pelaksanaan penelitian. Pada bab ini membahas waktu dan tempat penelitian juga dijelaskan diskripsi pelaksanaan.
BAB IV : Berisi tentang analisis peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran SKI pokok bahasan sejarah Kerosulan Nabi Muhammad SAW siswa MI Kranggan kelas III Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang menggunakan Metode Team Quiz. BAB V : Penutup yang meliputi simpulan dan keseluruhan pembahasan dalam skirpsi, saran-saran dan penulis kaitannya dengan hasil penelitian pada penelitian ini, dan terakhir kata penutup. 3. Bagian akhir skripsi yang berisi antara lain daftar kepustakaan sebagai rujukan penulis membuat landasan teori pada penelitian ini, dan lampiran berkaitan dengan penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar 1. Pengertian Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif, konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini maka antara proses belajar dengan perubahan adalah dua gejala saling terkait yakni belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti dari hasil yang diproses (Chalidjah Hasan, 1994 : 84). Untuk mengetahui taraf keberhasilan belajar peserta didik berpesan pada kurikulum yang berlaku dan telah disempurnakan antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila indikatornya dapat tercapai. Untuk mengetahui tercapai tidaknya indikator perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauhmana siswa telah menguasai indikator yang ingin dicapai . Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan progam remedial bagi siswa yang belum berhasil. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan 13
pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi indikator yang ingin dicapai. (Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, 1997: 119) Unsur-unsur dinamis dalam proses belajar terdiri dari: a. Motivasi yakni dorongan untuk berbuat b. Bahan belajar, yakni materi yang dipelajari c. Alat bantu belajar, yakni alat yang digunakan untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar d. Suasana belajar, yakni keadaan lingkungan fisik dan psikologis yang menunjang belajar e. Kondisi subjek belajar ialah keadaan jasmani dan mental untuk melakukan kegiatan belajar. (Oemar Hamalik, 2003 : 53) Perubahan tingkah laku sebagai bukti/indikator belajar. Bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau tingkah lakunya tersebut masih lemah atau kurang. Tingkah laku memiliki unsur objektif dan unsur subjektif. Unsur objektif adalah unsur motorik atau unsur jasmaniah, sedangkan unsur subjektif adalah unsur rohaniah. Unsur objektif inilah yang tampak, sedangkan unsur subjektifnya. tidak tampak kecuali berdasarkan tingkah laku yang tampak itu. Misalnya, seorang yang sedang berpikir dapat kita lihat pada raut mukanya bahwa dia sedang berpikir, sedangkan proses berpikirnya itu sendiri tidak tampak. Tingkah laku manusia terdiri dan sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada siap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun
aspek-aspek
itu
adalah:
pengetahuan,
pemahaman,
kebiasaan,
keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial jasmani, budi pekerti (etika), sikap, dan lain-lain. Kalau seseorang telah melakukan perbuatan belajar, maka terjadi perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut. Prinsip-prinsip perubahan tingkah laku, ada sejumlah unsur yang menjadi ciri setiap perubahan tingkah laku, ialah: a. Tingkah laku dimotivasi. Seseorang mau berbuat sesuatu karena adanya tujuan yang hendak dicapainya. Perubahan tingkah laku dimulai dari dalam organisme yang bermotivasi, dan keadaan ini timbul berkat kebutuhan pada organisme tersebut. b. Tingkah laku yang bermotivasi adalah tingkah laku yang sedang terarah pada tujuan. Motivasi mengandung dua aspek, yakni adanya keadaan tegang tenion atau ketakpuasan dalam diri seseorang, dan kesadaran bahwa tercapainya tujuan akan mengurangi ketegangan itu. Ini berarti, pencapaian tujuan adalah pengurangan ketegangan dan pemuasan kebutuhan seseorang. c. Tujuan yang disadari oleh seseorang mempengaruhi tingkah lakunya dalam upayanya mencapai tujuan tersebut. Konsekuensinya ialah tingkah laku bersifat selektif dan regulatif Seseorang memilih perbuatan/tindakan yang hanya mengacu ke arah pancapaian tujuan yang dapat memuaskan kebutuhannya.
d. Lingkungan menyediakan kesempatan untuk bertingkahlaku tertentu, dan atau membalas, tingkah laku seseorang. Ini berarti, lingkungan sebagai situasi stimulus dalam satu sisi dapat memuaskan kebutuhan, dan disisi lainnya dapat membatasi pemuasan kebutuhan dengan cara tertentu. e. Tingkah laku dipengaruhi oleh proses-proses dalam organisme. Persepsi,
pengalaman
dan
konsepsi
yang
dimiliki
seseorang
mempengaruhi tingkah laku terhadap aspek-aspek tertentu dan lingkungannya, misalnya sikap terhadap orang/individu lain. f. Tingkah laku ditentukan oleh kapasitas dalam diri organisme manusia. Kapasitas itu berupa inteligensi dan kemampuan sesuai dengan tingkat perkembangannya. Seseorang mampu melakukan suatu perbuatan sesuai dengan tingkat kapasitasnya sendiri. Prinsip-prinsip tersebut, dapat dilakukan penilaian terhadap perubahan tingkah laku sebagai basil belajar, yakni: a. Kebutuhan-kebutuhan apa yang ada pada diri organisme yang memungkinkan tumbuhnya tingkah laku yang bermotivasi? b. Motivasi apa yang mendasari perubahan tingkah laku itu? c. Tujuan apa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang? d. Apakah lingkungan menyediakan kesempatan untuk melakukan tingkah laku tertentu? e. Proses-proses apa yang mempengaruhi tingkah laku itu?
f. Kapasitas dan kemampuan apa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang? Untuk memahami lebih dalam tentang belajar, berikut ini disajikan beberapa teori belajar, yaitu: a. Teori belajar Behaviorisme Teori belajar ini dikemukakan oleh Watson berpendapat bahwa pengetahuan harus bersifat positif sehingga obyeknya harus dapat di amati, yaitu berupa tingkah laku. 1) Tingkah laku ialah reaksi organisme sebagai keseluruhan terhadap perangsang dan luar. 2) Belajar adalah melatih reaksi-reaksi itu terhadap perangsang yang sudah tertentu. Reaksi itu harus dapat diamati dan diukur (Chalidjah Hasan, 1994 : 94). b. Teori belajar R. Gagne Belajar adalah suatu proses untuk motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku yang diperoleh dari interaksi. Mulai dari masa bayi manusia mengadakan interaksi dengan lingkungan, tapi baru dalam bentuk kemudian mulai belajar
Sensori-Motor Coordination
berbicara dan menggunakan bahasa.
Kesanggupan untuk menggunakan bahasa ini penting artinya untuk belajar. Gagne berkata bahwa The Domains of Learning ada lima yaitu:
1. Keterampilan 2. Informasi verbal 3. Kemampuan intelektual 4. Strategi kognitif 5. Sikap. (Chalidjah Hasan, 1994 : 96) c. Teori belajar Daya Teori belajar menurut konsepsi ahli ilmu jiwa daya disebut juga Vermogons-psychology atau The Faculty psychology, menurut teori ini manusia mempunyai daya-daya : daya menngenal, daya mengingat, daya fantasi. Daya ini agar menjadi tajam harus dilatih untuk memecahkan soal. Daya ingatan lebih tinggi kalu digunakan untuk mengingat (Chalidjah Hasan, 1994 : 92) Dari beberapa teori di atas dapat dirumuskan bahwa belajar dapat melalui latihan dan pengalaman langsung, tergantung pada kompetensi yang ingin diberikan. Interaksi secara langsung dengan lingkungan akan menghasilkan hasil belajar yang lebih kuat pada diri peserta didik. Terlebih lagi jika peserta didik aktif dan partisipatif dalam menemukan pengetahuannya. 2. Tipe-tipe dalam belajar Belajar adalah suatu perbuatan yang kompleks, dimana perbuatan belajar itu sendiri mencakup beberapa segi. Menurut Robert M. Gagne dalam buku The Conditions of Learning (1970) (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003: 160-161).
Kedelapan tipe belajar merupakan tipe belajar yang memiliki hirarki dan yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks, yaitu: a. Belajar tanda-tanda (Signal Learning) Individu belajar mengenal dan memberi respons kepada tandatanda seperti : melirik kepada orang lewat, memusatkan pendengaran kepada suara yang datang, memalingkan muka dan cahaya yang menyorot. b. Belajar perangsang jawaban (stimulus-respons learning) Belajar ini adalah upaya untuk membentuk hubungan antara perangsang dengan jawaban, misal : berhenti pada waktu lampu merah, menjawab pertanyaan yang diberikan guru , dan lain-lain. c. Belajar rangkaian (Chaining Learning) Individu belajar melakukan suatu rentetan kegiatan yang membentuk satu kesatuan, misal mencuci pakaian, berbelanja, mandi, dan sebagainya. d. Asosiasi Verbal (Verbal Association) Tipe belajar ini adalah mampu mengaitkan sesuatu yang bersifat verbalisme kepada sesuatu yang sudah dimilikinya.
e. Belajar membedakan (Diserimination Learning) Individu belajar melihat perbedaan dan juga persamaan antara benda yang satu dengan benda lainnya melaiui pengelompokan terhadap objek objek yang konkrit maupun yang bersifat abstrak. f. Belajar konsep (Concept Learning) Tipe belajar ini menyangkut pemahaman dan penggunaan konsep-konsep, seperti konsep : warna merah, atau putih, sifat jujur atau culas, kondisi seperti aman, bahagia dan sebagainya. g. Belajar aturan-aturan (Rute learning) Individu belajar aturan-aturan yang ada di masyarakat, di sekolah, di rumah, maupun aturan dalam perdagangan, pemerintahan balikan ilmu pengetahuan. Aturan yang ada di rumah atau di sekolah misal berkenan dengan disiplin, aturan dipemerintahan berkenan dengan undangundang, sedangkan aturan dalam pengetahuan berkenan dengan dalildalil atau aksioma. h. Belajar pemecahan masalah (Problem Solving Learning) Tip belajar ini individu dehadapkan kepada masalah-masalah yang harus dipecahkan. Baik masalah yang sederhana maupun yang sangat kompleks.
Melalui
pemecahan
masalah
ini
manusia
mampu
berkembang lebih cepat dan lebih tinggi dari makhluk lainnya, karena dengan kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi menandakan
bahwa manusia memiliki kemampuan berfikir yaitu kemampuan untuk menggunakan rasio atau intelek. 3. Prinsip-prinsip dalam belajar Dalam belajar terdapat prinsip-prinsip yang mencirikan adanya sebuah pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik, yaitu: a. Belajar merupakan bagian dan perkembangan Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda tetapi berhubungan erat, dalam perkembangan dituntut belajar dan dengan belajar ini perkembangan individu lebih cepat. b. Belajar berlangsung seumur hidup Kegiatan belajar dimulai sejak lahir sampai menjelang kematian sedikit demi sedikit dan terus menerus. Perbuatan belajar dilakukan individu baik secara sadar maupun tidak, disengaja atau tidak, direncanakan ataupun tidak. d. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor — faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dan individu sendiri dengan berbekal potensi yang tinggi dan didukung faktor lingkungan yang menguntungkan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003 : 165). Dalam pembelajaran terdapat hal-hal yang harus diperhatikan agar hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan prinsip-prinsip tersebut sebagai batasan bagaimana belajar itu dilakukan.
4. Tipe hasil belajar Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikatagorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) serta bidang psikomotor (kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut, harus dipandang sebagai hasil belajar siswa, dari proses pengajaran. Hasil belajar tersebut nampak dalam perubahan tingkah laku, secara teknik dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui tujuan pengajaran. Dengan perkataan lain rumusan tujuan pengajaran berisikan hasil belajar yang diharapkan dikuasai siswa yang mencakup ketiga aspek tersebut. Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek tersebut. a. Tipe hasil belajar bidang kognitif 1) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (Knowledge) Pengtahuan hafalan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata Knowledge dan Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual di samping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali
seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus, dan lain-lain. Dari sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu dihafal, diingat, agar dapat dikuasai dengan baik. Ada beberapa cara untuk dapat menguasai/menghafal, misalnya dibaca berulangulang, menggunakan teknik mengingat (memo teknik) atau lazim dikenal dengan “jembatan keledai”. Tipe hasil belajar ini termasuk tipe hasil belajar tingkat rendah jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar lainnya. Namun demikian, tipe basil belajar ini penting sebagai prasyarat untuk menguasai dan mempelajari tipe hasil belajar lain yang lebih tinggi. Setidak-tidaknya pengetahuan hafalan merupakan kemampuan terminal (jembatan) untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya. Contoh seseorang yang ingin mempelajari dan menguasai keterampilan bermain piano, maka yang bersangkutan harus menguasai dan hafal dulu tangga-tangga nada. Tingkah laku operasional khusus, yang berisikan tipe hasil belajar ini antara lain: menyebutkan, menjelaskan kembali, menunjukkan, menuliskan, memilih, mengidentifikasikan, mendefinisikan. 2) Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention) Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep.
Untuk itu maka diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. 3) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi) Aplikasi
adalah
kesanggupan
menerapkan,
dan
mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru. Misalnya, memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau hukum dalam suatu persoalan. Jadi, dalam aplikasi harus ada konsep, teori, hukum, rumus. Dalil hukum tersebut, diterapkan dalam pemecahan suatu masalah (situasi tertentu). Dengan perkataan lain, aplikasi bukan keterampilan motorik tapi lebih banyak keterampilan mental. Tingkah laku operasional untuk merumuskan tujuan instruksional biasanya menggunakan kata-kata: menghitung, memecahkan, mendemonstrasikan, mengungkapkan, menjalankan, menggunakan,
menghubungkan,
mengerjakan,
mengubah,
menunjukkan proses, memodifikasi, mengurutkan, dan lain-lain. 4) Tipe hasil belajar analisis Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagianbagian yang mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan/hirarki. Analisis merupakan tipe basil belajar yang kompleks, yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni
pengetahuan, pemahaman, aplikasi. Analisis sangat diperlukan bagi para siswa sekolah menengah apalagi di Perguruan Tinggi. Kemampuan menalar, pada hakikatnya mengandung unsur analisis. Bila kemampuan analisis telah dimiliki seseorang, maka seseorang akan dapat mengkreasi sesuatu yang baru. Kata-kata operasional yang lazim dipakai untuk analisis antara lain: menguraikan, memecahkan, membuat diagram, memisahkan, membuat garis besar, merinci, membedakan, menghubungkan, memilih alternatif dan lain-lain. 5) Tipe hasil belajar sintesis Sintsis adalah lawan analisis. Bila pada analisis tekanan pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yeng bermakna, pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas. Sudah barang tentu sintesis memerlukan kemampuan hafalan, pemahaman, aplikasi, dan analisis. Pada berpikir sintesi adalah berpikir devergent sedangkan berpikir analisis adalah berpikir konvergent. Dengan sintesis dan analisis. maka berpikir kreatif untuk menemukan sesuatu yang baru (inovatif) akan lebih mudah dikembangkan. Beberapa tingkah laku operasional biasanya tercermin dalam kata-kata mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun, menyusun, mencipta, merancang, mengkonstruksi,
mengorganisasi
kembali,
merevisi,
menyimpulkan,
menghubungkan, mensistematisasi, dan lain-lain. 6) Tipe hasil belajar evaluasi Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi, dan terkandung semua tipe hasil belajar yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam tipe hasil belajar evaluasi, tekanan pada pertimbangan sesuatu nilai, mengenai baik tidaknya, tepat tidaknya, dengan menggunakan kriteria tertentu. Membandingkan kriteria dengan suatu yang nampak/aktual/ terjadi mendorong seseorang menentukan putusan tentang nilai sesuatu tersebut. Dalam proses ini diperlukan kemampuan yang mendahuluinya, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, tingkah laku operasional dilukiskan dalam kata-kata menilai, membandingkan, mempertimbangkan, mempertentangkan menyarankan,
mengeritik,
menyimpulkan,
mendukung,
memberikan pendapat, dan lain-lain. b. Tipe hasil belajar bidang afektif Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan peruhahannya bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi. Hasil belajar bidang afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru
lebih banyak memberi tekanan pada bidang kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti
atensi/perhatian
terhadap
pelajaran
motivasi
belajar,
menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan lain-lain. Sekalipun bahan pelajaran berisikan bidang kognitif, namun bidang afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut, dan harus nampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa. Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai tingkat yang dasar/sederhana sampai tingkatan yang kompleks. 1) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi, gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus. kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. 2) Responding atau jawaban. Yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk kctepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. 3) Valuing (penilaian) yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya
kesediaan
menerima
nilai,
latar
belakang
atau
pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. 4) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi dari pada sistem nilai. 5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterpaduan dan semua sistem nilai
yang telah dimiliki
seseorang,
yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya. c. Tipe hasil belajar bidang psikomotor Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan skill, kemampuan bertindak individu (seseorang). Ada 6 tingkatan keterampilan yakni: 1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar. 3) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain. 4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, ketepatan. 5) Gerakan-gerakan skill, mulai dan keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.
6) Kemampan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti an ekspresif, interpretatif. Tipe hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak ber diri sendiri, tapi selalu berhubungan satu sama lain bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan peilakunya. Carl Rogers berpendapat bahwa seseorang yang teleh menguasai tingkat kognitif maka perilaku orang tersebut sudah bisa diramalkan. Dalam proses belajar-mengajar di sekolah saat ini tipe hasil belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan psikomotorik. Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektif dan psikomator diabaikan. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Hasil belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dan dirinya (intemal) maupun dari luar dirinya (ekstemal). Hasil belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu, pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa mencapai hasil belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal) 1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah pancaindera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku. 2) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas: a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki. b) Faktor nonintelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,
kebiasaan,
minat
kebutuhan,
motivasi,
emosi,
dan
penyesuaian diri. 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. b. Faktor yang berasal dan luar diri (eksternal) 1) Faktor sosial yang terdiri atas: a) Lingkungan keluarga b) Lingkungan sekolah c) Lingkungan masyarakat d) Lingkungan kelompok 2) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
3) Fakfor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar. 4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan. Demikian, beberapa faktor internal dan eksternal yang berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi hasil belajar siswa. 6. Beberapa Karakteristik Siswa dalam Belajar Adapun karakteristik anak dalam belajar adalah sebagai berikut. a. Cepat dalam belajar Anak tergolong cepat dalam belajar, pada umumnya dapat menyelesaikan kegiatan belajar dalam waktu lebih cepat dari yang diperkirakan. Mereka tidak memerlukan waktu yang lama untuk memecahkan suatu masalah karena lebih mudah dalam menerima pelajaran. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata dan banyak yang tergolong sebagai anak jenius (sangat cerdas). Dalam kelompoknya anak-anak tersebut berada pada tingkat paling atas. Anak yang tergolong super cerdas ini sering mengalani kesulitan dalam penyesuaian belajar karena pada umumnya kegiatan di sekolah menggunakan ukuran ratà-rata atau biasa-biasa saja, sedangkan anak yang tergolong super cerdas ini termasuk anak yang luar biasa. Oleh karena itu, salah satu cara untuk membantu mereka ialah dengan menempatkan mereka pada kelompok khusus atau diberi tugas-tugas
tambahan sebagai pengayaan baik yang sifatnya horizontal maupun vertikal. b. Lambat dalam belajar Anak yang tergolong lambat dalam belajar pada umumnya lebih banyak membutuhkan waktu yang lebih lama dari waktu yang diperkirakan untuk anak-anak normal. Sebagai akibatnya, anak-anak golongan ini sering ketinggalan dalam belajar dan ini pula sebagai salah satu sebab tinggal kelas. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak-anak golongan lambat
belajar memiliki taraf
kecerdasan dibawah rata-rata. Anak golongan ini memerlukan perhatian khusus, antara lain melalui penempatan pada kelas-kelas khusus atau pelajaran tambahan dalam program pengajaran remidial. c. Anak yang kreatif Anak kreatif ini umumnya dari golongan cepat, tapi banyak pula dari golongan normal (rata-rata). Anak golongan ini menunjukkan kreativitas dalam kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya dalam melukis, kesenian, olah raga, organisasi dan kegiatan lainnya. Mereka selalu ingin memecahkan persoalan-persoalan berani menanggung resiko yang sulit sekalipun kadang-kadang destruktif di samping konstruktif, lebih senang belajar sendiri dan percaya pada diri sendiri. Dalam kegiatan belajar mengajar anak golongan kreatif lebih mampu menemukan masalah-masalah dan mampu menyelesaikannnya.
7.
Memantapkan hasil belajar Hasil belajar yang berupa rangkaian kata-kata dapat dimantapkan dengan banyak ulangan atau latihan soal-soal, akan tatapi hasil belajar yang mengandung makna tidak banyak dipengaruhi oleh interferensi. Bila sesuatu sungguh-sungguh dipahami, maka ulangan dan latihan soal-soal tidak seberapa memegang peranan, yang perlu ialah adanya ideide tempat pelajaran baru itu berakar sehingga diintegrasikan dengan apa yang telah dipelajari.
8. Penilaian hasil Belajar Penilaian adalah salah satu komponen dalam proses pembelajaran yang meliputi: a. Tujuan pembelajaran b. Metode pembelajaran c. Penilaian hasil belajar Penilaian hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data-data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk mebuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Prosedur penilaian hasil belajar. a. Persiapan Menyusun kisi-kisi (Blue Print), ini dapat digunakan sebagai guide dalam pengembangan pola belajar lebih lanjut, melalui
instrumen evaluasi yang direvisi terus sesuai dengan kebutuhan dalam proses belajar mengajar. b. Penyusunan alat ukur Pada tahap ini guru menentukan jenis alat ukur yang akan digunakan berdasarkan tujuan dari pengukuran tersebut dan aspek atau ranah apa yang hendak diukur. Alat penilaian ada 2 jenis, yakni penilaian dengan tes dan penilaian bukan dengan tes. Peniiaian dengan tes ada 3 macam, yakni: 1) Educational test: untuk mengukur kemampuan siswa di sekolah. 2) Mental test/tes intelegensi: untuk mengukur intelegensi seseorang. 3) Aptitude test: untuk mengetahui bakat seseorang Tes lisan dan tertulis, bentuk tes tersebut banyak digunakan oleh guru karena
penting
untuk
mengukur
ketercapaian
tujuan-tujuan
pembelajaran. (Oemar Hamalik, 2003: 143-16) Keuntungan penggunaan tes lisan (oral test), ialah sebagai berikut: a. Tes ini memberikan pengalaman melakukan ekspresi secara lisan pada para siswa. b. Siswa
mendapat
manfaat
tertentu
dengan
mendengarkan
respons/jawaban dari siswa lainnya. c. Pertanyaan-pertanyaan lisan yang dijawab oleh siswa lebih banyak dan lebih luas dibandingkan dengan yang dapat ditulis oleh siswa terhadap pertanyaan tertulis dalam jangka waktu yang sama.
d. Kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa segera dapat diketahui dan diperbaiki pada waktu itu juga. e. Tes tertulis banyak menggunakan penglihatan yang sewaktu membaca dan menulis sesuatu jawaban. f. Pengaruh faktor-faktor dari luar pada waktu ujian, misalnya sulit menyatakan pendapat secara lisan, dapat dihindari. Tetapi sebagai alat penilaian, tes tertulis dalam beberapa hal lebih dapat dipertanggungjawabkan, jika dibandingkan dengan tes lisan. a. Semua murid menjawab sejumlah daftar pertanyaan yang sama, guru akan mempunyai dasar yang jelas untuk memperbandingkan hasil-hasil tes murid. b. Jawaban-jawaban tertulis atas pertanyaan-pertanyaan tertulis, dapat dinilai lebih objektif daripada jawaban-jawaban lisan. c. Dengan tes objektif tertulis, setiap murid menjawab sejumlah besar pertanyaan di dalam suatu jangka waktu tertentu di dalam kelas. Sedangkan dalam tes lisan murid-murid hanya berkesempatan menjawab sedikit pertanyaan, samplingnya terbatas, kurang reliabel. d. Kesulitan dan pentingnya pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh murid yang berbeta-beda adalah sama. Angka yang didapat akan menjadi dasar perbandingan.
e. Tes tertulis memberikan catatan mengenai hasil belajar murid yang dapat dianalisis secara teliti untuk maksud-maksud diagnostik. f. Tes harus dinilai seobjektif mungkin. g. Murid
harus
memiliki
kesempatan
yang
cukup
untuk
menyelenggarakannya. h. Gunakan pertanyaan-pertanyan lebih dari satu tipe dengan maksud memperluas skope pengukuran (complion, multiple choice, true false, essay, matching). i.
Susunlah pertanyaan-pertanyaan dari tingkat yang mudah sampai ketingkat yang sulit.
j.
Lengkapi dengan punjuk-punjuk dan kunci scoring agar murid mengahui dengan tepat bagaimana pertanyaan-pertanyaan itu akan diskor. Pada pokoknya ada dua jenis pertanyaan ialah jenis objektif
dan jenis subjektif. Dalam jenis objektif penilaian dilakukan secàra mekanis dan objektif, dari pada jenis subjektif kadang-kadang penilaian dilakukan secara intuitif dan subjektif. Baik tes bentuk objektif maupun tes bentuk essay masingmasing ada kebaikan dan kelemahannya. Akan tapi perlu dikahui bahwa jenis tes essay dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengetahui kepandaian anak dalam menyusun buah pikiran mereka untuk menyimpulkan sesuatu, sehingga karenanya dapatlah dikatakan
yang tertinggi. Lagi pula dalam memeriksa tes essay itu tidak dapat dinilai antara benar dan salah, karena ada beberapa tingkat kebenaran. Di bawah ini akan diuraikan beberapa alat penilaian yang bukan termasuk tes. Dalam praktiknya alat-alat ini sering digunakan bersama-sama tergantung pada tujuan penilaian dan aspek yang akan dinilai, sehingga dapat diperoleh gambaran menyeluruh tentang perkembangan seorang anak. Check list mempunyai berbagai tujuan dalam fungsinya sebagai alat penilalan. Check list sering sekali digunakan untuk menilai perbuatan yang kompleks atau tugas-tugas tertentu walaupun kadangkadang bentuknya sederhana sekali, yaitu hanya terdiri dari item-item yang dapat dijawab denganya atau tidak. Akan tetapi menyusun itemitem itulah yang sukar. Perlu diketahui bahwa dalam check list harus dimasukkan komponen yang esensial dan keterampilan yang hendak dinilai itu, misalnya mengenai hubungan sosial, kesehatan pada umumnya mental hygien, serta pemeliharaan alat-alat sekolah. Dengan check list, guru akan dapat segera mengetahui keadaan anak dalam situasi tertentu, karena secara keseluruhannya, apakah ia orang teliti, ceroboh, cepat marah atau sportif. Rating scale agak berbeda dari check list, karena rating scale menunjukkan tingkat-tingkat yang dicapai oleh murid, yang terdiri dari
lebih dari dua kategori, sedangkan check list hanya terdiri dari dua kategori saja, ya atau tidak. Rating scale mempermudah penilaian mengenai sifat-sifat atau karakteristik yang bersifat kuantitatif. Karena itu rating scale ini mempunyai 3 bentuk: descriptive scale, numerical scale, dan graphic scale. Murid yang dinilai ditempatkan dalam satu tingkat ukuran yang telah ditentukan. Sifat-sifat yang hendak dinilai itu hendaknya dimanifestasikan ke dalam tingkah laku yang dapat diobservasi sehingga dengan mudah dapat disusun alat panilainya. Tujuan
dari
rating
scale
ialah
untuk
menyimpulkan/
merangkum, mengorganisasi dan menjumlahkan suatu akumulasi daripada observasi-observasi terhadap tingkah laku anak-anak. Jadi perbedaan pokok antara check list dan rating scale ialah pada bentuknya saja, yaitu rating scale menunjukkan letak kedudukan murid pada ukuran murid, sedangkan bentuk check list, hanya menunjukkan apakah murid itu mempunyai sikap atau sifat tertentu atau tidak, Kartu partisipasi harian ialah kartu penilaian untuk memiliki partisipasi dan kegiatan sehari-hari, misalnya: dalam diskusi. Pengukuran terhadap hasil belajar dilaksanakan dengan cara/bentuk tertentu sesuai dengan maksud dan tujuan pengukuran tersebut, yang dirancang dengan model desain evaluasi, yakni evaluasi
sumatif, evaluasi formatif, evaluasi reflektif dan kombinasi ketiga model. a. Evaluasi sumatif ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan pada waktu berakhirnya suatu program pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Model/bentuk evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui hasil akhir yang dapat dicapai oleh siswa, yakni penguasaan pengetahuan. Hasil penilaian ini sekaligus menggambarkan keberhasilan proses belajar mengajar. Evaluasi sumatif
berfungsi
menyediakan
informasi
untuk
membuat
keputusan untuk menentukan kelulusan, atau untuk menentukan suatu program dapat diteruskan dengan program baru atau perlu dilakukan pengulangan program pembelajaran. b. Evaluasi formatif ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan
selama
berlangsungnya
program
dan
kegiatan
pembelajaran. Tujuan pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk memperoleh informasi balikan terhadap proses belajar mengajar. Bila terdapat kelemahan dalam proses belajar mengajar, maka dapat
segera
dilakukan
perbaikan
sebagaimana
mestinya.
Pelaksanaan evaluasi ini berfungsi diagnostik, yakni untuk perbaikan. yang dilakukan dengan metode pengajaran remedial. c. Evaluasi reflektif iaiah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan sebelum proses pembelajaran berlangsung. Tujuan dari pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk memperoleh informasi
mengenai tingkat kesiapan dan tingkat penguasaan bahan pelajaran oleh siswa, sehingga dapat disusun dan diramalkan. kemungkinan keberhasilannya setelah mengalami proses belajar mengajar kelak. Fungsi pelaksanaan evaluasi ini bersifat prediktif (peramalan). d. Kombinasi pelaksanaan evaluasi, misalnya antara bintuk reflektif dan bentuk sumatif. Tujuan pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar, misalnya dalam bentuk desain pra-postes. Dengan demikian dapat diketahui kontribusi komponen-komponen sistem pembelajaran itu terhadap keberhasilan belajar siswa.
B. Mata Pelajaran SKI 1. Pengertian Kehidupan dan peradaban manusia diawal milenium ketiga ini mengalami banyak perubahan. Dalam merespon fenomena itu, manusia berpacu mengembangkan pendidikan baik dibidang ilmu-ilmu sosial, ilmu alam, ilmu pasti maupun ilmu-ilmu terapan. Namun bersamaan dengan itu muncul sejumlah krisis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya krisis politik, ekonomi. sosial, hukum, etnis, agama, golongan dan ras. Akibatnya, peranan serta efektivitas Pendidikan Agama Islam termasuk di dalamnya mata pelajaran SKI di madrasah sebagai pemberi nilai spiritual terhadap kehidupan keberagaman masyarakat dipertanyakan. Seolah-olah SKI dianggap kurang memberikan kontribusi ke arah itu.
Kenyataanya, setelah ditelusuri, pendidikan SKI menghadapi beberapa kendala, antara lain: waktu yang disediakan terbatas dengan muatan materi yang begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian. Kelemahan lain, materi SKI, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik). Kendala lain adalah kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan nilai-nilai SKI dalam kehidupan sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang
lebih
variatif,
minimnya
berbagai
sarana
pelatihan
dan
pengembangan, serta rendahnya peran serta orang tua peserta didik. Memang tidak adil menimpakan tanggung jawab atas munculnya kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada SKI di madrasah, sebab SKI di madrasah bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. Apalagi dalam pelaksanaan SKI tersebut masih terdapat kelemahan-kelemahan yang mendorong dilakukanya penyempurnaan terus-menerus. Dalam implementasi kurikulnrn SKI selama ini juga lebih didominasi
usaha
mengakomodasikan
pencapaian kebutuhan
kemampuan
afektif
dan
kognitif,
kurang
psikomoorik.
Dengan
pertimbangan ini maka disusun kurikulum nasional SKI Madrasah Ibtidaiyah yang berbasis pada kompetensi dasar (basic competency).
Standar ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulurn SKI Madrasah Ibtidaiyah sesuai, dengan kebutuhan masyarakat. Mata pelajaran SKI dalam kurikulum Madiasah ibtidaiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memalami, menghayati sejarah Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya way of life melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, keteladanan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Mata pelajaran SKI Madrasah Ibtidaiyah ini meliputi sejarah Arab pra Islam, sejarah Rasulullah SAW. Dan al-Khulafaurrasyidin. Hal lain yang lebih mendasar ialah terletak pada kemampuan menggali nilai. makna, aksioma, ibrah/hikmah, dalil dan teori dari fakta sejarah yang ada. Oleh karena itu tema-tema tertentu indikator keherhasilan belajar akan sampai pada pencapaian ranah efektif, jadi SKI tidak saja merupakan transfer of knowledge, tetapi merupakan pendidikan nilai value education. 2. Tujuan Adapun tujuan dari pembelajaran SKI di Madrasah Itidaiyah sebagai berikut: a. Pemberian pengetahuan tentang sejarah Islam dan kebudayaan kepada peserta didik. b. Mengambil ibrah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.
c. Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk berakhlak mulia berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang ada. d. Membekali
peserta
didik
untuk
mcmbentuk
kepribadiannya
berdasarkan tokoh-tukoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur. Sedangkan pembelajaran SKI setidaknya memiliki tiga fungsi sebagai berikut: a. Fungsi edukatif Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang keharusan menegakkan prinsip. sikap hidup yang luhur dan Islami dalam kehidupan sehari-hari. b. Fungsi keilmuan Melalui sejarah peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai tentang Islam dan kebudayaannya. c. Fungsi transformasi Sejarah merupakan salah satu sumbr yang sangat penting dalam rancang transformasi masyarakat. 3. Ruang Lingkup Dalam kurikulum ini SKI dipahami sebagai sejarah tentang agama Islam dan kebudayaan history Islami and Islami culture. Oleh karena itu kurikulum ini tidak saja menampilkan sejarah kekuasaan atau sejarah rajaraja, tetapi juga akan diangkat sejarah perkembangan ilmu agama. sains dan teknologi. Aktor sejarah yang diangkat meliputi nabi, sahahat dan
khalifah, ulama, intelektual dan filosuf. Faktor-faktor sosial dimunculkan guna penyempurnaan pengetahuan peserta didik tentang SKI. Kurikulum SKI dirancang secara sistematis berdasarkan peristiwa dan periode sejarah yang ada sebagai berikut: a. Di tingkat Madrasab Ibtidaiyah dikaji tentang sejarah Arab pra Islam, sejarah Rasulullah SAW dan al-Khulafaurrasyidin. b. Di tingkat MTs dikaji tentang Dinasti Umaiyah, Abbasiyah dan alAyubiyah c. Di tingkat MA dikaji tentang sejarah peradahan Islam di Andalusia. gerakan pembahaman di dunia dan perkembangan Isam di Indonesia 4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar kompetensi mata pelajaran SKI berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh SKI di Madrasah Ibtidaiyah. Kemampuan ini berorientasi pada aspek efektif dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT. Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dan kemampuan dasar umum yang harus dicapai di Madiasah Ibtidaiyah yaitu: 1.
Kemampuan mengenal, mengidentifikasi, sejarah masyarakat Arab pra Islam, sejarah kelahiran, dan sejarah kerasulan Nabi Muhammad SAW, serta dapat mengambil ibrahnya:
2.
Kemampuan mengenal, meneladani dakwah Nabi Muhammad SAW, dan para sahahatnya serta mengenal kepribadianya, mengidentifikasi penstiwa isra’ miraj, peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif, dan dapat merigambil hikmah serta mampu rncneladani kesabaranva;
3.
Keampuan
mengenal,
mengidentifikasi
peristiwa
hijrah
Nabi
Muhammad SAW ke Madinah, dapat mengambil hikmah dan meneladani kesabaranya, keperwiraanya dan peristiwa Fathu Makkah, serta menghayati peristiwa wafatnya Rasulullah SAW. 4.
kemampuan mengidentifikasi dan meneladani nilai-nilai positif sejarah Khulafaurrasyidin. (Tim Standar Isi, 2006 : 45-46)
C. Strategi Balajar Mengajar 1. Pengertian strategi belajar mengajar Mengajar
adalah
penciptaan
sistem
lingkungan
yang
memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen
yang
saling
mempengaruhi,
yakni
tujuan
intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia. Setiap sistem lingkungan atau setiap peristiwa belajar-mengajar mempunyai profil yang unik, yang mengakibatkan tercapainya tujuantujuan belajar yang berbeda. Atau, kalau dikatakan secara terbalik, untuk
mencapai tujuan belajar tertentu harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula. Tujuan-tujuan belajar yang pencapaiannya diusahakan secara eksplisit dengan tindakan intruksional tertentu dinamakan instructional effect, yang biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan tujuan-tujuan yang merupakan hasil pengiring, yang tercapainya karena siswa “menghidupi” suatu sistem lingkungan belajar tertentu, seperti kemampuan berpikir kritis dan kreatif atau sikap terbuka menerima pendapat orang lain, dinamakan nurturant effect. Untuk mencapai tujuantujuan itu guru biasanya memilih satu atau lebih strategi belajar-mengajar. Strategi belajar-mengajar adalah pola umum perbuatan guru-murid di dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Pengertian strategi dalam hal ini menunjuk kepada karakteristik abstrak dan rentetan perbuatan gurumurid dalam suatu peristiwa belajar-mengajar aktual tertentu, dinamakan prosedur instruksional. Metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar-mengajar. Dan karena strategi belajar-mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan-tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat pula untuk mencapai tujuan belajar. (J.J. Hasibuan dan Moejiono, 1988 : 3).
2. Klasifikasi strategi belajar mengajar Ada
beberapa
dasar
yang
dapat
digunakan
untuk
mengklasifikasikan strategi belajar-mengajar. Di bawah ini dikemukakan beberapa di antaranya yang dapat digunakan sebagai kerangka acuan untuk memahami, dan pada gilirannya untuk dapat memilih secara lebih tepat serta menggunakannya secara lebih efektif di dalam penciptaan sistem lingkungan belaja-mengajar. Hal ini sesuai dengan prinsip CBSA yang mementingkan peranan aktif siswa di dalam proses belajar-mengajar, sehingga mengajar dikonsepsikan sebagai penyediaan kondisi untuk membelajarkan siswa. 1. Pengaturan guru dan siswa Dan segi pengaturan guru dapat dibedakan pengajaran oleh seorang guru atau oleh suatu tim, selanjutnya dapat pula dibedakan apakah hubungan guru-murid terjadi secara tatap muka ataukah dengan perantara media, baik media cetak ataupun visual. Sedangkan dari segi siswa dapat dibedakan pengajaran klasikal (kelompok besar), kelompok kecil (5—7 orang siswa), atau pengajaran perorangan. 2. Struktur peristiwa belajar-mengajar Struktur peristiwa belajar-mengajar dapat bersifat tertutup, dalam arti segala sesuatu telah ditentukan secara relatif ketat: dapat juga bersifat terbuka, dalam arti tujuan khusus, materi, serta prosedur yang akan ditempuh untuk mencapainya ditentukan sementara kegiatan belajar-mengajar berlangsung.
3. Peranan guru-murid di dalam mengolah pesan pengajaran yang menyampaikan pesan dalam keadaan “telah siap” (telah diolah secara tuntas
oleh
guru
sebelum
disampaikan)
dinamakan
bersifat
ekspositorik, sedangkan yang mengharuskan pengolahan oleh siswa dinamakan heuristik. Ada dua sub strategi di dalam strategi heuristik yang akhirakhir ini sering dikemukakan orang, yaitu penemuan discovery dan inkuiri inquiry 4. Proses pengolahan pesan Peristiwa belajar-mengajar yang bertolak dari yang umum untuk dilihat keberlakuannya atau akibatnya pada yang khusus dinamakan strategi belajar-mengajar yang bersifat deduktif, sedangkan strategi belajar mengajar yang ditandai oleh proses berpikir yang bergerak dan khusus ke umum dinamakan strategi belajar-mengajar yang bersifat induktif. 5. Tujuan belajar Robert M. Gagne mengelompokkan kondisi-kondisi belajar (sistem lingkungan belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai. Gagne mengemukakan delapan macam, yang kemudian disederhanakan menjadi lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga, pada gilirannya, membutuhkan sekian macam kondisi belajar (atau sistem lingkungan belajar) untuk
pencapaiannya. Kelima macam kemampuan hasil belajar tersebut adalah: a. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dan sistem lingkungan skolastik). a. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang
di
dalam
arti
seluas-luasnya,
termasuk
kemampuan memecahkan masalah. b. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. Kemampuan ini umumnya dikenal dan tidak jarang. c. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan sebagainya. d. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan
dari
kecenderungannya
bertingkah-laku
terhadap orang, barang, atau kejadian. Kelima macam hasil belajar tersebut di atas menyarankan, bahkan mempersyaratkan kondisi-kondisi belajar tertentu sehingga daripadanya dapat dijabarkan strategi-strategi belajar mengajar yang sesuai.
3. Macam-macam metode mengajar a. Metode Ceramah Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ceramah ekonomis dan efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Kelemahannya adalah bahwa siswa cenderung pasif, pengaturan kecepatan secara klasikal ditentukan oleh pengajar, kurang cocok untuk pembentukan keterampilan dan sikap, dan cenderung menempatkan pengajar sebagai otoritas terakhir. b. Metode Tanya Jawab Dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan yang penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan: 1) Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. 2) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan. 3) Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir itu sendiri adalah bertanya. 4) Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik. 5) Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas.
Jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom 1) Pertanyaan pengetahuan recall question atau knowledge question Pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang sifatnya hafalan atau ingatan siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya. Kata-kata yang sering digunakan dalam menyusun pertanyaan pengetahuan ini biasanya: apa, di mana, kapan, siapa, sebutkan. Contoh: -
Apa nama ibu kota Argentina?
-
Siapa presiden Republik Indonesia yang ke-2?
2) Pertanyaan pemahaman comprehension question Pertanyaan ini menuntut siswa untuk menjawab pertanyaan dengan jalan mengorganisasi informasi-informasi yang pernah diterimanya dengan kata-kata sendiri, atau menginterprestasikan atau membaca informasi yang dilukiskan melalui grafik atau kurva dengan jalan membandingkan atau membeda-bedakan. Contoh: -
Jelaskan dengan kata-katamu sendiri, apakah manfaat dari pariwisata?
-
Bandingkan antara nyamuk Culex dengan Anopheles.
-
Informasi apa yang dapat kita peroleh dan kurva semacam ini?
3) Pertanyaan penerapan application question Pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberi jawaban tunggal dengan cara menerapkan pengetahuan, informasi, aturanaturan, kriteria, dan lain-lain yang pernah diterimanya. Contoh: -
Berdasarkan batasan yang telah, diutarakan tadi, maka persamaan mana yang memenuhi syarat?
-
Berdasarkan kriteria yang ada, maka organisme mana yang termasuk Protozoa?
4) Pertanyaan analisis analysis question Pertanyaan yang menuntut siswa untuk menemukan jawaban dengan cara: a) Mengidentifikasi motif masalah yang ditampilkan. b) Mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu kesimpulan atau generalisasi. c) Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada atau membuat generalisasi dan atau berdasarkan informasi yang ada. Contoh: -
Identifikasi motif: Mengapa paruh burung gagak dan kutilang tidak sama bentuknya?
-
Menganalisa kesimpulan atau generalisasi: Kenakalan remaja di kota-kota besar dikatakan meningkat. DapatkahSaudara menunjukkan bukti-buktinya?
5) Pertanyaan sintesis synthesis question Ciri pertanyaan ini ialah jawabannya yang benar tidak tunggal, melainkan lebih dari satu dan menghendaki siswa untuk mengembangkan potensi serta daya kreasinya. Pertanyaan sintesis menuntut siswa untuk: a) Membuat ramalan atau prediksi: Apa yang terjadi bila tanaman disiram larutan asam cuka? b) Memecahkan masalah berdasarkan imajinasinya: Bayangkan seolah-olah Anda di tengah-tengah gerombolan serigala yang sedang kelaparan. Reaksi apakah gerangan yang Anda tampilkan untuk mengatasinya? 6) Pertanyaan evaluasi evaluation question Pertanyaan semacam ini
menghendaki siswa untuk
menjawabnya dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isu yang ditampilkan. Contoh: -
Menurut pendapat Anda, mana yang lebih baik atau tepat dan murah dalam pemerataan kesempatan belajar, SD Inpres atau sekolah terbuka?
Suatu pertanyaan yang baik ditinjau dari segi isinya, tetapi cara mengajukannya tidak tepat, akan mengakibatkan tidak tercapai tujuan yang dihendaki. Oleh karena itu aspek teknik dan pertanyaan harus pula dipakai dan dilatih, agar pengajar dapat menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses belajar-mengajar. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan antara lain: 1) Kejelasan dan kaitan pertanyaan Pertanyaan hendaknya diajukan dengan jelas, serta nampak kaitannya antara jalan pikiran yang satu dengan yang lain. Hindari kebiasaan-kebiasaan yang jelek dalam bertanya. 2) Kecepatan dan selang waktu Usahakan menyampaikan pertanyaan dengan jelas serta tidak
tergesa-gesa.
Begitu
pertanyaan
selesai
diucapkan,
berhentilah sejenak untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir: sementara itu, sambil memonitor kelas, apakah sudah ada yang siap menjawab. 3) Arah dan distribusi. penunjukan Pertanyaan hendaknya diajukan ke seluruh kelas. Sesudah diberi kesempatan berpikir, barulah menunjuk seseorang untuk menjawabnya. Diusahakan agar pertanyaan didistribusikan secara merata ke seluruh kelas.
4) Teknik reinforcement. Dimaksudkan untuk menimbulkan sikap yang positif pada siswa serta meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan belajarmengajar sehingga memungkinkan tercapainya tujuan belajar yang lebih baik. 5) Teknik menuntun dan menggali prompting and probing (Lihat jenis pertanyaan menuntun dan menggali) c. Metode Diskusi Diskusi ialah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka menganai tujuan atau sasaran yang sudah tertantu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah. Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusul berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. 1) Jenis-jenis diskusi a) Whole group Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dan 15 orang.
b) Buzz group Satu
kelompok
besar
dibagi
menjadi
beberapa
kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang. Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan ditengah pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbedabeda tentang bahan pelajaran, membandingkan interprestasi dan
informasi
yang
diperoleh
masing-masing.
Dengan
demikian masing-masing individu dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interprestasi sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan. c) Panel Suatu
kelompok
kecil,
biasanya
3-6
orang,
mendiskusikan satu subjek tertentu, duduk dalam suatu susunan semi melingkar, dipimpin oleh seorang moderator. Panel ini secara fisik dapat berhadapan dengan audience, dapat juga secara tidak langsung (misalnya panel di televisi). Pada suatu panel yang murni, audience tidak ikut serta dalam diskusi.
d) Sundicate group Suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok
kecil
melaksanakan
tugas
tertentu.
Guru
menjelaskan garis besarnya problema kepada kelas: ia menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok syndicate diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumbersumber informsi lain. Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan, berdiskusi, dan menyusun laporan yang berupa kesimpulan sindikat. Tiap laporan dibawa ke sidang pleno untuk didiskusikan lebih lanjut. e) Brain Storming group Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang dianggap benar. f) Simposium Beberapa orang membahas tentang berbagai aspek dan suatu subjek tertentu, dan membacakan di muka peserta
simposium secara singkat (5-20 menit). Kemudian diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah, dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium. g) Informal debate Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya, dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan formal. Bahan yang cocok untuk diperdebatkan ialah yang bersifat problematis, bukan yang bersifat faktual. h) Colloquium Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan dari audience. Dalam kegiatan belajarmengajar, siswa atau mahasiswa menginterviu manusia sumber,
selanjutnya
mengundang
pertanyaan
lain
atau
tambahan dan siswa atau mahasiswa lain. Hasil belajar yang diharapkan ialah para siswa atau mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dari tangan pertama. i) Fish bowl Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi.
Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkuk fish bowl. Sedang
kelompok
diskusi
berdiskusi,
kelompok
pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat masuk duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilakan berbicara, ia dapat langsung berbicara, dan meninggalkan kursi setelah selesai berbicara. d. Metode Kerja Kelompok Kerja kelompok adalah salah satu strategi belajar mengajar yang memiliki kadar CBSA. Tetapi pelaksanaanya menuntut kondisi serta persiapan yang jauh berbeda dengan format belajar-mengajar yang menggunakan pendekatan ekspositorik, misalnya ceramah. Bagi mereka yang belum terbiasa dengan penggunaan metode ini, dan masih terbiasa dengan pendekatan ekspositorik, memerlukan waktu untuk berlatih. Peranan guru atau instruktor dalam kerja kelompok. Dalam kerja kelompok peranan guru atau instruktor adalah sebagai: 1) Manager Membantu para peserta mengorganisasi diri, tempat duduk, serta bahan yang diperlukan.
2) Observer Mengamati dinamika kelompok yang terjadi sehingga ia dapat mengarahkan serta membantunya bila perlu. Ia perlu memberikan balikan kepada kelompok tentang kepemimpinan, interaksi, tujuan, serta perasaan dan norma-norma yang terjadi dalam kelompok. 3) Advisor Memberikan
saran-saran
tentang
penyelesaian
tugas
bila
diperlukan. Tetapi pemberian saran ini jangan berarti instruktor yang menyelesaikan tugas buat peserta. Berikan saran itu dengan mengajukan Pertanyaan-pertanyaan, bukan pemberian informasi secara langsung. 4) Evaluator Nilailah proses kelompok yang terjadi bersama-sama dengan kelompok. Penilaian ini hendaklah selalu penilaian kelompok, bukan penilaian terhadap individu. e. Simulasi Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja dan kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah, dan simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja. Prinsip-prinsip simulasi 1) Simulasi dilakukan oleh kelompok siswa, tiap kelompok mendapat kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda.
2) Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masingmasing. 3) Penentuan topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas, dibicarakan oleh siswa dan guru. 4) Petunjuk simulasi diberikan terlebih dahulu. 5) Dalam simulasi seyogyanya dapat dicapai tiga domain psikis. 6) Dalam simulasi hendaknya digambarkan situasi yang lengkap. 7) Hendaknya diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu. Menurut Gilstrap yang melihatnya dari sifat tiruannya, simulasi itu dapat berbentuk: role playing, psikodrama, sosiodrama, dan permainan. Menurut Hyman dalam bukunya Ways of Teaching, simulasi merupakan salah satu metode yang termasuk ke dalam kelompok role playing. Bentuk-bentuk role playing yang lain adalah sosiodrama, permainan, dan dramatisasi. Kebaikan metode simulasi 1) Menyenangkan, sehingga, siswa secara wajar terdorong untuk berpartisipasi. 2) Menggalakkan guru untuk mengembangkan aktivitas simulasi. 3) Memungkinkan
eksperimen
berlangsung
tanpa
memerlukan
lingkungan yang sebenarnya. 4) Memvisualkan hal-hal yang abstrak. 5) Tidak memerlukan keterampilan komunikasi yang pelik. 6) Memungkinkan terjadinya interaksi antarsiswa.
7) Menimbulkan respons yang positif dari siswa yang lamban, kurang cakap dan kurang motivasi. 8) Melatih berpikir kritis karena siswa terlibat dalam analisa proses, kemajuan simulasi. Kelemahan metode simulasi 1) Efektivitasnya dalam memajukan belajar belum dapat dilaporkan oleh riset. 2) Validitas simulasi masih banyak diragukan orang. 3) Menuntut imanjinasi dari guru dan siswa. f. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaanpertanyaan seperti: 1) Bagaimana cara membuatnya? 2) Terdiri dan apa? 3) Bagaimana cara mengaturnya? 4) Bagaimana proses bekerjanya? 5) Bagaimana proses mengerjakannya? Demonstrasi sebagai metode mengajar adalah bahwa seorang guru, atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses, misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
Keuntungan metode demonstrasi 1) Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh pengajar sehingga siswa dapat menangkap hal-hal yang penting. Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar, dan tidak tertuju kepada hal lain. 2) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan keterangan guru. Sebab siswa memperoleh persepsi yang jelas dan hasil pengamatannya. 3) Bila siswa turut aktif melakukan demonstrasi, maka siswa akan memperoleh
peagalaman
praktek
untuk
mengembangkan
kecakapan dan keterampilan. 4) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan dapat dijawab waktu mengamati proses demonstrasi. 4. Komponen-komponen Komponen-komponen dalam perbuatan mengajar itu adalah: a. Mengajar sebagai ilmu teaching as a science Mengajar dalam kaitan sebagai ilmu mengacu kepada adanya suatu sistem ekspalanasi dan prediksi yang mendasarinya. b. Mengajar sebagai teknologi teaching as a technology Mengajar dalam kaitan sebagai teknologi dilihat sebagai prosedur kerja dengan mekanisme dan perangkat alat yang dapat dan harus diuji secara empiris.
c. Mengajar sebagai suatu seni teaching as an art Hakikat seninya terwujud dalam kenyataan bahwa aplikasi prinsip, mekanisme dan alat yang termaksut terjadi secara unik memerlukan pertimbangan-pertimbangan
situasional,
bahkan
penyesuain-
penyesuain transaksional, yang banyak dituntut oleh perasaan dan naluri jadi tidak semata-mata bertolak dan sekumpulan dali! dan rumus yang bersifat individual. d. Pilihan nilai (wawasan kependidikan guru) Bersumber pada pilihan nilai atau wawasan kependidikan yang dianut guru. Wawasan kependidikan guru yang dimaksud terpulang pada tujuan umum pendidikan nasional yang dapat ditelusuri kepada rumusan-rumusan yang formal maupun kepada asumsi-asumsi konsepsual filofisnya yang mendasar. e. Mengajar sebagai keterampilan teaching as a skill Mengajar
merupakan
suatu
proses
penggunaan
seperangkat
keterampilan secara terpadu.
D. Strategi Quiz Strategi team Quiz merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif. Sedangkan pembelajaran aktif menurut (Melsilbermen, 2009 : 163), pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Langkahlangkah dalam penerapan strategi team Quiz sebagai berikut:
1. Pilihlah topik yang disampaikan dalam 3 segmen 2. Bagi siswa menjadi beberapa kelompok, misalnya kelompok A, B, C. 3. Sampaikan kepada siswa tentang format pembelajaran, kemudian mulai presentasi. Batasi presentasi maksimai 10 menit. 4. Setelah presentasi, minta kelompok A menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan meteri yang baru saja disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat catatan mereka. 5. Minta kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. Jika kelompok B tidak bisa menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C. 6. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C jika kelompok C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B. 7. Jika tanya jawab ini selesai, lanjutkan presentasi materi kepada kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk kelompok A. 8. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya lanjutkan pembelajaran ketiga, dan kemudian tunjuk kelompok C sebagai penanya. 9. Akhiri pembelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru. Setiap strategi memiliki kelebihan masing-masing. Tetapi semuanya mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memberikan suasana belajar yang kondusif dan aktif. Sehingga tujuan pembelajaran dicapai dengan cara yang
menyenangkan bagi siswa. Strategi team Quiz juga memiliki keunggulan yaitu: 1. Siswa aktif dalam pembelajaran, karena siswa benar-benar mencari sendiri informasi tentang materi. 2. Membina kerja sama antar anggota kelompok. 3. Menciptakan suasana yang kompetitif, sehingga siswa termotivasi untuk terus belajar. 4. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda yang bersumber dan hal yang telah diketahui oleh siswa sebelumnya, yaitu Quiz yang sering dilaksanakan oleh masyarakat. Strategi team Quiz juga memiliki kekurangan yaitu: 1. Menuntut kreativitas dan keaktifan dari guru dan siswa. 2. Waktu yang digunakan dibatasi. 3. Kurang tepat jika diterapkan pada kelas yang jumlah muridnya banyak. 4. Belum banyak diterapkan di sekolah-sekolah karena belum mengenal dan memahaminya lebih seksama.
E. Penerapan Metode Team Quiz dalam Pembelajaran SKI Cara belajar siswa aktif merupakan suatu upaya dalam pembaharuan pendidikan dan pembelajaran. Kendatipun cara ini tergolong baru, namun sesungguhnya konsep ini telah lama dikembangakan, hanya perwujudannya yang masih baru dalam sistem pembelajaran di sekolah-sekolah kita. Karena itu, ada baiknya guru-guru mengenal dan memahaminya lebih seksama agar mampu menerapkannya secara efektif.
Cara belajar siswa aktif adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menitik beratkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Pada hakekatnya keaktifaan belajar terjadi dan terdapat pada semua perbuatan belajar, tetapi kadarnya yang berbeda tergantung pada jenis kegiatanya, materi yang dipelajari dan tujuan yang hendak dicapai. Dalam CBSA, kegiatan belajar diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti: mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatau, menulis laporan, memecahkan masalah memberikan prakarsa/gagasan, menyusun rencana dan sebagainya. Keaktifan itu ada yang dapat diamati, dan ada pula yang tak dapat diamati secara langsung. Setiap kegiatan tersebut menuntut keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran melalui asimilasi, dan akomodasai kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk ketrampilan (motorik, kognitif, dan sosial), penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap (Oemar Hamalik, 1995 : 137). Dalam hal ini metode team Quiz tepat digunakan dalam kegiatan proses pembelajaran SKI karena keaktifan, perhatian serta motivasi juga hasil belajar yang dicapai mengalami peningkatan. Metode team Quiz merupakan strategi yang dapat meningkatkan tanggungjawab belajar siswa dalam situasi yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa tegang ataupun jenuh dalam menerima pelajaran khusunya mata pelajaran SKI yang materinya memuat cerita yang bersifat hafalan dan siswa dituntut untuk banyak membaca dan mengerti serta memahami isi dari materi tersebut.
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subyek Penelatian Penelitian dengan penggunaan strategi Quiz ini dilaksanakan di MI Kranggan Kec. Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 pelajaran SKI pokok bahasan sejarah kerosulan Nabi Muhammad S.A.W. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 3-30 Mei 2010. Subyek penelitian meliputi siswa kelas III yang berjumlah 13 siswa dengan komposisi 7 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Usia rata-rata siswa 11 tahun. Latar belakang orang tua siswa yaitu sebagai ibu rumah tangga, karyawati dan sebagian kecil pedagang dan pegawai.
B. Diskripsi Siklus I Mata Pelajaran
: SKI
Kelas/Semester
: III / 2
Standar Kompetensi : 1. Mengenal peristiwa kerasulan Muhammad SAW. Kompetensi Dasar
:1.1. Mengambil ibrah dari kenabian dan kerasulan Muhammad SAW.
68
Indikator
: 1. Menceritakan Nabi Muhammad S,A.W. dalam berdagang. 2. Menjelaskan tata cara Nabi Muhammad S.A.W. dalam berdagang. 3. Menceritakan pertemuan Nabi Muhammad S.A.W. dengan Pendeta Bukhairah. 4. Menceritakan
kebijaksanaan
Nabi
Muhammad
S.A.W. dalam peristiwa peletakan Hajar Aswad. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menceritakan Nabi Muhammad S.A.W. dalam berdagang. 2. Siswa dapat menjelaskan tata cara Nabi Muhammad S.A.W. dalam berdagang. 3. Siswa
dapat
meneladani
kebijaksanaan
Nabi
Muhammad S.A.W. dalam peristiwa peletakan hajar Aswad. 4. Siswa
dapat
menceritakan
perternuan
Nabi
Muhammad S.A.W. dengan Pendeta Bukhairah. Materi pembelajaran
: Masa kemandirian Muhammad SAW.
Metode pembelajaran
: Team Quiz
Sumber Pembelajaran
: Buku SKI kelas III / 2
Penilaian
: Tes Tertulis
Pada pelaksanaan siklus I ini terdiri dari empat tahapan yaitu: 1. Perencanaan Tahap perencanaan meliputi: a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus I yaitu pada hari Senin tanggal 26 Mei 2010 b. Menyusun indikator yang akan tercapai setelah pembelajaran. c. Membuat instrumen penelitian yaitu: 1) Lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang perhatian dan motivasi pembelajaran. Lembar observasi digunakan sebagai instrumen karena hasil belajar dicapai jika siswa benar-benar mengikuti proses pembelajaran. 2) Tes formatif sebagai alat pengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran SKI. d. Menyiapkan alat pembelajaran. e. Membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan tindakan di kelas. 1) Pra pembelajaran : menata tempat duduk siswa 2) Kegiatan awal (5 menit) : membuka pelajaran dengan do’a belajar 3) Kegiatan inti (50 menit) a) Guru membagi kelas menjadi tiga kelompok dan (membagi materi menjadi dua bagian. b) Guru mempresentasikan semua materi.
c) Pada pembelajaran pertama, kelompok I memberi pertanyaan dari materi bagian I kepada kelompok II dan III. d) Dalam sesi tanya jawab berlaku : bila kelompok yang dituju tidak bisa menjawab pertanyaan dilempar ke kelompok lain. e) Pembelajaran kedua, giliran kelompok II memberi pertanyaan dari materi bagian II kepada kelompok III dan I dengan aturan yang sama. f) Pembelajaran ketiga, kelompok III memberi pertanyaan dan materi bagian III kepada kelompok I dan II dengan aturan yang sama. g) Jika pembacaan selesai, perolehan nilai masing-masing kelompok dijumlah untuk mengetahui pemenangnya. 4) Kegiatan Akhir (15 menit) a. Guru menyimpulkan pembelajaran dan menyampaikan materi yang belum dikuasai siswa. b. Guru mengadakan evaluasi. c. Pembelajaran ditutup dengan salam. 2. Tindakan a. Pra pembelajaran Sebelum pembelajaran dimulai, tempat duduk ditata menjadi tiga dengan bentuk letter U, seperti pada gambar 3.1
Papan tulis
Meja guru
Gambar 3.1 Denah Tempat duduk pada siklus I b. Kegiatan awal (5 menit) 1) Guru mengucapkan salam. 2) Guru bersama siswa membaca doa belajar. c. Kegiatan inti (70 menit) 1) Guru menyampaikan hasil yang akan dicapai setelah pembelajaran kepada siswa. 2) Guru membagi kelas menjadi tiga kelompok. 3) Guru meminta siswa untuk menempati kursi masing-masing sesuai dengan kelompoknya. 4) Guru membagi pembelajaran materi dalam tiga bagian. 5) Kemudian guru mempresentasikan semua materi. 6) Pembelajaran pertama yaitu guru meminta kelompok I menjadi penanya untuk materi bagian I. Pertanyaan dan kelompok I ditujukan untuk kelompok II.
7) Guru mempersilahkan masing-masing kelompok memilih juru bicara. 8) Bila kelompok II tidak bisa menjawab pertanyaan dilempar untuk kelompok III. 9) Setelah kelompok I selesai memberi pertanyaan untuk kelompok II, kelompok I melanjutkan dengan memberi pertanyaan kepada kelompok III. Bila kelompok III tidak bisa menjawab pertanyaan dilempar untuk kelompok II. 10) Jika tanya jawab pada pembelajaran pertama selesai, dilanjutkan dengan pembelajaran kedua dengan materi bagian II dan menunjuk kelompok II sebagai penanya. 11) Aturan main seperti pada pembelajaran pertama. Kelompok II memberi pertanyaan untuk kelompok III dan I. 12) Setelah kelompok II selesai dengan pertanyaannya, dilanjutkan pembelajaran ketiga dengan materi bagian III dan guru menunjuk kelompok III sebagai penanya. Dan proses seperti pada pembelajaran pertama. Kelompok III memberi pertanyaan untuk kelompok I dan kelompok II. 13) Setelah pembacaan soal selesai, nilai yang diperoleh dari masingmasing kelompok dijumlah. Karena pada pelaksanaan kuis ada dua kelompok yang nilainya sama, maka kemudian guru membuat soal lemparan untuk kedua kelompok tersebut.
14) Kelompok yang berhak menjawab adalah kelompok yang lebih dahulu mengacungkan tangannya. 15) Kelompok yang mampu menjawab menjadi pemenang. 16) Strategi kuis telah selesai. 17) Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini dan menyampaikan beberapa materi yang belum dikuasai siswa. d. Kegiatan akhir (15 menit) 1) Guru membagikan soal-soal evaluasi. 2) Guru menutup pembelajaran dengan salam. 3. Observasi Pada tahap observasi dikumpulkan data melalui lembar observasi dan tes formatif. Pada saat tindakan berlangsung, ditemukan beberapa hambatan pada pelaksanaan strategi Quiz yaitu: a. Dari penataan tempat duduk yang memanjang menyulitkan siswa untuk berkomunikasi antar kelompok. b. Ada beberapa siswa yang berbicara sendiri ketika presentasi materi. c. Ada beberapa siswa yang kurang siswa yang kurang aktif. d. Soal yang dibuat siswa untuk kelompok lain kurang dapat dipahami, sehingga suasana tampak gaduh, siswa saling bersautan menanggapi maksud soal tersebut. e. Waktu pembelajaran melebihi batas yang direncanakan, waktu bertambah 20 menit. Pada awal perencanaan 70 menit menjadi 90 menit.
4. Refleksi Dari penemuan beberapa hambatan diatas dijadikan bahan refleksi diri untuk perbaikan rencana pada siklus selanjutnya. Refleksi ini meliputi: a. Bagaimana mengubah tempat duduk agar semua anggota kelompok dapat berkomunikasi dengan mudah b. Bagaimana mengaktifkan seluruh siswa agar benar-benar terlibat dalam penerapan strategi Quiz, sehingga perhatian siswa terfokus pada pembelajaran. c. Bagaimana agar soal mudah dipahami sehingga tidak menimbulkan kegaduhan yang tidak terkendali. d. Bagaimana agar waktu tepat sesuai jam pelajaran.
C. Siklus II Mata pelajaran
: SKI
Kelas/Semester
: III / 2
Standar Kompetensi : 2. Mengenal sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kompetensi Dasar : 2.1. menceritakan sejarah kelahiran dan silsilah Nabi Muhammad SAW.
Indikator
: 1. Menceritakan kehidupan Nabi Muhammad S.A.W. sebagai anak yaTeam.
2. Mencontoh Nabi Muhammad S.A.W. yang tidak bergaul dengan mereka yang berakhlak buruk. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa
dapat
menceritakan
kehidupan
Nabi
Muhammad S.A.W. sebagai anak yang baik. 2. Siswa dapat mencontoh Nabi Muhammad S.A.W yang tidak bergaul dengan mereka yang berakhlak buruk. Materi Pembelajaran
: Kelahiran Nabi Muhamad SAW.
Metode Pembelajaran : Team Quiz Sumber Pembelajaran : Buku SKI kelas III / 2 Penilaian
: tes tertulis
Pada pelaksanaan siklus II ini terdiri dari empat tahapan yaitu: 1. Perencanaan Tahap perencanaan pada siklus II meliputi: a. Membuat instrumen penelitian yaitu: 1) Lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang perhatian dan motivasi siswa dalam pembelajaran. Lembar observasi digunakan sebagai instrumen karena hasil belajar dicapai jika siswa benarbenar mengikuti proses pembelajaran. 2) Tes formatif sebagai alat pengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran SKI. b. Menyiapkan alat pembelajaran.
c. Menentukan waktu pelaksanaan tindakan untuk siklus yang kedua yaitu pada hari Rabu, 26 Mei 2010. d. Membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan tindakan dikelas dengan format terlampir. Perencanaan tindakan siklus II hampir sama dengan yang dilaksanakan pada siklus I akan tetapi terdapat rencana yang direvisi , yaitu: 1) Mengubah Penataan tempat duduk kelompok agar siswa dapat saling berkomunikasi satu sama lain. 2) Sebelum pelaksanaan Quiz dimulai, diberikan motivasi agar semua siswa benar-benar mengikuti kegiatan pembelajaran. 3) Siswa yang tidak aktif ditempatkan diantara siswa-siswa yang aktif. 4) Soal atau pertanyaan untuk pelaksanaan Quiz dibuat oleh guru sehingga diharapkan tidak ada kegaduhan yang tidak terfokus pada saat Quiz berlangsung. 5) Presentasi oleh guru ditiadakan, diganti siswa mempelajari sendiri materi yang dibagikan untuk tiap kelompok dari buku yang sudah dimiliki. Dengan hal tersebut diharapkan semua siswa aktif dan bicara sendiri. 6) Pertanyaan dari masing-masing kelompok hanya ditujukan untuk satu kelompok saja. Misalnya kelompok I memberi pertanyaan untuk kelompok II saja. 2. Tindakan
a. Pra pembelajaran Sebelum pembelajaran dimulai yaitu menata tempat duduk dengan duduk berkelompok melingkar seperti gambar 3. 2
Meja guru Papan tulis
Gambar 3.2 Denah tempat duduk siklus II b. Kegiatan awal (10 menit) 1) Guru membuka pelajaran dengan salam. 2) Membaca do’a belajar. 3) Guru memotivasi siswa.
c. Kegiatan inti (45 menit) 1) Guru menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung dan hasil yang akan dicapai kepada siswa
2) Guru membagi kelompok menjadi tiga, dengan anggota yang sama seperti pada siklus I, tetapi nama kelompok diubah menjadi: a) Kelompok I pada siklus I menjadi kelompok II. b) Kelompok II pada siklus II menjadi kelompok III. c) Kelompok III pada siklus III menjadi kelompok I. 3) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi SKI dari buku. Tetapi lebih terfokus pada bagian materi masing-masing kelompok untuk menjawab soal dan kelompok lain. Kelompok I mempelajari bagian I dan bagian II. Kelompok II mempelajari bagian II dan III. Kelompok III mempelajari materi bagian III dan I. 4) Soal untuk Quiz yang dibuat guru dibagikan untuk masing-masing kelompok. 5) Guru mempersilahkan masing-masing kelompok memilih juru bicara. 6) Guru berperan sebagai pemandu Quiz. 7) Kelompok I mulai membacakan pertanyaan untuk kelompok II. Dengan catatan, soal untuk kelompok II yang berhak menjawab adalah kelompok II , tetapi jika kelompok II tidak bisa menjawab maka soal akan dilempar ke kelompok III. 8) Setelah kelompok I telah selesai membaca soal, berganti ke kelompok II untuk kelompok III dan kemudian berganti kelompok III untuk kelompok I dengan aturan yang sama.
9) Setelah pembacaan soal selesai, nilai dijumlah untuk mengetahui pemenangnya. 10) Strategi Quiz telah selesai. 11) Guru
menyimpulkan
pembelajaran
dengan
menyampaikan
beberapa materi yang belum dikuasai siswa. d. Kegiatan Akhir (15 menit) 1) Guru membagikan soal-soal evaluasi. 2) Guru menutup pembelajaran dengan salam. 3. Observasi Dari observasi dilakukan pengumpulan data dengan instrument lembar observasi dan tes formatif. Observasi pada siklus II ditemukan hambatan yaitu masih ada 3 siswa yang belum aktif. 4. Refleksi Dari hasil observasi diadakan refleksi untuk perbaikan rencana pada Siklus III. Perbaikan ini bertujuan agar tiga siswa yang belum aktif menjadi aktif dan siswa lain yang sudah aktif pada siklus II tetap aktif.
D. Siklus III Mata Pelajaran
: Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas/Semester
: III / 2
Standar Kompetensi
: 3. Mengenal peristiwa kerosulan Muhammad SAW.
Kompetensi Dasar
: 3.1.Mendeskripsikan peristiwa kerosulan Muhammad SAW.
Indikator
: 1. Menceritakan kebiasaan Nabi Muhammad S,A.W. sebagai Al-Amin. 2. Mencontoh kemandirian Nabi Muhammad S.A.W. ketika remaja. 3. Menceritakan kebiasaan Nabi Muhammad S.A.W. bertafakur di Gua Hira’ menjelang kenabian. 4. Menjelaskan proses turunnya wahyu pertama.
Tujuan pembelajaran : 1. Siswa
dapat
menceritakan
kebiasaan
Nabi
Muhammad S.A.W. sebagai Al-Amin. 2. Siswa
dapat
mencontoh
kemandirian
Nabi
Muhammad S.A.W. ketika remaja. 3. Siswa
dapat
menceritakan
kebiasaan
Nabi
Muhammad SAW. bertafakur di Gua Hira’ menjelang kenabian. 4. Siswa dapat menjelaskan proses turunnya wahyu pertama. Materi Pembelajaran
: Kerasulan Muhammad SAW.
Metode Pembelajaran : Team Quiz Sumber Pembelajaran : Buku SKI kelas III / 2 Penilaian
: tes tertulis
Pada pelaksanaan siklus III ini terdiri dari empat tahapan yaitu:
1. Perencanaan Perencanaan meliputi: a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus III yaitu pada hari Sabtu, tanggal 29 Mei 2010. b. Menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar observasi dan tes formatif untuk evaluasi. c. Menyiapkan alat-alat pembelajaran. d. Menyusun skenario pembelajaran untuk siklus III. Skenario sama seperti pada siklus II tetapi pada siklus III diadakan revisi rencana pada: 1) Tiga siswa yang belum aktif dipilih juru bicara diharapkan semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2) Pada pelaksanaan Quiz di buat menjadi dua tahap, yaitu tahap soal untuk perkelompok seperti pada siklus I dan II, tahap kedua soal lemparan yang dibuat guru. Rencana ini bertujuan agar siswa tidak bosan dan lebih semangat dengan variasi penerapan strategi Quiz. 3) Memberikan hadiah kepada pemenang agar suasana menjadi lebih meriah.
2. Tindakan a. Pra kegiatan Menata tempat duduk seperti siklus II.
b. Kegiatan awal (5 menit) 1) Guru membuka pelajaran dengan salam. 2) Membaca do’a belajar bersama-sama. c. Kegiatan inti (50 menit) 1) Menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung dan menyampaikan hasil yang akan dicapai. 2) Guru membagi kelompok menjadi tiga bagian dengan anggota yang sama seperti siklus I, tetapi nama kelompok diubah menjadi : kelompok I pada siklus I menjadi kelompok III, kelompok II pada siklus II menjadi kelompok I dan kelompok III pada siklus I menjadi kelompok II. 3) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi SKI. Tetapi lebih terfokus pada bagian materi masing-masing kelompok untuk menjawab soal dari kelompok lain dan pertanyaan yang akan diajukan untuk kelompok lain. Kelompok I mempelajari bagian I dan bagian II. Kelompok II mempelajari bagian materi II dan III. Kelompok III mempelajari bagian III dan I. 4) Guru menjelaskan tahapan dalam Quiz yang meliputi tahap pertama untuk pembacaan soal untuk masing-masing kelompok dan tahap kedua soal lemparan. 5) Pelaksanaan tahap pertama. Soal untuk Quiz yang dibuat guru dibagikan untuk masing-masing kelompok. 6) Guru menunjuk siswa yang belum aktif untuk menjadi juru bicara.
7) Guru berperan sebagai pemandu Quiz. 8) Kelompok I mulai membacakan pertanyaan untuk kelompok II dengan catatan, soal untuk kelompok II yang berhak menjawab adalah kelompok II. Tetapi jika kelompok II tidak bisa menjawab maka soal akan dilempar ke kelompok III. 9) Setelah kelompok I telah selesai membaca soal, berganti ke kelompok II untuk kelompok III dan kemudian berganti kelompok III untuk kelompok I dengan aturan yang sama. 10) Setelah pembacaan soal selesai, nilai dijumlah untuk mengetahui perolehan nilai sementara. 11) Tahap kedua, soal lemparan. Guru membacakan soal, kelompok yang berhak menjawab adalah yang mengacungkan tangannya lebih dahulu. Dan harus dilakukan oleh juru bicara. 12) Setelah semua soal telah selesai dibacakan, nilai masing-masing kelompok dijumlahkan untuk mengetahui pemenangnya. 13) Pemenang mendapat hadiah yang telah disediakan. 14) Strategi Quiz telah selesai. d. Kegiatan akhir (15 menit) 1) Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini dengan menyampaikan beberapa materi yang belum dikuasai siswa. 2. Guru mengadakan evaluasi 3. Menutup pelajaran dengan salam 3. Observasi
Observasi menunjukkan bahwa semua siswa telah ikut aktif dalam pembelajaran. 4. Refleksi Refleksi pada siklus III yaitu didapatkan satu strategi pembelajaran baru untuk mata pelajaran SKI. Pada siklus III semua siswa telah aktif dan partisipatif dalam mengikuti Quiz yang diterapkan pada pembelajaran SKI dan hasil belajar siswa meningkat dari sebelumnya.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Hasil Penelitian Persiklus 1. Pra Siklus Sebelum diterapkan strategi team Quiz, penyampaian materi menggunakan metode ceramah. Dari dokumentasi sebelum penerapan strategi team Quiz didapatkan nilai sebagai pembanding setelah dan sebelum strategi team Quiz dipilih sebagai pemecahan masalah. Nilai dalam penelitian ini sebagai indikator tingkat tingkat pencapaian penggunaan strategi team Quiz untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sebagai patokan hasil belajar adalah nilai Ketuntasan Kriteria Minimum (KKM) kelas III MI Kranggan kecamatan Ambarawa pada mata pelajaran SKI yaitu 50. Penggunaan strategi dan metode sebelumnya diperoleh dokumentasi nilai hasil belajar siswa yang terlihat pada tabel 4.1. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nilai Siswa <29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Jumlah
Jumlah 8 2 1 1 1 13
Tabel 4.1 Nilai Siswa Pra Siklus
86
Prosentase 0% 0% 61,5% 15,4% 7,7% 7,7% 7,7% 100%
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa perlengkapan pembelajaran dengan metode ceramah (sebelum penerapan metode team Quiz) diperoleh nilai rata-rata hasil pembelajaran siswa adalah 55 dan jumlah siswa yang harus belajar sebanyak 5 siswa sedangkan yang belum tuntas belajar adalah 8 siswa, jadi ketuntasan Jumlah siswa yang tuntas belajar P=
_____________________________________________
X l00 %
Jumlah seluruh siswa 5 P = ______ X 100% 13 P = 38,4%
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa hasil belajar sebelum
penerapan metode team Quiz siswa belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal (ketuntasan kelas) karena prosentase ketuntasan masih di bawah batas ketuntasan minimal yaitu 75%. Hal ini disebabkan belum diterapkannya metode team Quiz atau masih digunakannya metode ceramah dalam proses pembelajaran sehingga siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, siswa juga tidak aktif dan perhatian, bahkan merasa jenuh pada saat pembelajaran. Hasil tersebut menjadi keperihatinan bagi guru dan kendala untuk melanjutkan pembelajaran berikutnya, maka peneliti ingin memperbaiki proses pembelajaran supaya hasil yang dicapai memuaskan. Oleh karena itu perlu diterapkan metode lain yaitu metode team Quiz yang diharapkan
menjadi metode yang menyenangkan dan memudahkan siswa dalam menguasai pelajaran SKI. 2. Siklus I Pada siklus I dicari data menggunakan tes formatif dan lembar observasi. Dari instrumen tersebut diperoleh data tentang nilai, motivasi, dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Motivasi dan perhatian siswa sebagai fokus observasi karena dalam sebuah keberhasilan mengajar tidak terlepas dari dua hal tersebut. Agar siswa paham dengan materi pelajaran, siswa harus mempunyai perhatian kepada materi yang disampaikan. Sedangkan motivasi adalah indikator adanya minat dan siswa untuk turut serta dalam pembelajaran. Motivasi dan perhatian menunjukkan tingkat keikutsertaan siswa. Bila kedua hal tersebut baik. Kebanyakan siswa yang mendapat skor I adalah siswa yang melamun dan berdiskusi dengan teman lainnya. Dan yang mendapatkan skor 2 untuk siswa yang kadang-kadang berdiskusi dengan topik lain dan kadang-kadang juga mengikuti Quiz pada pembelajaran. Untuk skor 3 jika siswa terlibat baik motivasi maupun perhatiannya dalam Quiz tetapi masih terjadi diskusi tak terfokus satu atau dua kali kesempatan. Dan untuk terfokus satu atau dua kali kesempatan. Dan untuk skor empat untuk siswa yang benar-benar aktif dan perhatian penuh, dan untuk skor lima untuk siswa yang benar-benar aktif perhatian dan memiliki motivasi yang tinggi pada pembelajaran.
Jadi untuk penerapan strategi Quiz pada siklus I masih kurang menarik bagi siswa. Hal tersebut menurut analisis peneliti karena adanya hal-hal yang menggangu perhatian dan motivasi siswa pada pembelajaran. Hambatan tersebut adalah : a. Pada tahap pembacaan soal, siswa saling adu argumen yang tidak terfokus, karena soal dari satu kelompok kurang dipahami oleh kelompok yang lainnya. b. Siswa belum benar-benar mengerti tata cara pelaksanaan Quiz pada pembelajaran. c. Waktu yang melebihi dari batas perencanaan menjadikan siswa gaduh. Dari instrument tes formatif yang berupa soal pilihan ganda diperoleh nilai siswa pada siklus I sebagai berikut : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nilai Siswa <29 30-39 -40-49 -50-59 -60-69 -70-79 -80-89 -90-100 Jumlah
Jumlah 7 1 1 2 2 13
Prosentase 0% 0% 53,8% 7,7% 7,7% 15,4% 15,4% 100%
Tabel 4.2 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa rata-rata nilai adalah 60,3 dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa serta yang belum tuntas sebanyak 7 siswa sehingga dapat dihitung prosentase ketuntasan belajar secara klasikal sebagai berikut : Jumlah siswa yang tuntas belajar
P = _____________________________________________ X l00 % Jumlah seluruh siswa 6 P = ______ X 100% 13 P = 46,2%
= 46, 2 % Hasil tersebut memperlihatkan bahwa basil belajar mengalami peningkatan, dari nilai-nilai tes formatif sebelum perbaikan adalah 55 kemudian setelah diadakan perbaikan pada siklus I meningkat menjadi 60,3 dan ketuntasan belajar mencapai 46,2%. Jadi ada peningkatan nilai rata-rata sebesar yaitu 5,3 dan peningkatan ketuntasan sebesar 78% meskipun hasilnya lebih baik, tetapi masih ada 7 siswa yang nilainya dibawah nilai ketuntasan yaitu : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Ade Ahmad Setiawan Hanif Mustofa Nurul Istiqomah M. Zada Nasrul Adzim Taufik Hidayat Durotun Napisah Bayu Aji
Nilai 45 49 49 49 40 45 49
Berdasarkan data di atas, pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini masih terdapat kekurangan dan prosentase siswa yang tuntas belajar belum mencapai 85% sehingga masih perlu adanya perbaikan, untuk itu peneliti akan mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus III, dengan cara mengulang lagi pembelajaran dengan metode team Quiz.
3. Siklus II Motivasi dan perhatian siswa pada siklus II lebih meningkat dibanding siklus I, menurut penulis dikarenakan : a. Siswa telah mengetahui tata cara team Quiz pada materi SKI. b. Soal untuk pertanyaan pada Quiz dibuat oleh guru sehingga kemungkinan kecil soal tidak dimengerti siswa. Hal ini dilakukan sebagai
antisipasi
terjadinya
adu
argumen
dari siswa
yang
menyebabkan diskusi yang tidak terfokus pada materi. Dari instrumen soal pilihan ganda didapatkan data nilai sebagai berikut : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nilai Siswa <29 30-39 -40-49 -50-59 -60-69 -70-79 -80-89 -90-100 Jumlah
Jumlah 2 2 3 2 2 2 13
Prosentase 0% 0% 15,4% 15,4% 23,0% 15,4% 15,4% 15,4% 100%
Tabel 4.4 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II
Nilai individual siswa meningkat dari siklus I. Tidak ada siswa yang mendapat nilai kurang dan 50, dan hanya 2 siswa atau 15,4% yang belum tuntas. Nilai rata-rata kelasnya adalah 72. Salah satu siswa yang belum tuntas memang pada hasil observasi mempunyai skor yang baik. Tetapi tidak hanya dari faktor strategi saja yang mempengaruhi tingkat hasil belajar siswa, akan tetapi juga faktor individual. Siswa tersebut memang mempunyai kelemahan dalam hal intelegensi. Indikator pada
semua mata pelajaran siswa tersebut mendapat nilai yang rendah. Satu hal yang patut ditiru, siswa tersebut selalu berusaha melibatkan diri dalam semua pembelajaran dan tidak pernah rendah diri. Meskipun ia sering tinggal dalam pembelajaran. 4. Siklus III Perhatian dan motivasi siswa pada sikius III sudah menunjukkan arah yang baik. Terlihat pada tabel perhatian siswa tidak ada siswa yang mendapat skor 1 dan 2. Rata-rata siswa mendapat skor 3, 4 dan 5 baik pada aspek perhatian maupun motivasi. Dapat dikatakan bahwa semua siswa pada siklus III telah ikut serta dalam metode team Quiz pada pembelajaran. Hal tersebut dari hasil analisis dikarenakan : a. Pada pelaksanaan siklus III, siswa telah memahami tata cara team Quiz b. Pada siklus III disediakan hadiah oleh guru, sehingga menambah greget bagi siswa untuk menjadi pemenang. c. Juru bicara dipilih dari siswa yang belum aktif pada siklus I dan II Kebanyakan siswa yang belum aktif mempunyai karakter pendiam dan kalem, sehingga siswa yang aktif berusaha mengajukan diri untuk menjadi juru bicara. Situasi tersebut yang menjadikan kelas ramai tetapi masih dalam kondisi terfokus bukan gaduh diskusi yang lain.
Untuk nilai yang diperoleh siswa pada siklus III sebagai berikut :
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nilai Siswa <29 30-39 -40-49 -50-59 -60-69 -70-79 -80-89 -90-100 Jumlah
Jumlah 1 1 2 2 3 4 13
Prosentase 0% 0% 7,7% 7,7% 15,4% 15,4% 23,0% 30,8% 100%
Tabel 4.5 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III Nilai yang diperoleh siswa pada siklus III mengalami peningkatan dari siklus II. Pada siklus III masih ada satu siswa yang belum tuntas, siswa yang belum tuntas ini adalah siswa yang sama yang dijelaskan pada siklus II. Siswa tersebut mungkin harus mendapatkan metode dan atau strategi yang berbeda agar dapat menuntaskan pelajarannya. Faktor individual siswa juga mempengaruhi lama waktu yang digunakan untuk belajar suatu hal. Pada siklus III rata-ratanya adalah 80. Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 90 -100 juga meningkat. Ada dua anak yang mendapatkan nilai 100.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Dari paparan hasil penelitian dari pra siklus sampai pada siklus III diperoleh data nilai hasil belajar keseluruhan pada gambar 4.4.
14 12 10 8 6 4 2 0 Pra Siklus
Siklus I
Silus II
Siklus III
Gambar 4.1 Ketuntasan Siswa Dari Pra Siklus-Siklus III Dari hasil nilai ketuntasan di atas dapat dijelaskan pada pra siklus 38,4% siswa yang tuntas. Pada siklus I meningkat menjadi 46,2% siswa yang tuntas. Pada siklus II tingkat ketuntasan siswa yaitu 84,6%. Dan pada sikius III ketuntasan mencapai 92,3%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dari pra siklus sampai pada siklus III mengalami peningkatan bertahap dilihat dari nilai individual siswa maupun nilai ratarata kelasnya. Dilihat dari motivasi dan perhatian siswa mengikuti pembelajaran dengan metode team Quiz juga mengalami peningkatan. Hasil belajar tidak hanya dipengaruhi dan faktor metode atau strategi saja akan tetapi dari beberapa faktor. Beberapa diantaranya yaitu faktor bakat, minat, tingkat intelegensi, karakterisktik belajar anak dan juga strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran. Sebagai contoh ditemukannya siswa yang berusaha aktif dalam pembelajaran tetapi siswa
tersebut mendapatkan nilai yang belum termasuk dalam KKM. Siswa tersebut tetap harus mendapatkan remedial. Remedial dapat dilakukan dengan menambahi waktu belajar siswa atau memberikan latihan soalsoal.
C. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Dalam pelaksanaan terdapat faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat strategi Quiz. 1. Faktor Pendukung dan Penghambat pada Siklus I a. Faktor Pendukung 1. Materi yang telah disediakan guru memudahkan siswa untuk belajar. Jadi siswa tidak perlu mencatat. 2. Strategi pembelajaran yang baru memberikan semangat kepada beberapa siswa. b. Faktor Penghambat 1. Dari penataan tempat duduk yang memanjang menyulitkan siswa untuk berkomunikasi antar kelompok. 2. Aturan yang kurang dimengerti siswa menyebabkan kegaduhan di antara siswa dan waktu yang melebihi batas dan yang direncanakan. 3. Soal yang dibuat siswa untuk kelompok lain kurang dapat dipahami, sehingga suasana tampak gaduh, siswa saling bersahutan maksud soal tersebut.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat pada Siklus II a. Faktor Pendukung 1. Materi yang telah disediakan guru memudahkan siswa untuk belajar. Jadi siswa tidak perlu mencatat. 2. Motivasi yang diberikan sebelum pembelajaran memberikan semangat kepada seluruh siswa. 3. Siswa yang belum aktif ditempatkan diantara siswa yang aktif, sehingga dapat membangun komunikasi antar anggota kelompok. 4. Soal untuk Quiz dibuat oleh guru. b. Faktor Penghambat Pribadi beberapa siswa yang cenderung pendiam dan IQ nya rendah sehingga siswa tersebut belum aktif dalam pembelajaran. 3. Faktor Pendukung dan Penghambat pada Siklus III a. Faktor Pendukung 1. Materi yang telah disediakan guru memudahkan siswa untuk belajar. Jadi siswa tidak perlu mencatat. 2. Siswa telah paham aturan main pada strategi Quiz 3. Juru bicara dipilih dan siswa yang belum aktif pada siklus II, sehingga semua siswa aktif dalam pembelajaran 4.
Soal untuk strategi Quiz dibuat oleh guru.
b. Faktor Penghambat Pada pelaksanaan siklus III masih terdapat satu siswa yang belum tuntas dikarenakan siswa tersebut lemah dalam belajarnya.
Indikatornya,
pada
mata
pelajaran
lain
siswa
tersebut
juga
mendapatkan nilai belajar yang rendah dibandingkan teman-temannya. Dari hal tersebut, tingkat intelegensi siswa yang rendah dalam belajar yang menyebabkan penggunaan strategi team Quiz ini belum mampu menuntaskan semua siswa.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di muka, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Perhatian siswa pada materi mata Pelajaran SKI pada siswa kelas III MI Kranggan Ambarawa mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan nilai rata-rata perhatian siswa pada siklus I yaitu 3,04 meningkat menjadi 3,5 pada Siklus II, dan pada Siklus III ini menjadi 4,42 setelah menggunakan metode team Quiz. 2. Motivasi siswa pada materi Mata Pelajaran SKI pada siswa kelas II MI Kranggan Ambarawa mengalami peningkatan hal ini ditandai dengan nilai rata-rata motivasi siswa pada siklus I yaitu 3,2 meningkat menjadi 3,6 pada Siklus II, dan pada Siklus III meningkat menjadi 4,44 setelah menggunakan metode Team Quiz. 3. Hasil belajar siswa kelas III MI Kranggan Ambarawa pada materi mata pelajaran SKI setelah menggunakan metode Team Quiz mengalami peningkatan hal ini ditandai dengan presentase siswa yang tuntas belajar pada siklus I, yaitu 46,2 %, meningkat menjadi 84,6% pada Siklus II kemudian pada Siklus III menjadi 92,3 % nilai rata-rata sebelumnya yaitu 55 meningkat menjadi 60,3 pada Siklus I, Siklus II yaitu 72 dan Siklus III yaitu 80.
98
Prosentase didapat dari nilai siswa yang telah memenuhi Ketuntasan Kriteria Minimum (KKM) yaitu 50 untuk mata pelajaran SKI. Nilai ketuntasan hasil belajar siswa sebagai indikator tingkat pencapaian hasil belajar siswa. Nilai individual siswa juga semakin meningkat.
B. Saran Untuk dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa, maka yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Guru Selalu membuka diri dengan wawasan baru untuk meningkatkan profesionalisme. Salah satunya dengan mengembangkan metode dan strategi yang digunakan. Sehingga penggunaan strategi yang inovatif membuat siswa tidak merasa bosan. Titik hanya itu, kemampuan menyiapkan perkakas pembelajaran juga perlu ditingkatkan seperti RPP, RH, Silabus, dan lain-lain. Bila persiapan telah matang, mengajar titik akan terkesan seadanya dan mendapatkan hasil yang maksimal. Semua itu untuk meningkatkan hasil belajar yang diperoleh siswa. 2. Sekolah / Kepala Sekolah Bagi pihak sekolah atau penyelenggara pendidikan sebaiknya meningkatkan pembinaan kepada guru-guru. Diharapkan dari pembinaan tersebut semakin baik pelayanan yang diberikan guru kepada siswa.
C. Kata Penutup
Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah sudi membimbing dan menunjukkan jalan kebenaran bagi penulis. Sehingga penulisan skripsi ini dapat tersusun sebagaimana mestinya. Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekurangan maupun kesalahan, maka saran dan kritik yang membangun diterima penulis dengan tangan terbuka. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
F. Belajar 9. Pengertian Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif, konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini maka antara proses belajar dengan perubahan adalah dua gejala saling terkait yakni belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti dari hasil yang diproses (Chalidjah Hasan, 1994 : 84). Untuk mengetahui taraf keberhasilan belajar peserta didik berpesan pada kurikulum yang berlaku dan telah disempurnakan antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila indikatornya dapat tercapai. Untuk mengetahui tercapai tidaknya indikator perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauhmana siswa telah menguasai indikator yang ingin dicapai . Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan progam remedial bagi siswa yang belum berhasil. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan 13
pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi indikator yang ingin dicapai. (Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, 1997: 119) Unsur-unsur dinamis dalam proses belajar terdiri dari: a. Motivasi yakni dorongan untuk berbuat b. Bahan belajar, yakni materi yang dipelajari c. Alat bantu belajar, yakni alat yang digunakan untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar d. Suasana belajar, yakni keadaan lingkungan fisik dan psikologis yang menunjang belajar e. Kondisi subjek belajar ialah keadaan jasmani dan mental untuk melakukan kegiatan belajar. (Oemar Hamalik, 2003 : 53) Perubahan tingkah laku sebagai bukti/indikator belajar. Bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar ialah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau tingkah lakunya tersebut masih lemah atau kurang. Tingkah laku memiliki unsur objektif dan unsur subjektif. Unsur objektif adalah unsur motorik atau unsur jasmaniah, sedangkan unsur subjektif adalah unsur rohaniah. Unsur objektif inilah yang tampak, sedangkan unsur subjektifnya. tidak tampak kecuali berdasarkan tingkah laku yang tampak itu. Misalnya, seorang yang sedang berpikir dapat kita lihat pada raut mukanya bahwa dia sedang berpikir, sedangkan proses berpikirnya itu sendiri tidak tampak. Tingkah laku manusia terdiri dan sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada siap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun
aspek-aspek
itu
adalah:
pengetahuan,
pemahaman,
kebiasaan,
keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial jasmani, budi pekerti (etika), sikap, dan lain-lain. Kalau seseorang telah melakukan perbuatan belajar, maka terjadi perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut. Prinsip-prinsip perubahan tingkah laku, ada sejumlah unsur yang menjadi ciri setiap perubahan tingkah laku, ialah: g. Tingkah laku dimotivasi. Seseorang mau berbuat sesuatu karena adanya tujuan yang hendak dicapainya. Perubahan tingkah laku dimulai dari dalam organisme yang bermotivasi, dan keadaan ini timbul berkat kebutuhan pada organisme tersebut. h. Tingkah laku yang bermotivasi adalah tingkah laku yang sedang terarah pada tujuan. Motivasi mengandung dua aspek, yakni adanya keadaan tegang tenion atau ketakpuasan dalam diri seseorang, dan kesadaran bahwa tercapainya tujuan akan mengurangi ketegangan itu. Ini berarti, pencapaian tujuan adalah pengurangan ketegangan dan pemuasan kebutuhan seseorang. i.
Tujuan yang disadari oleh seseorang mempengaruhi tingkah lakunya dalam upayanya mencapai tujuan tersebut. Konsekuensinya ialah tingkah laku bersifat selektif dan regulatif Seseorang memilih perbuatan/tindakan yang hanya mengacu ke arah pancapaian tujuan yang dapat memuaskan kebutuhannya.
j.
Lingkungan menyediakan kesempatan untuk bertingkahlaku tertentu, dan atau membalas, tingkah laku seseorang. Ini berarti, lingkungan sebagai situasi stimulus dalam satu sisi dapat memuaskan kebutuhan, dan disisi lainnya dapat membatasi pemuasan kebutuhan dengan cara tertentu.
k. Tingkah laku dipengaruhi oleh proses-proses dalam organisme. Persepsi,
pengalaman
dan
konsepsi
yang
dimiliki
seseorang
mempengaruhi tingkah laku terhadap aspek-aspek tertentu dan lingkungannya, misalnya sikap terhadap orang/individu lain. l.
Tingkah laku ditentukan oleh kapasitas dalam diri organisme manusia. Kapasitas itu berupa inteligensi dan kemampuan sesuai dengan tingkat perkembangannya. Seseorang mampu melakukan suatu perbuatan sesuai dengan tingkat kapasitasnya sendiri. Prinsip-prinsip tersebut, dapat dilakukan penilaian terhadap
perubahan tingkah laku sebagai basil belajar, yakni: g. Kebutuhan-kebutuhan apa yang ada pada diri organisme yang memungkinkan tumbuhnya tingkah laku yang bermotivasi? h. Motivasi apa yang mendasari perubahan tingkah laku itu? i.
Tujuan apa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang?
j.
Apakah lingkungan menyediakan kesempatan untuk melakukan tingkah laku tertentu?
k. Proses-proses apa yang mempengaruhi tingkah laku itu?
l.
Kapasitas dan kemampuan apa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang? Untuk memahami lebih dalam tentang belajar, berikut ini disajikan
beberapa teori belajar, yaitu: e. Teori belajar Behaviorisme Teori belajar ini dikemukakan oleh Watson berpendapat bahwa pengetahuan harus bersifat positif sehingga obyeknya harus dapat di amati, yaitu berupa tingkah laku. 3) Tingkah laku ialah reaksi organisme sebagai keseluruhan terhadap perangsang dan luar. 4) Belajar adalah melatih reaksi-reaksi itu terhadap perangsang yang sudah tertentu. Reaksi itu harus dapat diamati dan diukur (Chalidjah Hasan, 1994 : 94). f. Teori belajar R. Gagne Belajar adalah suatu proses untuk motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku yang diperoleh dari interaksi. Mulai dari masa bayi manusia mengadakan interaksi dengan lingkungan, tapi baru dalam bentuk kemudian mulai belajar
Sensori-Motor Coordination
berbicara dan menggunakan bahasa.
Kesanggupan untuk menggunakan bahasa ini penting artinya untuk belajar. Gagne berkata bahwa The Domains of Learning ada lima yaitu:
1. Keterampilan 2. Informasi verbal 3. Kemampuan intelektual 4. Strategi kognitif 5. Sikap. (Chalidjah Hasan, 1994 : 96) g. Teori belajar Daya Teori belajar menurut konsepsi ahli ilmu jiwa daya disebut juga Vermogons-psychology atau The Faculty psychology, menurut teori ini manusia mempunyai daya-daya : daya menngenal, daya mengingat, daya fantasi. Daya ini agar menjadi tajam harus dilatih untuk memecahkan soal. Daya ingatan lebih tinggi kalu digunakan untuk mengingat (Chalidjah Hasan, 1994 : 92) Dari beberapa teori di atas dapat dirumuskan bahwa belajar dapat melalui latihan dan pengalaman langsung, tergantung pada kompetensi yang ingin diberikan. Interaksi secara langsung dengan lingkungan akan menghasilkan hasil belajar yang lebih kuat pada diri peserta didik. Terlebih lagi jika peserta didik aktif dan partisipatif dalam menemukan pengetahuannya. 10. Tipe-tipe dalam belajar Belajar adalah suatu perbuatan yang kompleks, dimana perbuatan belajar itu sendiri mencakup beberapa segi. Menurut Robert M. Gagne dalam buku The Conditions of Learning (1970) (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003: 160-161).
Kedelapan tipe belajar merupakan tipe belajar yang memiliki hirarki dan yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks, yaitu: a. Belajar tanda-tanda (Signal Learning) Individu belajar mengenal dan memberi respons kepada tandatanda seperti : melirik kepada orang lewat, memusatkan pendengaran kepada suara yang datang, memalingkan muka dan cahaya yang menyorot. b. Belajar perangsang jawaban (stimulus-respons learning) Belajar ini adalah upaya untuk membentuk hubungan antara perangsang dengan jawaban, misal : berhenti pada waktu lampu merah, menjawab pertanyaan yang diberikan guru , dan lain-lain. c. Belajar rangkaian (Chaining Learning) Individu belajar melakukan suatu rentetan kegiatan yang membentuk satu kesatuan, misal mencuci pakaian, berbelanja, mandi, dan sebagainya. d. Asosiasi Verbal (Verbal Association) Tipe belajar ini adalah mampu mengaitkan sesuatu yang bersifat verbalisme kepada sesuatu yang sudah dimilikinya.
e. Belajar membedakan (Diserimination Learning) Individu belajar melihat perbedaan dan juga persamaan antara benda yang satu dengan benda lainnya melaiui pengelompokan terhadap objek objek yang konkrit maupun yang bersifat abstrak. f. Belajar konsep (Concept Learning) Tipe belajar ini menyangkut pemahaman dan penggunaan konsep-konsep, seperti konsep : warna merah, atau putih, sifat jujur atau culas, kondisi seperti aman, bahagia dan sebagainya. g. Belajar aturan-aturan (Rute learning) Individu belajar aturan-aturan yang ada di masyarakat, di sekolah, di rumah, maupun aturan dalam perdagangan, pemerintahan balikan ilmu pengetahuan. Aturan yang ada di rumah atau di sekolah misal berkenan dengan disiplin, aturan dipemerintahan berkenan dengan undangundang, sedangkan aturan dalam pengetahuan berkenan dengan dalildalil atau aksioma. h. Belajar pemecahan masalah (Problem Solving Learning) Tip belajar ini individu dehadapkan kepada masalah-masalah yang harus dipecahkan. Baik masalah yang sederhana maupun yang sangat kompleks.
Melalui
pemecahan
masalah
ini
manusia
mampu
berkembang lebih cepat dan lebih tinggi dari makhluk lainnya, karena dengan kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi menandakan
bahwa manusia memiliki kemampuan berfikir yaitu kemampuan untuk menggunakan rasio atau intelek. 11. Prinsip-prinsip dalam belajar Dalam belajar terdapat prinsip-prinsip yang mencirikan adanya sebuah pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik, yaitu: a. Belajar merupakan bagian dan perkembangan Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda tetapi berhubungan erat, dalam perkembangan dituntut belajar dan dengan belajar ini perkembangan individu lebih cepat. b. Belajar berlangsung seumur hidup Kegiatan belajar dimulai sejak lahir sampai menjelang kematian sedikit demi sedikit dan terus menerus. Perbuatan belajar dilakukan individu baik secara sadar maupun tidak, disengaja atau tidak, direncanakan ataupun tidak. h. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor — faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dan individu sendiri dengan berbekal potensi yang tinggi dan didukung faktor lingkungan yang menguntungkan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003 : 165). Dalam pembelajaran terdapat hal-hal yang harus diperhatikan agar hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan prinsip-prinsip tersebut sebagai batasan bagaimana belajar itu dilakukan.
12. Tipe hasil belajar Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikatagorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) serta bidang psikomotor (kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut, harus dipandang sebagai hasil belajar siswa, dari proses pengajaran. Hasil belajar tersebut nampak dalam perubahan tingkah laku, secara teknik dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui tujuan pengajaran. Dengan perkataan lain rumusan tujuan pengajaran berisikan hasil belajar yang diharapkan dikuasai siswa yang mencakup ketiga aspek tersebut. Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek tersebut. a. Tipe hasil belajar bidang kognitif 1) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (Knowledge) Pengtahuan hafalan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata Knowledge dan Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual di samping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali
seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus, dan lain-lain. Dari sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu dihafal, diingat, agar dapat dikuasai dengan baik. Ada beberapa cara untuk dapat menguasai/menghafal, misalnya dibaca berulangulang, menggunakan teknik mengingat (memo teknik) atau lazim dikenal dengan “jembatan keledai”. Tipe hasil belajar ini termasuk tipe hasil belajar tingkat rendah jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar lainnya. Namun demikian, tipe basil belajar ini penting sebagai prasyarat untuk menguasai dan mempelajari tipe hasil belajar lain yang lebih tinggi. Setidak-tidaknya pengetahuan hafalan merupakan kemampuan terminal (jembatan) untuk menguasai tipe hasil belajar lainnya. Contoh seseorang yang ingin mempelajari dan menguasai keterampilan bermain piano, maka yang bersangkutan harus menguasai dan hafal dulu tangga-tangga nada. Tingkah laku operasional khusus, yang berisikan tipe hasil belajar ini antara lain: menyebutkan, menjelaskan kembali, menunjukkan, menuliskan, memilih, mengidentifikasikan, mendefinisikan. 2) Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention) Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep.
Untuk itu maka diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. 3) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi) Aplikasi
adalah
kesanggupan
menerapkan,
dan
mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru. Misalnya, memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau hukum dalam suatu persoalan. Jadi, dalam aplikasi harus ada konsep, teori, hukum, rumus. Dalil hukum tersebut, diterapkan dalam pemecahan suatu masalah (situasi tertentu). Dengan perkataan lain, aplikasi bukan keterampilan motorik tapi lebih banyak keterampilan mental. Tingkah laku operasional untuk merumuskan tujuan instruksional biasanya menggunakan kata-kata: menghitung, memecahkan, mendemonstrasikan, mengungkapkan, menjalankan, menggunakan,
menghubungkan,
mengerjakan,
mengubah,
menunjukkan proses, memodifikasi, mengurutkan, dan lain-lain. 4) Tipe hasil belajar analisis Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagianbagian yang mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan/hirarki. Analisis merupakan tipe basil belajar yang kompleks, yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni
pengetahuan, pemahaman, aplikasi. Analisis sangat diperlukan bagi para siswa sekolah menengah apalagi di Perguruan Tinggi. Kemampuan menalar, pada hakikatnya mengandung unsur analisis. Bila kemampuan analisis telah dimiliki seseorang, maka seseorang akan dapat mengkreasi sesuatu yang baru. Kata-kata operasional yang lazim dipakai untuk analisis antara lain: menguraikan, memecahkan, membuat diagram, memisahkan, membuat garis besar, merinci, membedakan, menghubungkan, memilih alternatif dan lain-lain. 5) Tipe hasil belajar sintesis Sintsis adalah lawan analisis. Bila pada analisis tekanan pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yeng bermakna, pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas. Sudah barang tentu sintesis memerlukan kemampuan hafalan, pemahaman, aplikasi, dan analisis. Pada berpikir sintesi adalah berpikir devergent sedangkan berpikir analisis adalah berpikir konvergent. Dengan sintesis dan analisis. maka berpikir kreatif untuk menemukan sesuatu yang baru (inovatif) akan lebih mudah dikembangkan. Beberapa tingkah laku operasional biasanya tercermin dalam kata-kata mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun, menyusun, mencipta, merancang, mengkonstruksi,
mengorganisasi
kembali,
merevisi,
menyimpulkan,
menghubungkan, mensistematisasi, dan lain-lain. 6) Tipe hasil belajar evaluasi Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi, dan terkandung semua tipe hasil belajar yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam tipe hasil belajar evaluasi, tekanan pada pertimbangan sesuatu nilai, mengenai baik tidaknya, tepat tidaknya, dengan menggunakan kriteria tertentu. Membandingkan kriteria dengan suatu yang nampak/aktual/ terjadi mendorong seseorang menentukan putusan tentang nilai sesuatu tersebut. Dalam proses ini diperlukan kemampuan yang mendahuluinya, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, tingkah laku operasional dilukiskan dalam kata-kata menilai, membandingkan, mempertimbangkan, mempertentangkan menyarankan,
mengeritik,
menyimpulkan,
mendukung,
memberikan pendapat, dan lain-lain. b. Tipe hasil belajar bidang afektif Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan peruhahannya bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi. Hasil belajar bidang afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru
lebih banyak memberi tekanan pada bidang kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti
atensi/perhatian
terhadap
pelajaran
motivasi
belajar,
menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan lain-lain. Sekalipun bahan pelajaran berisikan bidang kognitif, namun bidang afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut, dan harus nampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa. Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai tingkat yang dasar/sederhana sampai tingkatan yang kompleks. 7) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi, gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus. kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. 8) Responding atau jawaban. Yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk kctepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. 9) Valuing (penilaian) yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya
kesediaan
menerima
nilai,
latar
belakang
atau
pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. 10) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi dari pada sistem nilai. 11) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterpaduan dan semua sistem nilai
yang telah dimiliki
seseorang,
yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya. c. Tipe hasil belajar bidang psikomotor Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan skill, kemampuan bertindak individu (seseorang). Ada 6 tingkatan keterampilan yakni: 1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar. 3) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain. 4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, ketepatan. 5) Gerakan-gerakan skill, mulai dan keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.
12) Kemampan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti an ekspresif, interpretatif. Tipe hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak ber diri sendiri, tapi selalu berhubungan satu sama lain bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan peilakunya. Carl Rogers berpendapat bahwa seseorang yang teleh menguasai tingkat kognitif maka perilaku orang tersebut sudah bisa diramalkan. Dalam proses belajar-mengajar di sekolah saat ini tipe hasil belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan psikomotorik. Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektif dan psikomator diabaikan. 13. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Hasil belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dan dirinya (intemal) maupun dari luar dirinya (ekstemal). Hasil belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu, pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa mencapai hasil belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut.
c. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal) 1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah pancaindera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku. 2) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas: a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki. b) Faktor nonintelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,
kebiasaan,
minat
kebutuhan,
motivasi,
emosi,
dan
penyesuaian diri. 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. d. Faktor yang berasal dan luar diri (eksternal) 5) Faktor sosial yang terdiri atas: a) Lingkungan keluarga b) Lingkungan sekolah c) Lingkungan masyarakat d) Lingkungan kelompok 6) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
7) Fakfor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar. 8) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan. Demikian, beberapa faktor internal dan eksternal yang berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi hasil belajar siswa. 14. Beberapa Karakteristik Siswa dalam Belajar Adapun karakteristik anak dalam belajar adalah sebagai berikut. a. Cepat dalam belajar Anak tergolong cepat dalam belajar, pada umumnya dapat menyelesaikan kegiatan belajar dalam waktu lebih cepat dari yang diperkirakan. Mereka tidak memerlukan waktu yang lama untuk memecahkan suatu masalah karena lebih mudah dalam menerima pelajaran. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata dan banyak yang tergolong sebagai anak jenius (sangat cerdas). Dalam kelompoknya anak-anak tersebut berada pada tingkat paling atas. Anak yang tergolong super cerdas ini sering mengalani kesulitan dalam penyesuaian belajar karena pada umumnya kegiatan di sekolah menggunakan ukuran ratà-rata atau biasa-biasa saja, sedangkan anak yang tergolong super cerdas ini termasuk anak yang luar biasa. Oleh karena itu, salah satu cara untuk membantu mereka ialah dengan menempatkan mereka pada kelompok khusus atau diberi tugas-tugas
tambahan sebagai pengayaan baik yang sifatnya horizontal maupun vertikal. b. Lambat dalam belajar Anak yang tergolong lambat dalam belajar pada umumnya lebih banyak membutuhkan waktu yang lebih lama dari waktu yang diperkirakan untuk anak-anak normal. Sebagai akibatnya, anak-anak golongan ini sering ketinggalan dalam belajar dan ini pula sebagai salah satu sebab tinggal kelas. Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak-anak golongan lambat
belajar memiliki taraf
kecerdasan dibawah rata-rata. Anak golongan ini memerlukan perhatian khusus, antara lain melalui penempatan pada kelas-kelas khusus atau pelajaran tambahan dalam program pengajaran remidial. c. Anak yang kreatif Anak kreatif ini umumnya dari golongan cepat, tapi banyak pula dari golongan normal (rata-rata). Anak golongan ini menunjukkan kreativitas dalam kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya dalam melukis, kesenian, olah raga, organisasi dan kegiatan lainnya. Mereka selalu ingin memecahkan persoalan-persoalan berani menanggung resiko yang sulit sekalipun kadang-kadang destruktif di samping konstruktif, lebih senang belajar sendiri dan percaya pada diri sendiri. Dalam kegiatan belajar mengajar anak golongan kreatif lebih mampu menemukan masalah-masalah dan mampu menyelesaikannnya.
15. Memantapkan hasil belajar Hasil belajar yang berupa rangkaian kata-kata dapat dimantapkan dengan banyak ulangan atau latihan soal-soal, akan tatapi hasil belajar yang mengandung makna tidak banyak dipengaruhi oleh interferensi. Bila sesuatu sungguh-sungguh dipahami, maka ulangan dan latihan soal-soal tidak seberapa memegang peranan, yang perlu ialah adanya ideide tempat pelajaran baru itu berakar sehingga diintegrasikan dengan apa yang telah dipelajari. 16. Penilaian hasil Belajar Penilaian adalah salah satu komponen dalam proses pembelajaran yang meliputi: a. Tujuan pembelajaran b. Metode pembelajaran c. Penilaian hasil belajar Penilaian hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data-data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk mebuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Prosedur penilaian hasil belajar. c. Persiapan Menyusun kisi-kisi (Blue Print), ini dapat digunakan sebagai guide dalam pengembangan pola belajar lebih lanjut, melalui
instrumen evaluasi yang direvisi terus sesuai dengan kebutuhan dalam proses belajar mengajar. d. Penyusunan alat ukur Pada tahap ini guru menentukan jenis alat ukur yang akan digunakan berdasarkan tujuan dari pengukuran tersebut dan aspek atau ranah apa yang hendak diukur. Alat penilaian ada 2 jenis, yakni penilaian dengan tes dan penilaian bukan dengan tes. Peniiaian dengan tes ada 3 macam, yakni: 1) Educational test: untuk mengukur kemampuan siswa di sekolah. 2) Mental test/tes intelegensi: untuk mengukur intelegensi seseorang. 3) Aptitude test: untuk mengetahui bakat seseorang Tes lisan dan tertulis, bentuk tes tersebut banyak digunakan oleh guru karena
penting
untuk
mengukur
ketercapaian
tujuan-tujuan
pembelajaran. (Oemar Hamalik, 2003: 143-16) Keuntungan penggunaan tes lisan (oral test), ialah sebagai berikut: g. Tes ini memberikan pengalaman melakukan ekspresi secara lisan pada para siswa. h. Siswa
mendapat
manfaat
tertentu
dengan
mendengarkan
respons/jawaban dari siswa lainnya. i.
Pertanyaan-pertanyaan lisan yang dijawab oleh siswa lebih banyak dan lebih luas dibandingkan dengan yang dapat ditulis oleh siswa terhadap pertanyaan tertulis dalam jangka waktu yang sama.
j.
Kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa segera dapat diketahui dan diperbaiki pada waktu itu juga.
k. Tes tertulis banyak menggunakan penglihatan yang sewaktu membaca dan menulis sesuatu jawaban. l.
Pengaruh faktor-faktor dari luar pada waktu ujian, misalnya sulit menyatakan pendapat secara lisan, dapat dihindari. Tetapi sebagai alat penilaian, tes tertulis dalam beberapa hal
lebih dapat dipertanggungjawabkan, jika dibandingkan dengan tes lisan. k. Semua murid menjawab sejumlah daftar pertanyaan yang sama, guru akan mempunyai dasar yang jelas untuk memperbandingkan hasil-hasil tes murid. l.
Jawaban-jawaban tertulis atas pertanyaan-pertanyaan tertulis, dapat dinilai lebih objektif daripada jawaban-jawaban lisan.
m. Dengan tes objektif tertulis, setiap murid menjawab sejumlah besar pertanyaan di dalam suatu jangka waktu tertentu di dalam kelas. Sedangkan dalam tes lisan murid-murid hanya berkesempatan menjawab sedikit pertanyaan, samplingnya terbatas, kurang reliabel. n. Kesulitan dan pentingnya pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh murid yang berbeta-beda adalah sama. Angka yang didapat akan menjadi dasar perbandingan.
o. Tes tertulis memberikan catatan mengenai hasil belajar murid yang dapat dianalisis secara teliti untuk maksud-maksud diagnostik. p. Tes harus dinilai seobjektif mungkin. q. Murid
harus
memiliki
kesempatan
yang
cukup
untuk
menyelenggarakannya. r. Gunakan pertanyaan-pertanyan lebih dari satu tipe dengan maksud memperluas skope pengukuran (complion, multiple choice, true false, essay, matching). s. Susunlah pertanyaan-pertanyaan dari tingkat yang mudah sampai ketingkat yang sulit. t. Lengkapi dengan punjuk-punjuk dan kunci scoring agar murid mengahui dengan tepat bagaimana pertanyaan-pertanyaan itu akan diskor. Pada pokoknya ada dua jenis pertanyaan ialah jenis objektif dan jenis subjektif. Dalam jenis objektif penilaian dilakukan secàra mekanis dan objektif, dari pada jenis subjektif kadang-kadang penilaian dilakukan secara intuitif dan subjektif. Baik tes bentuk objektif maupun tes bentuk essay masingmasing ada kebaikan dan kelemahannya. Akan tapi perlu dikahui bahwa jenis tes essay dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengetahui kepandaian anak dalam menyusun buah pikiran mereka untuk menyimpulkan sesuatu, sehingga karenanya dapatlah dikatakan
yang tertinggi. Lagi pula dalam memeriksa tes essay itu tidak dapat dinilai antara benar dan salah, karena ada beberapa tingkat kebenaran. Di bawah ini akan diuraikan beberapa alat penilaian yang bukan termasuk tes. Dalam praktiknya alat-alat ini sering digunakan bersama-sama tergantung pada tujuan penilaian dan aspek yang akan dinilai, sehingga dapat diperoleh gambaran menyeluruh tentang perkembangan seorang anak. Check list mempunyai berbagai tujuan dalam fungsinya sebagai alat penilalan. Check list sering sekali digunakan untuk menilai perbuatan yang kompleks atau tugas-tugas tertentu walaupun kadangkadang bentuknya sederhana sekali, yaitu hanya terdiri dari item-item yang dapat dijawab denganya atau tidak. Akan tetapi menyusun itemitem itulah yang sukar. Perlu diketahui bahwa dalam check list harus dimasukkan komponen yang esensial dan keterampilan yang hendak dinilai itu, misalnya mengenai hubungan sosial, kesehatan pada umumnya mental hygien, serta pemeliharaan alat-alat sekolah. Dengan check list, guru akan dapat segera mengetahui keadaan anak dalam situasi tertentu, karena secara keseluruhannya, apakah ia orang teliti, ceroboh, cepat marah atau sportif. Rating scale agak berbeda dari check list, karena rating scale menunjukkan tingkat-tingkat yang dicapai oleh murid, yang terdiri dari
lebih dari dua kategori, sedangkan check list hanya terdiri dari dua kategori saja, ya atau tidak. Rating scale mempermudah penilaian mengenai sifat-sifat atau karakteristik yang bersifat kuantitatif. Karena itu rating scale ini mempunyai 3 bentuk: descriptive scale, numerical scale, dan graphic scale. Murid yang dinilai ditempatkan dalam satu tingkat ukuran yang telah ditentukan. Sifat-sifat yang hendak dinilai itu hendaknya dimanifestasikan ke dalam tingkah laku yang dapat diobservasi sehingga dengan mudah dapat disusun alat panilainya. Tujuan dari
rating
scale
ialah
untuk
menyimpulkan/
merangkum, mengorganisasi dan menjumlahkan suatu akumulasi daripada observasi-observasi terhadap tingkah laku anak-anak. Jadi perbedaan pokok antara check list dan rating scale ialah pada bentuknya saja, yaitu rating scale menunjukkan letak kedudukan murid pada ukuran murid, sedangkan bentuk check list, hanya menunjukkan apakah murid itu mempunyai sikap atau sifat tertentu atau tidak, Kartu partisipasi harian ialah kartu penilaian untuk memiliki partisipasi dan kegiatan sehari-hari, misalnya: dalam diskusi. Pengukuran terhadap hasil belajar dilaksanakan dengan cara/bentuk tertentu sesuai dengan maksud dan tujuan pengukuran tersebut, yang dirancang dengan model desain evaluasi, yakni evaluasi
sumatif, evaluasi formatif, evaluasi reflektif dan kombinasi ketiga model. e. Evaluasi sumatif ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan pada waktu berakhirnya suatu program pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Model/bentuk evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui hasil akhir yang dapat dicapai oleh siswa, yakni penguasaan pengetahuan. Hasil penilaian ini sekaligus menggambarkan keberhasilan proses belajar mengajar. Evaluasi sumatif
berfungsi
menyediakan
informasi
untuk
membuat
keputusan untuk menentukan kelulusan, atau untuk menentukan suatu program dapat diteruskan dengan program baru atau perlu dilakukan pengulangan program pembelajaran. f. Evaluasi formatif ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan
selama
berlangsungnya
program
dan
kegiatan
pembelajaran. Tujuan pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk memperoleh informasi balikan terhadap proses belajar mengajar. Bila terdapat kelemahan dalam proses belajar mengajar, maka dapat
segera
dilakukan
perbaikan
sebagaimana
mestinya.
Pelaksanaan evaluasi ini berfungsi diagnostik, yakni untuk perbaikan. yang dilakukan dengan metode pengajaran remedial. g. Evaluasi reflektif iaiah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan sebelum proses pembelajaran berlangsung. Tujuan dari pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk memperoleh informasi
mengenai tingkat kesiapan dan tingkat penguasaan bahan pelajaran oleh siswa, sehingga dapat disusun dan diramalkan. kemungkinan keberhasilannya setelah mengalami proses belajar mengajar kelak. Fungsi pelaksanaan evaluasi ini bersifat prediktif (peramalan). h. Kombinasi pelaksanaan evaluasi, misalnya antara bintuk reflektif dan bentuk sumatif. Tujuan pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar, misalnya dalam bentuk desain pra-postes. Dengan demikian dapat diketahui kontribusi komponen-komponen sistem pembelajaran itu terhadap keberhasilan belajar siswa.
G. Mata Pelajaran SKI 1. Pengertian Kehidupan dan peradaban manusia diawal milenium ketiga ini mengalami banyak perubahan. Dalam merespon fenomena itu, manusia berpacu mengembangkan pendidikan baik dibidang ilmu-ilmu sosial, ilmu alam, ilmu pasti maupun ilmu-ilmu terapan. Namun bersamaan dengan itu muncul sejumlah krisis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya krisis politik, ekonomi. sosial, hukum, etnis, agama, golongan dan ras. Akibatnya, peranan serta efektivitas Pendidikan Agama Islam termasuk di dalamnya mata pelajaran SKI di madrasah sebagai pemberi nilai spiritual terhadap kehidupan keberagaman masyarakat dipertanyakan. Seolah-olah SKI dianggap kurang memberikan kontribusi ke arah itu.
Kenyataanya, setelah ditelusuri, pendidikan SKI menghadapi beberapa kendala, antara lain: waktu yang disediakan terbatas dengan muatan materi yang begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian. Kelemahan lain, materi SKI, lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik). Kendala lain adalah kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan nilai-nilai SKI dalam kehidupan sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang
lebih
variatif,
minimnya
berbagai
sarana
pelatihan
dan
pengembangan, serta rendahnya peran serta orang tua peserta didik. Memang tidak adil menimpakan tanggung jawab atas munculnya kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada SKI di madrasah, sebab SKI di madrasah bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. Apalagi dalam pelaksanaan SKI tersebut masih terdapat kelemahan-kelemahan yang mendorong dilakukanya penyempurnaan terus-menerus. Dalam implementasi kurikulnrn SKI selama ini juga lebih didominasi
usaha
mengakomodasikan
pencapaian kebutuhan
kemampuan afektif
dan
kognitif,
kurang
psikomoorik.
Dengan
pertimbangan ini maka disusun kurikulum nasional SKI Madrasah Ibtidaiyah yang berbasis pada kompetensi dasar (basic competency).
Standar ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulurn SKI Madrasah Ibtidaiyah sesuai, dengan kebutuhan masyarakat. Mata pelajaran SKI dalam kurikulum Madiasah ibtidaiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memalami, menghayati sejarah Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya way of life melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, keteladanan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Mata pelajaran SKI Madrasah Ibtidaiyah ini meliputi sejarah Arab pra Islam, sejarah Rasulullah SAW. Dan al-Khulafaurrasyidin. Hal lain yang lebih mendasar ialah terletak pada kemampuan menggali nilai. makna, aksioma, ibrah/hikmah, dalil dan teori dari fakta sejarah yang ada. Oleh karena itu tema-tema tertentu indikator keherhasilan belajar akan sampai pada pencapaian ranah efektif, jadi SKI tidak saja merupakan transfer of knowledge, tetapi merupakan pendidikan nilai value education. 2. Tujuan Adapun tujuan dari pembelajaran SKI di Madrasah Itidaiyah sebagai berikut: a. Pemberian pengetahuan tentang sejarah Islam dan kebudayaan kepada peserta didik. b. Mengambil ibrah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.
c. Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk berakhlak mulia berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang ada. d. Membekali
peserta
didik
untuk
mcmbentuk
kepribadiannya
berdasarkan tokoh-tukoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur. Sedangkan pembelajaran SKI setidaknya memiliki tiga fungsi sebagai berikut: d. Fungsi edukatif Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang keharusan menegakkan prinsip. sikap hidup yang luhur dan Islami dalam kehidupan sehari-hari. e. Fungsi keilmuan Melalui sejarah peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai tentang Islam dan kebudayaannya. f. Fungsi transformasi Sejarah merupakan salah satu sumbr yang sangat penting dalam rancang transformasi masyarakat. 3. Ruang Lingkup Dalam kurikulum ini SKI dipahami sebagai sejarah tentang agama Islam dan kebudayaan history Islami and Islami culture. Oleh karena itu kurikulum ini tidak saja menampilkan sejarah kekuasaan atau sejarah rajaraja, tetapi juga akan diangkat sejarah perkembangan ilmu agama. sains dan teknologi. Aktor sejarah yang diangkat meliputi nabi, sahahat dan
khalifah, ulama, intelektual dan filosuf. Faktor-faktor sosial dimunculkan guna penyempurnaan pengetahuan peserta didik tentang SKI. Kurikulum SKI dirancang secara sistematis berdasarkan peristiwa dan periode sejarah yang ada sebagai berikut: a. Di tingkat Madrasab Ibtidaiyah dikaji tentang sejarah Arab pra Islam, sejarah Rasulullah SAW dan al-Khulafaurrasyidin. b. Di tingkat MTs dikaji tentang Dinasti Umaiyah, Abbasiyah dan alAyubiyah c. Di tingkat MA dikaji tentang sejarah peradahan Islam di Andalusia. gerakan pembahaman di dunia dan perkembangan Isam di Indonesia 4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar kompetensi mata pelajaran SKI berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh SKI di Madrasah Ibtidaiyah. Kemampuan ini berorientasi pada aspek efektif dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT. Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dan kemampuan dasar umum yang harus dicapai di Madiasah Ibtidaiyah yaitu: 1.
Kemampuan mengenal, mengidentifikasi, sejarah masyarakat Arab pra Islam, sejarah kelahiran, dan sejarah kerasulan Nabi Muhammad SAW, serta dapat mengambil ibrahnya:
2.
Kemampuan mengenal, meneladani dakwah Nabi Muhammad SAW, dan para sahahatnya serta mengenal kepribadianya, mengidentifikasi penstiwa isra’ miraj, peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif, dan dapat merigambil hikmah serta mampu rncneladani kesabaranva;
3.
Keampuan
mengenal,
mengidentifikasi
peristiwa
hijrah
Nabi
Muhammad SAW ke Madinah, dapat mengambil hikmah dan meneladani kesabaranya, keperwiraanya dan peristiwa Fathu Makkah, serta menghayati peristiwa wafatnya Rasulullah SAW. 4.
kemampuan mengidentifikasi dan meneladani nilai-nilai positif sejarah Khulafaurrasyidin. (Tim Standar Isi, 2006 : 45-46)
H. Strategi Balajar Mengajar 1. Pengertian strategi belajar mengajar Mengajar
adalah
penciptaan
sistem
lingkungan
yang
memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen
yang
saling
mempengaruhi,
yakni
tujuan
intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia. Setiap sistem lingkungan atau setiap peristiwa belajar-mengajar mempunyai profil yang unik, yang mengakibatkan tercapainya tujuantujuan belajar yang berbeda. Atau, kalau dikatakan secara terbalik, untuk
mencapai tujuan belajar tertentu harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula. Tujuan-tujuan belajar yang pencapaiannya diusahakan secara eksplisit dengan tindakan intruksional tertentu dinamakan instructional effect, yang biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan tujuan-tujuan yang merupakan hasil pengiring, yang tercapainya karena siswa “menghidupi” suatu sistem lingkungan belajar tertentu, seperti kemampuan berpikir kritis dan kreatif atau sikap terbuka menerima pendapat orang lain, dinamakan nurturant effect. Untuk mencapai tujuantujuan itu guru biasanya memilih satu atau lebih strategi belajar-mengajar. Strategi belajar-mengajar adalah pola umum perbuatan guru-murid di dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Pengertian strategi dalam hal ini menunjuk kepada karakteristik abstrak dan rentetan perbuatan gurumurid dalam suatu peristiwa belajar-mengajar aktual tertentu, dinamakan prosedur instruksional. Metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar-mengajar. Dan karena strategi belajar-mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan-tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat pula untuk mencapai tujuan belajar. (J.J. Hasibuan dan Moejiono, 1988 : 3).
2. Klasifikasi strategi belajar mengajar Ada
beberapa
dasar
yang
dapat
digunakan
untuk
mengklasifikasikan strategi belajar-mengajar. Di bawah ini dikemukakan beberapa di antaranya yang dapat digunakan sebagai kerangka acuan untuk memahami, dan pada gilirannya untuk dapat memilih secara lebih tepat serta menggunakannya secara lebih efektif di dalam penciptaan sistem lingkungan belaja-mengajar. Hal ini sesuai dengan prinsip CBSA yang mementingkan peranan aktif siswa di dalam proses belajar-mengajar, sehingga mengajar dikonsepsikan sebagai penyediaan kondisi untuk membelajarkan siswa. 1. Pengaturan guru dan siswa Dan segi pengaturan guru dapat dibedakan pengajaran oleh seorang guru atau oleh suatu tim, selanjutnya dapat pula dibedakan apakah hubungan guru-murid terjadi secara tatap muka ataukah dengan perantara media, baik media cetak ataupun visual. Sedangkan dari segi siswa dapat dibedakan pengajaran klasikal (kelompok besar), kelompok kecil (5—7 orang siswa), atau pengajaran perorangan. 2. Struktur peristiwa belajar-mengajar Struktur peristiwa belajar-mengajar dapat bersifat tertutup, dalam arti segala sesuatu telah ditentukan secara relatif ketat: dapat juga bersifat terbuka, dalam arti tujuan khusus, materi, serta prosedur yang akan ditempuh untuk mencapainya ditentukan sementara kegiatan belajar-mengajar berlangsung.
3. Peranan guru-murid di dalam mengolah pesan pengajaran yang menyampaikan pesan dalam keadaan “telah siap” (telah diolah secara tuntas
oleh
guru
sebelum
disampaikan)
dinamakan
bersifat
ekspositorik, sedangkan yang mengharuskan pengolahan oleh siswa dinamakan heuristik. Ada dua sub strategi di dalam strategi heuristik yang akhirakhir ini sering dikemukakan orang, yaitu penemuan discovery dan inkuiri inquiry 4. Proses pengolahan pesan Peristiwa belajar-mengajar yang bertolak dari yang umum untuk dilihat keberlakuannya atau akibatnya pada yang khusus dinamakan strategi belajar-mengajar yang bersifat deduktif, sedangkan strategi belajar mengajar yang ditandai oleh proses berpikir yang bergerak dan khusus ke umum dinamakan strategi belajar-mengajar yang bersifat induktif. 5. Tujuan belajar Robert M. Gagne mengelompokkan kondisi-kondisi belajar (sistem lingkungan belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai. Gagne mengemukakan delapan macam, yang kemudian disederhanakan menjadi lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga, pada gilirannya, membutuhkan sekian macam kondisi belajar (atau sistem lingkungan belajar) untuk
pencapaiannya. Kelima macam kemampuan hasil belajar tersebut adalah: b. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dan sistem lingkungan skolastik). a. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang
di
dalam
arti
seluas-luasnya,
termasuk
kemampuan memecahkan masalah. b. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. Kemampuan ini umumnya dikenal dan tidak jarang. c. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan sebagainya. d. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan
dari
kecenderungannya
bertingkah-laku
terhadap orang, barang, atau kejadian. Kelima macam hasil belajar tersebut di atas menyarankan, bahkan mempersyaratkan kondisi-kondisi belajar tertentu sehingga daripadanya dapat dijabarkan strategi-strategi belajar mengajar yang sesuai.
3. Macam-macam metode mengajar d. Metode Ceramah Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ceramah ekonomis dan efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Kelemahannya adalah bahwa siswa cenderung pasif, pengaturan kecepatan secara klasikal ditentukan oleh pengajar, kurang cocok untuk pembentukan keterampilan dan sikap, dan cenderung menempatkan pengajar sebagai otoritas terakhir. e. Metode Tanya Jawab Dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang peranan yang penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan: 6) Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. 7) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan. 8) Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir itu sendiri adalah bertanya. 9) Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik. 10) Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas.
Jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom 1) Pertanyaan pengetahuan recall question atau knowledge question Pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang sifatnya hafalan atau ingatan siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya. Kata-kata yang sering digunakan dalam menyusun pertanyaan pengetahuan ini biasanya: apa, di mana, kapan, siapa, sebutkan. Contoh: -
Apa nama ibu kota Argentina?
-
Siapa presiden Republik Indonesia yang ke-2?
2) Pertanyaan pemahaman comprehension question Pertanyaan ini menuntut siswa untuk menjawab pertanyaan dengan jalan mengorganisasi informasi-informasi yang pernah diterimanya dengan kata-kata sendiri, atau menginterprestasikan atau membaca informasi yang dilukiskan melalui grafik atau kurva dengan jalan membandingkan atau membeda-bedakan. Contoh: -
Jelaskan dengan kata-katamu sendiri, apakah manfaat dari pariwisata?
-
Bandingkan antara nyamuk Culex dengan Anopheles.
-
Informasi apa yang dapat kita peroleh dan kurva semacam ini?
3) Pertanyaan penerapan application question Pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberi jawaban tunggal dengan cara menerapkan pengetahuan, informasi, aturanaturan, kriteria, dan lain-lain yang pernah diterimanya. Contoh: -
Berdasarkan batasan yang telah, diutarakan tadi, maka persamaan mana yang memenuhi syarat?
-
Berdasarkan kriteria yang ada, maka organisme mana yang termasuk Protozoa?
4) Pertanyaan analisis analysis question Pertanyaan yang menuntut siswa untuk menemukan jawaban dengan cara: d) Mengidentifikasi motif masalah yang ditampilkan. e) Mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu kesimpulan atau generalisasi. f) Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada atau membuat generalisasi dan atau berdasarkan informasi yang ada. Contoh: -
Identifikasi motif: Mengapa paruh burung gagak dan kutilang tidak sama bentuknya?
-
Menganalisa kesimpulan atau generalisasi: Kenakalan remaja di kota-kota besar dikatakan meningkat. DapatkahSaudara menunjukkan bukti-buktinya?
5) Pertanyaan sintesis synthesis question Ciri pertanyaan ini ialah jawabannya yang benar tidak tunggal, melainkan lebih dari satu dan menghendaki siswa untuk mengembangkan potensi serta daya kreasinya. Pertanyaan sintesis menuntut siswa untuk: a) Membuat ramalan atau prediksi: Apa yang terjadi bila tanaman disiram larutan asam cuka? b) Memecahkan masalah berdasarkan imajinasinya: Bayangkan seolah-olah Anda di tengah-tengah gerombolan serigala yang sedang kelaparan. Reaksi apakah gerangan yang Anda tampilkan untuk mengatasinya? 6) Pertanyaan evaluasi evaluation question Pertanyaan semacam ini
menghendaki siswa untuk
menjawabnya dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isu yang ditampilkan. Contoh: -
Menurut pendapat Anda, mana yang lebih baik atau tepat dan murah dalam pemerataan kesempatan belajar, SD Inpres atau sekolah terbuka?
Suatu pertanyaan yang baik ditinjau dari segi isinya, tetapi cara mengajukannya tidak tepat, akan mengakibatkan tidak tercapai tujuan yang dihendaki. Oleh karena itu aspek teknik dan pertanyaan harus pula dipakai dan dilatih, agar pengajar dapat menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses belajar-mengajar. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan antara lain: 1) Kejelasan dan kaitan pertanyaan Pertanyaan hendaknya diajukan dengan jelas, serta nampak kaitannya antara jalan pikiran yang satu dengan yang lain. Hindari kebiasaan-kebiasaan yang jelek dalam bertanya. 2) Kecepatan dan selang waktu Usahakan menyampaikan pertanyaan dengan jelas serta tidak
tergesa-gesa.
Begitu
pertanyaan
selesai
diucapkan,
berhentilah sejenak untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir: sementara itu, sambil memonitor kelas, apakah sudah ada yang siap menjawab. 3) Arah dan distribusi. penunjukan Pertanyaan hendaknya diajukan ke seluruh kelas. Sesudah diberi kesempatan berpikir, barulah menunjuk seseorang untuk menjawabnya. Diusahakan agar pertanyaan didistribusikan secara merata ke seluruh kelas.
4) Teknik reinforcement. Dimaksudkan untuk menimbulkan sikap yang positif pada siswa serta meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan belajarmengajar sehingga memungkinkan tercapainya tujuan belajar yang lebih baik. 5) Teknik menuntun dan menggali prompting and probing (Lihat jenis pertanyaan menuntun dan menggali) f. Metode Diskusi Diskusi ialah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka menganai tujuan atau sasaran yang sudah tertantu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah. Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusul berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. 1) Jenis-jenis diskusi j) Whole group Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dan 15 orang.
k) Buzz group Satu
kelompok
besar
dibagi
menjadi
beberapa
kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang. Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan ditengah pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbedabeda tentang bahan pelajaran, membandingkan interprestasi dan
informasi
yang
diperoleh
masing-masing.
Dengan
demikian masing-masing individu dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interprestasi sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan. l) Panel Suatu
kelompok
kecil,
biasanya
3-6
orang,
mendiskusikan satu subjek tertentu, duduk dalam suatu susunan semi melingkar, dipimpin oleh seorang moderator. Panel ini secara fisik dapat berhadapan dengan audience, dapat juga secara tidak langsung (misalnya panel di televisi). Pada suatu panel yang murni, audience tidak ikut serta dalam diskusi.
m) Sundicate group Suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok
kecil
melaksanakan
tugas
tertentu.
Guru
menjelaskan garis besarnya problema kepada kelas: ia menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok syndicate diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumbersumber informsi lain. Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan, berdiskusi, dan menyusun laporan yang berupa kesimpulan sindikat. Tiap laporan dibawa ke sidang pleno untuk didiskusikan lebih lanjut. n) Brain Storming group Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang dianggap benar. o) Simposium Beberapa orang membahas tentang berbagai aspek dan suatu subjek tertentu, dan membacakan di muka peserta
simposium secara singkat (5-20 menit). Kemudian diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah, dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium. p) Informal debate Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya, dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan formal. Bahan yang cocok untuk diperdebatkan ialah yang bersifat problematis, bukan yang bersifat faktual. q) Colloquium Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan dari audience. Dalam kegiatan belajarmengajar, siswa atau mahasiswa menginterviu manusia sumber,
selanjutnya
mengundang
pertanyaan
lain
atau
tambahan dan siswa atau mahasiswa lain. Hasil belajar yang diharapkan ialah para siswa atau mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dari tangan pertama. r) Fish bowl Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi.
Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkuk fish bowl. Sedang
kelompok
diskusi
berdiskusi,
kelompok
pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat masuk duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilakan berbicara, ia dapat langsung berbicara, dan meninggalkan kursi setelah selesai berbicara. d. Metode Kerja Kelompok Kerja kelompok adalah salah satu strategi belajar mengajar yang memiliki kadar CBSA. Tetapi pelaksanaanya menuntut kondisi serta persiapan yang jauh berbeda dengan format belajar-mengajar yang menggunakan pendekatan ekspositorik, misalnya ceramah. Bagi mereka yang belum terbiasa dengan penggunaan metode ini, dan masih terbiasa dengan pendekatan ekspositorik, memerlukan waktu untuk berlatih. Peranan guru atau instruktor dalam kerja kelompok. Dalam kerja kelompok peranan guru atau instruktor adalah sebagai: 1) Manager Membantu para peserta mengorganisasi diri, tempat duduk, serta bahan yang diperlukan.
2) Observer Mengamati dinamika kelompok yang terjadi sehingga ia dapat mengarahkan serta membantunya bila perlu. Ia perlu memberikan balikan kepada kelompok tentang kepemimpinan, interaksi, tujuan, serta perasaan dan norma-norma yang terjadi dalam kelompok. 3) Advisor Memberikan
saran-saran
tentang
penyelesaian
tugas
bila
diperlukan. Tetapi pemberian saran ini jangan berarti instruktor yang menyelesaikan tugas buat peserta. Berikan saran itu dengan mengajukan Pertanyaan-pertanyaan, bukan pemberian informasi secara langsung. 4) Evaluator Nilailah proses kelompok yang terjadi bersama-sama dengan kelompok. Penilaian ini hendaklah selalu penilaian kelompok, bukan penilaian terhadap individu. e. Simulasi Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja dan kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah, dan simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja. Prinsip-prinsip simulasi 1) Simulasi dilakukan oleh kelompok siswa, tiap kelompok mendapat kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda.
2) Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masingmasing. 3) Penentuan topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas, dibicarakan oleh siswa dan guru. 4) Petunjuk simulasi diberikan terlebih dahulu. 5) Dalam simulasi seyogyanya dapat dicapai tiga domain psikis. 6) Dalam simulasi hendaknya digambarkan situasi yang lengkap. 7) Hendaknya diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu. Menurut Gilstrap yang melihatnya dari sifat tiruannya, simulasi itu dapat berbentuk: role playing, psikodrama, sosiodrama, dan permainan. Menurut Hyman dalam bukunya Ways of Teaching, simulasi merupakan salah satu metode yang termasuk ke dalam kelompok role playing. Bentuk-bentuk role playing yang lain adalah sosiodrama, permainan, dan dramatisasi. Kebaikan metode simulasi 9) Menyenangkan, sehingga, siswa secara wajar terdorong untuk berpartisipasi. 10) Menggalakkan guru untuk mengembangkan aktivitas simulasi. 11) Memungkinkan
eksperimen
berlangsung
tanpa
memerlukan
lingkungan yang sebenarnya. 12) Memvisualkan hal-hal yang abstrak. 13) Tidak memerlukan keterampilan komunikasi yang pelik. 14) Memungkinkan terjadinya interaksi antarsiswa.
15) Menimbulkan respons yang positif dari siswa yang lamban, kurang cakap dan kurang motivasi. 16) Melatih berpikir kritis karena siswa terlibat dalam analisa proses, kemajuan simulasi. Kelemahan metode simulasi 4) Efektivitasnya dalam memajukan belajar belum dapat dilaporkan oleh riset. 5) Validitas simulasi masih banyak diragukan orang. 6) Menuntut imanjinasi dari guru dan siswa. f. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaanpertanyaan seperti: 1) Bagaimana cara membuatnya? 2) Terdiri dan apa? 3) Bagaimana cara mengaturnya? 4) Bagaimana proses bekerjanya? 5) Bagaimana proses mengerjakannya? Demonstrasi sebagai metode mengajar adalah bahwa seorang guru, atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses, misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
Keuntungan metode demonstraSi 1) Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh pengajar sehingga siswa dapat menangkap hal-hal yang penting. Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar, dan tidak tertuju kepada hal lain. 2) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan keterangan guru. Sebab siswa memperoleh persepsi yang jelas dan hasil pengamatannya. 3) Bila siswa turut aktif melakukan demonstrasi, maka siswa akan memperoleh
peagalaman
praktek
untuk
mengembangkan
kecakapan dan keterampilan. 4) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan dapat dijawab waktu mengamati proses demonstrasi. 4. Komponen-komponen Komponen-komponen dalam perbuatan mengajar itu adalah: a. Mengajar sebagai ilmu teaching as a science Mengajar dalam kaitan sebagai ilmu mengacu kepada adanya suatu sistem ekspalanasi dan prediksi yang mendasarinya. b. Mengajar sebagai teknologi teaching as a technology Mengajar dalam kaitan sebagai teknologi dilihat sebagai prosedur kerja dengan mekanisme dan perangkat alat yang dapat dan harus diuji secara empiris.
c. Mengajar sebagai suatu seni teaching as an art Hakikat seninya terwujud dalam kenyataan bahwa aplikasi prinsip, mekanisme dan alat yang termaksut terjadi secara unik memerlukan pertimbangan-pertimbangan
situasional,
bahkan
penyesuain-
penyesuain transaksional, yang banyak dituntut oleh perasaan dan naluri jadi tidak semata-mata bertolak dan sekumpulan dali! dan rumus yang bersifat individual. d. Pilihan nilai (wawasan kependidikan guru) Bersumber pada pilihan nilai atau wawasan kependidikan yang dianut guru. Wawasan kependidikan guru yang dimaksud terpulang pada tujuan umum pendidikan nasional yang dapat ditelusuri kepada rumusan-rumusan yang formal maupun kepada asumsi-asumsi konsepsual filofisnya yang mendasar. e. Mengajar sebagai keterampilan teaching as a skill Mengajar
merupakan
suatu
proses
penggunaan
seperangkat
keterampilan secara terpadu.
I. Strategi Quiz Strategi team Quiz merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif. Sedangkan pembelajaran aktif menurut (Melsilbermen, 2009 : 163), pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Langkahlangkah dalam penerapan strategi team Quiz sebagai berikut:
1. Pilihlah topik yang disampaikan dalam 3 segmen 2. Bagi siswa menjadi beberapa kelompok, misalnya kelompok A, B, C. 3. Sampaikan kepada siswa tentang format pembelajaran, kemudian mulai presentasi. Batasi presentasi maksimai 10 menit. 4. Setelah presentasi, minta kelompok A menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan meteri yang baru saja disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat catatan mereka. 5. Minta kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. Jika kelompok B tidak bisa menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C. 6. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C jika kelompok C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B. 7. Jika tanya jawab ini selesai, lanjutkan presentasi materi kepada kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk kelompok A. 8. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya lanjutkan pembelajaran ketiga, dan kemudian tunjuk kelompok C sebagai penanya. 9. Akhiri pembelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru. Setiap strategi memiliki kelebihan masing-masing. Tetapi semuanya mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memberikan suasana belajar yang kondusif dan aktif. Sehingga tujuan pembelajaran dicapai dengan cara yang
menyenangkan bagi siswa. Strategi team Quiz juga memiliki keunggulan yaitu: 5. Siswa aktif dalam pembelajaran, karena siswa benar-benar mencari sendiri informasi tentang materi. 6. Membina kerja sama antar anggota kelompok. 7. Menciptakan suasana yang kompetitif, sehingga siswa termotivasi untuk terus belajar. 8. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda yang bersumber dan hal yang telah diketahui oleh siswa sebelumnya, yaitu Quiz yang sering dilaksanakan oleh masyarakat. Strategi team Quiz juga memiliki kekurangan yaitu: 1. Menuntut kreativitas dan keaktifan dari guru dan siswa. 2. Waktu yang digunakan dibatasi. 3. Kurang tepat jika diterapkan pada kelas yang jumlah muridnya banyak. 4. Belum banyak diterapkan di sekolah-sekolah karena belum mengenal dan memahaminya lebih seksama.
J. Penerapan Metode Team Quiz dalam Pembelajaran SKI Cara belajar siswa aktif merupakan suatu upaya dalam pembaharuan pendidikan dan pembelajaran. Kendatipun cara ini tergolong baru, namun sesungguhnya konsep ini telah lama dikembangakan, hanya perwujudannya yang masih baru dalam sistem pembelajaran di sekolah-sekolah kita. Karena itu, ada baiknya guru-guru mengenal dan memahaminya lebih seksama agar mampu menerapkannya secara efektif.
Cara belajar siswa aktif adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menitik beratkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Pada hakekatnya keaktifaan belajar terjadi dan terdapat pada semua perbuatan belajar, tetapi kadarnya yang berbeda tergantung pada jenis kegiatanya, materi yang dipelajari dan tujuan yang hendak dicapai. Dalam CBSA, kegiatan belajar diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti: mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatau, menulis laporan, memecahkan masalah memberikan prakarsa/gagasan, menyusun rencana dan sebagainya. Keaktifan itu ada yang dapat diamati, dan ada pula yang tak dapat diamati secara langsung. Setiap kegiatan tersebut menuntut keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran melalui asimilasi, dan akomodasai kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk ketrampilan (motorik, kognitif, dan sosial), penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap (Oemar Hamalik, 1995 : 137). Dalam hal ini metode team Quiz tepat digunakan dalam kegiatan proses pembelajaran SKI karena keaktifan, perhatian serta motivasi juga hasil belajar yang dicapai mengalami peningkatan. Metode team Quiz merupakan strategi yang dapat meningkatkan tanggungjawab belajar siswa dalam situasi yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa tegang ataupun jenuh dalam menerima pelajaran khusunya mata pelajaran SKI yang materinya memuat cerita yang bersifat hafalan dan siswa dituntut untuk banyak membaca dan mengerti serta memahami isi dari materi tersebut.
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
E. Subyek Penelatian Penelitian dengan penggunaan strategi Quiz ini dilaksanakan di MI Kranggan Kec. Ambarawa Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 pelajaran SKI pokok bahasan sejarah kerosulan Nabi Muhammad S.A.W. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 3-30 Mei 2010. Subyek penelitian meliputi siswa kelas III yang berjumlah 13 siswa dengan komposisi 7 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Usia rata-rata siswa 11 tahun. Latar belakang orang tua siswa yaitu sebagai ibu rumah tangga, karyawati dan sebagian kecil pedagang dan pegawai.
F. Diskripsi Siklus I Mata Pelajaran
: SKI
Kelas/Semester
: III / 2
Standar Kompetensi : 1. Mengenal peristiwa kerasulan Muhammad SAW. Kompetensi Dasar
:1.1. Mengambil ibrah dari kenabian dan kerasulan Muhammad SAW.
68
Indikator
: 5. Menceritakan Nabi Muhammad S,A.W. dalam berdagang. 6. Menjelaskan tata cara Nabi Muhammad S.A.W. dalam berdagang. 7. Menceritakan pertemuan Nabi Muhammad S.A.W. dengan Pendeta Bukhairah. 8. Menceritakan
kebijaksanaan
Nabi
Muhammad
S.A.W. dalam peristiwa peletakan Hajar Aswad. Tujuan Pembelajaran : 5. Siswa dapat menceritakan Nabi Muhammad S.A.W. dalam berdagang. 6. Siswa dapat menjelaskan tata cara Nabi Muhammad S.A.W. dalam berdagang. 7. Siswa
dapat
meneladani
kebijaksanaan
Nabi
Muhammad S.A.W. dalam peristiwa peletakan hajar Aswad. 8. Siswa
dapat
menceritakan
perternuan
Nabi
Muhammad S.A.W. dengan Pendeta Bukhairah. Materi pembelajaran
: Masa kemandirian Muhammad SAW.
Metode pembelajaran
: Team Quiz
Sumber Pembelajaran
: Buku SKI kelas III / 2
Penilaian
: Tes Tertulis
Pada pelaksanaan siklus I ini terdiri dari empat tahapan yaitu: 1. Perencanaan Tahap perencanaan meliputi: a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus I yaitu pada hari Senin tanggal 26 Mei 2010 b. Menyusun indikator yang akan tercapai setelah pembelajaran. c. Membuat instrumen penelitian yaitu: 1) Lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang perhatian dan motivasi pembelajaran. Lembar observasi digunakan sebagai instrumen karena hasil belajar dicapai jika siswa benar-benar mengikuti proses pembelajaran. 2) Tes formatif sebagai alat pengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran SKI. d. Menyiapkan alat pembelajaran. e. Membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan tindakan di kelas. 1) Pra pembelajaran : menata tempat duduk siswa 2) Kegiatan awal (5 menit) : membuka pelajaran dengan do’a belajar 3) Kegiatan inti (50 menit) a) Guru membagi kelas menjadi tiga kelompok dan (membagi materi menjadi dua bagian. b) Guru mempresentasikan semua materi.
c) Pada pembelajaran pertama, kelompok I memberi pertanyaan dari materi bagian I kepada kelompok II dan III. d) Dalam sesi tanya jawab berlaku : bila kelompok yang dituju tidak bisa menjawab pertanyaan dilempar ke kelompok lain. e) Pembelajaran kedua, giliran kelompok II memberi pertanyaan dari materi bagian II kepada kelompok III dan I dengan aturan yang sama. f) Pembelajaran ketiga, kelompok III memberi pertanyaan dan materi bagian III kepada kelompok I dan II dengan aturan yang sama. g) Jika pembacaan selesai, perolehan nilai masing-masing kelompok dijumlah untuk mengetahui pemenangnya. 4) Kegiatan Akhir (15 menit) a. Guru menyimpulkan pembelajaran dan menyampaikan materi yang belum dikuasai siswa. b. Guru mengadakan evaluasi. c. Pembelajaran ditutup dengan salam. 2. Tindakan a. Pra pembelajaran Sebelum pembelajaran dimulai, tempat duduk ditata menjadi tiga dengan bentuk letter U, seperti pada gambar 3.1
Papan tulis
Meja guru
Gambar 3.1 Denah Tempat duduk pada siklus I b. Kegiatan awal (5 menit) 1) Guru mengucapkan salam. 2) Guru bersama siswa membaca doa belajar. c. Kegiatan inti (70 menit) 18) Guru menyampaikan hasil yang akan dicapai setelah pembelajaran kepada siswa. 19) Guru membagi kelas menjadi tiga kelompok. 20) Guru meminta siswa untuk menempati kursi masing-masing sesuai dengan kelompoknya. 21) Guru membagi pembelajaran materi dalam tiga bagian. 22) Kemudian guru mempresentasikan semua materi. 23) Pembelajaran pertama yaitu guru meminta kelompok I menjadi penanya untuk materi bagian I. Pertanyaan dan kelompok I ditujukan untuk kelompok II.
24) Guru mempersilahkan masing-masing kelompok memilih juru bicara. 25) Bila kelompok II tidak bisa menjawab pertanyaan dilempar untuk kelompok III. 26) Setelah kelompok I selesai memberi pertanyaan untuk kelompok II, kelompok I melanjutkan dengan memberi pertanyaan kepada kelompok III. Bila kelompok III tidak bisa menjawab pertanyaan dilempar untuk kelompok II. 27) Jika tanya jawab pada pembelajaran pertama selesai, dilanjutkan dengan pembelajaran kedua dengan materi bagian II dan menunjuk kelompok II sebagai penanya. 28) Aturan main seperti pada pembelajaran pertama. Kelompok II memberi pertanyaan untuk kelompok III dan I. 29) Setelah kelompok II selesai dengan pertanyaannya, dilanjutkan pembelajaran ketiga dengan materi bagian III dan guru menunjuk kelompok III sebagai penanya. Dan proses seperti pada pembelajaran pertama. Kelompok III memberi pertanyaan untuk kelompok I dan kelompok II. 30) Setelah pembacaan soal selesai, nilai yang diperoleh dari masingmasing kelompok dijumlah. Karena pada pelaksanaan kuis ada dua kelompok yang nilainya sama, maka kemudian guru membuat soal lemparan untuk kedua kelompok tersebut.
31) Kelompok yang berhak menjawab adalah kelompok yang lebih dahulu mengacungkan tangannya. 32) Kelompok yang mampu menjawab menjadi pemenang. 33) Strategi kuis telah selesai. 34) Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini dan menyampaikan beberapa materi yang belum dikuasai siswa. d. Kegiatan akhir (15 menit) 1) Guru membagikan soal-soal evaluasi. 2) Guru menutup pembelajaran dengan salam. 3. Observasi Pada tahap observasi dikumpulkan data melalui lembar observasi dan tes formatif. Pada saat tindakan berlangsung, ditemukan beberapa hambatan pada pelaksanaan strategi Quiz yaitu: a. Dari penataan tempat duduk yang memanjang menyulitkan siswa untuk berkomunikasi antar kelompok. b. Ada beberapa siswa yang berbicara sendiri ketika presentasi materi. c. Ada beberapa siswa yang kurang siswa yang kurang aktif. d. Soal yang dibuat siswa untuk kelompok lain kurang dapat dipahami, sehingga suasana tampak gaduh, siswa saling bersautan menanggapi maksud soal tersebut. e. Waktu pembelajaran melebihi batas yang direncanakan, waktu bertambah 20 menit. Pada awal perencanaan 70 menit menjadi 90 menit.
4. Refleksi Dari penemuan beberapa hambatan diatas dijadikan bahan refleksi diri
untuk perbaikan rencana pada siklus selanjutnya. Refleksi ini
meliputi: a. Bagaimana mengubah tempat duduk agar semua anggota kelompok dapat berkomunikasi dengan mudah b. Bagaimana mengaktifkan seluruh siswa agar benar-benar terlibat dalam penerapan strategi Quiz, sehingga perhatian siswa terfokus pada pembelajaran. c. Bagaimana agar soal mudah dipahami sehingga tidak menimbulkan kegaduhan yang tidak terkendali. d. Bagaimana agar waktu tepat sesuai jam pelajaran.
G. Siklus II Mata pelajaran
: SKI
Kelas/Semester
: III / 2
Standar Kompetensi : 2. Mengenal sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kompetensi Dasar : 2.1. menceritakan sejarah kelahiran dan silsilah Nabi Muhammad SAW.
Indikator
: 3. Menceritakan kehidupan Nabi Muhammad S.A.W. sebagai anak yatim. 4. Mencontoh Nabi Muhammad S.A.W. yang tidak bergaul dengan mereka yang berakhlak buruk.
Tujuan Pembelajaran : 3. Siswa
dapat
menceritakan
kehidupan
Nabi
Muhammad S.A.W. sebagai anak yang baik. 4. Siswa dapat mencontoh Nabi Muhammad S.A.W yang tidak bergaul dengan mereka yang berakhlak buruk. Materi Pembelajaran
: Kelahiran Nabi Muhamad SAW.
Metode Pembelajaran : Team Quiz Sumber Pembelajaran : Buku SKI kelas III / 2 Penilaian
: tes tertulis
1. Perencanaan Tahap perencanaan pada siklus II meliputi: a. Membuat instrumen penelitian yaitu: 1) Lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang perhatian dan motivasi siswa dalam pembelajaran. Lembar observasi digunakan sebagai instrumen karena hasil belajar dicapai jika siswa benarbenar mengikuti proses pembelajaran.
2) Tes formatif sebagai alat pengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran SKI. b. Menyiapkan alat pembelajaran. c. Menentukan waktu pelaksanaan tindakan untuk siklus yang kedua yaitu pada hari Rabu, 26 Mei 2010. d. Membuat skenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan tindakan dikelas dengan format terlampir. Perencanaan tindakan siklus II hampir sama dengan yang dilaksanakan pada siklus I akan tetapi terdapat rencana yang direvisi , yaitu: 1) Mengubah Penataan tempat duduk kelompok agar siswa dapat saling berkomunikasi satu sama lain. 2) Sebelum pelaksanaan Quiz dimulai, diberikan motivasi agar semua siswa benar-benar mengikuti kegiatan pembelajaran. 3) Siswa yang tidak aktif ditempatkan diantara siswa-siswa yang aktif. 4) Soal atau pertanyaan untuk pelaksanaan Quiz dibuat oleh guru sehingga diharapkan tidak ada kegaduhan yang tidak terfokus pada saat Quiz berlangsung. 5) Presentasi oleh guru ditiadakan, diganti siswa mempelajari sendiri materi yang dibagikan untuk tiap kelompok dari buku yang sudah dimiliki. Dengan hal tersebut diharapkan semua siswa aktif dan bicara sendiri.
6) Pertanyaan dari masing-masing kelompok hanya ditujukan untuk satu kelompok saja. Misalnya kelompok I memberi pertanyaan untuk kelompok II saja. 2. Tindakan a. Pra pembelajaran Sebelum pembelajaran dimulai yaitu menata tempat duduk dengan duduk berkelompok melingkar seperti gambar 3. 2
Meja guru Papan tulis
Gambar 3.2 Denah tempat duduk siklus II b. Kegiatan awal (10 menit) 1) Guru membuka pelajaran dengan salam. 2) Membaca do’a belajar. 3) Guru memotivasi siswa. c. Kegiatan inti (45 menit)
1) Guru menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung dan hasil yang akan dicapai kepada siswa 2) Guru membagi kelompok menjadi tiga, dengan anggota yang sama seperti pada siklus I, tetapi nama kelompok diubah menjadi: a) Kelompok I pada siklus I menjadi kelompok II. b) Kelompok II pada siklus II menjadi kelompok III. c) Kelompok III pada siklus III menjadi kelompok I. 3) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi SKI dari buku. Tetapi lebih terfokus pada bagian materi masing-masing kelompok untuk menjawab soal dan kelompok lain. Kelompok I mempelajari bagian I dan bagian II. Kelompok II mempelajari bagian II dan III. Kelompok III mempelajari materi bagian III dan I. 4) Soal untuk Quiz yang dibuat guru dibagikan untuk masing-masing kelompok. 5) Guru mempersilahkan masing-masing kelompok memilih juru bicara. 6) Guru berperan sebagai pemandu Quiz. 7) Kelompok I mulai membacakan pertanyaan untuk kelompok II. Dengan catatan, soal untuk kelompok II yang berhak menjawab adalah kelompok II , tetapi jika kelompok II tidak bisa menjawab maka soal akan dilempar ke kelompok III.
8) Setelah kelompok I telah selesai membaca soal, berganti ke kelompok II untuk kelompok III dan kemudian berganti kelompok III untuk kelompok I dengan aturan yang sama. 9) Setelah pembacaan soal selesai, nilai dijumlah untuk mengetahui pemenangnya. 10) Strategi Quiz telah selesai. 11) Guru
menyimpulkan
pembelajaran
dengan
menyampaikan
beberapa materi yang belum dikuasai siswa. d. Kegiatan Akhir (15 menit) 1) Guru membagikan soal-soal evaluasi. 2) Guru menutup pembelajaran dengan salam. 3. Observasi Dari observasi dilakukan pengumpulan data dengan instrument lembar observasi dan tes formatif. Observasi pada siklus II ditemukan hambatan yaitu masih ada 3 siswa yang belum aktif. 4. Refleksi Dari hasil observasi diadakan refleksi untuk perbaikan rencana pada Siklus III. Perbaikan ini bertujuan agar tiga siswa yang belum aktif menjadi aktif dan siswa lain yang sudah aktif pada siklus II tetap aktif.
H. Siklus III Mata Pelajaran
: Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas/Semester
: III / 2
Standar Kompetensi
: 3. Mengenal peristiwa kerosulan Muhammad SAW.
Kompetensi Dasar
: 3.1.Mendeskripsikan peristiwa kerosulan Muhammad SAW.
Indikator
: 5. Menceritakan kebiasaan Nabi Muhammad S,A.W. sebagai Al-Amin. 6. Mencontoh kemandirian Nabi Muhammad S.A.W. ketika remaja. 7. Menceritakan kebiasaan Nabi Muhammad S.A.W. bertafakur di Gua Hira’ menjelang kenabian. 8. Menjelaskan proses turunnya wahyu pertama.
Tujuan pembelajaran : 1. Siswa
dapat
menceritakan
kebiasaan
Nabi
Muhammad S.A.W. sebagai Al-Amin. 2. Siswa
dapat
mencontoh
kemandirian
Nabi
Muhammad S.A.W. ketika remaja. 3. Siswa
dapat
menceritakan
kebiasaan
Nabi
Muhammad SAW. bertafakur di Gua Hira’ menjelang kenabian.
4. Siswa dapat menjelaskan proses turunnya wahyu pertama. Materi Pembelajaran
: Kerasulan Muhammad SAW.
Metode Pembelajaran : Team Quiz Sumber Pembelajaran : Buku SKI kelas III / 2 Penilaian
: tes tertulis
1. Perencanaan Perencanaan meliputi: a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus III yaitu pada hari Sabtu, tanggal 29 Mei 2010. b. Menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar observasi dan tes formatif untuk evaluasi. c. Menyiapkan alat-alat pembelajaran. d. Menyusun skenario pembelajaran untuk siklus III. Skenario sama seperti pada siklus II tetapi pada siklus III diadakan revisi rencana pada: 1) Tiga siswa yang belum aktif dipilih juru bicara diharapkan semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2) Pada pelaksanaan Quiz di buat menjadi dua tahap, yaitu tahap soal untuk perkelompok seperti pada siklus I dan II, tahap kedua soal lemparan yang dibuat guru. Rencana ini bertujuan agar siswa tidak bosan dan lebih semangat dengan variasi penerapan strategi Quiz.
3) Memberikan hadiah kepada pemenang agar suasana menjadi lebih meriah. 2. Tindakan a. Pra kegiatan Menata tempat duduk seperti siklus II. b. Kegiatan awal (5 menit) 1) Guru membuka pelajaran dengan salam. 2) Membaca do’a belajar bersama-sama. c. Kegiatan inti (50 menit) 1) Menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung dan menyampaikan hasil yang akan dicapai. 2) Guru membagi kelompok menjadi tiga bagian dengan anggota yang sama seperti siklus I, tetapi nama kelompok diubah menjadi : kelompok I pada siklus I menjadi kelompok III, kelompok II pada siklus II menjadi kelompok I dan kelompok III pada siklus I menjadi kelompok II. 3) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi SKI. Tetapi lebih terfokus pada bagian materi masing-masing kelompok untuk menjawab soal dari kelompok lain dan pertanyaan yang akan diajukan untuk kelompok lain. Kelompok I mempelajari bagian I dan bagian II. Kelompok II mempelajari bagian materi II dan III. Kelompok III mempelajari bagian III dan I.
4) Guru menjelaskan tahapan dalam Quiz yang meliputi tahap pertama untuk pembacaan soal untuk masing-masing kelompok dan tahap kedua soal lemparan. 5) Pelaksanaan tahap pertama. Soal untuk Quiz yang dibuat guru dibagikan untuk masing-masing kelompok. 6) Guru menunjuk siswa yang belum aktif untuk menjadi juru bicara. 7) Guru berperan sebagai pemandu Quiz. 8) Kelompok I mulai membacakan pertanyaan untuk kelompok II dengan catatan, soal untuk kelompok II yang berhak menjawab adalah kelompok II. Tetapi jika kelompok II tidak bisa menjawab maka soal akan dilempar ke kelompok III. 9) Setelah kelompok I telah selesai membaca soal, berganti ke kelompok II untuk kelompok III dan kemudian berganti kelompok III untuk kelompok I dengan aturan yang sama. 10) Setelah pembacaan soal selesai, nilai dijumlah untuk mengetahui perolehan nilai sementara. 11) Tahap kedua, soal lemparan. Guru membacakan soal, kelompok yang berhak menjawab adalah yang mengacungkan tangannya lebih dahulu. Dan harus dilakukan oleh juru bicara. 12) Setelah semua soal telah selesai dibacakan, nilai masing-masing kelompok dijumlahkan untuk mengetahui pemenangnya. 13) Pemenang mendapat hadiah yang telah disediakan. 14) Strategi Quiz telah selesai.
d. Kegiatan akhir (15 menit) 1) Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini dengan menyampaikan beberapa materi yang belum dikuasai siswa. 2. Guru mengadakan evaluasi 3. Menutup pelajaran dengan salam 3. Observasi Observasi menunjukkan bahwa semua siswa telah ikut aktif dalam pembelajaran. 4. Refleksi Refleksi pada siklus III yaitu didapatkan satu strategi pembelajaran baru untuk mata pelajaran SKI. Pada siklus III semua siswa telah aktif dan partisipatif dalam mengikuti Quiz yang diterapkan pada pembelajaran SKI dan hasil belajar siswa meningkat dari sebelumnya.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Hasil Penelitian Persiklus 1. Pra Siklus Sebelum diterapkan strategi team Quiz, penyampaian materi menggunakan metode ceramah. Dari dokumentasi sebelum penerapan strategi team Quiz didapatkan nilai sebagai pembanding setelah dan sebelum strategi team Quiz dipilih sebagai pemecahan masalah. Nilai dalam penelitian ini sebagai indikator tingkat tingkat pencapaian penggunaan strategi team Quiz untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sebagai patokan hasil belajar adalah nilai Ketuntasan Kriteria Minimum (KKM) kelas III MI Kranggan kecamatan Ambarawa pada mata pelajaran SKI yaitu 50. Penggunaan strategi dan metode sebelumnya diperoleh dokumentasi nilai hasil belajar siswa yang terlihat pada tabel 4.1. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nilai Siswa <29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Jumlah
Jumlah 8 2 1 1 1 13
Tabel 4.1 Nilai Siswa Pra Siklus
82
Prosentase 0% 0% 61,5% 15,4% 7,7% 7,7% 7,7% 100%
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa perlengkapan pembelajaran dengan metode ceramah (sebelum penerapan metode team Quiz) diperoleh nilai rata-rata hasil pembelajaran siswa adalah 55 dan jumlah siswa yang harus belajar sebanyak 5 siswa sedangkan yang belum tuntas belajar adalah 8 siswa, jadi ketuntasan Jumlah siswa yang tuntas belajar P=
_____________________________________________
X l00 %
Jumlah seluruh siswa 5 P = ______ X 100% 13 P = 38,4%
Hasil tersebut
menunjukkan bahwa hasil belajar sebelum
penerapan metode team Quiz siswa belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal (ketuntasan kelas) karena prosentase ketuntasan masih di bawah batas ketuntasan minimal yaitu 75%. Hal ini disebabkan belum diterapkannya metode team Quiz atau masih digunakannya metode ceramah dalam proses pembelajaran sehingga siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, siswa juga tidak aktif dan perhatian, bahkan merasa jenuh pada saat pembelajaran. Hasil tersebut menjadi keperihatinan bagi guru dan kendala untuk melanjutkan pembelajaran berikutnya, maka peneliti ingin memperbaiki proses pembelajaran supaya hasil yang dicapai memuaskan. Oleh karena itu perlu diterapkan metode lain yaitu metode team Quiz yang diharapkan
menjadi metode yang menyenangkan dan memudahkan siswa dalam menguasai pelajaran SKI. 5. Siklus I Pada siklus I dicari data menggunakan tes formatif dan lembar observasi. Dari instrumen tersebut diperoleh data tentang nilai, motivasi, dan perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Motivasi dan perhatian siswa sebagai fokus observasi karena dalam sebuah keberhasilan mengajar tidak terlepas dari dua hal tersebut. Agar siswa paham dengan materi pelajaran, siswa harus mempunyai perhatian kepada materi yang disampaikan. Sedangkan motivasi adalah indikator adanya minat dan siswa untuk turut serta dalam pembelajaran. Motivasi dan perhatian menunjukkan tingkat keikutsertaan siswa. Bila kedua hal tersebut baik. Kebanyakan siswa yang mendapat skor I adalah siswa yang melamun dan berdiskusi dengan teman lainnya. Dan yang mendapatkan skor 2 untuk siswa yang kadang-kadang berdiskusi dengan topik lain dan kadang-kadang juga mengikuti Quiz pada pembelajaran. Untuk skor 3 jika siswa terlibat baik motivasi maupun perhatiannya dalam Quiz tetapi masih terjadi diskusi tak terfokus satu atau dua kali kesempatan. Dan untuk terfokus satu atau dua kali kesempatan. Dan untuk skor empat untuk siswa yang benar-benar aktif dan perhatian penuh, dan untuk skor lima untuk siswa yang benar-benar aktif perhatian dan memiliki motivasi yang tinggi pada pembelajaran.
Jadi untuk penerapan strategi Quiz pada siklus I masih kurang menarik bagi siswa. Hal tersebut menurut analisis peneliti karena adanya hal-hal yang menggangu perhatian dan motivasi siswa pada pembelajaran. Hambatan tersebut adalah : a. Pada tahap pembacaan soal, siswa saling adu argumen yang tidak terfokus, karena soal dari satu kelompok kurang dipahami oleh kelompok yang lainnya. b. Siswa belum benar-benar mengerti tata cara pelaksanaan Quiz pada pembelajaran. c. Waktu yang melebihi dari batas perencanaan menjadikan siswa gaduh. Dari instrument tes formatif yang berupa soal pilihan ganda diperoleh nilai siswa pada siklus I sebagai berikut : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nilai Siswa <29 30-39 -40-49 -50-59 -60-69 -70-79 -80-89 -90-100 Jumlah
Jumlah 7 1 1 2 2 13
Prosentase 0% 0% 53,8% 7,7% 7,7% 15,4% 15,4% 100%
Tabel 4.2 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa rata-rata nilai adalah 60,3 dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa serta yang belum tuntas sebanyak 7 siswa sehingga dapat dihitung prosentase ketuntasan belajar secara klasikal sebagai berikut : Jumlah siswa yang tuntas belajar
P = _____________________________________________ X l00 % Jumlah seluruh siswa 6 P = ______ X 100% 13 P = 46,2%
= 46, 2 % Hasil tersebut memperlihatkan bahwa basil belajar mengalami peningkatan, dari nilai-nilai tes formatif sebelum perbaikan adalah 55 kemudian setelah diadakan perbaikan pada siklus I meningkat menjadi 60,3 dan ketuntasan belajar mencapai 46,2%. Jadi ada peningkatan nilai rata-rata sebesar yaitu 5,3 dan peningkatan ketuntasan sebesar 78% meskipun hasilnya lebih baik, tetapi masih ada 7 siswa yang nilainya dibawah nilai ketuntasan yaitu : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Ade Ahmad Setiawan Hanif Mustofa Nurul Istiqomah M. Zada Nasrul Adzim Taufik Hidayat Durotun Napisah Bayu Aji
Nilai 45 49 49 49 40 45 49
Berdasarkan data di atas, pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini masih terdapat kekurangan dan prosentase siswa yang tuntas belajar belum mencapai 85% sehingga masih perlu adanya perbaikan, untuk itu peneliti akan mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus III, dengan cara mengulang lagi pembelajaran dengan metode team Quiz.
6. Siklus II Motivasi dan perhatian siswa pada siklus II lebih meningkat dibanding siklus I, menurut penulis dikarenakan : a. Siswa telah mengetahui tata cara team Quiz pada materi SKI. b. Soal untuk pertanyaan pada Quiz dibuat oleh guru sehingga kemungkinan kecil soal tidak dimengerti siswa. Hal ini dilakukan sebagai
antisipasi
terjadinya
adu
argumen
dari siswa
yang
menyebabkan diskusi yang tidak terfokus pada materi. Dari instrumen soal pilihan ganda didapatkan data nilai sebagai berikut : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nilai Siswa <29 30-39 -40-49 -50-59 -60-69 -70-79 -80-89 -90-100 Jumlah
Jumlah 2 2 3 2 2 2 13
Prosentase 0% 0% 15,4% 15,4% 23,0% 15,4% 15,4% 15,4% 100%
Tabel 4.4 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II
Nilai individual siswa meningkat dari siklus I. Tidak ada siswa yang mendapat nilai kurang dan 50, dan hanya 2 siswa atau 15,4% yang belum tuntas. Nilai rata-rata kelasnya adalah 72. Salah satu siswa yang belum tuntas memang pada hasil observasi mempunyai skor yang baik. Tetapi tidak hanya dari faktor strategi saja yang mempengaruhi tingkat hasil belajar siswa, akan tetapi juga faktor individual. Siswa tersebut memang mempunyai kelemahan dalam hal intelegensi. Indikator pada
semua mata pelajaran siswa tersebut mendapat nilai yang rendah. Satu hal yang patut ditiru, siswa tersebut selalu berusaha melibatkan diri dalam semua pembelajaran dan tidak pernah rendah diri. Meskipun ia sering tinggal dalam pembelajaran. 7. Siklus III Perhatian dan motivasi siswa pada sikius III sudah menunjukkan arah yang baik. Terlihat pada tabel perhatian siswa tidak ada siswa yang mendapat skor 1 dan 2. Rata-rata siswa mendapat skor 3, 4 dan 5 baik pada aspek perhatian maupun motivasi. Dapat dikatakan bahwa semua siswa pada siklus III telah ikut serta dalam metode team Quiz pada pembelajaran. Hal tersebut dari hasil analisis dikarenakan : a. Pada pelaksanaan siklus III, siswa telah memahami tata cara team Quiz b. Pada siklus III disediakan hadiah oleh guru, sehingga menambah greget bagi siswa untuk menjadi pemenang. c. Juru bicara dipilih dari siswa yang belum aktif pada siklus I dan II Kebanyakan siswa yang belum aktif mempunyai karakter pendiam dan kalem, sehingga siswa yang aktif berusaha mengajukan diri untuk menjadi juru bicara. Situasi tersebut yang menjadikan kelas ramai tetapi masih dalam kondisi terfokus bukan gaduh diskusi yang lain.
Untuk nilai yang diperoleh siswa pada siklus III sebagai berikut :
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nilai Siswa <29 30-39 -40-49 -50-59 -60-69 -70-79 -80-89 -90-100 Jumlah
Jumlah 1 1 2 2 3 4 13
Prosentase 0% 0% 7,7% 7,7% 15,4% 15,4% 23,0% 30,8% 100%
Tabel 4.5 Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III Nilai yang diperoleh siswa pada siklus III mengalami peningkatan dari siklus II. Pada siklus III masih ada satu siswa yang belum tuntas, siswa yang belum tuntas ini adalah siswa yang sama yang dijelaskan pada siklus II. Siswa tersebut mungkin harus mendapatkan metode dan atau strategi yang berbeda agar dapat menuntaskan pelajarannya. Faktor individual siswa juga mempengaruhi lama waktu yang digunakan untuk belajar suatu hal. Pada siklus III rata-ratanya adalah 80. Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 90 -100 juga meningkat. Ada dua anak yang mendapatkan nilai 100.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Dari paparan hasil penelitian dari pra siklus sampai pada siklus III diperoleh data nilai hasil belajar keseluruhan pada gambar 4.4.
14 12 10 8 6 4 2 0 Pra Siklus
Siklus I
Silus II
Siklus III
Gambar 4.1 Ketuntasan Siswa Dari Pra Siklus-Siklus III Dari hasil nilai ketuntasan di atas dapat dijelaskan pada pra siklus 38,4% siswa yang tuntas. Pada siklus I meningkat menjadi 46,2% siswa yang tuntas. Pada siklus II tingkat ketuntasan siswa yaitu 84,6%. Dan pada sikius III ketuntasan mencapai 92,3%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dari pra siklus sampai pada siklus III mengalami peningkatan bertahap dilihat dari nilai individual siswa maupun nilai ratarata kelasnya. Dilihat dari motivasi dan perhatian siswa mengikuti pembelajaran dengan metode team Quiz juga mengalami peningkatan. Hasil belajar tidak hanya dipengaruhi dan faktor metode atau strategi saja akan tetapi dari beberapa faktor. Beberapa diantaranya yaitu faktor bakat, minat, tingkat intelegensi, karakterisktik belajar anak dan juga strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran. Sebagai contoh ditemukannya siswa yang berusaha aktif dalam pembelajaran tetapi siswa
tersebut mendapatkan nilai yang belum termasuk dalam KKM. Siswa tersebut tetap harus mendapatkan remedial. Remedial dapat dilakukan dengan menambahi waktu belajar siswa atau memberikan latihan soalsoal.
C. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Dalam pelaksanaan terdapat faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat strategi Quiz. 1. Faktor Pendukung dan Penghambat pada Siklus I a. Faktor Pendukung 1. Materi yang telah disediakan guru memudahkan siswa untuk belajar. Jadi siswa tidak perlu mencatat. 2. Strategi pembelajaran yang baru memberikan semangat kepada beberapa siswa. b. Faktor Penghambat 1. Dari penataan tempat duduk yang memanjang menyulitkan siswa untuk berkomunikasi antar kelompok. 2. Aturan yang kurang dimengerti siswa menyebabkan kegaduhan di antara siswa dan waktu yang melebihi batas dan yang direncanakan. 3. Soal yang dibuat siswa untuk kelompok lain kurang dapat dipahami, sehingga suasana tampak gaduh, siswa saling bersahutan maksud soal tersebut.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat pada Siklus II a. Faktor Pendukung 1. Materi yang telah disediakan guru memudahkan siswa untuk belajar. Jadi siswa tidak perlu mencatat. 2. Motivasi yang diberikan sebelum pembelajaran memberikan semangat kepada seluruh siswa. 3. Siswa yang belum aktif ditempatkan diantara siswa yang aktif, sehingga dapat membangun komunikasi antar anggota kelompok. 4. Soal untuk Quiz dibuat oleh guru. b. Faktor Penghambat Pribadi beberapa siswa yang cenderung pendiam dan IQ nya rendah sehingga siswa tersebut belum aktif dalam pembelajaran. 3. Faktor Pendukung dan Penghambat pada Siklus III a. Faktor Pendukung 1. Materi yang telah disediakan guru memudahkan siswa untuk belajar. Jadi siswa tidak perlu mencatat. 2. Siswa telah paham aturan main pada strategi Quiz 3. Juru bicara dipilih dan siswa yang belum aktif pada siklus II, sehingga semua siswa aktif dalam pembelajaran 4.
Soal untuk strategi Quiz dibuat oleh guru.
b. Faktor Penghambat Pada pelaksanaan siklus III masih terdapat satu siswa yang belum tuntas dikarenakan siswa tersebut lemah dalam belajarnya.
Indikatornya,
pada
mata
pelajaran
lain
siswa
tersebut
juga
mendapatkan nilai belajar yang rendah dibandingkan teman-temannya. Dari hal tersebut, tingkat intelegensi siswa yang rendah dalam belajar yang menyebabkan penggunaan strategi team Quiz ini belum mampu menuntaskan semua siswa.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di muka, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Perhatian siswa pada materi mata Pelajaran SKI pada siswa kelas III MI Kranggan Ambarawa mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan nilai rata-rata perhatian siswa pada siklus I yaitu 3,04 meningkat menjadi 3,5 pada Siklus II, dan pada Siklus III ini menjadi 4,42 setelah menggunakan metode team Quiz. 2. Motivasi siswa pada materi Mata Pelajaran SKI pada siswa kelas II MI Kranggan Ambarawa mengalami peningkatan hal ini ditandai dengan nilai rata-rata motivasi siswa pada siklus I yaitu 3,2 meningkat menjadi 3,6 pada Siklus II, dan pada Siklus III meningkat menjadi 4,44 setelah menggunakan metode Team Quiz. 3. Hasil belajar siswa kelas III MI Kranggan Ambarawa pada materi mata pelajaran SKI setelah menggunakan metode Team Quiz mengalami peningkatan hal ini ditandai dengan presentase siswa yang tuntas belajar pada siklus I, yaitu 46,2 %, meningkat menjadi 84,6% pada Siklus II kemudian pada Siklus III menjadi 92,3 % nilai rata-rata sebelumnya yaitu 55 meningkat menjadi 60,3 pada Siklus I, Siklus II yaitu 72 dan Siklus III yaitu 80.
94
Prosentase didapat dari nilai siswa yang telah memenuhi Ketuntasan Kriteria Minimum (KKM) yaitu 50 untuk mata pelajaran SKI. Nilai ketuntasan hasil belajar siswa sebagai indikator tingkat pencapaian hasil belajar siswa. Nilai individual siswa juga semakin meningkat.
B. Saran Untuk dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa, maka yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Guru Selalu membuka diri dengan wawasan baru untuk meningkatkan profesionalisme. Salah satunya dengan mengembangkan metode dan strategi yang digunakan. Sehingga penggunaan strategi yang inovatif membuat siswa tidak merasa bosan. Titik hanya itu, kemampuan menyiapkan perkakas pembelajaran juga perlu ditingkatkan seperti RPP, RH, Silabus, dan lain-lain. Bila persiapan telah matang, mengajar titik akan terkesan seadanya dan mendapatkan hasil yang maksimal. Semua itu untuk meningkatkan hasil belajar yang diperoleh siswa. 2. Sekolah / Kepala Sekolah Bagi pihak sekolah atau penyelenggara pendidikan sebaiknya meningkatkan pembinaan kepada guru-guru. Diharapkan dari pembinaan tersebut semakin baik pelayanan yang diberikan guru kepada siswa.
C. Kata Penutup Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah sudi membimbing dan menunjukkan jalan kebenaran bagi penulis. Sehingga penulisan skripsi ini dapat tersusun sebagaimana mestinya. Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekurangan maupun kesalahan, maka saran dan kritik yang membangun diterima penulis dengan tangan terbuka. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Lampiran 1 SKENARIO PEMBELAJARAN (RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN) SIKLUS I
Mata Pelajaran
: Sejarah Kebudayaan Islam
Narna Sekolah
: MI Sudirman Kranggan
Kelas / Semester : III / II Alokasi Waktu
: 2 x 1 Jam Pelajaran (2 x 35 menit / 70 menit)
Hari / Tanggal
: Senin, 24 Mei 2010
A. Standar Kompetensi Mengenal peristiwa kerosulan Muhammad S.A.W.
B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan peristiwa kerosulan Muhammad S.A.W. Mengambil ibrah peristiwa kerosulan Muhammad S.A.W.
C. Hasil Belajar 9. Siswa dapat menceritakan Nabi Muhammad S.A.W. dalam berdagang. 10. Siswa dapat menjelaskan tata cara Nabi Muhammad S.A.W. dalam berdagang. 11. Siswa dapat meneladani kebijaksanaan Nabi Muhammad S.A.W. dalam peristiwa peletakan hajar Aswad.
12. Siswa dapat menceritakan perternuan Nabi Muhammad S.A.W. dengan Pendeta Bukhairah.
D. Indikator 9. Menceritakan Nabi Muhammad S,A.W. dalam berdagang. 10. Menjelaskan tata cara Nabi Muhammad S.A.W. dalam berdagang. 11. Menceritakan pertemuan Nabi Muhammad S.A.W. dengan Pendeta Bukhairah. 12. Menceritakan kebijaksanaan Nabi Muhammad S.A.W. dalam peristiwa peletakan Hajar Aswad.
E. Materi Pembelajaran 1. Perjalanan Nabi Muhammad S.A.W ke Negeri Syam Di Negeri ini Nabi Muhammad S.A.W. pertama kali diajak pamannya berdagang. Ketika itu berusia 12 tahun, Negeri Syam menjadi tujuan para pedagang karena penduduknya makmur dan negerinya subur. Abu Thalib bukan pedagang yang kaya, tetapi beliau jujur, kejujuran itu menjadi modal kepercayaan seorang saudagar perempuan yang bernama Siti Khadijah. Suatu peristiwa luar biasa terjadi, selama berdagang ke Negeri Syam perjalanan beliau ditempuh terasa cepat sampai. Selain itu barang dagangannya cepat habis. Abu Thalib merasa heran dan kagum sehingga rasa sayangnya semakin bertambah kepada Nabi Muhammad S.A.W. dan
Siti Khadijah menganjurkan kepada Ahu Thalib agar setiap berdagang membawa serta Nabi Muhammad S.A.W. 2. Nabi Muhammad bertemu Pendeta Bukhairo Dalam perjalanan dagang ke Syam Abu Thalib bertemu dengan Pendeta Bukhairo yang ahli dalam Kitab Taurat dan Injil yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad S.A.W. kelak akan menjadi pemimpin umat yang besar, dan berpesan agar menjaganya dengan penuh tanggungjawab, nasehat ini dijalankan oleh Abu Thalib. 3. Nabi Muhammad S. A. W. sebagai pedagang Ketika usia 15 tahun beliau diberi kepercayaan oleh saudagar kaya bernama Siti Khadijah untuk membawa barang dagangannya ke Negeri Syam, karena usia yang masih muda beliau ditemani pembantunya Maisarah. Keberhasilan Nabi dalam berdagang : a. Memiliki sifat amanah, ramah. b. Memiliki sifat sabar, jujur, percaya diri, terampil. 4. Kebijaksanaan Nabi Muhammad S. A. W. Nabi Muhammad S. A. W. dikenal sebagai seorang yang bijaksana setelah mampu menghindarkan suku Quraisy dan perpecahan disebabkan peletakan Hajar Aswad yang telah bergeser dari tempat semula disebabkan dilanda banjir bandang dan Ka’bah mengalami kerusakan sehingga masyarakat Mekah memperbaiki Ka’bah dengan bergotong royong. Ketika itu beliau berusia 35 tahun.
F. Metode Pembelajaran Ceramah, Metode Quiz dan Tanya Jawab.
G. Langkah - langkah Pembelajaran 1. Pra Kegiatan Sebelum pembelajaran dimulai, tempat duduk ditata menjadi tiga dengan bentuk leter U 2. Kegiatan awal (5 menit) a. Guru mengucapkan salam b. Guru bersama siswa membaca do’a belajar 3. Kegiatan Inti (50 menit) a. Guru menyampaikan hasil yang akan dicapai setelah pembelajaran kepada siswa. b. Guru membagi kelas menjadi tiga kelompok. c. Guru meminta siswa untuk menempati kursi masing-masing sesuai dengan kelompoknya. d. Guru membagi pembelajaran materi Sejarah Kebudayaan Islam dalam tiga bagian. e. Kemudian guru mempresentasikan semua materi. f. Pelajaran pertama yaitu guru meminta kelompok I menjadi penanya untuk materi bagian I. Pertanyaan dan kelompok I ditujukan untuk kelompok II g. Guru mempersilahkan masing-masing kelompok memilih juru bicara.
h. Bila kelompok II tidak bisa menjawab pertanyaan dilempar untuk kelompok III. i.
Setelah kelompok I selesai memberi pertanyaan untuk kelompok II, kelompok I dilanjutkan dengan memberi pertanyaan kepada kelompok III. Bila kelompok III tidak bisa menjawab pertanyaan dilempar untuk kelompok II.
j.
Jika Tanya Jawab pada pembelajaran pertama selesai, dilanjutkan dengan pembelajaran kedua dengan materi bagian II dan menunjuk kelompok II sebagai penanya.
k. Aturan main seperti pada pembelajaran pertama. Kelompok II memberi pertanyaan untuk kelompok III dan I. l.
Setelah kelompok II selesai dengan pertanyannya, dilanjutkan pembelajaran ketiga dengan materi bagian III. Dan guru menunjuk kelompok III sebagai penanya. Dan proses seperti pada pembelajaran pertama. Kelompok III memberi pertanyaan untuk kelompok I dan kelompok II.
m. Setelah pembacaan soal selesai, nilai dijumlah. n. Strategi Quiz telah selesai 4. Kegiatan akhir (15 menit) a. Guru menyimpulkan pembelajaran dan menyampaikan beberapa materi yang belum dikuasai siswa. b. Guru membagikan soal-soal evaluasi. c. Guru menutup pembelajaran dengan salam.
H. Media dan Sumber Pembelajaran Media
: Peta, Gambar
Sumber : TEAM GURU MI, 2004, Sejarah Kebudayaan Islam, Surabaya : Putratama Bintang Teamur, hal 41- 58.
I. Evaluasi Jenis Evaluasi
: tes tertulis
Bentuk
: pilihan ganda
Tes Formatif Soal siklus I Pilihlahjawaban di bawah ini yang paling benar! 1. Nabi diajak pamannya pertama kali berdagang pada usia ... tahun. a. 8 b. 10 c. 12 d. 15 2. Negeri tujuan para saudagar Arab dalam berniaga adalah ….. a. Syam b. Madinah c. Abwa d. Kuwait 3. Dalam menjalankan perdagangannya Abu Thalib bermodalkan …..
a. uang yang banyak b. harta yang cukup c. barang d. kepercayaan 4. Nabi Muhammad bersama pamannya menjalankan barang-barang perniagaan milik saudagar perempuan benama ….. a. Siti Aminah b. Siti Khadijah c. Siti Kholifah d. Siti Aisyah 5. Kejadian luar biasa saat Nabi ikut berdagang dengan pamannya adalah barang dagangannya lebih ... terjual. a. murah b. mahal c. lama d. cepat habis 6. Peristiwa itu Abu Thalib merasa heran dan kagum, serta beliau semakin ... kepada Nabi Muhammad S.A.W. a. sungkan b. malu c. sayang d. tidak percaya
7. Siti Khadijah pun merasa kagum kepada Nabi Muhammad sehingga beliau menganjurkan kepada Abu Thalib bila berdagang hendaklah mengajak ….. a. anaknya b. pembantunya c. istrinya d. Nabi Muhammad 8. Dalam perjalanan berdagang ke Syam, Abu Thalib bersama Nabi bertemu Pendeta nasrani yang bernama ….. a. Atsiro b. Bukhairo c. Busro d. Nasiro 9. Pendeta itu berkomentar kepada Abu Thalib bahwa Nabi Muhammad kelak akan menjadi ….. a. kepala suku yang perkasa b. pemimpin umat yang besar c. pemimpin kabilah d. penguasa jazirah arab 10. Pendeta itu adalah tokoh agama Nasrani yang ahli dalam kitab ….. a. Tamat dan ibrani b. Taurat dan Injil c. Taurat dan Zabur d. Taurat dan Al-Qur’an
11. Nasihat pendeta Bukhairo untuk menjaga pemuda Muhammad saw. dilaksanakan dengan baik oleh ….. a. Abu Jahal b. Abu Lahab c. Abu Thalib d. Abu Bakar 12. Yang tidak termasuk sebab keberhasilan Nabi saw. dalam berdagang adalah… a. terampil b. sabar c. ramah d. curang 13. Maisarah adalah orang yang menemani Nabi saw. Dalam ….. a. menggembala b. berpergian c. berdagang d. bemain 14. Masyarakat Mekah memperbaiki Ka’bah dengan cara ….. a. gotong royong b. sendiri-sendiri c. dengan para suku d. berkelompok 15. Yang dilakukan Nabi saw, path waktu peletakan Hajar Aswad adalah ….. a. mengangkat dan meletakkan sendiri hajar aswad. b. kepala suku dipersilahkan mengangkat hajar aswad. c. bersama-sama kepala suku. d. suku berpengaruh dipersilahkan mengangkat hajar aswad.
16. Dengan kebijaksanaan nabi selamatlah penduduk dan. a. korban banjir b. badai gurun c. gempa bumi d. pertumpahan darah 17. Hajar aswad itu warnanya ….. a. hijau b. hitam c. putih d. coklat 18. “Siapa yang pertama kali masuk babus shofa” adalah saran dan ….. a. Abu Bakar b. Abu Umaiyah c. Abu Jahal d. Abu Thalib 19. Nabi saw bersama-sama kepala suku membawa hajar aswad dengan ….. a. selembar kain b. selembar karpet c. selembar sejadah d. selembar permadani 20. Nabi Muhammad dipercaya sebagai penengah (hakim) dalam peletakan Hajar Aswad ketika beliau berumur ….. a. 50tahun b. 45tahun c. 40tahun d. 35tahun
KUNCI JAWABAN 7. C 8. A 9. D 10. B 11. D 12. C 13. D 14. B 15. B 16. B 17. C 18. D 19. C 20. A 21. C 22. D 23. B 24. B 25. A 26. D
Penilaian Nilai = Betul x 5
Mengetahui
Ambarawa. 24 Mei 2010
Kepala Madrasah
Guru Kelas III
Kasmuni, S. Ag
Juemi
NIP: 150238072
NIP: -
Lampiran 2 SKENARIO PEMBELAJARAN (RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN) SIKLUS II
Mata Pelajaran
: Sejarah Kebudayaan Islam
Nama Sekolah
: MI Kranggan
Kelas / Semester : III / II Alokasi Waktu
: 2 x 1 Jam Pelajaran (2 x 35 menit / 70 menit)
Hari / Tanggal
: Rabu, 26 Mei 2010
A. Standar Kompetensi Mengenal peristiwa kerosulan Muhammad S.A.W.
B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan peristiwa kerosulan Muhammad S.A.W. Mengambil ibrah peristiwa kerosulan Muhammad S.A.W.
C. Hasil Belajar 5. Siswa dapat menceritakan kehidupan Nabi Muhammad S.A.W. sebagai anak yang baik. 6. Siswa dapat mencontoh Nabi Muhammad S.A.W yang tidak bergaul dengan mereka yang berakhlak buruk.
D. Indikator 5. Menceritakan kehidupan Nabi Muhammad S.A.W. sebagai anak yatim. 6. Mencontoh Nabi Muhammad S.A.W. yang tidak bergaul dengan mereka yang berakhlak buruk.
E. Materi Pembelajaran 1. Kelahiran Muhammad S.A.W. Muhammad lahir dalam keadaan yaTeam. Ayahnya meninggal ketika beliau masih dalam kandungan. Pada usia 6 tahun, ibunya juga meninggal. Beliau menjadi yaTeam piatu. Kehidupan yang keras menempa beliau menjadi manusia pilihan. Sikap umat Islam harus sesuai dengan teladan yang telah diberikan oleh Nabi Muhammad saw. Kelahiran Muhammad didahului oleh peristiwa serangan pasukan gajah ke Mekah. Oleh karena itu, masyarakat Arab menyebut tahun kelahiran Muhammad sebagai tahun gajah. Muhammad adalah anggota kahilah Bani Hasyim. Kabilah ini memiliki kedudukan yang mulia di kalangan suku Quraisy. Kakek Muhammad yang bernama Abdul Muttalib merupakan salah satu kepala suku Quraisy. Beliau memegang jabatan siqayah atau pengawas sumur Zamzam. Tugas siqayah adalah menyediakan air yang dibutuhkan oleh pengunjung Ka’bah. Oleh karena itu, Abdul Muttalib menjadi orang yang berpengaruh di kalangan suku Quraisy. Walaupun demikian, Bani Hasyim
merupakan kabilah yang sederhana. Mereka tidak sekaya kabilah-kabilah lain dalam suku Quraisy. Ayah Muhammad bernama Abdullah. Ia merupakan salah satu putra Abdul Muttalib. Abdullah meninggal dunia ketika mengikuti kafilah dagang ke Syam. Ia jatuh sakit dan meninggal dunia di Yasrib. Peristiwa itu terjadi setelah tiga bulan Abdullah menikah dengan Aminah binti Wahab, ibu Muhammad. Aminah binti Wahab berasal dan kabilah Bani Zuhrah. Baik dari garis keturunan ayahnya maupun ibunya, Muhammad merupakan keturunan Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim. Tidak lama setelah peristiwa serangan pasukan gajah, Aminah binti Wahab melahirkan seorang anak 1aki-1aki. Anak laki-laki itu adalah Muhammad. Ia lahir pada malam menjelang dini hari Senin tanggal 12 Robiulawal tahun gajah atau bertepatan dengan 20 April 571 Masehi. 2. Muhammad Dalam Masa Asuhan Menurut kebiasaan orang Arab, anak-anak yang baru lahir disusukan kepada wanita desa, dengan harapan anak-anak mereka tumbuh sehat dan memiliki sopan santun yang baik. Karena masyarakat di desa pergaulannya sangat baik Ketika Muhammad lahir, para ibu dari Desa Sa’ad datang ke Mekah, mereka menghubungi keluarga yang akan menyusukan anaknya. Mereka berharap dapat mengasuh anak orang kaya sehingga mendapat upah yang banyak. Diantara mereka ada wanita yang bernama Halimah As-Sa’diyah yang tertarik ingin mengasuh Muhammad. Kemudian
Halimah mengambilnya sebagai anak asuh, Aminah dan Abdul Muttalib melepaskannya dengan senang hati. Ketika usia 4 tahun Halimah mengembalikan Muhammad kepada Aminah, ia merasa sudah tidak mampu mengasuh Muhammad. Suatu hari Aminah membawa Muhammad untuk berziarah ke makam ayahnya di Yasrib (Madinah) mereka ditemani pembantunya yang bemama Ummu Aiman, mereka pulang ke Mekah. Setibanya di Kampung Abwa Aminah jatuh sakit, beberapa hari kemudian meninggal dunia dan dimakamkan di kampung tersebut. Ketika usia 6 tahun Muhammad telah menjadi yaTeam piatu. Kemudian Muhammad diasuh kakeknya yang benama Abul Muthalib. Setelah kakeknya meninggal karena sakit tua, Muhammad diasuh oleh pamannya yang bemama Abu Thalib, selama 8 tahun.
F. Metode Pembelajaran Ceramah, metode Quiz, dan tanya jawab. G. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Pra Kegiatan Menyeting tempat duduk dengan bentuk perkelompok melingkar. 2. Kegiatan awal (10 memt) a. Guru membuka pelajaran dengan salam b. Membaca do’a belajar c. Guru memotivasi siswa
7. Kegiatan inti (45 menit) a. Guru menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung dan hasil yang akan dicapai kepada siswa b. Guru membagi kelompok menjadi tiga dengan anggota yang sama seperti pada siklus I, tetapi nama kelompok diubah menjadi : 1. Kelompok I pada siklus I menjadi kelompok II. 2. Kelompok II pada siklus I menjadi kelompok III. 3. Kelompok III pada siklus I menjadi kelompok I. c. Guru meminta siswa untuk mempelajari materi Sejarah Kebudayaan Islam dan buku, Tetapi lebih terfokus pada bagian materi masingmasing kelompok untuk menjawab soal dari kelompok lain dan pertanyaan akan diajukan untuk kelompok lain. Kelompok I mempelajari bagian I, dan II. Kelompok II mempelajani bagian II dan III. Kelompok III mempelajari bagian III dan I. d. Soal untuk Quiz yang dibuat guru dibagikan untuk masing-masing kelompok. e. Guru mempersilahkan masing-masing kelompok memilih juru bicara. f. Guru berperan sebagai pemandu Quiz. g. Kelompok I mulai membacakan pertanyaan untuk kelompok II. Dengan catatan soal untuk kelompok II yang berhak menjawab adalah kelompok II, tetapi jika kelompok II tidak bisa menjawab maka soal akan dilempar ke kelompok III.
h. Setelah kelompok I selesai membaca soal, berganti ke kelompok II untuk kelompok III dan kemudian berganti kelompok II untuk kelompok I dengan aturan yang sama. i.
Setelah pembacaan soal selesai, nilai dijumlah untuk mengetahui perolehan nilai. Metode Quiz telah selesai.
8. Kegiatan akhir (15 menit) a. Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini dengan menyampaikan beberapa materi yang belum dikuasai siswa. b. Guru membagikan soal-soal evaluasi.
H. Media dan Sumber Pembelajaran Media
: Peta, Gambar
Sumber : Sugeng Sugiharto, 2008, Sejarah Kebudaaan islam, Solo : Tiga Serangkai, hal 63 - 68.
I. Evaluasi Jenis evaluasi : tes tertulis Bentuk
: pilihan ganda
Tes Formatif Soal Siklus II Pilihlah jawaban di bawah ini yang paling benar! 1. Tahun kelahiran Muhammad disebut tahun …..
a. kambing b. kuda c. gajah d. monyet 2. Pengawas sumur Zamzam disebut ….. a. siqayah b. qawwiyah c. wiqayah d. saqiyyah 3. Kakek Muhammad bernama ….. a. Abdullah b. Abdul Muttalib c. Abu Lahab d. Abu Talib 4. Ibu Nabi Muhammad berasal dan kabilah ….. a. Bani Kilab b. Bani Umayyah c. Bani Hasyim d. Bani Zuhrah 5. Ayah Muhammad meninggal di kota ….. a. Mekah b. Yasrib c. Jeddah
d. Taif 6. Wanita yang menyusui Muhammad adalah ….. a. Halimah as-Sa’diyah b. Ummu Aiman c. Khadijah binti Khuwaiid d. Ummu Kulsum 7. Ibu-ibu yang dari desa untuk menyusui anak-anak di Kota Mekah mengharapkan ….. a. pengampunan b. berkah c. terima kasih d. upah 8. Pada waktu Muhammad lahir, ibu-ibu yang datang berasal dari desa ….. a. Hawazin b. Abwa c. Sa’ad d. Taif 9. Aminah dan Abdul Muttalib menyerahkan Muhammad kepada Halimah dengan perasaan ….. a. marah b. sedih c. susah d. senang
10. Setelah mengasuh Muhammad, keluarga Halimah as-Sa’diyah menjadi ….. a. susah b. bahagia c. sedih d. berantakan 11. Ayah Muhammad bernama ….. a. Abdullah b. Abdul Muttalib c. Abu Lahab d. Abu Talib 12. Baik dari ayahnya maupun ibunya, Muhammad merupakan keturunan ….. a. Nabi Zakaria b. Nabi Yahya c. Nabi Ibrahim d. Nabi Isa 13. Muhammad dikembalikan kepada ibunya pada usia ….. a. 1 tahun b. 4 tahun c. 5 tahun d. 8 tahun 14. Muhammad diajak oleh ibunya ke Yasrib untuk ….. a. berdagang b. beribadah
c. berziarah d. rekreasi 15. Sepulangnya dan Yasrib, Aminah jatuh sakit hingga meninggal. Ia dimakamkan di kampung ….. a. Sa’ad b. Abwa c. Taif d. Nadir 16. Setelah ibunya meninggal, Muhammad diasuh oleh ….. a. Abdul Muttalib b. Abu Talib c. Abu Lahab d. Abdullah 17. Pada saat diasuh oleh pamannya, Muhammad ….. a. bermain-main b. selalu berada di rumah c. rajin membantu bekerja d. bermalas-malasan 18. Abu Tholib adalah tokoh bangsawan ….. a. Aidy b. At-thaimy c. Tsaqifah d. Quraisy
19. Yang bukan sifat Nabi Muhammad saw. Adalah ….. a. pemarah b. pemaaf c. jujur d. peduli 20. Sebagai umat Islam kita harus ... sifat nabi Muhammad saw. a. meninggalkan b. meneladani c. acuh d. masa bodoh
KUNCI JAWABAN 1. C
6. A
11.A
16.A
2. A
7. D
12.B
17.C
3. B
8. C
13.A
18.D
4. C
9. D
14.C
19.A
5. B
10.B
15.B
20.B
Penilaian Nilai = Betul x 5 Mengetahui
Ambarawa. 26 Mei 2010
Kepala Madrasah
Guru Kelas III
Kasmuni, S. Ag NIP: 150238072
Juemi NIP: -
Lampiran 3 SKENARIO PEMBELAJARAN (RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN) SIKLUS III
Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam Nama Sekolah : MI Kranggan Kelas/Semester : III/II Alokasi Waktu : 2 x 1 Jam Pelajaran ( 2 x 35 menit / 70 menit) Hari / Tanggal : Sabtu, 29 Mei 2010
A. Standar Kompetensi Mengenal peristiwa kerosulan Muhammad S.A.W.
B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan peristiwa kerosulan Muhammad S.A.W. Mengambil ibrah peristiwa kerosulan Muhammad S.A.W.
C. Hasil Belajar 1. Siswa dapat menceritakan kebiasaan Nabi Muhammad S.A.W. sebagai AlAmin. 2. Siswa dapat mencontoh kemandirian Nabi Muhammad S.A.W. ketika remaja.
3. Siswa dapat menceritakan kebiasaan Nabi Muhammad S.A.W. bertafakur di Gua Hira’ menjelang kenabian. 4. Siswa dapat menjelaskan proses turunnya wahyu pertama.
D. Indikator 9. Menceritakan kebiasaan Nabi Muhammad S,A.W. sebagai Al-Amin. 10. Mencontoh kemandirian Nabi Muhammad S.A.W. ketika remaja. 11. Menceritakan kebiasaan Nabi Muhammad S.A.W. bertafakur di Gua Hira’ menjelang kenabian. 12. Menjelaskan proses turunnya wahyu pertama.
E. Materi Pembelajaran 1. Mendapatkan Gelar Al Amin Ketika Muhammad berusia 15 tahun suku Quraisy berperang melawan suku Hawazin. Perang tersebut disebut perang Filar. Fijar artinya melanggar kesucian, perang itu disebabkan suku Hawazin menyerang suku Quraisy pada bulan Zulkaidah, padahal bulan ini bulan haram untuk berperang, Muhammad ikut membela sukunya dalam perang ini, beliau bertugas menyediakan anak panah bagi pamannya. Akibat perang itu Ka’bah menjadi sepi pada musim haji. Dalam berdagang Muhammad selalu menjunjung tinggi kejujuran, tidak mau menipu dalam berdagang dan dapat dipercaya. Oleh karenanya
beliau mendapat gelar Al Amin artinya orang yang dapat dipercaya. Sehingga menarik perhatian seorang saudagar yang kaya raya yang benama Siti Khadijah binti Khuwailid. 2. Menikah dengan Khadijah Ketika berusia 25 tahun, Khadijah meminta Muhammad untuk membawa dagangannya ke Syam. Sejalan dengan usianya yang bertambah dewasa, Muhammad ingin segera hidup mandiri, karena itu permintaan Khadijah disanggupinya beliau dibantu oleh Maisarah seorang pembantu Khadijah. Demikianlah akhirnya Khadijah menikah dengan Muhammad, saat itu usia Khadijah 40 tahun dan Muhammad 25 tahun, 3. Muhammad Bertafakur Menjelang usia 40 tahun Muhammad sering melakukan tafakur untuk memikirkan jalan keluar agar kaumnya tidak lagi menyemhah berhala. Beliau bertafakur di Gua Hira. Muhammad tidak suka bergaul dengan orang yang suka mabukmabukan, foya-foya sehingga jiwa dan raganya benar-benar suci. Dalam masa bertafakur keluarga Muhammad tidak menghalangi, anak-anaknya tidak rewel akan tetapi mereka membantu dengan ikhlas. 4. Turunya Wahyu Wahyu pertama turun tanggal 17 Ramadhan bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 611 Masehi, yaitu surat Al-'Alaq 1 – 5 ketika Muhammad saw. Berada di gua Hiro'. Wahyu pertama diturunkan melalui
perantara malaikat Jibril yang datang memeluk Muhammad seraya berkata "Bacalah" ketika itu Muhammad disuruh membaca tetapi beliau menjawab "aku tidak bisa membaca". Kejadian ini berulang sampai tiga kali. Demikian wahyu pertama yang diturunkan kepada Muhammad yaitu disuruh membaca.
F. Metode Pembelajaran Ceramah, metode Quiz, dan tanya jawab.
G. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Pra Kegiatan Menyeting tempat duduk dengan bentuk perkelompok melingkar. 2. Kegiatan awal (10 menit) a. Guru membuka pelajaran dengan salam b. Membaca do’a belajar bersama-sama. c. Menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung dan menyampaikan hasil yang akan dicapai. 3. Kegiatan inti (45 menit) a. Menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung dan menyampaikan hasil yang akan dicapai. b. Guru membagi kelompok kegiatan menjadi tiga bagian dengan anggota yang sama seperti pada sikius I, tetapi nama kelompok diubah menjadi :
1. Kelompok I pada sikius I menjadi kelompok III. 2. Kelompok II pada sikius I menjadi kelompok I. 3. Kelomppok III pada sikius I menjadi kelompok II. c. Guru meminta siswa untuk mempelajari materi Sejarah Kebudayaan Islam dari buku. Tetapi lebih terfokus pada bagian materi masing-masing kelompok untuk menjawab soal dan kelompok lain dan pertanyaan yang akan diajukan untuk kelompok lain. Kelompok I mempelajari bagian I, dan bagian II. Kelompok II mempelajari bagian II dan III. Kelompok III mempelajari bagian III dan I. d. Guru menjelaskan tahapan dalam Quiz yang meliputi tahap pertama untuk pembacaan soal untuk masing-masing kelompok dan tahap kedua soal lemparan. e. Pelaksanaan tahap pertama. Soal untuk Quiz yang dibuat guru dibagikan untuk masing-masing kelompok. f. Guru menunjuk siswa yang belum aktif untuk manjadi juru bicara. g. Guru berperan sebagai pemandu Quiz. h. Kelompok I mulai membacakan pertanyaan untuk kelompok II. Dengan catatan soal untuk kelompok II yang berhak menjawab adalah kelompok II, tetapi jika kelompok II tidak bisa menjawab maka soal akan dilempar ke kelompok III. i.
Setelah kelompok I telah selesai membaca soal, berganti ke kelompok II untuk kelompok III dan kemudian berganti kelompok III untuk kelompok I dengan aturan yang sama.
j.
Setelah pembacaan soal selesai, nilai dijumlah untuk mengetahui perolehan nilai sementara.
k. Tahap kedua, soal lemparan. Guru membacakan soal, kelompok yang berhak menjawab adalah kelompok yang mengacungkan tangannya lebih dulu. Dan harus dilakukan oleh juru bicara. l.
Seteah semua soal telah selesai dibacakan. nilai masing-masing kelompok dijumlahkan untuk mengetahui pemenangnya.
m. Pemenang mendapatkan hadiah yang telah disediakan. n. Metode Quiz telah selesai. 4. Kegiatanakhir (15 menit) a. Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini dengan menyampaikan beberapa materi yang belum dikuasai siswa. b. Guru mengadakan evaluasi. c. Menutup pembelajaran dengan salam
H. Media dan Sumber Pembelajaran Media
: Peta, Gambar
Sumber : Sugeng Sugiharto. 2008, SeJarah Kebudayaan Islam, Solo Tiga Serangkai, hal 78 - 79.
I. Evaluasi Jenis Evaluasi : tes tertulis Bentuk
: pilihan ganda
Tes Formatif Soal Siklus III Pilihlah jawaban di bawah ini yang paling benar! 1. Muhammad mulai diasuh Abu Thalib pada usia ... tahun. a. 12 b. 10 c. 8 d. 9 2. Pekerjaan Muhammad untuk membantu Abu Thalib dalarn mencari nafkah adalah ….. a. menggembala b. menunggu rumah c. membersihkan rumah d. memasak 3. Muhammad mengikuti kafilah ke Syam pada usia ... tahun. a. 10 b. 12 c. 8 d. 9 4. Pendeta yang memberi tahu bahwa Muhammad akan diangkat menjadi nabi bernama ….. a. Waraqah b. Suradah
c. Bukhara d. Bukhaira 5. Perang yang diikuti Muhammad pada usia 15 tahun adalah. a. Perang Badar b. Perang Fijar c. Perang Ahzab d. Perang Jamal 6. Suku yang menjadi lawan Suku Quraisy dalam perang Fijar adalah ….. a. Suku Hawazin b. Suku Hazir c. Suku Taif d. Suku Barn Qainuqa 7. Akibat dan terjadinya perang Fijar adalah ….. a. terjadi bencana b. terjadi wabah c. banyak ternak yang mati d. Ka’bah menjadi sepi 8. Julukan Muhammad yang berarti orang yang dapat dipercaya adalah ….. a. tablig b. fatanah c. al-amin d. al-amanah
9. Seorang Saudagar yang memercayakan dagangannya kepada Muhammad untuk dibawa ke Syam adalah ….. a. Utbah binti Rabiah b. Halimah as-Sa’diyah c. Aminah binti Wahab d. Khadijah binti Khuwailid 10. Muhammad menikah dengan Khadijah pada usia ... tahun. a. 20 b. 25 c. 30 d. 35 11. Menjelang usia 40 tahun Muhammad sering melakukan ….. a. dakwah b. menjaga Ka’bah c. tafakur d. tamasya 12. Sikap Muhammad terhadap orang yang sedang mabuk-mabukan adalah ….. a. menjauhinya b. membantunya c. mengikutinya d. menolongnya 13. Muhammad melakukan tafakur di ….. a. Gua Sur
b. Gua Hira c. Jabal Nur d. Jabal Uhud 14. Melihat Muhammad sering meninggalkan keluargannya untuk bertafakur, Khadijah ….. a. tidak senang b. menghalangi c. menentang d. membantu dan ikhlas 15. Pada saat ditinggal bertafakur, anak-anak Muhammad ….. a. tidak senang b. tidak pemah rewel c. selalu menangis d. selalu rewel 16. sepanjang bulan Ramadan, Muhammad selalu ….. a. beribadah b. berdagang c. menggembala domba d. menunggu anaknya 17. Wahyu pertama turun pada tanggal ….. a. l7 Rajab b. l7 Zuthijah c. l7 Muharam
d. l7 Ramadan 18. Malaikat yang menyampaikan wahyu adalah a. Ridwan b. Rokib c. Jibril d. Mikail 19. Ketika menerima wahyu, Muhammad disuruh ….. a. mengarang b. menjawab c. menulis e. membaca 20. Ayat yang pertama kali turun adalah a. Surah Al-Muddassir Ayat 1-7 b. Surah al-'Alaq 1 - 5 c. Surah Al-Maidah Ayat 7 d. Surah An-Nas Ayat 1 – 5
KUNCI JAWABAN 1. C
6. A
11.C
16.A
2. A
7. D
12.A
17.D
3. D
8. C
13.B
18.C
4. B
9. D
14.D
19.D
5. A
1O.B
15.B
20.B
Penilaian Nilai = Betul x 5
Mengetahui
Ambarawa. 29 Mei 2010
Kepala Madrasah
Guru Kelas III
Kasmuni, S. Ag
Juemi
NIP: 150238072
NIP: -
Lampiran 4 SIKLUS I LEMBAR OBSERVASI PERHATIAN SISWA Mata Pelajaran Jenis Kelas / Semester Kompetensi Dasar
Hari, Tanggal
: SKI : Post Test : III / II : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad SAW Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW : Senin, 24 Mei 2010
Ket
: Bobot Skor Indikator Rentang 1 – 5
Memberi Tanggapan
Jumlah
Rata-Rata
Ade Ahmad Setiawan Destranda Alfrendy Nasyah Hanif Mustofa Nurul Istiqomah Wahyu Ruliyana M. Zada Nasrul Adzim Helma Lismawati Ramadhan Aji Saputra Taufik Hidayat Durotun Napisah Risqi Noor Rafika Widiastuti Bayu Aji Vina Rasikawati Jumlah Rata-Rata
Saling Membantu Menyelesaikan Masalah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Menjaga Ketenangan Kelas
Nama Siswa
Aktif Menjawab Pertanyaan Guru
No.
Memperhatikan Penjelasan Guru
Aspek yang diobservasi
3 4 4 4 5 3 4 3 3 2 5 2 4 46 3,4
2 3 3 1 5 2 3 2 1 1 5 1 2 31 2,4
3 4 1 3 5 3 5 3 4 4 5 1 5 46 3,4
2 3 2 2 5 3 3 3 2 2 5 3 2 42 3,2
1 2 3 1 5 1 2 2 2 2 5 3 2 36 2,8
11/ 16/ 13/ 11/ 25/ 12/ 17/ 13/ 12/ 11/ 25/ 10/ 15/ 201/ 15,2
2,2 3,2 2,6 2,2 5,0 2,4 3,4 2,6 2,4 2,2 5,0 2,0 3,0 40,2 3,04
Ambarawa, 24 Mei 2010 Guru Kelas
Juemi, A. Ma. NIP : -
Lampiran 5 SIKLUS II LEMBAR OBSERVASI PERHATIAN SISWA Mata Pelajaran Jenis Kelas / Semester Kompetensi Dasar
Hari, Tanggal
: SKI : Post Test : III / II : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad SAW Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW : Rabu, 26 Mei 2010
Ket
: Bobot Skor Indikator Rentang 1 – 5
Memberi Tanggapan
Jumlah
Rata-Rata
Ade Ahmad Setiawan Destranda Alfrendy Nasyah Hanif Mustofa Nurul Istiqomah Wahyu Ruliyana M. Zada Nasrul Adzim Helma Lismawati Ramadhan Aji Saputra Taufik Hidayat Durotun Napisah Risqi Noor Rafika Widiastuti Bayu Aji Vina Rasikawati Jumlah Rata-Rata
Saling Membantu Menyelesaikan Masalah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Menjaga Ketenangan Kelas
Nama Siswa
Aktif Menjawab Pertanyaan Guru
No.
Memperhatikan Penjelasan Guru
Aspek yang diobservasi
2 4 2 3 5 3 5 3 4 3 5 3 4 46 3,5
4 3 3 2 5 3 4 3 2 2 5 2 4 42 3,2
4 3 1 4 5 3 4 3 4 4 5 1 3 44 3,4
3 4 4 3 5 4 4 4 4 4 5 3 5 52 4,0
2 4 4 3 5 3 3 4 2 2 5 3 4 44 3,4
15/ 18/ 12/ 15/ 25/ 16/ 20/ 17/ 16/ 15/ 25/ 12/ 20/ 226 17,5
3,0 3,6 2,4 3,0 5,0 3,2 4 3,4 3,2 3,0 5,0 2,4 4 45,2 3,5
Ambarawa, 26 Mei 2010 Guru Kelas III Juemi, A. Ma. NIP : -
Lampiran 6 SIKLUS III LEMBAR OBSERVASI PERHATIAN SISWA Mata Pelajaran Jenis Kelas / Semester Kompetensi Dasar
Hari, Tanggal
: SKI : Post Test : III / II : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad SAW Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW : Sabtu, 29 Mei 2010
Ket
: Bobot Skor Indikator Rentang 1 – 5
Memberi Tanggapan
Jumlah
Rata-Rata
Ade Ahmad Setiawan Destranda Alfrendy Nasyah Hanif Mustofa Nurul Istiqomah Wahyu Ruliyana M. Zada Nasrul Adzim Helma Lismawati Ramadhan Aji Saputra Taufik Hidayat Durotun Napisah Risqi Noor Rafika Widiastuti Bayu Aji Vina Rasikawati Jumlah Rata-Rata
Saling Membantu Menyelesaikan Masalah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Menjaga Ketenangan Kelas
Nama Siswa
Aktif Menjawab Pertanyaan Guru
No.
Memperhatikan Penjelasan Guru
Aspek yang diobservasi
4 5 4 3 5 5 5 5 4 4 5 4 5 58 4,5
4 5 4 4 5 4 5 5 4 3 5 4 5 57 4,4
4 4 5 3 5 5 5 5 4 4 5 4 5 58 4,5
3 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 3 5 59 4,5
3 5 4 4 5 4 4 4 4 3 5 4 5 54 4,2
18/ 24/ 21/ 20/ 25/ 23/ 24/ 24/ 21/ 18/ 25/ 19/ 25/ 286 22,1
3,6 4,8 4,2 4,0 5,0 4,6 4,8 4,8 4,2 3,6 5,0 3,8 5,0 27,2 4,42
Ambarawa, 29 Mei 2010 Guru Kelas III
Juemi, A. Ma. NIP : -
Lampiran 7 SIKLUS I LEMBAR OBSERVASI MOTIVASI SISWA
Ket
: Bobot Skor Indikator Rentang 1 – 5
Rata-Rata
Ade Ahmad Setiawan Destranda Alfrendy Nasyah Hanif Mustofa Nurul Istiqomah Wahyu Ruliyana M. Zada Nasrul Adzim Helma Lismawati Ramadhan Aji Saputra Taufik Hidayat Durotun Napisah Risqi Noor Rafika Widiastuti Bayu Aji Vina Rasikawati Jumlah Rata-Rata
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Ketekunan Belajar
Nama Siswa
Tanggung Jawab
No.
Kedisiplinan / keaktifan mengikuti pelajaran
Aspek yang diobservasi
Upaya Mendapatkan Prestasi yang baik
Hari, Tanggal
: SKI : Post Test : III / II : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad SAW Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW : Senin, 24 Mei 2010 Interaksi dalam Pembelajaran
Mata Pelajaran Jenis Kelas / Semester Kompetensi Dasar
2 5 4 2 5 4 5 3 1 1 5 2 4 43 3,3
2 4 4 3 5 4 4 2 3 2 5 3 4 45 3,5
4 3 3 2 5 3 3 2 3 3 5 2 5 43 3,3
1 3 3 2 5 2 3 2 1 3 5 1 5 35 2,7
1 4 3 2 5 3 3 3 2 2 5 2 4 39 3,0
10/ 19/ 12/ 11/ 25/ 16/ 18/ 12/ 10/ 11/ 25/ 10/ 22/ 205 15,8
2,0 3,8 2,4 2,2 5,0 3,2 2,6 2,4 2,0 2,2 5,0 2,0 4,4 41 3,2
Ambarawa, 24 Mei 2010 Guru Kelas III
Juemi, A. Ma. NIP : -
Lampiran 8 SIKLUS II LEMBAR OBSERVASI MOTIVASI SISWA
Ket
: Bobot Skor Indikator Rentang 1 – 5
Rata-Rata
Ade Ahmad Setiawan Destranda Alfrendy Nasyah Hanif Mustofa Nurul Istiqomah Wahyu Ruliyana M. Zada Nasrul Adzim Helma Lismawati Ramadhan Aji Saputra Taufik Hidayat Durotun Napisah Risqi Noor Rafika Widiastuti Bayu Aji Vina Rasikawati Jumlah Rata-Rata
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Ketekunan Belajar
Nama Siswa
Tanggung Jawab
No.
Kedisiplinan / keaktifan mengikuti pelajaran
Aspek yang diobservasi
Upaya Mendapatkan Prestasi yang baik
Hari, Tanggal
: SKI : Post Test : III / II : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad SAW Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW : Rabu, 26 Mei 2010 Interaksi dalam Pembelajaran
Mata Pelajaran Jenis Kelas / Semester Kompetensi Dasar
3 4 5 2 5 3 4 4 3 4 5 4 4 50 3,8
1 4 5 3 5 3 4 3 2 4 5 1 4 44 3,8
2 5 4 4 5 4 5 3 4 3 5 3 3 50 3,8
4 5 3 4 5 4 3 2 3 2 5 3 5 47 3,6
4 4 2 3 5 4 3 4 3 2 5 2 4 45 3,5
10/ 19/ 12/ 11/ 25/ 16/ 18/ 12/ 10/ 11/ 25/ 10/ 22/ 236 18,1
2,0 3,8 2,4 2,2 5,0 3,2 2,6 2,4 2,0 2,2 5,0 2,0 4,4 47,2 3,6
Ambarawa, 26 Mei 2010 Guru Kelas III
Juemi, A. Ma. NIP : -
Lampiran 9 SIKLUS III LEMBAR OBSERVASI MOTIVASI SISWA
Ket
: Bobot Skor Indikator Rentang 1 – 5
Rata-Rata
Ade Ahmad Setiawan Destranda Alfrendy Nasyah Hanif Mustofa Nurul Istiqomah Wahyu Ruliyana M. Zada Nasrul Adzim Helma Lismawati Ramadhan Aji Saputra Taufik Hidayat Durotun Napisah Risqi Noor Rafika Widiastuti Bayu Aji Vina Rasikawati Jumlah Rata-Rata
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Ketekunan Belajar
Nama Siswa
Tanggung Jawab
No.
Kedisiplinan / keaktifan mengikuti pelajaran
Aspek yang diobservasi
Upaya Mendapatkan Prestasi yang baik
Hari, Tanggal
: SKI : Post Test : III / II : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad SAW Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW : Sabtu, 29 Mei 2010 Interaksi dalam Pembelajaran
Mata Pelajaran Jenis Kelas / Semester Kompetensi Dasar
3 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 57 4,4
4 4 4 3 5 4 5 4 4 4 5 3 5 54 4,3
3 5 5 4 5 5 5 5 4 3 5 5 5 59 4,5
4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 3 5 59 4,5
3 5 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 59 4,5
17/ 23/ 21/ 20/ 25/ 23/ 25/ 24/ 21/ 19/ 25/ 20/ 25/ 237 22,2
3,4 4,6 4,2 4,0 5,0 4,6 5,0 4,8 4,2 3,8 5,0 4,0 5,0 57,4 4,44
Ambarawa, 29 Mei 2010 Guru Kelas III
Juemi, A. Ma. NIP : -
Lampiran 10
NILAI HASIL BELAJAR SEBELUM PENERAPAN METODE TEAM QUIZ
Mata Pelajaran
: SKI
Jenis
: Post Test
Kelas / Semester
: III / II
Kompetensi Dasar : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad SAW Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW Hari, Tanggal
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Ket
: Senin, 10 Mei 2010
Nama Siswa Ade Ahmad Setiawan Destranda Alfrendy Nasyah Hanif Mustofa Nurul Istiqomah Wahyu Ruliyana M. Zada Nasrul Adzim Helma Lismawati Ramadhan Aji Saputra Taufik Hidayat Durotun Napisah Risqi Noor Rafika Widiastuti Bayu Aji Vina Rasikawati Jumlah Rata-Rata
:-
Tuntas 50
-
Belum Tuntas < 50
-
KKM SKI = 50
L/P L L L P P L P L L P P L P
Nilai 40 59 49 46 49 47 58 48 45 47 80 48 69 715 55
Keterangan Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas
Ambarawa, 10 Mei 2010 Guru Kelas III
Juemi, A. Ma. NIP : -
Lampiran 11 NILAI HASIL BELAJAR SIKLUS I
Mata Pelajaran
: SKI
Jenis
: Post Test
Kelas / Semester
: III / II
Kompetensi Dasar : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad SAW Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW Hari, Tanggal
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Ket
: Senin, 24 Mei 2010
Nama Siswa Ade Ahmad Setiawan Destranda Alfrendy Nasyah Hanif Mustofa Nurul Istiqomah Wahyu Ruliyana M. Zada Nasrul Adzim Helma Lismawati Ramadhan Aji Saputra Taufik Hidayat Durotun Napisah Risqi Noor Rafika Widiastuti Bayu Aji Vina Rasikawati Jumlah Rata-Rata
:-
Tuntas 50
-
Belum Tuntas < 50
-
KKM SKI = 50
L/P L L L P P L P L L P P L P
Nilai 45 59 49 48 88 49 75 69 40 45 89 49 79 78,4 60,3
Keterangan Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas
Ambarawa, 24 Mei 2010 Guru Kelas III
Juemi, A. Ma. NIP : -
Lampiran 12 NILAI HASIL BELAJAR SIKLUS II
Mata Pelajaran
: SKI
Jenis
: Post Test
Kelas / Semester
: III / II
Kompetensi Dasar : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad SAW Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW Hari, Tanggal
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Ket
: Rabu, 26 Mei 2010
Nama Siswa Ade Ahmad Setiawan Destranda Alfrendy Nasyah Hanif Mustofa Nurul Istiqomah Wahyu Ruliyana M. Zada Nasrul Adzim Helma Lismawati Ramadhan Aji Saputra Taufik Hidayat Durotun Napisah Risqi Noor Rafika Widiastuti Bayu Aji Vina Rasikawati Jumlah Rata-Rata
:-
Tuntas 50
-
Belum Tuntas < 50
-
KKM SKI = 50
L/P L L L P P L P L L P P L P
Nilai 49 69 79 59 95 78 68 85 48 58 98 67 80 933 72
Keterangan Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Ambarawa, 26 Mei 2010 Guru Kelas III
Juemi, A. Ma. NIP : -
Lampiran 13 NILAI HASIL BELAJAR SIKLUS III
Mata Pelajaran
: SKI
Jenis
: Post Test
Kelas / Semester
: III / II
Kompetensi Dasar : Mengambil Ibrah dari Kenabian dan Kerasulan Muhammad SAW Mendeskripsikan peristiwa kerasulan Muhammad SAW Hari, Tanggal
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Ket
: Sabtu, 29 Mei 2010
Nama Siswa Ade Ahmad Setiawan Destranda Alfrendy Nasyah Hanif Mustofa Nurul Istiqomah Wahyu Ruliyana M. Zada Nasrul Adzim Helma Lismawati Ramadhan Aji Saputra Taufik Hidayat Durotun Napisah Risqi Noor Rafika Widiastuti Bayu Aji Vina Rasikawati Jumlah Rata-Rata
:-
Tuntas 50
-
Belum Tuntas < 50
-
KKM SKI = 50
L/P L L L P P L P L L P P L P
Nilai 59 89 79 70 100 80 97 88 49 60 69 100 98 1038 80
Keterangan Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Ambarawa, 29 Mei 2010 Guru Kelas III
Juemi, A. Ma. NIP : -
Lampiran 14
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
Nama
: JUEMI
NIM
: 114 08 060
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi
: UPAYA
PENINGKATAN
HASIL
BELAJAR
MATA
PELAJARAN SKI MELALUI METOPDE TEAM QUIZ PADA SISWA KELAS III MI KRANGGAN AMBARAWA TAHUN AJARAN 2009/2010 Pembimbing No.
: Fatchurrohman, M. Pd.
Hari/Tanggal
Isi Konsultasi
Paraf
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11
Salatiga, 31 Juli 2010 Pembimbing
Fatcurrohman, M.Pd. NIP. 1970309 200003 1 001