Esensi Volume 10 No. 3/2007 ANALISIS KINERJA KEUANGAN KOPERASI KARYAWAN PT XYZ DENGAN METODE PEARLS Albert Budiyanto STIE Nusantara Koperasi yang ada di Indoensia saat ini bukanlah usaha dengan kemampuan rendah dan modal yang kecil, hal ini terbukti dengan banyaknya koperasi kredit yang mampu bertahan hingga memiliki modal yang jumlahnya milyaran rupiah. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah menganalisa kinerja keuangan koperasi karyawan XYZ , Jakarta dengan menggunakan metode PEARLS periode laporan keuangan 2006-2007. Berdasarkan hasil analisis kinerja keuangan koperasi karyawan kelompok Gobel dapat disimpulkan bahwa koperasi karyawan Gobel dalam perlindungan assetnya secara keseluruhan sangat baik. Dalam pertumbuhan struktur keuangan yang efektif secara keseluruhan kurang baik. Terhadap kualitas Asset secara keseluruhan baik, dalam tingkat pengembalian dan biaya secara keseluruhan kurang baik. Tingkat likuiditas cukup baik. Sebaiknya koperasi karyawan kelompok Gobel lebih meningkatkan pemberian kredit kepada anggotanya, meningkatkan bunga dalam simpanan anggota. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era Globalisasi, persaingan dalam bidang ekonomi semakin lama cenderung semakin ketat. Oleh karena itu, setiap perubahan yang terjadi harus diperhitungkan dan diantisipasi. Demikian halnya dengan para pelaku ekonomi khususnya koperasi, terutama terhadap kinerja keuangan koperasi yang dituntut untuk cepat tanggap dalam mengambil keputusan untuk mencegah hilangnya peluang keuntungan yang ada atau sebaliknya akan mendatangkan kerugian bagi koperasi. Sehubungan dengan hal itu, koperasi harus lebih tangguh dalam menghadapai perubahan dan persaingan yang terjadi didalam lingkungan koperasi itu sendiri atau bersaing dengan lembaga keuangan bukan bank lainnya, baik secara nasional, regional, maupun internasional. Koperasi merupakan salah satu lembaga keuangan bukan bank yang sangat strategis sebagai awal menuju kemandirian. Dalam mewujudkan koperasi yang mandiri, banyak yang harus dihadapi baik masalah intern koperasi seperti permodalan, manajemen, maupun masalah ekstern koperasi seperti mekanisme pasar, campur tangan pemerintah, dan sebagainya. Dari segi kuantitatif perkembangan koperasi cukup banyak, namun secara kualitatif belum sepenuhnya menggembirakan. Oleh karena itu, koperasi harus diarahkan pada orientasi strategis dan gerakan koperasi harus menumbuhkan manusia-manusia yang mampu menghimpun berbagai sumber daya terutama dana yang dibutuhkan untuk memanfaatkan peluang usaha yang ada. Tujuan koperasi adalah untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dam masyarakat pada umumnya., serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional Indonesia dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur berlandaskan Pancasila dan Undanng – Undang Dasar 1945. Salah satu cara yang digunakan untuk mengukur kinerja suatu koperasi adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat dianalisis dengan cara menganalisis perbandingan dari berbagai pos keuangan. Dengan menganalisis pos-pos keuangan, maka dapat diinterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu koperasi. Alat analisis yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan Koperasi Karyawan Kelompok Gobel dengan menggunakan metode PEARLS (Protection, Effective Financial Structure, Asset Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 23
Esensi Volume 10 No. 3/2007 Quality, Rates of Return and Cost, Liquidity, dan Sign of Growth). Metode tersebut digunakan oleh manajemen untuk mengevaluasi struktur keuangan dalam neraca dan mengevaluasi tingkat pertumbuhan. Adapun rumusan dari permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Tingkat kemampuan Koperasi Karyawan XYZ dalam perlindungan asetnya ? 2. Tingkat kemampuan Koperasi Karyawan XYZl dalam menentukan potensi pertumbuhan struktur keuangan yang efektif ? 3. Tingkat kemampuan Koperasi Karyawan XYZ terhadap kualitas asetnya ? 4. Tingkat pengembalian dan biaya pada Koperasi Karyawan XYZ ? 5. Tingkat kemampuan Likuiditas Koperasi Karyawan XYZ ? 6. Tanda-tanda pertumbuhan pada Koperasi Karyawan XYZ ? 2 TINJAUAN TEORI 2.1.
PENGERTIAN KOPERASI Secara harfiah kata “Koperasi” berasal dari : COOPERATION ( latin ), atau cooperation ( Inggris, atau Co-operatie ( Belanda ), dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai : bekerja bersama, atau bekerjasama, atau kerjasama, Sudarsono hal 1 [1]. Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong. Semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan seorang buat semua dan semua buat seorang. Berkembangnya suatu koperasi dapat dilihat melalui 3 (tiga) criteria, M Tohar, hal 2 [2] 1) Sehat Mental Maju mundurnya suatu koperasi dapat dilihat dari sehat mental para pengurus koperasi, yang hendaknya tidak mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. 2). Sehat Organisasi Koperasi harus benar-benar berjalan berdasarkan AD dan ART. Untuk mencapai organisasi yang sehat, maka koperasi harus mendayagunakan manajemen pengurus, unit badan pemeriksa dan unit usaha koperasi secara optimal. 3). Sehat Usaha Usaha yang dilaksanakan merupakan realisasi keinginan untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya. 2.2.
MODAL USAHA KOPERASI Modal adalah kekayaan yang dimasukkan dalam proses produksi untuk memperoleh kekayaan yang tergabung secara bersama-sama dan saling, M. Tohar, hal 8 [2]. Sedangkan dari segi akuntansi modal adalah selisih seluruh barang-barang modal dengan seluruh jumlah hutang. Pengertian permodalan adalah usahauntuk memperoleh modal dan mempergunakannya dengan carayang lebih efektif dan efisien untuk mempertahankan pendapatan guna kelangsungan hidupkoperasi. Sedangkan modal kapitalisasi adalah nilai accounting dari keseluruhan modal yang telah digunakan dalam perusahaan berbentuk saham dan utang jangka panjang, M. Tohar, hal 10 [2]. Struktur modal adalah perbandingan antara modal asing dan modal sendiri. Sedangkan modal asing adalah modal yang bersifat sementara yang diperoleh dari luar perusahaan. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang ditanam dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak tertentu, M. Tohar, hal 14 [2]. Sumber-sumber permodalan koperasi dari segi asalnya : Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 24
Esensi Volume 10 No. 3/2007 a.
Sumber Intern yaitu modal yang diperoleh dari dalam perusahaan sendiri. Komponen dari sumber intern antara lain : 1. Laba yang ditahan : diperoleh dari keuntungan koperasi yang tidak dibagi pada akhir tahun kepada para anggotanya. 2. Cadangan penyusutan : diperoleh dari hasil penyusutan alat-alat produksi tahan lama yang disusutkan tiap tahun berdasarkan peraturan yang berlaku pada koperasi. b. Sumber Ekstern yaitu, modal yang diperoleh dari luar koperasi baik dari para anggota maupun dari kreditor Kendala dalam memelihara permodalan, likuiditas dan rentabilitas untuk memenuhi tingkat kesehatan koperasi menurut, Ross Mc. Leod/Choesni, hal 11 [3] antara lain : 1. Masalah simpanan seperti tabungan yang jumlahnya dan jangka waktunya tidak dapat diperkirakan karena sewaktu-waktu dapat diambil oleh anggota. 2. Masalah memperkirakan dana yang terhimpun dari para anggotanya dalam bentuk tabungan atau simpanan serta memperkirakan dana yanga akan disalurkan oleh koperasi kepada para anggotanya, sehingga tidak terjadidana yang menganggur dan dapat menambah pendapatan bunga pinjaman kepada koperasi. 3. Masalah menarik anggota baru untuk dijadikan anggota tetap koperasi serta mempertahankan anggota lama untuk tetap menyimpan dananya pada koperasi dan menambah kepercayaan pada para anggotanya. 4. Masalah kredit macet dimana para anggota yang telah meminjam pada koperasi dalam kemampuannya untuk memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo terabaikan. 5. Masalah penyediaan dana-dana lainnya oleh koperasi diluar dana simpanan. Sumber modal suatu koperasi didapat dari dua sumber yaitu : Sumber intern dan Sumber ekstern. Dari sumber intern suatu koperasi memperoleh modal melalui antara lain: 1) Simpanan anggota Pada simpanan anggota didapat dari sumber antara lain : a. Simpanan pokok yaitu simpanan yang dikenakan oleh setiap anggota dengan sejumlah uang yang telah ditentukan besarnya oleh suatu koperasi. b. Simpanan wajib yaitu simpanan yang harus dipenuhi oleh setiap anggotakoperasi yang disetor secara periodic baik secara mingguan, bulanan maupun menurut jadwal yang telah ditetapkan oleh RA. c. Simpanan sukarela yaitu sejumlah uang dengan nilai tertentu yang diserahkan oleh anggota atau bukan anggota kepada koperasi atas kehendak sendiri sebagai simpanan. d. Simpanan lain-lain. Bentuk simpanan lain-lain seperti : a) Deposito anggota Deposito anggota berbentuk simpanan sukarela dari anggota yang identik dengan deposito di bank-bank pada umumnya. b). Simpanan khusus Simpanan khusus ini biasanya telah diputuskan oleh Rapat Anggota bahwa masing-masing anggota harus menambah jenis dan bentuk simpanan selain yang telah disebutkan di atas. 2). Pendayagunaan penyusutan aktiva Sumber modal koperasi intern dengan memberdayakan secara efektif dan efisien penyusutan aktiva pada koperasi. Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 25
Esensi Volume 10 No. 3/2007 3). SHU tidak dibagi Sumber modal intern suatu koperasi dapat diperoleh dari SHU tidak dibagi seperti : a. Cadangan dana yaitu bentuk modal yang dibentuk dari SHU yang disimpan oleh suatu koperasi. Cadangan ini dimaksudkan untuk memupuk modal koperasi untuk menutupi kerugian koperasi. Cadangan dana biasanya ditetapkan ole RA yang berasal dari SHU 25% harus disimpan pada bank. Cadangan dana ini dapat dibagikan oleh anggota walaupun koperasi akan bubar. b. Dana social yaitu dana yang besarnya telah ditentukan oleh RAT untuk keperluan di luar aktivitas koperasi yang bertujuan social. Dana social ini setiap tahun dikeluarkan oleh koperasi 10% dari SHU yang diperoleh koperasi. c. Dana pendidikan yaitu dana yang dikeluarkan untuk program pendidikan dan program pelatihan karyawan tersebut. Untuk meningkatkan sumber daya manusia pada koperasi tersebut, biasanya dana pendidikan ini ditetapkan melalui RAT yang besarnya 10% dari SHU yang diperoleh koperasi. d. Dana pembangunan yaitu dana yang digunakan untuk memperbaiki atau memperluas gedung dan atau mendirikan gedung baru atau cabang koperasi. Jumlah dari dana pembangunan ini tidak dapat ditentukan berapa besarnya karena tergantung pada perolehan SHU koperasi. 4). Penundaan pembayaran anggota Sumber modal intern suatu koperasi dapat diperoleh melalui penundaan pembayaran anggota seperti : a. Sisa Hasil Usaha (SHU) yaitu pendapatan koperasi yang diperoleh 1 (satu) tahun buku setelah dikurangi dengan penyusutan dan biaya-biaya dari tahun buku yang bersangkutan. SHU tidak dapat dibagi habis karena pembagian SHU dalam koperasi terbatas sesuai dengan tingkat bunga bank pemerintah atau RAT yang memutuskan SHU tahun buku bersangkutan tatap tinggal dalam rekening simpanan masing-masing anggota. b. Transaksi yaitu pembayaran dari pendapatan bunga anggota dan disimpan di bank umum yang selisih bunganya menjadi pendapatan koperasi. Sedangkan dari sumber ekstern antara lain seperti : 1). Pinjaman atau kredit yaitu sumber modal koperasi dari ekstern yang berupa antara lain : a. Kredit dari bank yaitu sumber modal ekstern koperasi dari pinjaman bank umum yang mau memberikan kredit kepada koperasi. b. Kredit dari pemerintah yaitu kredit yang diberikan pemerintah biasanya melalui bank-bank yang menjadi milik Negara seperti : BRI, BTN, Bank Mandiri. Pada masa lalu, bank Indonesia juga memberikan kredit kepada koperasi. c. Lembaga keuangan yaitu perolehan kredit yang bersumber dari leasing company yang biasanya berbentuk barang-barang produksi untuk koperasi produksi. 2). Donasi yaitu sumber ekstern modal koperasi yang diperoleh dari sumbangan atau hadiah dari pihak-pihak tertentu yang berkeinginan untuk mengembangkan usaha koperasi. 3). Uang muka vilasi yaitu modal ekstern suatu koperasi dari kredit penjualan yang didapat sebagai uang muka pembelian produk yang Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 26
Esensi Volume 10 No. 3/2007 dipesan oleh pihak asing atau modal asing, biasanya bentuk koperasi penjualan barang-barang ekspor. 2.3.
PERKREDITAN Arti kredit berasal dari bahasa latin “credere” berarti percaya. Pengertian kredit menurut Undang-Undang No. 12 tahun 1992 tentang Perbankan, pasal 1 : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar pihak bank dengan pihak lainnya, yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utang setelah jangka waktu tertentu dengan bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Menurut segi ekonomi arti kredit adalah penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang baik dalam bentuk barang, uang maupun jasa keuntungan atau bunga yang diperoleh dari pemberi kredit yang dianggap layak diperoleh kreditor dari debitur untuk memelihara kelangsungan usaha atau memperluas usaha, M. Tohar. Hal 87 [3] Unsur-unsur kredit menurut, Thomas Suyatno, dkk, hal 14 [4], antara lain : 1). Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan akan diterimanya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan diterima kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. 2). Waktu yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. 3). Degree of risk yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari. 4). Prestasi yaitu obyek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa. Jenis-jenis kredit menurut, M. Tohar, hal 91 [3], antara lain : 1). Dari segi lembaga pemberi dan peneima uang kredit, yaitu : a. Kredit perbankan yaitu pemberian kredit dari bank kepada masyarakat untuk kegiatan uasaha atau konsumsi. b. Kredit likuiditas yaitu kredit yang diberikan oleh bank sentral kepada bank yang berprestasi dan selanjutnyadigunakan untuk kegiatan perkreditan. c. Kredit langsung yaitu kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia atau Bank swasta kepada perseorangan untuk keperluan konsumsi. d. Kredit produktif yaitu kredit yang diberikan untuk tujuan memperlancar proses produksi. 2). Dari segi besar kecilnya aktivitas pemutaran usaha, yaitu : a. Kredit kecil yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang tergolong pengusaha kecil. b. Kredit menengah yaitui kredit yang diberikan kepada pengusaha yang tergolong pengusaha menengah. c. Kredit besar yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang tergolong pengusaha besar. 3). Dari segi waktu, yaitu : a. Kredit jangka pendek yaitu kredit yang diberikan berjangka waktu maksimum 1 tahun, misalnya kredit penjualan dan kredit wesel. b. Kredit jangka menengah yaitu kredit yang diberikan berjangka waktu antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, misalnya Kredit Modal Kerja Permanen. Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 27
Esensi Volume 10 No. 3/2007 c.
Kredit jangka panjang yaitu kredit yang diberikan berjangka waktu lebih dari 3 tahun, misalnya kredit investasi. Instrumen pengendalian kredit, antara lain : a. Degree of risk yaitu usaha untuk mengurangi risiko atau memperkecil risiko yang timbul. b. Manajerial yaitu satu arah kebijakan kredit yang berpedoman pada segi pencapaian rentabilitas tanpa mengabaikan segi keamanan kredit tersebut. c. Bersifat technical yaitu kredit yang dilakukan dengan cara intensif. d. Mengadakan pembinaan dengan cara bimbingan dan pendekatan konstruktif. 2.4.
ANALISIS RASIO Analisis Rasio adalah suatu teknik analisis yang menghubungkan antara suatu pos dengan pos lainnya baik dalam neraca atau perhitungan hasil usaha maupun kombinasi dari kedua laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangannya. Sejak tahun 1990, Dewan koperasi kredit Dunia WOCCU ( World Council of Credit Union) telah menerapkan seperangkat Rasio keuangan yang dikenal dengan sebutan PEARLS yaitu, Protection, Effective Financial Structure, Assets Quality, Rates of Return and Cost, Liquidity, dan Sign of Growth. PEARLS adalah suatu system monitoring yang tepat berisikan 41 indikator kuantitatif dan menyediakan analisis rasio yang terpadu serta memberikan gambaran tentang keuangan koperasi kredit, Leonardus Saiman, hal 50 [5] 2.5. KOMPONEN PEARLS 2.5.1. Protection (Perlindungan) Perlindungan yang memadai atas harta merupakan sesuatu yang mendasar dalam pengelolaan koperasi kredit model baru perlindungan diukur dengan cara membandingkan cadangan resiko terhadap jumlah kelalaian pinjaman. Tingkat perlindungan dinyatakan cukup jika koperasi kredit mempunyai cadangan resiko yang cukup melindungi 100% jumlah kelalaian pinjaman yang lebih dari 12 bulan dan 35% bagi kelalaian pinjaman antara 1- 12 bulan. Prinsip WOCCU : “Cadangan resiko merupakan lapis pertama pertahanan terhadap kelalaian pinjaman”, Leonardus Saimam, hal 51 [5] 2.5.2. Effective Financial Structure (Struktur keuangan yang efektif) Struktur keuangan koperasi kredit merupakan factor penting dalam menentukan potensi pertumbuhan, kepastian pendapatan dan kekuatan keuangan secara keseluruhan. Perbandingan harta, kewajiban dan modal yang ideal sebagai berikut : 1. Harta : Harta koperasi meliputi harta produktif dan tak produktif, dengan komposisi : 1). 95% Harta produktif terdiri dari pinjaman beredar ( 70-80% ) dan investasi lancer ( 10-20% ), dan 2). 5% Harta tak prduktif terutama berupa harta tatap ( tanah, bangunan, sarana dan lain-lain Pinjaman beredar dalam memaksimalkan agar mencapai pendapatan yang memadai. Liquiditas berlebihan dihindari agar keuntungan investasi lancer lebih rendah. Asset tidak menghasilkan dihindari karena setelah dibeli sulit dicairkan 2. Kewajiban : Antara 70-80% simpanan non saham anggota Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 28
Esensi Volume 10 No. 3/2007
Indikasinya : 1). Koperasi mencapai kemandirian keuangan 2). Anggota percaya, rajin menabung untuk meminjam lebih besar, memperoleh bunga yang kompetitif. 3. Modal : Antara 10-20% modal saham anggota 10% Modal lembaga, Leonardus Saiman, hal 51 [5] 2.5.3. Asset Quality (Kualitas Harta) 1. Rasio kelalaian pinjaman = kurang dari 5% Rasio kelalaian pinjaman menjadi ukuran terpenting dari kelemahan koperasi kredit. Jika kelalaiannya tinggi, biasanya berpengaruh pada semua bidang pokok pengelolaan koperasi kredit. Kelalaian pinjaman menjadi peringatan dini sebelum krisis berkembang 2. Rasio harta tidak menghasilkan ( Non Earning Asset ) = maksimal 5% Rasio pokok kedua adalah persentase dari harta tidak menghasilkan. Semakin tinggi rasionya, semakin sulit memperoleh pendapatan yang cukup, Leonardus Saiman, hal 51 [5] 2.5.4. Rates of Return and Cost (Tingkat Pengembalian dan Biaya) Sistem PEARLS memilah semua komponen utama pendapatan bersih untuk membantu manajemendalam menghitung hasil investasi dan biaya operasi. Dengan membandingkan struktur keuangan dengan hasil-hasil investasi memungkinkan untuk menetapkan bagaimana koperasi kredit mampu menempatkan secara efektif sumber-sumber produktifnya dalam investasi yang memberikan hasil terbaik, Leonardus Saiman, hal 52 [5] 25.5. Liquidity (Likuiditas) Manajemen likuiditas yang efektif merupakan keterampilan yang sangat penting karena kepentingan simpanan non saham lebih sering berubah-ubah. Sekarang likuiditas merujuk pada uang kas yang diperlukan untuk melayani penarikan simpanan non saham, Leonardus Saiman, hal 52 [5] Sistem PEARLS menganalisis likuiditas, yaitu : a). Cadangan likuiditas keseluruhan Indikator ini mengukur persentase simpanan non saham yang diinvestasikan dalam harta lancer baik di koperasi kredit tingkat sekunder maupun Bank umum. Nilai idealnya adalah antara 10 sampai dengan 20% dari simpanan non saham. b). Cadangan likuiditas Cadangan likuiditas di tingkat sekunder atau badan lain sebaiknya menjadi kewajiban bagi ssetiap koperasi kredit. “ Dana Likuiditas Sentral “ harus diciptakan dan dikapitalisasikan oleh koperasi kredit. c). Dana lancar menganggur Cadangan likuiditas ini penting, tetapi juga berarti biaya yang kehilangan peluang. Maka cadangan likuiditas menganggur diupayakan sampai tingkat minimum. 2.5.6. Signs of Growth (Tanda-tanda Pertumbuhan) Satu-satunya cara yang paling berhasil untuk memelihara nilai harta yang kuat dan akseleratif disertai dengan profitabilitas berkelanjutan. Pertumbuhan koperasi kredit diukur dalam bidang-bidang pokok seperti : a). Aset target idealnya mencapai pertumbuhan positif setiap tahun. b). Pinjaman beredar merupakan asset koperasi kredit yang terpenting dan menguntungkan. Pertumbuhan yang ideal adalah sinkron dengan pertumbuhan asset. Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 29
Esensi Volume 10 No. 3/2007 c). Simpanan non saham, mampu melakukan program pemasaran yang agresif. d). Simpanan saham, koperasi kredit memberikan keleluasaan bahwa pertumbuhan simpanan non saham lebih tinggi dari simpanan saham. e). Modal lembaga merupakan indicator terbaik dari profitabilitas. Pertumbuhan diupayakan lebih besar dari pertumbuhan asset, Leonardus Saiman, hal 52 [5] 3. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah termasuk penelitian Deskriptif, yaitu suatu permasalahan yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih ( Variabel yang berdiri sendiri ). Sugiyono, hal : 28 [6]. 3.2. Teknik Pengunpulan Data A. Study Pustaka (Library research) Yakni membaca dan mempelajari berbagai literature yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dengan mengutip teori yang relevan dengan pembahasan skripsi ini, sehingga diperoleh pengetahuan mengenai masalah yang akan dibahas. B. Penelitian Lapangan (Field research) Penelitian yang dilakukan dalam metode ini dimaksudkan untuk mendapatkan data secara langsung dari obyek yang diteliti. 3.3. Teknik Analisis Data Dalam PEARLS terdapat 6 komponen yaitu (Protection, Effective FinancialStructure, Asset Quality, Rates of Return and Cost, Liquidity, dan Sign of Growth), dan setiap komponen memiliki sub komponen yang lebih terinci lagi yang akan membantu pihak manajemen untuk memecahkan berbagai masalah yang terjadi didalam koperasi. Berikut ini adalah rumus yang digunakan dalam PEARLS TABEL 3-1 : ASPEK DAN RUMUS PEARLS NO. ASPEK DAN RUMUS IDEAL I P = PROTECTION Rasio Cadangan Resiko 1-P1 Cadangan Resiko x 100% ≥ 100% Kelalaian Pinjaman > 12 bulan
2-P2
Rasio Cadangan Bersih Cadangan Resiko Bersih x 100% Kelalaian Pinjaman 1-12 bulan
3-P3
Rasio Penghapusan Kelalaian Pinjaman > 12 bulan Jika Kelalaian Pinjaman >12 bulan = 0, berarti ideal/bagus. Sebaliknya berarti tidak ideal.
= 100%
Rasio Penghapusan Pinjaman Macet Akm. Penghapusan thn ini – Penghapusan thn lalu x 100% Rata-rata Pinjaman Beredar
Seminimal mungkin
4-P4
≥ 35%
Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 30
Esensi Volume 10 No. 3/2007 5-P5
6-P6
7-P7
II 1-E1
2-E2
Rasio Penghapusan Pinj. yang dapat ditagih kembali Akm. Penghapusan yg dpt ditagih kembali x 100% Akm. Penghapusan Rasio Solvabilitas {Total Aset-(Kelalaian Pinj.+Aset Bermasalah+Kwjbn)}x100% (Total Simpanan Non Saham+Simpanan Saham) Rasio Modal Bersih {Modal Lembaga –(Kel. Pinj.+Aset Bermasalah)}x 100% Total Aset E = EFFECTIVE FINANCIAL STRUCTURE Rasio Pinjaman Beredar Saldo Pinjaman x 100% Total Aset Rasio Investasi Lancar Investasi Lancar x 100% Total Aset
3-E3
Rasio Investasi Keuangan Investasi Keuangan x 100% Total Aset
4-E4
Rasio Investasi Non Keuangan Investasi Non Keuangan x 100% Total Aset
5-E5
6-E6 7-E7
8-E8 III 1-A1
2-A2 3-A3
Rasio Simpanan Non Saham Total Simpanan Non Saham x 100% Total Aset Rasio Pinjaman Yang diterima Total Pinjaman Yang Diterima x 100% Total Aset Rasio Simpanan Saham Total Simpanan Saham x 100% Total Aset. Rasio Modal Lembaga (Dana Cad. Umum+Cad. Risiko+Donasi) x 100% Total Aset A = ASSET QUALITY Rasio Kelalaian Pinjaman Total Kelalaian x 100% Total Saldo Pinjaman Rasio Harta Tidak Produktif Aset yang tidak Menghasilkan x 100% Total Aset Rasio Dana Tidak Berbiaya Total Dana tidak berbiaya x 100% Total Harta tidak menghasilkan
100%
≥ 100%
≥ 100%
70-80%
≤ 20%
≤ 10%
Seminimal Mungkin
70-80%
Seminimal Mungkin
10-20%
≥ 10%
≤ 5%
≤ 5%
≥ 100%
Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 31
Esensi Volume 10 No. 3/2007 IV 1-R1
2-R2
3-R3
4-R4 5-R5
6-R6
7-R7
8-R8
9-R9 10R10 11R11 12R12 V 1-L1
2-L2
3-L3
4-L4
R = RATES OF RETURN AND COSTS Rasio Pendapatan dari Pinjaman (Bunga+Service Fee+Denda) x 100% Rata-rata Saldo Pinjaman Rasio Pendapatan dari Investasi Lancar Total Pendapatan Investasi Lancar x 100% Rata-rata Investasi Lancar Rasio Pendapatan Investasi Keuangan Total Pendapatan Investasi Keuangan x 100% Rata-rata Investasi Keuangan Rasio Pendapatan Investasi Non Keuangan Total Pendapatan Investasi Non Keuangan x 100% Rata-rata Investasi Non Keuangan Rasio Biaya untuk Simpanan Non Saham Total Biaya Simpanan Non Saham x 100% Rata-rata Saldo Simpanan Non Saham Rasio Biaya Pinjaman yang diterima Total Biaya Bunga Utang x 100% Rata-rata Saldo Utang Rasio Biaya Simpanan Saham (Deviden) Total Deviden x 100% Rata-rata Simp. Saham Rasio SHU Kotor (Total Pendptn Kotor – Biaya Bunga – Deviden)x 100% Rata-rata Aset Rasio Biaya Operasional Total Biaya Operasional x 100% Rata-rata Aset Rasio Cadangan Risiko Cadangan Risiko x 100% Rata-rata Aset. Rasio Pendapatan atau Biaya Insidental Pendapatan atau Biaya x 100% Rata-rata Aset Rasio SHU Bersih SHU Bersih x 100% Rata-rata Aset L = LIQUIDITY Rasio Likuiditas Aset (Aset Likuid – Kewajiban <30 hari)x 100% Total Simpanan Non Saham Rasio Cadangan Likuiditas Cadangan Likuiditas x 100% Total Simpanan Non Saham Rasio Aset Likuid Tak Produktif Likuiditas yang tidak menghasilkan x 100% Total Aset Rasio Simpanan Non Saham di Puskopdit Total Simpanan Non Saham di Puskopdit x 100% (Total Investasi Lancar + Aset Lancar tdk menghasilkan)
20-30%
Harga Pasar Harga Pasar
≥ R! > Inflasi
≤ R5
≥ R5
15-20%
3-10% > Kelalaian
Seminimal Mungkin
> 1%
15-20%
≥ 10%
< 1%
100%
Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 32
Esensi Volume 10 No. 3/2007 VI 1-S1
2-S2
3-S3
4-S4
5-S5
6-S6 7-S7
S = SIGN OF GROWTH Pertumbuhan Aset (Total Aset thn ini – Total Aset thn lalu) x 100% Total Aset tahun lalu Pertumbuhan Pinjaman (Saldo Pinjaman thn ini – Saldo Pinjaman thn lalu) x 100% Saldo Pinjaman thn lalu Pertumbuhan Simpanan Non Saham (Simp.Non Saham thn ini – Simp.Non Saham thn lalu)x 100% Simp. Non Saham thn lalu Pertumbuhan Pinjaman yang Diterima Saldo Utang thn ini – Saldo Utang thn lalu) x 100% Saldo Utang thn lalu
Pertumbuhan Simpanan Saham (Simpanan Saham thn ini - Simpanan thn lalu) x 100% Simpanan Saham thn lalu Pertumbuhan Modal Lembaga (Modal lembaga thn ini – Modal lembaga thn lalu) x 100% Modal Lembaga thn lalu Pertumbuhan Anggota (Jumlah Anggota thn ini – Jumlah Anggota thn lalu) x 100% Jumlah Anggota thn lalu
> Inflasi
>=< S1 → E1 >=< S1→ E5 >=< S5 → E6
>=< S1 → E7 >=< S1 → E8
> 5%
5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam menganalisis kinerja keuangan pada Koperasi Karyawan Kelompok Gobel, penulis menggunakan metode PEARLS ( Protection, Effective Financial Structure, Asset Quality, Rates of Return and Cost, Liquidity, dan Sign of Growth). Data yang digunakan adalah laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas Koperasi Karyawan XYZ pada Rapat Anggota Tahuanan (RAT) untuk periode 2006-2007. dalam analisis PEARLS terdapat 41 indikator kuantitatif, namun penulis hanya menganalisis terhadap 31 indikator saja. Dengan menggunakan analisis PEARLS ini diharapkan manajer dapat menempatkan bidang-bidang pokok yang bermasalah, kemudian menyusun peraturan-peraturan yang diperlukan sebelum masalah menjadi serius. Intinya, PEARLS adalah system peringatan dini yang dapat memberikan informasi bagi pengurus manajemen koperasi kredit yang berharga. 5.1 Analisis Rasio Perlindungan ( Protection ) Perlindungan yang memadai atas harta merupakan sesuatu yang mendasar dalam pengelolaan koperasi model baru. Perlindungan diukur dengan cara membandingkan cadangan resiko terhadap jumlah kelalaian. Koperasi tersebut harus melindungi 100% jumlah kelalaian pinjaman lebih dari 12 bulan dan 35% untuk melindungi kelalaian pinjaman 1- 12 bulan. TABEL 5 – 1 : Analisis Rasio Perlindungan ( Protection ) Tahun
1 – P1 2006
Perhitungan
717.992.500 x 100% 11.510.471
Hasil %
Kenaikan / Penurunan %
IDEAL %
511,95
≥
6.237,73
Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 33
Esensi Volume 10 No. 3/2007 100% 2007 6 – P6 2006
2007 7 – P7 2006
776.919.723 x 100% 11.510.471 52.235.707.812 – 46.810.890.596 x 100% 1.824.958.556 61.979.827.566 – 55.416.606.768 x 100% 3.595.457.072 877.621.943 – 11.510.471 x 100% 52.235.707.812
6.749,68 297,26 -114,72
≥ 100%
182,54 1,66 - 0,16
≥ 10%
1,50 2007
936.549.166 – 11.510.471 x 100% 61.979.827.566
5.1.1 Rasio Cadangan Resiko (P1) Rasio Cadangan Resiko bertujuan untuk mengukur kemampuan cadangan resiko untuk menanggung kemungkinan kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian pinjaman > 12 bulan. Berdasarkan hasil perhitungan 2006 – 2007, rasio cadangan resiko yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ jauh diatas standar ideal ≥ 100% yaitu 6.237,73% (2003); 6.749,68% (2004), kenaikannya hingga 2007 mencapai 511,95%. Hal ini disebabkan oleh kelalaian pinjaman yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ sangat kecil jumlahnya dibandingkan dengan jumlah cadangan resiko yang dimiliki. 5.1.2 Rasio Solvabilitas (P6) Rasio Solvabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan koperasi untuk membayar semua utangnya, baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Berdasarkan hasil perhitungan tahun 2006 – 2007, rasio solvabilitas yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ sudah mencapai standar ideal ≥ 100% yaitu 2.605,80% (2003); 182,54% (2004), walaupun mengalami penurunan, tetapi masih dalam standar ideal. Hal ini memperlihatkan koperasi Karyawan XYZ mampu mengembalikan hak-hak anggotanya apabila terjadi likuidasi. Diharapkan hal ini dapat dipertahankan. 5.1.3 Rasio Modal Bersih (P7) Rasio Modal Bersih bertujuan untuk mengukur nilai kekayaan koperasi kredit. Berdasarkan perhitungan tahun 2006 – 2007, rasio modal bersih yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ belum mencapai standar ideal ≥ 10% yaitu 1,66% (2006); 1,50% (2007). Ini dikarenakan jumlah kelalaian pinjaman yang besar tidak sesuai dengan modal lembaga yang dibentuk oleh Koperasi Karyawan XYZ. 5.2 Analisis Rasio Struktur Keuangan yang Efektif ( Effective Financial Structure ) Indikator dari struktur keuangan yang efektif adalah untuk mengukur komposisi nomor-nomor perkiraan yang paling penting didalam laporan keuangan. Suatu struktur keuangan yang efektif perlu untuk menjaga keamanan, kepastian mencapai tujuan, dan kemampuan memperoleh keuntungan, dimana pada saat yang sama, koperasi kredit perlu menduduki posisi dengan pertumbuhan yang tinggi. TABEL 5 – 2 : Analisis Rasio Struktur Keuangan yang Efektif ( Effective Financial Structure ) Tahun
Perhitungan
Hasil %
Kenaikan / Penurunan
IDEAL %
Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 34
Esensi Volume 10 No. 3/2007 % 1 – E1 2006 2007 2 – E2 2006 2007 3 – E3 2006 2007 5 – E5 2006 2007 6 – E6 2006 2007 7 – E7 2006 2007
8 – E8 2006 2007
3.271.066.867 x 100% 52.235.707.812 2.870.447.471 x 100% 61.979.827.566 690.717.665 x 100% 52.235.707.812 1.122.599.501 x 100% 61.979.827.566 208.775.875 x 100% 52.235.707.812 209.045.875 x 100% 61.979.827.566 729.465.052 x 100% 52.235.707.812 2.235.516.087 x 100% 61.979.827.566 46.799.380.125 x 100% 52.235.707.812
6,26 - 1,63
70 – 80
0,49
≤ 20
- 0,06
≤ 10
2,21
70 – 80
- 0,2
Seminimal Mungkin
0,1
10 – 20
- 0,17
≥ 10
4,63 1,32 1,81 0,40 0,34 1,40 3,61 89,60
55.405.096.297 x 100% 61.979.827.566 1.095.493.504 x 100% 52.235.707.812 1.359.940.985 x 100% 61.979.827.566
89,40
877.621.943 x 100% 52.235.707.812 936.549.166 x 100% 61.979.827.566
1,68
2,10 2,20
1,51
5.2.1 Rasio Pinjaman Beredar (E1) Rasio Pinjaman Beredar bertujuan untuk mengukur persentase seluruh harta yang iinvestasikan dalam pinjaman. Berdasarkan hasil perhitungan tahun 2006 – 2007, rasio pinjaman beredar yang dimiliki oleh koperasi Karyawan XYZ belum mencapai standar ideal 70 – 80%, yaitu 6,26% (2006); 4,63% (2007). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa jumlah harta yang diinvestaikan dalam pinjaman masih sedikit. 5.2.2 Rasio Investasi Lancar (E2) Rasio Investasi Lancar bertujuan untuk mengukur persentase seluruh harta yang diinvestasikan dalam bentuk harta lancar. Berdasarkan hasil perhitungan tahun 2006 – 2007, rasio investasi lancar yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ sudah mencapai standar ideal ≤ 20% yaitu 1,32% (2006); 1,81% (2007). 5.2.3 Rasio Investasi Keuangan (E3) Rasio Investasi Keuangan bertujuan untuk mengukur persentase seluruh harta yang diinvestasikan dalam bentuk investasi keuangan. Berdasarkan hasil perhitungan tahun 2006 – 2007, rasio investasi keuangan yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ sudah mencapai standar ideal ≤ 10% yaitu 0,40% (2006); 0,34% (2007). Investasi keuangan dapat menambah pendapatan koperasi, karena termasuk aset yang menghasilkan. 5.2.4
Rasio Simpanan Non Saham (E5) Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 35
Esensi Volume 10 No. 3/2007 Rasio Simpanan Non Saham bertujuan untuk mengukur persentase seluruh harta yang diperoeh dari simpanan non saham. Berdasarkan hasil perhitungan tahun 2006 – 2007, rasio simpanan non saham yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ masih jauh dibawah standar ideal 70 – 80% yaitu 1,40% (2006); 3,61% (2007). Walaupun masih jauh dibawah standar ideal tetapi terjadi kenaikan pada tahun 2007. Semakin banyak anggota menabung akan semakin baik mempengaruhi simpanan non saham.
5.2.5 Rasio Pinjaman yang diterima (E6) Rasio Pinjaman yang diterima bertujuan untuk mengukur persentase seluruh harta yang diperoleh dari pinjaman (utang) dari pihak luar. Berdasarkan hasil perhitungan tahun 2006 – 2007, rasio pinjaman yang diterima oleh Koperasi Karyawan XYZ belum mencapai standar ideal seminimal mungkin yaitu 89,60% (2006); 89,40% (2007). Hal itu terjadi karena peningkatan hutang pada pihak luar setiap tahunnya. 5.2.6 Rasio Simpanan Saham (E7) Rasio Simpanan Saham bertujuan untuk mengukur persentase seluruh harta yang diperoleh dari simpanan saham anggota. Berdasarkan hasil perhitungan tahun 2006 – 2007, rasio simpanan saham yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ belum mencapai standar ideal 10 – 20% yaitu 2,10% (2006); 2,20% (2007). 5.2.7 Rasio Modal Lembaga (E8) Rasio Modal Lembaga bertujuan mengukur persentase seluruh harta yang murni menjadi milik (Modal) lembaga. Berdasarkan hasil perhitungan tahun 2006 – 2007, rasio modal lembaga yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ jauh dibawah standar ideal ≥ 10% yaitu 1,68% (2006); 1,51% (2007). Hail ini karena jumlah aset yang besar tidak sesuai dengan modal lembaga. 5.3 Analisis Rasio kualitas Aset ( Asset Quality ) a. Rasio Kelalaian Pinjaman = kurang dari 5% Rasio kelalaian pinjaman menjadi ukuran terpenting untuk melihat kelemahan koperasi kredit. b. Rasio harta tidak menghasilkan = maksimal 5% Rasio pokok kedua adalah persentase harta tidak menghasilkan, semakin tinggi rasionya semakin sulit untuk memperoleh pendapatan yang cukup. TABEL 5 – 3 : Analisis Rasio Kualitas Aset ( Asset Quality ) Tahun Perhitungan Hasil Kenaikan / IDEAL % Penurunan % 1 – A1 11.510.471 x 100% 0,35 2006 3.271.066.867 0,05 ≤5 2007 11.510.471 x 100% 0,40 2.870.447.471 2 – A2 185.518.098 x 100% 0,36 2006 52.235.707.812 - 0,03 ≤5 2007 203.349.466 x 100% 0,33 61.979.827.566 3 – A3 1.065.712.389 x 100% 574,45 2006 185.518.098 87,66 ≥ 100 2007 1.346.392.978 x 100% 662,11 203.349.466 Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 36
Esensi Volume 10 No. 3/2007 5.3.1 Rasio Kelalaian Pinjaman (A1) Rasio Kelalaian Pinjaman bertujuan mengukur persentase kelalaian pinjaman terhadap saldo pinjaman yang diberikan. Rasio kelalaian pinjaman yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ pada tahun 2006 – 2007 sudah mencapai standar ideal ≤ 5% yaitu 0,35% (2006); 0,40% (2007). 5.3.2 Rasio Harta Tidak Produktif (A2) Rasio Harta Tidak Produktif bertujuan mengukur persentae seluruh harta yang tidak menghasilkan pendapatan. Berdasarkan hasil perhitungan tahun 2006 – 2007, rasio harta tidak produktif yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ sudah mencapai standar ideal ≤ 5% yaitu 0,36% (2006); 0,33% (2007). Semakin tinggi rasio harta tidak produktif semakin sulit Koperasi Karyawan XYZ memperoleh pendapatan. 5.3.3 Rasio Dana Tidak Berbiaya (A3) Rasio Dana Tidak Berbiaya bertujuan mengukur persentase seluruh dana yang tidak berbiaya untuk membiayai harta tidak menghasilkan. Berdasarkan hasil perhitungan tahun 2006 – 2007, rasio dana tidak berbiaya yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ telah jauh melebihi standar ideal ≥ 100% yaitu 574,45% (2006); 662,11% (2007). 5.4 Analisis Rasio Tingkat Pengembalian dan Biaya (Rates of Return and Cost) Sistem PEARLS memilah semua komponen utama pendapatan bersih untuk membantu manajemen dalam menghitung hasil investasi dan biaya operasi. Dengan membandingkan struktur keuangan dengan hasil-hasil investasi memungkinkan untuk menetapkan bagaimana koperasi kredit mampu menempatkansecara efektif sumber-sumber produktifnya dalam investasi yang menghasilkan hasil terbaik. TABEL 5 – 4 : Analisis Rasio Tingkat Pengembalian dan Biaya (Rates of Return and Cost) Tahun
1 – R1 2007
Perhitungan
130.031.564 x 100% 3.070.757.169
Hasil %
Kenaikan / Penurunan %
IDEAL %
4,23
20 – 30
2 – R2 2007
35.851.094 x 100% 906.658.583
3,95
Harga Pasar
3 – R3 2007
93.660.839 x 100% 208.910.875
44,83
Harga Pasar
5 – R5 2007
40.146.724 x 100% 1.482.490.570
2,71
> Inflasi
7 – R7 2007
1.104.541 x 100% 1.227.717.245
0,09
≥ R5
8 – R8 2007
892.751.407 x 100% 57.107.767.689
1,56
15 – 20
Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 37
Esensi Volume 10 No. 3/2007 9 – R9 2007
833.028.839 x 100% 57.107.767.689
10 – R10 2007 12 – R12 2007
1,46
3 – 10
776.919.723 x 100% 57.107.767.689
1,36
> Kelalaian
368.719.017 x 100% 57.107.767.689
0,65
>1
5.4.1 Rasio Pendapatan dari Pinjaman (R1) Rasio Pendapatan dari Pinjaman bertujuan mengukur persentase seluruh pendapatan yang diperoleh dari pinjaman beredar. Rasio pendapatan dari pinjaman yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ belum mencapai standar ideal 20 – 30% yaitu 4,23 (2007). Tidak ada system denda pada Koperasi Karyawan XYZ. 5.4.2 Rasio Pendapatan dari Investasi Lancar (R2) Rasio Pendapatan dari Investasi Lancar bertujuan mengukur persentase seluruh pendapatan yang diperoleh dari investasi jangka pendek. Rasio pendapatan dari investasi lancar yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ sebesar 3,95%. Standar idealnya yaitu harga pasar (tingkat suku bunga) BI 7,39% (2007). 5.4.3 Rasio Pendapatan Investasi Keuangan (R3) Rasio Pendapatan dari Investasi Keuangan bertujuan mengukur persentase seluruh pendapatan yang diperoleh dari investasi jangka panjang. Rasio pendapatan dari investasi keuangan yang dimiliki Koperasi Karyawan XYZ jauh berada di atas harga pasar (suku bunga) BI yaitu 44,83% (2007). 5.4.4 Rasio Biaya untuk Simpanan Non Saham (R5) Rasio Biaya untuk Simpanan Non Saham bertujuan mengukur biaya untuk simpanan non saham. Rasio yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ belum mencapai standar ideal > inflasi yaitu 2,71% (2007), inflasi yang terjadi 6,40% (2007). Hasil ini menunjukkan biaya atau bunga yang diberikan Koperasi Karyawan XYZ belum baik. Harus berusaha meningkatkan biaya atau bunga simpanan non saham hingga mencapai standar ideal. Agar anggota tertarik dan meningkatkan jumlah simpanan non sahamnya. 5.4.5 Rasio Biaya Simpanan Saham ( Deviden ) (R7) Rasio Biaya Simpanan Saham bertujuan mengukur deviden simpanan saham anggota. Rasio yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ belum mencapai standar ideal ≥ R5 yaitu 0,09% (2007). 5.4.6 Rasio SHU Kotor (R8) Rasio SHU Kotor bertujuan mengukur pendapatan kotor yang cukup untuk membiayai operasional dan modal lembaga. Rasio SHU Kotor yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ belum mencapai standar ideal 15 – 20% yaitu 1,56% (2007). Rasio ini menunjukkan bahwa pendapatan kotor koperasi belum cukup untuk membiayai kegiatan operasional dan memupuk modal lembaganya. 5.4.7
Rasio Biaya Operasional (R9) Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 38
Esensi Volume 10 No. 3/2007 Rasio Biaya Operasional bertujuan mengukur biaya yang berkaitan dengan pengelolaan harta koperasi dan menunjukkan tingkat efisiensi operasional. Rasio Biaya Operasional yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ tahun tidak ideal yaitu 1,46% (2007), standar idealnya 3 – 10%. 5.4.8 Rasio Cadangan Risiko (R10) Rasio Cadangan Risiko bertujuan mengukur kerugian dari harta berisiko karena kelalaian pinjaman. Rasio cadangan risiko yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ sebesar 1,36% (2004). Hasil ini menunjukkan bahwa Koperasi Karyawan XYZ sudah mencapai standar ideal > kelalaian. Kelalaian yang dimiliki sebesar 0,020%. 5.4.9 Rasio SHU Bersih (R12) Rasio SHU Bersih bertujuan mengukur pendapatan bersih setelah deviden dan pajak untuk membentuk modal lembaga. Rasio SHU Bersih yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ tahun 2007 belum mencapai standar ideal > 1% yaitu 0,65%. 5.5 Analisis Rasio Likuiditas ( Liquidity ) Manajemen likuiditas yang efektif mupakan keterampilan yang sangat penting karena kepentingan simpanan non saham lebih sering berubah-ubah. Sekarang likuiditas merujuk pada uang kas yang diperlukan untuk melayani penarikan simpanan non saham. TABEL 5 – 5 : Analisis Rasio Likuiditas ( Liquidity ) Tahun Perhitungan Hasil Kenaikan / IDEAL % Penurunan % 1 – L1 626.472.390 x 100% 85,88 2006 729.465.052 - 37,36 15 – 20 2007 1.084.589.304 x 100% 48,52 2.235.516.087 3 – L3 58.229.050 x 100% 0,11 2006 52.235.707.812 -0,034 <1 2007 47.214.050 x 100% 0,076 61.979.827.566 5.5.1 Rasio Likuiditas Aset ( L1 ) Rasio Likuiditas Aset bertujuan mengukur kecukupan dana likuid untuk memenuhi penarikan tabungan anggota. Rasio likuiditas aset yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ tahun 2006 – 2007 sudah melebihi standar ideal 15 – 20% yaitu 85,88% (2006); 48,52% (2007). Ini disebabkan aset likuid yang tersedia melebihi dari distandarkan untuk memenuhi permintaan penarikan tabungan anggota. Aset likuid yang besar juga tidak baik karena dana tersebut akan memberikan pendapatan yang kecil jika dibandingkan pendapatan dari investasi yang lain misalnya piutang. 5.5.2. Rasio Aset Likuid Tidak Produktif ( L3 ) Rasio Aset Likuid Tidak Produktif bertujuan mengukur persentase harta lancar yang tidak menghasilkan. Rasio aset likuid tidak produktif pada Koperasi Karyawan XYZ tahun 2006 – 2007 sudah mencapai standar ideal < 1% yaitu 0,11 (2006); 0,76% (2007). Ini berarti koperasi karyawan XYZ telah mengurangi aset tidak menghasilkannya. 5.6 Analisis Rasio tanda-tanda pertumbuhan ( Sign of Growth ) Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 39
Esensi Volume 10 No. 3/2007 Analisis tersebut merupakan cara yang paling berhasil untuk memelihara nilai harta yang kuat dan akseleratif disertai dengan profitabilitas berkelanjutan. Pertumbuhan koperasi kredit duikur dalam bidang-bidang pokok seperti : harta, pinjaman beredar, atau piutang koperasi, simpanan non saham, simpanan saham, modal lembaga dan jumlah anggota koperasi. TABEL 5 – 6 : Analisis Rasio Tanda-tanda Pertumbuhan ( Sign of Growth ) Tahun Perhitungan Hasil Kenaikan / IDEAL % Penurunan % % 1 – S1 9.744.119.750 x 100% 18,65 2007 52.235.707.812 < Inflasi 2 – S2 - 399.619.396 x 100% - 12,22 >=< 2007 3.271.066.867 S1→ E1 3 – S3 2007 4 – S4 2007 5 – S5 2007 6 – S6 2007 7 – S7 2007
1.506.051.035 x 100% 729.465.052 964.129.826 x 100% 4.967.332.013 264.447.481 x 100% 1.095.493.504 58.927.223 x 100% 877.621.943 (8.547 – 8.595) x 100% 8.595
206,46 19,41 24,14 6,71
>=< S1→ E5 >=< S5 → E6 >=< S1 → E7 >=< S1 → E8
- 0,56 >5
5.6.1 Rasio Pertumbuhan Aset (S1) Rasio Pertumbuhan Aset bertujuan mengukur pertumbuhan aset yang terjadi selama setahun. Rasio pertumbuhan aset pada Koperasi Karyawan XYZ sebesar 18,65% (2007). Hasilnya diatas standar ideal inflasi yang ditetapkan 6,40 (2007). Peningkatan total aset setiap tahunnya menunjukkan Koperasi Karyawan XYZ selalu mengatur aset yang dimiliki lebih produktif. 5.6.2 Rasio Pertumbuhan Pinjaman (S2) Rasio Pertumbuhan Pinjaman bertujuan mengukur pertumbuhan pinjaman selama setahun. Rasio pertumbuhan pinjaman pada Koperasi Karyawan XYZ yaitu – 12,25% (2007). Standar idealnya > = < S1 → E1, untuk standar ideal S1 (> inflasi) adalah 6,40% (2007) berarti belum mencapai standar ideal. Sedangkan E1 (70 – 80%) berarti tahun 20074 belum mencapai standar ideal. Kesimpulannya rasio pertumbuhan pinjaman belum mencapai standar ideal. 5.6.3 Rasio Pertumbuhan Simpanan Non Saham (S3) Rasio Pertumbuhan Simpanan Non Saham bertujuan mengukur pertumbuhan simpanan non saham dalam setahun. Rasio pertumbuhan simpanan non saham yang dimiliki Koperasi Karyawan XYZ yaitu 206,46% (2007). Standar ideal rasio pertumbuhan simpanan non saham yaitu > = < S1 → E5. Standar S1 (> Inflasi) yaitu 6,40% (2007) hasilnya ideal, karena hasilnya jauh lebih besar dari inflasi. Jika menggunakan standar ideal E5 (70 – 80%), hasilnya tidak ideal. Kesimpulannya adalah rasio pertumbuhan simpanan non saham ideal jika menggunakan standar ideal S1, hasilnya jauh diatas inflasi yang terjadi. 5.6.4
Rasio Pertumbuhan Pinjaman yang Diterima (S4) Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 40
Esensi Volume 10 No. 3/2007 Rasio Pertumbuhan Pinjaman yang Diterima bertujuan mengukur pertumbuhan pinjaman yang diterima. Rasio pertumbuhan pinjaman yang diterima oleh Koperasi Karyawan XYZ yaitu 19,41% (2007). Standar idealnya > = < S5 → E6. Untuk standar ideal S5 hasilnya ideal untuk tahun 2007. Sedangkan standar ideal E6 (seminimal mungkin) hasilnya tidak ideal. 5.6.5 Rasio Pertumbuhan Simpanan Saham (S5) Rasio Simpanan Saham bertujuan mengukur pertumbuhan simpanan saham dalam setahun. Rasio pertumbuhan simpanan saham yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ yaitu 24,14% (2007). Standar ideal rasio pertumbuhan simpanan saham yaitu > = < S1 → E7. Standar ideal S1 (> Inflasi) hasilnya ideal, karena lebih besar dari inflasi. Jika menggunakan standar ideal E7 (10 – 20%), hasilnya tidak ideal. Kesimpulannya adalah rasio pertumbuhan simpanan saham ideal jika menggunakan standar ideal S1, hasilnya di atas inflasi yang terjadi. 5.6.6 Rasio Pertumbuhan Modal Lembaga (S6) Rasio Pertumbuhan Modal Lembaga bertujuan mengukur pertumbuhan modal lembaga. Rasio pertumbuhan modal lembaga yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ yaitu 6,71% (2007). Standar ideal > = < S1 → E8. Standar ideal S1 (> Inflasi) hasilnya ideal, karena lebih besar dari inflasi. Jika menggunakan standar ideal E8 ( ≥ 10%), hasilnya tidak ideal. Kesimpulannya adalah rasio pertumbuhan modal lembaga ideal jika menggunakan standar ideal S1. 5.6.7 Rasio Pertumbuhan Anggota (S7) Rasio Pertumbuhan Anggota bertujuan untuk mengukur pertumbuhan anggota dalam setahun. Rasio pertumbuhan anggota pada Koperasi Karyawan XYZ tahun 2007 belum mencapai standar ideal > 5% yaitu – 0,56%. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa pada tahun 2004 tidak terjadi peningkatan anggota pada Koperasi Karyawan XYZ. 6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan pada bab sebelumnya maka penulis menyimpulkan bahwa : 1. Tingkat kemampuan Koperasi Karyawan XYZ dalam perlindungan asetnya secara keseluruhan sangat baik, terutama pada pos Cadangan Resiko. Cadangan Resiko yang dimiliki oleh Koperasi Karyawan XYZ mampu menutupi 100% kelalaian yang terjadi. Hal ini terjadi selama periode 2006 – 2007. Dalam Rasio Solvabilitas terlihat pula bahwa Koperasi karyawan XYZ mampu mengembalikan hak-hak anggotanya apabila terjadi likuidasi 2. Tingkat kemampuan Koperasi Karyawan XYZ dalam menentukan potensi pertumbuhan struktur keuangan yang efektif periode 2006 – 2007 secara keseluruhan kurang baik, pada Rasio Pinjaman Beredar menunjukkan bahwa jumlah harta yang diinvestasikan dalam pinjaman masih sedikit. Pada Rasio Simpanan Non Saham terlihat bahwa jumlah anggota yang menabung pada Koperasi Karyawan XYZ masih sedikit. Pada Rasio Pinjaman yang diterima juga terlihat bahwa terjadI peningkatan hutang setiap tahunnya pada pihak luar. Begitu pula yang terjadi pada Rasio Simpanan Saham dan Rasio Modal Lembaga. 3. Tingkat kemampuan Koperasi Karyawan XYZ terhadap kualitas asetnya secara keseluruhan sudah baik, hanya saja pada Rasio Harta Tidak Produktif mengalami penurunan pada tahun 2007 Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 41
Esensi Volume 10 No. 3/2007 4. Tingkat pengembalian dan biaya Koperasi Karyawan XYZ secara keseluruhan kurang baik, pada Rasio Pendapatan dari Pinjaman terlihat belum mencapai standar ideal. Pada Rasio Biaya untuk Simpanan Non Saham menunjukkan bahwa biaya atau bunga yang diberikan Koperasi Karyawan XYZ belum sesuai dengan keinginan anggota. Dan Koperasi Karyawan XYZ dalam Rasio SHU Kotor terlihat pendapatan kotor koperasi belum cukup untuk membiayai kegiatan operasional dan modal lembaga. Begitu pula yang terjadi pada Rasio biaya Operasional dan Rasio SHU bersih. 5. Tingkat kemampuan likuiditas Koperasi Karyawan XYZ sudah cukup baik, namun pada Rasio Likuiditas Aset periode 2006 – 2007 sudah melebihi standar ideal. Hal ini disebabkan aset likuid yang tersedia melebihi dari yang distandarkan untuk memenuhi permintaan penarikan tabungan anggota. Aset likuid yang besar juga tidak baik karena dana tersebut akan memberikan pendapatan yang kecil jika dibandingkan pendapatan dari investasi yang lain. 6. Tingkat pertumbuhan Koperasi Karyawan XYZ secara menyeluruh menunjukkan hasil yang cukup baik, namun pada Rasio Pertumbuhan anggota tidak terjadi peningkatan anggota pada Koperasi Karyawan XYZ 6.2 Saran-saran Berdasarkan kesimpulan tersebut maka penulis mensarankan : 1. Koperasi Karyawan XYZ lebih meningkatkan pemberian kredit kepada anggotanya. Jika dilihat dari total aset yang besar sangat memungkinkan Koperasi Karyawan XYZ dalam meningkatkan pemberian kredit kepada anggotanya. 2. Koperasi Karyawan XYZ meningkatkan bunga dalam simpanan anggota, agar anggota lebih tertarik lagi dalam menyimpan uangnya pada Koperasi. 3. Koperasi Karyawan XYZ hendaknya mencari media investasi lain untuk memperkecil aset likuid yang dimiliki oleh Koperasi dan untuk memperbesar pendapatan Koperasi. Karena aset likuid yang besar juga tidak baik karena akan memberikan pendapatan yang kecil bagi koperasi. DAFTAR PUSTAKA [1] Edilius dan Sudarsono, Koperasi Dalam Teori Dan Praktik, Penerbit Rieneka Cipta, 1996 [2] M Tohar, Permodalan dan Perkreditan Koperasi, Penerbit Kanisius, 2000 [3] Ros Mc Leod / Choesni, Pusat Antar Universitas-Studi Ekonomi Perbankan Bagian Kedua, Penerbit Universitas Indonesia, 1991 [4] Thomas Suyatno, dkk, Dasar-dasar Perkreditan, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 1995 [5] Leonardus Saiman, Ekonomi / Manajemen Koperasi, STIE Nusantara, 2005 [6] Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Penerbit Alfabeta, 2004
Albert Budiyanto “Ananlisa Kinerja Keuangan Koperasi................” 42