2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Informasi Istilah sistem berasal dari kata systema dalam bahasa Yunani yang berarti keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian. Secara umum sistem didefinisikan sebagai suatu himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk sebuah kesatuan yang kompleks. Sistem dapat berarti seperangkat aturan-aturan yang membatasi, suatu set persamaan matematik atau suatu cara atau metode untuk mencapai suatu tujuan (Nurani 2002). Suatu sistem adalah jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sistem juga merupakan kumpulan elemen-elemen yang saling terkait dan bekerja sama untuk memroses masukan (input) yang ditujukan kepada sistem tersebut dan mengolah masukan tersebut sampai menghasilkan keluaran (output) yang diinginkan (Kristanto 2003; Jogiyanto 1990; Kadir 2003). Murdick and Ross (1984) secara sederhana menjelaskan sistem sebagai seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainnya untuk suatu tujuan bersama. Suatu sistem dapat dibagi-bagi lagi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil yang disebut dengan sub sistem. Sistem menurut Poel (1974) vide Winardi (1989) adalah sekumpulan elemen diantara mana terdapat hubungan-hubungan (dalam literatur lain kerapkali diketemukan kata-kata tambahan “elemen-elemen mana ditujukan kearah pencapaian sasaran-sasaran umum tertentu”. Sebuah sistem diuraikan dengan jalan menspesifikasi: (1) Elemen elemen yang merupakan bagian tubuhnya (Elemen-elemen sistem); (2) Elemen-elemen yang bukan merupakan bagian dari padanya (Lingkungan); (3) Hubungan-hubungan intern antara elemen-elemen (Struktur Intern); (4) Hubungan antara sistem dengan lingkungan (Struktur Ekstern). Data adalah fakta dan angka yang tidak digunakan pada proses pengambilan keputusan, biasanya berbentuk catatan-catatan historis yang dicatat dan diarsipkan tanpa maksud untuk segera diambil kembali untuk pengambilan keputusan (Claggett 1986). Sedangkan menurut Zulkifli (2001), data adalah keterangan tertulis mengenai suatu fakta (kenyataan) yang masih berdiri sendiri-sendiri, belum mempunyai pengertian sebagai kelompok, belum
11
terkoordinasi satu sama lain, dan belum diolah sesuai keperluan tertentu. Data akan berguna dan menghasilkan suatu informasi apabila diolah melalui suatu model. Data akan berguna dan menghasilkan suatu informasi apabila diolah melalui suatu model. Model yang digunakan untuk mengolah data tersebut disebut dengan model pengolahan data atau lebih dikenal dengan nama siklus pengolahan data, yang terdiri dari 5 tahap yaitu pengumpulan, penghalusan, pengolahan, pemeliharaan dan pengeluaran (Gambar 1) (Kristanto 2003; Cushing 1992).
Gambar 1 Siklus pengolahan data. Dalam pemilihan metode pengolahan data, ada beberapa persyaratan yang perlu dipertimbangan, yaitu volume unsur-unsur data yang dimuat, kompleksitas operasi pengolahan data, pembatasan waktu pengolahan serta tuntutan melakukan penghitungan yang benar. Berdasarkan persyaratan tersebut, untuk melakukan pengolahan data yang cukup besar memerlukan kecepatan serta ketepatan pengolahan, maka media komputer merupakan media yang tepat digunakan dalam penyusunan sistem informasi. Dengan adanya komputer akan menambah dimensi yang lebih handal dari sistem informasi, seperti
kecepatan,
ketelitian,
volume
data
yang
meningkat,
sehingga
memungkinkan pertimbangan alternatif-alternatif lain yang lebih banyak dalam suatu keputusan (Claggett 1986; Moekijat 1996). Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya (Jogiyanto 1990; Davis 1991; Kristanto, 2003). Informasi yang baik adalah informasi yang mempunyai nilai kemudahan, lengkap, ketepatan (bebas dari error), sesuai dengan kebutuhan pengguna, jelas dan bebas dari ambiguity, dalam pengujian akan didapatkan suatu kesimpulan yang relatif sama dan terukur (Zulkifli 2001). Tanpa suatu informasi, suatu sistem tidak akan berjalan dengan lancar dan akhirnya bisa mati.
12
Fungsi pengolahan informasi sering membutuhkan data yang telah dikumpulkan
dan
diolah
pada
periode
waktu
sebelumnya,
karena
itu
ditambahkan sebuah penyimpanan file data (data file storage) ke dalam sistem informasi. Dengan demikian kegiatan pengolahan disediakan baik untuk data baru maupun data yang telah dikumpulkan dan disimpan sebelumnya. Setelah ditambah penyimpanan data, fungsi pengolahan informasi juga digunakan untuk menyimpan data yang akan digunakan kelak. Adapun bentuk dan model dasar sistem informasi dapat dilihat pada Gambar 2 (Davis dan Olson 1984).
Gambar 2 Model dasar sistem informasi. Secara umum sistem informasi merupakan kombinasi dari orang (people), perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), jaringan komunikasi (communications networks) dan sumber data yang dihimpun, ditransformasi, dan mengalami proses pengaliran dalam suatu organisasi (Kristanto, 2003; O’Brien, 1991). Sutanta (1996) mendefinisikan sistem informasi manajemen sebagai sekumpulan hal atau elemen atau subsistem atau bagian, yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk suatu kesatuan, saling interaksi dan kerja sama antara bagian satu dengan bagian yang lainnya dengan menerima
masukan
(input)
berupa
data-data,
kemudian
mengolahnya
(processing) dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi yang berguna dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya sebagai proses pengambilan keputusan, mendukung kegiatan manajemen dan operasional dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan tersedia bagi proses tersebut guna mencapai tujuan. Sistem informasi manajemen adalah suatu sistem berbasis komputer yang menyajikan informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna (user). Dengan informasi tersebut, pengguna dapat mengetahui tentang apa yang telah terjadi di masa lalu, sekarang dan dugaan kebijakan di masa yang akan datang. Informasi
13
yang disajikan dapat berbentuk laporan periodik, laporan khusus atau hasil simulasi matematik (Mc Leod 1993). Penggunaan komputer dalam sistem informasi menjadi penting untuk informasi modern dan efektif. Hal ini didasarkan pada keunggulan komputer dan syarat yang harus dipenuhi dari sebuah sistem informasi manajemen modern dan efektif. Keuntungan penggunaan komputer dibandingkan dengan metode manual adalah ketepatan (accuracy), kapasitas penyimpanan (memory), kecepatan (speed), serta kemampuan pengumpulan dan komunikasi yang cepat (Murdick and Ross 1984). Komponen fisik suatu sistem informasi terdiri atas perangkat keras (mesin dan media), file (database), perangkat lunak (prosedur dan program) dan manusia (tenaga ahli dan pengguna). Komponen tersebut digunakan untuk menjalankan masukan, proses, keluaran, penyimpanan serta pengontrolan, yang mengubah sumber data menjadi informasi (O’brien 1991; Siagian 1999). Tujuan dari sistem informasi adalah untuk memberikan informasi yang akurat bagi orang yang benar pada saat yang tepat. Oleh karena itu empat dimensi informasi harus dipenuhi. Ke empat dimensi menurut Mc Leod (1993) tersebut adalah ; (1) Relevansi, bahwa informasi harus relevan dengan permasalahan yang ada; (2) Ketelitian, bahwa informasi harus akurat; (3) Ketepatan waktu, yang berarti informasi harus tersedia pada saat dibutuhkan; (4) Kelengkapan, yang berarti bahwa informasi harus menggambarkan keseluruhan masalah yang ada atau keseluruhan solusi yang dihasilkan. Penanganan suatu sistem informasi dilakukan melalui tujuh tahap, yaitu : (a) Pengumpulan data (b) Klasifikasi data (c)
Pengolahan data supaya berubah bentuk, sifat dan kegunaannya menjadi informasi
(d) Interprestasi informasi (e) Penyimpanan informasi (f)
Penyampaian informasi atau transmisi kepada pengguna
(g) Penggunaan informasi untuk kepentingan manajemen organisasi. Menurut O’Brien (1991), pada prinsipnya sistem informasi mempunyai tiga peran utama, yaitu ;
14
(1) Menunjang kegiatan operasional; (2) Menunjang manajemen dalam mengambil keputusan; (3) Menyediakan informasi sebagai output. 2.1.1 Perancangan Sistem Informasi Hal pertama yang dilakukan dalam perancangan sistem informasi adalah membuat daftar kejadian yang ada (Kristanto 2003). Dari tahap perancangan sistem informasi dapat dihasilkan suatu sistem informasi. Sistem informasi tersebut menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang terkait dalam usaha yang dikelola. Informasi dihasilkan dan disajikan melalui proses pengolahan data dari basis data yang akan disusun. Adapun tahap perancangan sistem ini adalah sebagai berikut ; 1. Desain sistem informasi Untuk melakukan perbaikan terhadap sistem informasi, terlebih dahulu harus dipahami dengan jelas kondisi sistem yang ada sekarang dan yang dihadapi, setelah itu sasaran dan kebutuhan sistem di masa yang akan datang. Kemudian baru dapat dimasukkan ide-ide secara bersama-sama kedalam suatu desain yang akan memenuhi tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Desain sistem adalah suatu fase dimana diperlukan suatu keahlian
perencanaan
untuk
elemen-elemen
komputer
yang
akan
menggunakan sistem baru (Kristanto 2003). Proses ini menjelaskan lingkup informasi yang akan dirancang. Desain sistem merancang suatu proses dihasilkannya informasi, yaitu terdiri atas proses input data, pengolahan data dan proses penyajian data (output data). Informasi akan dihasilkan dengan memanfaatkan data yang tersimpan pada basis data yang ada. Output atau informasi yang dihasilkan pada akhirnya dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang membutuhkan (Kristanto 2003). 2. Perancangan basis data Untuk menyiapkan suatu sistem informasi, maka keberadaan dari sistem basis data juga merupakan hal terpenting. Sistem basis data mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam suatu sistem informasi manajemen, yaitu sebagai sumber atau penyedia utama kebutuhan data bagi para pemakai atau informasi bagi para pengambil keputusan.
15
Basis data adalah kumpulan data, yang dapat digambarkan sebagai aktifitas dari satu atau lebih organisasi yang berelasi. Basis data hanya mengandung data, bukan informasi. Dengan adanya tambahan beberapa peraturan untuk mengolahnya, kita dapat menghasilkan informasi dari basis data tersebut. Untuk setiap basis data telah dikembangkan sebuah sistem untuk penggunaan basis data. Sistem ini merupakan suatu rangkaian peraturan dan metode, yang memungkinkan pemberian definisi, penciptaan, perubahan, pembacaan, pemeliharaan dan perlindungan basis data tersebut. Sistem ini adalah sistem manajemen database (Data Base Management System / DBMS) (Claggett 1986). Sutanta (1996) mendefinisikan basis data sebagai suatu kumpulan data terhubung (interrelated data) yang disimpan secara bersama-sama pada suatu media tanpa mengatap satu sama lain atau tidak perlu suatu kerangkapan data (controlled redundancy) dengan cara tertentu sehingga mudah untuk digunakan atau ditampilkan kembali, dapat digunakan oleh satu atau lebih program aplikasi secara optimal. Untuk perancangan basis data dan rancangan program aplikasi yaitu dengan menggunakan software Microsoft Access 2003. Microsoft Access adalah salah satu isi dari paket Microsoft Office Professional yang berguna untuk mengolah data dalam skala besar menjadi suatu informasi singkat, cepat, tepat, dan akurat. Microsoft Access dapat digunakan dalam berbagai level, seperti dalam pembuatan basis data untuk usaha kecil, menengah sampai skala besar (Santoso dan Susanto 2000). Selain itu, Access merupakan program yang sangat mudah digunakan (easy to use), sehingga sangat membantu para pengguna yang tidak mempunyai latar belakang pemograman. Para pengguna dapat langsung mengaplikasikan kemampuan dan fasilitas Access untuk membuat sistem yang diinginkan. Menurut Permana dan Ukar (2004), Microsoft Access merupakan program aplikasi yang akan membantu dalam merancang, membuat dan mengelola database. Program aplikasi ini mudah dipakai dan fleksible, serta mudah diintegrasikan dengan program aplikasi lainnya. Untuk perancangan basis data dan rancangan program aplikasi yaitu dengan menggunakan software Microsoft Access 2003. Microsoft Access adalah salah satu isi dari paket Microsoft Office Professional yang berguna untuk mengolah data dalam skala besar menjadi suatu informasi singkat, cepat, tepat,
16
dan akurat. Microsoft Access dapat digunakan dalam berbagai level, seperti dalam pembuatan basis data untuk usaha kecil, menengah sampai skala besar (Santoso dan Susanto 2000). Selain itu, Access merupakan program yang sangat mudah digunakan (easy to use), sehingga sangat membantu para pengguna yang tidak mempunyai latar belakang pemograman. Para pengguna dapat langsung mengaplikasikan kemampuan dan fasilitas Access untuk membuat sistem yang diinginkan. Menurut Permana dan Ukar (2004), Microsoft Access merupakan program aplikasi yang akan membantu dalam merancang, membuat dan mengelola database. Program aplikasi ini mudah dipakai dan fleksible, serta mudah diintegrasikan dengan program aplikasi lainnya. Selanjutnya dikatakan bahwa Database atau biasa disebut basis data adalah kumpulan data yang berhubungan dengan suatu objek, topik atau tujuan khusus tertentu. Database pada Microsoft Access dapat terdiri atas satu atau beberapa table, query, form, report, page, macro dan modul yang semuanya berhubungan atau saling terkait (antara komponen database yang satu dengan yang lain berelasi atau berhubungan). • Tables, berupa sebuah tabel kumpulan data yang merupakan komponen utama sebuah database. • Queries, digunakan untuk mencari dan menampilkan data yang memenuhi syarat tertentu dari satu tabel atau lebih. Query dapat juga digunakan untuk meng-update atau menghapus beberapa record data pada satu saat yang sama. Selain itu query dapat digunakan untuk menjalankan perhitungan terhadap sekelompok data. • Forms, digunakan untuk menampilkan data, mengisi data, dan mengubah data yang ada dalam tabel. Ketika membuka form, Microsoft Access mengambil data dari satu tabel atau lebih dan menampilkannya ke layar monitor menggunakan layout yang kita buat melalui form Wizard atau dari layout yang kita rancang sendiri. • Reports, digunakan untuk menampilkan laporan hasil analisa data. Kita dapat mencetak sebuah report (laporan) yang telah dikelompokkan, dihitung subtotal dan total datanya berdasarkan kriteria tertentu. Kita juga dapat membuat report yang berisi grafik atau label data. • Pages, digunakan untuk membuat halaman Web (page) berupa data access page yang dapat kita tempatkan di server sistem jaringan intranet atau internet.
17
• Macros, untuk mengotomatisasi perintah-perintah yang sering kita gunakan dalam mengolah data. • Modules, digunakan untuk perancangan berbagai modul aplikasi pengolahan database tingkat lanjut sesuai dengan kebutuhan kita. Module ini berisi kode Visual Basic for Applications yang kita tulis untuk menangani even (peristiwa) dalam Microsoft Access. 2.2 Pendekatan Sistem Menurut Marimin (2004), pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Dengan demikian, manajemen sistem dapat diterapkan dengan mengarahkan perhatian kepada berbagai dasar sistem yang perubahan dan gerakannya akan mempengaruhi keberhasilan pada sistem. Pada dasarnya pendekatan sistem adalah penerapan dari sistem ilmiah dalam manajemen. Dengan cara ini hendak diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dan keberhasilan suatu organisasi atau suatu sistem. Metode ilmiah dapat menghindarkan manajemen mengambil kesimpulan-kesimpulan yang sederhana dan simplisitis (simpel/sederhana) searah oleh suatu masalah disebabkan oleh penyebab tunggal. Pendekatan sistem dapat memberi landasan untuk pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sistem dan memberi dasar untuk memahami penyebab ganda dari suatu masalah dalam kerangka sistem. Pendekatan sistem sangat cocok digunakan untuk menyelesaikan suatu persoalan yang kompleks, dinamis dan berkarakter probabilistik.
Sifat
kekomplekannya ditandai dengan adanya interaksi antara elemen atau komponen pembentu sistem yang cukup rumit. Menurut Hambali dan Eriyatno (1996) ciri khas suatu permasalahan yang dinamis adalah adanya faktor-faktor yang berubah menurut waktu disertai dengan suatu pendugaan masa depan. Sedangkan berkarakter probabilistik ditunjukkan oleh keberadaan fungsi peluang dalam informasi kesimpulan maupun rekomendasi. Menurut Eriyatno (1998), karena pemikiran sistem selalu mencari keterpaduan antarbagian melalui pemahaman yang utuh, maka diperlukan suatu kerangka fikir baru yang terkenal sebagai pendekatan sistem (system approach). Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan
dilakukannya
identifikasi
terhadap
adanya
sejumlah
kebutuhan-
18
kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Keterkaitan antar pelaku dan komponen pembentuk sistem akan mudah dianalisis dengan metode pendekatan sistem.
Dengan demikian, penerapan
pendekatan sistem akan membantu mencapai suatu efek yang sinergik (synergistic effect), karena tindakan dari pelaku (aktor) sistem dapat dipersatukan untuk menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan tindakan yang dilakukan secara terpisah ataupun sendiri-sendiri (Winardi 1989) Dalam melakukan pendekatan sistem dapat menggunakan komputer atau tanpa komputer. Akan tetapi adanya komputer memudahkan penggunaan model dan teknik simulasi dalam sistem, terutama sangat diperlukan jika menghadapi masalah yang cukup luas dan kompleks dimana banyak sekali peubah, data dan interaksi-interaksi yang mempengaruhi (Marimin 2004). Pendekatan
sistem
dimulai
dari
analisis
kebutuhan,
formulasi
permasalahan sampai dengan identifikasi sistem. Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian
dari suatu sistem. Analisis ini akan dinyatakan dalam
kebutuhan-kebutuhan
yang
ada,
baru
kemudian
dilakukan
tahapan
pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan. Analisis kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Analisis ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat ahli, diskusi, observasi lapangan dan sebagainya (Marimin 2004). Bila suatu keputusan dibuktikan dapat berjalan secara kontinyu, maka kebutuhan yang sesuai akan dibawa pada tahap identifikasi sistem. Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhankebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Hal ini sering digambarkan dalam bentuk diagram lingkar/sebab-akibat (causal loop) (Marimin 2004). Hal
yang
terpenting
dalam
mengidentifikasikan
sistem
adalah
melanjutkan interprestasi diagram lingkar ke dalam konsep kotak gelap (black box/penggambaran input yang masuk kedalam sistem dan output yang dihasilkan dari sistem serta kontrol yang menjadi pembatas sistem). Para analis harus mampu mengkonstruksi diagram kotak gelap. Dalam penyusunan kotak gelap, perlu diketahui macam informasi yang dikategorikan menjadi tiga
19
golongan yaitu peubah input, peubah output dan parameter-parameter yang membatasi struktur sistem (Marimin 2004). Identifikasi sistem meliputi diagram lingkar sebab akibat dan diagram input output. Diagram lingkar sebab-akibat merupakan dasar pengembangan sistem permodelan, sedangkan diagram input-output menggambarkan masukan dan keluaran serta kendali dari model yang dikeluarkan. Model pengembangan berdasarkan diagram lingkar sebab akibat harus mempertimbangkan komponenkomponen yang digambarkan pada diagram input-output. Tujuan yang hendak dicapai dijabarkan lebih rinci dalam kotak output yang dikehendaki. Disamping itu, permasalahan yang telah diformulasikan juga dijadikan sebagai titik sentral perhatian dalam penyusunan model (Yulianti dan Eriyatno 1996). Input terdiri dari dua golongan yaitu eksogen atau yang berasal dari luar sistem (input dari lingkungan) dan overt input yang berasal dari dalam sistem dan ditentukan oleh fungsi dari sistem itu sendiri. Sedangkan output terdiri dari dua golongan yaitu output yang dikehendaki dan output yang tidak dikehendaki, output yang dikehendaki biasanya dihasilkan dari adanya pemenuhan kebutuhan yang ditentukan secara spesifik pada waktu analisis kebutuhan. Output yang tidak dikehendaki berasal dari dampak yang akan ditimbulkan bersama-sama dengan output yang dikehendaki (Marimin 2004). Suatu pendekatan sistem yang digunakan untuk memanajemen didesain untuk digunakan dalam analisis Ilmiah pada suatu organisasi yang komplek untuk: (a) pengembangan dan manajemen sistem operasi; dan (b) mendesain sistem
operasi
yang
digunakan
untuk
proses
pengambilan
keputusan.
Hubungan diantara kedua proses tersebut dijelaskan bahwa suatu sistem informasi didesain untuk mendukung dalam pengambilan keputusan yang sangat diperlukan pada sistem operasi manajemen (Murdick and Ross 1983). Selanjutnya Murdick and Ross (1983) menyatakan bahwa pendekatan sistem adalah terorganisasi,
kreatif,
teoritis,
empiris, dan pragmatis yang
masing-masing mempunyai sudut pandang dan prosedur yang berbeda. Kelima karakteristik dari pendekatan sistem dijelaskan sebagai berikut : (1) Terorganisasi (organized). Pendekatan sistem dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang besar sebagai contoh pendekatan sistem yang digunakan dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Dalam menyelesaikan suatu masalah pelik di suatu
perusahaan digunakan suatu tim yang mempunyai skill profesional (systems
20
designers) dan beberapa spesialis (tenaga ahli) untuk menguji suatu formula pada waktu-waktu tertentu. (2) Kreatif (Creative). Dalam mengeneralisasikan prosedur pengembangan untuk desain sistem, pendekatan sistem harus sangat kreatif dan terfokus pada tujuan dan metode. Pendekatan sistem harus bersifat kreatif karena: (a) Suatu masalah terkadang bersifat sangat komplek dan tidak terstruktur dimana tidak terdapat suatu formulasi khusus atau solusi. (b) Kebanyakan data yang tersedia tidak lengkap dan tidak pasti. (c)
Solusi alternatif diperlukan untuk menyelesaikan masalah subsistem.
(d) Adanya
fungsi-fungsi
tradisional
dan
hambatan
disiplin
harus
membutuhkan suatu sintetis tertentu. (3) Bersifat teoritis (Theoritical). Pendekatan sistem merupakan suatu metode dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan (science) umumnya terdiri dari teori-teori yang terstruktur yang menjadikan kita dapat membangun solusi praktis untuk sebuah masalah. (4) Bersifat empiris. Pencarian data empiris merupakan bagian yang sangat esensial dalam sebuah pendekatan. Data yang relevan harus dapat mensubstraksi data yang tidak relevan atau data yang benar dari data yang salah. (5) Bersifat Pramagtik (Pragmatic). Suatu sistem harus layak, produkif, dan dapat dioperasikan. Sistem didesain untuk dapat dipahami oleh suatu organisasi yang menjalankannya. Selanjutnya personel dari organisasi harus dapat meningkatkan proses dari diagnosis pengembangan dan desain. 2.3 Sistem Informasi Pelabuhan Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan merupakan suatu sistem yang ditujukan untuk mendapatkan, mengelola, mengolah, dan menyajikan data informasi yang ada di Pelabuhan Perikanan. Sistem Informasi ini diharapkan dapat digunakan untuk : (1)
Prasarana fisik : Untuk perencanaan dan pengembangan pelabuhan perikanan; Untuk pengelolaan fungsional; Untuk manajemen pemeliharaan fisik.
21
(2)
Sosial ekonomi perikanan : Untuk perencanaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan; Untuk
perencanaan
dan
pengembangan
pemasaran
dan
distribusi ikan. (3)
Layanan informasi perikanan :
Untuk memberikan informasi harian dan periodik tentang jenis, harga, produksi ikan, dan jumlah kapal.
Lingkup dari Sistem Informasi Pelabuhan Perikanan (Anonimous, 2000) dapat digambarkan sebagaimana Gambar 3.
Gambar 3 Lingkup dari sistem informasi pelabuhan perikanan (LAPI-ITB dan FPIK-IPB 2001 diacu dalam Haluan 2002) Diagram tersebut menunjukkan bahwa lingkungan yang terkait dengan pemasukan
data
adalah
pendaratan
ikan,
pelaksana
pelabuhan,
dan
perusahaan. Sedangkan sistem akan memberikan informasi pada lingkungan yang meliputi Direktorat Jenderal Perikanan, perusahaan, investor, peneliti, dan sebagainya. Adapun rincian dari pada sistem tersebut terdiri dari beberapa proses seperti terlihat pada Gambar 4. Sering dikatakan dalam berbagai kesempatan bahwa pengembangan komoditas
perikanan
belum
optimal
dilakukan.
Optimal
dalam
arti
menyeimbangkan tingkat eksploitasi dan upaya-upaya konservasi. Selain itu perlu
diketahui
bahwa
keberhasilan
pembangunan
dan
pengembangan
perikanan tidak saja bergantung pada potensi sumberdaya yang ada, tetapi juga bergantung pada pelaku dan cara pengelolaan yang diterapkan dalam usaha
22
tersebut dalam memenuhi permintaan pasar. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan data dan informasi perikanan yang akurat dan dapat dipercaya. (Anonimous 2000).
Gambar 4 Proses pada sistem informasi pelabuhan. Masalah yang sering diungkapkan dalam berbagai kesempatan perihal data perikanan Indonesia adalah soal akurasi. Jika dicermati lebih dalam lagi maka situasi dan persoalan yang dihadapi yang berkaitan dengan data perikanan Indonesia dapat dikelompokkan dalam empat permasalahan. Pertama, format dan sistem pengumpulan data perikanan saat ini tampak sangat kompleks dan tidak fokus. Situasi ini memerlukan biaya tinggi untuk mengoperasikan sistem tersebut. Akibatnya, dengan adanya keterbatasan dan realitas lainnya, timbul masalah dalam mempertahankan dukungan terhadap kelangsungan (sustainablity) pengumpulan data tersebut. Kedua, variasi keragaman kedalaman data. Dari satu lokasi ke lokasi lainnya terlihat adanya variasi keragaman kedalaman data. Hal ini akan menyulitkan proses akumulasi data yang akurat. Ketiga, periode pembauran (up date) data. Sebagaimana diungkapkan sebelumnya, format dan sistem pengumpulan data yang berjalan saat ini memerlukan biaya tinggi untuk mempertahankan ketersediaan dan akurasi data tersebut. Dengan demikian, pembauran (up date) data secara obyektif sulit dilakukan. Keempat, basis atau platform teknologi yang digunakan tidak efisien dan tertinggal jauh. Selain itu sulit dilakukan validasi terhadap data yang ada karena
23
data yang diterima tidak transparan atau sulit diakses (close access). (Anonimous 2000). Berdasarkan berbagai situasi dan pesoalan
di atas, maka diperlukan
sistem yang lebih sederhana, mudah diakses, relatif terbuka, ada mekanisme pertukaran data yang bisa memfasilitasi keragaman yang ada menjadi suatu sinergi, dan didukung oleh platform yang sesuai dengan tuntutan permasalahan saat ini dan akan datang (Anonimous 2000). Penyempurnaan terhadap data dan informasi
perikanan diperlukan
dalam rangka mendorong kearah pengelolaan yang optimal, yakni dengan menyeimbangkan tingkat eksploitasi dan upaya-upaya konservasi. Masalah utamanya adalah bagaimana mengetahui atau memutuskan dengan tepat bahwa tingkat eksploitasi telah seimbang dengan upaya-upaya konservasi (Anonimous, 2000). Sistem
informasi
perikanan
tangkap,
pada
dasarnya
adalah
menghubungkan kegiatan perikanan tangkap dan kebutuhan pengumpulan dan penyajian data dari kegiatan tersebut (Anonimous 2000). Secara sederhana sistem perikanan tangkap dapat digambarkan pada diagram alur seperti tampak pada Gambar 5.
Gambar 5. Model sistem perikanan tangkap yang berbasis pengelolaan sumberdaya ikan dan permintaan pasar (Anonimous 2000) Keterangan : : Aliran material : Komponen penyusun OPI
: Op. Penangkapan Ikan
PSR
: Pemasaran
FAS
: Fasilitas Pelabuhan
AP
: Alat Penangkap Ikan
24
DIS
: Distributor
JSA
: Jasa Pelabuhan
SDI
: Sumber Daya Ikan
DPI
: Daerah Penangkapan Ikan
KPI
: Kapal Penangkap Ikan
PRO
: Produsen
PLB
: Pelabuhan
IKN
: Ikan
KON
: Konsumen
LBG
: Kelembagaan Perikanan Pada diagram tersebut pelabuhan menempati posisi sentral dan
merupakan basis industri perikanan tangkap. Selanjutnya, dalam konteks pengembangan sistem informasi perikanan, identifikasi kebutuhan data, baik jenis maupun frekuensi pengadaannya (sampling frequency) dapat dilakukan dengan melihat keseluruhan mata rantai kegiatan produksi perikanan laut yang bermula pada sarana produksi hingga pemasaran hasil perikanan. Dengan demikian minimal ada 5 (lima) komponen yang menjadi informasi yang perlu diperhatikan, yakni : (1) Daerah penangkapan ikan dan sumberdaya ikan. Informasi ini berisi informasi mengenai lokasi dan waktu/musim penangkapan ikan, jenis dan jumlah dugaan ikan, jarak dari pelabuhan (fishing base) ke lokasi ini, dan sebagainya. Diharapkan dari komponen ini akan diketahui informasi tentang kecenderungan (trend) sumberdaya ikan (SDI) yang dinamis dari waktu ke waktu. (2) Unit penangkapan ikan. Unit penangkapan ikan meliputi jenis kapal penangkap ikan, jenis alat tangkap, dan keperluan operasi seperti BBM, es, air tawar dan kebutuhan awak kapal. (3) Pelabuhan perikanan, Pelabuhan perikanan memberikan informasi tentang kapasitas dalam melayani keperluan operasi (produksi) dan menangani hasil produksi. Data yang dibutuhkan antara lain bagaimana letak pelabuhan ini terhadap sentra produksi dan konsumsi serta dengan jalur alternatif perdagangan seperti jalan dan bandara untuk distribusi ke lokasi-lokasi lain. Selain itu perlu diketahui jasa-jasa yang ditawarkan atau tersedia di pelabuhan tersebut.
25
(4) Pemasaran ikan, yang penting diketahui dalam aspek pemasaran antara lain adalah siapa pembeli, berapa harganya, bagaimana cara pembayarannya, serta dimana dipasarkan. Diharapkan dari komponen ini akan diketahui, minimal, kecenderungan (trend) harga dari waktu ke waktu. (5) Kelembagaan, menyangkut administrasi, aturan-aturan serta kebijakan yang dikeluarkan oleh instansi, baik itu pemerintah, swasta, perguruan tinggi atau pihak yang berwenang dalam menjamin kelancaran sistem yang ada. (Anonimous 2000). Sasaran dibentuknya sistem informasi perikanan tangkap antara lain adalah
tersedianya
informasi
bagi
pengambilan
kebijakan
dan
strategi
pengembangan dan pengelolaan sumberdaya perikanan. (Anonimous 2000). Adanya kompleksitas serta banyaknya variabel-variabel atau parameter yang perlu diamati pada penelitian analisis kebijakan, maka data-data yang terkumpul akan sangat bervariasi dengan berbagai bentuk. Bidang ilmu yang terkaitpun juga mencakup berbagai aspek secara terintegrasi, seperti fisik, kimia, biologi, ekosistem/sumberdaya kelautan dan perikanan, iklim, sosial-ekonomi, sosialbudaya (Suratmo 2001). Bidang sosio-politik dan sosio-kultural lokal, merupakan ciri utama penelitian kebijakan. Dalam penelitian kebijakan akan terlintas dalam pemikiran bahwa penelitian ini merupakan aplikasi kerja penelitian untuk keperluan pembuatan kebijakan (Danim 2000). Hasil penelitian diharapkan nanti dapat diterapkan modelnya atau konsepnya atau rekomendasinya pada permasalahan lain yang sejenis (Suratmo 2001). Bidang hukum, politik, juga menjadi kajian dari penelitian kebijakan ini. Demikian
juga
dalam
evaluasi
program
untuk
sinkronisasi,
penelitian
program/kegiatan yang sudah dijalankan adalah sangat penting. Sehingga sangat diperlukan peninjauan lapangan, untuk melihat kualitas pelaksanaan program. Oleh sebab itu aspek-aspek pengamatan untuk ilmu eksakta, seperti fisika, kimia, biologi juga sangat berperan. Bobot ilmiah proses dan hasil sebuah penelitian kebijakan akan sangat bergantung kepada kredibilitas ilmiah penelitiannya. Nilai penelitian kebijakan diukur bukan semata-mata dari bobot ilmiahnya, melainkan dinilai dari kemanfaatannya bagi khalayak yang makin dibelenggu masalah (Danim 2000).
26
2.4 Peranan Sistem Informasi dalam Pelabuhan Perikanan Sesuai
dengan
Peraturan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
No.
PER/16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan Bab IV Pasal 2 tentang fungsi pelabuhan perikanan, yaitu fungsi pelabuhan perikanan dalam mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya dapat berupa: 1. pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas perikanan, 2. pelayanan bongkar muat, 3. pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan, 4. pemasaran dan distribusi ikan, 5. pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan, 6. pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan, 7. pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan, 8. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan, 9. pelaksanaan kesyahbandaran, 10. pelaksanaan fungsi karantina ikan, 11. publikasi hasil riset kelautan dan perikanan, 12. pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari, 13. pengendalian lingkungan (kebersihan, keamanan, dan ketertiban (K3), kebakaran, dan pencemaran). Dalam menghadapi tantangan masa depan, tentunya usaha perikanan haruslah memiliki daya saing. Daya saing yang kuat ini salah satunya dapat diperoleh dengan peningkatan produktifitas. Salah satu faktor yang mutlak diperlukan
untuk
mendukung
peningkatan
produktifitas
adalah
dengan
memanfaatkan teknologi informasi. Sistem informasi merupakan elemen pokok dari teknologi informasi, dan telah banyak mengalami perkembangan berkat kemajuan yang telah dicapai dalam teknologi perangkat keras dan perangkat lunak (Wazdi 1995). Teknologi informasi merupakan suatu teknologi yang berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan proses penyaluran data atau informasi dalam batasbatas ruang dan waktu. Teknologi ini juga merupakan pengembangan dari teknologi komputer yang dipadukan dengan teknologi telekomunikasi (Indrajit 2000). Dengan berkembangnya teknologi informasi, maka lingkup dari sistem informasi pun akan menjadi luas pemakaiannya pada hampir semua kegiatan manusia.
27
Dengan digunakannya teknologi informasi yang semakin maju pada usaha perikanan tangkap, maka hal ini akan membantu dalam kemajuan usaha tersebut untuk dapat dijadikan sebagai salah satu sektor ekonomi yang mendatangkan keuntungan. Hal ini berkaitan dengan semakin cepatnya arus informasi yang mengalir dan semakin mudahnya untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Pada hakekatnya pelabuhan perikanan merupakan basis utama kegiatan industri perikanan tangkap yang harus dapat menjamin suksesnya aktivitas usaha perikanan khususnya perikanan tangkap di laut. Pelabuhan perikanan berperan sebagai terminal yang menghubungkan kegiatan usaha di laut dan di darat ke dalam suatu sistem usaha yang kompak dan berdaya guna tinggi. Aktivitas unit penangkapan ikan di laut harus dipersiapkan keberangkatannya dari pelabuhan dengan bahan bakar, makanan dan es. Informasi tentang data harga dan kebutuhan ikan di pelabuhan perlu dikomunikasikan dengan cepat dari pelabuhan ke kapal di laut. Setelah selesai pekerjaan di laut kapal akan masuk ke pelabuhan dan membongkar serta menjual ikan tangkapan. Selain memberikan pelayanan terhadap kapal dan segala kebutuhan pemberangkatan, kedatangan,
berlabuh,
perbaikan
dan
docking,
pelabuhan
juga
harus
diandalkan
untuk
memberikan pelayanan kepada pedagang atau pihak lainnya. Sebagai
instansi
pemerintah,
pelabuhan
dapat
mengumpulkan data yang berkaitan dengan pelabuhan. Data yang dikumpulkan secara baik dan sistematis merupakan informasi yang sangat berharga untuk berbagai keperluan. Sistem informasi akan sangat sangat berguna bagi pelabuhan karena sebagai sistem berbasis komputer yang dapat menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa ataupun kebutuhan yang berbeda. Informasi-informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak pelabuhan untuk mengelola serta mengembangkan pelabuhan ke arah yang lebih baik (Murdiyanto 2004). 2.5 Penelitian Terdahulu Studi dan penelitian tentang sistem informasi manajemen (SIM) oleh mahasiswa S1, S2 dan S3 program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP) dan program studi Teknologi Kelautan di Jurusan PSP FPIK-IPB sebagaimana disebutkan oleh Haluan (2002) sudah banyak dilakukan. Kasus serta objek penelitiannya menyebar dari hanya meneliti dan mengembangkan
28
SIM pada satu perusahaan perikanan, sampai pada Dinas Perikanan Dati I di tingkat
propinsi.
Hasil
penelitiannya
diharapkan
dapat
digunakan
dan
dimanfaatkan untuk memacu pengembangan usaha perikanan dari tingkat perusahaan sampai tingkat propinsi atau bahkan nasional. Namun sampai saat ini belum ada usaha monitoring dan evaluasi yang terarah dan terencana untuk hal tersebut. Sari (2000) mengembangkan sistem informasi perikanan di perairan Bengkalis Propinsi Riau, dengan tujuan (1) mengembangkan suatu sistem informasi perikanan di perairan Bengkalis, (2) menghimpun data dasar perikanan di
perairan
Bengkalis
sebagai
masukan
awal
sistem
informasi
yang
dikembangkan. Sistem informasi perikanan di perairan Bengkalis (SIPRi 2000) berdasarkan “object oriented”. Pelaku dan pengguna pada sistem ini adalah Pemerintah Daerah tingkat I, Dinas Perikanan Tingkat I dan II, pengusaha perikanan, lembaga penelitian, dan institusi lainnya yang terlibat dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya di perairan Bengkalis. Perangkat lunak sistem informasi ini dibagi menjadi empat, yaitu bagian masukan (input), bagian pengolahan, bagian pengeluaran (output), dan bagian penampungan data (database). Bagian masukan terdiri dari masukan data propinsi yang meliputi data produksi (ton) tahunan per kabupaten, data dan jumlah alat tangkap (unit) per kabupaten, data upaya penangkapan (trip) per kabupaten, dan armada penangkapan (buah) per kabupaten. Bagian keluaran atau informasi terdiri dari produksi tahunan tiap kabupaten, perkembangan sumberdaya, perkembangan upaya penangkapan, perkembangan alat tangkap, perkembangan armada penangkapan, tingkat potensi lestari, hasil tangkap persatuan upaya (CPUE), informasi mengenai species, informasi mengenai alat tangkap, daerah operasi penangkapan dan musim penangkapan. Pada bagian ini juga disajikan monografi desa, kalender musim penangkapan dari tiap kecamatan yang menjadi daerah penelitian. Bagian proses terdiri dari proses standarisasi alat tangkap, perhitungan hasil tangkap per satuan upaya tangkap (CPUE) dan proses pengolahan data dengan metode surplus production menggunakan model Schaefer dan Eksponensial. Bagian penampungan data terdiri dari masukan data mentah yaitu data hasil tangkapan dari tingkat propinsi berupa data statistic dari tiap kabupaten. Untuk tingkat kecamatan berupa data hasil tangkapan berdasarkan spesies, alat
29
tangkap yang digunakan, upaya penangkapan dan musim penangkapan dari desa pada tiap kecamatan. Pengembangan SIM sehubungan dengan kebutuhan dan rencana pembangunan perikanan di Indonesia sudah beberapa kali dilakukan, antara lain salah satu contoh adalah perencanaan dan pembentukan pusat informasi pengembangan perikanan dan manajemen database berbasis pengelolaan sumber daya ikan dan permintaan pasar pada tahun 2001. Usman (2002) meneliti tentang sistem informasi manajemen Dinas Perikanan DKI Jakarta, yang bertujuan untuk (1) mengorganisasikan informasi perikanan sehingga lebih teratur, akurat, cepat, efektif dan efisien, (2) mengembangkan program aplikasi sistem informasi manajemen dengan model Dinas Perikanan DKI Jakarta, (3) membantu pengguna (user) dalam pengelolaan informasi sehingga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan kebijakan. Program aplikasi yang dihasilkan diberi nama Sistem Informasi Manajemen Dinas Perikanan DKI Jakarta Version 1.0 atau disingkat SIM-DPJ Version 1.0. Program aplikasi SIM-DPJ Version 1.0 diuji coba (verifikasi) untuk menguji kemampuan sistem dalam memproses data masukan (input data). Berdasarkan keluaran informasi pada menu Hasil Data didapatkan beberapa informasi mengenai pendugaan stok sumberdaya ikan, dalam hal ini digunakan contoh data dari spesies ikan tuna dan cakalang di wilayah pengelolaan perikanan 9 (WPP 9-Samudera Hindia). Pada option Standarisasi ditampilkan informasi mengenai penentuan alat tangkap standar dari enam alat tangkap yang digunakan untuk menangkap tuna dan cakalang. Alat tangkap standar ini memiliki nilai FPI (Fishing Power Index) sama dengan 1, dalam kasus ini yang menjadi alat tangkap standar adalah rawai tuna, pada option ini juga didapat informasi mengenai nilai CPUE standar. Program aplikasi SIM-DPJ Version 1.0 hanya menggunakan metode surplus produksi untuk mengestimasi sumberdaya ikan. Pendugaan (estimasi) mengenai stok sumberdaya ikan diperlihatkan oleh hubungan antara upaya tangkap (effort) dengan hasil tangkap (catch) dengan menggunakan model surplus produksi yaitu model Schaefer dan model Fox. Kegunaan program aplikasi SIM-DPJ 1.0 bila dibandingkan dengan cara konvensional (buku-buku laporan) diantaranya: (1) dapat mengorganisasikan ketersediaan informasi yang ada pada Dinas Perikanan DKI Jakarta sehingga lebih teratur, akurat, cepat, efektif dan efisien serta membantu pengguna (user) sistem informasi ini dalam pengambilan keputusan dan kebijakan, (2) tampilan
30
program aplikasi SIM-DPJ yang menarik dan jauh lebih akrab dengan pemakai (userfriendly) dari pada program konvensional yang total dikerjakan melalui program prosedur, (3) data tersimpan dalam suatu file database dan data tersebut dapat ditambah, dihapus, diperbaharui (update data) sehingga informasi yang ada tetap aktual. Program aplikasi SIM-DPJ untuk menentukan alternatif pengembangan usaha pemanfaatan sumberdaya perikanan di DKI Jakarta, belum secara sempurna menggambarkan kondisi perikanan yang sebenarnya, karena tergantung akurasi data yang digunakan. Agar memperoleh rekomendasi yang benar dari program aplikasi ini, disarankan dalam pengisian data yang digunakan untuk menghasilkan informasi harus akurat (garbage in garbage out). Fitria (2002) mengembangkan sistem informasi pada usaha perikanan tangkap di perairan pengandaran Jawa Barat. penelitian ini bertujuan untuk merancang Sistem informasi usaha perikanan tangkap di pengandaran dengan manfaatkan komputer sebagai pendukung dalam pengelolaan data. dengan bantuan komputer, dapat membantu pihak pengelola informasi di dalam proses pemasukan data, penyimpanan data dan pengolahan data sehingga informasi dapat dihasilkan secara cepat, akurat, efektif dan efisien. Perancangan sistem informasi perikanan tangkap di pengandaran di beri nama SI PIT. Informasi yang dihasilkan dari SI PIT pada akhirnya dapat digunakan oleh berbagai pihak pelaku sistem perikanan tangkap di pengandaran. diantaranya digunakan oleh pihak pemerintah daerah dalam menetapkan suatu aturan atau kebijakan dibidang perikanan, oleh pihak pengelola pelabuhan dalam pengelolaan produksi perikanan, dan peningkatan fasilitas pelabuhan, juga dapat digunakan oleh pelaku atau pihak yang berusaha atau yang akan berminat untuk berusaha di bidang perikanan tangkap di pangandaran. Handayani (2003) telah menghasilkan Sistem Informasi Manajemen Dinas Perikanan Dati I Jawa Timur diberi nama SIM_DP Jatim. Program Aplikasi dibangun sebagai alat untuk mengelola data dinas dan penyedia informasi bagi masyarakat. SIM DP Jatim memiliki kelemahan yaitu belum terbentuknya sistem jaringan pada program aplikasi yang dapat mengatur arus data masuk dan keluar, perhitungan pendugaan stok sumberdaya tidak dilakukan pada Microsoft Access tapi masih menggunakan program lain (Microsoft Excel) untuk mengimpor hasil perhitungan. Nelly (2005) meneliti mengenai rancang bangun sistem informasi perikanan udang penaeid di perairan Arafura yang berbasis di Sorong dan
31
Bintuni, yang bertujuan untuk menghimpun data dasar yang berkaitan dengan usaha penangkapan udang di perairan Arafura dan mengembangkan suatu rancang bangun sistem informasi perikanan udang di perairan Arafura berdasarkan data dasar yang didapat untuk mendukung keberlangsungan usaha penangkapan udang di perairan Arafura. Perangkat lunak yang dirancang diberi nama SIPURA, yang digunakan sebagai sistem informasi perikanan udang di perairan Arafura. Dibutuhkan data-data berupa hasil tangkapan udang, alat tangkap, upaya penangkapan, hasil tangkapan sampingan dan data logbook penangkapan udang sebagai masukan awal dalam sistem informasi ini, dengan demikian pengguna sistem informasi ini dapat menduga ketersedian stok udang didaerah tersebut Mahfud (2005) menyusun suatu Rancang Bangun Sistem Informasi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan secara Terpadu : Prototipe Kabupaten Sumenep Madura. Penelitian tersebut telah menghasilkan program aplikasi komputer SISTEMIK®SIMPEL dengan platform Microsoft Windows XP Home Edition dengan dua panel utama, yaitu: (1) marine and coastal support system sebagai sistem pendukung manajemen pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan; dan (2) marine and coastal guideline system sebagai sistem penuntun manajemen pemanfaatan ruang pesisir dan lautan. Saptoriantoro (2006) meneliti mengenai sistem informasi perikanan PPP Karangantu Kabupaten Serang Propinsi Banten, dengan tujuan untuk merancang sistem
informasi
berbasis
komputer,
dan
membantu
manajemen
PPP
Karangantu dalam meningkatkan mutu pelayanan data dan informasi perikanan. Sistem informasi yang dirancang diberi nama SIMKAR Ver. 1 PS, yang meruoakan sistem informasi berbasis komputer yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan oleh pihak manajemen PPP Karangantu, seperti mempercepat waktu pelayanan, dapat memperkecil kekeliruan data dan menghasilkan laporan-laporan yang diinginkan dalam waktu relatif singkat dan akurat. Sebagaimana disebutkan oleh Haluan (2002) pengembangan sistem informasi untuk pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan masih sangat dibutuhkan, untuk itu penelitian-penelitian lanjutan akan sangat berharga nilainya. Penelitian – penelitian tersebut antara lain dari segi wilayah, permasalahan kelautan dan perikanan, kelembagaan, dan lain sebagainya.