1. PENDAHULUAN Tanaman anggur mempunyai prospek yang sangat bagus untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai iklim yang sesuai dengan syarat tumbuh dari tanaman anggur. Saat ini sentra pengembangan anggur di Indonesia berada di daerah Probolinggo, Buleleng dan Jeneponto. Padahal potensi untuk pengembangan tanaman anggur masih sangat terbuka luas untuk dapat dikembangkan diberbagai wilayah (Rahardi, 2000). Pada saat ini para petani didaerah telah banyak mengembangkan teknik dan cara untuk mendapatkan stek bibit anggur yang baik dan berkualitas, di daerah Buleleng, Bali para petani setempat menggunakan sekam padi sebagai media dalam membuat stek anggur, sedangkan didaerah Jenepoto, para petani lebih banyak menggunakan campuran pasir dengan pupuk kandang sebagai bahan media stek anggur. Penggunaan zat perangsang tumbuh juga sudah banyak digunakan oleh para petani anggur didaerah, khusus untuk stek anggur para petani menggunakan zat perangsang tumbuh Rootone F yang banyak mengandung kandungan hormon auksin (Gardner dkk, 2001). Dalam usaha mendapatkan bibit anggur yang berkualitas dalam jumlah yang cukup banyak dengan harga yang ekonomis, pada saat ini masih sangat sulit. Industri pembibitan anggur yang menghasilkan bibit unggul dan bermutu dalam jumlah yang memadai dan terjangkau harganya merupakan langkah awal yang sangat penting dalam upaya pengembangan tanaman anggur pada khususnya dan pengembangan indutri buah-buahan pada umumnya. Dalam upaya pembibitan tanaman anggur yang efisien memerlukan bahan tanam yang cukup banyak dan teknologi perbanyakan tanaman yang efisien, sehingga dalam waktu yang cukup singkat mampu menghasilkan bibit dalam jumlah yang besar dan sangat ekonomis serta efisien dan praktis dalam pendistribusian bibit tanaman anggur (Sauri, 2001). 2. METODE PELAKSANAAN Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di desa Sumber Kencono Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi, yaitu terletak 20 m di atas permukaan laut. Waktu pelaksanaan penelitian mulai bulan Maret 2012 sampai bulan April 2012. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan adalah stek bibit Anggur varietas Bali (Alponso lapalle 2), pupuk kandang kotoran ternak, bokashi, guano, kascing, auksin 95 %, insektisida, fungisida, air, pasir dan tanah. Alat yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian adalah hand sprayer besar, hand sprayer kecil, sekop, pacul, garpu, linggis, kantung plastik hitam, ember, gayung, embrad, selang plastik, kaos tangan, gunting stek, tali rapia, bambu, paranet dan alat tulis menulis. Metode Penelitian 1
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAK-F) terdiri dari dua faktor dengan 3 ulangan sebagai berikut : Faktor I adalah zat perangsang tumbuh Auksin (A) terdiri atas ; A1 = Konsentrasi 20 mg auksin/stek A2 = Konsentrasi 40 mg auksin/stek A3 = Konsentrasi 60 mg auksin/stek Faktor II adalah keanekaragaman media tumbuh (M) M1 = pasir : tanah : pupuk kandang (1:1:1) M2 = pasir : tanah : bokashi (1:1:1) M3 = pasir : tanah : guano (1:1:1) M4 = pasir : tanah : kascing (1:1:1) Parameter pengamatan 1. Jumlah Tunas (helai) Caranya : menghitung jumlah tunas yang tumbuh mulai dari awal penyetekan sampai selesai penyetekan setiap minggunya per tanaman sampel kemudian hasilnya dirata-rata 2. Panjang Ruas (cm) Caranya : Menghitung panjang ruas pada setiap stek tanaman setiap minggunya per tanaman sampel kemudian hasilnya dirata-rata 3 Jumlah Ruas (batang) Caranya : Menghitung jumlah ruas pada setiap stek tanaman setiap minggunya per tanaman sampel kemudian hasilnya dirata-rata 4. Jumlah daun (helai) Caranya : Menghitung jumlah daun tanaman dari stek tanaman anggur setiap minggunya, per tanaman sampel kemudian hasilnya dirata-rata . 5. Panjang Akar(cm) Caranya : Menghitung panjang akar pada setiap stek tanaman pada minggu terakhir per tanaman sampel 6. Jumlah Akar (cm) Caranya : Menghitung jumlah akar pada setiap stek tanaman minggu terakhir per tanaman sampel Analisis Data Semua data hasil pengamatan dari masing-masing parameter dihitung nilai ratarata kemudian dianalisa, dengan analysis of variance, selanjutnya untuk mengetahui perbedaan pengaruh masing-masing perlakuan dilakukan dengan menggunakan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) 5%.
2
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian “Kajian Keanekaragaman Media Tanam dan Zat Perangsang Tumbuh Auksin terhadap Pertumbuhan Stek Anggur (Vitis vinivera L.)” tercantum dalam tabel untuk setiap parameter pengamatan. Apabila ada perbedaan antar perlakuan maka dilakukan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT). Rangkuman Uji BNT pada Kajian Keanekaragaman Media Tanam dan Zat Perangsang Tumbuh Auksin terhadap Pertumbuhan Stek Anggur (Vitis vinivera L.) pada Parameter Pengamatan Taraf 5% . Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil pengamatan panjang ruas memberikan pengaruh tidak berbeda nyata. Parameter yang menunjukkan tidak berbeda nyata tidak diuji lanjut. Sedangkan pada parameter jumlah tunas umur 6 MST, jumlah ruas umur 3 MST dan 4 MST, jumlah daun umur 4 MST, panjang akar, serta jumlah akar yang menunjukkan berbeda nyata dan berbeda sangat nyata, maka harus dilakukan uji lanjut Beda Nyata Terkecil yang tersaji pada Tabel 1, 2 dan 3. Tabel 1. Hasil Uji BNT Taraf 5% pada Faktor A (Auksin) Jumlah Ruas Jumlah Daun (batang) Umur 4 (helai) Umur 4 MST MST A1(Konsentrasi 20 mg auksin/stek) 6,50 a 6,50 a A2(Konsentrasi 40 mg auksin/stek) 7,50 b 8,00 b A3(Konsentrasi 60 mg auksin/stek) 5,75 a 5,75 a Ket.:Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT 5% Auksin
Tabel 1 untuk pengaruh auksin pada parameter jumlah ruas umur 4 MST menunjukkan bahwa A3 (Konsentrasi 60 mg auksin/stek) sebagai perlakuan dengan hasil terendah tidak berbeda nyata dengan A1 (Konsentrasi 20 mg auksin/stek), tetapi berbeda nyata dengan A2 (Konsentrasi 40 mg auksin/stek). Hasil tertinggi diperoleh A2 (Konsentrasi 40 mg auksin/stek) dengan nilai rerata 7,50 batang. A2 (Konsentrasi 40 mg auksin/stek) berbeda nyata terhadap A1 (Konsentrasi 20 mg auksin/stek) dan A3 (Konsentrasi 60 mg auksin/stek). Pada parameter jumlah daun umur 4 MST menunjukkan bahwa A3 (Konsentrasi 60 mg auksin/stek) sebagai perlakuan dengan hasil terendah tidak berbeda nyata dengan A1 (Konsentrasi 20 mg auksin/stek), tetapi berbeda nyata dengan A2 (Konsentrasi 40 mg auksin/stek). Hasil tertinggi diperoleh A2 (Konsentrasi 40 mg auksin/stek) dengan nilai rerata 8,00 batang. A2 (Konsentrasi 40 mg auksin/stek) berbeda nyata terhadap A1 (Konsentrasi 20 mg auksin/stek) dan A3 (Konsentrasi 60 mg auksin/stek).
3
Tabel 2. Hasil Uji BNT Taraf 5% pada Faktor M (Media Tanam) Jumlah Tunas (helai) Umur 6 MST
Media Tanam
Jumlah Ruas (batang) Umur 3 MST
M1 (pasir : tanah : pupuk kandang (1:1:1)) 9,67 ab 4,33 c M2 (pasir : tanah : bokashi (1:1:1)) 10,00 ab 2,33 a M3 (pasir : tanah : guano (1:1:1)) 10,33 b 3,33 b M4 (pasir : tanah : kascing (1:1:1)) 9,33 a 2,33 a Ket.:Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT 5% Tabel 2 untuk pengaruh media tanam pada parameter jumlah tunas umur 6 MST menunjukkan bahwa M4 (pasir : tanah : kascing (1:1:1) sebagai perlakuan dengan hasil terendah tidak berbeda nyata dengan M1 (pasir : tanah : pupuk kandang (1:1:1) dan M2 (pasir : tanah : bokashi (1:1:1), tetapi berbeda nyata dengan M3 (pasir : tanah : guano (1:1:1). Hasil tertinggi diperoleh M3 (pasir : tanah : guano (1:1:1) dengan rerata 10,33 helai. M3 (pasir : tanah : guano (1:1:1) berbeda nyata dengan M4 (pasir : tanah : kascing (1:1:1) tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain. Pada parameter jumlah ruas umur 3 MST menunjukkan bahwa M2 (pasir : tanah : bokashi (1:1:1) dan M4 (pasir : tanah : kascing (1:1:1) sebagai perlakuan dengan hasil terendah tidak berbeda nyata dengan M1 (pasir : tanah : pupuk kandang (1:1:1) dan M4 (pasir : tanah : kascing (1:1:1). Hasil tertinggi diperoleh M1 (pasir : tanah : pupuk kandang (1:1:1) dengan rerata 4,33 batang. M1 (pasir : tanah : pupuk kandang (1:1:1) berbeda nyata dengan semua perlakuan. Tabel 3. Hasil Uji BNT Taraf 1% pada Faktor A x M (Interaksi Auksin dengan Media Tanam) Perlakuan
Panjang Akar (cm)
Jumlah Akar (buah)
A1M1 A1M2 A1M3 A1M4 A2M1 A2M2 A2M3 A2M4 A3M1 A3M2 A3M3 A3M4
14,00 a 16,67 cd 15,67 bc 16,33 cd 14,33 ab 18,00 d 16,33 cd 17,00 cd 14,33 ab 17,00 cd 15,67 bc
14,67 bc 16,67 de 17,00 de 15,67 cd 13,00 ab 18,33 de 17,33 de 17,00 de 12,67 a 18,67 de 15,67 cd
17,00 cd
17,33 de
Ket.:Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT 1% 4
Tabel 3 untuk pengaruh interaksi pengaruh auksin dengan media tanam pada parameter panjang akar menunjukkan bahwa A1M1 sebagai perlakuan dengan hasil terendah tidak berbeda nyata dengan A2M1 dan A3M1, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan yang lain. Hasil tertinggi diperoleh A2M2 dengan nilai rerata 18,00 cm. A2M2 berbeda nyata dengan A1M1, A1M3, A2M1, A3M1, A3M3, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang lain. Pada parameter jumlah akar menunjukkan bahwa A3M1 sebagai perlakuan dengan hasil terendah tidak berbeda nyata dengan A2M1, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan yang lain. Hasil tertinggi diperoleh A3M2 dengan rerata 18,67 buah. A3M2 berbeda nyata dengan A1M1, A1M4, A2M1, A3M1, dan A3M3, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang lain. Setiap konsentrasi auksin dan keragaman media tanam memilki karakteristik yang spesifik sesuai dengan hasil pertumbuhan stek anggur. Perlakuan konsentrasi auksin A2 (Konsentrasi 40 mg auksin/stek) memiliki nilai rerata tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, perlakuan M3 (pasir : tanah : guano (1:1:1) dengan rerata tertinggi untuk jumlah tunas 6 MST, perlakuan M1 (pasir : tanah : pupuk kandang (1:1:1) dengan rerata tertinggi untuk jumlah ruas umur 3 MST dibandingkan yang lainnya, A2M2 dan A3M2 dengan rerata nilai tertinggi pada masing-masing parameter pengamatan panjang akar dan jumlah akar. Kajian Keanekaragaman Media Tanam Zat Perangsang Tumbuh Auksin terhadap Pertumbuhan Stek Anggur (Vitis vinivera L.) pada Jumlah Tunas Hasil penghitungan sidik ragam parameter jumlah tunas menunjukkan berbeda nyata pada umur 6 MST untuk faktor M (media tanam). Sedangkan pada umur 3 MST, 4 MST, 5 MST, 7 MST, dan 8 MST menunjukkan tidak berbeda nyata. Rerata faktor M (media tanam) tersaji pada Gambar 1. 15
M1 (pasir : tanah : pupuk kandang (1:1:1)
10
M2 (pasir : tanah : bokashi (1:1:1)
9,67 5
10,33 10
M3 (pasir : tanah : guano (1:1:1))
9,33
M4 (pasir : tanah : kascing (1:1:1)
0 6 MST
Gambar 1. Rerata Faktor M pada Jumlah Tunas Umur 6 MST Gambar 1 memperlihatkan jumlah tunas terbanyak dihasilkan pada perlakuan M3 (pasir : tanah : guano (1:1:1). Diduga penggunaan pupuk guano dapat mempercepat pertumbuhan tunas anggur varietas Bali. Samijan (2010), pada prinsipnya pupuk guano adalah sama dengan pupuk organik, hanya memiliki kandungan lebih baik untuk unsur N, P dan K dibandingkan pupuk organik biasa. Kelebihan kandungan P umumnya disebabkan oleh kotoran kelelawar (guano) 5
yang tertimbun di dalam goa yang batuan-batuan maupun tetesan-tetesan airnya mengandung cukup tinggi kandungan unsur fosfor (P). Najar (2009) menambahkan, fosfor berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar semai, memperkuat batang tubuh tanaman, dan mempercepat proses pembungaan, pemasakan buah dan biji-bijian. Guano juga mempunya kandungan P dan N yang sangat tinggi sehingga guano bisa menguatkan batang dan mengoptimalkan pertumbuhan daun baru dan proses fotosintesis pada tanaman (Sintia, 2004). Kajian Keanekaragaman Media Tanam Zat Perangsang Tumbuh Auksin terhadap Pertumbuhan Stek Anggur (Vitis vinivera L.) pada Panjang Ruas Hasil penghitungan sidik ragam parameter panjang ruas menunjukkan tidak berbeda nyata. Rerata parameter panjang ruas tersaji pada Gambar 2. 10
A1M1 A1M2
8
A1M3 A1M4 A2M1
6
A2M2 A2M3
4
A2M4 A3M1
2
A3M2 A3M3
0 3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
A3M4
Gambar 2. Rerata semua perlakuan umur 3 MST sampai 8 MST pada Parameter Panjang Ruas Pada Gambar 2 memperlihatkan perlakuan A1M2 pada tanaman stek anggur umur 6 MST sampai 8 MST sebagai perlakuan terbaik. Tetapi tidak menunjukkan perbedaaan yang nyata dengan perlakuan lain. Diduga aplikasi dari zat perangsang tumbuh auksin berpengaruh terhadap panjang ruas tanaman stek anggur. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusnadi dkk, (2010) yaitu zat perangsang tumbuh auksin memacu pertumbuhan daun, bunga buah, batang/ruas rerumputan, dan kelompok cemara. Peran fisiologis auksin adalah mendorong perpanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi jaringan xilem dan floem, pembentukkan akar, pembungaan, pembentukan buah, pembentukkan bunga, dominan apical, response tropisme serta menghambat pengguguran daun, bunga dan buah (Wilkins, 2009)
6
Kajian Keanekaragaman Media Tanam Zat Perangsang Tumbuh Auksin terhadap Pertumbuhan Stek Anggur (Vitis vinivera L.) pada Jumlah Ruas Hasil penghitungan sidik ragam parameter jumlah ruas menunjukkan berbeda nyata pada umur 4 MST untuk faktor A (auksin) dan berbeda nyata pada umur 3 MST untuk faktor M (media tanam). Sedangkan pada umur yang lainnya menunjukkan tidak berbeda nyata untuk semua faktor. Rerata faktor A (Auksin) dan M (media tanam) tersaji pada gambar 3 dan 4. 10 A1 (Konsentrasi 20 mg auksin/stek)
8 6
A2 (Konsentrasi 40 mg auksin/stek)
5,75
6,5
4 7,5
A3 (Konsentrasi 60 mg auksin/stek)
2 0 4 MST
Gambar 3. Rerata Faktor A (Auksin) pada Parameter Jumlah Ruas Umur 4 MST Pada gambar 3 menunjukkan perlakuan A2 (Konsentrasi 40 mg auksin/stek) dengan rerata tertinggi dibandingkan perlakuan lain. Menurut hasil penelitian Thamrin dan Lologau (2005), keberhasilan pembibitan anggur dengan perlakuan pemberian zat perangsang tumbuh cukup efektif dalam mempercepat pertumbuhan bibit. Berdasarkan hasil penelitian Yuniastuti dkk, dalam Thamrin dan Lologau (2005), pemberian auksin dapat mempercepat tumbuhnya mata tunas dan jumlah ruas terhadap pertumbuhan stek anggur varietas Bali. 5 4
M1 (pasir : tanah : pupuk kandang (1:1:1) 4,33
M2 (pasir : tanah : bokashi (1:1:1)
3
3,33
2 1
2,33
M3 (pasir : tanah : guano (1:1:1) 2,33
M4 (pasir : tanah : kascing (1:1:1)
0 3 MST
Gambar 4. Rerata Faktor M (Media tanam) pada Parameter Jumlah Ruas Umur 3 MST Pada gambar 4 memperlihatkan perlakuan M1 (pasir : tanah : pupuk kandang (1:1:1) sebagai perlakuan dengan nilai tertinggi. Diduga penggunaan 7
pupuk kandang pada kombinasi perlakuan di faktor media tanam yang mempengaruhi. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang yang penting bagi tanaman antara lain nitrogen, fosfor dan kalium. Karena mempunyai kandungan nitrogen yang cukup tinggi dan mempunyai kandungan hara mikro yang cukup lengkap sehingga merangsang pertumbuhan vegetative stek anggur. Kartikawati dkk, (2011) menambahkan bahwa pupuk kandang diberikan kedalam tanah untuk menambah bahan organik, unsur hara makro dan mikro, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya ikat air dan memacu aktivitas mikroorganisme. Kajian Keanekaragaman Media Tanam Zat Perangsang Tumbuh Auksin terhadap Pertumbuhan Stek Anggur (Vitis vinivera L.) pada Parameter Pengamatan Jumlah Daun Hasil penghitungan sidik ragam parameter jumlah daun menunjukkan berbeda nyata pada umur 4 MST untuk faktor A (auksin). Sedangkan pada umur yang lainnya menunjukkan tidak berbeda nyata. Rerata faktor A (Auksin) umur 4 MST tersaji pada Gambar 5. 10 A1 (Konsentrasi 20 mg auksin/stek)
8 6
A2 (Konsentrasi 40 mg auksin/stek)
4 2
6,5
7,5
5,75
0
A3 (Konsentrasi 60 mg auksin/stek)
4 MST
Gambar 5. Rerata Faktor A (Auksin) Parameter Jumlah Daun Umur 4 MST Gambar 5 memperlihatkan perlakuan A2 (Konsentrasi 40 mg auksin/stek) dengan rerata tertinggi dibandingkan perlakuan lain. Diduga konsentrasi yang diberikan sesuai dengan pertumbuhan daun tanaman stek angggur. Hormon auksin adalah hormon pertumbuhan pada pada semua jenis tanaman, fungsi dari hormon ini adalah membantu dalam proses pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan daun dan batang, mempercepat perkecambahan, membantu proses pembelahan sel (Went, 2002), karena jika zat perangsang tumbuh auksin yang diberikan pada tanaman yang sesuai dapat memacu pertumbuhan daun. Berbeda dengan konsentrasi zat perangsang tumbuh auksin yang berlebihan yang mengakibatkan tanaman stek anggur terhambat. Konsentrasi auksin yang berlebihan menyebabkan ketidaknormalan, seperti epinasti (kelainan bentuk daun yang disebabkan oleh pertumbuhan yang tidak sama urat daun bagian ujung dan pangkalnya) (Gardner dkk, 2001).
8
Kajian Keanekaragaman Media Tanam Zat Perangsang Tumbuh Auksin terhadap Pertumbuhan Stek Anggur (Vitis vinivera L.) pada Parameter Pengamatan Panjang Akar dan Jumlah Akar Hasil penghitungan sidik ragam parameter panjang akar dan jumlah akar menunjukkan berbeda sangat nyata pada interaksi faktor auksin dengan media tanam. Rerata interaksi faktor auksin dengan media tanam tersaji pada Gambar 6. 20
A1M1 A1M2 A1M3
15
A1M4 A2M1 A2M2
10
A2M3 A2M4 5
A3M1 A3M2 A3M3
0
Panjang Akar
Jumlah Akar
A3M4
Gambar 6. Rerata Semua Perlakuan pada Parameter Panjang Akar dan Jumlah Akar Gambar 6 memperlihatkan perlakuan A2M2 sebagai perlakuan terbaik pada parameter panjang akar. Pada parameter jumlah akar memperlihatkan A3M2 dengan nilai tertinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Kedua parameter tersebut menunjukkan adanya interaksi zat perangsang tumbuh auksin dengan keanekaragaman media tanam yang berbeda sangat nyata. Diduga faktor media tanam pada perlakuan M2 dengan komposisi pupuk bokashi dan kesesuaian konsentrasi auksin yang mempengaruhinya pada tanaman stek anggur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lingga, 2005 bokashi mengandung hasil Phospat yang sangat tinggi, sedangkan senyawa phospat tidak larut dan tidak tersedia dalam tanah. Mikroorganisme yang ada dalam EM-4 dapat melarutkan senyawa phospat kedalam senyawa yang dapat diserap oleh akar tanaman. Unsur P juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan akar dan memperbesar menyerapan air Perkembangan akar yang sempurna akan mempercepat penyerapan unsur hara yang esensial seperti Nitrogen, dan Kalium. Unsur N berfungsi untuk pertumbuhan vegetatif dan pembentukan protein, sedangkan unsur K berfungsi untuk pembentukan karbohidrat, pembukaan stomata serta pembentukan akar (Hardjowigeno, 2002) 9
Sedangkan konsentrasi auksin pada tanaman stek anggur diduga dalam pengaplikasiannya proporsional. Hormon tanaman seperti auksin yang berfungsi untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada stek atau cangkokan. Auksin sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar (Gardner dkk. 2001). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian “Kajian Keanekaragaman Media Tanam dan Zat Perangsang Tumbuh Auksin terhadap Pertumbuhan Stek Anggur (Vitis vinivera L.)” dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
2.
3.
4.
Pengaruh zat perangsang tumbuh auksin terhadap pertumbuhan stek anggur berpengaruh pada parameter jumlah ruas (batang) umur 4 MST dan jumlah daun (helai) umur 4 MST dengan A2 (Konsentrasi 40 mg auksin/stek) sebagai perlakuan terbaik. Keanekaragaman media tanam pada stek anggur berbeda nyata pada parameter jumlah tunas (helai) umur 6 MST dengan M3 (pasir : tanah : guano (1:1:1) sebagai perlakuan terbaik dengan rerata 10,33 helai dan jumlah ruas (batang) umur 3 MST dengan M1 (pasir : tanah : pupuk kandang (1:1:1) sebagai perlakuan terbaik dengan rerata 4,33 buah. Interaksi zat perangsang tumbuh auksin dengan media tanam yang berbeda sangat nyata pada parameter panjang akar, pada perlakuan A2M2 sebagai perlakuan terbaik dengan nilai 18,00 cm, dan jumlah akar yang berbeda sangat nyata pada perlakuan A3M2 sebagai perlakuan terbaik dengan nilai rerata sebesar 18,67 buah. Media tanam guano menjadi media tanam yang terbaik dalam pertumbuhan stek anggur secara umum.
Saran Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan penggunaan konsentrasi auksin 40 mg/stek dikombinasikan dengan media tanam guano, akan menjadi perlakuan kombinasi terbaik terhadap pertumbuhan stek anggur.
10
DAFTAR PUSTAKA Gardner. Eaton dan James. (2001) Fisiologi Tanaman Budidaya. Third Edition. Prentice Hall; Englewood Clifts. New Jersey. Hardjowigeno. (2002) Pengelolaan Kesuburan Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. Heddy. Pramono dan Lingga. (2004) Lika-liku Bertanam Anggur. SinarBaru. Bandung. Kartikawati, L.D. Prawiradilaga dan Sugeng. (2011) Pengaruh Aplikasi Pupuk Kandang dan Tanaman Sela (Crotalaria juncea L.) pada Gulma dan Pertanaman Jagung (Zea mays L.). Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. https:// pustaka pertanian ub.staff.ub.ac.id/files/2012/05/jurnaltari.pdf. Diakses pada tanggal 26 November 2012. Najar, H. (2009) Unsur Hara Fosfor. http://pupukdsp.com/index.php/PupukTanaman/Unsur-Hara-Fosfor-P.html. Diakses pada tanggal 26 November 2012. Purnomo, S. (2003) Pengaruh frekuensi dan saat pemangkasan cabang terhadap buah anggur (Vitis vinifera L.) J. Hort. 3 (2) : 8-13. Rahardi. (2000) Anggur Dalam Pot. Penebar Swadaya. Jakarta. Samijan. (2010) Pupuk Guano. BPTP Jawa Tengah. https://jateng.litbang.deptan. go.id/ind/images/Publikasi/artikel/PupukGuano.pdf. Dikases pada tanggal 26 November 2012. Setiawati. (2004) Bertanam Anggur di Pekarangan. Informasi Pertanian, Dinas Pertanian Provinsi Bali. Sintia, M. (2004) Pupuk Guano.Penebar Swadaya, Jakarta. Thamrin, M. dan Lologau, B.A. (2005) Keefektifan Konsentrasi Rootone-F terhadap Pertumbuhan Bibit Beberapa Varietas Anggur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. https://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/ jurnal/4305234243.pdf. Diakses tanggal 26 November 2012. Widjajanto, A. Supriatna dan Wagiman. (2007) Teknik Top Working pada Anggur dengan Menggunakan Beberapa Varietas Batang Atas. J. Hort. 7 (1) : 530535.
11
Widyastuti, Y.E.dan Paimin, F.B. (2003) Mengenal Buah Unggul Indonesia. Penebar Swadaya. Jakarta. Wilkins, M.B. (2009) Fisiologi Tanaman 1. Bina Aksara. 454 hal. Went, F. (2002) Auksin, Englewood Clifts, New Jersey. Yuniastuti. (2004) Perbanyakan Anggur. Penebar Swadaya. Jakarta.
12